Hiroshima: Kompleksitas Pengambilan Keputusan yang Mengubah Dunia
Oleh Binar Sari Suryandari, 1006664685
A. Summary
‘Hiroshima’ merupakan sebuah drama historikal yang dikemas menyerupai sebuah film
dokumenter. ‘Hiroshima’ memperlihatkan proses terjadinya salah satu peristiwa sejarah
terbesar yang banyak berpengaruh dalam dunia internasional. Dengan melihat judulnya,
dapat langsung diketahui peristiwa apa yang dimaksud, yaitu pemboman kota Hiroshima,
Jepang oleh Amerika Serikat pada tanggal 6 Agustus 1945. Film ini secara detil mengisahkan
bagaimana kompleksnya proses penentuan strategi dan pengambilan keputusan terkait
pemboman tersebut dapat akhirnya dilaksanakan. Film ini disajikan tidak hanya dalam satu
sudut pandang, tetapi film ini menampilkan apa yang terjadi di kubu Amerika Serikat dan
juga apa yang terjadi di kubu Jepang. Film ini juga dilengkapi dengan opini, pendapat serta
kesaksian dari para saksi dan orang-orang yang berhasil selamat pada masa itu. Dikemas
sedemikian rupa, film ini terlihat merefleksikan apa yang benar-benar terjadi pada masa akhir
perang dunia kedua tersebut.
Film ini dimulai dengan berita kematian Presiden Amerika Serikat pada masa itu, yaitu
F.D. Roosevelt tepatnya pada tanggal 12 April 1945 dan kursi kepemimpinan selanjutnya
diduduki oleh Harry Truman selaku wakil presiden. Pada saat masih menjabat sebgai wakil
presiden, Harry Truman adalah seseorang yang dianggap kurang aktif. Truman tidak begitu
mengerti mengenai proyek rahasia (Manhattan Project) tentang pembuatan bom atom yang
sedang dikembangkan di Los Alamos, sedangkan ia harus segera memutuskan apa yang
harus dilakukan oleh negaranya. Apakah bom itu perlu dijatuhkan di Jepang masih menjadi
pertanyaan besar saat itu. Perdebatan dan diskusi sangat sering dilakukan oleh Amerika
Serikat untuk dapat segera mengambil keputusan yang dianggap terbaik terkait penjatuhan
bom di Jepang.
Perundingan pun sering pula dilakukan oleh pihak Jepang. Jepang seringkali
mendiskusikan tentang strategi yang akan mereka jalankan untuk dapat melawan Sekutu.
Banyaknya korban yang telah jatuh menjadi salah satu pertimbangan dalam melakukan 1
perlawanan, terutama setelah tenggelamnya kapal Yamato oleh Amerika Serikat. Namun
semangat Jepang sangat besar, mereka pantang menyerah dan bersedia mengerahkan segala
kemampuannya untuk dapat terus melawan Sekutu. Jepang pun berusaha memperoleh
dukungan dari Uni Soviet, namun Uni Soviet tidak kunjung menjawab ajakan Jepang.
Pengambilan keputusan pemboman adalah proses yang sangat sulit dan kompleks. Di
Jepang, letak pabrik senjatanya berada di tengah pemukiman pekerjanya. Hal ini membuat
pihak Amerika Serikat kembali berpikir perlukah pemboman ini diteruskan. Namun,
banyaknya dana yang telah terpakai untuk membiayai pembuatan gadgets ini, serta keinginan
untuk menyelesaikan apa yang telah dimulai oleh FDR membuat pemboman ini akan tetap
dilaksanakan. Amerika bersikukuh akan tetap menyerang Jepang hingga Jepang menyerah
tanpa syarat kepada Sekutu. Tetapi, Korechika Anami, Menteri Perang Jepang, mengatakan
bahwa menyerah bukanlah suatu pilihan, dan Jepang tidak akan menyerah.
