BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf ·...

26
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamtan kerja adalah usaha untuk menciptakan keadaan lingkungan kerja yang aman dan sehat dari bahaya kecekalan. Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang berhubungan dengan mesin, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja serta kondisi lingkungannya (Sabdoadi, 1979). Sementara itu, keselamatan kerja menurut American Society of Safety Engineers (ASSE) yang dikutip oleh sugeng (2005) diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditunjukkan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja. Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan dan peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya mencangkup aspek fisik, mental, dan social untuk kesejahteraan seluruh pekerja di semua tempat kerja. Pelaksanaan K3 merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau dari kecelakaan kerja dan produktivitas kerja. Sedangkan menurut Suma’mur (1988) keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Tujuan keselamatan kerja menurut Sabdoadi (1979) adalah: 1) Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi. 2) Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja. 3) Sumber-sumber produksi terpelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf ·...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf · Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamtan kerja adalah usaha untuk menciptakan keadaan lingkungan kerja yang

aman dan sehat dari bahaya kecekalan. Keselamatan kerja merupakan keselamatan

yang berhubungan dengan mesin, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat

kerja serta kondisi lingkungannya (Sabdoadi, 1979).

Sementara itu, keselamatan kerja menurut American Society of Safety Engineers

(ASSE) yang dikutip oleh sugeng (2005) diartikan sebagai bidang kegiatan yang

ditunjukkan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan

lingkungan dan situasi kerja.

Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi,

perlindungan dan peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya mencangkup

aspek fisik, mental, dan social untuk kesejahteraan seluruh pekerja di semua tempat

kerja. Pelaksanaan K3 merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat

kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat

mengurangi dan atau dari kecelakaan kerja dan produktivitas kerja.

Sedangkan menurut Suma’mur (1988) keselamatan kerja adalah keselamatan

yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,

landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.

Tujuan keselamatan kerja menurut Sabdoadi (1979) adalah:

1) Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatan dalam melakukan

pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi.

2) Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.

3) Sumber-sumber produksi terpelihara dan dipergunakan secara aman dan

efisien

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf · Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan

7

Menurut Hasibuan (2008:188) dan Mangkunegara (2005:162) variabel yang perlu

diperhatikan dalam keselamatan kerja adalah:

1) Pemakaian peralatan kerja

a. Pengamnan peralatan kerja yang sudah usang dan rusak

b. Penggunaan mesin, alat elektronika tanpa pengaman yang baik

2) Pemakaian perlengkapan keselamatan kerja

a. Penggunaan pakaian atau seragam kerja yang disesuaikan dengan jenis

pekerjaan.

b. Penggunaan alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, tutup

mulut, dan hidung.

Adapun syarat-syarat keselamatan kerja yang di atur dalam undang-undang

keselmatan dan kesehatan kerja yang dibuat untuk (undang-undang K3 pasal 3 ayat 1,

tahun 1970):

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledak

d. Memberi kesempatan atau menyelamatkan dari pada waktu kebakaran

atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan

f. Memberi alat-alat perlindungan diri kepada pekerja

g. Mencegah dan mengendaikan timbul atau menyebar luasnya suhu,

kelembapan debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angina, cuaca, sinar

atau radiasi, suara, dan getaran.

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik

maupun psikis. Peracunan, infeksi dan penularan.

i. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik

j. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai

k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup

l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf · Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan

8

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara

dan proses kerjanya

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman

dan barang

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan

penyimpangan barang

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

r. Meyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang

memiliki potensi bahaya pada kecelakaannya sehingga menjadi betambah

tinggi.

2.1.1 Kecelakaan Kerja

Menurut International Labor Organization (ILO), kecelakaan kerja adalah

suatu kejadian yang timbul akibat atau selama pekerjaan yang mengakibatkan

kecelakaan kerja yang fatal atau kecelakaan kerja yang tidak fatal.

Kecelakaan kerja menurut Suaksmono yang dikutip oleh santoso (2004) adalah

suatu kejadian tak terduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu

aktivitas yang telah teratur. Kecelakaan terjadi tanpa disangka-sangka dalam sekejap

mata dan mungkin terjadi dalam setiap aktivitas.

Menurut suma’mur (1995), definisi kecelakaan adalah kejadian tidak terduga

dan tidak diharapkan. Dikatakan tidak terduga karena dibelakang peristiwa yang

terjadi tidak terdapat unsur kesengajaan atau perencanaan, sedangkan tidak

diharapkan kerana peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun

menimbulkan penderitaan dari skala paling ringan sampai skaa paling berat.

Kecelakaan akibat kerja adaah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja atau

sedang melakukan pekerjaan di suatu tempat kerja. Ruang lingkup kecelakaan akibat

kerja terkadang diperluas meliputi kecelakaan tenaga kerja yang terjadi saat

perjalanan ke tempat kerja.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf · Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan

9

Ada beberapa sebab yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan gangguan

kesehatan pekerja (Mangkunegara, 2001) diantaranya yaitu: (1) keadaan tempat atau

lingkungan kerja, (2) pengaturan udara, (3) pengaturan penerangan, (4) pemakian

peralatan kerja, (5) kondisi fisik dan mental pekerja. Dari uraian beberapa pakar

kecelakaan kerja dapat dicegah, pada intinya perlu memperhatikan 4 faktor yakni

faktor: (a) lingkungan, (b) manusia, (c) peralatan, (d) bahaya (hal-hal yang

membahayakan).

