BLOK EMERGENSI
WRAP UP SKENARIO 3
TIDAK DAPAT BUANG AIR KECIL
KELOMPOK B-03
Ketua : Siti Saradita (1102012283)
Sekretaris : Nidaul Hasanah (1102012192)
Anggota : Rahmadhini Elkir (1102010227)
NurfitriAzhri Miranti (1102012204)
Radian RendraTukan (1102012222)
Sera FajarinaYoseva (1102012271)
SerliaMarthasari (1102012272)
VilonaAfritaZilmi (1102012302)
Wandan Surya Kencana (1102012304)
WinnyHeriaUtami (1102012308)
SKENARIO 3
TIDAK DAPAT BUANG AIR KECIL
Seorang laki-laki usia 26 tahun dating ke UGD dengan keluhan tidak dapat buang air kecil sejak 5 jam yang lalu setelah terjatuh di jalan saat bersepeda. Pasien juga mengeluh nyeri pada perut bawahnya dan terdapat darah keluar dari kemaluannya. Pemeriksaan fisikAirway : bebasBreathing: frekuensi nafas 20x/menitCirculation : tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 100x/menitKeadaan umum: tampak sakit sedang, kesadaran : compos mentis. Status urologikusCosto vertebra angle : jejas(-), nyeri tekan(-), nyeri ketok(-), ballottement(-)Suprasimfisis : jejas(-), nyeri tekan(+), buli-buli teraba penuhGenital eksterna : meatal bleeding(+), butterfly hematom (+)Pemeriksaan Rectal Toucher : Tonus sfingterani baik, ampula recti tidak kolaps, mukosa licin, tidak teraba massa, prostat : tidak ada nodul, konsistensi kenyal, permukaan rata. Sarung tangan : feses(-), darah (-), lender(-). Dilakukan pemeriksaan penunjang uretrografi retrograde dan hasilnya didapatkan disrupsi komplit.
SASARAN BELAJAR
LI 1 Memahami dan menjelaskan rupture uretra anterior dan posterior
LO 1.1 Definisi
LO 1.2 Epidemiologi
LO 1.3 Etiologi
LO 1.4 Klasifikasi
LO 1.5 Patofisiologi
LO 1.6 Manifestasi
LO 1.7 Diagnosis dan diagnosis banding
LO 1.8 Tatalaksana
LO 1.9 Prognosis
LO 1.10 Komplikasi
Trauma uretra adalah trauma atau cedera yang mengenai uretra yang terjadi akibat
tenaga / tekanan dari luar atau akibat instrumentasi pada uretra. Trauma uretra ini
merupakan suatu kegawatdaruratan bedah urologi biasanya di sebabkan oleh kecelakaan
lalu lintas atau jatuh dari ketinggian.
LO 1.1 Definisi
LI 1 Memahami dan menjelaskan rupture uretra anterior dan posterior
Pada masyarakat modern, kasus trauma uretra di sebabkan oleh kecelakaan
kendaraan bermotor (68 – 84 %) atau jatuh dari ketinggian (6 – 25 %). Trauma
uretra lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita, dan lebih sering terjadi
pada anak – anak di bandingkan pada dewasa. Ketika ditemukan kasus trauma ini
pada wanita, biasanya berkaitan dengan fraktur pelvis yang signifikan. Tipe trauma
terdiri atas komplit (90 %) dan parsial (10 %). Trauma uretra anterior lebih sering
mengenai segmen bulbar (85 %).
LO 1.2 Epidemiologi
Trauma tumpul atau tembus dapat
menyebabkan trauma uretra anterior paling sering
pada segmen uretra pars bulbosa. Trauma tumpul
pada uretra pars bulbosa biasanya disebabkan oleh
straddle injury atau trauma pada daerah perineum.
Trauma uretra posterior terjadi
ketika ada gesekan yang kuat pada
persimpangan prostatomembranous pada
trauma pelvis.
LO 1.3 Etiologi
Sebagian besar penyebab trauma uretra adalah trauma tumpul berat seperti yang disebabkan oleh
kecelakaan kendaraan bermotor atau karena jatuh, fraktur pelvis, luka tembus di daerah uretra. straddle
injury, trauma iatrogenik ke uretra akibat trauma pemasangan kateter, prosedur transuretral juga sering
dijumpai.
LO 1.4 Klasifikasi1. Rupture uretra anterior
Terletak di distal dari diafragma urogenital. Terbagi atas 3 segmen,yaitu:
Bulbous urethra Pendulous urethra Fossa navicularis
2. Rupture uretra posterior
Terletak di proksimal diafragma urogenital, hampir selalu disertai fraktur tulang pelvis. Ruptur uretra posterior dapat terjadi total atau inkomplit. Pada rupture total, uretra terpisah seluruhnya dan ligamentum puboprostatikum robek sehingga buli-buli dan prostat terlepas ke kranial.
Gambar 1. Anatomi dari urethra laki-laki (Hohenfellner, 2007).
