BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pemicu
Seorang anak laki-laki berumur empat tahun yang tinggal di Kecamatan
Pontianak Utara diduga terinfeksi virus flu bung dan saat ini diisolasi di RSUD dr.
Soedarso Pontianak. Dokter yang bertugas mengatakan bahwa kemungkinan
pasien tersebut terinfeksi virus flu burung. Pihak rumah sakit kemudian
melaporkan hal tersebut ke Dinas Kesehatan Kota Pontianak untuk melakukan
kunjungan ke daerah tinggal pasien.
Petugas yang datang ke tempat tinggal pasien mengamati hewan dan
tumbuhan-tumbuhan yang beraneka ragam di sekitar tempat tinggal pasien. Para
petugas juga mendata laporan bahwa banyak ayam mati mendadak di daerah
tersebut. Tiga bulan sebelumnya juga beber ternak mengalami penyakit yang
disebabkan oleh bakteri
1.2 Klarifikasi dan Definisi
a. Flu Burung : penyakit infeksius pada spesies burung yang
menyerang
saluran n s dari gejala yang paling ringan dengan yang
paling berat yang disebabkan oleh 16 subtipe H dan 9
subtipe N virus influenza A yang beras dari influenza
unggas
b. Isolasi : pemisah individu yang terinfeksi virus setelah
segala
penyakitnya yang berkembang
c. Bakteri : mikroorganisme prokariotik uniseluler yang
masanya
memperbanyak diri dari pembelahan sel
d. Virus : agen infeksius yang sangat kecil dan dengan beber
1
pengecualian tidak d t dilihat dengan mikroskop cahaya
dan tidak mampu melakukan metabolisme
sendiri
e. Infeksi : infeksi yang disebabkan patogen atau mikroorganisme
1.3 Kata Kunci
a. Flu burung
b. Bakteri
c. Virus
d. Ayam mati mendadak
e. Terinfeksi
1.4 Rumusan Masalah
Bagaimana bakteri dan virus d t menginfeksi organisme?
1.5 Analisis Masalah
2
1.6 Hipotesis
Penularan bakteri dan virus terhadap organisme adalah dengan proses tertentu
berdasarkan karakteristik virus dan bakteri tersebut.
1.7 Pertanyaan Diskusi
1. Apa perbedaan makro dan mikro organisme?
2. Bagaimana karakteristik prokariotik?
3. Bagaimana karakteristik eukariotik?
4. Bagaimana struktur bakteri?
5. Bagaimana struktur virus?
3
Makhluk Hidup
Mikroorganisme
Bakteri
Karakteristik
Klasifikasi
Perkembangan
Dampak
Virus
Makroorganisme
(-) (+) Flu Burung
Penularan
Gejala
Tata Laksana
Pencegahan
Infeksi
6. Apa perbedaan antara bakteri dan virus?
7. Apa saja jenis bakteri?
8. Apa saja jenis virus?
9. Bagaimana perkembangbiakan bakteri?
10. Bagaimana perkembangbiakan virus?
11. Bagaimana proses bakteri menginfeksi organisme?
12. Bagaimana proses virus menginfeksi organisme?
13. Bagaimana respons tubuh terhadap bakteri?
14. Bagaimana respons tubuh terhadap virus?
15. Apa saja keuntungan dan kerugian dari bakteri?
16. Apa saja keuntungan dan kerugian dari virus?
17. Bagaimana proses penularan flu burung terhadap manusia?
18. Bagaimana gejala terinfeksinya virus flu burung?
19. Apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah terinfeksinya flu burung?
20. Bagaimana cara menanggulangi penyakit yang disebabkan oleh virus flu
burung?
4
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Perbedaan Makroorganisme dan Mikroorganisme
Mikroorganisme berbeda dengan sel makroorganisme. Sel makroorganisme
tidak bisa hidup bebas di alam melainkan menjadi bagian dari struktur
multiselular yang membentuk jaringan, organ, dan sistem organ. Sementara,
sebagian besar mikrooganisme dapat menjalankan proses kehidupan dengan
mandiri, dapat menghasilkan energi sendiri, dan bereproduksi secara independen
tanpa bantuan sel lain.
1.2 Sel
Sel adalah satuan kehidupan terkecil yang mampu berfungsi mandiri, terdiri
atas sitoplasma yang mengandung berbagai kompartemen subselular dan terpisah
dari lingkungan luar oleh membran plasma. Sel-sel eukariotik juga memiliki
nukleus yang mengandung genom dan nucleolus, sel-sel prokariotik mengandung
DNA, tetapi tidak mempunyai nukleus. Organel-organel sel dan fungsinya (15):
a. Membran sel (membran plasma). Merupakan bagian sel paling luar. Dimiliki
oleh hewan dan tumbuhan. Berfungsi mengatur keluar masuknya zat pada
suatu sel.
b. Dinding sel. Merupakan lapisan di bawah membran sel, terbuat dari selulosa.
Hanya dimiliki oleh sel tumbuhan. Berfungsi untuk memberi kekuatan dan
perlindungan bagi sel.
c. Sitoplasma. Cairan bening seperti gel yang mengisi ruang dalam sel. Berfungsi
sebagai tempat berlangsungnya reaksi metabolisme.
d. Vakuola. Merupakan rongga di dalam sel yang berlapis membran, di dalamnya
berisi cairan. Berfungsi sebagai tempat menyimpan bahan makanan dan sisa
metabolisme. Vakuola sel hewan berukuran kecil, sedangkan vakuola
tumbuhan berukuran besar.
e. Mitokondria. Merupakan tempat pembentukan sumber energi. Umumnya
dimiliki semua sel hidup, karena fungsinya yang sangat penting, yaitu
5
menghasilkan energi melalui proses respirasi sel (reaksi antara bahan makanan
dengan oksigen dan menghasilkan energi)
f. Ribosom, organel berbentuk butiran-butiran kecil yang terdapat di sitoplasma
atau menempel di permukaan retikulum endoplasma kasar. Berfungsi sebagai
tempat sintesis protein. Terdapat di sel hewan dan tumbuhan.
g. Retikulum Endoplasma, organel berbentuk seperti saluran. Retikulum
Endoplasma permukaan kasar diselubungi ribosom, Retikulum Endoplasma
permukaan halus tidak ada ribosom, tetapi di permukaannya terdapat enzim-
enzim. Berfungsi untuk membatu metabolisme protein, lemak dan karbohidrat.
h. Badan Golgi, organel berbentuk seperti tumpukan kue panekuk. Berfungsi
membantu sintesis protein. Terdapat di sel tumbuhan dan hewan.
i. Lisosom, merupakan kantung kecil dengan membran tunggal. Berfungsi untuk
mendaur ulang bagian sel yang rusak, mencerna zat sisa makanan atau zat-zat
asing yang masuk ke dalam sel. Terdapat di sel tumbuhan dan hewan.
j. Sentrosom, bentuknya seperti tabung kecil dan mengapung di sitoplasma.
Sentriol dalam sentrosom berperan dalam pembelahan sel. Sentrosom sel
hewan memiliki sepasang sentriol, sedang sel tumbuhan tidak.
k. Nuklues (inti sel), organel berbentuk bulat atau lonjong yang terdapat di tengah
atau bagian tepi sel. Berfungsi sebagai pusat pengendali kegiatan sel. Di
dalamnya terdapat cairan inti (nukleoplasma), anak inti (nukleolus) dan selapu
inti. Terdapat di sel hewan dan tumbuhan.'
l. Kloroplas, organel kecil berbentuk bulat yang berwarna hijau karena
mengandung pigmen klorofil. Hanya terdapat di sel tumbuhan. Berperan dalam
proses fotosintesis tumbuhan yang menghasilkan energi dan bahan makanan
tumbuhan.
1.2.1 Karakteristik Prokariotik
Sel prokariot memiliki ukuran yang sangat kecil dan memiliki organisasi
internal sel yang sederhana terdiri dari membran dan isi sel (sitoplasma). Materi
genetiknya (DNA) tidak terselubung membran dan tersebar bebas di sitoplasma.
Daerah tempat tersebarnya materi genetik tersebut disebut nucleoid. Sebagian
besar sel prokariot memiliki dinding sel yang tersusun atas mukopolosakarida dan
6
peptidoglikan. Pada bakteri terdapat dua jenis dinding sel yaitu dinding sel gram
positif dan negatif. Ribosom pada prokariot juga tersebar diseluruh sitoplasma.
Prokariot dibagi menjadi dua kelompok yaitu Eubakteria dan Arkhaebakteria(1).
Adapun karakteristik prokariot sebagai berikut (13) :
a. Biasanya relatif kecil dan sederhana
b. Mempunyai ciri-ciri eksternal
c. Batasnya adalah membran plasma
d. Dapat memiliki bungkus yang disebut mesosom
e. Dinding yang kaku yang tersusun dari senyawa yang unik,yang ditemukan
hanya pada dinding Prokariotik yang disebut peptidoglikan (dan tidak ada
pada Archaebacteria)
f. Dapat mensekresi sarung pelindung atau kapsul untuk perlindungan
g. Dapat memiliki struktur motil yang disebut flagella, tetapi mereka berbeda
dari flagella yang terdapat pada Eukariotik, atau proyeksi yang sangat
kecil yang disebut fili, yang membantu pengikatan bakteri pada
permukaan.
h. Interior sel Prokariotik berbeda
i. Molekul DNA tunggal (sirkuler), terkonsentrasi pada suatu daerah di
sitoplasma yang disebut nukleoid. DNA tidak dikelilingi oleh protein.
