Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

33
Pada sektor perdagangan dan industri, Kecamatan Wonogiri memiliki keterkaitan dengan wilayah bahkan negara lain seperti pada PT. Permata Tujuh yang memproduksi arang dan mengekspor produknya hingga ke Korea serta PT Tainesia Jaya yang memproduksi 50 ton tepung setiap harinya dan memasarkannya hingga skala nasional. Sektor perikanan Kecamatan Wonogiri juga memiliki keterkaitan dengan Kota Semarang, hal ini dikarenakan Waduk Serbaguna Gajah Mungkur yang ada di Kecamatan Wonogiri merupakan lokasi pembudidayaan ikan air tawar PT. Aquafarm yang merupakan perusahaan asal Swiss, sedangkan pengolahannya dilakukan di Kota Semarang. Usaha mikro kecil menengah yang ada di Kecamatan Wonogiri turut serta mendorong keterkaitan Kecamatan Wonogiri dengan wilayah di sekitarnya seperti pada industri kerajinan batik wonogiren yang memperoleh bahan baku kain, cat, dan lilin dari Kota Solo, usaha mebel yang mengirimkan sebagian hasil produk setengah jadinya ke Jepara serta usaha makanan olahan seperti kue kering, keripik dan sebagainya yang dipasarkan ke Kabupaten Sukoharjo, Kota Solo dan Kecamatan-kecamatan lain di sekitarnya. BAB 2 PROFIL WILAYAH DAN KOTA KECAMATAN WONOGIRI 2.1 Profil Wilayah Kecamatan Wonogiri Kecamatan Wonogiri merupakan ibukota Kabupaten Wonogiri dan memiliki fungsi sesuai RTRW sebagai pusat kegiatan lokal Kabupaten Wonogiri. Kecamatan Wonogiri memiliki luas wilayah 8.292,36 Ha atau sekitar 4,5% dari total luas wilayah Kabupaten Wonogiri. Secara administratif Kecamatan Wonogiri berbatasan langsung dengan Kabupaten Sukoharjo di sebelah utara. Kecamatan Wonogiri dilalui oleh jalur utama transportasi yang menghubungkan ke Kota Solo dan Kabupaten Pacitan. Sumber : Hasil Analisis Kelompk 2A, Studio Perencanaan 2013 Gambar 2.1 Peta Konstelasi Kecamatan Wonogiri 2.1.1 Kondisi Fisik Wilayah Kecamatan Wonogiri Kecamatan Wonogiri memiliki pembagian administratif yaitu 6 kelurahan, 9 desa, 165 RW, dan 477 RT. Kondisi fisik kecamatan Wonogiri terdiri dari topografi, litologi, klimatologi, penggunaan lahan, rawan bencana dan kesesuaian lahan. Sebagian besar Kecamatan Wonogirii memiliki topografi yang datar dengan ketinggian rata-rata 141 mdpl. Waduk Serbaguna Gajah Mungkur yang ada di Kecamatan Wonogiri merupakan lokasi pembudidayaan ikan air tawar PT. Aquafarm yang merupakan perusahaan asal Swiss, sedangkan pengolahannya dilakukan di Kota Semarang. 6 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

description

ini adalah salah satu Tugas Mata Kuliah Studio Perencanaan smt 5 Kelompok 2A

Transcript of Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

Page 1: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

Pada sektor perdagangan dan industri, Kecamatan Wonogiri memiliki

keterkaitan dengan wilayah bahkan negara lain seperti pada PT. Permata Tujuh

yang memproduksi arang dan mengekspor produknya hingga ke Korea serta PT

Tainesia Jaya yang memproduksi 50 ton tepung setiap harinya dan

memasarkannya hingga skala nasional. Sektor perikanan Kecamatan Wonogiri

juga memiliki keterkaitan dengan Kota Semarang, hal ini dikarenakan Waduk

Serbaguna Gajah Mungkur yang ada di Kecamatan Wonogiri merupakan lokasi

pembudidayaan ikan air tawar PT. Aquafarm yang merupakan perusahaan asal

Swiss, sedangkan pengolahannya dilakukan di Kota Semarang. Usaha mikro kecil

menengah yang ada di Kecamatan Wonogiri turut serta mendorong keterkaitan

Kecamatan Wonogiri dengan wilayah di sekitarnya seperti pada industri kerajinan

batik wonogiren yang memperoleh bahan baku kain, cat, dan lilin dari Kota Solo,

usaha mebel yang mengirimkan sebagian hasil produk setengah jadinya ke Jepara

serta usaha makanan olahan seperti kue kering, keripik dan sebagainya yang

dipasarkan ke Kabupaten Sukoharjo, Kota Solo dan Kecamatan-kecamatan lain di

sekitarnya.

BAB 2 PROFIL WILAYAH DAN KOTA KECAMATAN WONOGIRI

2.1 Profil Wilayah

Kecamatan Wonogiri

Kecamatan Wonogiri

merupakan ibukota Kabupaten

Wonogiri dan memiliki fungsi

sesuai RTRW sebagai pusat

kegiatan lokal Kabupaten

Wonogiri. Kecamatan

Wonogiri memiliki luas wilayah

8.292,36 Ha atau sekitar

4,5% dari total luas wilayah

Kabupaten Wonogiri. Secara

administratif Kecamatan

Wonogiri berbatasan

langsung dengan Kabupaten

Sukoharjo di sebelah utara.

Kecamatan Wonogiri dilalui

oleh jalur utama transportasi

yang menghubungkan ke Kota

Solo dan Kabupaten Pacitan.

Sumber : Hasil Analisis Kelompk 2A, Studio Perencanaan 2013

Gambar 2.1 Peta Konstelasi Kecamatan Wonogiri

2.1.1 Kondisi Fisik Wilayah Kecamatan Wonogiri

Kecamatan Wonogiri memiliki pembagian administratif yaitu 6 kelurahan,

9 desa, 165 RW, dan 477 RT. Kondisi fisik kecamatan Wonogiri terdiri dari

topografi, litologi, klimatologi, penggunaan lahan, rawan bencana dan kesesuaian

lahan. Sebagian besar Kecamatan Wonogirii memiliki topografi yang datar

dengan ketinggian rata-rata 141 mdpl.

Waduk Serbaguna

Gajah Mungkur yang

ada di Kecamatan

Wonogiri merupakan

lokasi

pembudidayaan ikan

air tawar PT.

Aquafarm yang

merupakan perusahaan

asal Swiss, sedangkan

pengolahannya

dilakukan di Kota

Semarang.

6 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

Page 2: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

Penggunaan lahan yang ada di Kecamatan

Wonogiri terdiri dari sawah, kebun, tegalan dan

permukiman. Penggunaan lahan permukiman banyak

terdapat di kelurahan-kelurahan yang merupakan

pusat perkotaan Kecamatan Wonogiri, sedangkan

wilayah kelurahan yang bukan termasuk perkotaan

Kecamatan Wonogiri didominasi oleh penggunaan

lahan untuk sawah dan kebun. pola permukiman yang

ada sangat tersebar dan berupa fragmen-fragmen.

Berikut ini adalah peta penggunaan lahan Kecamatan

Wonogiri.Beberapa wilayah yang memiliki topografi

yang curam, seperti Desa Sendang dan Desa

Wuryorejo (kondisi topografi dapat dilihat pada buku

kompilasi data).

Sumber: Bappeda Jawa Tengah 2010

Gambar 2.2 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Wonogiri

Klimatologi atau intensitas curah hujan di

Kecamatan Wonogiri sebesar 2000-

2500mm/dt/hari termasuk pada curah hujan ringan.

Sedangkan jenis tanah yang terdapat di Kecamatan

Wonogiri adalah andosol, litosol dan latosol. Ketiga

jenis tanah ini merupakan jenis tanah yang subur

subur (persebaran jenis tanah dapat dilihat pada

buku kompilasi data).

Kecamatan Wonogiri selain memiliki

kondisi fisik seperti di atas, memiliki permasalahan

wilayah yaitu adanya rawan bencana banjir dimana

persebarannya dapat dilihat pada buku kompilasi

data. Dari data fisik yang ada seperti yang

dijelaskan di atas maka didapatkan kesesuaian

lahan, dimana kesesuaian lahan ini akan menjadi

dasar dalam perencanaan zoning atau penentuan

penggunaan lahan. Berikut ini adalah peta

kesesuaian lahan Kecamatan Wonogiri

Kecamatan Wonogiri memiliki jumlah

penduduk sebesar 91.227 jiwa atau sekitar 7% dari

jumlah penduduk Kabupaten Wonogiri.

Sumber: Bappeda Jawa Tengah 2010

Gambar 2.3 Peta Kesesuaian Lahan Kecamatan Wonogiri

7 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

Page 3: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

a. Jumlah Penduduk

Kecamatan Wonogiri memiliki jumlah penduduk

sebesar 91.227 jiwa atau sekitar 7% dari jumlah penduduk

Kabupaten Wonogiri. Sex ratio di kecamatan ini adalah

99,77 yang menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-

laki lebih sedikit daripada jumlah penduduk perempuan.

