STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : E.S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Bangsa/suku : Jawa - Indonesia
Alamat :Diwek, 06/04 Bojonegoro, Temanggung
No. RM : 15-24
Tanggal masuk rumah sakit : 2 November 2012
II. ALLOANAMNESIS
Alloanamnesis diperoleh dari data rekam medis pasien yang berasal dari
alloanamnesis dari keluarga pasien (orang tua dan istri) yang membawa
pasien ke rumah sakit pada tanggal 2 November 2012.
II.1. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit (Keluhan Utama)
Pasien dibawa ke Rumah Sakit oleh keluarga pasien karena pasien
sering mengamuk dan mengancam ingin membunuh ayahnya.
II.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang)
Pasien bercerita bahwa dirinya sejak lulus SMA telah memiliki
rasa curiga berlebihan terhadap orang lain serta takut akan di bunuh
oleh orang-orang disekitarnya dikarenakan sering mendengar bisikan-
bisikan yang menyatakan bahwa dia akan dibunuh serta melihat orang-
orang disekitarnya sebagai makhluk yang menyeramkan. Selain itu,
pasien juga mengatakan bahwa dirinya telah di beri kekuatan oleh Kyai
Jawa Tengah sehingga dapat mengetahui isi hati orang lain, sehingga
Tugas Blok Kesehatan Jiwa : Skizofrenia Paranoid 1
apabila ada yang ingin berbuat jahat kepadanya, pasien segera tahu.
Selain itu, beberapa tahun belakangan ini pasien menambahkan bahwa
dirinya sering mendengar suara langkah kaki ataupun ketukan pada
pintu kamar di rumahnya sehingga pasien kesulitan untuk tidur..Hal ini
telah sesuai dengan data rekam medis yang menyatakan bahwa pasien
sering mengamuk dengan menuduh orang lain akan mencelakainya.
Dari data rekam medis juga diketahui bahwa pasien ingin membunuh
ayahnya karena ketakutan akan dibunuh. Selain itu, sebelum masuk
Rumah Sakit pada 2 November 2012 lalu pihak keluarga mengatakan
bahwa pasien tidak mau tidur dan makan selama beberapa hari. Pasien
mengaku juga memiliki kekuatan untuk menyembuhkan orang sakit
yang didapat dari pemberian Kyai Jawa Tengah pula. Pasien merasa
sangat bangga dengan kekuatan tersebut
Dari hasil anamnesis terhadap pasien dan dari data rekam
medis diketahui bahwa pasien telah masuk Rumah Sakit Jiwa sejak
tahun 1996 dan beberapa kali keluar Rumah Sakit Jiwa, terakhir pasien
masuk RSJ pada tanggal 2 November 2012 ini sampai sekarang.
Selama perawatan di RSJ beberapa kali tersebut, pasien biasanya
diberi obat diazepam dan Haloperidol. Setelah pemberian obat tersebut
gejala pasien akan berkurang sehingga diperbolehkan untuk
dipulangkan ke rumah namun tetap menjalani rawat jalan. Namun,
apabila sudah dipulangkan biasanya pasien tidak melakukan kontrol
rutin ke Rumah Sakit sehingga tidak mendapatkan terapi yang adekuat
dan gejala kambuh kembali.
II.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi
Sosial dan Kemandirian)
Keluhan Fisik:
Cerebrospinal : Tidak ada keluhan
Kardiovaskular : Tidak ada keluhan
Tugas Blok Kesehatan Jiwa : Skizofrenia Paranoid 2
Respirasi : Tidak ada keluhan
Digesti : Tidak ada keluhan
Urogenital : Tidak ada keluhan
Integumentum : Tidak ada keluhan
Muskuloskeletal : Tidak ada keluhan
Dampak terhadap fungsi sosial dan kemandirian
Dikarenakan pasien tidak memiliki keluhan fisik maka tidak didapatkan
hubungan yang bermakna antara keluhan fisik dengan fungsi sosial dan
kemandirian pasien. Namun, dari gangguan psikis yang dialami pasien
telah menyebabkan gangguan terhadap fungsi sosial dan
kemandiriannya. Adapun beberapa dampak tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Pasien sulit tidur karena berhalusinasi dan ketakutan
b. Pasien selalu curiga terhadap orang disekitarnya sehingga
menjauhi orang disekitarnya.
c. Adanya perasaan ingin dibunuh membuat pasien ingin membunuh
orang lain.
