PORTOFOLIO
PENGGUNAAN OBAT PADA USIA LANJUT
Diajukan sebagai tugas mata kuliah Farmasi Simulasi
Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Arvalendini Arsirianti
2. Benny Budiman Al-Haq
3. Diana Sari
4. Dwi Apipa
5. Farida Budiarti
6. Gemi Oktami
7. Ika Yuliana
Kelas : III Reguler A
Dosen Pembimbing : Dr. Sonlimar Mangunsong, Apt. , M.Kes
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
JURUSAN FARMASI
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat yang diberikan melalui kulit atau membrane mukosa pada prinsipnya
memberikan efek lokal. Pemberian obat secara topikal dilakukan dengan
mengoleskannya pada suatu daerah kulit, memasang balutan lembab, merendam bagian
tubuh dengan larutan, atau menyediakan air mandi yang dicampur obat.
Selain dikemas dalam bentuk untuk diminum atau diinjeksikan, berbagai jenis
obat dikemas dalam bentuk obat luar seperti lotion, liniment, pasta dan bubuk yang
biasanya dipakai untuk pengobatan ganggaun dermatologis misalnya gatal-gatal, kulit
kering, infeksi dan lain-lain. Obat topikal juga dikemas dalam bentuk obat tetes (instilasi)
yang dipakai untuk tetes mata, telinga, atau hidung serta dalam bentuk untuk irigasi baik
mata, telinga, hidung, vagina maupun rectum. Banyaknya pilihan bentuk sediaan,
memerlukan kecermatan dalam memilih, karena disamping pertimbangan bahan aktif,
bentuk sediaan berpengaruh terhadap keberhasilan terapi. Kecermatan memilih bentuk
sediaan obat topikal yang sesuai dengan kondisi kelainan kulit diperlukan, karena
merupakan salah satu faktor yang berperan dalam keberhasilan terapi topikal di samping
faktor lain seperti: konsentrasi zat aktif obat, efek fisika dan kimia, cara pakai, lama
penggunaan obat agar diperoleh efikasi maksimal dengan efek samping minimal. Suatu
uji coba efektivitas yang membandingkan sediaan losion dan salep untuk kulit kepala
memperlihatkan banyaknya kasus drop out karena ketidaknyamanan terhadap bentuk
sediaan obat. Berbagai laporan mencoba membandingkan efektifitas berbagai bentuk
sediaan topical pada satu macam penyakit; terlihat bahwa sediaan baru memiliki
kelebihan dibandingkan bentuk konvensional.
Obat topikal terdiri dari vehikulum (bahan pembawa) dan zat aktif. Saat ini,
banyaknya sediaan topikal yang tersedia ditujukan untuk mendapat eifikasi maksimal zat
aktif obat dan menyediakan alternatif pilihan bentuk sediaan yang terbaik. Obat topikal
merupakan salah satu bentuk obat yang sering dipakai dalam terapi dermatologi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah penggunaan resep yang terdiri dari betarhin tablet, Urbason, serta
Forderm krim sudah tepat untuk pasien dengan reaksi alergi akibat makanan?
2. Apakah penggunaan bedak salisyl tepat untuk pasien umur 6 bulan (dibawah 1
tahun) pada pengobatan swamedikasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah penggunaan resep yang terdiri dari betarhin tablet,
Urbason, serta Forderm krim sudah tepat untuk pasien dengan reaksi alergi
akibat makanan
2. Untuk mengetahui penggunaan bedak salisyl tepat untuk pasien umur 6 bulan
(dibawah 1 tahun) pada pengobatan swamedikasi
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui resep yang terdiri dari dari betarhin tablet, Urbason, serta
Forderm krim sudah tepat untuk pasien dengan reaksi alergi akibat makanan.
2. Dapat mengetahui penggunaan bedak salisyl tepat untuk pasien umur 6 bulan
(dibawah 1 tahun) pada pengobatan swamedikasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Obat Topikal
Kata topikal berasal dari bahasa Yunani topikos yang artinya berkaitan dengan
daerah permukaan tertentu. Dalam literatur lain disebutkan kata topikal berasal dari kata
topos yang berarti lokasi atau tempat. Secara luas obat topikal didefinisikan sebagai obat
yang dipakai di tempat lesi.
Obat topikal adalah obat yang mengandung dua komponen dasar yaitu zat
pembawa (vehikulum) dan zat aktif. Zat aktif merupakan komponen bahan topikal yang
memiliki efek terapeutik, sedangkan zat pembawa adalah bagian inaktif dari sediaan
topikal dapat berbentuk cair atau padat yang membawa bahan aktif berkontak dengan
kulit. Idealnya zat pembawa mudah dioleskan, mudah dibersihkan, tidak mengiritasi serta
menyenangkan secara kosmetik. Selain itu, bahan aktif harus berada di dalam zat
pembawa dan kemudian mudah dilepaskan.
1. Bahan Pembawa
Secara umum, zat pembawa dibagi atas 3 kelompok, cairan, bedak, dan salep.
Ketiga pembagian tersebut merupakan bentuk dasar zat pembawa yang disebut juga
sebagai bentuk monofase. Kombinasi bentuk monofase ini berupa krim, pasta, bedak
kocok dan pasta pendingin.
a. Cairan
Cairan adalah bahan pembawa dengan komposisi air. Jika bahan pelarutnya murni air
disebut sebagai solusio. Jika bahan pelarutnya alkohol, eter, atau kloroform disebut
tingtura. Cairan digunakan sebagai kompres dan antiseptik. Bahan aktif yang dipakai
dalam kompres biasanya bersifat astringen dan antimikroba.
Indikasi
Penggunaan kompres terutama kompres terbuka dilakukan pada:
a. Dermatitis eksudatif; pada dermatitis akut atau kronik yang mengalami eksaserbasi.
b. Infeksi kulit akut dengan eritema yang mencolok. Efek kompres terbuka ditujukan
untuk vasokontriksi yang berarti mengurangi eritema seperti eritema pada erisipelas. c.
Ulkus yang kotor: ditujukan untuk mengangkat pus atau krusta sehingga ulkus
menjadi bersih.
b. Bedak
Merupakan sediaan topikal berbentuk padat terdiri atas talcum venetum dan oxydum
zincicum dalam komposisi yang sama. Bedak memberikan efek sangat superi sial karena
tidak melekat erat sehingga hampir tidak mempunyai daya penetrasi. Oxydum zincicum
merupakan suatu bubuk halus berwarna putih bersifat hidrofob. Talcum venetum
merupakan suatu magnesium polisilikat murni, sangat ringan. Dua bahan ini dipakai
sebagai komponen bedak, bedak kocok dan pasta.
Indikasi
Bedak dipakai pada daerah yang luas, pada daerah lipatan.
c. Salep
Salep merupakan sediaan semisolid berbahan dasar lemak ditujukan untuk kulit dan
mukosa. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok yaitu:
dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang bisa dicuci
dengan air dan dasar salep yang larut dalam air. Setiap bahan salep menggunakan salah
satu dasar salep tersebut.
Indikasi
Salep dipakai untuk dermatosis yang kering dan tebal (proses kronik), termasuk likenii
kasi, hiperkeratosis. Dermatosis dengan skuama berlapis, pada ulkus yang telah bersih.
d. Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Formulasi krim ada dua,
yaitu sebagai emulsi air dalam minyak (W/O), misalnya cold cream, dan minyak dalam air
(O/W), misalnya vanishing cream.
Indikasi
Krim dipakai pada lesi kering dan superi sial, lesi pada rambut, daerah intertriginosa.
e. Pasta
Pasta ialah campuran salep dan bedak sehingga komponen pasta terdiri dari bahan
untuk salep misalnya vaselin dan bahan bedak seperti talcum, oxydum zincicum. Pasta
merupakan salep padat, kaku yang tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai
lapisan pelindung pada bagian yang diolesi.9,11-15 Efek pasta lebih melekat
dibandingkan salep, mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi lebih rendah dari
salep.
Indikasi
Pasta digunakan untuk lesi akut dan superficial.
f. Bedak kocok
Bedak kocok adalah suatu campuran air yang di dalamnya ditambahkan
komponen bedak dengan bahan perekat seperti gliserin. Bedak kocok ini ditujukan agar
zat aktif dapat diaplikasikan secara luas di atas permukaan kulit dan berkontak lebih lama
dari pada bentuk sediaan bedak serta berpenetrasi kelapisan kulit.
Indikasi
Bedak kocok dipakai pada lesi yang kering, luas dan superi sial seperti miliaria.
g. Pasta pendingin
Pasta pendingin disebut juga linimen merupakan campuran bedak, salep dan
cairan. Sediaan ini telah jarang digunakan karena efeknya seperti krim.
