BAB I
ANALISIS SITUASI
I.1. Situasi Kesehatan
Dalam tugas ini terdapat 3 permasalahan kesehatan yang menjadi prioritas
utama, yaitu:
1. Malaria
Kabupaten OKU Timur merupakan kabupaten endemis malaria dengan
AMI 10-50 permil. Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten Ogan
Komering Ulu Timur Tahun 2008, terdapat 3734 kasus malaria klinis dan 23
kasus malaria (+). Kemudian berdasarkan data kasus yang diperoleh
www.bankdatadepkes.go.id, didapatkan insidensi kejadian malaria di OKU
Timur sebesar 6,40 per 1000 penduduk.
Didapatkan jumlah kejadian malaria yang tertinggi terdapat di wilayah
kerja Puskesmas Sukaraja yaitu sebanyak 464 kasus malaria klinis. Situasi ini
harus mendapat perhatian khusus karena selain dapat mengakibatkan KLB atau
wabah sebagaimana yang pernah terjadi di wilayah kerja Puskesmas
Silungkang pada tahun 2008, juga dapat mengakibatkan komplikasi yang serius
bahkan kematian kepada penderitanya sehingga diperlukan upaya-upaya
penanggulangapn yang cepat dan tepat. Masih tingginya AMI di kabupaten
OKU Timur memperlihatkan bahwa pemberantasan malaria di kabupaten OKU
belum terlaksana secara optimal.
Berdasarkan cakupan pelaksanaan program pengobatan malaria di setiap
puskesmas di kecamatan hampir terlaksana 100%, karena hampir semua
kejadian malaria, baik yang klinis maupun positif diobati di puskesmas, dapat
dilihat pada tabel berikut: Masih tingginya angka kejadian malaria di kabupaten
OKU Timur disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor penyebaran
malaria itu sendiri, faktor lingkungan, dan faktor perilaku masyarakat.
2. Diare
Berdasarkan Buku Profil Kesehatan Kabupaten OKU Timur 2008
jumlah kasus diare yang terjadi adalah 14.465 kasus dan dari 14.465 kasus diare
yang terjadi, hanya 14.247 kasus yang ditangani di seluruh puskesmas masing –
masing kecamatan. Kemudian berdasarkan data kasus yang diperoleh
www.bankdatadepkes.go.id, didapatkan insidensi kejadian diare di OKU Timur
tahun 2008 adalah 19,68% per 1000 penduduk.
Dari data tahun 2008, didapatkan bahwa kasus diare banyak terjadi di
Kecamatan Buay Madang Timur, di Puskesmas Rawa Bening yaitu sebanyak
1.609 kasus diare dan kesemua kasus tersebut ditangani oleh puskesmas
tersebut atau 100% kasus ditangan. Dapat dilihat bahwa hampir semua
puskesmas di setiap kecamatan 100% dapat menangani kasus diare yang terjadi.
Akan tetapi terdapat dua kecamatan yang cakupan kasus yang ditangani tidak
mencapai 100%, Kecamatan Buay Madang dan Kecamatan Semendawai Suku
III.
Di Kecamatan Buay Madang Timur, Puskesmas Sukaraja terdapat
1.205 kasus diare dan jumlah kasus yang ditangani hanya 1.048 kasus, sehingga
didapatkan persentase kasus yang ditangani sebesar 86,97%. Kemudian di
Kecamatan Semendawai Suku III, Puskesmas Trimoharjo, terdapat 385 kasus
diare dan jumlah kasus diare yang ditangani sebanyak 324 kasus, sehingga
didapatkan persentase kasus yang ditangani sebesar 84,16%.
3. Pneumonia pada Balita
Berdasarkan Buku Profil Kesehatan Kabupaten OKU Timur 2008
terdapat 1678 kasus pneumonia pada balita dan hampir semua kasus yang
terjadi dapat ditangani secara keseluruhan oleh setiap puskesmas di masing –
masing kecamatan, sehingga dapat dikatakan persentase jumlah kasus yang
ditangani sebesar 100%.
Dapat dilihat jumlah kasus pneumonia pada balita yang tertinggi
terdapat di Kecamatan Buay Madang Timur, Puskesmas Sukaraja yaitu terdapat
406 kasus dan persentase kasus yang ditangani adalah 100% atau dapat
dikatakan seluruh kasus dapat ditangani.
I.2. Kinerja Output
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Berdasarkan laporan dari Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten OKI
Timur 2008, persentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan sebesar 96,54% dari 10.580 total persalinan.
Terdapat beberapa puskesmas yang persalinannya ditolong 100% oleh
bidan atau tenaga kesehatan yang berkompeten di bidangnya, yaitu Puskesmas
Martapura, Kotabaru, Pemetung Basuki, Rawa Bening, Rasuan, Gumawang,
Nusa Bakti, Bangsa Negara, dan Way Hitam II.
2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
a. Pelayanan KB Baru
Menurut data yang didapat dari Badan Keluarga Berencana Keluarga
Sejahtera Kabupaten OKU Timur tahun 2008 didapatkan bahwa jumlah
peserta KB baru adalah 44.132 orang. Dengan jumlah peserta KB baru
terbanyak terdapat pada Kecamataan Buay Madang Timur yaitu sejumlah
11.776 orang, sedangkan jumlah peserta KB yang terendah terdapat di
Kecamatan BP Bangsa Raja yaitu sebanyak 3 orang.
b. Pelayanan KB Aktif
Menurut data yang didapat dari Badan Keluarga Berencana Keluarga
Sejahtera Kabupaten OKU Timur tahun 2008, tercatat jumlah peserta KB
aktif sebanyak 87.189 orang. Jumlah peserta KB aktif tertimggi terdapat
pada Kecamatan Buay Madang Timur yaitu sejumlah 10.480 orang dan
jumlah peserta KB aktif terndah pada Kecamatan BP Bangsa Raja dengan
jumlah peserta KB aktif sebanyak 2049 orang.
c. Jumlah PUS dan Peserta KB
Berdasarkan laporan dai Badan Keluarga Berencana Keluarga
Sejahtera Kabupaten OKU Timur tahun 2008, tercatat jumalah Pasangan
Usia Subur (PUS) sebanyak 113.738 pasangan. Dari 113.738 PUS tersebut,
terdapat 44.132 peserta KB baru dan 97.189 peserta KB aktif.
Sesuai dengan jumlah peserta KB baru dan KB aktif yang tertinggi,
yaitu Kecamatan Buay Madang Timur, Puskesmas Rawa Bening. Maka
didapatkan juga bahwa jumlah PUS yang tertinggi menngunakan KB juga
terdapat di Kecamatan Buay Madang Timur, yaitu dari 11.719 PUS terdapat
11.776 pasangan pengguna KB baru atau 100,49% dan 10.480 pasangan
pengguna KB aktif (89,43%).
