STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE GROUP TO GROUP EXCHANGE (GGE) PADA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII DI
SMPN 1 TALAMAU, PASAMAN BARAT
Diajukan Sebagai Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika
NINING YURIANI2411.037
Dosen pembimbing
M.IMAMMUDDIN, M.Pd
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
MATEMATIKA VB
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SJECH M.
DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
SUMATERA BARAT
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang sangat penting dan dibutuhkan
oleh umat manusia untuk menjalani hidupnya. Allah SWT sangat memandang
orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan memperingatkan manusia agar
mencari ilmu pengetahuan. Sebagaimana dijelaskan dalam Alquran surah Al-
Mujaadilah ayat 11 yang berbunyi:
Artinya :“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan”1.
Berdasarkan surah Al-Mujaadilah ayat 11 di atas dapat dipahami bahwa
betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi kelangsungan hidup manusia. Karena
1Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2005) h. 434
dengan ilmu pengetahuan, Allah akan meninggikan derajat manusia dan dengan
ilmu pengetahuan manusia akan mengetahui apa yang baik dan yang buruk, yang
benar dan yang salah, yang membawa manfaat dan yang membawa mudharat.
Termasuk dalam mempelajari matematika, karena matematika juga merupakan
salah satu cabang dari ilmu pengetahuan.
Pendidikan matematika merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat
penting peranannya dalam upaya membina dan membentuk manusia berkualitas
tinggi. Dalam perkembangan modern, matematika memegang peranan penting
karena dengan bantuan matematika semua ilmu pengetahuan sempurna.
Pembelajaran matematika di sekolah merupakan saran berfikir yang jelas, kritis,
kreatif, sistematis, dan logis. Arena untuk memecahkan masalah kehidupan
sehari-hari, mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman dan
perkembangan kreatifitas.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk saat sekarang ini
merupakan suatu langkah yang sangat penting. Dimana manusia pada masa
globalisasi dan industrialisasi dituntut memiliki kemampuan lebih, guna
meningkatkan kualitas hidup. Ini tercermin dari ideologi bangsa Indonesia yaitu
Pancasila dan UUD 1945, bahwa pembangunan nasional di bidang pendidikan
adalah upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas
manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur.
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan
meningkatkan mutu pendidikan, terutama pendidikan matematika dan sains.
Meskipun ilmu dan pendidikan yang didapatkan itu sama pentingnya, namun yang
paling penting adalah bagaimana ilmu yang didapatkan tersebut mampu
mengarahkan kehidupan manusia menjadi lebih baik dan benar dimasa yang akan
datang.
Berbicara tentang pendidikan tentu saja tidak terlepas dari pendidikan
matematika, yang mana matematika tersebut sangat berpengaruh terhadap
kehidupan manusia. Matematika adalah aktivitas manusia2. Matematika juga
merupakan salah satu ilmu yang memegang peranan penting dalam pembentukan
pola pikir siswa. Besarnya peranan matematika membuat matematika dipelajari
secara luas, mulai dari jenjang pendidikan terendah sampai ke jenjang tertinggi.
Selain itu melalui pembelajaran matematika dapat dikembangkan pemikiran-
pemikiran yang kritis, logis, dan sistematis dalam menyelesaikan masalah. Akan
tetapi pada kenyataannya matematika sering dianggap sebagai pelajaran yang
sulit, menakutkan, dan membosankan bagi sebagian besar anak sekolah, meskipun
tidak sedikit yang menyenangi pelajaran ini.
Matematika memang tergolong suatu ilmu yang cukup sulit
untuk dipahami dan dimengerti. Dalam dunia pendidikan tidak
begitu banyak siswa yang menyenangi matematika namun
masih ada siswa yang menganggap matematika sebagai suatu
ilmu yang menantang untuk dipelajari. Jadi, dalam pembelajaran
guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang
diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang
merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan
2 Erman Suherman. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer ,(Bandung: JICA 2001), h. 17
perencanaan pengajaran yang matang oleh guru3. Guru dan
siswa senantiasa dituntut agar menciptakan suasana lingkungan
belajar yang baik dan menyenangkan, menantang dan
menggairahkan4. Dari kedua pernyataan tersebut maka guru
harus berusaha semaksimal mungkin untuk menciptakan
pembelajaran matematika yang menyenangkan agar tujuan yang
inginkan dapat tercapai dan matematika tidak lagi dianggap pelajaran
yang sulit, menakutkan, dan membosankan.
Jika pembelajaran matematika yang diciptakan guru menyenangkan,
menantang dan menggairahkan maka tujuan pembelajaran matematika akan
tercapai. Pencapaian tujuan pembelajaran itu juga akan tercapai jika guru
memiliki kompetensi. Ketercapaian tujuan pembelajaran matematika dapat dilihat
dari hasil belajar matematika. Hasil belajar bergantung kepada cara guru mengajar
dan aktivitas siswa sebagai pembelajar. Guru sebagai pengajar sekaligus pendidik
harus mampu menggunakan strategi pembelajaran yang tepat sehingga diharapkan
hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Hasil belajar matematika yang diharapkan
setiap sekolah adalah hasil belajar matematika yang mencapai ketuntasan belajar
matematika siswa. Siswa dikatakan tuntas belajar matematika apabila nilai hasil
belajar matematika siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang ditetapkan sekolah.
Melaksanakan pembelajaran matematika sehingga nantinya siswa mampu
memiliki nilai yang mencapai KKM yang ditetapkan sekolah juga tidak mudah
3 Sofan Amri,………hal 894Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara,
2008) hal. 52
karena seorang guru harus melakukan penyesuaian, seperti: materi, metode,
strategi dan yang paling penting siswa yang menerima pembelajaran tersebut.
Penyesuaian dari pembelajaran matematika terkadang membuat seorang guru
dalam melaksanakan pembelajaran bersifat menyampaikan informasi kepada
siswa.
Dalam pembelajaran ini, hanya siswa yang memiliki kemampuan
akademis tinggi saja yang bisa menerima materi yang disampaikan dengan baik,
sementara siswa yang tingkat akademisnya rendah belum tentu dapat menerima
materi dengan baik, siswa bersifat pasif dalam pembelajaran. Guru menjelaskan
materi pelajaran, memberikan contoh soal kemudian memberikan soal – soal
latihan dan pekerjaan rumah kepada siswa. Kegiatan pembelajaran tersebut
tergolong kaku dan menitik beratkan pembelajaran pada guru sedangkan siswa
hanya menerima, sehingga menyebabkan siswa malas untuk mencari informasi
lain yang berhubungan dengan pembelajarannya.
Hasil wawancara yang dengan Ibu Eliwati S.Pd selaku guru
bidang studi matematika diperoleh informasi bahwa beliau masih
mendapatkan kendala dalam upaya meningkatkan hasil belajar
matematika. Kendala tersebut adalah kurangnya partisipasi
siswa dalam pembelajaran matematika, siswa cepat lupa materi
yang telah diajarkan karena kurangnya pemahaman siswa
terhadap konsep yang diajarkan dan seringnya matematika
dianggap oleh siswa sebagai mata pelajaran yang sulit untuk
dipahami konsep-konsepnya, serta yang cendrung terjadi dari
sebagian besar siswa adalah mengandalkan pembelajaran yang
mereka dapatkan di sekolah.
Kendala dalam pembelajaran matematika disebabkan
model pembelajaran yang masih terpusat pada guru, dimana guru
menjelaskan materi terlebih dahulu diiringi dengan beberapa contoh soal,
kemudian siswa diminta untuk mengerjakan latihan dan di akhir pembelajaran
siswa diberikan tugas sehingga siswa kurang terlibat aktif dalam
pembelajaran. Siswa lebih cenderung menerima apa saja yang
disampaikan oleh guru, lalu mencatat apabila diminta untuk
mencatat yang ada di papan tulis. Jika tidak mengerti dengan
penjelasan guru dan apa yang ada di papan tulis sebagian besar
siswa malu untuk bertanya kepada guru ataupun teman
sekelasnya. Jika diberikan soal berbeda dengan apa yang telah di
ajarkan guru sebelumnya sebagian besar dari siswa terkadang
sulit untuk memecahkannya ataupun menyelesaikannya dan
yang dilakukan hanya menunggu jawaban dari teman sekelas
yang dianggap pintar tanpa berusaha berdiskusi tentang soal
yang tidak dimengerti tersebut.
Pembelajaran yang sebagian besar berpusat pada guru dan
siswa malu untuk bertanya dan berdiskusi itu berdampak
terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP N 1
TALAMAU, Kab. Pasaman Barat. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan
harian matematika siswa kelas VIII SMP N 1 TALAMAU.
Tabel 1.1: Nilai Ulangan Harian Matematika Pada Mata
Pelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMP N
1 TALAMAU.
Kelas Jumlah siswa
KKM Hasil Ulangan Presentase Ketuntasan
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
VIII1 21
65
12 9 57,1
%
42.9%
VIII2 23 14 9 60.8%
39.2%
VIII3 21 11 10 52.4%
47.6%
VIII4 25 15 10 60% 40%
Sumber: Guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP N
1 X Koto5
Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa sebagian besar siswa
kelas VII SMP N 1 TALAMAU belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah berdasarkan kemampuan
rata – rata siswa, ketercapaian kompetensi dasar, dan kemampuan daya
dukung. Jadi, rata- rata nilai KKM untuk mata pelajaran matematika pada
kelas VIII ini adalah 65.