Adapun sebab-sebab penggolongan kecelakaan di berbagai Negara tidak sama.

Namun ada kesamaan umum, yaitu kecelakaan disebabkan oleh dua golongan

penyebab, antar lain (sumu’mur, 1981):

1. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe

human acts)

2. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions)

2.1.2 Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik

seseorang. Tujuan utama program keselamatan kerja yang efektif di perusahaan

adalah mencegah kecelakaan atau cedera yang terkait dengan pekerjaan. (Mathis dan

Jackson 2002:245)

1) Tanggung jawab dan kotmitmen perusahaan

Inti manajemen keselamatan kerja yang komprehensif. Usaha ini

sebaiknya dikoordinasikan dari tingkat manajemen paling tinggi untuk

melibatkan seluruh anggota perusahaan.

2) Kebijakan dan disiplin keselamatan kerja

Mendesain kebijakan dan peraturan keselamatan kerja serta

mendisiplinkan pelaku pelanggaran, merupakan komponen penting dalam

keselamatan kerja. Dukungan yang sering terhadap perlunya perilaku kerja

yang aman dan memberikan umpan balik terhadap praktik-praktik

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf · Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan

10

keselamatan kerja yang positif, juga sangat penting dalam meningkatkan

keselamatan kerja pada para pekerja.

2.1.3 Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah yang merujuk pada kondisi fisik mental, dan stabilitas

emosi secara umum. Individu yang sehat adalah yang bebas dari penyakit. Cidera

serta masalah mental dan emosi yang biasa mengganggu aktivitas manusia normal

umumnya.

Pada kesehatan kerja kaadaan atau kondisi badan/ tubuh yang terlindungi dari

segala macam penyakit atau gangguan yang diakibatkan oleh pekerjaan yang

dilaksanakan dalam dunia kerja, termasuk pula dalam bidang kontruksi juga terdapat

kendala dalam proses kerja membawa dampak kerugian bagi perusahaan yaitu berupa

pengurangan waktu kerja dan biaya untuk mengatasi penyakit kerja tersebut. sehingga

bagi pengusaha kontruksi, pencegahan tentu lebih menguntungkan daripada

penganggulanggannya. Dengan melihat pengertian masing-masing dari keselamatan

dan kesehatan kerja maka keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai

kondisi dan faktor-faktor yang berdampak pada kesehatan karyawan pekerja kontrak,

personel kontraktor, tamu dan orang lain di tempat kerja. (Balandatu, 2000).

Variabel yang perlu diperhatikan dalam kesehatan kerja yang efektif adalah

(Soedarmayati 2009:131)

1. Keadaan tempat lingkungan kerja yakni meliputi:

a. Pemeliharaan lingkungan kerja yang selalu bersih

b. Kondisi ruang kerja yang tidak terlalu padak dan sesak.

2. Upaya pemeliharaan kondisi fisik

a. Tingkat ke nyamanan karyawan terhadap lingkungan fisik seperti

penerangan, tingkat kebisingan, tingkat sirkulasi udara.

b. Pemberian fasilitas konsultasi kesehatan dan poliklinik dan memadai

bagi para karyawan yang mengalami gangguan kesehatan sewaktu-

waktu.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf · Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan

11

2.2 Kondisi Pekerja

Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian kecelakaan akibat

kerja. Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi untuk

mengalami kecelakaan akibat kerja dibandingkan dengan golongan umur muda

karena umur muda mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih tinggi (menurut

hunter dalam, 2008).

Namun umur muda terkadang sering pula mengalami kasus kecelakaan akibat

kerja, hal ini mungkin karena kecerobohan dan sikap suka tergesa-gesa

(Tresnaningsih, 1991).

Dari hasil penelitian di Amerika Serikat diungkapkan bahwa pekerja muda usia

lebih banyak mengaami kecelakaan dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua.

Pekerja muda usia biasanya kurang berpengalaman dalam pekerjaannya (ILO, 1989).

Tingkat kecelakaan akibat kerja pada perempuan akan lebih tinggi daripada pada

laki-laki. Perbedaan kekuatan fisik antara perempuan dengan kekuatan fisik laki-laki

adalah 65%. Secara umum, kapasitas karena perempuan rata-rata sekitar 30% lebih

rendah daripada laki-laki. Tugas yang berkaitan dengan gerak berpindah, laki-laki

mempunyai waktu reaksi lebih cepat daripada perempuan, baik pergerakan kaki,

tangan, dan lengan (www.depkes.go.id).

Semakin banyak pengalaman kerja dari seseorang, maka semakin kecil

kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat kerja. Pengalaman untuk kewaspadaan

terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia

dan lamanya kerja di tempat kerja yang bersangkutan (suma’mur 1989).

Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara mendalam seluk beluk

pekerjaannya. Penelitian dengan studi restropeksif di Hongkong dengan 383 kasus

membuktikan bahwa kecelakaan akibat kerja karena mesin terutama terjadi pada

buruh yang mempunyai pengalaman kerja di bawah 1 tahun (menurut Ong, Sg, dalam

Agusliadi 1982)

Pendidikan seseorang berpengaruh dalam pola pikir seseorang dalam

menghadapi pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, selain itu pendidikan juga akan

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf · Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan

12

mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap peatihan yang diberikan dalam rangka

melaksanakan pekerjaan dan keselamatan kerja. Hubungan tingkat pendidikan dengan

lapangan yang tersedia bahwa pekerja dengan tingkat pendidikan rendah, seperti

Sekolah Dasar atau bahkan tidak pernah bersekolah hanya bekerja dilapangan yang

mengandalkan fisik. Hal ini dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja karena

beban fisik yang berat dapat mengakibatkan keleahan yang merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja. Pendidikan adalah

pendidikan formal yang diperoleh sekolah dan ini sangat berpengaruh terhadap

perilaku pekerja. Namun disamping pendidikan formal, pendidikan non formal seperti

penyuluhan dan pelatihan juga dapat berpengaruh terhadap pekerja dalam

pekerjaannya (Menurut Achmad dalam Agusliadi 1990)

Kelelahan dapat menimbulkan kecelakaan kerja pada suatu industri. Kelelahan

merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup lagi untuk melakukan

aktivitasnya. Kelelahan ini ditandai dengan adanya penurunan fungsi-fungsi

kesadaran otak dan perubahan apada organ di luar kesadaran. Kelelelahan disebabkan

oleh berbagai hal, antara lain kurang istirahat, terlalu lama bekerja, pekerjaan rutin

tanpa variasi, dan lingkungan kerja yang buruk (Silalahi, 1991).

Ada beberapa metode yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi bahaya

diantaranya:

1) Preliminary Hazard Analysis (PHA)

Preliminary Hazard Analysis adalah suatu metode yang dilakukan sebagia

analisis awal (budiono, 2003). Preliminary Hazard Analysis dilakukan jika tidak

ada suatu informasi menegenai sistem (Colling, 1990). PHA dilakukan pada

kegiatan identifikasi bahaya pada tahap awal (pra desain) untuk memeberikan

rekomendasi tahap pekerjaan desain final. Hasil PHA adalah berupa daftar

sumber bahaya dan risiko yang berhubungan dengan detai desain lengkap dengan

rekomendasi kepada perencanaan dalam upaya menghndari dan mengendalikan

sumber bahaya dan risiko yang akan terjadi. Data yang diperlukan dalam PHA

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf · Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan

13

kriteria desain tempat kerja spesifikasi peralatan dan instalasi dan spesifikasi

bahan maupun produk.

2) Hazard and Operability Study (HAZOPS)

Merupakan suatu identifikasi penyimpang/ deviasi yang terjadi pada

pengoperasian suatu instalasi industri dan kegagalan operasinya yang

menimbulkan keadaan tidak terkendali. Metode ini dilakukan oleh kerja yang

berpengalaman atau oleh konsultan pelatihan khusus.

Hazops bertujuan untuk meninjau suatu proses atau operasi pada suatu sistem

secara sistematis, untuk menentukan apakah proses penyimpangan dapat

mendorong kearah kecelakaan yang tidak diinginkan. Biasanya metode ini

dipakai pada industri seperti industri kimia, petrokimia dan kilang minyak (Ramli,

2010).

3) Failure Modes and Effect Analysis (FMEA)

Menurut Cooling (1990) FMEA adalah suatu metode yang digunakan untuk

menganalisis sistem yang berhubungan dengan engineering yang mungkin

mengaami kegagalan dan efek yang ditimbulkan dari kegagaan. FMEA secara

sistematis menilai komponen dari suatu sistem tentang bagaimana sistem dapat

gagal, lalu mengevauasi efek dari kegagalan tersebut dicegah atau dikurangi.

FMEA merupakan kajian bahaya yang sistematis, terstruktur dan komprehensif.

Proses dasar dari FMEA adalah dengan membuat daftar semua bagian dari sistem

dan kemungkinan analisa apa saja yang berdampak jika sistem tersebut gagal

berfungsi. Kemudian dilakukan evaluasi dengan menetapkan konsekuensinya

FMEA adalah tabulasi dari sisitem peralatan pabrik, dan pola kegagalannya serta

efeknya terhadap operasi. FMEA adalah uraian mengenai bagaimana suatu

peralatan dapat mengalami kegagalan. Kegagalan suatu peralatan dapat beragam,

misalnya membuka yang seharusnya tertutup, mati, bocor dan lainnya. Dampak

dari kegagalan peralatan ini dapat berupa respon dari sistem atau kecelakaan.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf · Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan

14

4) Job Safety Analysis (JSA)

Merupakan teknik analisis untuk mengkaji langkah-langkah suatu kegiatan

dan mengidentifikasikan sumber bahaya yang ada dari tiap langkah-langkah

tersebut serta merencanakan tidakan pencegahan untuk mengurangi risisko.

Identifikasi bahaya dengan menggunakan JSA menurut Diberardinis (1999) dapat

menghasilkan analisa yang baik.

5) What if

Pemerisaan yang dilakukan dari proses atau operasi yang dilakukan oleh

sekelompok individu yang berpengalaman sehingga dapat mengajukan pertanyaan

atau menyumbang suara tentang peristiwa-peristiwa yang tidak diinginkan (proses

brainstorming). Analisis what if mendorong pemerisa untuk memikirkan

pertanyaan yang mulai dengan “bagaimana jika” (“what if”) untuk

mengidentifikasi kejadian kecelakaan yang mungkin terjadi, konsekuensinya, dan

tingkat keselamatan yang ada, sehingga dapat menyarankan alternative untuk

pengurangan risiko. Teknik ini memeberikan kebebasan yang luas kepada peserta

dalam berfikir dan memberikan pendapatnya, sehingga terkesan kurang

terstruktur. Karena iitu, pihak yang mengkritik teknik ini menilai teknik ini terlalu

luas dan tidak fokus sehingga sulit mendapatkan hasil yang lebih rinci lagi.