Sedangkan jumlah PUS terendah pengguna KB juga terdapat pada
Kecamatan BP Bangsa Raja, yaitu dari 2252 PUS didapatkan 3 PUS
pengguna KB baru atau 0,13% dan 2049 pengguna PUS KB aktif atau
90,99%.
3. Pelayanan Imunisasi
Berdasarkan P2P Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Timur tahun 2008
didapatkan bahwa persentase cakupan Desa UCI/kelurahan UCI di OKU Timur
adalah 85,56%. Yaitu dari 270 jumlah desa/kelurahan di OKU Timur, terdapat
231 desa/kelurahan UCI.
4. Pelayanan Kesehatan Bayi dan Balita
Berdasarkan Bidang Pelayanan Kesehatan Kabupaten OKU Timur
tahun 2008 didapatkan bahwa jumlah bayi yang berada di bawah garis
kemiskinan berjumlah 190 bayi dan dari 190 bayi tersebut hanya 54 bayi yang
mendapat pelayanan kesehatan berupa pemberian makanan pendamping ASI
(MP ASI) atau dapat dipersentasekan sebesar 28,42%. Dengan persentase
terendah terdapat pada Kecamatan Cempaka, Puskesmas Cempaka yaitu dari 35
bayi yang berada dibawah garis kemiskinan, hanya 5 bayi yang mendapatkan
MP ASI atau secara persentase sebesar 14,29%.
Kemudian untuk balita, dari 82.664 balita hanya 22.605 balita yang
mendapat pelayanan kesehatan pemberian Vitamin A, atau secara persentase
sebesar 27,34%. Dan terdapat satu kecamatan yang balitanya sama sekali tidak
mendapat pelayanan kesehatan pemberian Vitamin A atau persentasenya
sebesar 0%, yaitu Kecamatan Belitang III, Puskesmas Nusa Bakti.
Terdapat 6 kecamatan yang memiliki kasus balita dengan gizi buruk
yaitu, Kecamatan Jayapura, Madang Suku I, Madang Suku III, Belitang
Madang Raya, Belitang Jaya, dan Semendawai Suku III yang keseluruhan
totalnya adalah 16 balita. Dari ke-16 balita tersebut tidak ada sama sekali yang
mendapatkan perawatan, sehingga persentase balita gizi buruk di Kabupaten
OKU Timur tahun 2008 yang mendapatkan perawatan adalah 0%.
5. Pelayanan Gizi Fe1, Fe3, Imunisasi TT1, dan Imunisasi TT2 pada Ibu
Hamil
Berdasarkan laporan dari Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas
Kesehatan Kabupaten OKU Timur tahun 2008 tercatat jumlah ibu hamil
sebanyak 14.557, dan yang mendapatkan pelayanan Fe1 sebanyak 1490 ibu
hamil, pelayanan Fe3 sebanyak 356 ibu hamil, pelayanan TT1 2038 ibu hamil,
dan pelayanan TT2 sebanyak 1977 ibu hamil.
Untuk Pelayanan Fe1 dan Fe3, Puskesmas Rawa Bening merupakan
puskesmas dengan cakupan pemberian Fe1 dan Fe3 tertringgi. Yaitu dari 1341
ibu hamil, yang mendapatkan suplemen Fe1 sebanyak 201 ibu hamil(14,99%)
dan suplemen Fe3 sebanyak 106 ibu hamil (7,90%). Sedangkan terdapat
puskesmas yang sama sekali ibu hamilnya tidak mendapatkan suplemen Fe1
dan Fe3, yaitu Puskesmas Martapura dan Pemetung Basuki.
Kemudian untuk Pelayanan pemberian TT1 dan TT2, Puskesmas
Martapura merupakan puskesmas dengan cakupan pemberian TT1 dan TT2
tertinggi. Yitu dari 1196 ibu hamil, terdapat 1217 ibu hamil mendapatkan TT1
(101,76%) dan 1163 ibu hamil mendapatkan TT2 (97,24%). Dan terdapat tiga
puskesmas yang tidak memberikan TT1 dan TT2 yaitu Puskesmas Nusa Bakti,
Cempaka, dan Burnai.
6. Penyelenggaraan Pembiayaan untuk Pelayanan Kesehatan Perorangan
Dari laporan Seksi Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten
OKU Timur 2008 tercatat jumlah penduduk peserta jaminan pemeliharaan
kesehatan dengan jenis ASKES sebanyak 19.817 peserta dan dengan jenis kartu
sehat sebanyak 222.300 peserta. Sedangkan jenis kepersertaan Jamsostek, Dana
Sehat, Bapel/Pra, Bape JPKM tidak ada yang tercatat.
I.3. Kinerja Proses
Sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kabupaten OKU
Timur tahun 2008 dapat dianalisis kinerja proses dan pencapaian target dari
masing – masing kegiatan, yaitu sebagai berikut:
1. Penurunan AKB 3/1000 Kelahiran
Dalam program ini terdapat berbagai macam kegiatan untuk mencapai
penurunan AKB menjadi 3/1000 kelahiran di OKU Timur, seperti pelayanan
kesehatan untuk kunjungan neonatus dan bayi, kemudian pengatasan bayi
dangan berat badan lahir rendah (BBLR), pemberian makanan pendamping ASI
pada BGM dari keluarga miskin, pemberian ASI Ekslusif pada bayi, pelayanan
imunisasi pada balita, dan pemberian vitamin A 2 kali pertahun pada balita.
Dari keseluruhan kegiatan tersebut tidak semuanya tercapai sesuai
dengan target yang diharapkan. Seperti cakupan kunjungan neonatus dan bayi,
target yang diharapkan adalah 90%, sedangkan hasil yang dicapai hanya 85%.
Kemudian penanganan bayi BBLR hanya tercapai 85% dari 100% target yang
diharapkam, untuk pemberian MP ASI pada bayi BGM dari GAKIN hanya
tercapai 98%. Lalu untuk pemberian Vitamin A 2 kali pertahun pada balita
hanya dari 90% target yang diharapkan hanya tercapai 85% dan bayi yang
mendapatkan ASI ekslusif dari 80% target yang diharapkan hanya tercapai
70%.
Tidak tercapainya target yang diharapkan dari kegiatan – kegiatan
tersebut disebabkan oleh berbagai macam faktor. Diantaranya, masih rendahnya
tingkat kesadaran dan pengetahuan ibu tentang bagaimana menjaga kesehatan
bayi dan balita kemudian faktor lainnya yaitu kurangnya promosi mengenai
program dari kegiatan tersebut kepada masyarakat, khususnya untuk para ibu,
dan lokasi yang sulit dijangkau transportasi juga mempersulit pendistribusian
bantuan kesehatan seperti imunisasi dan suplemen Vitamin A.