Indikasi
Pasta dipakai pada lesi kulit yang kering.
h. Gel
Gel merupakan sediaan setengah padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat
dari partikel organik dan anorganik. Gel dikelompokkan ke dalam gel fase tunggal dan
fase ganda. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organic yang tersebar dalam suatu
cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul besar yang
terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misalnya
karbomer) atau dari gom alam (seperti tragakan).
Gel segera mencair jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan.
Absorpsi pada kulit lebih baik daripada krim. Gel juga baik dipakai pada lesi di kulit yang
berambut.
i. Jelly
Jelly merupakan dasar sediaan yang larut dalam air, terbuat dari getah alami seperti
tragakan, pektin, alginate, borak gliserin.
j. Losion
Losion merupakan sediaan yang terdiri dari komponen obat tidak dapat larut terdispersi
dalam cairan dengan konsentrasi mencapai 20%. Komponen yang tidak tergabung ini
menyebabkan dalam pemakaian losion dikocok terlebih dahulu. Pemakaian losion
meninggalkan rasa dingin oleh karena evaporasi komponen air.
Beberapa keistimewaan losion, yaitu mudah diaplikasikan, tersebar rata, favorit pada
anak. Contoh losion yang tersedia seperti losion calamin, losion steroid, losion faberi.
k. Foam aerosol
Aerosol merupakan sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif yang
dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. Sediaan ini digunakan untuk
pemakaian lokal pada kulit, hidung, mulut, paru. Komponen dasar aerosol adalah wadah,
propelen, konsentrat zat aktif, katup dan penyemprot.
Foam aerosol merupakan emulsi yang mengandung satu atau lebih zat aktif
menggunakan propelen untuk mengeluarkan sediaan obat dari wadah. Foam aerosol
merupakan sediaan baru obat topikal. Foam dapat berisi zat aktif dalam formulasi emulsi
dan surfaktan serta pelarut. Sediaan foam yang pernah dilaporkan antara lain
ketokonazol foam dan betametasone foam.
l. Cat
Pada dasarnya, cat merupakan bentuk lain solusio yang berisi komponen air dan alkohol.
Penggabungan komponen alkohol dan air menjadikan sediaan ini mampu bertahan lama.
Sediaan baru pernah dilaporkan berupa solusio ciclopirox 8% sebagai cat kuku untuk
terapi onikomikosis.
2. Mekanisme Kerja
Farmakokinetik umum
Farmakokinetik sediaan topikal secara umum menggambarkan perjalanan bahan
aktif dalam konsentrasi tertentu yang diaplikasikan pada kulit dan kemudian diserap ke
lapisan kulit, selanjutnya didistribusikan secara sistemik. Mekanisme ini penting dipahami
untuk membantu memilih sediaan topikal yang akan digunakan dalam terapi.
Perjalanan sediaan topikal setelah diaplikasikan pada kulit tergambar pada Gambar 1.
Gambar 1 Penetrasi melalui tiga kompartemen kulit
Secara umum perjalanan sediaan topikal setelah diaplikasikan melewati tiga
kompartemen yaitu: permukaan kulit, stratum korneum, dan jaringan sehat. Stratum
korneum dapat berperan sebagai reservoir bagi vehikulum tempat sejumlah unsur pada
obat masih berkontak dengan permukaan kulit namun belum berpenetrasi tetapi tidak
dapat dihilangkan dengan cara digosok atau terhapus oleh pakaian.
Unsur vehikulum sediaan topikal dapat mengalami evaporasi, selanjutnya zat aktif
berikatan pada lapisan yang dilewati seperti pada epidermis, dermis. Pada kondisi
tertentu sediaan obat dapat membawa bahan aktif menembus hipodermis. Sementara itu,
zat aktif pada sediaan topikal akan diserap oleh vaskular kulit pada dermis dan
hypodermis.
3. Jalur Penetrasi Sediaan Topikal
Penetrasi sediaan topikal melewati beberapa macam jalur seperti pada Gambar 2.
Gambar 2 Jalur penetrasi sediaan topical
Saat sediaan topical diaplikasikan pada kulit terjadi 3 interaksi:
1. Solute vehicle interaction: interaksi bahan aktif terlarut dalam vehikulum.
Idealnya zat aktif terlarut dalam vehikulum tetap stabil dan mudah dilepaskan.
Interaksi ini telah ada dalam sediaan.
2. Vehicle skin interaction: merupakan interaksi vehikulum dengan kulit. Saat awal
aplikasi fungsi reservoir kulit terhadap vehikulum.
3. Solute Skin interaction: interaksi bahan aktif terlarut dengan kulit (lag phase,
rising phase, falling phase).
a. Penetrasi secara transepidermal
Penetrasi transepidermal dapat secara interseluler dan intraseluler. Penetrasi
interseluler merupakan jalur yang dominan, obat akan menembus stratum korneum
melalui ruang antar sel pada lapisan lipid yang mengelilingi sel korneosit. Difusi dapat
berlangsung pada matriks lipid protein dari stratum korneum. Setelah berhasil menembus
stratum korneum obat akan menembus lapisan epidermis sehat di bawahnya, hingga
akhirnya berdifusi ke pembuluh kapiler.
Penetrasi secara intraseluler terjadi melalui difusi obat menembus dinding stratum
korneum sel korneosit yang mati dan juga melintasi matriks lipid protein startum korneum,
kemudian melewatinya menuju sel yang berada di lapisan bawah sampai pada kapiler di
bawah stratum basal epidermis dan berdifusi ke kapiler.
b. Penetrasi secara transfolikular
Analisis penetrasi secara folikular muncul setelah percobaan in vivo. Percobaan
tersebut memperlihatkan bahwa molekul kecil seperti kafein dapat berpenetrasi tidak
hanya melewati sel-sel korneum, tetapi juga melalui rute folikular. Obat berdifusi melalui
celah folikel rambut dan juga kelenjar sebasea untuk kemudian berdifusi ke kapiler.
4. Absorpsi Sediaan Topikal Secara Umum
Saat suatu sediaan dioleskan ke kulit, absorpsinya akan melalui beberapa fase:
1. Lag phase
Periode ini merupakan saat sediaan dioleskan dan belum melewati stratum korneum,
sehingga pada saat ini belum ditemukan bahan aktif obat dalam pembuluh darah
2. Rising phase
Fase ini dimulai saat sebagian sediaan menembus stratum korneum, kemudian
memasuki kapiler dermis, sehingga dapat ditemukan dalam pembuluh darah.
3. Falling phase
Fase ini merupakan fase pelepasan bahan aktif obat dari permukaan kulit dan dapat
dibawa ke kapiler dermis.
Penyerapan sediaan topikal secara umum dipengaruhi oleh berbagai faktor:
1. Bahan aktif yang dicampurkan dalam pembawa tertentu harus menyatu pada
permukaan kulit dalam konsentrasi yang cukup.
2. Konsentrasi bahan aktif merupakan factor penting, jumlah obat yang diabsorpsi secara
perkutan perunit luas permukaan setiap periode waktu, bertambah sebanding dengan
bertambahnya konsentrasi obat dalam suatu pembawa.
3. Penggunaan bahan obat pada permukaan yang lebih luas akan menambah jumlah
obat yang diabsorpsi.
4. Absorpsi bahan aktif akan meningkat jika pembawa mudah menyebar ke permukaan
kulit.
5. Ada tidaknya pembungkus dan sejenisnyasaat sediaan diaplikasikan.
6. Pada umumnya, menggosokkan sediaan akan meningkatkan jumlah bahan aktif yang
diabsorpsi.
7. Absorpsi perkutan akan lebih besar bila sediaan topikal dipakai pada kulit yang lapisan
tanduknya tipis.
8. Pada umumnya, makin lama sediaan menempel pada kulit, makin banyak
kemungkinan diabsorbsi
Pada kulit utuh, cara utama penetrasi sediaan melalui lapisan epidermis, lebih
baik daripada melalui folikel rambut atau kelenjar keringat, karena luas permukaan folikel
dan kelenjar keringat lebih kecil dibandingkan dengan daerah kulit yang tidak
mengandung elemen anatomi ini. Stratum korneum sebagai jaringan keratin akan berlaku
sebagai membrane semi permeabel, dan molekul obat berpenetrasi dengan cara difusi
pasif.
Cara aplikasi sediaan obat topikal pada umumnya disesuaikan dengan lesi pada
permukaan kulit. Beberapa cara aplikasi sediaan topikal yaitu:
1. Oles
Pengolesan pada lokasi lesi merupakan cara pakai sediaan topikal yang umum
dilakukan. Cara ini dilakukan untuk hampir semua bentuk sediaan. Banyaknya sediaan
yang dioleskan disesuaikan dengan luas kelainan kulit (tabel 2). Penambahan cara oles
sediaan dengan menggosok dan menekan juga dilakukan pada obat topikal dengan
tujuan memperluas daerah aplikasi namun juga meningkatkan suplai darah pada area
lokal, memperbesar absorpsi sistemik. Penggosokan ini mengakibatkan efek eksfoliatif
lokal yang meningkatkan penetrasi obat.
