PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS SISWA PADA
POKOK BAHASAN MENERIMA KERAGAMAN
SUKU BANGSA DAN BUDAYA MELALUI METODE
ROLE PLAYING DI SD NU WANASARI KABUPATEN
INDRAMAYU
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
MUHAMAD FAQIHUDIN IKHFA
NIM. 809018300786
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1435 H/ 2014 M
iv
ABSTRAK
Muhamad Faqihudin Ikhfa (2014), Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Pada Pokok Bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya melalui
metode Role Playing di SD NU Wanasari Indramayu. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatulah Jakarta, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
Januari 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar
IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya
melalui metode Role Playing (Bermain Peran) di SD NU Wanasari Kabupaten
Indramayu. Sebuah Sekolah Dasar swasta yang berdiri dibawah naungan yayasan
pondok pesantren. Artinya, Sekolah ini sangat berpotensi memiliki siswa yang
multikultural mengingat sebagian besar dari siswanya adalah santri yang datang
dari berbagai penjuru negeri.
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dan kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil observasi pembelajaran IPS
menggunakan metode bermain peran, lembar pengamatan harian siswa dan guru,
hasil wawancara terhadap guru dan siswa. Sedangkan data kuantitatif berupa nilai
tes hasil belajar siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan
budaya melalui metode Role Playing (Bermain Peran). Seluruh data yang
diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara kualitatif deskriptif dengan sumber
data dalam penelitian ini adalah siswa, guru IPS SD NU Wanasari (kolaborator),
dokumen KTSP sekolah dan peneliti.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa pada pokok
bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya dengan menggunakan
metode Role Playing di SD NU Wanasari Indramayu meningkat. Pada saat pree
test nilai rata-rata sebesar 52,6, sedangkan pada saat post test nilai rata-rata siswa
79,77, hal ini meningkat sebanyak 27.17 poin. Demikian pula pada siklus I rata-
rata diperoleh 63,5, sedangkan pada siklus II diperoleh rata-rata sebesar 70,61, hal
ini meningkat sebanyak 7,11 poin.
Pada pree test nilai minimal siswa 38 dan pada post test nilai minimal 60,
hal ini mengalami peningkatan sebanyak 22 poin. Demikian pula pada siklus I
nilai minimum yang diperoleh 50, sedangkan pada siklus II diperoleh nilai
minimum 60, hal ini meningkat 10 poin.
Hasil belajar di atas membuktikan bahwa hasil penelitian pembelajaran IPS
pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya dengan
menggunakan tehnik bermain peran berpengaruh besar pada hasil belajar IPS
siswa. Oleh karena itu salah satu tehnik bermain peran dalam mengajar mampu
merangsang siswa lebih termotivasi, mudah danmenyenangkan dalam proses
pembelajaran. Dengan kata lain terbukti dengan penggunaan metode bermain
peran (Role Playing) mampu meningkatkan hasil belajar IPS siswa pada pokok
bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya.
Kata Kunci: Peningkatan, hasil belajar IPS siswa, keragaman suku bangsa dan
budaya, Role Playing (Bermain Peran).
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim.
Puji syukur yang tak terukur, puji kasih yang tak berpamrih senantiasa
penulis panjatkan kehadirat pemilik cosmo sejati, pemegang remot rotasi bumi
dan semesta galaksi; Allah SWT Ilahi Robi. Karena sungguh berkat hidayah,
ma’unah serta ‘inayah-Nya penulis mampu mengkatamkan skripsi ini. Tak luput
penulispun haturkan shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan
kehadirat Baginda Nabi Muhamad SAW sang Reformis sejati serta ikon uswatun
hasanah yang tak terganti. Berkat suri tauladan akhlak al-karimahnya kita semua
mampu berakhlak (berkarakter) baik. Termasuk mampu berikap toleran terhadap
segala pluralitas.
Kehadiran skripsi yang sangat sederhana ini mudah-mudahan menjadi
salah satu barometer bagi para guru, siswa dan masyarakat pada umumnya agar
senantiasa mampu menerima dan menghargai pluralitas (keragaman) suku bangsa
dan budaya di Indonesia mengingat kuantitas suku bangsa dan budaya di
Nusantara yang sangat berlimpah dan variatif.
Mempergunakan ganja merupakan sebuah budaya dan kearifan lokal yang
dilakukan oleh suku Aceh sejak dahulu kala bahkan sebelum lahirnya Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Mereka mengonsumsinya dengan berbagai cara
baik sebagai rempah-rempah pada bumbu masak, dijadikan adonan pada aneka
kue, diminum, dihisap, bahkan mereka senantiasa mempergunakannya sebagai
obat yang sangat mujarab dalam membunuh berbagai macam penyakit kronis.
Seiring bergulirnya waktu dengan segala kemunafikan dan arogansi
manusia, Value (nilai) dari budaya tersebut sedikit demi sedikit bergeser dalam
paradigma dan mindset manusia dikarenakan konspirasi dan propaganda politik
kapitalis yang dilakukan oleh USA pada awal abad ke-20 dalam menyudutkan
ganja. Alhasil, PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) mengilegalkannya pada 1961.
Indonesia yang pada masa itu dipimpin oleh Soeharto sebagai anggota
aktif PBB telah meratifikasi kebijakan global tersebut dan turut serta
v
mengilegalkannya tanpa mempertimbangkan nasib penggunanya mengingat
bahwa mengganja adalah salah satu budaya yang dimiliki masyarakat Indonesia.
Terlepas dari sebuah eksistensi akan pluralitas adat istiadat, ke’arifan lokal
dan budaya tersebut sesuai atau tidak sesuai dalam rasionalitas, halal atau haram
dalam perspektif agama, bahkan legal ataupun ilegal dalam perspektif hukum,
karena sejatinya sebuah budaya lahir dan berasal dari akal manusia. Akal manusia
yang diberikan oleh Tuhan YME mampu membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk. Maka sebagai warga Negara yang arif dan bijaksana sudah
seyogyanya kita mampu menerima dan menghargai pluralitas tersebut demi
menjaga kokohnya persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia.
Selanjutnya, penulis takan khilaf mengucapkan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah terkait baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam penulisan skripsi ini. Karenaitu, bingkisan untaian terimakasih patut
penulis persembahkan kepada:
1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Nurlena Rifa’I, M.A Ph. D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Fauzan, M.A, Kepala Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah yang telah merelakan kesediaan waktunya untuk menyidang
penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.
