PRINT1

47
BAB I ANALISIS SITUASI I.1. Situasi Kesehatan Dalam tugas ini terdapat 3 permasalahan kesehatan yang menjadi prioritas utama, yaitu: 1. Malaria Kabupaten OKU Timur merupakan kabupaten endemis malaria dengan AMI 10-50 permil. Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2008, terdapat 3734 kasus malaria klinis dan 23 kasus malaria (+). Kemudian berdasarkan data kasus yang diperoleh www.bankdatadepkes.go.id , didapatkan insidensi kejadian malaria di OKU Timur sebesar 6,40 per 1000 penduduk. Didapatkan jumlah kejadian malaria yang tertinggi terdapat di wilayah kerja Puskesmas Sukaraja yaitu sebanyak 464 kasus malaria klinis. Situasi ini harus mendapat perhatian khusus karena selain dapat mengakibatkan KLB atau wabah sebagaimana yang pernah terjadi di wilayah kerja Puskesmas Silungkang pada tahun 2008, juga dapat mengakibatkan komplikasi yang serius bahkan kematian kepada penderitanya sehingga diperlukan upaya-upaya penanggulangapn yang cepat dan tepat. Masih tingginya

Transcript of PRINT1

Page 1: PRINT1

BAB I

ANALISIS SITUASI

I.1. Situasi Kesehatan

Dalam tugas ini terdapat 3 permasalahan kesehatan yang menjadi prioritas

utama, yaitu:

1. Malaria

Kabupaten OKU Timur merupakan kabupaten endemis malaria dengan

AMI 10-50 permil. Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten Ogan

Komering Ulu Timur Tahun 2008, terdapat 3734 kasus malaria klinis dan 23

kasus malaria (+). Kemudian berdasarkan data kasus yang diperoleh

www.bankdatadepkes.go.id, didapatkan insidensi kejadian malaria di OKU

Timur sebesar 6,40 per 1000 penduduk.

Didapatkan jumlah kejadian malaria yang tertinggi terdapat di wilayah

kerja Puskesmas Sukaraja yaitu sebanyak 464 kasus malaria klinis. Situasi ini

harus mendapat perhatian khusus karena selain dapat mengakibatkan KLB atau

wabah sebagaimana yang pernah terjadi di wilayah kerja Puskesmas

Silungkang pada tahun 2008, juga dapat mengakibatkan komplikasi yang serius

bahkan kematian kepada penderitanya sehingga diperlukan upaya-upaya

penanggulangapn yang cepat dan tepat. Masih tingginya AMI di kabupaten

OKU Timur memperlihatkan bahwa pemberantasan malaria di kabupaten OKU

belum terlaksana secara optimal.

Berdasarkan cakupan pelaksanaan program pengobatan malaria di setiap

puskesmas di kecamatan hampir terlaksana 100%, karena hampir semua

kejadian malaria, baik yang klinis maupun positif diobati di puskesmas, dapat

dilihat pada tabel berikut: Masih tingginya angka kejadian malaria di kabupaten

OKU Timur disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor penyebaran

malaria itu sendiri, faktor lingkungan, dan faktor perilaku masyarakat.

Page 2: PRINT1

2. Diare

Berdasarkan Buku Profil Kesehatan Kabupaten OKU Timur 2008

jumlah kasus diare yang terjadi adalah 14.465 kasus dan dari 14.465 kasus diare

yang terjadi, hanya 14.247 kasus yang ditangani di seluruh puskesmas masing –

masing kecamatan. Kemudian berdasarkan data kasus yang diperoleh

www.bankdatadepkes.go.id, didapatkan insidensi kejadian diare di OKU Timur

tahun 2008 adalah 19,68% per 1000 penduduk.

Dari data tahun 2008, didapatkan bahwa kasus diare banyak terjadi di

Kecamatan Buay Madang Timur, di Puskesmas Rawa Bening yaitu sebanyak

1.609 kasus diare dan kesemua kasus tersebut ditangani oleh puskesmas

tersebut atau 100% kasus ditangan. Dapat dilihat bahwa hampir semua

puskesmas di setiap kecamatan 100% dapat menangani kasus diare yang terjadi.

Akan tetapi terdapat dua kecamatan yang cakupan kasus yang ditangani tidak

mencapai 100%, Kecamatan Buay Madang dan Kecamatan Semendawai Suku

III.

Di Kecamatan Buay Madang Timur, Puskesmas Sukaraja terdapat

1.205 kasus diare dan jumlah kasus yang ditangani hanya 1.048 kasus, sehingga

didapatkan persentase kasus yang ditangani sebesar 86,97%. Kemudian di

Kecamatan Semendawai Suku III, Puskesmas Trimoharjo, terdapat 385 kasus

diare dan jumlah kasus diare yang ditangani sebanyak 324 kasus, sehingga

didapatkan persentase kasus yang ditangani sebesar 84,16%.

3. Pneumonia pada Balita

Berdasarkan Buku Profil Kesehatan Kabupaten OKU Timur 2008

terdapat 1678 kasus pneumonia pada balita dan hampir semua kasus yang

terjadi dapat ditangani secara keseluruhan oleh setiap puskesmas di masing –

masing kecamatan, sehingga dapat dikatakan persentase jumlah kasus yang

ditangani sebesar 100%.

Page 3: PRINT1

Dapat dilihat jumlah kasus pneumonia pada balita yang tertinggi

terdapat di Kecamatan Buay Madang Timur, Puskesmas Sukaraja yaitu terdapat

406 kasus dan persentase kasus yang ditangani adalah 100% atau dapat

dikatakan seluruh kasus dapat ditangani.

I.2. Kinerja Output

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Berdasarkan laporan dari Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten OKI

Timur 2008, persentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang

memiliki kompetensi kebidanan sebesar 96,54% dari 10.580 total persalinan.

Terdapat beberapa puskesmas yang persalinannya ditolong 100% oleh

bidan atau tenaga kesehatan yang berkompeten di bidangnya, yaitu Puskesmas

Martapura, Kotabaru, Pemetung Basuki, Rawa Bening, Rasuan, Gumawang,

Nusa Bakti, Bangsa Negara, dan Way Hitam II.

2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)

a. Pelayanan KB Baru

Menurut data yang didapat dari Badan Keluarga Berencana Keluarga

Sejahtera Kabupaten OKU Timur tahun 2008 didapatkan bahwa jumlah

peserta KB baru adalah 44.132 orang. Dengan jumlah peserta KB baru

terbanyak terdapat pada Kecamataan Buay Madang Timur yaitu sejumlah

11.776 orang, sedangkan jumlah peserta KB yang terendah terdapat di

Kecamatan BP Bangsa Raja yaitu sebanyak 3 orang.

b. Pelayanan KB Aktif

Menurut data yang didapat dari Badan Keluarga Berencana Keluarga

Sejahtera Kabupaten OKU Timur tahun 2008, tercatat jumlah peserta KB

aktif sebanyak 87.189 orang. Jumlah peserta KB aktif tertimggi terdapat

pada Kecamatan Buay Madang Timur yaitu sejumlah 10.480 orang dan

jumlah peserta KB aktif terndah pada Kecamatan BP Bangsa Raja dengan

jumlah peserta KB aktif sebanyak 2049 orang.

