BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian,...

51
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 Salah satu organisasi profesional Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di USA, International Association of Safety Professional (IASP) menetapkan 8 prinsip K3 yang menjadi landasan pengembangan K3 (Ramli, 2010:23) sebagai berikut: 1. K3 adalah tanggung jawab moral atau etik (Safety is an ethical responsibility ) Masalah K3 hendaknya dilihat sebagai tanggung jawab moral untuk melindungi keselamatan sesama manusia. Oleh karena itu, K3 bukan sekadar pemenuhan perundangan atau kewajiban, tetapi merupakan tanggung jawab moral setiap pelaku bisnis untuk melindungi keselamatan pekerjanya. 2. K3 adalah budaya, bukan sekadar program (Safety is a culture, not a program) Banyak perusahaan yang menganggap K3 hanya sekadar program yang dijalankan dalam perusahaan atau untuk memperoleh penghargaan dan sertifikat. Padahal K3 adalah cerminan dari budaya (safety culture) dalam organisasi. K3 harus menjadi nilai-nilai yang dianut dan menjadi landasan dalam pengembangan bisnis. 3. K3 adalah tanggung jawab manajemen (Management is responsible) Selama ini manajemen sering melemparkan tanggung jawab K3 kepada para pengawas dan jika terjadi kecelakaan akan melimpahkan kepada mereka yang berada di tempat kerja. Padahal secara moral, tanggung jawab mengenai keselamatan ada pada manajemen. Tanggung jawab ini tentu dalam wujud

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian,...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Filosofi K3

Salah satu organisasi profesional Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

di USA, International Association of Safety Professional (IASP) menetapkan 8

prinsip K3 yang menjadi landasan pengembangan K3 (Ramli, 2010:23) sebagai

berikut:

1. K3 adalah tanggung jawab moral atau etik (Safety is an ethical responsibility)

Masalah K3 hendaknya dilihat sebagai tanggung jawab moral untuk melindungi

keselamatan sesama manusia. Oleh karena itu, K3 bukan sekadar pemenuhan

perundangan atau kewajiban, tetapi merupakan tanggung jawab moral setiap

pelaku bisnis untuk melindungi keselamatan pekerjanya.

2. K3 adalah budaya, bukan sekadar program (Safety is a culture, not a program)

Banyak perusahaan yang menganggap K3 hanya sekadar program yang dijalankan

dalam perusahaan atau untuk memperoleh penghargaan dan sertifikat. Padahal K3

adalah cerminan dari budaya (safety culture) dalam organisasi. K3 harus menjadi

nilai-nilai yang dianut dan menjadi landasan dalam pengembangan bisnis.

3. K3 adalah tanggung jawab manajemen (Management is responsible)

Selama ini manajemen sering melemparkan tanggung jawab K3 kepada para

pengawas dan jika terjadi kecelakaan akan melimpahkan kepada mereka yang

berada di tempat kerja. Padahal secara moral, tanggung jawab mengenai

keselamatan ada pada manajemen. Tanggung jawab ini tentu dalam wujud

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

9

kebijakan, kepedulian, kepemimpinan dan dukungan penuh terhadap upaya

keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan.

4. Pekerja harus dididik untuk bekerja dengan aman (Employees must be trained

to work safety)

Setiap tempat kerja, lingkungan kerja dan jenis pekerjaan memiliki karakteristik

dan persyaratan K3 berbeda. Karena itu, K3 tidak bisa timbul sendirinya pada diri

pekerja atau pihak lainnya. K3 harus ditanamkan dan dibangun melalui

pembinaan dan pelatihan.

5. K3 adalah cerminan kondisi ketenagakerjaan (Safety is a condition of

employment)

Tempat kerja yang baik adalah tempat kerja yang aman. Lingkungan kerja yang

menyenangkan dan serasi akan mendukung tingkat keselamatan. Oleh karena itu,

kondisi K3 dalam perusahaan adalah pencerminan dari kondisi ketenagakerjaan

dalam perusahaan.

6. Semua kecelakaan dapat dicegah (All injuries are preventable)

Prinsip dasar ilmu K3 adalah semua kecelakaan dapat dicegah karena semua

kecelakaan pasti ada sebabnya. Jika sebab kecelakaan dapat dihilangkan, maka

kemungkinan kecelakaan dapat dihindarkan.

7. Program K3 bersifat spesifik (Safety programs must be site specific)

Prinsip ini melihat bahwa program K3 tidak bisa dibuat, ditiru, atau

dikembangkan semuanya. Namun harus berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata

di tempat kerja sesuai dengan potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan

finansial, dan lainnya. Program K3 harus dirancang spesifik untuk masing-masing

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

10

organisasi atau perusahaan sehingga tidak bisa sekadar meniru atau mengikuti

arahan dan pedoman dari pihak lain.

8. K3 baik untuk bisnis (Safety is good business)

Melaksanakan K3 jangan dianggap sebagai pemborosan atau biaya tambahan,

namun harus dilihat sebagai bagian dari proses produksi atau strategi perusahaan.

K3 adalah bagian integral dari aktivitas perusahaan. Kinerja K3 yang baik akan

memberikan manfaat terhadap bisnis perusahaan.

2.2 Sistem Manajemen K3 (SMK3)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus dikelola sebagaimana

dengan aspek lainnya dalam perusahaan seperti operasi, produksi, logistik, sumber

daya manusia, keuangan dan pemasaran. Aspek K3 tidak akan bisa berjalan

seperti apa adanya tanpa intervensi dari manajemen berupa upaya terencana untuk

mengelolanya. Karena itu, ahli K3 sejak awal Tahun 1980an berupaya

meyakinkan semua pihak, khususnya manajemen organisasi untuk menempatkan

aspek K3 setara dengan unsur lain dalam organisasi. Hal inilah yang mendorong

lahirnya berbagai konsep mengenai Manajemen K3 (safety management). Semua

system manajemen K3 bertujuan untuk mengelola ririko K3 yang ada dalam

perusahaan agar kejadian yang tidak diinginkan atau dapat menimbulkan kerugian

dapat dicegah. Mengelola K3 sama juga dengan mengelola aspek lain dalam

perusahaan dengan menggunakan pendekatan manajemen modern mulai dari

perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

11

Selanjutnya International Labour Organization (ILO) mengeluarkan

pedoman Sistem Manajemen K3 untuk digunakan di lingkungan kerja. Hal serupa

juga terjadi di sector industry lainnya sehingga berkembang berbagai system

manajemen keselamatan seperti Food Safety Management System, Railway Safety

Management System, Marine Safety Management System, Road Safety

Management System, Construction Safety Management System, Hospital Safety

Management System, dan lainnya. Faktor inilah antara lain yang mendorong

lahirnya system manajemen K3 OHSAS 18001.

2.2.1 Pengertian SMK3

Menurut Kepmenaker 05 Tahun 1996, Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari

system manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,

perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya

yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan

pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengendalian

risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang

aman, efisien dan produktif.

SMK3 merupakan konsep pengelolaan K3 secara sistematis dan

komprehensif dalam suatu sistem manajemen yang utuh melalui proses

perencanaan, penerapan, pengukuran dan pengawasan. Pendekatan SMK3 telah

berkembang sejak Tahun 1980an yang dipelopori oleh pakar K3 seperti James

Tye dari British Safety Council, Dan Petersen, Frank Birds dan lainnya. Dewasa

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

12

ini terdapat berbagai bentuk SMK3 yang dikembangkan oleh berbagai lembaga

dan institusi di dalam dan luar negeri. antara lain:

a. Sistem Manajemen Five Star dari British Safety Council, UK

Dikembangkan oleh lembaga K3 di Inggris sekitar Tahun 1970 dan digunakan

di berbagai perusahaan dan institusi. Lembaga ini memberi penghargaan

kepada perusahaan yang berprestasi berbentuk pedang keselamatan (Sword of

Honour). Beberapa perusahaan di Indonesia, seperti Pertamina dan Petrokimia

telah memperoleh penghargaan ini.

b. British Standard BS 8800 Guide to Occupational Health and Safety

Management System

Merupakan standar tentang SMK3 yang diberlakukan di Inggris dan Negara

lain di sekitarnya.

c. Occupational Health and Safety (OHS) Management System, OHSA,USA

d. International Safety Rating System (ISRS) dari ILCI/DNV

Suatu SMK3 yang dipelopori oleh ahli K3 dari USA yaitu Mr. Frank Bird

yang mengembangkan metode penilaian kinerja K3 yang disebut ISRS. Sistem

ini memberi peringkat kinerja K3 suatu perusahaan melalui audit dan nilai

(system scoring). Di Indonesia telah banyak perusahaan yang menerapkan

sistem ini.

e. Process Safety Management, OHSA Standard CFR 29 1910.119

Merupakan SMK3 yang dirancang khusus untuk industri proses berisiko

tinggi seperti perminyakan dan petrokimia. Di Indonesia dikenal dengan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

13

istilah Manajemen Keselamatan Proses (MKP) yang telah dikembangkan oleh

berbagai industri dan perusahaan.

f. Sistem Manajemen K3 dari Depnaker RI

Sistem ini telah dikembangkan di Indonesia dan diimplementasikan oleh

berbagai perusahaan. Auditnya dilakukan melalui Sucofindo.

g. American Petroleum Institute: API 9100A: Model Environmental Health and

Safety (EHS) Management System

Lembaga ini mengeluarkan pedoman tentang sistem manajemen keselamatan

kerja dan lingkungan

h. American Petroleum Institute: API RP 750, Management of Process Hazards

i. ILO – OHS 2001: Guideline on OHS Management System

Lembaga perburuhan dunia ini juga mengembangkan pedoman SMK3 yang

banyak digunakan sebagai acuan oleh berbagai Negara dan perusahaan.

j. E&P Forum: Guidelines for Development and Application of HSE

Management System

Semua SMK3 tersebut memiliki kesamaan yaitu berdasarkan proses dan fungsi

manajemen modern. Yang berbeda adalah elemen implementasinya yang

disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.