2. Kompres
Cara kompres digunakan untuk sediaan solusio Komponen cairan yang dominan
menjadikan kompres efektif untuk lesi basah dan lesi berkrusta. Dua cara kompres yaitu
kompres terbuka dan tertutup. Pada kompres terbuka diharapkan ada proses penguapan.
Caranya dengan menggunakan kain kasa tidak tebal cukup 3 lapis, tidak perlu steril,
jangan terlampau erat. Pembalut atau kain kasa dicelupkan ke dalam cairan kompres,
sedikit diperas, lalu dibalutkan pada kulit lebih kurang 30 menit. Pada kompres tertutup
tidak diharapkan terjadi penguapan, namun cara ini jarang digunakan karena efeknya
memperberat nyeri pada lokasi kompres.
4. Penggunaan pada Aplikasi Oklusif
Cara oklusi ditujukan untuk meningkatkan penetrasi sediaan; namun cara ini tidak
banyak digunakan. Berbagai teknik oklusi menggunakan balutan hampa udara seperti
penggunaan sarung tangan vinyl, membungkus dengan plastik. Teknik oklusi mampu
meningkatkan hantaran obat 10-100 kali dibandingkan tanpa oklusi, namun lebih cepat
menimbulkan efek samping obat, seperti efek atroi kulit akibat kortikosteroid
5. Mandi
Mandi atau berendam dianggap lebih disukai daripada kompres pada pasien
dengan lesi kulit luas seperti pada penderita lesi vesiko bulosa. Contoh zat aktif yang
pernah digunakan untuk mandi seperti potassium permanganate. Namun cara ini sudah
tidak dianjurkan lagi mengingat efek maserasi yang ditimbulkan.
5. Prinsip Pemilihan Sediaan
1. Pada kulit tidak berambut, secara umum dapat dipakai sediaan salep, krim, emulsi.
Krim dipakai pada lesi kulit yang kering dan superi sial, salep dipakai pada lesi yang tebal
(kronis).
2. Pada daerah berambut, losion dan gel merupakan pilihan yang cocok.
3. Pada lipatan kulit, formulasi bersifat oklusif seperti salep, emulsi W/O dapat
menyebabkan maserasi sehingga harus dihindari.
4. Pada daerah yang mengalami ekskoriasi, formulasi berisi alkohol dan asam salisilat
sering mengiritasi sehingga harus dihindari.
5. Sediaan cairan dipakai untuk kompres pada lesi basah, mengandung pus, berkrusta.
B. Lapisan Kulit Tubuh
Kulit tubuh manusia terdiri dari 3 lapisan yaitu Epidermis, Dermis, dan Subkutan.
Ketiganya bagaikan pakaian berstruktur canggih yang melindungi tubuh kita.
a. Lapisan Epidermis
Lapisan epidermis adalah baju pelindung terluar yang menjaga permukaan tubuh
dari kekeringan akibat penguapan berlebihan, pencemaran, sinar matahari dan kuman
penyakit. Lapisan ini merupakan baju terluar yang langsung bersentuhan dengan dunia
luar. Kulit terdiri dari aneka lapisan yang di dalamnya terdapat ujung saraf penerima
rangsangan, pembuluh darah, sistem ventilasi, pengatur suhu dan kelembaban serta
mampu memberikan perlindungan dari sinar mentari.
b. Lapisan Dermis
Pada lapisan ini dapat dijumpai pembuluh darah, saraf, kelenjar keringat dan
kelenjar minyak (sebasea). Pada setiap 1 cm persegi kulit manusia terdapat jalinan
pembuluh darah dengan panjang keseluruhan sekitar 7 meter.
c. Subkutan
Yakni lapisan jaringan tebal di bawah dermis yang menjaga bentuk dan suhu
tubuh. Pada lapisan subkutan terdapat sel-sel lemak sebagai bantalan pelindung dari
benturan keras, cadangan makanan bagi lapisan kulit di atas dan di sekitarnya.
Kulit juga berfungsi sebagai tempat pembuangan zat-zat sampah hasil
metabolisme (kerja biologis dan kimiawi) dalam tubuh. Zat-zat ini berupa cairan keringat.
Sebagian proses metabolisme tubuh merupakan proses pembakaran yang menghasilkan
tenaga dan panas. Panas yang dihasilkan dapat berbahaya jika kelebihannya tidak
dibuang. Cairan keringat amat membantu menyerap panas ini dan mendinginkan suhu
tubuh. Karenanya, kulit turut berperan mengatur suhu badan. Selain itu, kulit juga mampu
menyerap zat asam (oxygen) dalam kadar rendah melalui pori-pori kulit.
C. Penyakit Kulit
1. Penyakit Kulit Akibat Alergi Makanan
Alergi Makanan adalah gejala-gejala yang terjadi akibat respon kekebalan setelah
memakan makanan tertentu.
Penyebab
Dalam keadaan normal, sistem kekebalan mempertahankan tubuh melawan zat-
zat yang berbahaya seperti bakteri, virus dan racun. Kadang suatu respon kekebalan
dipicu oleh suatu zat (alergen) yang biasanya tidak berbahaya dan terjadi alergi.
Penyebab dari alergi makanan tidak sepenuhnya dimengerti karena alergi makanan bisa
menimbulkan sejumlah gejala yang bervariasi. Reaksi terhadap makanan bisa bersifat
ringan atau fatal, tergantung kepada jenis dan beratnya reaksi. Alergi makanan sering
terjadi. Sistem kekebalan melepaskan antibodi dan zat-zat (termasuk histamin) sebagai
respon terhadap masuknya makanan tertentu. Alergi makanan seringkali menyerupai
keadaan lainnya, seperti intoleransi makanan (terjadi akibat kekurangan enzim yang
diperlukan untuk mencerna makanan tertentu), irritable bowel syndrome, respon terhadap
stres emosi atau stres fisik, pencemaran makanan oleh racun (keracunan makanan) dan
penyakit lainnya. Alergi makanan berbeda dengan penyakit-penyakit tersebut karena
pada alergi makanan dilepaskan antibodi, histamin dan zat-zat lainnya.
Pengobatan
Pengobatannya bervariasi, tergantung kepada jenis dan beratnya gejala. Tujuan
pengobatan adalah mengurangi gejala dan menghindari reaksi alergi di masa yang akan
datang. Gejala yang ringan atau terlokalisir mungkin tidak memerlukan pengobatan
khusus. Gejala akan menghilang beberapa saat kemudian. Antihistamin bias
meringankan berbagai gejala. Untuk gejala yang berat, bisa diberikan kortikosteroid
(misalnya prednison) dan epinefrin (adrenalin).
2. Biang Keringat
Biang keringat adalah suatu ruam kulit yang menyebabkan gatal gatal. Paling
sering terjadi pada anak anak,tetapi bisa menyerang usia berapapun. Bagian tubuh yang
sering membentuk biang keringat adalah badan dan paha.
Penyebab
Penyebab biang keringat adalh subatan pori pori yang berasal dair kelenjar
keringat, pada saat cuaca panas tubuh mengeluarkan keringat tetapi karena danya
penyumbatan maka keringat tertahan didalam kulit, dan menyebabkan benjolan kecil
berwarna merah.
Gejala biang keringat:
Rasa gatal, pedih dan kulit jadi kemerahan, serta munculnya gelembung-
gelembung kecil atau lenting yang berisi air.
Timbul pembengkakan kecil-kecil diikuti gatal-gatal.
Biasanya pada anak-anak terjadi di bagian dada, punggung, lilitan pinggang, ketiak,
leher dan lipatan paha.
D. Penggunaan Antihistamin pada Alergi
a. Cetirizin Dihidroklorida
Cetirizine adalah obat antialergi generasi terbaru dengan bahan aktif Cetirizine
Dihidroklorida terbukti lebih nyaman dan menguntungkan karena menimbulkan efek
mengantuk ringan sehingga tak mengganggu aktivitas pasien. Generasi pertama seperti
golongan CTM dan difenhidramin biasanya menimbulkan rasa kantuk yang hebat serta
memiliki dampak kurang nyaman pada pasien seperti jantung berdebar-debar.
Sedangkan antihistamin generasi kedua seperti cetirizine dan azelastine memiliki efek
kantuk yang rendah pada dosis anjuran, tidak menimbulkan rasa berdebar-debar dan
penggunaannya cukup sekali sehari. Berbeda dengan antihistamin generasi pertama,
antihistamin generasi terbaru umumnya bersifat mengurangi efek sedasi (rasa kantuk)
dan sebagian lagi bersifat anti-inflamasi ringan.
Cetirizine 2HCL mampu menurunkan gejala mayor rinitis alergi seperti hidung
berair, bersin, hidung gatal, mata berair lebih besar secara bermakna dibandingkan
dengan loratadin dan plasebo. Efek cetirizine pada penderita urtikaria idiopatik kronik,
pemberian cetirizine dibandingkan dengan loratadine pemberian selama 14 hari.
