Pada sektor perdagangan dan industri, Kecamatan Wonogiri memiliki
keterkaitan dengan wilayah bahkan negara lain seperti pada PT. Permata Tujuh
yang memproduksi arang dan mengekspor produknya hingga ke Korea serta PT
Tainesia Jaya yang memproduksi 50 ton tepung setiap harinya dan
memasarkannya hingga skala nasional. Sektor perikanan Kecamatan Wonogiri
juga memiliki keterkaitan dengan Kota Semarang, hal ini dikarenakan Waduk
Serbaguna Gajah Mungkur yang ada di Kecamatan Wonogiri merupakan lokasi
pembudidayaan ikan air tawar PT. Aquafarm yang merupakan perusahaan asal
Swiss, sedangkan pengolahannya dilakukan di Kota Semarang. Usaha mikro kecil
menengah yang ada di Kecamatan Wonogiri turut serta mendorong keterkaitan
Kecamatan Wonogiri dengan wilayah di sekitarnya seperti pada industri kerajinan
batik wonogiren yang memperoleh bahan baku kain, cat, dan lilin dari Kota Solo,
usaha mebel yang mengirimkan sebagian hasil produk setengah jadinya ke Jepara
serta usaha makanan olahan seperti kue kering, keripik dan sebagainya yang
dipasarkan ke Kabupaten Sukoharjo, Kota Solo dan Kecamatan-kecamatan lain di
sekitarnya.
BAB 2 PROFIL WILAYAH DAN KOTA KECAMATAN WONOGIRI
2.1 Profil Wilayah
Kecamatan Wonogiri
Kecamatan Wonogiri
merupakan ibukota Kabupaten
Wonogiri dan memiliki fungsi
sesuai RTRW sebagai pusat
kegiatan lokal Kabupaten
Wonogiri. Kecamatan
Wonogiri memiliki luas wilayah
8.292,36 Ha atau sekitar
4,5% dari total luas wilayah
Kabupaten Wonogiri. Secara
administratif Kecamatan
Wonogiri berbatasan
langsung dengan Kabupaten
Sukoharjo di sebelah utara.
Kecamatan Wonogiri dilalui
oleh jalur utama transportasi
yang menghubungkan ke Kota
Solo dan Kabupaten Pacitan.
Sumber : Hasil Analisis Kelompk 2A, Studio Perencanaan 2013
Gambar 2.1 Peta Konstelasi Kecamatan Wonogiri
2.1.1 Kondisi Fisik Wilayah Kecamatan Wonogiri
Kecamatan Wonogiri memiliki pembagian administratif yaitu 6 kelurahan,
9 desa, 165 RW, dan 477 RT. Kondisi fisik kecamatan Wonogiri terdiri dari
topografi, litologi, klimatologi, penggunaan lahan, rawan bencana dan kesesuaian
lahan. Sebagian besar Kecamatan Wonogirii memiliki topografi yang datar
dengan ketinggian rata-rata 141 mdpl.
Waduk Serbaguna
Gajah Mungkur yang
ada di Kecamatan
Wonogiri merupakan
lokasi
pembudidayaan ikan
air tawar PT.
Aquafarm yang
merupakan perusahaan
asal Swiss, sedangkan
pengolahannya
dilakukan di Kota
Semarang.
6 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
Penggunaan lahan yang ada di Kecamatan
Wonogiri terdiri dari sawah, kebun, tegalan dan
permukiman. Penggunaan lahan permukiman banyak
terdapat di kelurahan-kelurahan yang merupakan
pusat perkotaan Kecamatan Wonogiri, sedangkan
wilayah kelurahan yang bukan termasuk perkotaan
Kecamatan Wonogiri didominasi oleh penggunaan
lahan untuk sawah dan kebun. pola permukiman yang
ada sangat tersebar dan berupa fragmen-fragmen.
Berikut ini adalah peta penggunaan lahan Kecamatan
Wonogiri.Beberapa wilayah yang memiliki topografi
yang curam, seperti Desa Sendang dan Desa
Wuryorejo (kondisi topografi dapat dilihat pada buku
kompilasi data).
Sumber: Bappeda Jawa Tengah 2010
Gambar 2.2 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Wonogiri
Klimatologi atau intensitas curah hujan di
Kecamatan Wonogiri sebesar 2000-
2500mm/dt/hari termasuk pada curah hujan ringan.
Sedangkan jenis tanah yang terdapat di Kecamatan
Wonogiri adalah andosol, litosol dan latosol. Ketiga
jenis tanah ini merupakan jenis tanah yang subur
subur (persebaran jenis tanah dapat dilihat pada
buku kompilasi data).
Kecamatan Wonogiri selain memiliki
kondisi fisik seperti di atas, memiliki permasalahan
wilayah yaitu adanya rawan bencana banjir dimana
persebarannya dapat dilihat pada buku kompilasi
data. Dari data fisik yang ada seperti yang
dijelaskan di atas maka didapatkan kesesuaian
lahan, dimana kesesuaian lahan ini akan menjadi
dasar dalam perencanaan zoning atau penentuan
penggunaan lahan. Berikut ini adalah peta
kesesuaian lahan Kecamatan Wonogiri
Kecamatan Wonogiri memiliki jumlah
penduduk sebesar 91.227 jiwa atau sekitar 7% dari
jumlah penduduk Kabupaten Wonogiri.
Sumber: Bappeda Jawa Tengah 2010
Gambar 2.3 Peta Kesesuaian Lahan Kecamatan Wonogiri
7 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
a. Jumlah Penduduk
Kecamatan Wonogiri memiliki jumlah penduduk
sebesar 91.227 jiwa atau sekitar 7% dari jumlah penduduk
Kabupaten Wonogiri. Sex ratio di kecamatan ini adalah
99,77 yang menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-
laki lebih sedikit daripada jumlah penduduk perempuan.
Proporsi jumlah penduduk Kecamatan Wonogiri menurut
jenis kelamin dapat ditunjukan pada peta berikut,
Sumber: Bappeda Jawa Tengah 2010, BPS Jawa Tengah 2013
Gambar 2.4
Peta Jumlah Penduduk Kecamatan Wonogiri
2.1.2 Kependudukan
Wilayah Kecamatan
Wonogiri
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk Kecamatan Wonogiri
adalah 1100 jiwa/km sehingga kecamatan ini
merupakan wilayah terpadat yang terdapat di
Kabupaten Wonogiri. Laju pertumbuhan
penduduk di Kecamatan Wonogiri pada tahun
2007-2011 mengalami peningkatan secara
fluktuatif yang ditunjukan pada gambar
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 2A Studio Perencanaan, 2013
Gambar 2.5
Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan
Wonogiri Tahun 2008-2011
Peningkatan laju
pertumbuhan penduduk
disebabkan oleh tingkat
kelahiran dan tingkat migrasi
yang cukup tinggi, sehingga
dapat menyebabkan
kepadatan penduduk di
beberapa wilayah di
kecamatan Wonogiri seperti
yang ditunjukkan pada peta
Sumber: Sumber : Hasil Analisis Kelompok 2A Studio Perencanaan, 2013
Gambar 2.6 Peta Kepadatan Penduduk
Kecamatan Wonogiri
KEPEN
DU
DU
KAN
8 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
Menurut hasil
wawancara,
migrasi
penduduk
menyebabkan
adanya aliran
uang atau
remittance
c. Migrasi Penduduk
Migrasi merupakan pergerakan atau perpindahan penduduk
dari satu wilayah ke wilayah lain dengan tujuan tertentu.
Persebaran tingkat migrasi penduduk di Kecamatan Wonogiri dapat
ditunjukan pada peta sebagai berikut.
Berdasarkan pada peta tingkat migrasi penduduk di
Kecamatan Wonogiri dapat diketahui bahwa jumlah migrasi masuk
lebih besar dibandingkan dengan jumlah migrasi keluar. Migrasi
masuk yang ada sebagian besar terjadi di wilayah yang dekat
dengan kecamatan lain maupun kabupaten lain, seperti misalnya
yang terjadi pada Desa Pokoh Kidul yang berbatasan langsung
dengan Kecamatan Ngadirojo dan Kecamatan Wonoharjo yang
berbatasan langsung dengan Kabupaten Sukoharjo. Menurut hasil
wawancara, bahwa penduduk yang melakukan migrasi ke kota
besar cukup menyebabkan dampak positif karena adanya aliran
uang atau remittanceyang ke keluarga penduduk yang tetap tinggal
di Kecamatan Wonogiri. Uang hasil remittanceini biasanya
digunakan untuk memenuhi keperluan penduduk dan ada juga
yang digunakan untuk modal usaha keluarga serta membantu
pembangunan desa seperti pembangunan mushala.
Sumber: Bappeda Jawa Tengah 2010, BPS Jawa Tengah 2013
Gambar 2.7
Peta Migrasi Penduduk Kecamatan Wonogiri
d. Jumlah Kelahiran dan Kematian Penduduk
Tingkat kelahiran dapat mengindikasikan
berhasil atau tidaknya program KB dari pemerintah.
Sedangkan tingkat kematian dapat
mengindikasikan tingkat kesehatan masyarakat
yang terdapat di kelurahan/desa tersebut.
Berdasarkan peta di atas, dapat diketahui bahwa
jumlah kelahiran penduduk di Kecamatan Wonogiri
lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah
kematian penduduk di Kecamatan Wonogiri.