2.2.2 Tujuan SMK3

Berbagai tujuan SMK3 tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Sebagai alat ukur kinerja K3 dalam organisasi

b. Sebagai pedoman implementasi K3 dalam organisasi

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

14

c. Sebagai dasar penghargaan (awards)

d. Sebagai sertifikasi

Mengingat banyaknya SMK3 yang dikembangkan oleh berbagai institusi

tersebut, timbul kebutuhan untuk menstandarisasikan sekaligus memberikan

sertifikasi atas pencapaiannya. Dari sini lahirlah penilaian kinerja K3 yang disebut

OHSAS 18000 (Occupational Health and Safety Assessment Series). Sistem ini

dapat disertifikasikan melalui lembaga sertifikasi dan diakui secara global.

OHSAS 18000 pertama kali diperkenalkan pada Tahun 1999 dan kemudian

disempurnakan pada Tahun 2007 dan disepakati sebagai suatu Standar Sistem

Manajemen K3. OHSAS 18000 terdiri dari dua bagian yaitu OHSAS 18001

sebagai standar atau persyaratan SMK3, dan OHSAS 18002 sebagai pedoman

pengembangan dan penerapannya.

2.2.3 Proses SMK3

Menurut OHSAS 18001, sistem manajemen merupakan suatu set elemen-

elemen yang saling terkait untuk menetapkan kebijakan dan sasaran untuk

mencapai objektif tersebut. SMK3 terdiri atas dua unsur pokok yaitu proses

manajemen dan elemen-elemen implementasinya. Proses SMK3 menjelaskan

bagaimana sistem manajemen tersebut dijalankan atau digerakkan. Sedangkan

elemen merupakan komponen-komponen kunci yang terintegrasi satu dengan

yang lainnya membentuk satu kesatuan sistem manajemen.

Elemen-elemen ini mencakup antara lain tanggung jawab, wewenang,

hubungan antar fungsi, aktivitas, proses, praktis, prosedur dan sumber daya.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

15

Elemen ini dipakai untuk menetapkan kebijakan K3, perencanaan, objektif dan

program K3. Proses SMK3 menggunakan pendekatan PDCA (Plan – Do – Check

– Action) yaitu mulai dari perencanaan, penerapan, pemeriksaan, dan tindakan

perbaikan. Dengan demikian, SMK3 akan berjalan terus-menerus secara

berkelanjutan selama aktivitas organisasi masih berlangsung.

SMK3 dimulai dengan penetapan kebijakan K3 oleh manajemen puncak

sebagai perwujudan komitmen manajemen dalam mendukung penerapan K3.

Kebijakan K3 selanjutnya dikembangkan dalam perencanaan. Tanpa perencanaan

yang baik, proses K3 akan berjalan tanpa arah (misguided), tidak efisien, dan

tidak efektif. Berdasarkan hasil perencanaan tersebut, dilanjutkan dengan

penerapan dan operasional, melalui pengerahan semua sumber daya yang ada,

serta melakukan berbagai program dan langkah pendukung untuk mencapai

keberhasilan. Secara keseluruhan, hasil penerapan K3 harus ditinjau ulang secara

berkala oleh manajemen puncak untuk memastikan bahwa SMK3 telah berjalan

sesuai dengan kebijakan dan strategi bisnis serta untuk mengetahui kendala yang

dapat mempengaruhi pelaksanaanya. Dengan demikian, organisasi dapat segera

melakukan perbaikan dan langkah koreksi lainnya.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

16

Gambar 2.1 Siklus Manajemen

2.3 Tujuan dan Manfaat K3

Sering timbul anggapan bahwa K3 merupakan pemborosan, pengeluaran

biaya yang sia-sia atau sekadar formalitas yang harus dipenuhi oleh organisasi. K3

masih dianggap sebagai beban tambahan bagi organisasi. Persepsi seperti ini

sangat menghambat pelaksanaan K3. Aspek K3 bersifat multi dimensi. Karena itu

tujuan dan manfaat K3 juga harus dilihat dari berbagai sisi seperti dari sisi hukum,

perlindungan tenaga kerja, ekonomi, pengendalian kerugian, sosial, dan lainnya.

2.4 Kecelakaan dan Keselamatan Kerja

2.4.1 Konsep Kecelakaan

Dalam proses terjadinya (Ramli, 2010:30), kecelakaan terkait empat unsur

produksi yaitu People, Equipment, Material, Environment (PEME) yang saling

berinteraksi dan bersama-sama menghasilkan suatu produk atau jasa. Kecelakaan

PLAN

DOCHECK

ACTIONTinjauan

Manajemen

Pengukuran & Pemantauan

Implementasi

Perencanaan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

17

terjadi dalam proses interaksi tersebut yaitu ketika terjadi kontak antara manusia

dengan alat, material dan lingkungan dimana dia berada. Kecelakaan dapat terjadi

karena kondisi alat atau material yang kurang baik atau berbahaya. Kecelakaan

juga dapat dipicu oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak aman seperti ventilasi,

penerangan, kebisingan, atau suhu yang tidak aman melampaui ambang batas. Di

samping itu, kecelakaan juga dapat bersumber dari manusia yang melakukan

kegiatan di tempat kerja dan menangani alat atau material.

Faktor-faktor penyebab kecelakaan seperti dikemukakan oleh H.W.

Heinrich (1930) dengan teori dominonya yang menggolongkan atas:

a. Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe action), misalnya tidak mau

menggunakan alat keselamatan dalam bekerja, melepas alat pengaman atau

bekerja sambil bergurau. Tindakan ini dapat membahayakan dirinya dan orang

lain yang dapat berakhir dengan kecelakaan.

b. Kondisi tidak aman (unsafe condition), yaitu kondisi di lingkungan kerja baik

alat, material, maupun lingkungan yang tidak aman dan membahayakan.

Teori tersebut selanjutnya dikembangkan oleh Frank Bird yang

menggolongkan atas sebab langsung (immediate causes) dan faktor dasar (basic

causes). Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu yang langsung

menyebabkan terjadinya kecelakaan, sedangkan penyebab tidak langsung

merupakan faktor yang turut memberikan kontribusi terhadap kejadian tersebut.

2.4.2 Pendekatan Pencegahan Kecelakaan

Prinsip mencegah kecelakaan sebenarnya sangat sederhana yaitu dengan

menghilangkan faktor penyebab kecelakaan yang disebut tindakan tidak aman dan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

18

kondisi yang tidak aman. Namun dalam prakteknya tidak semudah yang

dibayangkan karena menyangkut berbagai unsur yang saling tekait mulai dari

penyebab langsung, penyebab dasar dan latar belakang. Oleh karena itu,

berkembang berbagai pendekatan dalam pencegahan kecelakaan. Banyak teori

dan konsep yang dikembangkan para ahli, dan beberapa diantaranya yaitu:

a. Pendekatan Energi

Sesuai dengan konsep energi, kecelakaan bermula karena adanya sumber

energi yang mengalir mencapai penerima (recipient). Karena itu pendekatan

energi mengendalikan kecelakaan melalui tiga titik yaitu pada sumbernya, pada

aliran energi (path way) dan pada penerima.

b. Pendekatan Manusia

Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian mengenai K3 dilakukan

berbagai pendekatan dan program K3 antara lain:

1). Pembinaan dan Pelatihan

2). Promosi dan Kampanye K3

3). Pembinaan Perilaku Aman

4). Pengawasan dan Inspeksi K3

5). Audit K3

6). Komunikasi K3

7). Pengembangan prosedur kerja aman (Safe Working Practices)

c. Pendekatan Teknis

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

19

Pendekatan teknis menyangkut kondisi fisik, peralatan, material, proses

maupun lingkungan kerja yang tidak aman. Untuk mencegah kecelakaan yang

bersifat teknis dilakukan upaya keselamatan antara lain:

1) Rancang bangun yang aman disesuaikan dengan persyaratan teknis dan

standar yang berlaku untuk menjamin kelaikan instalasi atau peralatan kerja.