Namun teknik ini lebih baik digunakan kepada mereka yang kurang memahami

teknik identifikasi bahaya, namun memiliki spectrum pengalaman, bidang

spesialisasi dan pengetahuan yang luas.

6) Brainstorming

Sumber informasi tentang bahaya dapat diperoleh dari semua pihak. Semakin

banyak sumber informasi yang digunakan akan semakin luas, dalam dan rinci

informasi yang diperoleh. Karena itu, salah satu teknik sederhana untuk

mengidentifikasi bahaya ada dengan teknik “brainstorming”. Melalui diskusi dan

pertemuan berbagai pihak dan individu yang berbeda dapat dilakukan

“brainstorming” untuk mengenai potensi bahaya yang ada, atau diketahui oleh

masing-masing anggota kelompok.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf · Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan

15

7) Fault Tree Analysis

FTA atau pohon kegagalan dikembangkan pertama kali pada tahun 1961 oleh

US Army ketika merancang peluru kendali. FTA menggunakan metode analisis

yang bersifat deduktif. Dimulai dengan menetapkan kejadian puncak (top event)

yang mengkin terjadi dalam sistem atau proses, misalnya kebakaran atau ledakan.

Selanjutnya diidentifikasi dalam bentuk pohon logika ke bawah

8) Task risk assessment

Sebelum suatu kegiatan dimulai perlu dilakukan kajian analisa risiko untuk

mengetahui apa saja dan besarnya potensi bahaya yang timbul selama kegiattan

berlangsung. Untuk itu dilakukan Task Risk Assessment (TRA).

9) Check list/ Daftar Periksa

Metode lain untuk mengidentifikasi bahaya adalah menggunakan daftar

periksa. Metode ini sangat mudah dan sederhana yaitu dengan membuat daftar

periksa pemeriksaan di tempat kerja. Pemeeriksaan bahaya dilakukan oleh mereka

yang mengenal dengan baik kondisi lingkungan kerjanya. Semakin dalam

pemahamnya, semakin rinci identifikasi bahaya yang dapat dilakukan. Karena itu

pengembangan daftar periksa perlu melibatkan para pekerja setempat.

10) HIRARC (Hazars Identification, Risk Assessment and Risk Control)

HIRARC (Hazars Identification, Risk Assessment and Risk Control)

merupakan serangkaian proses mengidentifikasi bahaya yang dapat terjadi dalam

aktifitas rutin ataupun non rutin diperusahaan, kemudian melakukan penilaian

risiko dari bahaya tersebut lalu membuat program pengendalian bahaya tersebut

agar dapat diminimalisir tingkat risikonya ke yang lebih rendah dengan tujuan

mencegah terjadi kecelakaan. Implementasi K3 dimulai dengan perencanaan yang

merupakan bagian dari menajemen risiko. HIRARC inilah yang menentukan arah

penerapan K3 dalam perusahaan.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf · Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan

16

11) HIRA (Hazard Identification Risk Asissment)

Pengertian bahaya atau hazard adalah suatu yang berpotensi menyebabkan

terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat

mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja.

2.3 Penggunaan Alat Pelindung Diri

Sarana pengaman diri adalah pilihan terakhir yang dapat kita lakukan untuk

mencegah bahaya (Rudi Suardi, 2007:89). Alat pelindung diri mencankup semua

pakaian dan asessoris yang digunakan pekerja yang didesain untuk menjadi pembatas

sumber bahaya.

Adapun langkah-langkah alat pelindung diri (APD) sebagai berikut:

a. Gunakan selalu alat pelindung diri (APD)

b. Bicarakanlah, apabila peralatan pelindung pribadi yang digunakan tidak tepat

untuk pekerjaan, atau tidak nyaman atau tidak sesuai sebagaimana mestinya

dengan mengatakan kepada rekan-rekan kerja atau kepada supervisior.

c. Tetap selalu diberitahukan pastikan lingkungan kerja selalu terinformasi

tentang sifat dari bahaya atau risiko yang mungkin dijumpai

d. Perhatikan APD yang digunakan agar tidak merusak atau merubah, sehingga

kemampuan APD menjadi berkurang kegunaannya. Karena kondisi APD

menentukan manfaat perlindungan yang diberikannya.

Berbagai jenis APD yang tersedia diklasifikasikan berdasarkan anggota tubuh

yang dilindungi, yaitu sebagai berikut:

Perlindungan terhadap kepala

Perlindungan terhadap wajah dan mata

Perlindungan terhadap telinga

Perlindungan terhadap tangan dan lengan

Perlindungan terhadap tungkai kaki dan badan

Perlindungan terhadap kaki bagian bawah

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf · Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan

17

Perlindungan dari potensi jatuh

Perlindungan terhadap pernapasan

Beberapa jenis perlindungan APD tertera seperti tabel dibawah ini:

Tabel 2.1 Jenis-jenis alat pelindung diri

Bagian

Tubuh

Bahaya APD

Kepala Benda-benda jatuh, Ruang

yang sempit, rambut terjerat

Helm keras (hard hats), helm empuk

(bump caps), topi harnet

Mata Debu, partikel-partikel yang

berterbangan, laser, bunga

api las.

