7/31/2019 Sekolah Hijau. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007.
1/56
7/31/2019 Sekolah Hijau. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007.
2/56
Dari Redaksi 1
Suara Anda 2
Laporan Utama
Mewujudkan Sekolah yang Bersih dan Nyaman 3
Lebih Jelas Tentang Sekolah Hijau 5
Wawancara
DR Dewi Utama Faizah, Penyebar Inspirasi Hidup Sehat 7
Peraturan
Permendagri No. 23 Tahun 2006 8
Wawasan
Sekolah Hijau (Green School) dan Soal
Kesadaran Lingkungan Hidup 10
Bencana Ekologi dan Gagalnya Model Pembangunan Kota 12Pengaturan Aliran Air Ala Barugaya 13
Kontribusi Sistem Penyediaan Air Minum 15
Reportase
Kelangkaan Air di Perumahan Mustika 17
Purbalingga Kekeringan 18
Cermin
Belajar Sanitasi dari India 19
Kelurahan Jambangan, Hijau Sepanjang Tahun 22
Festival Anak Kali Surabaya 2007 23
Inspirasi
Sang Pawang Air 24Tamu Kita
Endang Wardiningsih, Gigih Ajari Siswa Peduli Lingkungan 26
Seputar ISSDP
Potret Bersih di Tengah Kota 28
Tak Cukup Menutup Pabrik, Perlu Komitmen Semua Pihak 29
Ketika Diare 'Menjemput' Noviana 31
Pembentukan Inisiatif Kemitraan Pemerintah-Swasta untuk CTPS 32
Seputar WASPOLA 33
Seputar AMPL 38
Program
SMK Negeri 1 Surabaya, Menuju Sekolah Berbasis Lingkungan 44Klinik IATPI 47
Info Buku 48
Info Situs 49
Info CD 50
Pustaka AMPL 51
Agenda 52
Glossary
Majalah Percik dapat diakses di situs AMPL: http://www.ampl.or.id
Media Informasi Air Minum
dan Penyehatan Lingkungan
Diterbitkan oleh:Kelompok Kerja Air Minum
dan Penyehatan Lingkungan
(Pokja AMPL)
Penasihat/Pelindung:
Direktur Jenderal Cipta Karya
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
Penanggung Jawab:
Direktur Permukiman dan Perumahan,
BAPPENAS
Direktur Penyehatan Lingkungan,
DEPKES
Direktur Pengembangan Air Minum,
Dep. Pekerjaan Umum
Direktur Pengembangan PenyehatanLingkungan Permukiman,
Dep. Pekerjaan Umum
Direktur Bina Sumber Daya Alam dan
Teknologi Tepat Guna, DEPDAGRI
Direktur Penataan Ruang dan
Lingkungan Hidup, DEPDAGRI
Pemimpin Redaksi:
Oswar Mungkasa
Dewan Redaksi:
Zaenal Nampira,
Indar Parawansa,
Bambang Purwanto
Redaktur Pelaksana:Maraita Listyasari, Rheidda Pramudhy,
Raymond Marpaung, Bowo Leksono
Desain/Ilustrasi:
Rudi Kosasih
Produksi:
Machrudin
Sirkulasi/Distribusi:
Agus Syuhada
Alamat Redaksi:
Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Pusat.
Telp./Faks.: (021) 31904113
http://www.ampl.or.ide-mail: [email protected]
Redaksi menerima kiriman
tulisan/artikel dari luar. Isi berkaitan
dengan air minum dan penyehatan lingkungan
dan belum pernah dipublikasikan.
Panjang naskah tak dibatasi.
Sertakan identitas diri.
Redaksi berhak mengeditnya.
Silahkan kirim ke alamat di atas.
7/31/2019 Sekolah Hijau. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007.
3/56
DARI REDAKSI
1PercikAgustus 2007
Pada kenyataannya Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan (AMPL)
tak pernah lepas dari kehidupan.
Seolah menjadi persoalan yang tak segera
terselesaikan, justru terus bertambah
persoalan seirama perkembangan pen-
duduk, sosial dan ekonomi.
Dibutuhkan identifikasi dan penyele-
saian masalah sesegera mungkin. Me-
nyuarakan secara berkesinambungan
upaya pembangunan AMPL kepada
masyarakat luas dirasa sangat penting.
Penerbitan majalah ini adalah salah sa-
tunya.
Pada terbitan edisi 19 ini ditampilkan
sekolah yang menerapkan konsep
"Sekolah Hijau" atau Green School.
Pembahasan Sekolah Hijau ini dijadikan
materi laporan utama. Mengapa? Karena
memang belum banyak sekolah yang
peduli terhadap lingkungannya.
Ini penting, menanamkan kesadaran
berperilaku hidup bersih dan sehat sejak
di usia sekolah. Bagaimana pun warga
lingkungan sekolah sangatlah beragam,
mereka datang dari berbagai lingkungan.
Diharapkan ketika berada di luar ling-
kungan sekolah, mampu menerapkan
hidup bersih dan sehat seperti saat di
sekolahnya.
Lingkungan sekolah yang kondusif
sangat diperlukan dalam menghasilkan
tamatan yang cakap melalui proses bela-
jar mengajar berbasis sistem pendidikan
yang bermutu. Tidak itu saja, lingkungan
sekolah yang kondusif juga akan ikut
mendorong terwujudnya pola hidup
bermutu yang pada saat ini sangat diper-
lukan dalam meningkatkan daya saing
bangsa dimata dunia sekal igus me-
lestarikan kekayaan sumber daya alam
hayati Indonesia.
Perwujudan sekolah hijau adalah
sekolah yang memiliki komitmen dan
secara sistematis mengembangkan pro-
gram-program untuk menginternalisasi-
kan nilai-nilai lingkungan dalam seluruh
aktivitas sekolah. Sekolah dengan visi,
misi, tujuan dan kebijakan yang mengacu
pada mutu sekolah, sangat berkepen-
tingan mewujudkan pola hidup bermutu
melalui program Green School.
Sebenarnya tidaklah mudah mewu-
judkan kesejatian sekolah hijau karena
tidak sekedar lingkungan fisik bersih
yang terlihat, namun lebih pada terba-
ngunnya kesadaran lingkungan wargasekolah yang tercermin dalam perilaku
keseharian sebagai tuntutan peningkatan
mutu hidup.
Perwujudan Sekolah Hijau tidak ter-
lepas dari peran swasta, LSM dan peme-
rintah. Dan yang paling penting adalah
peran warga sekolah itu sendiri. Seluruh
siswa, guru dan karyawan. Diperlukan
guru atau beberapa guru untuk menjadi
pelopor dan contoh bagi siswanya.
Kita bersama-sama menyapa Tamu
Kita, salah satu guru di SMU Negeri 34
Jakarta, Endang Wardiningsih yang dengantekun dan berbekal sedikit pengalaman
pelatihan lingkungan yang diadakan
Unesco, menularkan pada anak didik.
Hasilnya? Materi lingkungan hidup
tak hanya masuk ekstrakulikuler namun
menembus mata pelajaran berupa
muatan lokal (mulok) bernama Pendi-
dikan Lingkungan Hidup, artinya semua
siswa wajib mengikuti pelajaran ini.
Sebagai pemanasan, sedikit diulas
menjelang Konferensi Sanitasi Nasional
(KSN) 2007. Seperti kegiatan Talkshow
di TVRI dan kunjungan ke Kelurahan
Petojo, daerah percontohan sanitasi di
jantung Kota Jakarta.
Semoga semua yang dihadirkan
Percik edisi ini berguna dan menjadi
inspirasi kita semua untuk selalu hidup
sehat dan memperhatikan lingkungan.
Kritik dan saran senantiasa kami terima
dengan lapang dada. Selamat membaca!
Foto: ISSDP
7/31/2019 Sekolah Hijau. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007.
4/56
SUARA ANDA
2 PercikAgustus 2007
Cara LanggananPercik
Saya sebagai salah satu staf penga-
jar di jurusan Teknik Lingkungan Uni-
versitas Trisakti, ingin informasibagaimana cara berlangganan majalah
tersebut.
Atas perhatiannya, banyak terima
kasih.
Hormat saya,
Pramiati
Ibu Pramiati yang terhormat,
Kirim saja alamat lengkap ke
email: [email protected].
Kami akan kirim majalah setiap kali
terbit tanpa dipungut biaya.Demikian terima kasih.
Berlangganan MajalahPercik
Salam lestari,
Bersama ini kami mengajukan ber-
langganan MajalahPercik mulai edisi
Januari 2007.
Perlu kami informasikan, bahwa
lembaga kami "Human Resource
Development and Applied Technology
(CREATE) Jawa Timur II" sedangmelakukan kegiatan-kegiatan rehabili-
tasi di lokasi bekas Banjir dan Tanah
Longsor Kecamatan Panti Kabupaten
Jember Jawa Timur, sangat memer-
lukan tulisan-tulisan yang bermanfaat
bagi masyarakat.
Untuk itu, kami mengajukan
berlangganan majalah ini, dan kami
ucapkan terima kasih atas perhatian
dan kerjasamanya.
Apabila dikabulkan, mohon
majalah dapat dialamatkan ke:
Ir. H.R. Soedradjad, M.Sc.Pimpinan CREATE Jatim IIJl. Semeru VII / M-8JEMBER 68121
Salam,
R. Soedradjad
Jember
Dengan senang hati hendak kami
kirim majalah Percik mulai Januari
2007 lalu.
Terima Kasih dan
Pindah AlamatTerima kasih kami ucapkan atas
kiriman majalah Percik secara berkala
ke PT Arutmin Indonesia.
Dengan ini kami informasikan
bahwa efektif 21 Mei 2007 lalu, PT
Arutmin Indonesia pindah alamat dari
Gedung Mid Plaza 2 Lt 9 ke alamat
baru sbb:
Wisma Bakrie 2 lantai 10
Jl. HR Rasuna Said Kav. B-2
Jakarta Selatan 12920
Salam
Delma Azrin
Pelurusan Artikel PercikEdisi Juli 2007
Artikel saya berjudul Teknologi
Jamban Yang Tepat Bagi Masya-
rakat, di muat di Percik edisi Juli
2007. Terima kasih saya ucapkankepada redaksi atas pemuatannya.
Secara keseluruhan tidak ada
masalah dengan editing artikel saya.
Hanya saja ada yang cukup menggang-
gu ketika mengedit bagian "kasus di
beberapa desa". Di bagian ini antara
lain disampaikan sbb: "..Bahkan para
pemilik kolam di sebuah desa di
Kabupaten Banjarnegara, Jawa
Tengah, rela membayar orang yang
mau BAB di jamban kolam milik mere-
ka". Jelas uraian tersebut mengandung
arti bahwa di Banjarnegara ada pemi-
lik kolam yang membayar orang yang
BAB di kolamnya. Padahal yang saya
maksudkan dalam artikel saya
(sebelum diedit) tidak demikian.
Artikel saya (versi asli) sbb: ada
pemilik kolam yang ketika ditanya
mengapa buangan jambannya masuk
ke kolam, maka diperoleh jawaban:
"saya mau membayar orang yang
mau BAB di jamban saya". Jawaban itu
sama sekali tidak menjelaskan bahwa
di Banjarnegara ada pemilik kolam
yang membayar orang yang BAB di
kolamnya, tetapi lebih merupakan
reaksi atas pertanyaan yang dinilai
menyudutkannya, pertanyaan yang
menilai negatif BAB di kolam ikan,
dsb. Jawaban tersebut lebih meru-
pakan respon pembelaan diri atas peri-
lakunya, respon atas ketersinggungan
terharap pertanyaan tsb.
Jadi, di Banjarnegara tidak ada
sumber pendapatan tambahan dengan
BAB di kolam orang. Terima Kasih atas
pemuatan pelurusan artikel saya terse-
but
Alma Arief
Terima kasih kembali atas ko-
reksinya.