Bakteri mungkin memiliki lebih dari satu kopi dari molekul DNA
j. Bisa mempunyai plasmid, fragmen DNA independen yang membawa
potongan khusus dari informasi genetic. Plasmid dapat ditransmisikan dari
satu bakteri ke yang lainnya
k. atau dari lingkungan ke bakteri. Plasmid penting dalam penelitian DNA
rekombinan.
l. Ribosom, tersusun dari RNA dan protein, densitasnya 70S
m. Tidak mempunyai struktur internal yang dikelilingi membran (organela)
1.2.2 Karakteristik Eukariotik
Sel eukariot memiliki ukuran sel yang lebih besar dari sel prokariot serta
memiliki struktur yang lebih komplek(2). Organisme selain bakteri, mulai dari
protista, fungi, hewan hingga tumbuhan termasuk sel eukariot. Sel eukariot terdiri
7
dari berbagai struktur yang memiliki fungsi khusus. Struktur tersebut disebut
organel. Sebagian besar organel tersebut tidak terdapat di dalam sel prokariotik
Setiap organel diselubungi oleh membran. Organel terbesar adalah nukleus,
nukleus berisi materi genetik (DNA). Selain nukleus juga ada organel lain yang
terdapat di sitoplasma yaitu retikulum endoplasma, kompleks golgi, peroksisom,
lisosom, mitokondria, dan vault. Pada sel tumbuhan terdapat organel khusus yaitu
vakuola dan kloroplas.
Adapun karakteristik sel prokariot yaitu:
a. Inti terikat membran
Kehadiran inti yang terikat membran, antara lain, dalam sel eukariotik
membedakan mereka dari prokariota. Inti sel yang merupakan rumah untai DNA
dalam sel prokariotik, DNA mengapung bebas di sitoplasma sel.
b. Organel sel
Sama seperti tubuh Anda berisi organ yang melakukan fungsi tertentu,
semua sel eukariotik mengandung organel yang berperilaku dengan cara yang
sama. Contoh organel ini adalah lisosom, digunakan untuk memecah molekul zat
gizi makro yang menjadi komponen-komponen mereka sederhana, retikulum
endoplasma, ini rumah ribosom, yang merupakan situs sintesis protein,
mitokondria, yang merupakan situs adenosin tri-fosfat (ATP ) sintesis, dan, pada
tumbuhan dan ganggang tertentu, kloroplas bahwa sel-sel gunakan untuk
melakukan fotosintesis.
c. Sitoskeleton
Sel eukariotik mengandung Sitoskeleton mirip dengan fungsi kerangka
manusia atau hewan. Sitoskeleton memberikan bentuk sel dan memungkinkan
untuk gerakan sel dan gerakan organel dalam. Sitoskeleton juga membantu dalam
pembelahan sel. mikrotubulus dan mikrofilamen mencakup sitoskeleton sel.
d. Struktur DNA
Struktur DNA dalam sel eukariotik menyerupai untaian atau filamen.
DNA ada sebagai kromosom. Pada prokariota, DNA hadir melingkar tanpa
kromosom.
8
e. Sel Plasma Membran
Sebuah fosfolipid membran plasma bilayered mengelilingi sel-sel
eukariotik. Mengangkut dan sinyal proses ini terjadi pada membran plasma.
f. Struktur luar
Karena sel eukariotik berasal dari berbagai jenis organisme, mereka
memiliki kebutuhan yang berbeda ketika datang ke struktur luar mereka. Beberapa
organisme ini mungkin memiliki sel-sel dengan dinding sel, dan beberapa tidak
memiliki dinding sel sama sekali. Tanaman dan sebagian alga memiliki dinding
sel yang mengandung selulosa. Selulosa adalah polisakarida kompleks.
Kebanyakan jamur mengandung kitin polisakarida, yang juga menyusun
komponen struktural utama dari eksoskeleton serangga dan krustasea. Sebuah
penutup khusus yang disebut membran plasma memegang bersama sel-sel yang
tidak memiliki dinding sel – sel ini termasuk yang paling hewan.
1.3 Bakteri
1.3.1 Struktur
Bakteri mempunyai tiga komponen pada tubuhnya, yaitu dinding sel,
membran plasma, dan sitoplasma. Dinding sel bakteri mengandung material yang
disebut peptidoglikan. Struktur tubuh bakteri dari luar ke dalam sebagai berikut(3).
a. Flagela atau Flagelum
Flagela merupakan alat gerak bagi bakteri yang berbentuk batang atau spiral.
Dengan adanya flagela, bakteri dapat bergerak menuju kondisi lingkungan yang
menguntungkan atau menghindar dari lingkungan yang merugikan bagi
kehidupannya. Flagella memiliki jumlah yang berbeda-beda pada bakteri dan
letak yang berbeda-beda pula yaitu:
1) Monotrik : bakteri yang memiliki sebuah flagel pada satu ujungnya.
2) Lofotrik : bakteri yang pada satu ujungnya memiliki lebih dari satu flagel.
9
3) Amfitrik : bakteri yang pada kedua ujungnya hanya terdapat satu buah flagel.
4) Peritrik : bakteri yang memiliki flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.
b. Pili
Beberapa jenis bakteri mempunyai pili. Pili adalah struktur seperti flagela,
tetapi lebih pendek dan lebih tipis. Ada dua jenis pili, yaitu :
1) Pili yang memegang peran dalam adhesi bakteri dengan hospes.
2) Seks pili yang berfungsi dalam konjugasi dua kuman.
c. Kapsul
Bakteri mempunyai lapisan lendir yang berbentuk padat dan tebal yang disebut
kapsul. Kapsul tersusun dari polisakarida dan air. Lendir ini menjadikan
permukaan sel bakteri menjadi licin.
Fungsi kapsul bagi bakteri sebagai berikut.
1) Alat pertahanan dan perlindungan bagi bakteri.
2) Mencegah kekeringan pada sel bakteri.
3) Alat melekat bakteri pada sel inang.
4) Sumber makanan bagi bakteri.
d. Dinding Sel
Dinding sel berfungsi sebagai pelindung dan pemberi bentuk sel bakteri.
Bakteri mempunyai dinding sel yang tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan
protein dan polisakarida. Berdasarkan perbedaan ketebalan lapisan peptidoglikan
pada dinding selnya, bakteri dibedakan menjadi dua macam, yaitu bakteri gram
positif dan bakteri gram negatif.
1) Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempunyai dinding sel dengan
lapisan peptidoglikan yang tebal. Bakteri ini akan berwarna ungu jika
diwarnai dengan pewarnaan gram. Contoh bakteri Gram positif yaitu
Neisseria gonorrhoe, Treponema pallidum, Vibrio cholerae, dan Bacillus
subtilis.
2) Bakteri gram negatif adalah bakteri yang mempunyai dinding sel dengan
lapisan peptidoglikan yang tipis. Bakteri ini akan berwarna merah muda
10
atau merah jika diwarnai dengan pewarnaan gram. Contoh bakteri gram
negatif yaitu Escherichia coli, Streptococcus mutans, dan Staphylococcus
aureus.
e. Membran Plasma atau Selaput Sitoplasma
Membran plasma bersifat selektif permeabel, yang berarti hanya dapat dilalui
molekul atau zat tertentu. Membran plasma ini tersusun dari fosfolipid dan
protein. Fungsi membran plasma sebagai berikut.
1) Alat transpor elektron dan proton yang dibebaskan saat oksidasi bahan
makanan.
2) Alat pengatur pengangkutan senyawa yang masuk atau keluar dari
membran sel.
3) Tempat pembentukan mesosom.
f. Sitoplasma
Di dalam membran sel terdapat sitoplasma. Dalam sitoplasma terdapat asam
nukleat, protein, karbohidrat, lemak, ion organik, dan kromatofora. Sitoplasma
berfungsi sebagai tempat terjadinya reaksi-reaksi kimia sel.
g. Ribosom
Ribosom merupakan butiran-butiran yang mengandung molekul RNA sebagai
tempat sintesis protein.
h. Bahan Inti
Bahan inti merupakan pusat pengendalian aktivitas sel yang berisi DNA. DNA
bakteri berupa rantai tunggal berbentuk lingkaran yang disebut nukleoid.