Ternyata cetirizine menurunkan gejala urtikaria berupa bentol-bentol kemerahan lebih
besar dibandingkan dengan loratadin. Pengurangan bentol-bentol dengan cetirizine
mencapai 95%, dibandingkan 70% dengan loratadine. Sedangkan kemerahan berkurang
90% pada penerima cetirizine dibandingkan 62 % pada penerima loratadine. Kombinasi
antihistamin oral dan kortikosteroid adalah kombinasi yang cukup ampuh untuk
menghilangkan gatal.
E. Penggunaan Kortikosteroid pada Alergi
Farmakokinetik Kortikosteroid
Kortikosteroid secara umum, mudah diserap dari saluran pencernaan.
Kortikosteroid juga diserap ketika diberikan secara lokal. Setelah penggunaan topikal,
terutama di bawah ganti oklusif atau ketika kulit rusak, atau penggunaan dubur sebagai
enema, kortikosteroid yang cukup diserap untuk memberikan efek sistemik, ini juga
memungkinan dengan rute lokal lainnya seperti inhalasi.
Kortikosteroid cepat didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Dapat melewati
plasenta untuk berbagai tingkat dan dapat didistribusikan dalam jumlah kecil ke dalam
ASI. Kortikosteroid dimetabolisme terutama di hati tapi juga di jaringan lain, dan
diekskresikan dalam urin.
Indikasi untuk penyakit alergi
Indikasi utama adalah untuk reaksi alergi akut berat yang dapat membahayakan
kehidupan, seperti status asmatikus, anafilaksis, dan dermalitis exfoliativa. Selain itu,
juga untuk reaksi alergi berat yang tidak membahayakan kehidupan tetapi sangat
mengganggu, misalnya dermatitis kontak berat, serum sickness, dan asma akut yang
berat. Indikasi lain adalah untuk penyakit alergi kronik berat sambil menunggu hasil
pengobatan konvensional, atau untuk mengatasi keadaan eksaserbasi akut pada pasien
yang memakai kortikosteroid dosis rendah jangka Panjang.
Gunakan kortikosteroid dengan dosis serendah mungkin yang dapat mengontrol
penyakitnya, tujuan untuk meringankan penyakit lebih dapat diterima daripada untuk
menghilangkan gejala. Sedapat mungkin gunakan kortikosteroid yang bekerja dalam
jangka pendek (prednison, prednisolon)
Komplikasi yang mungkin terjadi untuk pemakaian jangka panjang harus diawasi
secara ketat misalnya glaukoma, katarak, gastritis, osteoporosis, dan sebagainya.
Jangan menghentikan pemberian kortikosteroid jangka panjang dan dosis tinggi secara
mendadak karena akan menyebabkan insufiensi kelenjar supraadrenal dan eksaserbasi
penyakit yang sedang diobati.
Efek kortikosteroid yang berbeda bervariasi kualitatif maupun kuantitatif, dan
tidak dimungkinkan untuk menggantikan satu dengan yang lain dalam terapi yang sama
tanpa melihat efek samping.
Sebagai panduan dasar, dosis setara perkiraan kortikosteroid utama dalam hal glucocorti
(atau anti inflamasi) adalah :
• betametason 0,75 mg
• kortison asetat 25 mg
• deksametason 0,75 mg
• hidrokortison 20 mg
• metilprednisolon 4 mg
• prednisolon 5 mg
• prednison 5 mg
• triamsinolon 4 mg
Berdasarkan cara penggunaannya kortikosteroid dapat dibagi dua yaitu
kortikosteroid sistemik dan kortikosteroid topikal. Kortikosteroid topikal adalah obat yang
digunakan di kulit pada tempat tertentu. Jika alergi terjadi pada seluruh bagian tubuh
maka obat yang tepat adalah kortikosteroid oral.
Aplikasi topikal
Beberapa merekomendasikan penggunaan potensi terendah yang akan
mengontrol gangguan, sementara yang lain telah mulai menganjurkan pengobatan
dengan peresepan lebih kuat, kemudian pengobatan dapat dilanjutkan dengan
peresepan kurang kuat dan dengan aplikasi yang lebih jarang. Kortikosteroid topikal yang
paling ampuh umumnya disediakan untuk dermatosis parah. Setelah kulit telah sembuh,
pengobatan harus menurun. Perhatian khusus diperlukan dalam penggunaan
kortikosteroid topikal pada anak-anak, dan terutama ditunjukkan dalam penggunaan pada
bayi di bawah usia 1 tahun.
Ada beberapa cara pemakaian dari kortikosteroid topikal, yakni :
Pemakaian kortikosteroid topikal poten tidak dibenarkan pada bayi dan anak.
Pemakaian kortikosteroid poten orang dewasa hanya 40 gram per minggu,sebaiknya
jangan lebih lama dari 2 minggu. Bila lesi sudah membaik, pilihlah salah satu dari
golongan sedang dan bila perlu diteruskan dengan hidrokortison asetat 1%.
Apabila diagnosis suatu dermatosis tidak jelas, jangan pakai kortikosteroid poten
karena hal ini dapat mengaburkan ruam khas suatu dermatosis.
Penggunaan untuk jumlah dan jadwal aplikasi yang sama pada orang dewasa ( 70
kg laki-laki) untuk bagian-bagian individu dari tubuh adalah :
• wajah dan leher 10 g
• satu tangan 15 g
• satu kaki 30 g
• tangan dan kaki 10 g
Berdasarkan kekuatan potensinya klobetasol propionate 0,05% memiliki potensi yang
sangat besar pada penggunaan kortikosteroid topikal.
F. Penggunaan Obat Topikal Pada Anak
1. Acid Salicyl
Topikal asam salisilat digunakan untuk mengobati banyak gangguan kulit,
seperti jerawat, ketombe, psoriasis, dermatitis seboroik pada kulit dan kulit kepala,
kapalan, kutil umum, dan kutil plantar, tergantung pada bentuk sediaan dan kekuatan
peresepan.
Pada anak-anak terjadi peningkatan risiko efek yang tidak diinginkan karena
peningkatan penyerapan asam salisilat melalui kulit. Karena kulit anak-anak lebih tipis
sehingga akan lebih mudah untuk mendapatkan iritasi kulit dari asam salisilat.
Penggunaan topikal asam salisilat dalam berbagai bentuk pada anak-anak kurang dari 2
tahun tidak dianjurkan.
Penggunaan yang tepat dari asam salisilat
Jangan digunakan lebih dari yang seharusnya, jangan menggunakannya lebih sering,
dan tidak menggunakannya untuk waktu yang lebih lama dari yang
direkomendasikan pada label, kecuali dinyatakan diarahkan oleh dokter.
Asam salisilat hanya digunakan pada kulit. Jangan digunakan pada mata, hidung,
atau mulut. Bilas dengan air selama 15 menit segera jika terkena pada daerah-
daerah tersebut ..
Jangan gunakan asam salisilat pada kulit yang teriritasi atau pada daerah yang
terinfeksi atau memerah .
Jangan menggunakan asam salisilat pada penderita diabetes atau jika memiliki
sirkulasi darah yang buruk.
Jangan gunakan asam salisilat pada kutil dengan rambut yang tumbuh atau kutil di
wajah, di dalam atau pada organ kelamin, juga jangan gunakan pada tahi lalat atau
tanda lahir.
Telah dilaporkan setelah penggunaan yang berlebihan, terjadi kematian terutama
pada anak-anak. Untuk meminimalkan penyerapan setelah aplikasi topikal asam salisilat
tidak boleh digunakan untuk waktu yang lama, dalam konsentrasi tinggi, pada daerah
yang luas dari tubuh, atau meradang atau kulit rusak. Kontak dengan mulut, mata , dan
membran mukosa lainnya harus dihindari.(Martindale, hal 1612). Periksa segera ke
dokter jika mengalami mual, muntah, pusing, kehilangan pendengaran, tinnitus, lesu
hiperpnea, diare, dan gangguan psikis.
BAB III
TINJAUAN RESEP
A. Kasus I
Seorang bapak bernama Santoso berumur 48 tahun menebus resep ke apotek. Kondisi
pasien pada saat itu gatal-gatal pada seluruh tubuh dan jika digaruk memerah dan
menebal. Pasien mengalami alergi terhadap makanan kaleng.