Klasifikasi rupture uretra anterior oleh McAninch dan Armenakas berdasarkan
gambaran radiologi:
Kontusio : Gambaran klinis memberi kesan cedera uretra, tetapi uretrografi retrograde
normal
Incomplete disruption : Uretrografi menunjukkan ekstravasasi, tetapi masih ada
kontinuitas uretra sebagian. Kontras terlihat mengisi uretra proksimal atau vesika
urinaria.
Complete disruption : Uretrografi menunjukkan ekstravasasi dengan tidak ada kontras
mengisi uretra proksimal atau vesika urinaria. Kontinuitas uretra seluruhnya terganggu.
Melalui gambaran uretrogram, Colapinto dan McCollum (1976) membagi derajat
cedera uretra dalam 3 jenis :
I. Uretra posterior masih utuh dan hanya mengalami stretching (perengangan). Foto uretrogram
tidak menunjukkan adanya ekstravasasi, dan uretra hanya tampak memanjang.
II. Uretra posterior terputus pada perbatasan prostate-membranasea, sedangkan diafragma
urogenitalia masih utuh. Foto uretrogram menunjukkan ekstravasai kontras yang masih
terbatas di atas diafragma.
III.Uretra posterior, diafragma urogenitalis, dan uretra pars bulbosa sebelah proksimal ikut
rusak. Foto uretrogram menunjukkan ekstvasasi kontras meluas hingga di bawah diafragma
sampai ke perineum.
LO 1.5 Patofisiologi
Trauma tumpul atau tembus dapat
menyebabkan cedera uretra anterior, pada
segmen uretra pars bulbosa paling sering
(85%), karena fiksasi uretra pars bulbosa
dibawah dari tulang pubis, tidak seperti
uretra pars pendulosa yang mobile. Trauma
tumpul pada uretra pars bulbosa biasanya
disebabkan oleh straddle injury atau trauma
pada daerah perineum. Uretra pars bulbosa
terjepit diantara ramus inferior pubis dan
benda tumpul, menyebabkan memar atau
laserasi pada uretra.
Cedera uretra posterior terjadi sebagai
akibat dari adanya gaya geser pada
prostatomembranosa junction sehingga prostat
terlepas dari fiksasi pada diafragma urogenitalia.
Dengan adanya pergeseran prostat, maka uretra
pars membranasea teregang dengan cepat dan
kuat. Uretra posterior difiksasi pada dua tempat
yaitu fiksasi uretra pars membranasea pada ramus
ischiopubis oleh diafragma urogenitalia dan
uretra pars prostatika ke simphisis oleh
ligamentum puboprostatikum.
LO 1.6 Manifestasi Klinis
Gambar 2. Sleeve hematoma
Gambar 3. Butterfly hematoma
Jika terjadi ruptur uretra beserta korpus
spongiosum, darah dan urin keluar dari uretra tetapi
masih terbatas pada fascia Buck, dan secara klinis
terlihat hematoma yang terbatas pada penis. Namun
jika fascia Buck ikut robek, ekstravasasi urin dan darah
hanya dibatasi oleh fascia Colles sehingga darah dapat
menjalar hingga skrotum atau dinding abdomen. Oleh
karena itu robekan ini memberikan gambaran seperti
kupu-kupu sehingga disebut butterfly hematoma atau
hematoma kupu-kupu.
Pada ruptur uretra posterior karena patah tulang pelvis. Pada daerah suprapubik dan abdomen bagian
bawah, dijumpai jejas hematom, dan nyeri tekan. Bila disertai ruptur kandung kemih, bisa dijumpai tanda
rangsangan peritoneum. Pasien biasanya mengeluh tidak bisa kencing dan sakit pada daerah perut bagian
bawah. Akan tetapi, banyaknya darah pada meatus uretra tidak berhubungan dengan beratnya cedera. Teraba
buli-buli yang cembung (distended), urin tidak bisa keluar dari kandung kemih atau memar pada perineum
atau ekimosis perineal merupakan tanda tambahan yang merujuk pada gangguan uretra. Trias diagnostik dari
gangguan uretra prostatomembranosa adalah fraktur pelvis, darah pada meatus dan urin tidak bisa
keluar dari kandung kemih.
Adanya darah pada ostium uretra eksterna mengindikasikan pentingnya uretrografi untuk menegakkan
diagnosis. High riding prostat merupakan tanda klasik yang biasa ditemukan pada ruptur uretra posterior. Pada
pemeriksaan rektum bisa didapatkan hematoma pada pelvis dengan pengeseran prostat ke superior. Pergeseran
prostat ke superior tidak ditemukan jika ligament puboprostikum tetap utuh. Disrupsi parsial dari uretra
membranasea tidak disertai oleh pergeseran prostat.
Cedera uretra karena pemasangan kateter dapat menyebabkan obstruksi karena edema dan bekuan darah.
Abses periuretral atau sepsis dapat mengakibatkan demam. Ekstravasasi urin dengan atau tanpa darah dapat
meluas jauh tergantung fascia yang rusak. Pada ekstravasasi ini mudah timbul infiltrat urin yang
mengakibatkan selulitis dan septisemia, bila terjadi infeksi.