Perubahan Alamat
Saya mengucapkan terima kasih
atas kebaikan Dewan Redaksi Percik
yang berkenan mengirimkan ma-
jalah/jurnal Percik kepada saya seti-ap bulannya. Melihat kemanfaatannya,
saya berharap masih dapat menerima
Majalah Percik edisi berikutnya.
Izinkan saya menyampaikan kepin-
dahan alamat saya yang baru yaitu :
Jl. Cipinang Asem RT 02 RW 012
No. 5 Kelurahan Kebon Pala
Jakarta Timur 13650
alamat ke:
FPPB UBB
Jl. Diponegoro No. 16
Sungai Liat Bangka.
Saya berharap, Dewan Redaksi
Percik berkenan melanjutkan ker-
jasama yang telah terjalin. Atas perha-
tiannya saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Idha Susanti
7/31/2019 Sekolah Hijau. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007.
5/56
LAPORAN UTAMA
3PercikAgustus 2007
Sekolah adalah bagian lingkungan yang penting bagi
perkembangan anak. Dari sinilah mental dan kecerdasan
anak dididik dan diuji, selain lingkungan rumah dan di
luar rumah atau lingkungan pergaulan.
Karena itu, suasana nyaman dan asri sangat dibutuhkan bagi
proses penyerapan dan penerapan ilmu pengetahuan. Tentu
dengan kesadaran dan tanggung jawab seluruh warga sekolah.
Lingkungan sekolah yang hijau dan asri, sebenarnya bukanhanya dalam pengertian sempit seperti penanaman pohon dan
lingkungan bersih atau sebatas pembuatan kompos dan daur
ulang.
Lebih dari itu, wawasan lingkungan lebih tepatnya, yang
diperkenalkan dan diwujudkan ke
dalam seluruh aktivitas sekolah.
Dan semua itu butuh keterlibatan
berbagai pihak, guru, siswa,
karyawan, dan pihak di luar seko-
lah.
Peran guru sebagai pengajar
sangat dibutuhkan keteladanan-
nya. Tumbuhnya kecintaan ter-hadap sesuatu sedikit banyak diil-
hami pengajar yang mengajar
dengan hati dan memberi inspi-
rasi serta teladan.
Sekolah Hijau
Masalah lingkungan hidup
adalah masalah bersama. Dengan
kepedulian dan upaya bersama,
maka lingkungan bisa disela-
matkan. Dan sekolah diharapkan
dapat menjalankan peran kunci
untuk membangkitkan kepedu-
lian lingkungan pada generasi
muda sebagai calon pengambil
keputusan dimasa mendatang.
Beberapa tahun terakhir,
beberapa sekolah setingkat SMU
dan SMP, menerapkan program
"Sekolah Hijau" atau dikenal juga
"Go Green School". Program ini
tidak terlepas dari peran berbagai pihak; pemerintah, swasta,
dan masyarakat.
Pada 4 Agustus 2007 lalu, Menteri Pendidikan Nasional
Bambang Sudibyo mencanangkan Sekolah Bersih dan Hijau
saat kegiatan Jambore UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) Tingkat
Nasional dan Gelar Prestasi Bela Negara Siswa SMK di GOR Ken
Arok, Malang. Pencanangan sekolah bersih dan sehat ini diha-
rapkan mampu membangkitkan kesadaran berperilaku sehatsejak dini.
"Sekolah hijau" yaitu sekolah yang memiliki komitmen dan
secara sistematis mengembangkan program-program untuk
menginternalisasikan nilai-nilai lingkungan ke dalam seluruh
aktifitas sekolah.
Untuk memancing semangat
dan keberlanjutan pelaksanaan
Sekolah Hijau, beberapa pihak
swasta seperti Coca-Cola Fo-
undation (CCFI) Indonesia dan
Toyota yang bekerja sama de-
ngan lembaga swadaya ma-
syarakat menggelar berbagaikompetisi sekolah hijau. Kom-
petisi dinilai sangat efektif un-
tuk menumbuhkembangkan ke-
sadaran dan keberlanjutan pro-
gram sekolah hijau.
Program Go Green School
Untuk mendukung upaya
sekolah di Indonesia menuju
Sekolah Hijau dan mendorong
perilaku ramah lingkungan
dalam kehidupan sehari-hari
yang dimulai dari sekolah, maka
digulirkan program Go Green
School(GGS). Program ini ditu-
jukan bagi sekolah di perkotaan
dengan pertimbangan bahwa
pertumbuhan masyarakat
perkotaan sangat pesat.
Program GGS digulirkan The
Centre for The Betterment of
Suasana asri tampak dari salah satu sekolah di Jakarta.Foto: Bowo Leksono
7/31/2019 Sekolah Hijau. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007.
6/56
Education (CBE), Yayasan KEHATI, danCoca-Cola Foundation Indonesia (CCFI)
pada tahun 2005 dengan dukungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan
Departemen Pendidikan Nasional untuk
memotivasi sekolah, khususnya sekolah
menengah tingkat atas menjadi sekolah
hijau.
Deputy Chief Executive Operating
Committee CCFI Triyono Prijosoesilo
kepada Percik mengatakan GGS adalah
gerakan mendorong terwujudnya sekolah
berwawasan lingkungan khususnya di
tingkat Sekolah Menengah Umum diJakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan
Bekasi. "Melalui program ini diharapkan
lahir konsep dan model Sekolah Hijau
yang cocok untuk SMU, terutama di
perkotaan Indonesia," tuturnya.
Sekolah Hijau, menurut Tri-
yono, adalah sekolah yang war-
ganya memiliki kesadaran ling-
kungan dan terwujud melalui peri-
laku dan pola pengelolaan sekolah
yang ramah lingkungan untuk
meningkatkan mutu hidup. "Diha-
rapkan, sekolah yang telah mera-
sakan program ini mampu mem-
pertahankan dan menjadi inspirasi
sekolah-sekolah lainnya," katanya.
Program ini dilatarbelakangi
kepedulian Yayasan KEHATI dan
CCFI terhadap sekolah sebagai
basis pendidikan dan institusi yang
memiliki potensi untuk men-
dukung upaya-upaya peningkatan kuali-tas lingkungan. Dengan segala sumber-
daya dan cakupannya, sekolah mempu-
nyai peran penting dalam penerapan
pendidikan lingkungan bagi generasi
muda di Indonesia.
Masuk Muatan Lokal (Mulok)
Sekolah-sekolah yang mendapat juara
dan bimbingan dari program GGS, telah
memasukan materi lingkungan hidup
dalam pelajaran sekolah. SMA Wikrama
Bogor, SMA Negeri 13 Jakarta Utara,
SMA Negeri 69 Kepulauan Seribu, SMKAl-Muslim Bekasi, SMA 34 Jakarta
Selatan, dan beberapa sekolah lainnya.
Materi ini dikenal dengan Pendidikan
Lingkungan Hidup (PLH) yang materi-
nya disusun oleh Lembaga Kajian Ekologi
dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton)
bekerjasama dengan Yayasan KEHATI.
Kedua lembaga ini memberikan bantuan
konsultasi berupa penyediaan materi-
materi PLH (buku panduaan, CD, SDM
dan pelatihan), training guru untuk
penyusunan metode pembelajaran dan
silabus PLH, kompetisi implementasi
PLH bagi siswa melalui lomba riset dan
reportase ekosistem, serta studi banding
ke sekolah yang telah menerapkan PLH.
Selama ini, PLH masih diartikan ter-
batas hanya pada kegiatan menanam
pohon, mengecat hijau tembok sekolah,
mengepel lantai dan membersihkan kaca.
Sebenarnya pendidikan lingkungan
hidup bisa menumbuhkan kesadaran kri-
tis peserta didik untuk memanfaatkansecara arif sumberdaya alam yang ada
dibumi. PLH juga menekankan metode
belajar dengan prinsip belajar dari alam
dengan melakukan eksplorasi fakta-fakta
lingkungan hidup disekitar kita, lebih
menekankan pada aktivitas indera anak.
Dalam satu kesempatan, Mantan
Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup Emil Salim meng-
ungkapkan, keberlanjutan kegiatan
kompetisi GGS mendatangkan harapan
akan lingkungan sebagai arus utama
kebijakan dimasa datang dan keterli-batan siswa sangat penting untuk itu.
"Pada tahun 2025, merekalah yang akan
duduk sebagai para pengambil kebijakan
di negeri ini. Jadi, sekaranglah saat yang
tepat untuk menumbuhkan
kecintaan terhadap lingkung-
an," katanya.
Program Sekolah Hijau
secara nyata telah mem-
berikan kesempatan bagi selu-
ruh warga sekolah baik siswa
dan manajemen untuk terlibat
langsung dalam menciptakan
suasana belajar-mengajar
yang nyaman. Lingkungan
hidup yang sehat dan baik
adalah dambaan setiap manu-
sia. Kesadaran pentingnya
pelestarian lingkungan hidup
harus di pupuk semenjak dini.
Bowo Leksono
LAPORAN UTAMA
4 PercikAgustus 2007
Sudah semestinya sekolah membudayakan siswa dalam pemilahan sampahFoto: Bowo Leksono
Rumah daur ulang di SMU Negeri 34, Jakarta.Foto: Bowo Leksono
7/31/2019 Sekolah Hijau. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007.
7/56
Pengertian
Sekolah Hijau merupakan terjemahan dari Green School
yang dimaksudkan sebagai sekolah yang berwawasan
lingkungan dan warganya memiliki kesadaran lingkung-
an serta mewujudkannya melalui perilaku yang ramah ling-
kungan untuk meningkatkan mutu hidup. Lebih jelasnya seko-
lah hijau adalah sekola yang memiliki komitmen dan secara sis-
tematis mengembangkan program untuk menginternalisasikan
nilai lingkungan ke dalam seluruh aktifitas sekolah.
Nilai DasarKonsep dan kegiatan yang dikembangkan bertumpu pada
nilai-nilai luhur kehidupan seperti kemanusiaan, keseti-
akawanan, kejujuran, keadilan, dan keseimbangan alam.
Prinsip Dasar
Partisipatif. Semua warga sekolah dan masyarakat berhak
memperoleh informasi yang memadai dan terlibat dalam
keseluruhan proses (perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan
kontrol) sesuai tanggungjawab dan perannya.
Berkelanjutan. Seluruh kegiatan memiliki manfaat dalam
jangka panjang
Menyeluruh. Seluruh warga sekolah selalu mempertim-
bangkan seluas-luasnya aspek kehidupan dalam proses peren-canaan, pelaksanaan, dan evaluasi sehingga dapat memberikan
kontribusi yang sebesar-besarnya bagi lingkungan.
Wujud
Sekolah Hijau setidaknya memenuhi persyaratan (i) memi-
liki kurikulum yang berwawasan lingkungan; (ii) mempunyai
rancang bangun, penggunaan bahan dan pemeliharaan pra-
sarana dan sarana berdasarkan prinsip ramah lingkungan; (iii)
memiliki manajemen sekolah yang berwawasan lingkungan; (iv)
program sekolah didukung oleh komunitas di luar sekolah; (v)
warga sekolah memiliki perilaku peduli lingkungan
Program
Terdapat 5 (lima) bentuk program sekolah hijau yaitu (i)
pengembangan kurikulum berwawasan lingkungan; (ii) pening-
katan kualitas kawasan sekolah dan lingkungan sekitarnya. Ini
merupakan bagian dari upaya mendorong warga sekolah dan
komunitas sekitar untuk secara aktif melakukan upaya
meningkatkan kualitas lingkungan, (iii) pengembangan pendi-
dikan berbasis komunitas. Sekolah tidak terlepas dari kehidup-
an nyata sehingga sekolah dan komunitas merupakan satu
kesatuan yang saling membutuhkan. (iv) pengembangan sistem
pendukung yang ramah lingkungan. Program ini yang banyak
terkait dengan aspek AMPL seperti penghematan air, pengem-
bangan sistem sanitasi dan pengelolaan sampah, (v) pengem-
bangan manajemen sekolah berwawasan lingkungan. Manaje-
men sekolah diharapkan dapat membangun filosofi dan budaya
sekolah yang berwawasan lingkungan dan ditunjang oleh sum-
ber daya manusia yang mumpuni.
