PETUNJUK TEKNISPENGEMBANGANINFRASTRUKTURPENGAWASAN SDKPDIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DANPENGEMBANGAN INFRASTRUKTURPENGAWASAN
2013
DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASANSUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANANKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2 0 1 3
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANANDIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANANJalan Medan Merdeka Timur Nomor 16 Gedung Mina Bahari III Lantai 15, Jakarta 10110
Telepon (021) 3519070, Fax. (021) 3520346, Pos Elektronik [email protected]
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASANSUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
NOMOR 384/DJPSDKP/2013
TENTANG
PETUNJUK TEKNISPENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESADIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan
perencanaan, pembangunan, pengoperasian,
pemeliharaan dan perawatan, serta
monitoring dan evaluasi infrastruktur
pengawasan sumber daya kelautan dan
perikanan yang efektif dan efisien, perlu
ditetapkan petunjuk teknis pengembangan
infrastruktur pengawasan sumber daya
kelautan dan perikanan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
perlu menetapkan Keputusan Direktur
Jenderal Pengawasan Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan tentang Petunjuk
Teknis tentang Pengembangan Infrastruktur
Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 45
- 2 -
Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5073);
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Barang Milik Daerah/Negara (Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4609), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 38 Tahun 2008 (Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4855);
3. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun
2012 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 155);
4. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor PER.04/MEN/2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis di Bidang Pengawasan Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor PER.15/MEN/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
- 3 -
Kelautan dan Perikanan;
8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor PER.25/MEN/2012 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan di Lingkungan Kementerian
Kelautan dan Perikanan.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR PENGAWASAN SUMBER DAYA
KELAUTAN DAN PERIKANAN.
KESATU : Menetapkan Petunjuk Teknis Pengembangan
Infrastruktur Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Keputusan ini;
KEDUA : Petunjuk Teknis Pengembangan Infrastruktur
Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU
digunakan sebagai pedoman bagi Unit Pelaksana
Teknis Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan dalam melaksanakan perencanaan,
pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan dan
perawatan, serta monitoring dan evaluasi infrastruktur
pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan;
KETIGA : Keputusan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di JakartaPada tanggal 29 November 2013
DIREKTUR JENDERAL PENGAWASANSUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN,
SYAHRIN ABDURRAHMAN
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1A. Latar Belakang 1B. Tujuan 1C. Sasaran 2D. Ruang Lingkup 2E. Pengertian 2
BAB II STANDAR IDEAL PENGEMBANGAN INFRASTRUKTURPENGAWASAN SDKP 6A. Pangkalan Pengawasan SDKP 6B. Stasiun Pengawasan SDKP Kelas I 8C. Stasiun Pengawasan SDKPKelas II 10D. Pos Pengawasan SDKP 12E. Satuan Pengawasan SDKP 14F. Pengguna Infrastruktur Pengawasan 15
BAB III ASAS DAN PERSYARATAN PEMBANGUNANINFRASTRUKTUR PENGAWASAN SDKP 17A. Asas Pembangunan 17B. Persyaratan Administratif 17C. Persyaratan Teknis 19
BAB IV TAHAPAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTURPENGAWASAN SDKP 31A. Identifikasi 31B. Penyiapan Lahan 31C. Tahapan Survey, Investigasi dan Desain 34D. Persiapan 36E. Perencanaan Teknis Konstruksi 38F. Pelaksanaan Konstruksi 39
BAB V KOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN 41A. Biaya Konstruksi Fisik 41B. Biaya Manajemen Konstruksi 41C. Biaya Perencanaan Teknis Konstruksi 42D. Biaya Pengawasan Konstruksi 43E. Biaya Pengelolaan Kegiatan 44
BAB VI PENYELENGGARA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTURPENGAWASAN SDKP 46A. Pengguna Anggaran 46B. Pembina Teknis 46C. Organisasi dan Tata Laksana 46D. Pengawasan 51
BAB VII PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN BANGUNANPENGAWASAN SDKP 53A. Umur Bangunan dan Penyusutan 53B. Kerusakan Bangunan 53C. Perawatan Bangunan 54D. Pemeliharaan Bangunan 54
ii
E. Lingkup Pemeliharaan Bangunan 54F. Lingkup Perawatan Bangunan 57G. Metode Pemeliharaan dan Perawatan 58
BAB VIII EVALUASI BANGUNAN PENGAWASAN SDKP 64
BAB IX ADMINISTRASI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PSDKP 66A. Pengusulan Lahan 66B. Identifikasi/Survey Lahan 66C. Dokumen Pengadaan/Pemanfaatan Lahan 66D. Perencanaan, Pelaksanaan, Pengawasan, Pemeliharaan dan
Perawatan 67E. Identifikasi Lahan 67F. Bentuk Pemanfaatan Lahan dan Bangunan 67
BAB X PENUTUP 69
BAB XI LAMPIRAN 70
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangKebijakan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan diarahkanuntuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan dalam rangka mewujudkan Indonesiabebas illegal fishing dan kegiatan yang merusak sumber daya kelautandan perikanan. Sejalan dengan kebijakan tersebut, kegiatan DirektoratPemantauan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan dan PengembanganInfrastruktur Pengawasan bertugas untuk menyiapkan infrastrukturpengawasan yang memadai dan handal untuk mendukung pelaksanaankegiatan operasional pemantauan, pengawasan, maupun pemberianpelayanan kepada kapal perikanan.Untuk mengoptimalkan dukungan pengawasan SDKP terhadapkebijakan pembangunan kelautan dan perikanan berbasis kewilayahandengan menggunakan pendekatan industrialisasi perikanan dengankaidah-kaidah ekonomi biru [blue economy], diperlukan peran UnitPelaksana Teknis (UPT). Pembentukan Unit Pelaksana Teknis (UPT)sebagaimana Persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara(MENPAN) No. B/2712/M.PAN/12/2005 tanggal 30 Desember 2005tentang Pembentukan UPT Pengawasan Direktorat Jenderal PSDKPsebanyak 5 unit, yaitu dengan status Pangkalan Pengawasan (EsselonIIIa) di Jakarta dan Bitung serta Stasiun Pengawasan (Esselon IVa) diBelawan, Pontianak dan Tual. Hal tersebut ditindaklanjuti denganKeputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No: PER.04/MEN/2006tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di bidangPengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan.Sebagai antisipasi beban tugas di bidang Pengawasan Sumber DayaKelautan dan Perikanan, direncanakan perubahan dan pengembangankelembagaan UPT PSDKP.Pembangunan Infrastruktur Pengawasan harus memenuhi kaidahperencanaan, meliputi tahapan kegiatan Survey, Investigation, Design,Construction, Operational and Maintenance (SIDCOM) yang diperlukanuntuk mendukung operasional organisasi UPT Pengawasan SDKP.Disamping itu pengembangan infrastruktur pengawasan harusmemperhitungkan beberapa aspek antara lain kebutuhan lahan denganstatus lahan yang clean and clear, kebutuhan bangunan, luas bangunan,dengan menyesuaikan kebutuhan pelaksanaan operasional pengawasanSDKP di lapangan.
B. TujuanTujuan disusunnya petunjuk teknis Pengembangan InfrastrukturPengawasan SDKP adalah untuk memberikan pedoman, standar dankriteria dalam merencanakan pembangunan infrastruktur pengawasanSDKP serta pengembangannya sesuai dengan kebutuhan operasionalpengawasan SDKP.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 2
C. Sasaran
Sasaran disusunnya POS Pengembangan infrastruktur PengawasanSDKP agar pelaksanaan pembangunan infrastruktur pengawasan SDKPsesuai dengan pedoman dan kriteria standar dalam mendukungoperasional pengawasan SDKP.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup POS Pengembangan Infrastruktur Pengawasan SDKPmeliputi:a. Kriteria Standar;b. Perencanaan;c. Tahapan Pembangunan;d. Operasional, Pemeliharaan dan Perawatan;e. Monitoring dan Evaluasi.
E. Pengertian
1. Bangunan Guna Serah adalah pemanfaatan tanah milik pemerintahpusat oleh pihak lain dengan mendirikan bangunan dan/atausarana, berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihaklain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati,untuk selanjutnya tanah beserta bangunan dan/atau sarana, berikutfasilitasnya, diserahkan kembali kepada Pengelola Barang setelahberakhirnya jangka waktu..
2. Bangunan Serah Guna Bangun adalah pemanfaatan tanah milikpemerintah pusat oleh pihak lain dengan mendirikan bangunandan/atau sarana, berikut fasilitasnya, dan setelah selesaipembangunannya diserahkan kepada Pengelola Barang untukkemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut selama jangkawaktu tertentu yang disepakati.
3. Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untukmerapat dan menambatkan kapal yang melakukan bongkar muatbarang dan menaikturunkan penumpang.
4. Docking Shipyard adalah tempat pemeliharaan dan perbaikan bagibadan kapal bagian bawah yang terendam air dan propeller, terdapathanya di lokasi yang strategis bagi operasi pengawasan oleh KapalPengawas namun berada jauh dari kota pelabuhan yang ada fasilitasdocking kapal.
5. Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan danpengungkapan masalah kinerja pembangunan pengembanganinfrastruktur pengawasan untuk memberikan umpan balik bagipeningkatan kualitas kinerja.
6. Instansi Teknis Terkait adalah Intansi Pemerintah yang mempunyaihubungan langsung terhadap pelaksanaan pembangunanpengembangan infrastruktur pengawasan.Instansi tersebut adalah:
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 3
a) Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan, DirektoratJenderal Cipta Karya-Kementerian Pekerjaan Umum untukTingkat Nasional dan wilayah DKI Jakarta;
b) Dinas Pekerjaan Umum/Dinas Teknis Provinsi yang bertanggungjawab dalam pembinaan bangunan gedung untuk wilayah provinsi,di luar Jakarta;
c) Dinas Pekerjaan Umum/Dinas Teknis Kabupaten/Kota yangbertanggung jawab dalam pembinaan bangunan gedung untukwilayah Kabupaten/Kota.
7. Jetty adalah dermaga yang menjorok ke laut, biasanya sejajar denganpantai dan dihubungkan dengan daratan oleh jembatan yangbiasanya membentuk sudut tegak lurus dengan jetty, sehingga dapatberbentuk T atau L. Diaplikasikan pada perairan yang dangkal ataukering pada saat air surut.
8. Kantor Administrasi adalah tempat berlindung dari gangguan alam,kegiatan umum, dan sebagai pusat pengendalian dan operasionalPengawasan SDKP.
9. Lapangan Pemeriksaan Jaring/Serba Guna adalah area untukmelakukan pengukuran jaring barang bukti tindak pidanaperikanan, dimana umumnya menggunakan alat tangkap denganukuran cukup besar, seperti Jaring Trawl dengan main ropemencapai 500 meter dan webbing mencapai 200 meter, alat tangkapjaring Gill Net dengan panjang 4.500 meter, sehingga diperlukantempat pengukuran jaring berupa lapangan terbuka denganpermukaan rata dan tidak berair/becek. Lapangan tersebut jugadapat dipergunakan untuk kegiatan upacara dan lain sebagainya.
10. Mess Operator adalah tempat tinggal bagi personalpengawas/petugas operator yang ditempatkan di luar daerah sesuaidengan pangkalan Kapal Pengawas.
11. Minilab adalah tempat yang dipergunakan untuk pengujian secarasederhana mengenai kualitas air, sumber daya kelautan danperikanan yang tercemar, uji bahan dan sebagainya.
12. Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis informasi(berdasarkan indikator yang ditetapkan) secara sistematis danberkesinambungan tentang kegiatan pembangunan infrastrukturpengawasan sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi untukpenyempurnaan pembangunannya.
13. Pembangunan adalah kegiatan mendirikan bangunan gedung yangdiselenggarakan melalui tahap persiapan, perencanaan teknis,pelaksanaan konstruksi dan pengawasan konstruksi/manajemenkonstruksi (MK), baik pembangunan baru, perbaikan sebagian atauseluruhnya, maupun perluasan bangunan gedung yang sudah ada,dan/atau lanjutan pembangunan bangunan gedung yang belumselesai, dan/atau perawatan (rehabilitasi, renovasi, restorasi)
14. Pengadaan bangunan adalah kegiatan pengadaan bangunan gedungbaik melalui proses pembangunan, pembelian, hibah, tukarmenukar, maupun kerja sama pemanfaatan, bangunan guna serahdan bangun serah guna.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 4
15. Power House adalah bangunan untuk melayani kebutuhan akancadangan listrik apabila listrik padam, dan diperlukan adanyamesin generator pembangkit listrik.
16. Ruang Alat Komunikasi adalah ruangan untuk menyimpan alatkomunikasi dan operasionalnya.
17. Ruang Pemantauan adalah ruangan untuk mengamati danmenganalisis data dari hasil pemantauan kegiatan kapal perikanan.
18. Ruang Pembinaan Kerohanian adalah ruang untuk menjalankanibadah tanpa terganggu dari aktifitas lain di lingkungan UPT.
19. Ruang Pemeriksaan adalah ruang yang berfungsi untuk memberikankemudahan di dalam pembuktian perkara tindak pidana bidangkelautan dan perikanan.
20. Ruang pemeriksaan kesehatan adalah ruang untuk memberikanpelayanan kesehatan kepada personil pengawasan atau ABK.
21. Ruang Pengamanan adalah ruang yang berfungsi sebagaipersinggahan hunian sementara. Ruang ini harus memberikanbatasan kebebasan, baik vision maupun pergerakan. Namun tetapmemberikan ruang hidup sesuai konsep Hak Azasi Manusia (HAM).
22. Ruang Simpan Barang Bukti adalah ruang yang berfungsi untukmenyimpan barang bukti tindak pidana yang terjadi. Terdiri atasRuang Simpan Barbuk Kering dan Barbuk Basah, hal ini sesuaidengan sifat dan karaksteristik dari barang tersebut.
23. Ruang Simpan Senjata Api dan Amunisi adalah ruang tempatpenyimpanan senjata api dan amunisi yang merupakan pendukungdari gerak operasi pengawasan, sehingga kondisinya harus tetap siapdipergunakan sewaktu-waktu. Ukuran ruang simpan Senjata Api danAmunisi harus sebanding dengan rencana jumlah untukpenyimpanan senjata api dan amunisi.
24. Ruang Pertemuan adalah ruang yang dipergunakan untukmelakukan aktifitas seperti: pertemuan, rapat atau hal lain yangberkenaan dengan kegiatan pengawasan SDKP.
25. Sarana Olahraga adalah sarana baik berupa alat maupun lapanganuntuk mengembangan kesehatan jasmani dan melaksanakanaktifitas olahraga di lingkup UPT Pengawasan SDKP.
26. Tahapan Survey adalah tahap awal yang dilakukan melalui kegiatanpeninjauan ke lapangan untuk menemukan beberapa lokasi yangmemenuhi persyaratan yang telah disusun. Lokasi tersebut diperolehmelalui informasi yang disampaikan oleh Dinas Kelautan danPerikanan Propinsi/Kabupaten/Kota setempat.
27. Tahap Investigasi adalah tahapan untuk melakukanpenelitian/penyelidikan terhadap kebenaran informasi lokasitersebut melalui cross-check ke berbagai pihak antara lainmasyarakat setempat sampai radius tertentu, Instansi Teknis yangterkait dengan masalah pertanahan dan Rencana Umum Tata RuangWilayah Kabupaten/Kota serta status tanah (sertifikat) dan tidakbermasalah dengan pihak manapun.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 5
28. Tahap Desain, tahap ini menerapkan 2 kegiatan pokok yang terdiridari:a. Konsep Desain adalah tahapan untuk memperoleh arahan
kebutuhan pembangunan berupa konsep desain, kriteriapemilihan lahan, dan arahan kegiatan perencanaan detil (detaildesain).
b. Detail Engineering Desain adalah tahapan apabila hasilInvestigasi lokasi “clear” atau disepakati dan untuk acuanpelaksanaan di lapangan.
c. Tahap Konstruksi adalah tahap pembangunan fisik/konstruksidengan mengacu pada Detail Desain yang telah di buat sertajadwal waktu yang telah disusun (kurva S). Selain itu tahapkonstruksi juga menyesuaikan dengan arahan kebijakanpengelolaan lingkungan sebagaimana tertuang dalam dokumenRencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan RencanaPemantauan Lingkungan (RPL) yang ada. Sebelum pelaksanaanfisik, perlu dilakukan kick-off meeting yaitu penjelasan hal-halyang kritis/crusial pada pelaksanaan pembangunan untukdisepakati bersama antara Pelaksana dengan Bouwheer (PemilikPekerjaan).Pelaksanaan yang sudah selesai 100 (seratus) persen dituangkandalam Berita Acara Pemeriksaan yang dilakukan secara bersamaantara Pelaksana dengan Bowheer, serta Pembuatan As BuiltDrawing Bangunan.
d. Tahap Operasional dan Pemeliharaan adalah pelaksanaan fungsipenggunaan dan perawatan pengembangan infrastruktur yangtelah selesai dan dipergunakan. Dari evaluasi pemanfaatannyamaka akan diketahui apakah pengembangan infrastruktur yangtelah dibangun tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan saat ini.
29. Tempat Penampungan Sementara ABK Non Yustisia adalahbangunan untuk menampung para ABK Non Yustisia.
30. Workshop dan Docking Yard adalah tempat yang berada di daratmaupun di perairan yang digunakan untuk melakukan prosespembangunan kapal ataupun proses perbaikan dan perawatan kapal.
31. Wharf adalah dermaga yang dibuat sejajar pantai dan dapat dibuatberimpit dengan garis pantai atau menjorok ke laut. Wharf di bangunapabila garis kedalaman laut hampir merata atau sejajar dengangaris pantai, pada lokasi/lahan yang mempunyai tebing cenderungterjal, dengan melakukan penimbunan tanah dan pemasanganpenahan longsoran tanah (turap), dimana turap tersebut berfungsisebagai dermaga.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 6
BAB IISTANDAR IDEAL PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN SDKP
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.04/MEN/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis diBidang Sumber Daya Kelautan dan Perikanan serta berdasarkan analisisbeban kerja, maka UPT di Bidang Pengawasan Sumber Daya Kelautan danPerikanan diklasifikasikan menjadi:
a. 2 (dua) UPT Pangkalan PSDKP;b. 3 (tiga) UPT Stasiun PSDKP.Di bawah koordinasi UPT Pangkalan PSDKP dan Stasiun PSDKP terdapatSatker dan Pos Pengawasan SDKP yang diatur dalam Keputusan DirekturJenderal PSDKP.
Sedangkan sesuai dengan antisipasi dan persiapan pengembangankelembagaan UPT pengawasan SDKP, rencana akan diklasifikasikan menjadi:
a.11 (sebelas) UPT Pangkalan PSDKP (eselon III/a);b.11 (sebelas) UPT Stasiun PSDKP Kelas I (eselon IV/a);c. 4 (empat) UPT Stasiun PSDKP Kelas II (eselon IV/b).
Di bawah koordinasi UPT tersebut di atas terdapat Pos dan SatuanPengawasan SDKP yang diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal PSDKP.
Terkait dengan klasifikasi kelembagaan UPT pengawasan SDKP tersebut,maka ditetapkan standar ideal infrastruktur pengawasan SDKP sesuai tingkatkelembagaan dengan uraian sebagai berikut:
A. UPT Pangkalan PSDKPUPT PSDKP merupakan unit pelaksana teknis di bidang pengawasan dansumber daya kelautan dan perikanan yang berada di bawah danbertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pengawasan Sumber DayaKelautan dan Perikanan dengan tugas melaksanakan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan berdasarkan peraturan perundang-undanganyang berlaku. UPT dibentuk dalam rangka mendukung pelaksanaanpengawasan sumber daya kelautan dan perikanan agar berdaya guna danberhasil guna. UPT Pangkalan PSDKP merupakan Unit Pelaksana Teknisdengan struktur eselon III/a yang memiliki infrastruktur pengawasan yangpaling lengkap untuk mendukung operasional pengawasan SDKPberdasarkan analisis beban kerja. Standar ideal pengembanganinfrastruktur untuk UPT Pangkalan PSDKP, sebagaimana disajikan padaTabel 1.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 7
Tabel 1. Standar Ideal Infrastruktur Pangkalan PSDKP
NoPengembanganInfrastruktur Ukuran (+) Keterangan/Kebutuhan
1 Lahan 2 Ha – 4 Ha2 Dermaga 100 m' Untuk berlabuh Kapal Pengawas:
Tipe A = > 57 mTipe B = 36 - 56 mTipe C = 23 - 35 mTipe D = 16 - 22 mdan Kapal TangkapanDilengkapi dengan fasilitas listrik, airbersih, tanda-tanda dermaga pengawasan(lampu suar, dll), crane/dewi-dewi sertaperlengkapan pendukung untuk kapalpengawas dan speedboat pengawasan,garasi speedboat yang mendukungperawatan dan operasional speedboatpengawasan termasuk utilitas untukperbaikan speedboat.
3 Kolam Labuh Kedalaman -6 meter LWL (low water level)4 Fasilitas
Tambat 4 buah bolder 12 buah bollard
5 KantorAdministrasi
1000 m² Ruangan umum, yaitu ruangan yangdipergunakan untuk menerima tamu danbersifat tidak permanen. Ruangandimaksud adalah: ruang tamu, lobby,resepsionis dan tempat penerimaan suratmasuk.Ruangan terbatas (+ 45 m²), yaitu ruanganyang hanya dipergunakan secara terbatasoleh kalangan Petugas untuk keperluankedinasan (pelayanan/SLO/SHTI/SKAT).
6 RuangPemeriksaan
24 m² Ruangan untuk proses penyidikan
7 RuangPengamanan
60 m² Kapasitas 30 orang (untuk tersangkatindak pidana SDKP)
8 Ruang Simpan Barang BuktiBarbuk Basah 50 m² Digunakan untuk menampung barang
bukti berupa hasil tangkapan dilengkapidengan freezer
Barbuk Kering 200 m² Digunakan untuk menampung alattangkap, alat komunikasi dan navigasi,yang dijadikan barang bukti
Barbuk BahanPeledak
25 m² Digunakan untuk menampung barang-barang yang bersifat eksplosif
9 Ruang SenjataApi danAmunisi
50 m² Kapasitas tempat penyimpanan:- Senjata api laras panjang/PM1A-2- Senjata api laras pendek/P3-A- Peluru Senjata ApiMerupakan ruangan dengan desain danspesifikasi khusus sesuai denganperaturan terkait tata cara penyimpanansenjata
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 8
10 TempatPenampunganSementaraABK NonYustisia
Gedung700 m²;
Ruang Terbuka500 m².
Kapasitas:- 150-200 orang- Ruang Tidur- Ruang Makan dan Dapur- MCK- Lapangan serba guna (untuk olahraga,
dll)- Ruang Isolasi dan Kamar Mandi
11 Laboratorium (9-25) m² Untuk penyimpanan peralatan pengujiankualitas air, uji formalin, uji forensik ikan,obat terlarang, dll.
12 LapanganPeriksa JaringTangkapan/LapanganSerba Guna
600 m² ukuran20m x 30m
Tempat untuk mengukur jaring (panjang,lebar, tinggi) berupa lapangan dengantiang-tiang tinggi di beberapa titik untukdigunakan sebagai media bantupemeriksaan jaring
13 RuangPertemuan
300 m² Kapasitas: 100 orang
14 RuangPemeriksaanKesehatan
60 m² Tipe Poliklinik
15 RuangPembinaanRohani
150 m² Kapasitas: 50 orang
16 Mess Operator (72-120) m²/unit
- Berupa rumah- Kapasitas: 4-8 orang
17 MessPerwira/ABK
72 m2Berupa rumah kapasitas 4 orang
18 RumahGenset/ PowerHouse
Kapasitas: minimal 30.000 watt (ataumenyesuaikan kebutuhan);
19 PenampunganAir Bersih
(Kapasitas + 500 m3) Menyesuaikankebutuhan air bersih
20 Jalan Komplekdanpenunjangnya
Menghubungkan kantor administrasi danfungsi bangunan yang ada dengan pintugerbang, disesuaikan kebutuhan di lokasi,termasuk landscape.
21 BangunanPendukung
Pos Jaga, Garasi Mobil, landscape
Keterangan:Standar dapat disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan ketersediaan lahan.