Proporsi jumlah penduduk Kecamatan Wonogiri menurut

jenis kelamin dapat ditunjukan pada peta berikut,

Sumber: Bappeda Jawa Tengah 2010, BPS Jawa Tengah 2013

Gambar 2.4

Peta Jumlah Penduduk Kecamatan Wonogiri

2.1.2 Kependudukan

Wilayah Kecamatan

Wonogiri

b. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk Kecamatan Wonogiri

adalah 1100 jiwa/km sehingga kecamatan ini

merupakan wilayah terpadat yang terdapat di

Kabupaten Wonogiri. Laju pertumbuhan

penduduk di Kecamatan Wonogiri pada tahun

2007-2011 mengalami peningkatan secara

fluktuatif yang ditunjukan pada gambar

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 2A Studio Perencanaan, 2013

Gambar 2.5

Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan

Wonogiri Tahun 2008-2011

Peningkatan laju

pertumbuhan penduduk

disebabkan oleh tingkat

kelahiran dan tingkat migrasi

yang cukup tinggi, sehingga

dapat menyebabkan

kepadatan penduduk di

beberapa wilayah di

kecamatan Wonogiri seperti

yang ditunjukkan pada peta

Sumber: Sumber : Hasil Analisis Kelompok 2A Studio Perencanaan, 2013

Gambar 2.6 Peta Kepadatan Penduduk

Kecamatan Wonogiri

KEPEN

DU

DU

KAN

8 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

Menurut hasil

wawancara,

migrasi

penduduk

menyebabkan

adanya aliran

uang atau

remittance

Page 4: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

c. Migrasi Penduduk

Migrasi merupakan pergerakan atau perpindahan penduduk

dari satu wilayah ke wilayah lain dengan tujuan tertentu.

Persebaran tingkat migrasi penduduk di Kecamatan Wonogiri dapat

ditunjukan pada peta sebagai berikut.

Berdasarkan pada peta tingkat migrasi penduduk di

Kecamatan Wonogiri dapat diketahui bahwa jumlah migrasi masuk

lebih besar dibandingkan dengan jumlah migrasi keluar. Migrasi

masuk yang ada sebagian besar terjadi di wilayah yang dekat

dengan kecamatan lain maupun kabupaten lain, seperti misalnya

yang terjadi pada Desa Pokoh Kidul yang berbatasan langsung

dengan Kecamatan Ngadirojo dan Kecamatan Wonoharjo yang

berbatasan langsung dengan Kabupaten Sukoharjo. Menurut hasil

wawancara, bahwa penduduk yang melakukan migrasi ke kota

besar cukup menyebabkan dampak positif karena adanya aliran

uang atau remittanceyang ke keluarga penduduk yang tetap tinggal

di Kecamatan Wonogiri. Uang hasil remittanceini biasanya

digunakan untuk memenuhi keperluan penduduk dan ada juga

yang digunakan untuk modal usaha keluarga serta membantu

pembangunan desa seperti pembangunan mushala.

Sumber: Bappeda Jawa Tengah 2010, BPS Jawa Tengah 2013

Gambar 2.7

Peta Migrasi Penduduk Kecamatan Wonogiri

d. Jumlah Kelahiran dan Kematian Penduduk

Tingkat kelahiran dapat mengindikasikan

berhasil atau tidaknya program KB dari pemerintah.

Sedangkan tingkat kematian dapat

mengindikasikan tingkat kesehatan masyarakat

yang terdapat di kelurahan/desa tersebut.

Berdasarkan peta di atas, dapat diketahui bahwa

jumlah kelahiran penduduk di Kecamatan Wonogiri

lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah

kematian penduduk di Kecamatan Wonogiri.

Sumber: Bappeda Jawa Tengah 2010, BPS Jawa Tengah 2013

Gambar 2.8

Peta Jumlah Kelahiran dan Kematian Penduduk

Kecamatan Wonogiri

e. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

Berdasarkan jumlah penduduk menurut tamatan pendidikan, penduduk Kecamatan Wonogiri masih

didominasi oleh penduduk dengan tamatan pendidikan Sekolah Dasar.

9 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

Page 5: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

Kondisi ini membuat kualitas sumber

daya manusia yang ada belum cukup baik,

sehingga hal ini berdampak pada belum

majunya perekonomian yang ada di Kecamatan

Wonogiri, karena keterbatasan keterampilan

dan pengetahuan untuk mengembangan

potensi lokal wilayah yang ada dan sektor-

sektor ekonomi potensial seperti perdagangan,

jasa, dan industri.

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 2A Studio Perencanaan, 2013

Gambar 2.9 Diagram Jumlah Penduduk Menurut Tamatan Pendidikan Kecamatan Wonogiri Tahun 2011

f. Jumlah Penduduk Menurut Mata

Pencaharian

Jumlah penduduk Kecamatan Wonogiri secara

keseluruhan adalah sebanyak 91.227 jiwa dengan

51.670 jiwa didalamnya merupakan penduduk yang

sudah memiliki mata pencaharian, berdasarkan data

yang ada sebanyak 17% nya merupakan penduduk

yang bermatapencaharian sebagai petani, dan 10%

nya merupakan penduduk dengan matapencaharian

sebagai pedagang. Jumlah penduduk Kecamatan

Wonogiri menurut mata pencaharian dapat dilihat

lebih jelas lagi pada diagram di samping ini

Sumber : BPS Jawa Tengah, 2011

Gambar 2.10

Diagram Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Kecamatan Wonogiri 2011

Sebagian besar penduduk di Kecamatan Wonogiri

bermata pencaharian di sektor tersier. Sektor tersier

sendiri merupakan sektor yang bergerak dalam bidang

jasa seperti perdagangan, angkutan,dll. Hal ini

menandakan fungsi Kecamatan Wonogiri sebagai

perkotaan.

Sumber : BPS Jawa Tengah, 2011

Gambar 2.11 Diagram Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

per sektor Kecamatan Wonogiri 2011

10 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

Page 6: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

Tahun JumlahPerempuan JumlahLaki-laki Total

2004 41598 44.882 86.480

2007 45.136 44.183 89.139

2008 43.792 44.372 88.164

2009 44.517 44.503 89.020

2010 44.217 45.244 89.461

2011 45.665 45.562 91.227

2014 47.938 47.621 95.559

2019 52.979 52.037 105.016

2024 58.738 55.578 114.316

g. Proyeksi Penduduk

Perhitungan proyeksi penduduk pada tahun 2024 ini dengan metode cohort yang menggunakan

data dasar yaitu tahun 2004 dihitung setiap lima tahunan. Beikut adalah tabel yang menunjukkan tren

jumlah penduduk di Kecamatan Wonogiri dari hasil metode cohort.

Sumber :

Hasil analisis Kelompok 2A , 2013

KEPEN

DU

DU

KAN

Tabel II.1

Tabel

Jumlah

Penduduk Di

Kecamatan

Wonogiri

Berdasarkan pada tabel diatas dapat

diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah

penduduk yang fluktuatif pada lima tahun terakhir

namun pada hasil perhitungan proyeksi

menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kecamatan

Wonogiri akan semakin meningkat dengan

komposisi jumlah penduduk perempuan akan lebih

besar dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-

laki. Berikut adalah piramida penduduk yang

menunjukan komposisi dan struktur penduduk di

Kecamatan Wonogiri pada tahun 2024.

10000 5000 0 5000 10000

0-4

5-9

10-14

15-19

20-24

25-29

30-39

40-49

50-59

60++

Wanita

Pria

Gambar 2.12 Piramida Penduduk Proyeksi Kecamatan

Wonogiri Tahun 2024

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 2A Studio Perencanaan, 2013

2.1.3 Sistem Pusat Permukiman

Sistem pusat permukiman yang ada di

Kecamatan Wonogiri terdiri dari 3 pusat pelayanan,

yaitu pelayanan kota, sub pusat pelayanan kota dan

pusat lingkungan. Sistem permukiman ini didapatkan

dari hasil analisis menggunakan metode schalogram.

11 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013

Gambar 2.13 Peta Schalogram Kecamatan Wonogiri

hasil perhitungan proyeksi menunjukkan

bahwa jumlah penduduk di Kecamatan

Wonogiri akan semakin meningkat

Page 7: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

Orde pertama yang berarti merupakan kelurahan dengan fasilitas paling lengkap adalah Kelurahan

Wonoharjo, disusul oleh Kelurahan Giripurwo pada orde kedua, Kelurahan Wonokarto, Kelurahan

Manjung, dan Kelurahan Giritirto sebagai orde ketiga, serta pada orde keempat adalah Kelurahan

Giriwono, Kelurahan Sonoharjo, Kelurahan Wonokerto, Kelurahan Purwosari, Kelurahan Bulusulur,

Kelurahan Wonoboyo, Kelurahan Purworejo, Kelurahan Wuryorejo, Kelurahan Pokoh Kidul, dan

Kelurahan Sendang.

2.1.4 Fungsi Wilayah Sebagai PKL

Kecamatan Wonogiri berdasarkan RTRW tahun 2011-2031 memiliki fungsi sebagai Pusat

Kegiatan Lokal. Pusat Kegiatan Lokal yang dimaksud terdiri dari beberapa fungsi utama yang harus

disediakan Kecamatan Wonogiri sebagai ibu Kota Kabupaten Wonogiri. Fungsi yang merupakan fokus

PKL adalah pemerintahan, pendidikan, permukiman perkotaan, perdagangan dan jasa, industri, dan

transportasi.

a. Pemerintahan

Pemerintahan di Kecamatan Wonogiri tidak hanya pemerintahan

bagi Kecamatan saja melainkan juga terdiri pemerintahan yang skalanya

mencakup Kabupaten Wonogiri secara keseluruhan. Kondisi sarana

pemerintahan yang ada sudah sudah baik, sarana pemerintahan juga

sudah melakukan pelayanan bagi masyarakat yang sudah cukup baik.

