SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGANLANSIA KE POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
RAPAK MAHANG KABUPATEN KUTAI KERTANEGARA
OLEH:
KHAERANI DARWIS
C12112634
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
iv
ABSTRAK
Khaerani Darwis, C12112634. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Lansia kePosyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kertanegara.Yang dibimbing oleh Nurhaya Nurdin dan Nuurhidayat Jafar.
Latar belakang : Usia harapan hidup (UHH) tahun 2010 mencapai 67,4 tahun dengan jumlah lansia± 23,9 juta dan diprediksi tahun 2020 meningkat menjadi 71,1 tahun dengan jumlah lansia ± 28,8juta. Untuk mengatasi masalah kesehatan yang timbul akibat peningkatan jumlah lansia, pemerintahmelaksanakan upaya kesehatan kepada lanjut usia, salah satunya melalui posyandu lansia. Pada tahun2012 kunjungan lansia ke posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang hanya 40 % ,jauh dari dibawah standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten KutaiKartanegara yaitu 70% .Tujuan penelitian : diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan lansia keposyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kertanegara.Metode :Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan desain survey cross sectional.Pengambilan sampel dengan metode total sampling berjumlah 54 orang.. Instrumen yang digunakanadalah kuesioner. Uji statistik yang digunakan adalah chi square dengan tingkat signifikan α = 0,05.Hasil : Analisis bivariat menunjukkan hubungan antara motivasi lansia p=0.000 (p<α), dukungankeluarga p =0.433 (p>α), peran kader p=0.004 (p<α), peran petugas (p=0.000) (p<α), persepsilansia terhadap program pelayanan posyandu (p=0.002) (p<α) dan aksesibilitas (p = -) dengankunjungan lansia ke posyandu lansia.Kesimpulan : ada hubungan antara motivasi lansia, peran kader, peran petugas, persepsi lansiaterhadap program pelayanan kesehatan dengan kunjungan lansia ke posyandu tetapi tidak adahubungan antara dukungan keluarga dan aksesibilitas dengan kunjungan lansia ke posyandu lansia.Saran : Bagi kader dan petugas kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada keluargauntuk meningkatkan dukungan kepada lansia dalam melaksanakan kunjungan ke posyandu.
Kata Kunci : motivasi, dukungan keluarga, peran kader, petugas kesehatan, program pelayanankesehatan, aksesibilitas, kunjungan lansia
v
ABSTRACT
Khaerani Darwis, C12112634. The factors which relates with visiting longevity to Posyandu of RapakMahang, Kutai Kartanegara. Guidance by Nurhaya Nurdin and Nuurhidayat Jafar.
Background : UHH in 2010 is about 67,4 years old with the total member of longevity ±23,9 million andit is predicted in 2020 will be increased 71,1 years old with the total member longevity is ±28,8 million.In older to solve the problem arised which is caused by the increasing of longevity, the governmentconducts health efforts to longevity one of the effort is posyandu. In 2012, the number of longevity whovisit longevity posyandu in Puskesmas Rapak Mahang is only 40%, its far from the minimal servicestandard which is state by health department of Kutai Kartanegara, it is about 70%.
Objective of the research: to know factors which relates with visiting longevity to Posyandu of RapakMahang, Kutai Kartanegara.
Method: The method used in this research is analytis survey method with survey cross sectional design.The sample of the research is 54 people. Instrument use is questionnaire. Statistic test used is chi squarewith level of significant is α= 0,05.
Result : Bivariat analysis shows the relation between longevity motivation is p= 0,000 (p<α), family’ssupport is p= 0,433 (p>α), cadre role is p= 0,004 (p<α), medical staff role is p= 0,000 (p<α), longevityperception towards posyandu service is p= 0,002 (p<α), and accessibility is p= - with longevity toPosyandu.
Conclusion: there is a relation between longevity motivation cadre role, medical staff role, longevityperception toward health program service with longevity to posyandu but there is no relation betweenfamily’s support and accessibility with longevity to posyandu.
Suggestion: for cadre and medical staff can give health education to family in order to improve support tolongevity in visiting Posyandu.
Keywords: motivation, family’s support, cadre role, medical staff, health proram service,accessibility, visiting longevity
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan
Lansia ke Posyandu Lansia di Wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang
Kabupaten Kutai Kartanegara”.
Dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis menyadari bahwa itu tak
lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara moril maupun secara materil.
Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. dr. Irawan Yusuf, Ph.D selaku dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.
2. Bapak Prof. dr. Budu, Ph.D., SpM(K), M.MedED selaku wakil dekan bidang
akademik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
3. Ibu. Dr. Werna Nontji, S.Kp., M.Kep. selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
4. Ibu Nurhaya Nurdin, S,Kep., Ns, MN., MPH selaku pembimbing I dan bapak
Nuurhidayat Jafar, S,Kep., Ns, M.Kep selaku pembimbing II yang telah banyak
membimbing peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.
vii
5. Ibu Waode Nurisnah, S.Kep., Ns, M.Kes selaku penguji 1 dan ibu Suni
Hariati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji II yang telah memberikan arahan
dan masukan yang bersifat membangun untuk penyempurnaan penulisan.
6. Pimpinan Puskesmas Rapak Mahang yang telah memberi izin untuk meneliti
di Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kartanegara.
7. Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Keperawatan Unhas yang telah membantu
penulis dalam menyelesaian pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan.
8. Rekan-rekan Ners B angkatan 2012 yang telah banyak memberi bantuan dan
dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
9. Seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan baik materil maupun
moril bagi penulis selama mengikuti pendidikan.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam rangka penyelesaian skripsi ini,
baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna, untuk itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan dari
pembaca yang budiman untuk penyempurnaan penulisan selanjutnya. Di samping
itu penyusun juga berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dan
bagi nusa dan bangsa. Wassalam.
Makassar, Januari 2014
Peneliti
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .................................................................................................. i
Halaman Pengesahan ........................................................................................ ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi .............................................................. iii
Abstrak .............................................................................................................. iv
Abstract ............................................................................................................. v
Kata Pengantar ................................................................................................... vi
Daftar Isi ........................................................................................................... viii
Daftar Tabel ...................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Lanjut Usia ........................................................... 9
B. Tinjauan Tentang Pelayanan Kesehatan Lansia ................................. 14
C. Tinjauan Tentang Posyandu Lansia ................................................... 18
D. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Lansia
ke Posyandu Lansia ........................................................................... 25
vii
BAB III KERANGKA KONSEP & HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep ............................................................................... 36
B. Hipotesis ............................................................................................. 37
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ......................................................................... 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 38
C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 39
D. Instrumen Penelitian........................................................................... 40
E. Uji Validitas dan Realibilitas ............................................................ 42
F. Alur Penelitian ................................................................................... 44
G. Variabel Penelitian ............................................................................. 44
H. Pengolahan Data dan Analisa Data ................................................... 49
I. Etika Penelitian .................................................................................. 51
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil................................................................................................... 54
B. Pembahasan ........................................................................................ 66
C. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 78
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan........................................................................................ 79
B. Saran................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 81
viii
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 86
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5. 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden di
Wilayah Kerja Puskesmas Rapak Mahang, Agustus
2013............................................................................................... 56
Tabel 5. 2. Distribusi Frekuensi Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia Di
Wilayah Kerja Puskemas Rapak Mahang Kabupaten Kutai
Kartanegara, Agustus 2013................................................................ 57
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Motivasi Lansia Pada Kunjungan Lansia ke
Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskemas Rapak Mahang
Kabupaten Kutai Kartanegara, Agustus 2013................................... 57
Tabel 5. 4. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pada Kunjungan Lansia ke
Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskemas Rapak Mahang
Kabupaten Kutai Kartanegara, Agustus ........................................... 58
Tabel 5. 5. Distribusi Frekuensi Peran Kader Lansia Pada Kunjungan Lansia ke
Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskemas Rapak Mahang
Kabupaten Kutai Kartanegara, Agustus 2013................................... 58
Tabel 5. 6. Distribusi Frekuensi Peran Petugas Kesehatan Pada Kunjungan
Lansia ke Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskemas Rapak
Mahang Kabupaten Kutai Kartanegara,
Agustus 2013 .................................................................................. 59
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Persepsi Lansia Terhadap Program Pelayanan
Kesehatan Pada Kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia Di Wilayah
Kerja Puskemas Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kartanegara,
Agustus 2013 .................................................................................. 59
x
Tabel 5. 8. Distribusi Frekuensi Aksesibilitas Pada Kunjungan Lansia ke
Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskemas Rapak Mahang
Kabupaten Kutai Kartanegara,
Agustus 2013.................................................................................... 60
Tabel 5. 9. Hubungan Antara Motivasi Lansia dengan Kunjungan Lansia ke
Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Rapak Mahang
Kabupaten Kutai Kertanegara,
Agustus 2013 .................................................................................... 60
Tabel 5.10 Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kunjungan Lansia ke
Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Rapak Mahang
Kabupaten Kutai Kertanegara,
Agustus 2013 ...................................................................................61
Tabel 5. 11. Hubungan Antara Peran Kader dengan Kunjungan Lansia ke
Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Rapak Mahang
Kabupaten Kutai Kertanegara,
Agustus 2013 ..................................................................................... 62
Tabel 5. 12. Hubungan Antara Peran Petugas Kesehatan dengan Kunjungan Lansia
ke Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Rapak Mahang
Kabupaten Kutai Kertanegara,
Agustus 2013 .................................................................................. 63
Tabel 5.13. Hubungan Antara Persepsi Lansia Terhadap Program Pelayanan
Kesehatan dengan Kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kertanegara,
Agustus 2013 .................................................................................... 64
Tabel 5.13. Hubungan Antara Aksesibilitas dengan Kunjungan Lansia ke
Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Rapak Mahang
Kabupaten Kutai Kertanegara,
Agustus 2013 .................................................................................... 65
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan yaitu
meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH) dari 68,6 pada tahun 2004 menjadi
70,5 tahun pada tahun 2007 dan di tahun 2025 diharapkan menjadi 73,7 tahun
(Departemen Kesehatan RI, 2008). UHH yang semakin meningkat memberi
konsekuensi tersendiri yaitu peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia).
Penduduk lansia dunia tumbuh dengan sangat cepat bahkan tercepat
dibanding kelompok usia lainnya. Penduduk dunia pada tahun 2011 mencapai 7
milyar jiwa dengan penduduk lansia mencapai 112 juta jiwa atau sekitar 16 %
penduduk dunia (Patnistik, 2011). Menurut Efendi dan Makhfudli (2009),
Jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2006 ± 19 Juta atau sekitar
8,9% dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun 2010 jumlah lansia ±
23,9 juta (9,77%) dengan usia harapan hidup 67,4 tahun dan diprediksi pada
tahun 2020 jumlah lansia sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan
hidup 71,1%. Hasil sensus penduduk tahun 2010 di Indonesia penduduk lansia
mencapai 18,1 juta jiwa, Khusus di Kalimantan Timur Jumlah penduduk
berusia 60 tahun keatas pada tahun 2010 sebanyak 142 ribu jiwa atau sekitar
2
4% dari total penduduk yang berjumlah 3,5 juta jiwa (data Badan Pusat
Statistik, 2010).
Meningkatnya jumlah lansia menimbulkan berbagai permasalahan yang
kompleks bagi lansia itu sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat. Secara
alamiah proses menjadi tua mengakibatkan lansia mengalami perubahan fisik
dan mental, yang mempengaruhi kondisi ekonomi dan sosialnya. Permasalahan
yang dihadapi lansia apabila tidak segera ditangani akan menimbulkan akibat
seperti gangguan pada sistem tubuh, timbulnya penyakit dan menurunnya
activities daily of living (ADL).Untuk itu, pemerintah melaksanakan upaya
kesehatan kepada lanjut usia yaitu melakukan kemitraan dengan masyarakat
termasuk swasta. Salah satu upaya kemitraan puskesmas berupa pelayanan
kesehatan untuk lanjut usia adalah Posyandu lansia (Departemen Kesehatan RI,
2009).
Posyandu lanjut usia (Posyandu lansia) merupakan pelayanan
kesehatan terpadu untuk masyarakat lansia di suatu wilayah tertentu yang sudah
disepakati. Posyandu lansia digerakkkan oleh masyarakat secara berkelompok
yang bertujuan untuk meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia
sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
(Mulyani, 2009). Berdasarkan Riset Fasilitas kesehatan (Rifaskes) tahun 2011
secara nasional persentase puskesmas yang memiliki posyandu lansia adalah
78,8%. Provinsi dengan memiliki posyandu lansia adalah Provinsi DI
3
Yogyakarta (100) diikuti Jawa tengah (97,1%) dan Jawa Timur (95,2%).
Sedangkan persentase terendah adalah di Papua (15%). Bila dilihat dari lokasi,
persentase Puskesmas di daerah perkotaan yang memiliki posyandu lansia
80,9%, sementara dipedesaan 78,83%.
Kegiatan yang dilaksanakan di posyandu lansia antara lain adalah
pemeriksaan kesehatan fisik, mental dan emosional secara berkala yang
dipantau melalui Kartu Menuju Sehat (KMS), Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) dan melakukan kegiatan olah raga seperti senam lansia dan gerak jalan
santai (Departemen Kesehatan RI, 2008).
Penelitian tentang kepatuhan lansia berkunjung ke Posyandu yang
dilakukan oleh Kusmawardani (2011) di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar
diperoleh hasil adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan, motivasi
lansia, program pelayanan kesehatan posyandu dan peran kader dengan
kepatuhan lansia berkunjung ke Posyandu. Penelitian lain dilakukan oleh
Hasugian, dkk (2011) di Puskesmas Darussalam Sumatra Utara diperoleh hasil
adanya hubungan perilaku dengan pemanfaatan Posyandu dapat dilihat dengan
responden yang memiliki sikap yang baik, lebih banyak yang memanfaatkan
Posyandu lansia. Dan adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan
pemanfaatan Posyandu lansia, dapat dilihat bahwa responden yang memiliki
dukungan keluarga yakni dukungan informasional, penilaian, instrumental dan
emosional keluarga baik lebih banyak yang memaanfaatkan Posyandu lansia.
4
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Rozak (2009) di Posyandu balita
wilayah kerja Puskesmas Antara Makassar diperoleh hasil adanya hubungan
antara pengetahuan ibu, peran serta kader, peran petugas kesehatan dan
revitalisasi Posyandu dengan kunjungan balita ke Posyandu.Penelitian yang
dilakukan oleh Sumiati, dkk (2012) mengemukakan bahwa selain keluarga
terutama anak-anak lansia berperan sebagai support system, kemampan lansia
dalam mengakses pelayanan kesehatan seperti Posyandu dipengaruhi oleh jarak
rumah dengan Posyandu lansia yang intinya semakin dekat jarak rumah
semakin aktif lansia dalam memanfaatkan Posyandu lansia.
Kabupaten Kutai Kartanegara Kecamatan Tenggarong memiliki 3
Puskesmas induk yaitu Puskesmas Rapak Mahang, Puskesmas Loa Ipuh dan
Puskesmas Mangkurawang yang masing-masing memiliki Posyandu lansia di
wilayah kerjanya. Berdasarkan data tahun 2012 diperoleh Kunjungan lansia di
Posyandu lansia rata-rata ≤ 70% atau dibawah Standar Pelayanan Minimal
(SPM) yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai kartanegara
yaitu di Puskesmas Rapak mahang kunjungan lansia sekitar ≤ 50% , Puskesmas
Loa Ipuh sekitar ≤ 64% dan di Puskesmas Mangkurawang sekitar ≤ 53%. Dari
data diatas Puskesmas Rapak Mahang memiliki jumlah kunjungan lansia ke
Posyandu lansia terendah.
Data yang diperoleh dari Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai
Kertanegara Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2012 jumlah lansia dengan
5
kriteria umur 45 tahun lebih sekitar 690 jiwa dan 184 lansia terdaftar di
posyandu. Khusus lansia berumur ≥ 60 tahun yang terdaftar di posyandu
sebanyak 54 orang dengan persentase kunjungan ke Posyandu dibawah 40 %
pada 8 posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang. Dari data
tersebut, diketahui bahwa kunjungan lansia ke Posyandu lansia di wilayah
kerja Puskesmas Rapak Mahang masih sangat rendah, di bawah standar
pelayanan minimal (SPM) yaitu 70%. Berdasarkan informasi dari pihak
puskesmas, diketahui bahwa belum adanya penelitian yang berhubungan
dengan kunjungan lansia ke posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Rapak
Mahang. Untuk itu peneliti ingin mengetahui masalah tentang kunjungan lansia
ke Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang dengan melihat
variabel yang berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu tentang motivasi,
dukungan keluarga, peran kader peran petugas kesehatan dan aksesibilitas
lansia Posyandu.
Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul, “Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Rapak Mahang.
6
B. Rumusan Masalah
Meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH) menimbulkan konsekuensi
tersendiri yaitu peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia)
.Meningkatnya jumlah lansia menimbulkan berbagai permasalahan yang
kompleks bagi lansia itu sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat. Untuk
itu, pemerintah melaksanakan upaya kesehatan kepada lanjut usia, salah
satunya berupa pelayanan kesehatan untuk lanjut usia adalah Posyandu lansia.