B. UPT Stasiun Pengawasan SDKP Kelas IUPT Stasiun Pengawasan SDKP Kelas I merupakan Unit Pelaksana Teknisdengan struktur eselon IV/a yang memiliki infrastruktur pengawasan dananalisis beban kerja di bawah Pangkalan Pengawasan SDKP. Standar idealpengembangan infrastruktur untuk UPT Stasiun Pengawasan SDKP KelasI, sebagaimana disajikan pada Tabel 2.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 9
Tabel 2. Standar Ideal Infrastruktur Stasiun PSDKP Kelas INo Pengembangan
InfrastrukturUkuran (+) Keterangan/Kebutuhan
1 Lahan 1 Ha - 2 Ha2 Dermaga 75 m' Untuk berlabuh Kapal Pengawas:
Tipe A = > 57 mTipe B = 36 - 56 mTipe C = 23 - 35 mTipe D = 16 - 22 mdan Kapal TangkapanDilengkapi dengan fasilitas listrik, airbersih, tanda-tanda dermaga pengawasan(lampu suar, dll), crane/dewi-dewi sertaperlengkapan pendukung untuk kapalpengawas dan speedboat pengawasan,garasi speedboat yang mendukungperawatan dan operasional speedboatpengawasan termasuk utilitas untukperbaikan speedboat.
3 Kolam Labuh Kedalaman -6 meter LWL4 Fasilitas
Tambat2 buah bolder 8 buah bollard
5 KantorAdministrasi
750 m² Ruangan umum, yaitu ruangan yangdipergunakan untuk menerima tamu danbersifat tidak permanen. Ruangandimaksud adalah: ruang ramu, lobby,resepsionis dan tempat penerimaan suratmasuk.Ruangan terbatas (+ 42 m²), yaitu ruanganyang hanya dipergunakan secara terbatasoleh kalangan Petugas untuk keperluankedinasan (pelayanan/SLO/SHTI/SKAT)dan ruang pemantauan dan alkom.
6 RuangPemeriksaan
20 m² Ruangan untuk proses penyidikan
7 RuangPengamanan
45 m² Kapasitas 24 orang (untuk tersangkatindak pidana perikanan)
8 Ruang Simpan Barang BuktiBarbuk Basah 40 m² Digunakan untuk menampung barang
bukti berupa hasil tangkapan dilengkapidengan freezer
Barbuk Kering 150 m² Digunakan untuk menampung alattangkap yang dijadikan barang bukti
Barbuk BahanPeledak
20 m² Digunakan untuk menampung barang-barang yang bersifat eksplosif
9 Ruang SenjataApi danAmunisi
40 m² Kapasitas tempat penyimpanan:- Tempat penyimpanan senjata- Senjata api laras panjang/PM1A-2- Senjata api laras pendek/P3-A- Peluru Senjata ApiMerupakan ruangan dengan desain danspesifikasi khusus sesuai denganperaturan terkait tata cara penyimpanansenjata
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 10
10 TempatPenampunganSementara ABKNon Yustisia
Gedung500 m²;Ruang
Terbuka 400m²
Kapasitas:- 100-150 orang- Ruang Tidur- Ruang Makan & Dapur- MCK- Tempat Olah Raga yang dibatasi pagar- Ruang Isolasi + KM
11 Laboratorium 20 m² Untuk penyimpanan peralatan pengujiankualitas air, uji formalin, uji forensik ikan,obat terlarang, dll.
12 LapanganPeriksa JaringTangkapan/Lapangan SerbaGuna
450 m² Tempat untuk mengukur jaring (panjang,lebar, tinggi) berupa lapangan dengantiang-tiang tinggi di beberapa titik untukdigunakan sebagai media bantupemeriksaan jaring
13 RuangPertemuan
200 m² Kapasitas: 75 orang
14 RuangPemeriksaanKesehatan
45 m² Tipe poliklinik
15 RuangPembinaanRohani
100 m² Kapasitas: 40 orang
16 Mess Operator (72-120) m²/unit
- Berupa rumah- Kapasitas: 4-8 orang
17 MessPerwira/ABK
72 m2Berupa rumah kapasitas 4 orang
18 Rumah Genset/Power House
Kapasitas: minimal 25.000 watt (ataumenyesuaikan kebutuhan);
19 Penampunganair bersih
(+ 400 m3) Menyesuaikan kebutuhan airbersih
20 Jalan Komplekdanpenunjangnya
Menghubungkan kantor administrasi danfungsi bangunan yang ada dengan pintugerbang, disesuaikan kebutuhan di lokasi,termasuk landscape.
21 BangunanPendukung
Pos Jaga, Garasi Mobil, landscape
Keterangan:Standar dapat disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan ketersediaan lahan.
C. UPT Stasiun Pengawasan SDKP Kelas IIUPT Stasiun Pengawasan SDKP Kelas II merupakan Unit Pelaksana Teknisdengan struktur Esselon IV/b yang memiliki infrastruktur pengawasan dananalisis beban kerja di bawah Stasiun Pengawasan SDKP Kelas I. Standarideal pengembangan infrastruktur untuk UPT Stasiun Pengawasan SDKPKelas II, sebagaimana disajikan pada Tabel 3.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 11
Tabel 3. Standar Ideal Infrastruktur Stasiun PSDKP Kelas II
No PengembanganInfrastruktur Luas (+) Keterangan/Kebutuhan
1 Lahan 5.000 m2 –10.000 m2
2 Dermaga 50 m’ Untuk berlabuh Kapal Pengawas:Tipe C = 23 - 35 mTipe D = 16 - 22 mdan Kapal TangkapanDilengkapi dengan fasilitas listrik, airbersih, tanda-tanda dermaga pengawasan(lampu suar, dll), crane/dewi-dewi sertaperlengkapan pendukung untuk kapalpengawas dan speedboat pengawasan,garasi speedboat yang mendukungperawatan dan operasional speedboatpengawasan termasuk utilitas untukperbaikan speedboat.
3 Kolam Labuh Kedalaman -5 meter LWL (low water level)4 Bolder Tambat Menyesuaikan5 Kantor
Administrasi500 m² Kapasitas: 25 - 30 orang
6 RuangPemeriksaandanPengamanan
40 m² Kapasitas: 20 orang
7 Ruang Simpan Barang BuktiBarbuk Basah 30 m² Digunakan untuk menampung barang
bukti berupa hasil tangkapan dilengkapidengan freezer
Barbuk Kering 100 m² Digunakan untuk menampung alattangkap yang dijadikan barang bukti
Barbuk BahanPeledak
16 m² Digunakan untu menampung barang-barang yang bersifat eksplosif
8 Ruang SenjataApi danAmunisi
24 m² Kapasitas tempat penyimpanan:- Tempat penyimpanan senjata- Senjata api laras panjang/PM1A-2- Senjata api laras pendek P3-A- Peluru Senjata ApiMerupakan ruangan dengan desain danspesifikasi khusus sesuai denganperaturan terkait tata cara penyimpanansenjata
9 TempatPenampunganABK NonYustisia
Gedung 300m²;
RuangTerbuka200 m²
Kapasitas: 50 - 100 orang- Ruang Tidur- Tempat Olah Raga yang dibatasi pagar- Ruang Makan- MCK
10 Laboratorium 16 m² Untuk penyimpanan peralatan pengujiankualitas air, uji formalin, uji forensik ikan,obat terlarang, dll.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 12
11 LapanganPemeriksaanJaringTangkapan/Lapangan SerbaGuna
300 m² Tempat untuk mengukur jaring (panjang,lebar, tinggi) berupa lapangan dengantiang-tiang tinggi di beberapa titik untukdigunakan sebagai media bantupemeriksaan jaring
12 RuangPertemuan
100 m² Kapasitas: + 50 orang
13 RuangPembinaanRohani
80 m² Kapasitas: + 25 orang
14 Mess Operator (72-120) m²/unit
- Berupa rumah- Kapasitas: 4-8 orang
15 MessPerwira/ABK
72 m2
Berupa rumah kapasitas 4 orang
16 Rumah Genset Kapasitas: 15.000 watt (ataumenyesuaikan kebutuhan)
17 Penampunganair bersih
Kapasitas menyesuaikan kebutuhan
18 Jalan Komplekdanpenunjangnya
Kebutuhan untuk menghubungkan Kantordengan ruangan lainnya ke pintu gerbang,termasuk landscape.
19 BangunanPendukung
Pos Jaga, Garasi Mobil, landscape
Keterangan:Standar dapat disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan ketersediaan lahan.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 13
Tabel Perbandingan Standar Ideal Infrastruktur UPT Lingkup Ditjen. PSDKP
No PengembanganInfrastruktur
PangkalanPSDKP
StasiunPSDKPKelas I
Stasiun PSDKPKelas II
Ukuran (+) Ukuran (+) Ukuran (+)1 Lahan 2 Ha – 4 Ha 1 Ha - 2 Ha 5.000 m2 –
10.000 m2
2 Dermaga 100 m' 75 m' 50 m'3 Kolam Labuh4 Fasilitas Tambat5 Kantor
Administrasi1000 m² 750 m² 500 m²
6 RuangPemeriksaan
24 m² 20 m²
40 m27 Ruang
Pengamanan60 m² 45 m²
8Barbuk Basah 50 m² 40 m² 30 m²Barbuk Kering 200 m² 150 m² 100 m²
Barbuk BahanPeledak
25 m² 20 m² 16 m²
9 Ruang SenjataApi dan Amunisi
50 m² 40 m² 24 m²
10 TempatPenampunganSementara ABKNon Yustisia
Gedung 700 m²;Ruang Terbuka
500 m².
Gedung 500 m²;Ruang Terbuka
400 m²
Gedung 300 m²;Ruang Terbuka
200 m²
11 Laboratorium (9-25) m² 20 m² 16 m²12 Lapangan Periksa
JaringTangkapan/Lapangan SerbaGuna
600 m² ukuran20m x 30m
450 m² 300 m²
13 RuangPertemuan
300 m² 200 m² 100 m²
14 RuangPemeriksaanKesehatan
60 m² 45 m² -
15 RuangPembinaanRohani
150 m² 100 m² 80 m²
16 Mess Operator (72-120) m²/ unit (72-120) m²/ unit (72-120) m²/ unit17 Mess
Perwira/ABK72 m2 72 m2 72 m2
18 Rumah Genset/Power House
Menyesuaikan kebutuhan
19 PenampunganAir Bersih
Menyesuaikan kebutuhan
20 Jalan Komplekdanpenunjangnya
Menyesuaikan kebutuhan
21 BangunanPendukung
Menyesuaikan kebutuhan
Keterangan:Standar dapat disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan ketersediaan lahan.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 14
D. Pos Pengawasan SDKPUPT Pos Pengawasan SDKP merupakan Unit Pelaksana non eselon yangmemiliki infrastruktur pengawasan dan analisis beban kerja di bawahStasiun Pengawasan SDKP. Standar ideal infrastruktur untuk PosPengawasan SDKP, sebagaimana disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Standar Ideal Infrastruktur Pos PSDKP
NoPengembanganInfrastruktur Luas (+) Keterangan/Kebutuhan
1 Lahan 1.000 m² –5.000 m²
2 Dermaga Ukurandisesuaikan
dengan kondisilokasi setempat.
Untuk tambat kapal pengawas, tidakbergabung dengan kapal niaga dan kapaltangkapan.Dilengkapi dengan fasilitas listrik dan airbersih serta tanda-tanda dermagapengawasan (lampu suar, dll)
3 KantorAdministrasi
250 m² Terdiri dari:Ruang Pelayanan SLO, RuangPemeriksaan, Ruang Rapat, Ruang RadioKomunikasi/ Observasi SSB, Ruang KepalaSatker, Ruang Simpan Barang Bukti,Ruang Pengamanan (KM/WC), RuangPenunjang (R. Tamu, Toilet, Pantry),Lain-lain, seperti Tiang Bendera, Car port/Parkir.
4 RuangPemeriksaandanPengamanan
40 m² Ruangan untuk proses penyidikan
5 Ruang SimpanBarang Bukti
100 m² Penyimpanan barang hasil tangkapan dansitaan
6 Mess Operator 45-72 m²/ unit Kapasitas + 2-4 orangKeterangan:Standar dapat disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan ketersediaan lahan.
E. Satwas SDKPSatuan Pengawas (Satwas) SDKP sebagai kepanjangan tangan dalampelaksanaan operasional pengawasan SDKP khususnya pelayanan SLOdan HPK bagi kapal perikanan berdasarkan Surat Keputusan DirekturJenderal PSDKP. Standar ideal infrastruktur untuk Satwas SDKP,sebagaimana disajikan pada Tabel 5.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 15
Tabel 5. Standar Ideal Infrastruktur Satwas SDKPJenis
Bangunan Luas (+) Keterangan
Lahan 100 m2 –1.000 m2
Kantor Satwas 60 m² - 2 lantai (jika lahan sempit) dan 1 lantai (jika lahanluas)
- Terdiri atas ruang komunikasi, ruang pengawas,UPS/gudang, toilet, ruang istirahat, parkirkendaraan roda 2, dan sirkulasi
- Jumlah personil 4 – 6 orangMess Operator 45 m²/
unitKapasitas + 2 orang
Keterangan:Standar dapat disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan ketersediaan lahan.
F. Pengguna Infrastruktur Pengawasan SDKPPengawas Perikanan dalam menjalankan tugas dan fungsinya perlumendapat dukungan infrastruktur yang memadai. Pemanfaataninfrastruktur yang dibutuhkan perlu diatur penggunaannya sesuai denganefektifitas, efisiensi, kapasitas, dan kegunaan bangunan sehinggabangunan yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pada UPT Pangkalan,Stasiun, Pos Pengawasan dan Satwas SDKP. Berikut disampaikanpengguna dan penanggung jawab infrastruktur pengawasan dimaksud.
Tabel 6. Pengguna Bangunan Pengembangan infrastruktur SDKP
NoJenis
PengembanganInfrastruktur
Pengguna Infrastruktur Penanggung Jawab
1 DermagaPengawas
- Kapal pengawas milik DirektoratJenderal PSDKP atau kapalpengawas dari instansi lain yang telahmendapatkan ijin dari DirektoratJenderal PSDKP.
- Kapal-kapal hasil tangkapan ikanlainnya yang membutuhkan jaminankeamanan/akses terbatas dariKementerian Kelautan dan Perikanan.
Kepala Pangkalan/Stasiun PengawasanSDKP
2 Kolam Labuh - Kapal Pengawas Ditjen PSDKP- Kapal hasil tangkapan- Kapal Instansi terkait lainnya
Kepala Pangkalan/Stasiun PengawasanSDKP
3 Bolder Tambat - Kapal Pengawas Ditjen PSDKP- Kapal Hasil Tangkapan- Kapal Instansi terkait lainnya
KepalaPangkalan/StasiunPengawasan SDKP
4 KantorAdministrasi
- Petugas Ditjen PSDKP (pengawasperikanan, staf, pejabat, ABK) yangberkaitan dengan administrasi danoperasional pengawasan SDKP.
- Tamu yang berkepentingan denganDitjen PSDKP (terbatas pada ruangtamu, lobby, resepsionist dan tempatpenerimaan surat masuk)
Kepala Pangkalan/Stasiun PengawasanSDKP
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 16
5 RuangPemeriksaan
- ABK asing/non asing yangdiamankan karena tindak pidanaperikanan
- Petugas Pemeriksaan
Kepala Pangkalan/Stasiun PengawasanSDKP
6 RuangPengamanan
- ABK asing/non asing yangdiamankan karena tindak pidanaperikanan untuk menunggu hasilpemeriksaan lebih lanjut dan parapelanggar perikanan (pelakupengeboman laut, perusak terumbukarang, dll.)
- Petugas yang bisa keluar masukruang pengamanan adalah petugasyang telah ditugaskan sebagaipenjaga ruang pengamanan, pihaklain yang masuk ke ruangpengamanan harus selalu didampingioleh petugas yang bersangkutan
Kepala Pangkalan/Stasiun PengawasanSDKP
7 Barbuk Basah Petugas yang ditugaskan sebagaipenjaga ruang barbuk basah
Kepala Pangkalan/Stasiun/ PosPengawasan SDKP
8 Barbuk Kering Petugas yang ditugaskan sebagaipenjaga ruang barbuk kering
Kepala Pangkalan/Stasiun/ PosPengawasan SDKP
9 Ruang SenjataApi danAmunisi
Petugas yang ditugaskan sebagaipenjaga ruang senjata api danamunisi
Kepala Pangkalan/Stasiun/ PosPengawasan SDKP
10 TempatPenampunganSementaraABK NonYustisia
ABK asing/non asing yangdiamankan karena tindak pidanaperikanan selama menunggu hasilpemeriksaan dan keputusan lebihlanjut.
Kepala Pangkalan/Stasiun/ PosPengawasan SDKP
11 LapanganPemeriksaanJaringTangkapan/LapanganSerba Guna
Petugas Ditjen PSDKP(Pengawas/PPNS Perikanan)
Kepala Pangkalan/Stasiun/ PosPengawasan SDKP
12 RuangPertemuan
Pihak-pihak yang berkepentinganbaik dari Ditjen PSDKP atau Instansilain
Kepala Pangkalan/Stasiun/ PosPengawasan SDKP
13 RuangPemeriksaanKesehatan
- Pegawai Ditjen PSDKP- Tenaga medis- ABK
KepalaPangkalan/StasiunPengawasan SDKP
14 RuangPembinaanRohani
Pihak-pihak yang berkepentinganbaik dari Ditjen PSDKP atau Instansilain
KepalaPangkalan/StasiunPengawasan SDKP
15 Mess Operator Petugas operator pengawasan PSDKP KepalaPangkalan/Stasiun/Pos/Satwas SDKP
16 MessPerwira/ABK
Perwira Kapal/ABK Kepala Pangkalan/Stasiun PengawasanSDKP
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 17
BAB IIIASAS DAN PERSYARATAN PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR PENGAWASAN SDKP
Petunjuk Teknis ini dimaksudkan sebagai petunjuk pelaksanaan bagi parapenyelenggara dalam melaksanakan pembangunan pengembanganinfrastruktur pengawasan SDKP. Hal ini demi terwujudnya bangunanpengembangan infrastruktur pengawasan SDKP sesuai dengan fungsinya,memenuhi persyaratan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan, kemudahan,efisien dalam penggunaan sumber daya, serasi dan selaras denganlingkungannya, dan diselenggarakan secara tertib, efektif dan efesien.
A. Asas PembangunanPelaksanaan pembangunan infrastruktur pengawasan SDKP berdasarkanazas dan prinsip:1. Kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan serta
keserasian/keselarasan infrastruktur pengawasan denganlingkungannya;
2. Hemat, tidak berlebihan, efektif dan efisien, serta sesuai dengankebutuhan dan ketentuan teknis yang disyaratkan;
3. Terarah dan terkendali sesuai rencana, program/satuan kerja, sertafungsi pengawasan SDKP;
4. Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeridengan memperhatikan kemampuan/potensi nasional/lokal.
B. Persyaratan AdministratifSetiap infrastruktur pengawasan SDKP harus memenuhi persyaratanadministratif baik pada tahap pembangunan maupun pada tahappemanfaatannya. Persyaratan administratif infrastruktur pengawasanSDKP meliputi pemenuhan persyaratan:
1. Dokumen PembiayaanSetiap kegiatan pembangunan infrastruktur pengawasan SDKP harusdisertai/memiliki bukti tersedianya anggaran yang diperuntukkanuntuk pembiayaan kegiatan tersebut yang disahkan oleh Pejabatyang berwenang sesuai peraturan perundang-undangan yangberlaku yang dapat berupa Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran(DIPA) atau dokumen lainnya yang dipersamakan, termasuk suratpenunjukan/penetapan KuasaPengguna Anggaran/Kepala SatuanKerja. Dalam dokumen pembiayaan pembangunan infrastrukturpengawasan SDKP sudah termasuk:a. Biaya perencanaan teknis;b. Pelaksanaan konstruksi fisik;c. Biaya manajemen konstruksi/pengawasan konstruksi;d. Biaya pengelolaan kegiatan.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 18
2. Status Hak Atas TanahSetiap infrastruktur pengawasan SDKP harus memiliki kejelasantentang status hak atas tanah di lokasi tempat bangunanpengawasan SDKP berdiri (clean and clear). Kejelasan status atastanah ini dapat berupa hak milik (untuk pengadaan lahan) atau hakguna bangunan. Status hak atas tanah ini dapat berupa sertifikatatau bukti kepemilikan/hak atas tanah Instansi/lembaga/Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Dalam hal tanah yangstatus haknya berupa hak guna usaha dan/atau kepemilikannyadikuasai sementara oleh pihak lain, harus disertai izin pemanfaatan(pinjam pakai) yang dinyatakan dalam perjanjian tertulis antarapemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dengan pemilikbangunan gedung, sebelum mendirikan infrastruktur pengawasanSDKP di atas tanah tersebut.
3. Status KepemilikanStatus kepemilikan lahan/bangunan merupakan surat buktikepemilikan lahan/bangunan gedung sesuai peraturan perundang-undangan. Dalam hal terdapat pengalihan hak kepemilikan lahan/bangunan gedung, pemilik yang baru wajib memenuhi ketentuansesuai peraturan perundang-undangan.
4. PerizinanSetiap infrastruktur pengawasan SDKP berupa bangunan, harusdilengkapi dengan dokumen perizinan yang berupa: Izin MendirikanBangunan Gedung (IMB), Sertifikat Laik Fungsi (SLF) atauketerangan kelaikan fungsi sejenis bagi daerah yang belummelakukan penyesuaian dan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) (untuk masterplan).
5. Dokumen PerencanaanSetiap infrastruktur pengawasan SDKP harus memiliki dokumenperencanaan, yang dihasilkan dari proses perencanaan teknis,baik yang dihasilkan oleh Penyedia Jasa Perencana Konstruksi, TimSwakelola Perencanaan, atau yang berupa Disain Prototipe daribangunan pengawasan SDKP.