Bentuk pelayanan dari pemerintah seperti pelayananan administratif

yang sudah baik, penyediaan dan perawatan jaringan jalan, jaringan

listrik, jaringan telekomunikasi, jaringan sistem persampahan, jaringan

air bersih, jaringan drainase, dan jaringan sanitasi.

b. Pendidikan

Kondisi pendidikan yang ada di Kecamatan

Wonogiri sudah termasuk baik karena kondisi

bangunan serta kualitas pendidikan yang sudah ada

terpelihara dengan baik karena terdapat sekolah

berstandar nasional dan rintisan internasional, dan dari

jumlah sarana pendidikan yang ada jumlahnya masih

kurang namun jangkauannya sudah dapat menjangkau

seluruh kelurahan/desa di Kecamatan Wonogiri. Berikut

adalah peta jangkauan dan persebaran sarana

pendidikan di Kecamatan Wonogiri,

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013

Gambar 2.14

Peta Persebaran dan Jangkauan Sarana Pendidikan

Kecamatan Wonogiri

12 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

Page 8: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

Sektor LQ Shift Share

Pertanian NON BASIS MUNDUR

Penggalian NON BASIS MUNDUR

Industri NON BASIS PROGRESIF

Listrik, Gas & Air Bersih NON BASIS PROGRESIF

Bangunan BASIS PROGRESIF

Perdagangan NON BASIS PROGRESIF

Angkutan/komunikasi BASIS MUNDUR

Keuangan, Persewaan dan Jasa Pers. BASIS MUNDUR

Jasa - jasa BASIS PROGRESIF

c. Perdagangan dan jasa

Berdasarkan RTRW fungsi

PKL Kecamatan Wonogiri adalah

pusat perdagangan, industri,

transportasi dan jasa. Fungsi-sungsi

PKL Kecamatan Wonogiri sebagai

perdangan, industri, transportasi

dan jasa merupakan fungsi yang

mempunyai karakteristik

perekonomian, maka untuk

menganalisisnya perlu dilakukan

perhitungan LQ dan Shift Share

untuk mengetahui bahwa fungsi

PKL yang ditetapkan sesuai dengan

kondisi yang ada saat ini.

Tabel II.2

Perhitungan LQ dan Shift Share Perekonomian Tahun 2011

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 2A Studio Perencanaan, 2013

Berdasarkan data dan hasil analisis, menunjukkan bahwa fungsi-fungsi

PKL seperti perdagangan dan industri saat ini bukan merupakan sektor

yang menjadi basis perekonomian, namun untuk perkembangannya sektor

ini sangat progresif. Berdasarkan hasil analisis dari perhitungan LQ dan

Shift Share didapatkan karakteristik sektor perekonomian Kecamatan

Wonogiri sebagai berikut;

- Listrik, Gas & air Bersih, Perdagangan

dan Industri Pengolahan merupakan

sektor progresif, namun nilai LQ < 1

(merupakan sektor non basis) sehingga

perlu dipacu menjadi sektor basis

- Angkutan dan Komunikasi memiliki LQ

= 1,9 dan PB = -29,67% maka

menjadi prioritas 3

- Keuangan, Persewaan dan Jasa Pers.

memiliki LQ = 1,34 dan PB = - 0,37%

maka menjadi prioritas 4

- Jasa - jasa, memiliki LQ = 2,96 dan PB =

14,68% maka menjadi prioritas1

- Bangunan, memiliki LQ = 1,63 dan PB =

18,10% maka menjadi prioritas 2

SEKTOR UNGGULAN SEKTOR BERKEMBANG

SEKTOR TERBELAKANG SEKTOR POTENSIAL

LQ < 1 LQ > 1

PB > 1

PB < 0

- Pertanian dan Penggalian memiliki nilai

LQ < 1 (merupakan sektor non basis)

dan pertumbuhannya termasuk

mundur sehingga perlu dikembangkan

lagi.

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013

Gambar 2.15

Diagram Analisis Ekonomi Klassen Kecamatan Wonogiri

13 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

Page 9: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

Sedangkan untuk perhitungan klassen, karena

fungsinya sebagai perdagangan dan jasa maka

analisis tipologi klassen lebih difokuskan pada sektor

tersier. Berdasarkan analisis tipologi klassen sektor

ekonomi tersier hanya terdapat satu Kelurahan yang

maju dibidang jasa yakni Kelurahan Wonoboyo.

Meskipun hanya satu kelurahan yang termasuk maju

dalam sektor tersier, namun berdasarkan kontribusi

PDRB sektor ekonomi tersier Kecamatan Wonogiri

terhadap Kabupaten Wonogiri, Kecamatan Wonogiri

menyumbang Kontribusi yang besar. Hal ini

menandakan bahwa perkembangan sektor ekonomi

tersier di Kecamatan Wonogiri hanya berpusat di satu

kelurahan sehingga belum bisa mendorong

perekonomian kecamatan.Analisis dapat dilihat pada

peta di samping ini.

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013

Gambar2.16

Peta Tipologi Klassen Sektor Tersier

Kecamatan Wonogiri

14 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013

Gambar 2.17 Peta Jenis dan Lokasi Potensi Lokal

d. Industri

Industri Kecamatan

Wonogiri memiliki keterkaitan

dengan wilayah bahkan negara lain

seperti pada PT. Permata Tujuh

yang memproduksi arang dan

mengekspor produknya hingga ke

Korea serta

PT Tainesia

Jaya yang

memproduksi

50 ton tepung

setiap

harinya dan

memasarkannya

hingga skala

nasional.

Industri Batik

Industri Makanan

Ringan

Industri Kripik Tempe

Waduk Gajah Mungkur

Karamba

Ganthole

Page 10: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

POTENSI LOKAL KECAMATAN WONOGIRI

Sektor perikanan Kecamatan

Wonogiri juga memiliki keterkaitan dengan Kota

Semarang, hal ini dikarenakan Waduk Serbaguna

Gajah Mungkur yang ada di Kecamatan Wonogiri

merupakan lokasi pembudidayaan ikan air tawar

PT. Aquafarm yang merupakan perusahaan asal

Swiss, sedangkan pengolahannya dilakukan di Kota

Semarang.

Usaha mikro kecil menengah yang ada di Kecamatan

Wonogiri turut serta mendorong keterkaitan Kecamatan

Wonogiri dengan wilayah di sekitarnya, karena Kecamaatn

Wonogiri memiliki UMKM yang cukup banyak dan tersebar

seperti pada industri kerajinan batik Wonogiren yang

memperoleh bahan baku kain, cat, dan lilin dari Kota Solo, usaha

mebel yang mengirimkan sebagian hasil produk setengah jadinya

ke Jepara serta usaha makanan olahan seperti kue kering, keripik

dan sebagainya yang dipasarkan ke Kabupaten Sukoharjo, Kota

Solo dan Kecamatan-kecamatan lain di sekitarnya. UMKM atau

yang biasa disebut dengan industri rumahan yang ada di

Kecamatan Wonogiri pada kondisi lapangannya saat ini, masih

belum memiliki keterkaitan. Masing-masing rumah tangga

cenderung melakukan seluruh proses produksi secara mandiri.

Hal tersebut tentunya tidak efisien, karena lebih menghabiskan

banyak waktu, sedangkan hasil produksinya belum tentu dengan

kuantitas yang tinggi, apalagi kualitas yang baik.

15 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

Page 11: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

Bus antar kota maupun dalam kota sudah cukup banyak.

Jumlah angkutan umum yang tersedia bertambah dari tahun ke

tahun. Meskipun kualitas sarana transportasi khususnya angkutan

umum yang ada sudah cukup baik, akan tetapi beberapa

diantaranya masih perlu perawatan, ataupun harus diganti karena

sudah tidak layak jalan lagi.

Selain permasalahan mengenai kondisi sarana transportasi

yang berupa angkutan umum, terdapat permasalahan terhadap

tempat pemberhentian bus. Banyak terdapat bus yang ngetem di

pinggir jalan dekat alun-alun kecamatan Wonogiri, hal ini tentu

saja mengganggu mobilitas kendaraan lain yang akan melintas

seperti kemacetan.

Sumber: Hasil Survei Studio 2A Wonogiri, 2013

Gambar 2.19 Angkutan Umum Kecamatan Wonogiri

d. Transportasi

Kondisi sarana transportasi di Kecamatan

Wonogiri tergolong sudah baik. Pola jalan yang ada

sebagian besar grid, terutama pada kawasan

permukiman. Kecamatan Wonogiri memiliki berbagai

jenis/moda transportasi berupa sepeda motor, mobil,

bus dan angkutan umum. Rute angkutan umum di

Kecamatan Wonogiri sudah tersebar merata di setiap

kelurahan, baik di jalan utama maupun di jalan

lingkungan. Pada awalnya angkutan umum hanya

melintas di jalan-jalan utama, namun saat ini sudah

dapat menjangkau hingga ke permukiman warga. Peta

rute angkutan dapat dilihat seperti disamping ini

Sumber: Hasil Pemetaan Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013

Gambar 2.18

Peta Jaringan Transportasi Kecamatan Wonogiri

UMKM yang tersebar di

Kecamatan Wonogiri belum

memiliki keterkaitan sehingga hal

tersebut belum menciptakan

efisiensi kolektif antar pelaku

usaha

16 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

Page 12: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

2.2 Profil Kota

Kecamatan Wonogiri secara eksisting mempunyai wilayah perkotaan

yang terdapat di empat kelurahan. Wilayah perkotaan Kecamatan Wonogiri

terletak di Kelurahan Wonokarto, Kelurahan Wonoboyo, Kelurahan

Giripurwo dan Kelurahan Giritirto. Pada perencanaannya, wilayah perkotaan

Kecamatan Wonogiri akan terdiri dari enam kelurahan, yaitu empat kelurahan

yang telah menjadi kawasan perkotaan eksisting dan dua kelurahan baru yang

akan dikembangkan menjadi wilayah perkotaan yaitu Kelurahan Bulusulur

dan Kelurahan Giriwono. Pemilihan dua kelurahan baru, Kelurahan Giriwono

dan Kelurahan Bulusulur juga didasarkan pada kondisi pertumbuhan wilayah

Kecamatan Wonogiri yang berkembang ke arah Utara dan Timur.