Pada tahun 2012 kunjungan lansia ke Posyandu lansia di wilayah kerja
Puskesmas Rapak Mahang dibawah Standar Pelayanan Minimal yaitu 40%
dari 70% yang ditetapkan oleh Dinas kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara.
Berdasarkan uraian tersebut maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah Faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan kunjungan lansia ke
Posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan pada penelitian ini terdiri dari:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan
dengan jumlah kunjungan lansia ke Posyandu lansia di wilayah kerja
Puskesmas Rapak Mahang.
7
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
a. Diketahuinya hubungan motivasi lansia dengan kunjungan lansia ke
Posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang.
b. Diketahuinya hubungan dukungan keluarga dengan kunjungan lansia ke
Posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang.
c. Diketahuinya hubungan peran kader dengan kunjungan lansia ke
Posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang.
d. Diketahuinya hubungan peran petugas kesehatan dengan kunjungan
lansia ke Posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang.
e. Diketahuinya hubungan persepsi lansia terhadap program pelayanan
Posyandu dengan kunjungan lansia ke Posyandu lansia di wilayah kerja
Puskesmas Rapak Mahang.
f. Diketahuinya hubungan aksesibilitas dengan kunjungan lansia ke
Posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat yang sebesar- besarnya
kepada berbagai pihak, antara lain :
1. Bagi Petugas Puskesmas dan kader
Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada kader, petugas
kesehatan dan Puskesmas tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
8
kunjungan lansia ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang
agar dapat mengatasi faktor-faktor tersebut dengan meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan lansia sehingga dapat meningkatkan kunjungan lansia
ke Posyandu lansia.
2. Bagi Masyarakat
Penelitian dapat menjadi masukan bagi masyarakat khususnya
keluarga lansia dan lansia sendiri untuk lebih memperhatikan kesehatan
lansia dengan memanfaatkan sarana kesehatan yang telah ada seperti
Posyandu lansia.
3. Bagi Intitusi Akademik.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
pengembangan mata kuliah keperawatan komunitas sehingga dapat
mempersiapkan mahasiswa keperawatan untuk memberikan pelayanan dan
perawatan kepada lansia dimasyarakat dan dapat menjadi sumber data bagi
peneliti yang ingin melakukan penelitian berikutnya tentang program
pelayanan posyandu lansia.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Lanjut Usia
1. Pengertian Lansia
Lansia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari
kejadiannya (DepKes RI, 2008). Keadaan ini dibagi menjadi dua yaitu lanjut
usia potensial dan lanjut usia tidak potensial. Lanjut Usia Potensial adalah
lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang dan/jasa, sedangkan lanjut usia tidak potensial
adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
tergantung pada bantuan orang lain (Tamher dan Noorkasiani, 2009).
2. Batasan lansia
WHO dikutip dalam Azizah (2001) menggolongkan lanjut usia
menjadi empat, yaitu : Usia pertengahan (middle age) : umur 45-59 tahun,
Lanjut Usia (elderly) : umur 60-74 tahun,Lanjut Usia Tua (old) : umur 75-
90 tahun dan Lanjut Sangat Tua (very old) umur diatas 90 tahun. UU No. 13
tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia bahwa lansia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keatas.
10
Berbeda dengan WHO, menurut Maryam dkk (2008) lansia di
klasifikasikan sebagai berikut:
a. Pra Lansia
Seseorang yang berusia antara 45 – 59 tahun.
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau berusia 60 tahun atau
lebih tapi dengan masalah kesehatan.
d. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang/jasa.
e. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.
3. Perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia
Seiring dengan proses penuaan terjadi pula perubahan-perubahan pada
lansia meliputi : perubahan fisik, perubahan sosial dan psikologis (Maryam
dkk, 2008).
11
a. Perubahan Fisik
1) Sel : Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun,
dan cairan intraseluler menurun.
2) Kardiovaskuler: Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan
memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume),
elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.
3) Respirasi : Otot-otot pernafasan kekuatannya menurun dan kaku,
elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik
nafas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun,
kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan pada bronchus
4) Persarafan : Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsinya menurun
serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang
berhubungan dengan stress. Berkurang atau hilangnya lapisan myelin
akson sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik dan
refleks.
5) Muskuloskletal : cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh
(osteoporosis), bungkuk (kiposis), persendian membesar dan menjadi
kaku (atropi otot), kram, tremor, tendon mengerut, dan mengalami
skelerosis.
6) Gastrointestinal : Esophagus melebar, asam lambung menurun, lapar
menurun, dan peristaltic menurun sehingga daya absobsi juga ikut
12
menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesoris
menurun sehngga menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan
enzim pencernaan.
7) Genitourinaria : Ginjal mengecil sehingga aliran darah ke ginjal
menurun, penyaringan glomerulus menurun, dan fungsi tubulus
menurun sehingga kemampuan mengkonsentrasi urine ikut menurun.
8) Vesika urinaria : Otot-otot melemah , kapasitas menurun dan retensi
urine. Hiperteropi prostat dialami oleh 75% lansia.
9) Vagina : Selaput lender mengering dan sekresi menurun.
10) Pendengaran : Membrane timpani atropi sehingga terjadi gangguan
pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan.
11) Penglihatan : Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap
gelap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan
katarak.
12) Endokrin : Penurunan produksi hormon.
13) Kulit : Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam
hidung dan telinga menebal. Elastisitas menurun, vaskularisasi
menurun, rambut memutih (uban) kelenjar keringat menurun, kuku
keras dan rapuh, serta kuku kaki bertumbuh berlebihan seperti tanduk
14) Belajar dan memori : Kemampuan belajar masih ada tetapi relatif
menurun. Memori (daya ingat) menurun karena proses encoding
menurun.
13
15) Intelegensia : secara umum tidak banyak berubah.
16) Personality dan adjustment (pengaturan) : tidak banyak berubah,
hampir seperti saat muda
17) Pencapaian (achievement) : sains, filosofi, seni, dan music yang
diperoleh pada saat muda mempengaruhi lansia dalam menjalankan
kehidupannya.
b. Perubahan sosial
1) Peran : post power syndrome, single woman, dan single parent.
Lansia pada umumnya mengalami perubahan peran dan identitas,
jabatan, kegiatan sehari-hari, status, wibawa dan otoritas serta
kehilangan hubungan dengan individu maupun kelompok.
2) Keluarga, teman : kesendirian dalam keluarga, ketika lansia lainnya
meninggal.
3) Abuse : kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan kekerasan
berbentuk nonverbal (dicubit, tidak diberi makan).
4) Ekonomi : kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan dan income
security.
5) Keamanan : jatuh, terpeleset.
6) Agama : melaksanakan ibadah secara lebih teratur.
14
c. Perubahan psikologis
Frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi
menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi dan kecemasan.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia akan menimbulkan
masalah apabila lansia tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan
tersebut untuk itu pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan oleh lansia
terutama oleh lansia miskin dan tinggal di daerah pedesaan.
B. Tinjauan Tentang Pelayanan Kesehatan Lansia
Tantangan terbesar yang dihadapi keperawatan dan pelayaan kesehatan
akibat peningkatan jumlah lanjut usia pada abad ini adalah pemberian pelayaan
kesehatan kepada lansia. Masalah utama yang harus dihadapi penyedia
pelayanan kesehatan adalah bagaimana membantu para lansia hidup sehat dan
produktif (Efendi dan Makhfudli, 2009).
Anderson dan McFarlane (2006) mengemukakan bahwa pelayanan
kesehatan untuk lansia secara umum memiliki 3 tujuan yaitu ;
1. Meningkatkan kemampuan fungsional.
2. Memperpanjang usia hidup.
3. Meningkatkan kenyamanan dan menurunkan penderitaan.
15
Pemaksimalan pelayanan kesehatan lansia di komunitas dibutuhkan
suatu pendekatan multiaspek. Target intervensi harus mengarah pada individu
dan keluarga serta keluarga dan komunitas. Bentuk Pelayanan kesehatan pada
lanjut usia seperti berikut : (Azizah, 2011)
1. Pelayanan Kesehatan lansia di Masyarakat (Community Based Geriatrik
Service).
Pada upaya kesehatan ini, semua upaya kesehatan yang
berhubungan dan dilaksanakan oleh masyarakat harus diupayakan berperan
serta dalam menangani kesehatan para lansia. Pada dasarnya masyarakat
termasuk lansia harus diikutsertakan semaksimal mungkin dalam pelayanan
kesehatan lansia ditingkat masyarakat. Dokter swasta berperan dalam
pemberian pelayanan kuratif sedangkan Puskesmas yang membentuk
kelompok/klub lansia. Pelayanan kesehatan dalam bentuk promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitative dapat lebih mudah dilaksanakan melalui
kelompok/klub lansia yang terbentuk. Pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada lansia di masyarakat adalah sebagai berikut :
a) Promotif
Upaya promotif dilakukan oleh petugas kesehatan untuk
meningkatkan semangat hidup lansia, agar merasa tetap dihargai dan tetap
berguna bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat.
16
Pelayanan promotif berupa penyuluhan, bagi lansia dan kebugaran
jasmani berupa senam lansia yang instrukturnya berasal dari Puskesmas.
b) Preventif
Upaya preventif dilakukan bertujuan sebagai pencegahan
terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi dari berbagai penyakit
akibat penuaan. Penimbangan berat badan dan pengukuran tekanan
darah sebagai deteksi dini pemeliharaan kesehatan sederhana.
c) Kuratif
Melalui deteksi dini yang dilakukan, bila ditemukan adanya
kondisi yang menyimpang maka dilakukan pengobatan dan bila
memerlukan penanganan lebih lanjut maka perlu dirujuk. Contohnya
penyakit hipertensi yang dialami oleh lansia apabila cepat dideteksi
dan dilakukan pengobatan secara rutin akan mengurangi terjadinya
komplikasi dari penyakit hipertensi seperti stroke. Dan apabila
ditemukan komplikasi terjadi diharapkan lansia segera mendapatkan
penanganan lebih lanjut.
d) Rujukan
Bila hasil diagnosis menunjukkan kasus yng membutuhkan
penanganan lebih lanjut maka petugas perlu melakukan rujukan :
rujukan vertikal dan rujukan horizontal. Rujukan vertical merupakan
17
rujukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan, dari tingkat
pelayanan yang lebih rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi
atau sebaliknya misalnya rujukan dari Puskesmas ke Rumah sakit
daerah. Rujukan horizontal merupakan rujukan antar pelayanan
kesehatan dalam satu tingkatan misalnya rujukan dari puskesmas
pembantu ke Puskesmas induk (Peraturan Presiden Republik Indonesia
No. 001 tahun 2012).
2. Pelayanan Kesehatan Lansia di Masyarakat Berbasis Rumah Sakit
(Hospital based Community geriatric service)
Pada pelayanan tingkat ini, rumah sakit bertugas membina lansia
yang berada dibawahnya baik secara lansung kepada masyarakat awam
termasuk lansia atau tidak langsung melalui pembinaan pada Puskesmas
yang barada di wilayah kerjanya berupa lokakarya, symposium, ceramah-
ceramah baik kepada tenaga kesehatan. Rumah sakit juga bertindak
sebagai rujukan layanan kesehatan yang ada di masyarakat (Azizah,
2011).
3. Layanan Kesehatan Lansia Berbasis Rumah sakit (Hospital Based
Geriatrik Service).
Pada layanan rumah sakit, tergantung jenis layanan yang ada bagi
para lansia. Mulai dari layanan sederhana berupa poli klinik lansia, sampai
18
pada layanan yang lebih maju, misalnya bangsal akut, klinik siang terpadu
(day hospital), bangsal kronik atau panti werda (nursing home). Disamping
itu, rumah sakit jiwa juga menyediakan layanan kesehatan jiwa bagi lansia
dengan pola yang sama. Pada tingkat ini sebaiknya dilaksanakan suatu
layanan terkait (con-join care) antara unit psikogeriatri suatu rumah sakit
jiwa, terutama untuk menangani penderita penyakit fisik dengan komponen
gangguan psikis berat atau sebaliknya (Azizah, 2011).
C. Tinjauan Tentang Posyandu Lansia
1. Pengertian Posyandu Lansia
Departemen Kesehatan RI (2008), Posyandu lansia adalah suatu
bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap lansia ditingkat
desa/kelurahan dalam masing-masing wilayah kerja Puskesmas.
Keterpaduan dalam posyandu lansia berupa keterpaduan dalam pelayanan
yang dilatarbelakangi oleh kriteria lansia yang memiliki berbagai macam
penyakit. Dasar pembentukan posyandu lansia adalah peningkatan
kesejahteraan masyarakat terutama lansia.
2. Tujuan Posyandu Lansia
Pembinaan kesehatan lansia bertujuan meningkatkan derajat kesehatan
dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna
19
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya
dalam masyarakat (DepKes RI dalam Maryam, 2008).
Menurut Azizah (2011), tujuan Posyandu lansia adalah sebagai
berikut :
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan prilaku positif lansia.
b. Meningkatkan mutu dan derajat kesehatan lansia.
c. Meningkatkan kemampuan para lansia untuk mengenali masalah
kesehatan dirinya sendiri dan bertindak untuk mengatasi masalah tersebut
terbatas kemampuan yang ada dan meminta pertolongan keluarga atau
petugas jika diperlukan.
3. Sasaran Posyandu lansia
Sasaran Posyandu lansia menurut Depkes, 2003 dikutip dalam
Maryam, dkk (2008) adalah :
a. Sasaran langsung yaitu kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun).
Kelompok usia lanjut (60 tahun keatas) dan kelompok usia lanjut dengan
resiko tinggi (70 tahun keatas).
b. Sasaran tidak langsung, yaitu keluarga dimana lansia berada, organisasi
yang bergerak dalam usia lanjut, dan masyarakat.
20
4. Kegiatan Posyandu Lansia.
Posyandu lansia melaksanakan pelayanan meliputi pemeriksaan
kesehatan fisik dan mental emosional, yang dicatat dan dipantau dengan
Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui riwayat penyakit lansia.
Beberapa kegiatan posyandu (Azizah, 2011) adalah :
a. Pemeriksaan aktivitas sehari-hari/ADL meliputi kegiatan dasar dalam
kehidupan seperti makan /minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik-turun
tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua) menit.
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat dalam grafik indeks massa tubuh
(IMT).
d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama 1 menit.
e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli, atau cuprisulfat.
f. Pemeriksaan adanya gula dalam seni sebagai deteksi awal adaanya
penyakit gula (diabetes mellitus)
g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai
deteksi awal adanya penyakit ginjal.
21
h. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bilamana ada keluhan atau ditemukan
kelainan pada pemeriksaan butir-butir diatas.
i. Penyuluhan kesehatan, biasanya dilakukan didalam atau diluar kelompok
dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai
dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan kelompok
usia lanjut.
j. Kunjungan rumah oleh kader dan petugas kesehatan bagi kelompok usia
lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat.
k. Pemberian makanan tambahan (PMT) dan penyuluhan contoh menu
makanan tambahan adalah bubur kacang ijo, pisang bakar dan sari buah .
l. Kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia dan jalan santai.
Mekanisme pelayanan posyandu lansia berbeda dengan posyandu
balita umumnya. Mekanisme kerja posyandu lansia tergantung pada
kebijakan pelayanan kesehataan diwilayah penyelenggara. Ada yang
menyelenggarakan dengan sistem 5 meja seperti Posyandu balita dan
adapula yang hanya 3 meja.
22
Pelaksanaan kegiatan Posyandu menurut Subijanto dkk, 2011
dilakukan dengan sistem 5 meja :
a. Meja 1 : Pendaftaran
Lansia yang berkunjung mendaftarkan diri, Kader mencatat identitas
lansia yang terdiri dari nomor KMS, nama, umur, alamat, pendidikan,
pekerjaan, status pernikahan dan alamat tempat tinggal. Lansia yang
sudah terdaftar dibuku register dan memiliki KMS langsung menuju meja
selanjutnya.
b. Meja 2 : Pengukuran tinggi badan , berat badan dan tekanan darah.
Kader melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan dan tekanan
darah kemudian hasilnya kemudian dicatat dalam catatan kecil yang
kemudian dibawa ke meja selanjutnya.
c. Meja 3 : Pencatatan (Pengisian KMS)
Kader melakukan pencatatan pada KMS lansia meliputi tekanan darah,
berat badan dan tinggi badan kemudian dicatat kembali dibuku register
posyandu sebagai dokumentasi.
23
d. Meja 4 : Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan dilakukan secara perorangan maupun kelompok
sesuai masalah kesehatan yang dialami lansia (berdasarkan KMS) dan
pemberian makanan tambahan pada lansia.
e. Meja 5 : Pelayanan Medis
Pelayanan oleh tenaga professional yaitu petugas dari
puskesmas/kesehatan meliputi kegiatan : pemerikaan dan pengobatan
ringan. Tindakan rujukan dilakukan apabila lansia mengalami masalah
kesehatan yang memerlukan penanganan lebih lanjut.
