PLENO1

59
BAB I PENDAHULUAN 1.1Pemicu Seorang anak laki-laki berumur empat tahun yang tinggal di Kecamatan Pontianak Utara diduga terinfeksi virus flu bung dan saat ini diisolasi di RSUD dr. Soedarso Pontianak. Dokter yang bertugas mengatakan bahwa kemungkinan pasien tersebut terinfeksi virus flu burung. Pihak rumah sakit kemudian melaporkan hal tersebut ke Dinas Kesehatan Kota Pontianak untuk melakukan kunjungan ke daerah tinggal pasien. Petugas yang datang ke tempat tinggal pasien mengamati hewan dan tumbuhan-tumbuhan yang beraneka ragam di sekitar tempat tinggal pasien. Para petugas juga mendata laporan bahwa banyak ayam mati mendadak di daerah tersebut. Tiga bulan sebelumnya juga beber ternak mengalami penyakit yang disebabkan oleh bakteri 1.2Klarifikasi dan Definisi a. Flu Burung : penyakit infeksius pada spesies burung yang menyerang saluran n s dari gejala yang paling ringan dengan yang paling berat yang disebabkan oleh 16 subtipe H dan 9 1

description

SEL DAN GENETIKA

Transcript of PLENO1

Page 1: PLENO1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pemicu

Seorang anak laki-laki berumur empat tahun yang tinggal di Kecamatan

Pontianak Utara diduga terinfeksi virus flu bung dan saat ini diisolasi di RSUD dr.

Soedarso Pontianak. Dokter yang bertugas mengatakan bahwa kemungkinan

pasien tersebut terinfeksi virus flu burung. Pihak rumah sakit kemudian

melaporkan hal tersebut ke Dinas Kesehatan Kota Pontianak untuk melakukan

kunjungan ke daerah tinggal pasien.

Petugas yang datang ke tempat tinggal pasien mengamati hewan dan

tumbuhan-tumbuhan yang beraneka ragam di sekitar tempat tinggal pasien. Para

petugas juga mendata laporan bahwa banyak ayam mati mendadak di daerah

tersebut. Tiga bulan sebelumnya juga beber ternak mengalami penyakit yang

disebabkan oleh bakteri

1.2 Klarifikasi dan Definisi

a. Flu Burung : penyakit infeksius pada spesies burung yang

menyerang

saluran n s dari gejala yang paling ringan dengan yang

paling berat yang disebabkan oleh 16 subtipe H dan 9

subtipe N virus influenza A yang beras dari influenza

unggas

b. Isolasi : pemisah individu yang terinfeksi virus setelah

segala

penyakitnya yang berkembang

c. Bakteri : mikroorganisme prokariotik uniseluler yang

masanya

memperbanyak diri dari pembelahan sel

d. Virus : agen infeksius yang sangat kecil dan dengan beber

1

Page 2: PLENO1

pengecualian tidak d t dilihat dengan mikroskop cahaya

dan tidak mampu melakukan metabolisme

sendiri

e. Infeksi : infeksi yang disebabkan patogen atau mikroorganisme

1.3 Kata Kunci

a. Flu burung

b. Bakteri

c. Virus

d. Ayam mati mendadak

e. Terinfeksi

1.4 Rumusan Masalah

Bagaimana bakteri dan virus d t menginfeksi organisme?

1.5 Analisis Masalah

2

Page 3: PLENO1

1.6 Hipotesis

Penularan bakteri dan virus terhadap organisme adalah dengan proses tertentu

berdasarkan karakteristik virus dan bakteri tersebut.

1.7 Pertanyaan Diskusi

1. Apa perbedaan makro dan mikro organisme?

2. Bagaimana karakteristik prokariotik?

3. Bagaimana karakteristik eukariotik?

4. Bagaimana struktur bakteri?

5. Bagaimana struktur virus?

3

Makhluk Hidup

Mikroorganisme

Bakteri

Karakteristik

Klasifikasi

Perkembangan

Dampak

Virus

Makroorganisme

(-) (+) Flu Burung

Penularan

Gejala

Tata Laksana

Pencegahan

Infeksi

Page 4: PLENO1

6. Apa perbedaan antara bakteri dan virus?

7. Apa saja jenis bakteri?

8. Apa saja jenis virus?

9. Bagaimana perkembangbiakan bakteri?

10. Bagaimana perkembangbiakan virus?

11. Bagaimana proses bakteri menginfeksi organisme?

12. Bagaimana proses virus menginfeksi organisme?

13. Bagaimana respons tubuh terhadap bakteri?

14. Bagaimana respons tubuh terhadap virus?

15. Apa saja keuntungan dan kerugian dari bakteri?

16. Apa saja keuntungan dan kerugian dari virus?

17. Bagaimana proses penularan flu burung terhadap manusia?

18. Bagaimana gejala terinfeksinya virus flu burung?

19. Apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah terinfeksinya flu burung?

20. Bagaimana cara menanggulangi penyakit yang disebabkan oleh virus flu

burung?

4

Page 5: PLENO1

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Perbedaan Makroorganisme dan Mikroorganisme

Mikroorganisme berbeda dengan sel makroorganisme. Sel makroorganisme

tidak bisa hidup bebas di alam melainkan menjadi bagian dari struktur

multiselular yang membentuk jaringan, organ, dan sistem organ. Sementara,

sebagian besar mikrooganisme dapat menjalankan proses kehidupan dengan

mandiri, dapat menghasilkan energi sendiri, dan bereproduksi secara independen

tanpa bantuan sel lain.

1.2 Sel

Sel adalah satuan kehidupan terkecil yang mampu berfungsi mandiri, terdiri

atas sitoplasma yang mengandung berbagai kompartemen subselular dan terpisah

dari lingkungan luar oleh membran plasma. Sel-sel eukariotik juga memiliki

nukleus yang mengandung genom dan nucleolus, sel-sel prokariotik mengandung

DNA, tetapi tidak mempunyai nukleus. Organel-organel sel dan fungsinya (15):

a. Membran sel (membran plasma). Merupakan bagian sel paling luar. Dimiliki

oleh hewan dan tumbuhan. Berfungsi mengatur keluar masuknya zat pada

suatu sel.

b. Dinding sel. Merupakan lapisan di bawah membran sel, terbuat dari selulosa.

Hanya dimiliki oleh sel tumbuhan. Berfungsi untuk memberi kekuatan dan

perlindungan bagi sel.

c. Sitoplasma. Cairan bening seperti gel yang mengisi ruang dalam sel. Berfungsi

sebagai tempat berlangsungnya reaksi metabolisme.

d. Vakuola. Merupakan rongga di dalam sel yang berlapis membran, di dalamnya

berisi cairan. Berfungsi sebagai tempat menyimpan bahan makanan dan sisa

metabolisme. Vakuola sel hewan berukuran kecil, sedangkan vakuola

tumbuhan berukuran besar.

e. Mitokondria. Merupakan tempat pembentukan sumber energi. Umumnya

dimiliki semua sel hidup, karena fungsinya yang sangat penting, yaitu

5

Page 6: PLENO1

menghasilkan energi melalui proses respirasi sel (reaksi antara bahan makanan

dengan oksigen dan menghasilkan energi)

f. Ribosom, organel berbentuk butiran-butiran kecil yang terdapat di sitoplasma

atau menempel di permukaan retikulum endoplasma kasar. Berfungsi sebagai

tempat sintesis protein. Terdapat di sel hewan dan tumbuhan.

g. Retikulum Endoplasma, organel berbentuk seperti saluran. Retikulum

Endoplasma permukaan kasar diselubungi ribosom, Retikulum Endoplasma

permukaan halus tidak ada ribosom, tetapi di permukaannya terdapat enzim-

enzim. Berfungsi untuk membatu metabolisme protein, lemak dan karbohidrat.

h. Badan Golgi, organel berbentuk seperti tumpukan kue panekuk. Berfungsi

membantu sintesis protein. Terdapat di sel tumbuhan dan hewan.

i. Lisosom, merupakan kantung kecil dengan membran tunggal. Berfungsi untuk

mendaur ulang bagian sel yang rusak, mencerna zat sisa makanan atau zat-zat

asing yang masuk ke dalam sel. Terdapat di sel tumbuhan dan hewan.

j. Sentrosom, bentuknya seperti tabung kecil dan mengapung di sitoplasma.

Sentriol dalam sentrosom berperan dalam pembelahan sel. Sentrosom sel

hewan memiliki sepasang sentriol, sedang sel tumbuhan tidak.

k. Nuklues (inti sel), organel berbentuk bulat atau lonjong yang terdapat di tengah

atau bagian tepi sel. Berfungsi sebagai pusat pengendali kegiatan sel. Di

dalamnya terdapat cairan inti (nukleoplasma), anak inti (nukleolus) dan selapu

inti. Terdapat di sel hewan dan tumbuhan.'

l. Kloroplas, organel kecil berbentuk bulat yang berwarna hijau karena

mengandung pigmen klorofil. Hanya terdapat di sel tumbuhan. Berperan dalam

proses fotosintesis tumbuhan yang menghasilkan energi dan bahan makanan

tumbuhan.

1.2.1 Karakteristik Prokariotik

Sel prokariot memiliki ukuran yang sangat kecil dan memiliki organisasi

internal sel yang sederhana terdiri dari membran dan isi sel (sitoplasma). Materi

genetiknya (DNA) tidak terselubung membran dan tersebar bebas di sitoplasma.