Beberapa jenis bakteri mempunyai tambahan DNA yang membentuk lingkaran
1.3.2 Jenis
Jenis bakteri dibagi menjadi beberapa kelompok atas
beberapa dasar, yaitu(4) :
A. Jenis bakteri berdasarkan cara memperoleh makanan :
a. Bakteri heterotrof
Bakteri jenis ini tidak mampu membuat makanannya
sendiri karena tidak memiliki bahan dasar untuk pembuatan
11
makanan ( biasanya zat atau pigmen warna yang seperti
klorofil ), sehingga ia harus mengambil makanan dari
organisme lain untuk mendapatkan energy. Contoh bakteri :
Salmonella Tiphy.
b. Bakteri autotrof
Bakteri jenis ini mampu membuat makanannya sendiri
karena ia miliki bahan dasar untuk mensintesis zat kimia
yang kompleks menjadi sederhana sehingga ia tidak perlu
mengambil makanan dari organism lainnya. Contoh bakteri :
Nitrosomonass.
B. Jenis bakteri berdasarkan cara membuat makanan :
a. Fotoautotrof. Bakteri jenis ini menggunakan cahaya
sebagai sumber energinya dalam membuat makanan.
b. Kemoautotrof. Bakteri jenis ini menggunakan energy
kimia yang diperoleh saat perombakan zat kimia dari
yang kompleks menjadi sederhana.
C. Jenis bakteri berdasarkan penggunaan oksigen :
a. Aerob. Bakteri jenis ini memerlukan oksigen untuk
membuat makanan dan menghasilkan energi. Contoh
bakteri : Nitrobacter, Nitrosococcus.
b. Anaerob. Bakteri jenis ini tidak memerlukan oksigen untuk
membuat makanan dan menghasilkan energi. Contoh
bakteri : Sterptococcus lactis.
D. Jenis bakteri berdasarkan kebutuhan oksigen :
a. Aerob obligat. Bakteri jenis ini hanya mampu hidup di
dalam lingkungan yang mengandung oksigen. Contoh
bakteri : Nitrobacter, Hydrogenomonas.
12
b. Anaerob obligat. Bakteri jenis ini hanya mampu hidup di
dalam lingkungan yang tidak mengandung oksigen.
Contoh bakteri : Clostridium tetani.
c. Anaerob fakultatif. Bakteri ini dapat hidup dengan atau
tanpa oksigen dilingkungannya. Contoh bakteri :
Eschericia colli.
E. Jenis bakteri berdasarkan bentuk tubuhnya :
a. Coccus. Bentuk bakteri ini menyerupai bola karena
bentuknya yang bulat. Bentuk coccus ini dibagi lagi
menjadi :
Monococcus : berupa satu bulatan tunggal.
Diplococcus : berupa dua bulatan yang bergandengan
Sarcina : berupa bulatan yang bergandeng empat –
empat membentuk seperti kubus.
Streptococcus : berupa bulat – bulatan panjang yang
bergandengan seperti rantai.
Staphilococcus : berupa bulat – bulatan yang banyak
(berkoloni) terlihat seperti buah anggur.
b. Spiral. Bentuk bakteri ini panjang dan berlekuk. Bentuk
spiral dibagi lagi menjadi :
Vibrio : bentuknya seperti comma dan melengkung.
Spirillum : bentuknya panjang dan melekuk – lekuk.
Spirochaeta : bentuknya panjang seperti berpilin –
pilin.
c. Basil. Bentuk bakteri ini seperti batangan. Bentuk basil
dibagi lagi menjadi :
Tunggal : berupa basil atau batang tunggal.
Diplobasil : berupa dua basil atau batang yang
bergandengan.
13
Streptobasil : berupa untaian basil dalam jumlah yang
banyak seperti rantai.
F. Jenis bakteri berdasarkan alat geraknya :
a. Cilia. Bakteri ini menggunakan bulu getar sebagai alat
geraknya.
b. Flagel. Bakteri ini menggunakan flagel atau bulu cambuk
sebagai alat geraknya. Flagel ini dibagi lagi berdasarkan
letak, jumlah dan ada atau tidaknya pada tubuh bakteri,
menjadi :
Atrik : tidak ada flagel sama sekali di sisi tubuh
bakteri.
Monotrik : terdapat 1 flagel pada salah satu sisitubuh
bakteri.
Lapotrik : terdapat lebih dari 1 flagel pada salah satu
sisi tubuh bakteri.
Amphitrik : terdapat lebih dari 1 flagel pada kedua
ujung atau sisi tubuh bakteri.
Peritrik : terdapat flagel diseluruh tubuh bakteri.
G. Klasifikasi bakteri berdasarkan pewarnaan Gram (5)
a. Bakteri gram-positif
Bakteri gram-positif memiliki dinding sel yang lebih
sederhana, banyak mengandung peptidoglikan. Misalnya
bakteri Micrococcus, Staphylococcus, Leuconostoc,
Pediococcus dan Aerococcus.
b. Bakteri gram-negatif
Bakteri gram-negatif memiliki dinding sel yang lebih
kompleks, kandungan peptidoglikan lebih sedikit. Misalnya
bakteri Escherichia, Citrobacter, Salmonella, Shigella,
14
Enterobacter, Vibrio, Aeromonas, Photobacterium,
Chromabacterium, Flavobacterium.
H. klasifikasi bakteri berdasarkan dinding sel, antar(3) :
a. Eubakteria gram negatif yang memiliki dinding sel
Merupakan kelompok bakteri heterogen yang memiliki selubung sl
kompleks yang terdiri atas membran luar, lapisan peptidoglikan tipis,
mengandung asam muramat. Reproduksi dilakukan dengan pembelahan
biner, tetapi ada beberapa kelompok yang melakukan reproduksi dengan
budding (pertunasan). Jika ada pergerakan, dilakukan dengan flagel atau
melalui penggelincian
b. Eubakteria gram positif yang memiliki dinding sel
Kelompok bakteri ini memiliki profil dinding sel jenis gram postif.
Namun, biasanya tidak selalu memberikan pewarnaan gram positif. Sel dapat
berbentuk sferis, batang atau filamen. Reproduksi umumnya dengan
pembelahan biner. Beberapa bakteri kategori ini menghasilkan endospora.
Organisme berbentuk heterotrof kemosintetik.
c. Eubakteria yang tidak memiliki dinding sel
Disebut juga dnegan mikopalsma dan terdiri dari kelas mollicutes. Tidak
menyintesis prekursor dan peptidoglikan. Bakteri diselubungi oleh selubung
membran plasma. Reproduksi kemungkinan dengan budding, fragmentasi,
atau pembelahan biner.
d. Archaebakteria
Dapat ditemukan dalam kondisi yang berair. Archaebakteria terdiri dari
organisme fakultatif aerob, anaerob, dan aerob yang bersifat kemolitotrof,
heterotrof, atau heterotrof fakultatif. Perkembangbiakkan terjadi melalui
pembelahan biner, budding, kontriksi, fragmentasi, atau mekanisme yang
tidak diketahui.
1.3.3 Perkembangbiakan
15
Reproduksi kuman dapat berlangsung secara aseksual maupun secara seksual. Termasuk dalam reproduksi secara aseksual adalah pembelahan, pembentukan tunas/cabang dan pembentukan filamen(6).
a. Pembelahan
Umumnya kuman berkembang biak secara amitosis dengan membelah
menjadi dua bagian (binary division). Waktu di antara dua pembelahan
disebut generation time dan ini berlainan untuk setiap jenis kuman,
bervariasi antara 20 menit sampai 15 jam. Sebagai contoh,
Mycobacterium tuberculosis mempunyai generation time 15 jam, tumbuhnya
lambat.
b. Pembentukan tunas/cabang
Kuman membentuk tunas, tunas akan melepaskan diri dan membentuk
kuman baru. Reproduksi dengan pembentukan cabang didahului dengan
pembentukan tunas yang tumbuh menjadi cabang dan akhirnya melepaskan
diri. Dapat dijumpai pada kuman dari famili Streptomycetaceae.
c. Pembentukan filamen
Pada pembentukan filamen, sel mengeluarkan serabut panjang, filamen
yang tidak bercabang. Bahan kromosom kemudian masuk ke dalam filamen.
Filamen terputus-putus menjadi beberapa bagian. Setiap bagian membentuk
kuman baru. Dijumpai terutama dalam keadaan abnormal, misalkan bila
kuman Haemophilus influenzae dibiakkan dalam perbenihan yang basah.
d. Reproduksi secara seksual
Pembelahan kuman di sini didahului oleh pelaburan bahan kromosom dari
dua kuman. Akibatnya adalah timbul sel-sel kuman dengan sifat-sifat yang
berasal dari kedua sel induknya. Reproduksi semacam ini hanya terjadi antara
kuman-kuman sejenis dari suatu famili, misalnya Enterobacteriaceae, antara
Escherichia coli dengan Shigella dysenteriae, antara Escherichia coli dengan
Salmonella typhosa.
1.3.4 Proses Bakteri Menginfeksi Organisme
Secara umum, bakteri bereproduksi dengan pembelahan.
Selanjutnya diikuti pemanjangan sel, pembentukan membran sel
melintang dan dinding sel secara berurutan. Pada bakteri,
16
membran melintang yang baru dan dinding sel tumbuh ke dalam
dari lapisan luar yang melibatkan mesosom septal. Nukleoid,
yang berjumlah ganda sebelum pembelahan, dibagi secara sama
pada dua anak sel.