5 Ibu Emmizola, S.Pd, Guru Matematika SMP N 1 X Koto, pada hari Senin 11 Maret 2013
Berdasarkan uraian di atas diduga penyebab rendahnya
hasil belajar bersumber dari guru adalah proses
pembelajaran yang berpusat pada guru. Penyebab yang
bersumber dari siswa adalah kurang terlibat aktif dalam
pembelajaran, lebih cenderung menerima apa saja yang
disampaikan oleh guru, mencatat apabila diminta mencatat
apa yang ada di papan tulis, malu bertanya kepada guru
atau berdiskusi dengan teman yang memiliki kemampuan
lebih di kelas tentang soal yang tidak dimengerti dan apabila
diberikan soal yang berbeda dengan apa yang diajarkan
sebelumnya akan menyebabkan siswa sulit untuk
memecahkannya.
Beberapa cara telah dilakukan oleh guru bidang studi dalam proses
perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar, contohnya dengan
mengadakan belajar tambahan, memberikan soal – soal latihan sebelum
mengadakan ulangan dan menyuruh siswa untuk belajar berkelompok di luar
jam sekolah agar siswa lebih memahami pembelajaran yang dibahas
sebelumnya disekolah namun hal ini kurang terlaksana. Usaha ini belum
membuahkan hasil sesuai dengan yang diharapkan yaitu mencapai KKM
yang ditetapkan. Sehingga perlu dilaksanakan pembelajaran yang dapat
mengaktifkan siswa, mendorong siswa mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri dan mengembangkan kegiatan siswa dalam meningkatkan komunikasi
serta interaksi sesama siswa melalui kegiatan berdiskusi, bertanya sehingga
siswa dapat mengkomunikasikan gagasannya kepada siswa lain serta
memecahkan masalah matematika untuk meningkatkan hasil belajar
matematika siswa.
Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar
menyebabkan pembelajaran itu lebih berarti dan bermakna. Sehingga, dari
berbagai permasalahan yang ditemui dalam proses pembelajaran di atas
dibutuhkanlah strategi pembelajaran yang tidak berpusat pada guru,
dapat melibatkan peran siswa secara aktif, memahami materi
yang dipelajari mau berdiskusi dengan teman yang dibagi
perkelompok tentang materi yang tidak dimengerti dan
memberikan kesempatan siswa untuk menjadi guru bagi
siswa yang lainnya karena sebagian siswa terkadang mampu
memahami pembelajaran melalui temannya. Salah satu usaha
yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan
memilih strategi pembelajaran yang tepat, strategi pembelajaran yang
diharapkan dapat membantu siswa aktif, dapat berdiskusi dengan teman yang
dibagi perkelompok dan nantinya siswa memberikan penjelasan hasil diskusi
kelompoknya kepada teman kelompok lainnya adalah strategi Group to
Group Exchange (GGE)/ Pertukaran Kelompok dengan Kelompok. Melalui
strategi belajar aktif tipe GGE ini, siswa bisa mendengar, melihat,
mengajukan pertanyaan tentang materi yang dipelajari, dan mendiskusikan
materi dengan siswa lain. Dalam strategi ini, tugas - tugas yang berbeda
diberikan kepada kelompok siswa yang berbeda. Setiap kelompok
“mengajarkan” kepada siswa lain apa yang ia pelajari6.
Pemberian tugas yang berbeda kepada siswa akan mendorong mereka
untuk tidak hanya belajar bersama tetapi juga mengajarkan satu sama lain.
Jadi masing – masing kelompok diberi tugas untuk mempelajari satu topik
materi dan siswa dituntut untuk menguasai materi karena setelah kegiatan
diskusi kelompok berakhir, siswa akan bertindak sebagai guru bagi siswa
yang lain dengan mempresentasikan hasil diskusinya kepada kelompok lain di
depan kelas
Allah SWT dalam surat An Nisa ayat 71 :
“hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama!”7
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa Allah SWT menyuruh
orang-orang yang beriman untuk maju bersama-sama di medan pertempuran.
Hal ini berlaku juga bagi seorang siswa dalam pembelajaran karena dalam
menuntut ilmu juga merupakan medan pertempuran. Medan pertempuran
yang tidak mengandalkan senjata tajam namun mengandalkan pemikiran –
pemikiran yang berguna untuk meningkatkan hasil pembelajaran. Jadi,
berkelompok – kelompok mungkin lebih baik karena dengan berkelompok
6 Melvin L. Silberman. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. (Bandung: Nusamedia & Nuansa, 2010) hal. 178
7 DEPAG RI, Alqur’an dan terjemahannya Special for Women. (Bogor:SYGMA, 2007) hal.79
siswa tidak malu untuk mengeluarkan gagasannya, mendiskusikan hal yang
tidak dipahaminya dan tentunya berguna dalam menunjang proses
pembelajaran.
Berdasarkan uraian – uraian di atas, maka penulis bermaksud
untuk melakukan suatu penelitian dalam bentuk penelitian
eksperimen dengan judul “Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Group
to Group Exchange (GGE) Pada Pembelajaran Matematika Siswa
Kelas VII SMP N 1 TALAMAU”
A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat di identifikasikan
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Hasil belajar matematika yang belum mencapai KKM
2. Siswa malu bertanya apabila menemui kesulitan
3. Proses pembelajaran yang berpusat pada guru
4. Kurangnya aktivitas siswa selama pembelajaran
5. Kurangnya diskusi antara siswa dalam proses pembelajaran
B. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terfokus, maka penulis membatasi masalahyang
akan diteliti yaitu:
1. Aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran matematika dengan
strategi pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) pada
kelas VII SMP N 1 TALAMAU
2. Hasil belajar matematika siswa dengan pembelajaran menggunakan
strategi pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) pada
kelas VII SMP N 1 TALAMAU.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, masalah dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika
dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Group to Group
Exchange pada kelas VII SMP N 1 TALAMAU?
2. Apakah hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran matematika
dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Group to Group
Exchange lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional pada kelas VII SMP N 1 TALAMAU?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti dan informasi yang
diharapkan, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika
dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Group to Group
Exchange pada kelas VII SMP N 1 TALAMAU
2. Mengetahui hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
strategi pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange, apakah lebih
baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada
kelas kelas VII SMP N 1 TALAMAU.
E. Defenisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami skripsi ini, maka peneliti
akan menjelaskan beberapa istilah:
1. Strategi Pembelajaran Aktif
Strategi pembelajaran aktif merupakan perencanaan yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan dan
memotivasi siswa untuk menguasai pembelajaran secara
optimal.
2. Pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE)
Pembelajaran Aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) adalah salah
satu strategi pembelajaran aktif yang menuntut siswa untuk berfikir
tentang apa yang dipelajari, berkesempatan untuk berdiskusi dengan
teman, bertanya dan membagi pengetahuan yang diperoleh kepada yang
lainnya.
3. Pembelajaran Matematika
Suatu pembelajaran yang mengajarkan konsep matematika secara konkrit
dan mudah dipahami oleh siswa dengan pelaksanaannya harus
memperhatikan kesiapan intelektual siswa
4. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada
guru, dimana dalam prosesnya cenderung menggunakan metode
ekspositori, guru menyampaikan konsep dari materi, selanjutnya siswa
diberikan contoh soal, kemudian diminta untuk mengerjakan latihan
untuk mengecek pemahaman siswa
3. Aktivitas siswa
Aktivitas siswa dapat diartikan sebagai semua kegiatan yang dilakukan
siswa selama mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan
strategi pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE).
Adapun aktivitas yang diamati adalah Oral activities dan Mental activities
4. Hasil Belajar
Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
hasil belajar siswa pada ranah kognitif yang diperoleh
setelah siswa melaksanakan tes hasil belajar pada
pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif
tipe Group to Group Exchange (GGE).
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritis
Secara umum, studi ini memberikan sumbangan kepada pembelajaran
matematika, utamanya pada layanan peningkatan kemampuan konsep
siswa dalam pembelajaran matematika. Pengharapan guru (Teacher
ecpectations) adalah bagaimana guru menciptakan prestasi akademik saat
ini dan pada waktu yang akan datang dan tingkah laku siswanya secara
umum. Harapan guru tersebut meliputi keyakinan guru (teachers belief)
terhadap peningkatan kemampuan pemahaman siswa, potensi siswa dalam
berdiskusi, berintekrasi dan kesulitan materi yang dihadapi siswa,
menggunakan model lain, studi ini memperkaya proses pembelajaran
matematika dengan strategi pembelajaran aktif tipe Group to Group
Exchange (GGE).
Secara khusus, studi ini memberikan kontribusi kepada strategi
pembelajaran matematika berupa kemampuan berintekrasi siswa dalam
proses pembelajaran matematika yang terkadang siswa berkemampuan
akademik rendah mampu memahami pelajaran jika dijelaskan oleh teman
sebayanya yang memiliki kemampuan lebih. Jadi studi ini bertujuan untuk
membangun interaksi yang kuat sesama siswa dalam proses pembelajaran
matematika.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru dan siswa. Bagi
guru matematika, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
menyelenggarakan layanan pembelajaran yang inovatif dan dapat di
aplikasikan untuk mengembangkan strategi – strategi pembelajaran lebih
lanjut. Bagi siswa, proses pembelajaran ini dapat meningkatkan
pemahaman konsep dan kemampuan berfikir dalam bidang matematika
maupun secara umum, kemampuan berdiskusi sehingga berguna dalam
kehidupan sehari – harinya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar dan Pembelajaran
Terdapat beberapa pengertian belajar yang bersesuaian dengan cara
pandang seseorang terhadap belajar itu sendiri. Menurut pengertian secara
psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan – perubahan tersebut akan nyata
dalam seluruh aspek tingkah laku. “Belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.”8 Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang
bernilai edukatif.9 Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru
dan murid.