Penambahan dua kelurahan wilayah perkotaan pada perencanaan

dikarenakan wilayah perkotaan eksisting sudah mengalami kepadatan yang

cukup tinggi sehingga perlu adanya perluasan wilayah perkotaan untuk

mendukung fungsi wilayah Kecamatan Wonogiri sebagai Pusat Kegiatan

Lokal dan menampung kelebihan aktivitas pada kawasan perkotaan eksisting.

Kawasan perkotaan dalam perencanaannya akan dikembangkan

sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, perdagangan dan jasa serta sebagai

pusat distribusi hasil produksi wilayah pedesaan sesuai dengan fungsi

Kecamatan Wonogiri sebagai PKL.

Pada

perencanaannya, wilayah perkotaan

Kecamatan Wonogiri akan

terdiri dari enam kelurahan,

yaitu empat kelurahan yang

telah menjadi kawasan

perkotaan eksisting dan dua

kelurahan baru yang akan

dikembangkan menjadi

wilayah perkotaan yaitu

Kelurahan Bulusulur dan

Kelurahan Giriwono.

2.2.1 Kondisi Fisik Kota

Wilayah perkotaan Kecamatan

Wonogiri berada pada topografi

datar sampai dengan landai.

Kondisi wilayah yang datar

memudahkan untuk

dikembangkan sebagai lahan

terbangun dan tentu saja

mendukung untuk dilalui oleh

jaringan transportasi Sedangkan

jenis tanah yang ada di

perkotaan Kecamaatn Wonogiri

adalah jenis tanah latosol yang

memiliki daya tahan terhadap

erosi sehingga mendukung untuk

digunakan sebagai lahan

terbangun. Curah hujan yang

terdapat di perkotaan sebesar

200-1500mm/dt/hari yang

termasuk dalan curah hujan

ringan.

17 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

Sumber: Bappeda Jawa

Tengah 2010

Gambar 2.20

Peta Penggunaan

Lahan Kecamatan

Wonogiri

Page 13: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

Tabel II.4

Kebutuhan Sarana Pendidikan Perkotaan Tahun 2013

Desa/Kelurahan TK SD SMP SMA Jumlah

Penduduk

Jumlah 6 kelurahan perkotaan 31 26 12 16 45.926

Jumlah Berdasarkan Standar 36 28 22 18

Sumber : Analisis Kelompok 2A, Berdasrkan SNI 03-1733-2004

2.2.1 Sarana Perkotaan Kecamatan Wonogiri

Fasilitas atau sarana merupakan suatu wadah dimana tempat manusia melakukan aktivitas. Berikut

adalah persebaran dan kondisi sarana di kawasan perkotaan,

a. Sarana Pendidikan

Berikut adalah tabel kebutuhan sarana Pendidikan saat ini berdasarkan perhitungan standar,

Penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Wonogiri didominasi oleh

permukiman terutama pada perkotaan eksisting yaitu Kelurahan Wonokarto,

Kelurahan Giripurwo, Kelurahan Wonoboyo dan Kelurahan Giritirto. Berikut

adalah peta penggunaan lahan perkotaan Kecamatan Wonogiri. Kondisi ini

menyebabkan perlunya perluasan wilayah perkotaan Kecamatan Wonogiri

untuk mendukung fungsi wilayah Kecamatan Wonogiri

sebagai pusat kegiatan lokal, sehingga aktivitas yang

ada seperti perdagangan, pemerintahan,pendidikan, jasa

dan permukiman dapat berlangsung secara optimal.

Kelurahan Bulusulur dan Kelurahan Giriwono yang

merupakan wilayah perkotaan tambahan mempunyai

penggunaan lahan yang masih didominasi oleh lahan

terbuka sehingga masih dapat dilakukan pembangunan.

Namun perkotaan memiliki rawan bencana berupa banjir

yang terdapat pada Kelurahan Giripurwo dan Kelurahan

Wonoboyo.

`Dari kondisi fisik yang ada di perkotaan dan rawan

bencana yang ada, didapatkan peta kesesuaian lahan

seperti berikut.

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013

Gambar 2.21

Peta Kesesuaian lahan Kecamatan

Wonogiri

profil kota

Berdasarkan tabel kebutuhan sarana pendidikan di

kawasan perkotaan, dapat diketahui bahwa jumlah

sarana pendidikan yang ada belum sesuai standar SNI.

Berdasarkan jangkauan pelayanannya, sarana

pendidikan di kawasan perkotaan sudah terpenuhi

secara optimal.

Hal ini dapat dilihat dari jangkauan dan

persebaran sarana pendidikan yang

sudah mampu menjangkau dan melayani

kebutuhan masyarakat akan pendidikan.

18 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

Page 14: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

b. Sarana Peribadatan

Berikut adalah tabel kebutuhan sarana peribadatan saat ini berdasarkan perhitungan standar,

Tabel II.5

Kebutuhan Sarana Peribadatan Perkotaan 2024

Desa/Kelurahan Masjid Langgar Gereja Vihara Hindu

Vihara Budha

Jumlah Penduduk

Jumlah 6 kelurahan perkotaan 75 45 18 2 3 45.926

Jumlah Berdasarkan Standar 18 44 18 - -

Sumber : Analisis Kelompok 2A, Berdasrkan SNI 03-1733-2004

Sarana pendidikan di kawasan perkotaan

ini juga sudah ada yang bertaraf nasional dan

bertaraf internasional, sehingga banyak siswa

atau siswa yang berasal dari Kecamatan lain

seperti Kecamatan Giritirto dan Giriwoyo yang

bersekolah di sekolah tersebut. Berikut adalah

persebaran dan jangkauan sarana pendidikan di

kawasan perkotaan,

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013

Gambar 2.22

Peta Persebaran dan Jangkauan Sarana Pendidikan

Perkotaan

Berdasarkan tabel kebutuhan sarana

peribadatan perkotaan dapat diketahui bahwa

berdasarkan standar SNI, di 6 kelurahan ini untuk

sarana peribadatan Masjid,langgar dan gereja sudah

terpenuhi dan sesuai standar SNI di 6 kelurahan

tersebut, hal ini karena di 6 kelurahan ini mayoritas

penduduknya beragama islam dan kristen. Kondisi

sarana peribadatan berdasarkan survey dan observasi

di kawasan perkotaan sudah baik, dimana bangunan

sarana peribadatan sudah permanen dan terawat

dengan baik, sehingga masyarakat dapat

menggunakan sarana peribadatan tersebut dengan

nyaman.

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013

Gambar 2.23

Peta Persebaran dan Jangkauan Sarana Peribadatan Perkotaan

19 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

sarana pendidikan di kawasan

perkotaan sudah terpenuhi secara

optimal.

Page 15: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

c. Sarana Peribadatan

Berikut adalah tabel kebutuhan sarana kesehatan saat ini berdasarkan perhitungan standar,

Tabel II.6 Kebutuhan Sarana Kesehatan Perkotaan

Desa/Kelurahan Puskesmas Pembantu

Puskesmas Rumah Bersalin

Praktek Dokter

Posyandu Jumlah

Penduduk

Jumlah 6 kelurahan perkotaan

0 2 10 32 52

45.926 Jumlah Berdasarkan Standar

1 1 15 12 15

Sumber : Analisis Kelompok 2A, Berdasrkan SNI 03-1733-2004

Jangkauan pelayanan sarana

peribadatan di 6 kelurahan ini sudah

optimal, dimana penduduk

Kecamatan Wonogiri sudah bisa

menggunakan sarana peribadatan

sesuai dengan kebutuhannya

Sumber : Dokumentasi 2A, Studio Perencanaan, 2013

Gambar 2.24

Sarana Peribadatan di Perkotaan Masjid di Kelurahan Wonokarto (Atas) dan

Gereja di Kelurahan Wonokarto (Bawah)

Berdasarkan tabel kebutuhan sarana

kesehatan perkotaan, dapat diketahui bahwa

berdasarkan standar SNI untuk kawasan perkotaan

masih kekurangan dalam jumlah puskesmas

pembantu dan rumah bersalin. Namun untuk

puskesmas pembantu dapat digantikan puskesmas

yang ada. Selain itu adanya rumah sakit umum di

Kelurahan Giriwono juga dapat menggantikan jumlah

kekurangan rumah bersalin. Hal ini dapat dilihat dari

jangkauan pelayanan kesehatan pertokaan yang telah

menjangkau dan melayani seluruh masyarakat di

kawasan perkotaan dalam dalam skala wilayah dan

kabupaten. Berikut adalah persebaran dan jangkauan

sarana kesehatan di Kecamatan Wonogiri Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013

Gambar 2.25

Peta Persebaran dan Jangkauan Sarana Kesehatan

Perkotaan

Sumber : Dokumentasi 2A, Studio Perencanaan, 2013

Gambar 2.26 Sarana Kesehatan di Perkotaan

RSUD Soediran Mangun Sumarso (Atas)

Puskesmas Wonogiri (Bawah)

20 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

Page 16: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

Berikut adalah bagan flow aktivitas perdagangan dan jasa di pasar Kota Wonogiri;

Kota sebagai pusat perdagangan dan jasa memiliki sarana perekonomian guna mendung

aktivitas perekonomian perkotaan. Pasar utama Kecamatan Wonogiri berlokasi di pusat kota tepatnya

di kelurahan Giripurwo. Pasar ini merupakan tujuan pergerakan warga untuk menuju pusat kota di

setiap harinya. Pasar Wonogiri memiliki skala pelayanan hingga satu Kecamatan. Sebagian besar

barang yang dijual di Pasar tersebut berasal dari luar seperti dari Yogyakarta, Magetan, Jakarta,

Surabaya dan Sukoharjo. Pasar tersebut juga disediakan oleh pemerintah untuk menampung PKL

yang berada di depan pasar. Akan tetapi tempat tersebut tidak dimanfaatkan oleh PKL karena

letaknya yang kurang strategis yaitu berada di lantai tiga pasar.