Kacamata pelindung

Paru-

paru

Debu, asap, gas beracun, dan

mengeluarkan bau tidak

sedap

Masker

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf · Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan

18

Tangan Partikel yang tajam, zat

kimia atau zat pelarut,

kotoran, kulit yang sensitive

akan alergi.

Sarung tangan pelindung

Sarung tangan tahan bahan kimia

Kaki Terpeleset, benda yang tajam

dilantai, benda yang jatuh,

percikan kotoran, percikan

logam cair.

Sepatu pengaman selubung kaki

(gaiter)

Rubber Boots

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf · Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan

19

Kulit Kotoran, bahan kimia yang

ringan atau kuat, dan zat

pelarut

Krim pelindung

Tubuh Zat pelarut dan kotoran, Apron Dada

Pencapaian keberhasilan komunikasi K3 dapat ditentukan dengan komunikasi

yang berjalan di perushaan tersebut. maka, komukasi K3 yang dapat dijadikan sebgai

acuan keberhasilan penerapan K3 dapat dilihat pada sebagai berikut:

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf · Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan

20

Tabel 2.2 Penerapan komunikasi K3

No Kategori

1

Safety Promotion

1. Poster K3

2. Majalah/ buletin K3

3. Kompetisi K3

4. Publisitas K3

5. Pameran/ Road show K3

2

Safety Information

1. Sistem informasi bahaya K3

2. Rambu dan label K3

3. Safety handbook

4. Prosedur meninggalkan tempat kerja

5. Material safety data sheet

3

Other form of Consutation and Communication

1. Safety, Health, and Enviroment Briefing

2. Papan komunikasi K3

4 Emergency response procedure

1. Alarm dan rute mobilisasi

2. Procedure aksi kegawatdaruratan (Sumber: Suhartini, 2013)

2.4 Pareto Diagram dan Fishbone Diagram

a. Pareto Diagram

Suatu diagram atau grafik yang menjelaskan hirarkhi dari masalah-masalah

yang timbul sehingga berfungsi untuk menentukan prioritas penyelesaian

masalah. Urut-urutan prioritas perbaikan untuk mengatasi permasalahan dapat

dilakukan dengan memulai pada masalah dominan yang diperoleh dari diagram

pareto ini.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf · Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan

21

(Sumber: Six Sigma (Thomas pyzdek;2002)

Gambar 2.1 Diagram Pareto

Diagram ini adalah grafik batang yang menunjukkan masalah-masalah urutan

yang banyaknya kejadian masalah yang paling penting terjadi ditunjukkan oleh

grafik batas pertama yang tertinggai serta pada potenasi paling kanan.

Definisi analisa pareto adalah proses dalam memperingkat kesempatan untuk

menentukan yang mana dari kesempatan potensi yang mana harus dikejar terlebih

dahulu. Ini juga dikenal sebagai “memisahkan sedikit yang penting dari banyak

yang sepele”

Kegunaan analisis pareto untuk menentukan langkah mana yang diambil

berikutnya analisis pareto digunakan untuk menjawab pertanyaan seperti

“departemen mana yang harus memiliki tim keselamatan kerja berikutnya?” atau

“pada jenis kecelakaan apa yang harus diidentifikasikan?”

Bagaimana melakukan analisis pareto:

1. Tentukan klasifikasi (kategori pareto untuk grafik. Jika informasi yang

diinginkan tidak ada, dapat dengan merancang lembaran buku harian.

2. Pilih suatu interval waktu analisis. Interval harus cukup panjang untuk

menjadi wakil kinerja khusus.

3. Tentukan kejadian total (misalnya jumlah kecelakaan kerja, kerusakan

dan lain-lain) untuk setiap kategori. Tentukan total keseluruhan jika ada

beberapa kategori yang menyebabkan hanya bagian kecil dari total,

kelompokan ini ke dalam kategori yang disebut lain-lain

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf · Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan

22

4. Hitung persentase untuk setiap kategori dengan membagi kategori total

dengan keseluruhan total dan kalikan dengan 100.

5. Urutkan peringkat dari kejadian total terbesar sampai terkecil.

6. Hitung “persentase kumulatif” dengan menambah persentase untuk setiap

kategori pada beberapa kategori yang terdahulu.

7. Buat bagan dengan sumbu vertikal kiri berskala dari nol sampai

sedikitnya total keseluruhan. Berikan nama yang cocok pada sumbu.

Ukur sumbu vertikal kanan dari 0 sampai 100%, dengan 100% pada sisi

kanan sama tingginya dengan total keseluruhan pada sisi kiri.

8. Beri label sumbu horizontal dengan nama kategori. Kategori paling kiri

harus terbesar, kedua terbesar berikutnya, dan seterusnya.

9. Gambar dalam batang yang mewakili jumlah setiap kategori. Tinggi

batang ditentukan oleh sumbu vertical kiri.

10. Gambar satu garis yang menunjukkan kolom persentase kumulatif dari

tabel analisis pareto. Garis persentase kumulatif detentukan denagn

sumbu vertikal.

b. Fishbone Diagram

Fishbone chart digunakan untuk mendeteksi kemungkinan-kemungkinan

sumber terjadinya masalah, karena itu diagram ini disebut diagram sebab-akibat.