4. Dra. Djunaidatul Munawwarah, M.A, Dosen pembimbing skripsi yang
tiada henti senantiasa mencurahkan segala pemikiran, arahan, argumen,
ilmu dan motivasi terhadap penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibunda tersayang; Hj. Juminah yang berkat isak tangis dalam setiap
untaian mutiara doanya penulis merasakan semangat yang sangat hangat
untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Ayahanda tercinta; HM. Ikhwan Mus’id, S. Ag. Berkat dukungan moral,
spiritual, dan kapital yang senantiasa beliau salurkan kepada penulis demi
tuntasnya penyusunan Skripsi ini.
v
7. Kakanda (Farihatul Ummah S.Pd) dan adinda (Muhamad Fahmi Ikhfa)
tersayang yang senantiasa memberikan motivasi, arahan, dan inspirasi
kepada penulis untuk menggoreskan tinta-tinta penelitiannya.
8. Sahabat-sahabat seperjuangan jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Dual Mode System (Abdul Azis, Ja’far Sodiq, Marwiyah, Heru
Dores, Nani Fitriyani, Dawud dan keluarga besar PGMI DMS Kelas S &
TPG-B) atas doa dan suportnya kepada penulis sehingga memotivasi
penulis agar segera menyelesaikan studi dan skripsi ini sesuai target.
9. Kanda Indrawan Syamsul Ma’arif yang telah memberikan info beasiswa
Departemen Agama Republik Indonesia program profesionalisasi guru MI
(PGMI DMS) periode 2010 s/d 2013 sehingga penulis mampu menimba
ilmu di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tercinta.
10. Indrawan dan indrawati Keluarga Besar Persatuan Mahasiswa Indramayu
(PERMAI AYU) DKI JKT yang telah bersedia bertukar fikiran dalam
forum diskusi terkait manfaat ganja, sejarah, politik dan budaya
penggunaannya.
11. Seluruh sugawan dan sugawati Keluarga Besar Keluarga Mahasiswa
Sunan Gunung Djati (KMSGD) JABODETABEK.
12. Keluarga besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia baik tingkat
cabang, komisariat maupun rayon di seluruh penjuru negeri. Wa bi al-
khusus kepada sahabat Ahmad Fatah Yasin yang telah setia membantu
penulis baik dalam sharing ilmu pengetahuan maupun pengalaman.
13. Keluarga besar lingkar ganja nusantara (LGN), diantaranya; Dhira
Narayana, S. Psi, Peter Dantovsky, Irfan Hardiansyah, Dr.Inang Winarso,
Agus dan seluruh legalizer se-nusantara yang berkat ilmu, data, testimoni,
analisa, fakta, sejarah dan budaya pemanfaatan ganja yang penulis
dapatkan lewat diskusi dan sarasehan baik kasat mata maupun dunia maya.
Semoga apa yang telah diberikan selama ini kepada penulis segera
diganjar oleh Tuhan YME berupa termanifestasinya cita-cita agung LGN.
Amiin Yaa Mujiiba Al-saailiin.
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI ...................... i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SIDANG ............................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI ............................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...........................................................................................v
DAFTAR ISI......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....,,,...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .................................................................................. 5
D. Perumusan Masalah ................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI, PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI
TINDAKAN DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori ............................................................................................. 11
1. Hasil Belajar IPS
a. Hasil Belajar …………………………………………………..... 8
b. Hasil Belajar IPS …………………………………………….… 9
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar IPS ………... 10
d. Macam-macam Hasil Belajar IPS …………………………….. 15
e. Instrumen Penilaian Hasil Belajar IPS ………………………... 17
f. Tujuan Pembelajaran IPS ……………………………………... 18
g. Karakteristik Pembelajaran IPS ………………………………. 19
h. Ruang Lingkup Pelajaran IPS di SD ………………………….. 20
i. Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Sebagai Materi Pada
vi
Mata Pelajaran IPS di SD ……...……………………………… 20
j. Metode-metode dalam Pembelajaran IPS …………………….. 23
2. Metode Role Playing ………………………………………………. 24
a. Pengertian Role Playing ………………………………………. 24
b. Tujuan Penggunaan Metode Role Playing ……………………. 25
c. Penggunaan Metode Role Playing ……………..……………... 26
d. Kelebihan Metode Role Playing ……………………………… 26
e. Kekurangan Metode Role Playing ………………………………... 28
f. Langkah-langkah dan Persiapan Role Playing ………………... 29
g. Prasyarat optimalisasi pembelajaran Role Playing …………… 31
B. Penelitian Yang Relevan ……………………………………………….. 32
C. Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan ……………………………. 32
D. Hipotesis Tindakan ……………………………………………………... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian …………………………………………... 34
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian …………………... 34
C. Subjek Penelitian ……………………………………………………….. 38
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian …………………………….. 39
E. Tahapan Intervensi Tindakan …………………………………………... 39
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan …………………………… 43
G. Data dan Sumber Data …………………………………………………. 44
H. Instrumen Pengumpulan data …………………………………………... 44
I. Tehnik Pengumpulan Data ……………………………………………... 45
J. Tehnik Pemeriksaan Keterpercayaan …………………………………... 46
K. Analisis dan Interpretasi Data ………………………………………….. 46
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ………………………………… 48
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ………………………………………………………….. 49
1. Sejarah Singkat SD NU Wanasari ………………………………….. 49