Page 4: PRINT1

c. Jumlah PUS dan Peserta KB

Berdasarkan laporan dai Badan Keluarga Berencana Keluarga

Sejahtera Kabupaten OKU Timur tahun 2008, tercatat jumalah Pasangan

Usia Subur (PUS) sebanyak 113.738 pasangan. Dari 113.738 PUS tersebut,

terdapat 44.132 peserta KB baru dan 97.189 peserta KB aktif.

Sesuai dengan jumlah peserta KB baru dan KB aktif yang tertinggi,

yaitu Kecamatan Buay Madang Timur, Puskesmas Rawa Bening. Maka

didapatkan juga bahwa jumlah PUS yang tertinggi menngunakan KB juga

terdapat di Kecamatan Buay Madang Timur, yaitu dari 11.719 PUS terdapat

11.776 pasangan pengguna KB baru atau 100,49% dan 10.480 pasangan

pengguna KB aktif (89,43%).

Sedangkan jumlah PUS terendah pengguna KB juga terdapat pada

Kecamatan BP Bangsa Raja, yaitu dari 2252 PUS didapatkan 3 PUS

pengguna KB baru atau 0,13% dan 2049 pengguna PUS KB aktif atau

90,99%.

3. Pelayanan Imunisasi

Berdasarkan P2P Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Timur tahun 2008

didapatkan bahwa persentase cakupan Desa UCI/kelurahan UCI di OKU Timur

adalah 85,56%. Yaitu dari 270 jumlah desa/kelurahan di OKU Timur, terdapat

231 desa/kelurahan UCI.

4. Pelayanan Kesehatan Bayi dan Balita

Berdasarkan Bidang Pelayanan Kesehatan Kabupaten OKU Timur

tahun 2008 didapatkan bahwa jumlah bayi yang berada di bawah garis

kemiskinan berjumlah 190 bayi dan dari 190 bayi tersebut hanya 54 bayi yang

mendapat pelayanan kesehatan berupa pemberian makanan pendamping ASI

(MP ASI) atau dapat dipersentasekan sebesar 28,42%. Dengan persentase

terendah terdapat pada Kecamatan Cempaka, Puskesmas Cempaka yaitu dari 35

Page 5: PRINT1

bayi yang berada dibawah garis kemiskinan, hanya 5 bayi yang mendapatkan

MP ASI atau secara persentase sebesar 14,29%.

Kemudian untuk balita, dari 82.664 balita hanya 22.605 balita yang

mendapat pelayanan kesehatan pemberian Vitamin A, atau secara persentase

sebesar 27,34%. Dan terdapat satu kecamatan yang balitanya sama sekali tidak

mendapat pelayanan kesehatan pemberian Vitamin A atau persentasenya

sebesar 0%, yaitu Kecamatan Belitang III, Puskesmas Nusa Bakti.

Terdapat 6 kecamatan yang memiliki kasus balita dengan gizi buruk

yaitu, Kecamatan Jayapura, Madang Suku I, Madang Suku III, Belitang

Madang Raya, Belitang Jaya, dan Semendawai Suku III yang keseluruhan

totalnya adalah 16 balita. Dari ke-16 balita tersebut tidak ada sama sekali yang

mendapatkan perawatan, sehingga persentase balita gizi buruk di Kabupaten

OKU Timur tahun 2008 yang mendapatkan perawatan adalah 0%.

5. Pelayanan Gizi Fe1, Fe3, Imunisasi TT1, dan Imunisasi TT2 pada Ibu

Hamil

Berdasarkan laporan dari Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas

Kesehatan Kabupaten OKU Timur tahun 2008 tercatat jumlah ibu hamil

sebanyak 14.557, dan yang mendapatkan pelayanan Fe1 sebanyak 1490 ibu

hamil, pelayanan Fe3 sebanyak 356 ibu hamil, pelayanan TT1 2038 ibu hamil,

dan pelayanan TT2 sebanyak 1977 ibu hamil.

Untuk Pelayanan Fe1 dan Fe3, Puskesmas Rawa Bening merupakan

puskesmas dengan cakupan pemberian Fe1 dan Fe3 tertringgi. Yaitu dari 1341

ibu hamil, yang mendapatkan suplemen Fe1 sebanyak 201 ibu hamil(14,99%)

dan suplemen Fe3 sebanyak 106 ibu hamil (7,90%). Sedangkan terdapat

puskesmas yang sama sekali ibu hamilnya tidak mendapatkan suplemen Fe1

dan Fe3, yaitu Puskesmas Martapura dan Pemetung Basuki.

Kemudian untuk Pelayanan pemberian TT1 dan TT2, Puskesmas

Martapura merupakan puskesmas dengan cakupan pemberian TT1 dan TT2

tertinggi. Yitu dari 1196 ibu hamil, terdapat 1217 ibu hamil mendapatkan TT1

Page 6: PRINT1

(101,76%) dan 1163 ibu hamil mendapatkan TT2 (97,24%). Dan terdapat tiga

puskesmas yang tidak memberikan TT1 dan TT2 yaitu Puskesmas Nusa Bakti,

Cempaka, dan Burnai.

6. Penyelenggaraan Pembiayaan untuk Pelayanan Kesehatan Perorangan

Dari laporan Seksi Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten

OKU Timur 2008 tercatat jumlah penduduk peserta jaminan pemeliharaan

kesehatan dengan jenis ASKES sebanyak 19.817 peserta dan dengan jenis kartu

sehat sebanyak 222.300 peserta. Sedangkan jenis kepersertaan Jamsostek, Dana

Sehat, Bapel/Pra, Bape JPKM tidak ada yang tercatat.

I.3. Kinerja Proses

Sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kabupaten OKU

Timur tahun 2008 dapat dianalisis kinerja proses dan pencapaian target dari

masing – masing kegiatan, yaitu sebagai berikut:

1. Penurunan AKB 3/1000 Kelahiran

Dalam program ini terdapat berbagai macam kegiatan untuk mencapai

penurunan AKB menjadi 3/1000 kelahiran di OKU Timur, seperti pelayanan

kesehatan untuk kunjungan neonatus dan bayi, kemudian pengatasan bayi

dangan berat badan lahir rendah (BBLR), pemberian makanan pendamping ASI

pada BGM dari keluarga miskin, pemberian ASI Ekslusif pada bayi, pelayanan

imunisasi pada balita, dan pemberian vitamin A 2 kali pertahun pada balita.

Dari keseluruhan kegiatan tersebut tidak semuanya tercapai sesuai

dengan target yang diharapkan. Seperti cakupan kunjungan neonatus dan bayi,

target yang diharapkan adalah 90%, sedangkan hasil yang dicapai hanya 85%.

Kemudian penanganan bayi BBLR hanya tercapai 85% dari 100% target yang

diharapkam, untuk pemberian MP ASI pada bayi BGM dari GAKIN hanya

tercapai 98%. Lalu untuk pemberian Vitamin A 2 kali pertahun pada balita

hanya dari 90% target yang diharapkan hanya tercapai 85% dan bayi yang

Page 7: PRINT1

mendapatkan ASI ekslusif dari 80% target yang diharapkan hanya tercapai

70%.