Skema sistem 5 meja di Posyandu lansia:
Keterangan:
A. Meja I : Tempat pendaftaran
B. Meja II : Pengukuran tinggi badan, berat badan dan tekanan darah
C. Meja III : Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat)
F
F AE D C B
24
D. Meja IV : Penyuluhan
E. Meja V : Pelayanan medis
F. Warga
Berbeda dengan sistem 5 meja, mekanisme pelaksanaan Posyandu
lansia dengan system 3 meja meliputi (Azizah, 2011) :
Keterangan:
A. Meja I : Pendaftaran lansia yang sudah terdaftar maupun lansia baru.
Penimbangan berat badan dan pangukuran tinggi badan
B. Meja II : melakukan pencatatan berupa hasil penimbangan berat
badan, pengukuran tinggi badan dan kegiatan sehari-hari.
Pemeriksaan dan pelayanan kesehatan meliputi pengukuran tekanan
darah, pemeriksaan kesehatan dan status mental, pengobatan
sederhana dan perawatan juga diberikan. Pada tahap ini, selain itu
juga dilakukan pemeriksaan kadar gula darah dan protein dalam air
seni.
D
A B C
25
C. Meja III : Pada tahap ini dilakukan pemberian penyuluhan dan
konseling. Selain dilakukan pembinaan mental untuk memperkuat
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam tahap ini pula perlu
dilakukan kegiatan fisik berupa olah raga maupun kegiatan fisik
lainnya.
D. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kunjungan Lansia ke Posyandu
Lansia
1. Motivasi Lansia
Motif atau motivasi berasal dari kata Latin moreve yang berarti
dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak dan berprilaku. Menurut
Notoatmojo (2010) motivasi pada dasarnya merupakan interaksi seseorang
dengan situasi tertentu yang dihadapinya, motivasi adalah suatu alasan
(reasoning) seseorang untuk bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Kunjungan lansia ke Posyandu lansia merupakan salah satu bentuk
perilaku kesehatan. Dengan melakukan kunjungan secara teratur lansia bisa
mengetahui perkembangan kesehatannya secara periodik terhadap ancaman
masalah kesehatan yang dihadapi (deteksi dini), motivasi menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi keteraturan kunjungan lansia ke posyandu.
Motivasi sangat membantu individu dalam mengatasi dan menyelesaikan
masalah. Individu yang tidak mempunyai motivasi untuk menghadapi dan
26
menyelesaikan masalah akan membentuk koping destruktif. Semakin besar
motivasi yang diberikan kepada lansia, maka semakin sering lansia
melakukan kunjungan ke Posyandu (Astuti, 2011). Motivasi lansia untuk
berkunjung ke Posyandu lansia akan sangat dipengaruhi oleh jarak tempat
tinngal lansia dengan Posyandu. Ketika jarak itu jauh, lansia akan memiliki
motivasi yang kurang untuk ke berkunjung Posyandu lansia (Aswar, 2006).
Menurut hasil penelitian Kusumawardani (2011) di Posyandu lansia
Puskesmas Kassi-Kassi Makassar bahwa ada hubungan antara motivasi
dengan kepatuhan lansia berkunjung ke Posyandu lansia Motivasi pada
penelitian ini menyangkut motivasi lansia untuk melakukan kunjungan ke
Posyandu untuk memeriksakan dan mengetahui perkembangan
kesehatannya secara periodik terhadap ancaman kesehatan yang dihadapi
(deteksi dini) yang sangat penting dilakukan oleh lansia. Dalam upaya
preventif dan promotif dibutuhkan partisipasi aktif dalam kegiatan posyandu
lansia untuk mengatasi permasalahan lansia yang timbul (Mulyani,2009).
Motivasi akan sangat membantu individu dalam menghadapi dan
menyelesaikan masalah.
Dalam penelitian motivasi lansia yang dimaksud adalah keinginan
lansia untuk berkunjung ke pelayanan kesehatan seperti Posyandu untuk
melaksanakan pemeriksaan kesehatan (deteksi dini) terhadap masalah
kesehatan yang dihadapi.
27
2. Dukungan keluarga
Dukungan sosial sangat dibutuhkan lansia untuk tetap dapat
melaksanakan aktivitas. Dukungan sosial sangat diperlukan selama lansia
sendiri masih mampu memahami makna dukungan sosial tersebut sebagai
penyokong/penopang hidupnya. Namun dalam kenyataannya seringkali
ditemui bahwa tidak semua lansia mampu memahami dukungan sosial dari
orang lain, sehingga walaupun ia telah menerima dukungan sosial masih saja
menunjukkan ketidakpuasan, yang ditampilkan dengan cara menggerutu,
kecewa, kesal dan sebagainya.
Dukungan sosial (social support) didefinisikan oleh Gottlieb,1983
dikutip dalam Azizah, 2011 adalah sebagai informasi verbal atau nonverbal ,
saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang yang
akrab dengan subyek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa
kehadiran dan hal-hal yang memberi keuntungan emosional atau
berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dukungan soaial ini selalu
mencakup dua hal yaitu jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia dan
merupakan persepsi individu terhadap jumlah orang yang dapat diandalkan
saat individu membutuhkan bantuan (pendekatan berdasarkan kuantitas) dan
tingkat kepuasan akan dukungan sosial yang diterima berkaitan dengan
persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan
28
berdasarkan kualialitas. Taylor (1999) dikutip dalam Azizah (2011)
membagi dukungan sosial kedalam lima bentuk, yaitu :
a. Dukungan instrumental ( tangible assistance)
Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat
memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian
barang, makanan serta pelayanan.
b. Dukungan informasional
Bentuk dukungan ini melibatkan pembeian informasi, saran atau umpan
balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi ini dapat
menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan
lebih mudah.
c. Dukungan Emosional
Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman ,
yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga
individu dapat menghadapi masalah dengan baik.
d. Dukungan pada harga diri
Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu,
pemberian semangat, persetujuan pada pendapat individu, perbandingan
yang positif dengan individu lain. Bentuk dukungan ini membantu
individu dalam membangun harga diri dan kompetensi.
f. Dukungan dari kelompok sosial
29
Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa anggota dari suatu
kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial
dengannya.
Keluarga merupakan sumber dukungan sosial yang memiliki ikatan
emosional yang paling besar dan terdekat dengan klien. Menurut Maryam,
dkk (2008) Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam
mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia
antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan
meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan status ekonomi serta
memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia.
Dukungan keluarga memegang peran penting dalam menentukan
bagaimana mekanisme koping yang akan ditunjukkan oleh lansia. Lansia
dapat menghadapi masalahnya dengan adanya dukungan keluarga.
Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk hubungan interpersonal dalam
keluarga yang melindungi seseorang dari efek stress yang buruk (Wijayanto,
2008).
Keluarga mengontrol sekaligus mengingatkan lansia untuk rutin
melakukan pemeriksaan fisik secara berkala dan teratur guna mencegah
penyakit dan menemukan tanda-tanda awal dari penyakit terutama yang ada
pada lansia seperti pemeriksaan tekanan darah dan pemeriksaan gula.
30
Menjaga lansia untuk makan, minum, dan tidur secara teratur serta menjaga
hal-hal yang harus dihindari oleh lansia. Oleh karena itu dituntut perhatian
keluarga lansia (Kuswardani, 2009). Menurut Sumiati dkk (2012), dalam
penelitiannya keluarga memiliki peranan penting dalam kehidupan lansia
terutama terkait dengan pemanfaatan Posyandu. Peranan keluarga dalam hal
ini meliputi antar jemput lansia ke Posyandu dan mengingatkan jadwal
kegiatan Posyandu. Pada penelitian ini dukungan keluarga yang dimaksud
adalah adanya orang yang berada disekitar lansia yang mengingatkan tentang
jadwal pelaksanaan Posyandu dan mengantar lansia ke Posyandu setiap
bulan.
3. Peran Kader Posyandu lansia
Kader posyandu, menurut DepKes RI (2006) dikutip dalam Henniwati
(2008) adalah seseorang atau tim sebagai pelaksana posyandu yang berasal
dari dan dipilih oleh masyarakat setempat yang memenuhi ketentuan dan
diberikan tugas serta tanggung jawab untuk pelaksanaan, pemantauan dan
memfasilitasi kegiatan lainnya. Dalam pelaksanaan posyandu lansia kader
mempunyai peran sebagai pelaku dari sebuah system kesehatan. Kader
diharapkan memberikan pelayanan yang meliputi pengukuran tinggi badan
dan berat badan, pengukuran tekanan darah, pengisian lembar KMS,
memberikan penyuluhan atau informasi kesehatan, mengerakkan dan
memberikan informasi kepada lansia untuk hadir dalam pelaksanan kegiatan
31
posyandu. Untuk itu perlu dilakukan pembinaan kepada kader secara berkala
agar kader dapat melaksanakan perannya secara optimal dalam pelaksanan
kegiatan Posyandu. Wahyuna (2008) melakukan penelitian bahwa di
Posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Ngawi, kader-kader hanya
bertugas mencatat dan mengurusi masalah komsumsi saja, selain itu kader
juga bekerja tergantung perintah petugas kesehatan tanpa ada pelatihan lebih
lanjut sehingga peran kader dalam kegiatan posyandu belum optimal.
Untuk meningkatkan citra diri kader maka kader harus memperhatikan
dan meningkatkan kualitas diri sebagai orang yang dianggap masyarakat
dapat memberilkan informasi terkini tentang kesehatan. Kader juga harus
melengkapi diri dengan keterampilan yang memadai dalam pelaksanaan
posyandu, membuat kesan pertama yang baik dan memperhatikan citra diri
yang positif, menetapkan dan memutuskan perhatian lebih cermat pada
kebutuhan masyarakat sebagai bagian dari anggota masyarakat itu sendiri,
mendorong keinginan masyarakat untuk datang ke Posyandu.
Dalam penelitian ini yang dimaksud peran kader adalah bagaimana
kader melaksanakan tugasnya dalam proses kegiatan posyandu mulai dari
kehadiran kader pada hari buka posyandu, pelayanan dan informasi
kesehatan yang diberikan oleh kader Posyandu serta sikap kader dalam
pemberian pelayanan dan informasi kesehatan pada lansia.
32
4. Petugas Kesehatan
Pada posyandu lansia dituntut hadirnya petugas kesehatan dengan
pribadi atau sikap yang baik, agar lansia cenderung untuk selalu hadir atau
mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Petugas lansia juga
bertugas untuk melatih kader posyandu lansia agar mampu menjalankan
tugas dengan baik, melakukan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan pada
lansia serta memberikan penyuluhan. Menurut Rozak (2009) ada hubungan
antara peran petugas kesehatan dengan kunjungan balita ke Posyandu di
wilayah Kerja Puskesmas Antara Makassar tahun 2009. Pada penelitian ini
yang dimaksud peran petugas kesehatan adalah kehadiran petugas
kesehatan(dokter, perawat, petugas gizi dll) pada hari buka posyandu dan
bagaimana peran petugas kesehatan dalam pemberian pelayanan dan
informasi kesehatan pada lansia.
5. Program Pelayanan kesehatan posyandu di Puskesmas.
Posyandu lansia merupakan pelayanan kesehatan ditingkat
desa/kelurahan di masing-masing wilayah kerja Puskesmas. Kegiatan
pelayanan kesehatan Posyandu meliputi kegiatan di Posyandu diluar
Posyandu. Kegiatan pelayanan yang diberikan lansia di posyandu meliputi
pendaftaran, penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan,
pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan, pengisiaan kartu menuju
sehat (KMS), dan pemberian vitamin. Sedangkan untuk kegiatan diluar
33
Posyandu meliputi kegiatan senam lansia, kegiatan keagamaan serta
penyuluhan kesehatan disaat kader dan petugas kesehatan melakukan
kunjungan rumah (Astuti dkk, 2007).
Penilaian keberhasilan utama pembinaan kesehatan di Posyandu dilakukan
dengan melakukan data pencatatan, pelaporan, pengamatan khusus dan
penelitian. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari meningkatnya sosialisasi
masyarakat lansia dengan berkembangnya organisasi masyarakat lansia
dengan berbagai pengembangann. Berkembangnya jumlah lembaga
swasta/pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan bagi lansia,
berkembangnya jenis pelayanan kesehatan pada lembaga, berkembangnya
jangkauan pelayanan kesehatan bagi lansia, dan penurunan angka kesakitan
dan kematian akibat penyakit bagi lansia (Henniwati, 2008).
Dalam penelitian ini yang dimaksud program pelayanan kesehatan
posyandu adalah bagaimana persepsi lansia meliputi tempat pelayanan
posyandu dan bagaimana program pelayanan kesehatan pada lansia
dilaksanakan misalnya pencatatan perkembangan kesehatan lansia di KMS,
pelaksanaan kunjungan rumah oleh kader dan petugas kesehatan serta
program kesehatan lainnya seperti adanya program senam lansia.
6. Aksesibilitas ke Posyandu
Jarak rumah yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau
pelayanan posyandu tanpa harus mengalami kelelahan dan kecelakaan fisik
karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik. Murrata, dkk (2010)
34
dalam artikelnya Barrirs to Health Care among the Elderly in Japan
mengemukakan bahwa selain pendapatan, pendidikan dan pekerjaan, akses
menuju tempat perawatan merupakan penentu penting dalam pelayanan
kesehatan lansia. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sumiati, dkk (2012) di
Posyandu lansia di Wilayah kerja Puskesmas Wonoreja Samarinda
memperoleh hasil bahwa kemampuan lansia dalam mengakses pelayanan
kesehatan dipengaruhi oleh jarak rumah dengan posyandu lansia yang
intinya semakin dekat jarak rumah semakin aktif lansia dalam memanfaatkan
posyandu.
Penelitian yang dilakukan Rahmawati, dkk (2008) mengungkapkan
bahwa kunjungan lansia di Posyandu Sentosa kecamatan Anjir Pasar
Kabupaten Barito dipengaruhi oleh jarak rumah lansia yang jauh dengan
Posyandu sementara lansia tidak memiliki waktu dan sarana transportasi
untuk menjangkau Posyandu. Berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Rosyid, dkk (2009) mengungkapkan bahwa pola tempat
tinggal bukan merupakan faktor yang mempengaruhi kunjungan lansia ke
posyandu Lansia di RW VII Kelurahan Wonokusumo kecamatan Semampir
Surabaya.
Peraturan Presiden RI nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional (SKN) pada pasal 3 ayat 1 bahwa komponen pengelolaan
kesehatan dikelompokkan dalam subsistem salah satunya adalah upaya
kesehatan. Upaya kesehatan ini meliputi antara lain akses rumah tangga
35
dalam menjangkau fasilitas kesehatan ≤ 30 menit sebesar 90,75 dan yang
berada ≤ 5 km dari fasilitas kesehatan sebesar 94,7%.
Pada penelitian ini aksesibilitas yang dimaksud adalah jauh atau dekat
jarak antara tempat tinggal lansia dengan Posyandu lansia dan alat
transportasi apa yang digunakan oleh lansia untuk ke Posyandu serta berapa
lama waktu yang dubutuhkan lansia untuk dapat mengakses pelayanan di
Posyandu.
36
BAB III
KERANGKA KONSEP & HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, maka kerangka konsep dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan:
: Variabel independen
: Variabel dependen
: Variabel yang diteliti
Motivasi Lansia
Dukungan Keluarga
Peran Kader Posyandu Lansia
Petugas Kesehatan
Program Pelayanan KesehatanPosyandu di Puskesmas
Kunjungan Lansiake Posyandu Lansia
Aksesibilitas
37
B. Hipotesis
1. Ada hubungan antara motivasi lansia dengan kunjungan lansia ke posyandu
lansia di wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai
Kertanegara.
2. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kunjungan lansia ke
posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten
Kutai Kertanegara.
3. Ada hubungan antara peran kader Posyandu lansia dengan kunjungan lansia
ke posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten
Kutai Kertanegara.
4. Ada hubungan antara petugas kesehatan dengan kunjungan lansia ke
posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten
Kutai Kertanegara.
5. Ada hubungan antara persepsi lansia terhadap program pelayanan kesehatan
Posyandu di Puskesmas dengan kunjungan lansia ke posyandu lansia di
wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kertanegara.
6. Ada hubungan antara aksesibilitas dengan kunjungan lansia ke Posyandu
lansia di Wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang Kaabupaten Kutai
Kartanegara.
38
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian survey analitik dengan menggunakan
rancangan survey cross sectional untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan
dengan kunjungan lansia ke Posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Rapak
Mahang Kabupaten Kutai Kertanegara. Survey cross sectional adalah suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko
dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoadmojo, 2010).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Lokasi penelitian pada 4 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas
Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kertanegara yaitu Kelurahan Timbau,
kelurahan Melayu, Kelurahan jahab dan Kelurahan Bukit Biru.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli - Agustus 2013.
39
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah lansia yang berumur ≥ 60 tahun
yang telah terdaftar di 8 Posyandu lansia yang berada pada 4 kelurahan di
wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kertanegara yang
berjumlah sekitar 54 orang.
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini diperoleh dengan cara total sampling.