Sumber: Hasil dokumentasi Kelompok 2A Studio Perencanaan, 2013

Gambar 2.27 Pasar Kota Wonogiri

Sumber: Hasil analisis Kelompok 2A Studio Perencanaan, 2013

Gambar 2. 28

Bagan Flow Pasar

Jenis dan Asal Barang

- Pakaian, tas, sepatu dari Solo - Sayur Mayur dan Buah-buahan dari Sukoharjo

dan Kecamatan lain di Kabupaten Wonogiri - Sembako dari Solo - Snack dan makanan ringan dari Kecamatan

Wonogiri - Ayam Potong dari Kecamatan lain di Kabupaten

Wonogiri

Waktu Operasional Pasar

Setiap Hari mulai dari jam 03.00-17.00

WIB

Kepemilikan Toko dalam Pasar

- Merupakan milik Pribadi, dimana penjual

membeli dari pemerintah dan untuk pajak

setiap seminggu masing-masing pedagang

membayar Rp 1.000

Penjual dan Pembeli

- Penjual berasal dari Kecamatan

Wonogiri

- Pembeli kebanyakan merupakan

masyarakat Kecamatan Wonogiri

Selain pasar,

sarana

perekonomian di

perkotaan juga

terdapat

pertokoan dan

toserba.

21 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

Toserba – toserba yang ada pada dasarnya sudah mampu menyediakan berbagai kebutuhan

masyarakat seperti elektronik, pakaian, kebutuhan sehari –hari juga didalamnya termasuk sarana

hiburan untuk anak – anak.

Page 17: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

22 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

Sumber: Hasil Dokumentasi Kelompok 2A Studio

Perencanaan, 2013

Gambar 2. 30

Toserba Baru (atas) dan Hotel Cendrawasi

di Kelurahan Giripurwo Kecamatan

Wonogiri (bawah)

. Akan tetapi, meskipun menyediakan

berbagai kebutuhan masyarakat, toserba

tersebut kurang diminati oleh masyarakat

Wonogiri sendiri. Hal ini dapat dilihat dari

toserba – toserba yang selalu terlihat sepi

baik di siang hari maupun malam hari.

Berikut adalah peta pusat perdagangan di

kawasan perkotaan

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A

Studio Perencanaan, 2013

Gambar 2.29

Peta Pusat perdagangan Perkotaan

Disamping itu, pusat perkotaan

sebagai pusat pemerintahan dan

pelayanan bagi masyarakat seharusnya

Kota Wonogiri mampu menyediakan

hotel di kawasan perkotaan minimal hotel

dengan kelas bintang 3. Namun

kenyataannya, 6 hotel yang terdapat di

kawasan perkotaan semuanya memiliki

kualitas kelas melati.Hal ini menyebabkan

banyak investor atau pemerintah yang

sering mengadakan acara atau rapat

besar di luar Kota Wonogiri akibat dari

rendahnya kualitas sarana yang

disediakan di Kota Wonogiri.

Dimana selain untuk tempat menginap, hotel

– hotel yang berada di pusat kota juga dapat

digunakan untuk seminar. Biasanya digunakan oleh

badan pemerintah atau perusahaan - perusahaan

ketika mengadakan rapat.

2.2.3 Prasarana Perkotaan Kecamatan

Wonogiri

a. Jaringan Jalan

Salah satu indikator kemajuan

suatu wilayah maupun kota dapat dilihat

dari jaringan jalannya, baik dari sistemnya

maupun kondisi fisiknya. Daerah

perkotaan di Kecamatan Wonogiri adalah

meliputi Kelurahan Giripurwo, Kelurahan

Giritirto, Kelurahan Wonokarto,

Kelurahan Wonoboyo, Kelurahan

Giriwono selatan dan Kelurahan

Bulusulur.

toserba tersebut kurang

diminati oleh masyarakat

Wonogiri sendiri.

Page 18: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

Adanya sistem jaringan jalan yang terkoordinasi

dengan baik juga berdampak pada sistem transportasi yang

ada di Kecamatan Wonogiri, sehingga masyarakat akan

merasa lebih mudah dan nyaman ketika melakukan

perjalanan. Namun pada perkotaan ini terdapat jembatan

yang ada di Kelurahan Wonoboyo yang fungsinya kurang

optimal, karena hanya satu sisi saja yang berfungsi.

Walaupun begitu pergerakan yang ada tidak terganggu.

Berikut adalah gambar kondisi jalan kolektor yang ada di

Kecamatan Wonogiri.

Aktivitas di daerah perkotaan sangat

dipengaruhi oleh keberadaan jaringan jalan di daerah

tersebut. Terlebih pola jalan di daerah perkotaan

tersebut berbentuk grid sehingga semakin

memudahkan akses untuk menjangkau daerah

perkotaan yang ada di Kecamatan Wonogiri tersebut.

Kemudahan akses dan kondisi fisiknya yang cukup

baik, tentunya akan mempermudah proses distribusi

barang dan jasa di dalam Kecamatan Wonogiri itu

sendiri maupun ke luar dari kecamatan.

Sumber: Bappeda Jawa Tengah, 2010

Gambar 2.31Peta Jaringan Jalan daerah

perkotaan Kecamatan Wonogiri

Sumber: Hasil

Dokumentasi Kelompok

2A, Studio Perencanaan

2013

Gambar 2.32

Kondisi Jalan

Kolektor Kecamatan

Wonogiri

23 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

b. Jaringan Air Bersih

Umumnya, penggunaan sumber air bersih di daerah

perkotaan Kecamatan Wonogiri bersumber dari PDAM Giri

Tirta Sari yang bersumber dari air waduk gajah mungkur.

Kondisi topografinya yang datar, menjadikan layanan

PDAM mampu menjangkau Kecamatan Wonogiri

khususnya yang berada di daerah perkotaan. Dari segi

kuantitasnya, ketersediaan sumber air dari PDAM cukup

melimpah untuk memenuhi konsumsi masyarakat, dan

tentunya kualitas dari sumber air tersebut juga baik.

Sumber: Bappeda Jawa Tengah, 2010

Gambar 2.33

Peta Penggunaan Air bersih daerah perkotaan Kecamatan Wonogiri

Page 19: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

Untuk mengantisipasi dari kekurangan air, sebagian warga perkotaan membuat tandon sebagai

tempat untuk menampung air (simpanan air) sehingga nantinya dapat digunakan ketika musim kekeringan

datang.

c. Jaringan drainase

Jaringan drainase perkotaan di Kecamatan

Wonogiri mengikuti pola jalan yang ada, baik

pada jalan utama (drainase sekunder) dan jalan

lingkungan (drainase tersier). Pada sistem

drainase sekunder sendiri, jenis drainasenya

adalah berupa drainase tertutup. Sedangkan

pada drainase tersier yang berada di jalan

lingkungan daerah perkotaan Kecamatan

Wonogiri adalah berupa drainase terbuka,

dengan tujuan agar lebih mudah dibersihkan

ketika terjadi penyumbatan pada saluran

drainase

profil kota

Sumber: Bappeda Jawa Tengah, 2010

Gambar 2.34 Peta Jaringan Drainase Daerah Perkotaan Kecamatan Wonogiri

Kedua sistem drainase tersebut, akan saling

terintegrasi yang kemudian akan berakhir pada satu

saluran yaitu pada drainase primer yang berupa sungai

di sekitar Kecamatan Wonogiri. Dari segi kondisi fisik

drainase sendiri, sudah berupa drainase permanen,

yaitu dibuat dengan bahan material bangunan.

Pembuatan saluran drainase tersebut juga

memperhatikan topografi di masing-masing daerah

perkotaan, dengan harapan air dalam saluran tersebut

dapat dialirkan dengan lancar.

Sumber : Dokumentasi 2A, Studio Perencanaan, 2013

Gambar 2.35

Kondisi Drainase Lingkungan Daerah Perkotaan

Kecamatan Wonogiri

24 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

Page 20: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

d. Jaringan Sanitasi Kawasan Perkotaan

Sistem jaringan sanitasi di kawasan perkotaan

terbagi menjadi dua yakni secara individu dan komunal.

Sistem jaringan sanitasi secara individu menggunakan septic

tank yang ada di setiap rumah tangga. Sedangkan sistem

jaringan sanitasi secara komunal menggunakan sistem IPAL

(Instalasi Pengolahan Air Limbah) berbasis masyarakat. IPAL

sendiri merupakan sistem pengelolaan air limbah yang

terdiri dari beberapa rumah tangga yang kemudian nantinya

akan disalurkan melalui pipa dan ditampung pada suatu

tempat untuk dikelola agar bisa dimanfaatkan kembali.

Sehingga lebih ramah lingkungan dan aman. Untuk kawasan

perkotaan, hanya ada dua Kelurahan/desa yang sudah

menggunakan sistem IPAL yakni Kelurahan Wonokarto dan

Giripurwo.

Sumber: Bappeda Jawa Tengah, 2010

Gambar 2.36 Peta Jaringan Sanitasi Kawasan Perkotaan

Sistem IPAL pada dasarnya banyak

digunakan tidak hanya oleh warga namun juga

instansi diperkotaan seperti Industri ataupun

Rumah Sakit. Jaringan sanitasi untuk Kawasan

Perkotaan Kecamatan wonogiri ditunjukkan

pada peta diatas.

Sistem IPAL Kelurahan Giripurwo

Kelurahan

Wonokarto dan

Giripurwo

sudah

menggunakan

sistem IPAL

e. Jaringan Listrik

Jaringan listrik di Kawasan perkotaan

sudah cukup baik selain sudah melayani

seluruh wilayah perkotaan, di kawasan

perkotaan sendiri jarang terjadi pemadaman

listrik. Sehingga jaringan listrik di Kawasan

perkotaan sudah memiliki kualitas yang baik.