1. Resep 1
Dr. Intan Nuraini, SpKK SIP No. 508/IPD/0057/KPPT/2013
Jl. Bambang Utoyo No. 179 Palembang. Telp. (0711) 356171
Palembang, 13 Oktober 2014 R/ Betarhin tab I Urbason 8 mg m.f.p dtd No.XII S 2 d d cap I
R/ Forderm Krim tube I S 2 d d ue
Pro: Tuan Santoso (48 th)
2. Salinan Resep
Apotek Simulasi Farma Jurusan Farmasi Poltekkes Palembang
Jl. Ismail Marzuki No. 5341/171 Palembang. Telp (0711) 352671
Apoteker : Mona Rahmi Rulianti, M. Farm, Apt
:
Salinan Resep
Resep dari Dokter : Dr. Intan Nuraini, SpKK Tertulis tanggal : 13 - 11 -2014 Untuk : Tn. Santoso R/ Betarhin tab I Urbason 8 mg m.f.p dtd No.XII S 2 d d cap I
det R/ Forderm Krim tube I S 2 d d ue
det
Palembang, 13 November 2014
P.C.C
Apoteker
Mona Rahmi Rulianti, M.Farm.Apt
Cap
Apotek
3. Perhitungan Bahan
a. Resep 1
Racikan
1. Betarhin (diambil cetirizine tab) = 1 x 12 = 12 tab
2. Urbason (diambil metilprednisolon tab 4 mg) = 2 x 12 = 24 tab
Aturan pakai : Dua kali sehari satu kapsul
3. Forderm Krim (diambil kloderm) = 1 tube
Aturan pakai : Dua kali sehari untuk pemakaian luar
Penyiapan resep
a. Siapkan alat untuk menggerus tablet (mortir dan stamper)
b. Gerus tablet cetirizin didalam mortir dengan stamper sampai homogeny
c. Tambahkan tablet metilprednisolon, gerus sampai homogeny
d. Masukkan ke dalam kapsul no.4
e. Masukkan ke dalam pot, kemudian beri etiket
b. Resep 2
Swamedikasi
1. Bedak salicyl 2 % = 1 botol
4. Perhitungan Harga
1. Cetirizin tablet = 12 x Rp.300 = Rp.3600 + Rp.1500 + Rp.1000 = Rp.6.100
2. Metilprednisolon tab 4 mg = 24 x Rp.476 = Rp.11424 + Rp.1500 + Rp.1000
= Rp.13.924
3. Kloderma krim = 1 x Rp.30.000 = Rp.30.000 + Rp. 1500 + Rp.1000 = Rp. 32.500
4. Bedak Switzal baby powder extra care with zinc = Rp.9.500
5. Etiket
6. Monografi Bahan
a. Betarhin (Cetirizin dihidroklorida) ISO Vol.47 hal.67
Komposisi
Cetirizin dihidroklorida 10 mg
Indikasi
Urtikaria kronik, idiopatik, mengatasi bersin, gatal dan rinorae pada rhinitis alergi
(seasonal dan parenial rhinitis)
Apotek Simulasi Farma SIP No. 512/IPD/0037/KPPT/2012
Jl. Ismail Marzuki No. 5341/171 Palembang. Telp (0711) 352671
Apoteker: Mona Rahmi Rulianti, M. Farm, Apt
Palembang, 13 November 2014
Nomor : 01
Kapsul Racikan
Dua kali sehari satu kapsul
Pro : Tn. Santoso
Apotek Simulasi Farma SIP No. 512/IPD/0037/KPPT/2012
Jl. Ismail Marzuki No. 5341/171 Palembang. Telp (0711) 352671
Apoteker: Mona Rahmi Rulianti, M. Farm, Apt
Palembang, 13 November 2014
Nomor : 01
Kloderma krim
Dua kali sehari untuk pemakaian luar
Pro : Tn. Santoso
Kontra indikasi
Hipersensitif dan hiperaktivitas cetirizin atau hidroksizin,ibu menyusui.
Efek Samping
Sedasi merupakan efek samping yang diaporkan terjadi pada keracunan intensional.
Dosis
Dewasa dan anak > 12 tahun: satu kali sehari satu tablet 10 mg, Sekarang ini data klinis
yang ada belum cukup untuk mendukung penggunaan Cetirizine 2HCl pada anak-anak
dibawah 12 tahun. Sampai sekarang tidak ada data yang menganjurkan pengurangan
dosis pada pasien usia lanjut. Pada pasien dengan gangguan ginjal, dosis harus
dikurangi menjadi ½ tablet sehari.
Peringatan dan Perhatian
Hindari aktivitas seperti menjalankan mesin atau mengemudikan kendaraan selama
menggunakan Cetirizine 2HCl.
Hindari penggunaan Cetirizine 2HCl bersamaan dengan minuman beralkohol atau
obat-obat penekan susunan saraf pusat (CNS depresan) karena dapat memperberat
penurunan kewaspadaan dan gangguan kinerja susunan saraf pusat.
Penggunaan pada wanita hamil hanyalah bila terdapat indikasi yang jelas.
Interaksi obat
interaksi dengan obat-obat lain belum diketahui
Pada percobaan memperlihatkan potensiasi cetrizine terhadap alkohol (level alkohol
0,8%) oleh karena itu sebaiknya jangan diberikan bersamaan.
Kemasan
Dus 2 x 10 tab
Pabrik
Mahakam Beta Farma
Farmakokinetik
Cetirizine dengan cepat diserap dari saluran gastrointestinal setelah dosis oral ,
konsentrasi puncak plasma yang dicapai dalam waktu sekitar satu jam. Makanan dapat
menunda waktu untuk puncak konsentrasi plasma tetapi tidak mengurangi jumlah obat
yang diabsorpsi . Cetirizine sangat terikat protein plasma dan memiliki eliminasi paruh
sekitar 10 jam . Ini telah terdeteksi dalam ASI . cetirizine diekskresikan terutama di urin
terutama sebagai berubah obat . Ini tidak muncul untuk menyeberangi bloodbrain yang
penghalang sampai batas yang signifikan.(Martindale hal.570)
b. Urbason (metilprednisolon) ISO Vol.47 hal.290
Komposisi
Metilprednisolon 4 mg
Indikasi
Penyakit reumatik dan arthritis, asma bronkial, alergi dan penyakit inflamasi,
agranulositosis, trombositopenia, anemia hemolitik yang diperoleh,limpogranuloma,colitis
ulseratif, penyakit kulit dari kelompok pemfigus, lupus,dermatomiositis, sindrom neufritik,
penyakit Addison. Penekanan respon imun setelah transplantasi, sebagai adjuvant pada
pengobatan dengan zat sitostatik atau radioterapi, untuk substitusi insufiensi
adrenokortikal primer dan setelah adrenalektomi.
Konta Indikasi
Tukak lambung atau duodenum, osteoporosis, riwayat gangguan kejiwaan,
glaucoma sudut sempit atau terbuka, keratitis herpes, penyakit virus tertentu, atau
tuberculosis laten atau manifest, limfadenopati diikuti dengan vaksinasi BCG, infeksi
amuba, mikosis sistemik, poliomyelitis, vaksinasi yang tertunda atau baru.
Perhatian
Anak-anak, colitis ulseratif berat dengan resiko perforasi, abses atau
peradanngan purulen,diverticulitis atau anastomoses usus terakhir, myasthenia gravis,
diabetes mellitus, hipertensi berat dan/atau gagal jantung, pasien hipotiroid atau pasien
dengan sirosis hati, kehamilan dan menyusui.
Efek Samping
Kelemahan otot,edema, hiperglikemia, penyembuhan luka tertunda, amenorea,
hirsutisme, impotensi, gangguan pertumbuhan, katarak, peningkatan tekanan intraocular,
gangguan emosional, pancreatitis.
Dosis
Dewasa awal: 4-80 mg per hari
Pemeliharaan: 4-8 mg per hari
Untuk waktu yang singkat: 16 mg per hari
Anak-anak awal: 0,8-1,1 mg per kg berat badan
Pemeliharaan: 2-4 mg per hari
Untuk penggunaan dalam waktu yang singkat: 8 mg per hari
Interaksi obat
Pemberian methylprednisolone bersama siklosporin meningkatkan efek
penghambatan metabolisme dan terjadinya konvulsi pernah dilaporkan.
Obat-obat yang menginduksi enzim hepatik seperti phenobarbital, phenytoin,
rifampicin, rifabutin, Karbamazepin, Pirimidon, dan aminogluthetimid dapat
meningkatkan klirens methylprednisolone sehingga untuk mendapatkan respon obat
yang diharapkan diperlukan peningkatan dosis.
Trolendomycin dan ketokonazole menghambat metabolisme methylprednisolone,
sekaligus menghambat klirensnya, akan tetapi pengukuran terhadap dosis harus
dilakukan untuk menghindari toksisitas steroid.
Methylprednisolone dapat meningkatkan klirens kronik aspirin dosis tinggi, sehingga
menurunkan kadar serum salisat.
Pemberian aspirin bersama kortikosteroid harus diawasi pada pasien hipoprothrombin.
Efek methylprednisolone terhadap antikoagulan bervariasi, umumya dapat
menurunkan efek dari antikoagulan.
Pernah dilaporkan steroid berinteraksi dengan bloking agen neuromuskular seperti
pankuronium dengan reversi parsial dari blok neuromuskular.