Manfaat
Beragam manfaat yang dapat diperoleh diantaranya (i)
warga sekolah memiliki pemahaman terpadu mengenai ling-
kungan hidup; (ii) sekolah menjadi tempat belajar warga seko-
lah mengenai lingkungan secara menarik dan mudah; (iii)
metode pembelajaran menjadi lebih dinamis; (iv) potensi diri
siswa, kapasitas guru dan staf dalam aspek lingkungan
LAP ORAN UTAMA
5PercikAgustus 2007
Lebih Jelas Tentang
Sekolah Hijau
Kebun di belakang sekolah dengan tanaman apotik hidup.Foto: Bowo Leksono
7/31/2019 Sekolah Hijau. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007.
8/56
meningkat; (v) sekolah memiliki jaringan
yang luas dan didukung oleh komunitas
di luar sekolah.
Penerapan Konsep Sekolah Hijau
di IndonesiaSecara umum, masih belum banyak
sekolah yang menerapkan konsep sekolah
hijau di Indonesia. Diantara segelintir seko-
lah yang telah menerapkan adalah SMA
Negeri 13 Jakarta Utara, SMK Al Muslim,
Tambun Bekasi, SMK Wikrama, Bogor.
Faktor Pendukung
Keberhasilan penerapan konsep seko-
lah hijau tidak terlepas dari kepedulian
warga sekolah baik murid sekolah, guru,
maupun orang tua yang kemudian
bersinergi dengan ketersediaan dana daripihak luar.
Kendala
Disadari bahwa walaupun konsep
sekolah hijau telah berhasil dilaksanakan
namun beberapa kendala masih dira-
sakan cukup menghambat terutama
berupa terbatasnya kemampuan dan
jumlah guru.
Keterkaitan dengan Pembangunan
Air Minum dan Penyehatan Ling-kungan (AMPL)
Pembangunan air minum dan penye-
hatan lingkungan sampai saat ini masih
belum menunjukkan hasil yang
memuaskan, khususnya terkait dengan
penanganan sanitasi dan persampahan.
Ditengarai bahwa faktor utama yang
menjadi kendala adalah perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) yang belum
menjadi anutan sebagian besar
masyarakat. Sehingga disadari sepenuh-
nya bahwa perubahan perilaku menjadi
syarat utama keberhasilan pembangunanAMPL.
Dilain pihak, perubahan perilaku
akan terlaksana dengan lebih baik ketika
dilakukan pada usia muda. Untuk itu,
sekolah menjadi tempat yang tepat bagi
terlaksananya proses perubahan peri-
laku. Pengalaman penerapan konsep
sekolah hijau di Indonesia membuktikan-
nya. Paling tidak hal tersebut terlihat di
SMA N 13 Jakarta Utara dengan keber-
hasilan mereka dalam melakukan kam-
panye daur ulang sampah, di SMK Al
Muslim Bekasi dan SMK Wikrama Bogordengan keberhasilan mereka merubah
sampah menjadi produk siap pakai seper-
ti gantungan kunci, tas, dompet. OM
LAPORAN UTAMA
6 PercikAgustus 2007
Tema
Tujuan
Program
Pengelolaan lingkungan ter-
padu warga sekolah dan
masyarakat melalui 3 R.
Terbangunnya kepedulian
lingkungan, terbangunnyasistem pengelolaan sam-
pah terpadu, meningkat-
nya peran dan keberadaan
sekolah bagi masyarakat
dalam menangani ling-
kungan.
Penguatan kelompok
Green School, penge-
lolaan sampah sekolah,
pembudidayaan tanaman
obat, pemaduan isu ling-
kungan kedalam kegiatan
pembelajaran, kampanye
lingkungan.
Pembelajaran berbasis alam
dan lingkungan.
Warga sekolah menerapkan
perilaku ramah lingkungan,tersedianya kurikulum mu-
atan lokal berbasis ling-
kungan.
Pemberdayaan tim relawan
Green Education, kampanye
hemat energi dan air, pe-
ngelolaan sampah, pema-
duan isu lingkungan ke-
dalam kegiatan pembela-
jaran, open house dan
lomba pidato lingkungan,manajemen sekolah berba-
sis lingkungan
Hidup bermutu dengan Se-
kolah Hijau.
Terbangunnya kepedulian
siswa terhadap masalahlingkungan sehingga terben-
tuk budaya 'hidup hijau',
terciptanya lingkungan hi-
dup yang bermutu, ber-
jalannya sistem pengen-
dalian lingkungan berbasis
sekolah.
Pengermbangan kurikulum
berbasis lingkungan, pe-
ngembangan jejaring ker-
jasama, pemberdayaan gu-
gus siswa berbasis ling-
kungan, aplikasi teknologi
informasi dalam penge-
lolaan lingkungan, pramukacinta lingkungan, penge-
lolaan sampah, budaya hi-
dup sehat.
7
1. Membentuk Kelompok Hijau. Kelompok hijau merupa-
kan penggerak dari penerapan konsep sekolah hijau.
Terdiri dari pemangku kepentingan (pelajar, guru, pesu-
ruh, orang tua, dan komite sekolah). Bersifat terbuka
dan dijalankan oleh murid. Tugas utamanya melakukan
koordinasi seluruh kegiatan, memberikan rekomendasi,dan memfasilitasi komunikasi diantara seluruh komuni-
tas sekolah.
2. Menetapkan Visi. Visi sebaiknya dipasang di tempat
umum, dan dapat juga didukung melalui suatu pernya-
taan sikap dari komite sekolah, maupun persatuan
orang tua.
3. Melaksanakan Survei Lingkungan Sekolah. Survei dilakukan
untuk mengidentifikasi permasalahan lingkungan, kemudi-
an hasilnya menjadi masukan bagi penentuan kegiatan
prioritas. Survei sebaiknya menyenangkan.
4. Menyusun Rencana Aksi Sekolah Hijau. Sebagai langkah
awal, rencana aksi harus realistis dan dapat dicapai de-
ngan mudah. Kemudian selanjutnya dapat dilanjutkan
dengan penyusunan rencana jangka panjang yang lebihmenantang.
5. Memantau dan mengevaluasi kemajuan. Kelompok hijau
bersama warga sekolah lainnya secara bersama me-
lakukan evaluasi. Hasilnya dipergunakan untuk memas-
tikan keberhasilan program.
6. Memasukkan kegiatan lingkungan kedalam kurikulum.
7. Melibatkan semua pihak dan tidak perlu sungkan menye-
barluaskan keberhasilan.
TUJUH LANGKAH MENGHIJAUKAN SEKOLAH(diadopsi dari Eco-Schools International, www.eco-schools.org)
SMA N 13 JAKARTA UTARA SMK AL MUSLIM BEKASI SMK WIKRAMA BOGOR
Sumber: Yayasan Kehati
7/31/2019 Sekolah Hijau. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007.
9/56
B agaimana kondisi pendidikan(perilaku) hidup sehat/bersihanak-anak Indonesia saat ini?
Sangat menyedihkan! Oleh karena
guru-guru kita yang ada di sekolah saat
ini adalah "guru kurikulum". Mereka
hanya asik dengan kurikulum dan buku
teks, melupakan harkat para belia murid-
muridnya sebagai individu yang tumbuh
dan berkembang.
Bagaimana seharusnya pendi-
dikan perilaku bagi anak-anak In-
donesia?
Berbicara perilaku tidak semudah
mentransfer isi buku ke dalam otak
murid. Membentuk perilaku hidup sehat
merupakan serangkaian panjang proses
kemanusiaan, dimulai sejak bangun tidur
hingga tertidur lagi. Di rumah dan di se-
kolah merupakan arena bagi anak me-
latih diri untuk membentuk perilaku
yang sehat dan baik. Mereka membutuh-
kan lingkungan sosial sebagai sarananya.
Terus dengan metode atau cara
apa untuk merubah perilaku hidup
sehat tersebut?Berbuat dan membiasakan! Di mana
saja anak berada. Di samping dibutuhkan
keteladanan guru dan orang dewasa untuk
mendampingi mereka agar dapat menerap-
kan disiplin dan pembiasaan secara terus-
menerus. Jika anak dicelupkan dalam kon-
disi ini, maka akan tumbuh "perasaan yang
melekat" untuk senantiasa berperilaku
sehat. Perasaan sehat terkait erat dengan
emosi, sementara emosi merupakan energi
yang akan senantiasa menyala mengobar-
kan keinginan anak untuk senantiasa mem-
bangun hidup sehat.
Sudah di mana saja program ter-
sebut dilaksanakan?
Saya tidak punya program khusus
untuk itu. Tapi saya berusaha mengasah
kepekaan humanbeing saya di mana saja
saya berada. Saya selalu mengajak para
guru untuk meringankan tangannya
untuk dapat membantu murid-muridnya
bisa keluar dari masalah kekumuhan.
diri. Dan itu di mulai dari hal yang seder-
hana. Misalnya mengatasi pilek dan ingus
yang hampir merata di wilayah NTT juga
di NTB. Waktu saya bergabung dengan
Tim Monev pada program Kemitraan
AusAid di Flores pada tahun 2002 lalu,
saya heran kok guru bisa mengajar de-
ngan kondisi murid-murid yang amat
kotor, hidung memerah dan berlendirhijau, krah baju dan lengan yang hijau
menghitam karena digunakan untuk
melap ingus hijau anak-anak.
Ada kendala?
Saya tidak mengalami kendala. Oleh
karena budaya hidup bersih merupakan
kebutuhan setiap manusia. Hanya saja
sekolah kita bahkan orang tua kerap
mengabaikan dan merasa itu tidak perlu
dipelajari seperti mempelajari pelajaran
matematika dan IPA. Siapa yang tidak
senang memiliki murid-murid yangsehat dan jika mereka pulang ke rumah
badannya wangi, rambutnya bersih
bergelombang, dan tersenyum dengan
gigi-giginya yang putih.
Ada pesan khusus?
Ayo kita tularkan virus hidup sehat
kepada semua anak-anak Indonesia.
Hidup sehat berawal di tangan mereka,
tapi hidup tidak sehat juga berawal di
tangan mereka. Tinggal kita koneksikan
saja antara head, heart, hand, healthy
dalam proses pembelajaran di seluruh
Indonesia tercinta ini.
Pihak mana saja yang diharap-
kan kelak membantu/terlibat?
Saya harapkan guru, masyarakat
luas dan stakeholder AMP L dapat
membantu program ini ke depan. Ok?
Saya tunggu aksinya. Bowo Leksono
WAWANCARA
DR Dewi Utama Faizah
Penyebar Inspirasi Hidup Sehat
7PercikAgustus 2007
Dewi Utama Faizah bekerja di
Direktorat Pembinaan TK dan SD
Ditjen Dikdasmen, Departemen
Pendidikan Nasional sejak 24 tahun
yang lalu. Dewi, sapaan akrab pe-
rempuan berkerudung ini aktif me-
ngembangkan kurikulum agar dapat
menjadi inspirasi bagi guru di lapang-
an. Dewi juga membantu banyak pro-
gram kerjasama antara pemerintah
dengan berbagai negara donor beru-
pa Monevdan diklat untuk guru-guru,
terutama guru TK dan SD.
Sejak tahun 2000, perempuan
yang menyukai warna hitam ini
bergelut dengan para guru di lapangan, terutama di wilayah Timur
Indonesia. Apa saja kegiatan Dewi Utama Faizah selama mendampingi
'pahlawan tanpa tanda jasa' ini? Berikut wawancaranya dengan Percik.
7/31/2019 Sekolah Hijau. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007.
