Referat SkleritisPembimbing: dr. Irastri Anggraini, Sp.MDisusun oleh: Felix Hariyanto SalimUNTAR
Anatomi Sklerabagian putih bola mata, kelanjutan dari kornea. putih buram dan tidak tembus cahaya, kecuali kornea. dinding bola mata yang paling keras dengan jaringan pengikat yang tebal, yang tersusun oleh serat kolagen, jaringan fibrosa dan proteoglikan dengan berbagai ukuran. Pada anak-anak, sklera lebih tipis dan menunjukkan sejumlah pigmen, tampak berwarna biru. pada dewasa karena terdapatnya deposit lemak, sklera tampak sebagai garis kuning
Sklera merupakan berkas berkas jaringan fibrosa yang teranyam sejajar, tebalnya mencapai 10-16m dan lebar 100-140mLapisan episklera, stroma, lamina fuska, endotel.
SkleraSklera dimulai dari limbus, dimana berlanjut dengan kornea dan berakhir pada kanalis optikus yang berlanjut dengan dura. Enam otot ekstraokular disisipkan ke dalam sklera. rangsangan sensoris dari nervus siliaris posterior. Sklera merupakan organ tanpa vaskularisasi, menerima rangsangan tersebut dari jaringan pembuluh darah yang berdekatan (plexus episclera dan choroid).
Skleritis
Definisi gangguan granulomatosa kronik yang ditandai oleh destruksi kolagen, sebukan sel dan kelainan vaskular yang mengisyaratkan adanya vaskulitis
Epidemiologi Usia dekade 5Laki : perempuan 1 : 1,6Tidak ada perbedaan ras
Etiologi
Patofisiologi Degradasi enzim dari serat kolagen dan invasi sel T dan makrofag skleritis.
Penyakit imun sistemik dan penyakit kolagen vaskularDisregulasi dan kerusakan vaskular granulomatosaInflamasi Skleritis Iskemik dan nekrosis Penipisan dan perforasi bola mata
Klasifikasi Anterior Posterior
Skleritis anterior Skleritis anterior difusSkleritis anterior nodularSkleritis anterior nekrosis dengan inflamasiSkleritis anterior nekrosis tanpa inflamasi
Diagnosis
Mata merahMata berair Rasa nyeri (tersering, indikator inflamasi aktif)Timbul dari stimulasi langsung dan peregangan ujung saraf akibat adanya inflamasi. Karakteristik nyeri terasa berat, nyeri tajam menyebar ke dahi, alis, rahang dan sinus, pasien terbangun sepanjang malam, kambuh akibat sentuhan. FotofobiaSpasmePenurunan ketajaman penglihatan.
Necrotizing anterior scleritis with inflammation mengeluhkan rasa nyeri yang hebat disertai tajam penglihatan yang menurun, bahkan dapat terjadi kebutaan.
Non-necrotizing scleritis Tajam penglihatan biasanya tidak akan terganggu, kecuali bila terjadi komplikasi seperti uveitis.
Riwayat penyakit dahulu :Penyakit vascular atau penyakit jaringan ikat. Penyakit infeksiPenyakit miscellaneous (atopi, gout, trauma kimia, rosasea)Trauma tumpul atau trauma tajam pada mataObat-obatan seperti pamidronate, alendronate, dllPost pembedahan pada mata
Pemeriksaan FisikPemeriksaan tajam penglihatanPemeriksaan UmumPemeriksaan SkleraPemeriksaan dengan Slit-lampFunduskopi
Pemeriksaan Fisik dan OfthalmologiPemeriksaan tajam penglihtanVisus normal atau menurunGangguan visus lebih jelas pada skleritis posterior
Pemeriksaan umum pada kulit, sendi, jantung, dan paru-paru dapat dilakukan apabila dicurigai adanya penyakit sistemik.
Pemeriksaan sclera Sklera tampak difus, merah kebiru-biruan Setelah beberapa peradangan, akan terlihat daerah penipisan sklera Area berwarna hitam, abu-abu, atau coklat yang dikelilingi oleh peradangan aktif menandakan proses nekrosis.
Apabila proses berlanjut area tersebut menjadi avaskuler menghasilkan sequester berwarna putih di tengah dan di kelilingi oleh lingkaran berwarna hitam atau coklat gelap.