Tidak tercapainya target yang diharapkan dari kegiatan – kegiatan

tersebut disebabkan oleh berbagai macam faktor. Diantaranya, masih rendahnya

tingkat kesadaran dan pengetahuan ibu tentang bagaimana menjaga kesehatan

bayi dan balita kemudian faktor lainnya yaitu kurangnya promosi mengenai

program dari kegiatan tersebut kepada masyarakat, khususnya untuk para ibu,

dan lokasi yang sulit dijangkau transportasi juga mempersulit pendistribusian

bantuan kesehatan seperti imunisasi dan suplemen Vitamin A.

2. Penurunan AKI

Kegiatan – kegiatan pendukung program untuk penurunan AKI di

Kabupaten OKU Timur tahun 2008 diantaranya adalah pelayanan kunjungan

ibu hamil K4, pertolongan persalinan oleh bidan/tenaga kesehatan yang

berkompeten, perujukan ibu hamil risiko tinggi, pemberian tablet Fe 80% pada

ibu hamil, dan program KB.

Terdapat beberapa kegiatan yang tidak mencapai target yang

diharapkan, diantaranya adalah tidak terlaksananya kunjungan K4 oleh ibu

hamil yaitu hanya sebesar 90% dari 95% target yang diharapkan. Kemudian

proses persalinan yang dibantu oleh bidan/nakes yang berkompeten dari 90%

target yang diharapkan hanya 85% yang tercapai dan untuk perujukan ibu hamil

berisiko tinggi hanya tercapi 80% dari target 100% yang diharapkan.

Tidak tercapainya target ini disebabkan berbagai macam faktor

diantaranya masih rendahnya tingkat pengetahuan ibu untuk menjaga kondisi

kesehatannya terutama saat hamil, kemudian lokasi persalinan yang jauh dari

tempat masyarakat atau terpencilnya lokasi pemukiman mempersulit

transportasi tenaga kesehatan atau masyarakat untuk memperoleh kesehatan,

masih kurangnya bidang/nakes yang berkompeten di bidangnya di sebagiab

puskesmas dan sebagainya.

Page 8: PRINT1

3. Menurunkan Angka Kesakitan

Berbagai kegiatan yang menunjang program penurunan Angka

Kesakitan di Kabupaten OKU Timur tahun 2008 diantaranya pemenuhan

tenaga medis dan paramedic yang terlatih&berkonpeten, pemenuhan teanga

penyuluh kesehatan&pembantu paramedis lain yang terkait, penyediaan

isntitusi pelayanan kesehatan, penyediaan akses dan sarana bagi masyarakat

untuk memperoleh sarana pelayanan gawat darurat, penyuluhan penggunaan air

bersih melalui media cetak, radio interaktif. Kemudian penanganan kasus KLB,

menurunkan prevalensi*insidensi kejadian penyakit menular, peningkatan

penggunaan air bersih, dan masih banyak lagi.

Tidak semua kegiatan mencapai target yang diharapkan, terdapat

berbagai kegiatan yang tidak mencapai target, diantaranya dalam pemenuhan

tenaga penyuluh kesehatan&paramedis lain yang terkait dari 100% target yang

diharapkan hanya tercapai 90%, kemudian pemenuhan institusi pelayanan

kesehatan hanya mencapai angka 90% dari 100% target yang diharapkan.

Selanjutnya untuk terpenuhinya akses dan saran pelayanan kesehatan gawat

darurat hanya mencapai 80% dari 90% target yang diharapkan, kemudian

program peningkatan penggunaan air bersih dari 100% yang diharapkan hanya

tercapai 80%. Kemudian kasus diare pada balita yang ditangani dari 100%

target yang diharapkan hanya tercapai 90% dan lain – lain.

Tidak tercapainya target sasaran ini disebabkan oleh berbagai macam

faktor diamntaranya kurangnya tenaga kesehatan yang ahli di bidangnya,

kurangnya tenaga penyuluh, masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam

mendukung kegiatan pemerintah, lokasi pemukiman masyarakat yang jauh dari

puskesmas atau istitusi pelayanan kesehatan lainnya, kurangnya kegaiatan

promosi kesehatan kepada masyarakat, dan masih banyak lagi.

Page 9: PRINT1

4. Umur Harapan Hidup Meningkat

Berbagai kegiatan yang menunjang program peningkatan Umur

Harapan Hidup di Kabupaten OKU Timur tahun 2008 diantaranya adalah

penyuluhan penyakit menular, penyuluhan narkoba, penyuluhan program

PHBS, pelayanan kesehatan remaja, pemerikasaan kesehatan siswa SD dan

setingkat oleh tenaga kesehatan terlatih/guru UKS/dokter kecil, dan penurunan

angka kematian.

Kegiatan yang tidak mencapai target diantaranya pemerikasaan

kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan terlatih/guru

UKS/dokter kecil hanya tercapai 85% dari target sebesar 100% yang

diharapkan, kemudian pelayanan kesehatan remaja hanya tercapai 55% dari

80% target yang diharapkan. Selain itu masih kurangnya kegiatan penyuluhan

PHBS secara langsung dan interaktif kepada masyarakat, dapat dilihat dari

angka pencapaian targetnta hanya sebesar 80% dari 100% yang diharapkan.

Berbagai faktor yang mempenganruhi tidak tercapainya target sasaran

diantaranya kurangnya tenaga penyuluh kesehatan, masih rendahnya

pengetahuan masyarakat dan kesadaran masyarakat, dan sebagainya.

I.4. Kinerja Input

1. Sarana Kesehatan

Berdasarkan Seksi Akreditasi dan Perizinan Dinkes Kabupaten OKU

Timur tahun 2008 sarana kesehatan terdiri dari rumah sakit, puskesmas,

puskesmas pembantu, puskesmas keliling, posyandu, poskesdes, apotek, toko

obat berizin, rumah bersalin, klinik, dan gudang farmasi. Distribusi pelayanan

kesehatan Kabupaten OKU Timur 2008 dapat dilihat pada table berikut:

No. Jenis Fasilitas Jumlah

Page 10: PRINT1

1 Rumah Sakit 3 (1 Pemerintah, 2 Swasta)

2 Puskesmas 20

3 Puskesmas Pembantu 57

4 Puskesmas Keliling 20 (18 Pemerintah, 2 Swasta)

5 Posyandu 610

6 Poskesdes 270

7 Apotek 8

8 Toko Obat 12

9 Rumah Bersalin 6

10 Balai Pengobatan/Klinik 1

11 Gudang Farmasi 1

Sumber: Seksi Akreditasi dan Perizinan Dinkes Kabupaten OKU Timur 2008

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa masih belum meratanya

distribusi sarana pelayanan kesehatan dan masih kurangnya jumlah beberapa

sarana kesehatan seperti rumah sakit, klinik, dan gudang farmasi.

2. Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan

Tenaga kesehatan yang bekerja dalam wilayah Kabupaten OKU Timur

tahun 2008 terdiri dari tenaga medis, tenaga perawat, tenaga bidan, tenaga

farmasi, tenaga gizi, tenaga teknisi medis, tenaga sanitasi, tenaga kesehatan

masyarakat (kesmas), dan tenaga teknis lainnya.

Permasalahan yang terjadi pada pemenuhan SDM kesehatan di OKU

Timur tahun 2008 diantaranya adalah kurangnya jumlah tenaga kesehatan dan

tidak meratanya pendistribusian tenaga kesehatan, selain itu masih rendahnya

kualitas tenaga kesehatan yang ada.

a. Teanaga Medis

Tenaga medis terdiri dari dokter spesialis, dokter umum dan dokter

gigi. Untuk dokter spesialis pendistribusiannya tidak merata dan jumlahnya

Page 11: PRINT1

kurang, dapat dilihat bahwa pada RSUD Gamawang terdapat 3 dokter

spesialis sedangkan untuk Rumah Sakit Charitas Bakti Ningsih dan RSI

Taqwa tidak terdapat dokter spesialis. Kemudian untuk dokter umum,

jumlahnya kurang dan pendistribusian untuk setiap puskesmas di daerah dan

rumah sakit tidak merata. Bahkan terdapat puskesmas yang tidak memiliki

dokter umum, seperti Puskesmas Gumawang, Nusa Bakti, Betung, dan RS

Charitas Bakti Ningsih. Begitu juga untuk dokter gigi, permasalahan yang

sama juga terjadi untuk Puskesmas Trimoharjo, Taraman, Gumawang, RS

Charitas Bakti Nusa, dsb.

b. Tenaga Kefarmasian

Tenaga kefarmasian Kabupaten OKU TImur 2008 tidak terdistribusi

secara merata dan jumlahnya masih kurang. Seperti pada RSUD Gamawang

dan RSI Taqwa hanya memiliki 1 apoteker, kemudian untuk S1 farmasi

untuk semua puskesmas kecamatan tidak memiliki tenaga lulusan S1

farmasi. Kemudian hampir semua puskesmas juga tidak memiliki tenaga

DIII kefarmasian, kecuali Puskesmas Gumawang, Nusa Bakti, Purwodadi,

dan Bangsa Negara yang masing – masing memiliki 1 tenaga DIII

kefarmasian. Asisten apoteker yang dimiliki setiap puskesmas di masing –

masing puskesmas kecamatan jumlahnya juga minim bahkan ada juga

puskesmas yang tidak memiliki asisten apoteker, bahkan untuk RSUD

Gamawang dan RSI Taqwa juga tidak memiliki asisten apoteker.

c. Tenaga Gizi

Tenaga gizi Kabupaten OKU Timur tahun 2008 juga memiliki

masalah yang sama yaitu pendistribusian tenaga gizi yang tidak merata dan

minimnya jumlah tenaga kesehatan di masing – masing instansi pelayanan

kesehatan terutama puskesmas. Dapat dilihat bahwa seluruh puskesmas tidak

memiliki tenaga DIV/S1 Gizi bahkan RSI Taqwa juga tidak memiliki tenaga

gizi tersebut. Lalu terdapat beberapa puskesmas yang memiliki tenaga DIII

Gizi dengan masing – masing puskesmas memiliki 1 tenaga, yaitu

Puskesmas Rawa Bening, Pandan Agung, Gumawang, dan Purwodadi.

Page 12: PRINT1

Sedangkan untuk DI Gizi, hanya Puskesmas Martapura, Kotabaru. Sukaraja,

Rawa Bening, Gumawang, Bangsa Negara, Way Hitam IV, dan Cempaka

yang memiliki 1 tenaga DI Gizi.

d. Tenaga Keperawatan

Tenaga Keperawatan Kabupaten OKU Timur tahun 2008 untuk

lulusan S1 Keperawatan hanya dimiliki oleh RSUD Gumawang dan RSI

Taqwa yang masing – masing berjumlah 1. Kemudian untuk DIII

Keperawatan dan lulusan SPK, hampir semua puskesmas memiliki tenaga

DIII Keperawatan lulusan SPK, akan tetapi juga terdapat puskesmas yang

tidak memilikinya, yaitu Puskesmas Rasuan, Jayapura, dan Burnai.

e. Tenaga Bidan

Jumalah bidan di setiap puskesmas di masing – masing kecamatan

tidak terdistribusi sempurna dan jumlahnya juga masih minim. Seperti

Puskesmas Betung yang hanya memiliki 1 bidan, sedangkan untuk

Puskesmas Rawa Bening dan Gumawang memiliki 27 bidan, dapat dilihat

perbedaan yang kontras antara jumlah bidan di setiap kecamatan.

f. Tenaga Kesmas

Jumlah tenaga kesmas di OKU Timur tahun 2008 yang terdiri dari S1

kesmas tidak merata untuk setiap puskesmas kecamatan, bahkan ada

beberapa puskesmas tidak memiliki tenaga kesmas, seperti Puskesmas Rawa

Bening, Suka Raja, Purwodadi, Bangsa Negara, dll. Jumlah S1 Kesmas di

RS Gumawang dan RSI Taqwa juga minim, yaitu 4 untuk RS Gumawang

dan 3 untuk RSI Taqwa.

g. Tenaga Sanitasi

Minimnya jumlah dan pendistribusian tidak merata tenaga kesehatan

di masing – masing puskesmas setiap kecamatan di OKU Timur tahun 2008

mjuga menjadi masalah. Dapat dilihat tidak semua puskesmas memiliki

tenaga sanitasi baik dari lulusan DIII maupun DI, seperti Puskesmas Betung,

Rasuan, Pandan Agung, dll. RSUD Gumawang dan RSI Taqwa juga

Page 13: PRINT1

memiliki jumlah tenaga sanitasi yang minim, yaitu 2 tenaga DIII sanitasi di

RSUD Gumawang dan 1 tenaga DIII di RSI Taqwa.

3. Penyediaan Obat Essensial dan Generik

Pemerintah melalui Dinas Kesehatan telah berupaya untuk memenuhi

kebutuhan obat-obatan pelayanan dasar. Pengadaan obat di Kabupaten OKU

Timur sejak beberapa tahun terakhir telah mengalami kenaikan baik jenis

maupun jumlahnya. Untuk tahun 2008, persentase obat generik berlogo dalam

persediaan obat mencapai target 100%, kemudian untuk pengadaan obat

essesnsial juga mencapai target 100%. Dan penyediaan obat sesuai kebutuhan

90% juga tercapai.

4. Anggaran Kesehatan

Dari total anggaran kesehatan Kabupaten OKU Timur 2008, diketahui

anggaran kesehatan Kabupaten OKU Timur bersumber APBD Kabupaten OKU

Timur sebesar Rp 30.671.418.727. Dana bersumber dari pinjaman.hibah luar

negeri (PLHN) sebesar Rp 166.241.000, dan dana yang berasal dari sumber

pemerintah lain sebesar Rp 98.771.925. Dana tersbut harus disalurkan ke

berbagai pelayanan kesehatan dalam jumlah yang sesuai dan merata sesuai

dengan ketetapan yang berlaku.