II.4. Grafik Perjalanan Penyakit
Gejala Klinis
Mental Health Line/Time
Fungsi Peran
II.3. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu
II.3.1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit
Tugas Blok Kesehatan Jiwa : Skizofrenia Paranoid 3
II.3.1.1. Faktor Organik
Dari data rekam medis tidak ditemukan adanya faktor
organik seperti demam, kejang ataupun trauma fisik
yang mendahului penyakit pasien.
II.3.1.2. Faktor Psikososial (Stressor Psikososial)
Hubungan antara pasien dengan ayahnya kurang baik,
karena dari hasil anamnesis dari pasien, pasien mengaku
bahwa pasien tidak begitu menyukai ayahnya dikarenakan
sejak kecil pasien sering dimarahi dan dipukul oleh ayahnya.
Pasien memiliki satu orang adik dan beranggapan bahwa
adiknya tersebut lebih disayang oleh orang tuanya.
II.3.1.3. Faktor Predisposisi
Dari hasil anamnesis terhadap pasien diketahui bahwa pasien
di didik secara keras oleh orangtuanya sejak kecil. Pasien
sering dimarahi dan dipukuli sehingga dapat dikatakan adanya
pola asuh keluarga yang buruk yang dapat menjadi faktor
predisposisi bagi gangguan jiwa yang pasien alami saat ini.
II.3.1.4. Faktor Presipitasi
Sampai saat ini, dari hasil anamnesis dan data rekam medis
tidak diketahui faktor presipitasi pada pasien.
II.3.2. Riwayat Penyakit Dahulu
II.3.2.1. Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya
Riwayat gangguan jiwa (+) sejak tahun 1996 dan beberapa
kali kambuh
II.3.2.2. Riwayat Sakit Berat/Opname
Tidak ditemukan adanya riwayat sakit berat/opname pada
pasien
Tugas Blok Kesehatan Jiwa : Skizofrenia Paranoid 4
II.4. Riwayat Keluarga
II.4.1. Pola Asuh Keluarga
Pasien diasuh oleh keluarga (orang tua) dengan cara mendidik yang
keras. Pasien memiliki satu saudara, hubungan pasien dengan
saudaranya tersebut juga kurang baik karena pasien menggangap
bahwa orang tuanya lebih menyayangi adiknya tersebut.
II.4.2. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa
II.4.3. Silsilah Keluarga
Pasien
II.5. Riwayat Pribadi
II.5.1. Riwayat Kelahiran
Pasien dilahirkan secara normal
II.5.2. Latar Belakang Perkembangan Mental
Perkembangan mental pasien baik sampai duduk di bangku SMA,
namun sejak lulus SMA pasien mulai menampakkan gejala gangguan
jiwa seperti mengamuk dan mudah curiga pada orang lain.
II.5.3. Perkembangan Awal
Sebelum memiliki gangguan jiwa, pasien merupakan tipe orang yang
Tugas Blok Kesehatan Jiwa : Skizofrenia Paranoid 5
mudah untuk bersosialisasi dengan orang lain.
II.5.4. Riwayat Pendidikan
Pasien telah menyelesaikan pendidikan terakhirnya di SMA.
II.5.5. Riwayat Pekerjaan
Pasien telah beberapa kali berganti pekerjaan, mulai dari bertani,
tukang bengkel serta tukang bangunan. Terakhir kali pasien sudah
tidak bekerja lagi karena sering mengamuk.
II.5.6. Riwayat Perkembangan Seksual
Pasien telah menikah sebanyak 3 kali dan memiliki 3 orang anak dari
ketiga istri tersebut.
II.5.7. Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual
Pasien tidak melakukan ibadah seperti shalat dan mengaji dengan
alasan bahwa ruangan Rumah Sakit kotor.
II.5.8. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah sebanyak 3 kali yaitu pada usia 22, 25 dan 29 tahun.
Namun, dua istri pertama telah pasien ceraikan.
II.5.9. Riwayat Kehidupan Emosional (Riwayat Kepribadian
Premorbid)
Sebelum mengalami gangguan jiwa, pasien merupakan tipe orang
yang tidak mudah marah dan memiliki hubungan baik dengan orang
disekitarnya.