LO 1.7 Diagnosis dan diagnosis banding
Dari anamnesis kecurigaan ruptur uretra anterior timbul bila ada riwayat cedera kangkang (straddle
injury) atau instrumentasi dan ada darah yang menetes dari uretra. Pada ruptur uretra anterior terdapat
memar atau hematom pada penis dan skrotum. Bila terjadi ruptur uretra total, penderita mengeluh tidak
bisa kencing sejak terjadi trauma dan nyeri perut bagian bawah dan daerah suprapubik.
Pada perabaan mungkin ditemukan kandung kemih yang penuh. Pemeriksaan fisik
menunjukkan adanya darah pada meatus atau kelenjar prostat yang melayang pada pemeriksaan
colok dubur. Ekstravasasi darah di sepanjang jalur fasia perineum merupakan indikasi trauma
pada uretra. Adanya temuan pie in the sky dapat diungkapkan dengan sistografi biasanya
menunjukkan adanya gangguan uretra.
Pemeriksaan radiologi yang dapat digunakan adalah uretrografi , USG, CT Scan dan MRI. Uretrografi
Retrograde yaitu studi pencitraan standar untuk diagnosis cedera uretra. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
menggunakan injeksi kontras pelan-pelan 20-30 ml ke dalam uretra. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat
ekstravasasi, yang dapat diketahui dengan adanya titik-titik dan lokasi dari gambaran air mata (urethral tear)
pada uretra.
Sistokopi dapat menjadi pemeriksaan tambahan dalam evaluasi trauma uretra laki-laki. Pada
penanganan akut, pemeriksaan endoskopi awal dapat ditentukan. Pada penanganan tertunda, kualitas uretra
dapat dievaluasi untuk perbaikan bedah. Ketika sistoskopi dikombinasikan dengan uretrografi retrograd dan
sistografi, panjang striktur dapat diketahui lebih akurat dalam mengambil keputusan untuk operasi.
Gambar 4. Uretrografi retrograde (a, normal. b, extravasasi kontras keluar dari urethra). (Hohenfellner, 2007)
Gambar 5. CT scan menggambarkan ekstravasasi bahan kontras (tanda panah) pada traktus urinarius. Balon kateter tampak pada urethra prostatic.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding gambaran uretrografi pada trauma uretra adalah gambaran
uretrografi pada uretritis dan divertikel. Uretritis merupakan inflamasi pada uretra yang
dapat di sebabkan oleh bakteri atau virus. Patogen yang paling umum ialah Neisseria
gonorrhea, Chlamydia trachomatis, Candida albicans, Herpes simplex, Trichomonas
vaginalis, dan organism fekal seperti Escherichia coli dan Streptococcus fecalis. Uretritis
pada pria lebih simptomatik daripada pada wanita.
LO 1.8 Tatalaksana
Gambar 6. Tatalaksana trauma urethra anterior (Hohenfellner, 2007)
Gambar 7. Tatalaksana trauma urethra posterior (Hohenfellner, 2007)
Jika komplikasinya dapat dihindari, prognosisnya sangat baik. Infeksi
saluran kemih akan teratasi dengan penatalaksaan yang sesuai.
LO 1.9 Prognosis
Striktur, impotensi, dan inkotinensia urin merupakan komplikasi rupture prostatomembranosa paling
berat yang disebabkan trauma pada sistem urinaria. Striktur yang mengikuti perbaikan primer dan
anastomosis terjadi sekitar 50% dari kasus. Jika dilakukan sistotomi suprapubik, dengan pendekatan
“delayed repair” maka insidens striktur dapat dikurangi sampai sekitar 5%. Insidens impotensi setelah
“primary repair”, sekitar 30-80% (rata-rata sekitar 50%). Hal ini dapat dikurangi hingga 30-35% dengan
drainase suprapubik pada rekontruksi uretra tertunda. Jumlah pasien yang mengalami inkotinensia urin <2
% biasanya bersamaan dengan fraktur tulang sakrum yang berat dan cedera nervus S2-4.
LO 1.10 Komplikasi
DAFTAR PUSTAKA
Brandes S. Initial management of anterior and posterior urethral injuries . In : McAninch JW, Resinck MI, editors. Urologic clinics of north america. Philadelpia : Elseivers Sanders; 2006. Hohenfellner, M., & Santucci, R. (2007). Emergencies in urology. Berlin: Springer. McAninch, J. (2013). Smith and Tanagho's general urology editors, Jack W. McAninch, Thomas F. Lue. (18th ed.). New York: McGraw-Hill Professional. Purnomo B. Dasar-dasar urologi. Edisi 3. Jakarta : Sagung Seto; 2003. Rosentein DI, Alsikafi NF . Diagnosis and classification of urethral injuries. In : McAninch JW, Resinck MI, editors. Urologic clinics of north america. Philadelpia : Elseivers Sanders; 2006 . Sjamsuhidajat R, Jong WM. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC; 2005. Tanagho EA, et al. Injuries to the genitourinary tract. In : McAninch, editor. Smith’s general urology. 17thEdition. United States of America : Mc Graw Hill; 2008.
Top Related