10/56
Kerugian yang diderita PDAM dalam menjalankan per-
annya menyediakan air bagi masyarakat sudah seperti
berita sehari-hari. Tingginya biaya operasional ditam-
bah tingginya persentase kehilangan air semakin menyurutkan
aliran pendapatan.
Di lain pihak PDAM seperti berada pada posisi yang sulituntuk menaikkan tarifnya. Protes dari masyarakat termasuk
anggota dewan sering menjadi batu sandungan. Padahal penda-
patan yang berasal dari tarif tersebut sangat
penting untuk menutup biaya operasional
sehari-hari.
Selain itu, sebagian dari pendapatan
tersebut harus digunakan untuk biaya inves-
tasi dalam bentuk perluasan jaringan dis-
tribusi yang masih sangat diperlukan untuk
sebagian masyarakat. Hingga 2006, ca-
kupan layanan air perpipaan di Indonesia
masih sekitar 18 persen. Sedangkan masih
banyak PDAM yang memiliki tarif kurangdari Rp 500,-/m3 di bawah tarif rata-rata
nasional (Rp 1000,-/m3).
Melakukan pinjaman kepada pihak luar
menjadi pilihan terakhir yang diambil seba-
gian besar PDAM di Indonesia. Namun, pin-
jaman tersebut malah menambah beban. PDAM tidak dapat
mengembalikan pinjaman, kalaupun ada yang dikembalikan
baru bunga pinjamannya saja.
Akhirnya banyak PDAM yang terlilit utang. Dari 318 PDAM
(2006), hanya 18 persen saja yang dikategorikan sehat, yaitu
mampu berkembang, mampu mengelola pinjaman, mampu
melakukan penggantian aset, beroperasi dengan efisien, dan
meraih keuntungan.
Kehilangan air dipertimbangkan dalam penentuan
biaya dasar
Melihat kondisi ini, pemerintah berupaya membantu PDAM
dengan menetapkan Permendagri No. 23 Tahun 2006 tentang
Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum
pada PDAM. Peraturan ini untuk menggantikan Permendagri
No. 2 Tahun 1998 tentang Pedoman Penetapan Tarif Air Minum
pada PDAM yang dianggap kurang sesuai dengan keadaan
PDAM sekarang ini. Saat ini tarif PDAM tidak mencerminkan
prinsip full cost recovery. Dalam peraturan yang baru, terjadi
beberapa perubahan dalam pertimbangan dan penentuan tarif
PDAM.
Biaya dasar berdasarkan peraturan yang baru memiliki kom-ponen baru baik dalam biaya usaha maupun volume air yang
diproduksi dan yang hilang. Biaya dasar merupakan biaya usaha
dibagi volume air terproduksi setelah diku-
rangi volume kehilangan air standar. Biaya
usaha ini merupakan total biaya untuk
menghasilkan air minum yang mencakup
biaya sumber air, biaya pengolahan air,
biaya transmisi dan distribusi, biaya kemi-
traan, dan biaya umum dan administrasi.
Bandingkan dengan biaya dasar lama yang
hanya ditentukan berdasarkan biaya tunai
yang terdiri dari biaya operasi, biaya pemeli-
haraan, biaya administrasi, biaya bunga pin-jaman serta pokok pinjaman.
Dalam biaya dasar yang baru ini, sudah
dipertimbangkan adanya kehilangan air.
Sedangkan dalam peraturan yang lama kehi-
langan air ini hanya dihitung sebagai keru-
gian yang harus ditanggung PDAM. Selain itu, biaya sumber air
merupakan komponen yang baru yang membantu beberapa
PDAM yang harus mengeluarkan biaya untuk pembelian sum-
ber air baku.
Hal ini sangat wajar mengingat ada PDAM yang mengalami
peningkatan biaya air baku hingga 10 kali lipat dari tahun 2000
hingga 2007. Peraturan yang baru juga telah memperjelas biaya
operasi dan pemeliharaan dalam peraturan lama menjadi biaya
pengolahan air dan biaya transmisi serta distribusi.
Mutu pelayanan, akuntabilitas, dan perlindungan air
baku sebagai bagian dalam penetapan tarif
Dasar kebijakan penetapan tarif juga mengalami perubahan.
Untuk menyempurnakan dasar penetapan yang lama, peraturan
yang baru mengarahkan dasar penetapan tarif agar turut mem-
pertimbangkan adanya keadilan, perbaikan mutu pelayanan,
PERATURAN
8 PercikAgustus 2007
Permendagri No. 23 Tahun 2006tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara
Pengaturan Tarif Air Minumpada PDAM
Dalam biaya dasaryang baru, sudahdipertimbangkan
adanya kehilangan air.Sedangkan dalam
peraturan yang lamakehilangan air ini hanya
dihitung sebagaikerugian yang harusditanggung PDAM.
7/31/2019 Sekolah Hijau. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007.
11/56
akuntabilitas, dan perlindungan air baku.
Dalam peraturan yang baru, tarif PDAM
diarahkan untuk membantu perlidungan
dan pelestarian sumber air dalam jangka
panjang. Adanya tarif progresif antara
lain bertujuan untuk perlindungan airbaku.
Berdasarkan peraturan yang baru,
proses perhitungan dan penetapan tarif
harus menggunakan landasan perhitung-
an yang mudah dipahami dan dapat
dipertanggungjawabkan kepada para
pemangku kepentingan. Setiap rupiah
yang akan dikelola PDAM harus
transparan dan bisa dipertanggung-
jawabkan terutama kepada masyarakat.
Jika tidak, sulit bagi PDAM untuk
menaikkan tarif air minum mereka.
Efisiensi pemakaian air masih menja-di bagian dasar penetapan tarif. Efisiensi
dicapai melalui penerapan tarfi progresif
yang dikenakan pada pelanggan yang
konsumsinya melebihi standar kebu-
tuhan pokok air minum. Diharapkan
dengan adanya tarif ini pelanggan jadi
lebih berhemat sehingga perlindungan
air baku bisa tercapai.
Prinsip pemulihan biaya merupakan
dasar utama penetapan tarif air minum
bagi PDAM. Peraturan yang baru
merubah perhitungan pada pemulihan
biaya ini. Untuk sekarang, pemulihanbiaya penuh (full cost recovery) dicapai
saat tarif rata-rata minimal sama dengan
biaya dasar.
Namun jika akan melakukan pengem-
bangan pelayanan, tarif rata-rata tadi
harus direncanakan untuk menutup
biaya dasar yang ditambah dengan
tingkat keuntungan yang wajar.
Keuntungan yang wajar ini dicapai jika
rasio laba terhadap aktiva produktif sebe-
sar 10 persen.
Namun penetapan tarif juga tetap
mengedepankan keterjangkauan dan
keadilan. Tarif standar kebutuhan air
minum harus terjangkau oleh masyarakat
pelanggan dengan penghasilan sama
dengan upah minimum provinsi. Tarif
dikatakan terjangkau jika besarnya tidak
melebihi 4 persen pendapatan masya-
rakat pelanggan. Untuk keadilan dalam
penerapan tarif, dilakukan melalui tarif
diferensiasi dengan subsidi silang antar
kelompok pelanggan.
Mutu pelayanan merupakan pertim-
bangan yang baru sebagai dasar penetap-
an tarif. Mutu pelayanan masih menjadi
permasalahan bagi PDAM. Sudah sering
tertulis dalam media cetak sebuah PDAM
sangat sulit menaikkan tarif akibat
pelayanan yang buruk. Di lain kasus,
PDAM menaikkan tarif namun pelayanantetap buruk. Adanya pertimbangan mutu
pelayanan dalam dasar penetapan tarif
akan memaksa sebuah PDAM mening-
katkan mutu pelayanannya.
Fleksibilitas dalam pembagian blok
konsumsi dan kelompok pelanggan
Untuk mempermudah perhitungan
tarif, blok konsumsi dan kelompok
pelanggan pada peraturan yang baru
dibuat lebih fleksibel. Blok konsumsi
diubah dari tiga menjadi hanya dua blok,
yaitu blok konsumsi air minum yang
masih dalam batas standar kebutuhan
pokok dan blok konsumsi di atas standar
kebutuhan pokok.
Sedangkan kelompok pelanggan men-
jadi empat kelompok dari sebelumnya
lima kelompok. Untuk peraturan baru,
tiap kelompok ditentukan berdasarkan
kategori tarif yang dibayarkan. Kelompok
I dengan tarif rendah, kelompok II de-
ngan tarif dasar, kelompok III dengan
tarif penuh, dan kelompok khusus ber-
dasarkan tarif kesepakatan.
Di sini PDAM diberikan keleluasaan
menentukan kebijakan jenis-jenis pe-
langgan untuk tiap-tiap kelompok ber-
dasarkan kondisi obyektif dan karakteris-
tik pelanggan di daerah masing-masing.
Yang penting, PDAM tidak mengubahjumlah kelompok pelanggan yang sudah
ditetapkan dalam permendagri yang baru
ini.
Yang paling penting dalam peraturan
baru ini, mekanisme penetapan tarif air
minum di sebuah PDAM didasarkan pada
keseimbangan kepentingan terhadap ma-
syarakat yang menjadi pelanggan, PDAM
selaku badan usaha dan penyelenggara
pelayanan air minum kepada masya-
rakat, dan pemerintah daerah yang ber-
kepentingan sebagai pemilik PDAM itu
sendiri.
Dengan demikian, penetapan tarif
harus mengarah pada perbaikan mutu
pelayanan kepada pelanggan, pencapaian
target pemulihan biaya penuh, dan hasil
positif seperti keuntungan yang juga
dapat digunakan kembali dalam pengem-
bangan pelayanan. Afif Nu'man
PERATURAN
9PercikAgustus 2007
Foto: Bowo Leksono
7/31/2019 Sekolah Hijau. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007.
12/56
Akhir-akhir ini muncul gerakan lingkungan yang cukup
menggembirakan dari para siswa sekolah, terutamaSMU. Siswa-siswa SMU itu tidak melulu digambarkan
sebagai anak baru gede (ABG) yang penuh kemanjaan dan
sedang semangat mencari identitas terhadap lawan jenisnya.
Sebagian anak-anak SMU itu telah mengubah pandangan
umum dengan mencanangkan berbagai kegiatan yang selama
ini hanya mereka yang berkutat di organisasi-organisasi terten-
tu yang terkait dengan lingkungan hidup.
Apa yang menarik dari kegiatan yang berorientasi lingkung-
an hidup ini adalah siswa-siswi SMU sudah menyadari berbagai
akibat negatif dari eksploitasi sumber daya alam dan pecemaran
lingkung hidup yang terjadi saat ini. Kegiatan tersebut targetnya
tentu bukan mengubah lingkungan yang tercemar secara
dramatis menjadi lingkungan yang bersih dan layak huni.Sasaran utama dari kesadaran lingkungan hidup pada usia
SMU tersebut tak lain meletakkan kesadaran lingkungan sedini
mungkin sehingga kelak mereka akan menjadi orang yang per-
tama untuk menjaga lingkungan di mana mereka tinggal. Jika
ini terjadi, tentu program ini akan menjadi pondasi pertama
bagi setiap kampanye atas pentingnya lingkungan hidup. Sebab
ketika kesadaran terhadap lingkungan telah ada sejak muda,
tentu ini akan mempermudah terbentuknya perilaku sadar
lingkungan dan tentu lebih mengakar dalam hidup keseharian.
Ambil contoh siswa-siswi SMUN 1 Wringinanon, Gresik,
Jawa Timur. Sekolah ini bisa dibilang salah satu yang terdepan
untuk usia segenerasinya dalam hal kesadaran lingkungan
hidup. Selain mempraktikkan lingkungan bersih dan hijau de-
ngan menanam berbagai tanaman di lingkungan sekolah, mere-
ka juga aktif mengikuti berbagai kegiatan berkait dengan
lingkungan di luar sekolah.