II.5.10. Hubungan Sosial
Hubungan sosial antara pasien dan orang disekitarnya cukup baik
sebelum pasien mengalami gangguan jiwa. Namun, semenjak pasien
Tugas Blok Kesehatan Jiwa : Skizofrenia Paranoid 6
mengalami gangguan jiwa, pasien mengaku menjauhi orang lain
dengan alasan curiga dan takut pada orang lain. Selain itu, pasien
juga mengatakan bahwa orang-orang disekitarnya berniat untuk
menjauhi dirinya pula.
II.5.11. Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan makan teratur sebelumnya, namun jika
gangguan jiwa pasien muncul pasien tidak mau makan. Pasien jarang
berolahraga.
II.5.12. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi pasien dapat dikatakan rendah karena selama
ini pasien hidup menumpang di rumah kedua orang tuanya.
II.5.13. Riwayat Khusus
Pengalaman militer (-)
Urusan dengan polisi (-)
II.6. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis
Dapat dipercaya
Kurang dapat dipercaya
Sangat diragukan kebenarannya
II.7. Kesimpulan Alloanamnesis
Dari hasil alloanamnesis didapatkan kesimpulan bahwa pasien di bawa
ke rumah sakit dikarenakan sering mengamuk, mudah curiga dan ingin
membunuh ayahnya. Dari latar belakang pasien, diketahui bahwa
pasien dididik dengan keras oleh ayahnya semenjak pasien kecil.
Pasien telah mengalami gangguan jiwa semenjak tahun 1996 dan telah
beberapa kali keluar-masuk rumah sakit jiwa.
Tugas Blok Kesehatan Jiwa : Skizofrenia Paranoid 7
III. PEMERIKSAAN FISIK
III.1. STATUS PRAESENS
III.1.1. Status Internus
Kesadaran : Compos mentis (E4 V5 M6)
Keadaan Umum : Baik dan gizi cukup
Bentuk Badan : Tidak ada kelainan atau cacat fisik
Berat Badan : Pasien tampak dengan BB normal
Tinggi Badan : ± 165 cm
Tanda Vital : Tekanan Darah : 110/86 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 17x/menit
Suhu : 36,5°C
Kepala : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Thorax
Sistem Kardiovaskuler :tidak dilakukan pemeriksaan
Sistem Respirasi :tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen
Sistem Gastrointestinal :tidak dilakukan pemeriksaan
Sistem Urogenital :tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas
Sistem Muskuloskeletal :dalam batas normal
Sistem Integumentum :dalam batas normal
Kelainan Khusus :tidak ditemukan adanya
kelainan khusus
Kesan Status Internus :baik
III.1.2. Status Neurologis
Kepala dan Leher : dalam batas normal
Tugas Blok Kesehatan Jiwa : Skizofrenia Paranoid 8
Tanda Meningeal : tidak dilakukan pemeriksaan
Nervi Kranialis : dalam batas normal
Kekuatan Motorik : dalam batas normal
Sensibilitas : tidak dilakukan pemeriksaan
Fungsi Saraf Vegetatif: tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks Fisiologis : tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks Patologis : tidak dilakukan pemeriksaan
Gerakan Abnormal : tidak ditemukan adanya gerakan abnormal
Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan: tidak ditemukan
Kesan Status Neurologis: baik
III.1.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium/Penunjang
Pemeriksaan darah rutin dalam batas normal
Pemeriksaan bilirubin direct dan total dalam batas normal
Pemeriksaan SGOT, SGPT, urea, dan kreatinin dalam batas normal
Pemeriksaan kadar glukosa darah dalam batas normal
Kesan Pemeriksaan Laboratorium/Penunjang: Dari keseluruhan
hasil pemeriksaan penunjang, pasien dikatakan baik karena hasil
pemeriksaan dalam bata normal.