Sementara itu, menurut konsep sosiologi, belajar adalah jantungnya
dari proses sosialisasi. Pengertian ini juga diperkuat oleh Skinner yang
berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian
tingkah laku yang berlangsung secara progresif10. Sedangkan Fontana
mengemukakan belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang
relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman.
Dalam belajar, proses belajar terjadi dalam benak siswa. Jelas bahwa
faktor siswa sangat penting. Kepentingannya dapat ditinjau dari proses
terjadinya perubahan, karena salah satu hakikat belajar adalah terjadinya
perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Perubahan itu
akan memberikan hasil yang optimal jika perubahan itu memang dikehendaki
oleh yang belajar, bermakna bagi siswa (menurut Ausubel)11. Dengan kata
lain proses aktif dari orang yang belajar dalam rangka tujuan tersebut
merupakan faktor yang sangat penting. Dengan demikian maka belajar aktif
akan memberikan hasil yang lebih bermakna bagi tercapainya tujuan dan
tingkat kualitas hasil belajar tersebut.
81 Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,1995) h.2
9 Setiawan. Strategi Pembelajaran Matematika SMA. (Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008) h. 4
10Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosa Karya ) h. 9011 Setiawan. …h. 8
Teori mengenai pembelajaran menurut Jeanne Ellis Ormrod adalah
pembelajaran sebagai perubahan jangka panjang dalam representasi atau
asosiasi mental sebagai hasil dari pengalaman12. Sedangkan menurut Fontana
pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa
agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal.13
Selain itu, menurut konsep komunikasi pembelajaran adalah proses
komunikasi fungsional antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, dalam
rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi
siswa yang bersangkutan. Guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai
komunikasikan, dan materi yang dikomunikasikan berisi pesan berupa ilmu
pengetahuan.14 Dalam hal ini peran- peran tersebut dapat berubah antara guru
dengan siswa dan sebaliknya.
Berdasarkan teori – teori di atas, maka dapat dimbil kesimpulan bahwa
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh
suatu ilmu pengetahuan secara keseluruhan dan ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan pembelajaran adalah proses
komunikasi antara siswa dengan guru, dalam rangka perubahan sikap dan
pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa agar mereka dapat belajar
sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Belajar dan pembelajaran merupakan
dua hal yang saling terkait satu sama lain, kegiatan belajar siswa akan
12Jeanne Ellis Ormrod.Psikologi Pendidikan.(Jakarta: Erlangga, 2008) h. 26913 Erman Suherman ,Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (Bandung: JICA
2001), h. 814Erman Suherman,....h. 9
terbimbing dan terarah jika diiringi oleh proses pembelajaran bersama dengan
guru dan dukungan serta motivasi dari orang tua sehingga tujuan
pembelajaran diperoleh secara maksimal.
B. Pembelajaran Matematika
Dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan
untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang
sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari
sekumpulan objek (abstraksi)15. Tujuan umum pembelajaran
matematika adalah memberikan penekanan pada
keterampilan dalam penerapan matematika, baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari
ilmu pengetahuan lainnya16.
Berdasarkan defenisi belajar dan pembelajaran, serta tujuan dari
pembelajaran matematika maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
pembelajaran matematika merupakan proses komunikasi antara siswa dengan
guru, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi
kebiasaan bagi siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan
minatnya dalam mempelajari ilmu yang bersifat abstrak namun konsep-
konsepnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari dan membantu
dalam mempelajari ilmu pengetahuan lainnya.
15Erman Suherman ,…,h. 5716 Erman Suherman, …, h. 58
C. Strategi Pembelajaran Aktif
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu
garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha
mencapai sasaran yang telah ditentukan17. Strategi
pembelajaran aktif adalah strategi belajar mengajar yang
bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan18. Mencapai
keterlibatan siswa agar efektif dan efisien dalam belajar
mengajar, yaitu dari sudut siswa, guru, situasi belajr,
program belajar, dan dari sarana belajar. Dalam
pembelajaran strategi juga diartikan sebagai pola umum
kegiatan guru, anak didik dalam perwujutan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang digariskan.
Pencapaian tujuan dalam strategi pembelajaran digunakan
sebagai acuan dalam menata pembelajaran dan menutup
kelemahan yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa
kegiatan.
Hal ini sejalan dengan pengertian strategi pembelajaran menurut para ahli yaitu:
a. Kemampuan menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secera efektif dan efesian
b. Dick dan carey menyebutkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan posedur
17 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,Strategi Belajar Mengajar,(Bandung, Rineka Cipta, 2010),hal 5
18 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Pustaka Setia, 2011), hal. 48
pembelajaran yang digunakan secara bersama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa19
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
strategi pembelajaran merupakan bagian yang sangat
penting dan memberi pengaruh terhadap pembelajaran.
Penggunaan strategi pembelajaran berguna untuk mencapai
tujuan dalam pembelajaran dan menimbulkan hasil belajar
pada siswa.
Strategi juga berfungsi untuk mengaktifkan siswa. Lebih
lanjut strategi yang mengaktifkan siswa adalah strategi
pembelajaran aktif. Menurut Melvin L. Silberman menyebutkan Strategi
Belajar Aktif (Active Learning) yaitu sebuah kesatuan sumber kumpulan
strategi pembelajaran yang komprehensif, meliputi berbagai cara untuk
membuat peserta didik menjadi aktif.20
Dalam belajar aktif siswa diajak untuk turut serta dalam pembelajaran,
tidak hanya mental tetapi juga fisik. Jika siswa aktif maka siswa akan
mendominasi proses pembelajaran. Siswa akan
mengupayakan pemecahan masalah yang diberikan kepada
mereka dalam pembelajaran aktif. Hal ini memberikan dampak
kepada siswa, yaitu merasakan suasana yang lebih menyenangkan dan
termotivasi untuk mengikuti pembelajaran sehingga hasil belajar dapat
dimaksimalkan.
19 Wina Sanjaya, ……. hal 12620 Hamdani, … hal. 49
Salah satu strategi pembelajaran aktif itu adalah Group to Group
Exchange (GGE), dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk dapat
berdiskusi perkelompok dan nantinya setiap juru bicara kelompok mampu
mempresentasikan hasil diskusinya pada kelompok lain. Cara yang digunakan
saat berdiskusi dan presentasi setelah itu siswa dituntut mampu memberikan
pemahaman materi yang didiskusikannya kepada siswa dikelompok lainnya.
Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran aktif yang di nyatakan Melvin.L
silberman yaitu:
1. Pembelajaran tim: membantu siswa lebih mengenal satu sama lain, menciptakan semangat kerja sama dan interdepensi
2. Penilaian sederhana: pelajarilah sikap, pengetahuan dan pengalaman siswa
3. Keterlibatan belajar langsung: ciptakan minat awal terhadap pelajaran21
Bertitik tolak dari uraian di atas, dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa strategi pembelajaran aktif adalah salah
satu cara atau strategi belajar mengajar yang menuntut
keaktifan serta partisipasi siswa dalam setiap kegiatan
belajar seoptimal mungkin sehingga siswa mampu mengubah
tingkah lakunya secara efektif dan efisien.
D. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Group to Group Exchange (GGE)
Pembelajaran aktif mengakomodir segala kebutuhan siswa, karena
siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Ketika kegiatan belajar
bersifat aktif, siswa akan mengupayakan sesuatu dalam pembelajaran. Siswa
21 Melvin.L Silberman,…… hal 61
menginginkan jawaban atas sebuah pertanyaan, membutuhkan informasi
untuk memecahkan masalah, atau mencari cara untuk mengerjakan tugas.
Salah satu strategi pembelajaran aktif yang termasuk dalam bagian
pengajaran sesama siswa adalah Group to Group Exchange (GGE)22. GGE
adalah salah satu metode belajar aktif yang menuntut siswa untuk berfikir
tentang apa yang dipelajari, berkesempatan untuk berdiskusi dengan teman,
bertanya dan membagi pengetahuan yang diperoleh kepada yang lainnya.
Dalam strategi pembelajaran aktif tipe GGE masing – masing kelompok
diberi tugas untuk mempelajari satu topik materi, siswa dituntut untuk
menguasai materi karena setelah kegiatan diskusi kelompok berakhir, siswa
akan bertindak sebagai guru bagi siswa lain dengan mempresentasikan hasil
diskusinya kepada kelompok lain di depan kelas. GGE memberi kesempatan
kepada siswa untuk bertindak sebagai guru bagi siswa lainnya.