Siswa-siswa ini aktif mengikuti berbagai workshop tentang
lingkungan hidup dan yang menarik bersama SMU lain di Jawa
Timur melakukan penelitian terhadap Kali Brantas. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebersihan Kali Brantas
atas berbagai tindak pencemaran di berbagai kota yang dilalui
kali ini. Hasilnya bermacam-macam. Ada yang berkesimpulanKali Brantas yang melewati kota Mojokerto masih belum terlalu
tercemar sebagaimana ditunjukkan oleh siswa bernama Yogi
dari SMUN 1 Wringinanom. Ada juga yang menyatakan sudah
demikian tercemar sebagaimana ditunjukan siswa dengan
meneliti Kali Brantas yang melewati kota Surabaya (Tempo, 16
April 2007).
Pihak sekolah sendiri tak mau tinggal diam dengan kian
suramnya masa depan lingkungan hidup ini. Berbagai sekolah
telah memasukkan kurikulum berbasis lingkungan ini ke dalam
mata pelajaran ini. Jika dalam rencana SMUN 1 Wringinanom
kurikulum ini menjadi mata pelajaran tersendiri dengan cara
memberikan 1 jam pelajaran setiap minggunya, maka ada seko-
lah yang secara kreatif tidak memberikan 1 jam pelajaran yang
terpisah tetapi justru terintegrasi dalam satu rangkaian pela-
jaran. Ini dilakukan oleh SMK Wikrama Bogor. SMK ini mema-
sukkan materi lingkungan hidup ke dalam mata pelajaran PKN,
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Fisika.
Berikut uraiannya:
1. Pendidikan Agama Islam: Kompetensi Kerusakan Alam
dan Lingkungan. Disajikan minggu ke 18-21
2. Pendidikan Kewarganegaraan: Kompetensi Sumber Daya
WAWASAN
10 PercikAgustus 2007
Sekolah Hijau
(Green School)dan Soal Kesadaran
Lingkungan HidupOleh: Imam M.*
Berbagai tanaman obat-obatan yang terdapat di sekolah hijau.Foto: Bowo Leksono
7/31/2019 Sekolah Hijau. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007.
13/56
Alam. Disajikan minggu ke 61-73
3. Bahasa Indonesia: Kompetensi level
membaca dan menulis mengguna-
kan topik lingkungan alam. Disaji-
kan minggu ke 5-25.
4. Bahasa Inggris: Kompetensi levelNovice untuk membaca dan menulis
menggunakan topik lingkungan
alam dan sekitarnya. Disajikan
minggu ke 21-40
5. Matematika: Kompetensi menerap-
kan konsep bilangan real. Disajikan
minggu ke 1-13
6. Fisika: (a) Menghitung kalor, (b) Me-
nerapkan konsep usaha, daya dan
energi, (c) Menerapkan konsep Fluida,
(d) Thermodinamika, (e) Optik, (f)
Konsep Listrik, (g) Produktif RPL1.
Dasar-dasar Pemrograman, (h) Tek-nik Komputer dan Jaringan 1. Ins-
talasi PC. Disajikan pada minggu
ke 1-10
Konsep yang dijalankan SMK Wi-
krama ini tidak mengganggu jalannya
mata pelajaran lantaran tidak menambah
beban siswa karena terintegrasi dalam
satu mata pelajaran. Karena itu, keber-
adaan konsep tersebut justru mendukung
mata pelajaran itu sendiri dan pada saat
yang sama telah memicu kesadaran akan
lingkungan hidup.SMK Wikrama Bogor ini bisa di-
katakan telah melakukan satu terobosan
yang cukup bagus dengan secara sistema-
tis menjawab isu krisis lingkungan hidup
saat ini ke dalam ranah pendidikan mere-
ka. Selain mengintegrasikan sistem ku-
rikulum, mereka juga mengintegrasikan
dalam perilaku sehari-hari di sekolah.
Masalah penggunaan air dan listrik mere-
ka manfaatkan dengan sistem otomati-
sasi sehingga dapat melakukan penghe-
matan energi secara efektif.
Sementara masalah sampah
disediakan pemisahan tong sampah
untuk yang organik dan yang non-
organik. Ini akan mempermudah tahap
pengolahan akhir sampah dengan
membuat kompos dari sampah organik.
Selain itu, kesadaran lingkung hidup di
SMK Wikrama ini tercermin dari
berbagai tanaman keras yang tumbuh
di berbagai sudut halamannya. Sekolah
ini bukan hanya tampak bersih dari
dalam tetapi menjadi hijau dari luar serta
nyaman dihuni dan akhirnya tempat
yang layak untuk menyemaikan benih-
benih kepintaran.
Berbagai Dukungan
Kesadaran lingkungan ini juga terlihat
di SMK Al Muslim Bekasi. Sekolah ini pada
2005 menerima Hadiah Oksigen dari PT
Coca-Cola yang bekerjasama dengan pihak
Yayasan KEHATI. Hadiah ini bertujuanmenyemaikan benih-benih yang tumbuh
dalam diri siswa-siswi agar mendapat per-
wujudannya dalam wilayah sosial. Pihak
penyelenggara memberikan uang tunai se-
jumlah 25 juta dan 1 tahun pendampingan.
Namun, sebagaimana dikatakan ke-
pala sekolah SMK Al Muslim, Dra. Elis
Setiawati, "Yang terpenting justru tahap
pasca bantuan ini. Memang program Go
Green School secara nyata telah mem-
berikan kesempatan bagi seluruh warga
sekolah baik siswa dan manajemen untuk
terlibat langsung dalam perkembangan
program Green Education yang telah
kami gagas sejak tahun 1986. Keterli-
batan kami dalam perencanaan, im-
plementasi, monitoring, laporan dan
penyusunan rencana tindak lanjut juga
memperluas wawasan kami untuk men-
jalankan dua prinsip utama Program Go
Green School yakni menyeluruh dan
berkelanjutan. Dan yang terpenting
adalah mandiri dalam menjalankan pro-
gram ini ke depan nantinya".
Sifat dukungan dari berbagai orga-
nisasi terhadap kegiatan sekolah berori-
entasi lingkungan hidup ini pada intinya
memberi motivasi sekaligus memberi
ruang untuk mewujudkan kesadaran
lingkungan tersebut. SMAN 1 Wringin-
anom sendiri telah lama bekerjasama
dengan lembaga pemerintahan kabupa-
ten Gresik maupun pemerintahan Jawa
Timur, juga Ecoton dan KEHATI.Namun, sifat bantuan itu sendiri
bersifat sementara dengan asumsi ikut
menebarkan benih-benih kesadaran
lingkungan hidup yang kelak di kemudi-
an harinya akan berguna. Hal ini sesuai
sifat dari pendidikan sekolah sendiri yang
sifatnya memberi bekal untuk mempersi-
apkan diri sebelum peserta didik terjun
menjadi bagian dari masyarakat.
Dan terkait dengan lingkungan hidup
yang semakin hari kian menunjukkan
keadaan yang memprihatinkan, bekal itu
sangat penting. Sebab sehebat apa pun
opini tentang kesadaran lingkungan
hidup hendak dibangun tidak banyak
gunanya apabila tidak ada kesadaran
dalam diri setiap individunya. Saya kira
di sini arti pentingnya program sekolah
hijau (green school).
* Pengamat ekologi
WAWASAN
11PercikAgustus 2007
Pelataran sekolah yang rimbun dengan pepohonan.Foto: Bowo Leksono
7/31/2019 Sekolah Hijau. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007.
14/56
Kota Jakarta berkembang begitu
pesat sehingga menjadikannya
lebih maju dibandingkan kota-
kota lain di Indonesia. Hal itu dibuktikan
dengan berhasilnya kota ini meraih pen-
dapatan per jiwa tertinggi. Pesatnya pem-bangunan di Jakarta juga menyebabkan
kota ini menjadi pusat perdagangan
barang dan jasa selain sebagai pusat
pemerintahan.
Untuk mencapai tingkat pertum-
buhan ekonomi yang lebih tinggi diban-
dingkan kota lainnya, Pemerintah Daerah
(Pemda) DKI Jakarta pun 'mengarahkan'
strategi pembangunan pada upaya mena-
rik sebanyak mungkin investor untuk
berinvestasi di kota ini.
Strategi pembangunan yang bertum-
pu pada mekanisme pasar pun menjadiparadigma dominan di kota ini. Hal itu
semakin nampak dari naiknya laju per-
tumbuhan kawasan komersial dari tahun
ke tahun. Pada tahun 2006 yang lalu mi-
salnya, di Jakarta lebih dari 30 perto-
koan, apartemen, dan perkantoran skala
besar telah dibangun. Sementara pada
periode 2007 hingga 2008 sekitar 80
pusat perbelanjaan, apartemen dan per-
kantoran baru segera dibangun di Ja-
karta (Kompas, 10 Februari 2006).
Mekanisme pasar dan banjir di
Jakarta
Intensifnya pembangunan pusat-
pusat komersial di kota Jakarta juga telah
mengakibatkan kota ini semakin tidak
nyaman bahkan membahayakan para
penghuninya baik secara sosial maupun
lingkungan hidup. Hal itu nampak dari
terjadinya bencana ekologi berupa banjir
besar pada tahun 2002 dan 2007 yang
menimbulkan banyak korban jiwa dan
harta warga Jakarta.Banjir yang terjadi di Jakarta bukan-
lah sebuah fenomena alam biasa namun
akibat kebijakan Pemda DKI Jakarta
yang telah menyerahkan strategi pem-
bangunan kota sepenuhnya pada meka-
nisme pasar. Bagaimana kaitannya banjir
Jakarta tahun 2002 dan 2007 dengan
kebijakan pembangunan yang 'mende-
wakan' mekanisme pasar?
Intensifnya pembangunan kawasan
komersial di Jakarta telah menggusur
banyak daerah resapan air baik berupa
Ruang Terbuka Hijau (RTH) maupun
situ/waduk. Hal itu terlihat jelas dari
semakin menurunnya luasan RTH di
Jakarta dari tahun ke tahun.
Pada Master Plan Jakarta tahun 1965-
1985 menargetkan luas RTH seluas
18.000 Ha. Pada Rencana Umum Tata
Ruang (RUTR) Jakarta tahun 1985-2005
target RTH turun menjadi 16.908 Ha,
sementara pada Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) 2000-2010 turun lagi
menjadi hanya 9.560 Ha.Menurunnya luasan RTH tersebut
mengakibatkan meningkatnya air larian
(run off) saat terjadi hujan sehingga
mengakibatkan banjir di Jakarta. Data
terbaru dari BPLHD DKI Jakarta pada
tahun 2005 menyebutkan bahwa hanya
26,6 persen air hujan yang dapat diserap
tanah, sementara 73,4 persen menjadi
run off. Fakta tersebut dapat menjelaskan
mengapa banjir pada tahun 2007 yang
lalu lebih besar dibandingkan tahun
2002.
Mekanisme pasar dan biaya sosial
Diserahkannya pembangunan kota
sepenuhnya pada mekanisme pasar me-
mang telah terbukti mampu mening-
katkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
kota Jakarta. Namun jika biaya sosial aki-
bat dari bencana lingkungan diperhi-
tungkan juga maka besarnya PAD yang
diperoleh kota ini pun akan terkoreksi
secara signifikan. Menurut perkiraan
Bappenas, Bencana Banjir Jabodetabek
tahun 2007 mengakibatkan kerusakan
dan kerugian bagi masyarakat dan
pemerintah sebesar Rp 5,2 T. Sementara
kerugian ekonomi tidak langsung menca-
pai Rp 3,6 T. Ironisnya, biaya sosial
seperti di atas tidak "tertangkap" pasar.