Daerah tempat tersebarnya materi genetik tersebut disebut nucleoid. Sebagian

besar sel prokariot memiliki dinding sel yang tersusun atas mukopolosakarida dan

6

Page 7: PLENO1

peptidoglikan. Pada bakteri terdapat dua jenis dinding sel yaitu dinding sel gram

positif dan negatif. Ribosom pada prokariot juga tersebar diseluruh sitoplasma.

Prokariot dibagi menjadi dua kelompok yaitu Eubakteria dan Arkhaebakteria(1).

Adapun karakteristik prokariot sebagai berikut (13) :

a. Biasanya relatif kecil dan sederhana

b. Mempunyai ciri-ciri eksternal

c. Batasnya adalah membran plasma

d. Dapat memiliki bungkus yang disebut mesosom

e. Dinding yang kaku yang tersusun dari senyawa yang unik,yang ditemukan

hanya pada dinding Prokariotik yang disebut peptidoglikan (dan tidak ada

pada Archaebacteria)

f. Dapat mensekresi sarung pelindung atau kapsul untuk perlindungan

g. Dapat memiliki struktur motil yang disebut flagella, tetapi mereka berbeda

dari flagella yang terdapat pada Eukariotik, atau proyeksi yang sangat

kecil yang disebut fili, yang membantu pengikatan bakteri pada

permukaan.

h. Interior sel Prokariotik berbeda

i. Molekul DNA tunggal (sirkuler), terkonsentrasi pada suatu daerah di

sitoplasma yang disebut nukleoid. DNA tidak dikelilingi oleh protein.

Bakteri mungkin memiliki lebih dari satu kopi dari molekul DNA

j. Bisa mempunyai plasmid, fragmen DNA independen yang membawa

potongan khusus dari informasi genetic. Plasmid dapat ditransmisikan dari

satu bakteri ke yang lainnya

k. atau dari lingkungan ke bakteri. Plasmid penting dalam penelitian DNA

rekombinan.

l. Ribosom, tersusun dari RNA dan protein, densitasnya 70S

m. Tidak mempunyai struktur internal yang dikelilingi membran (organela)

1.2.2 Karakteristik Eukariotik

Sel eukariot memiliki ukuran sel yang lebih besar dari sel prokariot serta

memiliki struktur yang lebih komplek(2). Organisme selain bakteri, mulai dari

protista, fungi, hewan hingga tumbuhan termasuk sel eukariot. Sel eukariot terdiri

7

Page 8: PLENO1

dari berbagai struktur yang memiliki fungsi khusus. Struktur tersebut disebut

organel. Sebagian besar organel tersebut tidak terdapat di dalam sel prokariotik

Setiap organel diselubungi oleh membran. Organel terbesar adalah nukleus,

nukleus berisi materi genetik (DNA). Selain nukleus juga ada organel lain yang

terdapat di sitoplasma yaitu retikulum endoplasma, kompleks golgi, peroksisom,

lisosom, mitokondria, dan vault. Pada sel tumbuhan terdapat organel khusus yaitu

vakuola dan kloroplas.

Adapun karakteristik sel prokariot yaitu:

a. Inti terikat membran

Kehadiran inti yang terikat membran, antara lain, dalam sel eukariotik

membedakan mereka dari prokariota. Inti sel yang merupakan rumah untai DNA

dalam sel prokariotik, DNA mengapung bebas di sitoplasma sel.

b. Organel sel

Sama seperti tubuh Anda berisi organ yang melakukan fungsi tertentu,

semua sel eukariotik mengandung organel yang berperilaku dengan cara yang

sama. Contoh organel ini adalah lisosom, digunakan untuk memecah molekul zat

gizi makro yang menjadi komponen-komponen mereka sederhana, retikulum

endoplasma, ini rumah ribosom, yang merupakan situs sintesis protein,

mitokondria, yang merupakan situs adenosin tri-fosfat (ATP ) sintesis, dan, pada

tumbuhan dan ganggang tertentu, kloroplas bahwa sel-sel gunakan untuk

melakukan fotosintesis.

c. Sitoskeleton

Sel eukariotik mengandung Sitoskeleton mirip dengan fungsi kerangka

manusia atau hewan. Sitoskeleton memberikan bentuk sel dan memungkinkan

untuk gerakan sel dan gerakan organel dalam. Sitoskeleton juga membantu dalam

pembelahan sel. mikrotubulus dan mikrofilamen mencakup sitoskeleton sel.

d. Struktur DNA

Struktur DNA dalam sel eukariotik menyerupai untaian atau filamen.

DNA ada sebagai kromosom. Pada prokariota, DNA hadir melingkar tanpa

kromosom.

8

Page 9: PLENO1

e. Sel Plasma Membran

Sebuah fosfolipid membran plasma bilayered mengelilingi sel-sel

eukariotik. Mengangkut dan sinyal proses ini terjadi pada membran plasma.

f. Struktur luar

Karena sel eukariotik berasal dari berbagai jenis organisme, mereka

memiliki kebutuhan yang berbeda ketika datang ke struktur luar mereka. Beberapa

organisme ini mungkin memiliki sel-sel dengan dinding sel, dan beberapa tidak

memiliki dinding sel sama sekali. Tanaman dan sebagian alga memiliki dinding

sel yang mengandung selulosa. Selulosa adalah polisakarida kompleks.

Kebanyakan jamur mengandung kitin polisakarida, yang juga menyusun

komponen struktural utama dari eksoskeleton serangga dan krustasea. Sebuah

penutup khusus yang disebut membran plasma memegang bersama sel-sel yang

tidak memiliki dinding sel – sel ini termasuk yang paling hewan.

1.3 Bakteri

1.3.1 Struktur

Bakteri mempunyai tiga komponen pada tubuhnya, yaitu dinding sel,

membran plasma, dan sitoplasma. Dinding sel bakteri mengandung material yang

disebut peptidoglikan. Struktur tubuh bakteri dari luar ke dalam sebagai berikut(3).

a. Flagela atau Flagelum

Flagela merupakan alat gerak bagi bakteri yang berbentuk batang atau spiral.

Dengan adanya flagela, bakteri dapat bergerak menuju kondisi lingkungan yang

menguntungkan atau menghindar dari lingkungan yang merugikan bagi

kehidupannya. Flagella memiliki jumlah yang berbeda-beda pada bakteri dan

letak yang berbeda-beda pula yaitu:

1) Monotrik : bakteri yang memiliki sebuah flagel pada satu ujungnya.

2) Lofotrik : bakteri yang pada satu ujungnya memiliki lebih dari satu flagel.

9

Page 10: PLENO1

3) Amfitrik : bakteri yang pada kedua ujungnya hanya terdapat satu buah flagel.

4) Peritrik : bakteri yang memiliki flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.

b. Pili

Beberapa jenis bakteri mempunyai pili. Pili adalah struktur seperti flagela,

tetapi lebih pendek dan lebih tipis. Ada dua jenis pili, yaitu :

1) Pili yang memegang peran dalam adhesi bakteri dengan hospes.

2) Seks pili yang berfungsi dalam konjugasi dua kuman.

c. Kapsul

Bakteri mempunyai lapisan lendir yang berbentuk padat dan tebal yang disebut

kapsul. Kapsul tersusun dari polisakarida dan air. Lendir ini menjadikan

permukaan sel bakteri menjadi licin. 

Fungsi kapsul bagi bakteri sebagai berikut. 

1) Alat pertahanan dan perlindungan bagi bakteri. 

2) Mencegah kekeringan pada sel bakteri. 

3) Alat melekat bakteri pada sel inang. 

4) Sumber makanan bagi bakteri.

d. Dinding Sel 

Dinding sel berfungsi sebagai pelindung dan pemberi bentuk sel bakteri.

Bakteri mempunyai dinding sel yang tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan

protein dan polisakarida. Berdasarkan perbedaan ketebalan lapisan peptidoglikan

pada dinding selnya, bakteri dibedakan menjadi dua macam, yaitu bakteri gram

positif dan bakteri gram negatif.

1) Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempunyai dinding sel dengan

lapisan peptidoglikan yang tebal. Bakteri ini akan berwarna ungu jika

diwarnai dengan pewarnaan gram. Contoh bakteri Gram positif yaitu

Neisseria gonorrhoe, Treponema pallidum, Vibrio cholerae, dan Bacillus

subtilis.

2) Bakteri gram negatif adalah bakteri yang mempunyai dinding sel dengan

lapisan peptidoglikan yang tipis. Bakteri ini akan berwarna merah muda

10

Page 11: PLENO1

atau merah jika diwarnai dengan pewarnaan gram. Contoh bakteri gram

negatif yaitu Escherichia coli, Streptococcus mutans, dan Staphylococcus

aureus.

e. Membran Plasma atau Selaput Sitoplasma

Membran plasma bersifat selektif permeabel, yang berarti hanya dapat dilalui

molekul atau zat tertentu. Membran plasma ini tersusun dari fosfolipid dan

protein. Fungsi membran plasma sebagai berikut. 

1) Alat transpor elektron dan proton yang dibebaskan saat oksidasi bahan

makanan. 

2) Alat pengatur pengangkutan senyawa yang masuk atau keluar dari

membran sel. 