Diagram ini membimbing kita untuk menyadari bahwa setiap kejadian adalah

merupakan suatu akibat, yang tentu saja ada penyebabnya. Demikian juga halnya

dengan masalah yang timbul akan selalu ada penyebabnya. (kosasih, 2009).

Cause and effect diagram, fungsi dasarnya adalah untuk mengidentifikasi dan

mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik

dan kemudian memisahkan akar penyebabkan (Yamit, Z. 2010:47).

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf · Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan

23

Gambar 2.2 Diagram Sebab Akibat

Menurut Asmono (2013) diagram fishbone dapat digunakan untuk

menganalisis permasalahan baik pada level individu, tim, maupun organisasi.

Terdapat banyak kegunaan atau manfaat dari pemakaian diagram fishbone ini

dalam menganalisis masalah. Manfaat penggunaan diagram fishbone tersebut

adalah:

1. Memfokuskan individu, tim, maupun organisasi pada permasalahan utama.

Penggunaan diagram fishbone dalam tim/ organisasi untuk menganaisis

permasalahan akan membantu anggota tim dalam memfokuskan permasalahan

pada masalah prioritas.

2. Memudahkan dalam mengilustrasikan gambaran singkat permasalahan

tim/organisasi. Diagram fishbone dapat mengalustrasikan permasalahan utama

secara ringkas sehingga tim akan mudah menangkap permasalahan utama.

3. Membangun dukungan anggota tim untuk menghasilkan solusi. Setelah

ditentukan penyebab dari masalah, langkah untuk menghasilkan solusi akan

lebih mudah mendapat dukungan dari anggota tim.

4. Memudahkan visualisasi hubungan antara penyebab dengan masalah.

Hubungan ini akan terlihat dengan mudah pada diagram fishbone yang telah

dibuat.

5. Memudahkan tim beserta anggota tim untuk melakukan diskusi dan

menjadikan diskusi lebih terarah.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf · Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan

24

2.5 Pengertian JSA (Job Safety Analysis)

Merupakan metode yang secara sistematis menguraikan sebuah pekerjaan untuk

mengenali bahaya, mengevaluasi risiko dan menentukan tindakan pencegahannya.

Job Safety Analysis memfokuskan pada task-task yang dilakukan. Pekerjaan yang

dilakukan dipecah atau di breakdown menjadi task-task yang lebih spesifik lagi.

Kemudian mengidentifikasi hazard pada tiap task-task tersebut. metode ini juga biasa

dikenal dengan Work Safety Analysis. JSA atau sering disebut Analisa Keselamatan

Pekerjaan merupakan salah satu sistem penilaian risiko dan identifikasi bahaya yang

dalam pelaksanaan ditekankan pada identifikasi bahaya yang dalam pelaksanaan

ditekankan pada identifikasi bahaya yang muncul pada tiap-tiap tahapan pekerjaan/

tugas yang dilakukan tenaga kerja atau analisa keselamtan pekerjaan merupakan

suatu cara/ metode yang digunakan untuk memeriksa dan menemukan bahaya-bahaya

sebelumnya diabaikan dalam merancang tempat kerja, fasilitas/ alat kerja, mesin yang

digunakan dalam proses kerja (PT. Caltex Indonesia 1999).

Menurut NOSA (1999), JSA merupakan salah satu usaha dalam menganalisa

tugas dan prosedur yang ada di suatu industri. JSA di definisikan sebagai metode

mempelajari suatu pekerjaan untuk menegidentifikasi bahaya dan potensi insiden

yang berhubungan dengan setiap langkah, mengembangkan solusi yang dapat

menghilangkan dan mengontrol bahaya serta incident. Bila bahaya telah dikenali

maka dapat dilakukan tindakan pengendalian yang berupa perubahan fisik atau

perbaikan prosedur kerja yang dapat mereduksi bahaya kerja. Dalam pelaksanaannya,

prosedur analisa keselamatan kerja memerlukan latihan, pengawasan dan penulisan

uraian kerja yang dikenal sebagai JSA untuk mempermudah pengertian prosedur

kerja pada karyawan.

Hal-hal positif yang dapat diperoleh dari pelaksanaan JSA adalah:

1) Sebagai upaya pencegahan kecelakaan

2) Sebagai alat kontak safety (safety training) terhadap tenaga kerja baru

3) Melakukan review pada job prosedur

4) Memberikan pre job intruction pada pekerjaan yang baru

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf · Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan

25

5) Memberikan pelatihan secara pribadi kepada karyawan

6) Dapat meninjau ulang SOP

Dalam pembuatan JSA, terdapat teknik yang dapat memudahkan

pengerjaannya, yaitu:

1) Memilih orang yang tepat untuk melakukan pengamatan, misalnya orang yang

berpengalaman dalam pengerjaan, mampu mau bekerja sama dan saling tukar

pikiran dan gagasan

2) Apabila orang tersebut tidak paham akan perannya dalam pembuatan JSA,

maka diberi pengarahan dahulu tentang maksud dan tujuan pembuatan JSA.

3) Bersama orang tersebut melakukan pengamatan/ pengawasan terhadap

pekerjaan dan mencoba untuk membagi atau memecahkan pekerjaan tersebut

menjadi beberapa langkah dasar.

4) Mencatat pekerjaan tersebut setelah membagi pekerjaan tersebut.

5) Memeriksa dengan seksama dan mendiskusikan hasil tersebut ke bagian

section head yang diamati.