Strategi group to group exchange ini mendorong siswa lebih aktif
beraktivitas dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan mengevaluasi proses pembelajaran
yang dilakukan siswa. Strategi pembelajaran aktif group to group exchange sangat
cocok diterapkan dalam pembelajaran matematika, karena dengan strategi ini
siswa dapat bertukar pengetahuan dengan teman sebaya dan juga menjadi tutor
bagi temannya. Proses pembelajaran matematika akan menjadi lebih menarik dan
mempunyai tantangan bagi siswa karena harus memberikan pengetahuan baru
kepada temannya dan memberikan kesempatan pada siswa untuk
22 Melvin L. Silberman. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. (Bandung: Nusamedia & Nuansa, 2010) h. 177
mengembangkan potensinya. Oleh karena itu pembelajaran ini baik diterapkan
untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
matematika.
Pembelajaran dengan strategi pembelajaran group to group exchange ini
diharapkan dapat membiasakan siswa untuk bekerja sama, bermusyawarah,
bertanggung jawab, menghormati pandangan atau tanggapan siswa lain, dan
menumbuhkan sikap ketergantungan positif. Sehingga dapat disimpulkan strategi
pembelajaran aktif tipe group to group exchange diharapkan dapat menumbuhkan
minat siswa dalam belajar sehingga termotivasi untuk lebih aktif dalam
memecahkan masalah dalam penugasan melalui perlibatan mereka dalam
berkerjasama dan menjadi pembelajaran yang mandiri. Berdasarkan pemaparan
tersebut, untuk mengetahui pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Group To
Group Exchange terhadap hasil belajar Matematika, maka dilakukan penelitian
pada siswa kelas VII SMP N 1 TALAMAU.
Silberman mengungkapkan pada bukunya, prosedur pembelajaran
dengan menggunakan tipe GGE adalah sebagai berikut:23
1. Pilihlah topik yang dapat membuat siswa saling bertukar informasi2. Bagilah siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan banyak tugas
yang diberikan. Pada umumnya, kegiatan ini cocok untuk dua hingga empat kelompok. Berikan waktu yang cukup kepada tiap kelompok untuk menyiapkan cara mereka menyajikan topik yang ditugaskan kepada mereka
3. Bila tahap persiapan telah selesai, perintahkan kelompok untuk memilih juru bicara. Untuk tiap juru bicara untuk memberikan presentasi kepada kelompok lain
4. Setelah presentasi singkat, doronglah siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang pendapat presenter atau menawarkan pendapat mereka sendiri. Beri kesempatan anggota lain dari kelompok si juru bicara untuk memberikan tanggapan
23 Melvin L. Silberman. ... h. 178
5. Lanjutkan presentasi lain agar tiap kelompok berkesempatan memberikan informasi dan menjawab serta menanggapi pertanyaan dan komentar audien.
Beranjak dari langkah-langkah pembelajaran aktif tipe
Group to Group Exchange (GGE) maka Pembagian kelompok
pada pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE)
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah setelah
menyampaikan tujuan pembelajaran. Dalam prosedur
strategi pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange
(GGE) , siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang
disesuaikan dengan tugas yang akan diberikan.
Dari uraian di atas, Strategi pembelajaran aktif tipe
Group to Group Exchange (GGE) memiliki keunggulan:
a. Siswa dapat berinteraksi dengan siswa lainnya pada
saat diskusi
b. Siswa berkesempatan untuk menjadi guru bagi siswa
lainnya
c. Membantu ingatan siswa karena konsep yang
diperoleh berdasarkan pengalaman diskusi
d. Adanya keberanian dan kejujuran dalam berpikir,
saling menghargai keputusan maupun pendapat
anggota kelompok
Adapun kelemahan dalam penggunaan strategi pembelajaran aktif
tipe Group to Group Exchange (GGE) untuk pembelajaran
matematika ini adalah penyusaiannya terhadap materi
pembelajaran matematika. Setelah dilakukannya
pembelajaran tentang materi yang dapat digunakan dengan
strategi ini serta disesuaikan tempat penelitiannya yaitu pada
kelas VII. Adapun materi – materi yang terdapat pada kelas
VII pada semester 1 yang sedang terlaksana pada tahun
pelajaran 2012 / 2013 ini sebagai berikut24:
1. Bab I Bilangan bulat2. Bab II Pecahan3. Bab III Operasi hitung bentuk aljabar4. Bab IV Persamaan dan pertidaksamaan linera satu variabel5. Bab V Perbandingan dan aritmatika sosial
Sehingga untuk menyesuaikan strategi pembelajaran aktif tipe Group to
Group Exchange (GGE) dengan materi pembelajaran pada kelas
VII ini peneliti memilih materi pada bab VII mengenai Bilangan
Bulat.
E. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat
pada guru, dimana dalam prosesnya cenderung menggunakan metode
ekspositori, guru menyampaikan konsep dari materi, selanjutnya siswa
24 Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni. Matematika konsep dan aplikasinya untuk SMP/MTs kelas VIII.(Jakarta: Pusat Perbukuan, 2008) hal. vii
diberikan contoh soal, kemudian diminta untuk mengerjakan latihan untuk
mengecek pemahaman siswa.
Adapun ciri-ciri pembelajaran konvensional Menurut Nasution,adalah
sebagai berikut25 :
1. Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik ke dalam kelakuan yang dapat diukur.
2. Bahan pelajaran diberikan kepada kelompok atau kelas secara keseluruhan tanpa memperhatikan siswa secara individu.
3. Bahan pelajaran umumnya berbentuk ceramah, kuliah, tugas tertulis dan media lain menurut pertimbangan guru.
4. Berorientasi pada kegiatan guru dan mengutamakan kegiatan belajar. 5. Siswa kebanyakan bersifat pasif mendengar uraian guru.6. Semua siswa harus belajar menurut kecepatan guru.7. Penguatan umumnya diberikan setelah dilakukan ujian atau ujian.8. Keberhasilan belajar umumnya dinilai guru secara subjektif9. Pengajar umumnya sebagai penyebar atau penyalur informasi utama.10. Siswa biasanya mengikuti beberapa tes atau ulangan mengenai bahan
yang dipelajari dan berdasarkan angka hasil tes atau ulangan itulah nilai rapor yang diisikan.
Ciri- ciri pembelajaran konvensional di atas juga merupakan ciri- ciri
dari pembelajaran dengan metode ekspositori. Hal ini bedasarkan pada
pendapat Ahmad Rohani dan Abu Ahmad yang menyatakan bahwa hakekat
mengajar menurut pandangan ekspositori adalah penyampaian ilmu
pengetahuan kepada peserta didik yang dipandang sebagai objek yang
menerima apa yang diberikan dari guru.26
Pada pembelajaran dengan metode ekspositori,
terdapat kelebihan dan kelemahan pelaksanaannya. Menurut
25 Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. (Jakarta: Bumi aksara, 2000), h.209
26Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, ..., h. 36
Wina Sanjaya, keunggulan dan kelemahan pada strategi
pembelajaran ekspositori adalah27:
Keunggulan:
a. Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
b. Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
c. Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
d. Digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar
Kelemahan :
a. Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.
b. Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
c. Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
d. Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi), dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
e. Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah (one-way communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.
27 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2008) h. 190
Berdasarkan uraian mengenai pembelajaran dengan Metode belajar
aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) dan pembelajaran konvensional
(ekspositori) , maka perbandingan antara kedua pembelajaran ini dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Perbandingan Pembelajaran GGE dengan pembelajaran
Konvensional
Pembelajaran dengan Metode Belajar
aktif tipe Group to Group Exchange
(GGE)
Pembelajaran Konvensional
a. Siswa aktif dalam pembelajaran
karena setiap kelompok mendapatkan
tugas – tugas yang berbeda diberikan
kepada kelompok siswa yang
berbeda28 jadi mereka memiliki satu
tanggung jawab
b. Siswa memiliki pengetahuan
sebelumnya tentang materi yang
didiskusikan karena telah
dipersiapkan sebelumnya
c. Proses pembelajaran menjadi efisien,
efektif dan menyenangkan.
a. Hanya mungkin dapat
dilakukan terhadap siswa
yang memiliki kemampuan
mendengar dan menyimak
secara baik
b. Konsep yang diberikan sulit
untuk diterima siswa karena
konsep yang diberikan lebih
bersifat abstrak.
c. Interaksi di antara siswa
kurang
d. Siswa belajar secara individu
28 Melvin L. Silberman. … hal 178
Pembelajaran dengan Metode Belajar
aktif tipe Group to Group Exchange
(GGE)
Pembelajaran Konvensional
d. Siswa berinteraksi dengan teman
sekelas dalam diskusi kelompok.
e. Siswa memahami kaitan antara
pelajaran yang baru dengan pelajaran
telah diperoleh sebelumnya
f. Tujuan ditetapkan di awal
pembelajaran
g. Menggunakan berbagai sumber
informasi dalam proses pembelajaran.
e. Sering terjadi kesulitan untuk
menjaga agar siswa tetap
tertarik dengan apa yang
dipelajari.
f. Tujuan tidak dirumuskan
secara spesifik ke dalam
kelakuan yang dapat diukur.
g. Informasi yang diperoleh
bersumber hanya pada guru
F. Aktivitas Siswa
Menurut Dryden aktivitas adalah hal- hal yang disarankan kepada
siswa atau peserta untuk dilakukan. Beberapa ahli kognitif kontemporer
mengemukakan bahwa siswa dapat mengonstruksi basis pengetahuan yang
lebih terintegrasi dan berguna apabila mereka mempelajari suatu topik dalam
konteks aktivitas- aktivitas otentik, yaitu aktivitas- aktivitas yang mirip
dengan apa yang sering mereka jumpai di dunia luar sekolah29. Siswa lebih
mudah mengecek kemampuan mereka memecahkan soal- soal matematika
khususnya untuk memastikan bahwa pemecahan mereka atas soal itu logis
29Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Erlangga.2009) h. 347
ketika mereka menggunakan matematika untuk mengerjakan tugas- tugas
nyata sehari- hari.30
Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat
seperti lazimnya. Paul B. Diedrich membuat suatu daftar yang berisi 177
macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:31
a) Visual Activities, yang termasuk di dalamnya seperti, membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan , dan pekerjaan orang lain
b) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat,mengadakan wawancara, diskusi, dan instrupsi
c) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, music, pidato
d) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin
e) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram
f) Motor activities, yang termasuk kedalamnya adalah: melakukan percobaan, membuat konstruksi,bermain, berkebun
g) Mental activities, contoh: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis
h) Emotional activities, yaitu: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat,berani, tenang.