* Pelaksana Harian
Kaukus Lingkungan Hidup
Jakarta
WAWASAN
Bencana Ekologi danGagalnya Model
Pembangunan Kota
12 PercikAgustus 2007
Oleh : Firdaus Cahyadi *
AIR HUJAN2000 JtM3/th
AIR HUJAN MENJELMA ME NJADI AIR
LARIAN BANJIR
JAKARTA
Run Off1468 Jt
M3/th(73,4%)
M u k a L a u t
532 Jtm3/th
(26,6%)
40 Jtm3/th 37
Jtm3/
th
37Jt
m3/
th
AIR TANAHDALAM77 JUTA M3/TH
AIR TANAH DANGKA L 492 JTM3/TH
Ba ta s a ma n p e ng a mbi la n a ir b a w a h tana h 30- 40% d a ri p o te ns i a i r t a na h ( 186 j t m3/ th)(Tahun 2005 de f is it a i r tanah sebesar 66,65 juta m3/tahun)Sumber: BPLHD DKI Jakarta, 15 Februari 2007
200
-4 0
-140
-250
BOGOR
0
-4 0
-140
-250
7/31/2019 Sekolah Hijau. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007.
15/56
Bagaimanakah cara membagi secara adil tanggung jawab
pembayaran rekening listrik untuk pompa air yang
digunakan secara bersama? Jawaban saya adalah mem-
bagi biaya secara proporsional di antara pengguna. Bisa
berdasarkan pemakaian air atau jumlah anggota keluarga. Kalauberdasarkan pemakaian air, berarti tiap pengguna harus
dilengkapi alat ukur yang disepakati, yang paling praktis water
meter (meteran air) tentu saja. Kalau ini dianggap tidak praktis
dan menjadi mahal, gunakan saja ukuran jumlah pengguna se-
tiap keluarga. Harusnya seperti itu menurut saya.
Tetapi tidak demikian menurut warga Dusun Barugaya,
Desa Bonto Kadatto yang berjarak satu jam perjalanan
kendaraan dari Ibu Kota Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.
Pikiran saya tersebut menurut mereka terlalu rumit, walaupun
gagasannya sederhana, tetapi pelaksanaannya memerlukan
pengaturan-pengaturan yang rumit.
Katakan saja kalau menggunakan water meter, siapa yang akan
membacanya, kemudian siapa yang akan mengumpulkan iuran,bagaimana kalau ada yang tidak membayar. Kalau tidak menggu-
nakan meter, tetapi dengan ukuran keluarga, tidak ada jaminan ke-
luarga kecil menggunakan air lebih sedikit dari keluarga besar.
Persoalan ini muncul karena sumber air yang dapat digu-
nakan air minum terbatas. Hanya sumur-sumur tertentu yang
dapat digunakan. Dan untuk mengalirkan air diperlukan pompa
dengan memerlukan tenaga listrik.
Menghemat air
Untunglah ada Bassere Daeng Ta'le (45 tahun), anggota
masyarakat yang memiliki pengetahuan kelistrikan. Untuk
mengatasi persoalan pembagian pembayaran listrik, ditetapkan
masing-masing rumah harus menggunakan listrik sendiri.
Sehingga tidak perlu ada perselisihan dalam menentukan
besarnya biaya listrik. Pengaturan penggunaan dilakukan
sendiri, mau menggunakan banyak air artinya membayar listrik
lebih besar.
Bila hendak menghemat, gunakan air secukupnya. Jalan
keluar ini diterima kelompok pengguna air secara aklamasi.
Sistem yang dirintis Daeng Ta'le ini sudah dikembangkan sela-
ma tiga tahun oleh Daeng Nai (43 tahun). Hal ini terungkap dari
praktek lapangan program orientasi MPA-PHAST yang dise-
lenggarakan di Dusun Barugaya, Desa Bonto Kadatto,
Kabupaten Takalar. Acara ini diselenggarakan pada Juni 2007
oleh Pokja AMPL Nasional bekerja sama dengan Ditjen PMD
Departemen Dalam Negeri.
Cara kerja
Bagaimanakah cara kerja sistem yang sudah melayani tiga
lingkungan ini? Pada prinsipnya setiap rumah memiliki sam-
bungan listrik yang terhubung dengan kabel utama menuju
pompa yang diletakkan di sumur. Setiap rumah dilengkapi de-
ngan stop kontak untuk memutuskan atau menyambungkan
WAWASAN
13PercikAgustus 2007
Pengatur Aliran Air
Ala Barugaya(Local Genius Dusun Barugaya, Desa Bonto Kadatto, Kabupaten Takalar)
Oleh : Sofyan Iskandar*
Pipa air yang melintas ke perumahan warga.Foto: Bowo Leksono
7/31/2019 Sekolah Hijau. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007.
16/56
aliran listrik ke kabel utama. Untuk
mengatur giliran penggunaan, setiap
rumah dilengkapi lampu indikator yang
menyala saat ada rumah yang menggu-
nakan pompa.
Aturannya adalah hanya menyalakanpompa (dengan menekan stop kontak)
ketika lampu indikator mati. Setelah se-
lesai menggunakan pompa, listrik di-
matikan dan kran harus ditutup. Skema
instalasi listrik dapat dilihat pada dia-
gram. Apakah tidak terjadi arus pendek?
Hal ini juga sudah diperhitungkan, kare-
na penyambungan diatur pada fase listrik
yang sama.
Sistem ini digunakan secara kelom-
pok mulai dari 3 rumah sampai dengan
12 rumah. Jarak terjauh sumur atau
pompa dengan rumah adalah 100 meter.Biaya konstruksi, instalasi pipa dan lis-
trik serta pengadaan pompa ditanggung
secara swadaya pengguna.
Saya terpaksa harus menyingkirkan
analisa kritis saya dulu terhadap sistem
ini karena nyatanya sistem ini dapat be-
kerja, digunakan dengan baik, bertahan
sampai tiga tahun, dan dibiayai sendiri
lagi. Misalnya tentang lampu indikator
yang menyala pada seluruh rumah ketika
satu rumah menyalakan pompa, kalau
pengguna sampai 13 rumah, artinya 13x5
watt atau 65 watt.Apabila ditambah dengan daya
pompa 200 watt, setiap rumah menang-
gung beban daya 265 watt. Untuk meng-
hitung biayanya tinggal dikalikan saja de-
ngan waktu yang digunakan. Mungkin
lampu 5 watt ini bisa diganti dengan lam-
pu indikator yang lebih kecil.
Pada saat pengguna paling ujung
menyalakan pompa, pada dasarnya ru-
mah-rumah lain yang dapat membuka
kran untuk memperoleh air. Tetapi kare-na pengguna berdekatan, kontrol masih
dapat dilakukan, karena aliran air akan
ke rumah terjauh menjadi lebih kecil.
Apabila ada keperluan air mendesak,
komunikasi langsung kerap dilakukan
dengan meminta yang lain untuk mema-
tikan aliran listrik.
Sistem yang berkelanjutan
Menilik waktu pengembangan yang
sudah tiga tahun dan sekarang kondisinyaberfungsi dengan baik dan terus digu-
nakan, menunjukkan bahwa sarana yang
dibangun keberlanjutan. Hal ini semakin
memperkukuh keyakinan saya bahwa
masyarakat memiliki kemampuan dalam
menyelesaikan persoalan sendiri, bahkan
dalam menemukan teknologi tepat guna.
Bahwa pilihan teknologi perlu dibuka
dan didiskusikan untung ruginya meru-
pakan syarat keberlanjutan. Bahwa kepu-
tusan oleh masyarakat menjadi kunci
dalam keberlanjutan sarana yang diba-
ngun. Bahwa pihak luar tidak harus
datang dengan bantuan fisik, terjadi di
Barugaya. Bahwa saya harus lebih banyak
belajar, itu suatu kenyataan, apabila saya
mau memberikan sumbangsih dalam
mengusung keberlanjutan pembangunan
air minum di negeri ini.
WAWASAN
14 PercikAgustus 2007
*Konsultan WASPOLA
Bak penampungan air bersih di depan rumah warga.Foto: Bowo Leksono
Pipa-pipa pembagi air bersih.Foto: Bowo Leksono
7/31/2019 Sekolah Hijau. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007.
17/56
Penyediaan infrastruktur yang
handal merupakan salah satu
tonggak dalam penyelenggaraan
pembangunan bangsa. Infrastruktur yang
dibangun harus juga selalu ditujukan
untuk meningkatkan taraf kesejahteraan
masyarakat. Berbagai parameter dia-
jukan untuk meninjau tingkat keman-
faatan pembangunan infrastruktur pada
kesejahteraan masyarakat.
Salah satu parameter uji yang cukup
handal untuk dinilai, adalah tingkat pem-
bukaan lapangan kerja akibat pemba-
ngunan infrastruktur tersebut. Berapa
jumlah lapangan kerja yang dapat dibuka
akibat penyediaan infrastruktur tersebut,
yang akan berpengaruh pada angka per-
tumbuhan ekonomi nasional, merupakan
tolok ukur tingkat kemanfaatan infra-
struktur.
Salah satu infrastruktur yang men-
dukung pembangunan nasional adalah
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).
Sejauh mana infrastruktur SPAM mampu
berkontribusi dalam pembukaan la-
pangan kerja, serta sejauh mana kon-
tribusinya dalam satuan persen terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional, seper-
tinya menjadi hal yang patut dicermati.
Metodologi perhitungan
Pembukaan lapangan kerja dinilai
sebagai suatu parameter uji yang cukup
handal untuk melihat aspek kemanfaatan
infrastruktur. Dengan pembukaan la-
pangan kerja, maka begitu banyak efek
berantai (trickling down effect) yang
memberikan kemanfaatan dan kese-
jahteraan bagi masyarakat. Berawal dari
pembukaan lapangan kerja, menjadikan
sejumlah kuantitas sumber daya manusia
yang terlatih dan mempunyai kesem-
patan dalam mengaplikasikan ilmunya.
Selain itu, dengan lapangan kerja
yang tersedia, maka tingkat ekonomi
masyarakat akan meningkat, yang diser-tai peningkatan kesadaran akan pen-
didikan, kesehatan, dan lain-lain.
Dampak akhirnya adalah peningkatan
kualitas sumber daya manusia, yang
merupakan suatu aset nasional yang tak
akan tergantikan.
Penyediaan infrastruktur SPAM akan
berpengaruh pada pembukaan lapangan
kerja, yang bersifat menyeluruh semen-
jak dari survei untuk penyediaan infra-
struktur tersebut, hingga ke pengawas
lapangan yang bertugas mencatat meter
air di tiap sambungan rumah. Berapajumlah tenaga sarjana S1 yang dibu-
tuhkan, berapa jumlah tenaga kerja D3
yang dibutuhkan, berapa jumlah tenaga
kerja STM yag dibutuhkan, berapa jum-
lah buruh yang bertugas membangun sis-
tem Instalasi Pengolahan Air (IPA) dan
sistem distribusinya, berapa jumlah man-
dor yang dibutuhkan untuk mengawasi
buruh, berapa jumlah pegawai
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
yang dibutuhkan, berapa jumlah tenaga
untuk pembangunan IPA PAKET yang
siap dipasang di lokasi yang dituju, bera-
pa jumlah tenaga pengawas sistem
jaringan distribusi yang dibutuhkan, dan
lain-lain, yang berdampak kepada total
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
Berdasarkan perhitungan tersebut,
dapat dihitung berapa jumlah tenaga
kerja yang dibutuhkan untuk setiap
penyediaan 1 liter/detik SPAM. Selain
WAWASAN
15PercikAgustus 2007
Kontribusi Sistem Penyediaan Air Minumterhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional
(Tahun Anggaran 2006)oleh : Sandhi Eko Bramono, S.T., MEnvEngSc.*
Bangunan reservoar hasil kerjasama masyarakat, LSM dan pemerintah daerah.Foto: Bowo Leksono
7/31/2019 Sekolah Hijau. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007.