vi
2. Visi dan Misi SD NU Wanasari ……………………………………. 50
3. Data Siswa SD NU Wanasari ………………………………………. 90
4. Penelitian Pendahuluan …………………………………………….. 52
5. Tindakan Pembelajaran Siklus I ……………………………………. 54
a. Tahap Perencanaan ……………………………………………... 55
b. Tahap Pelaksanaan ……………………………………………... 55
c. Tahap Observasi dan Analisis ………………………………….. 58
d. Tahap Refleksi …………………………………………………. 56
6. Tindakan Pembelajaran Siklus II …………………………………... 66
a. Tahap Perencanaan ……………………………………………... 66
b. Tahap Pelaksanaan ……………………………………………... 67
c. Tahap Observasi dan Analisis ………………………………….. 69
B. Analisis Data …………………………………………………………… 77
C. Pembahasan …………………………………………………………….. 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………………………………………….. 79
B. Saran ……………………………………………………………………. 79
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel I Rancangan Siklus Penelitian Maefalinda Fatra, dkk 2010 : 27 ………... 37
Tabel II Data Subjek Penelitian ………………………………………………... 38
Tabel III Tahap Pelaksanaan Siklus I ………………………………………….. 40
Tabel IV Tahap Pelaksanaan Siklus II …………………………………………. 42
Tabel V Klasifikasi Aktivitas Guru ……………………………………………. 47
Tabel VI Data Siswa Kelas IV SD NU Wanasari Tahun Pelajaran 2012-2013 .. 50
Tabel VII Distribusi Frekuensi Pree Test …………………………………………... 53
Tabel VIII Hasil Observasi Aktifitas Guru Selama Proses Pembelajaran Siklus I
………………………………………………………………………………...... 58
Tabel IX Hasil Observasi Aktifitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Siklus I
………………………………………………………………………………...... 62
Tabel X Distribusi Frekuensi Siklus I ……………………………….………... 64
Tabel XI Hasil Observasi Aktifitas Guru Selama Proses Pembelajaran Siklus II
………………………………………………………………………………...... 69
Tabel XII Hasil Observasi Aktifitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Siklus II
………………………………………………………………………………….. 74
Tabel XIII Distribusi Frekuensi Siklus II ……………………………...…….... 75
Tabel XIV Rekapitulasi Hasil Belajar IPS Siswa Pada Pokok Bahasan Menerima
Keragaman Suku Bangsa dan Budaya …………………………………………. 76
UNTAIAN FAKTA DAN FATWA
“Minyak biji ganja dapat menyembuhkan gas (rih) pada telinga dan dapat menyembuhkan penyakit saraf dan minyak biji Ganja dapat membunuh sel-sel tumor dan mampu menghilangkan tumor bahkan yang sudah mengeras “Al-Awram Al-Syifa ” ” (Ibn Al-Baytar, seorang ‘Ulama dan ahli Botani asal Andalusia, dalam kitabnya Al-Mi’ Li-mufradat Al-adwiya Wa Al-Agdiya, Andalusia: 1291, Abad ke-13). “Ganja dapat mengobati panu (Ibriya) dan makula/ plak (Hazaz), bagian tubuh yang terkena harus dicuci dengan jus daun ganja. Ganjapun mampu merangsang pertumbuhan rambut”” (Al-Razi, dalam kitabnya Al-Hawi Fi Al-Tibb, Haydarabad: Da’irat Al-Ma’arif Al-’Utmaniyya, 1968). “Ganja dideskripsikan sebagai obat yang lezat, menyerap cairan empedu, sebuah pembangkit selera makan, dan penggunaannya secara tidak berlebihan memperpanjang umur, dapat menghidupkan hayalan, memperdalam pemikiran dan mempertajam pertimbangan” (Makhsanul Adwiya, sebuah kumpulan resep obat-obatan herbal Arab). “Anatolian Hemp/ Al-Qinab Al-Rumi ( rebusan daun ganja) dapat membunuh cacing, parasit, kutu dan telur-telurnya yang tinggal dan berkembang biak di dalam lubang telinga. Minyak dari daun ganja bila diteteskan pada lubang telinga sampai penuh dapat mengeluarkan semua benda asing dan kotoran di dalam telinga” (Al-Antaki, abad ke-16). Biji ganja/ salep ganja jika dioleskan pada perut akan membunuh ascaris/ cacing kremi/ Habb Al-Qar . Ganjapun dapat mengobati Viltigo (Al-Bahaq/ semacam panu) & Kusta (Al-Baras). (Al-Firuzabadi, dalam kitabnya Al-Qamus Al-Muhit, Cairo: 1952). “Ganja mengobati berbagai macam rasa sakit yang parah, khususnya sakit kepala & migrain, mencegah keguguran, mengurangi sakit pada rahim & menjaga rahim agar tetap berada dalam abnomen ibunya” (Ibn Sahl).
“Biji ganja bila dimakan dalam jumlah yang besar dapat menambah produksi air susu Ibu dan menyembuhkan sakit Amenorrhea” (Ibn Wafid Al-Lajmi, Dokter Andalusia Sejak abad ke-11). “Daun dan biji ganja dapat mengobati dan mengeluarkan gas (rih) dari perut” (Ibn Sinna, dalam kitabnya Al-Qanun Fi Al-Tibb, Bulaq: abad ke-10). “Daun ganja dapat menyembuhkan flatus (gas/ masuk angin pada perut), beberapa orang menggiling bijinya dan memakan ekstraknya untuk sakit pada telinga, saya juga percaya bahwa ganja dapat dipakai juga untuk rasa sakit yang kronis” (Al-Biruni, dalam kitabnya Al-Saydana, Karaci: 1973). “Daun ganja dapat dipakai untuk mengeluarkan gas dari rahim, usus dan lambung. Jus daun ganja yang dimasukkan ke dalam hidung mampu mengobati epilepsi” (Al-Masi, dalam kitabnya Kamil Al-Sinna Al-Tibbiya, Bulaq: 1877). “Ganja dapat mengurangi kekentalan cairan dalam tubuh” (Ishaq B. Sulayman, dalam kitabnya Al-Agdiya, Frankrut Ain Main: Institute For The History Of Arabic Islamic Science, 1986). “Daun ganja dapat dipakai untuk menghilangkan dahak dari perut” (Al-Mayusi, Leaves Purportedly Used To Treat “Uterine Gases” Carminative, 1877). “Biji ganja baik untuk mengeluarkan cairan empedu dan dahak” (Ibnu Habal, dalam kitabnya Al-Mujtarat FI AL-Tibb, Haydarabad: Da’irat Al-Ma;arif Al-’Utmaniyya, 1362). “Ganja berfungsi dalam melancarkan buang air kecil” (B. Imran & Ibn Al-Baytar, 1291). “Ganja mampu menyembuhkan sakit kepala” (Umar Ibnu Yusuf Ibn Rasul, Dokter kerajaan pada masa Raja Al-Zahir Baybars, Abad ke-13). “Jus Ganja dapat dipakai untuk mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh radang pada bola mata” (Al-Qazwini, dalam kitabnya ‘A-ib Al-Majluqat,1849).