Berdasarkan uraian di atas, maka aktivitas siswa dapat diartikan
sebagai semua kegiatan yang dilakukan siswa selama mengikuti
pembelajaran. Adapun Aktifitas siswa yang akan diamati selama
pembelajaran matematika dengan menggunakan metode belajar aktif tipe
GGE terdiri dari:
a. Oral Activities, dilihat melalui aktivitas siswa yang bertanya,
memberikan ide atau pendapat atau menjawab pertanyaan yang
30Jeanne Ellis Ormrod,... h. 34731 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2011) h.101
diajukan guru
b. Mental Activities, dilihat dari aktivitas siswa dalam menanggapi dan
memecahkan soal.
G. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh siswa setelah
melakukan kegiatan belajar baik dalam bentuk prestasi, maupun perubahan
tingkah laku dan sikap siswa yang telah mengalami pembelajaran. Hasil
belajar dapat diungkapkan dalam bentuk angka atau huruf yang dapat
menggambarkan tingkat penguasaan siswa terhadap apa yang telah dipelajari.
Hasil belajar merupakan suatu indikator untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam menguasai pelajaran.Hasil belajar merupakan
suatu indikator untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa
dalam menguasai pelajaran.
Menurut Oemar Hamalik ada 6 tujuan dari evaluasi hasil
belajar32:
1) Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajar melalui berbagai kegiatan belajar.
2) Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan-kegiatan belajar siswa lebih lanjut, baik keseluruhan kelas maupun masing-masing individu.
3) Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa, menetapkan kesulitan-kesulitannya dan menyarankan kegiatan-kegiatan remedial (perbaikan).
32 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008) h. 160
4) Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mendorong motivasi belajar siswa dengan cara mengenal kemajuannya sendiri dan merangsangnya untuk melakukan upaya perbaikan.
5) Memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku siswa, sehingga guru dapat membantu perkembangannya menjadi warga masyarakat dan pribadi yang berkualitas.
6) Memberikan informasi yang tepat untuk membimbing siswa memilih sekolah atau jabatan yang sesuai dengan kecakapan, minat dan bakatnya.
Hasil belajar siswa dapat diketahui melalui proses
evaluasi atau tes, kemudian hasil tes dinilai oleh guru. Ada 3
aspek penilaian dalam pembelajaran, yaitu33.
1. Ranah kognitif, berkenaan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi.
2. Ranah afektif, mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
3. Ranah psikomotor, mencakup imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi
Kunandar menjelaskan penilaian memiliki beberapa
fungsi, yaitu sebagai berikut34:
1. Formatif, yaitu merupakan umpan balik bagi guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi siswa yang belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari.
2. Sumatif, yaitu dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, menentukan angka nilai sebagai bahan keputusan kenaikan kelas dan
33 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada. 2007), h.38534Kunandar, … , h. 391
laporan perkembangan belajar siswa, serta dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
3. Diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang siswa (psikologis, fisik, dan lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar.
4. Seleksi dan penempatan, yaitu hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan menempatkan siswa sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Hasil belajar yang diperoleh siswa melalui proses pembelajaran dapat
diketahui dengan melakukan evaluasi atau tes, kemudian hasil tes dinilai oleh
guru. Tidak hanya hasil tes namun juga dilihat bagaimana interaksi siswa saat
melakukan diskusi kelompok.
Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan hasil belajar dalam
pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif
tipe Group to Group Exchange (GGE) adalah hasil belajar pada ranah
kognitif yang diperoleh setelah siswa melaksanakan tes hasil
belajar.
H. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang pernah membahas tentang strategi pembelajaran aktif
tipe Group to Group Exchange (GGE) adalah penelitian yang dilakukan oleh
Atma Murni, dkk (2009) “ Penerapan metode belajar aktif tipe GGE terhadap
hasil belajar siswa kelas X IPS 1 MAN 2 Pekan Baru”. Jenis penelitian adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), hasil dari penelitiannya menyatakan bahwa
penerapan metode belajar aktif tipe GGE dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa. Kemudian penelitian oleh Andika Putra (2012) “
Penerapan metode belajar aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) pada
Kelas eksperimen
Siswa
Pembelajaran dengan strategi belajar aktif tipe Group to Group Exchange (GGE)
Pembelajaran konvensional
Aktivitas Siswa
Hasil Belajar
Kelas kontrol
Hasil Belajar
materi kesebangunan di kelas IX SMP N 2 Batipuh”. Jenis penelitiannya
adalah eksperimen, dimana hasil penelitian menunjukkan hasil belajar
matematika siswa yang menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe GGE
cendrung meningkat.
Dengan terdapatnya penelitian yang terdahulu sehingga penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan strategi pembelajaran aktif tipe Group to
Group Exchange (GGE) pada pembelajaran Matematika dengan jenis
penelitian eksperimen. Sehingga dengan dilakukannya penelitian ini
memungkinkan siswa memberikan pemahaman materi diskusikan dalam
kelompoknya masing – masing kepada anggota kelompok yang lainnya.
I. Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang dan kajian teori pada bab sebelumnya, maka
strategi pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) diharapkan
dapat meningkatkan semangat siswa dan lebih termotivasi dalam mengikuti
pembelajaran matematika di sekolah. Metode pembelajaran ini mengajarkan
siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan
belajar serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan
belajar bersama.
Untuk lebih jelas disajikan secara ringkas pada Gambar 1.
Gambar 1.
Kerangka Konseptual
J. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori yang telah diuraikan,
maka hipotesis dari penelitian ini adalah “Hasil belajar matematika siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan strategi belajar aktif tipe Group to
Group Exchange (GGE) lebih baik daripada siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional pada kelas VII SMP N 1 TALAMAU”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Berdasarkan permasalahan dan kajian teori yang
diuraikan pada bab 1 dan bab 2, maka jenis penelitian yang
dilakukan adalah penelitian eksperimen. Penelitian
eksperimen merupakan penelitian yang mengungkapkan
hubungan antara dua variabel atau lebih mencari pengaruh
suatu variabel dengan variabel lain35.
35 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h.19
Penelitian eksperimen yang digunakan adalah penelitian pra
eksperimen. Menurut Muri Yusuf, jenis penelitian ini pada prinsipnya tidak
dapat mengontrol validitas internal dan eksternal secara utuh, karena satu
kelompok hanya dipelajari satu kali atau kalau menggunakan dua kelompok
diantara kedua kelompok itu tidak disamakan terlebih dahulu.36Adapun
rancangan yang digunakan penelitian dalam pra eksperimen ini adalah The
Static Group Comparison Randomized Control Group Only Design.
Dalam rancangan ini subjek diambil dari populasi tertentu
dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dikenai variabel perlakuan tertentu
dalam jangka waktu tertentu, lalu kedua kelompok ini dikenai pengukuran
yang sama.37
Rancangan penelitian dideskripsikan seperti tabel di bawah ini:
Tabel 3.1. Rancangan penelitian The Static Group
Comparison: Randomized Control-Group Only
Design
Kelas Treatment Posttest
Eksperimen X T2
Kontrol T2
Keterangan:
X =
Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen, yaitu pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE)
36Muri Yusuf, Metode Penelitian: Dasar Penyelidikan Ilmiah, ( UNP, 1997), h. 23537 Sumardi Suryabrata, Metodologi, … , h.104
T2
= Tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di akhir penelitian
Berdasarkan rancangan tersebut, terdapat dua kelas sampel dalam
penelitian ini, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas kontrol
merupakan kelas pembanding tanpa perlakuan, artinya kelas ini tetap
melaksanakan pembelajaran konvensional. Sedangkan kelas eksperimen
merupakan kelas yang diberi perlakuan, yaitu pembelajaran dengan
menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange
(GGE).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan pengamatan yang akan menjadi
perhatian.38 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII
SMP N 1 TALAMAU yang terdaftar pada tahun 2012 / 2013.
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh, pada kelas VII terdapat 4
lokal di SMP N 1 TALAMAU ini.