Meskipun bakteri tidak memiliki spindle mitotik, membran
melintang dibentuk sebagai jalan untuk memisahkan dua sister
kromosom (kromosom kembar) yang dibentuk saat replikasi
kromosom. Ini diakhiri dengan pelekatan kromosom pada
membran sel. Berdasrkan satu model, penyempurnaan siklus
replikasi DNA diawali dengan sintesis membran yang terletak
antara tempat perlekatan sister chromosome, dimana terjadi
pertumbuhan transverse membran ke arah dalam. Selanjutnya
pembentukan material dinding sel baru, menghasilkan
pemanjangan dan kadang-kadang penggandaan selubung sel(7).
Mekanisme bakteri menginfeksi manusia adalah, setelah
masuk ke dalam tubuh manusia atau inang, Bakteri tersebut
langsung menempel pada sel yang ada dalam tubuh manusia
yang selanjutnya nanti tergantung jenis bakteri apa yang
menginfeksi manusia tersebut apakah bakteri tersebut
menguntungkan atau merugikan si manusia tersebut. Setelah
bakteri tersebut masuk mereka harus melalui beberapa
rintangan untuk segera dapat menginfeksi sel tersebut, karena
mereka harus melawan system imun yang terdapat dalam tubuh
manusia.
Untuk dapat menyebabkan penyakit, mikroorganisme pathogen harus
dapat masuk ke tubuh inang caranya bisa melalui saluran pernapasan, saluran
pencernaa, kulit dan rongga mulut. Setelah masuk, inang akan menempel pada
suatu sel, setelah menetapkan lokasi yang cocok, sel inang akan berkembang biak
dan menyerang jaringan tubuh sehingga semakin meluas dan menyebar melalui
saluran limfatik ke aliran darah sehingga akan menyebar luas dan memperbanyak
diri lagi(8).
17
1.3.5 Respon Tubuh terhadap Bakteri
Neutrofil dan makrofag yang menyerang dan menghancurkan bakteri,
virus dan agen-agen merugikan lain yang menyerbu masuk kedalam
tubuh .Neutrofil adalah sel matang yang dapat menyerang dan menghancurkan
bakteri, bahkan di dalam darah sirkulasi .sedangkan makrofag sebagai monosit
darah, yang merupakan sel belum matang walaupun tetap berada di dalam darah
dan memiliki sedikit kemampuan untuk melawan agen-agen infeksius(9).
Banyak jenis zat kimia dalam jaringan dapat menyebabkan neutrofil dan
makrofag bergerak menuju sumber zat kimia atau yang disebut kemotaksis. Bila
suatu jaringan mengalami peradangan, banyak produk dibentuk sehingga
menyebabkan kemotkasis ke arah area yang mengalami peradangan. Zat-zat ini
adalah berupa toksin bakteri dan virus dan produk reaksi yang disebabkan oleh
pembekuan plasma di area yang meradang(9).
Fungsi neutrofil dan makrofag yang terpenting adalah fagositosis yang
berarti pencernaan seluler terhadap agen yang menggangu. Terjadinya fagositosis
bergantung pada tiga prosedur selektif yaitu(9):
a. Pertama, sebagian besar struktur alami dalam jaringan memiliki
permukaan halus, yang dapat menahan fagositosis. Tetapi jika permukaanya
kasar, maka kecenderungan fagositosis akan meningkat.
b. Kedua, sebagian besar bahan alami tubuh mempunya selubung protein
pelindungyang menolak fagositosis. Sebaliknya, sebagian besar jaringan mati
dan partikel asing tidak mempunyai selubung pelindung, sehingga jaringan atau
partikel tersebut menjadi subjek untuk di fagositosis.
c. Ketiga , sistem imun tubuh membentuk antibodi untuk melawan agen
infeksius seperti bakteri. Antibodi kemudian melekat pada membran bakteri
sehingga membuat bakteri rentan terhadap fagositosis. Untuk melakukan hal ini
molekul antibodi juga bergabing dengan produk C3 dari kaskade komplemen.
Molekul C3 kemudian melekatkan diri pada reseptor diatasmembran sel fagosit ,
dengan demikian memeicu fagositosis.
18
1.3.6 Keuntungan dan Kerugian Bakteri
Keuntungan dari bakteri:
1) Antibiotic, contoh bakterinya yaitu bakteri Stereptomices venezuele
yang dapat menghasil kloromisin dan klorofenikol, kemudian
Streptomices griceus yang menghasilakan Streptomisin.
2) Vitamin
3) Bahan-bahan kimia
4) Penghasil biosida contoh bakterinya Bacillus thuringiensis yang sangat
efektif untuk menanggulani hama.(10)
5) Mengaktifkan sel-sel kekebalan tubuh dan mencegah gangguan pencernaan terutama konstipasi dan diare contohnya Lactobacillus casei.
6) Menghambat kontaminasi dari mikroorganisme pathogen dan penghasil racun contohnya Lacrobacillus plantarum.
7) Mengurangi radiasi radioaktif contohnya Deinococcus radiodurans.(8).Kerugian dari bakteri:
1) Clostridium botulinium, menghasilakan toksin dan membusukkan
makanan
2) Mycobacterium tuberculosis, menyebabkan penyakit TBC
3) Vibrio cholera, menyebabkan penyakit kolera
4) Clostridium tetani, menyebabkan penyakit tetanus
5) Mycobacterium leprae, menyebabkan penyakit lepra.(11)
6) Menyebabkan penyakit sifilis bakterinya Treponema palladium, pneumonia atipik bakterinya Mycoplasma pneumonia, dan meningitis bakterinya Neisseria meningitis(8).
1.4 Virus
1.4.1 Struktur
Struktur dari virus yaitu (11):
a. Protein Virus
Bagian terbesar dari struktur virus adalah protein. Protein merupakan
komponen tunggal kapsid, bagian terbesar dari selubung dan dapat
19
merupakan bagian protein inti (core protein) pada beberapa virus ikosahedral.
Protein tersebut di atas disebut juga sebagai protein struktural, karena
mempunyai fungsi membentuk rangka virion. Selubung virus sering
mengandung glikoprotein. Unsur karbohidratnya terdiri dari monosakarida
yang dihubungkan dengan rantai polipeptida oleh ikatan glikosida.
Protein dari beberapa virus yang termasuk dalam golongan arbovirus,
myxovirus, picornavirus, reovirus, adenovirus dan papovavirus mempunyai
sifat dapat menggumpalkan sel darah merah berbagai spesies binatang.
Protein tersebut dikenal dengan haemaglutinin.
b. Asam Nukleat Virus
Virus mengandung satu jenis asam nukleat-DNA atau RNA-yang
menyandikan informasi genetik yang penting bagi replikasi virus. Genom
dapat untai-tunggal atau ganda, sirkular atau linear, dan bersegmen atau tidak
bersegmen. Jenis asam nukleat, untai, dan ukurannya adalah ciri utama yang
digunakan untuk menggolongkan virus menjadi famili-famili.
c. Selubung Lipid Virus
Sejumlah virus yang berbeda mempunyai selubung lipid sebagai bagian
strukturnya. Lipid diperoleh ketika nukleokapsid virus melakukan proses
budding melalui membran selular pada proses maturasi. Budding terjadi
hanya di tempat protein spesifik virus telah dimasukkan ke dalam membran
sel pejamu. Proses budding sangat bervariasi bergantr.ing pada cara replikasi
virus dan struktur nukleokapsid
Virus yang mengandung lipid sensitif terhadap pengobatan dengan eter
dan pelarut organik lain, yang menunjukkan bahwa gangguan atau hiiangnya
lipid menyebabkan hilangnya kemampuan menginfeksi. Virus yang tidak
mengandung lipid umumnya resistan terhadap eter.
d. Glikoprotein Virus
Glikoprotein permukaan pada virus berselubung melekatkan partikel virus
ke sel target dengan cara berinteraksi dengan reseptor seiular. Glikoprotein
tersebut juga sering terlibat dalam langkah fusi membran pada infeksi.
Glikoprotein juga merupakan antigen virus yang penting. Karena posisinya di
20
permukaan iuar virion, glikoprotein sering kali terlibat dalam interaksi partikel
virus dengan antibodi penetralisir. Glikosilasi yang luas dapat mencegah
neutralisasi efektif partikel virus oleh antibodi spesifik.