Sumber: Bappeda Jawa Tengah 2010, BPS Jawa Tengah 2013
Gambar 2.8
Peta Jumlah Kelahiran dan Kematian Penduduk
Kecamatan Wonogiri
e. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
Berdasarkan jumlah penduduk menurut tamatan pendidikan, penduduk Kecamatan Wonogiri masih
didominasi oleh penduduk dengan tamatan pendidikan Sekolah Dasar.
9 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
Kondisi ini membuat kualitas sumber
daya manusia yang ada belum cukup baik,
sehingga hal ini berdampak pada belum
majunya perekonomian yang ada di Kecamatan
Wonogiri, karena keterbatasan keterampilan
dan pengetahuan untuk mengembangan
potensi lokal wilayah yang ada dan sektor-
sektor ekonomi potensial seperti perdagangan,
jasa, dan industri.
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 2A Studio Perencanaan, 2013
Gambar 2.9 Diagram Jumlah Penduduk Menurut Tamatan Pendidikan Kecamatan Wonogiri Tahun 2011
f. Jumlah Penduduk Menurut Mata
Pencaharian
Jumlah penduduk Kecamatan Wonogiri secara
keseluruhan adalah sebanyak 91.227 jiwa dengan
51.670 jiwa didalamnya merupakan penduduk yang
sudah memiliki mata pencaharian, berdasarkan data
yang ada sebanyak 17% nya merupakan penduduk
yang bermatapencaharian sebagai petani, dan 10%
nya merupakan penduduk dengan matapencaharian
sebagai pedagang. Jumlah penduduk Kecamatan
Wonogiri menurut mata pencaharian dapat dilihat
lebih jelas lagi pada diagram di samping ini
Sumber : BPS Jawa Tengah, 2011
Gambar 2.10
Diagram Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Kecamatan Wonogiri 2011
Sebagian besar penduduk di Kecamatan Wonogiri
bermata pencaharian di sektor tersier. Sektor tersier
sendiri merupakan sektor yang bergerak dalam bidang
jasa seperti perdagangan, angkutan,dll. Hal ini
menandakan fungsi Kecamatan Wonogiri sebagai
perkotaan.
Sumber : BPS Jawa Tengah, 2011
Gambar 2.11 Diagram Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
per sektor Kecamatan Wonogiri 2011
10 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
Tahun JumlahPerempuan JumlahLaki-laki Total
2004 41598 44.882 86.480
2007 45.136 44.183 89.139
2008 43.792 44.372 88.164
2009 44.517 44.503 89.020
2010 44.217 45.244 89.461
2011 45.665 45.562 91.227
2014 47.938 47.621 95.559
2019 52.979 52.037 105.016
2024 58.738 55.578 114.316
g. Proyeksi Penduduk
Perhitungan proyeksi penduduk pada tahun 2024 ini dengan metode cohort yang menggunakan
data dasar yaitu tahun 2004 dihitung setiap lima tahunan. Beikut adalah tabel yang menunjukkan tren
jumlah penduduk di Kecamatan Wonogiri dari hasil metode cohort.
Sumber :
Hasil analisis Kelompok 2A , 2013
KEPEN
DU
DU
KAN
Tabel II.1
Tabel
Jumlah
Penduduk Di
Kecamatan
Wonogiri
Berdasarkan pada tabel diatas dapat
diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah
penduduk yang fluktuatif pada lima tahun terakhir
namun pada hasil perhitungan proyeksi
menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kecamatan
Wonogiri akan semakin meningkat dengan
komposisi jumlah penduduk perempuan akan lebih
besar dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-
laki. Berikut adalah piramida penduduk yang
menunjukan komposisi dan struktur penduduk di
Kecamatan Wonogiri pada tahun 2024.
10000 5000 0 5000 10000
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-39
40-49
50-59
60++
Wanita
Pria
Gambar 2.12 Piramida Penduduk Proyeksi Kecamatan
Wonogiri Tahun 2024
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 2A Studio Perencanaan, 2013
2.1.3 Sistem Pusat Permukiman
Sistem pusat permukiman yang ada di
Kecamatan Wonogiri terdiri dari 3 pusat pelayanan,
yaitu pelayanan kota, sub pusat pelayanan kota dan
pusat lingkungan. Sistem permukiman ini didapatkan
dari hasil analisis menggunakan metode schalogram.
11 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013
Gambar 2.13 Peta Schalogram Kecamatan Wonogiri
hasil perhitungan proyeksi menunjukkan
bahwa jumlah penduduk di Kecamatan
Wonogiri akan semakin meningkat
Orde pertama yang berarti merupakan kelurahan dengan fasilitas paling lengkap adalah Kelurahan
Wonoharjo, disusul oleh Kelurahan Giripurwo pada orde kedua, Kelurahan Wonokarto, Kelurahan
Manjung, dan Kelurahan Giritirto sebagai orde ketiga, serta pada orde keempat adalah Kelurahan
Giriwono, Kelurahan Sonoharjo, Kelurahan Wonokerto, Kelurahan Purwosari, Kelurahan Bulusulur,
Kelurahan Wonoboyo, Kelurahan Purworejo, Kelurahan Wuryorejo, Kelurahan Pokoh Kidul, dan
Kelurahan Sendang.
2.1.4 Fungsi Wilayah Sebagai PKL
Kecamatan Wonogiri berdasarkan RTRW tahun 2011-2031 memiliki fungsi sebagai Pusat
Kegiatan Lokal. Pusat Kegiatan Lokal yang dimaksud terdiri dari beberapa fungsi utama yang harus
disediakan Kecamatan Wonogiri sebagai ibu Kota Kabupaten Wonogiri. Fungsi yang merupakan fokus
PKL adalah pemerintahan, pendidikan, permukiman perkotaan, perdagangan dan jasa, industri, dan
transportasi.
a. Pemerintahan
Pemerintahan di Kecamatan Wonogiri tidak hanya pemerintahan
bagi Kecamatan saja melainkan juga terdiri pemerintahan yang skalanya
mencakup Kabupaten Wonogiri secara keseluruhan. Kondisi sarana
pemerintahan yang ada sudah sudah baik, sarana pemerintahan juga
sudah melakukan pelayanan bagi masyarakat yang sudah cukup baik.
Bentuk pelayanan dari pemerintah seperti pelayananan administratif
yang sudah baik, penyediaan dan perawatan jaringan jalan, jaringan
listrik, jaringan telekomunikasi, jaringan sistem persampahan, jaringan
air bersih, jaringan drainase, dan jaringan sanitasi.
b. Pendidikan
Kondisi pendidikan yang ada di Kecamatan
Wonogiri sudah termasuk baik karena kondisi
bangunan serta kualitas pendidikan yang sudah ada
terpelihara dengan baik karena terdapat sekolah
berstandar nasional dan rintisan internasional, dan dari
jumlah sarana pendidikan yang ada jumlahnya masih
kurang namun jangkauannya sudah dapat menjangkau
seluruh kelurahan/desa di Kecamatan Wonogiri. Berikut
adalah peta jangkauan dan persebaran sarana
pendidikan di Kecamatan Wonogiri,
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013
Gambar 2.14
Peta Persebaran dan Jangkauan Sarana Pendidikan
Kecamatan Wonogiri
12 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
Sektor LQ Shift Share
Pertanian NON BASIS MUNDUR
Penggalian NON BASIS MUNDUR
Industri NON BASIS PROGRESIF
Listrik, Gas & Air Bersih NON BASIS PROGRESIF
Bangunan BASIS PROGRESIF
Perdagangan NON BASIS PROGRESIF
Angkutan/komunikasi BASIS MUNDUR
Keuangan, Persewaan dan Jasa Pers. BASIS MUNDUR
Jasa - jasa BASIS PROGRESIF
c. Perdagangan dan jasa
Berdasarkan RTRW fungsi
PKL Kecamatan Wonogiri adalah
pusat perdagangan, industri,
transportasi dan jasa. Fungsi-sungsi
PKL Kecamatan Wonogiri sebagai
perdangan, industri, transportasi
dan jasa merupakan fungsi yang
mempunyai karakteristik
perekonomian, maka untuk
menganalisisnya perlu dilakukan
perhitungan LQ dan Shift Share
untuk mengetahui bahwa fungsi
PKL yang ditetapkan sesuai dengan
kondisi yang ada saat ini.