“Tumbukkan dari batang dan daun Ganja dapat mengobati wasir dan daunnya yang dicampur dengan asafetida yang berasal dari rempah-rempah untuk meredakan gejala emosi yang meledak-ledak atau hysteria” (Tibbnamma, The Book Of Medicine, The Manuscript Of The Institute Of Manuscript (Baku). Code: C331/ 1894, (Mediaval Azerbaijani), 1712). “Minyak biji Ganja dapat mengobati tumor pada rahim” (Muhamad Riza Ahirwani, abad ke-17).
“Dalam Herbarium Amboinence yang ditulis pada tahun 1095, Rumphius mencatat bahwa pengikut Muhamad (orang-orang Arab) menggunakan ganja untuk mengobati asma dan penyakit kencing bernanah. Ganja diklaim bisa mengurangi pengeluaran cairan empedu dan diare serta mengurangi tekanan dari penyempitan pembuluh darah akibat hernia” (Copra & Chopra, 1957). “Ganja adalah teman bagi kaum miskin, para darwis dan orang-orang berpengetahuan, yaitu semua yang tidak merasa dikaruniai dengan kekayaan dunia dan kekuatan sosial” (Penyair Turki, Hamba Allah). “Suku Pygmies yang masih mencari makanan dengan berburu dan mengumpulkan, mengonsumsi ganja terlebih dahulu sebelum berburu, dengan maksud untuk menghilangkan rasa bosan ketika nanti harus menunggu mangsa buruan” (Suku Pygmies adalah salah satu suku di Afrika). “Kertas pertama di dunia berbahan dasar serat batang ganja” (Tsai Lun, Pejabat Istana Kerajaan China, 300 M). “Rebusan akar ganja digunakan oleh suku Aceh untuk mengobati diabetes” (Suku Aceh, adalah salah satu suku di Indonesia). “Tidak ada dalil pengharaman ganja di dalam Al-Quran” (MUI Aceh Barat, 2013). “Semua Ciptaan Allah Tidak ada yang sia-sia, termasuk ganja” (Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M. A, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011).
“Ganja adalah tanaman ciptaan Allah SWT untuk manusia, ganja adalah obat herbal mujarab, ganja adalah bahan pokok Industri, ganja adalah media spiritual manusia dengan Tuhannya, ganja adalah sahabat manusia, mempergunakan ganja adalah budaya, kriminalisasi ganja dan penggunanya adalah kejahatan sistemik USA, memperjuangkan legalisasi ganja adalah ibadah yang tak ternilai harganya” (Penulis, 2014).
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan
merupakan kunci dari masa manusia yang dibekali dengan akal dan pikiran.
Pendidikan memiliki peranan penting untuk menjamin perkembangan dan
kelangsungan hidup satu bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk
meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.
Kemajuan iptek dan mengglobalnya dunia informasi dan komunikasi
sebenarnya membutuhkan pribadi-pribadi yang matang dan berwatak. Pendidikan
adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia sebagai
suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. Aktifitas dalam mendidik yang merupakan
suatu pekerjaan memiliki tujuan dan ada suatu yang hendak dicapai dalam
pekerjaan tersebut, maka dalam pelaksanannya berada dalam suatu proses yang
berkesinambungan di setiap jenis dan jenjang pendidikan, semua berkaitan dalam
suatu sistem pendidikan yang integral.
Pada dasarnya pendidikan memiliki peranan penting bagi kehidupan suatu
bangsa dalam rangka mencerdaskan sumber daya manusia guna menjamin
kelangsungan hidup bangsa tersebut. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan, bukan semata-mata menjadi tanggungjawab orang
tua atau siswa itu sendiri akan tetapi menjadi tanggungjawab bangsa secara
keseluruhan.
Penyelenggaraan pendidikan dilakukan melalui proses belajar mengajar.
Dalam proses belajar mengajar akan terjadi interaksi edukatif antara peserta didik
atau siswa dan pendidik. Siswa adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai
pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkan. Sedangkan pendidik adalah
seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan
belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
2
Belajar adalah suatu proses yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang
hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang
dengan lingkungannya. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja dan
dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh
terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikapnya.
Kemampuan pendidik sebagai fasilitator belajar mengajar sangat
mempengaruhi perubahan sikap yang terjadi. Setiap siswa mempunyai perubahan
yang berbeda, ada yang perubahannya baik dan ada juga yang kurang baik bahkan
tidak sedikit anak yang memiliki perubahan buruk.
Di Indonesia arti pendidikan dirumuskan dalam Undang-Undang
Pendidikan No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (SISDIKNAS),
dinyatakan dalam bab I ketentuan umum pasal I bahwa: Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.1
Profesionalisme seorang guru mutlak diperlukan sebagai bekal dalam
mengakses perubahan baik itu metode pembelajaran ataupun kemajuan teknologi
yang kesemuanya ditujukan untuk kepentingan proses belajar mengajar. Sebab
jika ditinjau dari UU sebagaimana tersebut di atas tugas guru tidak sekedar
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, tetapi lebih kepada bagaimana
menyiapkan mereka menjadi sumber daya manusia yang terampil dan siap
mengakses kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta liberalisasi yang akan
terjadi di masa nanti.
Sikap-sikap profesional itu meliputi antara lain: keinginan untuk
memperbaiki diri dan keinginan untuk mengikuti perkembangan zaman. Maka
penting pula membangun suatu etos kerja yang positif yaitu: menjungjung tinggi
1 Anwar arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-Undang
SISDIKNAS, (Jakarta: Departemen Agama, 2003), cet. 3, h. 37.
3
pekerjaaan; menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaan, dan keinginan
untuk melayani masyarakat. Dalam kaitan dengan ini penting juga performance
(penampilan) seorang profesional: secara fisik, inetelektual, relasi sosial,
kepribadian, nialai-nilai dan kerohanian serta mampu menjadi motivator.
Singkatnya perlu adanya peningkatan mutu kinerja yang profesional, produktif
dan kolaburatif demi kemanusiaan secara utuh setiap peserta didik. Sehingga
tujuan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-
Undang Repulik Indonesia No.20 Th.2003 tentang sistem pendidikan nasional.
Untuk menarik minat siswa dalam memahami konsep-konsep yang tercakup
dalam kurikulum secara keseluruhan tidaklah mudah. Guru dituntut mampu
menggunakan metode mengajar secara stimulan untuk menghidupkan suasana
pembelajaran dengan baik. Tugas guru adalah mendiagnosis kebutuhan belajar,
merencanakan pelajaran, memberikan presentasi, mengajukan pertanyaan, dan
mengevaluasi pengajaran.