III.2. STATUS PSIKIATRI
Tanggal Pemeriksaan: 13 November 2012
III.2.1. Kesan Umum : Laki-laki sesuai umur (35 th), perawatan diri baik
III.2.2. Kesadaran :
Kuantitatif
Compos mentis
Kualitatif
Tak Berubah
III.2.3. Orientasi Orang/Waktu/Tempat/Situasi:
Tugas Blok Kesehatan Jiwa : Skizofrenia Paranoid 9
Baik
III.2.4. Penampilan/Rawat Diri:
Baik
III.2.5. Sikap dan Tingkah Laku:
Dalam batas normal
III.2.6. Roman Muka (Ekspresi Muka):
Curiga
III.2.7. Afek :
Tak ada kelainan (appropriate)
III.2.8. Proses Pikir
III.2.8.1. Bentuk Pikir:
Pikiran tak logis
III.2.8.2. Isi Pikir :
Waham
Dikejar
Diancam
Curiga
Kebesaran
Bizarre
Sisip pikir
Dikendalikan
Magik mistik
III.2.8.3. Progresi Pikir:
Kualitatif
Tak ada kelainan
Kuantitatif
Tak ada kelainan
III.2.9. Mood dan Interest :
Tugas Blok Kesehatan Jiwa : Skizofrenia Paranoid 10
Paranoid
Merasa terancam
Curiga pada orang di sekitarnya
Iritabilitas/Sensitifitas
Merasa diperlakukan tidak adil
III.2.10.Hubungan Jiwa :
Mudah
III.2.11. Perhatian :
Mudah ditarik mudah dicantum
III.2.12. Persepsi :
Halusinasi
Dengar
Pandang
Penghidu
Ilusi
III.2.13. Memori :
Normal (tidak ditemukan kelainan)
III.2.14. Gangguan Inteligensi Sesuai Umur/Pendidikan
Tidak ada
III.2.15. Insight :
Baik
III.2.16.Gejala dan Tanda Lain yang Didapatkan:
Tidak ada
III.3. Hasil Pemeriksaan Psikologi
III.3.1. Kepribadian : Ekstrovert
III.3.2. IQ: Normal (pasien dapat membaca, berhitung dan menjawab
pertanyaan dengan baik)
III.4. Hasil Pemeriksaan Sosiologi
Tugas Blok Kesehatan Jiwa : Skizofrenia Paranoid 11
Tidak ada keterangan dari hasil pemeriksaan sosiologi
IV. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA
IV.1. Tanda-Tanda (Sign)
Hasil pemeriksaan fisik semua dalam batas normal
IV.2. Gejala (Simtom)
Waham dan halusinasi merupakan gejala yang menonjol pada
pasien.
IV.3. Kumpulan Gejala (Sindrom)
Dari kumpulan gejala yang ditemukan pada pasien maka
pasien mengalami skizofrenia
V. DIAGNOSIS BANDING
F20.0 Skizofrenia Paranoid
F20.3 Sizofrenia Tak Terinci
VI. PEMBAHASAN
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami skizofren paranoid karena adanya waham dan halusinasi yang
mencolok.
VII. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pasien telah mendapatkan pemeriksaan penunjang yang cukup sehingga tidak
perlu dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya.
VIII. DIAGNOSIS
AKSIS I (Gangguan jiwa, kondisi yang menjadi fokus perhatian)
F20.0 Skizofrenia Paranoid
AKSIS II (Gangguan kepribadian, retardasi mental)
F61.0 Gangguan Kepribadian Campuran
AKSIS III (Kondisi medik umum)
Tugas Blok Kesehatan Jiwa : Skizofrenia Paranoid 12
Tidak ada diagnosis
AKSIS IV (Stressor psikososial)
Masalah dengan keluarga, ekonomi, dan lingkungan sosial
AKSIS V (Fungsi sosial)
GAF 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang)
IX. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN
IX.1. Terapi Organobiologik
IX.1.1. Psikofarmaka
Olanzapine 10 mg/hari
IX.1.2. Terapi Fisik
Pada pasien tidak perlu dilakukan terapi fisik
IX.2. Psikoedukatif/Psikoterapi
a. Psikoterapi suportif
Terapi dapat dilakukan dengan persuasi dan konseling
untuk membantu pasien menyikapi masalah yang
dihadapinya.
b. Terapi kerja
Terapi kerja ditekankan pada pembiasaan dan mengisi
kegiatan sehari-hari.
c. Terapi keluarga
Keluarga diharapkan dapat memberikan dukungan sosial
kepada pasien dan mampu menjalin komunikasi aktif
dengan pasien sehingga pasien dapat
mengkomunikasikan jika ada masalah.