3) Tempat pembentukan mesosom.

f. Sitoplasma

Di dalam membran sel terdapat sitoplasma. Dalam sitoplasma terdapat asam

nukleat, protein, karbohidrat, lemak, ion organik, dan kromatofora. Sitoplasma

berfungsi sebagai tempat terjadinya reaksi-reaksi kimia sel.

g. Ribosom

Ribosom merupakan butiran-butiran yang mengandung molekul RNA sebagai

tempat sintesis protein.

h. Bahan Inti

Bahan inti merupakan pusat pengendalian aktivitas sel yang berisi DNA. DNA

bakteri berupa rantai tunggal berbentuk lingkaran yang disebut nukleoid.

Beberapa jenis bakteri mempunyai tambahan DNA yang membentuk lingkaran

1.3.2 Jenis

Jenis bakteri dibagi menjadi beberapa kelompok atas

beberapa dasar, yaitu(4) :

A. Jenis bakteri berdasarkan cara memperoleh makanan :

a. Bakteri heterotrof

Bakteri jenis ini tidak mampu membuat makanannya

sendiri karena tidak memiliki bahan dasar untuk pembuatan

11

Page 12: PLENO1

makanan ( biasanya zat atau pigmen warna yang seperti

klorofil ), sehingga ia harus mengambil makanan dari

organisme lain untuk mendapatkan energy. Contoh bakteri :

Salmonella Tiphy.

b. Bakteri autotrof

Bakteri jenis ini mampu membuat makanannya sendiri

karena ia miliki bahan dasar untuk mensintesis zat kimia

yang kompleks menjadi sederhana sehingga ia tidak perlu

mengambil makanan dari organism lainnya. Contoh bakteri :

Nitrosomonass.

B. Jenis bakteri berdasarkan cara membuat makanan :

a. Fotoautotrof. Bakteri jenis ini menggunakan cahaya

sebagai sumber energinya dalam membuat makanan.

b. Kemoautotrof. Bakteri jenis ini menggunakan energy

kimia yang diperoleh saat perombakan zat kimia dari

yang kompleks menjadi sederhana.

C. Jenis bakteri berdasarkan penggunaan oksigen :

a. Aerob. Bakteri jenis ini memerlukan oksigen untuk

membuat makanan dan menghasilkan energi. Contoh

bakteri : Nitrobacter, Nitrosococcus.

b. Anaerob. Bakteri jenis ini tidak memerlukan oksigen untuk

membuat makanan dan menghasilkan energi. Contoh

bakteri : Sterptococcus lactis.

D. Jenis bakteri berdasarkan kebutuhan oksigen :

a. Aerob obligat. Bakteri jenis ini hanya mampu hidup di

dalam lingkungan yang mengandung oksigen. Contoh

bakteri : Nitrobacter, Hydrogenomonas.

12

Page 13: PLENO1

b. Anaerob obligat. Bakteri jenis ini hanya mampu hidup di

dalam lingkungan yang tidak mengandung oksigen.

Contoh bakteri : Clostridium tetani.

c. Anaerob fakultatif. Bakteri ini dapat hidup dengan atau

tanpa oksigen dilingkungannya. Contoh bakteri :

Eschericia colli.

E. Jenis bakteri berdasarkan bentuk tubuhnya :

a. Coccus. Bentuk bakteri ini menyerupai bola karena

bentuknya yang bulat. Bentuk coccus ini dibagi lagi

menjadi :

Monococcus : berupa satu bulatan tunggal.

Diplococcus : berupa dua bulatan yang bergandengan

Sarcina : berupa bulatan yang bergandeng empat –

empat membentuk seperti kubus.

Streptococcus : berupa bulat – bulatan panjang yang

bergandengan seperti rantai.

Staphilococcus : berupa bulat – bulatan yang banyak

(berkoloni) terlihat seperti buah anggur.

b. Spiral. Bentuk bakteri ini panjang dan berlekuk. Bentuk

spiral dibagi lagi menjadi :

Vibrio : bentuknya seperti comma dan melengkung.

Spirillum : bentuknya panjang dan melekuk – lekuk.

Spirochaeta : bentuknya panjang seperti berpilin –

pilin.

c. Basil. Bentuk bakteri ini seperti batangan. Bentuk basil

dibagi lagi menjadi :

Tunggal : berupa basil atau batang tunggal.

Diplobasil : berupa dua basil atau batang yang

bergandengan.

13

Page 14: PLENO1

Streptobasil : berupa untaian basil dalam jumlah yang

banyak seperti rantai.

F. Jenis bakteri berdasarkan alat geraknya :

a. Cilia. Bakteri ini menggunakan bulu getar sebagai alat

geraknya.

b. Flagel. Bakteri ini menggunakan flagel atau bulu cambuk

sebagai alat geraknya. Flagel ini dibagi lagi berdasarkan

letak, jumlah dan ada atau tidaknya pada tubuh bakteri,

menjadi :

Atrik : tidak ada flagel sama sekali di sisi tubuh

bakteri.

Monotrik : terdapat 1 flagel pada salah satu sisitubuh

bakteri.

Lapotrik : terdapat lebih dari 1 flagel pada salah satu

sisi tubuh bakteri.

Amphitrik : terdapat lebih dari 1 flagel pada kedua

ujung atau sisi tubuh bakteri.

Peritrik : terdapat flagel diseluruh tubuh bakteri.

G. Klasifikasi bakteri berdasarkan pewarnaan Gram (5)

a. Bakteri gram-positif

Bakteri gram-positif memiliki dinding sel yang lebih

sederhana, banyak mengandung peptidoglikan. Misalnya

bakteri Micrococcus, Staphylococcus, Leuconostoc,

Pediococcus dan Aerococcus.

b. Bakteri gram-negatif

Bakteri gram-negatif memiliki dinding sel yang lebih

kompleks, kandungan peptidoglikan lebih sedikit. Misalnya

bakteri Escherichia, Citrobacter, Salmonella, Shigella,

14

Page 15: PLENO1

Enterobacter, Vibrio, Aeromonas, Photobacterium,

Chromabacterium, Flavobacterium.

H. klasifikasi bakteri berdasarkan dinding sel, antar(3) :

a. Eubakteria gram negatif yang memiliki dinding sel

Merupakan kelompok bakteri heterogen yang memiliki selubung sl

kompleks yang terdiri atas membran luar, lapisan peptidoglikan tipis,

mengandung asam muramat. Reproduksi dilakukan dengan pembelahan

biner, tetapi ada beberapa kelompok yang melakukan reproduksi dengan

budding (pertunasan). Jika ada pergerakan, dilakukan dengan flagel atau

melalui penggelincian

b. Eubakteria gram positif yang memiliki dinding sel

Kelompok bakteri ini memiliki profil dinding sel jenis gram postif.

Namun, biasanya tidak selalu memberikan pewarnaan gram positif. Sel dapat

berbentuk sferis, batang atau filamen. Reproduksi umumnya dengan

pembelahan biner. Beberapa bakteri kategori ini menghasilkan endospora.

Organisme berbentuk heterotrof kemosintetik.

c. Eubakteria yang tidak memiliki dinding sel

Disebut juga dnegan mikopalsma dan terdiri dari kelas mollicutes. Tidak

menyintesis prekursor dan peptidoglikan. Bakteri diselubungi oleh selubung

membran plasma. Reproduksi kemungkinan dengan budding, fragmentasi,

atau pembelahan biner.

d. Archaebakteria

Dapat ditemukan dalam kondisi yang berair. Archaebakteria terdiri dari

organisme fakultatif aerob, anaerob, dan aerob yang bersifat kemolitotrof,

heterotrof, atau heterotrof fakultatif. Perkembangbiakkan terjadi melalui

pembelahan biner, budding, kontriksi, fragmentasi, atau mekanisme yang

tidak diketahui.

1.3.3 Perkembangbiakan

15

Page 16: PLENO1

Reproduksi kuman dapat berlangsung secara aseksual maupun secara seksual. Termasuk dalam reproduksi secara aseksual adalah pembelahan, pembentukan tunas/cabang dan pembentukan filamen(6).

a. Pembelahan

Umumnya kuman berkembang biak secara amitosis dengan membelah

menjadi dua bagian (binary division). Waktu di antara dua pembelahan

disebut generation time dan ini berlainan untuk setiap jenis kuman,

bervariasi antara 20 menit sampai 15 jam. Sebagai contoh,

Mycobacterium tuberculosis mempunyai generation time 15 jam, tumbuhnya

lambat.

b. Pembentukan tunas/cabang

Kuman membentuk tunas, tunas akan melepaskan diri dan membentuk

kuman baru. Reproduksi dengan pembentukan cabang didahului dengan

pembentukan tunas yang tumbuh menjadi cabang dan akhirnya melepaskan

diri. Dapat dijumpai pada kuman dari famili Streptomycetaceae.

c. Pembentukan filamen

Pada pembentukan filamen, sel mengeluarkan serabut panjang, filamen

yang tidak bercabang. Bahan kromosom kemudian masuk ke dalam filamen.

Filamen terputus-putus menjadi beberapa bagian. Setiap bagian membentuk

kuman baru. Dijumpai terutama dalam keadaan abnormal, misalkan bila

kuman Haemophilus influenzae dibiakkan dalam perbenihan yang basah.

d. Reproduksi secara seksual

Pembelahan kuman di sini didahului oleh pelaburan bahan kromosom dari

dua kuman. Akibatnya adalah timbul sel-sel kuman dengan sifat-sifat yang

berasal dari kedua sel induknya. Reproduksi semacam ini hanya terjadi antara

kuman-kuman sejenis dari suatu famili, misalnya Enterobacteriaceae, antara

Escherichia coli dengan Shigella dysenteriae, antara Escherichia coli dengan

Salmonella typhosa.