Sampel penelitian diambil dari lansia berumur 60 tahun keatas yang telah
terdaftar di 8 Posyandu yang berada pada 4 Kelurahan di wilayah kerja
Puskesmas Rapak Mahang. Kelurahan Timbau yaitu Posyandu Kamboja 4
orang, Posyandu Setia kawan 8 orang, Kelurahan Melayu yaitu Posyandu
Melati 6 orang, Posyandu Seger Waras Barokah 7 orang, Kelurahan Jahab
Posyandu Aster 10 orang, dan Kelurahan Bukit Biru yaitu Posyandu Rahayu
5 orang, Posyandu Anyelir 6 orang dan Posyandu Langgeng Waluyo 8 orang
dengan kriteria :
a. Kriteria Inklusi :
1) Lansia yang berumur lebih dari 60 tahun yang terdaftar di 8
Posyandu lansia di 4 Kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Rapak
Mahang.
2) Bersedia jadi responden.
40
b.Kriteria Eksklusi
1) Lansia yang mengalami demensia berat.
2) Lansia yang menderita penyakit berat.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk menilai kunjungan lansia pada
penelitian ini berupa buku register Posyandu lansia Puskesmas Rapak Mahang
dalam 1 tahun terakhir (Agustus 2012-Juli 2013). Motivasi lansia, dukungan
keluarga, peran kader, peran petugas, program pelayanan posyandu di nilai
menggunakan kuesioner dengan skala Likert dan aksesibilitas di nilai
menggunakan pertanyan langsung kepada responden. Dalam Penelitian ini,
peneliti menggunakaan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti sendiri,
dengan berpedoman pada penelitian yang dilakukan oleh Kusmawardani (2011)
mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan lansia ke
Posyandu lansia dan survey mawas diri yang diterbitkan oleh Universitas Islam
Indonesia dengan mengacu pada teori dan telah dilakukan uji validitas dan
reabilitasnya yang meliputi :
1. Motivasi lansia
Kuesioner pada penelitian ini diukur dengan skala Likert yang terdiri
dari 5 pernyataan menyangkut motivasi lansia, dengan penilaian Sangat
Setuju = 5, Setuju = 4, Ragu-ragu = 3, Tidak Setuju = 2, dan Sangat Tidak
Setuju = 1.
41
2. Dukungan Keluarga
Kuesioner pada penelitian ini diukur dengan skala Likert yang terdiri dari 7
pernyataan menyangkut dukungan keluarga, dengan penilaian Sangat
Setuju = 5, Setuju = 4, Ragu-ragu = 3, Tidak Setuju = 2, dan Sangat Tidak
Setuju = 1.
3. Peran kader
Kuesioner pada penelitian ini diukur dengan skala Likert yang
terdiri dari 8 pernyataan menyangkut peran kader, dengan penilaian
Sangat Setuju = 5, Setuju = 4, Ragu-ragu = 3, Tidak Setuju = 2, dan
Sangat Tidak Setuju = 1.
4. Peran petugas kesehatan
Kuesioner pada penelitian ini diukur dengan skala Likert yang
terdiri dari 5 pernyataan menyangkut peran petugas kesehatan, dengan
penilaian Sangat Setuju = 5, Setuju = 4, Ragu-ragu = 3, Tidak Setuju = 2,
dan Sangat Tidak Setuju = 1.
5. Persepsi lansia terhadap program kesehatan posyandu
Kuesioner pada penelitian ini diukur dengan skala Likert yang
terdiri dari 5 pernyataan menyangkut persepsi lansia terhadap program
kesehatan posyandu, dengan penilaian Sangat Setuju = 5, Setuju = 4, Ragu-
ragu = 3, Tidak Setuju = 2, dan Sangat Tidak Setuju = 1.
42
6. Aksesibilitas
Kuesioner pada penelitian ini diukur dengan 3 pertanyaan langsung
mengenai jarak tempuh, waktu tempuh dan mudah atau tidaknya alat
transportasi yang digunakan ke posyandu didapatkan.
E. Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner dalam penelitian ini dikembangkan oleh peneliti dengan
berpedoman pada kuesioner penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Kusmawardani (2011) dan survey mawas diri yang diterbitkan oleh
Universitas Islam Indonesia. Oleh karena itu sebelum digunakan dilakukan uji
validitas dan reliabilitas terlebih dahulu.
1. Uji validitas
Uji coba instrumen akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Loa
Ipuh, yang merupakan salah satu Puskesmas dalam wilayah Kabupaten
Kutai kartanegara dengan jumlah sampel 10 responden yang tergolong
lansia berumur > 60 tahun. Pemilihan wilayah ini karena respondennya
memiliki karakteristik yang sama dengan responden yang akan diteliti.
Model pengujian menggunakan uji validitas Corrected Item-Total
Correlation. Dari hasil analisis kemudian dibandingkan antara nilai r
hitung dan r tabel untuk menentukan apakah sebuah item dinyatakan valid
atau tidak. Jika r hitung > r tabel berarti valid, sedangkan jika r hitung < r
tabel berarti tidak valid. Nilai r tabel dilihat dengan tabel r dengan
43
menggunakan df = n – 2 → 10-2 = 8. Pada tingkat kemaknaan 5%, didapat
angka r tabel = 0,632. Setelah dilakukan uji validitas instrument, diperoleh
hasil untul pertanyaan motivasi rentang nilai r hitung = 0,666-0,806, untuk
pertanyaan dukungan keluarga rentang nilai r hitung = 0.678 – 0,795, untuk
pertanyaan peran kader lansia rentang nilai r hitung = 0,65 – 0,842, dan
untuk pertanyaan peran petugas kesehatan rentang nilai r hitung = 0, 684 –
0,848 . Seluruh item pertanyaan nilai r hitung lebih besar dari nilai tabel,
sehingga pertanyaan dinyatakan valid.
2. Uji Reliabilitas
Setelah semua pertanyaan valid, analisis dilanjutkan dengan uji
reliabilitas dengan cara membandingkan nilai Cronbach’s alpha dengan
nilai standar yaitu 0,6. Jika nilai Cronbach’s alpha ≥ 0,6 maka pertanyaan
disebut reliabel, sedangkan jika jika nilai cronbach’s alpha < 0,6 berarti
pertanyaan tidak reliabel. Hasil Uji diperoleh nilai Cronbach’s alpha
pertanyaan tentang motivasi 0,770, untuk pertanyaan tentang dukungan
keluarga yakni 0,845, untuk pertanyaan tentang peran kader yakni 0,893,
untuk pertanyaan tentang peran petugas kesehatan yakni 0,830 dan
pertanyaan tentang persepsi lansia terhadap program pelayanan kesehatan
yakni 0,742 dengan demikian dikatakan bahwa instrumen dalam penelitian
ini reliable.
44
F. Alur Penelitian
G. Variabel Penelitian
1. Identifikasi variabel
a. Variabel independen pada penelitian ini yaitu: motivasi lansia,
dukungan keluarga, peran kader Posyandu lansia, petugas kesehatan,
program pelayanan kesehatan Posyandu di Puskesmas dan aksesibilitas.
b. Variabel dependen pada penelitian ini yaitu: kunjungan lansia ke
Posyandu lansia.
Menetapkan populasi yaitu seluruh lansia yang berumur ≥ 60 tahun yangterdaftar di 8 posyandu di 4 Kelurahan wilayah kerja Puskesmas Rapak
Mahang
Memenuhi kriteria inklusi
Informed Consent
Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan melihatlaporan kegiatan posyandu
Total Sampling N= 54
Pengolahan dan analisa data
Penyajian data
45
2. Definisi Operasional Variabel
a. Kunjungan Lansia
Dalam penelitian ini, kunjungan lansia yang dimaksud adalah
partisipasi lansia dalam kegiatan yang dilakukan oleh Posyandu lansia
dalam 1 tahun terakhir (Agustus 2012-Juli 2013). Di ukur dengan
melihat data kunjungan lansia di buku register Posyandu lansia
Puskesmas Rapak Mahang.
Kriteria objektif:
Baik : jika jumlah kunjungan 8-12 kali/tahun
Kurang Baik : jika jumlah kunjungan < 8 kali/tahun
b. Motivasi Lansia
Motivasi pada penelitian ini menyangkut kondisi dimana lansia
memiliki keinginan untuk melakukan kunjungan ke posyandu untuk
memeriksakan dan mengetahui perkembangan kesehatannya secara
periodik terhadap ancaman kesehatan yang dihadapi (deteksi dini)
sangat penting dilakukan oleh lansia. Responden diminta untuk mengisi
angket tentang motivasi lansia untuk memeriksakan kesehatannya.
Kriteria objektif:
Baik : jika nilai jawaban pertanyaan ≥ median
Kurang Baik : jika nilai jawaban pertanyaan < median
46
c. Dukungan Keluarga
Dalam penelitian ini, dukungan keluarga yang dimaksud adalah
adanya orang yang berada disekitar lansia yang mengingatkan tentang
jadwal pelaksanaan Posyandu dan mengantar lansia ke Posyandu setiap
bulan. Responden diminta untuk mengisi angket tentang dukungan
keluarga yang pernah dilakukan.
Kriteria objektif:
Baik : jika nilai jawaban pertanyaan ≥ median
Kurang Baik : jika nilai jawaban pertanyaan < median
d. Peran Kader Posyandu
Dalam penelitian ini yang dimaksud peran kader adalah
bagaimana kader melaksanakan tugasnya dalam proses kegiatan
posyandu mulai dari kehadiran kader pada hari buka posyandu,
pelayanan dan informasi kesehatan yang diberikan oleh kader Posyandu
serta sikap kader dalam pemberian pelayanan dan informasi kesehatan
pada lansia.
Kriteria objektif:
Baik : jika nilai jawaban pertanyaan ≥ median
Kurang Baik : jika nilai jawaban pertanyaan < median
e. Petugas kesehatan
Pada penelitian ini yang dimaksud peran petugas kesehatan adalah
kehadiran petugas kesehatan (dokter, perawat, petugas gizi dll) pada hari
47
buka posyandu dan bagaimana peran petugas kesehatan dalam
pemberian pelayanan dan informasi kesehatan pada lansia.
Kriteria objektif:
Baik : jika nilai jawaban pertanyaaan ≥ median
Kurang Baik : jika nilai jawaban pertanyaan < median
f. Pelayanan Kesehatan Posyandu di Puskesmas
Dalam penelitian ini yang dimaksud program pelayanan
kesehatan posyandu meliputi tempat pelayanan posyandu dan
bagaimana program pelayanan kesehatan pada lansia dilaksanakan
misalnya pencatatan perkembangan kesehatan lansia di KMS,
pelaksanaan kunjungan rumah oleh kader dan petugas kesehatan serta
program kesehatan lainnya seperti adanya program senam lansia.
Kriteria objektif:
Baik : jika nilai jawaban pertanyaan ≥ median
Kurang Baik : jika nilai jawaban pertanyaaan < median
g. Aksesibilitas
Dalam penelitian ini yang dimaksud Aksesibilitas adalah jauh
atau dekatnya jarak antara tempat tinggal lansia dengan Posyandu dan
berapa waktu yang dibutuhkan lansia untuk ke posyandu serta apakah
lansia mudah mendapatkan alat transportasi yang digunakan untuk
mengakses pelayanan posyandu.
48
Kriteria obyektif :
Mudah dijangkau : jika jawaban pertanyaan : jarak < 5 km, waktu
yang dibutuhkan < 30 menit, dan mudah
mendapatkan alat transportasi.
Sulit dijangkau : jika nilai jawaban pertanyaan : jarak >5 km, waktu
yang dibutuhkan > 30 menit dan sulit mendapatkan
alat transpotasi.
G. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam rancangan penelitian ini, data yang digunakan meliputi dua jenis
sumber data yaitu:
1. Data primer
Data primer dikumpulkan melalui pembagian kuesioner atau angket secara
langsung kepada responden. Kuesioner diisi oleh responden, peneliti
bertugas membantu responden yang mengalami kesulitan dalam pengisian
kuesioner. Contohnya responden yang tidak mampu baca tulis dibantu oleh
peneliti untuk membaca dan menuliskan jawaban pada kuesioner tanpa
mengarahkan jawabannya.
2. Data sekunder
Data sekunder bersifat kualitatif diperoleh melalui wawancara lansung
dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan topik yang diteliti. Untuk memperoleh fakta dari informasi yang
dibutuhkan dilakukan dengan cara penelusuran data dengan pengkajian
49
laporan Posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang
Kabupaten Kutai Kertanegara, selain itu juga dilakukan dengan membaca
atau mempelajari buku-buku teks, catatan kuliah, makalah-makalah, jurnal
penelitian, bahan seminar dan lain-lain.
Adapun prosedur pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan di
Posyandu lansia pada wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten
Kutai Kertanegara dengan langkah-langkah berikut:
a. Mengajukan surat permohonan izin pengambilan data Puskesmas Rapak
Mahang Kabupaten Kutai Kertanegara.
b. Setelah memperoleh izin maka peneliti akan mengadakan pendekatan
kepada calon responden dengan memberikan penjelasan tentang
penelitian yang akan dilaksanakan untuk menandatangani surat
persetujuan menjadi responden.
c. Peneliti harus berada pada saat pengisian angket untuk memberikan
keterangan secara langsung kepada responden bila ada pertanyaan dari
responden.
H. Pengolahan Data dan Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian diolah, sedangkan penyajian datanya
dilakukan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan persentasi dan
pengolahan tabel. Sebelum data diolah secara sistematik terlebih dahulu
dinyatakan langkah-langkah sebagai berikut (Hastono, 2007) :
50
1. Seleksi
Hal ini bertujuan untuk mengklasifikasi data yang telah masuk
menurut kategori.
2. Editing
Merupakan langkah pemeriksaan ulang atau pengecekan jumlah dan
kelengkapan pengisian kuisioner, apakah setiap pertanyaan sudah dijawab
dengan tepat. Artinya setelah lembar kuisioner diisi kemudian
dikumpulkan dalam bentuk data, dilakukan pengecekan dengan memeriksa
kelengkapan data, kesinambungan dan keseragaman data.
3. Koding
Setelah data masuk, setiap jawaban dikonversi atau disederhanakan
ke dalam angka-angka atau simbol-simbol tertentu, sehingga memudahkan
dalam pengolahan data selanjutnya.
4. Tabulasi
Pengelompokan data ke dalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang
dimiliki, kemudian dianalisis secara statistik.
5. Analisa data
Analisis data pada penelitian ini, dilakukan melalui uji hipotesis dan
pengolahan dengan menggunakan program SPSS 16,0.
51
a. Analisis univariat
Dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian untuk melihat
tampilan distribusi frekuensi dan pensentasi dari tiap-tiap variabel
independen dan dependen.
b. Analisis bivariat
Analisis ini dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian dan
menguji hipotesis peneliti. Untuk variabel tentang motivasi, dukungan
keluarga, peran petugas, persepsi lansia terhadap program kesehatan
digunakan adalah uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (p <
0,05). Untuk variabel peran kader digunakan uji Fisher dengan tingkat
kepercayaan 95% (p < 0,05) dengan alasan terdapat sel yang nilai
expected-nya kurang dari 5 ada 25%.
I. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian , peneliti memandang perlu adanya
rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan
permohonan izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini pimpinan
Puskesmas Rapak Mahang . Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan
penelitiaan dengan menekankan masalah etika penelitian.
Depertemen Kesehatan RI (2007), mengemukakan ada beberapa prinsip
dan kaidah yang digunakan menyangkut masalah etika pada subyek penelitian,
yaitu :
52
1. Respect for person (Menghormati harkat dan martabat manusia)
a. Peneliti berupaya menghargai hak-hak responden dengan memberikan
penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan
informasi yang berhubungan dengan keterlibatannya dalam penelitian.
b. Calon responden diberi kebebasan untuk memilih bersedia atau tidak
bersedia terlibat dalam penelitian ini, dan peneliti menyediakan surat
permohonan serta lembar persetujuan responden.
c. Menjaga kerahasiaan dan informasi yang didapatkan dengan memberi
nomor urut sebagai pengganti nama dan dokumentasi penelitian tidak
menampilkan wajah atau identitas responden.
2. Benefice (Manfaat)
Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefits). Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan
prosedur penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal
mungkin bagi responden, serta meminimalisasi dampak yang merugikan
(nonmaleficence).
Pada dasarnya penelitian ini akan memberikan akibat terbukanya
informasi subyek terhadap informasi pribadi. Dalam pelaksanaan
penelitian, peneliti tidak menampilkan informasi mengenai identitas pribadi
baik nama maupun identitas lainnya untuk menjaga kerahasiaan responden.
Peneliti menggunakan koding (initial of identification number) sebagai
pengganti identitas responden.
53
3. Justice (Keadilan)
Responden harus mendapat perlakuan yang sama dengan moral yang
benar dan layak dalam memperoleh haknya. Pada pelaksanaan penelitian ,
responden yang terlebih dahulu hadir di posyandu diberikan kesempatan
untuk mengisi kuesioner terlebih dahulu.
54
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 minggu mulai tanggal 29 Juli sampai
23 Agustus 2013. Pengambilan data sekunder dilakukan selama 3 hari mulai
tanggal 29 Juli sampai 31 Juli 2013 di Puskesmas Rapak Mahang tentang laporan
kunjungan posyandu lansia selama 1 tahun (Agustus 2012-Juli 2013) untuk
menilai tingkat kunjungan lansia pada periode tersebut serta untuk memperoleh
informasi dari petugas kesehatan puskesmas tentang gambaran secara umum
lokasi dan responden yang akan dilakukan penelitian.