Disadari atau tidak, praktik pembelajaran di kelas dewasa ini lebih
menekankan terhadap aspek kognitif dan psikomotorik siswa. Padahal, ada aspek
yang juga dianggap begitu penting bahkan lebih penting daripada dua aspek
tersebut dalam membentuk karakter siswa agar berkepribadian baik, baik di dalam
kelas, keluarga dan sampai pada kesempatan berikutnya hidup bermasyarakat.
Aspek tersebut adalah aspek afektif. Afektif sebagai kompetensi inti berperan
penting dalam membentuk dan membina karakter siswa.
Begitu pentingnya pendidikan karakter ini sehingga Negara mengaturnya
dalam Undang-Undang Dasar 1945 bab XIII tentang pendidikan dan kebudayaan
pasal 31 yang berbunyi sebagai berikut: “Negara mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan
dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang diatur dengan undang-undang.”2
Berbicara pendidikan, sudah seharusnya mengikuti dan berpedoman kepada
kurikulum pendidikan. Boleh saja kurikulum senantiasa berubah-ubah setiap
2 Sekretariat Jenderal MPR RI, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, (Jakarta, Sekretariat Jenderal MPR RI 2013), h. 163-164.
4
tahunnya, akan tetapi tidak boleh melenceng dari UU (undang-undang)
Pendidikan, dan UU Pendidikan sebagai implementasi daripada UUD (undang-
undang dasar) 1945 tidak dibenarkan keluar koridor ataupun melenceng daripada
UUD 1945 itu sendiri, begitupun UUD harus tetap berkiblat kepada Pancasila
sebagai falsafah negara. Artinya, praktik pembelajaran di kelas wajib
mengaplikasikan proses dan hasil belajar sesuai dengan yang diamanatkan oleh
UUD 1945 bab XIII tentang pendidikan dan kebudayaan pasal 31 tersebut yang
salah satu poin amanatnya adalah pendidikan karakter (akhlak mulia). Dalam hal
ini terdapat beberapa mata pelajaran yang dianggap mampu menopang pembinaan
karakter salah satunya adalah IPS.
IPS mengkaji bagaimana cara manusia bersosialisasi dengan kehidupan
sosial. lewat mata pelajaran ini siswa diharapkan mampu bertindak dan
berperilaku sesuai dengan norma sosial baik yang tertulis ataupun tidak termasuk
di dalamnya adalah diharapkan siswa mampu mengenal, memahami, menerima
dan menghargai keragaman suku bangsa dan budaya.
Untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima
keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia dibutuhkan ketepatan dalam
pemilahan metode ajar. Artinya seorang guru harus tepat dalam memilih metode
agar materi yang diajarkan bisa sampai dan diterima oleh siswa.
Atas kesadaran akan permasalahan yang ada, dengan sedikit keberanian
berbekal ilmu pengetahuan dari para dosen budiman dan juga dosen pembimbing
skripsi yang sangat bijak maka peneliti tertarik untuk mengkaji masalah hasil
belajar IPS siswa Pada Pokok Bahasan Menerima Keragaman Suku Bangsa dan
Budaya di SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu. Dengan melihat seberapa
besar pengaruh yang dilakukan oleh guru dalam dalam menggunakan metode ajar
yang tepat terhadap peningkatan hasil belajar IPS siswa Pada Pokok Bahasan
Menerima Keragaman Suku Bangsa yang didapatkan siswa selama menjalani
proses belajar mengajar (PBM).
5
B. Identifikasi Masalah
Melirik pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa
masalah yang berhubungan dengan peningkatan hasil belajar IPS siswa pada
pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya melalui metode
“Role Playing”. diantaranya yaitu:
1. Pendidikan dewasa ini masih lemah dalam membentuk karakter siswa
terutama karakter toleransi
2. Tingkat intelegensi siswa yang yang rendah
3. Kesehatan jasmani siswa yang kurang baik
4. Motivasi belajar siswa yang rendah
5. Disiplin siswa yang rendah
6. Infrastrukstur yang belum lengkap
7. Lingkungan keluarga yang kurang baik
8. Tingkat pemahaman siswa terhadap keberagaman suku bangsa dan
budaya masih sangat minim .
9. Kurang optimalnya pemilihan metode yang tepat yang dilakukan guru
C. Pembatasan Masalah Penelitian
Dari beragam permasalahan yang telah diidentifikasikan di atas ternyata
banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan
menerima keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia baik faktor internal
maupun faktor eksternal karena keterbatasan penelitian dalam hal waktu, tenaga
dan biaya serta untuk menjaga agar penelitian lebih terarah dan fokus, maka
diperlukan adanya pembatasan masalah penelitian. Dengan demikian, maka
peneliti memutuskan bahwa penelitian ini dibatasi pada masalah “peningkatan
hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa
dan budaya melalui metode “Role Playing” di SD NU Wanasari Kabupaten
Indramayu”.
SK/KD yang akan dijadikan bahan ajar dalam tindakan penelitian adalah
Standar Kompetensi (SK): Memahami sejarah, kenampakan alam dan keragaman
suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi dan Kompetensi Dasar
6
(KD): Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota,
provinsi).
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan di atas, maka
dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah metode Role Playing mampu meningkatkan hasil belajar IPS
siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya
di SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu?
2. Bagaimanakah hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima
keragaman suku bangsa dan budaya di SD NU Wanasari Kabupaten
Indramayu sebelum mengikuti pembelajaran dengan metode Role Playing?
3. Bagaimanakah hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima
keragaman suku bangsa dan budaya di SD NU Wanasari Kabupaten
Indramayu sesudah mengikuti pembelajaran dengan metode Role Playing?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk:
1. Mengetahui faktor apa saja yang dapat mendukung dan menghambat
hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman
suku bangsa dan budaya
2. Seberapa efektif penerapan metode Role Playing (Bermain peran)
dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan
menerima keragaman suku bangsa dan budaya.
F. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Pengembangan akademik pada umumnya, terutama peningkatan hasil
pembelajaran.
2. Bagi para siswa, penelitian ini diharapkan mampu menjadikan siswa
7
Memiliki sebuah Mindset (pemahaman) yang matang tentang
mengenal, menerima, memahami dan menghargai keragaman suku
bangsa dan budaya yang dimiliki Indonesia.
3. Bagi para Guru, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman
untuk menerapkan pembelajaran yang bersifat afektif.
