PERMADANI PERANG KHAS AFGHANISTAN PADA
AKHIR ABAD KE-20
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)
Oleh
Suci Kismayanti
NIM: 1112022000084
PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
ABSTRAK
Suci Kismayanti
Permadani Perang Khas Afghanistan Pada Akhir Abad Ke-20
Permadani perang merupakan permadani modern Afghanistan yang terkenal
pada akhir abad ke-20. Sejak awal abad ke-20, secara geo-politik, Afghanistan
sudah menjadi wilayah yang diperebutkan antara dua negara Adikuasa – Inggris
dan Jerman, kemudian Soviet dan Amerika, mulai dari Perang Dunia I hingga
akhir abad ke-20. Afghanistan, dahulu dikenal sebagai Khurasan, merupakan
negeri yang kaya dengan sejarah kebudayaan masa klasik dari bangsa Aryana.
Dan adanya permadani perang pada akhir abad ke-20 tersebut ternyata dapat
membantu kehidupan perekonomian masyarakat Afghanistan sebagai pengungsi
di Iran dan Pakistan, sekaligus menarik banyak perhatian dan kekaguman dari
para pedagang dan pecinta seni di pasar internasional.
Penelitian skripsi ini menggunakan metode eksploratif-historis yang
bertujuan untuk merekonstruksi, memperdalam, dan menelaah kembali kejadian
masa lampau secara objektif dan sistematis. Dari segi analisis, penelitian ini
bersifat kualitatif. Sedangkan jika dilihat dari objek yang diteliti, penelitian ini
menggunakan penelitian kepustakaan yang menggunakan sumber tertulis seperti
buku, jurnal dan dokumen lainnya yang mendukung. Berdasarkan penjelasan
tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan ekonomi-politik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa permadani perang ternyata sudah ada
sejak awal abad ke-20, yang didasarkan pada pendapat Helfgott bahwa pada akhir
abad ke-19 sudah ada permintaan karpet dari pasar Eropa. Permadani perang
merupakan permadani jenis baru yang berbeda dari permadani Asia pada
umumnya. Sedangkan, istilah permadani perang itu baru muncul bersamaan
dengan situasi politik dan ekonomi di Afghanistan yang tidak menentu sejak
pendudukan Soviet 1979-1989.
Kata kunci: permadani perang, pasar internasional, motif, desain
ABSTRACT
Suci Kismayanti
War Rug Afghanistan in the end of 20th Century
The war rug is a well-known modern Afghanistan‘s rug in the end of 20th
century. Since the beginning of 20th century, on geo-politic scale, Afghanistan
had become a disputed territorial between two superior states – Britain and
German, then Soviet and America, start from World War I until the end of 20th
century. Afghanistan, known as Khorassan, is a land full of cultural history from
classic period of Aryana. The existence of war rug in the end of 20th century had
supported economic life of refugees from Afghanistan in Iran and Pakistan, while
attracting attention and admiration from traders and art connoisseurship in
international market scale.
This thesis used explorative-historical method which aims to reconstruct,
deepen, and re-analyze past events objectively, and systematically. From
analytical view, this research is qualitative. From object under study view, this
thesis used literature research using written sources, such as books, journals, and
supported documents. Therefore, this research used economy-political.
The result indicates that war rugs had existed since the beginning of the 20th
century as based on Helfgott‘s opinion by the end of 19th century that there was
already a demand for the carpet from the European market. The war rug is a new
type rug that different from others oriental rugs. Meanwhile, the term of war rug
was emerging along with the political and economic situation in Afghanistan that
has been uncertain since the Soviet occupation of 1979-1989.
Key words: war rug, international market, motif, design
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur disampaikan kepada Allah swt. atas rahmat dan
inayah-Nya, serta shalawat dan salam pada nabi Muhammad saw beserta
keluarga, sahabat, dan para pengikutnya bahwa penulisan skripsi untuk mendapat
gelar akademik dalam bidang Sarjana Sejarah dan Kebudayaan Islam berjudul
“Permadani Perang Khas Afghanistan pada Akhir Abad ke-20,” ini dapat
diselesaikan. Meskipun penulis sadar betul akan banyaknya kekurangan dalam
karya ini. Penuis berkeyakinan karya ini dapat bersumbangsih bagi siapa saja
yang ingin bergelut pada dunia penelitian, khususnya bagi mereka yang
memfokuskan kajian pada seni tenun permadani perang di Afghanistan.
Layaknya peristiwa sejarah yang penyebabnya tidak tunggal, begitupun
halnya dengan perjuangan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Tidak bisa
dinafikan bahwa penulis bukan satu-satunya aktor sentral, namun di balik usaha
dan kerja keras penulis terdapat orang-orang yang rela meluangkan waktu untuk
membantu. Maka dengan niatan suci yang terpatri kuat dalam sanubari, penulis
sampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Sukron Kamil, MA selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora,
dan para wakil dekannya.
3. H. Nurhasan, MA selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam.
4. Solikhatus Sa‘diyah, M.Pd selaku sekretaris Jurusan Sejarah dan Kebudayaan
islam yang telah bersabar mengurusi semua administrasi yang penulis
butuhkan.
5. Dr. Hj. Tati Hartimah, MA selaku dosen pembimbing yang terus memberikan
arahan, masukan, dan perhatiannya selama penulis menyusun skripsi ini.
6. Dr. Saidun Derani, MA selaku dosen Pembimbing Akademik dalam
memberikan wejangan dan motivasi yang akademis selama menjadi
mahasiswa.
7. Dr. Amelia Fauzia, MA selaku dosen penguji I yang telah memberikan kritik
dan saran yang membangun dalam perbaikan skripsi.
8. Dr. Awallia Rahma, MA selaku dosen penguji II yang telah memberikan
kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan skripsi.
9. H. Abdul Rozak dan Pupung Tjardiah selaku orang tua penulis. Terima kasih
atas motivasi, kesabaran, cinta, dan pengorbanan tanpa pamrih yang telah
diberikan. Selain itu, terimakasih untuk keluarga besar kakek H. Mustofa
Ro‘if atas doa, nasihat dan dukungannya. Dan teruntuk ketiga adikku yang
tercinta, Akbar, Latifah, dan Ikbal. Terima kasih telah menjadikan rumah
sebagai tempat bersenda gurau, bertukar pikiran dan penyejuk hati.
10. Sakinah Mawaddah Warrahmah, Titi Maria Ulfah, Merindu Fitriani, Fitriana,
Tety Nurjanah, Hikmatul Bilqis, Irma Fauziah, Nursilam, dan Akibun Najih,
sebagai teman seperjuangan pada perkuliahan selama mengambil konsentrasi
Timur Tengah.
11. Durrotul Muazzah, Andini Rachmalia, Dede Delfiah, Agidia Oktaviani, dan
kawan lainnya di kelas Asia Tenggara. Terima kasih untuk kalian yang telah
memberikan canda-tawa dalam bertukar pikiran menemukan ide dan gagasan
baru.
12. Rizki Nurdia Astuti sebagai teman yang ternyata sevisi dalam berorganisasi
dalam Senat Mahasiswa Fakultas, PSM UIN Jakarta, dan KKN Bebas 2015.
Dan khususnya, Faizal Darmawan, Marsella Putri Amalia dan Zakiatul
Isnaeni yang telah berbaik hati dalam bertukar pikiran selama KKN.
13. Terimakasih kepada kawan-kawan FLP Ciputat, PSM UIN Jakarta, SEMA
FAH UIN Jakarta 2015, PPB #9 dan Seleksi PPAN Tingkat Provinsi DKI
Jakarta.
14. Dan untuk semua kawan-kawan yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu
selama berjuang sebagai akademisi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam
penyelesaian karya ini.
Jakarta, 03 Juli 2017
Suci Kismayanti
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
ABSTRACT ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR ISTILAH.......................................................................................... vi
DAFTAR SINGKATAN.................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................... 6
1. Pembatasan Masalah .............................................................. 8
2. Rumusan Masalah .................................................................. 9
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 9
E. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 10
F. Kerangka Teori ............................................................................. 15
G. Metode Penelitian ......................................................................... 17
H. Sistematika Penulisan ................................................................... 19
BAB II AFGHANISTAN ABAD KE-20 ........................................................ 21
A. Sejarah Singkat Terbentuknya Afghanistan ................................. 21
B. Kondisi Dalam dan Luar Negeri Afghanistan .............................. 23
C. Amerika, Afghanistan, dan Soviet ................................................ 30
BAB III EKONOMI AFGHANISTAN .......................................................... 35
A. Ragam Kegiatan Ekonomi Afghanistan ....................................... 38
B. Ekspor-Impor Afghanistan ........................................................... 42
C. Pemasaran dan Rute Transportasi Afghanistan ............................ 46
D. Kerjasama Afghanistan dan Negara Lain ..................................... 49
BAB IV PERMADANI PERANG AFGHANISTAN .................................... 52
A. Seni (Permadani) dalam Islam ...................................................... 53
B. Sejarah Singkat Permadani ........................................................... 55
C. Klasifikasi Permadani Asia ........................................................... 58
D. Permadani Perang Afghanistan ..................................................... 63
1. Faktor Munculnya Permadani Perang ..................................... 66
2. Motif dan Desain Permadani Perang ...................................... 71
3. Transformasi Motif Perang ..................................................... 79
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 82
A. Kesimpulan ................................................................................... 82
B. Saran ............................................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 85
LAMPIRAN ...................................................................................................... 92
DAFTAR ISTILAH
Anglo-Afghan Perang Afghan dengan kerajaan Inggris ini terjadi
pada tahun 1839-1842 (Anglo-Afghan I), 1878-
1880 (Anglo-Afghan II), dan 1919 (Anglo-
Afghan III) sebagai bentuk penolakan pengaruh
dan perluasan wilayah dari Inggris di wilayah
Afghanistan
Ekumenis Sifat mewakili seluruh dunia Kristen
Insiden Panjdeh Peristiwa pertempuran yang terjadi tahun 1885
ketika pasukan Rusia merebut teritori di
Afghanistan Utara berbatasan dengan
Turkmenistan di selatan Sungai Oxus disekitar
oasis di Panjdeh
Karakul Domba asli Asia Tengah dan Asia Barat
Kurator Pengurus atau pengawas museum
Pakta Baghdad Organisasi perjanjian Timur Tengah atau dikenal
dengan istilah CENTO (1955-1979). Anggotanya
terdiri dari Turki, Iran, Irak, Pakistan, Amerika
Serikat dan Kerajaan Inggris.
Persepolis Kota kuno yang menjadi ibukota dari dinasti
Achaemenid. Persepolis merupakan nama Persia
kuno, sedangkan sekarang dikenal sebagai Takht-
e Jamshīd atau Takht-i Jamshīd
Plebisit Pemungutan suara umum di suatu daerah untuk
menentukan status suatu daerah
Timur Jauh/ Far East Istilah yang digunakan untuk merujuk pada
wilayah Asia Timur, termasuk China, Jepang,
Korea, dan beberapa wilayah di sekitarnya
DAFTAR SINGKATAN
ANZUS Australia, New Zeland, United States Security
CENTO Central Treaty Organization
CIA Central lntelligence Agency
FAO Food and Agriculture Organization
ICAO International Civil Aviation Organization
ILO International Labour Organization
NATO North Atlantic Treaty Organization
PBB Persatuan Bangsa-Bangsa
UNESCO United Nations Educational, Scientific and
Cultural Organization
USSR Union of Soviet Socialist Republics
WHO World Health Organization
WAR RUG
Henri Cole (1956)
The pony and the deer are trapped by tanks,
and the lady with the guitar is sad beyond words.
Hurtling across the sky, a missile has mistaken
a vehicle for a helicopter, exploding in a ball
of white flame. Upside-down birds—red specks
of knotted wool—glow above the sideways trees.
Hidden among plants, a barefooted boy waits—
like the divine coroner—aiming his rifle at something,
enjoying the attentions of a gray doggy, or maybe
there‘s a bullet already in his head.
Sumber: “Academy of American Poets”
(www.poets.org/poetsorg/poem/war-rug)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah penting dari peperangan dunia pada abad ke-20, tercatat dalam
tiga peristiwa besar, yaitu Perang Dunia I (1914-1918), Perang Dunia II (1939-
1945) dan Perang Dingin (1950-1990). Kekuatan dominan dari Perang Dunia I,
berada pada Inggris, Perancis, Jerman, dan sekutu-sekutunya. Dan sejak
berakhirnya Perang Dunia II, terdapat dua kekuatan besar yang terlahir, yaitu
Amerika dan Uni Soviet sebagai negara adidaya, serta terbentuknya blok-blok
yang menjurus pada arah Perang Dingin.
Perang Dingin didukung dengan adanya penemuan senjata nuklir dalam
perlombaan ruang angkasa. Tidak hanya senjata nuklir, perkembangan bom juga
mengalami peningkatan. Pada masa ini disebut juga sebagai masa peralihan dari
abad 20 dengan munculnya negara-negara sosialis dan beberapa negara yang baru
berkembang di dunia.1 Dan berdasarkan perihal di atas, penulis mengkategorikan
masa puncak peralihan tersebut seperti yang dikemukakan oleh Rollo May,
sebagai abad kecemasan (the age of anxiety2).
1 Rustam E. Tamburaka, Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat,
dan Iptek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.46. 2 Abad kecemasan merupakan akibat negatif yang ditimbulkan dari adanya kepesatan ilmu
dan teknologi, sehingga terjadilah krisis ruhani, kehampaan, dan kelaparan spiritual, serta
kecemasan-kecemasan yang selalu bergejolak dalam diri manusia. Lihat Faisal Ismail, Paradigma
Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi Historis (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996),
h.169.
Dampak peperangan pada abad ke-20 tidak hanya dialami oleh negara
antar Blok3 (Barart dan Timur) yang berseteru, tetapi juga dialami oleh salah satu
negara penyangga seperti Afghanistan4. Negara penyangga (Afghanistan) ini sejak
kemerdekaan tahun 1919 (secara de jure) tetap menjaga sikap politiknya yang
netral dengan tradisi bi-tarafi (tradisi yang tidak memihak). Sikap politiknya itu
sudah ditunjukkan oleh Afghanistan saat Inggris ingin menginvasi Afghanistan
pada tahun 1838, sehingga menimbulkan perang pertama dengan masyarakat sipil
yang dikenal sebagai Anglo-Afghan I.5
Secara ekonomi, Afghanistan merupakan salah satu jalur strategis di
sepanjang jalur sutra (silk road6). Perdagangan melalui rute jalur sutra sudah ada
jauh sebelum kehadiran Islam di Saudi Arabia. Menurut para arkeolog, bukti
adanya perdagangan internasional7 di bagian Timur itu sudah ada sejak 2.700 SM.
3 Blok Barat dikomandoi oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Hal ini terlihat saat terjadinya
perang dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. Lihat L. Carl Brown (Ed.), Diplomacy in the
Middle East: The International Relations of Regional and Outside Power (London & New York:
I.B. Tauris & Co Ltd., 2004), h.80. 4 Afghanistan merupakan sebuah negara di Asia Tengah yang berbatasan langsung dengan
Iran, Turkmenistan, Uzbekistan, Tajikistan, China, dan Pakistan. Penduduknya sekitar 75%
merupakan Islam Sunni. Lihat Peter F. Stone, Oriental Rugs: An Illustrated Lexicon of Motifs,
Materials, and Origins, (North America, Latin America & Europe: Tutle Publishing, 2013), h.17. 5 Hasan Kakar, ―The Fall of the Afghan Monarchy in 1973,‖ International Journal of Middle
East Studies, vol.9, no.2 (April 1978), h.195. 6 Silk Road (atau jalur sutra) sebagai rute tunggal di gurun Asia Tengah, yang sebenarnya
merupakan rute perdagangan yang kompleks antara daratan dan maritim yang menghubungkan
Asia, Timur Tengah dan Eropa. Istilah Silk Road mulai diciptakan pada tahun 1877 oleh
penjelajah Jerman dan sekaligus seorang yang ahli geografi Baron Ferdinand von Richthofen.
Lihat Utah Museum of Fine Arts, ―The Silk Road,‖ UMFA (Utah Museum of Fine Arts), 2009, h.3.
Tersedia di http://centralpt.com/upload/417/10213_silkroadlessons.pdf, akses 10 Mei 2016, 15:03. 7 Salah satu potret perdagangan internasional yang dicatat dalam Al-Quran adalah
perdagangan Quraisy, yang termaktub dalam QS. Al-Quraisy. Mereka mampu menjadi pemain
global dalam perdagangan internasional meskipun dengan segala keterbatasan sumber daya alam
di negerinya. Menurut Hendri Tanjung bahwa Islam telah menerapkan konsep perdagangan
internasional itu sudah jauh sebelum adanya teori perdagangan internasional yang ditemukan di
Barat. Konsep itu ditemukan oleh Abû ‗Ubaid bin Salâm bin Misîn bin Zaid Al Azdi (lahir tahun
774 M dan wafat 838 M), yang merupakan orang pertama yang memotret kegiatan perekonomian
di zaman Rasulullah saw., khulafaur Rasyidin, para sahabat dan para tabi‘in. Pemikirannya itu
dapat dilihat dalam kitabnya, Al Amwâl, yang ditulisnya hampir 1000 tahun sebelum teori Adam
Dan Afghanistan menjadi salah satu rute perdagangan internasional yang tercatat
sudah ada sejak 5.000 tahun yang lalu,8 yang dahulu negara tersebut terkenal
dengan perdagangan timahnya9.
Dalam hal kebudayaan, Afghanistan memiliki banyak ragam warisan
budaya yang dapat ditelusuri hingga saat ini. Warisan budaya itu menunjukkan
adanya persamaan budaya dengan bangsa Indo-Eropa. Pengaruh Indo-Eropa
tersebar di sebagian besar wilayah Asia Tengah bagian selatan, yang merupakan
bangsa Indo-Eropa keturunan Iran saat ini.10
Ragam warisan budaya Afghanistan
yang bersifat kesenian itu dapat ditelusuri melalui berbagai kegiatan yang ada di
masyarakat, seperti seni lukis cat minyak, musik instrumental, puisi, legenda
cerita rakyat, kerajinan kulit, dan juga kerajinan seni dalam membuat permadani.11
Pembahasan khusus mengenai permadani Afghanistan yang menjadi salah
satu komoditas terkenal di Afghanistan ini sudah ada sejak ribuan tahun yang
lalu,12
atau lebih tepatnya jauh sebelum masa keemasan permadani tenun di
Smith (1723-1790) dicetuskan. Selain itu, pembahasan mengenai perdagangan internasional dalam
Islam juga telah dituliskan sebelum Abû ‗Ubaid yaitu oleh Abû Yûsuf (w.182 H/798 M) melalui
bukunya Al Kharâj. Lihat Atep Hendang Waluya, ―Perdagangan Internasional Dalam Islam‖
dalam ―Ekonomi Islam,‖ Majalah Tabligh, vol.14, no.4 (Mei, 2016), h.55. 8 Ajat Sudrajat, ―Koneksi Perdagangan Mediterania: Interaksi Dunia Islam dan Eropa Kristen
Abad Pertengahan,‖ Istoria, vol.1, no.2 Maret (2006), h.7. 9 Timah merupakan salah satu komoditas penting, karena sebagai bahan pokok dalam
produksi perunggu. Logam campuran perunggu ini dibentuk di Mediternia Timur pada 3000 tahun
SM, dan telah menyebabkan terjadinya revolusi ekonomi, peradaban dan kemakmuran. Pada masa
itu hanya ada dua daerah penghasil timah, yaitu Afghanistan dan Anatolia. Timah Anatolia, di
samping untuk memenuhi kebutuhan lokal, juga untuk mengekspor sisa yang berlebih.
Meningkatnya permintaan terhadap timah tersebut menyebabkan jalan menuju ke Afghanistan
dikenal sebagai Jalan Timah (Tin Road). Lihat Sudrajat, ―Koneksi Perdagangan Mediterania,‖ h.7. 10
Shaista Wahab and Barry Youngerman, A Brief History of Afghanistan (New York: Facts
on File, Inc., 2007), h.35-38. 11
Nancy Hatch Dupree, ―Cultural Heritage and National Identity in Afghanistan,‖ Third
World Quarterly, vol.23, no.5 (Oktober 2002), h.979. 12
Adam Pain dan Moharram Ali, ―Understanding Markets in Afghanistan: A Case Study of
Carpets and The Andkhoy Carpet Market,‖ Afghanistan Research and Evaluation Unit (AREU),
h.6.
bawah pemerintahan Safawi (1500-1722). Sedangkan, penemuan permadani
paling awal telah diekskavasi di Pazyryk di Pegunungan Altai, Siberia Selatan.
Permadani itu dikenal sebagai permadani Pazyryk yang dibuat saat pangeran
Sycthian berkuasa di kerajaan (550-330 SM). Kemudian pembuatannya itu
dilanjutkan oleh kerajaan Sasanid hingga datangnya peradaban Islam pada abad
ke-7 M.13
Secara geografis, permadani Afghanistan juga dikenal dengan nama
permadani Turan, yang merupakan salah satu permadani asli Persia (the genuine
Persians), selain permadani Iran. Turan merupakan istilah yang merujuk pada
wilayah di antara Rusia Selatan dan Afghanistan (bagian) Timur, sedangkan Iran
ialah wilayah di antara Afghanistan (bagian) Barat dan Kerajaan besar Persia.14
Namun sejak abad ke-20, masyarakat lebih mengenalnya sebagai permadani
Afghanistan, yang memiliki banyak persamaan dengan permadani Iran, baik dari
segi desain, teknik maupun motif yang digunakan.
Dahulu, permadani Afghanistan terkenal dengan nama permadani Asfahan
(Ispahan), lalu permadani Khurasan, dan saat ini terkenal dengan nama permadani
Afghan/Afghanistan.15
Permadani Afghanistan merupakan bagian dari permadani
Asia – memiliki tiga jenis utama, yaitu permadani suku nomad, Persia, dan
Smyrna (atau Turki). Permadani nomad merupakan permadani yang diproduksi
dari suku-suku nomaden di Asia Tengah, seperti Afghanistan, Beluchistan,
13
Brian Spooner, ―Afghan Wars, Oriental Carpets, and Globalization,‖ Penn Museum, vol.53,
no.1 Expedition, h.12. 14
L. Baumann, ―The Genuine Persian Rug,‖ The Melliand Textile Monthly, vol.3, no.7
(Oktober, 1931), h.567. 15
Abdul Baqi Banwal, ―Status and Prospects for Afghanistan‘s Industries: Sectoral Study on
Handy-crafts with Emphasis on Carpet Weaving,‖KAS Office, Kabul (2005), h.4.
Bukhara, Turkistan, Kaukasus, Kurdistan, Luristan, dan Persia Selatan.16
Sedangkan suku nomad Afghanistan yang menjadi produsen utama permadani
Afghanistan ialah suku Baluch (Baloch), Hazara, Zakini, Taimani, dan Turkmen
(Turkoman).17
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa permadani
Afghanistan merupakan permadani tenun yang dibuat oleh suku nomad di Asia
Tengah yang memiliki pengaruh asli dari Persia.
Permadani tenun merupakan salah satu kegiatan kerajinan tangan, yang
menempati urutan terbesar kedua setelah pertanian (utama: kapas) di
Afghanistan.18
Permadani tenun sudah digunakan oleh para perempuan sebagai
media ekspresi untuk mengungkapkan perasaan, serta merekam kekerasan dan
peperangan yang terdapat di lingkungan sekitar mereka.19
Menurut salah seorang
kepala seni dekorasi di Nickle Arts Museum, Michele Hardy mengatakan bahwa
nilai budaya berupa simbol dari permadani dan tekstil merupakan suatu media
ekspresi dan kritikan (dari gambar yang ditampilkan) terhadap suatu peperangan
yang dilakukan oleh pihak Barat karena telah merubah ekonomi-politik di
negaranya.20
Permadani perang Afghanistan merupakan istilah yang muncul di
kalangan masyarakat dalam penamaan permadani buatan Afghanistan. Istilah
tersebut berdasarkan karena motif senjata perang yang terkenal di pasar
16
L. Baumann, ―The Genuine Persian Rug,‖ The Melliand Textile Monthly, vol.3, no.10
(Januari, 1932), h.847. 17
―Afghan Rugs: The Contemporary Art of Central Asia,‖ dalam BOCA Museum of Art (3
Mei-27 Juli, 2014), h.6. 18
Alexandre Dastarac dan M. Levant, ―What Went Wrong in Afghanistan,‖ MERIP Reports,
no.89 (Juli-Agustus, 1980), h.5. 19
Gabrielle Niu, ―Rugs and Facebook: ―Battleground War Rugs from Afghanistan,‖ akses 21
September 2016 dari http://www.penn.museum/blog/museum/web/rugs-and-facebook, 05:00 20
Michele Harady dan Robert Fyke, ―Made in Afghanistan: Rugs and Resistance (1979-
2005),‖ Report the Nickle Arts Museum (25 Februari-31 Mei, 2006).
internasional pada akhir abad ke-20 atau sejak adanya invasi Soviet di
Afghanistan. Saat invasi Soviet, banyak masyarakat Afghanistan khususnya suku
Baluch, Turkmen, dan Hazara yang mengungsi di negara tetangganya, yang
sebagian besar berada di wilayah Iran dan Pakistan.21
Kemunculan permadani perang Afghanistan tersebut berdampak pada
meningkatnya minat pasar internasional, yang lebih menyukai desain baru dengan
motif perang pada permadani perang Afghanistan. Hal itu terlihat dari banyaknya
pengadaan pameran permadani perang di dunia internasional. Salah satunya ialah
seorang dealer Italia, Luca Brancati yang mengadakan pameran dengan
menunjukkan 80 buah permadani perang Afghanistan di Turin (1988), dan
pameran selanjutnya berada di Amerika dan Eropa pada tahun 1989.22
Secara
ekonomi, permadani perang Afghanistan tidak hanya menarik perhatian para
pecinta permadani (oriental rugs) di pasar internasional, namun juga dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat Afghanistan yang mengungsi di
wilayah Iran dan Pakistan.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Dari latar belakang pemikiran di atas, penulis menarik inti dari sejumlah
data dan pendapat yang telah dikemukakan oleh beberapa tokoh mengenai kajian
permadani perang Afghanistan yang menjelaskan bahwa permadani tersebut
diperkirakan sudah ada sekitar awal abad ke-20. Hal tersebut diperjelas
berdasarkan artikel Spooner, ―Afghan Wars, Oriental Carpets, and Globalization,‖
21
William Charland, ―War Rugs: Woven Documents of Conflict and Hope,‖ Instructional
Resources, Art Education (November, 2011), h.28. 22
Spooner, ―Afghan Wars, Oriental Carpets, and Globalization,‖ h.17-18.
yang menampilkan sebuah permadani Persia yang ditenun sekitar tahun 1920-an,
yang digambarkan dengan suasana pemandangan kota dan sebuah pesawat besar
pada saat Perang Dunia I.23
Bonyhady juga menjelaskan dalam artikelnya ―The
Rugs of War: Out of Afghanistan,‖ bahwa suku baluch Afghanistan telah
membuat sebuah permadani pada tahun 1934 dengan gambar tiga geisha dan
terdapat pesawat terbang di setiap sisi permadani tersebut.24
Dan diperjelas lagi pada pendapat Helfgott dalam bukunya Ties That Bind:
A Social History of the Iranian Carpet, yang menjelaskan bahwa terdapat suatu
permintaan baru dari pasar Eropa ke seluruh wilayah Iran dalam pembuatan karpet
bom (the carpet boom) pada kurun waktu perempat abad akhir dari abad ke-19.25
Penjelasan Helfgott dapat digali lebih dalam lagi melalui tulisan Baumann, ―The
Genuine Persian Rug,‖ bahwa permadani Afghanistan merupakan bagian dari
permadani asli Persia.26
Dari semua penjelasan tersebut, dapat diperjelas lagi dari pendapat Stone
dalam bukunya, Oriental Rugs: An Illustrated Lexicon of Motifs, Materials, and
Origins, yang menjelaskan bahwa permadani Afghanistan itu ditenun oleh
penduduk asli suku Pashtun Afghan dan suku Turkmen yang kebanyakan
bermigrasi ke Afghanistan pada tahun 1920-an.27
Dan diketahui dalam artikel
―Industrial Arts: Oriental Rugs‖ bahwa permadani suku Turkoman yang berasal
23
Spooner, ―Afghan Wars, Oriental Carpets, and Globalization,‖ h.14. 24
Tim Bonyhady dan Nigel Lendon, The Rugs of War (Canberra: Australian National
University School of Art Gallery, 2003), h.6. 25
Leonard M. Helfgott, Ties That Bind: A Social History of The Iranian Carpet (Washington:
Smithsonian Institution Press, 1994), h.16. 26
Baumann, ―The Genuine Persian Rug,‖ vol.3, no.7, h.567. 27
Stone, Oriental Rugs ..., h.17.
dari bagian barat Asia Tengah ini terbagi menjadi tiga jenis, dan salah satunya
ialah permadani baluch atau Baluchistan.28
Dan dari penjelasan di atas, kita juga dapat mengetahui bahwa permadani
perang Afghanistan tidak secara kebetulan muncul bersamaan dengan adanya
invasi dan pendudukan Soviet di Afghanistan pada akhir abad ke-20. Namun,
terdapat beberapa tahapan proses yang dilalui hingga menjadi terkenal pada akhir
abad ke-20. Selain itu, permadani perang memiliki keunikan tersendiri yang
terlihat dari adanya perpaduan motif antara motif tradisional dan motif perang,
dan secara tidak langsung motif pada permadani perang itu mendapatkan
pengakuan dari masyarakat luas secara internasional bahwa permadani perang itu
memang berasal dari Afghanistan.