Data-data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada lansia
yang berumur ≥ 60 tahun yang telah terdaftar di 8 posyandu yang berada pada 4
kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang yang berjumlah 54
responden. Penyebaran kuesioner bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kunjungan lansia ke posyandu lansia yang dilaksanakan
pada tanggal 1 Agustus sampai 23 Agustus 2013. Penyebaran kuesioner yang
memuat tentang pertanyaan-pertanyaan tentang motivasi lansia, dukungan
keluarga, peran kader posyandu lansia, peran petugas kesehatan, persepsi lansia
terhadap program pelayanan kesehatan Posyandu di Puskesmas serta aksesibilitas
dilakukan di posyandu lansia dan melalui kunjungan rumah responden. Pada saat
dilakukan penelitian jumlah kunjungan lansia yang berumur 60 tahun keatas di
55
8 posyandu yang berada pada 4 Kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Rapak
Mahang berjumlah 31 orang. Untuk 23 responden yang tidak berkunjung ke
Posyandu lansia penyebaran kuesioner dilakukan peneliti dengan cara kunjungan
rumah.
Setelah data terkumpul dilakukan pemeriksaan kelengkapan dan
kemudian data diolah, maka berikut ini peneliti akan menyajikan analisa data
univariat terhadap setiap variabel dengan menghasilkan distribusi frekuensi dan
persentasi serta analisa bivariat untuk mengetahui hubungan dari variabel bebas
dan variabel tergantung dengan menggunakan uji statistik chi square dengan
menggunakan komputer program SPSS 16.
1. Analiasa Univariat
Analisa univariat dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum
mengenai kondisi responden dengan cara mendeskripsikan tiap variabel
penelitian dengan kunjungan lansia ke posyandu lansia yang selengkapnya
diuraikan sebagai berikut :
56
a. Karakteristik Responden
Tabel 5. 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden diWilayah Kerja Puskesmas Rapak Mahang, Agustus 2013.
Karakteristik f %Umur
60-74 tahun75-90 tahun90
4950
90.79.30
Jenis KelaminLaki-lakiPerempuan
1341
24.175.9
PekerjaanTidak AdaIRTPetani
83412
14.863.022.2
SukuJawaKutaiTator
38106
70.418.511.1
Jumlah Responden 54 100Sumber: data primer, Agustus 2013
Tabel 5.1. menunjukkan bahwa dari 54 responden, jumlah umur
responden terbanyak adalah yang termasuk kelompok umur elderly ( 60-74
tahun). Dilihat dari jenis kelamin, perempuan merupakan responden
terbanyak yaitu 41 orang (75,9%). Pekerjan responden terbanyak adalah
sebagai ibu rumah tangga yaitu 34 orang (63%) dan suku responden
terbanyak adalah Jawa yaitu 38 orang (70.4%).
57
b. Distribusi frekuensi berdasarkan kunjungan lansia ke posyandu lansia
Tabel 5. 2. Distribusi Frekuensi Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia Di WilayahKerja Puskemas Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kartanegara,
Agustus 2013.
Kunjungan Lansia f %Baik 28 51.9Kurang baik 26 48.1Jumlah Responden 54 100.0
Sumber: data sekunder, Agustus 2013
Tabel 5.2 menunjukkan dari 54 responden terdapat sebagian yang
memiliki kunjungan baik yaitu sebanyak 28 orang (51.9 %).
c. Distribusi frekuensi berdasarkan motivasi pada kunjungan lansia ke
posyandu lansia
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Motivasi Lansia Pada Kunjungan Lansia KePosyandu Lansia di wilayah kerja Puskemas Rapak Mahang Kabupaten Kutai
Kartanegara, Agustus 2013.
Motivasi f %Baik 28 51.9Kurang baik 26 48.1Jumlah Responden 54 100.0
Sumber: data primer, Agustus 2013
Tabel 5.3 menunjukkan dari 54 responden terdapat sebagian dari
responden yang memiliki motivasi baik yaitu sebanyak 28 orang (51.9 %).
58
d. Distribusi frekuensi berdasarkan dukungan keluarga pada kunjungan lansia
ke posyandu lansia
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pada Kunjungan LansiaKePosyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskemas Rapak Mahang Kabupaten Kutai
Kartanegara, Agustus 2013.
Dukungan Keluarga f %Baik 15 27.8Kurang 39 72.2Jumlah Responden 54 100.0
Sumber: data primer, Agustus 2013
Tabel 5.4 menunjukkan dari 54 responden terdapat sebagian besar
memiliki dukungan keluarga kurang baik yaitu 39 orang (72,2 %).
e. Distribusi frekuensi berdasarkan peran kader lansia pada kunjungan lansia
ke posyandu lansia.
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Peran Kader Lansia Pada Kunjungan Lansia kePosyandu Lansia Di Wilayah kerja Puskemas Rapak Mahang Kabupaten
Kutai Kartanegara, Agustus 2013.
Peran Kader f %Baik 44 81.5Kurang 10 18.5Jumlah Responden 54 100.0Sumber: data primer, Agustus 2013
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 54 responden terdapat sebagian
besar berpendapat bahwa peran kader lansia baik yaitu 44 responden
(81.5 %).
59
f. Distribusi frekuensi berdasarkan peran petugas kesehatan pada kunjungan
lansia ke posyandu lansia.
Tabel 5. 6. Distribusi Frekuensi Peran Petugas Kesehatan Pada Kunjungan LansiaKe Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskemas Rapak Mahang
kabupaten Kutai Kartanegara, Agustus 2013.
Peran PetugasKesehatan
f %
Baik 35 64.8Kurang 19 35.2Jumlah Responden 54 100.0
Sumber: data primer, Agustus 2013
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 54 responden, lebih dari
setengah berpendapat bahwa peran petugas kesehatan baik yaitu 35
responden (64.8%).
g. Distribusi frekuensi berdasarkan persepsi lansia terhadap peran program
pelayanan kesehatan pada kunjungan lansia ke posyandu lansia.
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Persepsi Lansia Terhadap Program PelayananKesehatan Pada Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja
Puskemas Rapak Mahang kabupaten Kutai Kartanegara, Agustus 2013.
Program PelayananKesehatan
f %
Baik 34 63.0Kurang 20 37.0Jumlah Responden 54 100Sumber: data primer, Agustus 2013
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 54 responden, lebih dari
setengah memiliki persepsi lansia terhadap program kesehatan yang baik
yaitu sebanyak 34 responden (63.0%).
60
h. Distribusi frekuensi berdasarkan aksesibilitas pada kunjungan lansia ke
posyandu lansia
Tabel 5. 8. Distribusi Frekuensi Aksesibilitas Pada Kunjungan Lansia Ke PosyanduLansia Di Wilayah Kerja Puskemas Rapak Mahang Kabupaten Kutai
Kartanegara, Agustus 2013.
Aksesibilitas f %Mudah dijangkau 54 100Sulit dijangkau 0 0Jumlah Responden 54 100Sumber: data primer, Agustus 2013
Tabel 5.8 menunjukkan dari 54 responden, seluruh responden
(100.0%) menggambarkan aksesibilitas ke posyandu lansia mudah
dijangkau.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat berfungsi untuk melihat hubungan variabel bebas
terhadap variabel independen dengan menggunakan program komputer SPSS
16.
a. Hubungan antara motivasi lansia dengan kunjungan lansia ke posyandu lansia di
wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kertanegara
Tabel 5. 9. Hubungan Antara Motivasi Lansia Dengan Kunjungan Lansia kePosyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Rapak Mahang
Kabupaten Kutai Kertanegara, Agustus 2013.
Motivasi
Kunjungan Lansia ke PosyanduLansia Total p valueBaik Kurang
f % f % f %Baik 28 51.8 0 0 28 51.8
0.000Kurang 0 0 26 48.2 26 48.2Total 28 51.8 26 48.2 54 100
p value = Significancy Pearson Chi-SquareSumber: data primer, Agustus 2013
61
Tabel 5.9 menunjukkan hubungan antara motivasi lansia dengan
kunjungan lansia ke posyandu lansia. Tabel tersebut menunjukkan dari 28
responden yang memiliki motivasi baik, seluruhnya memiliki kunjungan
yang baik. Sedangkan 26 responden dengan motivasi yang kurang baik,
seluruhnya memiliki kunjungan yang kurang baik pula.
Hasil uji statistik dengan Chi-Square didapatkan nilai p= 0.000
(p<0.05) berarti terdapat hubungan antara motivasi lansia dengan
kunjungan lansia ke posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Rapak
Mahang Kabupaten Kutai Kertanegara.
b. Hubungan antara dukungan keluarga dengan kunjungan lansia ke posyandu
lansia di wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai
Kertanegara
Tabel 5.10. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kunjungan Lansia kePosyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Rapak Mahang
Kabupaten Kutai Kertanegara, Agustus 2013.
DukunganKeluarga
Kunjungan Lansia ke PosyanduLansia Total p valueBaik Kurang
f % f % f %Baik 7 13.0 8 14.8 15 27.8
0.433Kurang 21 38.9 18 33.3 39 72.2Total 28 51.9 26 48.1 54 100
p value = Significancy Pearson Chi-SquareSumber: data primer, Agustus 2013
Pada 5.10 menunjukkan hubungan antara dukungan keluarga dengan
kunjungan lansia ke posyandu lansia. Tabel tersebut menunjukkan dari 15
responden yang memiliki dukungan keluarga baik terdapat kurang dari
setengah memiliki kunjungan yang baik yaitu 7 orang. Sedangkan dari 39
62
responden yang memiliki dukungan keluarga kurang baik terdapat kurang
dari setengah yang memiliki kunjungan kurang baik yaitu 18 orang.
Hasil uji statistik dengan Chi-Square didapatkan nilai p= 0.433
(p>0.05) berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan
keluarga dengan kunjungan lansia ke Posyandu lansia di wilayah kerja
Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kertanegara.
c. Hubungan antara peran kader dengan kunjungan lansia ke posyandu lansia
di wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kertanegara
Tabel 5. 11. Hubungan Antara Peran Kader dengan Kunjungan Lansia kePosyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai
Kertanegara, Agustus 2013.
Peran Kader
Kunjungan Lansia ke PosyanduLansia Total p valueBaik Kurang
f % f % f %Baik 27 50.0 17 31.5 44 81.5
0.004Kurang 1 1.8 9 16.7 10 18.5Total 28 51.8 26 48.2 54 100
p value = Significancy fisher’s Exact TestSumber: data primer, Agustus 2013
Tabel 5.11 menunjukkan hubungan antara peran kader dengan
kunjungan lansia ke posyandu lansia. Tabel tersebut menunjukkan bahwa
dari 44 responden dengan persepsi yang baik tentang peran kader lebih
dari setengah memiliki kunjungan yang baik yaitu 27 orang. Sedangkan
dari 10 responden dengan persepsi yang kurang baik tentang peran kader,
sebagian besar memiliki kunjungan kurang baik yaitu 9 orang.
Hasil uji statistik dengan Fisher’s Exact test didapatkan nilai p= 0.004
(p<0.05) berarti terdapat hubungan antara peran kader dengan kunjungan
63
lansia ke Posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang
Kabupaten Kutai Kertanegara.
d. Hubungan antara peran petugas kesehatan dengan kunjungan lansia ke
posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten
Kutai Kertanegara
Tabel 5.12. Hubungan Antara Peran Petugas Kesehatan Dengan KunjunganLansia Ke Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Rapak Mahang
Kabupaten Kutai Kertanegara, Agustus 2013.
Peran PetugasKesehatan
Kunjungan Lansia ke PosyanduLansia Total p valueBaik Kurang
f % f % f %Baik 25 46.3 10 18.5 35 64.8
0.000Kurang 3 5.6 16 29.6 19 35.2Total 28 51.9 26 48.1 54 100
p value = Significancy Pearson Chi-SquareSumber: data primer, Agustus 2013
Tabel 5.12 menunjukkan hubungan antara peran petugas kesehatan
dengan kunjungan lansia ke posyandu lansia. Tabel tersebut menunjukkan
bahwa dari 35 responden yang memiliki persepsi yang baik tentang peran
petugas kesehatan, sebagian besar memiliki kunjungan yang baik yaitu 25
orang. Sedangkan dari 19 responden dengan persepsi yang kurang baik
tentang peran petugas kesehatan, sebagian besar memiliki kunjungan yang
kurang baik pula yaitu 16 orang.
Hasil uji statistik dengan Chi-Square didapatkan nilai p= 0.000
(p<0.05) berarti terdapat hubungan antara peran petugas kesehatan dengan
kunjungan lansia ke Posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Rapak
Mahang Kabupaten Kutai Kertanegara.
64
e. Hubungan antara peran program pelayanan kesehatan dengan kunjungan
lansia ke posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang
Kabupaten Kutai Kertanegara.
Tabel 5.13. Hubungan Antara Persepsi Lansia Terhadap Program PelayananKesehatan Dengan Kunjungan Ke Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas
Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kartanegara, Agustus 2013.
p value = Significancy Pearson Chi-SquareSumber: data primer, Agustus 2013
Tabel 5.13 menunjukkan hubungan antara persepsi lansia terhadap
program pelayanan kesehatan dengan kunjungan lansia ke posyandu
lansia. Tabel tersebut menunjukkan dari 34 responden yang memiliki
persepsi yang baik terhadap program pelayanan kesehatan, terdapat lebih
dari setengah yang memiliki kunjungan yang baik yaitu 23 orang.
Sedangkan dari 20 orang responden yang memiliki persepsi yang kurang
baik terhadap program pelayanan kesehatan, terdapat sebagian besar yang
memiliki kunjungan yang kurang baik pula yaitu 15 orang.
Hasil uji statistik dengan Chi-Square didapatkan nilai p= 0.002
(p<0.05) berarti terdapat hubungan antara persepsi lansia terhadap
program pelayanan kesehatan dengan kunjungan lansia ke posyandu lansia
di wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kertanegara.
ProgramPelayananKesehatan
Kunjungan Lansia ke PosyanduLansia Total p valueBaik Kurang
f % f % f %Baik 23 42.6 11 20.4 34 63.0
0.002Kurang 5 9.2 15 27.8 20 37.0Total 28 51.8 26 48.2 54 100
65
f. Hubungan antara aksesibilitas dengan kunjungan lansia ke Posyandu lansia
di Wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang Kaabupaten Kutai Kartanegara
Tabel 5.14. Hubungan Antara Aksesibilitas Terhadap Program PelayananKesehatan Dengan Kunjungan Ke Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas
Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kartanegara, Agustus 2013.
p value = Significancy Pearson Chi-SquareSumber: data primer, Agustus 2013
Pada tabel 5.14 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
aksesibilitas dengan kunjungan lansia ke posyandu lansia di wilayah kerja
Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kartanegara karena semua
aksesibilitas berada pada kategori mudah dijangkau.
Aksesibilitas
Kunjungan Lansia ke PosyanduLansia Total p valueBaik Kurang
f % f % f %Baik 28 51.8 26 48.2 54 100.0
-Kurang 0 0 0 0 0 0Total 28 51.8 26 48.2 54 100
66
B. Pembahasan
1. Hubungan antara motivasi lansia dengan kunjungan lansia ke posyandu lansia
Hasil penelitian diperoleh seluruh responden (100%) dengan motivasi
baik memiliki kunjungan yang baik pula. Hasil uji statistik dengan Chi-
Square didapatkan nilai p =0.000 (p<0.05), terdapat hubungan antara
motivasi lansia dengan kunjungan lansia ke posyandu lansia.
Berdasarkan data hasil kuesioner sebagian besar (90,74%) lansia
memeriksakan kesehatannya atas kemauan sendiri, lebih dari setengah
(59,2%) lansia memeriksakan kesehatannya secara rutin baik dalam keadaan
sehat maupun sakit, lebih dari setengah (63%) lansia berpendapat bahwa
kesehatan merupakan proiritas / kebutuhan utama bagi lansia, dan sebagian
besar (90,74%) menyatakan bahwa meskipun sudah tua mereka harus tetap
sehat agar tidak tergantung pada keluarga. Dari data tersebut disimpulkan
lansia yang menjadi responden memiliki motivasi yang tinggi untuk ke
posyandu karena ingin memeriksakan kesehatannya. Lansia berharap
meskipun sudah tua mereka harus tetap sehat dengan rutin memeriksakan
kesehatanya ke posyandu baik dalam keadaan sehat maupun sakit .
Motivasi lansia merupakan dorongan dalam diri lansia untuk
melakukan kegiatan. Motivasi sangat membantu lansia dalam menghadapi
dan menyelesaikan masalah (Aswar, 2006). Dalam upaya peningkatan
kesehatan lansia dibutuhkan partisipasi aktif dari lansia untuk memeriksakan
kesehatan secara rutin, salah satunya melalui kegiatan posyandu lansia
67
(Mulyani, 2009). Lansia yang mengetahui kondisi dirinya tentu akan
mengatur hidupnya secara lebih baik, misalnya makan secara teratur, istirahat
yang cukup, tidak melakukan kegiatan yang berlebihan, melakukan
pemeriksaan kesehatan secara rutin sehingga memperkecil resiko timbulnya
penyakit. Lansia harus paham dalam menjaga dan memelihara kesehatan
dirinya yang ditunjukkan dalam bentuk olah raga ringan, rajin beribadah dan
peduli terhadap kesehatannya (Kuntjoro,2002). Hubungan antara motivasi
dan kunjungan lansia dijelaskan pula oleh Akbar (2011), bahwa motivasi
dalam diri lansia akan mendorong untuk lebih mandiri dalam mencegah dan
mengatasi masalah kesehatan yang dirasakan lansia yaitu dengan
mengunjungi fasilitas kesehatan termasuk posyandu. Individu yang tidak
mempunyai motivasi untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah akan
membentuk koping yang destruktif.