2. Penurunan AKI
Kegiatan – kegiatan pendukung program untuk penurunan AKI di
Kabupaten OKU Timur tahun 2008 diantaranya adalah pelayanan kunjungan
ibu hamil K4, pertolongan persalinan oleh bidan/tenaga kesehatan yang
berkompeten, perujukan ibu hamil risiko tinggi, pemberian tablet Fe 80% pada
ibu hamil, dan program KB.
Terdapat beberapa kegiatan yang tidak mencapai target yang
diharapkan, diantaranya adalah tidak terlaksananya kunjungan K4 oleh ibu
hamil yaitu hanya sebesar 90% dari 95% target yang diharapkan. Kemudian
proses persalinan yang dibantu oleh bidan/nakes yang berkompeten dari 90%
target yang diharapkan hanya 85% yang tercapai dan untuk perujukan ibu hamil
berisiko tinggi hanya tercapi 80% dari target 100% yang diharapkan.
Tidak tercapainya target ini disebabkan berbagai macam faktor
diantaranya masih rendahnya tingkat pengetahuan ibu untuk menjaga kondisi
kesehatannya terutama saat hamil, kemudian lokasi persalinan yang jauh dari
tempat masyarakat atau terpencilnya lokasi pemukiman mempersulit
transportasi tenaga kesehatan atau masyarakat untuk memperoleh kesehatan,
masih kurangnya bidang/nakes yang berkompeten di bidangnya di sebagiab
puskesmas dan sebagainya.
3. Menurunkan Angka Kesakitan
Berbagai kegiatan yang menunjang program penurunan Angka
Kesakitan di Kabupaten OKU Timur tahun 2008 diantaranya pemenuhan
tenaga medis dan paramedic yang terlatih&berkonpeten, pemenuhan teanga
penyuluh kesehatan&pembantu paramedis lain yang terkait, penyediaan
isntitusi pelayanan kesehatan, penyediaan akses dan sarana bagi masyarakat
untuk memperoleh sarana pelayanan gawat darurat, penyuluhan penggunaan air
bersih melalui media cetak, radio interaktif. Kemudian penanganan kasus KLB,
menurunkan prevalensi*insidensi kejadian penyakit menular, peningkatan
penggunaan air bersih, dan masih banyak lagi.
Tidak semua kegiatan mencapai target yang diharapkan, terdapat
berbagai kegiatan yang tidak mencapai target, diantaranya dalam pemenuhan
tenaga penyuluh kesehatan¶medis lain yang terkait dari 100% target yang
diharapkan hanya tercapai 90%, kemudian pemenuhan institusi pelayanan
kesehatan hanya mencapai angka 90% dari 100% target yang diharapkan.
Selanjutnya untuk terpenuhinya akses dan saran pelayanan kesehatan gawat
darurat hanya mencapai 80% dari 90% target yang diharapkan, kemudian
program peningkatan penggunaan air bersih dari 100% yang diharapkan hanya
tercapai 80%. Kemudian kasus diare pada balita yang ditangani dari 100%
target yang diharapkan hanya tercapai 90% dan lain – lain.
Tidak tercapainya target sasaran ini disebabkan oleh berbagai macam
faktor diamntaranya kurangnya tenaga kesehatan yang ahli di bidangnya,
kurangnya tenaga penyuluh, masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam
mendukung kegiatan pemerintah, lokasi pemukiman masyarakat yang jauh dari
puskesmas atau istitusi pelayanan kesehatan lainnya, kurangnya kegaiatan
promosi kesehatan kepada masyarakat, dan masih banyak lagi.
4. Umur Harapan Hidup Meningkat
Berbagai kegiatan yang menunjang program peningkatan Umur
Harapan Hidup di Kabupaten OKU Timur tahun 2008 diantaranya adalah
penyuluhan penyakit menular, penyuluhan narkoba, penyuluhan program
PHBS, pelayanan kesehatan remaja, pemerikasaan kesehatan siswa SD dan
setingkat oleh tenaga kesehatan terlatih/guru UKS/dokter kecil, dan penurunan
angka kematian.
Kegiatan yang tidak mencapai target diantaranya pemerikasaan
kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan terlatih/guru
UKS/dokter kecil hanya tercapai 85% dari target sebesar 100% yang
diharapkan, kemudian pelayanan kesehatan remaja hanya tercapai 55% dari
80% target yang diharapkan. Selain itu masih kurangnya kegiatan penyuluhan
PHBS secara langsung dan interaktif kepada masyarakat, dapat dilihat dari
angka pencapaian targetnta hanya sebesar 80% dari 100% yang diharapkan.
Berbagai faktor yang mempenganruhi tidak tercapainya target sasaran
diantaranya kurangnya tenaga penyuluh kesehatan, masih rendahnya
pengetahuan masyarakat dan kesadaran masyarakat, dan sebagainya.
I.4. Kinerja Input
1. Sarana Kesehatan
Berdasarkan Seksi Akreditasi dan Perizinan Dinkes Kabupaten OKU
Timur tahun 2008 sarana kesehatan terdiri dari rumah sakit, puskesmas,
puskesmas pembantu, puskesmas keliling, posyandu, poskesdes, apotek, toko
obat berizin, rumah bersalin, klinik, dan gudang farmasi. Distribusi pelayanan
kesehatan Kabupaten OKU Timur 2008 dapat dilihat pada table berikut:
No. Jenis Fasilitas Jumlah
1 Rumah Sakit 3 (1 Pemerintah, 2 Swasta)
2 Puskesmas 20
3 Puskesmas Pembantu 57
4 Puskesmas Keliling 20 (18 Pemerintah, 2 Swasta)
5 Posyandu 610
6 Poskesdes 270
7 Apotek 8
8 Toko Obat 12
9 Rumah Bersalin 6
10 Balai Pengobatan/Klinik 1
11 Gudang Farmasi 1
Sumber: Seksi Akreditasi dan Perizinan Dinkes Kabupaten OKU Timur 2008
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa masih belum meratanya
distribusi sarana pelayanan kesehatan dan masih kurangnya jumlah beberapa
sarana kesehatan seperti rumah sakit, klinik, dan gudang farmasi.
2. Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan
Tenaga kesehatan yang bekerja dalam wilayah Kabupaten OKU Timur
tahun 2008 terdiri dari tenaga medis, tenaga perawat, tenaga bidan, tenaga
farmasi, tenaga gizi, tenaga teknisi medis, tenaga sanitasi, tenaga kesehatan
masyarakat (kesmas), dan tenaga teknis lainnya.