6. Dokumen PembangunanSetiap infrastruktur pengawasan SDKP harus dilengkapi dengandokumen pembangunan yang terdiri atas: Dokumen Perencanaan,Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Dokumen Pelelangan, DokumenKontrak Kerja Konstruksi, dan As Built Drawings, Surat Penjaminanatas Kegagalan Bangunan (dari penyedia jasa konstruksi), danSertifikat Laik Fungsi (SLF) sesuai ketentuan.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 19
C. Persyaratan TeknisPersyaratan teknis infrastruktur pengawasan SDKP harus tertuangsecara lengkap dan jelas pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)dalam Dokumen Perencanaan. Secara garis besar, persyaratan teknisinfrastruktur dalam hal ini bangunan pengawasan SDKP adalah sebagaiberikut:
1. Persyaratan Tata Bangunan dan LingkunganPersyaratan tata bangunan dan lingkungan bangunanpengawasan SDKP meliputi ketentuan-ketentuan yang harusdipenuhi dalam pembangunan bangunan pengawasan SDKP darisegi tata bangunan dan lingkungannya, meliputi persyaratanperuntukan dan intensitas bangunan pengawasan SDKP, arsitekturbangunan pengawasan SDKP, dan persyaratan pengendalian dampaklingkungan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam RencanaTata Ruang Wilayah (RTRW) dan/atau Rencana Tata Bangunandan Lingkungan (RTBL) Kabupaten/Kota atau Peraturan Daerahtentang Bangunan Gedung Kabupaten/Kota yang bersangkutan,yaitu:a. Peruntukan lokasi
Setiap bangunan pengawasan SDKP harus diselenggarakan sesuaidengan peruntukan lokasi yang diatur dalam RTRWKabupaten/Kota dan/atau RTBL yang bersangkutan.
b. Koefisien dasar bangunan (KDB)Ketentuan besarnya koefisien dasar bangunan mengikutiketentuan yang diatur dalam peraturan daerah setempattentang bangunan gedung untuk lokasi yang bersangkutan.
c. Koefisien lantai bangunan (KLB)Ketentuan besarnya koefisien lantai bangunan mengikutiketentuan yang diatur dalam peraturan daerah setempattentang bangunan gedung untuk lokasi yang bersangkutan.
d. Ketinggian bangunane. Ketinggian bangunan pengawasan SDKP, sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan daerah setempat tentangketinggian maksimum bangunan pada lokasi, maksimumadalah 8 lantai.
f. Ketinggian langit-langitg. Ketinggian langit-langit bangunan gedung kantor minimum
adalah 2,80 meter dihitung dari permukaan lantai. Untukbangunan gedung olah raga, ruang pertemuan, dan bangunanlainnya dengan fungsi yang memerlukan ketinggian langit- langitkhusus, agar mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI) yangdipersyaratkan (Permen PU No: 45 tahun 2007)
h. Jarak antar blok/massa bangunani. Sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan daerah setempat
tentang bangunan gedung, maka jarak antar blok/massabangunan harus mempertimbangkan hal-hal seperti:
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 20
1) Keselamatan terhadap bahaya kebakaran;2) Kesehatan termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan;3) Kenyamanan;4) Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan.
j. Koefisien Daerah Hijau (KDH)Perbandingan antara luas area hijau dengan luas persil bangunangedung, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan daerahsetempat tentang bangunan gedung, harus diperhitungkandengan mempertimbangkan:1) daerah resapan air;2) ruang terbuka hijau kabupaten/kota.Untuk bangunan gedung yang mempunyai KDB kurang dari 40%,harus mempunyai KDH minimum sebesar 15%.
k. Garis sempadan bangunanKetentuan besarnya garis sempadan, baik garis sempadanbangunan maupun garis sempadan pagar harus mengikutiketentuan yang diatur dalam RTBL, peraturan daerahtentang bangunan gedung, atau peraturan daerah tentanggaris sempadan bangunan untuk lokasi yang bersangkutan.
l. Wujud arsitekturWujud arsitektur bangunan pengawasan SDKP harus memenuhikriteria sebagai berikut:1) mencerminkan fungsi sebagai bangunan pengawasan SDKP
dan mempunyai ciri khas bangunan pengawasan terutamadalam warna bangunan luar yaitu cat dinding biru muda (warnakemeja seragam Kementerian Kelautan dan Perikanan) dan catstruktur kolom/balok biru tua;
2) seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya;3) indah namun tidak berlebihan;4) efisien dalam penggunaan sumber daya baik dalam
pemanfaatan maupun dalam pemeliharaannya;5) mempertimbangkan nilai sosial budaya setempat dalam
menerapkan perkembangan arsitektur dan rekayasa; dan6) mempertimbangkan kaidah pelestarian bangunan baik dari
segi sejarah maupun langgam arsitekturnya.
m. Kelengkapan Sarana dan Pengembangan infrastrukturBangunanBangunan pengawasan SDKP harus dilengkapi denganpengembangan infrastruktur dan sarana bangunan yangmemadai, dengan biaya pembangunannya diperhitungkan sebagaipekerjaan non-standar. Pengembangan infrastruktur dan saranabangunan yang harus ada pada bangunan pengawasan SDKP,seperti:1) Sarana parkir kendaraan;2) Sarana penyediaan air minum;3) Sarana drainase, limbah, dan sampah;4) Sarana ruang terbuka hijau;
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 21
5) Sarana pencahayaan halaman;6) Sarana jalan masuk dan keluar;7) Penyediaan fasilitas ruang ibadah, toilet, dan fasilitas
komunikasi dan informasi.
n. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), serta Asuransi1) Setiap pembangunan bangunan pengawasan SDKP harus
memenuhi persyaratan K3 sesuai yang ditetapkan dalam SuratKeputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan MenteriPekerjaan Umum Nomor: Kep.174/MEN/1986 dan104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerjapada Tempat Satuan Kerja Konstruksi, dan atau peraturanpenggantinya;
2) Ketentuan asuransi pembangunan bangunan pengawasanSDKP sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Persyaratan Bahan BangunanBahan bangunan untuk bangunan pengawasan SDKP harusmemenuhi SNI yang dipersyaratkan, diupayakan menggunakanbahan bangunan setempat/produksi dalam negeri, termasuk bahanbangunan sebagai bagian dari komponen bangunan sistem fabrikasi.Spesifikasi teknis bahan bangunan pengawasan SDKP meliputiketentuan-ketentuan:
a. Bahan penutup lantai1) Bahan penutup lantai menggunakan bahan teraso, keramik,
papan kayu, vinyl, marmer, homogenius tile dan karpet yangdisesuaikan dengan fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya;
2) Adukan/perekat yang digunakan harus memenuhipersyaratan teknis dan sesuai dengan jenis bahan penutupyang digunakan.
b. Bahan dindingBahan dinding terdiri atas bahan untuk dinding pengisi ataupartisi, dengan ketentuan sebagai berikut:1) Bahan dinding pengisi: batu bata, beton ringan, bata tela,
batako, papan kayu, kaca dengan rangkakayu/aluminium, panel GRC dan/atau aluminium;
2) Bahan dinding partisi: papan kayu, kayu lapis, kaca, calsiumboard, particle board, dan/atau gypsum board dengan rangkakayu kelas kuat II atau rangka lainnya, yang dicat tembok ataubahan finishing lainnya, sesuai dengan fungsi ruang danklasifikasi bangunannya;
3) Adukan/perekat yang digunakan harus memenuhipersyaratan teknis dan sesuai jenis bahan dinding yangdigunakan.
c. Bahan langit-langitBahan langit-langit terdiri atas rangka langit-langit danpenutup langit-langit:1) Bahan kerangka langit-langit: digunakan bahan yang
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 22
memenuhi standar teknis, untuk penutup langit-langit kayulapis atau yang setara, digunakan rangka kayu klas kuat IIdengan ukuran minimum:
- 4/6 cm untuk balok pembagi dan balok penggantung;- 6/12 cm untuk balok rangka utama; dan- 5/10 cm untuk balok tepi;- Besi hollow atau metal furring 40 mm x 40 mm dan 40 mm x20 mm lengkap dengan besi penggantung Ø 8 mm danpengikatnya.
Untuk bahan penutup akustik atau gypsum digunakankerangka aluminium yang bentuk dan ukurannyadisesuaikan dengan kebutuhan.
2) Bahan penutup langit-langit: kayu lapis, aluminium,akustik, gypsum, atau sejenis yang di disesuaikandengan fungsi dan klasifikasi bangunannya;
3) Lapisan finishing yang digunakan harus memenuhipersyaratan teknis dan sesuai dengan jenis bahan penutupyang digunakan.
d. Bahan penutup atap1) Bahan penutup atap bangunan pengawasan SDKP harus
memenuhi ketentuan yang diatur dalam SNI yangberlaku tentang bahan penutup atap, baik berupa atapbeton, genteng, metal, fibrecement, calsium board, sirap,seng, aluminium, maupun asbes/asbes gelombang. Untukpenutup atap dari bahan beton harus diberikan lapisankedap air (water proofing). Penggunaan bahan penutup atapdisesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi bangunan sertakondisi daerahnya;
2) Bahan kerangka penutup atap: digunakan bahan yangmemenuhi Standar Nasional Indonesia. Untuk penutup atapgenteng digunakan rangka kayu kelas kuat II denganukuran:
- 2/3 cm untuk reng atau 3/4 cm untuk reng genteng beton;- 4/6 cm atau 5/7 cm untuk kaso, dengan jarak antar kaso
disesuaikan ukuran penampang kaso.3) Bahan kerangka penutup atap non kayu:
- Gording baja profil C, dengan ukuran minimal 125 x 50 x 20x 3,2;
- Kuda-kuda baja profil WF, dengan ukuran minimal 250 x150 x 8 x 7;
- Baja ringan (light steel);- Beton plat tebal minimum 12 cm.
e. Bahan kosen dan daun pintu/jendelaBahan kosen dan daun pintu/jendela mengikuti ketentuansebagai berikut:1) Digunakan kayu kelas kuat/kelas awet II dengan ukuran jadi
minimum 5,5 cm x 11 cm dan dicat kayu atau dipelitursesuai persyaratan standar yang berlaku;
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 23
2) Rangka daun pintu untuk pintu yang dilapis kayulapis/teakwood digunakan kayu kelas kuat II dengan ukuranminimum 3,5 cm x 10 cm, khusus untuk ambang bawahminimum 3,5 cm x 20 cm. Daun pintu dilapis dengan kayulapis yang dicat atau dipelitur;
3) Daun pintu panil kayu digunakan kayu kelas kuat/kelas awetII, dicat kayu atau dipelitur;
4) Daun jendela kayu, digunakan kayu kelas kuat/kelas awet II,dengan ukuran rangka minimum 3,5 cm x 8 cm, dicat kayuatau dipelitur;
5) Rangka pintu/jendela yang menggunakan bahanaluminium ukuran rangkanya disesuaikan dengan fungsiruang dan klasifikasi bangunannya;
6) Penggunaan kaca untuk daun pintu maupun jendeladisesuaikan dengan fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya.
7) Kusen baja profil E, dengan ukuran minimal 150 x 50 x 20 x 3,2dan pintu baja BJLS 100 diisi glas woll untuk pintu kebakaran.
f. Bahan strukturBahan struktur bangunan baik untuk struktur betonbertulang, struktur kayu maupun struktur baja harusmengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang BahanBangunan yang berlaku dan dihitung kekuatan strukturnyaberdasarkan SNI yang sesuai dengan bahan/strukturkonstruksi yang bersangkutan.Ketentuan penggunaan bahan bangunan untuk bangunanpengawasan SDKP tersebut di atas, dimungkinkan disesuaikandengan kemajuan teknologi bahan bangunan, khususnyadisesuaikan dengan kemampuan sumber daya setempat dengantetap harus mempertimbangkan kekuatan dan keawetannyasesuai dengan peruntukan yang telah ditetapkan. Ketentuanlebih rinci agar mengikuti ketentuan yang diatur dalam SNI.
3. Persyaratan Struktur BangunanStruktur bangunan pengawasan SDKP harus memenuhipersyaratan keselamatan (safety) dan kelayanan (serviceability) sertaSNI konstruksi bangunan gedung, yang dibuktikan dengan analisisstruktur sesuai ketentuan. Spesifikasi teknis struktur bangunanpengawasan SDKP secara umum meliputi ketentuan-ketentuan:
a. Struktur pondasi1) Struktur pondasi harus diperhitungkan mampu menjamin
kinerja bangunan sesuai fungsinya dan dapat menjaminkestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban hidup,dan gaya-gaya luar seperti tekanan angin dan gempatermasuk stabilitas lereng apabila didirikan di lokasi yangberlereng. Untuk daerah yang jenis tanahnya berpasir ataulereng dengan kemiringan di atas 15° jenis pondasinyadisesuaikan dengan bentuk massa bangunan gedung untuk
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 24
menghindari terjadinya likuifaksi (liquifaction) pada saatterjadi gempa;
2) Pondasi bangunan gedung negara disesuaikan dengan kondisitanah/lahan, beban yang dipikul, dan klasifikasibangunannya. Untuk bangunan yang dibangun di atastanah/lahan yang kondisinya memerlukan penyelesaianpondasi secara khusus, maka kekurangan biayanya dapatdiajukan secara khusus di luar biaya standar sebagai biayapekerjaan pondasi non standar;
3) Untuk pondasi bangunan bertingkat lebih dari 3 lantai ataupada lokasi dengan kondisi khusus maka perhitunganpondasi harus didukung dengan penyelidikan kondisitanah/lahan secara teliti.
b. Struktur lantaiBahan dan tegangan yang digunakan harus sesuaidengan ketentuan sebagai berikut:1) Struktur lantai kayu
- dalam hal digunakan lantai papan setebal 2 cm, makajarak antara balok-balok anak tidak boleh lebih dari 60cm, ukuran balok minimum 6/12 cm;
- balok-balok lantai yang masuk ke dalam pasangan dindingharus dilapis bahan pengawet terlebih dahulu;
- bahan-bahan dantegangan serta lendutan maksimum yangdigunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yangdipersyaratkan.
2) Struktur lantai beton- lantai beton yang diletakkan langsung di atas tanah, harusdiberi lapisan pasir di bawahnya dengan tebal sekurang-kurangnya 5 cm, dan lantai kerja dari beton tumbuksetebal 5 cm;
- bagi pelat-pelat lantai beton bertulang yang mempunyaiketebalan lebih dari 10 cm dan padadaerah balok (¼bentang pelat) harus digunakan tulangan rangkap,kecuali ditentukan lain berdasarkan hasil perhitunganstruktur;
- bahan-bahan dan tegangan serta lendutan maksimumyang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yangdipersyaratkan.
3) Struktur lantai baja- tebal pelat baja harus diperhitungkan, sehingga bila adalendutan masih dalam batas kenyamanan;
- sambungan-sambungannya harus rapat betul dan bagianyang tertutup harus dilapis dengan bahan pelapis untukmencegah timbulnya korosi;
- bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuaidengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 25
c. Struktur Kolom1) Struktur kolom kayu
- Dimensi kolom bebas diambil minimum 20 cm x 20 cm;- Mutu Bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuaidengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan.
2) Struktur kolom praktis dan balok pasangan bata:- besi tulangan kolom praktis pasangan minimum 4buah Ø 8 mm dengan jarak sengkang maksimum 20 cm;
- adukan pasangan bata yang digunakan sekurang-kurangnya harus mempunyai kekuatan yang sama denganadukan 1 PC : 3 PS;
- Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuaidengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan.
3) Struktur kolom beton bertulang:- kolom beton bertulang yang dicor di tempat harusmempunyai tebal minimum 15 cm diberi tulanganminimum 4 buah Ø 12 mm dengan jarak sengkangmaksimum 15 cm;
- selimut beton bertulang minimum setebal 2,5 cm;- Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuaidengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan.
4) Struktur kolom baja:- kolom baja harus mempunyai kelangsingan (λ)maksimum 150;
- kolom baja yang dibuat dari profil tunggal maupuntersusun harus mempunyai minimum 2 sumbusimetris;
- sambungan antara kolom baja pada bangunanbertingkat tidak boleh dilakukan pada tempatpertemuan antara balok dengan kolom, dan harusmempunyai kekuatan minimum sama dengan kolom;
- sambungan kolom baja yang menggunakan las harusmenggunakan las listrik, sedangkan yangmenggunakan baut harus menggunakan baut mutu tinggi;
- penggunaan profil baja tipis yang dibentuk dingin, harusberdasarkan perhitungan-perhitungan yang memenuhisyarat kekuatan, kekakuan, dan stabilitas yang cukup;
- Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuaidengan ketentuan dalam SNI yang dipersyaratkan.
5) Struktur Dinding Geser- Dinding geser harus direncanakan untuk secarabersama-sama dengan struktur secara keseluruhan agarmampu memikul beban yang diperhitungkan terhadappengaruh-pengaruh aksi sebagai akibat dari beban-beban yang mungkin bekerja selama umur layananstruktur, baik beban muatan tetap maupun muatanbeban sementara yang timbul akibat gempa dan angin;
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 26
- Dinding geser mempunyai ketebalan sesuai denganketentuan dalam SNI.
d.Struktur Atap1) Umum
- konstruksi atap harus didasarkan atas perhitungan-perhitunganyang dilakukan secara keilmuan/keahlian teknis yang sesuai;
- kemiringan atap harus disesuaikan dengan bahanpenutup atap yang akan digunakan, sehingga tidak akanmengakibatkan kebocoran;
- bidang atap harus merupakan bidang yang rata, kecualidikehendaki bentuk-bentuk khusus.
2) Struktur rangka atap kayu- ukuran kayu yang digunakan harus sesuai dengan ukuranyang dinormalisir;
- rangka atap kayu harus dilapis bahan anti rayap;- bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuaidengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan.
3) Struktur rangka atap beton bertulangMutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuaidengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan.
4) Struktur rangka atap baja- sambungan yang digunakan pada rangka atap bajabaik berupa baut, paku keling, atau las listrik harusmemenuhi ketentuan pada Pedoman PerencanaanBangunan Baja untuk Gedung;
- rangka atap baja harus dilapis dengan pelapis anti korosi;- bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuaidengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan;
e.Struktur Beton Pracetak1) Komponen beton pracetak untuk struktur bangunan
pengawasan SDKP dapat berupa komponen pelat, balok,kolom dan/atau panel dinding;
2) Perencanaan komponen struktur beton pracetak dansambungannya harus mempertimbangkan semua kondisipembebanan dan “kekangan” deformasi mulai dari saatpabrikasi awal, hingga selesainya pelaksanaan struktur,termasuk pembongkaran cetakan, penyimpanan,pengangkutan, dan pemasangan;
3) Gaya-gaya antar komponen-komponen struktur dapatdisalurkan menggunakan sambungan grouting, kuncigeser, sambungan mekanis, sambungan baja tulangan,pelapisan dengan beton bertulang cor setempat, ataukombinasi;
4) Sistem struktur beton pracetak boleh digunakan biladapat ditunjukan dengan pengujian dan analisis
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 27
bahwa sistem yang diusulkan akan mempunyai kekuatandan “ketegaran” yang minimal sama dengan yang dimilikioleh struktur beton monolit yang setara;
5) Komponen dan sistem lantai beton pracetak- Sistem lantai pracetak harus direncanakan agarmampu menghubungkan komponen struktur hinggaterbentuk sistem penahan beban lateral (kondisidiafragma kaku). Sambungan antara diafragma dankomponen-komponen struktur yang ditopang lateral harusmempunyai kekuatan tarik nominal minimal 45 KN/m;
- Komponen pelatlantai yang direncanakan kompositdengan beton cor setempat harus memiliki tebal minimum50 mm;
- Komponen pelat lantai yang direncanakan tidakkomposit dengan beton cor setempat harus memiliki tebalminimum 65 mm;
6) Komponen kolom pracetak harus memiliki kuat tariknominal tidak kurang dari 1,5 luas penampang kotor (Agdalam KN);
7) Komponen panel dinding pracetak harus mempunyaiminimum dua tulangan pengikat per panel denganmemiliki kuat tarik nominal tidak kurang dari 45 KN pertulangan pengikat;
8) Bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuaidengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan.
4. Persyaratan Utilitas BangunanUtilitas yang berada di dalam dan di luar bangunan pengawasanSDKP harus memenuhi SNI yang dipersyaratkan. Spesifikasi teknisutilitas bangunan pengawasan SDKP meliputi ketentuan-ketentuan:
a.Air minum1) Setiap pembangunan baru bangunan pengawasan SDKP
harus dilengkapi dengan pengembangan infrastruktur airminum yang memenuhi standar kualitas, cukupjumlahnya dan disediakan dari saluran air berlangganankota (PDAM), atau sumur, jumlah kebutuhan minimum 100lt/orang/hari;
2) Setiap bangunan gedung pengawasan SDKP, harusmenyediakan air untuk keperluan pemadamankebakaran dengan mengikuti ketentuan SNI yangdipersyaratkan, reservoir minimum menyediakan air untukkebutuhan 45 menit operasi pemadaman api sesuaidengan kebutuhan dan perhitungan;
3) Bahan pipa yang digunakan dan pemasangannya harusmengikuti ketentuan teknis yang ditetapkan.
b.Pembuangan air kotor
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 28
1) Pada dasarnya pembuangan air kotor yang berasal daridapur, kamar mandi, dan tempat cuci, harus dibuangatau dialirkan ke saluran umum kota;
2) Semua air kotor yang berasal dari dapur, kamarmandi, dan tempat cuci, pembuangannya harusmelalui pipa tertutup dan/atau terbuka sesuai denganpersyaratan yang berlaku;
3) Dalam hal ketentuan dalam butir 1) tersebut tidakmungkin dilaksanakan, karena belum terjangkau olehsaluran umum kota atau sebab-sebab lain yang dapatditerima oleh instansi teknis yang berwenang, makapembuangan air kotor harus dilakukan melalui prosespengolahan dan/atau peresapan;
4) Air kotor dari kakus harus dimasukkan ke dalamseptictank yang mengikuti standar yang berlaku
c.Pembuangan limbah1) Setiap bangunan gedung pengawasan SDKP yang dalam
pemanfaatannya mengeluarkan limbah domestik cair ataupadat harus dilengkapi dengan tempat penampungan danpengolahan limbah, sesuai dengan ketentuan;
2) Tempat penampungan dan pengolahan limbah dibuatdari bahan kedap air, dan memenuhi persyaratanteknis yang berlaku sehingga tidak menimbulkandampak negatif terhadap lingkungan;
3) Ketentuan lebih lanjut mengikuti SNI yangdipersyaratkan.
d.Pembuangan sampah1) Setiap bangunan pengawasan SDKP harus menyediakan
tempat sampah dan penampungan sampah sementara yangbesarnya disesuaikan dengan volume sampah yangdikeluarkan setiap harinya, sesuai dengan ketentuan,produk sampah minimum 3,0 lt/orang/hari;
2) Tempat penampungan sampah sementara harus dibuatdari bahan kedap air, mempunyai tutup, dan dapatdijangkau secara mudah oleh petugas pembuangan sampahdari Dinas Kebersihan setempat;
3) Ketentuan lebih lanjut mengikuti SNI yangdipersyaratkan.
e.Saluran air hujan1) Pada dasarnya air hujan harus ditahan lebih lama di dalam
tanah sebelum dialirkan ke saluran umum kota, untukkeperluan penyediaan dan pelestarian air tanah;
2) Air hujan dapat dialirkan ke sumur resapan melaluiproses peresapan atau cara lain dengan persetujuaninstansi teknis yang terkait;
3) Ketentuan lebih lanjut mengikuti SNI yang diper-
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 29
syaratkan.f.Sarana pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
Setiap bangunan pengawasan harus mempunyai fasilitaspencegahan dan penanggulangan terhadap bahayakebakaran, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkandalam peraturan dan standar teknis yang terkait.
g.Instalasi listrik1) Pemasangan instalasi listrik harus aman dan atas dasar
hasil perhitungan yang sesuai dengan PeraturanUmum Instalasi Listrik;
2) Setiap bangunan pengawasan SDKP yang dipergunakanuntuk kepentingan umum, harus memiliki pembangkitlistrik darurat sebagai cadangan, yang catudayanya dapatmemenuhi kesinambungan pelayanan, berupa gensetdarurat dengan minimum 40 % daya terpasang;
3) Penggunaan pembangkit tenaga listrik darurat harusmemenuhi syarat keamanan terhadap gangguan dan tidakboleh menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan,knalpot diberi sillencer dan dinding rumah genset diberiperedam bunyi.
h.Penerangan dan pencahayaan1) Setiap bangunan pengawasan SDKP harus mempunyai
pencahayaan alami dan pencahayaan buatan yang cukupsesuai dengan fungsi ruang dalam bangunan tersebut,sehingga kesehatan dan kenyamanan pengguna bangunandapat terjamin;
2) Ketentuan teknis dan besaran dari pencahayaan alamidan pencahayaan buatan mengikuti standar danpedoman teknis yang berlaku.
i.Penghawaan dan pengkondisian udara1) Setiap bangunan pengawasan SDKP harus mempunyai
sistem penghawaan/ventilasi alami dan buatan yang cukupuntuk menjamin sirkulasi udara yang segar di dalam ruangdan bangunan;
2) Dalam hal tidak dimungkinkan menggunakan sistempenghawaan atau ventilasi alami, dapat menggunakansistem penghawaan buatan dan/atau pengkondisian udaradengan mempertimbangkan prinsip-prinsip konservasienergi;
3) Pemilihan jenis alat pengkondisian udara harus sesuaidengan fungsi bangunan, dan perletakan instalasinya tidakmengganggu wujud bangunan;
4) Ketentuan teknis sistem penghawaan/ventilasi alami danbuatan serta pengkondisian udara yang lebih rinci harusmengikuti standar dan pedoman teknis yang berlaku.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 30
j.Sarana transportasi dalam bangunan gedung1) Setiap bangunan bertingkat harus dilengkapi dengan
sarana transportasi vertikal yang aman, nyaman, berupatangga, ramp, eskalator, dan/atau elevator (lif);
2) Penempatan, jumlah tangga dan ramp harusmemperhatikan fungsi dan luasan bangunan gedung,konstruksinya harus kuat/kokoh, dan sudutkemiringannya tidak boleh melebihi 35°, khusus untukramp aksesibilitas kemiringannya tidak boleh melebihi 7˚;
3) Penggunaan eskalator dapat dipertimbangkan untukpemenuhan kebutuhan khusus dengan memperhatikankeselamatan pengguna dan keamanan konstruksinya;
4) Ketentuan teknis tangga, ramp, eskalator dan elevator (lif)yang lebih rinci harus mengikuti standar dan pedomanteknis.
k.Sarana komunikasi1) Pada prinsipnya, setiap bangunan gedung harus dilengkapi
dengan sarana komunikasi intern dan ekstern;2) Penentuan jenis dan jumlah sarana komunikasi harus
berdasarkan pada fungsi bangunan dan kewajarankebutuhan;
3) Ketentuan lebih rinci harus mengikuti standar danpedoman teknis.
l.Sistem Penangkal/proteksi petir1) Penentuan jenis dan jumlah sarana sistem
penangkal/proteksi petir untuk bangunan pengawasanSDKP harus berdasarkan perhitungan yang mengacu padalokasi bangunan, fungsi dan kewajaran kebutuhan;
2) Ketentuan teknis sistem penangkal/proteksi petir yang lebihrinci harus mengikuti standar dan pedoman teknis.
m.Instalasi gas1) Instalasi gas yang dimaksud meliputi:
a. instalasi gas pembakaran seperti gas kota dan gas elpiji;b. instalasi gas medis, seperti gas oksigen (O2), gas
dinitro oksida (N2O), gas carbon dioksida (CO2) danudara tekan medis.