Tabel II.2
Perhitungan LQ dan Shift Share Perekonomian Tahun 2011
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 2A Studio Perencanaan, 2013
Berdasarkan data dan hasil analisis, menunjukkan bahwa fungsi-fungsi
PKL seperti perdagangan dan industri saat ini bukan merupakan sektor
yang menjadi basis perekonomian, namun untuk perkembangannya sektor
ini sangat progresif. Berdasarkan hasil analisis dari perhitungan LQ dan
Shift Share didapatkan karakteristik sektor perekonomian Kecamatan
Wonogiri sebagai berikut;
- Listrik, Gas & air Bersih, Perdagangan
dan Industri Pengolahan merupakan
sektor progresif, namun nilai LQ < 1
(merupakan sektor non basis) sehingga
perlu dipacu menjadi sektor basis
- Angkutan dan Komunikasi memiliki LQ
= 1,9 dan PB = -29,67% maka
menjadi prioritas 3
- Keuangan, Persewaan dan Jasa Pers.
memiliki LQ = 1,34 dan PB = - 0,37%
maka menjadi prioritas 4
- Jasa - jasa, memiliki LQ = 2,96 dan PB =
14,68% maka menjadi prioritas1
- Bangunan, memiliki LQ = 1,63 dan PB =
18,10% maka menjadi prioritas 2
SEKTOR UNGGULAN SEKTOR BERKEMBANG
SEKTOR TERBELAKANG SEKTOR POTENSIAL
LQ < 1 LQ > 1
PB > 1
PB < 0
- Pertanian dan Penggalian memiliki nilai
LQ < 1 (merupakan sektor non basis)
dan pertumbuhannya termasuk
mundur sehingga perlu dikembangkan
lagi.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013
Gambar 2.15
Diagram Analisis Ekonomi Klassen Kecamatan Wonogiri
13 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
Sedangkan untuk perhitungan klassen, karena
fungsinya sebagai perdagangan dan jasa maka
analisis tipologi klassen lebih difokuskan pada sektor
tersier. Berdasarkan analisis tipologi klassen sektor
ekonomi tersier hanya terdapat satu Kelurahan yang
maju dibidang jasa yakni Kelurahan Wonoboyo.
Meskipun hanya satu kelurahan yang termasuk maju
dalam sektor tersier, namun berdasarkan kontribusi
PDRB sektor ekonomi tersier Kecamatan Wonogiri
terhadap Kabupaten Wonogiri, Kecamatan Wonogiri
menyumbang Kontribusi yang besar. Hal ini
menandakan bahwa perkembangan sektor ekonomi
tersier di Kecamatan Wonogiri hanya berpusat di satu
kelurahan sehingga belum bisa mendorong
perekonomian kecamatan.Analisis dapat dilihat pada
peta di samping ini.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013
Gambar2.16
Peta Tipologi Klassen Sektor Tersier
Kecamatan Wonogiri
14 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013
Gambar 2.17 Peta Jenis dan Lokasi Potensi Lokal
d. Industri
Industri Kecamatan
Wonogiri memiliki keterkaitan
dengan wilayah bahkan negara lain
seperti pada PT. Permata Tujuh
yang memproduksi arang dan
mengekspor produknya hingga ke
Korea serta
PT Tainesia
Jaya yang
memproduksi
50 ton tepung
setiap
harinya dan
memasarkannya
hingga skala
nasional.
Industri Batik
Industri Makanan
Ringan
Industri Kripik Tempe
Waduk Gajah Mungkur
Karamba
Ganthole
POTENSI LOKAL KECAMATAN WONOGIRI
Sektor perikanan Kecamatan
Wonogiri juga memiliki keterkaitan dengan Kota
Semarang, hal ini dikarenakan Waduk Serbaguna
Gajah Mungkur yang ada di Kecamatan Wonogiri
merupakan lokasi pembudidayaan ikan air tawar
PT. Aquafarm yang merupakan perusahaan asal
Swiss, sedangkan pengolahannya dilakukan di Kota
Semarang.
Usaha mikro kecil menengah yang ada di Kecamatan
Wonogiri turut serta mendorong keterkaitan Kecamatan
Wonogiri dengan wilayah di sekitarnya, karena Kecamaatn
Wonogiri memiliki UMKM yang cukup banyak dan tersebar
seperti pada industri kerajinan batik Wonogiren yang
memperoleh bahan baku kain, cat, dan lilin dari Kota Solo, usaha
mebel yang mengirimkan sebagian hasil produk setengah jadinya
ke Jepara serta usaha makanan olahan seperti kue kering, keripik
dan sebagainya yang dipasarkan ke Kabupaten Sukoharjo, Kota
Solo dan Kecamatan-kecamatan lain di sekitarnya. UMKM atau
yang biasa disebut dengan industri rumahan yang ada di
Kecamatan Wonogiri pada kondisi lapangannya saat ini, masih
belum memiliki keterkaitan. Masing-masing rumah tangga
cenderung melakukan seluruh proses produksi secara mandiri.
Hal tersebut tentunya tidak efisien, karena lebih menghabiskan
banyak waktu, sedangkan hasil produksinya belum tentu dengan
kuantitas yang tinggi, apalagi kualitas yang baik.
15 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
Bus antar kota maupun dalam kota sudah cukup banyak.
Jumlah angkutan umum yang tersedia bertambah dari tahun ke
tahun. Meskipun kualitas sarana transportasi khususnya angkutan
umum yang ada sudah cukup baik, akan tetapi beberapa
diantaranya masih perlu perawatan, ataupun harus diganti karena
sudah tidak layak jalan lagi.
Selain permasalahan mengenai kondisi sarana transportasi
yang berupa angkutan umum, terdapat permasalahan terhadap
tempat pemberhentian bus. Banyak terdapat bus yang ngetem di
pinggir jalan dekat alun-alun kecamatan Wonogiri, hal ini tentu
saja mengganggu mobilitas kendaraan lain yang akan melintas
seperti kemacetan.
Sumber: Hasil Survei Studio 2A Wonogiri, 2013
Gambar 2.19 Angkutan Umum Kecamatan Wonogiri
d. Transportasi
Kondisi sarana transportasi di Kecamatan
Wonogiri tergolong sudah baik. Pola jalan yang ada
sebagian besar grid, terutama pada kawasan
permukiman. Kecamatan Wonogiri memiliki berbagai
jenis/moda transportasi berupa sepeda motor, mobil,
bus dan angkutan umum. Rute angkutan umum di
Kecamatan Wonogiri sudah tersebar merata di setiap
kelurahan, baik di jalan utama maupun di jalan
lingkungan. Pada awalnya angkutan umum hanya
melintas di jalan-jalan utama, namun saat ini sudah
dapat menjangkau hingga ke permukiman warga. Peta
rute angkutan dapat dilihat seperti disamping ini
Sumber: Hasil Pemetaan Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013
Gambar 2.18
Peta Jaringan Transportasi Kecamatan Wonogiri
UMKM yang tersebar di
Kecamatan Wonogiri belum
memiliki keterkaitan sehingga hal
tersebut belum menciptakan
efisiensi kolektif antar pelaku
usaha
16 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
2.2 Profil Kota
Kecamatan Wonogiri secara eksisting mempunyai wilayah perkotaan
yang terdapat di empat kelurahan. Wilayah perkotaan Kecamatan Wonogiri
terletak di Kelurahan Wonokarto, Kelurahan Wonoboyo, Kelurahan
Giripurwo dan Kelurahan Giritirto. Pada perencanaannya, wilayah perkotaan
Kecamatan Wonogiri akan terdiri dari enam kelurahan, yaitu empat kelurahan
yang telah menjadi kawasan perkotaan eksisting dan dua kelurahan baru yang
akan dikembangkan menjadi wilayah perkotaan yaitu Kelurahan Bulusulur
dan Kelurahan Giriwono. Pemilihan dua kelurahan baru, Kelurahan Giriwono
dan Kelurahan Bulusulur juga didasarkan pada kondisi pertumbuhan wilayah
Kecamatan Wonogiri yang berkembang ke arah Utara dan Timur.
Penambahan dua kelurahan wilayah perkotaan pada perencanaan
dikarenakan wilayah perkotaan eksisting sudah mengalami kepadatan yang
cukup tinggi sehingga perlu adanya perluasan wilayah perkotaan untuk
mendukung fungsi wilayah Kecamatan Wonogiri sebagai Pusat Kegiatan
Lokal dan menampung kelebihan aktivitas pada kawasan perkotaan eksisting.
Kawasan perkotaan dalam perencanaannya akan dikembangkan
sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, perdagangan dan jasa serta sebagai
pusat distribusi hasil produksi wilayah pedesaan sesuai dengan fungsi
Kecamatan Wonogiri sebagai PKL.
Pada
perencanaannya, wilayah perkotaan
Kecamatan Wonogiri akan
terdiri dari enam kelurahan,
yaitu empat kelurahan yang
telah menjadi kawasan
perkotaan eksisting dan dua
kelurahan baru yang akan
dikembangkan menjadi
wilayah perkotaan yaitu
Kelurahan Bulusulur dan
Kelurahan Giriwono.
2.2.1 Kondisi Fisik Kota
Wilayah perkotaan Kecamatan
Wonogiri berada pada topografi
datar sampai dengan landai.
Kondisi wilayah yang datar
memudahkan untuk
dikembangkan sebagai lahan
terbangun dan tentu saja
mendukung untuk dilalui oleh
jaringan transportasi Sedangkan
jenis tanah yang ada di
perkotaan Kecamaatn Wonogiri
adalah jenis tanah latosol yang
memiliki daya tahan terhadap
erosi sehingga mendukung untuk
digunakan sebagai lahan
terbangun. Curah hujan yang
terdapat di perkotaan sebesar
200-1500mm/dt/hari yang
termasuk dalan curah hujan
ringan.