1.3.4 Proses Bakteri Menginfeksi Organisme

Secara umum, bakteri bereproduksi dengan pembelahan.

Selanjutnya diikuti pemanjangan sel, pembentukan membran sel

melintang dan dinding sel secara berurutan. Pada bakteri,

16

Page 17: PLENO1

membran melintang yang baru dan dinding sel tumbuh ke dalam

dari lapisan luar yang melibatkan mesosom septal. Nukleoid,

yang berjumlah ganda sebelum pembelahan, dibagi secara sama

pada dua anak sel.

Meskipun bakteri tidak memiliki spindle mitotik, membran

melintang dibentuk sebagai jalan untuk memisahkan dua sister

kromosom (kromosom kembar) yang dibentuk saat replikasi

kromosom. Ini diakhiri dengan pelekatan kromosom pada

membran sel. Berdasrkan satu model, penyempurnaan siklus

replikasi DNA diawali dengan sintesis membran yang terletak

antara tempat perlekatan sister chromosome, dimana terjadi

pertumbuhan transverse membran ke arah dalam. Selanjutnya

pembentukan material dinding sel baru, menghasilkan

pemanjangan dan kadang-kadang penggandaan selubung sel(7).

Mekanisme bakteri menginfeksi manusia adalah, setelah

masuk ke dalam tubuh manusia atau inang, Bakteri tersebut

langsung menempel pada sel yang ada dalam tubuh manusia

yang selanjutnya nanti tergantung jenis bakteri apa yang

menginfeksi manusia tersebut apakah bakteri tersebut

menguntungkan atau merugikan si manusia tersebut. Setelah

bakteri tersebut masuk mereka harus melalui beberapa

rintangan untuk segera dapat menginfeksi sel tersebut, karena

mereka harus melawan system imun yang terdapat dalam tubuh

manusia.

Untuk dapat menyebabkan penyakit, mikroorganisme pathogen harus

dapat masuk ke tubuh inang caranya bisa melalui saluran pernapasan, saluran

pencernaa, kulit dan rongga mulut. Setelah masuk, inang akan menempel pada

suatu sel, setelah menetapkan lokasi yang cocok, sel inang akan berkembang biak

dan menyerang jaringan tubuh sehingga semakin meluas dan menyebar melalui

saluran limfatik ke aliran darah sehingga akan menyebar luas dan memperbanyak

diri lagi(8).

17

Page 18: PLENO1

1.3.5 Respon Tubuh terhadap Bakteri

Neutrofil dan makrofag yang menyerang dan menghancurkan bakteri,

virus dan agen-agen merugikan lain yang menyerbu masuk kedalam

tubuh .Neutrofil adalah sel matang yang dapat menyerang dan menghancurkan

bakteri, bahkan di dalam darah sirkulasi .sedangkan makrofag sebagai monosit

darah, yang merupakan sel belum matang walaupun tetap berada di dalam darah

dan memiliki sedikit kemampuan untuk melawan agen-agen infeksius(9).

Banyak jenis zat kimia dalam jaringan dapat menyebabkan neutrofil dan

makrofag bergerak menuju sumber zat kimia atau yang disebut kemotaksis. Bila

suatu jaringan mengalami peradangan, banyak produk dibentuk sehingga

menyebabkan kemotkasis ke arah area yang mengalami peradangan. Zat-zat ini

adalah berupa toksin bakteri dan virus dan produk reaksi yang disebabkan oleh

pembekuan plasma di area yang meradang(9).

Fungsi neutrofil dan makrofag yang terpenting adalah fagositosis yang

berarti pencernaan seluler terhadap agen yang menggangu. Terjadinya fagositosis

bergantung pada tiga prosedur selektif yaitu(9):

a. Pertama, sebagian besar struktur alami dalam jaringan memiliki

permukaan halus, yang dapat menahan fagositosis. Tetapi jika permukaanya

kasar, maka kecenderungan fagositosis akan meningkat.

b. Kedua, sebagian besar bahan alami tubuh mempunya selubung protein

pelindungyang menolak fagositosis. Sebaliknya, sebagian besar jaringan mati

dan partikel asing tidak mempunyai selubung pelindung, sehingga jaringan atau

partikel tersebut menjadi subjek untuk di fagositosis.

c. Ketiga , sistem imun tubuh membentuk antibodi untuk melawan agen

infeksius seperti bakteri. Antibodi kemudian melekat pada membran bakteri

sehingga membuat bakteri rentan terhadap fagositosis. Untuk melakukan hal ini

molekul antibodi juga bergabing dengan produk C3 dari kaskade komplemen.

Molekul C3 kemudian melekatkan diri pada reseptor diatasmembran sel fagosit ,

dengan demikian memeicu fagositosis.

18

Page 19: PLENO1

1.3.6 Keuntungan dan Kerugian Bakteri

Keuntungan dari bakteri:

1) Antibiotic, contoh bakterinya yaitu bakteri Stereptomices venezuele

yang dapat menghasil kloromisin dan klorofenikol, kemudian

Streptomices griceus yang menghasilakan Streptomisin.

2) Vitamin

3) Bahan-bahan kimia

4) Penghasil biosida contoh bakterinya Bacillus thuringiensis yang sangat

efektif untuk menanggulani hama.(10)

5) Mengaktifkan sel-sel kekebalan tubuh dan mencegah gangguan pencernaan terutama konstipasi dan diare contohnya Lactobacillus casei.

6) Menghambat kontaminasi dari mikroorganisme pathogen dan penghasil racun contohnya Lacrobacillus plantarum.

7) Mengurangi radiasi radioaktif contohnya Deinococcus radiodurans.(8).Kerugian dari bakteri:

1) Clostridium botulinium, menghasilakan toksin dan membusukkan

makanan

2) Mycobacterium tuberculosis, menyebabkan penyakit TBC

3) Vibrio cholera, menyebabkan penyakit kolera

4) Clostridium tetani, menyebabkan penyakit tetanus

5) Mycobacterium leprae, menyebabkan penyakit lepra.(11)

6) Menyebabkan penyakit sifilis bakterinya Treponema palladium, pneumonia atipik bakterinya Mycoplasma pneumonia, dan meningitis bakterinya Neisseria meningitis(8).

1.4 Virus

1.4.1 Struktur

Struktur dari virus yaitu (11):

a. Protein Virus

Bagian terbesar dari struktur virus adalah protein. Protein merupakan

komponen tunggal kapsid, bagian terbesar dari selubung dan dapat

19

Page 20: PLENO1

merupakan bagian protein inti (core protein) pada beberapa virus ikosahedral.

Protein tersebut di atas disebut juga sebagai protein struktural, karena

mempunyai fungsi membentuk rangka virion. Selubung virus sering

mengandung glikoprotein. Unsur karbohidratnya terdiri dari monosakarida

yang dihubungkan dengan rantai polipeptida oleh ikatan glikosida.

Protein dari beberapa virus yang termasuk dalam golongan arbovirus,

myxovirus, picornavirus, reovirus, adenovirus dan papovavirus mempunyai

sifat dapat menggumpalkan sel darah merah berbagai spesies binatang.

Protein tersebut dikenal dengan haemaglutinin.

b. Asam Nukleat Virus

Virus mengandung satu jenis asam nukleat-DNA atau RNA-yang

menyandikan informasi genetik yang penting bagi replikasi virus. Genom

dapat untai-tunggal atau ganda, sirkular atau linear, dan bersegmen atau tidak

bersegmen. Jenis asam nukleat, untai, dan ukurannya adalah ciri utama yang

digunakan untuk menggolongkan virus menjadi famili-famili.

c. Selubung Lipid Virus

Sejumlah virus yang berbeda mempunyai selubung lipid sebagai bagian

strukturnya. Lipid diperoleh ketika nukleokapsid virus melakukan proses

budding melalui membran selular pada proses maturasi. Budding terjadi

hanya di tempat protein spesifik virus telah dimasukkan ke dalam membran

sel pejamu. Proses budding sangat bervariasi bergantr.ing pada cara replikasi

virus dan struktur nukleokapsid

Virus yang mengandung lipid sensitif terhadap pengobatan dengan eter

dan pelarut organik lain, yang menunjukkan bahwa gangguan atau hiiangnya

lipid menyebabkan hilangnya kemampuan menginfeksi. Virus yang tidak

mengandung lipid umumnya resistan terhadap eter.

d. Glikoprotein Virus

Glikoprotein permukaan pada virus berselubung melekatkan partikel virus

ke sel target dengan cara berinteraksi dengan reseptor seiular. Glikoprotein

tersebut juga sering terlibat dalam langkah fusi membran pada infeksi.

Glikoprotein juga merupakan antigen virus yang penting. Karena posisinya di

20

Page 21: PLENO1

permukaan iuar virion, glikoprotein sering kali terlibat dalam interaksi partikel

virus dengan antibodi penetralisir. Glikosilasi yang luas dapat mencegah

neutralisasi efektif partikel virus oleh antibodi spesifik.