IX.3. Terapi Sosiokultural
IX.3.1. Terapi Spiritual
Pasien diharapkan dapat melakukan ibadah rutin seperti
shalat dan mengaji
IX.3.2. Edukasi dan Modifikasi Keluarga
Tugas Blok Kesehatan Jiwa : Skizofrenia Paranoid 13
Keluarga diharapkan dapat memberikan dukungan kepada
pasien dan memantau pengobatan pasien.
X. PROGNOSIS
X.1. Faktor Premorbid
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada
Pola Asuh Keluarga : Over Protektif
Kepribadian Premorbid : Ekstrovert
Stressor Psikososial : Ada
Sosial Ekonomi : Bawah
Status Perkawinan : Menikah
X.2. Faktor Morbid
Usia Onset : Remaja
Jenis Penyakit : Psikotik
Perjalanan Penyakit : Kronik
Kelainan Organik : Tidak ada
Regresi : Tidak ada
Respon Terapi : Bagus
X.3. Kesimpulan Prognosis
Dubia ad malam
XI.RENCANA FOLLOW UP
Selama masih menunjukkan gejala skizofrenia sebaiknya pasien tetap di rawat di
rumah sakit jiwa agar dapat di follow up secara teratur.
XII. PEMBAHASAN
Dari semua data yang ada maka di tetapkan bahwa diagnosis pasien adalah
skizofren paranoid. Sehingga pada pembahasan ini akan dijelaskan mengenai
Tugas Blok Kesehatan Jiwa : Skizofrenia Paranoid 14
pengertian, epidemiologi, patofisiologi, gejala, penegakan diagnosis, terapi serta
prognosis bagi pasien skizofren.
XII.1 Pengertian Skizofren
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat kronis atau kambuh yang
ditandai dengan terdapatnya perpecahan (schism) antara pikiran, emosi dan
perilaku pasien yang terkena (Kaplan dan Sadock, 2003).
XII.2 Epidemiologi Skizofren
Skizofrenia dapat ditemukan pada semua kelompok masyarakat dan
di berbagai daerah. Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara
kasar hampir sama di seluruh dunia. Gangguan ini mengenai hampir 1%
populasi dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal
masa dewasa. Pada laki-laki biasanya gangguan ini mulai pada usia lebih
muda yaitu 15-25 tahun sedangkan pada perempuan lebih lambat yaitu
sekitar 25-35 tahun. Insiden skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada
perempuan ((Kaplan dan Sadock, 2003).
Hal ini sesuai dengan pasien, dimana pasien mengalami gejala
skizofrenia pertama kali pada tahun 1996 yaitu saat pasien masih berusia 19
tahun.
XII.3 Etilogi dan Patofisiologi Skizofrenia
Sampai saat ini telah dikemukakan beberapa teori hipotesis mengenai
terjadinya skizofrenia. Adapun beberapa terori tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Diatesis-Stres Model
Teori ini menggabungkan antara faktor biologis, psikososial dan
lingkungan yang secara khusu mempengaruhi diri seseorang sehingga
dapat menimbulkan timbulnya gejala skizofrenia. Ketiga faktor tersebut
saling mempengaruhi secara dinamis (Kaplan dan Sadock, 2003) Hal
Tugas Blok Kesehatan Jiwa : Skizofrenia Paranoid 15
ini diperkuat dengan penelitian yang menyatakan bahwa skizofrenia
dapat terjadi akibat interaksi antara faktor internal dan eksternal yang
terjadi di dalam kehidupan seseorang (John H. Gilmore,2010)
b. Faktor biologis
Dari faktor biologis dikenal suatu hipotesis dopamin yang
menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh aktivitas dopaminergik
yang berlebihan di bagian kortikal otak, dan berkaitan dengan gejala
positif dari skizofrenia. Penelitian terbaru juga menunjukkan
pentingnya neurotransmiter lain termasuk serotonin,norepinefrin,
glutamat dan GABA. Selain perubahan yang sifatnya neurokimiawi,
penelitian menggunakan CT Scan ternyata ditemukan perubahan
anatomi otak seperti pelebaran lateral ventrikel, atropi koteks atau
atropi otak kecil (cerebellum), terutama pada penderita kronis
skizofrenia (Kaplan & Sadock, 2003).
c. Genetika
Penelitian telah dengan kuat menyatakan suatu komponen
genetika terhadap penurunan skizofrenia dengan hasil sebagai
berikut : resiko masyarakat umum 1%, pada orang tua resiko 5%,
pada saudara kandung 8% dan pada anak 12% apabila salah
satu orang tua menderita skizofrenia, walaupun anak telah
dipisahkan dari orang tua sejak lahir, anak dari kedua orang tua
skizofrenia 40%. Pada kembar monozigot 47%, sedangkan untuk
kembar dizigot sebesar 12% (Patrick F. Sullivan, 2005)
Pada pasien tidak ditemukan adanya riwayat keluarga yang juga
mengalami skizofrenia.
