SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok bahasan : Demam Tyfoid
Sub pokok bahasan : Demam Tyfoid Pada Anak
Sasaran : Semua keluarga pasien di Ruangan Anak
Hari/tanggal : Jumat, 03 Januari 2014
Waktu : 10.00 s/d 10.30 wib (30 menit)
Tempat : Ruangan Penyuluhan Anak
A. Latar belakang
Demam tifoid menjadi masalah kesehatan, yang umumnya terjadi di negara
yang sedang berkembang karena akibat kemiskinan, kriminalitas dan kekurangan air
bersih yang dapat diminum. Diagnose dari pelubangan penyakit tipus dapat sangat
berbahaya apabila terjadi selama kehamilan atau pada periode setelah
melahirkan. Kebanyakan penyebaran penyakit demam tifoid ini tertular pada manusia
pada daerah – daerah berkembang, ini dikarenakan pelayanan kesehatan yang belum
baik, hygiene personalyang buruk. Salah satu contoh yaitu di Negara Nigeria, dimana
terdapat 467 kasus dari tahun 1996 sampai dengan 2000.
Pada beberapa dekade terakhir demam tifoid sudah jarang terjadi di negara-
negara industri, namun tetap menjadi masalah kesehatan yang serius di sebagian
wilayah dunia, seperti bekas negara Uni Soviet, anak benua India, Asia Tenggara,
Amerika Selatan dan Afrika. Menurut WHO, diperkirakan terjadi 16 juta kasus per
tahun dan 600 ribu diantaranya berakhir dengan kematian. Sekitar 70 % dari seluruh
kasus kematian itu menimpa penderita demam tifoid di Asia.
Demam tifoid merupakan masalah global terutama di negara
dengan higieneburuk. Etiologi utama di Indonesia adalah Salmonella enterika
subspesies enterika serovar Typhi (S.Typhi) dan Salmonella enterika subspesies
enterika serovar Paratyphi A (S. Paratyphi A). CDC Indonesia melaporkan prevalensi
demam tifoid mencapai 358-810/100.000 populasi pada tahun 2007 dengan 64%
penyakit ditemukan pada usia 3-19 tahun, dan angka mortalitas bervariasiantara 3,1 –
10,4 % pada pasien rawat inap.
Dua dekade belakangan ini, dunia digemparkan dengan adanya
laporan MultiDrug Resistant (MDR) strains S.Typhi. strain ini resisten dengan
kloramfenikol, trimetropim-sulfametoksazol, dan ampicillin. Selain itu strain ressisten
asam nalidixat juga menunjukan penurunan pengaruh ciprofloksasin yang menjadi
endemik di India. United State, United Kingdom dan juga beberapa negara
berkembang pada tahun 1997 menunjukan kedaruratan masalah globat akibat MDR.
Morbiditas di seluruh dunia, setidaknya 17 juta kasus baru dan hingga
600.000 kematian dilaporkan tiap tahunnya. Di negara berkembang, diperkirakan
sekitar 150 kasus/ juta populasi/ tahun di Amerika Latin. Hingga 1.000 kasus/ juta
populasi/ tahun di beberapa negara Asia. Penyakit ini jarang dijumpai di Amerika
Utara, yaitu sekitar 400 kasus dilaporkan tiap tahun di United State, 70% terjadi pada
turis yang berkunjung ke negara endemis. Di United Kingdom, insiden dilaporkan
hanya 1 dalam 100.000 populasi.
Di Indonesia, demam tifoid masih tetap merupakan masalah kesehatan
masyarakat, berbagai upaya yang dilakukan untuk memberantas penyakit ini
tampaknya belum memuaskan. Di seluruh dunia WHO memperkirakan pada tahun
2000 terdapat lebih dari 21,65 juta penderita demam tifoid dan lebih dari 216 ribu
diantaranya meninggal . Di Indonesia selama tahun 2006, demam tifoid dan demam
paratifoid merupakan penyebab morbiditas peringkat 3 setelah diare dan Demam
Berdarah Dengue.