Steroid dapat mengurangi efek antikolinesterase pada myasthenia gravis. Efek yang
diharapkan dari senyawa hipoglikemik (termasuk insulin), anti hipertensi dan diuretik
antagonis dengan kortikosteroid dan efek hipokalemia dari acetazolamide, loop
diuretic, thiazide diuretic dan carbenoxolone menjadi meningkat.
Kemasan
Tablet 4 mg 10 x 10
Pabrik
Aventis
Farmakokinetik
Methylprednisolone cukup cepat didistribusikan setelah dosis oral, dengan
paruh plasma dari 3,5 jam atau lebih. Jaringan paruh dilaporkan berkisar 18-36 jam.
Methylprednisolone acetate diserap dari sendi lebih dari seminggu tetapi lebih lambat
diserap berikut injeksi intramuskular dalam. Natrium suksinat ester cepat diserap setelah
dosis intramuskular, dengan
konsentrasi plasma puncak yang diperoleh dalam 2 jam. Methylprednisolone dapat
melintasi plasenta.(Martindale, hal.1538)
c. Forderm Krim (Klobetasol propionate) ISO Vol.47 hal.363
Komposisi
Klobetasol Propionat 0,05 %
Indikasi
Terapi jangka pendek antiinflamasi, dan pruritus pada kortikosteroid-respon
demartose tingkat sedang-berat seperti psoriasis, eksim,liken planus, discoid lupus
erhytematosus,
Kontra Indikasi
Rosasea, dermatitis perioral, akne, hipersensitif terhadap klobetasol propionate,
atau kortikosteroid lain, dermatosis pada anak < 1 tahun, herpes simplek, cacar air.
Perhatian
Dengan dosis 2 g/hari selama satu minggu dapat menekan aksis hipotalamus-
ptuitari-adrenal pada penderita eksim, obat luar, hindari kontak dengan mata, hamil,
menyusui, anak < 12 tahun.
Efek Samping
Rasa terbakar dan perih, gatal, atrofi kulit, dan kulit pecah-pecah dan sindroma
chusing, hiperglikemia, dan glukosuria.
Dosis
Gunakan dua kali sehari, pagi dan malam. Maksimal 50 g/minggu. Lama terapi
maksimal dua minggu berturut-turut.
Kemasan
Krim 0,05% x 10 g.
Pabrik
Ferron
Farmakologi:
FORDERM® krim mengandung bahan aktif Clobetasol propionate, yang
merupakan golongan kortikosteroid sintetik, untuk penggunaan topikal pada kasus-kasus
dermatologi. Clobetasol merupakan analog dari prednisolon yang memiliki tingkat
aktivitas glukokortikoid yang tinggi dan tingkat aktivitas mineralokortikoid yang rendah.
Penggunaan utama obat golongan ini adalah sebagai antiinflamasi dan imunosupresan,
Clobetasol propionate mempunyai efek antiinflamasi, antipruritus dan vasokonstriksi.
Farmakokinetik:
Absorpsi kortikosteroid topikal melalui kulit termasuk Clobetasol propionate,
ditentukan oleh banyak faktor, seperti: bahan pembawa, keutuhan kulit dan penggunaan
perban/ pembalut/plester. Clobetasol propionate dapat diabsorpsi dari kulit normal yang
masih utuh, inflamasi dan atau penyakit lain pada kulit dapat meningkatkan absorpsi
perkutan, Penggunaan perban/ pembalut/ plester dapat meningkatkan absorpsi
kortikosteroid topikal secara bermakna.
Setelah kortikosteroid topikal diabsorpsi melalui kulit, maka farmakokinetiknya
serupa dengan pemberian kortikosteroid secara sistemik. Kortikosteroid akan terikat pada
protein plasma dalam berbagai tingkatan, dimetabolisme terutama di dalam hati dan
kemudian diekskresikan melalui ginjal. Beberapa kortikosteroid, termasuk Clobetasol
propionate dan metabolitnya juga diekskresi melalui empedu.( Martindale hal. 1546)
B. Kasus II
Seorang ibu bernama ingin membeli bedak salisyl untuk anaknya yang berumur 6 bulan.
1. Resep 2
Swamedikasi
Bedak salicyl 2 %
2. Monografi Bahan
a. Acid salicyl Martindale hal.1612
Sinonim
Asam salisilat, acidum salicylicum
Indikasi
Bedak tabur untuk gatal-gatal pada kulit karena biang keringat atau gangguan kulit lain
yang bukan infeksi.
Peringatan dan Perhatian:
- Jangan digunakan pada anak-anak di bawah usia 2 tahun
- Jangan digunakan secara luas pada tubuh
- Jangan digunakan untuk waktu yang lama
Efek samping dan Kewaspadaan
Asam salisilat adalah iritan ringan dan penerapan asam salisilat pada kulit dapat
menyebabkan dermatitis .Olahan mengandung konsentrasi tinggi asam salisilat dapat
menyebabkan ulserasi kulit atau erosi. Asam salisilat harus digunakan dengan hati-hati
pada pasien ekstremitas.
Efek samping yang sering terjadi adalah kulit kering hingga iritasi. Namun efek
samping tersebut biasanya muncul pada pemakaian jangka panjang (setiap hari). Apabila
pemakaian hanya pada saat ada indikasi dan setelah sembuh pemakaian bedak
dihentikan, jarang sampai menimbulkan efek samping. Namun apabila pada saat
pemakaian terjadi kulit kering atau iritasi, segera hentikan pemakaian bedak.
Penggunaan Asam salisilat
Asam salisilat memiliki sifat keratolitik dan diterapkan topikal dalam pengobatan
hiperkeratosis dan scaling kondisi kulit seperti ketombe dan dermatitis seboroik,
ichthyosis , psoriasis, dan jerawat. Peresepan biasanya mengandung antara 2 dan 6 %
asam salisilat, tetapi jangkauan konsentrasi yang lebih luas telah digunakan . Olahan
mengandung hingga 60 % asam salisilat telah digunakan sebagai kaustik untuk
menghilangkan kutil plantar dan kapalan. Asam salisilat juga memiliki sifat fungisida dan
digunakan secara topikal dalam pengobatan kulit dermatofit infeksi.(Martindale, hal.1612)
Cara Pemakaian:
Bedak ini ditaburkan dan digosokkan rata pada bagian kulit yang gatal.
C. Monografi Bahan Pengganti
Zwitsal Baby Powder Extra Care with Zinc
Mengandung 5 bahan perlindungan untuk kulit ( Zinc Oxide, Allantoin, Canola Oil,
Sulphur dan Lactic Acid) untuk memberikan perlindungan optimal terhadap kemerahan
akibat iritasi ringan dan biang keringat, serta mengurangi rasa gatal.
1. Zinc Oxide
Sinonim : Seng Oksida
Karakteristik ZnO adalah sebagai berikut :
Tidak larut dalam air dan alkohol, namun larut dan terurai pada
kebanyakan jenis asam.
Melebur menjadi oksigen dan uap zinc pada suhu 1975 ⁰C (3587 F)
Seng oksida adalah zat adstringen ringan dan digunakan secara topikal sebagai
pelembut dan aplikasi pelindung dalam eksim dan sedikit excoriations, diluka, dan untuk
wasir. Hal ini juga digunakan dengan ichthammol dalam pengobatan eksim. Seng oksida
mencerminkan radiasi ultraviolet dan digunakan sebagai tabir surya.(Martindale, hal 1621)
Cara penggunaan zinc oxide
Gunakan persis seperti yang diarahkan pada label, atau seperti yang ditentukan
oleh dokter. Jangan gunakan dalam jumlah yang lebih besar atau lebih kecil atau
lebih lama dari yang direkomendasikan
Terapkan secara cukup untuk menutupi seluruh area yang diperlakukan. Seng
oksida sering meninggalkan residu putih tipis yang tidak dapat sepenuhnya
digosok.
Untuk mengobati kulit pecah-pecah, luka bakar ringan, atau iritasi kulit lainnya,
gunakan obat sesering yang diperlukan. Oleskan tipis-tipis pada daerah yang
terkena dan gosok dengan lembut.
Untuk mengobati ruam popok, gunakan obat ini setiap kali popok diganti. Hal ini
terutama penting untuk menerapkan pada waktu tidur atau setiap kali akan ada
jangka waktu yang panjang antara perubahan popok .
Bila menggunakan bentuk bubuk seng oksida, tuangkan bubuk perlahan-lahan
untuk menghindari bubuk ke udara. Jangan biarkan bayi untuk memainkan botol
bubuk selama penggunaan. Selalu tutup setelah menggunakan bedak .
Efek samping zinc oxide
Dapatkan bantuan medis darurat jika memiliki tanda-tanda reaksi alergi, gatal-gatal,
kesulitan bernapas, pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan.