I.5. Analisis Risiko Lingkungan

1. Risiko Lingkungan Malaria

Kabupaten OKU Timur secara umum beriklim tropis dan cenderung

kering dengan temperature harian bervariasi antara 22°C -31°C. Kabupaten

OKU Timur termasuk daerah yang bercurah tinggi, curah hujan tertinggi terjadi

antara bulan November sampai bulan Mei dan terendah pada bulan Juli sampai

bulan September.

Menurut Chwatt (1980), suhu udara yang optimum bagi kehidupan

nyamuk berkisar antara 25°C-30°C. Menurut penelitian Barodji (1987) bahwa

Page 14: PRINT1

proporsi tergigit nyamuk Anopheles menggigit adalah untuk di luar rumah

23°C-24°C dan di dalam rumah 25°C-26°C sebagai suhu optimal.

Temperatur harian di OKU Timur adalah 22°C - 31°C sehingga

nyamuk Anopheles berkembangbiak dengan baik pada suhu ini, selain itu

dengan temperatur tersebut nyamuk lebih sering menggigit baik untuk di dalam

maupun di luar rumah. Selain itu curah hujan yang tinggi pada bulan Juli –

September menyebaabkan meningkatnya kelembapan udara, sehingga

nyamuk lebih aktif dan sering menggigit sehingga penularan malaria pun

meningkat.

Kabupaten OKU Timur juga dikenal dengan area perkebunannya, baik

untuk perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet, areal perkebunan

merupakan habitat yang baik untuk nyamuk Anopheles berkembang, Ada

dua jenis spesies anopheles yang tertangkap pada kegiatan penangkapan

nyamuk dewasa di areal perkebunan karet yaitu An. barumbrosus dan An.

nigerrimus.

2. Risiko Lingkungan Diare

Diare sangat berhubungan dengan penyediaan dan penggunaan air

bersih, sanitasi lingkungan, dan kelayakan tempat pengelolaan makanan.

Penduduk OKU Timur yang menggunakan air bersih selama tahun 2008

sebanyak 463.571 jiwa (85,56%) dari seluruh penduduk. Sumber air bersih

yang paling banyak digunakan adalah sumur gali (39,96%) dan ledeng

(12,61%).

Akan tetapi air bersih belum tentu sehat, hal inilah yang menjadi

permasalahan bagi Kabupaten OKU Timur. Karena selama tahun 2008

Kabupaten OKU Timur belum pernah melakukan pemeriksaan sampel air

bersih di 20 kecamatan baik secara fisik, kimia, dan bakteriologis. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa tingginga angka insidensi diare terjadi karena tidak

dilakukannya pemeriksaan sampel air tersebut, sehingga air bersih tadi belum

tentu layak kesehatan untuk digunakan. Pengelolaan air bersih yang digunakan

Page 15: PRINT1

untuk masak atau minum yang tidak tepat juga dapat meningkatkan insidensi

kejadian diare.

Selain faktor air bersih dan sehat, sanitasi lingkungan yang baik juga

mempengaruhi tingginya angka kejadian diare. Sanitasi lingkungan yang

buruk akan meningkatkan penularan diare.

Kemudian tempat pengelolaan makanan yang tidak memenuhi

syarat dapat mempengaruhi tingkat penularan diare. Dari 1246 tempat

pengelolaan makanan di OKU Timur pada tahun 2008, yang diperiksa hanya

sebanyak 63% dan yang memenuhi syarat sebanyak 57%. Jika dilihat dari

persentase tersebut, bahwa belum semua tempat pengelolaan makanan

diperiksa, sehingga dapat dikatakan bahwa tempat pengelolaan makanan

tersebut berisiko dan tidak memenuhi syarat.

3. Risiko Lingkungan Pneumonia pada Balita

Pneumonia pada balita sangat berkaitan dengan faktor lingkungan,

terutama keadaan rumah tempat balita tersebut tinggal. Berdasarkan data pada

bagian Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Timur 2008,

bahwa dari 76.883 rumah yang dioeriksa terdapat 55.524 rumah yang

dikategorikan dalam rumah sehat (72,27%). Kondisi rumah yang berisiko

menimbulkan risiko pneumonia diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pencemaran udara dalam rumah

Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak

dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahan paru sehingga

akan memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini dapat terjadi pada rumah yang

keadaan ventilasinya kurang dan dapur terletak di dalam rumah, bersatu

dengan kamar tidur, ruang tempat bayi dan anak balita bermain. Hal ini lebih

dimungkinkan karena bayi dan anak balita lebih lama berada di rumah

bersama-sama ibunya sehingga dosis pencemaran tentunya akan lebih tinggi.

b. Kepadatan hunian rumah

Page 16: PRINT1

Kepadatan hunian dalam rumah menurut keputusan menteri

kesehatan nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan

rumah, satu orang minimal menempati luas rumah 8m². Dengan kriteria

tersebut diharapkan dapat mencegah penularan penyakit dan melancarkan

aktivitas.

Keadaan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan faktor polusi

dalam rumah yang telah ada. Penelitian menunjukkan ada hubungan

bermakna antara kepadatan dan kematian dari bronkopneumonia pada bayi,

tetapi disebutkan bahwa polusi udara, tingkat sosial, dan pendidikan

memberi korelasi yang tinggi pada faktor ini.

I.6. Analisis Risiko Perilaku

1. Risiko Perilaku Malaria

Masih tingginya angka insidensi malaria di Kabupaten OKU Timur

pada tahun 2008 sangat berpengaruh dengan perilaku masyarakat OKU Timur

sendiri. Kebiasaan perilaku ini dapat dilihat dari tindakan pencarian

pengobatan pertama pada malaria, sebagian besar masyarakat mencari

pengobatan malaria pertama kali adalah dengan membeli obat malaria yang ada

di warung, dan setelah beberapa hari tidak sembuh mereka baru berobat ke

tenaga kesehatan.

Kemudian sikap masyarakat yang masih acuh atau tidak terlalu

memperhatikan penyuluhan mengenai pencegahan dan penanganan malaria

yang dilakukan oleh tenaga kesehatan juga meningkatkan kejadia malaria.

Selain itu, faktor pekerjaan juga mempengaruhi peningkatan kasus

malaria ini. Seperti yang diketahui kebanyakan penduduk OKU Timur bekerja

di perkebunan atau di luar rumah. Nyamuk Anopheles sangat menyukai habitat

perkebunan, sehingga pekerja perkebunan, baik perkebunan karet dan kelapa

sawit berisiko tinggi terkena malaria.

Page 17: PRINT1

2. Risio Perilaku Diare

Insidensi diare yang tinggi di Kabupaten OKU Timur pada tahun 2008

disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat, diantaranya ialah penggunaan dan

pengelolaan air yang tidak tepat, sehingga air masih mengandung baketri

penyebab diare ketika dikonsumsi. Pengelolaan tidak tepat ini bisa dilihat dari

ketika mereka memasak air atau ketika menyimpan dan mengelolanya.