Ditambah lagi, banyaknya menara SUTET

(Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) di

kawasan perkotaan menyebabkan pelayanan

listrik dapat menjangkau dan melayani keenam

kelurahan/desa tersebut. Berikut adalah peta

jaringan listrik kawasan perkotaan Kecamatan

Wonogiri,

25 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

Sumber: Bappeda Jawa Tengah, 2010

Gambar 2.37 Peta Jaringan Listrik Kawasan Perkotaan

Page 21: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

26 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

Akan tetapi Karena letaknya yang berada di perkotaan dimana banyak pemukiman yang padat,

sehingga seringkali ditemukan letak menara SUTET yang berdekatan dengan pemukiman. Padahal jarak

minimal menara SUTET dari bangunan ialah sejauh 25 meter guna menghindari bahaya medan magnet yang

ditimbulkan gaya listrik dari menara SUTET. Akan tetapi, keberadaan menara SUTET yang dekat dengan

pemukiman tidak mengganggu aktivitas masyarakat.

profil kota

f. Sistem Transportasi

Rute transportasi yang ada di kawasan

perkotaan sudah menjangkau daerah

permukiman warga. Berdasarkan hasil

observasi dan wawancara dapat diketahui

bahwa bus yang melalui Kecamatan Wonogiri

berupa bus-bus pariwisata maupun bus kota.

Waktu tunggu yang dibutuhkan untuk bus kota

juga relatif singkat. Pengaturan mengenai

kejelasan jalur juga perlu dijadikan perhatian.

Banyaknya jalan satu arah belum tersosialisasi

dengan baik sehingga menyulitkan kaum

pendatang yang berkunjung ke Kecamatan

Wonogiri, khususnya di daerah perkotaan yang

menjadi pusat kegiatan.

Sumber : Hasil Survei Kelompok 2A, Studio Perencanaan, 2013

Gambar 2.38 Peta Rute Angkutan Kecamatan Wonogiri

Sumber : Dokumentasi 2A, Studio Perencanaan, 2013

Gambar 2.39

Angkutan Kota Kecamatan Wonogiri

g. Sistem Persampahan

Sistem persampahan pada kawasan perkotaan

Kecamatan Wonogiri sebagian besar sudah berkembang

menjadi lebih terstruktur. Saat ini sudah ada beberapa

kelurahan yang memanfaatkan jasa pengangkutan sampah

yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum.

Sumber: Bappeda Jawa Tengah, 2010

Gambar 2.40 Peta Peta Titik TPS Kecamatan Wonogiri

Page 22: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

27 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

Meski begitu, beberapa daerah bahkan yang berada di kawasan perkotaan masih ada yang mengolah

sampah dengan membakar di pekarangan. Hal ini menjadi masalah tersendiri ketika nantinya dapat

mengakibatkan polusi udara.

TPS yang ada jumlahnya masih terbatas. Bahkan, di satu kelurahan sudah memiliki TPS, akan tetapi tidak

dapat berfungsi optimal karena penempatan TPS yang berada di medan curam sehingga kendaraan pengangkut

sampah tidak dapat mengaksesnya. Hal ini menghambat kemajuan sistem persampahan khususnya pada daerah

perkotaan di 6 kelurahan.

2.2.4 Kependudukan

a. Jumlah Penduduk

Penduduk perkotaan di 6

kelurahan di Kecamatan Wonogiri

memiliki jumlah penduduk

sebesar 45.926 jiwa atau sekitar

50% dari jumlah penduduk di

Kecamatan Wonogiri. Jumlah

penduduk terbanyak terdapat di

kelurahan Giritirto sedangkan

jumlah penduduk paling sedikit

terdapat di Kelurahan Bulusulur.

Rata-rata sex ratio di 6 wilayah

perkotaan ini adalah 98,69 yang

menunjukkan bahwa jumlah

penduduk laki-laki lebih sedikit

daripada jumlah penduduk

perempuan.

Sumber: Bappeda Jawa Tengah 2010 dan BPS Jawa Tengah 2013

Gambar 2.41 Peta Jumlah Penduduk Perkotaan

b. Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk yang terkonsentrasi di masing-

masing kelurahan membentuk kepadatan penduduk dan

bangunan. Pada awalnya wilayah perkotaan di Kecamatan

Wonogiri sebanyak 4 kelurahan yaitu Kelurahan Giripurwo,

Giritirto, Wonokarto dan Wonoboyo.

Berdasarkan proyeksi penduduk pada tahun

2024, sebesar 60% penduduk akan

tinggal di wilayah perkotaan.

Page 23: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

Berdasarkan proyeksi penduduk pada tahun 2024,

sebesar 60% penduduk akan tinggal di wilayah perkotaan. Hal

ini berarti kepadatan penduduk di 4 kelurahan tersebut akan

semakin meningkat sehingga daya tampung di wilayah

perkotaan tidak memadai dan mendorong terjadinya

pemekaran wilayah perkotaan. Pemekaran wilayah perkotaan

akan terjadi di 2 kelurahan yaitu Kelurahan Giriwono dan

Kelurahan Bulusulur.

Berdasarkan pada peta disamping maka dapat diketahui

bahwa kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kelurahan

Giripurwo dan Wonokarto. Sedangkan kepadatan terendah

terdapat di Kelurahan Bulusulur. Hal inilah yang menyebabkan

kepadatan penduduk merupakan salah satu indikator pemilihan

6 kelurahan yang ditetapkan sebagai wilayah perkotaan di

Kecamatan Wonogiri.

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013

Gambar 2.42 Peta Kepadatan Penduduk Perkotaan

c. Migrasi

Migrasi penduduk umumnya adalah

perpindahan penduduk dari desa ke kota. Migrasi

menjadi salah satu indikator tingkat preferensi

masyarakat terhadap lokasi tempat tinggal. Penduduk

yang bermigrasi memiliki tujuan tertentu yaitu untuk

memenuhi kebutuhan seperti bekerja, bersekolah dan

sebagainya.Tujuan migrasi keluar sebagian besar

adalah menuju ke Jakarta, Semarang dan Sukoharjo.

Penduduk yang melakukan migrasi pada umumnya

berusia 19-45 tahun

Sumber: Bappeda Jawa Tengah 2010 dan BPS Jawa Tengah 2013

Gambar 2.43

Peta Migrasi Penduduk Perkotaan

Tingkat migrasi penduduk dibagi menjadi dua yaitu migrasi masuk dan migrasi keluar. Tingkat migrasi

dapat menjadi dasar pemilihan wilayah perkotaan di Kecamatan Wonogiri. Hal ini dikarenakan keenam kelurahan

ini merupakan tujuan migrasi yang paling banyak dipilih oleh penduduk. Tingkat migrasi di wilayah perkotaan

yang terdapat di Kecamatan Wonogiri ditunjukan dengan peta sebagai berikut. Berdasarkan pada peta migrasi

penduduk di 6 wilayah perkotaan diatas dapat diketahui bahwa laju migrasi tertinggi terdapat di Kelurahan

Giripurwo sedangkan laju migrasi terendah terdapat di Kelurahan Bulusulur.

28 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

Page 24: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

d. Fertilitas dan Mortalitas

Jumlah kelahiran dan kelahiran dapat mempengaruhi

pertumbuhan penduduk di wilayah perkotaan. Umumnya

tren perkembangan penduduk perkotaan adalah

menurunnya jumlah kelahiran dan jumlah kematian.

Berdasarkan pada peta disamping maka dapat

diketahui bahwa jumlah kelahiran penduduk lebih tinggi

dibandingkan dengan jumlah kematian penduduk. Di

wilayah perkotaan tersebut terdapat 527 jumlah kelahiran

dan 234 jumlah kematian. Jumlah kelahiran terbesar

terdapat di Kelurahan Giritirto sebanyak 116 jiwa

sedangkan jumlah kelahiran terendah terdapat di

Kelurahan Bulusulur sebanyak 59 jiwa. Jumlah kematian

terbesar terdapat di Kelurahan Giritirto dan Giripurwo

sebanyak 49 jiwa sedangkan kematian terendah terdapat di

Kelurahan Bulusulur sebanyak 16 jiwa.

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013

Gambar 2.44 Peta Kelahiran (kiri) dan Kematian(kanan)

Penduduk Perkotaan

2.2.5 Sistem Pusat Permukiman

Pada Kecamatan Wonogiri, terdapat 15

desa/kelurahan. Penghitungan orde dilakukan dengan cara

yang sama dengan perhitungan pada pusat permukiman

agregat. Data yang digunakan adalah data jumlah

penduduk, jumlah fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan

dan fasilitas ekonomi. Setelah dilakukan perhitungan

dengan metode Skalogram dan Indeks Sentralitas Marshal,

diperoleh 4 orde kota.

Orde pertama yang berarti merupakan kelurahan

dengan fasilitas paling lengkap adalah Kelurahan

Wonoharjo, disusul oleh Kelurahan Giripurwo pada orde

kedua, Kelurahan Wonokarto, Kelurahan Manjung, dan

Kelurahan Giritirto sebagai orde ketiga, serta pada orde

keempat adalah Kelurahan Giriwono, Kelurahan Sonoharjo,

Kelurahan Wonokerto, Kelurahan Purwosari, Kelurahan

Bulusulur, Kelurahan Wonoboyo, Kelurahan Purworejo,

Kelurahan Wuryorejo, Kelurahan Pokoh Kidul, dan

Kelurahan Sendang.