17 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
Sumber: Bappeda Jawa
Tengah 2010
Gambar 2.20
Peta Penggunaan
Lahan Kecamatan
Wonogiri
Tabel II.4
Kebutuhan Sarana Pendidikan Perkotaan Tahun 2013
Desa/Kelurahan TK SD SMP SMA Jumlah
Penduduk
Jumlah 6 kelurahan perkotaan 31 26 12 16 45.926
Jumlah Berdasarkan Standar 36 28 22 18
Sumber : Analisis Kelompok 2A, Berdasrkan SNI 03-1733-2004
2.2.1 Sarana Perkotaan Kecamatan Wonogiri
Fasilitas atau sarana merupakan suatu wadah dimana tempat manusia melakukan aktivitas. Berikut
adalah persebaran dan kondisi sarana di kawasan perkotaan,
a. Sarana Pendidikan
Berikut adalah tabel kebutuhan sarana Pendidikan saat ini berdasarkan perhitungan standar,
Penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Wonogiri didominasi oleh
permukiman terutama pada perkotaan eksisting yaitu Kelurahan Wonokarto,
Kelurahan Giripurwo, Kelurahan Wonoboyo dan Kelurahan Giritirto. Berikut
adalah peta penggunaan lahan perkotaan Kecamatan Wonogiri. Kondisi ini
menyebabkan perlunya perluasan wilayah perkotaan Kecamatan Wonogiri
untuk mendukung fungsi wilayah Kecamatan Wonogiri
sebagai pusat kegiatan lokal, sehingga aktivitas yang
ada seperti perdagangan, pemerintahan,pendidikan, jasa
dan permukiman dapat berlangsung secara optimal.
Kelurahan Bulusulur dan Kelurahan Giriwono yang
merupakan wilayah perkotaan tambahan mempunyai
penggunaan lahan yang masih didominasi oleh lahan
terbuka sehingga masih dapat dilakukan pembangunan.
Namun perkotaan memiliki rawan bencana berupa banjir
yang terdapat pada Kelurahan Giripurwo dan Kelurahan
Wonoboyo.
`Dari kondisi fisik yang ada di perkotaan dan rawan
bencana yang ada, didapatkan peta kesesuaian lahan
seperti berikut.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013
Gambar 2.21
Peta Kesesuaian lahan Kecamatan
Wonogiri
profil kota
Berdasarkan tabel kebutuhan sarana pendidikan di
kawasan perkotaan, dapat diketahui bahwa jumlah
sarana pendidikan yang ada belum sesuai standar SNI.
Berdasarkan jangkauan pelayanannya, sarana
pendidikan di kawasan perkotaan sudah terpenuhi
secara optimal.
Hal ini dapat dilihat dari jangkauan dan
persebaran sarana pendidikan yang
sudah mampu menjangkau dan melayani
kebutuhan masyarakat akan pendidikan.
18 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
b. Sarana Peribadatan
Berikut adalah tabel kebutuhan sarana peribadatan saat ini berdasarkan perhitungan standar,
Tabel II.5
Kebutuhan Sarana Peribadatan Perkotaan 2024
Desa/Kelurahan Masjid Langgar Gereja Vihara Hindu
Vihara Budha
Jumlah Penduduk
Jumlah 6 kelurahan perkotaan 75 45 18 2 3 45.926
Jumlah Berdasarkan Standar 18 44 18 - -
Sumber : Analisis Kelompok 2A, Berdasrkan SNI 03-1733-2004
Sarana pendidikan di kawasan perkotaan
ini juga sudah ada yang bertaraf nasional dan
bertaraf internasional, sehingga banyak siswa
atau siswa yang berasal dari Kecamatan lain
seperti Kecamatan Giritirto dan Giriwoyo yang
bersekolah di sekolah tersebut. Berikut adalah
persebaran dan jangkauan sarana pendidikan di
kawasan perkotaan,
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013
Gambar 2.22
Peta Persebaran dan Jangkauan Sarana Pendidikan
Perkotaan
Berdasarkan tabel kebutuhan sarana
peribadatan perkotaan dapat diketahui bahwa
berdasarkan standar SNI, di 6 kelurahan ini untuk
sarana peribadatan Masjid,langgar dan gereja sudah
terpenuhi dan sesuai standar SNI di 6 kelurahan
tersebut, hal ini karena di 6 kelurahan ini mayoritas
penduduknya beragama islam dan kristen. Kondisi
sarana peribadatan berdasarkan survey dan observasi
di kawasan perkotaan sudah baik, dimana bangunan
sarana peribadatan sudah permanen dan terawat
dengan baik, sehingga masyarakat dapat
menggunakan sarana peribadatan tersebut dengan
nyaman.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013
Gambar 2.23
Peta Persebaran dan Jangkauan Sarana Peribadatan Perkotaan
19 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
sarana pendidikan di kawasan
perkotaan sudah terpenuhi secara
optimal.
c. Sarana Peribadatan
Berikut adalah tabel kebutuhan sarana kesehatan saat ini berdasarkan perhitungan standar,
Tabel II.6 Kebutuhan Sarana Kesehatan Perkotaan
Desa/Kelurahan Puskesmas Pembantu
Puskesmas Rumah Bersalin
Praktek Dokter
Posyandu Jumlah
Penduduk
Jumlah 6 kelurahan perkotaan
0 2 10 32 52
45.926 Jumlah Berdasarkan Standar
1 1 15 12 15
Sumber : Analisis Kelompok 2A, Berdasrkan SNI 03-1733-2004
Jangkauan pelayanan sarana
peribadatan di 6 kelurahan ini sudah
optimal, dimana penduduk
Kecamatan Wonogiri sudah bisa
menggunakan sarana peribadatan
sesuai dengan kebutuhannya
Sumber : Dokumentasi 2A, Studio Perencanaan, 2013
Gambar 2.24
Sarana Peribadatan di Perkotaan Masjid di Kelurahan Wonokarto (Atas) dan
Gereja di Kelurahan Wonokarto (Bawah)
Berdasarkan tabel kebutuhan sarana
kesehatan perkotaan, dapat diketahui bahwa
berdasarkan standar SNI untuk kawasan perkotaan
masih kekurangan dalam jumlah puskesmas
pembantu dan rumah bersalin. Namun untuk
puskesmas pembantu dapat digantikan puskesmas
yang ada. Selain itu adanya rumah sakit umum di
Kelurahan Giriwono juga dapat menggantikan jumlah
kekurangan rumah bersalin. Hal ini dapat dilihat dari
jangkauan pelayanan kesehatan pertokaan yang telah
menjangkau dan melayani seluruh masyarakat di
kawasan perkotaan dalam dalam skala wilayah dan
kabupaten. Berikut adalah persebaran dan jangkauan
sarana kesehatan di Kecamatan Wonogiri Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013
Gambar 2.25
Peta Persebaran dan Jangkauan Sarana Kesehatan
Perkotaan
Sumber : Dokumentasi 2A, Studio Perencanaan, 2013
Gambar 2.26 Sarana Kesehatan di Perkotaan
RSUD Soediran Mangun Sumarso (Atas)
Puskesmas Wonogiri (Bawah)
20 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
Berikut adalah bagan flow aktivitas perdagangan dan jasa di pasar Kota Wonogiri;
Kota sebagai pusat perdagangan dan jasa memiliki sarana perekonomian guna mendung
aktivitas perekonomian perkotaan. Pasar utama Kecamatan Wonogiri berlokasi di pusat kota tepatnya
di kelurahan Giripurwo. Pasar ini merupakan tujuan pergerakan warga untuk menuju pusat kota di
setiap harinya. Pasar Wonogiri memiliki skala pelayanan hingga satu Kecamatan. Sebagian besar
barang yang dijual di Pasar tersebut berasal dari luar seperti dari Yogyakarta, Magetan, Jakarta,
Surabaya dan Sukoharjo. Pasar tersebut juga disediakan oleh pemerintah untuk menampung PKL
yang berada di depan pasar. Akan tetapi tempat tersebut tidak dimanfaatkan oleh PKL karena
letaknya yang kurang strategis yaitu berada di lantai tiga pasar.
Sumber: Hasil dokumentasi Kelompok 2A Studio Perencanaan, 2013
Gambar 2.27 Pasar Kota Wonogiri
Sumber: Hasil analisis Kelompok 2A Studio Perencanaan, 2013
Gambar 2. 28
Bagan Flow Pasar
Jenis dan Asal Barang
- Pakaian, tas, sepatu dari Solo - Sayur Mayur dan Buah-buahan dari Sukoharjo
dan Kecamatan lain di Kabupaten Wonogiri - Sembako dari Solo - Snack dan makanan ringan dari Kecamatan
Wonogiri - Ayam Potong dari Kecamatan lain di Kabupaten
Wonogiri
Waktu Operasional Pasar
Setiap Hari mulai dari jam 03.00-17.00
WIB
Kepemilikan Toko dalam Pasar
- Merupakan milik Pribadi, dimana penjual
membeli dari pemerintah dan untuk pajak
setiap seminggu masing-masing pedagang
membayar Rp 1.000
Penjual dan Pembeli
- Penjual berasal dari Kecamatan
Wonogiri
- Pembeli kebanyakan merupakan
masyarakat Kecamatan Wonogiri
Selain pasar,
sarana
perekonomian di
perkotaan juga
terdapat
pertokoan dan
toserba.
21 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
Toserba – toserba yang ada pada dasarnya sudah mampu menyediakan berbagai kebutuhan
masyarakat seperti elektronik, pakaian, kebutuhan sehari –hari juga didalamnya termasuk sarana
hiburan untuk anak – anak.