Permasalahan yang terjadi pada pemenuhan SDM kesehatan di OKU
Timur tahun 2008 diantaranya adalah kurangnya jumlah tenaga kesehatan dan
tidak meratanya pendistribusian tenaga kesehatan, selain itu masih rendahnya
kualitas tenaga kesehatan yang ada.
a. Teanaga Medis
Tenaga medis terdiri dari dokter spesialis, dokter umum dan dokter
gigi. Untuk dokter spesialis pendistribusiannya tidak merata dan jumlahnya
kurang, dapat dilihat bahwa pada RSUD Gamawang terdapat 3 dokter
spesialis sedangkan untuk Rumah Sakit Charitas Bakti Ningsih dan RSI
Taqwa tidak terdapat dokter spesialis. Kemudian untuk dokter umum,
jumlahnya kurang dan pendistribusian untuk setiap puskesmas di daerah dan
rumah sakit tidak merata. Bahkan terdapat puskesmas yang tidak memiliki
dokter umum, seperti Puskesmas Gumawang, Nusa Bakti, Betung, dan RS
Charitas Bakti Ningsih. Begitu juga untuk dokter gigi, permasalahan yang
sama juga terjadi untuk Puskesmas Trimoharjo, Taraman, Gumawang, RS
Charitas Bakti Nusa, dsb.
b. Tenaga Kefarmasian
Tenaga kefarmasian Kabupaten OKU TImur 2008 tidak terdistribusi
secara merata dan jumlahnya masih kurang. Seperti pada RSUD Gamawang
dan RSI Taqwa hanya memiliki 1 apoteker, kemudian untuk S1 farmasi
untuk semua puskesmas kecamatan tidak memiliki tenaga lulusan S1
farmasi. Kemudian hampir semua puskesmas juga tidak memiliki tenaga
DIII kefarmasian, kecuali Puskesmas Gumawang, Nusa Bakti, Purwodadi,
dan Bangsa Negara yang masing – masing memiliki 1 tenaga DIII
kefarmasian. Asisten apoteker yang dimiliki setiap puskesmas di masing –
masing puskesmas kecamatan jumlahnya juga minim bahkan ada juga
puskesmas yang tidak memiliki asisten apoteker, bahkan untuk RSUD
Gamawang dan RSI Taqwa juga tidak memiliki asisten apoteker.
c. Tenaga Gizi
Tenaga gizi Kabupaten OKU Timur tahun 2008 juga memiliki
masalah yang sama yaitu pendistribusian tenaga gizi yang tidak merata dan
minimnya jumlah tenaga kesehatan di masing – masing instansi pelayanan
kesehatan terutama puskesmas. Dapat dilihat bahwa seluruh puskesmas tidak
memiliki tenaga DIV/S1 Gizi bahkan RSI Taqwa juga tidak memiliki tenaga
gizi tersebut. Lalu terdapat beberapa puskesmas yang memiliki tenaga DIII
Gizi dengan masing – masing puskesmas memiliki 1 tenaga, yaitu
Puskesmas Rawa Bening, Pandan Agung, Gumawang, dan Purwodadi.
Sedangkan untuk DI Gizi, hanya Puskesmas Martapura, Kotabaru. Sukaraja,
Rawa Bening, Gumawang, Bangsa Negara, Way Hitam IV, dan Cempaka
yang memiliki 1 tenaga DI Gizi.
d. Tenaga Keperawatan
Tenaga Keperawatan Kabupaten OKU Timur tahun 2008 untuk
lulusan S1 Keperawatan hanya dimiliki oleh RSUD Gumawang dan RSI
Taqwa yang masing – masing berjumlah 1. Kemudian untuk DIII
Keperawatan dan lulusan SPK, hampir semua puskesmas memiliki tenaga
DIII Keperawatan lulusan SPK, akan tetapi juga terdapat puskesmas yang
tidak memilikinya, yaitu Puskesmas Rasuan, Jayapura, dan Burnai.
e. Tenaga Bidan
Jumalah bidan di setiap puskesmas di masing – masing kecamatan
tidak terdistribusi sempurna dan jumlahnya juga masih minim. Seperti
Puskesmas Betung yang hanya memiliki 1 bidan, sedangkan untuk
Puskesmas Rawa Bening dan Gumawang memiliki 27 bidan, dapat dilihat
perbedaan yang kontras antara jumlah bidan di setiap kecamatan.
f. Tenaga Kesmas
Jumlah tenaga kesmas di OKU Timur tahun 2008 yang terdiri dari S1
kesmas tidak merata untuk setiap puskesmas kecamatan, bahkan ada
beberapa puskesmas tidak memiliki tenaga kesmas, seperti Puskesmas Rawa
Bening, Suka Raja, Purwodadi, Bangsa Negara, dll. Jumlah S1 Kesmas di
RS Gumawang dan RSI Taqwa juga minim, yaitu 4 untuk RS Gumawang
dan 3 untuk RSI Taqwa.
g. Tenaga Sanitasi
Minimnya jumlah dan pendistribusian tidak merata tenaga kesehatan
di masing – masing puskesmas setiap kecamatan di OKU Timur tahun 2008
mjuga menjadi masalah. Dapat dilihat tidak semua puskesmas memiliki
tenaga sanitasi baik dari lulusan DIII maupun DI, seperti Puskesmas Betung,
Rasuan, Pandan Agung, dll. RSUD Gumawang dan RSI Taqwa juga
memiliki jumlah tenaga sanitasi yang minim, yaitu 2 tenaga DIII sanitasi di
RSUD Gumawang dan 1 tenaga DIII di RSI Taqwa.
3. Penyediaan Obat Essensial dan Generik
Pemerintah melalui Dinas Kesehatan telah berupaya untuk memenuhi
kebutuhan obat-obatan pelayanan dasar. Pengadaan obat di Kabupaten OKU
Timur sejak beberapa tahun terakhir telah mengalami kenaikan baik jenis
maupun jumlahnya. Untuk tahun 2008, persentase obat generik berlogo dalam
persediaan obat mencapai target 100%, kemudian untuk pengadaan obat
essesnsial juga mencapai target 100%. Dan penyediaan obat sesuai kebutuhan
90% juga tercapai.
4. Anggaran Kesehatan
Dari total anggaran kesehatan Kabupaten OKU Timur 2008, diketahui
anggaran kesehatan Kabupaten OKU Timur bersumber APBD Kabupaten OKU
Timur sebesar Rp 30.671.418.727. Dana bersumber dari pinjaman.hibah luar
negeri (PLHN) sebesar Rp 166.241.000, dan dana yang berasal dari sumber
pemerintah lain sebesar Rp 98.771.925. Dana tersbut harus disalurkan ke
berbagai pelayanan kesehatan dalam jumlah yang sesuai dan merata sesuai
dengan ketetapan yang berlaku.
I.5. Analisis Risiko Lingkungan
1. Risiko Lingkungan Malaria
Kabupaten OKU Timur secara umum beriklim tropis dan cenderung
kering dengan temperature harian bervariasi antara 22°C -31°C. Kabupaten
OKU Timur termasuk daerah yang bercurah tinggi, curah hujan tertinggi terjadi
antara bulan November sampai bulan Mei dan terendah pada bulan Juli sampai
bulan September.