Tabel 3.2 Siswa kelas VII di SMP N 1 TALAMAU yang terdaftar pada Tahun Pelajaran 2012/2013 (Populasi)
Kelas Jumlah SiswaVIII1
VIII2
VIII3
VIII4
212321
38 Ronal E. Walpole, Pengantar statistika, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1993), h.6
25(Sumber : Guru mata pelajaran matematika SMP N 1 TALAMAU)39
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.40 Dalam
penelitian ini untuk pengambilan sampelnya dilakukan teknik probability
sampling tepatnya dengan teknik simple random sampling. ”Probability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel”,41 sedangkan ”simple random sampling adalah cara
pengambilan sampel yang dilakukan secara acak. Artinya, setiap anggota
memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih”.42
Berdasarkan permasalahan, jenis penelitian dan populasi yang akan
diteliti, maka dibutuhkan dua kelas sebagai sampel yaitu untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol, dengan uraian sebagai berikut:
1) Kelompok eksperimen, pada kelompok ini akan diberikan suatu
treatment atau perlakuan yaitu pembelajaran matematika
menggunakan srategi pembelajaran aktif tipe Group to Group
Exchange (GGE)
39 Emmizola S.Pd, Guru Matematika kelas VIII SMP N 1 X Koto40 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : PT Rineka Cipta,
2006), hal.13141 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, ( Bandung : Alfabeta, 2007),
hal. 12042 Lufri, Kiat Memahami dan Melakukan Penelitian, (Padang: UNP Press,
2007)hal. 82
2) Kelompok kontrol, pada kelompok ini diberikan suatu treatment
atau perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
Pengambilan sampel dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Mengumpulkan nilai ulangan harian matematika siswa
kelas VII SMP N 1 TALAMAU tahun pelajaran 2012/
2013, kemudian dihitung rata-rata dan simpangan
bakunya.
b. Melakukan uji normalitas populasi terhadap nilai
ulangan harian matematika kelas VII yang bertujuan
untuk mengetahui apakah populasi tersebut
berdistribusi normal atau tidak.
Hipotesis yang diajukan adalah:
H0 = Populasi berdistribusi normal
H1 = Populasi berdistribusi tidak normal
Untuk melihat sampel berdistribusi normal, digunakan
uji Lilifort dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Data X1, X2, X3, …, Xn diperoleh dan disusun dari data yang terkecil sampai yang terbesar
2. Mencari skor baku dari skor mentah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut: Zi=X i−X
SDimana: S = Simpangan Baku
X = Skor rata-rataXi = Skor dari tiap soal
3. Dengan menggunakan daftar distribusi normal
baku, kemudian hitung peluang F (Zi) = P (P ≤ Zi)4. Menghitung jumlah proposi skor baku yang lebih
baku ata sama Zi yang dinyatakan dengan S (Zi) dengan menggunakan rumus:
S (Zi )=Banyaknya Z1 , Z2 , …, Zn yang ≤ Z i
n5. Menghitung selisih F (Zi) – S (Zi), kemudian
ditentukan nilai mutlaknya6. Ambil harga mutlak yang terbesar dari harga mutlak
selisih itu diberi simbol L0. L0 = maks |F (Z i )−S (Z i )|7. Bandingkan nilai L0 yang diperoleh dengan nilai L0
yang ada pada tabel. Pada taraf 0,05 jika L0 ≤ Ltabel
maka H0 diterima.43
c. Melakukan uji homogenitas variansi dengan uji Bartlet
Uji homogenitas variansi ini dilakukan untuk
mengetahui apakah data populasi mempunyai
keragaman yang sama atau tidak. Uji Bartlet dilakukan
karena variansi populasinya lebih dari dua. Dengan
pengujiannya sebagai berikut:
Hipotesis yang di ajukan yaitu:
H0 : σ 12= σ 2
2= σ 32 =σ 4
2
H1 : paling sedikit ada satu pasang variansi yang tidak sama
Untuk melakukan uji homogenitas ini dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut:
1) Hitung k buah ragam contoh S1, S2, …, Sk dari contoh-contoh
berukuran n1, n2, …, nk dengan N=∑i=1
k
ni
2) Gabungkan semua ragam contoh sehingga menghasilkan dugaan gabungan:
Sp=∑i=1
k
n i−1
N−kSi
43 Sudjana, …, h.466 – 477
3) Dari dugaan gabungan tentukan nilai peubah acak yang mempunyai nilai sebaran Bartlet:
b=[ (S1
2 )n1−1. (S2
2 )n2−1… (Sk
2 )nk−1 ] 1N−k
Sp
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:Jika b ≥ bk (a;n) berarti homogenJika b < bk (a;n) berarti tidak homogen44
d. Uji kesamaan rata-rata
Uji kesamaan rata-rata bertujuan untuk mengetahui apakah
populasi memiliki kesamaan rata-rata atau tidak. Uji ini menggunakan
teknik anava satu arah dengan langkah sebagai berikut yaitu:
Langkah – langkah dalam menguji kesamaan rata – rata populasi
adalah:
1) Tuliskan hipotesis statistik yang diajukanH 0 : μ1=μ2=μ3=μ4
H1: sekurang-kurangnya dua rata-rata yang tidak sama
2) Tentukan taraf nyatanya (α)
3) Tentukan wilayah kritiknya dengan menggunakan rumus:
f >f α [k−1, N−k ]
4) Tentukan perhitungan melalui tabel:
Tabel 3.3. : Data hasil belajar siswa kelas populasi
Populasi1 2 K
X11 X21 Xk1
44 Ronal E. Walpole, Pengantar ..., h.391
X12
…
X1n
X22
…
X2n
Xk2
…
Xkn
Total T1 T2 Tk T......
Nilai
TengahX 1 X2 X k
X…..
Perhitungan dengan menggunakan rumus:
Jumlah Kuadrat Total (JKT) = ∑i=1
k
∑j=1
ni
X i2 , j−T2
N
Jumlah Kuadrat untuk nilai tengah Kolom (JKK) =
∑i=1
k T i2
N−T …2
N
Jumlah kuadrat Galat (JKG) = JKT – JKK
Masukkan data hasil perhitungan ke dalam tabel berikut:
Tabel 3.4. Analisis Ragam Data Hasil Belajar Siswa Kelas Populasi
Sumber Keragaman
Jumlah kuadrat
Derajat bebas
Kuadrat tengah
f hitung
Nilai tengah kolom JKK k – 1 S12= JKK
k−1S1
2
S22
Galat JKG N – k S22= JKG
N−k
Total JKT N – 1
5) Keputusannya:
Diterima H0 jika f <f α [k−1, N−k ]
Ditolak H0 jika f >f α [k−1, N−k ]
e. Pengambilan Sampel
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh data
populasi berdistribusi normal, homogen serta memiliki
kesamaan rata – rata maka pengambilan sampel
dilakukan secara acak. Adapun langkah – langkah dalam
pengambilan sampel yang penulis lakukan adalah
menulis nama kelas dan memasukkan nama – nama
tersebut ke dalam sebuah kaleng kemudian penulis
undi. Kertas yang pertama terambil merupakan kelas
eksperimen, sedangkan pada pengambilan kedua
merupakan kelas kontrol.
C. Variabel dan Data Penelitian
1. Variabel penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian. Adapun yang
menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas: Perlakuan dengan pembelajaran yang
menggunakan metode Group to Group Exchange (GGE)
b. Variabel Terikat: Hasil belajar matematika siswa di
kelas sampel
2. Data penelitian
a. Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer dalam penelitian ini adalah data aktivitas
siswa dan guru, dan data hasil belajar matematika
siswa kelas sampel
2. Data sekunder, yaitu data tentang jumlah siswa yang
menjadi populasi dan sampel serta data nilai ulangan
harian siswa kelas VII SMP N 1 TALAMAU. Data
sekunder ini diperoleh dari tata usaha dan guru
matematika VII SMP N 1 TALAMAU.
b. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII
SMP N 1 TALAMAU, guru bidang studi matematika maupun dari
pegawai tata usaha VII SMP N 1 TALAMAU.
D. Prosedur Penelitian
Secara umum prosedur penelitian terdiri dari 3
tahap, yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap
akhir.
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan dalam penelitian ini meliputi:
a. Menetapkan tempat dan jadwal penelitian.
b. Menetapkan sampel penelitian dengan cara random
sampling yaitu setiap kelas mempunyai kesempatan
yang sama untuk dipilih jadi sampel
c. Mempelajari kurikulum
d. Merancang dan membuat RPP serta LKS
e. Memvalidasi RPP dan LKS oleh guru mata pelajaran dan
dosen matematika
f. Membuat kisi-kisi dan mempersiapkan soal tes akhir
g. Memvalidasi soal tes akhir oleh guru mata pelajaran
dan dosen matematika
h. Membuat kunci jawaban
i. Mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar
observasi dan soal tes uraian
j. Mempersiapkan observer guru matematika dan teman
penulis.
2. Tahap Pelaksanaan
Penelitian menggunakan dua kelas sampel, yaitu
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun langkah-
langkah pembelajaran pada kedua kelas sampel dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.5 Tahap Pelaksanaan pada Kelas Kontrol dan Eksperimen
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pendahuluan
a. Guru membuka pelajaran dengan
salam dan do’a
b. Guru mengontrol kondisi kelas,
baik dari segi kerapian maupun
kebersihannya.
c. Guru mengecek kehadiran siswa
d. Apersepsi: mengingatkan siswa
mengenai materi yang telah
dipelajari berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari.
e. Motivasi: menyampaikan manfaat
dari materi yang akan dipelajari
f. Siswa diberikan penjelasan
kompetensi yang harus dicapai
serta manfaat dari proses
pembelajaran dan pentingnya
materi pelajaran yang akan
dipelajari.