XII.4 Gejala Skizofrenia
Secara umum karakteristik gejala skizofrenia dapat digolongkan
dalam tiga kelompok :
a. Gejala positif
Gejala positif adalah tanda yang biasanya pada orang
Tugas Blok Kesehatan Jiwa : Skizofrenia Paranoid 16
kebanyakan tidak ada, namun pada pasien Skizofrenia justru
muncul. Gejala positif adalah gejala yang bersifat aneh, antara
lain berupa delusi, halusinasi, ketidakteraturan pembicaraan,
dan perubahan perilaku (Kaplan & Sadock,
2003). Adapun gejala positif skizofrenia yang ditemukan pada
pasien didalama kasus adalah halusinasi (visual, pembau dan
auditori), waham (curiga, kejar, kebesaran, mistik), dan ilusi.
b. Gejala negatif
Gejala negatif adalah menurunnya atau tidak adanya
perilaku tertentu, seperti perasaan yang datar, tidak adanya
perasaan yang bahagia dan gembira, menarik diri, ketiadaan
pembicaraan yang berisi, mengalami gangguan sosial, serta
kurangnya motivasi untuk beraktivitas (Kaplan & Sadock, 2003).
Adapun gejala negatif yang ditemukan pada pasien di dalam
kasus adalah :
1. Pasien menarik diri dari lingkungan sosial dengan alasan curiga
dan takut namun sekarang pasien sudah bisa bersosialisasi
dengan cukup baik
2. Sebelum masuk rumah sakit jiwa pada 2 November lalu, pasien
hanya mengamuk dan tidak ingin tidur ataupun makan.
c. Gejala disorganisasi
Perilaku yang aneh (misalnya katatonia, di mana pasien
menampilkan perilaku tertentu berulang-ulang, menampilkan pose
tubuh yang aneh; atau waxy flexibility, yaitu orang lain dapat
memutar atau membentuk posisi tertentu dari anggota badan
pasien, yang akan dipertahankan dalam waktu yang lama) dan
disorganisasi pembicaraan. Adapun disorganisasipembicaraan
adalah masalah dalam mengorganisasikan ide dan
pembicaraan, sehingga orang lain mengerti (dikenal dengan
Tugas Blok Kesehatan Jiwa : Skizofrenia Paranoid 17
gangguan berpikir formal). Misalnya asosiasi longgar, inkoherensi,
dan sebagainya (Kaplan dan Sadock, 2003). Pada pasien tidak
ditemukan gejala ini.
XII.5 Diagnosis skizofrenia
DIAGNOSIS AKSIS I
Penegakan diagnosis skizofrenia menurut Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa III di Indonesia adalah sebagai berikut (Rusdi
Maslim,2002):
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):
a. – Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda, atau
- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal) dan
- Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umumnya mengetahuinya.
b. – Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar atau
- Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar atau
- Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas
,merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan
atau penginderaan khusus).
- Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan
Tugas Blok Kesehatan Jiwa : Skizofrenia Paranoid 18
mukjizat.
c. Halusional Auditorik ;
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien .
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan
mahluk asing atau dunia lain)
Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak
relevan atau neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan
stupor.
h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons
Tugas Blok Kesehatan Jiwa : Skizofrenia Paranoid 19
emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi
harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neureptika.
* adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal);
* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan,
tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute),
dan penarikan diri secara sosial.
Berdasarkan kriteria diagnosis PPDGJ III tersebut pasien dapat didiagnosis
skizofrenia dengan alasan sebagai berikut :
1. Terdapatnya gejala thought insertion yang mengatakan bahwa orang
disekitarnya ingin membunuhnya.