22 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
Sumber: Hasil Dokumentasi Kelompok 2A Studio
Perencanaan, 2013
Gambar 2. 30
Toserba Baru (atas) dan Hotel Cendrawasi
di Kelurahan Giripurwo Kecamatan
Wonogiri (bawah)
. Akan tetapi, meskipun menyediakan
berbagai kebutuhan masyarakat, toserba
tersebut kurang diminati oleh masyarakat
Wonogiri sendiri. Hal ini dapat dilihat dari
toserba – toserba yang selalu terlihat sepi
baik di siang hari maupun malam hari.
Berikut adalah peta pusat perdagangan di
kawasan perkotaan
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A
Studio Perencanaan, 2013
Gambar 2.29
Peta Pusat perdagangan Perkotaan
Disamping itu, pusat perkotaan
sebagai pusat pemerintahan dan
pelayanan bagi masyarakat seharusnya
Kota Wonogiri mampu menyediakan
hotel di kawasan perkotaan minimal hotel
dengan kelas bintang 3. Namun
kenyataannya, 6 hotel yang terdapat di
kawasan perkotaan semuanya memiliki
kualitas kelas melati.Hal ini menyebabkan
banyak investor atau pemerintah yang
sering mengadakan acara atau rapat
besar di luar Kota Wonogiri akibat dari
rendahnya kualitas sarana yang
disediakan di Kota Wonogiri.
Dimana selain untuk tempat menginap, hotel
– hotel yang berada di pusat kota juga dapat
digunakan untuk seminar. Biasanya digunakan oleh
badan pemerintah atau perusahaan - perusahaan
ketika mengadakan rapat.
2.2.3 Prasarana Perkotaan Kecamatan
Wonogiri
a. Jaringan Jalan
Salah satu indikator kemajuan
suatu wilayah maupun kota dapat dilihat
dari jaringan jalannya, baik dari sistemnya
maupun kondisi fisiknya. Daerah
perkotaan di Kecamatan Wonogiri adalah
meliputi Kelurahan Giripurwo, Kelurahan
Giritirto, Kelurahan Wonokarto,
Kelurahan Wonoboyo, Kelurahan
Giriwono selatan dan Kelurahan
Bulusulur.
toserba tersebut kurang
diminati oleh masyarakat
Wonogiri sendiri.
Adanya sistem jaringan jalan yang terkoordinasi
dengan baik juga berdampak pada sistem transportasi yang
ada di Kecamatan Wonogiri, sehingga masyarakat akan
merasa lebih mudah dan nyaman ketika melakukan
perjalanan. Namun pada perkotaan ini terdapat jembatan
yang ada di Kelurahan Wonoboyo yang fungsinya kurang
optimal, karena hanya satu sisi saja yang berfungsi.
Walaupun begitu pergerakan yang ada tidak terganggu.
Berikut adalah gambar kondisi jalan kolektor yang ada di
Kecamatan Wonogiri.
Aktivitas di daerah perkotaan sangat
dipengaruhi oleh keberadaan jaringan jalan di daerah
tersebut. Terlebih pola jalan di daerah perkotaan
tersebut berbentuk grid sehingga semakin
memudahkan akses untuk menjangkau daerah
perkotaan yang ada di Kecamatan Wonogiri tersebut.
Kemudahan akses dan kondisi fisiknya yang cukup
baik, tentunya akan mempermudah proses distribusi
barang dan jasa di dalam Kecamatan Wonogiri itu
sendiri maupun ke luar dari kecamatan.
Sumber: Bappeda Jawa Tengah, 2010
Gambar 2.31Peta Jaringan Jalan daerah
perkotaan Kecamatan Wonogiri
Sumber: Hasil
Dokumentasi Kelompok
2A, Studio Perencanaan
2013
Gambar 2.32
Kondisi Jalan
Kolektor Kecamatan
Wonogiri
23 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
b. Jaringan Air Bersih
Umumnya, penggunaan sumber air bersih di daerah
perkotaan Kecamatan Wonogiri bersumber dari PDAM Giri
Tirta Sari yang bersumber dari air waduk gajah mungkur.
Kondisi topografinya yang datar, menjadikan layanan
PDAM mampu menjangkau Kecamatan Wonogiri
khususnya yang berada di daerah perkotaan. Dari segi
kuantitasnya, ketersediaan sumber air dari PDAM cukup
melimpah untuk memenuhi konsumsi masyarakat, dan
tentunya kualitas dari sumber air tersebut juga baik.
Sumber: Bappeda Jawa Tengah, 2010
Gambar 2.33
Peta Penggunaan Air bersih daerah perkotaan Kecamatan Wonogiri
Untuk mengantisipasi dari kekurangan air, sebagian warga perkotaan membuat tandon sebagai
tempat untuk menampung air (simpanan air) sehingga nantinya dapat digunakan ketika musim kekeringan
datang.
c. Jaringan drainase
Jaringan drainase perkotaan di Kecamatan
Wonogiri mengikuti pola jalan yang ada, baik
pada jalan utama (drainase sekunder) dan jalan
lingkungan (drainase tersier). Pada sistem
drainase sekunder sendiri, jenis drainasenya
adalah berupa drainase tertutup. Sedangkan
pada drainase tersier yang berada di jalan
lingkungan daerah perkotaan Kecamatan
Wonogiri adalah berupa drainase terbuka,
dengan tujuan agar lebih mudah dibersihkan
ketika terjadi penyumbatan pada saluran
drainase
profil kota
Sumber: Bappeda Jawa Tengah, 2010
Gambar 2.34 Peta Jaringan Drainase Daerah Perkotaan Kecamatan Wonogiri
Kedua sistem drainase tersebut, akan saling
terintegrasi yang kemudian akan berakhir pada satu
saluran yaitu pada drainase primer yang berupa sungai
di sekitar Kecamatan Wonogiri. Dari segi kondisi fisik
drainase sendiri, sudah berupa drainase permanen,
yaitu dibuat dengan bahan material bangunan.
Pembuatan saluran drainase tersebut juga
memperhatikan topografi di masing-masing daerah
perkotaan, dengan harapan air dalam saluran tersebut
dapat dialirkan dengan lancar.
Sumber : Dokumentasi 2A, Studio Perencanaan, 2013
Gambar 2.35
Kondisi Drainase Lingkungan Daerah Perkotaan
Kecamatan Wonogiri
24 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
d. Jaringan Sanitasi Kawasan Perkotaan
Sistem jaringan sanitasi di kawasan perkotaan
terbagi menjadi dua yakni secara individu dan komunal.
Sistem jaringan sanitasi secara individu menggunakan septic
tank yang ada di setiap rumah tangga. Sedangkan sistem
jaringan sanitasi secara komunal menggunakan sistem IPAL
(Instalasi Pengolahan Air Limbah) berbasis masyarakat. IPAL
sendiri merupakan sistem pengelolaan air limbah yang
terdiri dari beberapa rumah tangga yang kemudian nantinya
akan disalurkan melalui pipa dan ditampung pada suatu
tempat untuk dikelola agar bisa dimanfaatkan kembali.
Sehingga lebih ramah lingkungan dan aman. Untuk kawasan
perkotaan, hanya ada dua Kelurahan/desa yang sudah
menggunakan sistem IPAL yakni Kelurahan Wonokarto dan
Giripurwo.
Sumber: Bappeda Jawa Tengah, 2010
Gambar 2.36 Peta Jaringan Sanitasi Kawasan Perkotaan
Sistem IPAL pada dasarnya banyak
digunakan tidak hanya oleh warga namun juga
instansi diperkotaan seperti Industri ataupun
Rumah Sakit. Jaringan sanitasi untuk Kawasan
Perkotaan Kecamatan wonogiri ditunjukkan
pada peta diatas.
Sistem IPAL Kelurahan Giripurwo
Kelurahan
Wonokarto dan
Giripurwo
sudah
menggunakan
sistem IPAL
e. Jaringan Listrik
Jaringan listrik di Kawasan perkotaan
sudah cukup baik selain sudah melayani
seluruh wilayah perkotaan, di kawasan
perkotaan sendiri jarang terjadi pemadaman
listrik. Sehingga jaringan listrik di Kawasan
perkotaan sudah memiliki kualitas yang baik.
Ditambah lagi, banyaknya menara SUTET
(Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) di
kawasan perkotaan menyebabkan pelayanan
listrik dapat menjangkau dan melayani keenam
kelurahan/desa tersebut. Berikut adalah peta
jaringan listrik kawasan perkotaan Kecamatan
Wonogiri,
25 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
Sumber: Bappeda Jawa Tengah, 2010
Gambar 2.37 Peta Jaringan Listrik Kawasan Perkotaan
26 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
Akan tetapi Karena letaknya yang berada di perkotaan dimana banyak pemukiman yang padat,
sehingga seringkali ditemukan letak menara SUTET yang berdekatan dengan pemukiman. Padahal jarak
minimal menara SUTET dari bangunan ialah sejauh 25 meter guna menghindari bahaya medan magnet yang
ditimbulkan gaya listrik dari menara SUTET. Akan tetapi, keberadaan menara SUTET yang dekat dengan
pemukiman tidak mengganggu aktivitas masyarakat.
profil kota
f. Sistem Transportasi
Rute transportasi yang ada di kawasan
perkotaan sudah menjangkau daerah
permukiman warga. Berdasarkan hasil
observasi dan wawancara dapat diketahui
bahwa bus yang melalui Kecamatan Wonogiri
berupa bus-bus pariwisata maupun bus kota.