Menurut Chwatt (1980), suhu udara yang optimum bagi kehidupan
nyamuk berkisar antara 25°C-30°C. Menurut penelitian Barodji (1987) bahwa
proporsi tergigit nyamuk Anopheles menggigit adalah untuk di luar rumah
23°C-24°C dan di dalam rumah 25°C-26°C sebagai suhu optimal.
Temperatur harian di OKU Timur adalah 22°C - 31°C sehingga
nyamuk Anopheles berkembangbiak dengan baik pada suhu ini, selain itu
dengan temperatur tersebut nyamuk lebih sering menggigit baik untuk di dalam
maupun di luar rumah. Selain itu curah hujan yang tinggi pada bulan Juli –
September menyebaabkan meningkatnya kelembapan udara, sehingga
nyamuk lebih aktif dan sering menggigit sehingga penularan malaria pun
meningkat.
Kabupaten OKU Timur juga dikenal dengan area perkebunannya, baik
untuk perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet, areal perkebunan
merupakan habitat yang baik untuk nyamuk Anopheles berkembang, Ada
dua jenis spesies anopheles yang tertangkap pada kegiatan penangkapan
nyamuk dewasa di areal perkebunan karet yaitu An. barumbrosus dan An.
nigerrimus.
2. Risiko Lingkungan Diare
Diare sangat berhubungan dengan penyediaan dan penggunaan air
bersih, sanitasi lingkungan, dan kelayakan tempat pengelolaan makanan.
Penduduk OKU Timur yang menggunakan air bersih selama tahun 2008
sebanyak 463.571 jiwa (85,56%) dari seluruh penduduk. Sumber air bersih
yang paling banyak digunakan adalah sumur gali (39,96%) dan ledeng
(12,61%).
Akan tetapi air bersih belum tentu sehat, hal inilah yang menjadi
permasalahan bagi Kabupaten OKU Timur. Karena selama tahun 2008
Kabupaten OKU Timur belum pernah melakukan pemeriksaan sampel air
bersih di 20 kecamatan baik secara fisik, kimia, dan bakteriologis. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tingginga angka insidensi diare terjadi karena tidak
dilakukannya pemeriksaan sampel air tersebut, sehingga air bersih tadi belum
tentu layak kesehatan untuk digunakan. Pengelolaan air bersih yang digunakan
untuk masak atau minum yang tidak tepat juga dapat meningkatkan insidensi
kejadian diare.
Selain faktor air bersih dan sehat, sanitasi lingkungan yang baik juga
mempengaruhi tingginya angka kejadian diare. Sanitasi lingkungan yang
buruk akan meningkatkan penularan diare.
Kemudian tempat pengelolaan makanan yang tidak memenuhi
syarat dapat mempengaruhi tingkat penularan diare. Dari 1246 tempat
pengelolaan makanan di OKU Timur pada tahun 2008, yang diperiksa hanya
sebanyak 63% dan yang memenuhi syarat sebanyak 57%. Jika dilihat dari
persentase tersebut, bahwa belum semua tempat pengelolaan makanan
diperiksa, sehingga dapat dikatakan bahwa tempat pengelolaan makanan
tersebut berisiko dan tidak memenuhi syarat.
3. Risiko Lingkungan Pneumonia pada Balita
Pneumonia pada balita sangat berkaitan dengan faktor lingkungan,
terutama keadaan rumah tempat balita tersebut tinggal. Berdasarkan data pada
bagian Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Timur 2008,
bahwa dari 76.883 rumah yang dioeriksa terdapat 55.524 rumah yang
dikategorikan dalam rumah sehat (72,27%). Kondisi rumah yang berisiko
menimbulkan risiko pneumonia diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pencemaran udara dalam rumah
Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak
dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahan paru sehingga
akan memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini dapat terjadi pada rumah yang
keadaan ventilasinya kurang dan dapur terletak di dalam rumah, bersatu
dengan kamar tidur, ruang tempat bayi dan anak balita bermain. Hal ini lebih
dimungkinkan karena bayi dan anak balita lebih lama berada di rumah
bersama-sama ibunya sehingga dosis pencemaran tentunya akan lebih tinggi.
b. Kepadatan hunian rumah
Kepadatan hunian dalam rumah menurut keputusan menteri
kesehatan nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan
rumah, satu orang minimal menempati luas rumah 8m². Dengan kriteria
tersebut diharapkan dapat mencegah penularan penyakit dan melancarkan
aktivitas.
Keadaan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan faktor polusi
dalam rumah yang telah ada. Penelitian menunjukkan ada hubungan
bermakna antara kepadatan dan kematian dari bronkopneumonia pada bayi,
tetapi disebutkan bahwa polusi udara, tingkat sosial, dan pendidikan
memberi korelasi yang tinggi pada faktor ini.
I.6. Analisis Risiko Perilaku
1. Risiko Perilaku Malaria
Masih tingginya angka insidensi malaria di Kabupaten OKU Timur
pada tahun 2008 sangat berpengaruh dengan perilaku masyarakat OKU Timur
sendiri. Kebiasaan perilaku ini dapat dilihat dari tindakan pencarian
pengobatan pertama pada malaria, sebagian besar masyarakat mencari
pengobatan malaria pertama kali adalah dengan membeli obat malaria yang ada
di warung, dan setelah beberapa hari tidak sembuh mereka baru berobat ke
tenaga kesehatan.
Kemudian sikap masyarakat yang masih acuh atau tidak terlalu
memperhatikan penyuluhan mengenai pencegahan dan penanganan malaria
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan juga meningkatkan kejadia malaria.
Selain itu, faktor pekerjaan juga mempengaruhi peningkatan kasus
malaria ini. Seperti yang diketahui kebanyakan penduduk OKU Timur bekerja
di perkebunan atau di luar rumah. Nyamuk Anopheles sangat menyukai habitat
perkebunan, sehingga pekerja perkebunan, baik perkebunan karet dan kelapa
sawit berisiko tinggi terkena malaria.
2. Risio Perilaku Diare
Insidensi diare yang tinggi di Kabupaten OKU Timur pada tahun 2008
disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat, diantaranya ialah penggunaan dan
pengelolaan air yang tidak tepat, sehingga air masih mengandung baketri
penyebab diare ketika dikonsumsi. Pengelolaan tidak tepat ini bisa dilihat dari
ketika mereka memasak air atau ketika menyimpan dan mengelolanya.
Kebiasaan makan tanpa mencuci tangan juga merupakan salah satu
penyebab tingginya angka insidensi diare di OKU Timur. Dapat dilihat dari
pencapaian program penyuluhan PHBS langsung dan interaktif kepada
masyarakat masih belum tercapai sesuai target yang diharapkan yaitu 80% dari
100%. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya tingkat kesadaran
masyarakat akan PHBS.