Kejadian demam tifoid meningkat terutama pada musim hujan.Usia penderita
di Indonesia (daerah endemis) antara 3-19 tahun (prevalensi 91% kasus). Dari
presentase tersebut, jelas bahwa anak-anak sangat rentan untuk mengalami demam
tifoid. Demam tifoid sebenarnya dapat menyerang semua golongan umur, tetapi
biasanya menyerang anak usia lebih dari 5 tahun. Itulah sebabnya demam tifoid
merupakan salah satu penyakit yang memerlukan perhatian khusus. Penularan
penyakit ini biasanya dihubungkan dengan faktor kebiasaan makan, kebiasaan jajan,
kebersihan lingkungan, keadaan fisik anak, daya tahan tubuh dan derajat kekebalan
anak.
Perlu penanganan yang tepat dan komprehensif agar dapat memberikan
pelayanan yang tepat terhadap pasien. Tidak hanya dengan pemberian antibiotika,
namun perlu juga asuhan keperawatan yang baik dan benar serta pengaturan diet yang
tepat agar dapat mempercepat proses penyembuhan pasien dengan demam tifoid.
Berdasarkan uraian di atas, maka kelompok tertarik untuk melakukan
penyuluhan tentang demam tifoid.
B. Tujuan
Tujuan Umum:
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan peserta mampu mengerti dan memahami
tentang pencegahan demam typoid pada anak.
Tujuan Khusus :
Setelah diberikan penjelasan tentang pencegahan demam typoid, klien mampu:
1. Menyebutkan defenisi demam typoid
2. Menyebutkan penyebab demam typoid
3. Menyebutkan gejala demam typoid
4. Menyebutkan cara penularan typoid
5. Menjelaskan cara perawatan demam typoid
6. Mengetahui cara pencegahan demam typoid
1. Pengorganisasian
Pemateri :
- Fitri Mulyani
- Cinthya Gabriella Aldrin
- Retno Astrini
- Lily Resdianiati
- Rima Handayani
Moderator : Istanto
Notulen :
- Puji Rahayu
- Romi Elvia
- Dian Armelisa
- Melisa Oktavia
- Tri Mulya Sari Dewi
Observer :
- Rahmat Ali
- Revi Wahyuni
- Sylvia Gunita
- Nanda Nurli Agus
FASILITATOR :
- Amin begi prasetia - Marsal Wendi - Wuna Yulanda .W
- Istanto - Indra Alfalah - Reni Faliza
- Wira selvia - Gusnita - Wanda Gusti .N
- Zakiah putriyani - Ezi Siswanti - Wenda herli
- Siska septriyani - Deswira Novita - Lola asmi
- Tajri adnan - Ferwita Sari
Uraian Tugas
1. Penanggung jawab / pembimbing
Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan.
2. Moderator
a. Membuka acara
b. Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing
c. Menjelaskan tujuan
d. Kontrak waktu dengan peserta penyuluhan
e. Menyerahkan kepresentator untuk presentasi
f. Mengatur jalannya penyuluhan
g. Mengatur jalannya sesi tanya jawab
h. Menutup acara
3. Presentator
Memberikan penjelasan / penyuluhan.
4. Fasilitator
a. Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam jalannya penyuluhan.
b. Membantu dalam menanggapi pertanyaan dari peserta.
5. Observer
Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir.