1. Pembatasan Masalah
Penelitian ini memberikan fokus utama pada pembahasan mengenai
permadani perang Afghanistan pada akhir abad ke-20 melalui beragam
penyajian sejumlah gambar permadani perang baik berupa motif perang
maupun desain yang digunakan. Selain itu, terdapat pernyataan dan
pembahasan khusus mengenai faktor kemunculannya, serta penjelasan umum
mengenai motif perang dan transformasinya yang digunakan, seperti motif
tradisional boteh yang bertransformasi menjadi motif perang berupa granat.
Adapun penjelasan mengenai perekonomian dan perpolitikan di Afghanistan
yang dibahas pada penulisan ini hanya digunakan sebagai penguat dan
perpaduan dalam penulisan alur sejarah permadani perang khas Afghanistan.
28
―Industrial Arts: Oriental Rugs,‖ h.15.
2. Rumusan Masalah
Masalah pokok dalam penelitian ini adalah kejelasan alur sejarah
mengenai permadani perang Afghanistan – ―Apakah benar permadani perang
itu muncul pada akhir abad ke-20 saat invasi Soviet di Afghanistan?‖
Berdasarkan judul dan latar belakang di atas, penulis merumuskan perincian
masalah sebagai fokus kajiannya, yaitu sebagai berikut:
1. Hubungan politik Afghanistan sebagai kausalitas munculnya permadani
perang Afghanistan
2. Hubungan ekonomi Afghanistan sebagai dampak politik Afghanistan
pada abad ke-20
3. Sejarah, motif dan desain permadani perang khas Afghanistan
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan utama yaitu untuk mengetahui sejarah
permadani perang khas Afghanistan pada akhir abad ke-20. Adapun tujuan secara
spesifik dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui ragam kegiatan perekonomian di Afghanistan.
2. Mengetahui komoditas utama ekspor-impor Afghanistan.
3. Mengetahui sejarah permadani perang Afghanistan.
4. Mengetahui motif dan desain permadani perang Afghanistan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini pun diharapkan memiliki manfaat dalam hal:
1. Edukasi, tulisan ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai
ragam kegiatan perekonomian dan komoditas utama ekspor-impor
Afghanistan terutama dalam permadani perang Afghanistan serta berbagai
motif perang yang digunakan.
2. Referensi, tulisan ini diharapkan menambah khazanah penelitian dan mampu
menjadi pendorong bagi peneliti-peneliti lainnya untuk mengeksplor lebih
lanjut serta dapat dilakukan pendalaman sejarah melalui berbagai culture
yang ada dalam berbagai bentuk seni yang indah dan menarik, seperti
permadani perang Afghanistan.
E. Tinjauan Pustaka
Studi yang berkaitan dengan permadani perang Afghanistan belum banyak
yang mengkajinya secara mendetail, dan hanya beberapa jurnal dari para pecinta
seni dan kurator museum yang menjelaskan secara singkat mengenai permadani
perang Afghanistan. Kajian permadani perang merupakan suatu kajian baru yang
lahir pada akhir abad ke-20. Maka dari itu, penulis mencari beberapa literatur
secara mendalam mengenai permadani perang melalui penelusuran di JSTOR,
google, google scholars, dan manuskrip online. Dan penulis mendapatkan
sejumlah literatur berupa jurnal-jurnal pendukung tentang permadani perang
Afghanistan. Berikut ini beberapa literatur yang dijadikan tinjauan pustaka:
1. Rugs of the Orient29
(1911) karya C.R. Clifford ini hanya membahas
mengenai kronologi sejarah dan pengidentifikasian permadani suku
Turkoman yang saat ini tersebar di negara Kaukasus, Turkestan, Afghanistan,
dan Baluchistan. Manuskrip ini juga hanya mengulas secara singkat
kronologis sejarah Mongol, Turkoman, dan Ottoman.
2. Facts about Oriental Rugs30
(1931) karya Charles W. Jacobsen ini hanya
membahas klasifikasi permadani antik dan permadani modern, serta
penjelasan motif dan desain umum permadani tradisional yang sering
digunakan secara umum, tanpa suatu penjelasan mengenai sejarah asal usul
permadani tersebut.
3. Artikel ―The Genuine Persian Rug‖31
(1931) karya L. Baumann ini hanya
membahas seputar permadani asli Persia. Karyanya ini juga membahas secara
singkat tentang sejarah permadani Asia (oriental rugs), serta memberikan
sedikit penjelasan mengenai klasifikasi wol domba yang digunakan dalam
penenunan permadani Persia.
4. Artikel ―The Genuine Persian Rug‖32
(1932) karya L. Baumann ini hanya
menjelaskan lebih rinci tentang perbedaan permadani Asia dan permadani
Persia berdasarkan wilayahnya.
5. Oriental and Occidental Rugs: Antique & Modern33
(1937) karya Rossa Bele
Holt ini hanya membahas karakteristik permadani secara singkat berdasarkan
29
C.R. Clifford, Rugs of the Orient (N.Y.: Clifford & Lawton, 1911). Akses online pada 07-
13 Desember 2016 melalui https://catalog.hathitrust.org/Record/001471203. 30
Charles W. Jacobsen, Facts about Oriental Rugs (N.Y.: The DU BOIS Press, 1931). Akses
online pada 07-13 Desember 2016 melalui https://catalog.hathitrust.org/Record/009127969. 31
Baumann, ―The Genuine Persian Rug,‖ vol.3, no.7, h.567-570. 32
Baumann, ―The Genuine Persian Rug,‖ vol.3, no.10, h.847-851.
wilayah asalnya, seperti permadani Afghanistan, Turkoman, Kaukasia, dan
lain sebagainya. Selain itu, karya ini juga menjelaskan beberapa hal mengenai
perbedaan penggunaan teknik dalam menenun antara Turki dan Persia, motif,
desain dan makna umum dari simbol tradisional yang biasa digunakan, seperti
tree of life yang berarti pengetahuan, pedang yang berarti kekuatan, dan lain
sebagainya.
6. Afghan Progress in the Third Year of the Plan (1959) dan Afghan Progress in
the Fourth Year of the Plan (1966) dari ―Afghanistan Information Bureau‖
atau dari pemerintahan Afghanistan ini membahas tentang hal yang berkaitan
dengan kegiatan perekonomian di Afghanistan mulai dari sejumlah
perjanjian, pengiriman delegasi, bantuan dana hingga bantuan teknis yang
diberikan. Selain itu, buku ini juga membantu para pembacanya untuk
mengetahui secara umum dan mendasar tentang sejarah Afghanistan sejak
masa kuno dari bangsa Aryana.
7. Artikel ―Afghanistan‘s Foreign Trade‖34
(1966) karya Zabioullah A. Eltezam
ini membahas hubungan perdagangan luar negeri Afghanistan pada
pertengahan abad ke-20. Pembahasan perdagangan luar negeri Afghanistan
ini dijelaskan secara umum, tetapi dari karyanya ini didapatkan sejumlah data
mengenai sejumlah negara yang melakukan kontak dagang dengan
Afghanistan, serta terdapat data yang menunjukkan komoditas ekspor-impor
secara umum pada masa tersebut.
33
Rossa Bele Holt, Oriental and Occidental Rugs: Antique & Modern (N.Y.: Garden City
Pub.Co., 1937). Akses online pada 07-13 Desember 2016 melalui https://catalog.hathitrust.org/
Record/001471197. 34
Zabioullah A. Eltezam, ―Afghanistan‘s Foreign Trade,‖ Middle East Journal, vol.20, no.1
(Winter, 1966), h.95-103.
8. Artikel ―Symbolism in Persian Rugs‖35
(1997) karya Reza T. Ahmadi ini
hanya membahas secara umum mengenai simbol dari motif yang sering
digunakan pada permadani Persia, seperti motif ikan, matahari, dan lain
sebagainya. Manuskrip ini hanya mengulas secara singkat tanpa disertai suatu
gambar.
9. The Rugs of War36
(2003) karya Tim Bonyhady dan Nigel Lendon ini
merupakan sekumpulan artikel disertai gambar tentang permadani perang
Afghanistan. Dalam tulisannya, penulis tertarik dengan argumen Tim
Bonyhady yang menyatakan bahwa permadani perang itu sebenarnya sudah
ada di Afghanistan saat salah satu hadiah permadani bergambar geisha dan
pesawat terbang itu dibuat tahun 1934, yang akan diberikan pada keluarga
kerajaan Jepang. Tetapi bagi penulis, argumen tersebut belum begitu kuat
mengungkapkan alur sejarah kemunculan permadani perang.
10. Artikel ―War Rugs: Woven Document of Conflict and Hope‖37
(2011) karya
William Charland ini membahas sedikit penjelasan mengenai permadani
perang. Namun dari jurnal ini didapatkan sedikit informasi mengenai
transformasi motif tradisional yang dijadikan motif perang. Dalam
transformasi motif tersebut, dia hanya membahas dua transformasi motif
perang, yaitu boteh yang bertansformasi menjadi granat, dan transformasi
tank dari motif gul.
35
Reza T. Ahmadi, ―Symbolism in Persian Rugs,‖ International Journal for Oriental
Manuscript Research, vol.3, no.1 (Maret, 1997). 36
Tim Bonyhady dan Nigel Lendon, The Rugs of War (Canberra: Australian National
University School of Art Gallery, 2003). Dokumen ini tersedia di http://soa.anu.edu.au/
sites/default/files/TROW.pdf, akses 10 Mei 2016, 15:02. 37
William Charland, ―War Rugs: Woven Documents of Conflict and Hope,‖ Art Education,
vol.64, no.6 (November, 2011), h.25-32.
11. Artikel ―Afghan Wars, Oriental Carpets, and Globalization‖38
karya Brian
Spooner ini membahas tentang permadani perang secara umum yang disertai
sejumlah gambar permadani perang tersebut. Menurutnya, permadani perang
itu ditenun oleh para pengungsi suku Turkmen dan suku Baluch Afghanistan
yang terinspirasi oleh adanya pendudukan Soviet. Namun penjelasan itu
belum cukup memuaskan para pembaca karena tidak dijelaskan secara
mendetail mengenai motif dan desain tradisional yang masih digunakan untuk
dikombinasikan dengan motif senjata perang sehingga permadani perang
tersebut terlihat unik.
12. Oriental Rugs: An Illustrated Lexicon of Motifs, Materials, and Origins39
karya Peter F. Stone ini merupakan sebuah katalog khusus mengenai
permadani Asia yang menjelaskan secara singkat tentang semua hal yang
berkaitan dengan permadani, baik istilah, ukuran, dan lain sebagainya.
Pembahasan dasar dari buku ini ialah motif umum yang digunakan oleh suku-
suku Persia.
Dan sepanjang penulis ketahui dari berbagai literatur yang telah ditelusuri
dan telah dijelaskan di atas, maka pembahasan mengenai ―Permadani Perang Khas
Afghanistan Pada Akhir Abad Ke-20‖ ini belum ada yang mengkaji berdasarkan
sudut pandang kausalitas ekonomi-politik negara Afghanistan pada rentang waktu
tersebut.
38
Spooner, ―Afghan Wars, Oriental Carpets, and Globalization,‖ vol.53, no.1, h.11-20. 39
Stone, Oriental Rugs: An Illustrated Lexicon of Motifs, Materials, and Origins, (North
America, Latin America & Europe: Tutle Publishing, 2013).
F. Kerangka Teori
Penelitian ini menggunakan pendekatan ekonomi-politik. Pendekatan
ekonomi-politik dalam skripsi ini dikaitkan pada permadani perang Afghanistan
pada akhir abad ke-20 yang akan terlihat sesuai dengan acuan kerangka teori yang
digunakan dengan fokus penjelasan yang runtun di setiap bab-nya.
Menurut Yunarti dalam artikelnya, ―Pendekatan Ekonomi dalam Politik
Internasional,‖ menjelaskan bahwa pendekatan ekonomi-politik merupakan
pendekatan baru yang muncul dalam perpolitikan internasional hingga tahun
1990-an karena adanya interaksi antar bangsa baik dalam suatu bentuk kerjasama
maupun konflik sebagai bentuk timbal balik dalam hubungan ekonomi dan politik
suatu negara tertentu. Hal ini diperkuat oleh pendapat dari Jones40
yang
menjelasan bahwa hubungan internasional era modern pada intinya merupakan
suatu interaksi hubungan timbal balik antara ekonomi dan politik.41
Dan jika dilihat dari pemikiran klasik, hal ini sejalan dengan pemikiran
dari kaum merkantilis yang beranggapan bahwa tujuan ekonomi dan politik itu
hampir tidak dapat dibedakan, sesuai dengan alasan bahwa bertambahnya
kekayaan berarti bertambah juga suatu kekuasaan, dan kekuasaan itu harus
digunakan langsung dalam meningkatkan kekayaan. Dan dalam menjalankan
pemikirannnya tersebut sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi dan kekayaan,
maka negara menggunakan kekuasaan itu untuk mengatur suatu industri dan
perdagangan dengan sejumlah cara, yaitu mulai dari keharusan pembatasan impor
40
Pendapat Jones dikutip oleh Yunarti dalam artikelnya. Lihat Jones, Walter S. Logika
Hubungan Internasional 2: Kekuasaan, Ekonomi Politik Internasional, dan Tatanan Dunia.
(Jakarta: T.p, 1993), h.223-224. 41
Yunarti, ―Pendekatan Ekonomi dalam Politik Internasional,‖ Interdependence, Jurnal
Hubungan Internasional, vol.1, no.1 (Januari-April 2013), h.5.
dengan pajak atau melarangnya, hingga negara harus menjajahnya untuk
memperoleh suplai emas dan perak atau bahan mentah yang dapat diolah untuk
diekspor kembali.42
Berakhirnya Perang Dunia II itu membawa perubahan dalam pola
interaksi antar negara dalam hubungan internasional. Hal ini didasarkan pada
meningkatnya saling ketergantungan global di bidang ekonomi setelah Perang
Dunia Kedua dan adanya regionalisme ekonomi menjelang dan pasca berakhirnya
Perang Dingin yang memunculkan ekonomi sebagai isu sentral yang mewarnai
dan mendominasi interaksi antar negara bangsa. Hal ini dapat dilihat dari salah
satu indikasi yang dijadikan sebagai tolak ukur bahwa telah terjadi pergeseran dari
paradigma ideologi politik saat sebelum dan dalam periode Perang Dingin ke arah
paradigma ekonomi yaitu munculnya blok-blok regional, seperti NATO (1948),
Pakta Baghdad (1967), ANZUS (1951), dan lain sebagainya.43
Dengan demikian, pendekatan ekonomi-politik itu tidak hanya
menjelaskan suatu kausalitas dari suatu relasi ekonomi dan politik saja, namun
juga dapat menjelaskan sisi lain yang dapat mempengaruhinya, baik pada sisi
relasi sosial, pengembangan teknologi, maupun hukum.44
Dan sebagai tambahan
42
Yunus Handoko, ―Pemikiran Ekonomi Politik Taylor, Smith, Marx dan Keynes,‖ Jurnal
JIBEKA vol.7, no.2 (Agustus, 2013), h.65, 69. 43
Sebenarnya, dimensi ekonomi telah muncul dalam politik internasional sejak terjadinya
Revolusi Industri di Benua Eropa dan Amerika tahun 1830-an dan 1850-an. Dalam artikelnya
dikutip pendapat John Zysman dalam buku World Politics: Trend and Transformation karya
Charles W. Kegles & Eugene R. Wittkopf (1989) yang berbunyi: ―We have come into a divide.
The economics changes we are watching will reshape the international security system. The
fundamental shift of the power relations among nations.” Lihat Yunarti, ―Pendekatan Ekonomi
dalam Politik Internasional,‖ h.2-8. 44
Yunus Handoko, ―Pemikiran Ekonomi Politik Taylor, Smith, Marx dan Keynes,‖ h.64-70.
Selain itu, di sisi lain dari sisi kebudayaan, permadani perang Afghanistan ini dapat dijadikan
sebagai suatu bentuk contoh baru dalam menyesuaikan dengan teori Challenge and Responses dari
Prof. Arnold J. Toynbee, yang menjelaskan bahwa terbentuknya suatu kebudayaan baru itu
dalam menguatkan penjelasan di atas ialah bahwa pada akhirnya permadani
perang Afghanistan itu menjadi suatu hal baru yang memberikan penjelasan
tersendiri mengenai sisi lain dari negara Afghanistan yaitu dalam hal seni
permadani.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian sejarah yang digunakan ialah metode studi eksploratif-
historis melalui pendekatan ekonomi-politik. Adapun, tahapan-tahapan yang
penulis gunakan untuk penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Heuristik
Pada tahap pertama dalam pencarian dan pengumpulan sumber atau
yang disebut heuristik45
, penulis menggunakan teknik studi kepustakaan,
yakni mengumpulkan, membaca, mempelajari, serta menelaah beberapa buku
dan dokumen yang terkait untuk kelengkapan kajian yang sedang diteliti.
Dalam usaha mendapatkan informasi terkait ―Permadani Perang Khas
Afghanistan,‖ penulis melakukan kunjungan ke beberapa perpustakaan yakni
Perpustakaan Umum UIN, Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora,
Perpustakaan Iman Jama‘, dan Perpustakaan Nasional RI (PNRI). Kemudian
disebabkan adanya suatu tantangan dan jawaban yang diberikan manusia pada alam di sekitarnya.
Lihat: Tamburaka, Pengantar Ilmu Sejarah ...,h.123. Dan lebih jelasnya, Tylor (1871) juga
mengungkapkan bahwa kebudayaan merupakan suatu keseluruhan seni yang kompleks, yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat-istiadat, serta kesanggupan dan
kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Lihat juga, Imam
Subchi, Pengantar Antropologi. (Jakarta: Mumtaza Islamic School Press, 2012), h.139. 45
Heuristik menurut G.J. Renier adalah suatu teknik, suatu seni, dan bukan suatu ilmu. Suatu
prinsip yang harus dilakukan sejarawan dalam mencari sumber primer baik dalam bentuk
dokumen, misalnya catatan rapat, daftar anggota organisasi, dan arsip-arsip laporan pemerintah
atau organisasi massa; maupun dalam sumber lisan yang dianggap primer yakni wawancara
langsung dengan pelaksana peristiwa atau saksi mata. Lihat Dudung Abdurrahman, Metode
Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos, 1999), h.55-56.
penulis mencari berbagai e-book berupa jurnal, artikel dan dokumen lainnya
yang terkait melalui beberapa situs, yaitu JSTOR, e-resource PNRI, lib.gen,
serta google scholar.
Dan dari sejumlah penelusuran tersebut, penulis mendapatkan
sebagian besar sumber online yang dapat diakses secara umum melalui
google schoolar, maupun JSTOR – akses berbayar.
2. Kritik Sumber (Verifikasi)
Pada tahap ini, penulis tidak hanya memilah dan memilih sumber data-
data yang telah didapatkan tetapi juga menguji keabsahan baik dari kritik
ekstern melalui keaslian sumber (otentisitas), maupun kritik intern melalui
keshahihan sumber (kredibilitas).46
Tetapi juga mengklasifikasikan sumber
data-data tersebut sesuai permasalahan dan perincian bahasan yang akan
dijelaskan sehingga didapatkan sejumlah sumber primer dan sekunder, yang
terdiri dari berbagai buku atau e-book berupa sejumlah artikel dalam jurnal,
report, booklet, dan dokumen lainnya yang terkait. Dan pada tahap ini pula,
penulis mendapatkan bahasa sumber yang secara keseluruhan menggunakan
bahasa Inggris.
3. Interpretasi Data
Setelah dilakukan verifikasi berupa penyortiran, penginterpretasian
singkat dan pengklasifikasian sejumlah data secara berulang-ulang, maka
tahap selanjutnya yang penulis lakukan ialah melakukan analisa yang bersifat
kualitatif, yakni penulis menguraikan data-data historis tersebut melalui
46
Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, h.58-59.
beberapa pendekatan yang sesuai dengan konteks pembahasan dan
permasalahan di setiap bab-nya.
4. Historiografi
Pada tahap akhir ini, penulis memaparkan hasil pelaporan penelitian
sejarah yang telah dilakukan. Tahap ini mengupayakan agar fakta-fakta
sejarah dapat menjawab sejumlah permasalahan yang diajukan, sehingga
kajian ini dapat bersifat utuh, sistematis, komunikatif, dan mudah dimengerti
oleh khalayak pembaca.
H. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi yang berjudul ―Permadani Perang Khas Afghanistan
Pada Akhir Abad Ke-20‖ terbagi menjadi lima bab penulisan.
Bab pertama membahas tentang signifikansi tema yang diangkat,
pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pendekatan dan
metode penelitian, kerangka teori, tinjauan pustaka serta sistematika penulisan.
Bab kedua membahas kondisi Afghanistan pada abad ke-20. Dengan sub-
bab sebagai berikut:
a) Sejarah singkat terbentuknya Afghanistan
b) Kondisi dalam dan luar negeri Afghanistan
c) Amerika, Afghanistan dan Soviet
Bab ketiga membahas kegiatan ekonomi Afghanistan secara umum pada
abad ke-20. Dengan sub-bab sebagai berikut:
a) Ragam kegiatan ekonomi di Afghanistan
b) Ekspor-Impor Afghanistan
c) Pemasaran dan rute transportasi Afghanistan
d) Kerjasama Afghanistan dan negara lain
Bab keempat membahas permadani perang khas Afghanistan. Dengan
sub-bab sebagai berikut:
a) Seni (permadani) dalam Islam
b) Sejarah singkat permadani
c) Klasifikasi permadani Asia
d) Permadani perang Afghanistan
1. Faktor munculnya permadani perang
2. Motif dan desain permadani perang
3. Transformasi motif perang
Sedangkan bab kelima, berisi kesimpulan dan saran penulis yang
menjadi masukan dalam perbaikan penelitian selanjutnya.
BAB II
AFGHANISTAN ABAD KE-20
Secara geografis, Afghanistan terletak antara 60,30o – 75,50
o Bujur Timur,
dan 29,30o – 38,30
o Bujur Utara. Seluruh wilayahnya merupakan daratan dengan
luas 250.000 mil2, mulai dari puncak Hindukush di utara dan timur hingga gurun
pasir Helmand di barat.47
Menurut gagasan klasik, Afghanistan merupakan negara
penyangga sebagai penyeimbang dari dua kekuatan besar dari Inggris dan Rusia.
Kedua kekuatan itu berselisih untuk mendapatkan pengaruh di Afghanistan sejak
abad ke-19 hingga Perang Dunia I.48
A. Sejarah Singkat Terbentuknya Afghanistan
Pada masa klasik, Afghanistan terkenal sebagai bangsa keturunan Aryana,
yang merupakan salah satu bangsa tertua yang pernah ada di dunia. Salah satu
dokumen kuno Aryana, Vedas, bangsa Aryana sudah bermigrasi ke wilayah
tenggara dan barat sub-benua India melalui wilayah Persia sejak 3.500 tahun S.M.
Dokumen kuno lainnya, Avesta juga menjelaskan bahwa wilayah Bakhdi (atau
sekarang dikenal sebagai Balkh49
, provinsi Mazar-i-Sharif) sebagai wilayah
47
Afghanistan Information Bureau, Afghan Progress in the Fourth Year of the Plan (London:
Afghanistan Information Bureau, 1966), h.54. Dokumen ini tersedia di
http://afghanistandl.nyu.edu/pdf/adl0980_download.pdf, akses 07 Desember 2016, 05:38 48
Milan L. Hauner, ―Afghanistan between the Great Powers, 1938-1945,‖ International
Journal of Middle East Studies, vol.14, no.4 (November, 1982), h.481. Afghanistan menjadi
negara penyangga sejak akhir abad ke-19 dalam the Great Game antara kerajaan Inggris dan
Rusia. Lihat Islamic Republic of Afghanistan, Afghanistan Initial National Communication: To
the United Nations Framework Convention on Climate Change (Islamic Republic of Afghanistan:
National Environmental Protection Agency, t.t), h.13. 49
Balkh dikembangkan sebagai pusat pertama dari peradaban Afghanistan kuno yang selama
13 abad pada jalur sutra telah menghubungkan lebih dari 364 kota, tempat, dan situs-situs dari
kekuasaan utama raja Yama, raja pertama yang memerintah di wilayah tersebut.
Namun sejak adanya serangan dari kerajaan Achaemenid, negeri tersebut hilang
karena telah kalah dalam peperangan melawan kekuasaan Cyrus dari kerajaan
tersebut. Dan selanjutnya, wilayah tersebut kemudian dikuasai oleh kerajaan
Yunani-Baktria di bawah kekuasaan Alexander the Great.50
Afghanistan terkenal dengan nama Khurasan, yang berarti the land from
which the sun rises (negeri dari mana matahari terbit).51
Pada masa Achaemenid,
wilayah Khurasan terdiri dari beberapa wilayah, yaitu Teheran, Herat52
, Balkh,
Marv, hingga menjangkau wilayah Transoxiana (Bukhara dan Samarkan). Dan
pada masa islam, wilayah Khurasan menjadi dasar keberadaan Islam di sejumlah
kota besar di Persia Tengah. Wilayah tersebut juga pernah dikuasai oleh Saljuk,
Mongol, dan Timurid. Dengan demikian, adanya pergantian kekuasaan itu telah
mempengaruhi sebagian besar kebudayaan yang ada di wilayah tersebut. Dan
salah satu pengaruh itu dapat dilihat dari sejumlah gagasan para penyair muslim
Persia di Transoxiana, seperti Firdausī, Nāşir-i Khusrau, ‗Omar Khayyām, Jalāl
al-dīn Rūmī, dan Farīd al-dīn ‗Aţţār.53
Sejarah modern Afghanistan dimulai sejak lahirnya suku Durrani.