Waktu tunggu yang dibutuhkan untuk bus kota
juga relatif singkat. Pengaturan mengenai
kejelasan jalur juga perlu dijadikan perhatian.
Banyaknya jalan satu arah belum tersosialisasi
dengan baik sehingga menyulitkan kaum
pendatang yang berkunjung ke Kecamatan
Wonogiri, khususnya di daerah perkotaan yang
menjadi pusat kegiatan.
Sumber : Hasil Survei Kelompok 2A, Studio Perencanaan, 2013
Gambar 2.38 Peta Rute Angkutan Kecamatan Wonogiri
Sumber : Dokumentasi 2A, Studio Perencanaan, 2013
Gambar 2.39
Angkutan Kota Kecamatan Wonogiri
g. Sistem Persampahan
Sistem persampahan pada kawasan perkotaan
Kecamatan Wonogiri sebagian besar sudah berkembang
menjadi lebih terstruktur. Saat ini sudah ada beberapa
kelurahan yang memanfaatkan jasa pengangkutan sampah
yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum.
Sumber: Bappeda Jawa Tengah, 2010
Gambar 2.40 Peta Peta Titik TPS Kecamatan Wonogiri
27 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
Meski begitu, beberapa daerah bahkan yang berada di kawasan perkotaan masih ada yang mengolah
sampah dengan membakar di pekarangan. Hal ini menjadi masalah tersendiri ketika nantinya dapat
mengakibatkan polusi udara.
TPS yang ada jumlahnya masih terbatas. Bahkan, di satu kelurahan sudah memiliki TPS, akan tetapi tidak
dapat berfungsi optimal karena penempatan TPS yang berada di medan curam sehingga kendaraan pengangkut
sampah tidak dapat mengaksesnya. Hal ini menghambat kemajuan sistem persampahan khususnya pada daerah
perkotaan di 6 kelurahan.
2.2.4 Kependudukan
a. Jumlah Penduduk
Penduduk perkotaan di 6
kelurahan di Kecamatan Wonogiri
memiliki jumlah penduduk
sebesar 45.926 jiwa atau sekitar
50% dari jumlah penduduk di
Kecamatan Wonogiri. Jumlah
penduduk terbanyak terdapat di
kelurahan Giritirto sedangkan
jumlah penduduk paling sedikit
terdapat di Kelurahan Bulusulur.
Rata-rata sex ratio di 6 wilayah
perkotaan ini adalah 98,69 yang
menunjukkan bahwa jumlah
penduduk laki-laki lebih sedikit
daripada jumlah penduduk
perempuan.
Sumber: Bappeda Jawa Tengah 2010 dan BPS Jawa Tengah 2013
Gambar 2.41 Peta Jumlah Penduduk Perkotaan
b. Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk yang terkonsentrasi di masing-
masing kelurahan membentuk kepadatan penduduk dan
bangunan. Pada awalnya wilayah perkotaan di Kecamatan
Wonogiri sebanyak 4 kelurahan yaitu Kelurahan Giripurwo,
Giritirto, Wonokarto dan Wonoboyo.
Berdasarkan proyeksi penduduk pada tahun
2024, sebesar 60% penduduk akan
tinggal di wilayah perkotaan.
Berdasarkan proyeksi penduduk pada tahun 2024,
sebesar 60% penduduk akan tinggal di wilayah perkotaan. Hal
ini berarti kepadatan penduduk di 4 kelurahan tersebut akan
semakin meningkat sehingga daya tampung di wilayah
perkotaan tidak memadai dan mendorong terjadinya
pemekaran wilayah perkotaan. Pemekaran wilayah perkotaan
akan terjadi di 2 kelurahan yaitu Kelurahan Giriwono dan
Kelurahan Bulusulur.
Berdasarkan pada peta disamping maka dapat diketahui
bahwa kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kelurahan
Giripurwo dan Wonokarto. Sedangkan kepadatan terendah
terdapat di Kelurahan Bulusulur. Hal inilah yang menyebabkan
kepadatan penduduk merupakan salah satu indikator pemilihan
6 kelurahan yang ditetapkan sebagai wilayah perkotaan di
Kecamatan Wonogiri.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013
Gambar 2.42 Peta Kepadatan Penduduk Perkotaan
c. Migrasi
Migrasi penduduk umumnya adalah
perpindahan penduduk dari desa ke kota. Migrasi
menjadi salah satu indikator tingkat preferensi
masyarakat terhadap lokasi tempat tinggal. Penduduk
yang bermigrasi memiliki tujuan tertentu yaitu untuk
memenuhi kebutuhan seperti bekerja, bersekolah dan
sebagainya.Tujuan migrasi keluar sebagian besar
adalah menuju ke Jakarta, Semarang dan Sukoharjo.
Penduduk yang melakukan migrasi pada umumnya
berusia 19-45 tahun
Sumber: Bappeda Jawa Tengah 2010 dan BPS Jawa Tengah 2013
Gambar 2.43
Peta Migrasi Penduduk Perkotaan
Tingkat migrasi penduduk dibagi menjadi dua yaitu migrasi masuk dan migrasi keluar. Tingkat migrasi
dapat menjadi dasar pemilihan wilayah perkotaan di Kecamatan Wonogiri. Hal ini dikarenakan keenam kelurahan
ini merupakan tujuan migrasi yang paling banyak dipilih oleh penduduk. Tingkat migrasi di wilayah perkotaan
yang terdapat di Kecamatan Wonogiri ditunjukan dengan peta sebagai berikut. Berdasarkan pada peta migrasi
penduduk di 6 wilayah perkotaan diatas dapat diketahui bahwa laju migrasi tertinggi terdapat di Kelurahan
Giripurwo sedangkan laju migrasi terendah terdapat di Kelurahan Bulusulur.
28 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
d. Fertilitas dan Mortalitas
Jumlah kelahiran dan kelahiran dapat mempengaruhi
pertumbuhan penduduk di wilayah perkotaan. Umumnya
tren perkembangan penduduk perkotaan adalah
menurunnya jumlah kelahiran dan jumlah kematian.
Berdasarkan pada peta disamping maka dapat
diketahui bahwa jumlah kelahiran penduduk lebih tinggi
dibandingkan dengan jumlah kematian penduduk. Di
wilayah perkotaan tersebut terdapat 527 jumlah kelahiran
dan 234 jumlah kematian. Jumlah kelahiran terbesar
terdapat di Kelurahan Giritirto sebanyak 116 jiwa
sedangkan jumlah kelahiran terendah terdapat di
Kelurahan Bulusulur sebanyak 59 jiwa. Jumlah kematian
terbesar terdapat di Kelurahan Giritirto dan Giripurwo
sebanyak 49 jiwa sedangkan kematian terendah terdapat di
Kelurahan Bulusulur sebanyak 16 jiwa.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013
Gambar 2.44 Peta Kelahiran (kiri) dan Kematian(kanan)
Penduduk Perkotaan
2.2.5 Sistem Pusat Permukiman
Pada Kecamatan Wonogiri, terdapat 15
desa/kelurahan. Penghitungan orde dilakukan dengan cara
yang sama dengan perhitungan pada pusat permukiman
agregat. Data yang digunakan adalah data jumlah
penduduk, jumlah fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan
dan fasilitas ekonomi. Setelah dilakukan perhitungan
dengan metode Skalogram dan Indeks Sentralitas Marshal,
diperoleh 4 orde kota.
Orde pertama yang berarti merupakan kelurahan
dengan fasilitas paling lengkap adalah Kelurahan
Wonoharjo, disusul oleh Kelurahan Giripurwo pada orde
kedua, Kelurahan Wonokarto, Kelurahan Manjung, dan
Kelurahan Giritirto sebagai orde ketiga, serta pada orde
keempat adalah Kelurahan Giriwono, Kelurahan Sonoharjo,
Kelurahan Wonokerto, Kelurahan Purwosari, Kelurahan
Bulusulur, Kelurahan Wonoboyo, Kelurahan Purworejo,
Kelurahan Wuryorejo, Kelurahan Pokoh Kidul, dan
Kelurahan Sendang.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A Studio Perencaaan 2013
Gambar 2.45 Peta Schalogram Kecamatan Wonogiri
29 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
2.2.6 Struktur dan Pola Ruang Eksisting
Menurut pelayanannya struktur ruang kota
Kecamatan Wonogiri termasuk ke dalam Multi nodal
yaitu wilayah yang terdiri dari satu pusat dan beberapa
sub pusat dan sub sub pusat yang saling terhubung satu
sama sama lain. Sub-sub pusat selain terhubung masing-
masing juga terhubung langsung dengan pusat. Kawasan
perkotaan eksisting terdiri dari empat kelurahan
Kelurahan Giripurwo, Giritirto, Wonokarto dan
Wonoboyo
profil kota
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013
Gambar 2.46
Peta Struktur Perkotaan Kecamatan Wonogiri
Kecamatan Giripurwo merupakan pusat
pelayanan kota yang merupakan pusat pelayanan
utama yang didominasi oleh kegiatan
perdagangan serta pemerintahan. Wonokarto
merupakan sub pusat perkotaan sedangkan
Giritirto,Wonoboyo,Bulusulur, dan Giriwono
merupakan pusat dan sub pusat lingkungan. Lebih
jelasnya berikut dapat dilihat pada peta pola ruang
kota eksisting:
2.3 Penstrukturan Masalah
Isu wilayah yang terdapat di
Kecamatan Wonogiri adalah
Kecamatan Wonogiri belum mampu
menjalankan fungsinya sebagai
Pusat Kegiatan Lokal yang
spesialisasinya adalah sebagai pusat
pemerintahan, pendidikan, industri,
perdagangan dan jasa serta
transportasi. Isu tersebut disebabkan
karena adanya masalah sektoral dari
fungsi utamanya tersebut.