2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Topik
Cara pencegahan demam typoid
b. Sasaran dan Target
Sasaran : Keluarga pasien di ruangan anak
Target : 10 orang
c. Metode
1) Ceramah
2) Tanya Jawab
3) Diskusi
d. Media dan Alat
1) LCD
2) Leaflet
e. Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal: Jumat, 03 Januari 2013
Waktu : 10.00 s/d selesai
Tempat : Ruangan Penyuluhan Anak
Setting Tempat
gggggggggggggggggggggg
Keterangan:
= Dosen pembimbing
= Peserta
= Pemateri
= Fasilitator/ mahasiswa
= Moderator
= Notulen
= Observer
3. Tahap Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Peserta Metode dan
media
Pembukaan
(5 menit)
Mengucapkan
salam
Memperkenalkan
diri dan dosen
Memberikan
kesempatan kepada
audiens untuk
memperkenalkan
diri
Menyampaikan
maksud dan tujuan
dilaksanakannya
penyuluhan
Kontrak waktu dan
menyampaikan
topik penyuluhan
Menyepakati
bahasa yang
digunakan
Menyamakan
persepsi tentang
penyakit demam
Menjawab
salam
Memperhatikan
dan menjawab
pertanyaan
Audiens
memperkenalka
n diri
Memperhatikan
dan menyetujui
Audiens
menyetujui
kontrak waktu
yang telah
disepakati
Menyetujui
bahasa yang
akan
digunakan
Menjawab
Ceramah dan
tanya jawab
tifoid berdasarkan
yang diketahui
Penyajian
(20 menit)
Mengkaji
pengetahun klien
tentang pengertian
demam tifoid
Memberi
reinforcement (+)
Menjelaskan
pengertian demam
typoid
Mengkaji
pengetahuan pasien
tentang penyebab
demam tifoid
Memberi
reinforcement (+)
Menjelaskan
penyebab typoid
Mengkaji
pengetahuan
audiens tentang
gejala demam
tifoid
Memberi
reinforcement (+)
Menjelaskan gejala
demam typoid
Mengkaji
pengetahuan
audiens tentang
penularan tyfoid
Memberi
Menyampaika
n pengertian
demam tyfoid
Memperhatika
n dan
mendengarkan
Menyampaika
n penyebab
tyfoid
Memperhatika
n dan
mendengarkan
Menyampaika
n gejala tyfoid
Memperhatika
n dan
mendengarkan
Menyampaika
n cara
penularan
tyfoid
Ceramah dan
tanya jawab
- LCD
-Leaflet
reinforcement (+)
Menjelaskan
tentang cara
penularan tyfoid
Mengkaji
pengetahuan
audiens tentang
perawatan typoid
Memberi
reinforcement (+)
Menjelaskan
perawatan typoid
Mengkaji
pengetahuan
audiens tentang
pencegahan tyfoid
Memberi
reinforcement (+)
Menjelaskan cara
pencegahan typoid
Memperhatika
n dan
mendengarkan
Menyampaika
n perawatan
tyfoid
Memperhatika
n dan
mendengarkan
Menyampaika
n cara
pencegahan
tyfoid
Memperhatika
n dan
mendengarkan
Penutup
(5 menit)
Memberikan
kesempatan pada
audiens untuk
bertanya
Memberi
reinforcement (+)
Menjawab semua
pertanyaan audiens
Melakukan
evaluasi
Menyimpulkan
Mengajukan
pertanyaan
Memperhatika
n dan
mendengarkan
Memperhatika
n dan
mendengarkan
Ceramah dan
tanya jawab
bersama-sama
Mengucapkan
salam Menjawab
salam
4. Evaluasi
Evaluasi diberikan dengan cara memberikan pertanyaan kepada sasaran
mengenai hal-hal yang telah dijelaskan oleh penyuluh. Adapun kriteria dari
evaluasi sebagai berikut:
a. Evaluasi struktur
1. Laporan telah dikoordinasi sesuai rencana
2. > 75% peserta menghadiri penyuluhan
3. Tempat, media dan alat penyuluhan sesuai rencana
b. Evaluasi proses
1. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
2. Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan
3. 50% peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan
4. 75% peserta tidak meninggalkan ruangan selama penyuluhan
c. Evaluasi hasil
1. 50 % peserta aktif menjawab
2. Peserta memahami pertanyaan dan jawaban
3. 50% peserta mampu memahami apa itu demam typoid
4. 50% peserta mampu memahami penyebab demam typoid
5. 50% peserta mampu memahami gejala demam typoid
6. 50% peserta mampu memahami cara penularan demam typoid
7. 50% peserta mampu memahami perawatan demam typoid
8. 50% peserta mampu memahami pencegahan demam typoid
Lampiran
DEMAM TYPOID
A. DEFENISI DEMAM TYPOID
Demam tifoid atau typoid adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
salmonella enterica, khususnya turunnya yaitu salmonella Typhi. Penyakit ini dapat
ditemukan di seluruh dunia, dan disebarkan melalui makanan dan minuman yang
telah tercemar oleh tinja.( Hidayat AA, 2006)
Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai
dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus,
pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng
Soegijanto, 2002)
B. PENYEBAB
Salmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasif yang ditandai oleh
demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi/diare. Komplikasi yang dapat terjadi antara
lain: perforasi usus, perdarahan, toksemia dan kematian. (Ranuh, Hariyono, dan dkk.