Pendahuluan
1. Guru membuka pelajaran dengan
salam dan do’a
2. Guru mengontrol kondisi kelas,
baik dari segi kerapian maupun
kebersihannya.
3. Guru mengecek kehadiran siswa
4. Apersepsi: mengingatkan siswa
mengenai materi yang telah
dipelajari berkaitan dengan
materi yang akan dipelajari.
5. Motivasi: menyampaikan
manfaat dari materi yang akan
dipelajari
6. Siswa diberikan penjelasan
kompetensi yang harus dicapai
serta manfaat dari proses
pembelajaran dan pentingnya
materi pelajaran yang akan
dipelajari.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
a. Guru menjelaskan
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Guru menjelaskan materi pelajaran
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
prosedur pembelajaran:
Siswa dibagi ke dalam
beberapa kelompok sesuai
dengan jumlah tugas yang
diberikan.
b. Guru memberikan pertanyaan
yang dapat membantu siswa
memulai diskusi yang akan
dicapai
Elaborasi
a. Siswa diminta untuk duduk
sesuai dengan kelompok
masing – masing
b. Guru membagikan LKS yang
berkaitan dengan materi
dan siswa melakukan
diskusi
c. Selesai diskusi, juru bicara
masing – masing kelompok
diminta mempresentasikan
siswa memperhatikan serta mencatat
dan apabila siswa tidak memahami
maka siswa mengajukan pertanyaan
Elaborasi
1. Siswa mengerjakan soal – soal
Latihan
2. Siswa diperintahkan untuk
menuliskan jawabannya di papan
tulis.
Konfirmasi
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
hasil diskusinya
d. Kelompok lain diberikan
waktu untuk memberikan
tanggapan dan pertanyaan
(berlanjut untuk kelompok
berikutnya)
e. Setelah presentasi selesai,
siswa mengerjakan latihan
yang telah dipersiapkan
guru
Konfirmasi
a. Guru memeriksa jawaban siswa
dan memberikan jawaban yang
b. benar dari soal latihan yang tidak
terjawab oleh siswa.
c. Memberikan penekanan terhadap
kegiatan eksplorasi dan elaborasi
1. Guru memberikan jawaban yang
benar dari soal latihan yang tidak
terjawab oleh siswa
2. Memberikan penekanan terhadap
kegiatan eksplorasi dan elaborasi
Penutup
a. Siswa menyimpulkan
pembelajaran dengan
bimbingan guru
b. Guru meninjau ulang pemahaman
Penutup
1.Siswa menyimpulkan
pembelajaran dengan
bimbingan guru
2. Guru meninjau ulang pemahaman
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
siswa dengan melakukan tes siswa dengan melakukan tes
3. Tahap Penyelesaian
Guru memberikan tes akhir / post - test kepada kelas
eksperimen dan kelas kontrol setelah pokok bahasan
selesai dipelajari.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan dalam
mengumpulkan data. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan instrumen berupa lembar observasi untuk
aktivitas siswa dan aktivitas guru, tes hasil belajar, dan
angket respon siswa.
1. Lembar Observasi
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara
sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik
dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.45 Observasi dapat
digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik, seperti
tingkah laku peserta didik selama pembelajaran, berdiskusi, mengerjakan
tugas, bertanya, dan sebagainya. Untuk mengetahui hal tersebut maka
45Ronal E. Walpole, Pengantar …, h.383
diperlukan lembar observasi. Lembar observasi ini akan diisi oleh seorang
observer.
Langkah-langkah dalam menyusun lembar observasi adalah:
a. Merumuskan tujuan observasi
b. Membuat lay-out atau kisi- kisi observasi
c. Menyusun aspek- aspek yang akan diobservasi
d. Validasi lembar obsevasi
e. Melaksanakan observasi
Lembar observasi yang digunakan pada penelitian ini terdiri
lembar observasi aktifitas siswa dan aktivitas guru. Kedua observasi ini
dilakukan selama pembelajaran matematika menggunakan metode
belajar aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) berlangsung di kelas
eksperimen.
1. Lembar observasi aktivitas siswa
Adapun hal – hal yang akan dilihat oleh observer yang berkaitan
dengan aktivitas siswa selama pembelajaran dengan metode GGE
berlangsung, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.6. Aspek – aspek pada Lembar Observasi Aktivitas siswa
No Indikator
aktivitas
Aktivitas yang diamati
1 Oral activities Bertanya sewaktu pelajaran
Menjawab pertanyaan
Mengeluarkan pendapat saat
berdiskusi
2 Mental
activities
Menanggapi sewaktu berdiskusi
Memecahkan soal latihan selesai
berdiskusi
2. Tes Hasil Belajar
Tes yang akan diujikan dalam tes akhir dibuat dalam
bentuk essay karena dengan tes bentuk essay dibuat oleh
peneliti, dalam hal ini peneliti dapat melihat sejauh mana
kemampuan siswa dalam menyerap dan memahami
informasi serta pembelajaran yang diberikan melalui
strategi Group to Group Exchange. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam membuat soal tes adalah sebagai berikut
:
a. Mempelajari kurikulum dalam pembelajaran sesuai dengan tingkatan
sekolah yang akan diteliti
b. Membuat kisi – kisi soal
Kisi – kisi soal tes disusun dalam bentuk tabel yang
memuat tentang kompetensi dasar yang ingin dicapai,
indikator, rincian materi yang akan diujikan. Kisi-kisi
soal disusun agar mempermudah dalam pembuatan
soal.
c. Menyusun tes sesuai dengan kisi – kisi soal yang dibuat
Dalam menyusun item tes, ada beberapa hal yang akan
dilakukan, yaitu:
Mempelajari dan memahami materi yang akan diujikan.
1. Mempelajari dan memahami teknik pembuatan soal
essay dan membahasakan gagasan soal yang telah
dirancang sesuai dengan kisi-kisi soal.
2. Membuat kunci jawaban
d. Melakukan validitas tes
Validasi tes yang akan digunakan adalah validitas isi
yaitu validitas tes yang mempersoalkan apakah isi butir
tes yang diujikan itu mencerminkan isi kurikulum yang
seharusnya diukur atau tidak.46 Jadi, untuk memvalidasi
soal tes tersebut, peneliti akan meminta bantuan
kepada guru mata pelajaran dan dosen untuk merevisi
soal hasil validasi.
e. Uji coba tes
Sebelum tes diberikan kepada siswa kelas sampel, terlebih dahulu
tes diujicobakan pada kelas eksperimen. Uji coba dilakukan pada
kelas ini karena memiliki ciri yang sama dengan kelas
sampel yaitu normal, homogen dan memiliki kesamaan
rata-rata.
f. Analisis soal tes.
46 Zainal Arifin. Evaluasi Pembelajaran. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) h. 153
Untuk menentukan kualitas soal yang baik dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Validitas tes
Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrument.
Instrument dikatakan valid jika mampu mengukur
apa yang diinginkan melalui data dan variabel yang
diteliti secara sadar.47
. Untuk menentukan validitas tes essay dapat
digunakan korelasi product moment yaitu:
r xy=N∑ XY −(∑ X )(∑Y )
√ {N∑ X 2−(∑ X )2} {N∑Y 2−(∑ Y )2}Keteranganr xy = koofesien korelasi antara variabel X dan variabel YN = Jumlah testee∑ XY = jumlah perkalian antara skor item dan skor total∑ X = jumlah skor item
∑Y = jumlah skor total
Koefesien korelasi selalu terdapat antar -1,00
sampai +1,00. Kriteria yang digunakan untuk
validitas yaitu48:
Antara 0,800 sampai dengan 1,00: sangat tinggiAntara 0,600 sampai dengan 0,800: tinggiAntara 0,400 sampai dengan 0,600: cukup
47 M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 1996), hal.11148 Suharsimi Arikunto, Dasar –Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1999),h.79
Antara 0,200 sampai dengan 0,400: rendahAntara 0,000 sampai dengan 0,200: sangat rendah
2) Reliabilitas soal tes
Reliabilitas berhubungan dengan tingkat kepercayaan,
dimana suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan
yang tinggi apabila dapat memberikan hasil yang tetap.
Reliabilitas tes merupakan ukuran ketepatan alat
penelitian dalam menunjukkan sesuatu yang hendak
diukur. “Reliabilitas tes artinya keadaan suatu tes jika tes tersebut
diteskan kembali maka dapat menghasilkan informasi yang
konsisten, tetap dan andal”.49
Untuk menentukan koefisien reabilitas digunakan rumus alpha50
yang dinyatakan dengan :
rii = ( nn−1
)(1−∑i=1
n
σ2
σ t2 )
keterangan: rii : reabilitas yang dicari
σ 2 : jumlah varians skor tiap- tiap item
σ t2 : varians total
Rumus varians 51: σ 2=∑ X2−¿¿¿
49 M. Chabib Thoha, Teknik…, h.11550 Asnelly Ilyas,, Evaluasi Pendidikan, ( Batusangkar : STAIN
Batusangkar Press, 2006, h. 6751 Zainal arifin , Evaluasi Pembelajaran (Bandung, Rosdakarya,2009)hal
257
Nilai rii yang diperoleh disesuaikan dengan kriteria r product
moment pada tabel dengan ketentuan jika r11> rtabel
maka tes tersebut reliabel.