30 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
31
La
po
ran
Ak
hir S
tud
io P
ere
nca
na
an
2A
ISU WILAYAH
KECAMATAN WONOGIRI
Masalah pendukung isu
Isu Wilayah
Keterangan :
Kecamatan Wonogiri belum mampu
menjalankan fungsinya sebagai Pusat
Kegiatan Lokal khususnya pada
bidang Industri, Perdagangan,
permukiman perkotaan, Jasa, dan
Transportasi
Tidak adanya sarana terminal yang
mengakomodasi bus yang
melintas di Kecamatan Wonogiri
Fungsi Kecamatan Wonogiri
sebagai pusat pelayanan
transportasi belum berfungsi
secara optimal
Banyaknya Pedagang Kaki Lima yang
menggunakan pedestrian ways
sebagai lokasi perdagangan
Keterbatasan sarana
perdagangan formal
Sektor perdagangan
informal belum dapat
dikelola dengan baik
wilayah perkotaan
eksisting sudah
mengalami kepadatan
yang cukup tinggi
Keterbatasan ruang untuk
pemenuhan sarana
permukiman perkotaan
Fungsi Kecamatan Wonogiri
sebagai pusat permukiman
perkotaan belum optimal
Fungsi Kecamatan Wonogiri sebagai
kegiatan lokal Perdagangan belum
berfungsi secara optimal
Isu Perkotaan
Pariwisata Waduk Gajah Mungkur
sebagai Jasa Rekreasi di Kecamatan
Wonogiri belum mampu menarik
wisatawan
Fungsi Kecamatan Wonogiri sebagai
kegiatan lokal Jasa belum berfungsi
secara optimal
Kualitas Jasa
Perhotelan di
Kecamatan Wonogiri
masih rendah
Kurangnya daya tarik
atraksi Pariwisata
Waduk Gajah
Mungkur
Kurangnya Pengelolaan dan
Perawatan pada
objek wisata
Keterbatasan dana
dan sumber daya
manusia
Kawasan perkotaan belum
dapat menjadi pusat distribusi
hasil produk pengembangan
potensi lokal
Belum adanya
standarisasi produk
sehingga mampu
berdaya saing
Terhambatnya
Pengembangan
Potensi Lokal
Sedikitnya peluang
kerja (minimnya
lapangan pekerjaan)
Fungsi Kecamatan
Wonogiri sebagai
kegiatan lokal industri
belum berfungsi secara
optimal
Keterbatasan
teknologi dalam
industri/perusahaan
besar di Kecamatan
Wonogiri
Pemerintah
Kecamatan
Wonogiri yang
belum fokus
terhadap investasi
Produktivitas pekerja
dan hasil produksi
yang rendah
Kualitas SDM
cenderung rendah
Minimnya investasi di
Kecamatan Wonogiri
Penduduk menurut tamatan
pendidikan masih didominasi oleh
penduduk lulusan SD
Perusahaan yang ada
belum mampu menjadi
Leading sector di
Kecamatan Wonogiri
Tingginya
persaingan antar
UMKM tanpa
menciptakan
inovasi
Tidak adanya
keterkaitan antar
UMKM
Keterbatasan
Informasi mengenai
peminjaman modal
usaha dari Pemerintah
setempat
Berdasarkan penstrukturan masalah di atas maka dapat dijelaskan bahwa permasalahn utama
Kecamatan Wonogiri yang belum mampu menjalankan fungsinya sebagai PKL yang spesialisasinya adalah
sebagai pusat Pemerintahan, Pendidikan, Industri, Perdagangan dan Jasa, dan Transportasi disebabkan oleh
permasalahan sektoral. Beberapa masalah tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Kecamatan Wonogiri Sebagai Kegiatan Industri Belum
Berfungsi Secara Optimal
Kecamatan Wonogiri yang merupakan pusat kegiatan industri
belum mampu menyediakan peluang kerja bagi Kecamatan Wonogiri
dan sekitarnya. Hal tersebut dikarenakan perusahaan yang ada di
Kecamatan Wonogiri belum mampu menjadi leading sector dan masih
terhambatnya pengembangan potensi lokal. Keduanya dipengaruhi
oleh produktivitas tenaga kerja serta hasil produksinya yang rendah
dan masih minimnya investasi di Kecamatan Wonogiri. Minimnya
investasi ini disebabkan oleh pemerintah Kecamatan Wonogiri yang
belum fokus untuk mendatangkan investasi ke wilayahnya. Minimnya
investasi tersebut menjadikan keterbatasan teknologi dalam
industri/perusahaan di Kecamatan Wonogiri. Investor enggan
menanamkan modal di Kecamatan Wonogiri karena kualitas SDM
yang ada cenderung rendah (yang ditunjukkan dengan adanya
masalah produktivitas tenaga kerja rendah), sehingga investor tidak
dapat menerima feedback dalam jangka cepat atau sebanding dengan
investasinya.
Sedangkan terhambatnya pengembangan
potensi lokal selain dipengaruhi masalah produktivitas
tenaga kerja dan minimnya investasi, juga dipengaruhi
oleh beberapa masalah wilayah yang lain, diantaranya
yaitu :
- Sektor ekonomi tersier belum mampu
mendorong pengembangan potensi lokal
Adanya jasa perbankan belum dimanfaatkan
oleh pemilik usaha sebagai pemodalan. Pemilik
usaha lebih memilih untuk menggunakan modal
pribadi. Sehingga tidak ada peningkatan dalam
hal produksi.
- Belum adanya standarisasi produk sehingga
mampu berdaya saing
Beberapa desa/kelurahan di Kecamatan
Wonogiri memiliki hasil potensi lokal yang
berupa produk olahan seperti tempe kripik,
emping umbi garut, tahu, dan beberapa olahan
industri rumahan yang lain. Hasil industri
tersebut belum memiliki standarisasi produk.
Standarisasi produk tersebut dinilai dapat
meningkatkan daya saing kualitas produk
tersebut. Karena dalam proses produksinya,
sudah disesuaikan dengan standar yang tekah
ditentukan dengan memperhatikan berbagai
pertimbangan untuk meningkatkan daya saing.
32 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
perusahaan yang ada di Kecamatan
Wonogiri belum mampu menjadi
leading sector
- Tidak adanya keterkaitan antar UMKM
UMKM atau yang biasa disebut dengan
industri rumahan yang ada di Kecamatan
Wonogiri pada kondisi lapangannya saat ini,
masih belum memiliki keterkaitan. Masing-
masing rumah tangga cenderung melakukan
seluruh proses produksi secara mandiri. Hal
tersebut tentunya tidak efisien, karena lebih
menghabiskan banyak waktu, sedangkan
hasil produksinya belum tentu dengan
kuantitas yang tinggi, apalagi kualitas yang
baik.
- Tingginya persaingan antar UMKM tanpa
menciptakan inovasi
Tidak adanya keterkaitan antar UMKM
tersebut dikarenakan masih tingginya
persaingan antar UMKM. Namun, persaingan
yang ada tidak menimbulkan dampak positif
yang besar, seperti munculnya inovasi baru
dalam menghasilkan produk baru dengan
kualitas yang lebih baik dan lebih efisien.
Pelaku UMKM dalam proses produksi hanya
terfokus pada pasar yaitu memproduksi
produk dalam jumlah besar tanpa
memperhatikan kualitasnya.
- Keterbatasan informasi mengenai
peminjaman modal usaha dari pemerintah
setempat
Sebagian besar warga yang memiliki industri
rumahan tidak mengetahui akses dalam
peminjaman modal usaha dari pemerintah.
Pemilik industri mayoritas menggunakan
modal pribadi. Modal yang digunakan
tentunya tidak mampu menutup semua
kekurangan dalam proses produksi.
Peningkatan kualitas produk pun menjadi
terhambat karena minimnya modal yang
dimiliki.
- Kawasan Perkotaan belum dapat menjadi pusat
distribusi dalam pengembangan potensi lokal.
Dalam pengembangan potensi lokal sebagai
upaya untuk menunjang perekonomian wilayah,
pendistribusian hasil adalah salah satu aspek
yang penting. Di Kecamatan Wonigiri sendiri,
dalam hal pendistribusian hasil potensi lokal
masih belum melalui kawasan perkotaan.
Masing-masing desa/kelurahan yang
memproduksi hasil potensi lokal tersebut
memasarkan produknya langsung pada
tengkulak-tengkulak yang ada. Hal tersebut
menjadikan proses pemasaran di kawasan
perkotaan yang seharusnya dapat menjadi upaya
pengenalan produk lokal kepada masyarakat
Kecamatan Wonogiri sendiri masih belum
tercapai.