2001)
Etiologi demam tifoid dan demam paratipoid adalah S.typhi, S.paratyphi A,
S.paratyphi b dan S.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro, 1997).
C. PATOFISIOLOGI (WOC)
Salmonella typhosa
Saluran pencernaan
Diserap oleh usus halus
Bakteri memasuki aliran darah sistemik
Kelenjar limfoid Hati Limpa Endotoksin
usus halus
Tukak Hepatomegali Splenomegali Demam
Pendarahan dan Nyeri perabaan
perforasi Mual/tidak nafsu makan
Perubahan nutrisi
Resiko kurang volume cairan
(Suriadi & Rita Y, 2001)
D. GEJALA DEMAM TYPOID
Gejala klinis demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan
dengan orang dewasa. Masa tunas rat – rata 10 – 20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika
infeksi yang terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama infeksi selama 30 hari
jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala
prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak
bersemangat.
Kemudian muncul gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :
1. Demam
Pada kasus – kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris
remiten dan suhu tidak berapa tinggi, selam mingu pertam, suhu tibu berangsur –
angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun setiap pagi hari dan meningkat
pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur – angsur
turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah- pecah. Lidah ditutupi
selaput kotor, ujung dan tepi nya kemerahan, jarang disertai tremor.
Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung (distensi). Hati dan
limpa membesar disertai pada perabaan.
3. Gangguan Kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu
apatis sampai somnolen, jarang terjaedi spoor, koma atau gelisah. Kadang –
kadang ditemukan bradikardia pada anak besar dan mungkin pula ditemukan
epistaksi. Pada tipe congenital, kuman dapat di temukan pada darah, hati, linfa
serta kelainan patologis pada kasus tidak didapatkan, hal ini menjelaskan bahwa
pada tifoid congenital penularannya lewat darah dan secara cepat menimbulkakn
gejala – gejala tifoid seperti papda janin. Demam tifoid pada anak dibawah usia 3
tahun jarang dilaporkan, bila terjadi biasanya gambaran klinisnya berbeda dengan
anak yang lebih besarr. Kejadiannya sering mendadak disertai dengan panas
tinggi, muntah, kejang – kejang, dan tanda – tanda rangsang meningen. Pada
pemeriksaan darah, terlihat leukositosis (20.000 – 25.000/mm), limpa sering
teraba pada pemeriksaan fisik. Perjalanan penyakit lebih pendek, lebih variasi,
sering tidak melebihi 2 minggu dengan angka kematian yang tinggi (12,5%).
Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya kuman Salmonella typhii dalam
darah dan feces.
Setelah infeksi terjadi akan muncul stu atau beberapa gejala berikut ini :
Demam tinggi dari 390 - 400c (1030 – 1040F) yang meningkat secara perlahan
Tubuh menggigil
Denyut jantung melemah
Badan lemah
Nyeri otot myalgia
Kehilangan nafsu makan
Konstipasi
Sakit perut
Pada kasus tertentu muncul penyebaran plek merah muda
E. CARA PENULARAN DEMAM TYPOID
Melalui makanan yang sudah tercemar oleh bakteri salmonella. Pada penderita
tipus, terdapat bakteri salmonella pada aliran darah dan usus yang kemudian
dikeluarkan melalui kotoran.
Penderita dapat menularkan penyakit ini apabila penderita menyajikan dan
memasak makanan atau memangang barang – barang yang biasanya digunakan
untuk makan tanpa mencuci tangan dengan bersih terlebih dahulu.
Bisa juga disebabkan karena air yang dipakai untuk mencuci peralatan makan
seperti piring, gelas, dan sebagainya atau mencuci sayur dan buah – buahan sudah
tercemar oleh bakteri.
F. CARA PERAWATAN DEMAM TYPOID
1. Pisahkan anak penderita demam tifoid dari saudara-saudaranya untuk menghindari
penularan. Bahkan bila ibu menemani, tidak disarankan untuk tidur bersama
dengan anak yang sakit. Sebaiknya tempatkan anak yang sakit di kamar tersendiri,
tentunya dengan perhatian penuh dari kedua orang tua untuk menghindari perasaan
terisolir/kesepian pada anak tersebut.