2) Ketentuan teknis instalasi gas yang lebih rinci harusmengikuti standar dan pedoman teknis.
n.Kebisingan dan getaran1) Bangunan pengawasan SDKP harus memperhitungkan
batas tingkat kebisingan dan atau getaran sesuaidengan fungsinya, dengan mempertimbangkan kenyamanandan kesehatan sesuai diatur dalam standar teknis yangdipersyaratkan.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 31
BAB IVTAHAPAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN SDKP
A. Identifikasi LokasiDalam penetapan lokasi untuk pembangunan infrastruktur pengawasanharus dilaksanakan identifikasi lokasi, terkait kondisi lahan yang “clearand clean” dalam hal status kepemilikan aset, kondisi fisik lahan, fasilitaspendukung, serta dukungan dari Pemerintah Daerah Terkait. Beberapahal yang perlu dilakukan untuk identifikasi lokasi pengembanganinfrastruktur pengawasan adalah:
No. Identifikasi Keterangan1 Lahan Status Lahan:
PerseoranganPerusahaan;Pemerintah
daerah/pusat;Milik beberapa orang;Adat/Ulayat;Topografi:- Flat/datar;- Undulating/berombak;- Rolling/bergelombang;-
Mountaining/pegunungan.
Peruntukan Lahan:- RUTRW/D;- BPN;
- Dalam mendukungpengawasan SDKP.Daya Dukung Tanah:- Rawa/Swamp;- Lumpur/Silt ;- Pasir/Sand;- Lempung/Clay;- Berbatu/Rock;-
Timbunan/reklamasi tanah baru;
- Tanahsampah/gambut.
2 Laut - Kedalaman (jarak daripantai);
- Bathymetri/Konturdasar laut;
- Gelombang;- Arus laut;
- Alur pelayaran;- Pasang surut;- Ekosistem perairan
terdekat;- Ekosistem darat
terdekat.3 Akses ke
Lokasi- Transportasi darat, laut, sungai dan udara.
4 Sumber Air - Air tanah, air gunung, PDAM5 Komunikasi - Operator Telepon celluler;
- Telepon statis/Telkom;- Radio Komunikasi SSB, HT, Repeater.
6 SumberListrik
- PLN, genset.
7 Cuaca - Angin, suhu, curah hujan, kelembaban.8 Kondisi
LingkunganExtreem
- Banjir, badai gelombang, tsunami, badai angin,gempa bumi.
Keterangan: Data hasil identifikasi calon lokasi/lahan dituangkan dalam tabelpenilaian alternatif calon lokasi lahan untuk pengembangan infrastrukturpengawasan pada lampiran Petunjuk Teknis ini.
B. Penyiapan lahan dan pembangunanKegiatan pembangunan infrastruktur pengawasan dapat dilaksanakanmelalui pembangunan baru dan pengembangan infrastrukturpengawasan. Apabila pembangunan infrastruktur pengawasan
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 32
dilaksanakan pada suatu kawasan lahan kosong, maka dilaksanakanperencanaan dalam bentuk penyusunan Masterplan dan DetailEngineering Desain. Sedangkan apabila kegiatan pembangunan ataupengembangan infrastruktur yang dilaksanakan adalah pembangunanbagian dari infrastruktur pengawasan (seperti bangunan kantor/messoperator/gudang atau penambahan bangunan pengawasan yang lainnya),maka cukup dilaksanakan pekerjaan Detail Engineering Desain.Diagram alir penyiapan lahan dan penyusunan Masterplan serta DetailEngineering Desain ditampilkan sebagai berikut:
MULAI
Usulan Satwas/Pos/UPT PSDKP atauPemda dalam bentuk surat/proposal
Ketersediaan lahan yang siapbangun melaluipengadaanlahan
/pinjampakai/hibah lahan
Survey lokasi/identifikasi lahan
Apabila:Pinjam/Hibah:Berita Acara Pinjam Pakai/PenyerahanHibah dan Persetujuan DPRDBeli:Sertifikat lahan atas nama KKP
Surat persetujuan dari Dinas Tata Kotasetempat perihal Peruntukan Lahan
Lahan clean and clear
Program:- Penyusunan Masterplan
dan DED- Penyusunan DED
Pengesahan RAB olehDinas PU Setempat
Pembangunan Fisik
Pengembangan/ OperasionalPemeliharaan
SELESAI
Lokasi Drop,dilaksanakan
identifikasi lokasiyang lain
Tidak
Ya
T - 2
T + 1
T - 0
T - 1
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 33
Identifikasi dan Inventarisasi Potensi UPT
Peninjauan lokasi rencana UPT PengawasanPenyusunan jadwal, metode kerja dan laporan
Survey dan Pengumpulan DataPRIMER:a. Survey hidrooceanografi (gelombang,
batymetri, pasang surut, arus, kondisiperairan)
b. Penyelidikan tanah dan pengukuran
SEKUNDER:a. Data angin, material dan lingkungan
sekitar;b. Data sosial, ekonomi, budaya dan industri;c. Fasilitas penunjang (transportasi, air,
listrik, telekomunikasi)d. Peraturan Daerah;e. Peta dan data pendukung lain;
Pengolahan, Uji Laboratorium,Analisa, Kajian Lingkungan dan
Penyusunan Laporan
Masukan:Studi literatur, dataawal, kelembagaan,informasi UPT
Keluaran:Laporan pendahuluan
Keluaran:Laporan hasil surveyLaporan analisa data
Keluaran:Draft Masterplan UPTDraft Gambar Masterplandan DED
SELESAI
KEGIATAN MASUKAN & KELUARAN
- Penetapan konsep dan penyusunanmasterplan
- Penyusunan detail desain- Gambar dan Rencana Anggaran
Biaya serta dokumen teknis lainnya
- Penyempurnaan dokumen masterplan- Penyempurnaan dokumen detail desain- Penyempurnaan Laporan dan dokumen teknis
lainnya
MULAI
Keluaran:Laporan Akhir Masterplan UPTDokumen Teknis(Perhitungan, RAB, BQ, RKS,Spektek) dan GambarMasterplan dan DEDSoftcopy
Diagram Penyusunan Masterplan dan DED
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 34
C. Tahapan Survey, Investigation dan Design1. Survey
Informasi calon lahan yang diperoleh baik dari Tim Teknis, DinasKelautan dan Perikanan Provinsi, Kabupaten/Kota, atau masyarakatakan dilakukan peninjauan/pengamatan di lapangan meliputi:a. Status lahan;b. Peruntukan dan rencana peruntukan lahan;c. Topografi;d. Daya dukung tanah;e. Dokumentasi.
2. InvestigationDilakukan penelitian/penyelidikan terhadap kebenaran informasicalon lahan dimaksud ke berbagai pihak meliputi:a. Status lahan
Kepemilikan status lahan, apakah milik perorangan, PemerintahPusat/Daerah/Kota atau milik Perusahaan/Intansi lain,selanjutnya dikonfirmasi ulang ke Badan/Kantor PertanahanNasional dan Bappeda setempat.
b. Peruntukan LahanPeruntukan lahan harus disesuaikan dengan Rencana Umum TataRuang Wilayah/Daerah (RUTRW/D), Land use (tempat umum),rencana pembangunan fisik di lokasi tersebut, apakah telah sesuaidengan rencana pembangunan UPT/Pos Pengawasan SDKP/SatwasPSDKP.
c. TopografiTopografi dibagi menjadi 4 jenis yaitu: Flat : datar Undulatting : berombak Rolling : bergelombang Mountaining : bergunungDalam perencanaan suatu lokasi, harus dipilih lokasi yang siap
bangun, meminimalisir pekerjaan timbunan dan perbaikan tanah.d. Rencana Peruntukan
Penetapan calon lahan yang akan dipilih sangat tergantung denganrencana peruntukannya. Rencana peruntukan dimaksud harusdidukung oleh data fisik seperti kebutuhan lahan, kedalamanperairan, alur pelayaran sesuai standar teknis bangunanpengembangan infrastruktur maupun kondisi sosial masyarakatsetempat.
e. Daya Dukung TanahDaya dukung tanah menentukan perencanaan jenis pondasibangunan apakah menggunakan pondasi dangkal, tiang pancangatau cerucuk. Hal tersebut ditentukan oleh kedalaman tanah, jenistanah seperti jenis tanah rawa, lumpur (silt), pasir (sand), lempung(clay), berbatu (stone), atau kondisi tanah yang berasal daritimbunan.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 35
3. Tahap DesainTerdiri dari 2 kegiatan pokok , yaitu:a. Konsep Desain
Konsep Desain adalah suatu gambaran yang terdiri atas berbagaipertimbangan dan kebutuhan terhadap suatu sasaran yang akanmenghasilkan Detail Engineering Desain.Kebutuhan pembangunan dalam konsep desain memperhitungkanbeberapa aspek antara lain: Kebutuhan bangunan; Luas bangunan; Luas area; Kondisi lahan.Dalam hal penyusunan desain dermaga, dilakukan denganmempertimbangkan operasional tambat labuh kapal pengawas yangberbeda dengan kapal perikanan. Hal tersebut disebabkan di dalamkapal pengawas terdapat senjata api, amunisi, dokumen operasi,dan alat-alat komunikasi yang tidak terbuka untuk umum.Sedangkan untuk desain bangunan dan fasilitasnya disesuaikandengan kegiatan operasional Pengawasan Sumber Daya Kelautandan Perikanan di Pangkalan, Stasiun, Pos dan Satuan Pengawasan.
b. Detail DesainDetail desain adalah suatu gambaran terhadap rencanapembangunan fisik di suatu lokasi yang disusun secara rinci danterurai dengan jelas yang tertuang dalam kertas kerja.Detail desain dilaksanakan apabila hasil konsep desain sudahdisetujui sesuai dengan rencana dan kondisi di lapangan.Detail Desain terdiri dari beberapa kegiatan penelitian kondisi fisikterhadap lahan yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan kegiatanperhitungan teknik dan penyesuaian atas kriteria dan konsepdesain yang telah disusun.Tahapan kegiatan Detail Desain yang akan dilaksanakan meliputi: Penelitian topografi lahan; Penelitian kontur kedalaman perairan (bathymetri) (khusus
untuk dermaga dan bangunan air); Penelitian kondisi fisik perairan (hidro-oseanografi) (khusus
untuk dermaga dan bangunan air); Penelitian daya dukung tanah; Penelitian fasilitas pendukung: air bersih, jaringan listrik, akses
perhubungan, telepon; Penyusunan rencana tata ruang lokasi (khusus masterplan) Penelitian kriteria desain dan penyesuaian konsep desain
bangunan laut dan bangunan darat; Penyusunan detail desain bangunan laut dan bangunan darat; Penggambaran detail desain arsitektur, struktur,
mekanikal dan elektrikal; Penyusunan dokumen lelang; Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Konstruksi; Kajian Lingkungan (Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan) (khusus masterplan); Gambar Kerja untuk pelaksanaan pembangunan.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 36
D. Persiapan1. Penyusunan Program dan Pembiayaan
Penyusunan program dan pembiayaan pembangunan adalahmerupakan tahap awal proses penyelenggaraan pembangunanbangunan pengawasan SDKP, yang merupakan kegiatan untukmenentukan program kebutuhan ruang dan fasilitas bangunan yangdiperlukan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi pekerjaan dariinstansi yang bersangkutan, serta penyusunan kebutuhan biayapembangunan.Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam penyusunanprogram dan pembiayaan adalah:
a. Penyusunan program dan pembiayaan pembangunanbangunan pengawasan SDKP disusun oleh instansi PenggunaAnggaran yang memerlukan bangunan pengawasan SDKP,selain berpedoman pada Rencana Strategis dan Rencana KerjaDirektorat Jenderal PSDKP.
b. Penyusunan kebutuhan program ruang dan bangunan sertapelaksanaan pembangunan bangunan pengawasan SDKPdilakukan dengan:1) Menentukan kebutuhan luas ruang bangunan yang akan
dibangun, antara lain:- ruang kerja;- ruang sirkulasi;- ruang penyimpanan;- ruang mekanikal/elektrikal;- ruang pertemuan;- ruang pembinaan rohani;- ruang servis (pantry); dan- ruang-ruang lainnya;yang disusun sesuai kebutuhan dan fungsi pengawasanserta pelayanan.
2) Menentukan kebutuhan pengembangan infrastruktur dansarana bangunan gedung, antara lain:- kebutuhan parkir;- sarana penyelamatan;- utilitas bangunan;- sarana transportasi;- fasilitas komunikasi dan informasi;- jalan masuk dan keluar;- drainase dan pembuangan limbah; serta- pengembangan infrastruktur dan sarana lainnya sesuai
dengan kebutuhan.3) menentukan kebutuhan lahan bangunan;4) menyusun jadwal pelaksanaan pembangunan.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 37
Penyusunan program kebutuhan ruang dan bangunandilakukan dengan mengikuti pedoman, standar, danpetunjuk teknis pembangunan bangunan pengawasanSDKP yang berlaku.
c. Penyusunan program kebutuhan bangunan pengawasan SDKPyang belum ada disain prototipenya dapat menggunakan jasakonsultan.
d. Berdasarkan program kebutuhan yang telah ditetapkan,selanjutnya disusun kebutuhan pembiayaan pembangunanbangunan pengawasan SDKP yang bersangkutan, yangterdiri atas:1) biaya pelaksanaan konstruksi fisik;2) biaya perencanaan teknis konstruksi;3) biaya manajemen konstruksi atau pengawasan konstruksi;
dan4) biaya pengelolaan kegiatan.
e. Penyusunan pembiayaan bangunan pengawasan SDKPdidasarkan pada standar harga per-m2 tertinggi bangunanyang berlaku.
f. bangunan yang belum ada standar harganya ataumemerlukan penilaian khusus, harus dikonsultasikankepada Instansi Teknis setempat.
g. Pembangunan bangunan pengawasan pelaksanaanpembangunannya disarankan selesai dalam satu tahunanggaran.
h. Dokumen program dan pembiayaan pembangunanbangunan pengawasan SDKP merupakan dokumen yangharus diserahkan kepada Kepala Satuan Kerja yangditetapkan untuk melaksanakan pembangunan bangunanpengawasan SDKP yang bersangkutan, sebagai bahan acuan.
2. Persiapan KegiatanBeberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam persiapan kegiatanadalah:
a. Tahap persiapan kegiatan merupakan kegiatan persiapan setelahprogram dan pembiayaan tahunan yang diajukan telah disetujuiatau Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL)telah diterima oleh Kepala Satuan Kerja.
b. Tahap persiapan kegiatan dilakukan oleh PenggunaAnggaran, yang pelaksanaannya dilakukan oleh Kepala SatuanKerja, berdasarkan program dan pembiayaan yang telahdisusun sebelumnya.
c. Kegiatan yang harus dilakukan oleh Kepala Satuan Kerjapembangunan bangunan pengawasan SDKP meliputi:1) Pembentukan Organisasi Pengelola Kegiatan dan Panitia
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 38
Pengadaan Barang dan Jasa yang diperlukan;2) Pengadaan Konsultan Manajemen Konstruksi untuk
kegiatan yang menggunakan penyedia jasa manajemenkonstruksi.
E. Perencanaan Teknis KonstruksiBeberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam perencanaan tekniskonstruksi adalah:1. Perencanaan teknis konstruksi merupakan tahap penyusunan
rencana teknis (disain) bangunan pengawasan, termasuk yangpenyusunannya dilakukan dengan menggunakan disain berulangatau dengan disain prototip;
2. Penyusunan rencana teknis bangunan pengawasan dilakukandengan cara menggunakan penyedia jasa perencanaankonstruksi, baik perorangan ahli maupun badan hukum yangkompeten, sesuai dengan ketentuan, dan apabila tidak terdapatpenyedia jasa perencanaan konstruksi yang bersedia, dapatdilakukan oleh instansi Pekerjaan Umum/instansi teknissetempat.
3. Rencana teknis disusun berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK)yang disusun oleh pengelola kegiatan.
4. Dokumen rencana teknis bangunan pengawasan SDKP secara umummeliputi:a. Gambar rencana teknis (arsitektur, struktur, mekanikal dan
elektrikal, serta tata lingkungan);b. Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS), yang meliputi
persyaratan umum, administratif, dan teknis bangunanpengawasan SDKP yang direncanakan;
c. Rencana anggaran biaya pembangunan;d. Laporan akhir tahap perencanaan, meliputi:
1) laporan arsitektur;2) laporan perhitungan struktur termasuk laporan
penyelidikan tanah (soil test);3) laporan perhitungan mekanikal dan elektrikal;4) laporan perhitungan IT (Informasi & Teknologi);5) laporan tata lingkungan.
e. Keluaran akhir tahap perencanaan, yang meliputi dokumenperencanaan, berupa: Gambar Rencana Teknis, Rencana KerjadanSyarat-syarat (RKS) termasuk Spesifikasi Teknis, RencanaAnggaran Biaya (Engineering Estimate), dan Daftar VolumePekerjaan (Bill of Quantity) yang disusun sesuai ketentuan;
f. Kontrak kerja perencanaan konstruksi dan berita acarakemajuan pekerjaan/serah terima pekerjaan perencana an,yang disusun dengan mengikuti ketentuan yang tercantumdalam peraturan presiden tentang pelaksanaan anggaranpendapatan dan belanja negara, dan pedoman pelaksanaan
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 39
pengadaan barang/jasa pemerintah beserta petunjuk teknispelaksanaannya.
5. Tahap perencanaan teknis konstruksi untuk bangunanpengawasan SDKP:a) yang berlantai diatas 4 lantai; dan/ataub) dengan luas total diatas 5.000 m2; dan/atauc) dengan klasifikasi khusus; dan/ataud) yang melibatkan lebih dari satu konsultan perencana maupun
pelaksana; dan/atau;e) yang dilaksanakan lebih dari satu tahun anggaran
(multiyears project);f) diharuskan melibatkan penyedia jasa manajemen konstruksi,
sejak awal tahap perencanaan.
F. Pelaksanaan KonstruksiBeberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam pelaksanaan
kontruksi:
1. Dalam pelaksanaan konstruksi bangunan gedung negara sudahtermasuk tahap pemeliharaan konstruksi.
2. Pelaksanaan konstruksi merupakan tahap pelaksanaan mendirikanbangunan gedung, baik merupakan pembangunan baru,perbaikan sebagian atau seluruhnya, maupun perluasan yangsudah ada, dan/atau lanjutan pembangunan yang belum selesai,dan/atau perawatan (rehabilitasi, renovasi, restorasi) dilakukandengan menggunakan penyedia jasa pelaksana konstruksi sesuaiketentuan.
3. Pelaksanaan konstruksi dilakukan berdasarkan dokumenpelelangan yang telah disusun oleh perencana konstruksi, dengansegala tambahan dan perubahannya pada saat penjelasanpekerjaan/aanwijzing pelelangan, serta ketentuan teknis (pedomandan standar teknis) yang dipersyaratkan.
4. Pelaksanaan konstruksi dilakukan sesuai dengan: kualitasmasukan (bahan, tenaga, dan alat), kualitas proses (tata carapelaksanaan pekerjaan), dan kualitas hasil pekerjaan, seperti yangtercantum dalam RKS.
5. Pelaksanaan konstruksi harus mendapatkan pengawasan daripenyedia jasa pengawasan konstruksi atau penyedia jasamanajemen konstruksi.
6. Pelaksanaan konstruksi harus sesuai dengan ketentuanKeselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
7. Penyusunan Kontrak Kerja Pelaksanaan Konstruksi dan Berita AcaraKemajuan Pekerjaan/Serah Terima Pekerjaan PelaksanaanKonstruksi maupun Pengawasan Konstruksi mengikutiketentuan yang tercantum dalam peraturan presiden tentangpedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah danpetunjuk teknis pelaksanaannya.
8. Pemeliharaan konstruksi adalah tahap ujicoba dan pemeriksaan
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 40
atas hasil pelaksanaan konstruksi fisik. Dalam masa pemeliharaan inipenyedia jasa pelaksanaan konstruksi berkewajiban memperbaikisegala cacat atau kerusakan dan kekurangan yang terjadi selamamasa konstruksi.
9. Dalam masa pemeliharaan semua peralatan yang dipasang di dalamdan di luar gedung, harus diuji coba sesuai fungsinya. Apabilaterjadi kekurangan atau kerusakan yang menyebabkan peralatantidak berfungsi, makaharus diperbaiki sampai berfungsi dengansempurna.
10. Apabila tidak ditentukan lain dalam kontrak kerja pelaksanaankonstruksi bangunan gedung , masa pemeliharaan konstruksiuntuk bangunan gedung semi permanen minimal selama 3(tiga) bulan dan untuk bangunan gedung permanen minimal6 (enam) bulan terhitung sejak serah terima pertama pekerjaankonstruksi.
11. Keluaran akhir yang harus dihasilkan pada tahap ini adalah:a. Bangunan pengawasan SDKP yang sesuai dengan dokumen untuk
pelaksanaan konstruksi;b. Dokumen hasil Pelaksanaan Konstruksi, meliputi:c. gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan (as built
drawings).1) semua berkas perizinan yang diperoleh pada saat
pelaksanaan konstruksi fisik, termasuk Surat IzinMendirikan Bangunan (IMB).
2) kontrak kerja pelaksanaan konstruksi fisik, pekerjaanpengawasan beserta segala perubahan/addendumnya.
3) laporan harian, mingguan, bulanan yang dibuat selamapelaksanaan konstruksi fisik, laporan akhir manajemenkonstruksi/pengawasan, dan laporan akhir pengawasanberkala.
4) berita acara perubahan pekerjaan, pekerjaantambah/kurang, serah terima I dan II, pemeriksaanpekerjaan, dan berita acara lain yang berkaitan denganpelaksanaan konstruksi fisik.
5) foto-foto dokumentasi yang diambil pada setiaptahapan kemajuan pelaksanaan konstruksi fisik.
6) manual pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung,termasuk petunjuk yang menyangkut pengoperasian danperawatan peralatan dan perlengkapan mekanikal-elektrikalbangunan.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 41
BAB VKOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN
Anggaran biaya pembangunan bangunan pengawasan SDKP ialah anggaranyang tersedia dalam Dokumen Pembiayaan yang berupa Daftar IsianPelaksanaan Anggaran (DIPA), atau dokumen pembiayaan lainnya,yang terdiri atas komponen biaya konstruksi fisik, biayamanajemen/pengawasan konstruksi, biaya perencanaan teknis konstruksi,dan biaya pengelolaan kegiatan.
A. Biaya Konstruksi FisikYaitu besarnya biaya yang dapat digunakan untuk membiayaipelaksanaan konstruksi fisik bangunan pengawasan SDKP yangdilaksanakan oleh penyedia jasa pelaksanaan secara kontraktual darihasil pelelangan, penunjukan langsung, atau pemilihan langsung. Biayakonstruksi fisik terdiri dari biaya pekerjaan standar dan non standar.Biaya konstruksi fisik selanjutnya diatur sebagai berikut:a. Biaya pelaksanaan konstruksi dibebankan pada biaya untuk
komponen konstruksi fisik kegiatan yang bersangkutan;b. Biaya konstruksi fisik maksimum untuk pekerjaan standar, dihitung
dari hasil perkalian total luas bangunan pengawasan SDKP denganstandar harga satuan per-m2 tertinggi yang berlaku;
c. Untuk biaya konstruksi fisik pekerjaan-pekerjaan yang belumada pedoman harga satuannya (non standar), dihitung denganrincian kebutuhan nyata dan dikonsultasikan dengan InstansiTeknis setempat;
d. Biaya konstruksi fisik ditetapkan dari hasil pelelanganpekerjaan yang bersangkutan, maksimum sebesar biaya konstruksifisik yangtercantum dalam dokumen pembiayaan bangunangedung negarayang bersangkutan, yang akan dicantumkan dalamkontrak, yang di dalamnya termasuk biaya untuk:1)pelaksanaan pekerjaan di lapangan (material, tenaga, dan alat);2) jasa dan overhead;3) Izin Mendirikan Bangunan (IMB), yang IMB-nya telah mulai
diproses oleh pengelola kegiatan dengan bantuan konsultanperencana konstruksi dan/atau konsultan manajemenkonstruksi;
4)pajak dan iuran daerah lainnya; dan5)biaya asuransi selama pelaksanaan konstruksi.
e. Pembayaran biaya konstruksi fisik dapat dilakukan secara bulananatau tahapan tertentu yang didasarkan pada prestasi/kemajuanpekerjaan fisik di lapangan.