Selanjutnya pemberian ASI eksklusif terhadap bayi dapat menurunkan
risiko terjadinya diare. Didapatkan data bahwa jumlah bayi yang diberi ASI
eksklusif di Kabupaten OKU Timur pada tahun 2008 hanya sebanyak 2563
bayi dari 17.443 bayi (14,69%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa,
rendahnya pemberian ASI ekslkusif di OKU Timur merupakan salah satu
faktor risiko perilaku yang menyebabkan tingginya insidensi kejadian diare
pada tahun 2008.
3. Risiko Perilaku Pneumonia pada Balita
Perilaku yang dapat menyebakan tingginya kejadian pneumonina pada
balita di OKU Timur pada tahun 2008 sangat berkaitan dengan perilaku hidup
bersih dan sehat dari masing – masing keluarga. Misalnya perilaku merokok
pada orangtua atau keluarga, asap rokok tersebut akan menyebabkan kualitas
udara menjadi buruk Sehingga insidensi pneumonia semakin besar.
Kemudiaan kebiasaan untuk membersihkan ventilasi udara juga
berpengaruh terhadap kejadian pneumonia pada balita. Jika ventilasi janrang
dibersihkan, maka pertukaran udara akan terhambat sehingga kualitas udara
akan menjadi buruk.
BAB II
PENETAPAN TUJUAN PROGRAM
1. Nama Program : OKU TIMUR BEBAS MALARIA
Outcome/Tujuan Umum : Menurunkan prevalensi angka penyakit malaria di
OKU Timur
Output/Tujuan Khusus :
a. Pelaksanaan fogging di OKU Timur secara menyeluruh.
b. Meningkatkan promosi kesehatan melalui penyuluhan malaria dan bagaimana
cara pencegahan dan penanggulangannya kepada masyarakat.
c. Pengadaan desa binaan endemis malaria pada tahun 2009 di setiap kecamatan
di OKU Timur.
d. Membasmi reservoir malaria secara menyeluruh sebesar 95%.
2. Nama Program : OKU TIMUR SEHAT dari DIARE
Outcome/Tujuan Umum : Membentuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
di OKU Timur
Output/Tujuan Khusus :
a. Meningkatkan promosi kesehatan melalui penyuluhan diare dan bagaimana
cara pencegahan dan penanggulangannya kepada masyarakat.
b. Pengadaan desa binaan endemis diarepada tahun 2009 di setiap kecamatan di
OKU Timur.
c. Penataan sistem sanitasi yang lebih baik menjadi 95% untuk setiap KK di
OKU Timur.
d. Menyebar booklet tentang diare di setiap kecamatan OKU Timur yang
disalurkan melalui puskesmas di masing – masing kecamatan dengan target
90%.
e. Meningkatkan kemampuan masyarakat OKU Timur dalam manajemen
pengolahan limbah dan sampah rumah tangga.
3. Nama Program : OKU TIMUR TIDAK TAKUT PNEUMONIA
Outcome/Tujuan Umum : Menumbuhkan rasa sadar lingkungan untuk
kehidupan sehat di OKU Timur
Output/Tujuan Khusus :
a. Meningkatankan promosi kesehatan (penyuluhan, pencetakan booklet,
spanduk) tentang bahaya jika berada dan hidup di lingkungan yang kotor.
b. Meningkatkan cakupan pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan pada bayi dari
14,69% pada tahun 2008 menjadi 80% pada tahun 2009 di OKU Timur.
c. Meningkatkan kesadaran masyarakat OKU Timur untuk menjaga kebersihan
lingkungan.
d. Meningkatkan pemberian vaksin/imunisasi pada bayi dan balita dari 85,56% pada tahun 2008 menjadi 100% pada tahun 2009.
BAB III
IDENTIFIKASI KEGIATAN (PROGRAM)
III.1. Kegiatan Manajemen
1. Malaria
Berdasarkan karakteristik kegiatannya, kegiatan manajemen dapat
dilakukan melalui pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dalam bentuk :
1) Manipulasi Lingkungan (bersifat sementara)
Manipulasi lingkungan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
menghasilkan suatu keadaan sementara yang tidak menguntungkan bagi vektor
untuk berkembang biak di tempat perindukannya. Bentuk kegiatan manipulasi
lingkungan dapat dilakukan dalam bentuk antara lain:
Pembuatan saluran penghubung antara genangan air payau dengan air laut
Pemutusan pengairan secara berkala
Penebangan/pembabatan hutan tempat nyamuk Anopheles berkembangbiak
menjadi lahan baru, seperti lokasi transmigrasi, atau penebangan hutan bakau
menjadi tambak udang.
2) Modifikasi Lingkungan (bersifat permanen)
Penimbunan lokasi genangan air
Tempat perindukan nyamuk yang berupa genangan air dapat ditimbun
dengan tanah, pasir dan koral. Apabila tempat perindukan kecil dapat
langsung dilakukan penimbunan tanpa terlebih dahulu dilakukan estimasi
kebutuhan tanah, pasir, atau koral yang dibutuhkan.
Pengeringan atau pengaliran
Pengeringan dilakukan dengan menggali parit. Pada umumnya diperlukan
lebih dari 50 cm.
Penanaman pohon
Penanaman kembali hutan bakau di daerah pantai akan mempunyai
kontribusi besar dalam rangka menurunkan populasi jentik nyamuk
Anopheles. Hal ini disebabkan karena keberadaan pohon bakau di pinggir
pantai akan mengundang ikan-ikan sebagai habitatnya. Ikan yang berada di
bawah pohon bakau akan memakan jentik-jentik nyamuk sehingga
populasinya akan turun secara drastis. Dengan demikian jentikjentik
tersebut tidak akan berkembang menjadi nyamuk dewasa.
3) Modifikasi/Manipulasi Sarana Rumah/Perilaku Manusia. Penempatan pemukiman jauh dari tempat perindukan vector pemasangan
kawat kasa pada rumah
Penyediaan fasilitas bagi penyediaan air bersih
Pembuangan air limbah rumah tangga yang baik
2. Diare
a. Pencegahan dan pengobatan diare di rumah.
Memperhatikan pola buang air besar pada anak
Pada bayi berusia 0-2 bulan, apalagi yang minum ASI, frekuensi buang
air besarnya lebih sering lagi, yaitu bisa 8-10 kali sehari dengan tinja
yang encer, berbuih dan berbau asam. Selama berat badan bayi meningkat
normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi
laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran
cerna.
Warna tinja yang normal adalah kuning kehijauan, tetapi dapat bervariasi
tergantung makanan yang dikonsumsi anak. Yang perlu diperhatikan
adalah bila tinja berwarna merah (mungkin darah) atau hitam (mungkin
darah lama/beku) atau putih seperti dempul (pada penyakit hati).