1.4.2 Klasifikasi
Virus merupakan elemen genetic yang mengandung salah satu DNA atau
RNA yang dapat berada dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu secara interseluler
dan eksterseluler. Ada beberapa dasar dalam pengklasifikasian virus(3) :
a. Morfologi virion, termasuk ukuran, bentuk, jenis simetris, ada atau tidaknya
peplomer, dan ada atau tidaknya membran.
b. Sifat genom virus, termasuk jenis asam nukleat (DNA atau RNA), ukuran
genom dalam kilobasa, berdasarkan rantai,
c. Sifat fisikokimia virion, meliputi massa molekular, densitas ringan, stabilitas
pH, stabilitas termal, dan kerentanan thdp agen fisik dan kimia, terutama ater
dan detergen.
d. Sifat protein virus, meliputi jumlah, ukuran, dan aktivitas fungsional protein
struktural dan non struktural, sekuens, asam amino.
e. Susunan dan replikasi genom, meliputi ordo gen, jumlah dan posisi pola
pembacaan terbuka, strategi replikasi dan tempat selular
f. Sifat antigenik,
g. Sifat biologi, termasuk kisaran pejamu alami, cara transmisi, hubungan vektor,
patogenisitas, tropisme jaringan, dan patologi.
i. Jenis virus berdasarkan DNA dan RNA:
Virus yang mengandung DNA:
a. Parvovirus
b. Poligmavirus
c. Papilomavirus
d. Adenovirus
e. Hepadnavirus
f. Herpesvirus
g. Poxvirus
Virus yang mengandung RNA:
a. Picornavirus
b. Astrovirus
c. Calicivirus
d. Reovirus
e. Arbovirus
f. Togavirus
g. Flavivirus
h. Arenavirus
i. Coronavirus
j. Retrovirus
k. Orthomyxovirus
l. Bunyavirus
21
m. Bornavirus
n. Rabdovirus
o. Paramyxovirus
p. Filovirus
q. Viroin
r. Prion
B. Jenis virus berdasarkan bentuk dasarnya(4) :
a. Ikosahedral. Bentuk tata ruangnya dibatasi oleh 20
segitiga sama sisi, dengan sumbu rotasi ganda. Contoh
virus : virus polio.
b. Heliks. Menyerupai batang panjang, nukleokapsid
merupakan suatu struktur yang tidak kaku dalam selaput
pembungkus lipoprotein yang berumbai dan berbentuk
heliks, memiliki satu sumbu rotasi. Contoh virus : virus
influenza.
c. Kompleks. Struktur yang amat kompleks dan pada
umumnya lebih lengkap dibanding dengan virus lainnya.
Virus jenis ini memiliki selubung yang membungkus asam
nukleat. Contoh virus : virus varicella atau virus cacar.
C. Jenis virus berdasarkan ada atau tidaknya selubung yang
melapisi nukleokapsid(4) :
a. Berselubung. Mempunyai selubung yang tersusun atas
lipoprotein atau glikoprotein. Contoh virus : virus cacar,
virus herpes.
b. Tidak berselubung. Nukleopkapsid tidak diselubungi oleh
lapisan yang lain. Contoh virus : adeno – virus.
D. Jenis virus berdasarkan sel inang yang diinfeksi(4) :
a. Virus yang menyerang manusia. Contohnya : HIV, cacar.
b. Virus yang menyerang hewan. Contohnya : rabies.
c. Virus yang menyerang tumbuhan. Contohnya : virus
mosaik.
d. Virus yang menyerang bakteri. Contohnya : virus T.
E. Berdasarkan jumlah kapsomernya, virus diklasifikasikan
sebagai berikut (12) :
a. Virus dengan 252 kapsomer, contoh adenovirus.
22
b. Virus dengan 162 kapsomer, contoh herpesvirus.
c. Virus dengan 72 kapsomer, contoh papovavirus.
d. Virus dengan 60 kapsomer, contoh picornavirus.
e. Virus dengan 32 kapsomer, contoh parvovirus
1.4.3 Perkembangbiakan
Karena virus tidak memiliki sistem enzim dan tidak dapat bermetabolisme,
maka virus tidak dapat melakukan reproduksi sendiri. Untuk berkembang biak,
mereka harus menginfeksi sel inang. Inang virus berupa makhluk hidup lain yaitu
bakteri, sel tumbuhan, maupun sel hewan/ sel manusia. Berdasarkan tahapannya,
daur hidup virus dapat dibedakan menjadi daur litik dan daur lisogenik (14).
A. Daur itik
a. Fase absorpsi
Fase ini ditandai dengan melekatnya ekor virus dengan dinding sel
bakteri. Virus dapat menempel pada sel - sel tertentu yang diinginkan
karena memiliki reseptor pada ujung-ujung serabut ekor. Setelah
menempel, virus mengeluarkan enzim lisozim (enzim penghancur)
sehingga terbentuk lubang pada dinding bakteri atau sel inang.
b. Fase injeksi
Setelah terbentuk lubang, kapsid virus berkontraksi untuk memompa
asam nukleatnya (DNA atau RNA) masuk ke dalam sel. Jadi, kapsid virus
tetap berada di luar sel bakteri. Jika telah kosong, kapsid terlepas dan
tidak berfungsi lagi.
c. Fase sintesis
Virus tidak memiliki “mesin” biosintetik sendiri. Virus akan
Menggunakan mesin biosintetik inang untuk melakukan kehidupannya.
Karena itu, pengendali mesin biosintetik bakteri yakni DNA bakteri harus
dihancurkan. Untuk itu DNA virus memproduksi enzim penghancur.
Enzim penghancur akan menghancurkan DNA bakteri, tapi tidak
23
menghancurkan DNA virus. Dengan demikian, bakteri tidak mampu
mengendalikan mesin
biosintetiknya sendiri.
Sekarang, DNA virus yang berperan. DNA virus mereplikasi diri
berulang kali dengan jalan mengkopi diri membentuk DNA virus dalam
jumlah banyak. Selanjutnya DNA virus tersebut melakukan sintesis
protein virus yang akan dijadikan kapsid dengan menggunakan ribosom
bakteri dan enzim-enzim bakteri. Didalam sel bakteri yang tidak berdaya
itu disintesis DNA virus dan protein yang akan dijadikan sebagai kapsid
virus, dalam kendali DNA virus.
d. Fase perakitan
Kapsid yang disintesis mula-mula terpisah-pisah antara Bagian
kepala, ekor dan serabut ekor. Bagian-bagian kapsid itu dirakit
menjadi kapsid virus yang utuh, kemudian DNA virus masuk
didalamnya. Kini terbentuklah tubuh virus yang utuh. Jumlah virus
yang terbentuk 100-200 buah.
e. Fase lisis
Ketika perakian virus selesai, virus telah memproduksi enzim
lisozim lagi, yakni enzim penghancur yang akan menghancurkan
dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri hancur, sel bakteri mengalami
lisis (pecah), dan virus- virus baru akan keluar untuk mencari inang
yang lain. Fase ini merupakan fase lisisnya sel bakteri namun bagi
virus merupakan fase penghamburan virus.
B. Daur lisogenik
a. Fase absorpsi
Fase ini ditandai dengan melekatnya ekor virus dengan dinding sel
bakteri. Virus dapat menempel pada sel-sel tertentu yang diinginkan
karena memiliki reseptor pada ujung-ujung serabut ekor. Setelah
menempel, virus mengeluarkan enzim lisozim (enzim penghancur)
sehingga terbentuk lubang pada dinding bakteri atau sel inang.
b. Fase injeksi
24
Setelah terbentuk lubang, kapsid virus berkontraksi untuk
memompa asam nukleatnya (DNA atau RNA) masuk ke dalam sel.
Jadi, kapsid virus tetap berada di luar sel bakteri. Jika telah kosong,
kapsid terlepas dan tidakberfungsi lagi.
c. Fase penggabungan
Ketika memasuki fase injeksi, DNA virus masuk ke dalam tubuh
bakteri. Selanjutnya, DNA virus menyisip ke dalam DNA bakteri atau
melakukan penggabungan. DNA bakteri berbentuksirkuler, yakni
seperti kalung yang tidak berujung dan berpangkal. DNA tersebut
berupa benang ganda yang berpilin.Mula-mula DNA bakteri putus,
kemudian DNA virus, menggabungkan diri diantara benang yang
putus tersebut, dan akhirnya terbentuk DNA sirkuler baru yang telah
disisipi DNA virus. Dengan kata lain, di dalam DNA bakteri
terkandung materi genetik virus.
d. Fase pembelahan
Dalam keadaan tersambung itu, DNA virus tidak aktif, yang
dikenal sebagai profag. Karena DNA virus menjadi satu dengan DNA
bakteri, maka jika DNA bakteri melakukan replikasi, profag juga ikut
melakukan replikasi. Terbentuklah dua sel bakteri sebagai hasil
pembelahan dan didalam setiap sel anak bakteri terkandung profag
yang identik. Demikian seterusnya hingga proses pembelahan bakteri
berlangsung berulang kali sehingga setiap sel bakteri yang terbentuk di
dalamnya terkandung profag. Dengan demikian jumlah profag
mengikuti jumlah sel bakteri yang ditumpanginya.
e. Fase sintesis
Oleh karena suatu hal, misal karena radiasi atau pengaruh zat kimia
tertentu, profag tiba-tiba aktif. Profag tersebut memisahkan diri dari
DNA bakteri, kemudian menghancurkan DNA bakteri. Selanjutnya,
DNA virus mengadakan sintesis, yakni mensintesis protein untuk
digunakan sebagai kapsid bagi virus-virus baru dan juga melakukan
replikasi DNA, sehingga DNA virus menjadi banyak.