Penamaan Durrani diambil berdasarkan kepemimpinan Ahmad Khan yang telah
Asia. Lihat ―Islamic Republic of Afghanistan,‖ dalam ECO Tourist Guide-Book, edisi pertama
(T.tp: Economic Cooperation Organization (ECO), 2010), h.15. Balkh juga dikenal sebagai the
mother of cities (induk kota). Lihat juga Afghanistan Information Bureau, Afghan Progress in the
Fourth Year of the Plan, h.62. 50
Afghanistan Information Bureau, Afghan Progress in the Fourth Year of the Plan, h.61. 51
Afghanistan Information Bureau, ibid., h.61. 52
Herat pernah menjadi ibukota Khurasan saat ‗Abbās I menjadi gubernur pada tahun 1587
M. Lihat V. Minorsky, ―Geographical Factors in Persian Art,‖ Bulletin of the School of Oriental
Studies, University of London, vol.9, no.3, h.641. Herat juga disebut juga sebagai the pearl of
Khorasan (mutiara Khurasan) dan gate of India (gerbang India). Lihat juga Holt, Oriental and
Occidental Rugs, h.163. 53
Minorsky, ―Geographical Factors in Persian Art,‖ h.645, 649, 652.
memproklamirkan kerajaan barunya ―Afghanistan‖ di Kandahar, di saat setelah
terbunuhnya Nadir Shah54
, penguasa Iran pada tahun 1747 oleh tentara Kizilbash,
Kajar dan Afshar. Kesempatan itu diambil oleh Ahmad Khan untuk membuat
suatu kerajaan baru. Dan kemudian, bangsa Afghan menghargai perbuatan
mulianya itu dengan menyebutnya sebagai Ahmad Shah Baba dan Ahmad Shah
Dur-i-Dauran (atau the Pearl of the Age).55
Sejak awal kepemimpinannya, Ahmad Khan telah memperluas wilayah
pengaruhnya hingga menjangkau Delhi, sehingga wilayahnya tidak hanya bagian
dari Afghanistan seperti Tus, Nishapur, Seistan, Kirman, Baluchistan, Sindh,
Kashmir, Chitral, Peshwar, dan Punjab. Namun dalam kepemimpinan setelahnya,
yaitu Temurshah – anak Ahmad Khan, beberapa wilayah yang telah disebutkan
sebelumnya itu terlepas dan memerdekakan diri karena terjadi suatu perselisihan
dalam pergantian kepemimpinan selanjutnya dari ke-23 anak Temurshah.56
B. Kondisi Dalam dan Luar Negeri Afghanistan
Afghanistan menjadi negara yang berdaulat (secara de jure) saat
Amanullah Khan memproklamirkan kemerdekaan negaranya pada tahun 1919.57
Terdapat beberapa kondisi dalam dan luar negeri Afghanistan yang mencolok
pada abad ke-20 yang dapat dilihat melalui sejumlah perang Anglo-Afghan,
54
Nadir Shah merupakan seorang raja pendiri dinasti Afshar, yang berada di Kirman, bagian
tenggara Iran. Kerajaan tersebut memerintah selama 11 tahun, pada tahun 1736-1747 SM. Lihat:
―Real Persian Rugs & Carpets,‖ akses 21 September 20116 dari http://www.oldcarpet.com/rug
_glossary.htm, 06:08. 55
Afghanistan Information Bureau, Afghan Progress in the Fourth Year of the Plan, h.65. 56
Provinsi yang dimaksudkan ialah provinsi Tus yang hilang, Punjab yang memerdekakan
diri dari Kabul, pengaruh Inggris di Baluchistan, dan provinsi lainnya, sehingga menyisakan
wilayah Afghanistan saat ini. Lihat Afghanistan Information Bureau, Afghan Progress in the
Fourth Year of the Plan, h.65-66. 57
Hauner, ―Afghanistan between the Great Powers, 1938-1945,‖ h.481.
kontrak kerjasama politik-ekonomi dengan Soviet dan negara terkuat lainnya,
konflik etnis Pashtunistan dengan Pakistan, masalah rute angkut barang dagang,
kemunculan beberapa partai politik dalam negeri hingga terjadinya kudeta pada
Mohammad Daoud, invasi dan pendudukan Soviet hingga keadaan para
pengungsi Afghanistan yang sebagian besar berada di perbatasan negara
tetangganya, yaitu Iran dan Pakistan.
Dominasi politik Inggris di Pakistan yang menginginkan adanya perluasan
kekuatan di wilayah Afghanistan itu berdampak pada terjadinya peperangan
dengan masyarakat sipil Afghanistan, atau yang dikenal sebagai perang Anglo-
Afghan. Perang tersebut berlangsung selama tiga periode, yakni Anglo-Afghan I
tahun 1838-1842, Anglo-Afghan II tahun 1878-1880, dan Anglo-Afghan III tahun
1919.58
Dan pada saat setelah perang Anglo-Afghan III, Amanullah Khan
memproklamirkan kemerdekaan negara Afghanistan (secara de jure), dan diakui
pertama kali oleh Soviet (atau USSR), lalu diikuti oleh pengakuan dari negara
lainnya, seperti Turki, Persia, Perancis, Jerman, Italia, dan beberapa negara
lainnya.59
Pengakuan Soviet terhadap kemerdekaan Afghanistan itu ternyata
menambah kedekatan hubungan dengan Afghanistan pada tahun berikutnya, yang
58
Keith Hitchins, ―Neighboring Cultures: Central Asia, Afghanistan, China,‖ Iranian Studies,
vol.31, no.3/4, A Review of the ―Encyclopædia Iranica (Summer-Autumn, 1998), h.579. 59
Afghanistan Information Bureau, Afghan Progress in the Fourth Year of the Plan, h.67.
Inggris melakukan perluasan ke wilayah Afghanistan pada awal abad ke-19 itu bermaksud untuk
menggunakan Afghanistan sebagai dasar perluasan perdagangan dari India ke Asia Tengah. Lihat:
Hitchins, ―Neighboring Cultures: Central Asia, Afghanistan, China,‖ h.571, 579. Dan dari ketiga
perang Anglo-Afghan pada abad ke-19 itu menjelaskan bahwa Afghanistan tidak berpihak pada
pihak manapun baik Inggris ataupun Soviet. Lihat juga, Stefanie Nijssen, ―The Afghan Economy:
A Brief History,‖ Civil-Military Fusion Centre, Special Report on Economic Development in
Afghanistan (14 Oktober, 2010), h.1. Dokumen ini tersedia di https://reliefweb.int/sites/
reliefweb.int/files/resources/AB458EBF37B01017852577BC006B45C4-Full_Report.pdf, akses 10
Mei, 14:53
dapat dilihat dari adanya suatu perjanjian persahabatan yang ditandatangani oleh
Amanullah Khan pada September 1920. Perjanjian tersebut bertujuan untuk
memperkuat pertahanan negara dari suatu pengaruh dan serangan Inggris.60
Sejak Perang Dunia I, sikap netralitas Afghanistan masih sesuai dengan
tradisi bi-tarafi (tidak memihak).61
Sebagai bentuk netralitas pada Rusia dan
Inggris, maka pada dekade pertama setelah Perang Dunia I, Afghanistan menjalin
hubungan dengan negara terkuat lainnya yang tidak memiliki kepentingan politik
di Afghanistan, dan negara yang dimaksud ialah Jerman.62
Hubungan Jerman dan
Afghanistan ini hanyalah sebatas proyek kerjasama dalam perkembangan industri
dan ekonomi,63
yang dibangun oleh sejumlah insinyur terbaik di Jerman,64
dan
salah satu contohnya ialah dibangunnya sebuah maskapai penerbangan yang
60
Alam Payind, ―Soviet-Afghan Relation from Cooperation to Occupation,‖ International
Journal of Middle East Studies, vol.21, no.1 (Februari, 1989), h.108-109. 61
Payind, ibid., h.108-109. 62
Donald N. Wilber, ―Afghanistan, Independent, and Encircled,‖ Foreign Affairs, vol.31, no.3
(April, 1953), h.490. Wilber tidak menjelaskan alasan lain dari Afghanistan memilih Jerman
sebagai negara yang menjadi kekuatan ketiga di negaranya. Tetapi penulis memperkirakan bahwa
Afghanistan memilih Jerman sebagai kekuatan negara ketiga ialah karena Jerman merupakan salah
satu negara utama yang masuk dalam daftar tujuan ekspor permadani Afghanistan. Dan menurut
Bonyhady dalam artikelnya menjelaskan bahwa pusat utama perdagangan permadani Afghanistan
di Eropa ialah berada di Jerman. Lihat: Bonyhady dan Lendon, The Rugs of War, h.12. Faktor lain
yang dapat ditelaah ialah bahwa para pemimpin Afghanistan itu memiliki jaringan pertemanan
yang cukup luas, dan salah satu pemimpin Afghanistan yaitu Nadir Shah pernah menjabat sebagai
Menteri Afghanistan di Perancis saat kepemimpinan Amir Amanullah Khan. Lihat juga,
Afghanistan Information Bureau, Afghan Progress in the Fourth Year of the Plan (London:
Afghanistan Information Bureau, 1966), h.67. 63
Payind, ―Soviet-Afghan Relations from Cooperation to Occupation,‖ h.109. Satu-satunya
negara yang masih terus memesan permadani perang setelah Najibullah jatuh ialah Jerman, yang
menjadi pusat perdagangan utama Eropa dalam hal permadani Afghanistan. The Rugs of War,
h.12. 64
Peter G. Franck, ―Problems of Economic Development in Afghanistan,‖ Middle East
Journal, vol.3, no.4 (Oktober, 1949), h.435.
menghubungkan Berlin dan Kabul, yang tujuannya ialah sebagai penunjang
kerjasama barter dalam memfasilitasi pertukaran barang-barang manufaktur.65
Sebagai kekuatan negara ketiga, Jerman dianggap menjadi suatu hambatan
bagi Soviet dan Inggris. Hambatan itu dilihat karena posisi penting Jerman
sebagai penasihat pembangunan dalam pemerintahan Afghanistan tahun 1930-an.
Dan berdasarkan sejumlah faktor di atas, maka Soviet dan Inggris melakukan
pengusiran terhadap sejumlah warga Jerman dan Austria yang berada di Kabul,
Afghanistan.66
Sikap yang dilakukan Soviet dan Inggris tersebut merupakan suatu bentuk
kecurigaan mereka karena menganggap terlalu memihak kepada Jerman. Maka
dari itu untuk menghilangkan kecurigaan tersebut, Soviet mengajukan Perjanjian
Neutrality and Mutual Non-Aggression kepada Afghanistan pada 24 Juni 1931
(yang kemudian diperbarui pada Desember 1955), sebagai bentuk ketegasan
dalam menjunjung sikap netralitas Afghanistan dalam arah perpolitikan.67
Sebelum terjadinya Perang Dunia II (1939-1945), tepatnya pada tahun
1935, Afghanistan pernah ikut berpartisipasi dalam Konferensi Perlucutan Senjata
yang tergabung dengan Liga Bangsa-Bangsa dan juga berpartisipasi pada
Konferensi Internasional lainnya.68
Pada akhir Perang Dunia II, Afghanistan
mencari bantuan pada Amerika dan PBB untuk memercepat perkembangan
65
Wilber, ―Afghanistan, Independent, and Encircled,‖ h.490. Selain maskapai penerbangan,
insinyur terbaik Jerman juga membuat jembatan dan struktur jalan sebelum terjadinya Perang
Dunia II. Lihat: Franck, ―Problems of Economic Development in Afghanistan,‖ h.435. 66
Wilber, ibid., h.490. 67
Pada akhirnya perjanjian tersebut dimanfaatkan oleh Soviet untuk memperluas
perekonomian Soviet di kawasan Asia Selatan dan Timur Tengah. Lihat: R. K. Ramazani,
―Afghanistan and the USSR,‖ Middle East Journal, vol.12, no.2 (Spring, 1958), h.144. 68
Afghanistan Information Bureau, Afghan Progress in the Fourth Year of the Plan, h.83.
ekonomi negaranya. Pencarian itu menghasilkan sejumlah dana yang diberikan
oleh Amerika sekitar $15 juta dalam bentuk bantuan teknis dan $10 juta untuk
perbaikan transportasi udara di Afghanistan.69
Selain itu, bantuan lainnya yang diberikan Amerika terdapat pada
sejumlah proyek yang ada di Afghanistan, seperti proyek irigasi lembah Helmand-
Arghandab, proyek bendungan Kajaki dan Arghandab, serta proyek peninjauan
sistem kanal Marja-Shamalan yang sudah selesai dibuat.70
Kekuasaan saat itu masih dipimpin oleh raja Zahir Shah yang
pemerintahannya masih berbentuk monarki absolut. Pada kepemimpinannya itu,
Afghanistan berhasil menjadi anggota PBB pada tahun 1946 dengan tujuan dalam
mengikuti perdamaian dunia dan juga sejumlah kerjasama internasional.71
Lalu
pada tahun selanjutnya 1947, India memerdekakan diri dari Inggris. Penarikan diri
Inggris di India tersebut nantinya akan menimbulkan masalah lama dengan
Afghanistan mengenai isu Pashtunistan.
Berdasarkan keanggotannya di PBB, Afghanistan menjadi negara pertama
yang mengajukan bantuan teknis ke PBB, baik berupa beasiswa pendidikan,
pemasokan obat-obatan, dan lain sebagainya. Dan sejak tahun 1949, PBB
menyetujui pengajuan permintaan bantuan teknis Afghanistan tersebut melalui
bantuan dari sejumlah organisasi di bawah naungan PBB, yaitu ILO, FAO,
UNESCO, ICAO, dan WHO.72
69
Ramazani, ―Afghanistan and the USSR,‖ h.144-145. 70
Ramazani, ibid., h.144-145. 71
Afghanistan Information Bureau, Afghan Progress in the Fourth Year of the Plan, h.86. 72
Ramazani, ―Afghanistan and the USSR,‖ h.145.
Selanjutnya pada 20 September 1953, raja Zahir Shah menetapkan sepupu
pertamanya, Mohammad Daoud sebagai Perdana Menteri Afghanistan.73
Dalam
perjalanan kepemimpinannya nanti, terdapat sejumlah perubahan yang mencolok
dalam berbagai bidang, terutama dalam hal politik, ekonomi, pendidikan,
pemerintahan, dan emansipasi perempuan Afghanistan.
Sebagai langkah awal kepemimpinannya, Daoud menginginkan
pengusutan terhadap isu Pashtunistan dengan meminta bantuan luar negeri.
Namun bantuan itu ditolak karena Amerika telah bersepakat agar Pakistan
beraliansi dengannya melalui pakta Bagdad (atau CENTO) dengan tujuan untuk
menyeimbangkan posisi Soviet di wilayah Asia Tengah.74
Isu Pashtunistan, daerah yang terputus dari Afghanistan oleh Kerajaan
Inggris pada tahun 1893,75
sudah mulai mencuat saat penarikan diri Inggris di
India tahun 1947. Isu tersebut berkembang hingga terjadi suatu bentrokan antar
perbatasan wilayah Afghanistan-Pakistan pada tahun 1950, dan berakibat pada
penutupan rute utama transportasi selama tiga bulan, sehingga Afghanistan harus
menunda pengeksporan sejumlah barang melalui Pakistan.76
Penutupan rute utama melalui Pakistan itu menjadi titik awal dari
sejumlah kerjasama ekonomi yang intensif antara Afghanistan dan Soviet. Hal itu
ditandai dengan adanya penandatanganan kerjasama perdagangan selama empat
tahun pada Juli 1950, dengan ketentuan pengiriman barang Afghanistan yang
bebas bea transit dan pajak, serta pengiriman sejumlah komoditas yang telah
disepakati bersama.77
73
Payind, ―Soviet-Afghan Relations from Cooperation to Occupation,‖ h.110. 74
Payind, ibid., h.110-111. 75
Payind, ibid., h.110. 76
Payind, ibid., h.110. 77
Ramazani, ―Afghanistan and the USSR,‖ h.146.
Dalam kepemimpinan Daoud terlihat suatu perubahan yang mencolok
dalam hal pendidikan, yaitu adanya penawaran pemberian 600 beasiswa penuh
setiap tahunnya dari Soviet pada pelajar Afghansitan untuk belajar di negaranya.78
Sedangkan dalam bidang emansipasi perempuan Afghanistan, Daoud telah
mereformasi kebijakannya dengan memperbolehkan perempuan mendaftar di
sejumlah universitas, melakukan pekerjaan di berbagai pelayanan sipil, hingga
kebebasan untuk memilih dalam menggunakan jilbab pada tahun 1970-an.79
Dan dalam hal politik dan pemerintahan, terdapat sejumlah organisasi
politik yang diperbolehkan muncul di ibukota pada tahun 1965, seperti Afghan
Millat (Afghan Nation); People‟s Democratic Party of Afghanistan (PDPA);
Shu‟la-i-Jawed (Eternal Flame Party); dan Hezbi Islami (Islamic Party). Beberapa
organisasi politik itu didominasi secara aktif oleh PDPA, yang didukung oleh
Soviet selama periode parlementer pemerintahaan Daud (1964-1973) hingga
insiden pengkudetaan Daoud pada tahun 1978.80
Dominasi PDPA itu mengalami perpecahan pada tahun 1967 yang
disebabkan oleh konflik personal, etnis, dan bahasa di antara para anggotanya.
Khalq dan Parcham merupakan nama faksi yang diambil setelah adanya
78
Payind, ―Soviet-Afghan Relations from Cooperation to Occupation,‖ h.111-112. 79
―Afghan Women in History: The 20th Century,‖ Canadian Women for Women in
Afghanistan, h.2. Tersedia di http://www.cw4wafghan.ca/sites/default/files/attachments/pages/
cw4wafghan-afghanwomenhistory-factsheet.pdf, akses 06 Oktober 2016, 21:11 80
Shu‟la-i-Jawed (Eternal Flame Party) dan Hezbi Islami (Islamic Party) merupakan partai
politik Afghanistan yang anti-Soviet. Pada awal 1970-an, kedua partai tersebut mencuri perhatian
masyarakat, meskipun pertumbuhan yang cepat Hezbi Islami ini tidak memiliki koneksi doktrin
atau praktis dengan Partai Islam Iran (Iranian Islamic Parties), begitu juga dengan partai Shu‟la-i-
Jawed yang meskipun relatif kecil tetapi begitu vokal (yang pro-China). Lihat: Payind, op.cit.,
h.114-115.
pemberitaan di koran The Masses untuk Khalq yang dipimpin Taraki dan Amin,
dan koran The Banner untuk Parcham yang dipimpin oleh Babrak Karmal.81
C. Amerika, Afghanistan, dan Soviet
Kedekatan Afghanistan dan Soviet dalam hal ekonomi-politik merupakan
serangkaian tindakan yang dilakukan atas dasar keterpaksaan atau tidak ada
pilihan lain yang memungkinkan. Secara geografis dalam rute pemasaran, sistem
ekonomi Afghanistan saat itu hanya akan berjalan dan bergantung pada tiga jalur
utama transportasi darat, yaitu melalui Iran, Pakistan, dan Soviet (USSR).
Dari ketiga rute transportasi darat tersebut, rute melalui Karachi di
Pakistan merupakan rute yang umumnya digunakan dalam perdagangan
Afghanistan. Dan tidak memungkinkan untuk menggunakan rute lainnya seperti
rute Iran yang berbiaya mahal, panjang dan berliku. Sedangkan rute melalui
Soviet muncul disaat adanya penutupan jalur utama di Pakistan.82
Sebenarnya, berdasarkan tradisi lisan yang berkembang di Afghanistan
dari raja Abdul Rahman Khan yang merupakan tokoh terkemuka Afghanistan
pernah berpesan pada tahun 1901 kepada para penggantinya dengan kalimat My
last words to you, my son and successor, are: Never trust the Russians.83
Namun
tradisi lisan itu ternyata tidak diantisipasi dengan baik dalam bermanuver oleh
para pemimpin setelahnya. Di lain sisi, Soviet selalu saja menawarkan bantuan
dan memberikan dukungannya melalui kontak persahabatan, ekonomi, maupun
81
Payind, ―Soviet-Afghan Relations from Cooperation to Occupation,‖ h.114. 82
Ramazani, ―Afghanistan and the USSR,‖ h.145. 83
Ramazani, ibid., h.108.
politik secara de jure sejak kemerdekaan Afghanistan tahun 1919, dukungan
dalam isu Pashtunistan, dan lain sebagainya.
Sejak tahun 1920-an, para pemimpin Afghanistan saat itu telah berulang
kali meminta perwakilan diplomatik Amerika untuk berada di Kabul. Namun
permintaan itu secara berulang ditolak oleh Departemen Negara Amerika Serikat,
karena pada saat itu Amerika belum berminat dan belum melihat suatu ancaman
jangka panjang untuk memberikan keamanan pada negara Afghanistan.84
Padahal
berdasarkan pesan salah seorang Jendral Soviet dalam buku ―Avganistan‖ (1921),
yang dikutip oleh Ramazani dalam artikelnya itu menjelaskan bahwa pesan
tersebut diberikan oleh sang Jendral untuk melakukan pendudukan di
Afghanistan, dan berikut pesan yang disampaikan olehnya:
“The place is both worthless and exceedingly dangerous, it has no resources to
speak of, and is inhabited by an uncultured, half-savage, but ferocious and
warlike population, which though lacking in all elementary discipline will unite in
the name of Islam against the outsider.”85
Keberadaan Soviet (USSR) sudah ada di Afghanistan sejak tahun 1885.86
Sedangkan Amerika baru mendominasi Afghanistan sejak pertengahan abad ke-20
melalui berbagai bantuan dana dan teknis yang diberikan. Selama keberadaan
Soviet tahun 1885 hingga penarikan diri Soviet tahun 1989, maka sudah seabad
84
Ramazani, ―Afghanistan and the USSR,‖ h.109. 85
Ramazani, ibid., h.112. Masyarakat Afghan memang dikenal sebagai masyarakat yang suka
berperang. Berperang yang dimaksudkan ialah menjaga pertahanan wilayah yang mereka tempati.
Salah satu contohnya ialah pertahanan masyarakat Afghanistan saat Inggris-India (pada abad ke-19
atau saat perseteruan dengan tsar Russia) melakukan ekspansi ke wilayahnya. Lihat: F. Robinson
(Ed.), The New Cambridge History of Islam vol.5 – The Islamic World in the Age of Western
Dominance (Cambridge: Cambridge University Press, 2010), h.2. 86
M. S. Noorzoy, ―Long-Term Economic Relations between Afghanistan and the Soviet
Union: An Interpretative Study,‖ International Journal of Middle East Studies, vol.17, no.2 (Mei,
1985), h.154.
lebih Soviet memiliki pengaruh dan peranan di Afghanistan. Dan hal itu berarti,
hubungan Soviet memiliki beberapa tahapan proses pendekatan hingga berhasil
mendudukkan Afghanistan pada tahun 1979.
Tahapan proses hubungan antara Soviet dan Afghanistan ini dapat dibagi
menjadi lima periode. Periode pertama (1885-1917) ditandai dengan perluasan
wilayah Rusia dengan pengaruh ekonominya di wilayah Panjdeh, bagian barat laut
Afghanistan. Periode kedua (1917-1928/29) ditandai dengan adanya konsolidasi
dengan Afghanistan baik secara internal maupun eksternal melalui protokol
perdagangan internasional.87
Pada periode ketiga (1930-1954), hubungan antara Soviet dan Afghanistan
mulai berkurang. Periode keempat (1955-1978) ditandai dengan keberhasilan
Soviet menjadikan Afghanistan sebagai faktor penyeimbang dalam hal politik dan
ekonomi melawan dominasi Amerika Serikat di Timur Tengah.88
Periode kelima (1978-1979) ditandai dengan munculnya koalisi antar
partai-partai komunis Khalq-Parcham dalam mengambil alih pemerintahan pada
tahun 197889
, serta meningkatnya keterliban Soviet dalam menginvasi
87
Perluasan pengaruh ekonomi di wilayah Panjdeh pada periode pertama ini terjadi pada 30
Maret 1885. Sedangkan periode kedua ditandatanganinya perjanjian Russo-Afghan Treaty pada 29
Februari 1921, yang salah satu isinya ialah bebas bea transit untuk barang-barang Afghanistan.
Lihat: Noorzoy, ―Long-Term Economic Relations...,‖ h.154, 156. 88
Noorzoy, ―Long-Term Economic Relations...,‖ h.154. Berkurangnya hubungan yang
dimaksud ialah dalam hal pengembangan perekonomian Afghanistan. Penulis berpandangan
bahwa berkurangnya hubungan antara Afghanistan dan Soviet itu dikarenakan pada saat itu Abdul
Majid Zabuli, yang menjadi menteri ekonomi Afghanistan (1938-1951) itu mengadopsi
perencanaan pembangungan ekonomi skala besar yang fundamental kapitalis. Dan oleh karena itu,
pada saat perencanaan tersebut diajukan olehnya, Zabuli mencari dan meminta bantuan penasihat
dari negara Eropa (khususnya Jerman), dan juga Amerika. Lihat: Ralph H. Magnus dan Eden
Naby, ―Afghanistan and Central Asia: Mirrors and Models,‖ Asian Survey, vol.53, no.7 (Juli,
1995), h.610. 89
Tahun 1978 atau dikenal dengan tahun Revolusi April (April Revolution) yang dipimpin
oleh partai PDPA sebagai tanda keberhasilan dari tergulingnya dan kematian Daoud. Lihat:
―Afghan War Rugs: The Modern Art of Central Asia,‖ (2015), h.3-4. Dokumen tersedia di
Afghanistan tahun 1979. Dan periode terakhir (1979-1989) merupakan periode
pendudukan militer Soviet di Afghanistan.90
Soviet berhasil melakukan pendudukan (tahun 1979) di Afghanistan
melalui proses pendekatan perkembangan ekonomi di negara yang didudukinya
itu, yang merupakan desain lama yang sudah digunakan sebelumnya di beberapa
negara yang belum berkembang, seperti Merv dan lainnya.91
Keberhasilan lainnya
juga ditandai dengan adanya kepercayaan dari masyarakat Afghanistan dalam
memasarkan industri tekstil pribumi melalui pengolahan irigasi kapas, yang
menjadi salah satu barang yang diekspor, sejak tahun 1920-an di bawah kontrol
Soviet melalui Perusahaan Spinzar milik Abdul Majid Zabuli di Afghanistan
Utara.92
Amerika juga melakukan hal yang sama dengan membantu proyek irigasi
pertanian di lembah Helmand pada tahun 1946 di bawah perusahaan Amerika
Morrison-Knudsen. Tetapi proyek tersebut tidak berjalan dengan baik karena
kondisi iklim yang tidak memungkinkan.93
Tidak hanya itu, sektor lainnya juga
diperluas oleh Amerika pada pertengahan abad ke-20 dengan memberikan
sejumlah pinjaman dam bantuan teknis dalam sektor pertanian, pendidikan,
perbaikan jalan, dan lain sebagainya.94
Pada akhir tahun 1960-an, Amerika melihat ancaman dari adanya sikap
Soviet yang mengambil keuntungan dari sebuah kontrak ekstraksi gas alam
http://mag.rochester.edu/wp-content/uploads/2016/01/Afghan-War-Rugs_Brochure_2016.pdf,
akses 06 Oktober 2016, 16:35 90
Noorzoy, ―Long-Term Economic Relations...,‖ h.154. 91
Payind, ―Soviet-Afghan Relations from Cooperation to Occupation,‖ h.112-113. 92
Magnus dan Naby, ―Afghanistan and Central Asia: Mirrors and Models,‖ h.609. 93
Magnus dan Naby, ibid., h.609-610. 94
Payind, op.cit., h.109.
dengan Afghanistan. Perbedaan itu ditunjukkan dengan pembayaran ekspor gas
Afghanistan ke Soviet yang berharga setengah lebih rendah daripada ekspor gas
ke Iran. Dan Afghanistan saat itu mengalami kerugian $13.058.000 selama dua
tahun.95
Dan akhirnya Soviet berhasil menduduki Afghanistan pada tahun 1979.
Amerika saat itu melakukan dua cara untuk menghentikan hal tersebut. Pertama,
Amerika melalui sekutunya, Iran dan Pakistan, memerintahkan untuk memberikan
pelatihan militer dan bantuan dana untuk para fundamentalis Afghanistan yang
berada di pengasingan Pakistan untuk melakukan pemberontakan bersenjata
melawan negara di Kabul, Afghanistan. Pemberontakan itu didanai oleh Amerika
sekitar $625 juta sebagai bentuk operasi rahasia terbesar CIA sejak perang
Vietnam, yang diberikan kepada partai-partai Islam yang berbasis di Pakistan.96
Selain itu, Amerika juga mencoba untuk menggiring opini publik terutama
pada etnis minoritas di Afghanistan untuk memperjuangkan hak otonomi mereka
di Afghanistan. Strategi kedua, Amerika terus memberikan bantuan ekonomi
dengan tujuan adanya suatu perubahan di Afghanistan. Bantuan ekonomi tersebut
diberikan melalui badan-badan internasional di bawah pemerintahan Amerika
dengan total dana $430 juta untuk para pengungsi Afghanistan di Pakistan.97
95
Kontrak ekstraksi gas alam tersebut berlangsung selama 10 tahun antara Soviet dan
Afghanistan. Harga gas alam yang disetujui Soviet saat itu berkisar $0,174-$0,19 per 1.000 cf gas,
sedangkan Iran membelinya dengan harga $0,307 per 1.000 cf gas. Tindakan Soviet itu merupakan
suatu ancaman lainnya selain ancaman persatuan Pakistan dan juga penundaan ratifikasi perjanjian
pada pembagian sungai Helmand dengan Afghanistan yang dijadikan sebagai akses jalan menuju
pelabuhan tersebut. Lihat Hafizullah Emadi, ―State, Modernisation and Rebellion: US-Soviet
Politics of Domination of Afghanistan,‖ Economic and Political Weekly, vol.26, no.4 (26 Januari,
1991), h.179. 96
Emadi, ―State, Modernisation and Rebellion...,‖ h.179, 183. 97
Emadi, ibid., h.179, 183.