B. Biaya Manajemen Konstruksi (Untuk Pekerjaan Tertentu)Yaitu besarnya biaya maksimum yang dapat digunakan untukmembiayai kegiatan manajemen konstruksi pembangunan bangunangedung, yang dilakukan oleh penyedia jasa manajemen konstruksi secara
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 42
kontraktual dari hasil seleksi atau penunjukan langsung.Biaya manajemen konstruksi diatur sebagai berikut:a. Biaya manajemen konstruksi dibebankan pada biaya untuk
komponen kegiatan manajemen konstruksi yang bersangkutan;b. Besarnya nilai biaya manajemen konstruksi maksimum dihitung
berdasarkan prosentase biaya manajemen konstruksi terhadap biayakonstruksi fisik yang tercantum dalam Tabel B2 dan B3 (padalampiran);
c. Besarnya biaya manajemen konstruksi dihitung secara orang-bulandan biaya langsung yang bisa diganti, sesuai dengan ketentuan billingrate;
d. Biaya manajemen konstruksi ditetapkan dari hasil seleksi ataupenunjukan langsung pekerjaan yang bersangkutan, yang akandicantumkan dalam kontrak, termasuk biaya untuk:1) honorarium tenaga ahli dan tenaga penunjang;2) materi dan penggandaan laporan;3) pembelian dan atau sewa peralatan;4) sewa kendaraan;5) biaya rapat-rapat;6) perjalanan (lokal maupun luar kota);7) jasa dan overhead manajemen konstruksi,8) asuransi/pertanggungan (indemnity insurance);9) pajak dan iuran daerah lainnya.
e. Pembayaran biaya manajemen konstruksi didasarkan padaprestasi kemajuan pekerjaan perencanaan dan pelaksanaankonstruksi di lapangan, yaitu (maksimum):1) tahap persiapan/pengadaan konsultan perencana 5%;2) tahap review rencana teknis sampai dengan serah terima dokumen
perencanaan 10%;3) tahap pelelangan pelaksana pekerjaan 5%;4) tahap konstruksi fisik yang dibayarkan berdasarkan prestasi
pekerjaan konstruksi fisik di lapangan s.d. serah terima keduapekerjaan 80%.
C. Biaya Perencanaan Teknis KonstruksiYaitu besarnya biaya maksimum yang dapat digunakan untukmembiayai perencanaan bangunan pengawasan SDKP, yang dilakukanoleh penyedia jasa perencanaan secara kontraktual dari hasilseleksi, penunjukan langsung, atau pemilihan langsung.Biaya perencanaan diatur sebagai berikut:a. Biaya perencanaan dibebankan pada biaya untuk komponen
kegiatan perencanaan yang bersangkutan;b. Besarnya nilai biaya perencanaan maksimum dihitung
berdasarkanprosentase biaya perencanaan teknis konstruksiterhadap nilai biaya konstruksi fisik bangunan yang tercantumdalam Tabel B1, B2, dan B3 (pada lampiran);
c. Biaya perencanaan teknis dihitung secara orang-bulan dan biayalangsung yang bisa diganti, sesuai dengan ketentuan billing rate;
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 43
d. Biaya perencanaan teknis ditetapkan dari hasil seleksi ataupenunjukan langsung pekerjaan yang bersangkutan, yang akandicantumkan dalam kontrak termasuk biaya untuk:1)honorarium tenaga ahli dan tenaga penunjang;2)materi dan penggandaan laporan;3)pembelian dan sewa peralatan;4)sewa kendaraan;5)biaya rapat-rapat;6)perjalanan (lokal maupun luar kota);7) jasa dan overhead perencanaan;8)asuransi/pertanggungan (indemnity insurance);9)pajak dan iuran daerah lainnya.
e. Untuk pekerjaan yang berada di wilayah yang sukarpencapaiannya/sukar dijangkau transportasi (remote area),kebutuhan biaya untuk transportasi/dalam rangka survei, penjelasanpekerjaan/aanwijzing, pengawasan berkala, opname lapangan,koordinasi, monitoring dan evaluasi, serta biaya ke lokasi tersebut,dapat diajukan sebagai biaya non standar, di luar prosentasebiaya perencanaan, yang tercantum dalam Tabel B1, B2 dan B3 (padalampiran), dalam penyusunan kebutuhan anggaran tersebut agarberkonsultasi dengan instansi teknis setempat;
f. Pembayaran biaya perencanaan didasarkan pada pencapaianprestasi/ kemajuan perencanaan setiap tahapnya, yaitu(maksimum):1) tahap konsep rancangan 10%2)tahap prarancangan 20%3)tahap pengembangan 25%4)tahap rancangan gambar detail dan penyusunan RKS serta RAB
25%5)tahap pelelangan 5%6)tahap pengawasan berkala 15%
D. Biaya Pengawasan KonstruksiYaitu besarnya biaya maksimum yang dapat digunakan untukmembiayai pengawasan pembangunan bangunan gedung, yangdilakukan oleh penyedia jasa pengawasan secara kontraktualdari hasil seleksi atau penunjukan langsung.Biaya pengawasan diatur sebagai berikut:a. Biaya pengawasan dibebankan pada biaya untuk komponen
kegiatan pengawasan yang bersangkutan;b. Besarnya nilai biaya pengawasan maksimum dihitung
berdasarkan prosentase biaya pengawasan konstruksi terhadapnilai biaya konstruksi fisik bangunan yang tercantum dalamTabel B1 dan B2 (pada lampiran);
c. Biaya pengawasan dihitung secara orang-bulan dan biayalangsung yang bisa diganti, sesuai dengan ketentuan billingrate;
d. Biaya pengawasan ditetapkan dari hasil seleksi atau
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 44
penunjukan langsung pekerjaan yang bersangkutan, yang akandicantumkan dalam kontrak termasuk biaya untuk:1)honorarium tenaga ahli dan tenaga penunjang;2)materi dan penggandaan laporan;3)pembelian dan atau sewa peralatan;4)sewa kendaraan;5)biaya rapat-rapat;6)perjalanan (lokal maupun luar kota);7)jasa dan overhead pengawasan;8)asuransi/pertanggungan (indemnity insurance);9)pajak dan iuran daerah lainnya.
e. Untuk pekerjaan yang berada di wilayah yang sukarpencapaiannya/sukar dijangkau transportasi (remote area),kebutuhan biaya untuk transportasi/dalam rangka survei,penjelasan pekerjaan/aanwijzing, pengawasan berkala, opnamelapangan, koordinasi, monitoring dan evaluasi, serta biaya kelokasi tersebut, dapat diajukan sebagai biaya non standar, diluar prosentase biaya pengawasan, yang tercantum dalam TabelB1 dan B2 (pada lampiran), dalam penyusunan kebutuhananggaran tersebut agar berkonsultasi dengan instansi teknissetempat;
f. Pembayaran biaya pengawasan dapat dibayarkan secara bulananatau tahapan tertentu yang didasarkan pada pencapaianprestasi/kemajuan pekerjaan konstruksi fisik di lapangan, ataupenyelesaian tugas dan kewajiban pengawasan.
E. Biaya Pengelolaan KegiatanYaitu besarnya biaya maksimum yang dapat digunakan untukmembiayai kegiatan pengelolaan pembangunan bangunan pengawasanSDKP.a. Biaya pengelolaan kegiatan diatur sebagai berikut:
Biaya pengelolaan kegiatan dibebankan pada biaya untukkomponen pengelolaan kegiatan yang bersangkutan;
b. Besarnya nilai biaya pengelolaan kegiatan maksimum dihitungberdasarkan prosentase biaya pengelolaan kegiatan terhadapnilai biaya konstruksi fisik bangunan yang tercantum dalam TabelB1 dan B2 (pada lampiran);
c. Perincian penggunaan biaya pengelolaan kegiatan adalah sebagaiberikut:1)Biaya operasional unsur Pengguna Anggaran
Biaya operasional unsur Pengguna Anggaran, adalah sebesar65% dari biaya pengelolaan kegiatan yang bersangkutan,untuk keperluan honorarium staf dan panitia lelang,perjalanan dinas, rapat-rapat, proses pelelangan (kecuali biayapemasangan pengumuman di media massa, honorarium panitiapengadaan, dan biaya penggandaan dokumen,dianggarkan tersendiri), bahan dan alat yang berkaitandengan pengelolaan kegiatan sesuai dengan pentahapannya, serta
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 45
persiapan dan pengiriman kelengkapanadministrasi/dokumen pendaftaran bangunan pengawasan SDKP;
2) Biaya operasional unsur Pengelola Teknisa) Biaya operasional unsur pengelola teknis, adalah sebesar
35% dari biaya pengelolaan kegiatan yang bersangkutan,yang dipergunakan untuk keperluan honorarium pengelolateknis, honorarium tenaga ahli/nara sumber (apabiladiperlukan), perjalanan dinas, transport lokal,biaya rapat,biaya pembelian/penyewaan bahan dan alat yangberkaitan dengan kegiatan yang bersangkutan sesuaidengan pentahapannya;
b) Pembiayaan diajukan oleh Instansi Teknis setempat kepadakepala satuan kerja/pejabat pembuat komitmen.
3) Realisasi pembiayaan pengelolaan kegiatan dapat dilakukansecara bertahap sesuai kemajuan pekerjaan (persiapan,perencanaan, dan pelaksanaan konstruksi).
Besarnya honorarium pengelolaan kegiatan mengikutiketentuan yang berlaku.
d. Untuk pekerjaan yang berada di wilayah yang sukarpencapaiannya/sukardijangkau transportasi (remote area), kebutuhanbiaya untuk transportasi/ perjalanan dinas dalam rangka survei,penjelasan pekerjaan/aanwijzing, pengawasan berkala, opnamelapangan, koordinasi, monitoring dan evaluasi, serta biayapengelolaan kegiatan ke lokasi tersebut, dapat diajukan sebagai biayanon standar, di luar prosentase biaya pengelolaan kegiatan, yangtercantum dalam Tabel B1, B2, dan B3 (pada lampiran), dalampenyusunan kebutuhan anggaran tersebut agar berkonsultasidengan instansi teknis setempat.Di dalam masing-masing komponen biaya pembangunan tersebuttermasuk semua beban pajak dan biaya perizinan yang berkaitandengan pembangunan bangunan pengawasan SDKP sesuaiperaturan.Kelebihan biaya berupa penghematan yang didapat dari biayaperencanaan, manajemen konstruksi atau pengawasan dapatdigunakan langsung untuk pening-katan mutu atau penambahankegiatan konstruksi fisik, dengan melakukan revisi dokumenpembiayaan.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 46
BAB VIPENYELENGGARA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN SDKP
A. Pengguna Anggarana. Pengguna Anggaran adalah Direktorat Jenderal PSDKP/Unit Pelaksana
Teknis penyelenggara pembangunan bangunan gedung untukkeperluan dinas, yang mempunyai program dan pembiayaanpembangunan.
b. Pengguna Anggaran bertanggung jawab untuk menyusun program dankebutuhan biaya pembangunan yang diperlukan, melaksanakanpembangunan, mengendalikan pembangunan, memanfaatkan, danmemelihara, serta merawat bangunan yang telah selesai.
c. Pengguna Anggaran dalam menyelenggarakan pembangunan dapatpula melaksanakan melalui upaya tukar menukar/tukar bangun,kerjasama pemanfaatan (Bangun Guna Serah, Bangun Serah Guna,dll.), hibah, atau cara lainnya sesuai peraturan perundang-undangan.
d. Pengguna Anggaran dapat melimpahkan pelaksanaan penyelenggaraanpembangunannya kepada Instansi Teknis setempat.
B. Pembina Teknisa. Sesuai Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan PelaksanaanUndang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,Pembina Teknis penyelenggaraan pembangunan bangunan gedungadalah Menteri Pekerjaan Umum.
b. Pembina Teknis bertanggung jawab untuk melaksanakan pembinaandan pengawasan teknis penyelenggaraan pembangunan bangunanpengawasan SDKP.
c. Pembinaan dilakukan dalam rangka tata pemerintahan yang baikmelalui kegiatan pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasansehingga setiap penyelenggaraan bangunan gedung dapat berlangsungtertib, efektif dan efisien.
d. Dalam melaksanakan pembinaan teknis Menteri Pekerjaan Umummenugaskan kepada instansi teknis setempat untuk melaksanakanpembinaan dan pengawasan teknis di daerahnya sesuai azasdekonsentrasi. Berdasarkan penugasan tersebut instansi teknissetempat melaporkan hasil pelaksanaan pembinaannya kepada MenteriPekerjaan Umum.
C. Organisasi dan Tata Laksana1. Pengelola Kegiatan
a. Organisasi Pengelola KegiatanOrganisasi Pengelola Kegiatan untuk pembangunan bangunanpengawasan SDKP terdiri atas:1) Kepala Satuan Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen yaitu pejabat
yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran;2) PengelolaKeuangan Satuan Kerja yaitu Bendaharawan dan
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 47
Pejabat Verifikasi yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran;3) Pengelola Administrasi Satuan Kerja yaitu staf satuan kerja
yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Kepala Satuan Kerja, yangsesuai ketentuan dapat terdiri atas beberapa staf;
4) Pengelola Teknis yaitu tenaga bantuan dari Instansi TeknisSetempat.
b. Fungsi Pengelola Kegiatan:Pengelola kegiatan berfungsi membantu Pengguna Anggaran dalammelaksanakan kegiatan.1) Kepala Satuan Kerja
Kepala Satuan Kerja berfungsi menyelenggarakan seluruhtugas satuan kerja terutama pelaksanaan rencana kerjayang telah ditetapkan dan dituangkan dalam Daftar IsianPelaksanaan Anggaran (DIPA).
2) Pejabat Pembuat KomitmenPejabat Pembuat Komitmen adalah pejabat yang melakukantindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaranbelanja, berfungsi melaksanakan sebagian tugas satuan kerjadalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedungnegara dan bertanggung jawab secara fisik maupun
keuangan kepada Kepala Satuan Kerja.3) Bendahara
Bendahara berfungsi membantu Kepala Satuan Kerja/PejabatPembuat Komitmen dalam melaksanakan pengelolaankeuangan satuan kerja dan bertanggung jawab secaraoperasional kepada Kepala Satuan Kerja.
4) Pejabat VerifikasiPejabat verifikasi adalah pejabat yang melakukan pengujianatas Surat Permintaan Pembayaran (SPP) danmenyetujui/menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM)dan bertanggung jawab kepada Kepala Satuan Kerja.
5) Pengelola Administrasi KegiatanPengelola Administrasi Kegiatan berfungsi membantu KepalaSatuan Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen dalam melaksanakanpengelolaan administrasi Kegiatan. Pengelola AdministrasiKegiatan bertang gung jawab secara operasional kepada KepalaSatuan Kerja.
6) Pengelola Teknis KegiatanPengelola Teknis Kegiatan berfungsi membantu Kepala SatuanKerja/Pejabat Pembuat Komitmen dalam mengelola Kegiatandibidang teknis administratif selama pembangunan bangunangedung pada setiap tahap, baik di tingkat program maupun ditingkat operasional.Pengelola teknis adalah pejabat fungsional bidang tatabangunan dan perumahan atau yang bersertifikat pengelolateknis yang ditetapkan oleh dan bertanggung jawab secarafungsional kepada:a)Direktur Jenderal Cipta Karya c.q. Direktur Penataan
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 48
Bangunan dan Lingkungan untuk satuan kerja-satuankerja Kementerian/Lembaga tingkat Pusat di wilayah DKIJakarta; atau
b)Dinas Pekerjaan Umum/Instansi teknis provinsi yangbertanggung jawab dalam pembinaan bangunan gedungsebagai bentuk penyelenggaraan tugas dekonsentrasiuntuk satuan kerja - satuan kerja Kementerian/Lembaga diluar wilayah DKI Jakarta;
serta bertanggung jawab secara operasional kepada KepalaSatuan Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen Kementerian/Lembagayang bersangkutan.
c. Penyedia Jasa Perencanaan Konstruksi1) Penyedia jasa perencanaan, adalah perusahaan yang
memenuhi persyaratan untuk melaksanakan tugas konsultansidalam bidang jasa perencanaan teknis bangunan gedung besertakelengkapannya;
2) Penyedia jasa perencanaan berfungsi melaksanakan pengadaandokumen perencanaan, dokumen lelang, dokumen untukpelaksanaan konstruksi, memberikan penjelasan pekerjaan padawaktu pelelangan, dan memberikan penjelasan serta saranpenyelesaian terhadap persoalan perencanaan yang timbulselama tahap konstruksi;
3) Penyedia jasa perencanaan mulai bertugas sejak ditetapkanberdasarkan SPMK mulai dari tahap perencanaan sampaidengan serah terima I (pertama) pekerjaan oleh pelaksanakonstruksi;
4) Penyedia jasa perencanaan dalam melaksanakan tugasnyabertanggung jawab secara kontraktual kepada KepalaSatuan Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen;
d. Penyedia Jasa Pengawasan Konstruksi1) Penyedia jasa pengawasan adalah perusahaan yang
memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk melaksanakantugas-tugas konsultansi dalam bidang jasa pengawasankonstruksi;
2) Penyedia jasa pengawasan berfungsi melaksanakanpengawasan pada tahap konstruksi;
3) Penyedia jasa pengawasan mulai bertugas sejak ditetapkanberdasarkan SPMK sampai dengan paling lambat 2 (dua)minggu setelah serah terima kedua pekerjaan oleh pelaksanakonstruksi;
4) Penyedia jasa pengawasan dalam melaksanakan tugasnyabertanggung jawab secara kontraktual kepada KepalaSatuan Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen;
e. Penyedia Jasa Pelaksanaan Konstruksi1) Penyedia jasa pelaksanaan konstruksi adalah perusahaan yang
memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk melakukan tugaspelaksanaan konstruksi fisik pembangunan gedung;
2) Penyedia jasa pelaksanaan konstruksi berfungsi membantu
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 49
pengelola kegiatan untuk melakukan tugas pelaksanaankonstruksi fisik;
3) Penyedia jasa pelaksanaan konstruksi mulai bertugas sejakwaktu yang ditetapkan berdasarkan SPMK sampai dengan serahterima kedua pekerjaan pelaksanaan;
4) Penyedia jasa pelaksanaan konstruksi dalam melaksanakantugasnya bertanggung jawab secara kontraktual kepada KepalaSatuan Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen;
5) Pengadaan Penyedia jasa pelaksanaan konstruksi harusberdasarkan ketentuan yang tercantum dalam perpres R.I.tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang dan jasapemerintah serta petunjuk teknis pelaksanaannya;
6) Biaya Penyedia jasa pelaksanaan konstruksi dibebankan padabiaya untuk komponen kegiatan pelaksanaan konstruksi yangditetapkan.
2.Kegiatan Perencanaan Teknis
Pekerjaan perencanaan teknis konstruksi dapat meliputi perencanaanlingkungan, site/tapak bangunan, atau perencanaan fisik bangunanpengawasan SDKP. Kegiatan perencanaan teknis terdiri atas:a) Persiapan atau penyusunan konsep perencanaan, seperti
mengumpulkan data dan informasi lapangan (termasukpenyelidikan tanah sederhana), membuat interpretasi secara garisbesar terhadap Kerangka Acuan Kerja, program kerjaperencanaan, konsep perencanaan, sketsa gagasan, dan konsultasidengan pemerintah daerah setempat mengenai peraturan
daerah/perizinan bangunan;b) Penyusunan prarencana, seperti membuat rencana tapak, pra-
rencana bangunan, perkiraan biaya, laporanperencanaan, danmengurus perizinan sampai mendapatkan keterangan rencanakota/kabupaten, keterangan persyaratan bangunan danlingkungan, dan penyiapan kelengkapan permohonan IMB sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan pemerintah daerahsetempat;
c) Menyelenggarakan paket kegiatan lokakarya value engineeringuntuk pengembangan konsep perencanaan teknis, bagi satuan kerjayang mewajibkan kegiatan tersebut;
d) Penyusunan pengembangan rencana, seperti membuat:1)rencana arsitektur, beserta uraian konsep dan visualisasi dwi
dan trimatra bila diperlukan;2)rencana struktur, beserta uraian konsep dan perhitungannya;3)rencana mekanikal elektrikal termasuk IT, beserta uraian konsepdan perhitungannya;
4)garis besar spesifikasi teknis (Outline Specifications);5)perkiraan biaya.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 50
e) Penyusunan rencana detail berupa uraian lebih terinci seperti:membuat gambar-gambar detail, rencana kerja dan syarat-syarat, rincian volume pelaksanaan pekerjaan, rencana anggaranbiaya pekerjaan konstruksi, dan menyusun laporanperencanaan;
f) Pembuatan dokumen perencanaan teknis berupa: rencana teknisarsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal, pertamanan, tataruang dalam bentuk gambar rencana, gambar detail pelaksanaandan perhitungannya, rencana kerja dan syarat-syaratadministratif, syarat umum dan syarat teknis, rencanaanggaran biaya pembangunan dan laporan perencanaan;
3.Kegiatan Konstruksi Fisik
Kegiatan konstruksi fisik terdiri atas:a) Melakukan pemeriksaan dan penilaian dokumen untuk
pelaksanaan konstruksi fisik, baik dari segi kelengkapanmaupun segi kebenarannya;
b) Menyusun program kerja yang meliputi jadwal waktupelaksanaan, jadwal pengadaan bahan, jadwal penggunaantenaga kerja, dan jadwal penggunaan peralatan berat;
c) Melaksanakanpersiapan dilapangan sesuai dengan pedomanpelaksanaan;
d) Menyusun gambar pelaksanaan (shop drawings) untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukannya;
e) Melaksanakan pekerjaan konstruksi fisik di lapangan sesuai dengandokumen pelaksanaan;
f) Melaksanakan pelaporan pelaksanaan konstruksi fisik, melaluirapat-rapat lapangan, laporan harian, laporan mingguan, laporanbulanan, laporan kemajuan pekerjaan, laporan persoalan yang
timbul/dihadapi, dan surat-menyurat;g) Membuat gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di
lapangan (as built drawings) yang selesai sebelum serah terima I(pertama), setelah disetujui oleh konsultan manajemen konstruksiatau konsultan pengawas konstruksi dan diketahui oleh konsultanperencana konstruksi;
h) Melaksanakan perbaikan kerusakan-kerusakan yang terjadi di masapemeliharaan konstruksi;
4.Kegiatan Pengawasan Konstruksi
Kegiatan pengawasan konstruksi terdiri atas:a) Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan
konstruksi yang akan dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaandi lapangan;
b) Mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metodepelaksanaan, serta mengawasi ketepatan waktu, dan biayapekerjaan konstruksi;
c) Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas,
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 51
kuantitas, dan laju pencapaian volume/realisasi fisik;d) Mengumpulkan data dan informasi di lapangan untuk
memecahkan persoalan yang terjadi selama pelaksanaankonstruksi;
e) Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala, membuatlaporan mingguan dan bulanan pekerjaan pengawasan, denganmasukan hasil rapat-rapat lapangan, laporan harian, mingguandan bulanan pekerjaan konstruksi yang dibuat oleh pelaksanakonstruksi;
f) Meneliti gambar-gambar untuk pelaksanaan (shop drawings) yangdiajukan oleh pelaksana konstruksi;
g) Meneliti gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan dilapangan (As Built Drawings) sebelum serah terima I;
h) Menyusun daftar cacat/kerusakan sebelum serah terima I,mengawasi perbaikannya pada masa pemeliharaan, danmenyusun laporan akhir pekerjaan pengawasan;
i) Menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan,berita acara pemeliharaan pekerjaan, dan serah terima pertamadan kedua pelaksanaan konstruksi sebagai kelengkapan untukpembayaran angsuran pekerjaan konstruksi;
j) Bersama-sama penyedia jasa perencanaan menyusun petunjukpemeliharaan dan penggu- naan bangunan gedung;
k) Membantu pengelola kegiatan dalam menyusun DokumenPendaftaran;
l) Membantu pengelola kegiatan dalam penyiapan kelengkapandokumen Sertifikat Laik Fungsi (SLF) dari PemerintahKabupaten/Kota setempat.