2) Sistem pengaman pada peralatan atau instalasi untuk mencegah kecelakaan

dalam pengoperasian alat atau instalasi.

d. Pendekatan Administratif

Pendekatan secara administratif dapat dilakukan dengan berbagai cara

antara lain:

1) Pengaturan waktu dan jam kerja sehingga tingkat kelelahan dan paparan

bahaya dapat dikurangi

2) Penyediaan alat keselamatan kerja

3) Mengembangkan dan menetapkan prosedur dan peraturan tentang K3

4) Mengatur pola kerja, sistem produksi dan proses kerja

e. Pendekatan Manajemen

Banyak kecelakaan yang disebabkan oleh faktor manajemen yang tidak

kondusif sehingga mendorong terjadinya kecelakaan. Upaya pencegahan yang

dilakukan antara lain:

1) Menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)

2) Mengembangkan organisasi K3 yang efektif

3) Mengembangkan komitmen dan kepemimpinan dalam K3, khususnya untuk

manajemen tingkat atas.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

20

2.4.3 Filosofi Keselamatan

Setiap kecelakaan pasti ada penyebabnya. Tidak ada kejadian apapun yang

tanpa sebab sebagai pemicunya. Jika faktor penyebab tersebut dihilangkan, maka

dengan sendirinya kecelakaan bisa dicegah. Atas dasar tersebut, maka menurut

Heinrich yaitu setiap kecelakaan dapat dicegah. Selanjutnya dikemukakan sepuluh

aksioma sebagai berikut:

a. Bahwa kecelakaan merupakan rangkaian proses sebab dan akibat. Tidak ada

kecelakaan yang disebabkan oleh faktor tunggal, namun merupakan

rangkaian sebab dan akibat yang saling terkait.

b. Bahwa sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan

tindakannya yang tidak aman.

c. Bahwa kondisi yang tidak aman dapat membahayakan dan menimbulkan

kecelakaan.

d. Bahwa tindakan tidak aman dari seseorang dipengaruhi oleh tingkah laku,

kondisi fisik, pengetahuan dan keahlian serta kondisi lingkungan kerjanya.

e. Untuk itu upaya pencegahan kecelakaan harus mencakup berbagai usaha

antara lain dengan melakukan perbaikan teknis, tindakan persuasif,

penyesuaian individu dengan pekerjaannya dan dengan melakukan

penegakan disiplin (law inforcement).

f. Keparahan suatu kecelakaan berbeda satu dengan lainnya.

g. Program pencegahan kecelakaan harus sejalan dengan program lainnya

dalam organisasi.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

21

h. Pencegahan kecelakaan atau program keselamatan dalam organisasi tidak

akan berhasil tanpa dukungan dan peran serta manajemen puncak dalam

organisasi.

i. Pengawas merupakan unsur kunci dalam program K3

j. Bahwa usaha keselamatan menyangkut aspek ekonomis.

2.4.4 Persyaratan Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja dalam suatu tempat kerja mencakup berbagai aspek

yang berkaitan dengan kondisi dan keselamatan sarana produksi, manusia dan

cara kerja. Persyaratan keselamatan kerja menurut Undang-undang No.1 tahun

1970 adalah sebagai berikut:

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

c. Mencegah dan mengurangi bahaya kebakaran

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri dalam kejadian

kebakaran atau kejadian lainnya

e. Memberikan pertolongan dalam kecelakaan

f. Memberikan alat pelindung diri bagi pekerja

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,

kelembapan, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar

atau radiasi, suara atau getaran

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik,

maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

22

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai

j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik

k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang baik

l. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan

proses kerja

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman,

atau barang

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan, dan

penyimpanan barang.

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

2.5 Alat Pelindung Diri (APD)

Perlindungan tenaga kerja melalui usaha – usaha teknis pengamanan

tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan. Namun

kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya.

Sehingga pihak manajemen akan mengambil tindakan untuk melindungi pekerja

itu dengan berbagai cara yaitu mengurangi sumber bahaya ataupun menggunakan

alat pelindung diri (personal protective devices). Namun dalam realisasinya

pemakaian APD masih sangat sulit, mengingat para pekerja akan menganggap

bahwa alat ini akan mengganggu pekerjaan.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

23

APD adalah suatu kewajiban dimana biasanya para pekerja atau buruh

bangunan yang bekerja di sebuah proyek atau pembangunan sebuah gedung,

diwajibkan menggunakannya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah

melalui Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. Alat-alat demikian harus

memenuhi persyaratan tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan

efektif terhadap jenis bahaya.

APD berperan penting terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam

pembangunan nasional, tenaga kerja memiliki peranan dan kedudukan yang

penting sebagai pelaku pembangunan, sehingga perlu dilakukan upaya – upaya

perlindungan baik dari aspek ekonomi, politik, sosial, teknis dan medis dalam

mewujudkan kesejahteraan tenaga kerja. Terjadinya kecelakaan kerja dapat

mengakibatkan korban jiwa, cacat, kerusakan peralatan, menurunnya mutu dan

hasil produksi, terhentinya proses produksi, kerusakan lingkungan, dan akhirnya

akan merugikan semua pihak serta berdampak pada perekonomian nasional.

Bahaya yang mungkin terjadi di lantai produksi dan menimpa tenaga kerja adalah:

a. Tertimpa benda keras dan berat

b. Tertusuk atau terpotong benda tajam

c. Terjatuh dari tempat tinggi

d. Terbakar atau terkena aliran listrik

e. Terkena zat kimia berbahaya pada kulit atau melalui pernafasan

f. Rusak pendengaran karena kebisingan

g. Rusak penglihatan karena cahaya berlebihan

h. Terkena radiasi

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

24

Kerugian yang harus ditanggung apabila terjadi kecelakaan adalah :

a. Produktivitas pekerja berkurang selama beberapa waktu

b. Adanya biaya perawatan medis atas tenaga kerja yang terluka, cacat, bahkan

meninggal

c. Kerugian atas kerusakan mesin

d. Menurunnya efisiensi perusahaan, dan lain-lain

APD bukanlah alat yang nyaman apabila dikenakan tetapi fungsi dari alat

ini sangatlah besar sebab dapat mencegah penyakit akibat kerja ataupun

kecelakaan pada waktu bekerja. Pada kenyataannya banyak para pekerja yang

masih belum mengenakan APD karena merasakan ketidaknyamanan saat bekerja.

Berdasarkan Pasal 14 huruf c UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,

pengusaha wajib menyediakan APD secara cuma-cuma terhadap tenaga kerja dan

orang lain yang memasuki tempat kerja. Apabila kewajiban pengusaha/pengurus

perusahaan tersebut tidak dipenuhi merupakan suatu pelanggaran undang-undang.

Berdasarkan Pasal 12 huruf b, tenaga kerja diwajibkan memakai APD yang telah

disediakan. APD yang disediakan oleh pengusaha dan dipakai oleh tenaga kerja

harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan sertifikat. Tenaga kerja berhak

menolak memakainya jika APD yang disediakan tidak memenuhi syarat. Dari

ketiga pemenuhan persyaratan tersebut, harus diperhatikan faktor – faktor

pertimbangan dimana APD harus :

a. Enak dan nyaman dipakai

b. Tidak mengganggu ketenangan kerja dan tidak membatasi ruang gerak pekerja

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

25

c. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap segala jenis bahaya/potensi

bahaya

d. Memenuhi syarat estetika

e. Memperhatikan efek samping penggunaan APD

f. Mudah dalam pemeliharaan, tepat ukuran, tepat penyediaan, dan harga

terjangkau

Beberapa jenis APD antara lain : masker, kacamata, sepatu pengaman,

sarung tangan, topi pengaman (helmet), perlindungan telinga, perlindungan paru-

paru, dan APD lainnya. Penggunaan pelindung wajah dan alat pernafasan

(Masker) pada tempat – tempat kerja tertentu seringkali udaranya kotor yang

diakibatkan oleh bermacam-macam sebab antara lain: debu – debu kasar dari

penggerindaan atau operasi – operasi sejenis; racun dan debu halus yang

dihasilkan dari pengecatan atau asap; uap beracun atau gas beracun dari pabrik

kimia; bukan gas beracun tetapi seperti Karbondioksida (CO2) yang menurunkan

konsentrasi Oksigen (O2) di udara. Untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran

tersebut, kita dapat menggunakan alat yang disebut masker . Hal yang perlu

diperhatikan dalam menggunakan masker yaitu: bagaimana menggunakan masker

secara benar; macam dari kotoran debu yang perlu dihindari; dan lamanya

menggunakan alat tersebut.