BAB III
EKONOMI AFGHANISTAN
Para peneliti ilmiah dan arkeolog menetapkan bahwa sejarah Afghanistan
telah berusia 50.000 tahun yang lalu. Afghanistan98
disebut sebagai The
Crossroad of Civilizations and Cultures, yang menjadi pusat utama peradaban dan
kebudayaan di Asia Tengah dalam pertukaran gagasan dan barang dari China,
India, Mesopotamia, pantai timur Mediterania, Mesir, Yunani, dan Roma.99
Pada abad ke-19, perdagangan Afghanistan hanya menjangkau negara-
negara tertentu, di antaranya yaitu India, Persia, Cina, dan Bukhara100
. Namun
saat ini, perdagangan Afghanistan sudah menjangkau hingga pasar di Timur dan
Barat, di antaranya yaitu Uni Soviet, India, Pakistan, Iran, Jepang, Bahrain,
Cekoslovakia, Jerman, Inggris, Kanada, dan Amerika Serikat.101
Keberhasilan itu
98
Afghanistan disebut juga sebagai pintu gerbang (gateway) penaklukan dari pemerintahan
Alexander Agung dari Mogul India hingga Uni Soviet. Lihat Economic Cooperation Organization
(ECO), ―ECO Heritage,‖ ECO Cultural Institute (ECI), The Quarterly Cultural Magazine of Eco
Cultural Institute (ECI), issue.6, vol.7 (Spring, 2015), h.6. Dan selama hampir 1000 tahun hingga
abad ke-9 M, Afghanistan menjadi rute penyebaran faham Budha dari India ke China. Negara ini
juga memainkan peranan kunci dalam kehidupan politik, agama, dan budaya Timur Tengah
selama periode Islam - terutama pada periode Timurid, ketika ibukota Timurid di Herat memupuk
beberapa inovasi dan karya terbesar dalam hal kaligrafi Islam, miniatur lukisan, ukiran batu, dan
arsitekturnya. Lihat juga Gil J. Stein, ―The War-Ravaged Cultural Heritage of Afghanistan: An
Overview of Projects of Assessment, Mitigation, and Preservation,‖ Near Eastern Archeology,
vol.78, no.3, Special Issue: The Cultural Heritage Crisis in the Middle East (September, 2015),
h.188. 99
―Islamic Republic of Afghanistan,‖ dalam ECO Tourist Guide-Book, h.14. Berdasarkan
situs ―Afghanistan History,‖ sejarah tertua Afghanistan dimulai sejak era batu (stone age) pada
rentang waktu 50.000 SM – 20.000 SM. Lihat: ―Afghanistan History,‖ artikel diakses 07 Oktober
2017 dari www.afghanistan.com/Information/History/Default.htm, 06:00. 100
Pengaruh Bukhara juga pasti besar pada produksi tekstil. Menurut Narshakhi (dalam
bukunya History of Bukhara, 1897), sebuah pabrik terkenal (kārgāh, bayt al-tirāz), berdiri di dekat
masjid katedral di Bukhara, memproduksi permadani (bālish), hiasan pintu (shādravān), tekstil
Yazdi, bantal (bālish), permadani shalat (musallā) dan kain bergaris yang digunakan di
penginapan untuk khalifah (burdī-yi funduqī). Lihat Minorsky, ―Geographical Factors in Persian
Art,‖ h.627. 101
Eltezam, ―Afghanistan‘s Foreign Trade,‖ h.95.
diawali oleh adanya gagasan dari para pemimpin Afghanistan sejak kedaulatan
Afghanistan tahun 1919, yang menginginkan percepatan perekonomian di negara
tersebut dan memodernisasi masyarakatnya, meskipun secara keseluruhan hal itu
belum dilakukan secara merata.102
Perdagangan Afghanistan pada abad ke-20 merupakan perdagangan yang
dimonopoli oleh kekuatan Soviet, yang menjadi eksportir dan importir utama bagi
Afghanistan.103
Jika dilihat berdasarkan letak posisinya, Afghanistan berada di
persimpangan tiga jalur, yaitu Timur Jauh, Timur Tengah, dan Soviet yang
mendominasi Asia Tengah.104
Dominasi Soviet di Afghanistan itu dimulai setelah
adanya insiden Panjdeh tahun 1885 di barat laut Afghanistan. Dan saat itu,
Panjdeh dijadikan sebagai wilayah utama dalam pertukaran barang antar kedua
negara tersebut.105
Pengaruh Soviet di Afghanistan, baik berupa perekonomian maupun
perjanjian netralitas non-agresi, merupakan salah satu cara pemerintahan Soviet
untuk melemahkan pengaruh Inggris di wilayah Asia Tengah, yaitu Iran, Turki
dan India, termasuk Afghanistan. Maka pada tahun 1920-an, Amanullah Khan
memperkuat hubungannya melalui perjanjian persahabatan dengan Soviet.106 Dan
sebenarnya tradisi bi-tarafi yang dimiliki Afghanistan itu juga dianggap
menguntungkan bagi posisi Soviet di Asia Tengah pada masa selanjutnya.
102
Nijssen, ―The Afghan Economy: A Brief History,‖ h.1. 103
M. Siddieq Noorzoy, ―Alternative Economic Systems for Afghanistan,‖ International
Journal of Middle East Studies, vol.15, no.1 (Februari, 1983), h.34. 104
Ramazani, ―Afghanistan and the USSR,‖ h.144. 105
Noorzoy, ―Long-Term Economic Relations...,‖ h.155-156. 106
Payind, ―Soviet-Afghan Relations from Cooperation to Occupation,‖ h.108-109.
Tahun 1950 dan awal tahun 1960-an digambarkan sebagai teori puncak
dalam perkembangan ekonomi.107
Perkembangan ekonomi Afghanistan sangat
terlihat sejak Mohammad Daoud Khan menjadi Perdana Menteri Afghanistan atau
lebih tepatnya sejak adanya perjanjian perdagangan pada tahun 1950-an yang
menjadi tanda awal dalam pengintensifan kegiatan perekonomian Soviet di
Afghanistan. Dan sejak awal tahun 1952, perdagangan Afghanistan-Soviet yang
sudah mencapai dua kali lipat transaksi dari tahun sebelumnya.108
Hal ini berarti
ketergantungan dan hutang Afghanistan semakin meningkat pada Soviet di masa
selanjutnya.
Pihak Barat – Amerika, baru melihat bahwa sejak Soviet mendominasi
secara ekonomi dan politik di wilayah Asia Tengah, maka secara langsung juga
dapat dapat membahayakan posisi Barat di wilayah antara Laut Tengah dan laut
Cina Selatan.109
Namun sayangnya Amerika baru menyadarinya sejak memasuki
pertengahan abad ke-20. Maka dari itu, Amerika mulai mengamankan wilayah
Afghansitan tersebut dengan sejumlah bantuan dana dan bantuan teknis yang
diberikan. Meskipun pengaruh Soviet di Afghanistan masih menempati posisi
pertama dalam dominasi ekonomi Afghanistan.
Dua kekuatan tersebut memainkan perannya saat Afghanistan meminta
suatu bantuan ekonomi dan militer. Permintaan Afghanistan terhadap bantuan
ekonomi dan militer pada Amerika dan Soviet pada tahun 1950-1970 dapat
memperlihatkan posisi Amerika dan Soviet di Afghanistan. Permintaan itu
107
Sudipto Mundle, ―Policies, Paradigms, and Development Debate at Close of Twentieth
Century,‖ Economic and Political Weekly, vol.28, no.36 (September, 1993), h.1879. 108
Ramazani, ―Afghanistan and the USSR,‖ h.147. 109
Ramazani, ibid., h.144.
diberikan pada waktu bersamaan dengan persentase 50% bantuan dari Soviet, dan
30% dari Amerika.110
Berdasarkan hal itu saja sudah dapat dilihat bahwa Soviet
tetap mendominasi. Dengan demikian, sekalipun Afghanistan sudah melakukan
kontak dagang dengan sejumlah negara yang telah disebutkan di atas, tetapi tetap
saja perdagangan Afghanistan masih bergantung pada bantuan Uni Soviet. Dan
hal itu dapat dilihat dari sejumlah laporan bantuan dana dan barang yang diimpor
dari Uni Soviet.
A. Ragam Kegiatan Ekonomi Afghanistan
Sebagian besar masyarakat Afghanistan pada masa itu merupakan
masyarakat tradisional, yang sebelumnya merupakan masyarakat nomaden, yang
85% dari penduduknya itu tinggal di pedesaan. Sebagian dari mereka merupakan
penduduk tetap yang hidup dengan cara bertani dan berternak, dan sebagian lagi
merupakan suku nomad.111
Berdasarkan data yang diperoleh dari Middle East and
North Africa bahwa terdapat sejumlah jenis pekerjaan yang ada di Afghanistan
(lihat lampiran 2.3), di antaranya yaitu pertanian, manufaktur (termasuk kerajinan
tangan), konstruksi dan pertambangan, transportasi dan komunikasi, pendidikan
dan kesehatan, institusi pemerintahan, perdagangan dan lain sebagainya.112
Khusus mengenai kegiatan yang bersifat seni113
, seperti. Kegiatan
kesenian di Afghanistan dapat ditelusuri kembali sejak awal abad ke 1.800 SM.
110
Nijssen, ―The Afghan Economy: A Brief History,‖ h.2. 111
Raimo Väyrynen, ―Afghanistan,‖ Journal of Peace Research, vol.17, no.2, Special Issue
on Imperialism and Militarization (1980), h.93. 112
Dastarac dan Levant, ―What Went Wrong in Afghanistan,‖ h.5. 113
Afghansitan memiliki latar belakang sejarah dalam bidang dekorasi seni. Batu seni yang
telah umum dikenal selama periode Baktria-Yunani, 2.200 tahun yang lalu, dan kemajuan
Pada masa Islam, perkembangan artistik itu telah dijaga oleh para penguasa sejak
masa Ghaznavid, Ghorid, dan dilanjutkan oleh dinasti Timurid114
sebelum adanya
Afghanistan dengan kehidupan kebudayaan yang makmur yang berada di
Herat.115
Dalam sektor kerajinan tangan (handmade), Afghanistan memproduksi
sejumlah komoditas, di antaranya yaitu permadani, kilim, kulit dan pakaian dari
bulu binatang, ornamen batu (termasuk batu semi mulia dan batu permata),
furnitur rotan, anyaman tikar, barang logam (tembaga, kuningan, perak, dan
emas), ornamen dan perabotan kayu, keramik, tembikar, tekstil, border, dan lain
sebagainya.116
Dan berikut ini penjelasan singkat dari kegiatan ekonomi bersifat
seni, selain dari seni kerajinan tangan, yaitu:
1. Lapis Lazuli
Pertambangan batu permata lapis lazuli ini berasal dari bahasa latin
‗lapis‘ yang berarti batu (permata), dan ‗lazhward‘ dari bahasa Persia yang
berarti biru.117
Pertambangan ini sudah ada sejak 6.500 tahun yang lalu, yang
berasal dari wilayah timur laut Afghanistan di provinsi Badakhshan dan
teknologi yang kemudian menyebabkan produksinya menggunakan mesin. Lihat ―Islamic
Republic of Afghanistan,‖ dalam ECO Tourist Guide-Book, h.22. 114
Timurid, juga dikenal sebagai Tamerlane, pendiri dinasti Timurid yang menaklukkan
sebagian besar kerajaan Sasaniyah, India, dan Asia Tengah, yang sangat mengutamakan
pembelajaran terhadap para laki-laki, seniman, dan pengrajin. Setelah kematian Timurid pada
tahun 1405, anaknya yang bernama Shahrukh mewarisi sebagian dari tanah Persia dan mendirikan
ibukotanya di Herat, yang menjadi pusat terbesar dari kegiatan budaya untuk seni, sastra, dan
arsitektur selama 100 tahun dari aturan yang telah ditetapkan Timurid. Lihat ―Islamic Republic of
Afghanistan,‖ dalam ECO Tourist Guide-Book, h.24-25. 115
Herat menjadi pusat kegiatan kebudayaan sejak masa dinasti Timurid. Lihat ―Islamic
Republic of Afghanistan,‖ dalam ECO Tourist Guide-Book, h.24. Di kota itu juga, terdapat
sekolah lukis Herat pada abad ke-15. Lihat juga Minorsky, ―Geographical Factors in Persian Art,‖
h.641. 116
Banwal, ―Status and Prospects for Afghanistan‘s Industries,‖ h.3. 117
Economic Cooperation Organization (ECO), ―ECO Heritage,‖ h.7.
lembah Panjshir (Baktria).118
Batu ini sudah diperdagangkan ke seluruh
Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Afrika.119
Batu itu juga merupakan salah satu batu permata berharga yang ada di
Afghanistan. Batu permata berharga lainnya seperti aquamarine, zamrud,
garnet, kunzit, ruby, safir, turmalin, turqoise, dan zirkon juga dapat
ditemukan di salah satu provinsi di Afghanistan yaitu Nuristan.120
2. Lukisan dan Kaligrafi
Di bawah kekuasaan Sultan Husain Bayqara pada akhir abad ke-15,
seni dan budaya berkembang lebih maju di pusat kebudayaan saat itu di
Herat. Begitu juga dengan kaligrafi yang menjadi elemen paling penting dari
ornamen geometris dengan berbagai teknik dan gaya yang digunakan.121
Kaligrafi juga merupakan salah satu seni dalam Islam yang tetap
mempertahankan keorisinalitasannya dari adanya pengaruh Barat.122
3. Keramik
Jejak pra-sejarah tembikar di Afghanistan ditemukan di Mundigak,
yang berada di persimpangan jalan rute perdagangan dari Kandahar. Lukisan
keramik yang monumental dapat ditelusuri sejak abad ke-2 SM melalui
sejumlah menara dan bangunan kuno, Masjid Herat Biru, kaligrafi, sampul
buku, tekstil, dan barang gelas kaca.123
118
―Islamic Republic of Afghanistan,‖ dalam ECO Tourist Guide-Book, h.22. 119
Utah Museum of Fine Arts, ―The Silk Road,‖ h.3. 120
Economic Cooperation Organization (ECO), ―ECO Heritage,‖ h.6-7. 121
―Islamic Republic of Afghanistan,‖ ibid., h.24-25. 122
Wijdan Ali, ―The Status of Islamic Art in the Twentieth Century,‖ Muqarnas, vol.9 (1992),
h.187. 123
―Islamic Republic of Afghanistan,‖ ibid., h.22, 26.
4. Literatur
Cerita rakyat dan legenda diceritakan dalam bentuk lagu yang
merupakan tradisi berabad-abad lamanya di Afghanistan. Dan selama periode
abad pertengahan, sastra ditulis menggunakan bahasa Dari, Pashto, Turki, dan
Arab,124
dengan lokasi yang menguntungkan di jantung Asia Tengah, yang
menjadi sumber utama daya tarik para arkeolog.125
5. Musik (Radio)
Musik rakyat Afghanistan secara tradisional dimainkan pada acara
khusus, seperti pesta pernikahan, hari libur nasional Afghanistan, dan suasana
berkabung. Karakter musik tradisional ini berasal dari daerah Kabul, Herat,
Mazar-i-Sharif, dan Kandahar. Sedangkan musik populer disiarkan melalui
siaran radio126
yang diperkenalkan di Afghanistan pada tahun 1940.127
6. Permadani tenun
Permadani Afghanistan merupakan salah satu produk diantara
beberapa produk handmade128
yang tersisa di dunia saat ini, yang memiliki
124
―Islamic Republic of Afghanistan,‖ dalam ECO Tourist Guide-Book, h.28. 125
―Islamic Republic of Afghanistan,‖ ibid., h.31. 126
Pada tahun 1951, Parwin menjadi perempuan pertama Afghanistan yang telah bersiaran di
radio Afghanistan. Lihat ―Islamic Republic of Afghanistan,‖ ibid., h.35. 127
Pada tahun 1951, Parwin menjadi perempuan pertama Afghanistan yang telah bersiaran di
radio Afghanistan. Dan sejak tahun 1980-an, musik (radio) Afghanistan mengalami masalah yang
disebabkan karena adanya pembatasan rekaman dari negara luar. Begitu juga selama tahun 1990-
an saat pemerintah Taliban berkuasa, musik instrumental dan penciptaan musik untuk kalangan
publik telah dilarang. Lihat: ―Islamic Republic of Afghanistan,‖ dalam ECO Tourist Guide-Book,
ibid., h.34-35. 128
Permadani handmade lainnya di berbagai negara seperti Afghanistan, Pakistan, Cina,
Turki, Iran dan India, selalu berkonsentrasi dalam hal kualitas dan pelayanannya. Lihat ―Ramezani
Rugs,‖ Ramezani, h.6. Tersedia di http://www.ramezanirugs.com/images/ramezani-catalogue.pdf,
akses 10 Mei 2016, 14:54.
nilai keindahan dan tahan lama.129
Permadani ininmemiliki ciri khas, baik
dari segi motif maupun desain yang digunakan. Keunikan permadani
Afghanistan juga dapat dilihat melalui perkembangan sejarahnya dan juga
dalam penggunaan tekniknya.
Pada masa Persia, permadani tenun menjadi industri utama dalam
kegiatan perekonomian yang ada saat itu.130
Menurut Martin dalam bukunya
―Oriental Rugs Before 1800,‖ yang dikutip oleh W.M.M dalam artikelnya,
kota Herat di Persia Timur telah lama menjadi pusat kekayaan dan budaya.
Dan di bawah pemerintahan Shah Abbas, kota tersebut pernah menjadi salah
satu pusat permadani tenun terbesar di Persia yang dapat mengekspor dengan
jumlah besar ke negara Eropa.131
B. Ekspor-Impor Afghanistan
Menurut data perdagangan, yang dimulai tahun 1888 itu menunjukkan
bahwa komoditas khusus perdagangan Afghanistan secara konsisten baru terdata
dan terlihat sejak tahun 1920-an, yaitu ketika adanya perkembangan perdagangan
bilateral melalui suatu perjanjian antar kedua belah pihak,132
dan hal itu
berlangsung hingga akhir abad ke-20 atau hingga invasi Soviet tahun 1979.
Komoditas khusus tersebut dapat diklasifikasikan menjadi komoditas ekspor dan
129
―Understanding the Carpets of Afghanistan,‖ dalam Asian Textiles, Magazine of the
Oxford Asian Textile Group, no.45 (Februari, 2010), h.8. Dokumen ini tersedia di
http://www/oatg.org.uk/AT/AT45.pdf, akses 10 Mei 2016, 14:08. 130
Jacobsen, Facts about Oriental Rugs, h.2. 131
W. M. M., ―Herat Rugs in the Museum Collection,‖ The Bulletin of the Cleveland Museum
of Art, vol.7, no.5 (Mei, 1920), h.64. Herat pernah menjadi ibukota Khurasan saat ‗Abbās I
menjadi gubernur tahun 1587 M. Lihat Jacobsen, Facts about Oriental Rugs, h.60. 132
Noorzoy, ―Long-Term Economic Relations...,‖ h.156.
impor, dan berikut ini penjelasan singkat mengenai sejumlah komoditas ekspor
dan impor Afghanistan.
1. Komoditas Ekspor Afghanistan
Pembangunan ekonomi Afghanistan bergantung pada penghasilan
ekspor negara dalam sejumlah perdagangan luar negeri.133
Ekonomi
Afghanistan didasarkan pada sektor pertanian. Pertanian juga dapat
digunakan pada semua sektor ekonomi termasuk manufaktur dan
perdagangan domestik hingga internasional. Tetapi perspektif yang tepat itu
hilang pada dua dekade perencanaan ekonomi Afghanistan sejak tahun
1957/58 - 1977/78.134
Pertanian Afghanistan memiliki perolehan nilai ekspor sebesar 90%.
Tetapi jika keseluruhan dari produk kulit Karakul135
, buah-buahan, kapas
mentah136
, wol137
, dan permadani itu digabungkan, maka akan memperoleh
nilai sebesar 94% dari perolehan total ekspor.138
Dari sejumlah produk ekspor tersebut, komoditas terbesar yang
menjadi andalan ekonomi Afghanistan itu bersumber dari kulit Karakul,
133
Ramazani, ―Afghanistan and the USSR,‖ h.145. 134
Noorzoy, ―Alternative Economic Systems for Afghanistan,‖ h.25. 135
Karakul menyumbang sekitar 29% dari total penerimaan devisa negara. Lihat Eltezam,
―Afghanistan‘s Foreign Trade,‖ h.97. 136
Kapas menyumbang sekitar 16% dari hasil ekspornya. Lihat Eltezam, ―Afghanistan‘s
Foreign Trade,‖ h.98. 137
Wol menyumbang sekitar 14% dari pendapatan devisa negara Afghanistan. Lihat Eltezam,
―Afghanistan‘s Foreign Trade,‖ h.98. 138
Komoditas utama yang dijual di India ialah 73% buah segar, 90% kapas dan 80% wol
terjual di Uni Soviet dan Cekoslovakia, 98% kulit Karakul terjual di Amerika Serikat dan Inggris,
dan 88,5% permadani terjual di London dan Hamburg. Lihat Eltezam, ―Afghanistan‘s Foreign
Trade,‖ h.96. Dan penjualan gas alam dari Afghanistan menyumbang sekitar 56% dari total
pendapatan ekspor pada tahun 1980-an. Lihat Nijssen, ―The Afghan Economy: A Brief History,‖
h.4.
buah-buahan, dan kapas. Dan hasil ekspor tersebut digunakan untuk
mengimpor sejumlah peralatan mesin.139
Sejumlah peralatan mesin impor itu dibiayai melalui sejumlah
pertukaran barang dan sistem kredit yang bergantung pada bantuan asing.140
Bantuan asing tersebut berasal dari Soviet dan Amerika yang mendominasi
dalam sejumlah perjanjian dan kesepakatan, baik berupa bantuan dana
maupun bantuan teknis yang terkait.
Salah satu protokol bursa komoditas antara pemerintah Soviet dan
Afghanitan telah ditandatangani pada 27 Agustus 1955. Dalam protokol
tersebut disebutkan bahwa Soviet mengekspor minyak bumi, logam besi, dan
bahan bangunan, sedangkan Afghanistan mengekspor wol, katun dan rotan.141
Pada tahun yang sama (1954/55), Afghanistan mengekspor kapas,
wol, rotan dan biji minyak, sedangkan Soviet mengekspor gula, besi, baja,
kapas, bahan bangunan dan minyak bumi.142
Ekspor penting berikutnya di
Afghanistan ialah buah-buahan dan kacang-kacangan, terutama kismis,
almond, dan pistachio, yang perolehan nilainya hampir sekitar 17% dari total
ekspor atau nilainya setara dengan 90% ekspor untuk negara India dan
Pakistan.143
139
Eltezam, ―Afghanistan‘s Foreign Trade,‖ h.95. 140
Eltezam, ―Afghanistan‘s Foreign Trade,‖ h.100. 141
Ramazani, ―Afghanistan and the USSR,‖ h.149. 142
Ramazani, ibid., h.149. 143
Afghanistan Information Bureau, Afghan Progress in the Third Year of the Plan (London:
Afghanistan Information Bureau., 1959), h.97. Dokumen ini tersedia di http://afghanistandl.
nyu.edu/pdf/adl0981_download.pdf, akses 07 Desember 2016, 05:42. India dan Pakistan
merupakan negara dengan prospek jangka panjang yang baik bagi ekspor buah dan kacang
Afghanistan, karena masyarakat di negara itu banyak yang mengkonsumsinya untuk diet. Lihat
Eltezam, ―Afghanistan‘s Foreign Trade,‖ h.98.
Berdasarkan klasifikasi komoditas internasional, barang ekspor
Afghanistan dibagi menjadi 16 kategori utama, yaitu buah-buahan segar, buah
kering, sayuran segar, biji-bijian dan rempah-rempah, kulit dan rotan, bulu,
wol, benih tanaman, obat herbal, kain, karpet dan permadani, batu semi
mulia, kapas, kulit dan binatang hidup.144
Komoditi tersebut dikirim ke beberapa negara, di antaranya yaitu
India, Uni Soviet, Amerika Serikat, Inggris, Republik Federal Jerman Barat,
Cekoslovakia, Pakistan, Austria, Jepang, Kenya, Saudi Arbia, Italia, Iran,
Mesir, Swedia, Swiss, Suriah, Bahrain, China, Irak dan Perancis.145
Dan
berdasarkan laporan data ekspor tahun 1956-62 didapatkan bahwa dari
sejumlah negara tersebut hanya ada tujuh negara utama yang menjadi tujuan
ekspor Afghanistan, yaitu Soviet, Amerika, India, Inggris, Jerman Barat,
Pakistan, dan Cekoslovakia dengan lima komditas utama ke negara tersebut
berupa kapas, wol, kulit Karakul, buah-buahan, dan permadani.146
2. Komoditas Impor Afghanistan
Sebagian besar impor Afghanistan berupa makanan yang
dikonsumsi,147
dan sejumlah peralatan mesin penunjang kegiatan
perekonomian di Afghanistan. Permintaan impor negara Afghanistan itu lebih
banyak dan beragam, dibandingkan dengan komoditas ekspornya.
144
Afghanistan Information Bureau, Afghan Progress in the Third Year of the Plan, h.95. 145
Afghanistan Information Bureau, ibid., h.95. 146
Komoditas yang diekspor ialah kapas dan wol ke Soviet dan Cekoslovakia, buah-buahan
ke India dan Pakistan, kulit Karakul ke Amerika dan Inggris, dan permadani ke Jerman Barat dan
Inggris. Lihat Eltezam, ―Afghanistan‘s Foreign Trade,‖ h.97. 147
Eltezam, ―Afghanistan‘s Foreign Trade,‖ h.99.
Akumulasi total impor dari sejumlah negara pemasok itu bisa
mencapai 94% dari total keseluruhan. Negara pemasok itu berasal dari Uni
Soviet (45,5%), Amerika Serikat (16,3%), India (10.9%), Jepang (7,7%),
Pakistan (51%), Cekoslovakia (3,6%), Jerman Barat (3,2%), dan Inggris
(1,7%).148
Berikut ini sejumlah komoditas impor yang berasal dari Uni Soviet,
yaitu gula, besi, baja, kapas, bahan bangunan dan minyak bumi, yang
merupakan hasil kesepakatan yang telah ditandatangani pada 27 Agustus
1955.149
Selain itu, pada tahun 1956 Afghanistaan tercatat mengimpor barang
lainnya yaitu senjata api dengan biaya angsuran selama delapan tahun dari
sejumlah negara, di antaranya yaitu Uni Soviet, Cekoslovakia, Polandia,
Hongaria, dan Jerman Timur.150
C. Pemasaran dan Rute Transportasi Afghanistan
Berdasarkan letak geografisnya, Afghanistan hanya memiliki tiga rute
utama dalam transportasi darat, yaitu melalui Iran, Soviet, dan Pakistan. Rute Iran
merupakan rute yang berbiaya mahal, panjang dan berliku. Sebelum pecahnya
perang Anglo-Afghan, Uni Soviet tidak mengizinkan perdagangan Afghanistan
melalui wilayahnya. Dan rute Pakistan melalui Karachi151
merupakan rute yang
148
Eltezam, ―Afghanistan‘s Foreign Trade,‖ h.99. 149
Ramazani, ―Afghanistan and the USSR,‖ h.149. 150
Ramazani, ibid., h.150. 151
Hampir semua permadani yang diekspor ke Eropa dan Amerika Utara berasal dari
pelabuhan Pakistan di Karachi. Lihat ―An Afghan Carpet Ride,‖ akses 21 September 2016 dari
http://www.makingitmagazine.net/?p=4050, 05:38
sangat terjangkau dan lazim digunakan sejak masa lampau dalam perdagangan
Afghanistan.152
Selain transportasi darat, transportasi lain yang dapat digunakan ialah
transportasi udara yang beroperasi sekitar tahun 1958-an. Rute reguler
Afghanistan melayani perjalanan antara Kabul, Kandahar, Kunduz, Mazar-i-
Sharif, Maimana, dan Herat. Sedangkan rute internasional saat itu dapat melayani
perjalanan ke Karachi, Delhi, Teheran, Beirut, dan Bahrain.153
Namun rute itu jarang digunakan karena berbiaya tinggi dan hanya
digunakan oleh beberapa produsen di Afghanistan.154
Oleh karena itu, sebagian
besar transportasi penumpang dan barang di Afghanistan menggunakan jasa
angkut truk. Dan jasa motor-truk itu sebagian besar dimiliki oleh pihak swasta
yang berbiaya cukup mahal, sedangkan di sana saat itu belum ada fasilitas umum
lainnya yang menunjang seperti kereta api.155
Pemasaran produk Afghanistan melalui Pakistan selalu berjalan lancar.
Tetapi sejak Pakistan mendapatkan kemerdekaannya pada tahun 1947, pemasaran
produk Afghanistan itu mulai mengalami sejumlah hambatan karena adanya isu
Pashtunistan. Isu Pashtunistan itu telah meracuni hubungan antara Pakistan dan
Afghanistan, yang akhirnya memunculkan hambatan dalam perdagangan luar
negeri Afghanistan.