D. Pengawasan
Tujuan pengawasan pembangunan adalah untuk menjamin kesesuaianpelaksanaan pembangunan pengembangan infrastruktur denganperencanaan, persyaratan teknis dan standar yang ditetapkan agardiperoleh hasil optimal.Untuk pencapaian tujuan ini, perlu memperhatikan pengawasan padabeberapa aspek pelaksanaan, yaitu:1. Pengawasan mutu (quality control)
Pengawasan mutu dilakukan dengan mengacu pada kesesuaian gambardesain dan spesifikasi teknis dengan pelaksanaan pembangunan mulaidari tingkat global sampai detail. Gambar desain dan spesifikasi teknismerupakan kunci dalam pelaksanaan pembangunan pengembanganinfrastruktur pengawasan.
2. Pengawasan biaya (cost control)Ditinjau dari dokumen RAB yang telah dihasilkan dari Detail EngineeringDesign atau Desain Masterplan. Kebutuhan bahan pembangunanpengembangan infrastruktur pengawasan di lapangan bisa dikontroldengan menggunakan RAB ini, baik dari segi kuantitas, kualitas,maupun harga satuan.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 52
3. Pengawasan waktu pelaksanaan (Time Control)Untuk Pengawasan Penyelesaian pekerjaan pembangunanpengembangan infrastruktur pengawasan didasarkan pada dokumenkontrak dengan pihak pelaksana kegiatan (pihak ketiga/kontraktorpelaksana yang telah melalui proses tender). Waktu pelaksanaan ini bisadimonitoring dari Kurva S (kurva bobot perbandingan nilai hargapekerjaan dengan waktu) yang dibuat oleh kontraktor pelaksana,keterlambatan atau percepatan pelaksanaan pekerjaan akan terlihatdengan menggunakan Kurva S ini. Untuk keterlambatan pelaksanaanproyek harus dikenakan denda sesuai dengan prosentase nilai kontrakyang telah disetujui.Untuk mendukung metode pengawasan ini bisa dilakukan tindakanpengukuran kualitas hasil pekerjaan, penganalisaan, sertapengevaluasian hasil pekerjaan yang diikuti dengan tindakan perbaikanyang harus diambil terhadap penyimpangan yang terjadi (diluar batastoleransi). Tindakan-tindakan tersebut meliputi:1. Mengukur kualitas hasil;2. Membandingkan hasil terhadap standar kualitas;3. Mengevaluasi penyimpangan yang terjadi;4. Memberikan saran-saran perbaikan;5. Menyusun laporan kegiatan (harian, mingguan, bulanan).Manfaat dari fungsi pengawasan ini adalah memperkecil kemungkinankesalahan yang terjadi dari segi kualitas, kuantitas, biaya maupunwaktu.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 53
BAB VIIPEMELIHARAAN DAN PERAWATAN BANGUNAN PENGAWASAN SDKP
Pemeliharaan adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan infrastrukturpengawasan agar selalu laik fungsi (preventive maintenance). Sedangkanperawatan adalah kegiatan memperbaiki dan/atau mengganti bagianbangunan infrastruktur, komponen, bahan bangunan agar pengembanganinfrastruktur tetap laik fungsi (currative maintenance). Pemeliharaan danperawatan dilakukan untuk mewujudkan bangunan infrastruktur pengawasansesuai fungsi yang ditetapkan dan yang memenuhi persyaratan teknis:keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan serta kelestarianlingkungan.
A. Umur Bangunan dan Penyusutana. Umur bangunan adalah jangka waktu bangunan dapat tetap memenuhi
fungsi dan keandalan bangunan, sesuai dengan persyaratan yang telahditetapkan. Untuk bangunan gedung negara (termasuk bangunanrumah negara) umur bangunan diperhitungkan 50 tahun;
b. Penyusutan adalah nilai degradasi bangunan yang dihitungsecara sama besar setiap tahunnya selama jangka waktu umurbangunan. Untuk bangunan pengawasan SDKP, nilai penyusutanadalah sebesar 2% per tahun untuk bangunan gedung denganminimum nilai sisa (salvage value) sebesar 20%;
c. Penyusutan bangunan pengawasan SDKP yang dibangun dengankonstruksi semi permanen, penyusutannya sebesar 4% per tahun,sedangkan untuk konstruksi darurat sebesar 10% per tahun denganminimum nilai sisa (salvage value) sebesar 20%.
B. Kerusakan BangunanKerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya bangunan ataukomponen bangunan akibat penyusutan/berakhirnya umur bangunan,atau akibat ulah manusia atau perilaku alam seperti beban fungsiyang berlebih, kebakaran, gempa bumi, atau sebab lain yang sejenis.Intensitas kerusakan bangunan dapat digolongkan atas tiga tingkatkerusakan, yaitu:a. Kerusakan ringan, adalah kerusakan terutama pada komponen non-
struktural, seperti penutup atap, langit- langit, penutup lantai dandinding pengisi.
b. Kerusakan sedang, adalah kerusakan pada sebagian komponen nonstruktural, dan atau komponen struktural seperti struktur atap,lantai, dll.
c. Kerusakan berat, adalah kerusakan pada sebagian besarkomponen bangunan, baik struktural maupun non-strukturalyang apabila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baiksebagaimana mestinya.
Penentuan tingkat kerusakan adalah setelah berkonsultasi denganInstansi Teknis setempat yang bertanggung jawab terhadap pembinaanbangunan gedung.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 54
C. Perawatan Bangunana. Perawatan bangunan adalah usaha memperbaiki kerusakan
yang terjadi agar bangunan dapat berfungsi dengan baiksebagaimana mestinya. Perawatan bangunan dapat digolongkansesuai dengan tingkat kerusakan pada bangunan yaitu:1)Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan;2)Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang;3)Perawatan untuk tingkat kerusakan berat.
b. Besarnya biaya perawatan disesuaikan dengan tingkat kerusakannya,yang ditentukan sebagai berikut:1)Perawatantingkat kerusakan ringan, biayanya maksimum adalah
sebesar 30% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunangedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama;
2)Perawatan tingkat kerusakan sedang, biayanya maksimumadalah sebesar 45% dari harga satuan tertinggi pembangunanbangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasiyang sama;
3)Perawatantingkat kerusakan berat, biayanya maksimumadalah sebesar 65% dari harga satuan tertinggipembangunan bangunan gedung baru yang berlaku,untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.
c. Untuk perawatan yang memerlukan penanganan khusus ataudalam usahameningkatkanwujud bangunan, seperti melaluikegiatan renovasi atau restorasi (misal yang berkaitan denganperawatan bangunangedung bersejarah), besarnya biaya perawatandihitung sesuai dengan kebutuhan nyata dan dikonsultasikanterlebih dahulu kepada Instansi Teknis setempat.
D. Pemeliharaan Bangunana. Pemeliharaan bangunan adalah usaha mempertahankan kondisi
bangunan agar tetap memenuhi persyaratan laik fungsi ataudalam usaha meningkatkan wujud bangunan, serta menjagaterhadap pengaruh yang merusak;
b. Pemeliharaan bangunan juga merupakan upaya untuk menghindarikerusakan komponen/elemen bangunan akibat keusangan/kelusuhan sebelumumurnya berakhir;
c. Besarnya biaya pemeliharaan bangunan gedung tergantungpada fungsi dan klasifikasi bangunan. Biaya pemeliharaan per m2
bangunan gedung setiap tahunnya maksimum adalah sebesar2% dari harga standar per m2 tertinggi yang berlaku.
E.Lingkup Pemeliharaan Bangunan Pengembangan InfrastrukturPengawasanPekerjaan permeliharaan meliputi jenis pembersihan, perapihan,pemeriksaan, pengujian, perbaikan dan/atau penggantian bahan atauperlengkapan bangunan gedung, dan kegiatan sejenis lainnya berdasarkanpedoman pengoperasian dan pemeliharaan bangunan gedung.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 55
1. Arsitekturala. Memelihara secara baik dan teratur jalan keluar sebagai sarana
penyelamat (egress) bagi pemilik dan pengguna bangunan;b. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur tampak luar
bangunan sehingga tetap rapih dan bersih;c. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur dalam ruang serta
perlengkapannya;d. Menyediakan sistem dan sarana pemeliharaan yang memadai dan
berfungsi secara baik, berupa perlengkapan/peralatan tetapdan/atau alat bantu kerja (tools);
e. Melakukan cara pemeliharaan ornamen arsitektural dan dekorasiyang benar oleh petugas yang mempunyai keahlian dan/ataukompetensi dibidangnya.
2. Strukturala. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur struktur
bangunan gedung dari pengaruh korosi, cuaca, kelembaban, danpembebanan di luar batas kemampuan struktur, serta pencemaranlainnya;
b. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur pelindungstruktur;
c. Melakukan pemeriksaan berkala sebagai bagian dari perawatanpreventif (preventive maintenance);
d. Mencegah dilakukan perubahan dan/atau penambahan fungsikegiatan yang menyebabkan meningkatnya beban yang bekerjapada bangunan gedung, di luar batas beban yang direncanakan;
e. Melakukan cara pemeliharaan dan perbaikan struktur yang benaroleh petugas yang mempunyai keahlian dan/atau kompetensi dibidangnya;
f. Memelihara bangunan agar difungsikan sesuai dengan penggunaanyang direncanakan.
3. Mekanikala. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem tata udara,
agar mutu udara dalam ruangan tetap memenuhi persyaratanteknis dan kesehatan yang disyaratkan meliputi pemeliharaanperalatan utama dan saluran udara;
b. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem distribusiair yang meliputi penyediaan air bersih, sistem instalasi air kotor,sistem hidran, sprinkler dan septik tank serta unit pengolah limbah;
c. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistemtransportasi dalam gedung, baik berupa lift, eskalator, travelator,tangga, dan peralatan transportasi vertikal lainnya.
4. Elektrikala. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara pada
perlengkapan pembangkit daya listrik cadangan;b. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara pada
perlengkapan penangkal petir;c. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara sistem instalasi
listrik, baik untuk pasokan daya listrik maupun untuk peneranganruangan;
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 56
d. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara jaringaninstalasi tata suara dan komunikasi (telepon) serta data;
e. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara jaringan sistemtanda bahaya dan alarm.
5. Tata Ruang Luara. Memelihara secara baik dan teratur kondisi dan permukaan tanah
dan/atau halaman luar bangunan gedung;b. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur pertamanan di
luar dan di dalam bangunan gedung, seperti vegetasi (landscape),bidang perkerasan (hardscape), perlengkapan ruang luar(landscape furniture), saluran pembuangan, pagar dan pintugerbang, lampu penerangan luar, serta pos/gardu jaga;
c. Menjaga kebersihan di luar bangunan gedung, pekarangan danlingkungannya.
d. Melakukan cara pemeliharaan taman yang benar oleh petugasyang mempunyai keahlian dan/atau kompetensi di bidangnya.
6. Tata GrahaMeliputi seluruh kegiatan housekeeping yang membahas hal-halterkait dengan sistem pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung,di antaranya mengenai Cleaning Service, Landscape, Pest Control,General Cleaning mulai dari persiapan pekerjaan, proses operasionalsampai kepada hasil kerja akhir.1)Pemeliharaan Kebersihan (Cleaning Service). Program kerja
pemeliharaan gedung meliputi program kerja harian, mingguan,bulanan dan tahunan yang bertujuan untuk memelihara kebersihanpengembangan infrastruktur yang meliputi kebersihan ‘Public Area’,‘Office Area’ dan ‘Toilet Area’ serta kelengkapannya;
2)Pemeliharaan dan Perawatan Hygiene Service. Program kerja‘Hygiene Service meliputi program pemeliharaan dan perawatanuntuk pengharum ruangan dan anti septik yang memberikan kesanbersih, harum, sehat meliputi ruang kantor, ruang rapat maupuntoilet yang disesuaikan dengan fungsi dan keadaan ruangan;
3)Pemeliharaan Pest Control. Program kerja pelaksanaanpemeliharaan dan perawatan ‘Pest Control’ bisa dilakukan setiaptiga bulan atau enam bulan dengan pola kerja bersifat umum,berdasarkan volume pengembangan infrastruktur secarakeseluruhan dengan tujuan untuk menghilangkan hama tikus,serangga dan dengan cara penggunaan pestisida, penyemprotan,pengasapan (fogging) atau fumigasi, baik ‘indoor’ maupun ‘outdoor’untuk memberikan kenyamanan kepada pengguna gedung;
4)Program General Cleaning. Program pemeliharaan kebersihan yangdilakukan secara umum untuk pengembangan infrastrukturdilakukan untuk tetap menjaga keindahan, kenyamanan maupunperformance pengembangan infrastruktur yang dikerjakan pada harihari tertentu atau pada hari libur yang bertujuan untukmengangkat atau mengupas kotoran pada suatu objek tertentu,misalnya lantai, kaca bagian dalam, dinding, toilet danperlengkapan kantor.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 57
F. Lingkup Perawatan Bangunan Gedung
Pekerjaan perawatan meliputi perbaikan dan/atau penggantian bagianbangunan, komponen, bahan bangunan, dan/atau pengembanganinfrastruktur dan sarana berdasarkan dokumen rencana teknisperawatan bangunan gedung, dengan mempertimbangkan dokumenpelaksanaan konstruksi.
a. RehabilitasiMemperbaiki bangunan yang telah rusak sebagian dengan maksudmenggunakan sesuai dengan fungsi tertentu yang tetap, baikarsitektur maupun struktur bangunan gedung tetap dipertahankanseperti semula, sedang utilitas dapat berubah.
b. RenovasiMemperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian denganmaksud menggunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat tetap atauberubah, baik arsitektur, struktur maupun utilitas bangunannya
c. RestorasiMemperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian denganmaksud menggunakan untuk fungsi tertentu yang dapat tetap atauberubah dengan tetap mempertahankan arsitektur bangunannyasedangkan struktur dan utilitas bangunannya dapat berubah.
d. Tingkat Kerusakan1)Kerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya bangunan atau
komponen bangunan akibat penyusutan/berakhirnya umurbangunan, atau akibat ulah manusia atau perilaku alam sepertibeban fungsi yang berlebih, kebakaran, gempa bumi, atau sebablain yang sejenis.
2)Intensitas kerusakan bangunan dapat digolongkan atas tiga tingkatkerusakan, yaitu:2.1. Kerusakan ringan
1) Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama padakomponen non-struktural, seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai, dan dinding pengisi.
2) Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan, biayamaksimum yang dibutuhkan sebesar 35% dari harga satuantertinggi pembangunan gedung baru yang berlaku, untuktipe/klas dan lokasi yang sama.
2.2. Kerusakan sedang1) Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian
komponen non-struktural, dan atau komponen strukturalseperti struktur atap, lantai, dan lain-lain.
2) Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang, biayamaksimum yang dibutuhkan sebesar 45% dari harga satuantertinggi pembangunan bangunan gedung baru yangberlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.
2.3. Kerusakan berat1) Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian besar
komponen bangunan, baik struktural maupun non-struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapatberfungsi dengan baik sebagaimana mestinya.
2) Biaya maksimum yang dibutuhkan sebesar 65% dari hargasatuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yangberlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 58
G. Metode Pemeliharaan dan Perawatan
Tabel berikut menjelaskan rincian metode pemeliharaan dan perawatanberdasarkan komponen arsitek dan struktur bangunan pengembanganinfrastruktur.Tabel Metode Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Pengembanganinfrastruktur
Komponen Metode Pemeliharaan dan PerawatanKomponen Arsitektur1.Sarana jalan keluar Sarana jalan keluar (egress) harus dilengkapi dengan
tanda EXIT dan tidak boleh terhalang serta memenuhipersyaratan sesuai dengan SNI.
2.DindingKaca/TemperedGlass
Perawatan dinding kaca minimal satu kali setiap tahun
3.DindingKeramik/Mozaik
Biasanya dipasang pada dinding kamar mandi, wc, tempatcuci, atau tempat wudhu. Pemeliharaannya:1) Bersihkan setiap hari sebanyak minimal 2 (dua) kali;2) Gunakan bahan pembersih yang tidak merusak semen
pengikat keramik. Disarankan yang tidak mengandungair keras atau asam kuat.
4.Dinding LapisMarmer
1) Bersihkan setiap hari sebanyak minimal 2 (dua) kali.2) Gunakan bahan pembersih yang tidak merusak semen
pengikat keramik, disarankan yang tidak mengandungair keras;
3) Sikat permukaan marmer dengan sikat plastik halus danbilas dengan air bersih tambahkan denganmenggunakan deterjen atau sabun;
4) Gunakan disinfectant untuk membunuh bakteri yangada dilantai atau dinding yang bersangkutan minimal 2(dua) bulan sekali;
5) Keringkan permukaan dengan kain pel kering.
5.PemeliharaanPlafon Tripleks
1) Plafon tripleks akan rusak terutama pada bagian luarbangunan gedung setelah lebih dari 10 (sepuluh) tahunpenggunaan;
2) Bersihkan kotoran yang melekat sekurang-kurangnya 3(tiga) bulan sekali dari kotoran yang melekat;
3) Gunakan sikat atau kuas sebagai alat pembersih;4) Bila plafon rusak permukaannya karena kebocoran,
segera ganti dengan yang baru;5) Bekas noda akibat bocoran ditutup dengan cat kayu
baru kemudian dicat dengan cat emulsi yang serupa;6) Untuk perbaikan, cat lama harus dikerok sebelum
melakukan pengecatan ulang.
6.PemeliharaanPlafon Gipsum
7.PemeliharaanKusen Alumunium
Perhatikan plafon gipsum yang berada pada sisi luarbangunan gedung, bila terkena air akibat atap yang bocor,segera ganti dengan yang baru atau diperbaiki.1) Kusen aluminium harus diperlihara pada bagian karet
penjepit kaca (sealant);2) Pada tempat-tempat yang menghasilkan debu,
pembersihan dilakukan setiap hari;3) Jangan menggunakan bahan pembersih yang korosif
kecuali dengan sabun cair atau pembersih kaca.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 59
8.PemeliharaanKusen Kayu
1) Bersihkan kusen kayu dari debu yang menempel setiaphari.
2) Bila kusen dipolitur usahakan secara periodik dilakukanpolituran kembali setiap 6 (enam) bulan sebagaipemeliharaan permukaan;
3) Bila kusen dicat dengan cat kayu maka usahakanpembersihan dengan deterjen atau cairan sabun dangunakan spon untuk membersihkannya.
Komponen StrukturPemeliharaanDermaga
Perawatan dermaga beton dan kayu
9.PemeliharaanPondasi Bangunan
Pondasi bangunan berfungsi menahan beban bangunanyang ada di atasnya. Pemeliharaan yang dilakukan:1) Sekitar bangunan atau bagian yang dekat dengan badan
pondasi diusahakan agar bersih dari akar pohon yangdapat merusak pondasi.
2) Diusahakan agar tidak ada air yang menggenangi badanpondasi.
3) Dasar pondasi harus dijaga dari adanya penurunan yangmelebihi persyaratan yang berlaku.
4) Dasar pondasi harus dijaga sedemikian rupa sehinggaair yang mengalir di sekitar pondasi tidak mengikistanah sekitar pondasi sehingga dasar pondasi menjadisama dengan permukaan tanah.
5) Untuk daerah yang banyak rayap, taburkan atau siramsekitar pondasi dengan bahan kimia seperti:a) Aldrien;b) Chlordane;c) Dieldrin;d) Heptaclor;e) Lindanef;
Campurkan dengan air dalam perbandingan 0,5% sampaidengan 2,0%.g. Campuran bahan kimia harus dilakukansesuai ketentuan agar tidak berdampak pada lingkungansekitar.
10. Pondasi TiangPancang
Biasanya tiang pancang kayu dipergunakan untukbangunan gedung atau perumahan di daerah pasang surut(misal: Kalimantan, dsb), yang menggunakan kayu sebagaibahan utama.Pemeliharaan yang dilakukan:1) Tiang pancang dari bahan beton bertulang atau besi
tidak memerlukan pemeliharaan;2) Untuk ujung tiang pancang kayu yang pada saat
tertentu air surut terkena panas matahari dan air secaraberganti-ganti, tiang kayu secara periodik diberikan catemulsi yang tahan air dan panas;
3) Pada permukaan tiang pancang kayu harus bersih darilumut atau binatang air yang menempel pada tiang yangbersangkutan.
11. Pondasi SumuranBatu
Pondasi ini dipakai untuk pembangunan gedung padakeadaan lokasi dan pertimbangan ekonomis tertentu.Pondasi tipe ini untuk bangunan tingkat rendah sampai 2(dua) lantai.Pemeliharaan yang dilakukan:1)Usahakan drainase sekitar bangunan telah dirancang
dan berjalan dengan baik selama bangunan
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 60
dioperasikan;2)Jauhkan pondasi dari akar pohon atau akar tanaman
lain yang bersifat merusak;3)Atau lindungi akar tanaman yang merusak dengan
bahan yang tidak tembus dan bersifat keras sehinggaakar tidak merusak pondasi bangunan.
12. Pondasi MenerusBatu
Pondasi ini dipakai hampir di setiap bangunan gedung danperumahan untuk menahan dinding dan beban yang adadi atasnya. Pemeliharaan yang dilakukan:1)Usahakan drainase sekitar bangunan telah dirancang
dan berjalan dengan baik selama bangunandioperasikan;
2)Jauhkan pondasi dari akar pohon atau akar tanamanlain yang bersifat merusak;
3)Atau lindungi akar tanaman yang merusak denganbahan yang tidak tembus dan bersifat keras sehinggaakar tidak merusak pondasi bangunan.
13. Pondasi MenerusBahan Beton
Pondasi ini dipakai hampir di setiap bangunan gedung danperumahan untuk menahan beban yang ada di atasnyapada dengan kondisi tanah lembek. Pemeliharaan yangdilakukan:1) Usahakan drainase sekitar bangunan telah dirancang
dan berjalan dengan baik selama bangunandioperasikan;
2) Jauhkan pondasi dari akar pohon atau akar tanamanlain yang bersifat merusak;
3) Atau lindungi akar tanaman yang merusak denganbahan yang tidak tembus dan bersifat keras sehinggaakar tidak merusak pondasi bangunan.
14. StrukturBangunan Baja
Bagian Bangunan yang menggunakan bahan ini biasanyapada konstruksi kuda-kuda atau konstruksi atapbangunan atau tiang dan bagian pelengkapnya sepertibatang diagonal antar tiang. Pemeliharaan yang dilakukan:1) Usahakan permukaan bahan struktur baja tidak terkena
bahan yang mengandung garam, atau bahan lain yangbersifat korosif;
2) Untuk bagian konstruksi yang terkena langsung air danpanas secara bergant-ganti dalam waktu lama harusdiberi lapisan cat atau meni besi yang berkualitas baik;
3) Usahakan pada titik pertemuan konstruksi tidak ada airyang menggenang atau tertampung oleh sambungankomponen; atau
4) Bersihkan kotoran pada lubang pembuangan air padakonstruksi sehingga tidak terjadi karat atau oksidasi.
15. StrukturBangunan Beton
Bagian bangunan yang menggunakan bahan ini biasanyapada konstruksi tiang, lantai/plat lantai atau atap.Biasanya kebocoran yang terjadi pada plat lantai karenaadanya retak rambut pada konstruksi plat, sehingga airkamar mandi atau air hujan meresap ke dalamnya dankeluar ke bagian lain bangunan sebagai kebocoran.Pemeliharaan yang dilakukan:1) Bersihkan kotoran yang menempel pada permukaan
beton secara merata;2) Cat kembali dengan cat emulsi atau cat yang tahan air
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 61
dan asam pada permukaannya.3) Untuk bagian tiang bangunan yang rontok karena
terkena benturan benda keras, bersihkan dan buatpermukaan tersebut dalam keadaan kasar, kemudianberi lapisan air semen dan plester kembali denganspesi/mortar semen-pasir.