1.4.2 Klasifikasi

Virus merupakan elemen genetic yang mengandung salah satu DNA atau

RNA yang dapat berada dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu secara interseluler

dan eksterseluler. Ada beberapa dasar dalam pengklasifikasian virus(3) :

a. Morfologi virion, termasuk ukuran, bentuk, jenis simetris, ada atau tidaknya

peplomer, dan ada atau tidaknya membran.

b. Sifat genom virus, termasuk jenis asam nukleat (DNA atau RNA), ukuran

genom dalam kilobasa, berdasarkan rantai,

c. Sifat fisikokimia virion, meliputi massa molekular, densitas ringan, stabilitas

pH, stabilitas termal, dan kerentanan thdp agen fisik dan kimia, terutama ater

dan detergen.

d. Sifat protein virus, meliputi jumlah, ukuran, dan aktivitas fungsional protein

struktural dan non struktural, sekuens, asam amino.

e. Susunan dan replikasi genom, meliputi ordo gen, jumlah dan posisi pola

pembacaan terbuka, strategi replikasi dan tempat selular

f. Sifat antigenik,

g. Sifat biologi, termasuk kisaran pejamu alami, cara transmisi, hubungan vektor,

patogenisitas, tropisme jaringan, dan patologi.

i. Jenis virus berdasarkan DNA dan RNA:

Virus yang mengandung DNA:

a. Parvovirus

b. Poligmavirus

c. Papilomavirus

d. Adenovirus

e. Hepadnavirus

f. Herpesvirus

g. Poxvirus

Virus yang mengandung RNA:

a. Picornavirus

b. Astrovirus

c. Calicivirus

d. Reovirus

e. Arbovirus

f. Togavirus

g. Flavivirus

h. Arenavirus

i. Coronavirus

j. Retrovirus

k. Orthomyxovirus

l. Bunyavirus

21

Page 22: PLENO1

m. Bornavirus

n. Rabdovirus

o. Paramyxovirus

p. Filovirus

q. Viroin

r. Prion

B. Jenis virus berdasarkan bentuk dasarnya(4) :

a. Ikosahedral. Bentuk tata ruangnya dibatasi oleh 20

segitiga sama sisi, dengan sumbu rotasi ganda. Contoh

virus : virus polio.

b. Heliks. Menyerupai batang panjang, nukleokapsid

merupakan suatu struktur yang tidak kaku dalam selaput

pembungkus lipoprotein yang berumbai dan berbentuk

heliks, memiliki satu sumbu rotasi. Contoh virus : virus

influenza.

c. Kompleks. Struktur yang amat kompleks dan pada

umumnya lebih lengkap dibanding dengan virus lainnya.

Virus jenis ini memiliki selubung yang membungkus asam

nukleat. Contoh virus : virus varicella atau virus cacar.

C. Jenis virus berdasarkan ada atau tidaknya selubung yang

melapisi nukleokapsid(4) :

a. Berselubung. Mempunyai selubung yang tersusun atas

lipoprotein atau glikoprotein. Contoh virus : virus cacar,

virus herpes.

b. Tidak berselubung. Nukleopkapsid tidak diselubungi oleh

lapisan yang lain. Contoh virus : adeno – virus.

D. Jenis virus berdasarkan sel inang yang diinfeksi(4) :

a. Virus yang menyerang manusia. Contohnya : HIV, cacar.

b. Virus yang menyerang hewan. Contohnya : rabies.

c. Virus yang menyerang tumbuhan. Contohnya : virus

mosaik.

d. Virus yang menyerang bakteri. Contohnya : virus T.

E. Berdasarkan jumlah kapsomernya, virus diklasifikasikan

sebagai berikut (12) :

a. Virus dengan 252 kapsomer, contoh adenovirus.

22

Page 23: PLENO1

b. Virus dengan 162 kapsomer, contoh herpesvirus.

c. Virus dengan 72 kapsomer, contoh papovavirus.

d. Virus dengan 60 kapsomer, contoh picornavirus.

e. Virus dengan 32 kapsomer, contoh parvovirus

1.4.3 Perkembangbiakan

Karena virus tidak memiliki sistem enzim dan tidak dapat bermetabolisme,

maka virus tidak dapat melakukan reproduksi sendiri. Untuk berkembang biak,

mereka harus menginfeksi sel inang. Inang virus berupa makhluk hidup lain yaitu

bakteri, sel tumbuhan, maupun sel hewan/ sel manusia. Berdasarkan tahapannya,

daur hidup virus dapat dibedakan menjadi daur litik dan daur lisogenik (14).

A. Daur itik

a. Fase absorpsi

Fase ini ditandai dengan melekatnya ekor virus dengan dinding sel

bakteri. Virus dapat menempel pada sel - sel tertentu yang diinginkan

karena memiliki reseptor pada ujung-ujung serabut ekor. Setelah

menempel, virus mengeluarkan enzim lisozim (enzim penghancur)

sehingga terbentuk lubang pada dinding bakteri atau sel inang.

b. Fase injeksi

Setelah terbentuk lubang, kapsid virus berkontraksi untuk memompa

asam nukleatnya (DNA atau RNA) masuk ke dalam sel. Jadi, kapsid virus

tetap berada di luar sel bakteri. Jika telah kosong, kapsid terlepas dan

tidak berfungsi lagi.

c. Fase sintesis

Virus tidak memiliki “mesin” biosintetik sendiri. Virus akan

Menggunakan mesin biosintetik inang untuk melakukan kehidupannya.

Karena itu, pengendali mesin biosintetik bakteri yakni DNA bakteri harus

dihancurkan. Untuk itu DNA virus memproduksi enzim penghancur.

Enzim penghancur akan menghancurkan DNA bakteri, tapi tidak

23

Page 24: PLENO1

menghancurkan DNA virus. Dengan demikian, bakteri tidak mampu

mengendalikan mesin

biosintetiknya sendiri.

Sekarang, DNA virus yang berperan. DNA virus mereplikasi diri

berulang kali dengan jalan mengkopi diri membentuk DNA virus dalam

jumlah banyak. Selanjutnya DNA virus tersebut melakukan sintesis

protein virus yang akan dijadikan kapsid dengan menggunakan ribosom

bakteri dan enzim-enzim bakteri. Didalam sel bakteri yang tidak berdaya

itu disintesis DNA virus dan protein yang akan dijadikan sebagai kapsid

virus, dalam kendali DNA virus.

d. Fase perakitan

Kapsid yang disintesis mula-mula terpisah-pisah antara Bagian

kepala, ekor dan serabut ekor. Bagian-bagian kapsid itu dirakit

menjadi kapsid virus yang utuh, kemudian DNA virus masuk

didalamnya. Kini terbentuklah tubuh virus yang utuh. Jumlah virus

yang terbentuk 100-200 buah.

e. Fase lisis

Ketika perakian virus selesai, virus telah memproduksi enzim

lisozim lagi, yakni enzim penghancur yang akan menghancurkan

dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri hancur, sel bakteri mengalami

lisis (pecah), dan virus- virus baru akan keluar untuk mencari inang

yang lain. Fase ini merupakan fase lisisnya sel bakteri namun bagi

virus merupakan fase penghamburan virus.

B. Daur lisogenik

a. Fase absorpsi

Fase ini ditandai dengan melekatnya ekor virus dengan dinding sel

bakteri. Virus dapat menempel pada sel-sel tertentu yang diinginkan

karena memiliki reseptor pada ujung-ujung serabut ekor. Setelah

menempel, virus mengeluarkan enzim lisozim (enzim penghancur)

sehingga terbentuk lubang pada dinding bakteri atau sel inang.

b. Fase injeksi

24

Page 25: PLENO1

Setelah terbentuk lubang, kapsid virus berkontraksi untuk

memompa asam nukleatnya (DNA atau RNA) masuk ke dalam sel.

Jadi, kapsid virus tetap berada di luar sel bakteri. Jika telah kosong,

kapsid terlepas dan tidakberfungsi lagi.

c. Fase penggabungan

Ketika memasuki fase injeksi, DNA virus masuk ke dalam tubuh

bakteri. Selanjutnya, DNA virus menyisip ke dalam DNA bakteri atau

melakukan penggabungan. DNA bakteri berbentuksirkuler, yakni

seperti kalung yang tidak berujung dan berpangkal. DNA tersebut

berupa benang ganda yang berpilin.Mula-mula DNA bakteri putus,

kemudian DNA virus, menggabungkan diri diantara benang yang

putus tersebut, dan akhirnya terbentuk DNA sirkuler baru yang telah

disisipi DNA virus. Dengan kata lain, di dalam DNA bakteri

terkandung materi genetik virus.

d. Fase pembelahan

Dalam keadaan tersambung itu, DNA virus tidak aktif, yang

dikenal sebagai profag. Karena DNA virus menjadi satu dengan DNA

bakteri, maka jika DNA bakteri melakukan replikasi, profag juga ikut

melakukan replikasi. Terbentuklah dua sel bakteri sebagai hasil

pembelahan dan didalam setiap sel anak bakteri terkandung profag

yang identik. Demikian seterusnya hingga proses pembelahan bakteri

berlangsung berulang kali sehingga setiap sel bakteri yang terbentuk di

dalamnya terkandung profag. Dengan demikian jumlah profag

mengikuti jumlah sel bakteri yang ditumpanginya.

e. Fase sintesis

Oleh karena suatu hal, misal karena radiasi atau pengaruh zat kimia

tertentu, profag tiba-tiba aktif. Profag tersebut memisahkan diri dari

DNA bakteri, kemudian menghancurkan DNA bakteri. Selanjutnya,

DNA virus mengadakan sintesis, yakni mensintesis protein untuk

digunakan sebagai kapsid bagi virus-virus baru dan juga melakukan

replikasi DNA, sehingga DNA virus menjadi banyak.