4. Sedangkan bagi peneliti sendiri, untuk menambah wawasan tentang
metode pembelajaran atau cara yang tepat untuk menunjang proses
pembelajaran yang bersifat afektif.
8
BAB II
KAJIAN TEORI, PENGAJUAN INTERVENSI TINDAKAN DAN
HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
1. Hasil Belajar IPS
a. Hasil Belajar
Hasil belajar didefinisikan oleh banyak pakar pendidikan. Hasil
belajar sebagai suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran yang telah
ditetapkan dalam rumusan perilaku tertentu sebagai akibat dari proses
pembelajarannya.3
Menurut A. Tambrani Rusyan dalam bukunya pendekatan dalam
proses belajar mengajar berpendapat bahwa hasil belajar merupakan hasil
yang dicapai oleh seorang siswa setelah ia melakukan kegiatan belajar
mengajar tertentu atau setelah ia menerima pengajaran dari seorang guru
pada suatu saat.4 Menurut Nana Sudjana hasil belajar pada dasarnya
merupakan akibat dari suatu proses belajar.5
Berbeda lagi menurut aliran psikologi kognitif memandang hasil
belajar adalah mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan
memperoleh informasi, siswa harus aktif menemukan informasi-
informasi tersebut dan guru menjadi partner siswa dalam proses
penemuan berbagai informasi dan makna-makna dari informasi yang
diperolehnya dalam pelajaran yang dibahas dan dikaji bersama.6
Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli
maka intinya adalah perubahan. Oleh karena itu seseorang yang
3 Veitzal Rifai, Upaya-upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kepemimpinan
Peserta Diklat Spama Survei di DIKLATDEPKES, (Jurnal Pendidikikan dan
Kebudayaan No. 40, tahun ke-9, Jakarta: DEPDIKNAS, Januari 2003), h. 130. 4 Tabrani Rusyan, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2000), h. 65. 5 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Menagajar, (Bandung: PT. Sinar
Baru Algesindo, 2000), h. 28. 6 Dede Rosyada, Paradigma Pendidiikan Demokrasi (Jakarta: Prenada Media,
2004), h. 92.
9
melakukan aktivitas belajar dan memperoleh perubahan dalam
dirinya dengan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu
dikatakan telah belajar.
Perubahan-perubahan tingkah laku yang terjadi dalam hasil belajar
memiliki ciri-ciri:
1. Perubahan terjadi secara sadar
2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
3. Perubahan bersifat positif dan aktif
4. Perubahan bukan bersifat sementara
5. Perubahan bertujuan dan terarah
6. Mencakup seluruh aspek tingkah laku.7
b. Hasil Belajar IPS
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan
terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan
dalam kehidupan di masyarakat. Dengan berbagai pendekatan mata
pelajaran IPS diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman
yang lebih luas dan mendalam dalam bidang IPS.
Kompetensi yang dikembangkan dalam mata pelajaran IPS
meliputi kemampuan pengembangan aspek intelektualisme serta
pengembangan keterampilan sosial yang dibutuhkan oleh siswa dalam
kehidupan bermasyarakat.
Kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam rumpun
mata pelajaran IPS adalah berupa keterampilan intelektual yang meliputi
keterampilan dasar sebagai kemampuan yang terendah, kemudian diikuti
dengan keterampilan melakukan proses, dan keterampilan tertinggi
berupa keterampilan investigasi. Keterampilan mencari, memilih,
mengolah, dan menggunakan informasi untuk memberdayakan diri serta
keterampilan bekerjasama dengan kelompok yang majemuk nampaknya
7 Slamet, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta 2003), h. 3-4.
10
merupakan aspek yang sangat penting dimiliki oleh peserta didik yang
kelak akan menjadi warga negara dewasa dan berpartisipasi aktif di era
globalisasi. Alasannya adalah, era globalisasi yang ditandai dengan
persaingan dan kerjasama yang sarat dengan kemajuan tehnologi serta
informasi di segala aspek kehidupan mempersyaratkan mereka memiliki
keterampilan-keterampilan tertentu. Kompetensi hasil belajar yang
dimaksud adalah sejumlah kemampuan yang dapat dipahami, dikuasai
dan ditunjukan oleh siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran IPS di
dalam kelas.
Jadi, dapat penulis simpulkan bahwa hasil belajar IPS merupakan
keseluruhan kemampuan yang mampu difahami, dikuasai dan ditunjukan
secara sadar dan berkesinambungan oleh siswa sebagai akibat dari proses
pembelajaran IPS di dalam kelas.
c. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar IPS
Menurut Kartini Kartono kegiatan proses belajar mengajar
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal
yang dapat dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:
1. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa (Internal), diantaranya
meliputi:
a) Intelegensi
Intelegensi merupakan suatu kemampuan dasar yang bersifat
umum untuk memperoleh sesuatu kecakapan yang
mengandung berbagai komponen
b) Bakat
Merupakan potensi atau kemampuan yang jika dikembangkan
melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata
c) Minat dan perhatian
Minat dan perhatian dalam belajar sangat berhubungan erat.
Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu, biasa
cenderung untuk selalu memperhatikan mata pelajaran yang diminatinya.
11
Begitu juga jika seseorang menaruh perhatian secara kontinue baik secara
sadar maupun secara tidak sadar pada objek tertentu biasanya akan
membangkitkan minat pada objek tersebut.
d) Kesehatan jasmani
Kondisi fisik yang baik akan sangat berpengaruh terhadap
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Seseorang apabila
memiliki badan atau kondisi fisik yang sehat maka ia akan
mempunyai semangat dalam belajar. Namun sebaiknya
seseorang yang sedang dalam kondisi sakit maka akan sulit
untuk bisa berkonsentrasi dalam belajar.
e) Cara belajar
Cara belajar yang efektif dan efisien akan sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan dalam belajar. Ada beberapa cara belajar
yang efisien. Diantaranya yaitu: berkonsentrasi baik sebelum
belajar ataupun pada saat proses belajar mengajar (PBM)
berlangsung, mempelajari kembali materi pelajaran yang telah
diterima, membaca dengan teliti dan betul materinya, mencoba
menyelesaikan latihan-latihan soal dari materi yang telah
diajarkan.8
2. Faktor (Eksternal) yang berasal dari luar diri siswa, yaitu
lingkungan, lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Abu Ahmadi yang menyatakan
bahawa ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar siswa
baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor
tersebut digolongkan menjadi tiga macam yaitu:
a) Faktor-faktor stimulasi belajar, mencakup panjangnya bahan
pelajaran kesulitan bahan pelajaran, beraratinya bahan
pengajaran, berat ringannya tugas dan suasana lingkungan
eksternal.