Jenis – jenis masker dan penggunaannya :

a. Masker penyaring debu, berguna untuk melindungi pernafasan dari serbuk –

serbuk logam, pengerindahan atau serbuk kasar lainnya.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

26

b. Masker berhidung, berguna untuk menyaring debu atau benda lain sampai

ukuran 0,5 mikron, bila kita sulit bernafas waktu memakai alat ini maka

hidungnya harus diganti karena filternya telah tersumbat oleh debu.

c. Masker bertabung, mempunyai filter yang baik daripada masker berhidung.

Masker ini sangat tepat digunakan untuk melindungi pernafasan dari gas

tertentu. Bermacam-macam tabung dapat dipasangkan dan tertulis untuk

macam gas yang bagaimana masker tersebut digunakan.

Salah satu masalah tersulit dalam pencegahan kecelakaan adalah

pencegahan kecelakaan yang menimpa mata. Orang-orang merasa enggan

memakai kacamata (goggles) karena ketidaknyamanannya sehingga dengan

alasan tersebut pekerja merasa mengurangi kenikmatan kerja. Banyak upaya yang

harus diselenggarakan ke arah pembinaan disiplin, atau melalui pendidikan dan

penggairahan, agar tenaga kerja memakainya. Tenaga kerja yang berpandangan

bahwa risiko kecelakaan terhadap mata adalah besar akan memakainya dengan

kemauan sendiri. Sebaliknya, jika mereka merasa bahwa bahaya itu kecil, mereka

tidak akan mau memakainya. Kecelakaan mata berbeda – beda dan aneka jenis

kacamata pelindung diperlakukan. Misalnya, pekerjaan dengan kemungkinan

adanya risiko dari bagian-bagian yang melayang memerlukan kacamata dengan

lensa yang kokoh, sedangkan bagi pengelasan diperlakukan lensa penyaringan

sinar las yang tepat.

Sepatu pengaman (Safety Shoes) harus dapat melindungi tenaga kerja

terhadap kecelakaan-kecelakaan yang disebabkan oleh beban berat yang menimpa

kaki, paku-paku atau benda tajam lain yang mungkin terinjak, logam pijar, asam –

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

27

asam, dan sebagainya. Biasanya sepatu kulit yang buatannya kuat dan baik, cukup

memberikan perlindungan, tetapi terhadap kemungkinan tertimpa benda – benda

berat masih perlu sepatu dengan ujung bertutup baja dan lapisan baja di dalam

solnya. Lapis baja di dalam sol perlu untuk melindungi tenaga kerja dari tusukan

benda runcing dan tajam khususnya pada pekerjaan bangunan.

Sarung Tangan (Gloves) harus diberikan kepada tenaga kerja dengan

pertimbangan akan bahaya – bahaya dan persyaratan yang diperlukan, antara lain

syaratnya adalah bebannya bergerak jari dan tangan. Macamnya tergantung pada

jenis kecelakaan yang akan dicegah yaitu tusukan, sayatan, terkena benda panas,

terkena bahan kimia, terkena aliran listrik, terkena radiasi, dan sebagainya. Harus

diingat bahwa memakai sarung tangan ketika bekerja pada mesin pengebor, mesin

pengepres dan mesin lainnya yang dapat menyebabkan tertariknya sarung tangan

ke mesin adalah berbahaya. Sarung tangan juga sangat membantu pada pekerjaan

yang berkaitan dengan benda kerja yang panas, tajam ataupun benda kerja yang

licin. Sarung tangan juga dipergunakan sebagai isolator untuk pengerjaan listrik.

Helm Pengaman (Safety Helmet) harus dipakai oleh tenaga kerja yang

mungkin tertimpa pada kepala oleh benda jatuh, melayang, atau benda-benda lain

yang bergerak. Topi demikian harus cukup keras dan kokoh, tetapi ringan. Bahan

plastik dengan lapisan kain terbukti sangat cocok untuk keperluan ini. Telinga

harus dilindungi selain dari suara yang berlebihan atau kebisingan, juga dari

loncatan api, percikan logam, pijar, atau partikel-partikel yang melayang.

Perlindungan terhadap kebisingan dilakukan dengan sumbat atau tutup telinga.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

28

Masih terdapat APD lainnya seperti tali pengaman bagi tenaga kerja yang

mungkin terjatuh, selain itu mungkin pula diadakan tempat kerja khusus bagi

tenaga kerja dengan segala alat proteksinya. Juga pakaian khusus bagi tenaga

kerja saat terjadinya kecelakaan atau untuk penyelamatan. Pakaian kerja harus

dianggap suatu alat perlindungan terhadap bahaya – bahaya kecelakaan.

2.6 Kesehatan Kerja

Hal – hal yang terkait prihal kesehatan kerja diantaranya diatur dalam UU

No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, terutama yang tertuang dalam Bab

tersendiri yaitu prihal Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja.

2.6.1. Kesehatan Lingkungan

Prihal Kesehatan Lingkungan, dalam beberapa pasal menyebutkan tentang

upaya kesehatan lingkungan yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas

lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Adapun lingkungan sehat yang dimaksud mencakup lingkungan permukiman,

tempat kerja, tempat rekreasi, dan fasilitas umum. Lingkungan sehat juga

dimaksudkan bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan

antara lain: limbah cair; limbah padat; limbah gas; sampah yang tidak diproses

sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah; binatang pembawa

penyakit; zat kimia yang berbahaya; kebisingan yang melebihi ambang batas;

radiasi sinar pengion dn non pengion; air yang tercemar; udara yang tercemar; dan

makanan yang terkontaminasi.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

29

2.6.2 Kesehatan Kerja

Prihal Kesehatan Kerja, dalam beberapa pasal menyebutkan tentang upaya

kesehatan kerja yang ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan

terhindar dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh

pekerjaan, meliputi pekerja di sektor formal dan informal, serta berlaku bagi

setiap orang selain pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja. Pengelola

tempat kerja wajib mentaati standar kesehatan kerja sesuai dengan standar yang

ditetapkan pemerintah, serta menjamin lingkungan kerja yang sehat dan

bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja. Pengelola tempat kerja wajib

melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan,

peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja. Pekerja wajib

menciptakan dan menjaga kesehatan tempat kerja yang sehat dan mentaati

peraturan yang berlaku di tempat kerja. Dalam penyeleksian pemilihan calon

pegawai pada perusahaan, hasil pemeriksaan kesehatan secara fisik dan mental

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Majikan

atau pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan,

peningkatan, pengobatan dan pemulihan serta wajib menanggung seluruh biaya

pemeliharaan kesehatan pekerja.

2.6.3 Pengelolaan Sampah

Terkait dengan kesehatan, pengelolaan sampah juga menjadi hal yang

sangat penting. Seperti yang diatur dalam Undang - Undang No. 18 Tahun 2008

tentang Pengelolaan Sampah. Proses pembangunan yang dilakukan oleh bangsa

Indonesia harus diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

30

dan berwawasan lingkungan sesuai dengan amanah Pasal 33 Ayat (4) Undang –

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemanfaatan sumber daya

alam masih menjadi modal dasar pembangunan di Indonesia saat ini dan masih

diandalkan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, penggunaan sumber daya

alam tersebut harus dilakukan secara bijak. Pemanfaatan sumber daya alam

tersebut hendaknya dilandasi oleh tiga pilar pembangunan berkelanjutan yaitu:

menguntungkan secara ekonomi (economically viable), diterima secara sosial

(socially acceptable), dan ramah lingkungan (environmentally sound). Proses

pembangunan yang diselenggarakan dengan cara tersebut diharapkan dapat

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas kehidupan generasi masa kini dan yang

akan datang.

Aktivitas pembangunan yang dilakukan dalam berbagai bentuk usaha

dan/atau kegiatan pada dasarnya akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan.

Dengan diterapkannya prinsip berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dalam

proses pelaksanaan pembangunan, dampak terhadap lingkungan yang diakibatkan

oleh berbagai aktivitas pembangunan tersebut dianalisis sejak awal

perencanaannya, sehingga langkah pengendalian dampak negatif dan

pengambangan dampak positif dapat disiapkan sedini mungkin. Perangkat atau

instrumen yang dapat digunakan untuk melakukan hal tersebut adalah AMDAL

dan UKL – UPL. Pasal 22 Undang – Undang No.32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menetapkan bahwa setiap usaha

dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib

memiliki AMDAL. AMDAL tidak hanya mencakup kajian terhadap aspek

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

31

biogeofisik dan kimia saja, tetapi juga aspek sosial ekonomi, sosial budaya dan

kesehatan masyarakat. Sedangkan untuk setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak

berdampak penting, sesuai dengan ketentuan Pasal 34 Undang – Undang No.32

Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup diwajibkan

untuk memiliki UKL – UPL. Pelaksanaan AMDAL dan UKL – UPL harus lebih

sederhana dan bermutu serta menuntut profesionalisme, akuntabilitas dan

integritas semua pihak terkait agar instrumen dapat digunakan sebagai perangkat

pengambilan keputusan yang efektif.