25

Page 26: PLENO1

f. Fase perakitan

Kapsid-kapsid dirakit menjadi kapsid virus yang utuh, yang

berfungsi sebagai selubung virus. Kapsid virus yang terbentuk

mencapai 100-200 kapsid baru. Selanjutnya DNA hasil replikasi

masuk kedalam guna membentuk virus-virus baru.

g. Fase isis

Setelah terbentuk virus-virus baru terjadilah lisis sel bakteri. Ketika

perakitan virus selesai, virus telah memproduksi enzim lisozim lagi,

yakni enzim penghancur yang akan menghancurkan dinding sel

bakteri. Dinding sel bakteri hancur, sel bakteri mengalami lisis

(pecah), dan virus-virus baru akan keluar untuk mencari inang yang

lain. Fase ini merupakan fase lisisnya sel bakteri namun bagi virus

merupakan fase penghamburan virus. Virus-virus yang terbentuk

berhamburan keluar sel bakteri guna menyerang bakteri baru. Dalam

daur selanjutnya virus

1.4.4 Proses Virus Menginfeksi Organisme

Terbagi atas 5 tahap (8):

a. Attachment (penempelan), dimana pada tahap awal ini virus megikat

sel inangnya

b. Penetrasi (penembusan), penetrasi virus ke dalam sel eukariotik

berlangsung melalui endositosis. Bila virion menempel pada lipatan

kecil (microvillus) membrane plasma sel, membrane plasma sel akan

melipat ke dalam membungkus virion dan membentuk vesikel

envelop hancur kapsid akan dicerna saat sel berusaha

mencerna isi vesikel atau akan dilepaskan ke sitoplasma sel hospes.

c. Uncoating, adalah pemisahan asam nukleat virus dari coat proteinnya.

d. Biosintesis virus

e. Virus DNA, pada umumnya mereplikasi DNA-nya di dalam nukleus

sel hospes dengan menggunakan enzim virus, dan mengsintesis kapsid

dan protein lainnya di sitoplasma dengan menggunakan enzim hospes.

Lalu protein masuk ke dalam nukleus dan bergabung dengan DNA

26

Page 27: PLENO1

baru dan membentuk virion. Virion ini ditranspor melalui retikulum

endoplasma ke membrane sel hospes untuk dilepaskan.

f. Virus RNA, mirip dengan virus DNA, kecuali perbedaan pada

mekanisme pembetukan mRNA yag berbeda-beda pada berbagai grup

virus RNA. Virus RNA berkembang biak di sitoplasma sel hospes.

g. Maturasi dan Release (Pematangan dan Pelepasan), maturasi diawali

dengan penyusunan kapsid protein. Protein envelop disintesis oleh

virus dan diinkooperasikan dengan membrane plasma sel hospes. Lipid

dan karbohidrat enelop disintesis oleh enzim sel hospes dan ada pada

membrane plasma. Envelop terbentuk melalui proses budding saat

release. Release virus tanpa envelope terjadi melalui membrane plasma

sel hospes, dan biasnya menimbulkan kematian sel hospes.

1.4.5 Respon Tubuh terhadap Virus

Tubuh memiliki sistem untuk mempertahankan diri dari serangan

benda/makhluk hidup asing yang masuk ke dalamnya. Sistem pertahanan tubuh

ini dapat dikelompokan menjadi sistem pertahanan tubuh non-spesifik dan sistem

pertahanan tubuh spesifik(7).

a.Sistem pertahanan tubuh non-spesifik

1) Barier anatomis: contohnya adalah kulit dan membran mukosa. Keduanya

merupakan garis pertahanan pertama terhadap mikroorganisme.

2) Barier fisiologis: contohnya adalah sekresi normal yang bersifat asam pada

kulit yang dapat mencegah perkembangan mikroorganisme lainnya.

3) Respons inflamasi: bersifat local dan dicirikan dengan lima tanda yaitu

kemerahan (rubor), panas (kolor), nyeri/sakit (dolor), pembengkakan

(tumor), perubahan fungsi atau keterbatasan anggota gerak (fungio laesa)

b. Sistem pertahanan tubuh spesifik

Sistem pertahanan tubuh spesifik merupakan sistem pertahanan tubuh untuk

melindungi diri dari serangan pathogen dan memastikan perthanan tubuh tidak

berbalik melawan jaringan tubuh itu sendiri. Respons imun spesifik

berhubungan dengan dua komponen yaitu imunitas humoral dan imunitas

selular.

27

Page 28: PLENO1

1) Imunitas humoral

Imunitas humoral diperantarai oleh antibodi yang dihasilkan oleh sel

limfosit B (sel B). imunitas ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu;

a) Imunitas aktif, merupakan kekebalan yang didapatkan ketika tubuh

menghasilkan antibodi untuk menahan antigen.

b) Imunitas aktif buatan, merupakan kekebalan yang didapat dari antibodi

yang dihasilkan oleh sumber lain, misalnya hewan atau manusia.

2) Imunitas selular

Imunitas selular adalah imunitas yang melibatkan sel limfosit T (sel T). sel

T dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain;

a) Sel T pembantu (helper T cell) berfungsi membantu dan mengendalikan

komponen respons imun spesifik lainnya; fungsi utamanya adalah

mengaktifkan sel B dan sel t pembunuh (killer T cell).

b) Sel T pembunuh (killer T cell) berfungsi menyerang sel tubuh yang

terinfeksi oleh patogen

1.4.6 Keuntungan dan Kerugian Virus

Virus dapat dimanfaatkan dalam bidang rekayasa genetika maupun

penelitian dibidang kedokteran. Beberapa contoh di antaranya sebagai berikut(15):

a. Virus yang digunakan untuk memproduksi interferon. Interferon

merupakan protein kecil yang dihasilkan oleh sel normal sebagai respon

terhadap infeksi virus. Interferon berfungsi untuk mencegah replikasi sel

virus didalam hospes.

b. Profage dapat digunakan untuk mengubah fenotip bakteri sehingga sangat

bermanfaat dalam bidang kedokteran. Caranya yaitu dengan mengabung

gen virus dengan gen manusia yang bersifat menguntungkan. Setelah

mengalami lisis maka akan dikembang biakan didalam bakteri sehingga

ketika bakteri memeperbanyak diri akan mengandung gen manusia yang

dapat memproduksi zat-zat yang menguntungkan.

c. Virus digunakan untuk pembuatan vaksin. Vaksin adalah mikroorganisme

pathogen yang telah dilemahkan sehingga sifat pathogenesis (penyebab

28

Page 29: PLENO1

penyakit)-nya hilang, tetapi sifat antigenitasnya ( penimbul antibodi)-nya

tetap.

Selain itu, virus juga merugikan bagi makhluk hidup lainnya, yaitu (15):

a. Penyakit pada tanaman

1) Mozaik

2) Burik kuning

3) Kerdil

b. Penyakit pada hewan

1) Polyoma penyebab tumor

2) New Castle Disease (NCD), menyerang sistem saraf pada ternak

unggas, misal ayam. NCD umumnya disebut dengan tetelo.

3) Rabies yang dapat menyerang pada anjing, kucing, rakun serta

monyet.

4) Adenovirus penyebab penyakit saluran pernafasan, beberapa

menyebabkan tumor pada hewan tertentu.

c. Penyakit pada manusia

1) AIDS

HIV merupakan virus yang menyebabkan AIDS (Acquired

Immune Deficiency Syndrome), suatu penyakit yang menyerang

sistem kekebalan tubuh. HIV merupakan golongan virus yang

jarang terdapat pada manusia, yaitu retrovirus. Retrovirus

merupakan virus RNA yang dapat membuat DNA melalui proses

transkripsi balik. Oleh karenanya, virus ini melengkapi diri dengan

enzim spesifik reverse transcriptase. HIV menyerang limfosit T4

yang mempunyai peranan penting dalam mengatur imunitas.

Seseorang yang mengidap HIV jumlah limfosit T akan menurun.

Sekali terinfeksi HIV maka seumur hidup orang tersebut akan

membawa virus HIV. Virus HIV terdapat pada darah, cairan

sperma, cairan yang dihasilkan vagina dan cairan tubuh lainnya

dari penderita AIDS.

2) Hepatitis B

29

Page 30: PLENO1

Hepatitis B, virus ini berkembang di dalam jaringan hati sehingga

dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan sel-sel hati.

3) Demam Berdarah Dengue (DBD)

Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti

menunjukkan gejala panas tinggi mendadak dan terus menerus

selama 2-7 hari, nafsu makan dan minum turun, lemah, mual,

muntah, sakit kepala, sakit perut, nyeri ulu hati, bintik merah di

kulit, pendarahan di gusi dan hidung, berak darah, muntah darah.

1.5 Perbedaan antara bakteri dan virus

Bakteri berasal dari kata "bakterion" (bahasa Yunani) yang

berarti tongkat atau batang. Istilah bakteri ini sekarang banyak

dipakai untuk tiap mikroba yang bersel satu. Bakteri ditemukan

pertama kali oleh ilmuwan Belanda bernama Anthony van

Leewenhoek. Leeuwenhoek kemudian menerbitkan aneka

ragam gambar bentuk bakteri pada tahun 1684. Sejak saat itu,

ilmu yang mempelajari bakteri mulai berkembang. Ilmu yang

mempelajari bakteri disebut bakteriologi. Bakteri adalah

organisme yang paling banyak jumlahnya dan tersebar luas

dibandingkan makhluk hidup lainnya. Bakteri memiliki ratusan

ribu spesies yang hidup di gurun pasir, salju atau es, hingga

lautan.