Kebiasaan makan tanpa mencuci tangan juga merupakan salah satu

penyebab tingginya angka insidensi diare di OKU Timur. Dapat dilihat dari

pencapaian program penyuluhan PHBS langsung dan interaktif kepada

masyarakat masih belum tercapai sesuai target yang diharapkan yaitu 80% dari

100%. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya tingkat kesadaran

masyarakat akan PHBS.

Selanjutnya pemberian ASI eksklusif terhadap bayi dapat menurunkan

risiko terjadinya diare. Didapatkan data bahwa jumlah bayi yang diberi ASI

eksklusif di Kabupaten OKU Timur pada tahun 2008 hanya sebanyak 2563

bayi dari 17.443 bayi (14,69%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa,

rendahnya pemberian ASI ekslkusif di OKU Timur merupakan salah satu

faktor risiko perilaku yang menyebabkan tingginya insidensi kejadian diare

pada tahun 2008.

3. Risiko Perilaku Pneumonia pada Balita

Perilaku yang dapat menyebakan tingginya kejadian pneumonina pada

balita di OKU Timur pada tahun 2008 sangat berkaitan dengan perilaku hidup

bersih dan sehat dari masing – masing keluarga. Misalnya perilaku merokok

pada orangtua atau keluarga, asap rokok tersebut akan menyebabkan kualitas

udara menjadi buruk Sehingga insidensi pneumonia semakin besar.

Kemudiaan kebiasaan untuk membersihkan ventilasi udara juga

berpengaruh terhadap kejadian pneumonia pada balita. Jika ventilasi janrang

dibersihkan, maka pertukaran udara akan terhambat sehingga kualitas udara

akan menjadi buruk.

Page 18: PRINT1

BAB II

PENETAPAN TUJUAN PROGRAM

1. Nama Program : OKU TIMUR BEBAS MALARIA

Outcome/Tujuan Umum : Menurunkan prevalensi angka penyakit malaria di

OKU Timur

Output/Tujuan Khusus :

a. Pelaksanaan fogging di OKU Timur secara menyeluruh.

b. Meningkatkan promosi kesehatan melalui penyuluhan malaria dan bagaimana

cara pencegahan dan penanggulangannya kepada masyarakat.

c. Pengadaan desa binaan endemis malaria pada tahun 2009 di setiap kecamatan

di OKU Timur.

d. Membasmi reservoir malaria secara menyeluruh sebesar 95%.

2. Nama Program : OKU TIMUR SEHAT dari DIARE

Outcome/Tujuan Umum : Membentuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

di OKU Timur

Output/Tujuan Khusus :

a. Meningkatkan promosi kesehatan melalui penyuluhan diare dan bagaimana

cara pencegahan dan penanggulangannya kepada masyarakat.

b. Pengadaan desa binaan endemis diarepada tahun 2009 di setiap kecamatan di

OKU Timur.

c. Penataan sistem sanitasi yang lebih baik menjadi 95% untuk setiap KK di

OKU Timur.

d. Menyebar booklet tentang diare di setiap kecamatan OKU Timur yang

disalurkan melalui puskesmas di masing – masing kecamatan dengan target

90%.

e. Meningkatkan kemampuan masyarakat OKU Timur dalam manajemen

pengolahan limbah dan sampah rumah tangga.

Page 19: PRINT1

3. Nama Program : OKU TIMUR TIDAK TAKUT PNEUMONIA

Outcome/Tujuan Umum : Menumbuhkan rasa sadar lingkungan untuk

kehidupan sehat di OKU Timur

Output/Tujuan Khusus :

a. Meningkatankan promosi kesehatan (penyuluhan, pencetakan booklet,

spanduk) tentang bahaya jika berada dan hidup di lingkungan yang kotor.

b. Meningkatkan cakupan pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan pada bayi dari

14,69% pada tahun 2008 menjadi 80% pada tahun 2009 di OKU Timur.

c. Meningkatkan kesadaran masyarakat OKU Timur untuk menjaga kebersihan

lingkungan.

d. Meningkatkan pemberian vaksin/imunisasi pada bayi dan balita dari 85,56% pada tahun 2008 menjadi 100% pada tahun 2009.

Page 20: PRINT1

BAB III

IDENTIFIKASI KEGIATAN (PROGRAM)

III.1. Kegiatan Manajemen

1. Malaria

Berdasarkan karakteristik kegiatannya, kegiatan manajemen dapat

dilakukan melalui pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dalam bentuk :

1) Manipulasi Lingkungan (bersifat sementara)

Manipulasi lingkungan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk

menghasilkan suatu keadaan sementara yang tidak menguntungkan bagi vektor

untuk berkembang biak di tempat perindukannya. Bentuk kegiatan manipulasi

lingkungan dapat dilakukan dalam bentuk antara lain:

Pembuatan saluran penghubung antara genangan air payau dengan air laut

Pemutusan pengairan secara berkala

Penebangan/pembabatan hutan tempat nyamuk Anopheles berkembangbiak

menjadi lahan baru, seperti lokasi transmigrasi, atau penebangan hutan bakau

menjadi tambak udang.

2) Modifikasi Lingkungan (bersifat permanen)

Penimbunan lokasi genangan air

Tempat perindukan nyamuk yang berupa genangan air dapat ditimbun

dengan tanah, pasir dan koral. Apabila tempat perindukan kecil dapat

langsung dilakukan penimbunan tanpa terlebih dahulu dilakukan estimasi

kebutuhan tanah, pasir, atau koral yang dibutuhkan.

Pengeringan atau pengaliran

Pengeringan dilakukan dengan menggali parit. Pada umumnya diperlukan

lebih dari 50 cm.

Penanaman pohon

Penanaman kembali hutan bakau di daerah pantai akan mempunyai

kontribusi besar dalam rangka menurunkan populasi jentik nyamuk

Page 21: PRINT1

Anopheles. Hal ini disebabkan karena keberadaan pohon bakau di pinggir

pantai akan mengundang ikan-ikan sebagai habitatnya. Ikan yang berada di

bawah pohon bakau akan memakan jentik-jentik nyamuk sehingga

populasinya akan turun secara drastis. Dengan demikian jentikjentik

tersebut tidak akan berkembang menjadi nyamuk dewasa.

3) Modifikasi/Manipulasi Sarana Rumah/Perilaku Manusia. Penempatan pemukiman jauh dari tempat perindukan vector pemasangan

kawat kasa pada rumah

Penyediaan fasilitas bagi penyediaan air bersih

Pembuangan air limbah rumah tangga yang baik

2. Diare

a. Pencegahan dan pengobatan diare di rumah.

Memperhatikan pola buang air besar pada anak

Pada bayi berusia 0-2 bulan, apalagi yang minum ASI, frekuensi buang

air besarnya lebih sering lagi, yaitu bisa 8-10 kali sehari dengan tinja

yang encer, berbuih dan berbau asam. Selama berat badan bayi meningkat

normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi

laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran

cerna.