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A Studio Perencaaan 2013

Gambar 2.45 Peta Schalogram Kecamatan Wonogiri

29 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

Page 25: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

2.2.6 Struktur dan Pola Ruang Eksisting

Menurut pelayanannya struktur ruang kota

Kecamatan Wonogiri termasuk ke dalam Multi nodal

yaitu wilayah yang terdiri dari satu pusat dan beberapa

sub pusat dan sub sub pusat yang saling terhubung satu

sama sama lain. Sub-sub pusat selain terhubung masing-

masing juga terhubung langsung dengan pusat. Kawasan

perkotaan eksisting terdiri dari empat kelurahan

Kelurahan Giripurwo, Giritirto, Wonokarto dan

Wonoboyo

profil kota

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013

Gambar 2.46

Peta Struktur Perkotaan Kecamatan Wonogiri

Kecamatan Giripurwo merupakan pusat

pelayanan kota yang merupakan pusat pelayanan

utama yang didominasi oleh kegiatan

perdagangan serta pemerintahan. Wonokarto

merupakan sub pusat perkotaan sedangkan

Giritirto,Wonoboyo,Bulusulur, dan Giriwono

merupakan pusat dan sub pusat lingkungan. Lebih

jelasnya berikut dapat dilihat pada peta pola ruang

kota eksisting:

2.3 Penstrukturan Masalah

Isu wilayah yang terdapat di

Kecamatan Wonogiri adalah

Kecamatan Wonogiri belum mampu

menjalankan fungsinya sebagai

Pusat Kegiatan Lokal yang

spesialisasinya adalah sebagai pusat

pemerintahan, pendidikan, industri,

perdagangan dan jasa serta

transportasi. Isu tersebut disebabkan

karena adanya masalah sektoral dari

fungsi utamanya tersebut.

30 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

Page 26: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri
Page 27: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

31

La

po

ran

Ak

hir S

tud

io P

ere

nca

na

an

2A

ISU WILAYAH

KECAMATAN WONOGIRI

Masalah pendukung isu

Isu Wilayah

Keterangan :

Kecamatan Wonogiri belum mampu

menjalankan fungsinya sebagai Pusat

Kegiatan Lokal khususnya pada

bidang Industri, Perdagangan,

permukiman perkotaan, Jasa, dan

Transportasi

Tidak adanya sarana terminal yang

mengakomodasi bus yang

melintas di Kecamatan Wonogiri

Fungsi Kecamatan Wonogiri

sebagai pusat pelayanan

transportasi belum berfungsi

secara optimal

Banyaknya Pedagang Kaki Lima yang

menggunakan pedestrian ways

sebagai lokasi perdagangan

Keterbatasan sarana

perdagangan formal

Sektor perdagangan

informal belum dapat

dikelola dengan baik

wilayah perkotaan

eksisting sudah

mengalami kepadatan

yang cukup tinggi

Keterbatasan ruang untuk

pemenuhan sarana

permukiman perkotaan

Fungsi Kecamatan Wonogiri

sebagai pusat permukiman

perkotaan belum optimal

Fungsi Kecamatan Wonogiri sebagai

kegiatan lokal Perdagangan belum

berfungsi secara optimal

Isu Perkotaan

Pariwisata Waduk Gajah Mungkur

sebagai Jasa Rekreasi di Kecamatan

Wonogiri belum mampu menarik

wisatawan

Fungsi Kecamatan Wonogiri sebagai

kegiatan lokal Jasa belum berfungsi

secara optimal

Kualitas Jasa

Perhotelan di

Kecamatan Wonogiri

masih rendah

Kurangnya daya tarik

atraksi Pariwisata

Waduk Gajah

Mungkur

Kurangnya Pengelolaan dan

Perawatan pada

objek wisata

Keterbatasan dana

dan sumber daya

manusia

Kawasan perkotaan belum

dapat menjadi pusat distribusi

hasil produk pengembangan

potensi lokal

Belum adanya

standarisasi produk

sehingga mampu

berdaya saing

Terhambatnya

Pengembangan

Potensi Lokal

Sedikitnya peluang

kerja (minimnya

lapangan pekerjaan)

Fungsi Kecamatan

Wonogiri sebagai

kegiatan lokal industri

belum berfungsi secara

optimal

Keterbatasan

teknologi dalam

industri/perusahaan

besar di Kecamatan

Wonogiri

Pemerintah

Kecamatan

Wonogiri yang

belum fokus

terhadap investasi

Produktivitas pekerja

dan hasil produksi

yang rendah

Kualitas SDM

cenderung rendah

Minimnya investasi di

Kecamatan Wonogiri

Penduduk menurut tamatan

pendidikan masih didominasi oleh

penduduk lulusan SD

Perusahaan yang ada

belum mampu menjadi

Leading sector di

Kecamatan Wonogiri

Tingginya

persaingan antar

UMKM tanpa

menciptakan

inovasi

Tidak adanya

keterkaitan antar

UMKM

Keterbatasan

Informasi mengenai

peminjaman modal

usaha dari Pemerintah

setempat

Page 28: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

Berdasarkan penstrukturan masalah di atas maka dapat dijelaskan bahwa permasalahn utama

Kecamatan Wonogiri yang belum mampu menjalankan fungsinya sebagai PKL yang spesialisasinya adalah

sebagai pusat Pemerintahan, Pendidikan, Industri, Perdagangan dan Jasa, dan Transportasi disebabkan oleh

permasalahan sektoral. Beberapa masalah tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Kecamatan Wonogiri Sebagai Kegiatan Industri Belum

Berfungsi Secara Optimal

Kecamatan Wonogiri yang merupakan pusat kegiatan industri

belum mampu menyediakan peluang kerja bagi Kecamatan Wonogiri

dan sekitarnya. Hal tersebut dikarenakan perusahaan yang ada di

Kecamatan Wonogiri belum mampu menjadi leading sector dan masih

terhambatnya pengembangan potensi lokal. Keduanya dipengaruhi

oleh produktivitas tenaga kerja serta hasil produksinya yang rendah

dan masih minimnya investasi di Kecamatan Wonogiri. Minimnya

investasi ini disebabkan oleh pemerintah Kecamatan Wonogiri yang

belum fokus untuk mendatangkan investasi ke wilayahnya. Minimnya

investasi tersebut menjadikan keterbatasan teknologi dalam

industri/perusahaan di Kecamatan Wonogiri. Investor enggan

menanamkan modal di Kecamatan Wonogiri karena kualitas SDM

yang ada cenderung rendah (yang ditunjukkan dengan adanya

masalah produktivitas tenaga kerja rendah), sehingga investor tidak

dapat menerima feedback dalam jangka cepat atau sebanding dengan

investasinya.

Sedangkan terhambatnya pengembangan

potensi lokal selain dipengaruhi masalah produktivitas

tenaga kerja dan minimnya investasi, juga dipengaruhi

oleh beberapa masalah wilayah yang lain, diantaranya

yaitu :

- Sektor ekonomi tersier belum mampu

mendorong pengembangan potensi lokal

Adanya jasa perbankan belum dimanfaatkan

oleh pemilik usaha sebagai pemodalan. Pemilik

usaha lebih memilih untuk menggunakan modal

pribadi. Sehingga tidak ada peningkatan dalam

hal produksi.

- Belum adanya standarisasi produk sehingga

mampu berdaya saing

Beberapa desa/kelurahan di Kecamatan

Wonogiri memiliki hasil potensi lokal yang

berupa produk olahan seperti tempe kripik,

emping umbi garut, tahu, dan beberapa olahan

industri rumahan yang lain. Hasil industri

tersebut belum memiliki standarisasi produk.

Standarisasi produk tersebut dinilai dapat

meningkatkan daya saing kualitas produk

tersebut. Karena dalam proses produksinya,

sudah disesuaikan dengan standar yang tekah

ditentukan dengan memperhatikan berbagai

pertimbangan untuk meningkatkan daya saing.

32 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

perusahaan yang ada di Kecamatan

Wonogiri belum mampu menjadi

leading sector

Page 29: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

- Tidak adanya keterkaitan antar UMKM

UMKM atau yang biasa disebut dengan

industri rumahan yang ada di Kecamatan

Wonogiri pada kondisi lapangannya saat ini,

masih belum memiliki keterkaitan. Masing-

masing rumah tangga cenderung melakukan

seluruh proses produksi secara mandiri. Hal

tersebut tentunya tidak efisien, karena lebih

menghabiskan banyak waktu, sedangkan

hasil produksinya belum tentu dengan

kuantitas yang tinggi, apalagi kualitas yang

baik.

- Tingginya persaingan antar UMKM tanpa

menciptakan inovasi

Tidak adanya keterkaitan antar UMKM

tersebut dikarenakan masih tingginya

persaingan antar UMKM. Namun, persaingan

yang ada tidak menimbulkan dampak positif

yang besar, seperti munculnya inovasi baru

dalam menghasilkan produk baru dengan

kualitas yang lebih baik dan lebih efisien.

Pelaku UMKM dalam proses produksi hanya

terfokus pada pasar yaitu memproduksi

produk dalam jumlah besar tanpa

memperhatikan kualitasnya.

- Keterbatasan informasi mengenai

peminjaman modal usaha dari pemerintah

setempat

Sebagian besar warga yang memiliki industri

rumahan tidak mengetahui akses dalam

peminjaman modal usaha dari pemerintah.

Pemilik industri mayoritas menggunakan

modal pribadi. Modal yang digunakan

tentunya tidak mampu menutup semua

kekurangan dalam proses produksi.

Peningkatan kualitas produk pun menjadi

terhambat karena minimnya modal yang

dimiliki.

- Kawasan Perkotaan belum dapat menjadi pusat

distribusi dalam pengembangan potensi lokal.

Dalam pengembangan potensi lokal sebagai

upaya untuk menunjang perekonomian wilayah,

pendistribusian hasil adalah salah satu aspek

yang penting. Di Kecamatan Wonigiri sendiri,

dalam hal pendistribusian hasil potensi lokal

masih belum melalui kawasan perkotaan.