2. Halusinasi auditorik dimana pasien seperti mendengar suara langkah
kaki atau pintu diketuk saat malam hari
3. Halusinasi visual dimana pasien mengaku dapat melihat genderuwo di
pohon rumah sakit
4. Halusinasi pembau dimana pasien mengatakan bahwa pasien mencium
bau orang jahat sebagai bau amis dan bau orang baik sebagai bau
harum
5. Ilusi berupa pasien terkadang melihat orang-orang disekitarnya dengan
wajah menyeramkan seperti setan
6. Waham curiga dengan orang sekitar
7. Waham kebesaran karena merasa mampu menyembuhkan segala
macam penyakit fisik orang lain
Tugas Blok Kesehatan Jiwa : Skizofrenia Paranoid 20
8. Waham mistik dimana pasien mengaku mendapat kekuatan dari Kyai
Jawa Tengah sehingga mengetahui isi pikiran orang lain
9. Waham kejar akan dibunuh
10. Pasien menarik diri dari lingkungan sosial dan adanya gejala negatif
tidak mau tidur dan makan
Semua gejala diatas sudah dialami pasien semenjak tahun 1996 dan
beberapa kali kambuh sehingga diagnosis skizofrenia sudah dapat di
tegakkkan.
Setelah diagnosis skizofrenia ditegakkan, maka diagnosis harus lebih di
spesifikkan ke tipe skizofren yang dialami pasien. Pada kasus ini diagnosis
kerja pasien adalah skizofrenia paranoid dengan diagnosis banding
skizofrenia tak terinci.
Diagnosis : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Pedoman diagnostik Pada pasien
Memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia Terpenuhi
Halusinasi dan waham harus menonjol
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam
pasien atau member perintah, atau
halusinasu auditorik tanpa bentuk verbal
berupa bunyi pluit mendengung, atau
bunyi tawa
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan
rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain
perasaan tubuh; halusinasi visual
mungkin ada tetapi jarang
c. Waham hamper setiap jenis, tetapi
waham dikendalikan, dipengaruhi, atau
passivity, dan keyakinan dikejar-kejar
terpenuhi
terpenuhi
terpenuhi
Tugas Blok Kesehatan Jiwa : Skizofrenia Paranoid 21
yang beraneka ragam, adalah yang
paling khas
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan
pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif
tidak menonjol
Terpenuhi
Diagnosis Banding : F.20.3 Skizofrenia Tak Terinci
Pedoman Diagnostik Pada pasien
Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis
skizofrenia
Terpenuhi
Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia
paranoid, hebefrenik atau katatonik
tidak terpenuhi
Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual
atau depresi pasca trauma
Terpenuhi
DIAGNOSIS AKSIS II
F61.0 Gangguan Kepribadian Campuran
Kriteria diagnostik gangguan kepribadian campuran menurut PPDGJ III
(Rusdi Maslim,2002) adalah sebagai berikut:
Dengan gambaran beberapa gangguan pada F60.- tetapi tanpa suatu
kumpulan gejala yang dominan yang memungkinkan suatu diagnosis yang
lebih khas.
Didalam kasus ditemukan beberapa gejala paranoid namun ditemukan
pula gejala kepribadian emosional tidak stabil sehingga merupakan
gangguan kepribadian campuran.
DIAGNOSIS AKSIS III
Tidak ada diagnosis karena pasien tidak mengeluhkan adanya keluhan
fisik serta dari hasil pemeriksaan penunjang tidak ditemukan adanya
kelainan
Tugas Blok Kesehatan Jiwa : Skizofrenia Paranoid 22
DIAGNOSIS AKSIS IV
Terdapat masalah dengan keluarga, ekonomi dan lingkungan sosial. Hal ini
dapat terlihat dari pasien memiliki masalah dengan keluarga serta bersikap
curiga terhadap etangga. Di sisi lain keadaan ekonomi pasien juga
tergolong sulit.
DIAGNOSIS AKSIS V
Pasien didalam kasus memenuhi GAF Scale untuk scoring 60-51 yaitu
gejala sedang dengan disabiltitas sedang karena waham dan halusinasi
pasien masih cukup menonjol sampai saat ini.
XII.6 Terapi
a. Psikofarmaka
Olanzapin 10mg/hari.
Farmakodinamika : Olanzapin merupakan derivate tienobenzodiazepin,
struktur kimianya mirip dengan klozapin. Olanzapin
memiliki afinitas terhadap reseptor dopamine (D2,
D3, D4, dan D5), reseptor serotonin (5HT2).