Dengan kritetia sebagai berikut :
Reliabilitas Tes
Nilai r11 Kriteria
0.90 ¿ r11 < 1.00 Reliabilitas tinggi sekali
0.70 ¿ r11 < 0.90 Reliabilitas tinggi
0.40 ¿ r11 < 0.70 Reliabilitas sedang
0.20 ¿ r11 < 0.40 Reliabilitas rendah
0.00 ¿ r11 < 0.20 Reliabilitas sangat rendah sekali
3) Menghitung indeks kesukaran soal
Indeks kesukaran soal adalah suatu bilangan yang
menunjukkan sulit mudahnya suatu soal.Soal yang baik
adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sulit. Menurut Zainal Arifin,untuk menghitung tingkat
kesukaran dapat digunakan langkah-langkah berikut52:
a) Menghitung rata-rata skor untuk tiap butir soal dengan rumus:
Rata−rata= Jumlah skor peserta didik tiap soalJumlah pesertadidik
b) Meghitung tingkat kesukaran dengan rumus:
Tingkat kesukaran= rata−rataskor maksimumtiap soal
52Suharsimi Arikunto,…, h. 210
c) Membandingkan tingkat kesukaran dengan kriteria berikut:0,00 – 0,30 = sukar0,31 – 0,70 = sedang0,71 – 1,00 = mudah
d) Menghitung daya pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Menurut Zainal Arifin, untuk menentukan
daya pembeda soal dapat digunakan langkah-langkah berikut53:
a) Menghitung jumlah skor total tiap peserta didik.b) Mengurutkan skor total mulai dari skor terbesar sampai dengan
skor terkecil.c) Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah. Jika jumlah
peserta didik banyak (di atas 30) dapat ditetapkan 27 %d) Menghitung rata-rata skor untuk masing-masing kelompok
(kelompok atas maupun kelompok bawah).e) Menghitung daya pembeda soal dengan rumus:
DP= X KA+X KBSkorMaks
Keterangan :DP = daya pembeda X KA = rata- rata kelompok atasX KB = rata-rata kelompok bawah
f) Membandingkan daya pembeda dengan kriteria sebagai berikut54:0,00 – 0.20 = jelek 0,20 – 0,40 = cukup0,40 – 0,70 = baik0,70 – 1.00 = baik sekali
53 Zainal Arifin,…, h. 13554 Zainal Arifin,… , h. 133
Setelah dilakukan perhitungan validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran dan daya pembeda pada soal uji coba tes, maka soal yang
dapat langsung dipakai.
F. Teknik Analisis Data
Untuk memperoleh data mengenai aktivitas siswa dan hasil belajar siswa,
perlu dilakukan analisis dengan menggunakan teknik- teknik yang
dikemukakan oleh para ahli dan telah banyak dipakai oleh peneliti- peneliti
sebelumnya. Adapun teknik tersebut terdiri dari:
1. Lembar Observasi
Observasi bertujuan untuk mengamati aktivitas siswa selama
melaksanakan pembelajaran dengan strategi Group to Group Exchang
(GGE). Oleh karena itu, dalam penelitian ini terdapat lembar observasi
yang digunakan yaitu untuk mengamati aktivitas siswa pada pembelajaran
matematika dengan menggunakan strategi GGE.
Data aktivitas siswa yang diperoleh melalui lembar
observasi dianalisis dengan menggunakan rumus
persentase55:
P %= FN
×100 %
55 Suharsimi Arikunto,… h. 218
Keterangan:P% = Persentase aktivitasF = Frekuensi aktivitas yang dilakukanN = Jumlah siswa
Kriteria penilaian aktivitas belajar yang positif adalah
sebagai berikut:56
1) Jika persentase penilaian aktivitas adalah 1% - 25% maka aktivitas tergolong sedikit sekali.
2) Jika persentase penilaian aktivitas adalah 26% - 50% maka aktivitas tergolong sedikit.
3) Jika persentase penilaian aktivitas adalah 51% - 75% maka aktivitas tergolong banyak.
4) Jika persentase penilaian aktivitas adalah 76% - 99% maka aktivitas tergolong banyak sekali.
2. Tes Hasil Belajar
Untuk memperoleh tes yang baik, maka perlu dilakukan beberapa
langkah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah
data sampel berdistribusi normal atau tidak. Uji yang
digunakan adalah uji liliefort. Hipotesis yang diajukan
adalah:
H0 = Data berdistribusi normal
H1 = Data berdistribusi tidak normal
Untuk melihat sampel berdistribusi normal,
56 Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004) h. 130
digunakan uji Liliefort dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Data X1, X2, X3, …, Xn diperoleh dan disusun dari data yang terkecil samapi yang terbesar.
2) Mencari skor baku dari skor mentah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut: Zi=X i−X
SDimana: S = Simpangan Baku
X = Skor rata-rataXi = Skor dari tiap soal
3) Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian hitung peluang F (Zi) = P (P ≤ Zi)
4) Menghitung jumlah proposi skor baku yang lebih baku ata sama Zi yang dinyatakan dengan S (Zi) dengan menggunakan rumus:
S (Zi )=Banyaknya Z1 , Z2 , …, Zn yang ≤ Z i
n5) Menghitung selisih F (Zi) – S (Zi), kemudian
ditentukan nilai mutlaknya.6) Ambil harga mutlak yang terbesar dari harga mutlak
selisih itu diberi simbol L0. L0 = maks |F (Z i )−S (Z i )|7) Bandingkan nilai L0 yang diperoleh dengan nilai L0
yang ada pada tabel. Pada taraf 0,05 jika L0 ≤ Ltabel
maka H0 diterima. Dari hasil analisis data pada taraf nyata α = 0,05 57
b. Uji Homogenitas Variansi
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah
kedua data sampel mempunyai variansi yang
homogen atau tidak.
Hipotesis yang diajukan adalah:
H0 : σ 12=σ2
2, variansi kedua data sampel homogen
H1 : σ 12≠ σ2
2, variansi kedua data sampel tidak homogen
57 Dimyati dan Mudjono, Penilaian Aktivitas Belajar, (Jakarta: Aksara Baru, 1999) h. 125
Dalam hal ini yang akan diuji H0 : σ 12=σ2
2, dimana σ 1 dan
σ 2 adalah simpangan baku dari masing-masing
kelompok sampel.
Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis
ini menurut sudjana adalah:
F=S1
2
S22
Keterangan:S1
2 = Variansi terbesarS2
2 = Variansi terkecilF = Perbandingan antara variansi terbesar dengan variansi terkecil58
c. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas,
selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis bertujuan
untuk mengetahui apakah hasil belajar kognitif matematika siswa
kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
Hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : µ1 = µ2 Hasil belajar matematika siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan strategi Group to Group
Exchange (GGE) sama dengan siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional.
H1: µ1 > µ 2 Hasil belajar matematika siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan strategi Group to Group
58 Sudjana, Metode …, hal.116
Exchange (GGE) lebih baik daripada siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional.
µ1 dan µ 2 merupakan rata- rata populasi hasil belajar kelas
sampel Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas ada beberapa
rumus untuk menguji hipotesis, yaitu:
a. Apabila data berdistribusi normal dan mempunyai variansi
homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah dengan rumus:
t=X1−X2
S √ 1n1
+ 1n2
dengan S2=(n1−1 )S1
2+(n2−1 ) S22
n1+n2−2
Dimana:X1 = Nilai rata-rata kelas eksperimenX2 = Nilai rata-rata kelas kontrolS1
2 = variansi hasil belajar kelas eksperimen
S22 = variansi hasil belajar kelas kontrol
S = simpangan bakun1 = jumlah siswa kelas eksperimenn2 = jumlah siswa kelas kontrol
Kriteria:
Terima H0 jika −t1−1
2α<t<t
1−12
α, dengan dk = n1 + n2 – 2 selain itu
H0 ditolak.59
b. Jika sampel berdistribusi normal dan kedua kelompok sampel tidak
mempunyai variansi homogen, maka uji statistik yang digunakan
adalah:
59 Sudjana, Metode …, h.249
t '=X1−X 2
√( S12
n1)+( S2
2
n2)
Kriteria pengujinya adalah:
Tolak hipotesis H0 jika t ' ≥w1 t1+w2t 2
w1+w2
Terima H0 jika t '<w1 t1+w2t 2
w1+w2
Dengan:
w1=S1
2
n1
w2=S2
2
n2
t 1=t (1−α ) (n1−1 )
t 2=t (1−α ) (n1−1 )
c. Jika data yang diperoleh tidak normal, maka
digunakan uji U (Uji Mann-Whitney) dengan hipotesis sebagai
berikut:
H0: Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen
dengan kelas kontrol.
H1: Hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih besar daripada kelas
kontrol
Untuk menghitung nilai statistik uji Mann-Whitney, rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut60:
U 1=n1n2+n1(n1+1)/2−∑ R1
60 Sudjana, Metode …, h.239
U 2=n1n2+n2(n2+1)/2−∑ R2
Keterangan: n1 = jumlah kasus kelompok 1n2 = jumlah kasus kelompok 2
∑ R1 = jumlah jenjang/ rangking pada kelompok 1
∑ R2 = jumlah jenjang/ rangking pada kelompok 2Catatan = hanya salah satu U saja yang dihitung,
sebab U lainnya dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: U 1= n1 n2 - U 2. Sedangkan U yang digunakan
adalah yang memiliki harga terkecil.
Top Related