Pengobatan diare
Prinsip pengobatan diare adalah:
Rehidrasi: mengganti cairan yang hilang, dapat melalui mulut
(minum) maupun melalui infus (pada kasus dehidrasi berat).
Pemberian makanan yang adekuat: jangan memuasakan anak,
pemberian makanan seperti yang diberikan sebelum sakit harus
dilanjutkan, termasuk pemberian ASI. Pada diare yang ringan tidak
diperlukan penggantian susu formula.
Pemberian obat seminimal mungkin. Sebagian besar diare pada
anak akan sembuh tanpa pemberian antibiotik dan antidiare. Bahkan
pemberian antibiotik dapat menyebabkan diare kronik.
Pencegahan diare
Beberapa upaya yang mudah diterapkan adalah:
Penyiapan makanan yang higienis
Penyediaan air minum yang bersih
Kebersihan perorangan
Cuci tangan sebelum makan
Pemberian ASI eksklusif
Buang air besar pada tempatnya (WC, toilet)
Tempat buang sampah yang memadai
Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan
Lingkungan hidup yang sehat
3. Pneumonia Pada Balita
a. Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri akan diberikan pengobatan
antibiotik. Pengobatan haruslah benar-benar komplite sampai benar-benar
tidak lagi adanya gejala atau hasil pemeriksaan X-ray dan sputum tidak lagi
menampakkan adanya bakteri Pneumonia, jika tidak maka suatu saat
Pneumonia akan kembali diderita.
b. Pneumonia yang disebabkan oleh virus akan diberikan pengobatan yang
hampir sama dengan penderita flu, namun lebih ditekankan dengan istirahat
yang cukup dan pemberian intake cairan yang cukup banyak serta gizi yang
baik untuk membantu pemulihan daya tahan tubuh.
c. Pneumonia yang disebabkan oleh jamur akan mendapatkan pengobatan
dengan pemberian antijamur.
III.2. Intervensi Lingkungan
1. Malaria
a. Pemberian kawat kasa dan obat nyamuk untuk mengurangi penyebaran
penyakit malaria.
b. Membuat aliran drainase yang baik untuk mencegah bersarangnya nyamuk.
c. Pemberantasan sarang nyamuk
d. Dilakukan fogging untuk mencegah jentik nyamuk berkembang
2. Diare
a. Menggunakan sistem sanitasi perumahan yang baik, baik dari rumah sehat,
jamban sehat, dan pengolahan limbah rumah tangga
b. Membersihkan lingkungan sekitar rumah agar tidak rawan bakteri atau jamur
untuk berkembang.
c. Jangan membuang sampah di saluran air
3. Pneumonia pada Balita
a. Sirkulasi udara di rumah harus sehat dengan menyediakan ventilasi sebagai
jalan pertukaran udara.
b. Pencahayaan Rumah harus tepat memadai dan agar udara tidak lembab.
c. Dilakukan penghijauan atau penanaman pohon guna untuk memproduksi O2
yang baik.
d. Membersihkan ventilasi udara secara rutin
III.3. Intervensi Perilaku
1. Malaria
a. Memakai kelambu ketika ingin tidur.
b. Pemberian bubuk abate di tempat penampungan air yang rawan berkembang
nyamuk.
c. Menjaga kebersihan di sekitar rumah dengan mengadakan kerja bakti antar
warga.
d. Melakukan kegiatan 3M+
2. Diare
a. Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan
b. Mencuci bahan makanan (sayuran & buah)
c. Menggunakan air bersih untuk makan ,mandi maupun pada saat buang air
besar.
3. Pneumonia pada Balita
a. Penggunaan masker di daerah yang rawan debu atau udara yg tidak baik
b. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
c. Tidak merokok di lingkungan rumah, terutama rumah yang memiliki balita
d. Pemberian ASI Ekslkusif pada bayi
III.4. Mobilitas Sosial
1. Malaria
a. Eliminasi Malaria
Untuk menuju Eliminasi Malaria terdapat 4 tahapan, yaitu :
Tahapan Pemberantasan adalah mengurangi tingkat penularan Malaria di
satu wilayah minimal kabupaten/kota.
Tahap Pra Eliminasi adalah mengurangi jumlah fokus aktif dan
mengurangi penularan setempat di satu wilayah minimal kabupaten/kota.
Tahap Eliminasi adalah menghilangkan fokus aktif dan menghentikan
penularan setempat di satu wilayah, minimal kabupaten/kota, sehingga
pada akhir tahap tersebut kasus penularan setempat nol (tidak ditemukan
lagi).
Tahap Pemeliharaan (Pencegahan Penularan Kembali) adalah mencegah
munculnya kembali kasus dengan penularan setempat. Sasaran intervensi
kegiatan dalam Tahap Pemeliharaan adalah individu kasus positif,
khususnya kasus impor.
b. Gerakan Berantas Kembali Malaria (Gebrak Malaria)
Gebrak Malaria adalah gerakan nasional seluruh komponen
masyarakat untuk memberantas Malaria secara intensif melalui kemitraan
antara pemerintah, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat dan badan-
badan internasional serta penyandang dana, mengingat masalah Malaria
merupakan masalah yang komplek karena berhubungan dengan berbagai
aspek seperti penyebab penyakit (parasit), lingkungan (fisik dan biologis)
dan nyamuk sebagai vektor penular.
c. Pemantauan Gebrak Malaria
Pemantauan Gebrak Malaria merupakan upaya untuk mengetahui
hasil kegiatan Eliminasi Malaria dalam jangka waktu tertentu, misalnya
setiap enam bulan atau satu tahun.
d.Pos Malaria Desa (POSMALDES)
Pos Malaria Desa adalah wadah pemberdayaan masyarakat dalam
pencegahan dan penanggulangan Malaria yang dibentuk dari, oleh dan untuk
masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan.
e.Malaria Center
Malaria Center adalah lembaga koordinatif dibawah koordinasi
Kepala Daerah/Bupati untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab
pemerintahan daerah dalam rangka mewujudkan kehidupan masyarakat yang
terbebas dari penularan Malaria.
f.Promosi Kesehatan
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit
malaria dan tindakan pencegahan dan penanggulangannya.
Memberikan promosi kesehatan melalui media – media interaktif
sehingga masyarakat tertarik.
Penyediaan dan pembagian poster/leaflet mengenai malaria kepada
masyarakt
2. Diare
a. SEKOLAH BERSIH HIJAU SEHAT (SBHS)
Strategi SBHS berfokus pada faktor-faktor berikut:
Mempromosikan perilaku bersih pada murid dan staf sekolah. Perilaku
bersih yang dimaksud antara lain adalah; mencuci tangan pakai sabun,
memilah dan membuang sampah di tempat yang benar, memelihara
pohon, dan menjaga kebersihan jamban sekolah.