4) Pada retakan plat atau dinding beton dapat digunakanbahan Epoxy Grouts seperti:a) Conbextra EP 10 TG untuk injeksi keretakan beton
dengan celah antara 0,25 – 10 mm.b) Conbextra EP 40 TG mortar grouting untuk mengisi
keretan beton dengan celah antara 10 – 40 mm.c) Conbextra EP 65 TG mortar grouting untuk mengisi
keretakan beton dengan celah antara 0,25 – 10 mm.
16. StrukturBangunan Komposit
Bagian bangunan yang menggunakan bahan ini biasanyapada konstruksi lantai/plat lantai. Biasanya kebocoranyang terjadi pada plat lantai semacam ini karena adanyaretak rambut pada konstruksi plat akibat beban bangunanyang melebihi kapasitas yang seharusnya atau disebabkanoleh cara pengecoran beton yang tidak sempurna. Dengandemikian air kamar atau air hujan meresap ke dalamnyadan keluar ke bagian lain bangunan sebagai kebocoran,menggenang di bagian rongga antara bahan beton dan platgelombang.
17. Dinding BataMerah atauConblock Dinding
Berfungsi hanya sebagai partisi atau dapat bersifat pulasebagai penahan beban (wall bearing).Di lapangan kondisidinding bata berbeda-beda. Kadang ditemui dinding yangselalu dalam keadaan basah sehingga memungkinkantumbuhnya lumut dipermukaannya. Kondisi ini kerapterjadi di daerah dengan muka tanah tinggi atau letakdinding bangunan yang berfungsi sebagai penahan tanahseperti diperbukitan (misal: villa/rumah peristirahatan).Hal tersebut disebabkan mortar dinding yang diletakkan diantara batu bata, tidak menggunakan mortar yang kedapair.Pemeliharaan yang dilakukan antara lain:1) Bila dinding rembes air atau selalu basah:
a) Hilangkan plesteran dinding terlebih dahulu;b) Ukur sekitar 15 sampai dengan 30 cm dari
sloofdinding yang ada ke arah vertikal;c) Korek dengan sendok mortar atau alat pahat dsb.,
spesi yang terdapat di antara batu bata setebalsetengah dari ketebalan bata, dalam arah horizontalsepanjang 1 (satu) meter;
d) Gantikan mortar yang telah dikorek dengan spesi ataumortar kedap air (campuran: 1 PC : 3 Pasir);
e) Bila telah mengering lanjutkan ke arah horizontalselanjutnya;
f) Bila telah selesai satu sisi dinding, lakukan pada sisiyang lain hal serupa;
g) Kemudian plester kembali dinding dengan campuranyang sesuai.
2) Bila dinding retak: (diperiksa terlebih dahulu, apakahkeretakan disebabkan oleh faktor muai susut plesterandinding atau akibat dampak kegagalan strukturbangunan gedung). Bila keretakan diakibatkan olehmuai susut plesteran dinding, maka:
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 62
a) Buat celah dengan pahat sepanjang retakan;b) Isi celah dengan spesi atau mortar kedap air
(campuran 1 PC : 3 Pasir);c) Kemudian rapikan dan setelah mengering plamur
serta cat dengan bahan yang serupa. Bila dindingbasah karena saluran air bocor (Perbaiki saluranterlebih dahulu).
18. Dinding Batu Kali Batu kali biasanya hanya digunakan pada bagianbangunan dibagian luar sebagai pelengkap (mis: untuktaman). Agar penampilan bangunan tetap terjaga makabagian luar pondasi taman ini harus dilakukanpemeliharaan. Pemeliharaan yang dilakukan antara lain:1) Pembersihan permukaan batu dengan menggunakan
peralatan sikat dan air, secara periodik sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam setahun;
2) Bila diinginkan selanjutnya dicat dengan bahan vernisatau disemprot dengan bahan cat transparan untukmencegah lumut dan kotoran dan lumpur yangmenempel;
3) Dinding batu tempel untuk hiasan pada bangunan dapatdilakukan pemeliharaan serupa.
19. Dinding Beton Pada bangunan yang menggunakan expose concrete sepertipada dinding luar bangunan, lapisan luar kolom.Pemeliharaan yang dilakukan antara lain:1) Bersihkan permukaan expose concrete dengan
menggunakan sabun, bilas sampai bersih, lakukansetiap 6 (enam) bulan sekali;
2) Lakukan pemberian cat transparan dengan warna‘doff/un-glossy’pada permukaan yang ada sebanyak 2(dua) lapis.
20. Dinding Kayu Dinding lapis kayu biasanya dipergunakan hanya padakomponen arsitekur/interior. Bagian ini perlu dipeliharaagar interior bangunan tidak terkesan kusam.Pemeliharaan yang dilakukan:1) Bersihkan bagian permukaan kayu dari debu secara
periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali;2) Bila warna telah kusam karena usia pemakaian yang
lama, permukaan setelah dibersihkan rawat denganmenggunakan politur atau teak-oilyang sesuai. Lakukandengan menggunakan kuas atau kain kaos (tapas)secara merata beberapa kali berlapis
21. KebersihanPekerjaan Sipil
1) Hasil perbaikan atau penggantian seperti kondisisemula/aslinya (mutu dan jumlahnya);
2) Memenuhi spesifikasi teknis pelaksanaan sesuai denganmaterial yang diperbaiki;
3) Jenis bahan pengganti harus disesuaikan terhadapbahan yang terpasang sebelumnya.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 63
Komponen Mekanikal22. Saluran Air Kotor 1) Periksa saluran tegak air kotor pada bangunan,
terutama saluran yang menggunakan bahan PVC,periksa pada setiap sambungan yang menggunakan lemsebagai penyambungnya;
2) Bersihkan saluran terbuka air kotor pada sekitarbangunan dari barang-barang yang dapat menggangualiran air dalam saluran, sekurang-kurangnya 1 (satu)bulan sekali;
3) Pada saluran tertutup air kotor, periksa melalui bakkontrol saluran, beri jeruji dari batang besi sebagaipenghalang sampah agar saluran tidak tersumbat.
23. Saluran AirBersih
1) Saluran air bersih yang memerlukan pengamatan adalahsaluran PVC yang tidak terlindung dari panas matahari;
2) Tambahkan penggantung pada dinding untuk menopangatau menyanggah pipa PVC bila ada sebagianpenggantung yang lepas.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 64
BAB VIIIEVALUASI BANGUNAN PENGAWASAN SDKP
Evaluasi pengembangan infrastruktur pengawasan merupakan salah satusistem pendukung yang menentukan keberhasilan pembangunanpengembangan infrastruktur pengawasan. Hai ini bertujuan untuk menilaihasil pelaksanaan pembangunan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaankonstruksi, sampai dengan penyelesaian pembangunan fisik danpemeliharaannya. Secara umum yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaanevaluasi dalam pengembangan infrastruktur pengawasan bangunan daratadalah kondisi bangunan yang harus selalu aman dari muka air banjir, baikkarena kondisi muka air tanah eksisting, air hujan maupun pengaruh pasangair laut. Disamping itu evaluasi terhadap pengembangan infrastrukturbangunan darat adalah sebagai berikut:
KantorAdministrasi
Evaluasi terhadap ruangan yang memenuhi kebutuhanoperasional sesuai dengan standar bangunan dan kelembagaanpengawasan SDKP
RuangPemeriksaan
Evaluasi terhadap fungsi ruang yang mengkondisikan untukproses penyidikan
RuangPengamanan
Evaluasi terhadap daya tampung dan fungsi ruang yangmengkondisikan untuk menjamin keamanan tahanan agar tidakmelarikan diri
Barbuk Basah Evaluasi terhadap daya tampung dan kondisi ruang yang dapatmenjamin keamanan kondisi barbuk basah
Barbuk Kering Evaluasi terhadap daya tampung dan kondisi ruang yang dapatmenjamin keamanan kondisi barbuk basah
Ruang SenjataApi dan Amunisi
Evaluasi terhadap daya tampung dan kondisi ruang yang dapatmenjamin keamanan senjata api dan amunisi serta pencegahanterhadap bahaya ledakan
TempatPenampunganSementara ABKNon Yustisia
Evaluasi terhadap daya tampung dan kondisi ruang yang dapatmenjamin keamanan tahanan non yustisia dan memenuhipersyaratan yang tidak bertentangan dengan HAM
Mess Operator Evaluasi terhadap daya tampung dan kondisi ruang yang dapatmemenuhi persyaratan untuk tempat peristirahatan(kenyamanan, ketenangan, keamanan)
Evaluasi bangunan laut terutama dilakukan dengan tingkat endapan atausedimentasi yang menyebabkan pendangkalan area disekitar bangunan laut(dermaga) sehingga tetap bisa dioperasikan dan berfungsi dengan baik. Kondisipasang air laut juga harus diperhatikan agar elevasi guna bangunan tetapberada di atas muka air pasang.
DermagaPengawas
Evaluasi terhadap kapasitas tampungan dermaga dan kondisifisik dermaga, terhadap segi manuver kapal pengawas yangberlabuh terhadap area operasional, pendangkalan dankeamanan dermaga pengawas dari area public.
Kolam Labuh Evaluasi terhadap kapasitas tampungan dan sedimentasi yangterjadi (ada/tidak pendangkalan)
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 65
Pembangunan suatu bangunan pengawasan didesain agar daya dan fungsinyasesuai dengan rencana peruntukkannya. Kondisi yang spesifik dari suatubangunan pengawasan adalah dimulai dari adanya fungsi pelayanan sepertipenerbitan SLO, perencanaan kegiatan operasi pengawasan di laut dan didarat serta proses penegakan hukum terhadap tersangka tindak pidana dibidang perikanan maupun pengamanan barang buktinya untuk prosespenuntutan dan pembuktian di persidangan.Apabila kemampuan kondisi bangunan pengawasan tersebut masih memadaidan terjadi peralihan atau perubahan fungsi/peruntukan bangunan, makaperlu dikonsultasikan dengan pihak-pihak terkait untuk menetapkan statusfungsi/peruntukan bangunan. Apabila keputusan tidak akan mengubahkondisi fisik bangunan, hanya perubahan status fungsi/peruntukan bangunan(alih fungsi), maka perlu dilakukan pembaharuan dokumen bangunan terkaituntuk tertib administrasi BMN. Evaluasi ini dilakukan apabila dibutuhkanpengembangan pengembangan infrastruktur untuk memenuhi perkembangankegiatan operasional pengawasan. Langkah-langkah evaluasi pengembanganpengembangan infrastruktur pengawasan adalah:a. Penentuan kesesuaian fungsi bangunan dengan kapasitas dan fungsi guna;b. Analisa beban kerja dan operasional wilayah kerja UPT Pangkalan Utama
/Pangkalan/Stasiun/Satker/Pos;c. Dukungan kelembagaan tentang pengawasan sumber daya kelautan dan
perikanan;d. Evaluasi dan studi tentang perlunya pengembangan pengembangan
infrastruktur pengawasan dengan mengacu pada standar-standarpengembangan infrastruktur pengawasan;
e. Ketersediaan lahan dan dukungan terkait untuk pengembanganpengembangan infrastruktur pengawasan;
f. Pelaksanaan pengembangan pengembangan infrastruktur pengawasanyang sesuai dengan standar perencanaan dan fungsi pengawasan.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 66
BAB IXADMINISTRASI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN SDKP
A. Pengusulan LahanPengusulan lahan merupakan tahap awal penyiapan pembangunanpengembangan infrastruktur pengawasan melalui pengadaan (pembelian)atau pemanfaatan (pinjam pakai), yang didukung dengan kelengkapan-kelengkapan antara lain:a. Surat permohonan dari Pusat/ permintaan dari Daerah;b. Surat dukungan alokasi lahan dari Daerah;c. Proposal pengusulan (jika dari daerah);d. NJOP (untuk pengadaan lahan);e. Surat Keterangan Bebas Sengketa dari Pejabat Berwenang (untuk
pengadaan lahan);Penanggung jawab dari kegiatan ini dibagi menjadi 2 yaitu:1. Pusat : Setditjen PSDKP2. Daerah : Gubernur/ Bupati/Walikota/ Sekretaris Daerah/ Pengelola
BMD
B. Identifikasi/Survey LahanKegiatan identifikasi dilaksanakan setelah pengusulan lahan dan terdapatalternatif pilihan lahan dari pemerintah daerah yang akan dialokasikanuntuk pembangunan pengembangan infrastruktur pengawasan SDKP.Identifikasi lahan harus dapat memberikan informasi mengenai kondisilahan, baik secara teknis maupun non teknis serta keabsahan dari segihukum, dengan kelengkapan antara lain:1. Layout lokasi2. Bukti kepemilikan (sertifikat/bukti kepemilikan lain yang sah)3. Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah4. Berita Acara Pengukuran Lahan
Penanggung jawab dari kegiatan ini dibagi menjadi 2 yaitu:1. Pusat : Dit. Pemantauan SDKP & PIP dan UPT2. Daerah : Dinas Kelautan dan PerikananApabila lahan hasil dari identifikasi lapangan sesuai dengan kriteriateknis, dan memenuhi persyaratan dari segi hukum yaitu jelaskepemilikannya/bebas sengketa, maka dilanjutkan dengan penetapanalokasi lahan yang dilanjutkan dengan penyusunan dokumenpemanfaatan lahan (pinjam pakai/hibah). Sedangkan untuk pengadaanlahan, setelah dilaksanakan identifikasi lokasi dilanjutkan dengan prosespenyusunan akta jual beli.
C. Dokumen Pengadaan/ Pemanfaatan LahanYang dimaksud dengan dokumen pengadaan adalah akta jual beli, aktabalik nama tanah, sertifikasi lahan dan Nilai Jual Objek Pajak. Sedangkanyang dimaksud dengan dokumen pemanfaatan lahan adalah dokumenperjanjian pinjam pakai lahan, berita acara serah terima hibah lahan atauperjanjian kerja sama pemanfaatan.Untuk pihak yang mempunyai wewenang untuk penandatangan dokumenpemanfaatan dan pendelegasian wewenang pemanfaatan lahan sesuaidengan pendelegasian pada Direktorat Jenderal PSDKP.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 67
Apabila Pemanfaatan Lahan dilaksanakan melalui Perjanjian Kerja Sama,maka sesuai dengan PermenKP 06 Tahun 2012 harus didahului denganNota Kesepahaman, dan tahapan proses kerjasama adalah:1. Penjajakan2. Pembahasan3. Pengesahan4. Penandatanganan5. Pelaksanaan6. Pemantauan dan Evaluasi7. Pengembangan program8. Pengakhiran Kerjasama sesuai PER.06/MEN/2012 Kelautan Perikanan
D. Perencanaan, Pelaksanaan, Pengawasan, Pemeliharaan, danPerawatanPerencanaan Detail Engineering Desain (DED), pelaksanaan pekerjaanfisik, penyediaan konsultan pengawas pekerjaan fisik, pemeliharaan danperawatan infrastruktur pengawasan dilaksanakan oleh Unit PelaksanaTeknis Direktorat Jenderal PSDKP dengan Direktorat Teknis terkaitsebagai pembina teknis dan pengawas pelaksanaanaan kegiatan yangdilaksanakan oleh UPT termasuk dalam hal monitoring dan evaluasi.
E. Identifikasi LahanIdentifikasi lahan dilaksanakan setelah dokumen penyediaan lahan baikmelalui pengadaan lahan maupun pemanfaatan lahan telah memilikikejelasan lokasi. Identifikasi lahan dilaksanakan oleh Direktorat Teknisdan UPT Ditjen PSDKP. Identifikasi lahan harus mempertimbangkankearifan lokal/adat setempat mengenai pengadaan lahan sesuai dengankondisi masing-masing daerah selain bukti sah secara hukum (BPN) danadat setempat. Sehingga lahan yang dialokasikan sah secara hukumnegara, hukum adat, tidak menjadi sengketa dan tidak ada tuntutan darimasyarakat setempat.
F. Bentuk Pemanfaatan Lahan dan BangunanBentuk-bentuk pemanfaatan BMN:a. Sewa adalah pemanfaatan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu
tertentu dan menerima imbalan uang tunai;b. Pinjam Pakai Barang Milik Negara di lingkungan Kementerian
Kelautan dan Perikanan adalah penyerahan penggunaan Barang MilikNegara antara Kementerian Kelautan dan Perikanan denganpemerintah daerah dalam jangka waktu tertentu tanpa menerimaimbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir diserahkankembali kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan (bisa jugasebaliknya jika BMD);
c. Kerjasama Pemanfaatan di lingkungan Kementerian Kelautan danPerikanan adalah pendayagunaan Barang Milik Negara oleh pihak laindalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaannegara bukan pajak dan sumber pembiayaan lainnya (bisa jugasebaliknya jika BMD);
d. Bangun Guna Serah (BGS) adalah pemanfaatan tanah milikpemerintah pusat oleh pihak lain dengan mendirikan bangunan danatau sarana, berikut fasilitasnya kemudian didayagunakan oleh pihaklain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati, untukselanjutnya tanah beserta bangunan dan atau sarana berikut
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 68
fasilitasnya, diserahkan kembali kepada Pengelola Barang setelahberakhirnya jangka waktu/Bangun Serah Guna;
e. Bangun Serah Guna (BSG) adalah pemanfaatan tanah milikpemerintah pusat oleh pihak lain dengan mendirikan bangunan danatau sarana, berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannyadiserahkan kepada Pengelola Barang untuk kemudian didayagunakanoleh pihak lain tersebut selama jangka waktu tertentu yang disepakati.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 69
BAB XPENUTUP
Dengan tersusunnya petunjuk teknis ini diharapkan dapat mencapaisasaran dan tujuan untuk memberikan pedoman dan standar kriteriadalam merencanakan pembangunan infrastruktur pengawasan sertapengembangannya sesuai dengan kebutuhan operasional pengawasansumber daya kelautan dan perikanan. Disamping itu sebagai bimbinganteknis di lapangan guna mewujudkan pelaksanaan pembangunaninfrastruktur pengawasan dengan fungsi dan peranannya secara efektifdan efisien.
DITJEN PSDKP [DIREKTORAT PEMANTAUAN SDKP DAN PIP]
JUKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENGAWASAN 70
BAB XILAMPIRAN
Daftar Lampiran:1.Tabel Penilaian Alternatif Calon Lahan Untuk Pengembangan Infrastruktur
Pengawasan;2.Tabel Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007
tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
Wilayah Kerja : ................................................Jumlah alternatif calon lokasi lahan : ............... LokasiAktifitas perikanan di wilayah kerja : Kapal perikanan ukuran < 10 GT sebanyak ............ unit
Ukuran 10 - 30 GT sebanyak ................ unit dan ukuran > 30 GT sebanyak ................ unit Usaha budidaya ikan air tawar (ikan mas, nila, patin dan bawal) sebanyak ............... usaha Usaha pengolahan ikan (kerupuk ikan, amplang, daging ikan) sebanyak ...................... usaha
Jumlah SDM : ...... orang PNS, ....... orang PPNS, ....... Pengawas Perikanan dan ....... orang tenaga kontrak
Lahan A Lahan B Lahan C1 Lokasi Lahan2 Luas Lahan 10
100 - 200 m2 2> 200 - 500 m2 4
> 500 - 1000 m2 6> 1000 - 5000 m2 8
> 5000 m2 103 Status Lahan 20
Bebas Sengketa/Sesuai Peruntukan/RTRW 20Sertifikat 15
Surat Keterangan Tanah 10Keterangan Kepemilikan 5
4 Jarak ke Aktifitas Perikanan/Pelayanan 15< 500 m 15
500 - 1000 m 10> 1000 m 5
5 Lingkungan Sekitar 10Pelabuhan/TPI/PPI/PPP/PPN/PPS 10
Industri Perikanan 7.5Perkantoran 7.5
Perkampungan 5Perkebunan 5
Laut 5Sungai 5Hutan 2.5
6 Jenis Tanah 5Rawa 1
Tanah Urug 2Tanah Liat Lunak 2
Pasir Padat Asli 3Tanah Liat Keras 5
Berbatu 57 Kondisi Permukaan Tanah 10
Datar 10Bergelombang 7.5
Berbukit 5Curam 2.5
8 Fasilitas Pendukung 10a Ketersediaan Air Bersih 2.5
PDAM 2.5Sumur Bor 1.5
Air Layak Pakai 2.5Air Tidak Layak Pakai 1.5
b Ketersediaan Listrik 2.5PLN 2.5
Genset 1.5c Ketersediaan Akses 2.5
Jalan Perkerasan 2.5Jalan Tanah 1.5
d Telekomunikasi 2.5Jaringan Telepon
Ada 2.5Tidak 1
Koneksi InternetAda 2.5
Tidak 19 Rencana Pengembangan 10
Tidak Dimungkinkan 2Sangat Terbatas 4
Terbatas 6Dimungkinkan 8
Sangat Dimungkinkan 1010 Kemudahan Dalam Pelaksanaan Pembangunan 10
Sangat Mudah 10Mudah 7.5
Sulit 5Sangat Sulit 2.5
100 0 0Penilai:
1 Nilai 80 - 100, Langsung ditetapkan menjadi pilihan lokasi pengembangan infrastruktur pengawasan Pelaksana Identifikasi,23 Nilai 40 - 60, Ditetapkan menjadi lokasi cadangan, apabila tidak terdapat alternatif lokasi yang lain4 Nilai < 40, Mencari lokasi baru Nama
Tabel Penilaian Alternatif Calon Lahan Untuk Pengembangan Infrastruktur Pengawasan
No. Kriteria Nilai
TOTAL NILAI
Direncanakan untuk : Pembangunan .....................
Dari hasil penilaian ditetapkan LAHAN .... yang dipilih untuk pengembangan infrastruktur pengawasan ...................Kesimpulan:
Nilai 60 - 80, Dapat dipilih untuk lokasi pengembangan infrastruktur pengawasan
Keterangan:
Penilaian
NIP
TABEL A1SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA TINGGI/TERTINGGI NEGARA
72
URAIANKLASIFIKASI
KETERANGANSEDERHANA TIDAK SEDERHANA KHUSUS
A PERSYARATAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
1. Jarak Antar Bangunan minimal 3 m minimal 3 m, untuk bangunan bertingkat dihitungberdasarkan pertimbangan keselamatan, kesehatan, dan
kenyamanan.
Berdasarkanpertimbangankeselamatan, kesehatan,dan kenyamanan, sertaketentuan dalamPeraturan Daerahsetempat tentangBangunan atau RencanaTata Ruang WilayahKabupaten/Kota, atauRencana Tata Bangunandan Lingkungan untuklokasi yang bersangkutan.
2. Ketinggian Bangunan maksimum 2 lantai maksimum 8 lantai (di atas 8 lantai harusmendapat rekomendasi Menteri PekerjaanUmum3. Ketinggian Langit-langit min. 2,60 m min. 2,80 m sesuai fungsi
4. Koefisien Dasar Bangunan Sesuai ketentuan Peraturan Daerah setempat5. Koefisien Lantai Bangunan Sesuai ketentuan Peraturan Daerah setempat
6. Koefisien Dasar Hijau Sesuai ketentuan Peraturan Daerah setempat7. Garis sempadan Sesuai ketentuan Peraturan Daerah setempat8. Wujud Arsitektur sesuai fungsi &
kaidah arsitektursederhana
sesuai fungsi &kaidaharsitektur
sesuai fungsi &kaidaharsitektur9. Pagar Halaman **) Menggunakan bahan dinding batu bata/bataco (1/2 batu) , besi, baja , kayu, dan
bahan lainnya yang disesuaikan dengan rancangan wujud arsitektur bangunan.
10. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Lingkungan *)Dihitung berdasarkankebutuhan sesuai fungsibangunan danSNI/ketentuan yangberlaku.
- parkir kendaraan minimal 1 parkir kendaraan untuk 60 m2 luas bangunan gedung- aksesibiltas tersedia sarana aksesibilitas bagi penyandang cacat- drainase tersedia drainase sesuai SNI yang berlaku- pembuangan sampah tersedia tempat pembuangan sampah sementara- pembuangan limbah tersedia sarana pengolahan limbah, khususnya untuk limbah berbahaya- penerangan halaman tersedia penerangan halaman
TABEL A1SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA TINGGI/TERTINGGI NEGARA
73
NO. URAIANKLASIFIKASI
KETERANGANSEDERHANA TIDAK SEDERHANA KHUSUS
B PERSYARATAN BAHAN BANGUNAN Diupayakanmenggunakan bahanbangunan setempat/produksi dalam negeri,termasuk bahanbangunan sebagai bagiandari sistem pabrikasikomponen. Apabila bahantersebut sukar diperolehatau harganya tidaksesuai, dapat digantidengan bahan lain yangsederajat tanpamengurangi persyaratanfungsi dan mutu denganpengesahan Instansi TeknisSetempat.