Setelah melalui uji coba dan berbagai perundingan tentang tidak adanya tanda-tanda
bahwa Jepang akan menyerah, akhirnya Truman memutuskan untuk menjatuhkan bom itu
kepada Jepang. Target awal pemboman adalah Kyoto, Hiroshima, Yokohama, Kokura, dan
Nigata. Pada dasarnya kota-kota ini merupakan tempat instalasi senjata, lokasi konsentrasi
pasukan dan pabrik alat perang. Namun Kyoto dihapuskan dari daftar sasaran karena Harry
Stimsons, selaku Sekretaris Perang berpendapat bahwa Kyoto merupakan pusat peninggalan
sejarah yang dianggap religius oleh bangsa Jepang. Stimsons khawatir jika Kyoto menjadi
target, Jepang tidak akan mau berdamai dengan Amerika Serikat. Hal inilah yang membuat
membuat Hiroshima berada di daftar target paling utama. Sesuai dengan Deklarasi Potsdam,
ultimatum pun telah diberikan oleh Amerika kepada Jepang tentang pemboman itu untuk
memberikan mereka satu kesempatan terakhir dan menyerah kepada Amerika Serikat. Di
Tokyo, perdana menteri Suzuki mendeklarasikan bahwa ia akan ‘mokusatsu’ ultimatum yang
diberikan, yang diartikan oleh pemerintah Amerika Serikat sebagai ‘menanggapi tanpa kata-
kata’.
Pada tanggal 6 Agustus 1945, pesawat Enola Gay berhasil menjatuhkan bom yang
diberi nama “Little Boy” di Hiroshima. Amerika Serikat menunggu pernyataan menyerah dari
Jepang, namun itu tak kunjung dating karena Jepang tidak percaya bahwa Amerika Serikat
2
memiliki banyak bom atom. Akhirnya “Fat Man” pun dijatuhkan di kota Nagasaki. Kaisar
Hirohito yang mendengarnya akhirnya memutuskan untuk mengakhiri perang dan menyerah
tanpa syarat kepada Sekutu.
B. Literature-Review
Dalam film ini terdapat hal-hal yang menarik untuk diketahui lebih lanjut. Hal-hal yang
dimaksud adalah penghapusan Kyoto dari sasaran utama pemboman oleh Amerika Serikat
dan adanya kesulitan penerjemahan kata ‘mokusatsu’ yang diucapkan oleh Perdana Menteri
Suzuki saat menjawab ultimatum dari Amerika Serikat. Hal-hal tersebut menarik untuk
dibahas lebih dalam dengan bantuan beberapa literatur yang dapat membantu penjelasan
mengenai dua hal yang mempengaruhi pertimbangan akan pemboman yang akan dilakukan
oleh pihak Amerika Serikat.
Hal menarik pertama adalah penghapusan kota Kyoto dari daftar target pemboman.
Film ‘Hiroshima’ menunjukkan kepedulian hati seorang Henry Stimsons terhadap masa lalu,
dan kebaikan hatinya di tengah saat terburuk sekalipun. Hal ini menarik karena pada
dasarnya Amerika Serikat dianggap kejam karena telah menjatuhkan teknologi bom atom
terhebat yang tidak pernah dijatuhkan lagi sejak peristiwa Hiroshima dan Nagasaki. Adanya
kepedulian dari Stimsons akan hal-hal religius semacam ini membuat wajah Amerika Serikat
menjadi tidak sekejam sebelumnya. Selain itu, dalam sebuah buku biografi Henry Stimsons
dikatakan bahwa Kyoto merupakan tempat bulan madu dari Henry Stimsons sendiri.1
Kenangan itulah yang juga mendukung pernyataan tidak setuju akan penentuan Kyoto
sebagai target utama yang keluar dari mulutnya, di samping pengetahuannya akan kota
Kyoto sebagai kota yang sangat penting dari segi budaya dan sejarah. Dari kutipan tersebut
dapat diketahui bahwa adanya campur tangan dari memori pribadi dapat mengubah
keputusan politik, serta adanya apresiasi yang diberikan oleh Truman selaku presiden
terhadap kenangan yang dimiliki Stimsons akan Kyoto juga merupakan hal sensitif yang
menarik di dalam peristiwa besar yang telah menjadi sejarah penting ini.
1 David F. Schmitz, Henry L. Stimson: The First Wise Man, (Rowman & Littlefield, 2001), hlm. 1823
Hal menarik lainnya yang juga ditampilkan dalam film Hiroshima ini adalah adanya
kesulitan penerjemahan pada kata ‘mokusatsu’. Hal ini terlihat saat Truman membuka
jawaban ultimatum dari Jepang yang sudah diterjemahkan tetapi masih mengandung kata
‘mokusatsu’ di dalamnya dan akhirnya berhasil diterjemahkan sebagai ‘treat with silent
contempt’ atau ‘menanggapi ultimatum tanpa kata-kata’. Ditemukan dalam Surya Online
bahwa kesalahan penerjemahan inilah yang membuat bom atom dijatuhkan terhadap Jepang.