Warna tinja yang normal adalah kuning kehijauan, tetapi dapat bervariasi

tergantung makanan yang dikonsumsi anak. Yang perlu diperhatikan

adalah bila tinja berwarna merah (mungkin darah) atau hitam (mungkin

darah lama/beku) atau putih seperti dempul (pada penyakit hati).

Pengobatan diare

Prinsip pengobatan diare adalah:

Rehidrasi: mengganti cairan yang hilang, dapat melalui mulut

(minum) maupun melalui infus (pada kasus dehidrasi berat).

Pemberian makanan yang adekuat: jangan memuasakan anak,

pemberian makanan seperti yang diberikan sebelum sakit harus

Page 22: PRINT1

dilanjutkan, termasuk pemberian ASI. Pada diare yang ringan tidak

diperlukan penggantian susu formula.

Pemberian obat seminimal mungkin. Sebagian besar diare pada

anak akan sembuh tanpa pemberian antibiotik dan antidiare. Bahkan

pemberian antibiotik dapat menyebabkan diare kronik.

Pencegahan diare

Beberapa upaya yang mudah diterapkan adalah:

Penyiapan makanan yang higienis

Penyediaan air minum yang bersih

Kebersihan perorangan

Cuci tangan sebelum makan

Pemberian ASI eksklusif

Buang air besar pada tempatnya (WC, toilet)

Tempat buang sampah yang memadai

Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan

Lingkungan hidup yang sehat

3. Pneumonia Pada Balita

a. Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri akan diberikan pengobatan

antibiotik. Pengobatan haruslah benar-benar komplite sampai benar-benar

tidak lagi adanya gejala atau hasil pemeriksaan X-ray dan sputum tidak lagi

menampakkan adanya bakteri Pneumonia, jika tidak maka suatu saat

Pneumonia akan kembali diderita.

b. Pneumonia yang disebabkan oleh virus akan diberikan pengobatan yang

hampir sama dengan penderita flu, namun lebih ditekankan dengan istirahat

yang cukup dan pemberian intake cairan yang cukup banyak serta gizi yang

baik untuk membantu pemulihan daya tahan tubuh.

c. Pneumonia yang disebabkan oleh jamur akan mendapatkan pengobatan

dengan pemberian antijamur.

Page 23: PRINT1

III.2. Intervensi Lingkungan

1. Malaria

a. Pemberian kawat kasa dan obat nyamuk untuk mengurangi penyebaran

penyakit malaria.

b. Membuat aliran drainase yang baik untuk mencegah bersarangnya nyamuk.

c. Pemberantasan sarang nyamuk

d. Dilakukan fogging untuk mencegah jentik nyamuk berkembang

2. Diare

a. Menggunakan sistem sanitasi perumahan yang baik, baik dari rumah sehat,

jamban sehat, dan pengolahan limbah rumah tangga

b. Membersihkan lingkungan sekitar rumah agar tidak rawan bakteri atau jamur

untuk berkembang.

c. Jangan membuang sampah di saluran air

3. Pneumonia pada Balita

a. Sirkulasi udara di rumah harus sehat dengan menyediakan ventilasi sebagai

jalan pertukaran udara.

b. Pencahayaan Rumah harus tepat memadai dan agar udara tidak lembab.

c. Dilakukan penghijauan atau penanaman pohon guna untuk memproduksi O2

yang baik.

d. Membersihkan ventilasi udara secara rutin

III.3. Intervensi Perilaku

1. Malaria

a. Memakai kelambu ketika ingin tidur.

b. Pemberian bubuk abate di tempat penampungan air yang rawan berkembang

nyamuk.

Page 24: PRINT1

c. Menjaga kebersihan di sekitar rumah dengan mengadakan kerja bakti antar

warga.

d. Melakukan kegiatan 3M+

2. Diare

a. Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan

b. Mencuci bahan makanan (sayuran & buah)

c. Menggunakan air bersih untuk makan ,mandi maupun pada saat buang air

besar.

3. Pneumonia pada Balita

a. Penggunaan masker di daerah yang rawan debu atau udara yg tidak baik

b. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat

c. Tidak merokok di lingkungan rumah, terutama rumah yang memiliki balita

d. Pemberian ASI Ekslkusif pada bayi

III.4. Mobilitas Sosial

1. Malaria

a. Eliminasi Malaria

Untuk menuju Eliminasi Malaria terdapat 4 tahapan, yaitu :

Tahapan Pemberantasan adalah mengurangi tingkat penularan Malaria di

satu wilayah minimal kabupaten/kota.

Tahap Pra Eliminasi adalah mengurangi jumlah fokus aktif dan

mengurangi penularan setempat di satu wilayah minimal kabupaten/kota.

Tahap Eliminasi adalah menghilangkan fokus aktif dan menghentikan

penularan setempat di satu wilayah, minimal kabupaten/kota, sehingga

pada akhir tahap tersebut kasus penularan setempat nol (tidak ditemukan

lagi).

Tahap Pemeliharaan (Pencegahan Penularan Kembali) adalah mencegah

munculnya kembali kasus dengan penularan setempat. Sasaran intervensi

kegiatan dalam Tahap Pemeliharaan adalah individu kasus positif,

khususnya kasus impor.

Page 25: PRINT1

b. Gerakan Berantas Kembali Malaria (Gebrak Malaria)

Gebrak Malaria adalah gerakan nasional seluruh komponen

masyarakat untuk memberantas Malaria secara intensif melalui kemitraan

antara pemerintah, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat dan badan-

badan internasional serta penyandang dana, mengingat masalah Malaria

merupakan masalah yang komplek karena berhubungan dengan berbagai

aspek seperti penyebab penyakit (parasit), lingkungan (fisik dan biologis)

dan nyamuk sebagai vektor penular.

c. Pemantauan Gebrak Malaria

Pemantauan Gebrak Malaria merupakan upaya untuk mengetahui

hasil kegiatan Eliminasi Malaria dalam jangka waktu tertentu, misalnya

setiap enam bulan atau satu tahun.

d.Pos Malaria Desa (POSMALDES)

Pos Malaria Desa adalah wadah pemberdayaan masyarakat dalam

pencegahan dan penanggulangan Malaria yang dibentuk dari, oleh dan untuk

masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan.

e.Malaria Center

Malaria Center adalah lembaga koordinatif dibawah koordinasi

Kepala Daerah/Bupati untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab

pemerintahan daerah dalam rangka mewujudkan kehidupan masyarakat yang

terbebas dari penularan Malaria.

f.Promosi Kesehatan

Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit

malaria dan tindakan pencegahan dan penanggulangannya.

Memberikan promosi kesehatan melalui media – media interaktif

sehingga masyarakat tertarik.

Penyediaan dan pembagian poster/leaflet mengenai malaria kepada

masyarakt

Page 26: PRINT1

2. Diare

a. SEKOLAH BERSIH HIJAU SEHAT (SBHS)

Strategi SBHS berfokus pada faktor-faktor berikut:

Mempromosikan perilaku bersih pada murid dan staf sekolah. Perilaku

bersih yang dimaksud antara lain adalah; mencuci tangan pakai sabun,

memilah dan membuang sampah di tempat yang benar, memelihara

pohon, dan menjaga kebersihan jamban sekolah.