18/56
itu, biaya investasi yang dibutuhkan juga dapat dihitung, untuk
dapat membuka lapangan kerja sejumlah tersebut. Dengan
membandingkan biaya investasi yang telah ditanamkan setiap
tahun anggaran, maka dapat dihitung pula kontribusi pem-
bukaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi nasional
setiap tahunnya dari sektor SPAM.
SPAM di Indonesia
Menurut data dari Kementerian Koordinator Kesejahteraan
Rakyat Republik Indonesia, setiap pembukaan 500 ribu lapang-
an kerja, akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
sebesar 1 persen. Data dari United Nations Development
Programme (UNDP) pada tahun 2006, di New Delhi (India),
akan tercipta 1,72 lapangan kerja/liter/detik SPAM.
Karena ketiadaan data mengenai angka tersebut untuk
Indonesia, diasumsikan kondisi di India sama dengan di
Indonesia (sebagai sesama negara berkembang). Pada tahun
anggaran 2006, investasi yang ditanamkan oleh Direktorat
Pengembangan Air Minum, Direktorat Jenderal Cipta Karya,Departemen Pekerjaan Umum, sejumlah Rp 1,4 triliun berupa
investasi infrastruktur SPAM.
Dengan asumsi kebutuhan air minum di Indonesia menca-
pai 200 liter/kapita/hari dan biaya investasi infrastruktur
SPAM yang dibutuhkan mencapai Rp 270 ribu/kapita (terma-
suk sistem produksi dan distribusi SPAM), maka dapat dihitung
sebagai biaya pelayanan sekitar 5,18 juta jiwa penduduk
Indonesia atau setara dengan 12 m3/detik SPAM.
Dengan jumlah tersebut, maka lapangan kerja baru yang
dapat terbuka mencapai 20.640 tenaga kerja. Jika dibandingkan
dengan angka 1 persen pertumbuhan ekonomi disokong dengan
pembukaan 500 ribu lapangan kerja baru, maka SPAM di
Indonesia telah berkontribusi sebanyak 0.041 pesen pada tahunanggaran 2006. Sebagai perbandingan, nilai pertumbuhan
ekonomi nasional pada tahun 2006 sebesar 5,6 persen, dimana
0,041 persennya berasal dari sektor SPAM.
Upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan
SPAM
Metodologi yang tersebut di atas, dapat dikatakan sebagai
metodologi yang cukup jitu dan terukur untuk melihat keman-
faatan infrastruktur SPAM dalam kacamata ekonomi nasional.
Masih diperlukan lagi pendalaman dan verifikasi data yang
lebih akurat, untuk mendapatkan gambaran yang lebih detail
mengenai kontribusi infrastruktur SPAM dalam pertumbuhan
ekonomi nasional.
Melihat perhitungan di atas, adalah memungkinkan untuk
memacu pertumbuhan ekonomi lewat penyediaan infrastruktur
SPAM. Parameter yang dapat didorong di antaranya, upaya
menurunkan biaya investasi/liter/detik infrastruktur SPAM.
Dengan begitu, setiap investasi yang ditanamkan akan
meningkatkan cakupan pelayanan air minum, dan akan dikuti
dengan peningkatan lapangan kerja yang tercipta (karena
semakin tingginya kapasitas pelayanan yang mampu dise-
diakan).
Selain itu, dibutuhkan pula pembukaan lapangan kerja yang
lebih luas, agar setiap liter/detik infrastruktur SPAM yang dise-
diakan, mampu menyerap tenaga kerja sebanyak-banyaknya
(misalnya dengan pendirian berbagai kontraktor yang mampu
merancang IPA PAKET atau perluasan penyerapan tenaga kerja
yang mampu merencana dan merancang infrastruktur SPAM),
yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Tanpa disadari, anjuran pemerintah untuk hemat air, ikut
berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dengan berkurangnya konsumsi air karena anjuran pemerintah
tersebut, maka biaya investasi/kapita dapat diturunkan, yang
berakibat pada semakin tingginya cakupan pelayanan air
minum/liter/detik, dengan menggunakan biaya investasi yang
sama besarnya. Hal ini menjadikan semakin tingginya cakupan
pelayanan infrastruktur SPAM, dengan harga yang lebih murah,
namun mampu membuka lapangan kerja yang lebih banyak,
dan meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi nasional.
Tantangan ke depan
Tenaga perencana dan perancang infrastruktur SPAM ditun-
tut untuk mampu menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional,
melalui penyediaan sektor tersebut. Modifikasi seperti yang
tersebutkan di atas, merupakan suatu metode untuk
meningkatkan cakupan pelayanan air minum dengan harga
yang lebih rendah (atau sama), namun mampu menjangkau
masyarakat dengan jumlah yang lebih luas, mampu membuka
lapangan kerja yang lebih banyak, serta mendongkrak
perekonomian nasional lebih tinggi.
Kombinasi kemampuan teknik-ekonomi-sosial-budaya
merupakan hal yang mutlak, sehingga dapat mengembangkan
metode-metode yang lebih kreatif untuk mewujudkannya, de-ngan mengandalkan keterbatasan anggaran yang ada.
Bukanlah tidak mungkin bahwa sektor infrastruktur SPAM
dapat memberikan porsi persentase yang lebih besar dalam kon-
tribusi terhadap angka pertumbuhan ekonomi nasional. Selain
memberikan hajat hidup orang banyak berupa air minum,
namun juga mampu memberikan dampak berantai yang lebih
menguntungkan untuk kesejahteraan masyarakat, bahkan di
luar sektor air minum itu sendiri.
Dengan kata lain, penyediaan infrastruktur SPAM yang han-
dal, mampu memberikan kontribusi yang nyata sebagai dampak
ikutan yang positif dari pembukaan lapangan kerja yang seluas-
luasnya di Indonesia. Juga merupakan hal yang sangat me-
mungkinkan, dengan pembukaan lapangan kerja pada sektor
ini, akan mendongkrak pertumbuhan sektor lain, yang akhirnya
juga akan membuka lapangan-lapangan kerja baru, sebagai
dampak ikutannya.
* Penulis adalah staf Sub Direktorat Kebijakan dan Strategi,Direktorat Bina Program, Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Departemen Pekerjaan Umum. Saat ini tercatat sebagai mahasiswaprogram doktoral di Division of Environmental Science and Engineering,
National University of Singapore (NUS), SingapuraKontak dengan penulis : [email protected]
WAWASAN
16 PercikAgustus 2007
7/31/2019 Sekolah Hijau. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007.
19/56
Sebagai kebutuhan dasar manusia,
tidak heran bila air kerap menjadi
pemicu pertengkaran antarwarga.
Bahkan perebutan akses air bersih ini
bisa memunculkan pertikaian yang ber-
akibat fatal.
Seperti yang terjadi di Perumahan Mus-
tika Tigaraksa, Desa Pasirnangka, Keca-
matan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten. Di komplek perumahanyang dibangun sejak 2001 ini sudah sejak
awal mengalami kelangkaan air bersih.
Dimusim kekeringan ini, sempat ter-
jadi pertikaian antarwarga hingga salah
satu warga luka terkena bacokan warga
lain. Tentu siapapun tidak menginginkan
peristiwa berdarah ini terjadi. Semes-
tinya, musibah kekurangan air bisa di-
jadikan peristiwa yang semakin menya-
tukan warga yang merasa senasib.
Perum Mustika terdiri dari delapan
RW (rukun warga). Empat RW masuk
Desa Pasirnangka dan empat RW lagimasuk Desa Mantagara dengan lebih dari
3600 kepala keluarga. Struktur tanah di
perumahan tipe sederhana itu memang
sangat kurang debit airnya.
Kepada Percik, Ketua RW 08 Perum
Mustika Tigaraksa, Desa Pasirnangka
Kusdianto, mengatakan pihak pengem-
bang perumahan hanya memfasilitasi
sumur pompa atau pantek bagi tiap
rumah. "Sudah sejak awal banyak sumur
pompa sedalam 18 sampai 24 meter yang
tidak berfungsi. Apalagi dimusim kema-
rau, sama sekali tidak keluar air. Kami
sudah mengusulkan kepada pengembang
agar ada jalan keluarnya, tapi tampaknya
belum ditanggapi," ujarnya. Sebagian
warga mengambil jalan pintas dengan
memotong pipa saluran air di depan ru-
mah mereka.
Akhirnya, warga berinisiatif memba-
ngun satelit atau sumur-sumur bor hing-
ga kedalaman 80 meter. Satu sumur bor
dimiliki sekitar 7 hingga 10 kepala keluar-ga. Inisiatif ini pun tidak serta-merta
menyelesaikan masalah. Dimusim kema-
rau, tetap saja kesulitan air.
Inisiatif lain seperti yang dilakukan Ade
Rohayati (31). Ibu rumah tangga ini mem-
beli air dari truk tangki seharga Rp 135 ribu
untuk setiap 6 ribu liter. "Air akan habis
selama seminggu atau 10 hari," katanya.
Selama menempati perumahan, Ety, pang-
gilan akrab Ade Rohayati, sudah empat kali
membuat sumur bor yang sama sekali
tidak keluar air.
Santosa, mewakili suara warga,
menginginkan jaringan PDAM (Per-
usahaan Daerah Air Minum) masuk ke
Perumahan Mustika Tigaraksa. "Jaringan
PDAM terdekat berjarak sekitar satu kilo-
meter," ujarnya.
Memanfaatkan Danau Buatan
Di tengah-tengah Perumahan Mus-
tika Tigaraksa, terdapat sebuah danau
buatan yang sudah ada sebelum pemba-ngunan perumahan tersebut. Dimusim
kemarau, danau buatan tersebut sangat
berharga bagi warga perumahan.
Di danau tersebut, beberapa pompa
air tertancap dengan puluhan pipa yang
dialirkan jauh ke rumah-rumah warga.
Satu alat pompa air dimiliki sepuluh
atau lebih kepala keluarga. Mereka
memanfaatkan air danau buatan secara
bersama.
Setiap pagi dan sore hari, warga
berbondong-bondong memanfaatkan air
danau seluas 100 meter x 60 meter. Un-
tuk mandi, mencuci, dan kebutuhan air di
rumah mereka. Namun saat kemarau
mencapai titik puncaknya, air danau itu
pun menyusut dan kering sama sekali.
Rasanya, warga Perumahan Mustika
Tigaraksa semakin tersiksa dengan
kelangkaan air yang terjadi sepanjang
tahun. Bowo Leksono
REPORTASE
17PercikAgustus 2007
Kelangkaan Air
di Perumahan Mustika
Danau buatan ini menjadi sumber air bersih bagi warga perumahan Mustika Tigaraksa,Tangerang. Foto: Bowo Leksono
7/31/2019 Sekolah Hijau. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007.
20/56
7/31/2019 Sekolah Hijau. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007.
21/56
Pendekatan Community-Led Total Sanitation (CLTS)
telah mulai menunjukkan hasil di Indonesia sejak
diperkenalkan pada Nopember 2004. Data terakhir me-
nunjukkan CLTS telah dilaksanakan pada 20 provinsi, 58 kabu-
paten, dan sebanyak paling tidak 150 desa telah mencapai tahap
bebas buang air besar (BAB) sembarangan dalam waktu 1,5
tahun. Walaupun demikian masih dibutuhkan langkah per-cepatan agar jumlah desa yang bebas BAB sembarangan (open
defecation free/ODF) mencapai jumlah yang signifikan. Masih
puluhan ribu desa yang belum bebas BAB sembarangan.
Melihat dampaknya yang signifikan terhadap perubahan
perilaku, percepatan CLTS di Indonesia kemudian menjadi
suatu obsesi. Untuk mencapai obsesi tersebut dibutuhkan input
baru dalam bentuk pembelajaran dari negara lain. India menja-
di pilihan tepat. Mereka telah lebih dahulu mengadopsi pen-
dekatan CLTS dengan melakukan beberapa penyesuaian sehing-
ga namanya pun berubah menjadi Total Sanitation Campaign
(TSC).