AMDAL dan UKL – UPL juga merupakan salah satu syarat untuk

mendapatkan Ijin Lingkungan. Pada dasarnya proses penilaian Amdal atau

pemeriksaan UKL – UPL merupakan satu kesatuan dengan proses permohonan

dan penerbitan Ijin Lingkungan. Dengan dimasukkannya AMDAL dan UKL –

UPL dalam proses perencanaan usaha dan/atau kegiatan, Menteri, Gubernur, atau

Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya mendapatkan informasi yang luas

dan mendalam terkait dengan dampak lingkungan yang mungkin terjadi dari suatu

rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut dan langkah-langkah pengendaliannya,

baik dari aspek teknologi, sosial, dan kelembagaan. Berdasarkan informasi

tersebut, pengambilan keputusan dapat mempertimbangkan dan menetapkan

apakah suatu rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut layak, tidak layak,

disetujui, atau ditolak, dan Ijin Lingkungannya dapat diterbitkan. Masyarakat juga

dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan dan penerbitan Ijin Lingkungan.

Tujuan diterbitkannya Ijin Lingkungan antara lain untuk memberikan

perlindungan terhadap lingkungan hidup yang lestari dan berkelanjutan,

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

32

meningkatkan upaya pengendalian usaha dan/atau kegiatan yang berdampak

negatif pada lingkungan hidup, memberikan kejelasan prosedur, mekanisme dan

koordinasi antar instansi dalam penyelenggaraan perijinan untuk usaha dan/atau

kegiatan, dan memberikan kepastian hukum dalam usaha dan/atau kegiatan.

Dalam Undang – Undang ini, yang dimaksud dengan :

a. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang

berbentuk padat.

b. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi dan/atau

volumenya memerlukan pengelolaan khusus.

c. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah.

d. Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang

menghasilkan timbulan sampah.

e. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan

berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

f. Tempat penampungan sementara adalah tempat sebelum sampah diangkut ke

tempat pendaur ulangan, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah

terpadu.

g. Tempat pengolahan sampah terpadu adalah tempat dilaksanakannya kegiatan

pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan,

dan pemrosesan akhir sampah.

h. Tempat pemprosesan akhir adalah tempat untuk memproses dan

mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan

lingkungan.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

33

i. Kompensasi adalah pemberian imbalan kepada orang yang terkena dampak

negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat

pemrosesan akhir sampah.

j. Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan hukum.

k. Sistem tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam

rangka pengendalian yang meliputi pencegahan dan penanggulangan

kecelakaan akibat pengelolaan sampah yang tidak benar.

l. Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut pemerintah adalah Presiden

Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara

Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

m. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat

daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

n. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang pengelolaan lingkungan hidup dan di bidang pemerintahan lain yang

terkait.

Ruang Lingkup dalam Undang – Undang ini mencakup:

a. Sampah yang dikelola berdasarkan UU ini terdiri atas sampah rumah tangga,

sampah sejenis sampah rumah tangga, dan sampah spesifik.

b. Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga,

tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

34

c. Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersial,

kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau

fasilitas lainnya.

d. Sampah spesifik meliputi sampah yang mengandung bahan berbahaya dan

beracun, sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun,

sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang

secara teknologi belum dapat diolah, dan/atau sampah yang timbul secara

tidak periodik.

e. Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis sampah spesifik diatur dengan

peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

lingkungan hidup.

2.6.4 Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah

Hal – hal yang terkait Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah:

a. Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga

terdiri atas pengurangan sampah dan penanganan sampah.

b. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah,

pendauran ulang sampah, dan/atau pemanfaatan kembali sampah.

c. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan sebagai berikut

yaitu menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka

waktu tertentu, memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan,

memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan, memfasilitasi

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

35

kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang, memfasilitasi pemasaran

produk-produk daur ulang.

d. Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan menggunakan bahan produksi

yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat

didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.

e. Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah menggunakan

bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh

proses alam.

f. Kegiatan penanganan sampah meliputi: pemilahan dalam bentuk

pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau

sifat sampah; pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan

sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat

pengolahan sampah terpadu; pengangkutan dalam bentuk membawa sampah

dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari

tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;

pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi dan jumlah

sampah; dan/atau pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian

sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan

secara aman.

g. Pengelolaan sampah spesifik adalah tanggung jawab Pemerintah

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

36

2.7 Manajemen Proyek Konstruksi

2.7.1 Definisi Proyek

Proyek didefinisikan sebagai sebuah rangkaian aktivitas unik yang saling

terkait untuk mencapai suatu hasil tertentu dan dilakukan dalam periode waktu

tertentu pula. Menurut PMBOK Guide (2004), sebuah proyek memiliki beberapa

karakteristik penting yang terkandung di dalamnya yaitu: temporary, unique,

progressive elaboration. Sementara (temporary) berarti setiap proyek selalu

memiliki jadwal yang jelas kapan dimulai dan kapan diselesaikan. Sebuah proyek

berakhir jika tujuannya telah tercapai atau kebutuhan terhadap proyek itu tidak

ada lagi sehingga proyek tersebut dihentikan. Unique artinya bahwa setiap proyek

menghasilkan suatu produk, solusi, service atau output tertentu yang berbeda-beda

datu dan lainnya. Progressive elaboration adalah karakteristik proyek yang

berhubungan dengan dua konsep sebelumnya yaitu sementara dan unik. Setiap

proyek terdiri dari langkah-langkah yang terus berkembang dan berlanjut sampai

proyek berakhir. Setiap langkah semakin memperjelas tujuan proyek.

Karakteristik – karakteristik tersebut di atas yang membedakan aktivitas

suatu proyek terhadap aktivitas rutin operasional. Aktivitas operasional cenderung

bersifat terus – menerus dan berulang – ulang, sementara aktivitas proyek bersifat

temporer dan unik. Dari segi tujuannya, aktivitas akan berhenti ketika tujuan telah

tercapai. Sementara aktivitas operasional akan terus menyesuaikan tujuannya agar

pekerjaan tetap berjalan.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

37

2.7.2 Definisi Manajemen Proyek

Manajemen proyek adalah aplikasi pengetahuan (knowledges),

keterampilan (skills), alat (tools) dan teknik (techniques) dalam aktivitas –

aktivitas proyek untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan proyek (PMBOK,

2004). Manajemen proyek dilaksanakan melalui aplikasi dan integrasi tahapan

proses manajemen proyek yaitu initiating, planning, executing, monitoring dan

controlling serta akhirnya closing keseluruhan proses proyek tersebut. Dalam

pelaksanaannya, setiap proyek selalu dibatasi oleh kendala-kendala yang sifatnya

saling mempengaruhi dan biasa disebut sebagai segitiga project constraint

(lingkup pekerjaan, waktu dan biaya), dimana keseimbangan ketiga konstrain

tersebut akan menentukan kualitas suatu proyek. Perubahan salah satu atau lebih

faktor tersebut akan mempengaruhi setidaknya satu faktor lainnya.

Untuk situasi sekarang, perusahaan perlu juga menjaga agar pencapaian

yang diperoleh dalam pelaksanaan proyek tetap menjaga hubungan baik dengan

pelanggan (customer relation). Hal ini ditunjukkan dalam Gambar 2.2. Dalam

gambar tersebut ditunjukkan bahwa dalam pencapaian tujuan proyek, kita perlu

memperhatikan batasan waktu, biaya, lingkup pekerjaan dengan memanfaatkan

resources yang kita punyai (Budi Santosa,2009). Di sini juga bisa dikemukakan

bahwa dalam pelaksanaan proyek ada tawar – menawar (trade off) antara berbagai

pembatas. Jika kualitas hasil ingin dinaikkan, akan membawa konsekuensi

kenaikan biaya dan waktu. Sebaliknya, jika biaya ditekan agar lebih murah

dengan waktu pelaksanaan tetap sama, maka konsekuensinya, kualitas bisa turun.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

38

Gambar 2.2 Pembatas-pembatas dalam Pelaksanaan Proyek

(Sumber : Budi Santosa,2009)

2.7.3 Macam-Macam Proyek

Menurut jenis pekerjaannya, proyek bisa diklasifikasikan antara lain

sebagai berikut:

1. Proyek Konstruksi

Proyek ini biasanya berupa pekerjaan membangun atau membuat produk fisik.