Mengintegrasikan konsep Bersih Hijau dan Sehat di kurikulum sekolah,
termasuk terlibat langsung dalam kegiatan yang diadakan oleh guru dan
murid di tingkat sekolah dan komunitas.
Mendukung sekolah untuk berinvestasi dan memberikan akses untuk
fasilitas higinitas seperti; tempat cuci tangan dengan sabun, keranjang
sampah yang berbeda untuk sampah organik dan non organik, dan
halaman untuk menanam pohon dan kegiatan penghijauan lainnya. .
Mendukung program dokter kecil dan promosi ‘anak-ke-anak’, dan
mengajak anak-anak dan orang dewasa di tingkat sekolah dan komunitas.
b. KAMPUNG BERSIH HIJAU DAN SEHAT
Kegiatannya terdiri dari:
Meningkatkan kerjasaman dengan meningkatkan Strategi program
Kampung Bersih Hijau Sehat mengandalkan keberadaan posyandu, PKK,
RT, RW, Kepala Desa, dan pimpinan non-formal lainnya. CTPS
Pengelolaan sampah
Pengolahan air minum di tingkat rumah tangga
Pembuangan tinja yang aman
Penghijauan kembali
memperbaiki infrastruktur air dan sanitasi.
c. PENGEMBANGAN KAPASITAS JEJARING LOKAL
Promosi gerakan H&H (Health and Hygiene) yang efektif dan
berkelanjutan membutuhkan penguatan institusi, sumberdaya, alat dan
materi, metodologi untuk melibatkan masyarakat, jejaring sosial, dan mitra
LSM, dan untuk mendapatkan komitmen dari tokoh masyarakat dan
penyandang dana. Gerakan H&H memahami bahwa dalam pengembangan
kapasitas terpadu kelompok dan individu tidak hanya membutuhkan
keahlian teknis tetapi juga sumberdaya untuk mampu bekerja sama
memanfaatkan usaha lokal dan tradisonal. Dengan pengaruh kuat institusi
dan LSM, hal ini menciptakan situasi kondusif untuk mendukung promosi,
rasa kepemilikan, perilaku hidup bersih secara berkelanjutan dan lingkungan
yang lebih bersih dan sehat.
Selama usia proyek, promosi H&H telah memperluas kemampuan
dan kinerja dari beberapa organisasi, jejaring lokal, dan individual. Pada saat
yang bersamaan, H&H juga menciptakan sarana interaktif dan materi
komunikasi yang memungkinkan penerapan kegiatan.
d. ADVOKASI CTPS DI TINGKAT NASIONAL DAN REGIONAL
Menciptakan lingkungan yang mendukung hidup sehat dan
mempermudah akses ke air dan teknologi higinitas adalah kunci sukses
H&H. Pemerintah yang memiliki komitmen, tokoh masyarakat yang
antusias, dan media massa yang aktif dalam mempromosikan perilaku
higinitas. Melalui advokasi tingkat tinggi dan kerjasama dengan media,
pemerintah, organisasi madani, dan jaringan akar rumput, masyarakat
menjadi lebih semangat hidup sehat dan bersih. ESP mengadakan sejumlah
kegiatan acara CTPS yang dihadiri banyak orang yang bertujuan
meningkatkan kesadaran pentingnya agenda hidup bersih di kalangan
pejabat tinggi pemerintah. Berikut ini adalah pembelajaran dari kegiatan
media dan advokasi ESP.
e. PENELITIAN, MONITORING DAN EVALUASI
Strategi komunikasi H&H ESP menekankan pentingnya penelitian
dan evaluasi untuk mendokumentasikan dampak dari program yang
dijalankan. Jika penelitian formatif dilakukan seperti yang direncanakan dan
menghasilkan data akurat, M&E tidak dilakukan seperti desain awal, karena
benturan sejumlah prioritas program. Dari pengalaman ESP, program-
program di masa depan sebaiknya mengumpulkan data M&E untuk
memberikan gambaran akurat dari hasil program. Kami berharap
pembelajaran-pembelajaran di bawah ini mendorong program-program lain
yang sejenis meningkatkan upaya persiapan dana yang memadai bagi
kegiatan riset dan evaluasi yang menyeluruh.
3. Pneumonia pada Balita
a. Menciptakan kenyamanan lingkungan rumah yang sehat
Adapun faktor lingkungan yang dimaksud adalah faktor fisik
rumah seperti kepadatan hunian, dan ventilasi.
Mengatur Kepadatan Hunian
Barang-barang yang tidak diperlukan sebaiknya disingkarkan
karena hanya akan mempersempit ruangan
Orang tua harus dapat membagi jumlah anak yang tidur dalam
satu kamar dengan balita tidak terlalu banyak karena semakin
banyak jumlah orang yang tidur dalam satu kamar akan
meningkatkan jumlah bakteri patogen sehingga mempermudah
penularan bakteri atau virus penyebab ISPA melalui droplet
ataupun kontak langsung.
Menyediakan Ventilasi Udara yang Bersih dan Sehat
Membuka jendela setiap pagi hari agar udara dapat bersirkulasi
dan dapat membebaskan udara dari bakteri dan patogen.
Membersihkan ventilasi udara secara rutin
b. Menghindari faktor pencetus (Pencemaran udara)
Menjauhi balita dari asap rokok
Bagi orangtua atau anggota keluarga yang merokok sebaiknya jangn di
dalam rumah atau merokok di ruangan dengan ventilasi udara yang baik
Rutin membersihkan rumah dan lingkungan sekitarnya
Jika terdapat anggota keluarga yang menderita pneumonia, segera dijauhi
dari balita dan segera diobati
c. Mengatur pola makan anak
Pemberian makan pada anak harus disesuaikan dengan usia anak.
Pemenuhan kebutuhan gizi balita makanan harus memenuhi syarat
yaitu: makanan harus mengandung energi dan semua zat gizi yang
dibutuhkan pada tingkat umurnya.
Memberikan asupan makanan bergizi kepada anak.
III.5. Kegiatan Pengembangan/Inovatif
1. Malaria
Melakukan kegiatan eliminasi malaria,
Melakukan sosialisasi dan peningkatan kualitas pengobatan obat malaria
dengan Artemisinin Combination Theraphy (ACT).
kegiatan integrasi pemberian kelambu berinsektisida,
2.. Diare
Upaya Rehidrasi Oral (URO) yaitu oral electrolit (oralit) yang sesuai bagi
segala macam KB-Kesehatan lewat pelayanan jasa Puskesmas
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
Kegiatan mencuci tangan dengan sabun
3. Pneumonia pada balita
Pelaksanaan dan Pengembangan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
autopsi verbal kematian balita di kabupaten OKU TIMUR
Program P2 ISPA (suatu program pemberantasan penyakit menular yang
ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat
infeksi saluran pernapasan akut, terutama pneumonia (infeksi paru akut) pada
usia dibawah lima tahun.)