Pemeriksaan slit-lamp Untuk menentukan adanya keterlibatan secara menyeluruh atau segmental. Injeksi yang meluas ciri khas dari diffuse anterior scleritis.Pada skleritis kongesti maksimum terdapat dalam jaringan episkleral bagian dalam dan beberapa pada jaringan episklera superficial.
Sudut posterior dan anterior terdorong maju atau bergeser ke depan karena adanya edema pada sclera dan episklera.Penggunaan lampu hijau dapat membantu mengidentifikasi area avaskuler pada scleraPemeriksaan kelopak mata untuk kemungkinan blefaritis atau konjungtivitis dapat dilakukan.
Pemeriksaan skleritis posterior Dapat ditemukan tahanan gerakan mata, sensitivitas pada palpasi dan proptosisPemeriksaan funduskopi papiledema, lipatan koroid dan perdarahan atau ablation retina
Scleritis diffusSclero malaciaScleritis necroticansScleritis nodulair
Penebalan dan edema sklera dan injeksi yang meluas
Hanya ditemukan injeksi vaskular ringan di segmen anterior
Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan darah lengkap dan laju endap darahFaktor rheumatoid dalam serumAntibodi antinuklear serum (ANA)Serum antineutrophil cytoplasmic antibodies (ANCA)PPD (Purified protein derivative/mantoux test), rontgen toraksSerum FTA-ABS, VDRLSerum asam uratB-Scan Ultrasonography dapat membantu mendeteksi adanya skleritis
B-Scan Ultrasonography pada skleritis posterior menunjukkan adanya akumulasi cairan pada kapsul tenon
Diagnosis Banding
EpiskleritisReaksi radang jaringan ikat vaskuler yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera
EpiskleritisUnilateral > 60 %Penyebab tak diketahuiReaksi hiper sensitifBerhubungan dgn penjakit sistemisArtritis rematoid, sifilisd, tuberkulosa 2 Type : Simple & NodulerBenigna
Gambar episkleritisMerah, sakit, fotopobi , lunak, lakrimasiTopikal steroid efektif
Pelebaran pembuluh darah sklera yang tidak mengecil dengan pemberian fenilefrin 2,5% topikal
Pembuluh darah episklera ini mengecil setelah diberi fenilefrin 2,5% topikal
Penatalaksanaan
NSAID Skleritis non nekrotikanflubiprofen 100 mg tiga kali sehari indometasin 25-50 mg 3 kali sehari. Tumor necrosis factor (TNF) seperti remicade skleritis yang berhubungan dengan rheumatoid arthritis
Glukokortikoid sistemikIndikasi:penggunaan NSAID tidak efektifkasus skleritis nekrotikan anterior pada skleritis posterior. Dosis dimulai sebanyak 1 mg/kgBB perhari (maksimal 60 mg/hari) ,tapering off Terapi kejut secara IV, 1 g/hari selama 3 hari diikuti pemberian prednisone 60mg/hari gejala progresif
Immunosupresan, indikasi:skleritis nekrotikanskleritis yang lain yang tidak terkontrol dengan pemberian glukokortikoid dosis tinggi selama 1 bulanpenggunaan prednisone lebih dari 10mg/hari sebagai dosis maintenance
Pada kasus skleritis non-nekrotikan yang membutuhkan agen glukokortikoid-sparingFirst line: methotrexate (sampai 25 mg / minggu)azathioprine (sampai 200 mg / hari) mycophenolate mofetil (1 gram dua kali sehari). 46% mencapai ketenangan dan mampu menurunkan penggunaan prednison 10 mg / hari. lini kedua untuk skleritis termasuk kalsineurin inhibitor (siklosporin atau tacrolimus), infliximab, atau rituximab.
Terapi bedahPada beberapa kasus skleritis anterior nekrotikan atau scleromalacia perforans mengatasi perluasan penipisan sclera dan mencegah pecahnya bola mata.Operasi pencangkokan sklera: donor sklera, periostium, atau fasia lata.
Komplikasi kehilangan peglihatan necrotizing scleritis (82%).Uveitis anterior (42%)katarak (17%)glaukoma (13%) dan penyakit segmen posterior pada 6%.
Prognosis Skleritis nekrotikans memiliki prognosis yang kurang baik dibandingkan jenis skleritis yang lainPrognosis skleritis tidak berhubungan dengan penyakit sistemik seringkali lebih baik dibandingkan skleritis disertai infeksi atau penyakit autoimun.
*