152
Ramazani, op.cit., h.145. 153
Afghanistan Information Bureau, Afghan Progress in the Third Year of the Plan, h.75. 154
―An Afghan Carpet Ride,‖ akses 21 September 2016 dari http://www.makingitmagazine.
net/?p=4050, 05:38 155
Hakim A. Hamid, ―Marketing and Business Practices in Afghanistan,‖ Middle East
Journal, vol.14, no.1 (Winter, 1960), h.87-88.
Berdasarkan aturan Durrand Line tahun 1893 yang menyatakan bahwa
wilayah Pashtun tersebut merupakan perbatasan wilayah sengketa yang tidak
boleh dilanggar untuk diakui. Maka dari itu, Afghanistan mengajukan
diadakannya plebisit di wilayah provinsi bagian Barat Laut tersebut, namun hal itu
ditolak oleh Pakistan karena menganggap wilayah itu adalah miliknya.156
Akibatnya, terdapat penutupan jalur utama transportasi di Pakistan pada tahun
1950 selama tiga bulan dan kembali ditutup pada tahun 1955 selama lima
bulan.157
Penutupan jalur utama di Pakistan tersebut menunda sejumlah ekspor
barang Afghanistan. Pada saat penutupan jalur pertama kalinya, terdapat sebuah
tawaran perjanjian dalam kerjasama ekonomi dari Uni Soviet. Dan pada 17 Juli
1950 dihasilkan suatu perjanjian ekonomi Soviet-Afghanistan dengan ketentuan
bebas bea transit dalam sejumlah barang Afghanistan melalui wilayah Soviet.
Saat penutupan jalur transit yang kedua tahun 1955, sikap Afghanistan
saat itu tidak langsung meminta bantuan pada Soviet. Saat itu, Afghanistan
terlebih dahulu mencoba untuk bernegosiasi dengan Iran untuk dapat melalui jalan
menuju pelabuhan Chahbar, di teluk Persia. Hal itu pun berhasil dilakukan dengan
berbiaya mahal sejauh 3.600 mil dan memakan waktu yang cukup lama.158
Sejumlah kendala lainnya yang ada di Afghanistan selain masalah
Pashtunistan ialah marketing. Afghanistan sangat minim sekali dalam sistem
tersebut. Bahkan di sana tidak ada toko retail, supermarket dan toko lainnya yang
156
Ramazani, ―Afghanistan and the USSR,‖ h.146. 157
Ramazani, ―Afghanistan and the USSR,‖ h.146. 158
Ramazani, ibid., h.148.
langsung melayani minat pembelian masyarakatnya.159
Maka tidak mengherankan
jika terdapat sejumlah masyarakat di Afghanistan yang masih ada yang
menggunakan cara lama dalam melakukan transaksi seperti barter.
D. Kerjasama Afghanistan dan Negara Lain
Dalam langkah memperkuat hubungan perdagangan antar negara, maka
pemerintah menjalin kerjasama dan melakukan pembaruan perjanjian melalui
kunjungan dengan sejumlah negara, di antaranya yaitu Mr. Nixon, Presiden
Gamal Nasser, Mr. Eisenhower dan Mr. N.S. Khrushchev, Perdana Menteri Chou
en Lai dari RRC, Mr. Adnan Menderes dari Turki, Mr. U Nu dari Burma, Mr.
Iskandar Mirza dan Mr. Suhrawarday dari Pakistan, Mr. Voroshilov dari Uni
Soviet, Mr. Nehru dari India, Raja Nepal dan beberapa tokoh terkemuka dunia
lainnya.160
Selain melalui kerjasama antar negara, Afghanistan juga meminta
sejumlah bantuan dana dan bantuan teknis kepada PBB sebagai bentuk untuk
memanfaatkan keanggotaannya di PBB.
Program bantuan PBB itu disalurkan melalui suatu badan khusus yang
menangani sesuai bidangnya, seperti ILO, FAO, WHO, UNESCO, UNICEF, dan
lainnya. Pada tahun 1958, PBB mempersiapkan data statistik populasi dan
159
Dalam hal marketing, Afghanistan masih mengembangkan sistem tersebut agar dapat
memenuhi permintaan konsumen secara langsung. Pada abad ke-20 ini, Afghanistan masih
mengandalkan para tengkulak baik tengkulak importer maupun tengkulak pedesaan sebelum
didistribusikan kepada para pedagang eceran. Para tengkulak itu selalu bertransaksi di wilayah
Kabul. Dan salah satu tengkulak yang ada di Kabul ialah department store yang disponsori oleh
Hajji Abdul Hamid dan Abdul Aziz. Lihat Hamid, ―Marketing and Business Practices in
Afghanistan,‖ h.87-90. 160
Afghanistan Information Bureau, Afghan Progress in the Fourth Year of the Plan, h.87.
pertanian yang akan digunakan pada tahun selanjutnya. Selain itu, PBB juga
memberikan bantuan dalam mensurvei sumber daya air dan lahan pertanian.161
Badan khusus lainnya, ILO membantu dalam pembelian dan pemasangan
suatu mesin kerajinan kulit. UNICEF membantu memasok obat preventif dan
kuratif, sabun, vitamin, dan susu kental.162
Sedangkan bantuan teknis dari ILO,
FAO, UNESCO, ICAO, dan WHO itu sudah diberikan pada tahun 1949.163
Jerman memberikan sejumlah bantuan teknis pada Afghanistan setelah
perjanjian yang ditandatangani pada 30 Januari 1958 berupa tenaga ahli di sekolah
kejuruan, pemberian beasiswa pelajar, bantuan penelitian geologi dan hidrologi,
dan pembentukan lokakarya eksperimental.164
Jepang memberikan bantuan
teknisnya dengan mengirimkan tenaga ahli dalam hal bendungan dan sistem kanal
yang ada di Afghanistan.165
Perancis memberikan bantuan teknis dan kerjasama ekonomi berupa
beasiswa pelajar dan memberikan sejumlah pekerjaan pada tenaga ahli untuk
menangani bidang statistik dalam hal pertanian, farmakologi, meteorologi, dan
bahan radioaktif. Dan negara Cekoslovakia membantu dalam pembangunan
pabrik Semen Ghori di Kandahar.166
161
Afghanistan Information Bureau, Afghan Progress in the Third Year of the Plan, h.102. 162
Afghanistan Information Bureau, Afghan Progress in the Fourth Year of the Plan, h.33. 163
Ramazani, ―Afghanistan and the USSR,‖ h.145. 164
Afghanistan Information Bureau, Afghan Progress in the Third Year of the Plan, h.104.
Bantuan lainnya yang diberikan oleh Jerman ialah bantuan pada sektor pertanian, ekonomi,
pengembangan sekolah kejuruan, penelitian geologi, dan masalah administrasi pemerintahan.
Lihat Afghanistan Information Bureau, Afghan Progress in the Fourth Year of the Plan, h.9. 165
Afghanistan Information Bureau, Afghan Progress in the Third Year of the Plan, h.104. 166
Afghanistan Information Bureau, Afghan Progress in the Fourth Year of the Plan, h.9-10,
35.
Sedangkan bantuan lainnya dari negara lain seperti Amerika, Soviet, dan
negara lainnya juga memberikan sejumlah bantuan teknis sesuai ketentuan yang
telah disepakati dengan pemerintahan Afghanistan.
Selain itu, pemerintah Afghanistan juga mengirimkan sejumlah
delegasinya untuk ikut berpartisipasi dalam pameran perdagangan dan konferensi
internasional untuk memperluas hubungan kontak dagang dengan negara di dunia
lainnya.167
Hal itu terlihat sejak tahun 1958 saat pemerintah Afghanistan sangat aktif
mengikuti sejumlah konferensi dan pameran internasional mengenai dunia
perindustrian di berbagai negara, seperti pameran internasional di Italia, pameran
industri Perancis di Teheran, pameran Internasional di New Delhi, konferensi
internasional Asia-Afrika di Kairo, dan sejumlah pameran lainnya.168
167
Afghanistan Information Bureau, Afghan Progress in the Fourth Year of the Plan, h.47. 168
Salah satu pameran lainnya yaitu Poznan International Fair tahun 1960. Lihat Afghanistan
Information Bureau, Afghan Progress in the Fourth Year of the Plan, h.47-48. (Lihat juga
Afghanistan Information Bureau, Afghan Progress in the Third Year of the Plan, h.90.)
BAB IV
PERMADANI PERANG AFGHANISTAN
Permadani perang merupakan manifestasi kebudayaan dan catatan historis
Afghanistan yang berkembang dan masyhur di kalangan para pecinta seni
permadani saat pendudukan Soviet. Permadani perang merupakan istilah yang
diambil karena banyaknya motif senjata perang yang digambarkan pada
permadani tersebut.
Beberapa masyarakat mengistilahkan permadani perang sebagai
permadani protes, dan permadani kemenangan.169
Selain itu, ada sebagian orang
yang melihatnya sebagai seni wisata dari Afghanistan.170
Tetapi, umumnya
masyarakat menyebutnya sebagai permadani perang karena sesuai dengan kondisi
negara yang sedang dilanda peperangan.
Istilah dari kegiatan itu akhirnya menjadi suatu identitas budaya negara
Afghanistan. Menurut Richard Ettinghausen, salah satu kekuatan yang
membentuk identitas suatu budaya ialah adanya suatu agama yang universal, suatu
bentuk autokrasi pemerintahan, dampak buruknya lingkungan dan cuaca, serta
adanya keseragaman gaya kehidupan termasuk dalam hal seni.171
Dan permadani
perang Afghanistan dapat menjadi suatu identitas budaya karena adanya
169
Bonyhady dan Lendon, The Rugs of War, h.4. 170
Brian Spooner, ―Afghan Wars, Oriental Carpets, and Globalization,‖ akses 21 September
2016 dari http://www.penn.museum/sites/expedition/afghan-wars-oriental-carpets-and-globaliza
tion, 05:17 171
Richard Ettinghausen, ―Islamic Art,‖ The Metropolitan Museum of Art Bulletin, New
Series, vol.33, no.1 (Spring, 1975), h.2.
kesesuaian keseragaman gaya kehidupan dalam mendorong kemajuan ekonomi
negaranya.
Hal itu banyak diungkapkan oleh sejumlah pecinta seni, seperti Joyce C.
Ware, yang merupakan seorang kontributor sebuah jurnal Amerika edisi khusus
Fiberarts dalam edisi Political Fiber menjelaskan bahwa “The war rugs...excited
my interest...because there are so few tribal rugs being woven today that reflect
contemporary experiences.”172
Bahkan menurut seorang sejarawan seni Jerman, Eva Linhart mengatakan
bahwa permadani perang bukan hanya menunjukkan suatu dekorasi tenun, tetapi
juga menceritakan suatu peperangan yang terjadi di lingkungan sekitar mereka.
Ewa Kuryluk dalam majalah seni New York menambahkan bahwa terdapat jiwa
atau suatu ungkapan yang tersirat dalam setiap pembuatan dekorasinya.173
A. Seni (Permadani) dalam Islam
Pada awalnya, dunia Islam meminjam motif dan norma dari tradisi artistik
yang menghubungkan berbagai kebudayaan dari Bizantium, Sasania, dan Yunani-
Romawi. Lalu, tradisi itu meluas secara cepat hingga ke wilayah Asia dan Afrika
Utara dengan penyesuaian yang khas dalam perkembangan di setiap wilayahnya
baik berupa bentuk, ikon, simbol, maupun temanya.174
Karakter yang dipinjam itu disebut sebagai karakter ekumenis. Karakter
ekumenis dalam Islam sudah ada sejak masa khalifah Umayyah di Damaskus dan
khalifah pertama Abbasiyah di Baghdad tahun 750 M. Namun akibat adanya
172
Bonyhady dan Lendon, The Rugs of War, h.10. 173
Bonyhady dan Lendon, ibid., h.10. 174
Ali, ―The Status of Islamic Art in the Twentieth Century,‖ h.186.
disintegrasi politik, karakter ekumenis itu menghilang hingga kedatangan Mongol
ke Baghdad dan dunia Islam terbagi menjadi beberapa entitas regional.175
Selanjutnya, seni Islam lahir di bagian Barat (wilayah antara Maroko dan
Spanyol) dan Timur (wilayah antara Asia Tengah dan India), yang merupakan
salah satu manifestasi terbaik dari peradaban Islam yang juga sudah
mempengaruhi dunia artistik di Eropa. Oleh karena itu dalam perkembangan
selanjutnya, banyak masyarakat yang berhutang karakter seni klasik Islam dari
wilayah tersebut.176
Semangat tradisi seni Islam itu dituangkan dalam berbagai bentuk tradisi
yang mudah diterapkan dan dikombinasikan nilai estetikanya, seperti tekstil,
kaligrafi, keramik, logam, gelas kaca, dan lain sebagainya.177
Selain itu, seni Islam
itu juga dituangkan pada sebuah perangko berbentuk kartun yang menggambarkan
sejumlah prestasi para sultan Turki yang terkenal saat itu.178
Sedangkan
permadani dalam Islam merupakan kelanjutan tradisi yang telah diwariskan sejak
pangeran Sycthian berkuasa pada masa Achaemenid (550-330 S.M.), dan
kemudian pembuatannya dilanjutkan oleh kerajaan Sasanid hingga datangnya
peradaban Islam pada abad ke-7 M.179
Tradisi lainnya juga dikembangkan melalui pendirian sejumlah sekolah
seni di dunia Islam. Sekolah seni pertama ialah Imperial Academy of Fine Arts
175
Dunia Islam yang terbagi menjadi beberapa entitas regional itu didominasi oleh
kebudayaan di Mesir, Turki, Iran, dan India. Lihat Ettinghausen, ―Islamic Art,‖ h.3. 176
Seni Islam selalu mudah diterima oleh orang Barat, karena tidak perlu kerumitan untuk
menyesuaikan harmoni yang berbeda dan tidak perlu menggunakan teknologi yang kompleks dan
populer saat ini untuk menikmati dekorasi seni yang mewah tersebut. Lihat Ettinghausen, ―Islamic
Art,‖ h.3. 177
Malise Ruthven dan Azim Nanji, Historical Atlas of Isam (Harvard University Press:
Cartographica Limited, 2004), h.172. 178
Ali, ―The Status of Islamic Art in the Twentieth Century,‖ h.186. 179
Spooner, ―Afghan Wars, Oriental Carpets, and Globalization,‖ vol.53, no.1, h.12.
(atau Sanay-i Nefise Mektebi) yang didirikan di Istanbul tahun 1883. Lalu diikuti
oleh pendirian School of Fine Arts di Kairo tahun 1908. Dan selanjutnya sekolah
akademi seni itu didirikan di beberapa negara Islam lainnya.180
B. Sejarah Singkat Permadani
Teknik dasar menenun sudah ada sejak 2.500 tahun yang lalu di stepa
Asia. Daerah itu juga menjadi daerah ditemukannya permadani Pazyryk yang
ditemukan oleh seorang arkeolog Rusia bernama Sergei Rudenko tahun 1949,
yang diperkirakan dibuat sekitar abad ke-5 SM. Ciri utama permadani ini sangat
berkaitan dengan ukiran di sebuah kota kuno Persepolis masa Acahemenid.181
Pada tahun 632 M, tedapat sebuah karpet yang sangat berharga yang
pernah dibuat dari bahan sutra, emas, logam mulia, dan perhiasan lainnya yang
ditaksir dengan harga saat ini sekitar $1 juta. Karena kemewahannya itu, maka
para penjahat mencurinya, lalu memotong menjadi beberapa bagian. Dan sejak
saat itu, permadani tenun mulai tersebar ke seluruh dunia.182
Pada perkembangan selanjutnya di tahun 1704 M, seorang penjelajah Asia
berhasil menemukan lebih dari 400 alat tenun yang sudah digunakan di provinsi
180
Negara Islam yang dimaksud ialah Irak, Suriah, Lebanon, India, Pakistan, Bangladesh,
Sudan, Yordania, Maroko, Tunisia, dan Aljazair. Lihat Ali, ―The Status of Islamic Art in the
Twentieth Century,‖ h.187. 181
―Tribal Rugs: Weaving Modernity into Afghanistan,‖ akses 21 September 2016 dari
http://yris.yira.org/essays/1699, 05:44. Permadani paling awal itu ditemukan di Pazyryk di sekitar
pegunungan Altai, Siberia Selatan, yang diawetkan dalam es di makam salah seorang pangeran
Scythian, dan diperkirakan dibuat pada masa setelah kekaisaran Achaemenid (550-330 S.M.).
Lihat Spooner, ―Afghan Wars, Oriental Carpets, and Globalization,‖ akses 21 September 2016 dari
http://www.penn.museum/sites/expedition/afghan-wars-oriental-carpets-and-globaliza tion, 05:17.
Teknik dasar menenun itu sudah ada sejak 2.500 SM. Pada masa tersebut disebut sebagai bronze
age (3.000 S.M. – 2.000 S.M.), yang merupakan masa dimana sudah mulai tumbuhnya urbanisasi
dan perdagangan dalam ekonomi beras, gandum, domba dan kambing. Lihat: ―Afghanistan
History,‖ artikel diakses 07 Oktober 2017 dari www.afghanistan.com/Information/History/Default.
htm, 06:00. 182
Baumann, ―The Genuine Persian Rug,‖ vol.3, no.7, h.567.
Khurasan, Persia Timur. Penemuan alat itu menjadi salah satu bukti dari masa
yang paling makmur pada abad ke-16 dan ke-17 saat seni permadani tenun Persia
berada di bawah pemerintahan Shah Tammasch (1524-1576).183
Sesuai dengan hal tersebut, pada abad ke-16 atau pada masa kekuasaan
Safawi (1500-1722) di Iran, seni permadani tenun berada pada masa keemasan
dengan tingkat kesempurnaan dalam pemberian ornamen dari setiap permadani
yang dibuatnya. Masa keemasan ini merupakan masa keemasan lanjutan dari masa
sebelumnya, yaitu masa Timurid (1380-1411) di Iran.184
Pada akhir abad ke-16 di bawah pemerintahan Shah Abas terdapat sebuah
permadani yang sangat berharga dan tak tertandingi, yang merupakan permadani
terbaik pada masa itu di kota Herat, Afghanistan Barat. Selanjutnya, seni ini
berkembang hingga tahun 1731 di saat Shah Nadir menghancurkan wilayah
tersebut, dan memaksa para penenun bermigrasi ke wilayah Persia dan Asia
Kecil.185
Proses migrasi ke wilayah tersebut dibuktikan dengan adanya penemuan
sebuah permadani sutra yang sangat halus pada abad ke-17, yang ditenun dengan
menggunakan benang emas, dan saat ini tersimpan di Museum Osmanic,
183
Di bawah pemerintahannya itulah, permadani Ardebil abad ke-16 yang terkenal saat itu
masih tersimpan di Victoria and Albert Museum, London. Lihat Baumann, ―The Genuine Persian
Rug,‖ vol.3, no.7, h.567. 184
Permadani Ardebil, Tabriz dan Isfahan merupakan permadani yang ada pada masa Safawi,
yang memiliki kualitas luar biasa dengan gaya dan material dalam pola dan ornamennya. Lihat
Economic Cooperation Organization (ECO), ―ECO Heritage,‖ h.13. 185
Di bawah pemerintahannya itulah, permadani Ardebil abad ke-16 yang terkenal saat itu
masih tersimpan di Victoria and Albert Museum, London. Lihat Baumann, ―The Genuine Persian
Rug,‖ vol.3, no.7, h.567.
Konstantinopel. Tetapi para ahli menduga bahwa permadani yang sangat indah itu
merupakan salah satu permadani terbaik yang pernah dibuat pada abad ke-15.186
Seni permadani tenun di Turki itu sebenarnya sudah ada jauh sebelum
adanya penaklukkan Konstantinopel. Saat itu, para penguasa Turki memanggil
para penenun permadani Persia untuk datang ke istana dan mengajarkan karya
seni itu dengan teknik yang lebih mudah digunakan pada umumnya.187
Pengajaran itu dibuktikan dengan adanya penemuan potongan permadani
Turki tertua di Masjid Ala-Eddin di Konia, Asia Minor, yang diperkirakan dibuat
sebelum tahun 1220 M.188
Pada saat pemerintahan Ottoman, pemasaran permadani saat itu telah
menjangkau hingga ke negara Barat melalui jalur perdagangan Mediterania.
Penggunan permadani pada abad pertengahan saat itu lebih banyak digunakan
sebagai taplak meja dibandingkan sebagai penutup lantai. Hal itu dikarenakan
banyak orang Eropa saat itu lebih banyak makan di meja daripada di lantai.189
Sedangkan, keberadaan karpet di Eropa itu menurut Ernst Frehse ialah
saat para muslim berbangsa Moor menaklukkan Spanyol tahun 711 M, dan
selanjutnya pada abad ke-17, permadani itu dibawa oleh orang Spanyol ke
Amerika dan menjadikan karya seni di Amerika menjadi lebih modern dari
sebelumnya.190
186
Di bawah pemerintahannya, permadani Ardebil abad ke-16 yang terkenal saat itu masih
tersimpan di Victoria and Albert Museum, London. Lihat Baumann, ―The Genuine Persian Rug,‖
vol.3, no.7, h.567. 187
Baumann, ―The Genuine Persian Rug,‖ vol.3, no.7, h.567. 188
Baumann, ibid., vol.3, no.7, h.567. 189
Spooner, ―Afghan Wars, Oriental Carpets, and Globalization,‖ akses 21 September 2016
dari http://www.penn.museum/sites/expedition/afghan-wars-oriental-carpets-and-globaliza tion,
05:17. 190
Baumann, op.cit., vol.3, no.7, h.567.
Salah satu pengenalan dalam memasarkan permadani mulai abad ke-19
ialah melalui sejumlah pameran internasional. Pameran Internasional (World‟s
Fair) pertama kali diadakan di Wina pada tahun 1867 dan selanjutnya pada tahun
1873.191
Beberapa permadani Asia yang selalu diikutsertakan dalam setiap
pameran yang diadakan di Eropa dan Amerika di antaranya yaitu permadani dari
Iran, Turki, Kaukasia, dan Turkmen.192
Pengadaan pameran internasional tersebut meluaskan sejumlah jaringan
perdagangan, sekaligus mengaktifkan kembali perdagangan permadani lokal di
negara-negara Asia.193
Tepatnya, sejak adanya pameran internasional yang kedua
tahun 1873 dalam meningkatkan prestise permadani tenun Asia yang dahulu
dianggap sebagai barang mewah dan mahal. Kemudian, anggapan itu berakhir
sejak tahun 1914 oleh karena permadani saat itu sudah dapat diproduksi secara
masal dan dapat digunakan oleh semua kalangan.194
C. Klasifikasi Permadani Asia
Secara umum, permadani Asia atau yang lebih dikenal di Barat sebagai
oriental rugs itu terbagi menjadi tiga jenis, yaitu permadani suku nomad,
permadani Persia, dan permadani Turki (Smyrna).195
Namun menurut negara
asalnya, permadani tenun Asia itu dapat dikelompokkan menjadi permadani
191
Baumann, ―The Genuine Persian Rug,‖ vol.3, no.7, h.567. 192
Helfgott, Ties That Bind: A Social History of The Iranian Carpet, h.15. 193
Helfgott, ibid., h.199. 194
Helfgott, ibid., h.15. 195
Baumann, ―The Genuine Persian Rug,‖ vol.3, no.10, h.847.
Persia, Kaukasia, negara-negara Asia Tengah (yang meliputi Baluchistan,
Afghanistan, Bukhara), Turki, India, China, dan Yunani.196
Permadani yang berasal dari negara-negara di Asia Tengah, seperti
Afghanistan, Beluchistan, Bukhara, Turkistan, Kaukasus, Kurdistan, Luristan, dan
Persia Selatan merupakan jenis permadani yang dibuat oleh suku-suku nomaden
atau disebut sebagai permadani nomad.197
Permadani ini umumnya menggunakan
teknik simpul senne, teknik simpul yang berasal dari Persia.
Sedangkan, permadani yang berasal dari wilayah Kirshihir, Kula, Ladik,
Mudjur, Melas, Nidge, Jakshibeidjir, Megri, Pergamo, Tuzla, Yuruk, Hereke,
Uschak, Yaprak, Chiordes, dan Dimirdshi merupakan jenis permadani smyrna
atau permadani yang berasal dari Turki.198
Permadani ini umumnya menggunakan
teknik simpul smyrna (chiordes) atau simpul Turki. Dan perbedaan penggunaan
kedua teknik tersebut, senne dan smyrna, dapat dilihat pada lampiran 3.4 – 3.7.
Identifikasi termudah antara permadani Persia dan Turki ialah melalui
perbedaan penggunaan simpul ikatan. Umumnya, teknik Persia menggunakan
simpul yang lebih kuat dibandingkan dengan penggunaan simpul dari Turki (lihat
lampiran 3.4 – 3.7). Selain itu, permadani Persia umumnya berbulu lebih tebal
daripada permadani Turki, sehingga terasa lembut dan nyaman saat digunakan.
Teknik simpul Persia biasanya digunakan oleh sejumlah negara di Asia
Tengah, seperti China, Nepal, India, Pakistan, Iran, Afghanistan, Oman,
Kazakhstan, dan Mongolia. Sedangkan teknik simpul Turki biasanya digunakan
196
Jacobsen, Facts about Oriental Rugs, h.1. 197
Baumann, ―The Genuine Persian Rug,‖ vol.3, no.10, h.847. 198
Baumann, ibid., vol.3, no.10, h.847.
oleh sejumlah negara di Timur Tengah, seperti Turki, Syria, Irak, Jordan, Saudi
Arabia, dan Yaman.199
Sedangkan berdasarkan masanya, permadani itu dapat diklasifikasikan
menjadi permadani klasik antik, dan permadani baru, yang dapat dibedakan
berdasarkan motif yang digunakan (lihat lampiran 4.5 – 4.12). Permadani klasik
antik berasal dari Persia, Kaukasia, Asia Tengah (termasuk kelompok suku
Turkmen), Turki, China, dan India. Permadani baru berasal dari Persia, Kaukasia,
Asia Tengah (termasuk kelompok suku Turkmen), Turki, China, India, dan
Yunani.200
Berikut ini penjelasan singkat dari klasifikasi permadani per wilayah,
yaitu:
a) Permadani Persia
Permadani ini umumya menggunakan pola dasar bunga sebagai sisi
batasnya, dan penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran 4.5 – 4.13.
Warna yang digunaan ialah biru tua dan merah dengan tekstur yang begitu
rumit. Permadani ini terbagi menjadi tujuh, yaitu permadani Khurasan,
Kerman dan Kermanshah, Sinneh (Senna), Feraghan, Shiraz, Saraband, dan
Hamadan.201
b) Permadani Kaukasia
Wilayah permadani Kaukasia berada diantara laut hitam dan laut
kaspia. Pola utama yang menjadi ciri khas permadani ini ialah bentuk kailnya.
199
―Oriental Rug Knotting and Construction: Knotted, Tufted and Flat-Woven Rugs; Knot
Types and Density,‖ h.3. Tersedia di http://www.kapridjianrugsandcarpets.com/knotting.pdf, akses
06 Oktober 2016, 17:48 200
Jacobsen, Facts about Oriental Rugs, h.1. 201
―Industrial Arts: Oriental Rugs,‖ The Collector and Art Critic, vol.4, no.1 (November,
1905), h.11.
Permadani ini terbagi menjadi delapan, yaitu permadani Daghestan, Derbend,
Cabistan, Tzitzi (Tchetchen), Kazak, Guenja (Genghis), Cashmere (Soumak),
dan Shirvan.202
c) Permadani Kurdistan
Permadani ini meminjam desain Persia. Permadani ini terbagi menjadi
tiga, yaitu permadani Persian Kurdistan, Sarakhs (Lule), dan Mossoul.203
d) .Permadani Turki
Permadani ini menggunakan simpul Ghiordes atau simpul Smyrna.