2.5.1 Tujuan Pembuatan JSA

Tujuan pelaksanaan JSA secara umum bertujuan untuk mengidentifikasi potensi

bahaya disetiap aktivitas pekerjaan sehingga tenaga kerja diharapkan mampu

mengenali bahaya tersebut sebelum terjadi kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

Tujuan jangka panjang dari program JSA ini diharapkan tenaga kerja dapat ikut

berperan aktif dalam pelaksanaan JSA, sehingga dapat menanamkan kepedulian

tenaga kerja terhadap kondisis lingkungan kerjanya guna menciptakan kondisi

lingkungan kerja yang aman dan meminimalisasi kondisi tidak aman (unsafe

condition) dan perilaku tidak aman (unsafe action)

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf · Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan

26

2.5.2 Manfaat Pembuatan JSA

Pelaksanaan JSA mempunyai manfaat dan keuntungan sebagai berikut:

1) Memberikan pengertian yang sama terhadap setiap orang tentang apa yang

dilakukan untuk mengerjakan pekerjaan dengan selamat

2) Suatu alat pelatihan yang efektif untuk para pegawai baru

3) Elemen yang utama dapat dimasukkan dalam daftar keselamatan,

pengarahan sebelum memulai pekerjaan, observasi keselamatan, dan

sebagai topik pada rapat keselamatan

4) Membantu dalam penulisan prosedur keselamatan untuk jenis pekerjaan

yang baru maupun yang dimodifikasi

5) Suatu alat yang efektif untuk menegendalikan kecelakaan pada pekerjaan

yang dilakukan tidak rutin

2.5.3 Metode JSA (Job Safety Analysis)

Metode yang digunakan dalam teknik job safety analysis meiputi:

1. Metode observasi (pengamatan)

2. Metode diskusi (konsultasi)

3. Metode review/meninjau kembali prosedur kerja yang sudah ada

JSA digunakan untuk meninjau metode kerja dan menemukan bahaya yang:

1. Mungkin diabaikan dalam layout pabrik atau bangunan dan dalam desain

permesinan, peralatan, perkakas, stasiun kerja dan proses

2. Memberikan perubahan dalam prosedur kerja atau persone

3. Mungkin dikembangkan setelah produksi dimulai.

Sedangkan kata kunci dari JSA, adalah:

1. Job task/ tugas pekerjaan

2. Job step/ langkah kerja

3. Hazard/ bahaya

4. Exposure (pemaparan)

5. Control

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf · Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan

27

6. Accident (kecelakaan)/ incident

2.5.4 Tahapan Pelaksanaan (Job Safety Analysis)

Pelaksanaan Job Safety Analysis (JSA), ini terdiri dari langkah-langkah utama

sebagai berikut:

1. Memilih pekerjaan yang akan dianalisa

JSA dapat menganalisis semua pekerjaan yang ada di tempat kerja, namun

harus diprioritaskan berdasarkan (Rausand, 2005):

a. Pekerjaan yang memiliki tingkat kecelakaan yang tinggi

b. Pekerjaan yang memiliki tingkat keparahan kecelakaan yang tinggi,

berdasarkan banyaknya hilang hari kerja atau kebutuhan medis.

c. Pekerjaan yang memiliki potensi menyebabkan luka berat

d. Pekerjaan yang dapat menyebabkan kecelakaan atau luka berat, akibat

kesalahan manusia yang sederhana.

e. Pekerjaan baru, pekerjaan tidak rutin, atau pekerjaan yang mengalami

perubahan prosedur.

2. Membagi pekerjaan, yaitu menguraikan urutan prosedur kerja.

Menurut Geigle (2002), terlebih dahulu membagi pekerjaan dalam berbagai

langkah, terlebih dahulu dilakukan deskripsi terhadap pekerjaan yang akan

dianalisis. Setiap pekerjaan dapat dibagi dalam beberapa langkah siapa yang

bekerja, berapa jumlah pekerja, dan apa yang dilakukan pekerja menjadi dasar

deskripsi masing-masing langkah.

Setiap langkah menunjukkan satu tindakan yang dilakukan. Pastikan cukup

informasi untuk menggambarkan langkah-langkah pekerjaan. Hindari membuat

rincian terlalu panjang dan luas. Tidak perlu menuliskan langkah-langkah dasar.

Informasi dari pekerja lain yang pernah melakukan pekerjaan tersebut sangat

berguna sebagai masukan dalam membagi tahapan pekerjaan. Peninjau ulang

langkah-langkah kerja dilakukan bersama karyawan lain yang melakukan

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf · Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan

28

pekerjaan tersebut. hal ini untuk memastikan tidak ada langkah yang hilang.

Gambar dan foto dapat membantu pelaksanaan kegiatan ini (Geigle, 2002).

Deskripsi pekerjaan berfungsi untuk membangun anaisis hazard yang ada

pekerjaan tersebut. hasil analisis di laporkan melalui lembar kerja (worksheet).

Format lembar kerja JSA umumnya terdiri dari tiga kolom, yaitu langkah-

langkah pekerjaan, keberadaan hazard, dan tindakan pencegahan atau

rekomendasi prosedur kerja selamat. Adapun contoh lembar JSA dapat dilihat

di bawah ini (Geigle, 2002):

Tabel 2.3 Form Job Safety Analysis

FORM JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)

Nama Perusahaan : Tanggal : No.JSA:

Nama pekerjaan : Pengawas :

Nama pekerja : Departemen :

No. Tahap

Pekerjaan

Potensi Bahaya Rekomendasi

3. Mengidentifikasi berbagai bahaya yang ada ditiap-tiap langkah pekerjaan,

serta mengidentifikasi berbagai kemungkinan yang berpotensi untuk

terjadinya kecelakaan.