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara motivasi
dengan kunjungan lansia ke posyandu lansia. Hasil penelitian ini menjelaskan
bahwa motivasi lansia yang baik akan mengurangi resiko ketidakpatuhan
lansia berkunjung ke posyandu. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Astutik (2011) menjelaskan bahwa semakin besar motivasi
yang diberikan kepada lansia maka semakin sering lansia melakukan
kunjungan ke posyandu. Salah satu manfaat berkunjung ke posyandu adalah
lansia dapat memeriksaan kesehatan secara periodic sehingga masalah
kesehatan yang biasa dialami dapat dideteksi secara dini, hal ini dijelaskan
68
juga dalam hasil penelitian Fuad (2008) tentang study fenomenologi
motivasi lansia dalam memanfaatkan posyandu lansia yaitu lansia yang
mengetahui manfaat posyandu lebih termotivasi untuk mengikuti kegiatan
posyandu sehingga meningkatkan kepatuhan lansia berkunjung ke posyandu.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan , peneliti menyimpulkan
adanya hubungan antara motivasi dengan kunjungan lansia ke posyandu
lansia. Dengan adanya dorongan dan keinginan lansia dalam memperoleh
kesehatan yang optimal membuat lansia secara aktif ikut dalam kegiatan
posyandu lansia. Lansia yang sadar akan pentingnya kesehatan juga akan
meningkatan kepatuhannya berkunjung ke posyandu.
2. Hubungan antara dukungan keluarga dengan kunjungan lansia ke posyandu
lansia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan dukungan
keluarga baik hanya kurang dari setengah (45%) memiliki kunjungan yang
baik. Sedangkan responden dengan dukungan keluarga kurang baik terdapat
kurang dari setengah (44%) yang memiliki kunjungan kurang baik pula. Hasil
uji statistik dengan Chi-Square didapatkan nilai p= 0.433 (p>0.05), ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan
kunjungan lansia ke posyandu lansia.
Data dari kuesioner diperoleh sebagian besar (83,4%) lansia berkunjung
ke posyandu mendapat dukungan dari keluarga, akan tetapi sebagian besar
(61,1%) lansia menyatakan tidak diantar keluarga untuk datang ke posyandu,
69
dan lebih dari setengah (59,2%) keluarga tidak mengetahui jadwal
pelaksanaan kegiatan posyandu. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
keluarga memberi dukungan kepada lansia akan tetapi keluarga tidak
mengantar jemput lansia untuk berkunjung ke posyandu. Lebih dari setengah
keluarga juga tidak mengetahui jadwal posyandu.
Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam
mempertahankan kesehatannya (Maryam dkk, 2008). Menurut Azizah
(2011) Lansia memiliki ikatan emosional yang paling besar dengan keluarga
sehingga lansia membutuhkan dukungan keluarga untuk mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah penting dalam hidupnya termasuk
didalamnya masalah kesehatan dialaminya. . Dalam hal kesehatan, keluarga
memiliki peranan penting, sedapat mungkin mengontrol dan mengingatkan
lansia untuk rutin memeriksakan kesehatannya secara berkala di tempat
pelayanan kesehatan termasuk posyandu.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan kunjungan lansia ke posyandu lansia, hal yang
sama diperoleh dalam penelitian yang dilakukan Putro (2008) dan
Kusmawardani (2011), dukungan keluarga yang baik tidak meningkatkan
motivasi lansia untuk ke posyandu sehingga tidak mempengaruhi tingkat
kepatuhan lansia berkunjung ke Posyandu.
Berbeda dengan hasil penelitian Fuad (2008) menjelaskan bahwa
dukungan keluarga yakni dukungan informasional, dukungan penilaian,
70
dukungan instrumental, dan dukungan emosionalyang diberikan kepada lansia
berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia. Semakin baik dukungan
keluarga semakin baik juga pemanfaatan posyandu lansia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti menganalisa bahwa
karakteristik lansia di tempat penelitian cenderung memiliki kemandirian yang
tinggi sehingga lansia merasa tidak perlu diantar oleh keluarga ke posyandu
dan mereka secara mandiri berkunjung ke posyandu. Hal ini juga
dikarenakan kebutuhan dalam diri lansia untuk memperoleh pelayanan
kesehatan lebih memotivasi lansia untuk berkunjung ke posyandu meskipun
lansia tidak mendapat dukungan yang baik dari keluarga. Selain itu lansia
datang berkunjung ke posyandu untuk mendapatkan teman baru,
bersilaturrahmi dengan sesama lansia maupun dengan petugas kesehatan.
3. Hubungan antara peran kader dengan kunjungan lansia ke posyandu lansia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden dengan persepsi
yang baik tentang peran kader terdapat lebih dari setengah (61%) memiliki
kunjungan yang baik. Sedangkan responden dengan persepsi yang kurang baik
tentang peran kader, sebagian besar (90%) memiliki kunjungan kurang baik
pula. Hasil uji statistik dengan Fisher’s Exact Test didapatkan nilai p= 0.004
(p<0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara peran kader
dengan kunjungan lansia di posyandu.
Data yang diperoleh dari kuesioner adalah sebagian besar (94,4%) lansia
berpendapat bahwa pelayanan yang diberikan kader sudah baik,sebagian
71
besar (87%) lansia menyatakan kader datang tepat waktu dalam pelaksanaan
kegiatan posyandu, sebagian besar (90,7%) berpendapat perlakuan kader
baik terhadap lansia, sebagian besar (90,4%) kader telah memberikan
informasi kesehatan sesuai harapan lansia, sebagian besar (88,9%) kader
telah memberikan saran dalam meningkatkan kesehatan lansia, dan sebagian
besar (85,2%) lansia berpendapat bahwa telah melakukan kunjungan rumah.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia berpendapat kader
telah melaksanakan tugas dan perannya dengan baik.
Dalam pelaksanaan posyandu lansia, kader mempunyai peran sebagai
pelaku dari sebuah system kesehatan. Kader diharapkan memberikan
pelayanan kesehatan dan menggerakkan serta mengajak lansia untuk hadir dan
berpartisipasi dalam kegiatan posyandu lansia (Wahyuna, 2008). Menurut
Subijanto (2010) tugas kader meliputi pengukuran tinggi badan dan berat
badan, pengukuran tekanan darah, pengisian lembar KMS, memberikan
penyuluhan atau informasi kesehatan, mengerakkan dan memberikan
informasi kepada lansia untuk hadir dalam pelaksanan kegiatan posyandu.
Mengingat bahwa pada umumnya kader bukanlah tenaga professional
melainkan tenaga sukarela yang membantu dalam pelayanan kesehatan.
Dalam hal ini perlu dilakukan pembatasan tugas yang diemban secara jelas
baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan (Efendi, 2009).
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa peran kader yang baik
berhubungan dengan kunjungan lansia ke posyandu. Hal ini juga dijelaskan
72
dalam hasil penelitian Maria (2008) tentang aplikasi teori Snehabdu b. Karr
(perilaku) terhadap keaktifan lansia ke posyandu lansia menyatakan bahwa
dukungan kader mempengaruhi keaktifan lansiaidapatkan bahwa melakukan
kunjungan ke posyandu. Hasil penelitian yang sama juga diperoleh
Kusmawardani (2011) menyatakan bahwa lansia yang memiliki persepsi yang
baik terhadap peran kader posyandu memiliki tingkat kepatuhan untuk
melakukan kunjungan ke posyandu.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan peran kader yang
baik akan mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu. Untuk itu perlu
dilakukan pembinaan kepada kader secara berkala agar kader dapat
melaksanakan perannya secara optimal dalam pelaksanaan kegiatan posyandu.
4. Hubungan antara peran petugas kesehatan dengan kunjungan lansia ke
posyandu lansia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki
persepsi yang baik tentang peran petugas kesehatan, sebagian besar (71%)
memiliki kunjungan yang baik. Sedangkan responden dengan persepsi yang
kurang baik tentang peran petugas kesehatan, sebagian besar (84%) memiliki
kunjungan yang kurang baik pula. Hasil uji statistik dengan Chi-Square
didapatkan nilai p= 0.000 (p<0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara peran petugas kesehatan dengan kunjungan lansia ke
posyandu lansia.
73
Data diperoleh hasil kuesioner, seluruh lansia (100%) berpendapat
bahwa petugas kesehatan hadir pada hari buka posyandu dan ramah dalm
memberikan pelayanan kepada lansia, Sebagian besar (94,5%) lansia
berpendapat petugas kesehatan dalan melayani tidak membeda-bedakan, dan
sebagian besar (77,7%) lansia berpendapat petugas kesehatan berpenampilan
rikan rapi dan menarik. Dari data tersebut terlihat bahwa lansia berpendapat
bahwa petugas kesehatan sudah melaksanakan perannya dengan baik pada
kegiatan posyandu lansia.
Petugas kesehatan di posyandu bertugas memberikan pelayanan
kesehatan meliputi penyuluhan tentang prilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS), deteksi dini kondisi kesehatan lansia secara berkala melalui KMS,
melaksanakan pengobatan sederhana, melakukan upaya rujukan ke
puskesmas/rumah sakit bila diperlukan, melakukan upaya peninkatan status
gizi melalui penyuluhan dan demostrasi gizi, rehabilitasi medik dan
kunjungan rumah ( Komnas lansia, 2010).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran petugas kesehatan yang
baik akan meningkatkan kunjungan ke posyandu lansia, hal ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lestari, dkk (2011) yang
menunjukkan bahwa adanya hubungan antara peran petugas kesehatan dengan
keaktifan kunjungan lansia ke posyandu. Pelayanan petugas kesehatan yang
baik terbukti sebagai faktor yang mempengaruhi keaktifan lansia ke posyandu.
74
Pelayanan kesehatan yang bermutu ditinjau dari sudut pandang pasien dan
masyarakat berarti suatu empati, respek, dan tanggap akan kebutuhannya.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti menyimpulkan bahwa dalam
pelaksanaan kegiatan posyandu petugas kesehatan dituntut kehadirannya
dengan pribadi yang baik, ramah dan berpenampilan rapi dan menarik.
Petugas kesehatan juga diharapkan mampu membimbing kader untuk dapat
melaksanakan perannya dengan baik sehingga dapat meningkatkan kunjungan
lansia ke posyandu lansia.
5. Hubungan antara persepsi lansia terhadap program pelayanan kesehatan
dengan kunjungan lansia ke posyandu lansia.
Hasil penelitian ini menunjukkan responden yang memiliki persepsi yang
baik terhadap program pelayanan kesehatan, terdapat lebih dari setengah
(68%) yang memiliki kunjungan yang baik. Sedangkan responden yang
memiliki persepsi yang kurang baik terhadap program pelayanan kesehatan,
terdapat sebagian besar (75%) yang memiliki kunjungan yang kurang baik
pula. Hasil uji statistik dengan Chi-Square didapatkan nilai p= 0.002 (p<0.05).
Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi lansia
terhadap program pelayanan kesehatan dengan kunjungan lansia ke posyandu
lansia.
Data hasil kuesioner, seluruh lansia (100%) sudah merasa puas dengan
program pelayanan posyandu yang diberikan dan merasa memperoleh manfaat
dari penyuluhan kesehatan yang diberikan oleh petugas/ kader kesehatan,
75
sebagian besar lansia (90,7%) berpendapat program pelayanan kesehatan
memberikan manfaat bagi kesehatannya, dan sebagian besar lansia (77,7%)
telah melakukan senam lansia secara rutin. Dari data tersebut telihat lansia
berpendapat bahwa program pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di
posyandu sudah baik.
Bentuk pelayanan kesehatan posyandu meliputi pemeriksaan
kesehatan fisik dan mental emosional, yang dicatat dan dipantau oleh kartu
menuju sehat (KMS). Beberapa kegiatan pelayanan kesehatan di posyandu
meliputi pemeriksaan aktivitas sehari hari, pemeriksaan status mental,
pemeriksaan status gizi melalui pengukuran tinggi badan dan berat badan,
pengukuran tekanan darah, pemerikasaan laboratorium, pelaksanaan rujukan
ke Puskesmas, penyuluhan kesehatan, dan kunjungan rumah oleh kader dan
petugas kesehatan. Selain itu posyandu juga mengadakan kegiatan tambahan
seperti senam lansia, pengajian dan kegiatan kesenian (Subijanto, 2011).
Program pelayanan kesehatan lansia di posyandu memberikan manfaat
secara langsung bagi lansia. Ditinjau dari aspek fisik yaitu kondisi kesehatan
senantiasa terjaga dan dari aspek psikis yang dirasakan lansia yaitu perasaan
senang mendapatkan siraman rohani dan adanya rekreasi untuk
menghilangkan kejenuhan. Dari aspek sosial yaitu lansia dapat bertemu
dengan sesama lansia (Azizah, 2011).
Hasil penelitian ini menunjukkan pelaksanaan program pelayanan
kesehatan yang baik akan meningkatkan kunjungan lansia ke posyandu lansia,
76
sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Kusmawardani (2011) yang menunjukkan bahwa program pelayanan
kesehatan yang baik akan menurunkan resiko ketidakpatuhan lansia
berkunjung ke posyandu lansia.
Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti menyimpulkan bahwa lansia
yang mengetahui manfaat pelaksanaan program pelayanan lansia akan lebih
termotivasi untuk berkunjung ke posyandu sehingga meningkatkan kunjungan
ke posyandu.
6. Hubungan antara aksesibilitas dengan kunjungan lansia ke posyandu lansia di
wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kertanegara
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa aksesibilitas tidak
berhubungan dengan kunjungan lansia ke posyandu. Hasil penelitian yang
diperoleh seluruh lansia (100%) memiliki aksesibilitas yang mudah untuk ke
posyandu .
Data yang diperoleh dari kuesioner bahwa tidak adanya jarak rumah
responden yang melebihi 5 km, waktu tempuh yang tidak lebih dari 20 menit,
serta lansia dapat berjalan kaki untuk ke posyandu sehingga mereka tidak
membutuhkan alat transportasi. Dari data tersebut terlihat bahwa semua lansia
yang terdaftar di posyandu lansia memiliki tempat tinggal yang aksesnya
mudah untuk ke posyandu.
Peraturan Presiden RI nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional (SKN) pasal 3 ayat 1 bahwa komponen pengelolaan kesehatan
77
dikelompokkan dalam subsistem salah satunya adalah upaya kesehatan.
Upaya kesehatan ini meliputi antara lain akses rumah tangga yang dapat
menjangkau fasilitas kesehatan ≤ 30 menit sebesar 90,7% dan yang berada ≤
5 km dari fasilitas kesehatan sebesar 94,7%.
Penelitan ini menunjukkan tidak ada hubungan antara aksesibilitas
dengan kunjungan lansia ke posyandu karena seluruh lansia yang menjadi
responden memiliki aksesibilitas yang mudah untuk ke posyandu lansia.
Hasil yang sama ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh Lestari,
dkk (2011), akses terrhadap posyandu tidak terbukti sebagai faktor yang
mempengaruhi keaktifan kunjungan lansia ke posyandu. Hal ini karena
jumlah lansia yang menjadi responden yang aksesnya sulit sangat sedikit
dibandingkan yang mudah, baik pada kelompok kasus (13,5%) maupun
kontrol (17,3%).
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumiati, dkk (2012)
melalui hasil wawancara dengan lansia mengenai aksesebilitas terkait dengan
cara lansia mencapai pelayanan posyandu, jarak rumah yang dekat membuat
lansia lebih menyukai berjalan kaki dengan alasan sambil berolahraga. Akan
tetapi lansia yang memiliki jarak rumah yang jauh dari posyandu dan
kurang mampu untuk berjalan kaki membutuhkan alat transportasi seperti
taksi atau diantar oleh keluarga. Hal ini menjelaskan bahwa kemampuan
lansia dalam mengakses pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh jarak rumah
78
dengan posyandu lansia yaitu semakin dekat jarak rumah dengan posyandu
maka lansia semakin aktif memanfaatkan posyandu lansia.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa seluruh
(100%) aksesebilitas antara tempat tinggal lansia dengan posyandu lansia
mudah di jangkau karena yang menjadi responden penelitian ini hanya
terbatas pada lansia yang terdaftar di posyandu sehingga data hasil penelitian
tidak bervariasi.
C. Keterbatasan Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian ini peneliti menemukan keterbatasan yang
membuat penelitian ini belum sempurna. Keterbatasan yang dimaksud adalah
responden yang diteliti hanya terbatas pada lansia yang telah terdaftar di
posyandu lansia sehingga lansia yang tidak pernah melakukan kunjungan karena
tempat tinggal yang jaraknya jauh dari posyandu tidak menjadi responden,
sehingga data dari responden tentang aksesibilitas tidak bervariasi sehingga
mempengaruhi hasil penelitian. Untuk itu diharapkan pada peneliti selanjutnya
menggunakan responden yang ada di masyarakat.