Mengintegrasikan konsep Bersih Hijau dan Sehat di kurikulum sekolah,

termasuk terlibat langsung dalam kegiatan yang diadakan oleh guru dan

murid di tingkat sekolah dan komunitas.

Mendukung sekolah untuk berinvestasi dan memberikan akses untuk

fasilitas higinitas seperti; tempat cuci tangan dengan sabun, keranjang

sampah yang berbeda untuk sampah organik dan non organik, dan

halaman untuk menanam pohon dan kegiatan penghijauan lainnya. .

Mendukung program dokter kecil dan promosi ‘anak-ke-anak’, dan

mengajak anak-anak dan orang dewasa di tingkat sekolah dan komunitas.

b. KAMPUNG BERSIH HIJAU DAN SEHAT

Kegiatannya terdiri dari:

Meningkatkan kerjasaman dengan meningkatkan Strategi program

Kampung Bersih Hijau Sehat mengandalkan keberadaan posyandu, PKK,

RT, RW, Kepala Desa, dan pimpinan non-formal lainnya. CTPS

Pengelolaan sampah

Pengolahan air minum di tingkat rumah tangga

Pembuangan tinja yang aman

Penghijauan kembali

memperbaiki infrastruktur air dan sanitasi.

c. PENGEMBANGAN KAPASITAS JEJARING LOKAL

Promosi gerakan H&H (Health and Hygiene) yang efektif dan

berkelanjutan membutuhkan penguatan institusi, sumberdaya, alat dan

materi, metodologi untuk melibatkan masyarakat, jejaring sosial, dan mitra

Page 27: PRINT1

LSM, dan untuk mendapatkan komitmen dari tokoh masyarakat dan

penyandang dana. Gerakan H&H memahami bahwa dalam pengembangan

kapasitas terpadu kelompok dan individu tidak hanya membutuhkan

keahlian teknis tetapi juga sumberdaya untuk mampu bekerja sama

memanfaatkan usaha lokal dan tradisonal. Dengan pengaruh kuat institusi

dan LSM, hal ini menciptakan situasi kondusif untuk mendukung promosi,

rasa kepemilikan, perilaku hidup bersih secara berkelanjutan dan lingkungan

yang lebih bersih dan sehat.

Selama usia proyek, promosi H&H telah memperluas kemampuan

dan kinerja dari beberapa organisasi, jejaring lokal, dan individual. Pada saat

yang bersamaan, H&H juga menciptakan sarana interaktif dan materi

komunikasi yang memungkinkan penerapan kegiatan.

d. ADVOKASI CTPS DI TINGKAT NASIONAL DAN REGIONAL

Menciptakan lingkungan yang mendukung hidup sehat dan

mempermudah akses ke air dan teknologi higinitas adalah kunci sukses

H&H. Pemerintah yang memiliki komitmen, tokoh masyarakat yang

antusias, dan media massa yang aktif dalam mempromosikan perilaku

higinitas. Melalui advokasi tingkat tinggi dan kerjasama dengan media,

pemerintah, organisasi madani, dan jaringan akar rumput, masyarakat

menjadi lebih semangat hidup sehat dan bersih. ESP mengadakan sejumlah

kegiatan acara CTPS yang dihadiri banyak orang yang bertujuan

meningkatkan kesadaran pentingnya agenda hidup bersih di kalangan

pejabat tinggi pemerintah. Berikut ini adalah pembelajaran dari kegiatan

media dan advokasi ESP.

e. PENELITIAN, MONITORING DAN EVALUASI

Strategi komunikasi H&H ESP menekankan pentingnya penelitian

dan evaluasi untuk mendokumentasikan dampak dari program yang

dijalankan. Jika penelitian formatif dilakukan seperti yang direncanakan dan

menghasilkan data akurat, M&E tidak dilakukan seperti desain awal, karena

benturan sejumlah prioritas program. Dari pengalaman ESP, program-

Page 28: PRINT1

program di masa depan sebaiknya mengumpulkan data M&E untuk

memberikan gambaran akurat dari hasil program. Kami berharap

pembelajaran-pembelajaran di bawah ini mendorong program-program lain

yang sejenis meningkatkan upaya persiapan dana yang memadai bagi

kegiatan riset dan evaluasi yang menyeluruh.

3. Pneumonia pada Balita

a. Menciptakan kenyamanan lingkungan rumah yang sehat

Adapun faktor lingkungan yang dimaksud adalah faktor fisik

rumah seperti kepadatan hunian, dan ventilasi.

Mengatur Kepadatan Hunian

Barang-barang yang tidak diperlukan sebaiknya disingkarkan

karena hanya akan mempersempit ruangan

Orang tua harus dapat membagi jumlah anak yang tidur dalam

satu kamar dengan balita tidak terlalu banyak karena semakin

banyak jumlah orang yang tidur dalam satu kamar akan

meningkatkan jumlah bakteri patogen sehingga mempermudah

penularan bakteri atau virus penyebab ISPA melalui droplet

ataupun kontak langsung.

Menyediakan Ventilasi Udara yang Bersih dan Sehat

Membuka jendela setiap pagi hari agar udara dapat bersirkulasi

dan dapat membebaskan udara dari bakteri dan patogen.

Membersihkan ventilasi udara secara rutin

b. Menghindari faktor pencetus (Pencemaran udara)

Menjauhi balita dari asap rokok

Bagi orangtua atau anggota keluarga yang merokok sebaiknya jangn di

dalam rumah atau merokok di ruangan dengan ventilasi udara yang baik

Rutin membersihkan rumah dan lingkungan sekitarnya

Page 29: PRINT1

Jika terdapat anggota keluarga yang menderita pneumonia, segera dijauhi

dari balita dan segera diobati

c. Mengatur pola makan anak

Pemberian makan pada anak harus disesuaikan dengan usia anak.

Pemenuhan kebutuhan gizi balita makanan harus memenuhi syarat

yaitu: makanan harus mengandung energi dan semua zat gizi yang

dibutuhkan pada tingkat umurnya.

Memberikan asupan makanan bergizi kepada anak.

III.5. Kegiatan Pengembangan/Inovatif

1. Malaria

Melakukan kegiatan eliminasi malaria,

Melakukan sosialisasi dan peningkatan kualitas pengobatan obat malaria

dengan Artemisinin Combination Theraphy (ACT).

kegiatan integrasi pemberian kelambu berinsektisida,

2.. Diare

Upaya Rehidrasi Oral (URO) yaitu oral electrolit (oralit) yang sesuai bagi

segala macam KB-Kesehatan lewat pelayanan jasa Puskesmas

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Kegiatan mencuci tangan dengan sabun

3. Pneumonia pada balita

Pelaksanaan dan Pengembangan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).

autopsi verbal kematian balita di kabupaten OKU TIMUR

Program P2 ISPA (suatu program pemberantasan penyakit menular yang

ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat

infeksi saluran pernapasan akut, terutama pneumonia (infeksi paru akut) pada

usia dibawah lima tahun.)

Page 30: PRINT1