25
f. Fase perakitan
Kapsid-kapsid dirakit menjadi kapsid virus yang utuh, yang
berfungsi sebagai selubung virus. Kapsid virus yang terbentuk
mencapai 100-200 kapsid baru. Selanjutnya DNA hasil replikasi
masuk kedalam guna membentuk virus-virus baru.
g. Fase isis
Setelah terbentuk virus-virus baru terjadilah lisis sel bakteri. Ketika
perakitan virus selesai, virus telah memproduksi enzim lisozim lagi,
yakni enzim penghancur yang akan menghancurkan dinding sel
bakteri. Dinding sel bakteri hancur, sel bakteri mengalami lisis
(pecah), dan virus-virus baru akan keluar untuk mencari inang yang
lain. Fase ini merupakan fase lisisnya sel bakteri namun bagi virus
merupakan fase penghamburan virus. Virus-virus yang terbentuk
berhamburan keluar sel bakteri guna menyerang bakteri baru. Dalam
daur selanjutnya virus
1.4.4 Proses Virus Menginfeksi Organisme
Terbagi atas 5 tahap (8):
a. Attachment (penempelan), dimana pada tahap awal ini virus megikat
sel inangnya
b. Penetrasi (penembusan), penetrasi virus ke dalam sel eukariotik
berlangsung melalui endositosis. Bila virion menempel pada lipatan
kecil (microvillus) membrane plasma sel, membrane plasma sel akan
melipat ke dalam membungkus virion dan membentuk vesikel
envelop hancur kapsid akan dicerna saat sel berusaha
mencerna isi vesikel atau akan dilepaskan ke sitoplasma sel hospes.
c. Uncoating, adalah pemisahan asam nukleat virus dari coat proteinnya.
d. Biosintesis virus
e. Virus DNA, pada umumnya mereplikasi DNA-nya di dalam nukleus
sel hospes dengan menggunakan enzim virus, dan mengsintesis kapsid
dan protein lainnya di sitoplasma dengan menggunakan enzim hospes.
Lalu protein masuk ke dalam nukleus dan bergabung dengan DNA
26
baru dan membentuk virion. Virion ini ditranspor melalui retikulum
endoplasma ke membrane sel hospes untuk dilepaskan.
f. Virus RNA, mirip dengan virus DNA, kecuali perbedaan pada
mekanisme pembetukan mRNA yag berbeda-beda pada berbagai grup
virus RNA. Virus RNA berkembang biak di sitoplasma sel hospes.
g. Maturasi dan Release (Pematangan dan Pelepasan), maturasi diawali
dengan penyusunan kapsid protein. Protein envelop disintesis oleh
virus dan diinkooperasikan dengan membrane plasma sel hospes. Lipid
dan karbohidrat enelop disintesis oleh enzim sel hospes dan ada pada
membrane plasma. Envelop terbentuk melalui proses budding saat
release. Release virus tanpa envelope terjadi melalui membrane plasma
sel hospes, dan biasnya menimbulkan kematian sel hospes.
1.4.5 Respon Tubuh terhadap Virus
Tubuh memiliki sistem untuk mempertahankan diri dari serangan
benda/makhluk hidup asing yang masuk ke dalamnya. Sistem pertahanan tubuh
ini dapat dikelompokan menjadi sistem pertahanan tubuh non-spesifik dan sistem
pertahanan tubuh spesifik(7).
a.Sistem pertahanan tubuh non-spesifik
1) Barier anatomis: contohnya adalah kulit dan membran mukosa. Keduanya
merupakan garis pertahanan pertama terhadap mikroorganisme.
2) Barier fisiologis: contohnya adalah sekresi normal yang bersifat asam pada
kulit yang dapat mencegah perkembangan mikroorganisme lainnya.
3) Respons inflamasi: bersifat local dan dicirikan dengan lima tanda yaitu
kemerahan (rubor), panas (kolor), nyeri/sakit (dolor), pembengkakan
(tumor), perubahan fungsi atau keterbatasan anggota gerak (fungio laesa)
b. Sistem pertahanan tubuh spesifik
Sistem pertahanan tubuh spesifik merupakan sistem pertahanan tubuh untuk
melindungi diri dari serangan pathogen dan memastikan perthanan tubuh tidak
berbalik melawan jaringan tubuh itu sendiri. Respons imun spesifik
berhubungan dengan dua komponen yaitu imunitas humoral dan imunitas
selular.
27
1) Imunitas humoral
Imunitas humoral diperantarai oleh antibodi yang dihasilkan oleh sel
limfosit B (sel B). imunitas ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu;
a) Imunitas aktif, merupakan kekebalan yang didapatkan ketika tubuh
menghasilkan antibodi untuk menahan antigen.
b) Imunitas aktif buatan, merupakan kekebalan yang didapat dari antibodi
yang dihasilkan oleh sumber lain, misalnya hewan atau manusia.
2) Imunitas selular
Imunitas selular adalah imunitas yang melibatkan sel limfosit T (sel T). sel
T dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain;
a) Sel T pembantu (helper T cell) berfungsi membantu dan mengendalikan
komponen respons imun spesifik lainnya; fungsi utamanya adalah
mengaktifkan sel B dan sel t pembunuh (killer T cell).
b) Sel T pembunuh (killer T cell) berfungsi menyerang sel tubuh yang
terinfeksi oleh patogen
1.4.6 Keuntungan dan Kerugian Virus
Virus dapat dimanfaatkan dalam bidang rekayasa genetika maupun
penelitian dibidang kedokteran. Beberapa contoh di antaranya sebagai berikut(15):
a. Virus yang digunakan untuk memproduksi interferon. Interferon
merupakan protein kecil yang dihasilkan oleh sel normal sebagai respon
terhadap infeksi virus. Interferon berfungsi untuk mencegah replikasi sel
virus didalam hospes.
b. Profage dapat digunakan untuk mengubah fenotip bakteri sehingga sangat
bermanfaat dalam bidang kedokteran. Caranya yaitu dengan mengabung
gen virus dengan gen manusia yang bersifat menguntungkan. Setelah
mengalami lisis maka akan dikembang biakan didalam bakteri sehingga
ketika bakteri memeperbanyak diri akan mengandung gen manusia yang
dapat memproduksi zat-zat yang menguntungkan.
c. Virus digunakan untuk pembuatan vaksin. Vaksin adalah mikroorganisme
pathogen yang telah dilemahkan sehingga sifat pathogenesis (penyebab
28
penyakit)-nya hilang, tetapi sifat antigenitasnya ( penimbul antibodi)-nya
tetap.
Selain itu, virus juga merugikan bagi makhluk hidup lainnya, yaitu (15):
a. Penyakit pada tanaman
1) Mozaik
2) Burik kuning
3) Kerdil
b. Penyakit pada hewan
1) Polyoma penyebab tumor
2) New Castle Disease (NCD), menyerang sistem saraf pada ternak
unggas, misal ayam. NCD umumnya disebut dengan tetelo.
3) Rabies yang dapat menyerang pada anjing, kucing, rakun serta
monyet.
4) Adenovirus penyebab penyakit saluran pernafasan, beberapa
menyebabkan tumor pada hewan tertentu.
c. Penyakit pada manusia
1) AIDS
HIV merupakan virus yang menyebabkan AIDS (Acquired
Immune Deficiency Syndrome), suatu penyakit yang menyerang
sistem kekebalan tubuh. HIV merupakan golongan virus yang
jarang terdapat pada manusia, yaitu retrovirus. Retrovirus
merupakan virus RNA yang dapat membuat DNA melalui proses
transkripsi balik. Oleh karenanya, virus ini melengkapi diri dengan
enzim spesifik reverse transcriptase. HIV menyerang limfosit T4
yang mempunyai peranan penting dalam mengatur imunitas.
Seseorang yang mengidap HIV jumlah limfosit T akan menurun.
Sekali terinfeksi HIV maka seumur hidup orang tersebut akan
membawa virus HIV. Virus HIV terdapat pada darah, cairan
sperma, cairan yang dihasilkan vagina dan cairan tubuh lainnya
dari penderita AIDS.
2) Hepatitis B
29
Hepatitis B, virus ini berkembang di dalam jaringan hati sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan sel-sel hati.
3) Demam Berdarah Dengue (DBD)
Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
menunjukkan gejala panas tinggi mendadak dan terus menerus
selama 2-7 hari, nafsu makan dan minum turun, lemah, mual,
muntah, sakit kepala, sakit perut, nyeri ulu hati, bintik merah di
kulit, pendarahan di gusi dan hidung, berak darah, muntah darah.
1.5 Perbedaan antara bakteri dan virus
Bakteri berasal dari kata "bakterion" (bahasa Yunani) yang
berarti tongkat atau batang. Istilah bakteri ini sekarang banyak
dipakai untuk tiap mikroba yang bersel satu. Bakteri ditemukan
pertama kali oleh ilmuwan Belanda bernama Anthony van
Leewenhoek. Leeuwenhoek kemudian menerbitkan aneka
ragam gambar bentuk bakteri pada tahun 1684. Sejak saat itu,
ilmu yang mempelajari bakteri mulai berkembang. Ilmu yang
mempelajari bakteri disebut bakteriologi. Bakteri adalah
organisme yang paling banyak jumlahnya dan tersebar luas
dibandingkan makhluk hidup lainnya. Bakteri memiliki ratusan
ribu spesies yang hidup di gurun pasir, salju atau es, hingga
lautan.