79
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pengolahan data penelitian yang telah dilakukan diperoleh
kesimpulan bahwa:
1. Ada hubungan antara motivasi lansia dengan kunjungan lansia ke posyandu
lansia di wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai
Kertanegara.
2. Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kunjungan lansia ke
posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai
Kertanegara.
3. Ada hubungan antara peran kader Posyandu lansia dengan kunjungan lansia
ke posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten
Kutai Kertanegara.
4. Ada hubungan antara petugas kesehatan dengan kunjungan lansia ke
posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai
Kertanegara.
5. Ada hubungan antara persepsi lansia terhadap program pelayanan kesehatan
Posyandu di Puskesmas dengan kunjungan lansia ke posyandu lansia di
wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kertanegara.
80
6. Tidak ada hubungan antara aksesibilitas dengan kunjungan lansia ke
Posyandu lansia di Wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang Kaabupaten
Kutai Kartanegara.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diberikan beberapa saran
berupa:
1. Bagi Kader dan petugas kesehatan dapat meningkatkan dukungan keluarga
dalam memotivasi lansia untuk ke posyandu melalui pendidikan kesehatan.
Meningkatkan dan mempertahankan peran kader, peran petugas, dan program
pelayanan kesehatan yang telah diberikan di posyandu lansia.
2. Bagi Institusi dalam hal ini pihak puskesmas, perlunya dilakukan evaluasi
program kesehatan posyandu apakah kegiatan posyandu telah menyentuh
kebutuhan kesehatan lansia atau perlunya dilakukan variasi kegiatan posyandu
seperti adanya kegiatan penyaluran hobi seperti kesenian.
Puskesmas tetap memperhatikan penyegaran untuk kader posyandu agar terus
termotivasi dalam menjalankan fungsi dan perannya di posyandu.
3. Bagi peneliti, mengingat keterbatasan penelitian diharapkan peneliti
berikutnya supaya menggunakan responden tidak terbatas pada lansia yang
terdaftar di posyandu tetapi lansia yang ada di masyarakat sehingga hal hal
yang berkaitan dengan kunjungan lansia dapat terungkap secara keseluruhan.
81
DAFTAR PUSTAKA
-------- 2012. Data kunjungan Puskesmas Rapak Mahang tahun 2012. Tenggarong :s.n., 2012.
-------- 2012. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 001 Tahun 2012.www.rsstroke.com. [Online] 2012. [Diakses tanggal: 7 Juni 2013.]www.rsstroke.com/files/peraturan/BUK/2012/PMK_No_001_Ttg_Sistem_Rujukan_Pelayanan_Kesehatan_Perorangan.pdf.
Agoes, A., Agoes, A., & Agoes, A. (2009). Penyakit di usia tua. Jakarta: EGC.
Akbar, A. F. (2008). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kehadiranlansia di posyandu lansia melati V kelurahan karangayu. Diakses Tanggal 24Desember 24 2013, from www.eprints.undip.ac.id:http://eprints.undip.ac.id/26095/
Anderson, E. T., & McFarlane, J. (2006). Keperawatan komunitas teori dan praktik(3 ed.). Jakarta: EGC.
Astuti, D., Rahayu, Budi, U., & Wati, A. (2007). Menjaga kesehatan lanjut usia diPosyandu Sruni. Diakses tanggal 3 juli 2013, from www.ums.ac.id:http://eprints.ums.ac.id/1574/1/155-161.pdf
Astuti, R. W. (2011). Hubungan motivasi ekstrinsik (keluarga) dengan keteraturankunjungan lansia ke Posyandu di Dukuh Sukodino, Desa Sukodino Sidoarjo.Diakses tanggal 26 Desember 2013, fromdigilib.unimus.ac.id:http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=6177
Aswan, S. (2006). Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi usia lanjutuntuk memeriksakan kesehatannya di Posyandu lansia di wilayah kerjaPuskesmas Lumpue Kotamadya Pare-pare. Makassar: PSIK UNHAS.
Azizah, M. L. (2011). Keperawatan lanjut usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
82
Badan Pusat Statistik. (2010). Statistik penduduk lanjut usia 2010. Diakses tanggal:15 April 2013, from www.bps.go.id:http://www.bps.go.id/hasil_publikasi/stat_lansia_2010/index3.php?pub=Statistik%20Penduduk%20Lansia%20Indonesia%202010%20%28Hasil%20SP%202010%29
Cahyati, D. (2008). . Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan posyandulansia di Desa Trihanggo wilayah kerja Puskesmas Gamping II KabupatenSleman Yogyakarta. Diakses tanggal 24 Desember 2013, fromwww.ugm.ac.id: http://www.ugm.ac.id/102764
Departemen Kesehatan RI. (2007). Komisi etik penelitian kesehatan. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2008). Profil kesehatan indonesia. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2009). Rencana pembangunan jangka panjang bidangkesehatan 2005-2025. Jakarta.
Efendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas. SalembaMedika.
Fuadi, H. (2008). Study Fenomenologi Motivasi Lansia Dalam MemanfaatkanPosyandu Lansia Di Kelurahan Sidomulyo Kec. Motesih Kab. Karang Anyar,Program Study Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UniversitasDiponegoro. Diakses tanggal 24 Desember 2013, fromwww.eprints.undip.ac.id: http://eprints.undip.ac.id/10167/
Hastono, Sutrisno Priyo. (2007). Analisis data kesehatan. Jakarta : FakultasKesehatan Universitas Indonesia, 2007.
Hasugian, F. H., Lubis, N. L., & Tukiman. (2012). Hubungan perilaku lansia dandukungan keluarga terhadap pemanfaatan Posyandu Lansia di wilayah kerjaPuskesmas Darussalam Tahun 2012. Diakses tanggal: 20 April 2013, fromjurnal.usu.ac.id: http://jurnal.usu.ac.id/index.php/kpkb/article/view/719/706
83
Henniwati. (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayananPosyandu lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur.Diakses tanggal: 1 May 2013, from repository.usu.ac.id:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34054/1/Reference.pdf
Kusmawardani, A. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhanlansia berkunjung ke Posyandu lansia Kassi-Kassi tahun 2011 Makassar.Makassar: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UniversitasHasanuddin.
Kuswardani, H. I. (2009). Gambaran peran keluarga terhadap perilaku hidup sehatlansia di wilayah kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan Petisahtahun 2009. www.othe.com. [Online] 2009. [Diakses tanggal: 1 Mei 2013.]http:/www.othe/ilmu pengetahuan/kesehatan masyarakat/421/skripsi-Gambaran-peran-keluarga-terhadap-perilaku-hidup-sehat-lansia-di-wilayah-kerja-Puskesmas-Darussalam-Kecamatan-Medan-Petisah-tahun-2009/.
Lestari, Puji., Hadisaputro, Soeharyo., & Pranarka, Kris . (2008). Beberapa faktoryang berperan terhadap keaktifan kunjungan lansia ke posyandu studi kasusdi desa tamantirto kecamatan kasihan kabupaten bantul propinsi diy. Diaksestanggal: 27 November 2013, from www.undip.ac.id:http://ejournal.undip.ac.id/index.php/mmi/article/download/3019/2702
Maria, M. N. (2008). Aplikasi Teori Snehandu b. Karr (perilaku) TerhadapKeaktipan Kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia Study Di Lima PosyanduPuskesmas Jagir, Surabaya. Diakses tanggal 23 Desember 2013, fromwww.library.upnvj.ac.id:http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/0810712008/bab2.pdf
Maryam, R. S., Ekasari, M. F., Rosidawati, Jubaedi, A., & Batubara, I. (2008).Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta Selatan: Salemba Medika.
Mulyani, S. (2009). Hubungan antara pengetahuan tentang kegiatan posyandu lansiadengan partisipasi lansia di Posyandu di wilayah Puskesmas PatukKabupaten Gunung Kidul 2008. Diakses tanggal: 20 April 2013, fromdigilib.unimus.ac.id: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-maryatuna2-5944-3-babi.pdf
84
Murata, C., Yamada, T., Chen, C.-C., Ojima, T., Hirai, H., & Kondo, K. (2010).Barriers to health care among the elderly in Japan. Int. J. Environ. Res.Public Health 2010 , 1331-1341.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Patnistik, E. (2011, Agustus 11). Penduduk dunia tembus 7 miliar tahun ini. Diaksestanggal: 20 April 2013, from www.kompas.com:http://megapolitan.kompas.com/read/2011/08/18/09544531/Penduduk.Dunia.Tembus.7.Miliar.Tahun.Ini
Putro, N. H. (2008, Juli). Hubungan antara dukungan keluarga terhadap motivasilansia menghadiri posyandu lansia. Diakses tanggal 20 Desember 2013, fromwww.eprints.undip.ac.id: http://www.eprints.undip.ac.id/16064/1/Nasir/pdf
Rahmawati, M., Aprianti, & Magdalena. (2008). Perbedaan tingkat pengetahuan,jenis kelamin dan jarak rumah pada lansia aktif dan tidak aktif ke posyandudi Posyandu Sentosa Kecamatan Anjir Pasar Kabupaten Barito Kuala tahun2008. Diakses tanggal: 15 April 2013, from alulum.baak.web.id:http://alulum.baak.web.id/files/7.%20mina%20rahma%20dkk%20juli%202009.pdf
Rosyid, F. N., Uliyah, M., & Hasanah, U. (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhikunjungan lansia ke Posyandu di RW VII Kelurahan Wonokusumo KecamatanSemampir Surabaya. Diakses tanggal: 15 April 2013, from apps.um-surabaya.ac.id: http://apps.um-surabaya.ac.id/jurnal/download.php?id=25
Rozak, A. (2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan balita diPosyandu di wilayah kerja Puskesmas Antara Makassar tahun 2009.Makassar: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UniversitasHasanuddin.
Sigalingging, G., Santosa, H., & Fauzi. (2011). Pengaruh sosial budaya dan sosialekonomi keluarga lansia terhadap pemanfaatan Posyandu lansia di wilayahkerja Puskesmas Darussalam Medan. Diakses tanggal: 20 April 2013, from
85
repository.usu.ac.id:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34054/1/Reference.pdf
Subijanto, H., Redhono, D., & Vendarani, Y. F. (2011). Pembinaan Posyandu lansiaguna pelayanan kesehatan lansia. Diakses tanggal: 15 April 2013, fromfk.uns.ac.id: http://fk.uns.ac.id/static/filebagian/Lansia.pdf
Sugiyono. (2007). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.
Sumiati, Suriah, & Ramdan, M, Iwan. (2012). Pemanfaatan Posyandu lansia diwilayah kerja Puskesmas Wonorejo Samarinda tahun 2012. Diakses tanggal:20 April 2013, from pasca.unhas.ac.id:http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/71bfc0935f0775fedf3ae8765cdb2693.pdf
Tamher, S., & Noorkasiani. (2009). Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhankeperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Thursdayani. (2006). Pengaruh Karakteristik Dan Persepsi LansiaTerhadapPosyandu Lansia Terhadap Pemanfaatan di Kel. Sei Agul PosyanduSei Agul Kec. Medan Barat, Medan, Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Sumatera Utara. Diakses tanggal 23 Desember 2013, fromwww.repository.usu.ac.id: http://repository.usu.ac.id/801672
Wahyuna, A. W. (2008). Pengaruh pendidikan kesehatan tentang posyandu lansiaterhadap pengetahuan dan sikap kader dalam pemberian pelayanan diPosyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kauman Ngawi. Diaksestanggal 15 April 2013, from www.scribd.com:http://ml.scribd.com/doc/99867679/j-210040010
Wijayanto, A. (2008). Hubungan antara support sistem keluarga dengan mekanismekoping pada lansia di desa Poleng Gesi Sragen. www.ums.ac.id. [Online]2008. [diakses tanggal 1 Mei 2013.]http://etd.eprints.ums.ac.id/3980/1/J210040045.pdf
86
86
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. KUESIONERB. PERMOHONAN MENJADI RESPONDENC. LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEND. DATA HASIL PENELITIANE. OUTPUT ANALISIS FREQUENCIESF. OUTPUT ANALISIS CHI-SQUARE
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth:
Calon Responden
Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program StudiKeperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar:
N a m a : Khaerani Darwis
N I M : C12112634
Akan mengadakan penelitian dengan judul : “Faktor-Faktor yangBerhubungan dengan Kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia di WilayahKerja Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kertanegara “.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagiBapak/Ibu sebagai responden. Kerahasiaan Informasi yang diberikan akan dijagadan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika Bapak/Ibu tidak bersediamenjadi responden, maka tidak ada ancaman/sanksi bagi Bapak/Ibu. JikaBapak/Ibu telah menjadi responden dan terjadi yang hal-hal yang merugikan,maka Bapak/Ibu diperbolehkan mengundurkan diri untuk tidak berpartisipasidalam penelitian ini.
Apabila Bapak/Ibu menyetujui, maka saya mohon kesediannya untukmenandatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yangtelah saya sediakan.
Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu sebagai responden, sayaucapkan banyak terima kasih.
Peneliti
Khaerani Darwis
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi respondendalam penelitian yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi IlmuKeperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar yangbernama:
Khaerani Darwis/ C12112634
Dengan judul: “Faktor-Faktor yang Berhubungan denganKunjungan Lansia ke Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas RapakMahang Kabupaten Kutai Kertanegara “.
Saya memahami penelitian ini dimaksudkan untuk kepentingan ilmiahdalam rangka penyusunan skripsi bagi peneliti dan tidak merugikan saya sertajawaban yang saya berikan akan dijaga kerahasiaannya.
Dengan demikian, secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya berpartisipasi dalam penilitian ini.
Tenggarong, 2013
Responden
(…………………………)
OUTPUT FREQUENCIESFREQUENCIES VARIABLES=kunjungan motivasi dukungan_keluarga peran_kaderperan_petugas_kesehatan program_pelayanan_kesehatan aksesibilitas
/STATISTICS=STDDEV MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN MODE SUM/ORDER=ANALYSIS.
FrequenciesNotes
Output Created 1-Nov-2013 18:00:06
Comments
Input Data D:\my J O B\proposal revisi\hasilL.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
54
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data.
Syntax FREQUENCIES
VARIABLES=kunjungan motivasi
dukungan_keluarga peran_kader
peran_petugas_kesehatan
program_pelayanan_kesehatan
aksesibilitas
/STATISTICS=STDDEV MINIMUM
MAXIMUM MEAN MEDIAN MODE
SUM
/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.032
Elapsed Time 00:00:00.031
Statistics
kunjungan motivasi
dukungan_kelua
rga peran_kader
peran_petugas_
kesehatan
N Valid 54 54 54 54 54
Missing 0 0 0 0 0
Mean 1.48 1.48 1.59 1.19 1.35
Median 1.00 1.00 2.00 1.00 1.00
Mode 1 1 2 1 1
Std. Deviation .504 .504 .496 .392 .482
Minimum 1 1 1 1 1
Maximum 2 2 2 2 2
Sum 80 80 86 64 73
Statistics
program_pelaya
nan_kesehatan aksesibilitas
N Valid 54 54
Missing 0 0
Mean 1.37 1.00
Median 1.00 1.00
Mode 1 1
Std. Deviation .487 .000
Minimum 1 1
Maximum 2 1
Sum 74 54
Frequency Tablekunjungan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 28 51.9 51.9 51.9
kurang baik 26 48.1 48.1 100.0
Total 54 100.0 100.0
motivasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 28 51.9 51.9 51.9
kurang baik 26 48.1 48.1 100.0
Total 54 100.0 100.0
dukungan_keluarga
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 15 27.8 27.8 27.8
kurang baik 39 72.2 72.2 100.0
Total 54 100.0 100.0
peran_kader
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 44 81.5 81.5 81.5
kurang baik 10 18.5 18.5 100.0
Total 54 100.0 100.0
peran_petugas_kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 35 64.8 64.8 64.8
kurang baik 19 35.2 35.2 100.0
Total 54 100.0 100.0
program_pelayanan_kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 34 63.0 63.0 63.0
kurang baik 20 37.0 37.0 100.0
Total 54 100.0 100.0
aksesibilitas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 54 100.0 100.0 100.0
OUTPUT ANALISIS CHI SQUARE
CROSSTABS/TABLES=motivasi dukungan_keluarga peran_kader peran_petugas_kesehatan
program_pelayanan_kesehatan aksesibilitas BY kunjungan/FORMAT=AVALUE TABLES/STATISTICS=CHISQ/CELLS=COUNT EXPECTED/COUNT ROUND CELL.