Sebagai contoh adalah proyek pembangunan jalan raya, jembatan atau

bangunan konstruksi lainnya.

2. Proyek Penelitian dan Pengembangan

Hubungan Baik

dengan Customer

Lingkup Pekerjaan Waktu

Resources

Biaya

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

39

Proyek ini bisa berupa penemuan produk baru, temuan alat baru, atau

penelitian mengenai ditemukannya bibit unggul untuk suatu tanaman. Proyek

ini bisa muncul di lembaga komersial maupun pemerintah. Setelah suatu

produk baru ditemukan atau dibuat biasanya disusul pembuatan secara massal

untuk dikomersialisasikan.

3. Proyek yang Berhubungan dengan Manajemen Jasa

Proyek ini sering muncul dalam perusahaan maupun instansi pemerintah.

Proyek ini bisa berupa : perancangan struktur organisasi; pembuatan sistem

informasi manajemen; peningkatan produktivitas perusahaan; dan pemberian

training.

2.7.4 Ukuran Proyek

Proyek bisa dilihat dari sumber daya yang dibutuhkan, biayanya dan

waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya. Hal-hal ini digunakan sebagai

kriteria ukuran proyek, sehingga ukuran proyek bisa dilihat dari jumlah

kegiatannya, besarnya biaya, jumlah tenaga kerja, dan waktu yang dibutuhkan.

Sedangkan tingkat kompleksitasnya suatu proyek ditandai dengan jumlah kegiatan

dan hubungan antar kegiatan, jenis dan jumlah hubungan antar

kelompok/organisasi dalam proyek, jenis dan jumlah hubungan antar kelompok di

dalam organisasi dan pihak luar, dan tingkat kesulitan. Suatu proyek bisa

berukuran besar dengan jumlah kegiatan banyak, tenaga kerja besar namun

tingkat kesulitannya sedang.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

40

2.7.5 Pandangan terhadap Manajemen Proyek

Ada cara pandang yang berbeda antara pandangan tradisional dan pandangan baru

terhadap manajemen proyek. Beberapa perbedaan antara bagaimana pandangan

tradisional dan pandangan baru terhadap manajemen proyek disajikan dalam

Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Pandangan Baru dan Tradisional terhadap Manajemen Proyek

Pandangan Tradisional Pandangan Baru

Manajemen proyek perlu lebih banyak

orang dan ongkos tambahan

Manajemen proyek memungkinkan

untuk menyelesaikan lebih banyak

pekerjaan dengan ongkos lebih murah,

dengan lebih sedikit orang

Keuntungan menurun Keuntungan akan meningkat

Manajemen proyek meningkatkan

jumlah perubahan cakupan pekerjaan

Manajemen proyek akan memberikan

kontrol yang lebih baik terhadap

perubahan cakupan pekerjaan

Manajemen proyek menciptakan

ketidakstabilan dan konflik

Manajemen proyek organisasi makin

efisien dan efektif melalui prinsip

perilaku organisasi yang lebih baik

Manajemen proyek menyerahkan

produk kepada pelanggan

Manajemen proyek memberikan solusi

Ongkos manajemen proyek membuat

tidak kompetitif

Manajemen proyek meningkatkan

bisnis kita

Manajemen proyek menambah masalah

kualitas

Manajemen proyek meningkatkan

kualitas

Sumber : Budi Santosa, 2009

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

41

2.8 Manajemen Risiko

2.8.1 Konsep Risiko

Memahami konsep risiko secara luas, akan merupakan dasar yang esensial

untuk memahami konsep dan teknik manajemen risiko. Oleh karena itu, dengan

mempelajari berbagai definisi risiko, diharapkan pemahaman tentang konsep

risiko menjadi semakin jelas. Definisi yang pertama adalah risk is the chance of

loss yang menyebutkan bahwa risiko adalah kans kerugian, biasanya

dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana terdapat suatu

keterbukaan (exposure) terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian.

Sebaliknya jika disesuaikan dengan istilah yang dipakai dalam statistik, maka

chance sering dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan

munculnya situasi tertentu. Definisi berikutnya adalah risk is the possibility of loss

yaitu risiko merupakan kemungkinan kerugian, dimana istilah possibility berarti

bahwa probabilitas suatu peristiwa berada diantara satu dan nol. Selanjutnya risk

is uncertainty yaitu risiko adalah ketidakpastian baik yang bersifat subjektif

maupun objektif. Ketidakpastian subjektif merupakan penilaian individu terhadap

situasi risiko, sedangkan ketidakpastian objektif dimaksudkan sebagai frekuensi

relatif yang didasarkan atas perhitungan ilmiah.

2.8.2 Manajemen Risiko K3

Tujuan upaya K3 adalah untuk mencegah kecelakaan yang ditimbulkan

karena adanya suatu bahaya di lingkungan kerja. Karena itu pengembangan

SMK3 harus berbasis pengendalian risiko sesuai dengan sifat dan kondisi bahaya

yang ada. Bahkan secara ekstrem dapat dikatakan bahwa K3 tidak diperlukan jika

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

42

tidak sumber bahaya yang harus dikelola. Perhatikan Gambar 2.3 yang

memperlihatkan hubungan bahaya dengan risiko. Keberadaan bahaya dapat

mengakibatkan terjadinya kecelakaan atau insiden yang membawa dampak

terhadap manusia, peralatan, material dan lingkungan (Soehatman Ramli, 2010).

Risiko menggambarkan besarnya potensi bahaya tersebut untuk dapat

menimbulkan insiden atau cedera pada manusia yang ditentukan oleh

kemungkinan dan keparahan yang diakibatkannya. Adanya bahaya dan risiko

tersebut harus dikelola dan dihindarkan melalui manajemen K3 yang baik. Karena

itu, manajemen K3 memiliki kaitan yang sangat erat dengan manajemen risiko.

Gambar 2.3 Hubungan Bahaya dan Risiko

(Sumber : Soehatman Ramli, 2010)

2.8.3 Proses HIRARC dalam Manajemen Risiko

Sesuai persyaratan OHSAS 18001, organisasi harus menetapkan prosedur

mengenai identifikasi bahaya (Hazards Identification), penilaian risiko (Risk

Assessment), dan pengendalian risiko (Risk Control) atau disingkat HIRARC.

Keseluruhan proses ini disebut juga manajemen risiko (Risk Management).

Bahaya

RISIKO

Kecelakaan Manajemen K3

Pihak Terdampak (Manusia Lingkungan Material Peralatan)

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

43

HIRARC merupakan elemen pokok dalam SMK3 yang berkaitan langsung

dengan upaya pencegahan dan pengendalian bahaya. Disamping itu, HIRARC

juga merupakan bagian dari sistem manajemen risiko. Menurut OHSAS 18001,

HIRARC harus dilakukan di seluruh aktivitas organisasi untuk menentukan

kegiatan organisasi yang mengandung potensi bahaya dan menimbulkan dampak

serius terhadap K3. Selanjutnya hasil HIRARC menjadi masukan untuk

penyusunan objektif dan target K3 yang akan dicapai, yang dituangkan dalam

program kerja. HIRARC merupakan titik pangkal dari pengelolaan K3. Jika

HIRARC tidak dilakukan dengan baik maka penerapan K3 akan salah arah, acak

atau virtual, karena tidak mampu menangani isu pokok yang ada dalam

organisasi. Elemen-elemen lainnya seperti pelatihan, dokumentasi, komunikasi,

pengukuran, pengendalian rekaman dan lainnya adalah untuk menopang atau

mengacu kepada program pengendalian risiko. Jangan terjadi sebaliknya, dimana

organisasi hanya fokus kepada elemen – elemen pendukung, lengkap dengan

prosedur dan dokumentasinya, namun mengabaikan proses HIRARC, sehingga

kecelakaan masih akan dapat terjadi.

2.9 Konsep Perilaku

2.9.1 Definisi Umum Perilaku

Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan kata lain,

perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai

tujuan tertentu. Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui secara sadar oleh

individu yang bersangkutan. Adakalanya kita bertanya:”mengapa saya melakukan

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

44

hal itu?” Sigmund Freud adalah orang pertama yang memahami pentingnya

motivasi di bawah sadar (Subsconcious Motivation), dimana beliau beranggapan

bahwa manusia tidak selalu menyadari tentang segala sesuatu yang diinginkan,

sehingga sebagian besar perilaku mereka dipengaruhi oleh motif-motif atau

kebutuhan-kebutuhan di bawah sadar. Sebagai analogi tentang motivasi

kebanyakan orang, dapat kita menggunakan struktur sebuah gunung es. Segmen

penting motivasi manusia muncul di bawah permukaan (gunung es tersebut) hal

mana tidak selalu terlihat oleh individu yang bersangkutan. Maka oleh karenanya,

seringkali hanya sebagian kecil dari motivasi jelas terlihat atau disadari oleh orang

yang bersangkutan. Kesatuan dasar perilaku adalah sebuah aktivitas. Sebenarnya

semua perilaku merupakan suatu seri aktivitas. Guna dapat meramalkan perilaku,

para manajer mengetahui motif-motif atau kebutuhan-kebutuhan apa pada

manusia yang menyebabkan timbulnya tindakan tertentu pada waktu tertentu.