Bagi manusia, bakteri ada yang menguntungkan dan ada
yang merugikan. Bakteri memiliki ciri yang membedakannya
dengan makhluk hidup lainnya. Bakteri adalah organisme
uniseluler, prokariot, dan umumnya tidak memiliki klorofil.
Ukuran tubuh bakteri bervariasi, dari berdiameter 0,12 mikron
sampai yang panjangnya ratusan mikron. Bakteri dapat dilihat
30
dengan menggunakan mikroskop cahaya dan mikroskop
elektron. Bakteri yang paling renik adalah Mycoplasma yang
berukuran 0,12 mikron. Sebaliknya bakteri terbesar adalah
Thiomargarita yang berukuran 200 mikron. Bentuk dasar
bakteri beraneka ragam, yaitu kokus (bulat), basil (batang), dan
spirilia (spiral)(16).
Virus adalah entitas nonselular yang merupakan parasit
intraselular obligat. Virus memerlukan sel inang agar bisa
bereproduksi. Virus yang terbentuk penuh disebut virion. Materi
genetiknya terlindungi dalam selubung protein yang dikenal
dengan kapsid. Subunit-subunit protein individual yang
menyusun kapsid disebut kapsomer. Unit dasar asam nukleat
dan selubung protein virus disebut nukleokapsid. Ukuran virus
jauh lebih kecil daripada sel-sel prokariotik maupun eukariotik,
ukuran tipikal virus adalah dalam kisaran nanometer (nm) yaitu
sekitar 20-300 nm. Satu nanometer adalah 1/1000 mikrometer.
Virus tidak bisa dilihat dengan mikroskop cahaya, karenanya
harus digunakan mikroskop khusus untuk melihat tubuh virus
yakni mikroskop elektron.
Sel yang rawan terhadap infesi viral memiliki reseptor-
reseptor spesifik di permukaannya. Reseptor-reseptor tersebut
dilekati oleh masing-masing virus. Sel tanpa reseptor-reseptor
tersebut akan sulit diinfeksi oleh virus. Virus-virus terspesialisasi
untuk menginfeksi inang tertentu dan tipe sel inang tertentu.
Pada umumnya, sebuah tipe virus tertentu tidak menginfeksi
lebih dari satu inang atau spesies (atau galur), tapi terkadang
kisaran inang virus menjadi lebih luas. Contohnya adalah virus
HIV (human immunodeficiency virus) diduga pada awalnya
menginfeksi primata-primata nonmanusia di daerah hutan hujan,
tapi kemungkinan besar HIV memperoleh mutasi yang
31
memungkinkannya melakukan lompatan antar spesies. Hal ini
memunculkan penyakit manusia yang disebut AIDS (Acquired
immunodeficiency syndrome)(16).
1.6 Flu Burung
1.6.1 Proses Penularan Flu Burung terhadap manusia
Pada umumnya virus influenza memiliki hospes (inang) yang spesifik. Hal
ini berarti bahwa virus yang menginfeksi burung tidak akan menginfeksi manusia
begitu juga sebaliknya. Namun virus influenza mudah mengalami perubahan
sebagai akibat mutasi gen. perubahan sifat pada influenza dapat berupa “Antigenic
Shift” yakni perubahan sebagai akibat dari akumulasi mutasi pada genomnya. Dan
perubahan berupa “Antigenic Drift” yakni persilangan genom antara virus
influenza tipe yang berbeda. Virus H5N1 merupakan contoh virus hasil perubahan
yaitu persilangan antara genom virus penginfeksi unggas dengan virus
penginfeksi manusia.(20)
Penularan atau transmisi dari virus influenza secara umum dapat terjadi
melalui inhalasi, kontak langsung, ataupun kontak tidak langsung.(17) Infeksi virus
H5N1 dimulai ketika virus memasuki sel hospes setelah terjadi penempelan
spikes virion dengan reseptor spesifik yang ada di permukaan sel hospesnya.
Virion akan menyusup ke sitoplasma sel dan akan mengintegrasikan materi
genetiknya di dalam inti sel hospesnya, dan dengan menggunakan mesin genetik
dari sel hospesnya, virus dapat bereplikasi membentuk virion-virion baru, dan
virion-virion ini dapat menginfeksi kembali sel-sel disekitarnya. Dari beberapa
hasil pemeriksaan terhadap spesimen klinik yang diambil dari penderita ternyata
avian influenza H5N1 dapat bereplikasi di dalam sel nasofaring. (18)
Fase penempelan (attachment) adalah fase yang paling menentukan
mampukah virus bisa masuk atau tidak ke dalam sel hospesnya untuk melanjutkan
replikasinya. Virus influenza A melalui spikes hemaglutinin (HA) akan berikatan
dengan reseptor yang mengandung sialic acid (SA) yang ada pada permukaan sel
hospesnya. Ada perbedaan penting antara molekul reseptor yang ada pada
manusia dengan reseptor yang ada pada unggas atau binatang, sehingga secara
32
teoritis virus flu burung tidak bisa menginfeksi manusia karena perbedaan
reseptor spesifiknya. Namun dengan perubahan hanya 1 asam amino saja
konfigurasi reseptor tersebut maka reseptor pada manusia dapat dikenali oleh
HPAI-H5N1. Potensi virus H5N1 untuk melakukan mutasi inilah yang
menyebabkan penyakit flu burung dapat menginfeksi ke manusia. (19)
1.6.2 Gejala Terinfeksinya Virus Flu Burung
Secara umum pada masa inkubasi, antara mulai tertular dan timbulnya
gejala, adalah sekitar tiga hari. Sementara, dalam kepustakaan dinyatakan, masa
infeksius pada manusia adalah satu hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul
gejala. Samentara pada anak bisa sampai 24 hari.Gejala manusia yang tertular flu
burung pada dasarnya sama dengan flu umumnya, hanya saja berpotensi menjadi
berat dan fatal. Gejalanya antara lain demam, batuk, sakit tenggorokan, sakit
kepala, dan nyeri sendi sampai infeksi selaput mata.(23)
Jika keadaannya makin memburuk, maka dapat terjadi severe respiratory
distress yang di tandai dengan sesak nafas hebat, rendahnya kadar oksigen darah
serta meningkatnya kadar CO2. Ini terjadi karena infeksi flu menyebar ke paru dan
menimbulkan radang paru (pneumonia) yang dapat disebabkan oleh virus AI atau
bakteri. Kemudian masuk ke saluran napas dan menginfeksi paru yang sedang
sakit akibat virus flu burung.(23)
Laporan dari kasus yang terjadi pada tahun 1999 menunjukkan adanya
variasi gejala berupa demam sekitar 390C, lemas, sakit tenggorok, sakit kepala,
tidak nafsu makan, muntah dan nyeri perut, serta diare. Hanya saja, kesepuluh
pasien flu burung di Vietnam tahun 2004, tidak seorang pun yang mengeluh sakit
tenggorok dan pilek. Agak aneh memang. Juga tidak ada keluhan radang selaput
mata dan bercak kemerahan pada pasien. Secara khusus, gejala flu burung
dibedakan atas(22) :
a. Flu burung pada ternak
Gejala klinis flu burung pada unggas mirip dengan gejala newcastle
disease, atau di indonesia disebut penyakit tetelo atau pileren yang disebabkan
oleh paramyxovirus. Gejala Klinis ternak unggas yang terinfeksi flu burung
sebagai berikut:
33
1) Jengger, pial, dan kulit perut yang tidak ditumbuhi bulu bewarna biru
keunguan.
2) Pembengkakan di sekitar kepala dan muka.
3) Ada cairan yang keluar dari hidung dan mata.
4) Perdarahan di bawah kulit (subkutan)
5) Perdarahan titik (ptechie) pada daerah dada, kaki, dan telapak kaki.
6) Batuk, bersin, ngorok.
7) Diare.
8) Tingkat kematian tinggi.
b. Flu burung pada manusia
Orang yang terserang flu burung menunjukkan gejala seperti terkena flu
biasa, tetapi kerena keganasan virusnya menyebabkan flu ini juga ganas.
Virus influenza biasanya menimbulkan penyakit yang ringan. Tetapi virus flu
burung ini sangat ganas dan dapat menyebabkan kematian dalam satu
minggu. Orang yang terkena flu burung mengalami kenaikan suhu tubuh
sampai 39C, sakit tenggorokan, batuk, sesak napas dan mengeluarkan lendir
bening dari hidung. Kondisi ini dapat diikuti dengan penurunan daya tahan
tubuh yang sangat cepat karena biasanya penderita tidak memiliki nafsu
makan, diare dan muntah.
Dalam waktu singkat gejala gejala tersebut dapat menjadi lebih berat
dengan terjadinya peradangan di paru (pneumonia). Apabila tidak dilakukan
penanganan yang baik pada pasien maka dapat menyebabkan kematian.