8 Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta:
CV.), h. 3-4.
12
b) Faktor-faktor metode belajar, mencakup kegiatan berlatih
resistensi dalam belajar, pengenalan tentang hasil-hasil
belajar, bimbingan dalam belajar dan kondisi-kondisi intensif.
c) Faktor-faktor individual, mencakup usia kronologis,
perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas
mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani
dan motivasi.9
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa diasumsikan
oleh banyak peneliti disebabkan oleh 2 faktor yaitu internal dan
eksternal. Faktor internal (yang berasal dari dalam diri siswa); segala hal
yang bersumber dari dalam diri siswa meliputi tingkat intelegensi siswa,
kesehatan jasmani, motivasi belajar siswa dan disiplin siswa. Sedangkan
faktor eksternal (yang berasal dari luar diri siswa); segala hal yang
bersumber dari luar diri siswa bisa berupa teman, guru, sarana dan
prasarana sekolah dan lingkungan keluarga.10
Intelegensi adalah salah satu hal yang berpengaruh di dalam hasil
belajar yang diperoleh siswa. Dimana biasanya individu yang meiliki
intelegensi yang tinggi dia akan memiliki hasil belajar yang baik yang
membanggakan di kelasnya, dan dengan hasil belajar yang baik yang
dimilikinya ia akan lebih mudah meraih keberhasilan. Intelegensi atau
tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap
keberhasilan belajar seseorang.11
Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik
yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai
sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan
otak, panca indera, anggota tubuh. Kondisi fisik yang sehat dan segar
9 Abu Ahmadi, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), h. 130-
138. 10 Indra, Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, dalam Jurnal
Pendidikan dan Budaya, Edisi-1, tanggal 10 juni tahun 2009, tersedia:http://educare.e-
fkipunla. net. h. 1. 11 Fatkhul Muin, Intelegensi dan Emosi, Blog pada Wodpress.com diakses pada
15 februari 2013 pukul 05.00 WIB.
13
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar.12 Di dalam menjaga
kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain
makan dan minum yang teratur, olah raga serta cukup tidur.
Siswa akan memperoleh hasil belajar yang baik apabila ia
mempunyai motivasi (dorongan) belajar yang tinggi. Baik motivasi dari
dalam dirinya sendiri untuk terus belajar maupun dari luar yang akan
membantunya agar tetap berkeinginan untuk belajar dan berprestasi.
Tentunya hasilnya akan berbeda antara siswa yang mempunyai motivasi
tinggi dengan yang bermotivasi rendah untuk belajar. Motivasi siswa
terkadang naik dan turun, sehingga hasil yang diperolehpun naik dan
turun. Saat motivasi siswa mulai menurun, peran guru sebagai pendidik
sangat penting. Guru diharapkan dapat membangkitkan semangat siswa
untuk belajar.13
Disiplin siswa diharapkan dapat menciptakan pribadi siswa yang
bertanggungjawab. Sikap yang cakap untuk dapat memilih tindakan yang
akan dilakukan. Sehingga akhirnya akan memberikan hasil belajar yang
baik. Seperti peratuan-peraturan yang dibuat oleh setiap sekolah
mengenai kedisiplinan siswa dalam belajar. Namun peraturan yang ada
hanya dijadikan peraturan saja. Pada kenyataan masih banyak siswa yang
sering melanggar peraturan dan tata tertib yang ada.14
Teman, adalah orang lain dari diri kita yang senantiasa tidak akan
meninggalkan kita disaat kita sangat membutuhkan pertolongan. Seorang
teman akan rela mengorbankan segalanya demi menolong seorang teman
(sahabat) nya. Memilih teman yang tepat untuk menunjang keberhasilan
prestasi akademik. Artinya, dalam hal ini jika tujuannya untuk
12 Muhamad Saufi, Upaya Meningkatkan Jasmani Melalui Pendekatan Bermain
Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Blog pada Wordpress.com diakses pada
tanggal 5 maret 2013 pukul 17.00 WIB. 13 Uus Manzilatusifa, Pemberian Motivasi Guru dalam Pembelajaran, dalam
Jurnal Pendidikan dan Budaya, Edisi-1, tanggal 6 Maret 2013, tersedia:http/educare.e-
fkipunla.net. h.1. 14 Cucu Listinawati, Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Budi Pekerti di
Sekolah-sekolah, dalam Jurnal Pendidikan dan Budaya, Edisi-1, tanggal 8 Maret 2013,
tersedia:http/educare.e-fkipunla.net. h.1.
14
meningkatkan prestasi akademik maka teman yang tepat untuk digauli
adalah teman yang memiliki kecerdasan pada mata pelajaran tersebut
agar bisa berdiskusi dan berbagi ilmu dengannya.
Guru, adalah orang tua kedua bagi siswa. Dimana seorang guru
harus mampu memahami berbagai masalah yang dialami siswa jika siswa
mengalami penurunan motivasi belajar. Disamping itu, Gurupun harus
mampu menrasfer ilmu-ilmu yang dimilikinya tepat kepada para siswa.
Artinya, tidak cukup seorang guru hanya mampu menguasai materi ajar
yang akan diajarkan kepada siswa. Akan tetapi seorang guru pun harus
cerdik menggunakan segala metode dan pendekatan dalam pembelajaran
agar ilmu yang akan diajarkan tepat kepada sasarannya yaitu siswa.
Sarana dan prasarana yang tersedia juga memberikan dampak
langsung terhadap hasil belajar siswa secara optimal. Setiap guru dan
siswa mengharapkan agar di sekolah tersedia infrastrukstur yang baik dan
lengkap karena dianggap mampu menimbulkan semangat dan kegairahan
siswa dalam belajar dan dapat mendukung terselenggaranya proses
belajar mengajar. Akan tetapi tidak semua sekolah dapat memenuhi
semua sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh guru dan siswa yang
diakibatkan karena keterbatasan dana yang dimiliki oleh sekolah.15
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan faktor
eksternal yang paling penting dan utama dalam menentukan keberhasilan
belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya
perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan
anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.16
Sedangkan menurut Jhon M. Keller sebagaimana yang dikutip oleh
mulyono abdurrahman berpandangan bahwa belajar sangat dipengaruhi
dua macam masukan, yaitu kelompok masukan pribadi (Personal Inputs)
15 Raden Adelina Fauzie, Anggaran Pendidikan Untuk Masa Depan Bangsa
Yang Lebih Baik, dalam Jurnal Pendidikan dan Budaya, Edisi-1, tanggal 3 Maret 2013,
tersedia: http://educare.efkipunla.net. h.1. 16 Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif, dalam Jurnal Pendidikan dan Budaya,
Edisi-1, tanggal 9 Maret 2013, tersedi: http://educare.e-fkipunla.net. h.1.