1. Bahan Penutup Lantai keramik, vinil, tegel PC marmer lokal, keramik, vinil,kayu
marmer lokal, keramik, vinil,kayu
2. Bahan Dinding Luar bata, batako diplester dandicat, kaca
bata, batako diplesterdicat/dilapis keramik, kaca,
panil beton ringan
bata, batako diplesterdicat/dilapis keramik, kaca,
panil beton ringan
3. Bahan Dinding Dalam bata, batako diplester dandicat, kaca, partisi kayu lapis
bata, batako diplesterdicat/dilapis keramik, kaca,
partisi gipsum
bata, batako diplesterdicat/dilapis keramik, kaca,
partisi gipsum
4. Bahan Penutup Plafond kayu-lapis dicat gipsum, kayu-lapis dicat gipsum, kayu-lapis dicat5. Bahan Penutup Atap genteng, asbes, seng, sirap genteng keramik, aluminium
gelombang dicatgenteng keramik, aluminium
gelombang dicat
6. Bahan Kosen dan DaunPintu
kayu dicat/aluminium kayu dipelitur, anodizedaluminium
kayu dipelitur, anodizedaluminium
C PERSYARATAN STRUKTUR BANGUNANKhusus untuk daerahgempa, harusdirencanakan sebagaistruktur bangunan tahangempa.
1. Pondasi batu belah, kayu, beton-bertulang K-200
batu belah, kayu, beton-bertulang K-225 atau lebih
batu belah, kayu, beton-bertulang K-225 atau lebih
2. Struktur Lantai (khususuntuk bangunan gedungbertingkat)
beton bertulang K-200, baja,kayu klas kuat II
beton bertulang K-225 ataulebih,baja,kayu klas kuat II
beton bertulang K-225 ataulebih,baja,kayu klas kuat II
3. Kolom beton bertulang K-200, baja,kayu klas kuat II
beton bertulang K-225 ataulebih,baja,kayu klas kuat II
beton bertulang K-225 ataulebih,baja,kayu klas kuat II
4. Balok beton bertulang K-200, baja,kayu klas kuat II
beton bertulang K-225 ataulebih,baja,kayu klas kuat II
beton bertulang K-225 ataulebih,baja,kayu klas kuat II
5. Rangka Atap kayu klas kuat II, baja kayu klas kuat II, baja dilapisanti karat
kayu klas kuat II, baja dilapisanti karat
6. Kemiringan Atap genteng min. 30 , sirapmin.22.5, seng min 15
genteng min. 30 , sirapmin.22.5, seng min 15
genteng min. 30 , sirapmin.22.5, seng min 15
TABEL A1SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA TINGGI/TERTINGGI NEGARA
74
NO. URAIANKLASIFIKASI
KETERANGANSEDERHANA TIDAK SEDERHANA KHUSUS
D PERSYARATAN UTILITAS dan PRASARANA DAN SARANA DALAM BANGUNAN1. Air Bersih PAM, sumur pantek PAM, sumur pantek PAM, sumur pantek2. Saluran air hujan talang, saluran lingkungan talang, saluran lingkungan talang, saluran lingkungan3. Pembuangan Air Kotor bak penampung bak penampung bak penampung4. Pembuangan Kotoran bak penampung bak penampung bak penampung5. Bak SeptikTank & resapan berdasarkan kebutuhan berdasarkan kebutuhan berdasarkan kebutuhan6. Sarana Pengamanan thp.
Bahaya Kebakaran *)Mengkuti ketentuan dalam Kep. Meneg. PU No. 10/KPTS/2000 dan Kep. Meneg. PU
No.11/KPTS/2000, serta Standar Nasional Indonesia (SNI) yang
berlaku.7. Sumber daya listrik *) PLN, Generator (Penggunaan daya listrik harus memperhatikan prinsip hemat energi)
8. Penerangan 100-215 lux/m2, dihitung berdasarkan kebutuhan dan fungsi bangunan/fungsi ruang sertaSNI
yang berlaku
penerangan alam danbuatan
9. Tata Udara 6-10% bukaan ataudengan tata udara buatan(AC*)
6-10% bukaan ataudengan tata udara buatan(AC*)
6-10% bukaan ataudengan tata udara buatan(AC*)
dihitung sesuai SNIyang berlaku.
10. Sarana Transportasi Vertikal*)
tidak diperlukan untuk bangunan di atas 4 lantai dapat menggunakanLift sesuai SNI yang berlaku.
dihitung sesuaikebutuhan dan fungsibangunan11. Aksesibilitas bagi
penyandang cacat*)Sesuai ketentuan dalam Per.Men. PU No. 30/KPTS/2006, minimal ramp untuk
bangunan klasifikasi sederhana.12. Telepon *) sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan
13. Penangkal petir penangkal petir lokal penangkal petir lokal penangkal petir lokal
E PERSYARATAN SARANA PENYELAMATAN1. Tangga Penyelamatan
(khusus untuk bangunanbertingkat)
lebar minimal = 1, 20m ,dan bukan tanggaputar
lebar minimal = 1, 20m ,dan bukan tanggaputar
lebar minimal = 1, 20m ,dan bukan tanggaputar
jarak antartangga maksimum25 m
2. Tanda Penunjuk Arah jelas, dasar putih huruf hijau3. Pintu lebar min.=0,90 m, satu ruang minimal 2 pintu dan membuka keluar4 Koridor/selasar lebar min.=1,80 m lebar min.=1,80 m lebar min.=1,80 m
*) pembiayaannya tidak termasuk dalam standar harga satuan tertinggi per-m2, dan dianggarkan tersendiri sebagai biaya non-standar.
**) pembiayaannya tidak termasuk dalam standar harga satuan tertinggi per-m2 bangunan gedung negara, dan dianggarkan tersendiri sesuai denganharga satuan tertinggi per-m' bangunan pagar gedung negara
TABEL A2SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN RUMAH NEGARA
75
NO. URAIANKLASIFIKASI KETERANGAN
Khusus & Tipe A Tipe B Tipe C,D, dan E
A PERSYARATAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
1. Jarak Antar Bangunan minimal 3 m. untuk bangunan bertingkat dihitung berdasarkan pertimbangan keselamatan,kesehatan, dan kenyamanan.
Terutama berdasarkanketentuan dalamPeraturan Daerahsetempat tentangBangunan atauRencana Tata RuangWilayahKabupaten/Kota untuklokasi yangbersangkutan.
2. Ketinggian Bangunan3. Ketinggian Langit-langit min. 2,70 m min. 2,70 m min. 2,70 m4. Koefisien Dasar Bangunan Sesuai ketentuan Peraturan Daerah setempat5. Koefisien Lantai Bangunan Sesuai ketentuan Peraturan Daerah setempat6. Koefisien Dasar Hijau Sesuai ketentuan Peraturan Daerah setempat7. Garis sempadan Sesuai ketentuan Peraturan Daerah setempat8. Wujud Arsitektur sesuai fungsi rumah & kaidah
arsitektursesuai fungsi rumah & kaidah
arsitektursesuai fungsi & kaidaharsitektur sederhana
9. Pagar Halaman Menggunakan bahan dinding batu bata/bataco (1/2 batu), besi, baja , kayu, dan bahanlainnya yang disesuaikan dengan rancangan wujud arsitektur bangunan rumah negara.
Biayanya mengikutistandar harga satuanper-m' pagar
10. Tandon Air Bersih min. 3 m3 min. 2 m3 min. 1 m3
B PERSYARATAN BAHAN BANGUNAN
1. Bahan Penutup Lantai marmer lokal, keramik, vinil,kayu
keramik, vinil keramik, vinil, tegel PC Diupayakanmenggunakan bahanbangunan setempat/produksi dalam negeri,termasuk bahanbangunan sebagaibagian dari sistempabrikasi komponen.
2. Bahan Dinding bata, batako diplester dandicat tembok
bata, batako diplesterdan dicat tembok
bata, batako diplester dandicat tembok
3. Bahan Penutup Plafond gipsum, asbes semen/kayu-lapis dicat
asbes semen/kayu-lapis dicat asbes semen/kayu-lapis dicat
4. Bahan Penutup Atap genteng keramik berglazuur,asbes, seng, sirap
genteng, asbes, seng, sirap genteng, asbes, seng, sirap
5. Bahan Kosen dan Daun Pintu/Jendela
kayu dipelitur/dicat kayu dicat kayu dicat
TABEL A2SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN RUMAH NEGARA
76
NO. URAIANKLASIFIKASI KETERANGAN
Khusus & Tipe A Tipe B Tipe C,D, dan E
C PERSYARATAN STRUKTUR BANGUNAN1. Pondasi batu belah, kayu klas kuat/
awet II, beton-bertulangbatu belah, kayu klas kuat/
awet II, beton-bertulangbatu belah, kayu klas kuat/
awet II, beton-bertulangKhusus untuk daerahgempa, harusdirencanakan sebagaistruktur bangunan tahangempa.
2. Struktur Lantai (khusus untukbangunan gedungbertingkat)
beton bertulang K-200, baja,kayu klas kuat/awet II
beton bertulang K-200, baja,kayu klas kuat/awet II
beton bertulang K-200, baja,kayu klas kuat/awet II
3. Kolom beton bertulang K-200, baja,kayu klas kuat/awet II
beton bertulang K-200, baja,kayu klas kuat/awet II
beton bertulang K-200, baja,kayu klas kuat/awet II
4. Balok beton bertulang K-200, baja,kayu klas kuat/awet II
beton bertulang K-200, baja,kayu klas kuat/awet II
beton bertulang K-200, baja,kayu klas kuat/awet II
5. Rangka Atap kayu klas kuat/awet II, baja kayu klas kuat/awet II, baja kayu klas kuat/awet II, baja6. Kemiringan Atap genteng min. 30 , sirap
min.22.5, seng min 15genteng min. 30 , sirapmin.22.5, seng min 15
genteng min. 30 , sirapmin.22.5, seng min 15
D PERSYARATAN UTILITAS Untuk Rumah Negarayangdibangun dalam 1kompleks menggunakanseptiktank Komunal
1. Air Bersih PAM, sumur pantek PAM, sumur pantek PAM, sumur pantek2. Saluran air hujan talang, saluran lingkungan talang, saluran lingkungan talang, saluran lingkungan3. Pembuangan Air Kotor bak penampung bak penampung bak penampung4. Pembuangan Kotoran bak penampung bak penampung bak penampung5. Bak SeptikTank & resapan 6 m3 5 m3 2-4 m3
6. Sarana PengamananBahayaKebakaran *)
Mengkuti ketentuan dalam Kep. Meneg. PU No. 10/KPTS/2000 dan Standar NasionalIndonesia (SNI) yang berlaku.
7. Sumber daya listrik *) PLN, 2200-4400 VA PLN, 1350-2200 VA PLN, 450-1350 VA8. Penerangan (alam & buatan) 100-215 lux/m2 100-215 lux/m2 100-215 lux/m2
9. Tata Udara 6-10% bukaan atau dengantata udara buatan (AC)*)
6-10% bukaan 6-10% bukaan
10. Telepon *) sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan tidak disyaratkan11. Penangkal petir penangkal petir lokal penangkal petir lokal tidak disyaratkan
TABEL A2SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN RUMAH NEGARA
77
NO. URAIANKLASIFIKASI KETERANGAN
Khusus & Tipe A Tipe B Tipe C,D, dan E
E PERSYARATAN SARANA PENYELAMATAN1. Tangga Penyelamatan
(khusus untuk yangbertingkat)
lebar min.=1, 20m lebar min.=1, 20m lebar min.=1, 20m
2. Tanda Penunjuk Arah Keluar tidak dipersyaratkan tidak dipersyaratkan tidak dipersyaratkan3. Pintu lebar min.=0,90 m lebar min.=0,90 m lebar min.=0,90 m4. Koridor/selasar lebar min.=1,80 m lebar min.=1,80 m lebar min.=1,80 m
*) pembiayaannya tidak termasuk dalam standar harga satuan tertinggi per-m2, dan harus dianggarkan tersendiri sebagai biaya non-standar.
- untuk Rumah Negara klas C, D, dan E, pelaksanaan pembangunannya disamping seperti ketentuan pada tabel tersebut diatas, dibangun berdasarkan"Dokumen Pelelangan Disain Prototip Daerah Setempat" yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya atau menggunakan disain Perum Perumnasyang telah disetujui oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya.
- untuk bangunan rumah negara yang dibangun dalam bangunan gedung bertingkat banyak (rumah susun), maka ketentuan-ketentuanteknisnya mengikuti ketentuan teknis untuk bangunan gedung negara sesuai ketentuan yang berlaku.
- apabila bahan-bahan tersebut sukar diperoleh atau harganya tidak sesuai, dapat diganti dengan bahan lain yang sederajat tanpamengurangi persyaratan fungsi dan mutu dengan pengesahan Instansi Teknis Setempat.
TABEL B1PROSENTASE KOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN
SEDERHANA
BIAYA KONSTRUKSI FISIK(JUTA RP)
KOMPONENKEGIATAN
s.d.250
250s.d.500
500s.d.
1,000
1,000s.d.
2,500
2,500s.d.
5,000
5,000s.d.
10,000
10,000s.d.
25,000
25,000s.d.
50,000
50,000s.d.
100,000
100,000s.d.
250,000
250,000s.d.
500,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. PERENCANAANKONSTRUKSI(dalam %)
8.238.23s.d.
6.83
6.83s.d.
5.63
5.63s.d.
4.65
4.65s.d.
3.90
3.90s.d.
3.28
3.28s.d.
2.82
2.82s.d.
2.44
2.44s.d.
2.16
2.16s.d.
1.94
1.94s.d.
1.80
2. PENGAWASANKONSTRUKSI(dalam %)
5.355.35s.d.
4.62
4.62s.d.
3.90
3.90s.d.
3.27
3.27s.d.
2.73
2.73s.d.
2.27
2.27s.d.
1.92
1.92s.d.
1.65
1.65s.d.
1.43
1.43s.d.
1.26
1.26s.d.
1.18
3. PENGELOLAANKEGIATAN(dalam %)
14.0014.00
s.d.10.00
10.00s.d.
6.75
6.75s.d.
4.20
4.20s.d.
2.85
2.85s.d.
1.90
1.90s.d.
1.20
1.20s.d.
0.80
0.80s.d.
0.50
0.50s.d.
0.28
0.28s.d.
0.18
78
BANGUNAN GEDUNG NEGARA KLASIFIKASI SEDERHANA
TABEL B2PROSENTASE KOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN
TIDAK SEDERHANA
BIAYA KONSTRUKSI FISIK(JUTA RP)
KOMPONENKEGIATAN
s.d.250
250s.d.500
500s.d.
1,000
1,000s.d.
2,500
2,500s.d.
5,000
5,000s.d.
10,000
10,000s.d.
25,000
25,000s.d.
50,000
50,000s.d.
100,000
100,000s.d.
250,000
250,000s.d.
500,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. PERENCANAANKONSTRUKSI(dalam %)
9.009.00s.d.
7.55
7.55s.d.
6.35
6.35s.d.
5.37
5.37s.d.
4.55
4.55s.d.
3.92
3.92s.d.
3.42
3.42s.d.
3.02
3.02s.d.
2.72
2.72s.d.
2.50
2.50s.d.
2.32
2. MANAJEMENKONSTRUKSI(dalam %)atau
3. PENGAWASANKONSTRUKSI(dalam %)
7.257.25s.d.
6.20
6.20s.d.
5.25
5.25s.d.
4.50
4.50s.d.
3.80
3.80s.d.
3.25
3.25s.d.
2.80
2.80s.d.
2.48
2.48s.d.
2.19
2.19s.d.
2.00
2.00s.d.
1.89
6.006.00s.d.
5.20
5.20s.d.
4.45
4.45s.d.
3.80
3.80s.d.
3.20
3.20s.d.
2.70
2.70s.d.
2.30
2.30s.d.
2.00
2.00s.d.
1.78
1.78s.d.
1.60
1.60s.d.
1.50
4. PENGELOLAANKEGIATAN(dalam %)
16.0016.00
s.d.11.25
11.25s.d.
7.75
7.75s.d.
5.10
5.10s.d.
3.28
3.28s.d.
2.15
2.15s.d.
1.42
1.42s.d.
0.93
0.93s.d.
0.58
0.58s.d.
0.31
0.31s.d.
0.19
79
BANGUNAN GEDUNG NEGARA KLASIFIKASI TIDAK SEDERHANA
TABEL B3PROSENTASE KOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN
80
BANGUNAN GEDUNG NEGARA KLASIFIKASI KHUSUS KHUSUS
BIAYA KONSTRUKSI FISIK(JUTA RP)
KOMPONENKEGIATAN
s.d.250
250s.d.500
500s.d.
1,000
1,000s.d.
2,500
2,500s.d.
5,000
5,000s.d.
10,000
10,000s.d.
25,000
25,000s.d.
50,000
50,000s.d.
100,000
100,000s.d.
250,000
250,000s.d.
500,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. PERENCANAANKONSTRUKSI(dalam %)
9.759.75s.d.
8.20
8.20s.d.
6.89
6.89s.d.
5.85
5.85s.d.
5.00
5.00s.d.
4.35
4.35s.d.
3.85
3.85s.d.
3.45
3.45s.d.
3.10
3.10s.d.
2.90
2.90s.d.
2.75
2. MANAJEMENKONSTRUKSI(dalam %)
7.957.95s.d.
6.68
6.68s.d.
5.70
5.70s.d.
4.87
4.87s.d.
4.15
4.15s.d.
3.60
3.60s.d.
3.10
3.10s.d.
2.77
2.77s.d.
2.49
2.49s.d.
2.30
2.30s.d.
2.17
3 GIATANKEGIATAN(dalam %)
16.0016.00
s.d.11.25
11.25s.d.
7.75
7.75s.d.
5.10
5.10s.d.
3.28
3.28s.d.
2.15
2.15s.d.
1.42
1.42s.d.
0.93
0.93s.d.
0.58
0.58s.d.
0.31
0.31s.d.
0.19
1. Ruang Rapat = 40 m2
2. Ruang Studio = 4 m2/ orang (pemakai = 10% dari staf)3. Ruang Arsip = 0,4 m2/ orang (pemakai = staf)4. WC = 2 m2/ 25 orang5. Musholla = 0,8 m2/ orang (pemakai 20% dari personil
81
TABEL CSTANDAR LUAS RUANG GEDUNG KANTOR
A. RUANG KERJA
JABATANLUAS RUANG (m2)
KETERANGANRG. KERJA RG. TAMU RG. RAPAT
RG. RAPATUTAMA RG. SEKRET RG. TUNGGU RG. SIMPAN
RG.ISTIRAHAT RG. TOILET JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Menteri 28.00 40.00 40.00 140.00 58.00 60.00 14.00 20.00 6.00 406.00 Standar luasruang tersebutmerupakanacuan dasar,yang dapatdisesuaikanberdasarkanfungsi/sifat tiapeselon/jabatan.
2 Eselon IA 16.00 14.00 20.00 90.00 20.00 18.00 5.00 10.00 4.00 197.003 Eselon IB 16.00 14.00 20.00 0.00 10.00 9.00 5.00 5.00 3.00 82.004 Eselon IIA 14.00 12.00 14.00 0.00 10.00 12.00 3.00 5.00 3.00 73.005 Eselon IIB 14.00 12.00 10.00 0.00 5.00 6.00 3.00 5.00 3.00 58.006 Eselon IIIA 12.00 6.00 0.00 0.00 3.00 0.00 3.00 0.00 0.00 24.007 Eselon IIIB 12.00 6.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3.00 0.00 0.00 21.008 Eselon IV 8.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.00 0.00 0.00 10.009 Eselon V 4.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.00 0.00 0.00 6.00
10 Staf 2.20 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.20
B. RUANG PENUNJANG
82
TABEL DKETENTUAN JENIS & JUMLAH RUANG BANGUNAN RUMAH NEGARA
NO. URAIANTIPE
KETERANGANKhusus A/250 m2 B/120 m2 C/70 m2 D/50 m2 E/36 m2
1. Ruang Tamu 1 1 1 1 1 1 Di dalam hasilrancangan dimungkinkanadanya penggabunganbeberapa fungsi dalamsatu ruang, misalnyafungsi ruang duduk danruang makan.
2. Ruang Kerja 1 1 1 - - -3. Ruang Duduk 1 1 1 - - -4. Ruang Makan 1 1 1 1 1 15. Ruang Tidur 4 4 3 3 2 26. Kamar Mandi/WC 2 2 1 1 1 17. Dapur 1 1 1 1 1 18. Gudang 1 1 1 1 - -9. Garasi 2 1 1 - - -
10. Ruang Tidur Pembantu 2 2 1 - - -11. Ruang Cuci 1 1 1 1 1 1 Tidak dihitung dalam
luas bangunan standar.12. KM Pembantu 1 1 1 - - -
100
TABEL E1DAFTAR BIAYA KOMPONEN KEGIATANPEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYAKONSTRUKSI FISIK
BIAYAPERENCANAAN
KONSTRUKSI
BIAYAMANAJEMENKONSTRUKSI
BIAYAPENGAWASAN
KONSTRUKSI
BIAYAPENGELOLAAN
KEGIATAN
TOTAL BIAYAPEMBANGUNAN
1 2 3 4 5 6
250,000.00275,000.00300,000.00325,000.00350,000.00
375,000.00400,000.00425,000.00450,000.00475,000.00
500,000.00525,000.00550,000.00575,000.00600,000.00
625,000.00650,000.00675,000.00700,000.00725,000.00
750,000.00775,000.00800,000.00825,000.00850,000.00
875,000.00900,000.00925,000.00950,000.00975,000.00
1,000,000.001,025,000.001,050,000.001,100,000.001,150,000.00
1,200,000.001,250,000.001,300,000.001,350,000.001,400,000.00
20,625.0022,291.5023,886.0025,408.5026,859.00
28,237.5029,560.0030,812.5031,995.0033,107.50
34,150.0035,526.7536,872.0038,185.7539,468.00
40,718.7541,938.0043,125.7544,282.0045,406.75
46,500.0047,608.2548,688.0049,739.2550,762.00
51,756.2552,722.0053,659.2554,568.0055,448.25
56,300.0057,533.2558,758.0061,182.0063,572.00
65,928.0068,250.0070,538.0072,792.0075,012.00
13,375.0014,509.0015,606.0016,666.0017,689.00
18,675.0019,632.0020,553.0021,438.0022,287.00
23,100.0024,066.0025,014.0025,944.0026,856.00
27,750.0028,626.0029,484.0030,324.0031,146.00
31,950.0032,736.0033,504.0034,254.0034,986.00
35,700.0036,396.0037,074.0037,734.0038,376.00
39,000.0039,862.2540,719.0042,416.0044,091.00
45,744.0047,375.0048,984.0050,571.0052,136.00
35,000.0037,400.0039,600.0041,600.0043,400.00
45,000.0046,400.0047,600.0048,600.0049,400.00
50,000.0051,581.2553,075.0054,481.2555,800.00
57,031.2558,175.0059,231.2560,200.0061,081.25
61,875.0062,775.0063,600.0064,350.0065,025.00
65,625.0066,150.0066,600.0066,975.0067,275.00
67,500.0068,726.2569,930.0072,270.0074,520.00
76,680.0078,750.0080,730.0082,620.0084,420.00
319,000.00349,200.50379,092.00408,674.50437,948.00
466,912.50495,592.00523,965.50552,033.00579,794.50
607,250.00636,174.00664,961.00693,611.00722,124.00
750,500.00778,739.00806,841.00834,806.00862,634.00
890,325.00918,119.25945,792.00973,343.25
1,000,773.00
1,028,081.251,055,268.001,082,333.251,109,277.001,136,099.25
1,162,800.001,191,121.751,219,407.001,275,868.001,332,183.00
1,388,352.001,444,375.001,500,252.001,555,983.001,611,568.00
83
2013DIREKTORAT PEMANTAUAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
DIREKTORAT JENDERAL PSDKP
Top Related