2. Upayakan klien dengan demam tifoid beristirahat total di tempat tidur sampai
demamnya turun. Demam bisa berlangsung selama dua minggu. Setelah demam
turun, teruskan istirahat sampai suhu normal kembali. Jelaskan pada anak bahwa
untuk mandi, buang air besar dan kecil harus meminta pertolongan kepada ibu atau
orang dewasa lainnya yang ada di rumah.
3. Ingatkan kepada siapa saja yang membantu untuk selalu mencuci tangan dengan
desinfektan sebelum dan sesudah kontak dengan anak yang sakit.
4. Seperti halnya di rumah sakit, orang tua perlu mengukur suhu tubuh anak dan
mencatatnya. Catatan suhu tubuh ini sangat penting untuk dikonsultasikan ke
dokter dan bila ada peningkatan suhu tubuh yang tinggi.
5. Biasanya dokter memberikan obat yang sudah diperhitungkan sampai suhu tubuh
turun. Jika obat hampir habis, sementara suhu tubuh makin tinggi, konsultasikanlah
ke pelayanan medis atau dokter karena mungkin membutuhkan perawatan yang
lebih intensif di rumah sakit.
6. Untuk membantu mempercepat penurunan suhu tubuh, upayakan agar anak banyak
minum air putih, dikompres dengan air hangat, dan jangan menutupinya dengan
selimut agar penguapan suhu lebih lancar.
7. Berikan makanan yang mengandung banyak cairan dan bergizi seperti sop dan sari
buah, juga makanan lunak, seperti bubur.
8. Pembuangan feses dan urine harus dipastikan dibuang ke dalam WC dan disiram
dengan air sebanyak-banyaknya. WC dan sekitarnya pun harus bersih agar tidak
ada lalat yang akan membawa kuman ke mana-mana. Bila anak menggunakan pot
atau urinal untuk BAK dan BAB, jangan lupa untuk merendamnya dengan cairan
desinfektan setelah dipakai.
9. Rendam pakaian anak dengan desinfektan sebelum dicuci, dan jangan
mencampurnya dengan pakaian yang lain.
G. CARA PENCEGAHAN DEMAM TYPOID
Pencegahan penyakit typoid yan paling utama adalah dengan menjaga higine
pribadi dan kebersihan sanitasi lingkungan.
1. Lingkungan hidup
a. Sediakan air minum yang memenuhi syarat, misalnya di ambil dari tempat
yang higienis, seperti sumur dan produk minuman yang terjamin. Jangan
gunakan air yang tercemar. Jangan lupa, masak air terlebih dahulu hingga
mendidih (1000C)
b. Pembuangan kotor manusia harus pada tempatnya. Juga jangan pernah
membuangnya secara sembarangan sehingga mengundang lalat karena lalat
akan membawa bakteri salmonella typhi.
c. Bila di rumah banyak lalat, basmi hingga tuntas.
2. Diri sendiri
a. Lakukan vaksinasi terhadap seluruh keluarga. Vaksinasi dapat mencegah
kuman masuk dan berkembang biak. Saat ini pencegahan terhadap kuman
salmonella sudah bisa di lakukan dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-
typoid- paratypoid) atau tipa (typoid- paratypoid). Untuk anak usia 2 tahun yan
masih rentan, bisa juga di vaksinasi.
b. Menemukan dan mengawasi pengidap kuman (carrier). Pengawasan di lakukan
agar dia tidak lengah terhadap kuman yang di bawanya. Sebab jika dia lemah
sewaktu waktu penyakitnya akan kambuh.
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo Tjokronegoro & Hendra Utama. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I.
Edisi ke Tiga. FKUI. Jakarta. 1997
Ranuh, Hariyono dan Soeyitno, dkk. Buku Imunisasi Di Indonesia, edisi pertama.
Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2001.
Soegeng Soegijanto. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba
Medika. Jakarta. 2002.
Hidayat AA, (2006), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, (edisi 1), Jakarta,
Salemba Medika.
Hidayat AA, (2006), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, (edisi 2), Jakarta,
Salemba Medika.