Permadani ini terbagi menjadi enam, yaitu permadani Ghiordes, Coulah,
Ladic, Meles, Bergamo, dan Yuruk.204
e) Permadani Turkoman
Permadani ini berasal dari bagian barat Asia Tengah, yang berasal dari
suku Turkoman. Permadani ini terbagi menjadi tiga permadani, yaitu
permadani Bokhara (Tekké), Yomut, dan Belooch (Baluch atau
Baluchistan).205
f) Permadani India
Seni permadani tenun ini dibawa ke Lahore oleh Mohammedan pada
masa kekuasaan Mughal pada abad ke-16. Karpet tertua di India sangat
menyerupai permadani Isfahan. Permadani modern banyak menggunakan
202
―Industrial Arts: Oriental Rugs,‖ h.11-14. 203
―Industrial Arts: Oriental Rugs,‖ h.14. 204
―Industrial Arts: Oriental Rugs,‖ h.14-15. 205
―Industrial Arts: Oriental Rugs,‖ h.15.
desain berpola Inggris yang dibuat oleh mesin, sehingga permadani ini tidak
memiliki sentuhan artistik.206
g) Permadani China
Permadani China dibuat sejak beberapa abad sebelumnya. Permadani ini
biasanya dibuat dari wilayah Peking, Tientsin, Ning-hsai dan Smarkand. 207
Berdasarkan klasifikasi di atas, permadani Afghanistan termasuk sebagai
permadani yang memiliki beberapa karakteristik permadani dari berbagai wilayah
yang telah dijelaskan di atas. Hal itu didasarkan atas beragamnya suku yang ada
di Afghanistan, seperti suku Turkmen, Kurdi, Hazara, Baluch dan lain
sebagainya. Permadani Afghanistan dapat disebut sebagai bagian dari permadani
Persia yang merunut pada sejarah dan teknik simpul yang digunakan. Tetapi juga
dapat diklasifikasikan sebagai permadani Asia yang merunut pada wilayah
pembagiannya.
Permadani Afghanistan disebut juga sebagai permadani Turan. Permadani
Turan merupakan salah satu permadani asli Persia (the genuine Persians) selain
permadani Iran. Turan dan Iran dibedakan berdasarkan wilayah pembagiannya.
Turan merupakan istilah yang merujuk pada wilayah dataran di antara Rusia
(bagian) Selatan dan Afghanistan (bagian) Timur, sedangkan Iran yang dimaksud
ialah wilayah dataran di antara Afghanistan (bagian) Barat dan Kerajaan besar
Persia.208
Sedangkan menurut sejarahnya, Afghanistan pernah menjadi bagian dari
wilayah Khurasan yang menjadi puncak kebudayaan dari dinasti Saljuk, Mongol
206
―Industrial Arts: Oriental Rugs,‖ h.15. 207
―Industrial Arts: Oriental Rugs,‖ h.15. 208
Baumann, ―The Genuine Persian Rug,‖ vol.3, no.7, h.567.
dan Timurid.209 Pada masa Timurid, wilayah Herat di Afghanistan pernah
menjadi ibukota dari dinasti tersebut. Dan sejak Timurid hingga Sawafi, kota
Herat menjadi salah satu pusat produksi dan pendistribusian permadani tenun
yang terkenal pada masa itu.210
D. Permadani Perang Afghanistan
Permadani perang merupakan sebuah genre baru dari permadani Asia,211
yang menampilkan sisi modern dari motif perang yang dibuat pada abad ke-20
berdasarkan pengalaman penenun baik melihat maupun mendengar langsung
dalam menghadapi situasi perang yang berlangsung di negaranya. Permadani
perang juga ingin memberikan pesan kepada masyarakat dunia tentang supremasi
militer asing (yang menyerang negaranya) melalui penggambaran sejumlah motif
militer seperti tank, senjata, dan lain sebagainya.212
Permadani perang ini masyhur
setelah adanya invasi Soviet di Afghanistan tahun 1979.
Awalnya, permadani perang itu dibuat untuk menarik minat para pegawai
dan wisatawan Soviet sebelum dikomersilkan kepada masyarakat banyak.213
Tatiana Divens, seorang kolektor permadani Baluch selama puluhan tahun,
menjelaskan pendapatnya yang dikutip oleh Tim Bonyhady dalam artikelnya
bahwa permadani perang itu dibeli oleh para pegawai Soviet yang ada di
209
Minorsky, ―Geographical Factors in Persian Art,‖ Bulletin of the School of Oriental
Studies, University of London, vol.9, no.3, h.650. 210
Helfgott, Ties That Bind: A Social History of the Iranian Carpet, h.70. 211
Spooner, ―Afghan Wars, Oriental Carpets. And Globalization,‖ akses 21 September 2016
dari http://www.penn.museum/sites/expedition/afghan-wars-oriental-carpets-and-globaliza tion,
05:17. 212
―War Rugs,‖ akses 21 September 2016 dari http://conflictfood.com/en/war-rugs, 04:19 213
Tanya Barrientos, ―War rugs offer a glimpse of changing art in Afghanistan,‖ askses 21
September 2016 dari https://penncurrent.upenn.edu/2011-04-21/features/war-rugs-offer-glimpse-
changing-art-afghanistan, 05:23
Afghanistan. Bonyhady juga mengambil pendapat dari Svetlana Alexievich
dalam bukunya Zinky Boys, menjelaskan bahwa salah satu dari beberapa souvenir
yang dibawa oleh sebagian besar pegawai Soviet di Afghanistan ialah permadani.
Selain itu, seorang jurnalis Italia, Edgardo Bartoli, memberitahukan sebuah
permadani perang yang dilihatnya dari sebuah rumah pegawai Soviet di Kabul
pada tahun 1988.214
Beberapa penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa peran
dan pengaruh Soviet di Afghanistan sudah ada sejak sebelum terjadinya perang
Anglo-Afghan I.
Menurut Tatiana Divens, seorang ahli peralatan militer di Washington
dalam artikel edisi Oriental Rug Review mengatakan bahwa permadani perang
menjadi suatu alat yang penting bagi para penenun sebagai salah satu cara untuk
mengungkapkan kejadian yang mengerikan, yang dilihatnya saat terjadinya
peperangan.215
Berbagai permadani perang yang dibuat itu hampir menyerupai
sebuah jurnalisme dari para penenun Afghanistan,216
karena merekam sejumlah
kejadian penting yang ada di negara tersebut seperti adanya serangan rudal Soviet.
Dalam hal berekspresi, masyarakat Afghanistan didukung dan dilindungi
oleh Hukum Konstitusi Afghanistan tahun 1964 pasal 30 dan 31 yang keduanya
menjelaskan tentang kebebasan berekspresi dalam menyampaikan pendapat. Pasal
30 menjelaskan tentang kebebasan dan kerahasiaan berkomunikasi baik berupa
214
Bonyhady, ―The Rugs of War: Out of Afghanistan,‖ h.2. Dokumen tersedia di
http://soa.anu.edu.au/ sites/default/files/TROW.pdf, akses 10 Mei 2016, 15:02. 215
Marianne Rohrlich, ―Images of War, Made Graceful on a Rug,‖ akses 21 September 2016
dari http://www.nytimes.com/1997/01/16/garden/images-of-war-made-graceful-on-a-rug.html?_
r=0, 04:57 216
―War Rugs exhibit opens today at Penn Museum,‖ akses 21 September 2016 dari
http://www.westphillylocal.com/2011/04/30/war-rugs-exhibit-opens-today-at-penn-museum,
04:56
tulisan, telepon, telegraf ataupun media lainnya. Sedangkan pasal 31 menjelaskan
tentang menghormati suatu kebebasan berpikir dan berekspresi masyarakat baik
dalam bentuk pidato, secara tertulis, gambar, maupun cara lainnya yang sesuai
dengan ketentuan hukum.217
Dan dalam perkembangan selanjutnya, permadani dibuat dengan beragam
tema yang sesuai dengan kejadian penting yang terjadi di negaranya, seperti tokoh
kartun Najibullah yang digambarkan sebagai boneka Soviet. Tema umum pada
akhir abad ke-20 itu berupa supremasi militer Soviet di Afghanistan. Sedangkan
tema lainnya di antaranya berupa tokoh pahlawan, pemandangan kota, legenda
masyarakat, kudeta, dan lain sebagainya.218
Beberapa produsen utama permadani tenun tradisional Afghanistan
berasal dari beberapa suku, yaitu suku Baluch, Hazara, Zakini, Taimani, dan
Turkmen. Umumnya, para penenun ini menggunakan kapas, sutra, dan wol dari
domba legendaris Karakul di Asia Tengah.219
Sedangkan saat invasi Soviet berlangsung, terdapat beberapa penenun
yang diketahui melarikan diri ke Iran dan Pakistan, yaitu suku Baluch, Turkmen,
dan Hazara.220
Dan dari ketiga suku tersebut hanya suku Turkmen dan Baluch
yang menjadikan permadani perang terkenal dengan tampilan seni yang unik dan
217
―Constitution of Afghanistan,‖ Middle East Journal, vol.19, no.2 (Spring, 1965), h.220. 218
Tami Katz-Freiman, ―Nevet Yitzhak: WarCraft,‖ The Screening Room Exhibition, h.1.
Tersedia di http://www.thescreeningroommiami.com/upload/files/Nevet%20Yitzhak-FINAL%20
PRESS%20RELEASE% 20 2014(1).pdf, akses 10 Mei 2016, 14:52 219
―Afghan Rugs: The Contemporary Art of Central Asia,‖ dalam BOCA Museum of Art (3
Mei-27 Juli, 2014), h.6. 220
Charland, ―War Rugs: Woven Documents of Conflict and Hope,‖ h.28. Menurut Spooner,
permadani perang berasal dari suku Baluch dan Turkmen di berbagai wilayah Afghanistan di
bagian barat, utara, dan Pashtun di selatan. Tetapi tetap saja permadani termahal berasal dari suku
Turkmen di bagian utara. Lihat Spooner, ―Afghan Wars, Oriental Carpets, and Globalization,‖
akses 21 September 2016 dari http://www.penn.museum/sites/expedition/afghan-wars-oriental-
carpets-and-globaliza tion, 05:17.
figuratif melalui motif perang dan desainnya. Selain itu, daya tarik lainnya ialah
penggunaan alat tenun tradisional, yang terbuat dari kayu berbentuk horizontal
yang portable.221
Permadani perang yang dibuat oleh para pengungsi Afghanistan di
Pakistan itu kemudian diekspor ke salah satu negara Barat seperti Amerika
Serikat, lalu dibeli oleh sejumlah negara dari Timur Tengah.222
1. Faktor Munculnya Permadani Perang
Argumen mengenai permadani perang yang muncul pada akhir abad ke-20
atau saat pendudukan Soviet di Afghanistan itu belum dikatakan tepat. Menurut
Helfgott dalam bukunya Ties That Bind: A Social History of the Iranian Carpet
menjelaskan bahwa karpet bom (the carpet boom) itu dibuat atas adanya
permintaan pasar Eropa pada perempat abad terakhir abad ke-19. Permintaan itu
tersebar ke seluruh wilayah Iran dan akhirnya mengaktifkan kembali ekspor
produksi permadani tenun pada tahun 1885.223
Hal tersebut juga diperjelas
berdasarkan artikel Spooner, ―Afghan Wars, Oriental Carpets, and Globalization,‖
yang menampilkan sebuah permadani Persia yang ditenun sekitar tahun 1920-an,
yang digambarkan dengan suasana pemandangan kota dan sebuah pesawat besar
pada saat Perang Dunia I.224
221
―The Baluch Rugs Weaving,‖ Dan Levy, Art Pane Home of Oriental Carpets and Rugs,
h.4. Tersedia di http://www.artpane.com/docs/The_Baluch_Rugs_Weaving.pdf, akses 10 Mei
2016, 15:01 222
Amerika Serikat merupakan salah satu negara yang banyak ditempati oleh ratusan imigran
Afghanistan yang melarikan diri saat terjadinya konflik peperangan. Lihat ―Afghan Rugs and
Carpets: Rugs from Afghanistan,‖ akses 21 September 2016 dari http://www.internetrugs.com/
blog/afghan-rugs-and-carpets-rugs-from-afghanistan, 04:49 223
Helfgott, Ties That Bind: A Social History of The Iranian Carpet, h.16. 224
Spooner, ―Afghan Wars, Oriental Carpets, and Globalization,‖ h.14.
Selanjutnya, pemasaran melalui pameran internasional (World‟s Fair)
pertama kali itu diadakan di Wina pada tahun 1867, dan pameran kedua tahun
1873.225
Hal ini sesuai dengan kronologis dari suatu permintaan carpet boom dari
Eropa pada akhir abad ke-19.
Permintaan pasar Eropa itu baru terpenuhi ketika terdapat beberapa bukti
dari sejumlah permadani yang menggambarkan motif persenjataan yang sudah ada
sejak awal abad ke-20. Bukti pertama yaitu sebuah permadani Persia yang ditenun
sekitar tahun 1920-an. Permadani itu menggambarkan sebuah pemandangan kota
dengan pesawat besar yang muncul pada Perang Dunia I.226
Bukti kedua yaitu sebuah hadiah berupa permadani suku Baluch yang
ditenun pada tahun 1934 untuk keluarga kerajaan Jepang. Permadani tersebut
berlatar tiga kelompok geisha dengan beberapa motif pesawat (yang merupakan
motif perang) berukuran kecil di setiap sudutnya.227
Sedangkan bukti lainnya yaitu berdasarkan adanya kunjungan para
penenun permadani perang dari suku Turkmen pada suatu pameran permadani
Afghanistan di Penn Museum pada awal tahun 1973. Dalam kunjungannya, para
penenun itu ditawarkan atas permintaan Penn Museum untuk menenun sebuah
permadani dengan potret Presiden Nixon sebagai latar utama permadani
tersebut.228
Berdasarkan permintaan Penn Museum tersebut penulis
225
Baumann, ―The Genuine Persian Rug,‖ vol.3, no.7, h.567. 226
Spooner, ―Afghan Wars, Oriental Carpets, and Globalization,‖ vol.53, no.1, h.14. 227
Bonyhady dan Lendon, ―The Rugs of War,‖ h.6. 228
Spooner, ―Afghan Wars, Oriental Carpets. And Globalization,‖ akses 21 September 2016
dari http://www.penn.museum/sites/expedition/afghan-wars-oriental-carpets-and-globaliza tion,
05:17.
memperkirakan bahwa pada rentang tahun tersebut memang sudah ada permadani
perang berlatar tokoh ternama.
Demikian, beberapa bukti dan informasi yang telah dijelaskan di atas itu
membuktikan bahwa permadani perang telah ada sejak awal abad ke-20 atas dasar
permintaan pasar Eropa pada akhir abad ke-19. Dan perkembangan permadani dan
motif perang berupa persenjataan itu mulai mencolok saat setelah invasi Soviet di
Afghanistan tahun 1979.
Berdasarkan faktor pendukungnya, permadani perang ini muncul karena
berbagai faktor yang diklasifikasikan menja faktor politik dan ekonomi. Berikut
ini berbagai faktor pendukung yang telah diklasifikasikan dalam penjelasan yang
singkat.
Berdasarkan dorongan unsur politik, Afghanistan merupakan negara
strategis sebagai penyangga dari dua kekuatan besar Soviet (USSR) dan Inggris
yang berseteru pada abad ke-19, dan Afghanistan tetap menjadi negara penyangga
hingga terjadinya Perang Dunia I. Selain itu, Herat yang menjadi salah satu
provinsi di Afghanistan saat ini pernah menjadi salah satu pusat kebudayaan dan
tempat pendistribusian dalam seni permadani tenun. Namun penulis
memperkirakan bahwa jika permintaan pasar Eropa itu diketahui sudah ada pada
akhir abad ke-19, dan wilayah penghasil permadani itu aktif kembali setelah tahun
1885, maka dapat diperkirakan bahwa faktor pendukung bersifat politik tersebut
didasarkan pada perang Anglo-Afghan yang terjadi sejak tahun 1893.
Berdasarkan dorongan unsur ekonomi, Afghanistan mulai memperluas
pemasaran produk dalam berbagai pameran internasional, dan salah satunya ialah
diadakannya pameran internasional pada 26 Oktober-5 Desember 1930 yang
diikuti oleh 130 peserta perusahaan dari perwakilan negara Amerika Serikat dan
12 negara di Eropa, di antaranya yaitu Austria, Cekoslowakia, Denmark, Inggris,
Finlandia, Perancis, Jerman, Belanda, Italia, Polandia, Swedia, dan Swiss.229
Faktor pendukung dalam pemasaran produknya yaitu adanya sebuah
perusahaan swasta Spinzar, yang merupakan perusahaan budidaya kapas mentah
yang berada di Herat, Afghanistan Utara dan berada di bawah kontrol Soviet.
Pemiliknya, Abdul Majid Zabuli merupakan seorang suku Pashtun yang menikah
dengan seorang wanita Rusia dan memiliki bisnis di Uni Soviet.230
Dukungan lainnya juga diberikan oleh Banke Millie Afghanistan – bank
pelopor yang dikomersilkan tahun 1932 – pada sejumlah perusahaan seperti
perusahaan gula dan petroleum (1934), perusahaan Karakul (1934), dan lain
sebagainya.231
Bank ini juga bertanggung jawab atas nilai tukar mata uang negara
dan luar negeri. Bank ini sudah ada sebelum bank milik Pemerintah, Bank Da
Afghanistan didirikan pada tahun 1939.232
Adanya perusahaan swasta dan bantuan dari Banke Millie Afghanistan
memungkinkan dalam mendukung suatu pemasaran permadani Afghanistan,
termasuk permadani perang Afghanistan. Hal ini didasarkan atas data ekspor
(1956-1976) permadani tenun yang menjelaskan bahwa pesaing utama pemasaran
permadani tenun Afghanistan di negara Jerman, Perancis, Uni Soviet, Amerika
229
Richard F. Bach, ―Rugs and Carpets: An International Exhibition of Contemporary
Industrial Art,‖ The Metropolitan Museum of Art Bulletin, vol.32, no.10, bagian 1 (Oktober, 1937),
h.226. 230
Magnus dan Naby, ―Afghanistan and Central Asia: Mirrors and Models,‖ h.609. 231
Franck, ―Problems of Economic Development in Afghanistan,‖ h.431. 232
Franck, ibid., h.436.
Serikat, Pakistan, dan beberapa negara Arab lainnya yaitu permadani dari Turki
dan Iran.233
Fenomena permadani perang ini ada jauh sebelum adanya invasi Soviet di
Afghanistan, yang diperkirakan sudah ada sejak awal abad ke-20, yang mengacu
pada pendapat Helfgott bahwa permintaan carpet boom dari pasar Eropa itu sudah
ada sejak akhir di perempat abad ke-19. Argumen lainnya juga diperkuat oleh
penjelasan dari seorang kurator Italia Enrico Mascelloni yang mengatakan bahwa
permadani perang di Afghanistan itu sudah ada pada tahun sebelum kejadian
invasi dan pendudukan Soviet. Namun, gambar peperangan seperti pesawat dan
senjata lainnya itu pada awal abad tersebut dibuat dengan ukuran yang lebih kecil
di setiap latar utama maupun di border baik berupa latar utama dari peta negara
(dunia), tokoh (pemimpin suku/khan/panglima perang).234
Kemasyhuran permadani perang Afghanistan juga didukung oleh berbagai
pameran seni permadani tenun dari beberapa museum seperti pameran permadani
di Penn Museum tahun 1973, dan adanya dukungan dari para dealer permadani
Asia, seperti Luca Brancati dan Robert Cadry.
Luca Brancati, seorang dealer permadani dari Italia, yang telah
mengadakan pameran 80 buah permadani perang di Turin pada bulan Mei 1988.
Dan pameran selanjutnya diadakan di Amerika Serikat pada bulan Februari 1989.
233
Banwal, ―Status and Prospects for Afghanistan‘s Industries,‖ h.9. 234
―Afghan War Rugs: The Modern Art of Central Asia,‖ (2015), h.8. Dokumen tersedia di
http://mag.rochester.edu/wp-content/uploads/2016/01/Afghan-War-Rugs_Brochure_2016.pdf,
akses 06 Oktober 2016, 06:36
Sedangkan Robert Cadry, seorang dealer permadani dari Sydney yang membeli
100 buah permadani pada tahun 1988 dengan motif perang berukuran kecil.235
Sedangkan pemerintah Afghanistan di bawah pemerintahan Zahir Shah
saat itu telah memberikan program pengajaran khusus pada masyarakatnya berupa
program praktis pertanian khusus dalam hal kerajinan tangan lokal. Selain itu,
pemerintah juga mendirikan Departemen Menenun (Department of Weaving) dan
Departemen Lukisan & Keramik (Department of Painting and Ceramics) sebagai
kelas tambahan pada sekolah seni di Kabul.236
2. Motif dan Desain Permadani Afghanistan
Umumnya, motif dan desain permadani Afghanistan lebih mudah dikenali
karena memiliki ciri khas tersendiri. Banyak desain permadani Afghanistan yang
dibuat oleh suku Turkmen dan Baluch. Kedua suku ini memiliki desain yang
hampir serupa. Karena permadani Baluch merupakan salah satu jenis permadani
suku Turkmen yang berasal dari bagian barat Asia Tengah.237
Motif dan desainnya sebagian besar memiliki pengaruh dari Persia yang
umumnya banyak menggunakan tema bunga dan taman.238
Tetapi pada akhirnya,
motif dan desain permadani Afghanistan memiliki ciri khas tersendiri yang
membedakan dengan permadani Persia pada umumnya.
235
Bonyhady dan Lendon, ―The Rugs of War,‖ h.8. 236
Afghanistan Information Bureau, Afghan Progress in the Third Year of the Plan, h.9, 17. 237
Permadani suku Turkmen terbagi menjadi tiga, yaitu permadani Bokhara
(Tekké),permadani Yomut, dan permadani Baluch. Lihat ―Industrial Arts: Oriental Rugs,‖ h.15. 238
Ahmadi, ―Symbolism in Persian Rugs,‖ h.62. Teknik dalam mempelajari suatu tanda atau
simbol disebut sebagai semiologi atau semiotik. Ilmu tersebut diperkenalkan oleh Ferdinand de
Saussure di Eropa pada permulaan abad ke-20, lalu diikuti oleh seorang ahli logika Amerika,
Charles Saunders Pierce. Lihat: ―Reading Motifs on Kilims: A Semiological Approach to
Symbolic Meaning,‖ Kocaeli University, h.2. Tersedia di http://newmedia.yeditepe.edu.tr/pdfs/
isimd06/23.pdf, akses 10 Mei 2016, 14:52
Biasanya, desain permadani Afghanistan menggunakan desain Turkmen dan
Baluch dengan motif gül atau motif berbentuk oktagonal (yang biasa disebut
sebagai kaki gajah) sebagai motif utamanya. Warna permadani Afghanistan
umumnya juga berwarna agak gelap, seperti merah tua, biru tua, dan lain
sebagainya.
Motif atau simbol tersebut bisanya digunakan oleh para penenun sebagai
sebuah ungkapan dari beberapa pengalaman yang pernah dialaminya. Penulis
memperkirakan bahwa setiap tema permadani yang digambarkan itu berdasarkan
adanya suatu fenomena besar atau pun sesuatu yang aneh dan tidak biasa, yang
belum pernah dilihat sebelumnya. Hal ini diperkuat oleh Saul Borodofsky,
seorang sejarawan permadani dari Charlottesville, Va., yang menjelaskan bahwa
permadani Asia merupakan satu-satunya genre desain yang tidak memiliki uraian
pada bentuk susunannya, hingga siapa dan kapan tepatnya pun tidak jelas
usulnya.239
Sebagai contoh yang dapat ditelaah ialah dari permadani tertua, Pazyryk,
yang menggambarkan kuda dan penungganya sebagai desain border, yang
ternyata sama dengan gambar kuda dan pengantin pria dalam ukiran di suatu kota
kuno Persepolis.240
Menurut Dr. Wilhelm R. Valentiner, seorang kurator Metropolitan Museum,
dan dikutip oleh Thomas J. Watson Library, mengatakan bahwa pada abad ke-15
dan abad sebelumnya itu menggunakan tipe kuno, seperti motif naga dan beberapa
239
Marianne Rohrlich, ―Images of War, Made Graceful on a Rug,‖ akses 21 September 2016
dari http://www.nytimes.com/1997/01/16/garden/images-of-war-made-graceful-on-a-rug.html
?_r=0, 04:57 240
―Tribal Rugs: Weaving Modernity into Afghanistan,‖ akses 21 September 2016 dari
http://yris.yira.org/essays/1699, 05:44
permadani di Asia Minor yang menggunakan desain geometris. Lalu, pada abad
ke-16 lebih diperkenalkan sebagai permadani Persia dengan motif hewan (Persian
animal-rugs). Persian animal rugs, disebut demikian karena pada saat itu terdapat
hubungan yang aktif dalam perdagangan antara Persia dan China. Sedangkan pada
abad ke-17 permadani Persia itu lebih dikenal sebagai permadani Ispahan dengan
motif desain bunga yang indah dan masih terdapat pengaruh motif dari China.241
Dan pada abad ke-20, terdapat permadani perang Afghanistan yang
memiliki keunikan yang mencolok dalam segi penggunaan motif, yang terlihat
dari adanya kombinasi motif tradisional dan motif perang yang menjadi suatu
motif baru yang terlihat modern dari motif tradisional permadani Asia (oriental
rugs). Desain motif tradisional, seperti motif daun, ikan dan naga, sudah sejak
lama digunakan oleh bangsa Persia, Kaukasia, Turki, India, Asia Tengah, dan
China. Dan umumnya, Afghanistan menggunakan desain boteh dan desain gul.
Berikut ini penjelasan singkatnya:242
Gambar 1 – Desain motif tradisional
241
―Antique Rugs,‖ The Lotus Magazine, vol.7, no.6 (Maret, 1916), h.271. 242
Jacobsen, Facts About Oriental Rugs, h.18.
1. Desain Herati, sering disebut sebagai desain ikan, juga disebut sebagai
desain Feraghan. No. 1, 2, 3, 4, dan 5 merupakan desain yang sering
digunakan pada permadani Persia, dan selalu pengulangan desain yang
sama.
2. Desain Shah Abbas – terdapat sejumlah variasi dari desain tersebut.
3. Desain Gula Hinnai – terdapat sedikit variasi dari rincian desain
tersebut.
4. Desain Mina Khani.
5. Desain yang biasa disebut „buah pear‟, atau disebut juga sebagai desain
pohon palem.
6. Swastika – desain yang biasa ditemukan di perbatasan sebagai dekorasi
pada permadani.
7. Desain S, yang umumnya ada di perbatasan.
8. Desain delapan titik bintang, yang ditemukan di bidang dan perbatasan
permadani Kaukasia.
9. Desain Oktagon atau biasa disebut gul, desain khas yang digunakan oleh
suku nomad Turki pada permadani Afghanistan
Sedangkan desain tradisional lainnya yang dapat dikenali yaitu melalui
gambar pada perbatasan permadani (atau border). Di bawah ini tampilan desain
border tradisional yang biasa digunakan, yaitu: 243
Gambar 2 – Desain border tradisional
1. Desain turtle, banyak digunakan pada perbatasan permadani Persia.
2. Desain crab, banyak ditemukan pada perbatasan permadani Kaukasia
dan beberapa pada permadani suku di Persia.
243
Jacobsen, Facts About Oriental Rugs, h.19.
3. Desain reciprocal trefoil, banyak digunakan sebagai batasan sekunder
permadani Persia dan sebagian pada permadani Kaukasia, juga
beberapa di Asia Tengah.
4. Desain rosette and vine, desain khas di Persia dan utamanya dipakai
sebagai batasan utama Joshagan tua.
5. Desain strip, desain yang khas dengan permadani shalat Kulah.
6. Desain rhodian lilies and rosettes, desain yang khas yang terdapat pada
batasan utama permadani shalat Ladik.
7. Desain Barber Pole Stripe. Desain polos bergaris yang dikombinasikan
antara warna merah, biru, putih dan hijau. Desain ini merupakan ciri
khas dari perbatasan permadani Kaukasia, tapi juga ditemukan di
sejumlah permadani Persia.
8. Desain khas yang terlihat pada perbatasan utama permadani Kaukasia,
khususnya permadani Shirvan, Kuba, dan Kabistan.
9. Georgia Shirvan border. Pinggiran batasan yang khusus ada pada
permadani Georgia Shirvans. Umumnya berwarna biru muda, gading
dan sebagian hitam.
10. Desain Serrated Leaf and Wine Cup border merupakan desain
perbatasan yang banyak digunakan pada permadani Kaukasia. Desain
ini juga memiliki ragam variasi.