Kata ‘mokusatsu’ pada saat itu diterjemahkan sebagai ignoring, dan pemerintah Amerika
Serikat mengira ignoring sama dengan rejecting yang artinya menolak ultimatum yang telah
diberikan. Padahal sebenarnya kata tersebut bermaksud ‘give it the silent treatment’ yang
berarti pemerintah Jepang akan diam saja dan menunggu tindakan Uni Soviet.2 Kesalahan
terjemahan ini berarti telah membuat sejarah dunia karena hal inilah yang membuat Amerika
Serikat akhirnya memutuskan untuk menjatuhkan bom di kota Hiroshima pada tanggal 6
Agustus 1945.
C. Analysis
Film Hiroshima ini menguak banyak hal yang sebelumnya tidak diketahui oleh orang-
orang awam. Film ini menceritakan peristiwa sejarah yang luar biasa berpengaruh dalam
dunia internasional. Setelah kejadian ini, dunia berubah. Jepang menyerah kepada Sekutu,
perang dunia kedua selesai, negara-negara di bawah jajahan Jepang pun berhasil merdeka
satu persatu, termasuk Indonesia. ‘Hiroshima’ merefleksikan apa yang benar-benar terjadi
pada masa itu. Dan dari film ini dapat terlihat bahwa perang dunia kedua sungguh tidak
berperikemanusiaan dan menjadi sejarah besar karena saat inilah ditemukannya teknologi
persenjataan nuklir terhebat yang tidak pernah digunakan lagi. Dan sejak ini pula,
kemanusiaan dan perdamaian menjadi ideologi bagi banyak negara di dunia.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, film ini juga menggambarkan betapa
kompleksnya sebuah pembuatan keputusan dalam strategi pertahanan maupun perlawanan.
Pemakaian bom atom nuklir pun menjadi sebuah keputusan yang ternyata tidak mudah untuk
dipertimbangkan dan dilaksanakan, banyak perundingan yang harus dilewati, hal-hal yang
2 Satwiko Rumekso, “Pemboman Hiroshima Akibat Salah Terjemahan Bahasa”, http://www.surya.co.id/, 17:164
perlu dipertimbangkan, dan pendapat-pendapat yang perlu ditampung dan disaring. Namun
pada akhirnya keputusan yang dianggap dapat menghentikan perang paling cepatlah yang
akhirnya diambil.
Perlu tidaknya penjatuhan bom atom di Jepang pada masa itu masih menjadi
perdebatan hingga kini. Bom atom dianggap terlalu kejam, sadis, dan tidak
berperikemanusiaan sehingga tidak seharusnya digunakan. Namun dibalik kekejaman dan
penderitaan yang diakibatkan oleh bom atom tersebut, perang akhirnya selesai. Jika bom
tidak digunakan, perang dunia diprediksikan akan terus berlanjut dan memakan lebih banyak
korban. Selesainya perang dunia pun memiliki banyak dampak positif, salah satunya adalah
merdekanya negara kita, Indonesia. Dan jika Jepang tidak kalah, penjajahan Jepang di
Indonesia pun diperkirakan akan terus berlanjut. Menurut pendapat saya, perang memang
seharusnyalah dihentikan, karena perang sangat tidak manusiawi dan merugikan banyak
pihak. Pada peristiwa ini, bom atom digunakan sebagai alat untuk menyelesaikan perang
dikarenakan tidak adanya tanda-tanda bahwa salah satu pihak akan menyerah. Kedua pihak
sama-sama berusaha untuk terus bertahan dan memberikan perlawanan. Jika salah satu pihak
memberikan tanda akan menyerah sebelum adanya penjatuhan bom, kemungkinan bom akan
dijatuhkan menjadi sangat kecil. Oleh karena itulah, menurut pendapat saya, bom atom ini
berperan penting dalam proses penyelesaian perang dan dalam penciptaan dunia yang lebih
baik. Setelah perang dunia kedua usai, negara-negara di dunia mampu hidup dengan lebih
tenang dan berdampingan dengan lebih damai.
5