2.9.2 Motivasi dalam Perilaku

Manusia bukan saja menunjukkan perbedaan dalam kemampuan, tetapi

juga ada perbedaan dalam keinginan untuk melakukan sesuatu atau motivasi.

Motivasi orang – orang bergantung pada kekuatan motif-motif mereka. Kadang-

kadang motif-motif dinyatakan orang sebagai kebutuhan (needs), keinginan

(wants), dorongan (drives), atau impuls – impuls di dalam individu yang

bersangkutan. Motif – motif merupakan “mengapa” dari perilaku. Mereka

menimbulkan dan mempertahankan aktivitas serta menentukan arah umum

perilaku seorang individu. Pada dasarnya motif – motif atau kebutuhan –

kebutuhan merupakan sumber terjadinya aksi.

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

45

2.9.3 Tujuan dalam Perilaku

Tujuan – tujuan berada di luar seorang individu, yaitu mereka kadang –

kadang dinyatakan sebagai imbalan yang diharapkan ke arah mana motif – motif

diarahkan. Tujuan – tujuan tersebut seringkali dinamakan perangsang –

perangsang (incentives) oleh para ahli ilmu jiwa. Tetapi sebaiknya kita tidak

menggunakan istilah tersebut oleh karena kebanyakan orang mengaitkan imbalan

dengan imbalan finansial konkret, seperti upah/gaji yang meningkat, tetapi kita

pun harus mengakui bahwa terdapat pula cukup banyak imbalan yang tak

berbentuk (intangible rewards) seperti misalnya pujian atau kekuasaan, yang

sama pentingnya dalam hal menimbulkan perilaku. Para manajer yang berhasil

dalam memotivasi pegawai mereka umumnya menyediakan sebuah lingkungan

dimana tersedia tujuan – tujuan (perangsang – perangsang) yang tepat guna

pemuasan kebutuhan.

Sebuah motif cenderung menyusut kekuatannya, apabila ia dipenuhi atau

apabila ia ditahan dari pemuasan. Kebutuhan – kebutuhan berkekuatan tinggi

yang dipenuhi kadang – kadang dinyatakan dengan istilah “satisfied”, artinya

kebutuhan tersebut telah dipenuhi hingga tingkat dimana kebutuhan lain yang

bersangkutan kini lebih kuat. Apabila sebuah kebutuhan berkekuatan tinggi

berupa perasaan haus, maka kalau orang minum, hal tersebut cenderung

mengurangi kekuatan tersebut dan kebutuhan-kebutuhan lain, kini mungkin

menjadi lebih penting.

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

46

Pemuasan suatu kebutuhan mungkin tertahan. Sekalipun dapat terjadi

gejala menyusutnya kekuatan kebutuhan, hal tersebut tidak selalu terjadi pada

waktu permulaan. Justru mungkin terdapat tendensi bagi orang yang bersangkutan

untuk melakukan perilaku penyesuaian (coping behavior). Hal tersebut berupa

sebuah upaya untuk mengatasi penghalang tersebut dengan jalan pemecahan

masalah secara uji coba. Orang yang bersangkutan dapat mencoba aneka macam

perilaku guna menemukan sebuah perilaku yang akan mencapai tujuan yang

diinginkan atau yang akan mengurangi ketegangan yang timbul karena

pemblokiran (blockage).

Perhatikan Gambar 2.4 . Secara inisial, perilaku menyesuaikan tersebut

mungkin bersifat rasional (J. Winardi, 2004). Mungkin orang tersebut berupaya

melakukan macam-macam percobaan ke arah No.1 sebelum ia beralih ke arah

No.2 dan hal yang sama diulanginya sebelum akhirnya menuju kearah No.3,

dimana akhirnya ia mencapai keberhasilan hingga tingkat tertentu.

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

47

Gambar 2.4. Perilaku Penyesuaian (Coping Behavior)

(Sumber : J. Winardi, 2004)

Apabila orang-orang berupaya untuk mencapai sesuatu hal tanpa adanya

sesuatu hasil, maka mereka mungkin mensubstitusi tujuan – tujuan yang dapat

memuaskan kebutuhan tersebut. Hubungan antara motif – motif, tujuan, dan

aktivitas ditunjukkan dalam bentuk sederhana pada Gambar 2.5 . Ilustrasi

skematik tersebut menunjukkan sebuah situasi yang memotivasi dimana motif –

motif seorang individu dikerahkan ke arah pencapaian tujuan. Motif yang paling

kuat menimbulkan perilaku yang atau diarahkan ke arah tujuan atau aktivitas

tujuan. Oleh karena tidak semua tujuan dapat dicapai, maka para individu tidak

selalu mencapai aktivitas tujuan, terlepas dari kekuatan motif yang ada. Jadi

aktivitas tujuan ditunjukkan dengan garis putus-putus.

KEBUTUHAN

KEKUATAN

TINGGI

PE

MB

LO

KIR

AN

Perilaku yang

Dicoba 1

Perilaku yang Dicoba 2

Perilaku yang Dicoba 3

SUKSES

Dilanjutkan

Perilaku yang

PEMBLOKIRAN

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

48

Gambar 2.5. Hubungan Perilaku dan Motivasi

(Sumber : J. Winardi, 2004)

2.9.4 Hubungan Perilaku K3 dengan Budaya K3

Untuk mengubah budaya K3 bisa dilakukan dengan mengubah mindset

(cara pandang) para pekerja. Perubahan mindset bisa dilakukan dari mengubah

perilaku. Apa keterkaitan antara mindset dan perilaku. Perilaku adalah tindakan

yang dapat diamati atau dilihat. Segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang

yang dapat dilihat, dirasa, dan didengar. Oleh karena itu, perilaku dapat diukur

sehingga bisa dikelola dan ditingkatkan. System manajemen secara menyeluruh

akan mempengaruhi perilaku para pekerja. Tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku

yang member dampak kerugian adalah perilaku yang tidak disadari dan terjadinya

dalam waktu yang sangat cepat.

Mengapa untuk mengubah budaya K3 perlu focus pada perilaku? Dari

hasil analisis terhadap beberapa insiden, disimpulkan bahwa 95% kecelakaan

kerja secara langsung berkaitan dengan perilaku tidak selamat sesaat sebelum

kejadian kecelakaan kerja. Perilaku bisa diobservasi dan diukur. Insiden – insiden

Aktivitas yang

ditujukan ke arah

sasaran

Aktivitas Tujuan

PERILAKU

MOTIF

TUJUAN

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

49

terjadi disebabkan oleh kombinasi beberapa perilaku. Contoh, dari sebuah struktur

perancah, toe board dilepas untuk memindahkan beberapa material. Setelah

pemindahan material selesai, toe board tersebut tidak dikembalikan ke tempat

semula. Sebuah batu bata jatuh dan menimpa seorang pekerja yang sedang bekerja

di bawah perancah dan mati.

Hanya butuh satu dari perilaku – perilaku terlihat dan dapat diukur dilakukan

dengan aman untuk mencegah terjadinya kecelakaan fatal. Adapun hubungan

perilaku dengan mindset :

a. Mindset menggambarkan keseluruhan persepsi yang terbentuk oleh

pengamatan dari satu atau beberapa perilaku

b. Mindset ada dalam kepala manusia, oleh karena itu dapat diukur dan diamati

c. Mindset adalah hal yang dipikirkan, diketahui atau diyakini.

2.10 Kajian Analisis Data

2.10.1 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/pertanyaan

yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Sugiyono (2008),

populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam lain.

Populasi bukan sekadar jumlah yang ada pada objek/pertanyaan yang dipelajari,

tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh pertanyaan/objek.

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

50

Tujuan diadakan populasi adalah agar kita dapat menentukan besarnya

anggota sampel yang diambil dari anggota populasi. Populasi dalam setiap

penelitian harus disebutkan secara tersurat yaitu berkenan dengan besarnya

anggota populasi serta wilayah penelitian yang dicakup.