Masa renaissance permadani dalam hal pemasaran terjadi pada tahun 1960
dan 1970-an, dan telah memotivasi masyarakat lainnya untuk ikut bergabung
dalam industri kerajinan tenun untuk membuat beragam desain permadani perang,
yang terinspirasi dari pengalaman sejarah yang begitu panjang sehingga
terbentuklah motif prosa dari peperangan.244
Dalam War Rugs Exhibition di Penn
Museum juga dijelaskan bahwa pembuatan permadani di Afghanistan hampir
seperti jurnalisme yang dijelaskan dalam media tekstil.245
Penjelasan sebelumnya merupakan penjelasan mengenai motif dan desain
border secara umum pada permadani Persia, yang juga digunakan pada desain
permadani tradisional Afghanistan. Dan berikut ini beberapa motif perang yang
244
―Afghan Rugs: The Contemporary Art of Central Asia,‖ dalam BOCA Museum of Art (3
Mei-27 Juli, 2014), h.7. 245
―War Rugs exhibit opens today at Penn Museum,‖ artikel diakses pada 21 September 2016
dari http://www.westphillylocal.com/2011/04/30/war-rugs-exhibit-opens-today-at-penn-museum/,
04:56
merupakan representasi masyarakat dari apa yang dilihatnya saat suasana
peperangan yang berlangsung di negaranya, dan selalu ditampilkan pada
permadani perang Afghanistan, diantaranya yaitu:
a. Motif kupu-kupu
Gambar 3 – Motif Kupu-kupu
246
b. Motif Pesawat
Gambar 4 – Motif Pesawat
247
246
Kupu-kupu menjadi simbol yang berbahaya dari ranjau daratan yang tersembunyi
bertebaran di Afghanistan, dibuat tahun 1980. Lihat ―Battleground War Rugs From Afghanistan,‖
h.13. Tersedia di www.peterboroughmuseumandarchives.ca/Assets/Museum/images/Exhibitions
/Exhibition+Catalogue+-+Battleground+-+War+Rugs+From+Afghanistan.pdf 247
Motif pesawat atau helikopter merupakan salah satu ciri khas permadani perang.
Permadani ini mulai muncul selama pendudukan Rusia di Afghanistan dan produksi masih
berlanjut hari ini. Bukankah Anda mungkin berpikir dari dekorasinya ideal sebagai untuk ruang
tamu rata-rata. Karpet ini telah ditemukan dan gerai di ceruk pasar yang dicari oleh kolektor.
Ditenun oleh penenun Baluch karpet biasanya tenunan wol ke sebuah warp wol dan pakan. Lihat
―Afghan War Rug,‖ akses 21 September 2016 melalui https://www.olneyrugs.co.uk/rug-
types/baluch-war.html, 05:34
c. Motif Tank
Gambar 5 – Motif Tank
248
d. Motif Granat
Gambar 6 – Motif Granat
249
e. Motif Kalashnikov
Gambar 7 – Motif Kalashnikov
250
f. Motif Missil (atau Peluru)
Gambar 8 – Motif Peluru
251
248
Gambar tank merupakan permadani tenun yang menggambarkan simbol dari konflik
zaman modern. Lihat ―Afghan War Rug,‖ akses 21 September 2016 melalui
https://www.olneyrugs.co.uk/rug-types/baluch-war.html, 05:34. 249
―Battleground: War Rugs from Afghanistan,‖ h.11. 250
―Afghan War Rug,‖ akses 21 September 2016 melalui https://www.olneyrugs.co.uk/rug-
types/baluch-war.html, 05:34 251
Charland, ―War Rugs: Woven Documents of Conflict and Hope,‖ h.27.
Dan berikut ini motif tradisional yang masih digunakan pada permadani
perang Afghanistan, yaitu sebagai berikut:
a. Motif Daun Herat
Gambar 9 – Motif Daun Herat
252
b. Motif Mawar
Gambar 10 – Motif Mawar
253
c. Motif Afshan (Avshan)
Gambar 11 – Motif Afshan
254
d. Motif Tree of Life
Gambar 12 – Motif Tree of Life
255
252
Motif ini sering terlihat di permadani Persia, khususnya dari wilayah Kirmanshah dan
Shiraz. Lihat Holt, Oriental and Occidental Rugs: Antique & Modern, h.41. 253
Motif bunga mawar ini sering terlihat di permadani Khurasan, Herat, Feraghan, dan
permadani Persia lainnya. Lihat Holt, Oriental and Occidental Rugs: Antique & Modern, h.42. 254
Motif ini ditemukan di permadani Kaukasia, India, Persia,dan Turki. Lihat Stone, Oriental
Rugs: An Illustrated Lexicon of Motifs, Materials, and Origins, h.18.
3. Tranformasi Motif Perang
Motif perang yang ada saat itu merupakan suatu tranformasi yang
dilakukan oleh para penenun pada motif tradisional yang sudah digunakannya
sejak dahulu. Beberapa permadani perang tersebut dipadu-padankan antara
motif perang dan desain klasik tradisionalnya, sehingga seolah-olah terlihat
menggantikan motif tradisional sebelumnya,256
tetapi sebenarnya ialah motif
tersebut merupakan transformasi dari motif tradisional sebelumnya. Dan
berikut ini beberapa transformasi motif perang yang sering digunakan pada
permadani perang, di antaranya yaitu:
a. Transformasi granat
Gambar 13 – Transformasi Granat
257
b. Transformasi tank
Transformasi tank dari gul ke tank dapat dilihat pada penggunaan roda
tank, yang tanpa menghilangkan unsur tradisional tetapi dapat
memvisualisasikan bentuk peralatan perang yang terlihat pada masa
tersebut. Selain itu, biasanya motif gul pada permadani tradisional itu
255
Tree of life atau Pohon kehidupan, yang berarti petunjuk langsung dari bumi ke surga.
Lihat Sandra Busatta, ―Tree of Life Design: From Central Asia to Navajoland and Back (With a
Mexican Detour,‖ Antrocom Online Journal of Anthropology, vol.9, no.1 (2013), h. 212. 256
―Afghan War Rugs: The Modern Art of Central Asia,‖ (2015), h.3-4. Dokumen tersedia di
http://mag.rochester.edu/wp-content/uploads/2016/01/Afghan-War-Rugs_Brochure_2016.pdf,
akses 06 Oktober 2016, 16:35 257
Transformasi ini berasal dari motif tradisional boteh,atau di Barat terkenal dengan nama
paisley. Lihat Charland, ―War Rugs: Woven Documents of Conflict and Hope,‖ h.28.
menjadi tema utama pada permadani tradisional Afghanistan, yang dapat
dilihat pada lampiran gambar 4.15.
Gambar 14 – Motif Tradisional Gul
258
Gambar 14.1 – Transformasi Tank
259
c. Transformasi ranjau kupu-kupu
Gambar 15 – Motif Bunga
260
258
Jamshid Tehrani dan Mark Collard, ―Investigating cultural evolution through biological
phylogenetic analyses of Turkmen textiles,‖ Journal of Anthropological Archaeology, no.21
(2002), h.449. Seratus tahun yang lalu motif gul tersebut berukuran 16 inchi, namun motif gul saat
ini lebih kecil dari sebelumnya. Lihat: ―Understanding the Carpets of Afghanistan,‖ dalam Asian
Textiles, Magazine of the Oxford Asian Textile Group, no.45 (Februari, 2010), h.8. 259
Gambar tank yang sedang berjalan,yang merupakan transformasi dari ornamen tradisional
Turkmen yang dikenal sebagai gul atau göl. Lihat Charland, ―War Rugs: Woven Documents of
Conflict and Hope,‖ h.29.
Gambar 15.1 – Transformasi Motif Kupu-kupu
261
260
Motif rangkaian bunga ini sering terlihat pada desain permadani Persia. Lihat Holt,
Oriental and Occidental Rugs: Antique & Modern, h.40. 261
―Battleground War Rugs From Afghanistan,‖ h.13.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari seluruh pemaparan pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan 3
poin penting, antara lain:
1. Anggapan berbagai masyarakat terhadap permadani perang Afghanistan
yang muncul pada saat setelah adanya invasi Soviet tahun 1979 merupakan
suatu anggapan yang kurang tepat. Pendapat tersebut dikemukakan dari
beberapa tokoh dan lembaga, di antaranya yaitu The Nickle Arts Museum
dalam Rugs and Resistance 1979-2005 Exhibition, Peter F. Stone dalam
bukunya Oriental Rugs, dan lain sebagainya. Jika merunut pada sejarah
dalam hal permadani, Afghanistan merupakan salah satu penghasil
permadani terbaik di dunia yang sudah terkenal sejak masa Islam klasik.
Sebenarnya, permadani perang ini sudah ada sejak awal abad ke-20
berdasarkan permintaan pasar Eropa pada akhir abad ke-19, dan diperkuat
dengan ditemukannya permadani bermotif peperangan pada tahun 1920-
an. Bukti lainnya juga ditemukan melalui sebuah catatan dalam pemberian
hadiah permadani Afghanistan kepada keluarga kerajaan Jepang pada
tahun 1930-an.
2. Permadani perang Afghanistan merupakan suatu alternatif masyarakat
Afghanistan dalam berkomunikasi dan mengekspresikan pendapatnya
terhadap sejumlah konflik peperangan yang terjadi di negaranya.
Permadani perang ini terkenal setelah adanya invasi Soviet pada tahun
1979. Dalam pengenalannya kepada masyarakat luas itu terdapat berbagai
faktor pendukung, terutama dalam hal pemasaran permadani Afghanistan.
Secara tidak langsung, pemasaran permadani perang ini dilakukan oleh
sejumlah pihak, yaitu para pengungsi Afghanistan di Pakistan, para dealer
asing, para tentara yang membawanya sebagai souvenir, dan berbagai
pameran permadani skala internasional.
3. Terdapat berbagai faktor pendukung dalam kemunculannya, terutama ialah
dalam segi pemasaran, sedangkan salah faktor penunjang dari pemerintah
ialah faktor pendidikan yang diberikan kepada masyarakat Afghanistan
berupa kerajinan tangan, yang mulai diterapkan saat awal pemerintahan
Zahir Shah. Hal tersebut didasarkan dari pendirian sejumlah Departemen
Pendidikan Kejuruan dalam hal kesenian, salah satunya yaitu Departemen
Menenun.
Selain ketiga pon di atas, melalui studi ini penulis juga menemukan bahwa
terdapat evolusi dalam penggunaan motif pada permadani Afghanistan. Evolusi
ini berkembang sesuai perubahan zaman, tetapi tidak menghilangkan sisi
tradisionalnya. Dan poin inilah yang menjadi menarik dan menjadi ciri khas
tersendiri dari permadani Afghanistan.
B. Saran
Berdasarkan hasil studi terdapat beberapa saran dan rekomendasi yang
dapat dipertimbangkan mengenai masalah permadani perang khas Afghanistan
khususnya pada akhir abad ke-20. Studi ini diharapkan dapat menjadi suatu
pelengkap dalam pembahasan mengenai simbol berupa motif dan desain
permadani. Adapun tema mengenai permadani perang ini ini merupakan
pembahasan yang sangat menarik menjadi suatu kajian akademis. Kajian sejarah
Afghanistan ini masih jarang dibahas, dan umumnya pembahasan hanya
mengenai perpolitikan Afghanistan. Dan kajian Afghanistan mengenai
kebudayaannya ini menjadi suatu alternatif bagi para pembaca, terutama bagi
para peneliti kawasan Timur Tengah. Maka dari itu, penulis menyarankan
kepada penulis selanjutnya untuk mencoba membahas dan mengembangkan
permasalahan kebudayaan Afghanistan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos, 1999.
Afghanistan Information Bureau. Afghan Progress in the Fourth Year of the Plan.
London: Afghanistan Information Bureau, 1966.
Afghanistan Information Bureau. Afghan Progress in the Third Year of the Plan.
London: Afghanistan Information Bureau, 1959.
Bonyhady, Tim dan Nigel Lendon. The Rugs of War. Canberra: Australian
National University School of Art Gallery, 2003.
Brown, L. Carl (Ed.). Diplomacy in the Middle East: The International Relations
of Regional and Outside Power. London & New York: I.B. Tauris & Co
Ltd., 2004.
Clifford, C. R. Rugs of the Orient. N.Y.: Clifford & Lawton, 1911.
Helfgott, Leonard M. Ties That Bind: A Social History of The Iranian Carpet.
Washington: Smithsonian Institution Press, 1994.
Holt, Rossa Bele. Oriental and Occidental Rugs: Antique & Modern. N.Y.:
Garden City Pub.Co., 1937.
Islamic Republic of Afghanistan. Afghanistan Initial National Communication:
To the United Nations Framework Convention on Climate Change. Islamic
Republic of Afghanistan: National Environmental Protection Agency, t.t.
Ismail, Faisal. Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi Historis.
Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996.
Jacobsen, Charles W. Facts about Oriental Rugs. N.Y.: The DU BOIS Press,
1931.
Robinson, F. (Ed.). The New Cambridge History of Islam vol.5 – The Islamic
World in the Age of Western Dominance. Cambridge: Cambridge
University Press, 2010.
Ruthven, Malise dan Azim Nanji. Historical Atlas of Isam. Harvard University
Press: Cartographica Limited, 2004.
Stone, Peter F. ―Oriental Rugs: An Illustrated Lexicon of Motifs, Materials, and
Origins.‖ North America, Latin America & Europe: Tutle Publishing,
2013.
Subchi, Imam . Pengantar Antropologi. Jakarta: Mumtaza Islamic School Press,
2012.
Tamburaka, Rustam E. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah
Filsafat, dan Iptek. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Wahab, Shaista dan Barry Youngerman. A Brief History of Afghanistan. New
York: Facts on File, Inc., 2007.
Artikel dalam Jurnal
Ahmadi, Reza T. ―Symbolism in Persian Rugs.‖ International Journal for
Oriental Manuscript Research, vol.3, no.1 (Maret, 1997), h.62-64.
Ali, Wijdan. ―The Status of Islamic Art in the Twentieth Century,‖ Muqarnas,
vol.9 (1992), h.186-188.
Bach, Richard F. ―Rugs and Carpets: An International Exhibition of
Contemporary Industrial Art.‖ The Metropolitan Museum of Art Bulletin,
vol.32, no.10, bagian 1 (Oktober, 1937), h.226-228.
Baumann, L. ―The Genuine Persian Rug.‖ The Melliand Textile Monthly, vol.3,
no.7 (Oktober, 1931), h.567-570.
Baumann, L. ―The Genuine Persian Rug.‖ The Melliand Textile Monthly, vol.3,
no.10 (Januari, 1932), h.847-851.
Busatta, Sandra. ―Tree of Life Design: From Central Asia to Navajoland and Back
(With a Mexican Detour.‖ Antrocom Online Journal of Anthropology,
vol.9, no.1 (2013), h. 205-220.
Charland, William. ―War Rugs: Woven Documents of Conflict and Hope.‖ Art
Education, vol.64, no.6 (November, 2011), h.25-32.
Dastarac, Alexandre dan M. Levant. ―What Went Wrong in Afghanistan.‖ MERIP
Reports, no.89 (Juli-Agustus, 1980), h.3-12.
Dupree, Nancy Hatch. ―Cultural Heritage and National Identity in Afghanistan.‖
Third World Quarterly, vol.23, no.5 (Oktober 2002), h.977-989.
Eltezam, Zabioullah A. ―Afghanistan‘s Foreign Trade.‖ Middle East Journal,
vol.20, no.1 (Winter, 1966), h.95-103.
Emadi, Hafizullah. ―State, Modernisation and Rebellion: US-Soviet Politics of
Domination of Afghanistan.‖ Economic and Political Weekly, vol.26, no.4
(26 Januari, 1991), h.176-179, 181, 183-184.
Ettinghausen, Richard. ―Islamic Art.‖ The Metropolitan Museum of Art Bulletin,
New Series, vol.33, no.1 (Spring, 1975), h.2-52.
Franck, Peter G. ―Problems of Economic Development in Afghanistan.‖ Middle
East Journal, vol.3, no.4 (Oktober, 1949), h.421-440.
Hamid, Hakim A. ―Marketing and Business Practices in Afghanistan.‖ Middle
East Journal, vol.14, no.1 (Winter, 1960), h.87-93.
Handoko, Yunus. ―Pemikiran Ekonomi Politik Taylor, Smith, Marx dan Keynes.‖
Jurnal JIBEKA, vol.7, no.2, Agustus 2013, h.64-70.
Hauner, Milan L. ―Afghanistan between the Great Powers, 1938-1945.‖
International Journal of Middle East Studies, vol.14, no.4 (November,
1982), h.481-499.
Hitchins, Keith. ―Neighboring Cultures: Central Asia, Afghanistan, China.‖
Iranian Studies, vol.31, no.3/4, A Review of the ―Encyclopædia Iranica
(Summer-Autumn, 1998), h.571-582.
Kakar, Hasan. ―The Fall of the Afghan Monarchy in 1973.‖ International Journal
of Middle East Studies, vol.9, no.2 (April 1978).
M., W. M. ―Herat Rugs in the Museum Collection.‖ The Bulletin of the Cleveland
Museum of Art, vol.7, no.5 (Mei, 1920), h.63-66, 75.
Magnus, Ralph H. dan Eden Naby. ―Afghanistan and Central Asia: Mirrors and
Models.‖ Asian Survey, vol.35, no.7 (Juli, 1995), h.605-620.
Middle East Institute. ―Constitution of Afghanistan.‖ Middle East Journal, vol.19,
no.2 (Spring, 1965), h.215-229.
Minorsky, V. ―Geographical Factors in Persian Art.‖ Bulletin of the School of
Oriental Studies, University of London, vol.9, no.3, h.621-652.
Mundle, Sudipto. ―Policies, Paradigms, and Development Debate at Close of
Twentieth Century.‖ Economic and Political Weekly, vol.28, no.36
(September, 1993), h.1879-1882.
Noorzoy, M. S. ―Long-Term Economic Relations between Afghanistan and the
Soviet Union: An Interpretative Study.‖ International Journal of Middle
East Studies, vol.17, no.2 (Mei, 1985), h.151-173.
Noorzoy, M. Siddieq. ―Alternative Economic Systems for Afghanistan.‖
International Journal of Middle East Studies, vol.15, no.1 (Februari,
1983), h.25-45.
Payind, Alam. ―Soviet-Afghan Relation from Cooperation to Occupation.‖
International Journal of Middle East Studies, vol.21, no.1 (Februari,
1989), h.107-128.
Ramazani, R. K. ―Afghanistan and the USSR.‖ Middle East Journal, vol.12, no.2
(Spring, 1958), h.144-152.
Sinha, Sanjay. ―India and the International Market in Handknotted Carpets.‖
Economic and Political Weekly, vol.17, no.48 (Nov. 27, 1982), h.129-144.
Spooner, Brian. ―Afghan Wars, Oriental Carpets, and Globalization.‖ Penn
Museum, vol.53, no.1 Expedition, h.11-20.
Stein, Gil J. ―The War-Ravaged Cultural Heritage of Afghanistan: An Overview
of Projects of Assessment, Mitigation, and Preservation.‖ Near Eastern
Archeology, vol.78, no.3, Special Issue: The Cultural Heritage Crisis in the
Middle East (September, 2015), h.187-195.
Sudrajat, Ajat. ―Koneksi Perdagangan Mediterania: Interaksi Dunia Islam dan
Eropa Kristen Abad Pertengahan.‖ Istoria, vol.1, no.2 Maret (2006).
Tehrani, Jamshid dan Mark Collard. ―Investigating cultural evolution through
biological phylogenetic analyses of Turkmen textiles.‖ Journal of
Anthropological Archaeology, no.21 (2002), h.443-463.
Väyrynen, Raimo. ―Afghanistan.‖ Journal of Peace Research, vol.17, no.2,
Special Issue on Imperialism and Militarization (1980), h.93-102.
Waluya, Atep Hendang. ―Perdagangan Internasional Dalam Islam.‖ Dalam
―Ekonomi Islam,‖ Majalah Tabligh, vol.14, no.4 (Mei, 2016).
Wilber, Donald N. ―Afghanistan, Independent, and Encircled.‖ Foreign Affairs,
vol.31, no.3 (April, 1953), h.486-494.
Yuniarti. ―Pendekatan Ekonomi dalam Politik Internasional.‖ Interdependence,
Jurnal Hubungan Internasional, vol.1, no.1 (Januari-April 2013), h.1-9.
Report dan Katalog
―Afghan Rugs: The Contemporary Art of Central Asia.‖ Dalam BOCA Museum of
Art (3 Mei-27 Juli, 2014).
―Afghan War Rugs: The Modern Art of Central Asia.‖ Tersedia di
http://mag.rochester.edu/wp-content/uploads/2016/01/Afghan-War-Rugs_
Brochure_2016.pdf.
―Afghan Women in History: The 20th Century.‖ Canadian Women for Women in
Afghanistan. Tersedia di http://www.cw4wafghan.ca/sites/default/files/
attachments/pages/ cw4wafghan-afghanwomenhistory-factsheet.pdf.
―Battleground War Rugs From Afghanistan.‖ Tersedia di www.peterborough
museumandarchives.ca/Assets/Museum/images/Exhibitions/Exhibition+C
atalogue+-+Battleground+-+War+Rugs+From+Afghani stan.pdf.
―Islamic Republic of Afghanistan.‖ Dalam ECO Tourist Guide-Book, edisi
pertama. T.tp: Economic Cooperation Organization (ECO), 2010.
―Oriental Rug Knotting and Construction: Knotted, Tufted and Flat-Woven Rugs;
Knot Types and Density.‖ Tersedia di www.kapridjianrugsandcarpets.com
/knotting.pdf.
―Ramezani Rugs.‖ Ramezani. Tersedia di www.ramezanirugs.com/images/rameza
ni-catalogue.pdf.
―Reading Motifs on Kilims: A Semiological Approach to Symbolic Meaning,‖
Kocaeli University. Tersedia di http://newmedia.yeditepe.edu.tr/pdfs
/isimd_06/23.pdf.
―The Baluch Rugs Weaving.‖ Dan Levy, Art Pane Home of Oriental Carpets and
Rugs. Tersedia di http://www.artpane.com/docs/The_Baluch_Rugs_Weavi
ng.pdf.
―Understanding the Carpets of Afghanistan.‖ Dalam Asian Textiles, Magazine of
the Oxford Asian Textile Group, no.45 (Februari, 2010). Tersedia di
http://www/oatg.org.uk/AT/AT45.pdf.
Banwal, Abdul Baqi. ―Status and Prospects for Afghanistan‘s Industries: Sectoral
Study on Handy-crafts with Emphasis on Carpet Weaving.‖KAS Office,
Kabul (2005).
Bonyhady, Tim. ―The Rugs of War: Out of Afghanistan.‖ Tersedia di
http://soa.anu.edu.au/sites/default/files/documents/outof_afghanistan2007.
pdf.
Harady, Michele dan Robert Fyke. ―Made in Afghanistan: Rugs and Resistance
(1979-2005).‖ Report the Nickle Arts Museum (25 Februari-31 Mei, 2006).
Katz-Freiman, Tami. ―Nevet Yitzhak: WarCraft,‖ The Screening Room
Exhibition. Tersedia di www.thescreeningroommiami.com/upload/files
/Nevet%20Yitzhak-FINAL%20PRESS%20RELEASE% 20 2014(1).pdf.
Nijssen, Stefanie. ―The Afghan Economy: A Brief History.‖ Civil-Military Fusion
Centre, Special Report on Economic Development in Afghanistan, 14
Oktober 2010. Tersedia di www.reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files
/resources/AB458EBF37B01017852577BC006B45C4-Full_Report.pdf.
Nijssen, Stefanie. ―The Afghan Economy: A Brief History.‖ Civil-Military Fusion
Centre, Special Report on Economic Development in Afghanistan, 14
Oktober 2010. Tersedia di https://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/
resources/AB458EBF37B01017852577BC006B45C4-Full_Report.pdf.
Pain, Adam dan Moharram Al. ―Understanding Markets in Afghanistan: A Case
Study of Carpets and The Andkhoy Carpet Market.‖ Afghanistan Research
and Evaluation Unit (AREU).
Utah Museum of Fine Arts. ―The Silk Road.‖ UMFA (Utah Museum of Fine Arts),
2009. Tersedia di http://centralpt.com/upload/417/10213_silkroadlessons
.pdf.
Internet
―Afghan Rugs and Carpets: Rugs from Afghanistan.‖ Artikel diakses pada 21
September 2016 dari http://www.internetrugs.com/blog/afghan-rugs-and-
carpets-rugs-from-afghanistan/
―Afghan War Rug.‖ Artikel diakses pada 21 September 2016 dari
https://www.olneyrugs.co.uk/rug-types/baluch-war.html.
―Afghanistan History.‖ Artikel diakses pada 07 Oktober 2017 dari
www.afghanistan.com/Information/History/Default.htm
―An Afghan Carpet Ride.‖ Artikel diakses pada 21 September 2016 dari
http://www.makingitmagazine.net/?p=4050.
―Battleground: War Rugs from Afghanistan.‖ Gambar diakses pada 21 September
2016 dari http://www.velvethighway.com/joomla/index/php?option=com_
content&task=view&id=95
―Real Persian Rugs & Carpets.‖ Artikel diakses pada 21 September 20116 dari
http://www.oldcarpet.com/rug_glossary.htm.
―Tribal Rugs: Weaving Modernity into Afghanistan.‖ Artikel diakses pada 21
September 2016 dari http://yris.yira.org/essays/1699.
―Vintage Afghan War Rug with Tanks and Helicopters.‖ Gambar diakses pada 21
September 2016 dari http://www.1stdibs.com/furniture/rugs-carpets/
central-asian-rugs/vintage-afghan-war-rug-tanks-helicopters/id-f20 21902/
―War Rugs exhibit opens today at Penn Museum.‖ Artikel diakses pada 21
September 2016 dari http://www.westphillylocal.com/2011/04/30/war-
rugs-exhibit-opens-today-at-penn-museum/
―War Rugs of Afghanistan.‖ Gambar diakses pada 21 September 2016 dari
http://thetrimandbleed.com/war-rugs-of-afghanistan/
―War Rugs.‖ Artikel diakses pada 21 September 2016 dari http://conflictfood.
com/en/war-rugs/
Badan Bahasa Kemendikbud. KBBI V 0.1.5 Beta
Barrientos, Tanya. ―War rugs offer a glimpse of changing art in Afghanistan.‖
Artikel diakses pada 21 September 2016 dari https://penncurrent.upenn.
edu/2011-04-21/features/war-rugs-offer-glimpse-changing-art-afghanistan.
Bokharachi, Elnaz. ―Rug of War.‖ Gambar diakses pada 23 September 2016 dari
http://www.reorientmag.com/2015/09/afghan-war-rugs/
http://collections.textilemuseum.ca/index.cfm?page=collection.detail&catId=2253
3&row=1. Gambar permadani perang diakses pada 21 September 2016.
https://history.info
Niu, Gabrielle. ―Rugs and Facebook: ―Battleground War Rugs from Afghanistan.‖
Artikel diakses pada 21 September 2016 dari http://www.penn.museum/
blog/museum/web/rugs-and-facebook/
Peta jalur transportasi darat melalui Pakistan, akses pada 31 Mei 2017 dari
http://pakconnects.blogspot.com/2011/11/nato-attack-pakistan-25-pak-sold
iers.html
Rohrlich, Marianne. ―Images of War, Made Graceful on a Rug.‖ Artikel diakses
pada 21 September 2016 dari http://www.nytimes.com/1997/01/16/
garden/images-of-war-made-graceful-on-a-rug.html?_r=0.
Spooner, Brian. ―Afghan Wars, Oriental Carpets, and Globalization.‖ Artikel
diakses pada 21 September 2016 dari http://www.penn.museum/
sites/expedition/afghan-wars-oriental-carpets-and-globalization/
Strasnick, Stephanie. ―From Combat to Carpet – The Strange Story of Afghan
War Rugs.‖ Gambar diakses pada 23 September 2016 dari
http://www.artnews.com/2014/04/29/afghan-war-rugs-at-boca-museum-of-
art/
www.britannica.com
www.dictionary.com
Youtube
Truthloader. ―The Afghan war rug that predicted 9/11 [part 1].‖ Akses 06 Oktober
2016 (https://www.youtube.com/watch?v=jhfr18WmE2o)
LAMPIRAN
Lampiran 1.1 – Peta rute utama perdagangan melalui Iran, tahun 1200-1500.
Sumber: Leonard M. Helfgott, Ties That Bind: A Social History of The Iranian
Carpet (Washington D.C.: Smithsonian Institution, 1994), h.42.
Lampiran 1.2 – Herat, salah satu pusat produksi dan pendistribusian karpet di era
Safawi, tahun 1200-1500.
Sumber: Leonard M. Helfgott, Ties That Bind: A Social History of The Iranian
Carpet (Washington D.C.: Smithsonian Institution, 1994), h.70.
Lampiran 1.3 – Peta jalur transportasi darat Afghanistan pada abad ke-20.
Sumber: R. K. Ramazani, ―Afghanistan and the USSR,‖ Middle East Journal,
vol.12, no.2 (Spring, 1958), h.153.