Kunjungan tim pemerhati sanitasi dari India, Pakistan dan
Bangladesh ke Indonesia pada awal Agustus 2007 untuk melihathasil penerapan CLTS membuka peluang pertukaran pengalam-
an. WSP EAP kemudian memfasilitasi Pemerintah Indonesia
untuk melakukan kunjungan balasan ke India pada 27-31
Agustus 2007. Daerah yang dikunjungi adalah District of Jalna,
Maharastra. Delegasi Indonesia berasal dari berbagai instansi
yaitu dr. Wan Alkadri, Zainal Nampira (Depkes), Oswar
Mungkasa (Bappenas), Emah Sujimah (PU), dan dr. Budi
Rahaju (Dinkes Propinsi Jawa Timur).
Tulisan berikut akan menjelaskan pembelajaran pemba-
ngunan sanitasi di India yang diperoleh selama kunjungan ter-
sebut.
Total Sanitation Campaign (TSC)
Pada dasarnya pendekatan TSC tidak berbeda mendasar
dengan pendekatan CLTS, yaitu fokus pada meniadakan kebi-
asaan buang air besar sembarangan dan bukan membangun
jamban, mendorong peningkatan kebutuhan layanan sanitasi
pada tingkat komunitas dan bukan pada tingkat individu, men-
dorong kesadaran dari dalam diri sendiri dan bukan penyadaran
melalui penyediaan subsidi. Perbedaannya adalah TSC mem-
bolehkan penyediaan pilihan teknologi jamban, penyediaan
insentif bagi komunitas yang telah bebas BAB sembarangan,
dan kemungkinan penyediaan kredit mikro.
Pencapaian TSC di Maharastra
Pencapaian pembangunan sanitasi di Maharastra dalam dua
dekade terakhir sangat rendah. Pembangunan sanitasi pada
periode 1997-2000 menggunakan pendekatan masif berupa
CERMIN
Belajar Sanitasi
dari India
19PercikAgustus 2007
Penduduk desa India di depan jambannya.Foto: Oswar Mungkasa
7/31/2019 Sekolah Hijau. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007.
22/56
pemberian subsidi bagi kepala keluarga.
Sekitar 1,7 juta toilet berhasil terbangun,
tetapi tingkat penggunaannya hanya
mencapai kurang dari 50 persen, itupun
sebagian besar digunakan untuk kegiatan
lain seperti gudang dan lainnya. Bahkanstudi mendalam menun-
jukkan bahwa sekitar 80 per-
sen penduduk masih BAB
sembarangan.
Kemudian pemerintah
Maharastra mengadopsi
prinsip TSC yang merupakan
program pemerintah India
pada tahun 2002. Uji coba
dilaksanakan pada tahun
2003 di dua distrik yaitu
Ahmednagar dan Nanded.
Kemudian TSC diterapkan diseluruh distrik sejak tahun
2004. Hasilnya sungguh
menggembirakan. Jumlah
Gram Panchayats (GP/keca-
matan) yang berhasil bebas
BAB sembarangan telah men-
capai 4.000 kecamatan pada
tahun 2006, dari hanya 13
kecamatan pada tahun 2003.
Dalam jangka waktu 2,5
tahun, tambahan jumlah pen-
duduk yang terjangkau men-
capai 8 juta orang, dari awal-nya yang hanya 4.000 orang.
Dukungan penuh Peme-
rintah
Dukungan penuh peme-
rintah di setiap tingkatan
menjadi suatu keniscayaan.
Dukungan yang diberikan
berupa penyediaan kebijakan sanitasi,
pembentukan gugus tugas yang diberi
kewenangan penuh mengkoordinasikan
kegiatan sanitasi, melakukan kemitraan
dengan pemangku kepentingan lainnya,
penyediaan petunjuk, penyediaan dana
insentif bagi komunitas yang telah bebas
BAB sembarangan, penyelenggaraan
kompetisi desa bersih (bebas BAB semba-
rangan), penyelenggaraan kampanye sa-
nitasi. Banyak lagi kegiatan yang seluruh-
nya diinisiasi oleh pemerintah, baik
pusat, provinsi, kabupaten/kota sampai
desa.
Salah satu bentuk dukungan yang ter-
lihat sangat dihargai komunitas desa
adalah dalam bentuk penandatanganan
piagam penghargaan oleh Presiden India.
Tanda tangannya asli bukan cap-capan
yang sering kita lihat di Indonesia.
Pada saat kunjungan kami ke semua
desa, yang pertama kali diperlihatkan
adalah piagam tersebut berikut piala
sebagai pemenang lomba desa. Hal ini
yang mendorong pemerintah mengkait-
kan kampanye sanitasi tidak hanya sema-
ta aspek kesehatan saja tetapi juga kenya-
manan, privasi, dan kebanggaan.
Peran yang jelas
Disadari bahwa tanggungjawab pem-
bangunan sanitasi sebaiknya diserahkan
pada tingkatan pemerintahan yang lang-
sung berhubungan dengan masyarakat.
Untuk itu, pemerintah India menye-
rahkan program TSC kepada pemerintah
Gram Panchayat (GP/setingkat Keca-
matan). Penyertahan ini
dilaksanakan secara for-
mal melalui undang-un-
dang.
Peran National Go-
vernment(pemerintah pu-
sat) terbatas pada pe-
ngembangan kebijakan,
melakukan pemantauan
serta penyediaan dana
insentif bagi desa yang
bebas BAB sembarangan,
baik yang berupa hadiahbagi desa pemenang mau-
pun insentif program bagi
komunitas yang berhasil
menuntaskan BAB semba-
rangan.
State Government(Pe-
merintah provinsi) ber-
peran mendukung Zilla
Parishad (pemerintah ka-
bupaten) dalam imple-
mentasi berupa pening-
katan kapasitas, pe-
mantauan daerah bebasBAB sembarangan, dan
memfasilitasi penyeleng-
garaan lomba desa bersih
(desa bebas BAB sem-
barangan). Termasuk juga
mengembangkan petunjuk
operasional, kriteria pe-
milihan LSM yang dapat
diajak bekerjasama, dan mengembang-
kan sistem pemantauan dan evaluasi,
serta penyebarluasan 'lessons learned'
(pembelajaran).
Zilla Parishad (pemerintah kabupa-
ten) mengembangkan mekanisme dan
aturan tender, dan sistem pemantauan
berdasarkan kriteria yang ditetapkan
pemerintah provinsi. Pemerintah kabu-
paten harus mengkoordinasikan seluruh
instansi sehingga GP hanya berhubungan
dengan satu pintu saja.
Peran LSM diarahkan kepada pe-
CERMIN
20 PercikAgustus 2007
Piagam Penghargaan bagi salah satu Gran Panchayat (kecamatan)yang ditandatangani Presiden India Abdul Kalam.
Foto: Oswar Mungkasa
7/31/2019 Sekolah Hijau. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007.
23/56
ngembangan skema pelatihan di tingkat
komunitas dan bekerjasama dengan pe-
merintah desa melaksanakan pelatihan.
Sanitasi seharusnya berbasis ko-
munitas
Pada dasarnya sanitasi menjadi tang-
gungjawab masing-masing keluarga,tetapi kemudian ketika tidak semua kelu-
arga menunaikan tanggungjawabnya, ke-
seluruhan komunitas akan menanggung
dampaknya. Sebagai ilustrasi, hasil studi
Water Sanitation Program - South Asia
(WSP-SA) pada salah satu desa di India
menunjukkan bahwa desa dengan tingkat
BAB sembarangan tinggi dan desa de-
ngan tingkat BAB sembarangan rendah
mempunyai prevalensi diare yang relatif
sama. Berbeda dengan desa yang bebas
BAB sembarangan, tingkat prevalensi di-
arenya sangat rendah (7 persen).Selengkapnya pada Tabel 1.
Fakta bahwa tidak akan ada dampak
yang signifikan terhadap penurunan
prevalensi diare jika hanya sebagian
masyarakat yang berperilaku hidup
bersih dan sehat kemudian mendorong
pemerintah India untuk melaksanakan
pembangunan sanitasi perdesaan berba-
sis komunitas.
'Seeing is believing'
Masyarakat cenderung merubah peri-
laku setelah mendapatkan contoh yang
nyata. Di Jalna, salah satu kabupaten di
Provinsi Maharastra India, pada tahap
awal pemerintah daerah melaksanakan
uji coba pada satu desa saja. Hal ini untuk
memastikan agar hasil uji coba dapat
dijadikan contoh bagi komuinitas yang
lain. Setelah uji coba berhasil, kemudian
pemerintah daerah melakukan kampanye
ke komunitas lain untuk mendatangi
desa uji coba tersebut.
Ternyata komunitas yang lain banyak
yang tertarik menerapkan program TSC
setelah melihat contoh pada desa uji
coba. Hal ini mendorong pemerintah
daerah menerapkan prinsip 'seeing is
believing'. Beri contoh yang baik danmasyarakat akan tertarik juga untuk
melakukan hal yang sama. Hindari
melaksanakan program pada tahun awal
secara besar-besaran.
Pemberian insentif
Pemberian insentif dipercaya dapat
mendorong pencapaian desa bebas BAB
sembarangan, tetapi insentif ini harus
diberikan kepada seluruh komunitas se-
bagai insentif atas kerjasama dan hadiah
atas usaha mereka. Insentif harus dalam
bentuk penyediaan dana program bagi
komunitas tersebut, baik dalam bentuk
pembangunan jalan, sekolah dan lainnya.
Bentuk insentif lainnya adalah pem-
berian hadiah bagi pemenang kontes
desa bebas BAB sembarangan. Kontes ini
diadakan secara bertingkat mulai dari
tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi
dan nasional. Pemenang di setiap tingkat
mendapat penghargaan diantaranya
berupa piagam yang ditandatangani lang-
sung oleh presiden India dan piala. Jenis
insentif ini sangat berpotensi mendorong
desa untuk berkompetisi karena salah
satu faktor yang mendorong komunitasuntuk berubah adalah adanya keinginan
agar desanya menjadi dikenal.
Penentuan desa pemenang dilak-
sanakan oleh organisasi independen
yaitu LSM yang dipilih oleh pemerintah
nasional melalui proses yang terbuka.
Kriteria penilaian ditetapkan bersama
dan diinformasikan secara terbuka. OM
CERMIN
21PercikAgustus 2007
Lukisan "Kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat" di dinding salah satu sekolah.Foto: Oswar Mungkasa
Kategori Desa
BAB sembarangan tinggi
BAB sembarangan rendah
Bebas BAB sembarangan
KK pengguna Jamban(%)
29
95
100
Prevalensi Diare(%)
38
26
7
Sumber: Water Sanitation Program-South Asia
TABEL 1. PRAKTEK SANITASI INDIVIDU MEMPENGARUHI KESELURUHAN KOMUNITAS
7/31/2019 Sekolah Hijau. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007.
24/56
Kemeriahan dan keramaian biasa terlihat di semua
pelosok negeri ini menjelang perayaan Hari Ulang
Tahun Kemerdekaan yang jatuh setiap bulan Agustus.
Tapi bagi Kelurahan Jambangan, Kecamatan Jambangan, Kota
Surabaya, kemeriahan terpancar sepanjang tahun.
Lebih dari itu, kelurahan yang memiliki 23 Rukun Tetangga(RT) ini, memancarkan aura kebersihan dan keindahan
lingkungannya. Sudah sejak tahun 2001, Jambangan melalui
tangan terampil Ibu Winarsih sebagai pelopor, menjadi kelurah-
an dengan lingkungan yang bersih dan sehat.
Kreatifitas warga
Kebersihan lingkungan diterapkan dengan ketersediaan dua
tong sampah di setiap halaman rumah untuk memilah sampah.
Sampah kering dan sampah basah. Bahkan kaum ibu rajin
memilah dan mengumpulkan sam
Top Related