2. Allantoin
Sinonim : Sinonim : Alcoxa, Aldioksa
Bahan aktif untuk obat-obatan. Sebagai agen keratolitik berguna dalam
berbagai gangguan kulit. Hal ini hadir dalam peresepan multi bahan ditujukan untuk
berbagai gangguan kulit dan juga digunakan untuk sifat zat dalam peresepan untuk
pengobatan wasir dan gangguan anorektal lainnya.(Martindale, hal 1588)
Allantoin digunakan sebagai pelembab untuk mengobati atau mencegah kering,
kasar, bersisik, kulit gatal dan iritasi kulit ringan (misalnya, ruam popok, kulit terbakar dari
terapi radiasi). Emolien adalah zat yang melembutkan dan melembabkan kulit dan
penurunan gatal dan mengelupas. Beberapa produk (misalnya, seng oksida, petrolatum
putih) digunakan terutama untuk melindungi kulit terhadap iritasi.
Cara penggunaan allantoin
Gunakan produk ini seperti yang diarahkan. Beberapa produk memerlukan priming
sebelum digunakan. Ikuti semua petunjuk pada kemasan produk.
Terapkan untuk daerah kulit yang terkena sesuai kebutuhan atau sesuai petunjuk
pada label atau oleh dokter..
Jika menggunakan produk ini untuk membantu mengobati ruam popok, bersihkan
area popok dengan baik sebelum digunakan dan memungkinkan daerah kering
sebelum menerapkan produk.
Ikuti semua petunjuk pada label untuk penggunaan yang tepat. Aplikasikan pada
kulit saja. Hindari area sensitif seperti mata, di dalam mulut/hidung, dan vagina
daerah/selangkangan.
3. Canola oil
Sinonim : Minyak kanola
Minyak canola adalah bentuk minyak rapeseed dari strain yang dipilih karena
kandungan asam erusat rendah. Hal ini digunakan sebagai minyak goreng dan farmasi
manufaktur dan kosmetik .(Martindale, hal.2276)
Minyak Canola, seperti halnya kebanyakan minyak nabati lain, juga kaya akan
vitamin E, yang merupakan vitamin yang sangat penting bagi tubuh. Vitamin E
merupakan antioksidan yang sangat efektif, dan mampu melindungi kulit dari kerusakan
akibat radikal bebas. Dengan demikian bisa menjaga kulit tetap lentur dan halus,
meningkatkan kecepatan penyembuhan luka, mengurangi munculnya noda dan bekas
jerawat, dan memperlambat munculnya keriput. Radikal bebas yang bisa dinetralkan oleh
vitamin E adalah beberapa senyawa yang paling berbahaya dalam tubuh yang
mempengaruhi penampilan kulit.
4. Sulphur
Sinonim : Sulfur praecipitat
Efek samping dan Kewaspadaan
Aplikasi topikal sulfur dapat menyebabkan iritasi kulit dan dermatitis telah
dilaporkan setelah aplikasi berulang. Kontak dengan mata, mulut, dan membran mukosa
lainnya harus dihindari. Kontak dengan sulfur dapat mengubah warna logam tertentu :
seperti perak, dengan aplikasi sulfur dan merkuri senyawa topical dapat menyebabkan
pembentukan hidrogen sulfida yang bau dan noda hitam pada kulit.
Penggunaan dan Administrasi
Sulfur adalah keratolitik, antiseptik ringan, anti jamur ringan, dan parasitisida.
Sulfur koloid memiliki ukuran partikel yang lebih kecil daripada diendapkan atau belerang
sublimasi. Ini adalah sulfur dalam media berair yang mengandung koloid seperti albumin
atau gelatin. Sulfur telah banyak digunakan dalam lotion, krim, atau salep, biasanya
dikombinasikan dengan obat lain, dalam konsentrasi hingga 10 % dalam pengobatan
jerawat, ketombe, kondisi seboroik, kudis, dan infeksi jamur superfisial, meskipun ada
lebih nyaman dan efektif persiapan. Lotion sulfur yang diendapkan dengan Pb asetat
telah digunakan untuk warna rambut abu-abu.Sulfur juga sebelumnya digunakan sebagai
pencahar iritasi ringan. Sulfur digunakan dalam pengobatan homeopati.(Martindale, hal
1614)
5. Lactic Acid
Sinonim : Asam Laktat
Penggunaan dan Administrasi
Asam laktat memiliki tindakan serupa dengan asam asetat dan telah digunakan
sama dalam pengobatan kulit infektif dan gangguan vagina. Telah digunakan dalam
penyusunan laktat suntikan dan infus untuk menyediakan sumber bikarbonat untuk
pengobatan asidosis metabolik. Hal ini juga diaplikasikan pada pengobatan kutil, sering
dengan asam salisilat, dan di krim emolien. Kegunaan lain termasuk pengobatan parah
stomatitis aftosa pada sakit parah, pasien immunocompromised. Asam laktat juga telah
digunakan sebagai pengawet makanan dan sebagai bahan kosmetik.(Martindale,
hal.2329)
Asam laktat, asam salisilat, dan urea adalah keratolitik. Mereka meningkatkan
kelembaban di kulit dengan melembutkan / melarutkan zat tanduk ( keratin ) memegang
lapisan atas sel-sel kulit bersama-sama.
Cara penggunaan asam laktat
Gunakan produk ini seperti yang diarahkan. Ikuti semua petunjuk pada kemasan
produk dan label resep.
Terapkan untuk daerah kulit yang terkena, biasanya 1-3 kali sehari atau seperti
yang diarahkan oleh dokter. Gosok perlahan sampai terserap. Seberapa sering
menerapkan obat akan tergantung pada produk dan kondisi kulit.
Aplikasikan pada kulit / kuku saja. Hindari area sensitif seperti mata, bibir, di dalam
mulut / hidung, dan vagina / daerah selangkangan.
Switzal baby powder extra care with zinc diformulasikan untuk bayi dan balita
dengan umur 0 bulan sampai 5 tahun. Switzal Baby Powder Extra Care With Zinc
Sebagai perlindungan optimal untuk kulit bayi. Mencegah dan mengatasi iritasi dan biang
keringat dengan keharuman tahan lama untuk dipakai sehari-hari. Produk switzal
diformulasikan dengan menggunakan teknik Hypo-Allergenic. Hypo-Allergenic berarti
"meminimalisasi munculnya alergi". Adanya istilah Hypo-Allergenic pada produk
perawatan bayi berarti produk itu menggunakan seminimal mungkin bahan baku yang
bisa menimbulkan reaksi alergi.
Penggunaan produk Hypo-Allergenic tidak berarti 100% bebas dari resiko alergi,
namun reaksi yang terjadi akibat beberapa bahan baku pada kulit bayi yang sangat
sensitif dapat dibatasi hingga level minimum. Untuk perawatan kulit bayi sehari-hari,
dianjurkan untuk menggunakan produk yang sudah teruji hypo-allergenic. Karena kulit
bayi baru lahir masih sensitif sehingga memerlukan perhatian dan penggunaan produk
yang sesuai kebutuhan. Untuk menjamin kelembutannya, semua produk Zwitsal telah
teruji Hypo-Allergenic, sehingga aman dipakai untuk kulit bayi sejak lahir.(Switzal.co.id)
BAB IV
SKENARIO
A. Skenario Pelayanan Resep
1. Resep I
Prolog
Pak Santoso : Selamat pagi mbak..
AA : Pagi juga pak, ada yang bisa saya bantu?
Pak Santoso : Gini mbak, saya mau nebus resep dari dokter.
AA : Oh ya, bisa saya lihat dulu resepnya?
Pak Santoso : Ini resepnya mbak..
AA : Tunggu sebentar ya pak, ini mau di cek dulu obatnya ada atau tidak.
Pak Santoso : Oh ya mbak, sekalian harganya ya.
AA : Baik Pak. Ini resep Forderm gak ada pak, adanya kloderma, isinya sama
pak, beda nama dagang aja.
Pak Santoso : Boleh ya diganti-ganti ? yaudah kalo sama aja
AA : Ini, tolong minta izin sama Buk Mona diganti kloderma.
AA : Ini buk ada resep masuk, sediaan nya forderm krim, kita tidak ada, saya
mau izin telpon dokternya kalo boleh diganti kloderma krim.
Apoteker : oh yaudah silahkan.
AA : Ini pak harga resepnya semuanya RP. 52.500,-
Pak Santoso : Kalo gitu saya tebus setengah aja mbak, boleh kan ?
AA : Boleh sih pak. Tapi yang bisa diparoh itu yang racikan kapsul, kalo yang
krim kita tidak bisa buat jadi setengah.
Pak Santoso : Loh trus kenapa ?
AA : Karena yang krim itu kan kemasan nya satu tube pak, Kalo sudah dbuka
nanti separohnya bisa rusak pak karena kemasan nya sudah tidak sesuai dengan aslinya.
Pak Santoso : Yaudah jadi berapa harganya kalo diparoh ?