Bagi manusia, bakteri ada yang menguntungkan dan ada

yang merugikan. Bakteri memiliki ciri yang membedakannya

dengan makhluk hidup lainnya. Bakteri adalah organisme

uniseluler, prokariot, dan umumnya tidak memiliki klorofil.

Ukuran tubuh bakteri bervariasi, dari berdiameter 0,12 mikron

sampai yang panjangnya ratusan mikron. Bakteri dapat dilihat

30

Page 31: PLENO1

dengan menggunakan mikroskop cahaya dan mikroskop

elektron. Bakteri yang paling renik adalah Mycoplasma yang

berukuran 0,12 mikron. Sebaliknya bakteri terbesar adalah

Thiomargarita yang berukuran 200 mikron. Bentuk dasar

bakteri beraneka ragam, yaitu kokus (bulat), basil (batang), dan

spirilia (spiral)(16).

Virus adalah entitas nonselular yang merupakan parasit

intraselular obligat. Virus memerlukan sel inang agar bisa

bereproduksi. Virus yang terbentuk penuh disebut virion. Materi

genetiknya terlindungi dalam selubung protein yang dikenal

dengan kapsid. Subunit-subunit protein individual yang

menyusun kapsid disebut kapsomer. Unit dasar asam nukleat

dan selubung protein virus disebut nukleokapsid. Ukuran virus

jauh lebih kecil daripada sel-sel prokariotik maupun eukariotik,

ukuran tipikal virus adalah dalam kisaran nanometer (nm) yaitu

sekitar 20-300 nm. Satu nanometer adalah 1/1000 mikrometer.

Virus tidak bisa dilihat dengan mikroskop cahaya, karenanya

harus digunakan mikroskop khusus untuk melihat tubuh virus

yakni mikroskop elektron.

Sel yang rawan terhadap infesi viral memiliki reseptor-

reseptor spesifik di permukaannya. Reseptor-reseptor tersebut

dilekati oleh masing-masing virus. Sel tanpa reseptor-reseptor

tersebut akan sulit diinfeksi oleh virus. Virus-virus terspesialisasi

untuk menginfeksi inang tertentu dan tipe sel inang tertentu.

Pada umumnya, sebuah tipe virus tertentu tidak menginfeksi

lebih dari satu inang atau spesies (atau galur), tapi terkadang

kisaran inang virus menjadi lebih luas. Contohnya adalah virus

HIV (human immunodeficiency virus) diduga pada awalnya

menginfeksi primata-primata nonmanusia di daerah hutan hujan,

tapi kemungkinan besar HIV memperoleh mutasi yang

31

Page 32: PLENO1

memungkinkannya melakukan lompatan antar spesies. Hal ini

memunculkan penyakit manusia yang disebut AIDS (Acquired

immunodeficiency syndrome)(16).

1.6 Flu Burung

1.6.1 Proses Penularan Flu Burung terhadap manusia

Pada umumnya virus influenza memiliki hospes (inang) yang spesifik. Hal

ini berarti bahwa virus yang menginfeksi burung tidak akan menginfeksi manusia

begitu juga sebaliknya. Namun virus influenza mudah mengalami perubahan

sebagai akibat mutasi gen. perubahan sifat pada influenza dapat berupa “Antigenic

Shift” yakni perubahan sebagai akibat dari akumulasi mutasi pada genomnya. Dan

perubahan berupa “Antigenic Drift” yakni persilangan genom antara virus

influenza tipe yang berbeda. Virus H5N1 merupakan contoh virus hasil perubahan

yaitu persilangan antara genom virus penginfeksi unggas dengan virus

penginfeksi manusia.(20)

Penularan atau transmisi dari virus influenza secara umum dapat terjadi

melalui inhalasi, kontak langsung, ataupun kontak tidak langsung.(17) Infeksi virus

H5N1 dimulai ketika virus memasuki sel hospes setelah terjadi penempelan

spikes virion dengan reseptor spesifik yang ada di permukaan sel hospesnya.

Virion akan menyusup ke sitoplasma sel dan akan mengintegrasikan materi

genetiknya di dalam inti sel hospesnya, dan dengan menggunakan mesin genetik

dari sel hospesnya, virus dapat bereplikasi membentuk virion-virion baru, dan

virion-virion ini dapat menginfeksi kembali sel-sel disekitarnya. Dari beberapa

hasil pemeriksaan terhadap spesimen klinik yang diambil dari penderita ternyata

avian influenza H5N1 dapat bereplikasi di dalam sel nasofaring. (18)

Fase penempelan (attachment) adalah fase yang paling menentukan

mampukah virus bisa masuk atau tidak ke dalam sel hospesnya untuk melanjutkan

replikasinya. Virus influenza A melalui spikes hemaglutinin (HA) akan berikatan

dengan reseptor yang mengandung sialic acid (SA) yang ada pada permukaan sel

hospesnya. Ada perbedaan penting antara molekul reseptor yang ada pada

manusia dengan reseptor yang ada pada unggas atau binatang, sehingga secara

32

Page 33: PLENO1

teoritis virus flu burung tidak bisa menginfeksi manusia karena perbedaan

reseptor spesifiknya. Namun dengan perubahan hanya 1 asam amino saja

konfigurasi reseptor tersebut maka reseptor pada manusia dapat dikenali oleh

HPAI-H5N1. Potensi virus H5N1 untuk melakukan mutasi inilah yang

menyebabkan penyakit flu burung dapat menginfeksi ke manusia. (19)

1.6.2 Gejala Terinfeksinya Virus Flu Burung

Secara umum pada masa inkubasi, antara mulai tertular dan timbulnya

gejala, adalah sekitar tiga hari. Sementara, dalam kepustakaan dinyatakan, masa

infeksius pada manusia adalah satu hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul

gejala. Samentara pada anak bisa sampai 24 hari.Gejala manusia yang tertular flu

burung pada dasarnya sama dengan flu umumnya, hanya saja berpotensi menjadi

berat dan fatal. Gejalanya antara lain demam, batuk, sakit tenggorokan, sakit

kepala, dan nyeri sendi sampai infeksi selaput mata.(23)

Jika keadaannya makin memburuk, maka dapat terjadi severe respiratory

distress yang di tandai dengan sesak nafas hebat, rendahnya kadar oksigen darah

serta meningkatnya kadar CO2. Ini terjadi karena infeksi flu menyebar ke paru dan

menimbulkan radang paru (pneumonia) yang dapat disebabkan oleh virus AI atau

bakteri. Kemudian masuk ke saluran napas dan menginfeksi paru yang sedang

sakit akibat virus flu burung.(23)

Laporan dari kasus yang terjadi pada tahun 1999 menunjukkan adanya

variasi gejala berupa demam sekitar 390C, lemas, sakit tenggorok, sakit kepala,

tidak nafsu makan, muntah dan nyeri perut, serta diare. Hanya saja, kesepuluh

pasien flu burung di Vietnam tahun 2004, tidak seorang pun yang mengeluh sakit

tenggorok dan pilek. Agak aneh memang. Juga tidak ada keluhan radang selaput

mata dan bercak kemerahan pada pasien. Secara khusus, gejala flu burung

dibedakan atas(22) :

a. Flu burung pada ternak

Gejala klinis flu burung pada unggas mirip dengan gejala newcastle

disease, atau di indonesia disebut penyakit tetelo atau pileren yang disebabkan

oleh paramyxovirus. Gejala Klinis ternak unggas yang terinfeksi flu burung

sebagai berikut:

33

Page 34: PLENO1

1) Jengger, pial, dan kulit perut yang tidak ditumbuhi bulu bewarna biru

keunguan.

2) Pembengkakan di sekitar kepala dan muka.

3) Ada cairan yang keluar dari hidung dan mata.

4) Perdarahan di bawah kulit (subkutan)

5) Perdarahan titik (ptechie) pada daerah dada, kaki, dan telapak kaki.

6) Batuk, bersin, ngorok.

7) Diare.

8) Tingkat kematian tinggi.

b. Flu burung pada manusia

Orang yang terserang flu burung menunjukkan gejala seperti terkena flu

biasa, tetapi kerena keganasan virusnya menyebabkan flu ini juga ganas.

Virus influenza biasanya menimbulkan penyakit yang ringan. Tetapi virus flu

burung ini sangat ganas dan dapat menyebabkan kematian dalam satu

minggu. Orang yang terkena flu burung mengalami kenaikan suhu tubuh

sampai 39C, sakit tenggorokan, batuk, sesak napas dan mengeluarkan lendir

bening dari hidung. Kondisi ini dapat diikuti dengan penurunan daya tahan

tubuh yang sangat cepat karena biasanya penderita tidak memiliki nafsu

makan, diare dan muntah.

Dalam waktu singkat gejala gejala tersebut dapat menjadi lebih berat

dengan terjadinya peradangan di paru (pneumonia). Apabila tidak dilakukan

penanganan yang baik pada pasien maka dapat menyebabkan kematian.