Farmakokinetika :Olanzapin diabsorbsi dengan baik setelah
pemberian oral, dengan kadar plasma tercapai
setelah 4-6 jam pemberian, metabolisme di hepar
dan di ekskresi lewat urin.
Indikasi : Indikasi utama adalah mengatasi gejala negatif
maupun positif skizofrenia dan sebagai antimania.
Efek samping : Olanzapin tidak menyebabkan agranulositosis. Efek
samping yang sering dilaporkan adalah peningkatan
berat badan, intoleransi glukosa, hiperglikemia dan
hiperlipidemia (Amir Syarif dkk, 2009)
Olanzapin terbukti memiliki efikasi lebih baik dalam mencegah
Tugas Blok Kesehatan Jiwa : Skizofrenia Paranoid 23
kekambuhan pada pasien skizofrenia dibandingkan dengan haloperidol
(PV tran dkk,1998)
b. Psikoterapi
1. Psikoterapi suportif
Maramis (2009) menyatakan tujuan dari psikoterapi jenis ini adalah:
Menguatkan daya tahan mental yang ada
Mengembangkan mekanisme yang baru dan yang lebih baik
untuk mempertahankan kontrol diri.
Mengembalikan keseimbangan adaptif (dapat menyesuaikan
diri)
Terdapat berbagai cara untuk psikoterapi suportif ini, adapun
beberapa diantaranya adalah:
Persuasi ialah penerangan yang masuk akal tentang
timbulnya gejala-gejala serta baik-buruknya atau fungsi
gejala-gejala itu. Kritik diri sendiri oleh pasien penting untuk
dilakukan.
Sugesti ialah secara halus dan tidak langsung menanamkan
pikiran pada pasien atau membangkitkan kepercayaan
padanya bahwa gejala-gejala akan hilang
Konseling ialah suatu bentuk wawancara untuk membantu
pasien mengerti dirinnya sendiri lebih baik, agar ia dapat
mengatasi suatu masalah lingkungan atau dapat
menyesuaikan diri.
Terapi suportif ini dapat dilakukan dengan frekuensi 1-3 kali
dalam seminggu.
2. Terapi Kerja
Maramis (2009) terapi kerja ditekankan pada pembiasaan dan
mengisi kegiatan sehari-hari supaya pasien dapat menolong diri
Tugas Blok Kesehatan Jiwa : Skizofrenia Paranoid 24
sendiri dan mengisi waktu. Terapi jenis ini juga dapat berupa latihan
kerja tertentu agar terampil dalam suatu hal dan berguna baginya
untuk mencari nafkah kelak.
3. Terapi keluarga
Maramis (2009) menyatakan bahwa dukungan keluarga amat
penting, menyangkut suasana yang kondusif, suportif dan
pengawasan yang ketat terhadap munculnya peningkatan gejala
serta kebiasaan minum obat.
XII.7 Prognosis
Gambaran yang menunjukkan prognosis baik dan buruk dalam skizofrenia
Prognosis Baik Prognosis Buruk
1. Onset lambat
2. Faktor pencetus yang jelas
3. Onset akut
4. Riwayat sosial, seksual,
dan pekerjaan pramorbid
yang baik
5. Gejala gangguan mood
6. Menikah
7. Riwayat keluarga
gangguan mood
8. Sistem pendukung yang
baik
9. Gejala positif
1. Onset muda
2. Tidak ada faktor pencetus
3. Onset tidak jelas
4. Riwayat sosial, seksual
dan pekerjaan pramorbid
yang buruk
5. Perilaku menarik diri
6. Tidak menikah, bercerai
7. Riwayat keluarga
skizofrenia
8. Sistem pendukung yang
buruk
9. Gejala negatif
10.Tanda dan gejala
Tugas Blok Kesehatan Jiwa : Skizofrenia Paranoid 25
neurologis
11.Riwayat trauma perinatal
12.Tidak ada remisi dalam
tiga tahun
13.Banyak Relaps
14.Riwayat penyerangan
Dengan melihat pertimbangan berbagai faktor tersebut maka prognosis bagi
pasien adalah dubia ad.malam
Tugas Blok Kesehatan Jiwa : Skizofrenia Paranoid 26