33 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
2. Fungsi Kecamatan Wonogiri Sebagai Pusat Pelayanan
Transportasi Belum Optimal.
Kondisi infrastruktur jalan yang cukup baik di
Kecamatan Wonogiri belum mampu meningkatkan pelayanan
transportasi. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya sarana
terminal yang mengakomodasi pergerakan bus yang melintas
di Kecamatan Wonogiri. Seringkali didapati bus-bus yang
melintas di Kecamatan Wonogiri menggunakan bahu jalan
untuk tempat pemberhentian penumpang. Sehingga sering
terjadi ketidakteraturan di jalan raya karena banyaknya bus
yang menggunakan bahu jalan sebagai tempat
pemberhentian.
3. Fungsi Kecamatan Wonogiri Sebagai Kegiatan Lokal Jasa Belum Berfungsi Secara
Optimal.
Pelayanan jasa yang ada di Kecamatan Wonogiri yang belum optimal adalah jasa rekreasi.
Kecamatan Wonogiri memiliki pariwisata Waduk Gajah Mungkur. Namun hingga pada saat ini,
taman rekreasi tersebut belum mampu menarik wisatawan untuk mengunjungi. Hal tersebut
dikarenakan atraksi dari Waduk Gajah Mungkur tersebut masih sangat kurang, yaitu dari segi
keberagaman obyek wisatanya. Keterbatasan tersebut dikarenakan pihak pengelola belum
mampu mengelola dan merawat karena minimnya dana. Selain itu, sumber daya manusia
pengelola dan perawatan dari Wisata Waduk Gajah Mungkur tersebut juga tergolong sedikit.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola, jumlah pekerja kebersihan di Waduk
Gajah Mungkur hanya berjumlah 6 orang yang tidak sebanding dengan luas area taman rekreasi.
Kemudian selain itu, peranan hotel di Kecamatan Wonogiri juga belum mampu mendukung
adanya jasa rekreasi yang ada. Hal tersebut dikarenakan kualitas dan pelayanan hotel di
Kecamatan Wonogiri masih tergolong kelas rendah. Sehingga wisatawan lebih banyak memilih
ke Kota Solo atau daerah di sekitar Kabupaten Wonogiri.
34 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
Jumlah pekerja kebersihan
di Waduk Gajah Mungkur hanya
berjumlah 6 orang yang tidak
sebanding dengan luas area
taman rekreasi.
4. Fungsi Kecamatan Wonogiri Sebagai Kegiatan Lokal
Perdagangan Belum Berfungsi Secara Optimal
Permasalahan pada pusat kegiatan lokal ini disebabkan oleh
masih terbatasnya jumlah sarana perdagangan yang mampu
mengakomodasi hasil pdoduksi untuk dijual di dalam Kecamatan
Wonogiri. Hal ini menyebabkan sebagian besar hasil produksi industri
kecil dan besar yang ada dijual di wilayah lain sehingga kegiatan
perdagangan yang seharusnya menjadi sektor ekonomi potensial
belum dapat berkembang. Permasalahan ini juga menyebabkan
hilangnya added valuesektor perdagangan untuk wilayah Kecamatan
Wonogiri. Permasalahan pada sektor perdagangan juga disebabkan
oleh belum tertatanya Pedagang Kaki Lima yang ada di kawasan
perkotaan Kecamatan Wonogiri. Aktivitas Pedagang Kaki Lima
tersebut cukup mengganggu pejalan kaki karena lokasi
perdagangannya berada di pedestrian ways yang ada di perkotaan.
Selain itu, fasilitas pendukung dari sarana perdagangan tersebut
seperti lahan parkir juga masih sangat kurang. Hal tersebut
menjadikan kendaraan menggunakan bahu jalan sebagai tempat
parkir.
Potensi dan permasalahan di Kecamatan Wonogiri dapat
dirangkum kedalam bentuk SWOT, sebagai berikut.
4. Fungsi Kecamatan Wonogiri Sebagai Kegiatan Lokal Jasa Belum Berfungsi Secara Optimal.
Pelayanan jasa yang ada di Kecamatan Wonogiri yang belum optimal adalah jasa rekreasi. Kecamatan
Wonogiri memiliki pariwisata Waduk Gajah Mungkur. Namun hingga pada saat ini, taman rekreasi tersebut
belum mampu menarik wisatawan untuk mengunjungi. Hal tersebut dikarenakan atraksi dari Waduk Gajah
Mungkur tersebut masih sangat kurang, yaitu dari segi keberagaman obyek wisatanya. Keterbatasan
tersebut dikarenakan pihak pengelola belum mampu mengelola dan merawat karena minimnya dana. Selain
itu, sumber daya manusia pengelola dan perawatan dari Wisata Waduk Gajah Mungkur tersebut juga
tergolong sedikit. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola, jumlah pekerja kebersihan di
Waduk Gajah Mungkur hanya berjumlah 6 orang yang tidak sebanding dengan luas area taman rekreasi.
Kemudian selain itu, peranan hotel di Kecamatan Wonogiri juga belum mampu mendukung adanya jasa
rekreasi yang ada. Hal tersebut dikarenakan kualitas dan pelayanan hotel di Kecamatan Wonogiri masih
tergolong kelas rendah. Sehingga wisatawan lebih banyak memilih ke Kota Solo atau daerah di sekitar
Kabupaten Wonogiri.
35 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A
penstrukturan masalah kecamatan wonogiri 2A
STRENGTH WEAKNESS OPPORTUNITY THREAT
1. Kecamatan Wonogiri merupakan Pusat Kegiatan Lokal di Kabupaten Wonogiri yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, industri, perdagangan dan jasa, dan transportasi.
2. Kondisi topografi di Kecamatan Wonogiri yaitu 0 – 8 % (datar) sehingga dapat dikembangkan sebagai pusat pemukiman dan aktivitas.
3. Kondisi infrastruktur jalan di Kecamatan Wonogiri sudah cukup baik.
4. Kecamatan Wonogiri memiliki potensi lokal, yang terdiri dari : - Potensi Pariwisata : Waduk Gajah
Mungkur, Paralayang. - Pembudidayaan ikan air tawar yang
dikembangkan dengan sistem karamba di Waduk Gajah Mungkur.
- Potensi produk industri rumahan yang terdiri dari tempe keripik, emping umbi garut.
- Potensi industri pengolahan meubel di Desa Bulusulur.
- Potensi hasil perkebunan dan pertanian di wilayah perdesaan Kecamatan Wonogiri.
5. Kecamatan Wonogiri memiliki perusahaan besar seperti PT. Tainesia Jaya, PT, Sinar Tujuh, dan perusahaan roti.
1. Tidak adanya sarana terminal yang mengakomodasi bus yang melintas di Kecamatan Wonogiri.
2. Aktivitas perbankan belum mampu mendukung kegiatan perekonomian.
3. KurangnyadayatarikatraksiPariwisataWaduk Gajah Mungkur di KecamatanWonogiri.
4. KurangnyapengelolaandanperawatanpadaWaduk Gajah Mungkur. 5. Rendahnyakualitasjasaperhotelan di KecamatanWonogiri. 6. Belum adanya peluang kerja di Kecamatan Wonogiri karena
perusahaan yang ada di Kecamatan Wonogiri belum mampu menjadi leading sector.
7. Belum adanya standarisasi produk industri dan UMKM sehingga produk tidak memiliki daya saing.
8. Keterbatasan informasi mengenai peminjaman modal usaha dari pemerintah setempat.
9. Kualitas SDM yang rendah yang menyebabkan produktivitas yang belum baik..
10. Tidak adanya keterkaitan antar UMKM. 11. Tingginya persaingan antar UMKM tanpa menciptakan inovasi. 12. Minimnya investasi yang masuk ke Kecamatan Wonogiri. 13. Kawasan perkotaan belum dapat menjadi pusat distribusi hasil
produk pengembangan potensi lokal. 14. Ketersediaansaranaperdaganganmasihterbatas. 15. Kurangnyafasilitaspendukungsaranaperdagangansepertilahanparki
r. 16. Penyalahgunaanruangpublik (pedestrian ways)
sebagailokasiaktivitasPedagang Kaki Lima 17. Pemerintah Kecamatan Wonogiri yang belum fokus untuk
mendatangkan investasi ke wilayahnya 18. Keterbatasan modal usaha bagi UMKM. 19. Kurangnya inovasi karena kurangnya keterampilan dan
pengetahuan yang dimiliki penduduk.
1. Wilayah administrasi Kecamatan Wonogiri berbatasan langsung dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kota Solo.
2. Adanya remmitance atau aliran uang yang masuk ke Kecamatan Wonogiri.
3. Adanya keterpaduan pada sektor ekonomi melalui koridor kerjasama regional Pawonsari dan Subosukowonosraten.
1. Minimnya dana investasi dari investor.
2. Investor tidak dapat menerima feedback dalam jangka waktu yang cepat.
3. Teknologi yang masuk di Kecamatan Wonogiri tidak dapat digunakan secara optimal.
4. Adanya atraksi dari luar wilayah Kecamatan Wonogiri, yaitu Kota Solo dan Kota Yogyakarta.
36
La
po
ran
Ak
hir S
tud
io P
ere
nca
na
an
2A
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013
37
La
po
ran
Ak
hir S
tud
io P
ere
nca
na
an
2A
Top Related