Masing-masing desa/kelurahan yang

memproduksi hasil potensi lokal tersebut

memasarkan produknya langsung pada

tengkulak-tengkulak yang ada. Hal tersebut

menjadikan proses pemasaran di kawasan

perkotaan yang seharusnya dapat menjadi upaya

pengenalan produk lokal kepada masyarakat

Kecamatan Wonogiri sendiri masih belum

tercapai.

33 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

Page 30: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

2. Fungsi Kecamatan Wonogiri Sebagai Pusat Pelayanan

Transportasi Belum Optimal.

Kondisi infrastruktur jalan yang cukup baik di

Kecamatan Wonogiri belum mampu meningkatkan pelayanan

transportasi. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya sarana

terminal yang mengakomodasi pergerakan bus yang melintas

di Kecamatan Wonogiri. Seringkali didapati bus-bus yang

melintas di Kecamatan Wonogiri menggunakan bahu jalan

untuk tempat pemberhentian penumpang. Sehingga sering

terjadi ketidakteraturan di jalan raya karena banyaknya bus

yang menggunakan bahu jalan sebagai tempat

pemberhentian.

3. Fungsi Kecamatan Wonogiri Sebagai Kegiatan Lokal Jasa Belum Berfungsi Secara

Optimal.

Pelayanan jasa yang ada di Kecamatan Wonogiri yang belum optimal adalah jasa rekreasi.

Kecamatan Wonogiri memiliki pariwisata Waduk Gajah Mungkur. Namun hingga pada saat ini,

taman rekreasi tersebut belum mampu menarik wisatawan untuk mengunjungi. Hal tersebut

dikarenakan atraksi dari Waduk Gajah Mungkur tersebut masih sangat kurang, yaitu dari segi

keberagaman obyek wisatanya. Keterbatasan tersebut dikarenakan pihak pengelola belum

mampu mengelola dan merawat karena minimnya dana. Selain itu, sumber daya manusia

pengelola dan perawatan dari Wisata Waduk Gajah Mungkur tersebut juga tergolong sedikit.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola, jumlah pekerja kebersihan di Waduk

Gajah Mungkur hanya berjumlah 6 orang yang tidak sebanding dengan luas area taman rekreasi.

Kemudian selain itu, peranan hotel di Kecamatan Wonogiri juga belum mampu mendukung

adanya jasa rekreasi yang ada. Hal tersebut dikarenakan kualitas dan pelayanan hotel di

Kecamatan Wonogiri masih tergolong kelas rendah. Sehingga wisatawan lebih banyak memilih

ke Kota Solo atau daerah di sekitar Kabupaten Wonogiri.

34 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

Jumlah pekerja kebersihan

di Waduk Gajah Mungkur hanya

berjumlah 6 orang yang tidak

sebanding dengan luas area

taman rekreasi.

Page 31: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

4. Fungsi Kecamatan Wonogiri Sebagai Kegiatan Lokal

Perdagangan Belum Berfungsi Secara Optimal

Permasalahan pada pusat kegiatan lokal ini disebabkan oleh

masih terbatasnya jumlah sarana perdagangan yang mampu

mengakomodasi hasil pdoduksi untuk dijual di dalam Kecamatan

Wonogiri. Hal ini menyebabkan sebagian besar hasil produksi industri

kecil dan besar yang ada dijual di wilayah lain sehingga kegiatan

perdagangan yang seharusnya menjadi sektor ekonomi potensial

belum dapat berkembang. Permasalahan ini juga menyebabkan

hilangnya added valuesektor perdagangan untuk wilayah Kecamatan

Wonogiri. Permasalahan pada sektor perdagangan juga disebabkan

oleh belum tertatanya Pedagang Kaki Lima yang ada di kawasan

perkotaan Kecamatan Wonogiri. Aktivitas Pedagang Kaki Lima

tersebut cukup mengganggu pejalan kaki karena lokasi

perdagangannya berada di pedestrian ways yang ada di perkotaan.

Selain itu, fasilitas pendukung dari sarana perdagangan tersebut

seperti lahan parkir juga masih sangat kurang. Hal tersebut

menjadikan kendaraan menggunakan bahu jalan sebagai tempat

parkir.

Potensi dan permasalahan di Kecamatan Wonogiri dapat

dirangkum kedalam bentuk SWOT, sebagai berikut.

4. Fungsi Kecamatan Wonogiri Sebagai Kegiatan Lokal Jasa Belum Berfungsi Secara Optimal.

Pelayanan jasa yang ada di Kecamatan Wonogiri yang belum optimal adalah jasa rekreasi. Kecamatan

Wonogiri memiliki pariwisata Waduk Gajah Mungkur. Namun hingga pada saat ini, taman rekreasi tersebut

belum mampu menarik wisatawan untuk mengunjungi. Hal tersebut dikarenakan atraksi dari Waduk Gajah

Mungkur tersebut masih sangat kurang, yaitu dari segi keberagaman obyek wisatanya. Keterbatasan

tersebut dikarenakan pihak pengelola belum mampu mengelola dan merawat karena minimnya dana. Selain

itu, sumber daya manusia pengelola dan perawatan dari Wisata Waduk Gajah Mungkur tersebut juga

tergolong sedikit. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola, jumlah pekerja kebersihan di

Waduk Gajah Mungkur hanya berjumlah 6 orang yang tidak sebanding dengan luas area taman rekreasi.

Kemudian selain itu, peranan hotel di Kecamatan Wonogiri juga belum mampu mendukung adanya jasa

rekreasi yang ada. Hal tersebut dikarenakan kualitas dan pelayanan hotel di Kecamatan Wonogiri masih

tergolong kelas rendah. Sehingga wisatawan lebih banyak memilih ke Kota Solo atau daerah di sekitar

Kabupaten Wonogiri.

35 Laporan Akhir Studio Perencanaan 2A

penstrukturan masalah kecamatan wonogiri 2A

Page 32: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

STRENGTH WEAKNESS OPPORTUNITY THREAT

1. Kecamatan Wonogiri merupakan Pusat Kegiatan Lokal di Kabupaten Wonogiri yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, industri, perdagangan dan jasa, dan transportasi.

2. Kondisi topografi di Kecamatan Wonogiri yaitu 0 – 8 % (datar) sehingga dapat dikembangkan sebagai pusat pemukiman dan aktivitas.

3. Kondisi infrastruktur jalan di Kecamatan Wonogiri sudah cukup baik.

4. Kecamatan Wonogiri memiliki potensi lokal, yang terdiri dari : - Potensi Pariwisata : Waduk Gajah

Mungkur, Paralayang. - Pembudidayaan ikan air tawar yang

dikembangkan dengan sistem karamba di Waduk Gajah Mungkur.

- Potensi produk industri rumahan yang terdiri dari tempe keripik, emping umbi garut.

- Potensi industri pengolahan meubel di Desa Bulusulur.

- Potensi hasil perkebunan dan pertanian di wilayah perdesaan Kecamatan Wonogiri.

5. Kecamatan Wonogiri memiliki perusahaan besar seperti PT. Tainesia Jaya, PT, Sinar Tujuh, dan perusahaan roti.

1. Tidak adanya sarana terminal yang mengakomodasi bus yang melintas di Kecamatan Wonogiri.

2. Aktivitas perbankan belum mampu mendukung kegiatan perekonomian.

3. KurangnyadayatarikatraksiPariwisataWaduk Gajah Mungkur di KecamatanWonogiri.

4. KurangnyapengelolaandanperawatanpadaWaduk Gajah Mungkur. 5. Rendahnyakualitasjasaperhotelan di KecamatanWonogiri. 6. Belum adanya peluang kerja di Kecamatan Wonogiri karena

perusahaan yang ada di Kecamatan Wonogiri belum mampu menjadi leading sector.

7. Belum adanya standarisasi produk industri dan UMKM sehingga produk tidak memiliki daya saing.

8. Keterbatasan informasi mengenai peminjaman modal usaha dari pemerintah setempat.

9. Kualitas SDM yang rendah yang menyebabkan produktivitas yang belum baik..

10. Tidak adanya keterkaitan antar UMKM. 11. Tingginya persaingan antar UMKM tanpa menciptakan inovasi. 12. Minimnya investasi yang masuk ke Kecamatan Wonogiri. 13. Kawasan perkotaan belum dapat menjadi pusat distribusi hasil

produk pengembangan potensi lokal. 14. Ketersediaansaranaperdaganganmasihterbatas. 15. Kurangnyafasilitaspendukungsaranaperdagangansepertilahanparki

r. 16. Penyalahgunaanruangpublik (pedestrian ways)

sebagailokasiaktivitasPedagang Kaki Lima 17. Pemerintah Kecamatan Wonogiri yang belum fokus untuk

mendatangkan investasi ke wilayahnya 18. Keterbatasan modal usaha bagi UMKM. 19. Kurangnya inovasi karena kurangnya keterampilan dan

pengetahuan yang dimiliki penduduk.

1. Wilayah administrasi Kecamatan Wonogiri berbatasan langsung dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kota Solo.

2. Adanya remmitance atau aliran uang yang masuk ke Kecamatan Wonogiri.

3. Adanya keterpaduan pada sektor ekonomi melalui koridor kerjasama regional Pawonsari dan Subosukowonosraten.

1. Minimnya dana investasi dari investor.

2. Investor tidak dapat menerima feedback dalam jangka waktu yang cepat.

3. Teknologi yang masuk di Kecamatan Wonogiri tidak dapat digunakan secara optimal.

4. Adanya atraksi dari luar wilayah Kecamatan Wonogiri, yaitu Kota Solo dan Kota Yogyakarta.

36

La

po

ran

Ak

hir S

tud

io P

ere

nca

na

an

2A

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 2A, Studio Perencanaan 2013

Page 33: Profil Wilayah dan Kota Kecamatan Wonogiri

37

La

po

ran

Ak

hir S

tud

io P

ere

nca

na

an

2A