1.6.3 Cara Menanggulangi Penyakit Flu Burung
Berikut salah satu isi Instruksi Presiden Republik Indonesia nomor 1 tahun
2007 tentang penanganan dan penanggulangan wabah flu burung. Untuk
menangani perkembangan virus flu burung (avian influenza) di wilayah Indonesia
yang menunjukkan peningkatan dan sudah mengarah pada tingkat yang sangat
membahayakan, dengan ini menginstruksikan:
34
a. meningkatkan intensitas dan melakukan langkah-langkah konkret dan efisien
untuk penanganan dan pengendalian virus flu burung (avian influenza);
b. melakukan sosialisasi dan edukasi secara terus menerus mengenai bahaya dan
penanggulangan virus flu burung (avian influenza) di daerah yang berisiko
tinggi atau daerah endemik virus flu burung (avian influenza).
Penanggulangan untuk unggas yang belum terkena flu burung agar tidak
terjangkit adalah dengan menerapkan prinsip Biosekuriti. Biosekuriti merupakan
cara untuk menghindari kontak antara hewan dan mikroorganisme. Prinsip-prinsip
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Jagalah agar ternak unggas dalam kondisi baik
- Mempunyai akses ke air bersih dan makanan yang memadai.
- Mempunyai akses ke kandang yang memadai.
- Menerima produk-produk yang bebas cacing dan sudah divaksinasi.
b. Jagalah ternak unggas agar selalu berada dalam lingkungan yang terlindung
c. Periksalah barang-barang yang masuk ke peternakan
Adapun cara penanggulangan untuk hewan yang sudah terkena wabah flu
burung adalah dengan memberikan vaksin. Vaksinasi terhadap Flu Burung sudah
ada dan sedang dikembangkan. Keputusan untuk membuat vaksin ini tersedia di
suatu negara hanya bisa dilakukan oleh Direktorat Kesehatan Hewan.
1.6.4 Mencegah Terinfeksinya Flu Burung
Kebiasaan pola hidup sehat tetap memegang peranan penting dalam
pencegahan. Untuk flu adalah tetap menjaga daya tahan tubuh, makan yang
seimbang dan bergizi, istirahat dan olahraga teratur. Kebiasaan mencuci tangan
secara teratur. Secara umum pasien influenza sebaiknya istirahat, banyak minum
dan makan bergizi.Sampai kini belum ada vaksin untuk menangkal flu burung
pada manusia walau ada berbagai jenis vaksin influenza, tetapi vaksin tersebut
dibuat untuk mencegah flu biasa bukan mencegah flu burung.
World Health Organization (WHO) menyatakan, secara umum prinsip-
prinsip kerja yang higienis seperti mencuci tangan dan menggunakan alat
pelindung diri bila diperlukan merupakan upaya yang harus dilakukan oleh
mereka yang kontak dengan ternak. Karena telur juga dapat tertular,
35
penanganannya kulit telur dan telur mentah juga perlu diperhatikan. WHO juga
menyatakan, dengan memasaknya seperti yang biasa kita lakukan selama ini,
virus flu burung akan mati. Ada anjuran: daging, daging unggas harus dimasak
sampai suhu 700C atau 800C selama sedikitnya satu menit. Kalau kita menggoreng
atau merebus ayam di dapur misalnya, tuntu lebih dari itu suhu dan lamanya
memasak. Artinya aman mengkonsumsi ayam atau unggas lainnya asal telah
dimasak dengan baik.
Flu burung yang mana belum ada obat atau vaksinnya, maka upaya yang
dilakukan hanya bersifat pencegahan dan pertolongan pertama. Upaya tersebut
dapat dilakukan dengan pencegahan luar dan dalam tubuh.(21)
1) Pencegahan Luar
Pencegahan luar bertujuan untuk mencegah penularan dari lingkungan agar
tidak masuk ke dalam tubuh. Tindakannya adalah:
a. Setiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari unggas
harus menggunakan pelindung.
b. Memusnahkan unggas yang terkena flu burung.
c. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi resiko
penularan.
d. Tidak mengkonsumsi produk unggas dari peternakan yang terkena wabah
flu burung.
e. Tetap terapkan pola hidup sehat.
2) Pencegahan Dalam
Pencegahan dalam dilakukan dengan mengonsumsi obat dan makanan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
a. Obat
Obat yang direkomendasikan untuk mencegah terinfeksi flu burung adalah
obat antiviral misalnya amantadine dan rimantadine dan penghambat
neurominidase misalnya oseltamivir dan zanimivir.
36
Obat ini digunakan dalam pencegahan dan pengobatan influenza di
beberapa Negara dan diperkirakan dapat juga mengatasi penyakit flu burung.
b. Makanan
Mengkonsumsi makanan yang banayak mengandung serat dan kandungan
antioksidan tinggi seperti buah dan sayuran. Dengan melaksanakan upaya
pencegahan diatas diharapkan kita semua dapat terhindar dari penyakit flu
burung ini.
Selain pencegahan luar dan pencegahan dalam, pencegahan flu burung
juga dapat dilakukan oleh peternak dan masyarakat umum, diantaranya(24):
1) Peternak
a. Orang yang kontak dengan unggas (misalnya peternak ayam) harus
menggunakan masker, baju khusus, kaca mata renang.
b. Membatasi lalu lintas orang yang masuk ke peternakan
c. Mendisinfeksi orang dan kendaraan yang masuk ke peternakan
d. Mendisinfeksi peralatan peternakan
e. Mengisolasi kandang dan kotoran dari lokasi peternakan
2) Masyarakat umum
a. Memilih daging yang baik dan segar
b. Memasak daging ayam minimal 800 C selama 1 menit dan telur minimal
640 C selama 5 menit (atau sampai air atau kuahnya mendidih cukup
lama).
c. Menjaga kesehatan dan ketahanan umum tubuh dengan makan,
olahraga, dan istirahat yang cukup.
d. Segera ke dokter/ puskesmas/ rumahsakit bagi masyarakat yang
mengalami gejala-gejala flu burung.
BAB III
KESMPULAN
37
Infeksi bakteri dan virus terhadap organisme adalah dengan proses tertentu
berdasarkan karakteristik bakteri dan virus tersebut.
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Nelson D.L. and Cox M.M., 2004, Lehninger Principles of Biochemistry 4th
ed, W.H. Feeman, New York.
2. Bolsover S.R., Hyams J.S., Sephard E.A., White H.A., Wiedemann C.G.,
2004. Cell Biology : a Short Course 2nd ed, John Willey and Son Inc., USA.
3. Sujidi, dkk. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta, Balai
Penerbit FK UI
4. Agus Syahrurachman. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara;
1994.
5. Widayati S., Rochmah S. N., Zubedi. Biologi : SMA dan MA Kelas X. Jakarta:
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional,; 2009
6. FKUI. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta: Binarupa
Aksara; 2008.
7. Jawetz, Melnick, Adelberg’s. Mikrobiologi kedokteran Jilid 1. Jakarta:
Salemba Medika; 2005
8. Irianto, Koes. 2013. Mikrobiologi Medis. Bandung:Alfabeta
9. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penterjemah:
Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2006.
10. Deden A. Biologi Kelompok Pertanian dan Kesehatan. Jakarta: Grafindo
Media Pratama; 2006.
11.Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Mikrobiologi Kedokteran. 25th ed. Jakarta:
EGC; 2008.
12.Campbell. Biology Concepts & Connections. California: The Benjamin/
Commings Publishing Company; 2006.
13.Albert, B., Johnson, A., Lewis, J. Raff, M., Roberts, K., Walter, P. 2002.
Molecular Biology of the Cell. 4 th ed. Garland Science. New York
14.Irianto, K. 2006. Mikrobiologi: Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2. CV.
YramaWidya . Bandung.
39
15.Campbell NA, Recee JB, Urry LA, Cain ML. Biologi Jilid 1. Jakarta:
Erlangga; 2008.
16.Elrod, Susan, Stansfield, William. Genetika Edisi Keempat. Jakarta: PT Gelora
Aksara Pratama; 2007
17. Bridges CB, Keurhnet MJ, Hall CB. Transmission of influenza : implecation
for control in health care setting Clin Infect Dis. 2003; 37 : 1094 – 1101.
18. Peiris JS, Yu WC, Leung CW, et al. Re-emergence of fatal human influenza
influenza A subtype H5N1 disease. Lancet 2004; 363: 617-619.
19. Russel CJ and Webster RG. The genesis og a pandemic influenza virus. Cell.
2005 123(3): 368-371.
20.Anies D. SLP : Manajemen Berbasis Lingkungan. Jakarta: Elex Media
Komputindo; 2006.
21. Akoso, Budi Tri. 2006. Waspada Flu Burung. Penerbit Kanisius :
Yogyakarta.
22. Irianto, K., 2007. Mikrobiologi, Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid I,
Yrama Widya: Jakarta.
23. Soejoedono, D. Retno. 2006. Flu Burung. Penerbit Swadaya : Depok. Pustaka
Internet
24. Widoyono. Penyakit Tropis: Epidemologi, Penularan, Pencegahan, &
Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga; 2011.
25. White J. M. 2007. Cell Structure and Function. University of Virginia Health
System.
40