CrosstabsNotes
Output Created 1-Nov-2013 18:01:37
Comments
Input Data D:\my J O B\proposal revisi\hasil\motivasi.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
54
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all the cases
with valid data in the specified range(s) for all
variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=motivasi dukungan_keluarga
peran_kader peran_petugas_kesehatan
program_pelayanan_kesehatan aksesibilitas BY
kunjungan
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT EXPECTED
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00.063
Elapsed Time 00:00:00.079
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
motivasi * kunjungan 54 100.0% 0 .0% 54 100.0%
dukungan_keluarga *
kunjungan
54 100.0% 0 .0% 54 100.0%
peran_kader * kunjungan 54 100.0% 0 .0% 54 100.0%
peran_petugas_kesehatan *
kunjungan
54 100.0% 0 .0% 54 100.0%
program_pelayanan_keseha
tan * kunjungan
54 100.0% 0 .0% 54 100.0%
aksesibilitas * kunjungan 54 100.0% 0 .0% 54 100.0%
motivasi * kunjunganCrosstab
kunjungan
Totalbaik kurang baik
motivasi baik Count 28 0 28
Expected Count 14.5 13.5 28.0
kurang baik Count 0 26 26
Expected Count 13.5 12.5 26.0
Total Count 28 26 54
Expected Count 28.0 26.0 54.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 54.000a 1 .000
Continuity Correctionb 50.069 1 .000
Likelihood Ratio 74.786 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 53.000 1 .000
N of Valid Cases 54
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.52.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 54.000a 1 .000
Continuity Correctionb 50.069 1 .000
Likelihood Ratio 74.786 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 53.000 1 .000
N of Valid Cases 54
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.52.
b. Computed only for a 2x2 table
dukungan_keluarga * kunjunganCrosstab
kunjungan
Totalbaik kurang baik
dukungan_keluarga baik Count 7 8 15
Expected Count 7.8 7.2 15.0
kurang baik Count 21 18 39
Expected Count 20.2 18.8 39.0
Total Count 28 26 54
Expected Count 28.0 26.0 54.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .609a 1 .435
Continuity Correctionb .253 1 .615
Likelihood Ratio .609 1 .435
Fisher's Exact Test .764 .433
Linear-by-Linear Association .597 1 .440
N of Valid Cases 54
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.59.
b. Computed only for a 2x2 table
peran_kader * kunjunganCrosstab
kunjungan
Totalbaik kurang baik
peran_kader baik Count 27 17 44
Expected Count 22.8 21.2 44.0
kurang baik Count 1 9 10
Expected Count 5.2 4.8 10.0
Total Count 28 26 54
Expected Count 28.0 26.0 54.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 8.610a 1 .003
Continuity Correctionb 6.676 1 .010
Likelihood Ratio 9.580 1 .002
Fisher's Exact Test .004 .004
Linear-by-Linear Association 8.451 1 .004
N of Valid Cases 54
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.81.
b. Computed only for a 2x2 table
peran_petugas_kesehatan * kunjunganCrosstab
kunjungan
Totalbaik kurang baik
peran_petugas_kesehatan baik Count 25 10 35
Expected Count 18.1 16.9 35.0
kurang baik Count 3 16 19
Expected Count 9.9 9.1 19.0
Total Count 28 26 54
Expected Count 28.0 26.0 54.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 15.270a 1 .000
Continuity Correctionb 13.123 1 .000
Likelihood Ratio 16.333 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 14.987 1 .000
N of Valid Cases 54
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.15.
b. Computed only for a 2x2 table
program_pelayanan_kesehatan * kunjunganCrosstab
kunjungan
Totalbaik kurang baik
program_pelayanan_keseha
tan
baik Count 23 11 34
Expected Count 17.6 16.4 34.0
kurang baik Count 5 15 20
Expected Count 10.4 9.6 20.0
Total Count 28 26 54
Expected Count 28.0 26.0 54.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 9.174a 1 .002
Continuity Correctionb 7.545 1 .006
Likelihood Ratio 9.486 1 .002
Fisher's Exact Test .004 .003
Linear-by-Linear Association 9.004 1 .003
N of Valid Cases 54
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.63.
b. Computed only for a 2x2 table
aksesibilitas * kunjunganCrosstab
kunjungan
Totalbaik kurang baik
aksesibilitas baik Count 28 26 54
Expected Count 28.0 26.0 54.0
Total Count 28 26 54
Expected Count 28.0 26.0 54.0
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square .a
N of Valid Cases 54
a. No statistics are computed
because aksesibilitas is a constant.
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7
1 R1 63 P - JAWA 8 5 4 5 5 5 24 4 2 4 4 3 4 5 26
2 R2 73 P IRT JAWA 8 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 2 3 25
3 R3 60 P IRT JAWA 9 5 4 5 5 5 24 5 2 3 3 4 3 5 25
4 R4 61 P IRT JAWA 11 5 4 5 5 5 24 4 4 3 4 3 4 5 27
5 R5 83 P IRT JAWA 8 5 4 5 4 4 22 4 4 3 4 2 3 5 25
6 R6 84 P IRT JAWA 9 5 4 5 5 5 24 4 4 4 4 4 4 5 29
7 R7 66 P IRT JAWA 10 5 4 5 4 5 23 4 4 3 4 4 4 5 28
8 R8 60 P IRT JAWA 10 4 5 5 5 5 24 5 5 4 4 4 2 2 26
9 R9 69 L PETANI JAWA 10 5 4 5 5 5 24 5 4 4 2 2 4 5 26
10 R10 71 L BERKEBUN JAWA 8 5 5 5 5 5 25 4 4 3 2 4 4 5 26
11 R11 63 P IRT JAWA 10 5 5 5 4 5 24 5 4 4 5 4 4 5 31
12 R12 66 L PETANI JAWA 10 5 4 4 5 5 23 4 4 3 3 3 4 5 26
13 R13 60 P IRT JAWA 11 5 5 5 5 5 25 5 4 3 4 4 4 5 29
14 R14 70 P IRT JAWA 9 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 3 2 4 25
15 R15 63 P IRT JAWA 10 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 2 2 24
16 R16 77 P IRT JAWA 11 4 4 4 5 4 21 4 4 3 4 4 4 2 25
17 R17 76 P IRT JAWA 11 4 5 4 4 4 21 4 4 3 4 2 4 4 25
18 R18 63 P IRT JAWA 8 5 4 5 4 5 23 4 4 3 4 4 4 5 28
19 R19 63 L PETANI JAWA 9 5 4 5 4 5 23 2 2 2 3 2 2 4 17
20 R20 60 P IRT JAWA 8 5 4 4 5 5 23 5 4 4 4 4 4 5 30
21 R21 70 P IRT KUTAI 8 5 4 5 4 5 23 4 4 4 4 4 4 5 29
22 R22 70 P PETANI KUTAI 9 5 4 5 4 5 23 4 4 3 4 4 4 2 25
23 R23 61 P - TORAJA 9 5 5 5 5 5 25 5 4 4 1 4 4 4 26
PERTANYAANΣ
DUKUNGAN KELUARGA
ΣPERTANYAANNO NAMA UMUR JK PEKERJAAN SUKU JUM.KUNJ
MOTIVASI
23 R23 61 P - TORAJA 9 5 5 5 5 5 25 5 4 4 1 4 4 4 26
24 R24 80 P - TATOR 8 5 4 5 5 4 23 5 4 3 4 4 4 5 29
25 R25 62 P IRT TORAJA 8 5 5 5 5 5 25 4 2 4 5 3 4 4 26
26 R26 67 P IRT TORAJA 9 4 4 4 5 5 22 5 4 4 4 4 4 5 30
27 R27 70 P IRT TATOR 8 4 4 4 4 4 20 4 2 4 2 4 4 4 24
28 R28 64 P - TORAJA 8 5 4 4 5 5 23 4 2 2 4 4 2 5 23
29 R29 67 L PETANI JAWA 5 4 2 3 2 4 15 1 2 1 3 3 2 3 15
30 R30 63 L PETANI KUTAI 3 4 2 2 3 4 15 2 2 1 2 3 2 2 14
31 R31 60 P IRT KUTAI 6 4 2 2 3 4 15 4 2 2 3 3 2 2 18
32 R32 73 P IRT KUTAI 6 4 2 2 4 4 16 4 2 2 4 3 2 4 21
33 R33 60 P IRT JAWA 6 4 2 2 4 4 16 2 2 2 3 3 2 2 16
34 R34 68 P IRT JAWA 5 4 2 2 3 4 15 3 2 2 3 3 3 4 2035 R35 70 P IRT JAWA 4 4 2 3 3 4 16 4 2 2 4 3 4 4 2336 R36 68 L PETANI JAWA 5 4 2 2 3 3 14 2 2 2 3 3 3 3 1837 R37 65 P IRT JAWA 3 4 3 3 3 4 17 3 2 3 3 3 3 4 2138 R38 60 P IRT KUTAI 3 4 3 3 3 4 17 2 2 3 3 3 3 4 2039 R39 60 P IRT KUTAI 3 4 3 3 2 4 16 4 4 3 3 2 2 4 2240 R40 64 P IRT KUTAI 4 4 2 3 3 4 16 5 3 3 3 4 4 2 2441 R41 63 P IRT JAWA 5 5 4 4 2 3 18 4 2 3 4 4 5 5 2742 R42 70 L . JAWA 1 3 3 2 3 4 15 4 4 4 5 4 4 4 2943 R43 60 P . JAWA 3 4 2 2 2 4 14 4 5 3 5 4 4 4 2944 R44 61 L PETANI JAWA 4 4 2 3 3 5 17 5 3 5 5 4 4 4 30
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7
45 R45 61 L PETANI JAWA 3 4 4 3 3 4 18 5 4 4 5 4 3 4 2946 R46 60 P IRT JAWA 5 4 2 4 2 3 15 4 5 4 5 4 3 5 3047 R47 67 P IRT JAWA 6 4 3 3 2 4 16 4 5 4 3 4 4 5 2948 R48 60 L PETANI JAWA 3 4 3 2 4 4 17 4 4 4 3 4 3 3 2549 R49 66 P . JAWA 2 3 4 2 2 4 15 4 4 4 3 4 3 4 2650 R50 62 P IRT JAWA 2 3 3 3 3 3 15 4 4 4 3 4 4 4 2751 R51 71 L PETANI JAWA 4 4 2 4 4 3 17 5 5 5 4 2 4 4 2952 R52 60 P IRT KUTAI 4 4 2 3 4 5 18 5 3 3 3 4 5 4 2753 R53 74 L . JAWA 3 3 4 3 4 4 18 3 3 3 4 4 5 5 2754 R54 60 P IRT KUTAI 3 3 3 4 2 5 17 4 3 4 4 4 4 5 28
NO NAMA UMUR JK PEKERJAAN SUKU JUM.KUNJ
MOTIVASI DUKUNGAN KELUARGA
PERTANYAANΣ
PERTANYAANΣ
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Jarak/m Waktu/mnt Alt.Transport
5 5 5 4 4 4 4 4 35 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 2 22 100 10 jalan kaki
4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 5 4 21 5 5 5 5 2 22 300 10 jalan kaki
5 4 4 4 4 4 4 4 33 5 5 5 5 5 25 4 4 4 4 4 20 500 10 jalan kaki
5 4 4 4 4 4 4 4 33 4 4 5 4 4 21 5 4 4 4 4 21 600 15 jalan kaki
5 4 4 5 4 4 4 4 34 5 5 4 4 5 23 5 4 5 4 2 20 300 10 jalan kaki
4 4 4 4 4 4 4 4 32 5 4 4 4 4 21 4 4 5 5 2 20 200 10 jalan kaki
4 4 4 5 4 4 4 4 33 4 4 4 5 4 21 4 5 5 4 2 20 1000 10 motor
5 5 5 5 5 5 5 5 40 4 4 4 5 4 21 5 4 4 4 4 21 200 10 jalan kaki
4 4 4 4 4 4 4 4 32 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 2 22 100 5 jalan kaki
4 4 4 4 4 4 4 4 32 5 5 5 5 5 25 4 4 4 4 2 18 300 10 jalan kaki
5 5 5 5 4 4 4 4 36 5 5 5 5 5 25 5 5 4 5 5 24 100 5 jalan kaki
5 4 4 4 4 4 4 4 33 4 4 4 4 4 20 5 4 4 4 4 21 100 10 jalan kaki
5 4 4 4 4 4 4 4 33 5 5 4 4 4 22 5 4 4 4 4 21 100 5 jalan kaki
4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 5 21 4 4 4 4 4 20 500 10 jalan kaki
4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 5 21 4 4 4 4 4 20 1000 10 motor
4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 5 21 4 4 4 4 4 20 200 5 jalan kaki
4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 5 21 4 4 4 4 4 20 100 10 jalan kaki
5 5 5 5 5 5 5 5 40 5 5 4 4 4 22 4 4 4 4 4 20 1000 15 motor
4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 5 4 21 4 4 4 4 3 19 200 20 jalan kaki
4 4 4 4 4 4 4 4 32 5 5 5 5 5 25 5 4 4 4 4 21 5 10 jalan kaki
5 5 5 5 5 5 5 5 40 4 4 4 4 5 21 5 4 4 4 3 20 100 5 jalan kaki
4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 5 4 4 21 4 5 4 4 4 21 500 5 jalan kaki
4 4 4 4 4 4 4 4 32 5 4 4 4 4 21 4 4 4 5 4 21 200 15 jalan kaki
Σ
PERAN KADER PERAN PET.KES PERAN PROG.PEL.KES
PERTANYAANΣ
AKSESIBILITAS
PERTANYAANΣ
PERTANYAANPERTANYAAN
4 4 4 4 4 4 4 4 32 5 4 4 4 4 21 4 4 4 5 4 21 200 15 jalan kaki
4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 3 4 4 4 19 5 5 5 5 5 25 150 10 jalan kaki
5 4 5 4 4 4 4 4 34 4 4 4 4 4 20 4 4 4 5 2 19 150 10 jalan kaki
4 4 3 3 4 4 3 25 5 5 4 4 4 22 4 4 4 5 3 20 150 5 jalan kaki
4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 5 21 4 4 4 4 2 18 500 5 sampai 10 jalan kaki
5 5 4 4 4 5 4 4 35 5 4 4 4 4 21 4 4 4 4 2 18 200 15 jalan kaki
4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 5 4 4 21 4 4 4 4 4 20 150 10 jalan kaki
4 5 4 4 4 4 4 4 33 4 4 4 4 5 21 4 4 4 3 2 17 150 10 jalan kaki
4 3 4 4 3 4 3 4 29 4 5 4 4 4 21 4 4 4 4 4 20 50 10 jalan kaki
4 3 4 4 4 3 4 4 30 4 4 5 4 4 21 5 4 4 4 4 21 300 10 jalan kaki
4 3 4 4 4 4 4 4 31 4 5 4 4 4 21 4 4 4 4 3 19 300 10 jalan kaki
3 4 3 4 4 4 4 4 30 4 5 4 4 4 21 4 4 4 4 4 20 200 10 jalan kaki
4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 5 4 4 4 21 4 4 4 4 3 19 200 10 jalan kaki
4 4 4 4 4 4 3 4 31 4 5 4 4 4 21 4 4 4 4 4 20 200 10 jalan kaki
4 3 3 3 4 4 4 4 29 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20 300 15 jalan kaki
4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 20 5 3 4 4 4 20 100 10 jalan kaki
4 4 4 4 4 5 4 3 32 5 4 4 4 3 20 4 3 5 4 2 18 200 15 jalan kaki
4 4 4 3 3 5 4 3 30 5 3 4 4 4 20 4 3 5 4 2 18 200 15 jalan kaki
4 4 5 4 3 5 4 3 32 5 4 4 5 4 22 4 4 4 4 3 19 100 10 jalan kaki
4 5 5 4 3 5 4 3 33 4 4 4 5 3 20 4 4 4 4 3 19 100 10 jalan kaki
3 4 5 4 4 4 4 3 31 4 3 4 5 4 20 4 4 4 4 3 19 100 10 jalan kaki
3 3 5 4 4 5 4 3 31 5 3 4 4 4 20 4 4 4 4 2 18 200 15 jalan kaki
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Jarak/m Waktu/mnt Alt.Transport
5 3 4 4 5 5 3 5 34 4 3 4 4 5 20 5 4 4 4 3 20 300 20 jalan kaki
4 3 4 5 5 4 3 5 33 4 4 5 4 3 20 5 4 4 5 2 20 150 10 jalan kaki
5 4 4 5 5 4 5 4 36 4 4 4 4 4 20 5 5 4 4 2 20 300 20 jalan kaki
5 4 4 4 5 4 5 4 35 4 3 5 5 4 21 5 3 4 4 2 18 100 10 jalan kaki
4 4 3 3 5 4 5 4 32 4 4 3 4 5 20 4 3 4 4 3 18 300 20 jalan kaki
4 4 3 5 5 4 4 3 32 4 4 4 3 4 19 4 5 5 4 3 21 150 10 jalan kaki
4 4 4 4 4 4 4 4 32 5 4 4 3 4 20 4 5 4 3 3 19 200 10 jalan kaki
4 4 4 4 4 4 4 4 32 5 4 4 4 3 20 4 5 4 3 2 18 200 10 jalan kaki
4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 3 4 5 20 4 4 4 4 2 18 150 20 jalan kaki
4 4 4 5 4 5 3 4 33 4 4 3 4 4 19 4 4 4 4 2 18 200 10 jalan kaki
PERAN KADER PERAN PET.KES PERAN PROG.PEL.KES AKSESIBILITAS
PERTANYAANΣ
PERTANYAANΣ
PERTANYAANΣ
PERTANYAAN
Top Related