Setelah meninjau ulang langkah-langkah pekerjaan, selanjutnya dilakukan

identifikasi terhadap kondisi yang berbahaya dan perilaku tidak selamat. Material

safety data sheet, pengalaman para pekerja, laporan kecelakaan laporan pertolongan

pertama (first aid statistical records), dan Behavior Base Safety dapat membantu

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf · Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan

29

penyelidikan hazard dan perilaku tidak selamat yang ada pada masing-masing

langkah pekerjaan. (Rausand, 2005):

Tanyakan pada diri masing-masing pertanyaan berikut untuk setiap tahap:

a. Adakah kontak yang berbahaya dengan objek pekerjaan?

b. Dapatkah pekerja memegang objek dengan aman?

c. Dapatkah gerakan mendorong, menarik, mengangkat, dan memutar yang

dilakukan menyebabkan ketegangan?

d. Adakah potensi tergelincir atau tersandung?

e. Adakah bahaya jatuh ketika pekerja berada di area tempat kerja?

f. Dapatkah pekerja mencegah bahaya saat kontak dengan sumber listrik dan

kontak putus?

g. Apakah lingkungan berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan?

h. Adakah kosentrasi gas beracun, asap, kabut, uap, debu, panas, atau radiasi?

i. Adakah bahaya ledakan?

4. Memberikan rekomendasi pengendalian untuk menghindarkan terjadinya

kecelakaan yang telah diidentifikasi pada masing-masing langkah atau

mengembangkan solusi.

OSHAcademic Course 706 study (2002) menjelaskan bahwa setelah

mengidentifikasi hazard mesing-masing langkah pekerjaan, selanjutnya ditentukan

metode pengendalian hazard untuk mengeliminasi atau mereduksi hazard. Ada

beberapa metode untuk mengendalikan hazard. Masing-masing metode memiliki

keefektifan yang berbeda-beda. Dapat dilakukan kombinasi dari beberapa metode,

sehingga perindungan terhadap karyawan menjadi lebih baik.

OHSAS 18001 memberikan pedoman pengendalian risiko yang lebih spesifik

untuk bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dengan pendekatan hirarki

pengendalian hazard, yaitu:

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf · Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan

30

a. Menghilangkan hazard (elimination)

Eliminasi adalah langkah ideal yang dilakukan untuk menghilangkan

hazard pada langkah pekerjaan, dan sangat mengurangi kemungkinan untuk

terjadinya kecelakaan. Metode ini sulit dilakukan dan akan menghabiskan

banyak biaya, karena proses pekerjaan masih dalam tahap perencanaan

maka metode ini dapat dilakukan dengan mudah dengan biaya yang murah.

(Ramli, 2010).

b. Mengganti hazard (subsitusi)

Teknik substitusi adalah mengganti bahan, alat atau cara kerja dengan

yang lain sehingga kemungkinan keceakaan dapat ditekan. Sebagai contoh

penggunaan bahan pelarut yang bersifat beracun diganti dengan bahan lain

yang lebih aman dan tidak berbahaya (Ramli, 2010).

c. Pengendalian secara teknik (Engineering Controls)

Metode ini dilakukan dengan mengubah desain tempat kerja, peralatan,

atau proses kerja untuk mengurangi hazard. Metode ini membutuhkan

pemikiran yang lebih mendalam untuk membuat lokasi kerja yang lebih

aman, mengatur ulang lokasi kerja, memodifikasi peralatan, melakukan

kombinasi kegiatan, perubahan prosedur, dan mengurangi frekuensi dalam

melakukan kegiatan berbahaya (Geigle, 2002).

d. Pengendalian secara administrative (Administrative Controls)

Contoh pngendalian hazard menggunakan metode ini adalah (Geigle,

2002):

1. Membuat kebijakan kerja yang baru atau membuat standar

operasional prosedur yang dapat mengurangi frekuensi atau paparan

hazard.

2. Memperbaiki jadwal kerja karyawan, sehingga dapat mengurangi

paparan hazard yang diterima.

3. Memonitoring penggunaan bahan beracun dan berbahaya.

4. Penggunaan alarm dan warning signs

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keselamatan dan ...eprints.umm.ac.id/43898/3/BAB 2.pdf · Menurut ILO/WHO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan

31

5. Buddy systems

6. Pelatihan

Pengendalian secara administrative control ini, umumnya masih

membutuhkan metode pengendalian yang lain (Geigle, 2002).

e. Alat pelindung diri (Personal Protective Equipment)

Alat pelindung diri APD adalah pilihan terakhir yang dapat dilakukan

untuk mencegah paparan hazard pada pekerja. APD dipergunakan ketika

engineering control tidak dapat dilakukan atau tidak menghilangkan hazard

sama sekali. Jika praktik kerja selamat (safe work practices) tidak

memberikan perlindungan tambahan. Umum APD digunakan bersamaan

dengan penggunaan alat pengendali laiannya. Dengan demikian perlindungan

keamanan dan kesehatan personel akan lebih efektif (Geigle, 2002)