1.6.3 Cara Menanggulangi Penyakit Flu Burung

Berikut salah satu isi Instruksi Presiden Republik Indonesia nomor 1 tahun

2007 tentang penanganan dan penanggulangan wabah flu burung. Untuk

menangani perkembangan virus flu burung (avian influenza) di wilayah Indonesia

yang menunjukkan peningkatan dan sudah mengarah pada tingkat yang sangat

membahayakan, dengan ini menginstruksikan:

34

Page 35: PLENO1

a. meningkatkan intensitas dan melakukan langkah-langkah konkret dan efisien

untuk penanganan dan pengendalian virus flu burung (avian influenza);

b. melakukan sosialisasi dan edukasi secara terus menerus mengenai bahaya dan

penanggulangan virus flu burung (avian influenza) di daerah yang berisiko

tinggi atau daerah endemik virus flu burung (avian influenza).

Penanggulangan untuk unggas yang belum terkena flu burung agar tidak

terjangkit adalah dengan menerapkan prinsip Biosekuriti. Biosekuriti merupakan

cara untuk menghindari kontak antara hewan dan mikroorganisme. Prinsip-prinsip

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Jagalah agar ternak unggas dalam kondisi baik

- Mempunyai akses ke air bersih dan makanan yang memadai.

- Mempunyai akses ke kandang yang memadai.

- Menerima produk-produk yang bebas cacing dan sudah divaksinasi.

b. Jagalah ternak unggas agar selalu berada dalam lingkungan yang terlindung

c. Periksalah barang-barang yang masuk ke peternakan

Adapun cara penanggulangan untuk hewan yang sudah terkena wabah flu

burung adalah dengan memberikan vaksin. Vaksinasi terhadap Flu Burung sudah

ada dan sedang dikembangkan. Keputusan untuk membuat vaksin ini tersedia di

suatu negara hanya bisa dilakukan oleh Direktorat Kesehatan Hewan.

1.6.4 Mencegah Terinfeksinya Flu Burung

Kebiasaan pola hidup sehat tetap memegang peranan penting dalam

pencegahan. Untuk flu adalah tetap menjaga daya tahan tubuh, makan yang

seimbang dan bergizi, istirahat dan olahraga teratur. Kebiasaan mencuci tangan

secara teratur. Secara umum pasien influenza sebaiknya istirahat, banyak minum

dan makan bergizi.Sampai kini belum ada vaksin untuk menangkal flu burung

pada manusia walau ada berbagai jenis vaksin influenza, tetapi vaksin tersebut

dibuat untuk mencegah flu biasa bukan mencegah flu burung.

World Health Organization (WHO) menyatakan, secara umum prinsip-

prinsip kerja yang higienis seperti mencuci tangan dan menggunakan alat

pelindung diri bila diperlukan merupakan upaya yang harus dilakukan oleh

mereka yang kontak dengan ternak. Karena telur juga dapat tertular,

35

Page 36: PLENO1

penanganannya kulit telur dan telur mentah juga perlu diperhatikan. WHO juga

menyatakan, dengan memasaknya seperti yang biasa kita lakukan selama ini,

virus flu burung akan mati. Ada anjuran: daging, daging unggas harus dimasak

sampai suhu 700C atau 800C selama sedikitnya satu menit. Kalau kita menggoreng

atau merebus ayam di dapur misalnya, tuntu lebih dari itu suhu dan lamanya

memasak. Artinya aman mengkonsumsi ayam atau unggas lainnya asal telah

dimasak dengan baik.

Flu burung yang mana belum ada obat atau vaksinnya, maka upaya yang

dilakukan hanya bersifat pencegahan dan pertolongan pertama. Upaya tersebut

dapat dilakukan dengan pencegahan luar dan dalam tubuh.(21)

1) Pencegahan Luar

Pencegahan luar bertujuan untuk mencegah penularan dari lingkungan agar

tidak masuk ke dalam tubuh. Tindakannya adalah:

a. Setiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari unggas

harus menggunakan pelindung.

b. Memusnahkan unggas yang terkena flu burung.

c. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi resiko

penularan.

d. Tidak mengkonsumsi produk unggas dari peternakan yang terkena wabah

flu burung.

e. Tetap terapkan pola hidup sehat.

2) Pencegahan Dalam

Pencegahan dalam dilakukan dengan mengonsumsi obat dan makanan untuk

meningkatkan daya tahan tubuh.

a. Obat

Obat yang direkomendasikan untuk mencegah terinfeksi flu burung adalah

obat antiviral misalnya amantadine dan rimantadine dan penghambat

neurominidase misalnya oseltamivir dan zanimivir.

36

Page 37: PLENO1

Obat ini digunakan dalam pencegahan dan pengobatan influenza di

beberapa Negara dan diperkirakan dapat juga mengatasi penyakit flu burung.

b. Makanan

Mengkonsumsi makanan yang banayak mengandung serat dan kandungan

antioksidan tinggi seperti buah dan sayuran. Dengan melaksanakan upaya

pencegahan diatas diharapkan kita semua dapat terhindar dari penyakit flu

burung ini.

Selain pencegahan luar dan pencegahan dalam, pencegahan flu burung

juga dapat dilakukan oleh peternak dan masyarakat umum, diantaranya(24):

1) Peternak

a. Orang yang kontak dengan unggas (misalnya peternak ayam) harus

menggunakan masker, baju khusus, kaca mata renang.

b. Membatasi lalu lintas orang yang masuk ke peternakan

c. Mendisinfeksi orang dan kendaraan yang masuk ke peternakan

d. Mendisinfeksi peralatan peternakan

e. Mengisolasi kandang dan kotoran dari lokasi peternakan

2) Masyarakat umum

a. Memilih daging yang baik dan segar

b. Memasak daging ayam minimal 800 C selama 1 menit dan telur minimal

640 C selama 5 menit (atau sampai air atau kuahnya mendidih cukup

lama).

c. Menjaga kesehatan dan ketahanan umum tubuh dengan makan,

olahraga, dan istirahat yang cukup.

d. Segera ke dokter/ puskesmas/ rumahsakit bagi masyarakat yang

mengalami gejala-gejala flu burung.

BAB III

KESMPULAN

37

Page 38: PLENO1

Infeksi bakteri dan virus terhadap organisme adalah dengan proses tertentu

berdasarkan karakteristik bakteri dan virus tersebut.

38

Page 39: PLENO1

DAFTAR PUSTAKA

1. Nelson D.L. and Cox M.M., 2004, Lehninger Principles of Biochemistry 4th

ed, W.H. Feeman, New York.

2. Bolsover S.R., Hyams J.S., Sephard E.A., White H.A., Wiedemann C.G.,

2004. Cell Biology : a Short Course 2nd ed, John Willey and Son Inc., USA.

3. Sujidi, dkk. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta, Balai

Penerbit FK UI

4. Agus Syahrurachman. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara;

1994.

5. Widayati S., Rochmah S. N., Zubedi. Biologi : SMA dan MA Kelas X. Jakarta:

Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional,; 2009

6. FKUI. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta: Binarupa

Aksara; 2008.

7. Jawetz, Melnick, Adelberg’s. Mikrobiologi kedokteran Jilid 1. Jakarta:

Salemba Medika; 2005

8. Irianto, Koes. 2013. Mikrobiologi Medis. Bandung:Alfabeta

9. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penterjemah:

Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,

2006.

10. Deden A. Biologi Kelompok Pertanian dan Kesehatan. Jakarta: Grafindo

Media Pratama; 2006.

11.Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Mikrobiologi Kedokteran. 25th ed. Jakarta:

EGC; 2008.

12.Campbell. Biology Concepts & Connections. California: The Benjamin/

Commings Publishing Company; 2006.

13.Albert, B., Johnson, A., Lewis, J. Raff, M., Roberts, K., Walter, P. 2002.

Molecular Biology of the Cell. 4 th ed. Garland Science. New York

14.Irianto, K. 2006. Mikrobiologi: Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2. CV.

YramaWidya . Bandung.

39

Page 40: PLENO1

15.Campbell NA, Recee JB, Urry LA, Cain ML. Biologi Jilid 1. Jakarta:

Erlangga; 2008.

16.Elrod, Susan, Stansfield, William. Genetika Edisi Keempat. Jakarta: PT Gelora

Aksara Pratama; 2007

17. Bridges CB, Keurhnet MJ, Hall CB. Transmission of influenza : implecation

for control in health care setting Clin Infect Dis. 2003; 37 : 1094 – 1101.

18. Peiris JS, Yu WC, Leung CW, et al. Re-emergence of fatal human influenza

influenza A subtype H5N1 disease. Lancet 2004; 363: 617-619.

19. Russel CJ and Webster RG. The genesis og a pandemic influenza virus. Cell.

2005 123(3): 368-371.

20.Anies D. SLP : Manajemen Berbasis Lingkungan. Jakarta: Elex Media

Komputindo; 2006.

21. Akoso, Budi Tri. 2006. Waspada Flu Burung. Penerbit Kanisius :

Yogyakarta.

22. Irianto, K., 2007. Mikrobiologi, Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid I,

Yrama Widya: Jakarta.

23. Soejoedono, D. Retno. 2006. Flu Burung. Penerbit Swadaya : Depok. Pustaka

Internet

24. Widoyono. Penyakit Tropis: Epidemologi, Penularan, Pencegahan, &

Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga; 2011.

25. White J. M. 2007. Cell Structure and Function. University of Virginia Health

System.

40