Lampiran 1.4 – Peta jalur transportasi darat melalui Pakistan.
Sumber: http://pakconnects.blogspot.com/2011/11/nato-attack-pakistan-25-pak-
soldiers.html (akses 31 Mei 2017)
Lampiran 1.5 – Peta Jalur Transportasi Darat Pra-Kontemporer.
Sumber: Utah Museum of Fine Arts, ―The Silk Road.‖ UMFA (Utah Museum of
Fine Arts), Lesson Plans for Educators, 4 November 2009
http://centralpt.com/upload/417/10213_silkroadlessons.pdf
(akses 06 Oktober 2016)
Lampiran 1.6 – Persebaran wilayah yang mempengaruhi simpul ikatan dalam
permadani tenun.
Sumber: Oriental Rug Knotting and Construction: Knotted, Tufted and Flat-
Woven Rugs; Knot Types and Density, h.3.
http://www.kapridjianrugsandcarpets.com/knotting.pdf (akses: 06 Oktober 2016)
Lampiran 2.1 – Tabel ragam jenis pekerjaan masyarakat Afghanistan.
Sumber: Alexandre Dastarac dan M. Levant, ―What Went Wrong in
Afghanistan,‖ MERIP Reports, no.89 (Juli-Agustus, 1980),h.5.
Lampiran 2.2 – Tabel negara utama dalam ekspor-impor, serta komoditasnya.
Sumber: Alexandre Dastarac dan M. Levant, ―What Went Wrong in
Afghanistan,‖ MERIP Reports, no.89 (Juli-Agustus, 1980), h.11.
Lampiran 2.3 – Tabel komoditas ekspor Afghanistan.
Sumber: Zabioullah A. Eltezam, ―Afghanistan‘s Foreign Trade,‖ Middle East
Journal, vol.20, no.1 (Winter, 1966), h.96.
Lampiran 2.4 – Tabel negara-negara utama ekspor Afghanistan.
Sumber: Zabioullah A. Eltezam, ―Afghanistan‘s Foreign Trade,‖ Middle East
Journal, vol.20, no.1 (Winter, 1966), h.97.
Lampiran 2.5 – Tabel negara-negara utama ekspor Afghanistan beserta jenis
komoditas utamanya.
Sumber: Zabioullah A. Eltezam, ―Afghanistan‘s Foreign Trade,‖ Middle East
Journal, vol.20, no.1 (Winter, 1966), h.97.
Lampiran 2.6 – Tabel daftar 10 negara pengekspor karpet skala internasional.
Sumber: Sanjay Sinha, ―India and the International Market in Handknotted
Carpets,‖ Economic and Political Weekly, vol.17, no.48 (Nov. 27, 1982), h.133.
Lampiran 2.7 – Tabel Permintaan Impor Karpet Skala Internasional. Dari tabel di
atas diketahui bahwa permintaan terbesar berasal dari negara Jerman Barat,
disusul Amerika Serikat, Inggris, Switzerland, Perancis, Belanda, Belgia, Italia,
Austria, dan Saudi Arabia.
Sumber: Sanjay Sinha, ―India and the International Market in Handknotted
Carpets,‖ Economic and Political Weekly, vol.17, no.48 (Nov. 27, 1982), h.130.
Lampiran 2.8a – [Menit 03:30] Gambar permadani Afghanistan tahun 1990-1991
yang diteliti oleh Laboratorium CIRAM (di Perancis) yang khusus meneliti benda
seni dan warisan budaya.
Sumber: Truthloader, ―The Afghan war rug that predicted 9/11 [part 1],‖ akses 06
Oktober 2016, 16:34 a.m. melalui
https://www.youtube.com/watch?v=jhfr18WmE2o
Lampiran 2.8b – [Menit 03:37] Gambar probabilitas tahun pemasaran permadani
perang Afghanistan yang telah diteliti oleh Laboratorium CIRAM.
Sumber: Truthloader, ―The Afghan war rug that predicted 9/11 [part 1],‖ akses 06
Oktober 2016, 16:34 a.m. melalui
https://www.youtube.com/watch?v=jhfr18WmE2o
Lampiran 2.9 – Pekerja perempuan di sebuah Pabrik Rayon Sutra di Kabul.
Sumber: Afghanistan Information Bureau, Afghan Progress in the Fourth Year of
the Plan (London: Afghanistan Information Bureau, 1966), h.36.
Lampiran 2.10 – Anak perempuan, penduduk asli dari lembah Shakh, Mainama,
yang terampil menenun salah satu karpet dari Afghanistan yang terkenal.
Sumber: Afghanistan Information Bureau, Afghan Progress in the Third Year of
the Plan (London: Afghanistan Information Bureau., 1959), h.92.
Lampiran 3.1 – Alat tenun tradisional.
Sumber: Battleground War Rugs From Afghanistan (2015), h.17.
www.peterboroughmuseumandarchives.ca/Assets/Museum/images/Exhibitions/E
xhibition+Catalogue+-+Battleground+-+War+Rugs+From+Afghanistan.pdf
(akses: 10 Mei 2016)
Lampiran 3.2 – Permadani perang yang ditenun dengan alat tradisional.
Sumber: ―War Rugs of Afghanistan,‖ http://thetrimandbleed.com/war-rugs-of-
afghanistan/ (akses: 21 September 2016)
Lampiran 3.3 – Anatomi permadani tenun. Berikut penjelasannya:
A. Warp – Benang paralel yang tersusun memanjang sebagai dasar tenunan.
B. Weft – Benang horizontal yang disilangkan pada benang paralel.
C. Knot – Ikatan yang dilengkungkan pada dua benang paralel dasar tenunan,
yang bentuknya seperti rumbai
D. Overcasting – Putaran benang yang dilingkarkan pada benang parlel.
E. Fringe – Ikatan akhir pada ujung benang paralel sebagai dasar anyaman.
F. Kilim – Tumpukan benang anyaman sebagai dasar tenunan.
Sumber: Oriental Rug Knotting and Construction: Knotted, Tufted and Flat-
Woven Rugs; Knot Types and Density, h.1.
http://www.kapridjianrugsandcarpets.com/knotting.pdf (akses: 06 Oktober 2016)
Lampiran 3.4 – Perbedaan simpul ikatan Persia dan Turki.
Sumber: Rossa Bele Holt, Oriental and Occidental Rugs: Antique & Modern
(N.Y: Garden City Pub. Co., 1937), h.35.
Lampiran 3.5 – Perbedaan simpul ikatan anyaman dasar.
Sumber: Leonard M. Helfgott, Ties That Bind: A Social History of The Iranian
Carpet (Washington D.C.: Smithsonian Institution, 1994), h.12.
Lampiran 3.6 – Penjelasan detail simpul ikatan Persia.
Sumber: Oriental Rug Knotting and Construction: Knotted, Tufted and Flat-
Woven Rugs; Knot Types and Density, h.4.
http://www.kapridjianrugsandcarpets.com/knotting.pdf (akses: 06 Oktober 2016)
Lampiran 3.7 – Penjelasan detail simpul ikatan Turki.
Sumber: Oriental Rug Knotting and Construction: Knotted, Tufted and Flat-
Woven Rugs: Knot Types and Density, h.5.
http://www.kapridjianrugsandcarpets.com/knotting.pdf (akses: 06 Oktober 2016)
Lampiran 4.1 – Potret permadani Pazyryk.
Sumber: Elnaz Bokharachi, ―Rug of War,‖
http://www.reorientmag.com/2015/09/afghan-war-rugs/
(akses: 23 September 2016)
Lampiran 4.2 – Potret desain permadani Persia Herat pada akhir abad ke-16.
Sumber: W. M. M., ―Herat Rugs in the Museum Collection,‖ The Bulletin of the
Cleveland Museum of Art, vol.7, no.5 (Mei, 1920), h.62.
Lampiran 4.2 – Potret desain border permadani Persia Herat pada akhir abad ke-
16 dan abad ke-17.
Sumber: W. M. M., ―Herat Rugs in the Museum Collection,‖ The Bulletin of the
Cleveland Museum of Art, vol.7, no.5 (Mei, 1920), h.67.
Lampiran 4.3 – Daftar permadani per wilayah bagian dari Persia, Kaukasia, dan
Turki. (Lampiran gambar ini ditulis ulang oleh penulis)
Sumber: Charles W. Jacobsen, Facts About Oriental Rugs (N.Y: The Du Bois
Press, 1931), h.2, 5, 6.
Lampiran 4.4 – Klasifikasi permadani per wilayah produksi.
(Lampiran gambar ini ditulis ulang oleh penulis)
Sumber: Charles W. Jacobsen, Facts About Oriental Rugs (N.Y: The Du Bois
Press, 1931), h.40.
Lampiran 4.5 – Desain tradisional permadani Asia.
(Lampiran gambar ini ditulis ulang oleh penulis)
Sumber: Rossa Bele Holt, Oriental and Occidental Rugs: Antique & Modern
(N.Y: Garden City Pub. Co., 1937), h.39-43.
Lampiran 4.6 – Daftar simbol kuno pada permadani Persia.
Sumber: Reza T. Ahmadi, ―Symbolism in Persian Rugs,‖ International Journal
for Oriental Manuscript Research, vol.3, no.1, h.63.
Lampiran 4.7 – Klasifikasi jenis bentuk motif pada permadani.
Sumber: ―Reading Motifs on Kilims: A Semiological Approach to Symbolic
Meaning,‖ Kocaeli University, h.3.
Lampiran 4.8 – Daftar simbol bangsa China dan maknanya.
(Lampiran gambar ini ditulis ulang oleh penulis)
Sumber: Rossa Bele Holt, Oriental and Occidental Rugs: Antique & Modern
(N.Y: Garden City Pub. Co., 1937), h.157.
Lampiran 4.9 – Daftar simbol bangsa Mesir dan maknanya.
(Lampiran gambar ini ditulis ulang oleh penulis)
Sumber: Rossa Bele Holt, Oriental and Occidental Rugs: Antique & Modern
(N.Y: Garden City Pub. Co., 1937), h.158-159.
Lampiran 4.10 – Daftar simbol bangsa India, Jepang, Persia, dan Turki, serta
maknanya.
(Lampiran gambar ini ditulis ulang oleh penulis)
Sumber: Rossa Bele Holt, Oriental and Occidental Rugs: Antique & Modern
(N.Y: Garden City Pub. Co., 1937), h.159-160.
Lampiran 4.11 – Daftar simbol dan maknanya dari bentuk hewan dan pohon.
(Lampiran gambar ini ditulis ulang oleh penulis)
Sumber: Rossa Bele Holt, Oriental and Occidental Rugs: Antique & Modern
(N.Y: Garden City Pub. Co., 1937), h.161.
Lampiran 4.12 – Motif permadani suku Turki nomaden.
Sumber: ―Reading Motifs on Kilims: A Semiological Approach to Symbolic
Meaning,‖ Kocaeli University, h.3-8.
Lampiran 4.13 – Daftar makna dari sejumlah tempat yang dihubungkan dengan
asal permadani.
(Lampiran gambar ini ditulis ulang oleh penulis)
Sumber: Rossa Bele Holt, Oriental and Occidental Rugs: Antique & Modern
(N.Y: Garden City Pub. Co., 1937), h.162-163.
Lampiran 4.14 – Desain tradisional permadani suku Baluch.
Sumber: ―Real Persian Rugs & Oriental Carpets Glossary at Old Carpet,‖
http://www.oldcarpet.com/rug_glossary.htm (akses: 21 September 2016)
Lampiran 4.15 – Desain tradisional permadani suku Turkmen.
Sumber: ―Real Persian Rugs & Oriental Carpets Glossary at Old Carpet,‖
http://www.oldcarpet.com/rug_glossary.htm (akses: 21 September 2016)
Lampiran 4.16 – Permadani Persia yang ditenun sekitar tahun 1920-an
menggambarkan pemandangan kota dengan sebuah pesawat besar pada Perang
Dunia I.
Sumber: Brian Spooner, ―Afghan Wars, Oriental Carpets, and Globalization,‖
Penn Museum, vol.53, no.1 Expedition, h.14.
Lampiran 4.17 – Desain dasar dari seluruh permadani Asia (Oriental Rugs).
Sumber: Peter F. Stone, ―Oriental Rugs: An Illustrated Lexicon of Motifs,
Materials, and Origins,‖ Tutle Publishing.
Lampiran 5.1 – Ragam ukuran permadani perang Afghanistan di Peterborough
Museum & Archives.
Sumber: Battleground: War Rugs from Afghanistan
http://www.velvethighway.com/joomla/index.php?option=com_content&task=vie
w&id=95 (akses: 21 September 2016)
Lampiran 5.2 – [Menit 00:52] Ragam permadani perang Afghanistan di Textile
Museum of Canada.
Sumber: ―War Rugs of Afghanistan.‖ Akses 06 Oktober 2016
(https://www.youtube.com/watch?v=nrsGCk2og3U)
Lampiran 5.3 – Permadani Perang dengan Peta Afghanistan yang menceritakan
penarikan pasukan Soviet dari Afghanistan tahun 1989.
Sumber: Brian Spooner, ―Afghan Wars, Oriental Carpets, and Globalization,‖
Penn Museum, vol.53, no.1 Expedition, h.11.
Lampiran 5.4 – Permadani Perang dengan Peta Afghanistan, dibuat tahun 1998
dari provinsi Baghlan (Afghanistan), dan diperoleh di Peshawar (Pakistan).
Berbahan wol, berukuran 71 ¾ x 45 ¼ inchi.
Sumber: Afghan War Rugs: The Modern Art of Central Asia (2015), h.12.
http://mag.rochester.edu/wp-content/uploads/2016/01/Afghan-War-
Rugs_Brochure_2016.pdf (akses: 06 Oktober 2016)
Lampiran 5.5 – Gambar eksodus angkatan Soviet, dibuat tahun 1990-an, yang
dibuat di kemah pengungsian Pakistan. Desain Baluch, berbahan wol dengan
pinggiran sutra, dan berukuran 810 x 1220 mm.
(Koleksi pribadi dari kolektor di Canberra)
Sumber: Tim Bonyhady dan Nigel Lendon, The Rugs of War (Canberra:
Australian National University School of Art Gallery, 2003), h.5.
Lampiran 5.6 – Permadani perang bergambar kehidupan sehari-hari di
Afghanistan yang penuh dengan pesawat tempur, helikopter, meriam, kapal
pengangkut tentara, dan lain sebagainya. Desain Baluch ditenun tahun 1992.
Sumber: Afghan Rugs and Carpets: Rugs from Afghanistan
http://www.internetrugs.com/blog/afghan-rugs-and-carpets-rugs-from-
afghanistan/ (akses: 21 September 2016)
Lampiran 5.7 – Permadani perang bergambar korban ranjau di negara
Afghanistan, dibuat akhir abad ke-20. Berukuran 96 x72 cm.
Sumber: Battleground: War Rugs from Afghanistan
http://www.velvethighway.com/joomla/index.php?option=com_content&task=vie
w&id=95 (akses: 21 September 2016)
Lampiran 5.8 – Permadani Perang dengan Bendungan Naghlu, dibuat akhir tahun
1970-an, dan diperoleh di Kabul (Afghanistan). Berbahan wol, berukuran 72 ¾ x
43 ¾ inchi.
Sumber: Afghan War Rugs: The Modern Art of Central Asia (2015), h.10.
http://mag.rochester.edu/wp-content/uploads/2016/01/Afghan-War-
Rugs_Brochure_2016.pdf (akses: 06 Oktober 2016)
Lampiran 5.9 – Permadani Perang dengan basis militer, dibuat tahun 1994 dari
Afghanistan Barat, dan diperoleh di Peshawar (Pakistan). Berbahan wol,
berukuran 82 ¾ x 44 ½ inchi.
Sumber: Afghan War Rugs: The Modern Art of Central Asia (2015), h.17.
http://mag.rochester.edu/wp-content/uploads/2016/01/Afghan-War-
Rugs_Brochure_2016.pdf (akses: 06 Oktober 2016)
Lampiran 5.10 – Permadani berbahan wol dengan pemandangan jembatan Malan
di Herat, dibuat tahun 1980.
Sumber: Battleground War Rugs From Afghanistan (2015), h.6.
www.peterboroughmuseumandarchives.ca/Assets/Museum/images/Exhibitions/E
xhibition+Catalogue+-+Battleground+-+War+Rugs+From+Afghanistan.pdf
(akses: 10 Mei 2016)
Lampira 5.11 – Permadani berbahan wol dengan pemandangan jalan utama di
kota Kabul, dibuat sekitar tahun 1970-2000.
Sumber: Battleground War Rugs From Afghanistan (2015), h.12.
www.peterboroughmuseumandarchives.ca/Assets/Museum/images/Exhibitions/E
xhibition+Catalogue+-+Battleground+-+War+Rugs+From+Afghanistan.pdf
(akses: 10 Mei 2016)
Lampiran 5.12 – Permadani bergambar kota dan bandara, dibuat tahun 1980-an.
Desain Baluch berbahan wol, berukuran 940 x 1540 mm.
(Koleksi pribadi dari kolektor di Sydney)
Sumber: Tim Bonyhady dan Nigel Lendon, The Rugs of War (Canberra:
Australian National University School of Art Gallery, 2003), h.9.
Lampiran 5.13 – Permadani perang untuk shalat, bergambar kota yang hancur
akibat pesawat PBB, dibuat akhir tahun 1990-an. Desain Baluch berbahan wol,
berukuran 875 x 1365 mm. (Koleksi pribadi dari kolektor di Canberra)
Sumber: Tim Bonyhady dan Nigel Lendon, The Rugs of War (Canberra:
Australian National University School of Art Gallery, 2003), h.11.
Lampiran 5.14 – Permadani perang bergambar helikopter bermisil, dibuat akhir
abad ke-20 di Afghanistan.
Sumber: Battleground: War Rugs from Afghanistan
http://www.velvethighway.com/joomla/index.php?option=com_content&task=vie
w&id=95 (21 September 2016)
Lampiran 5.15 – Permadani bergambar pohon kehidupan, rumah, pesawat
tempur, tank, dan para tentara dengan helikopter sebagai pembatas. Desain Baluch
berbahan wol berukuran 1100 x 1985 mm, dan dibuat akhir tahun 1980-an.
(Koleksi pribadi dari kolektor di Canberra)
Sumber: Tim Bonyhady dan Nigel Lendon, The Rugs of War (Canberra:
Australian National University School of Art Gallery, 2003), h.13.
Lampiran 5.16 – Permadani bergambar alat-alat perang dan para tentaranya
dalam medan pertempuran, dibuat tahun 1990-an. Desain Baluch berbahan wol,
berukuran 990 x 1690 mm. (Koleksi pribadi dari Laverty, Sydney)
Sumber: Tim Bonyhady dan Nigel Lendon, The Rugs of War (Canberra:
Australian National University School of Art Gallery, 2003), h.15.
Lampiran 5.17 – Permadani bergambar alat-alat perang di sebuah kebun, pesawat
perang, Kalashnikov, dan kupu-kupu ranjau sebagai hiasan di tengahnya, dibuat
akhir tahun 1980-an. Desain Baluch berbahan wol, berukuran 1130 x 2220 mm.
(Koleksi pribadi dari Peter Bellas, Brisbane)
Sumber: Tim Bonyhady dan Nigel Lendon, The Rugs of War (Canberra:
Australian National University School of Art Gallery, 2003), h.17.
Lampiran 5.18 – Permadani bergambar tank, meriam, Kalashnikov dan bunga
sebagai pembatas, dibuat akhir tahun 1990-an. Desain Baluch dengan pengaruh
Persia yang terlihat pada bunganya, berbahan wol, berukuran 1180 x 1985 mm.
(Koleksi pribadi dari Peter Bellas, Brisbane)
Sumber: Tim Bonyhady dan Nigel Lendon, The Rugs of War (Canberra:
Australian National University School of Art Gallery, 2003), h.19.
Lampiran 5.19 – Permadani bergambar ranjau, dibuat awal tahun 1990-an dari
kemah pengungsian di Pakistan. Desain Baluch berbahan wol dengan pinggiran
sutra kasar, berukuran 1090 x 2120 mm. (Koleksi pribadi dari kolektor di Sydney)
Sumber: Tim Bonyhady dan Nigel Lendon, The Rugs of War (Canberra:
Australian National University School of Art Gallery, 2003), h.25.
Lampiran 5.20 – Permadani perang dibuat tahun 1996 dari Herat, dan diperoleh
di Peshawar (Pakistan). Berbahan wol, berukuran 57 ½ x 34 ¼ inchi.
Sumber: Stephanie Strasnick, ―From Combat to Carpet – The Strange Story of
Afghan War Rugs‖ http://www.artnews.com/2014/04/29/afgan-war-rugs-at-boca-
museum-of-art/ (akses: 23 September 2016)
Lampiran 5.21 – Permadani bergambar perlengkapan senjata sebuah batalion,
yang berjumlah 473 buah. Berbahan wol, dibuat sekitar tahun 1980-1990, dan
berukuran 283 x 202 cm.
Sumber:http://collections.textilemuseum.ca/index.cfm?page=collection.detail&cat
Id=22533&row=1 (akses: 21 September 2016)
Lampiran 5.22 – Permadani bergambar serangan Soviet dengan helikopter putih,
pesawat tempur jet, granat tangan dan tank.
Sumber: Rugs From Afghanistan
http://www.penn.museum/blog/museum/web/rugs-and-facebook/
(akses: 21 September 2016)
Lampiran 5.23 – Permadani perang, dibuat tahun 1998 dari kemah pengungsian
di Pakistan, dan diperoleh di Peshawar (Pakistan). Berbahan wol, berukuran 72
7/8 x 42 7/8 inchi.
Sumber: Afghan War Rugs: The Modern Art of Central Asia (2015), h.11.
http://mag.rochester.edu/wp-content/uploads/2016/01/Afghan-War-
Rugs_Brochure_2016.pdf (akses: 06 Oktober 2016)
Lampiran 5.24 – Permadani perang Afghanistan berukuran besar, yang dibuat
saat invasi Rusia tahun 1980-1988. Desain tradisional dengan gambar hiasan
helikopter, tank, dan truk. Berbahan wol, berukuran 128 x 213 cm.
Sumber: Vintage Afghan War Rug with Tanks and Helicopters
https://www.1stdibs.com/furniture/rugs-carpets/central-asian-rugs/vintage-afghan-
war-rug-tanks-helicopters/id-f_2021902/ (akses: 21 September 2016)
Lampiran 5.25 – Permadani perang bergambar kupu-kupu PFM-1 yang
merupakan ranjau darat dari Rusia, dibuat akhir abad ke-20 dari Afghanistan
Barat. Berukuran 90 x 63 cm.
Sumber: Battleground: War Rugs from Afghanistan
http://www.velvethighway.com/joomla/index.php?option=com_content&task=vie
w&id=95 (21 September 2016)
Lampiran 5.26 – Permadani perang bergambar helikopter, dan dibuat akhir abad
ke-20 di Afghanistan. Berukuran 88 x 64 cm.
Sumber: Battleground: War Rugs from Afghanistan
http://www.velvethighway.com/joomla/index.php?option=com_content&task=vie
w&id=95 (21 September 2016)
Lampiran 5.27 – Permadani bergambar penuggang kuda yang sedang memegang
sebuah pedang, dikelilingi alat perang berupa meriam dan Kalashnikov, dibuat
awal tahun 1990-an. Desain Baluch berbahan wol, berukuran 970 x 1635 mm.
(Koleksi pribadi dari kolektor di Sydney)
Sumber: Tim Bonyhady dan Nigel Lendon, The Rugs of War (Canberra:
Australian National University School of Art Gallery, 2003), h.38.
Lampiran 5.28 – Permadani bergambar legenda pahlawan perang bernama
Rustam , yang sedang bertarung melawan naga, dan dibuat tahun 1980.
Sumber: Battleground War Rugs From Afghanistan (2015), h.14.
www.peterboroughmuseumandarchives.ca/Assets/Museum/images/Exhibitions/E
xhibition+Catalogue+-+Battleground+-+War+Rugs+From+Afghanistan.pdf
(akses: 10 Mei 2016)
Lampiran 5.29 – Permadani bergambar cerita Jahan Bahksh, dibuat sekitar tahun
1990-an. Desain Baluch berbahan wol, berukuran 2070 x 2820 mm.
(Koleksi pribadi dari Peter Bellas, Brisbane)
Sumber: Tim Bonyhady dan Nigel Lendon, The Rugs of War (Canberra:
Australian National University School of Art Gallery, 2003), h.3.
Lampiran 5.30 – Permadani bergambar Geisha, dibuat tahun 1994, yang
diperoleh di Peshawar (Pakistan). Berbahan wol, berukuran 75 ¼ x 44 ½ inchi.
Sumber: Afghan War Rugs: The Modern Art of Central Asia (2015), h.16.
http://mag.rochester.edu/wp-content/uploads/2016/01/Afghan-War-
Rugs_Brochure_2016.pdf (akses: 06 Oktober 2016)
Lampiran 5.31 – Permadani bergambar Amanullah Khan, dibuat tahun 1980, dan
diperoleh di Zurich (Switzerland). Berbahan wol, berukuran 63 x 30 ¾ inchi.
Sumber: Afghan War Rugs: The Modern Art of Central Asia (2015), h.8.
http://mag.rochester.edu/wp-content/uploads/2016/01/Afghan-War-
Rugs_Brochure_2016.pdf (akses: 06 Oktober 2016)
Lampiran 5.32 – Permadani bergambar Amanullah Khan, dibuat tahun 1985, dan
diperoleh di Peshawar . Berbahan wol, berukuran 53 ¼ x 33 ½ inchi.
Sumber: BOCA Museum of Art‘s Afghan Rugs: The Contemporary Art of
Central Asia
http://www.palmbeachillustrated.com/afghanrugs (akses: 21 September 2016)
Lampiran 5.33 – Permadani bergambar Ghazi Amanullah Khan, dibuat sekitar
tahun 1980-2007. Amanullah Khan terkenal sebagai pemimpin yang membantu
Afghanistan dalam mencapai kemerdekaan tahun 1919, dia menjabat sebagai
Amir selama 10 tahun (1919-1929), dan dia juga yang menulis konstitusi pertama
negara Afghanistan. Permadani ini dibuat di Afghanistan, berukuran 85 x 58 cm.
Sumber: Brian Spooner, ―Afghanistan‘s War Experience‖
http://www.penn.museum/sites/expedition/afghanistans-war-experience/
(akses: 21 September 2016)
Lampiran 5.34 – Permadani bergambar Prof. Burhanuddin Rabbani, dibuat tahun
1998 dari Herat (Afghanistan), yang diperoleh di Peshawar (Afghanistan).
Berbahan wol, berukuran 34 ¼ x 18 inchi.
Sumber: Afghan War Rugs: The Modern Art of Central Asia (2015), h.13.
http://mag.rochester.edu/wp-content/uploads/2016/01/Afghan-War-
Rugs_Brochure_2016.pdf (akses: 06 Oktober 2016)
Lampiran 5.35 – Permadani bergambar Najibullah sebagai boneka Soviet.
Diperkirakan dibuat pertama kali di kemah pengungsian di Pakistan pada akhir
tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an. Desain Baluch berbahan wol, berukuran
930 x 1900 mm. (Koleksi pribadi dari kolektor di Canberra)
Sumber: Tim Bonyhady dan Nigel Lendon, The Rugs of War (Canberra:
Australian National University School of Art Gallery, 2003), h.i.
Lampiran 5.36 – Permadani bergambar Najibullah yang dihukum gantung.
Desain Baluch berbahan wol, dibuat awal tahun 1990-an, dan berukuran 1615 x
955 mm. (Koleksi pribadi dari Ray Hughes, Sydney)
Sumber: Tim Bonyhady dan Nigel Lendon, The Rugs of War (Canberra:
Australian National University School of Art Gallery, 2003), h.7.
Lampiran 5.37 – Permadani bergambar merak, dibuat tahun 1994, dan diperoleh
di Peshawar (Pakistan). Berbahan wol, berukuran 57 ½ x 33 ½ inchi.
Sumber: Afghan War Rugs: The Modern Art of Central Asia (2015), h.17.
http://mag.rochester.edu/wp-content/uploads/2016/01/Afghan-War-
Rugs_Brochure_2016.pdf (akses: 06 Oktober 2016)
Lampiran 6 – Afghanistan‟s Timeline
Sumber: Afghan War Rugs: The Modern Art of Central Asia (2015), h.3-4.
http://mag.rochester.edu/wp-content/uploads/2016/01/Afghan-War-
Rugs_Brochure_2016.pdf (akses: 06 Oktober 2016)
Top Related