2. Sampel

Sampel adalah jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono,2008). Bila dalam penelitian populasinya besar, dan peneliti

tidak dapat mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti itu dapat menggunakan

sampel yang diambil dari populasi tersebut. Dalam penelitian ini, sampel yang

digunakan sebagai objek penelitian adalah pekerja konstruksi pada proyek

Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa Paket 3 sebanyak 137

orang dari populasi pekerja sebanyak 1159 orang

Beberapa criteria yang perlu diperhatikan dalam mengambil sampel

adalah:

a. Menentukan daerah generalisasi terlebih dahulu

b.Member batas-batas yang tegas tentang sifat-sifat populasi

c. Menentukan sumber-sumber informasi tentang populasi

d. Memilih teknik sampling dan menghitung jumlah besar anggota sampel yang

sesuai dengan tujuan penelitiannya

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

51

2.10.2 Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Menurut

Sugiyono (2008), untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam

penelitian terdapat berbagai macam teknik sampling yang digunakan. Teknik

sampling pada dasarnya dibagi atau dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability

Sampling dan Nonprobability Sampling.

Pada penelitian ini digunakan teknik sampling Nonprobability Sampling,

yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak member peluang/kesempatan sama

bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilh menjadi sampel. Dari teknik

nonprobability sampling ini dipakai Sampling Insidental yang merupakan teknik

penentuan sampel dengan cara menjadikan setiap orang yang dijumpai dan

sebagai pekerja konstruksi pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua-

Ngurah Rai-Benoa Paket 3 yang dianggap layak sebagai sumber data.

2.11 Uji Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Penelitian

Sebagaimana diketahui bahwa data mempunyai kedudukan yang sangat

penting bagi suatu penelitian, karena merupakan penggambaran variable yang

diteliti dan berfungsi sebagai alat untuk membuktikan hipotesis. Oleh karena

itu, data dalam suatu penelitian dapat dikumpulkan dengan suatu instrument

yang dipakai dalam mengumpulkan data haruslah memenuhi persyaratan

penting yaitu Validitas dan Reliabilitas.

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

52

2.11.1 Validitas

Instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variable

yang diteliti secara tepat. Uji validitas dilakukan dengan teknik korelasi yaitu

mengkorelasikan skor setiap butir dengan total variable tersebut dengan

menggunakan teknik korelasi PPM (Pearson Product Moment) dengan rumus

sebagai berikut (Arikunto, 2006;168), dalam (Riduwan, 2006;110)

r hitung = �∑ ��� �∑ ��∑ �� �� ∑ ����∑ ���� .� ∑ ����∑ ���� …………………………(1)

Dimana:

r hitung = Koefisien Korelasi

X = Variabel Bebas

Y = Variabel Terikat

n = Jumlah Responden

Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari

harga (-1 ≤ r ≤ +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif

sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 artinya korelasinya

sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan Tabel 2.2

interpretasi nilai r sebagai berikut:

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

53

Tabel 2.2

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interpretasi Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 - 1,000

0,60 - 0,799

0,40 - 0,599

0,20 - 0,399

0,00 - 0,199

Sangat Kuat

Kuat

Cukup Kuat

Rendah

Sangat Rendah

Sumber : Riduwan 2006

Selanjutnya untuk mencari makna hubungan variable X terhadap Y maka

hasil korelasi PPM tersebut dihitung dengan Uji-t dengan rumus:

t hitung = �√��√���� ………………………..…………(2)

Dimana:

t hitung = Nilai t

r = Nilai Koefisien Korelasi

n = Jumlah Sampel

Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2),

Kaidah keputusan: t hitung > t table berarti valid

t hitung < t table berarti tidak valid

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

54

2.11.2 Reliabilitas

Reliabilitas adalah menunjukkan pada tingkat kehandalan sesuatu yang dapat

dipercaya dan dapat dihandalkan dengan menggunakan metode Alpha

Cronbach’s, rumus reliabilitas dengan metode Alpha adalah (Arikunto,

2002):

��� = � ����� �1 − ∑ "#

"$�� …………………………(3)

Dimana:

��� = Reliabilitas Instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan

∑ %&� = Jumlah varian butir

%�� = Varian total

Uji signifikansi dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 artinya instrument

dapat dikatakan reliable apabila nilai alpha lebih besar dari r kritis product

moment.

2.11.3 Interpretasi Hasil Penelitian

Penafsiran atas hasil penelitian terhadap hasil analisis data dilakukan untuk

mendapatkan informasi lebih jauh yang berkaitan dengan hasil penelitian.

Selain itu, interpretasi juga dimaksudkan untuk mendapatkan inferensi yang

relevan dengan hasil penelitian. Interpretasi yang dilakukan adalah cara

terbatas berdasarkan data dan hubungannya dengan penelitian serta

dilaksanakan pada saat yang bersamaan. Interpretasi cara ini akan

menghasilkan pengertian yang sempit dan terbatas.

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

55

2.12 Skala Pengukuran Penelitian

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan

untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada pada alat ukur, sehingga

alat ukur tersebut jika digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data

kuantitatif. Dengan skala pengukuran maka variabel yang diukur dengan

instrument tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih

akurat, efisien dan komunikatif (Sugiyono,2011).

Berbagai skala sikap yang digunakan antara lain:

1. Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social. Dalam penelitian,

fenomena social ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang

selanjutnya disebut variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel

yang akan diukur dijabarkan menjadi indicator variabel. Kemudian indicator

tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument

yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item

instrument yang menggunakan skala Likert dapat berupa kata-kata antara lain:

a. Sangat Sering = 5

b. Sering = 4

c. Kadang-kadang = 3

d. Hampir Tidak Pernah = 2

e. Tidak Pernah = 1

Page 49: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

56

2. Skala Guttman

Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-

tidak”, “benar-salah”, “pernah-tidak pernah”, dan lain-lain

3. Semantic Differensial

Skala pengukuran yang berbentuk Semantic Differensial dikembangkan oleh

Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya

tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis

kontinum yang jawaban sangat positifnya terletak di bagian kanan garis dan

jawaban sangat negatifnya terletak di bagian kiri garis.

4. Rating Scale

Dari ketiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang

diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dijadikan data

kuantitatif. Tetapi dengan rating scale data mentah yang diperoleh berupa

angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

2.13 Analisis Regresi

2.13.1 Analisis Regresi Linear Sederhana

Secara umum analisis regresi linear sederhana digunakan untuk

menganalisis satu variabel dependen dengan satu variabel independen. Persamaan

umum analisis regresi linear sederhana adalah:

Y = a + bX …………………………..………(4)

Keterangan:

Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan

Page 50: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

57

a = Harga Y prediksi jika X = 0 (harga konstan)

b = Koefisien regresi, menunjukkan angka peningkatan atau penurunan

X = Subyek dalam variabel independen yang mempunyai nilai tertentu

2.13.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda yaitu didasarkan pada hubungan

fungsionalnya, dimana mempunyai lebih dari satu variabel bebas (X) terhadap

variabel terikat (Y). persamaan umum analisis regresi linear berganda yaitu:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + ……. + bnXn ……………(5)

Keterangan:

Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan

a = Harga Y prediksi jika X = 0 (harga konstan)

b1, bn = Koefisien regresi, menunjukkan angka peningkatan atau penurunan

X1, Xn = Subyek dalam variabel independen yang mempunyai nilai tertentu

Tahap selanjutnya, hasil perhitungan dengan regresi linear berganda

tersebut dapat dilakukan analisis sebagai berikut:

a. Koefisien Determinan (R2)

Menilai koefisien determinasi yang digunakan untuk mengetahui ketepatan

model yang dipakai, yang dinyatakan dengan beberapa persen variabel

dependent dijelaskan oleh variabel independent di dalam model regresi.

Koefisien ini menunjukkan seberapa besar persentase variasi variabel

independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variabel

dependen.

Page 51: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3 - sinta.unud.ac.id 2.pdf · perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan. 11 ... (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk

58

b. Uji-F

Uji-F digunakan untuk menguji koefisien regresi secara keseluruhan dengan

cara membandingkan F hitung dengan F tabel atau berdasarkan probabilitas

pada tingkat signifikan 5%. Kriteria pengambilan keputusan dalam Uji-F

adalah apabila F hitung lebih besar dari F tabel atau probabilitas/signifikansi

regresi lebih kecil dari α yang digunakan, maka variabel independen secara

bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Tetapi jika

F hitung lebih kecil dari F tabel atau probabilitas/signifikansi regresi lebih

besar dari α yang digunakan, maka variabel independen secara bersama-sama

tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

c. Uji-t

Uji Parameter Regresi (Uji-t) dilakukan untuk membuktikan dan untuk

mengetahui keberartian koefisien regresi parsial, dengan cara membandingkan

nilai t hitung dengan nilai t tabel pada tingkat signifikansi 5% atau dengan

melihat probabilitas/signifikansi masing-masing regresi. Apabila t hitung lebih

besar dari t tabel atau jika signifikansi lebih kecil dari α yang digunakan berarti

variabel-variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel

bergantung.