AA : kalo separoh harganya Rp. 42.500,- gak jauh beda kok pak.
Pak Santoso : Oh yasudah lah mbak, tebus semua aja.
AA : Maaf pak, berhubung ini resep nya racikan jadi harus dibayar dulu.
Pak Santoso : Wah kayak gak percaya aja pake bayar-bayar dulu.
AA : Maaf pak, ini sudah prosedur dari apotek kami.
Pak santoso : Oh..Begitu ya mbak. Ini uangnya Rp. 52.000 kurang Rp.500 ini. Gimana?
AA : Ya sudah pak, nggak apa-apa. Silahkan tunggu ya pak sambil duduk,
obatnya mau diracik dulu.
Pak Santoso : Iya mbak.
Beberapa saat kemudian...
AA : Bapak Santoso
Pak Santoso : Iya mbak.
AA : Ini bapak resepnya sudah selesai. Saya jelaskan aturan pakainya ya pak,
ini kan obatnya racikan dimasukkan ke dalam kapsul diminum nya dua kali sehari satu
kapsul, yang salepnya dioleskan dua kali sehari.
Pak Santoso : Ini salep biar gak gatal ya ? saya ini gatal semua di seluruh badan, apa
harus saya oles semua ke badan-badan saya ? Gak kurang ini ?
AA : Maaf pak, kalo kata dokternya gimana pak ?
Pak Santoso : Tadi dokter bilang saya alergi, kurang lebih yang disampaikan mbak tadi
lah.
AA : Kalo saya boleh tau bapak gatal-gatal nya karena apa ?
Pak Santoso : Gini mbak, saya ini dua hari ini kan nginep di rumah anak saya. Waktu
makan malam saya gak sadar, ternyata dia masak kayak daging-daging gitu ternyata
pakai kornet. Saya ini alergi sama makanan kalengan mbak.
AA : Gatal nya seperti apa ya pak ?
Pak Santoso : Ini mbak, semua badan saya itu terasa gatal, terus kalau digaruk itu
kulitnya jadi merah-merah, trus bentol-bentol gitu mbak.
AA : Oh bapak kalo begitu ini krim nya dioles kan pada kulit yang bentol-
bentol nya aja pak. Kalo bisa ditahan rasa gatalnya, jangan digaruk pak. Takut nya nanti
jadi luka kulitnya.
Pak Santoso : Lah jadi nanti kalo gatalnya gak berkurang gimana, saya ini suka gak
tahan.
AA : Iya pak, kan juga ada obat kapsul nya, dari obat ini diharapkan nanti bisa
mengurangi rasa gatal di seluruh badan bapak.
Pak Santoso : Kalo gitu saya langsung minum aja ini obatnya ya ?
AA : Kayak nya tadi bapak kesini bawak motor kan pak ?
Pak Santoso : Iya, emang kenapa, mau nebeng mbak ?
AA : Aduh bukan begitu pak, maksud saya obat ini sebaiknya diminum
dirumah saja, takutnya nanti bapak mengantuk saat mengendarai motor bapak.
Pak Santoso : Oh yaudah jadi ini kapan mesti minumnya ?
AA : Ini kan kapsulnya dua kali sehari pak, jadi cukup diminum satu kapsul di
pagi hari, dan satu kapsul lagi di malam hari.
Pak Santoso : Jadi saya minum obat nya setelah sampai kantor ya ?
AA : Iya pak, diusahakan agar tidak berkendara dulu setelah minum obatnya.
Pak Santoso : Ya sudah mbak kalau begitu.
AA : Dan juga sesuai kata dokter bapak, hindari makanan-makanan berkaleng
untuk bapak, agar alergi nya tidak kambuh dan tidak jadi parah.
Pak Santoso : Oke terima kasih mbak ya.
AA : Sama-sama pak, semoga lekas sembuh.
2. Resep II
Prolog
Di suatu pagi hari yang cerah, masuklah seorang ibu muda sambil menggendong bayi ke
dalam Apotek. Mengetahui kedatangannya, senyum Asisten Apoteker di Apotek itu
menyambut kedatangan ibu tersebut.
AA : Selamat pagi ibu.
Ibu Maya : Selamat pagi juga mbak.
AA : Ada yang bisa dibantu buk?
Ibu Maya : Saya mau cari bedak salicyl mbak.
AA : Oh..ini buk bedak salicyl nya. Kalau boleh tau untuk siapa ya buk
bedaknya?
Ibu Maya : Untuk anak saya mbak.
AA : Umur nya berapa ya buk?
Ibu Maya : ini mbak baru 6 bulan. Memang ada apa ya mbak?
AA : Wahh.. Jadi ibuk mau pake bedak salicyl buat bayi ibu ya?
Ibu Maya : Iya mbak, soalnya waktu saya gatal-gatal saya pernah pake bedak ini
manjur banget. Baru dipake berapa kali udah langsung mendingan. Jadi sekarang saya
mau beli buat bayi saya yang kena biang keringat. Memangnya kenapa mbak?
AA : Begini ibuk, bedak salicyl itu tidak boleh digunakan untuk anak dibawah
umur 2 tahun ibuk.
Ibu Maya : Ah masak si mbak, tetangga saya ada yang anak nya baru umur 1 tahun
dikasih bedak salicyl gak kenapa-kenapa tuh.
AA : Ibuk, mungkin tetangga ibuk itu tidak tahu kalau bedak salicyl nggak baik
buk buat anak dibawah umur 2 tahun, soalnya bedak salicyl itu mengandung asam
salisilat 2%, kalau digunakan untuk anak dibawah 2 tahun dapat mengiritasi kulit dan
membuat kulit bayi ibu panas, apalagi anak ibuk baru berumur 6 bulan kan kulitnya masih
tipis buk.
Ibu Maya : Kalo nggak boleh pake bedak salicyl terus terus gimana dong mbak,
kasian ini anak saya.
AA : Kalo saran saya si pake bedak zwatsal extra care aja buk.
Ibu Maya : Aduh,gimana si mbak. Saya kan cari bedak gatal kok malh dikasih bedak
bayi biasa si,dirumah juga ada kalo bedak bayi.
AA : Begini ibuk, bedak zwitsal ini mengandung zink oksid yang berguna
untuk mengurangi iritasi, mengurangi gatal-gatal,dan melembutkan kulit bayi yang
sensitive. Selain itu juga aman untuk bayi ibuk soalnya diformulasikan khusus untuk bayi.
Ibu Maya : Manjur nggak ni, nanti nggak ada perubahan gimana?
AA : Dicoba saja dulu ibuk.
Ibu Maya : Terus kalau nggak sembuh juga gimana?
AA : Kalo nggak sembuh juga dikonsultasikan ke dokter kulit saja ibuk.
Ibu Maya : Ya sudah biar saya coba dulu pake bedak zwitsal, saya ambil satu deh.
Yang ukuran kecil aja kalo ada.
AA : Ada ibuk, ini bedaknya. Harganya 9.500 buk.
Ibu Maya : Ini uangnya.
AA : kembalian nya 500 ya buk
Ibu Maya : Nggak usah,ambil aja.
AA : terima kasih ibuk. Semoga lekas sembuh.
Ibu Maya : iya.
LAMPIRAN
Daftar Nama Pemain
1. Sutradara : Dwi Apipa
2. Pasien 1 : Benny Budiman Al-Haq
3. Pasien 2 : Farida Budiarti
4. AA 1 : Ika Yuliana
5. AA 2 : Arvalendini Arsirianti
6. AA3 : Gemi Oktami
7. AA4 : Diana Sari
Properti
1. Kursi
2. Uang
3. Nomor resep
4. Kantong Plastik
DAFTAR PUSTAKA
http://myobatherbal.com. Diakses pada 03 November 2014
http://www.obatinfo.com/2011/03/betarhin.html. Diakses pada 04 November 2014
http://www.kalbemed.com/Portals/6/08_194Berbagai%20Bentuk%20Sediaan%20Topikal
%2 0dalam%20Dermatologi.pdf. Diakses pada 05 November 2014
http://www.drugs.com/cons/salicylic-acid-topical.html. Diakses pada 07 November 2014
http://allergycliniconline.com. Diakses pada 08 November 2014
http://www.webmd.com/drugs/2/drug-20247/allantoin-top/details. Diakses pada 09
November 2014
http://www.drugs.com/mtm/zinc-oxide-topical.html. Diakses pada 09 November 2014
http://www.webmd.com/drugs/2/drug-64136-762/lactic-acid-topical/keratolyticemollients-
topical/details. Diakses pada 09 November 2014
Informasi Spesialite Obat Indonesia.Volume 47.
Martindale. The Extra Pharmacopoeia evaluated information on the world’s drug and
medicines. 31th ed. The Royal Pharmaceutical society, 1995.
Tan, H.T, Rahardja, K. 2002. Obat-Obat Penting. Jakarta : PT. Elex Media
Compatindo Kelompok Gramedia.
Top Related