15
dan kelompok masukan yang berasal dari lingkungan (Enviromental
Input)”.17
Pendapat lain yang diungkapkan Muslim dalam jurnal penelitian
bidang pendidikan menyebut faktor-faktor yang mempengaruhi belajar,
yaitu:
1. Strategi pembelajaran, salah satu strategi yang dapat meningkatkan
keterlibatn siswa dalam proses belajar adalah: pra pembelajaran,
penyajian informasi, peran serta siswa, evaluasi, dan tindak lanjut.
2. Gaya kognitif siswa, yaitu kebiasaan bertindak yang relatif tetap
dalam menerima, memikirkan, memecahkan masalah ataupun dalam
informasi.18
Dari berbagai penjabaran tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar dapat peneliti kelompokan menjadi dua yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor
yang timbul dari dalam diri anak didik tersebut sedangkan faktor
eksternal faktor yang disebabkan oleh stimuli eksternal terhadap siswa
sehingga siswa terpengaruh atau terkondisi oleh faktor eksternal tersebut.
d. Macam-Macam Hasil Belajar IPS
Hasil belajar menempatkan seorang dari tingkat abilitas yang satu
ke tingakat abilitas yang lain. Dalam sistem pendidikan nasional maupun
rumusan tujuan pndidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan
intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom
yang secara garis besar membaginya menjadi 3 domain. Yakni kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
1. Domain kognitif,
Kognitif (cognitive) berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari 6 aspek, yakni; Knowledge (pengetahuan),
17 Mulyono Abdurrahman Psikologi Belajar, Op. Cit, h. 106. 18 Roestiah N. K, Masalah-masalah Keguruan (Jakarta: PT. Bina Aksara, 2000),
h. 155.
16
Comprehention (pemahaman), application (aplikasi), analysis
(analisis), Synthesis (sintesis), dan evaluation (evaluasi).
2. Domain Afektif,
Afektif (Affective) berhubungan dengan respon emosional yang
terdiri dari 5 aspek, yakni; Receiving (penerimaan; sikap menerima),
Resonding (jawaban atau respon), Value (menghargai, menilai),
Organization (pengorganisasian), dn Characterization (karakerisasi).
3. Domain Psikomotorik,
Psikomotorik (pshycomotoric) berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada 6 aspek ranah
psikomotorik yakni; gerak reflek, gerak fundamental dasar,
kemampuan perseptual, kemampuan fisik, gerakan terlatih, dn
kemampuan nondiskusif.19
Pendapat Bloom ini dikuatkan lagi oleh Akhmad Sudrajat dalam
bukunya hakikat belajar, beliau mengungkapkan bahwa hasil belajar
yang diperoleh oleh peserta didik dari proses belajar akan menciptakan
perubahan baik dalam aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (sikap
dan nilai), dan aspek psikomotorik (keterampilan). Masalah hasil belajar
dalam pencapaian tentu tidak mudah seperti halnya membalikkan telapak
tangan.20
Sebenarnya hasil belajar merupakan realisasi pemekaran dari
kecakapan atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil
belajar dari seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam
bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir, maupun
keterampilan motorik.21
Hasil belajar akan menunjukan pengetahuan dan pengertian dalam
diri seorang sehingga ia dapat mempunyai kemampuan berupa
19 Jhon W santrock, Psikologi Pendidikan, (jakatra: kencana, 2008), Ed. 2, cet 2,
h. 468-469. 20 Akhmad Sudrajat, Hakikat Belajar, Puncak Wordpress Blog Indonesia diakses
pada tanggal 12 Februari 2013 pukul 03.00 WIB. 21 Nana Saudih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya, 2003), h. 102-103.
17
keterampilan dalam bentuk kebiasaan, sikap dan cita-cita hidupnya.
Orang yang telah berhasil dalam belajar akan menjadi orang yang
mandiri dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya, serta dapat
menentukan arah hidupnya.22
Bahar mengemukakan bahwa ada dua hal yang sangat penting
untuk dijadikan sasaran evaluasi dalam pelaksanaan kurikulum, yaitu
hasil belajar siswa tiap catur wulan dan daya capai kurikulum pada tiap
sekolah.23
Dari beberapa macam hasil belajar diatas yang dikemukakan oleh
beberapa para ahli pendidikan, maka dapat disimpulkan esensi dari hasil
belajar yaitu perubahan peserta didik secara signifikan dari segi
pengetahuan, keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik.
Dengan menilai hasil belajar murid-muridnya sebenarnya guru tidak
hanya menilai hasil usaha muridnya saja akan tetapi sekaligus juga
menilai hasil usahanya sendiri. Menilai hasil belajar siswa berfungsi
untuk dapat membantu guru dalam menilai kesiapan anak pada suatu
mata pelajaran, mengetahui status siswa dalam kelas, membantu guru
dalam usaha memperbaiki metode belajar mengajar. Selain bagi seorang
guru kegunaan hasil belajar bagi seorang adminitrator adalah untuk
memberi laporan kemajuan siswa kepada orangtua siswa atau wali murid
dan memberi ikhtisar mengenai hasil usaha yang dilakukan oleh suatu
lembaga pendidikan”.24
e. Instrument Penilian Hasil Belajar IPS
Instrumen penilaian hasil belajar merupakan alat untuk
mengumpulkan data yang digunakan untuk mngetahui informasi
keberhasilan belajar siswa. Setelah guru beserta siswa melakukan proses
22 Wawan Koester, Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar
Siswa SLTPN di Jakarta (Bandung: Mimbar Pendidikan UPI, No. 2/XIX, 2002), h. 2. 23 Yusmidah, Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Media
Peta (Surabaya: Pelangi Pendidikan, volume 5, no. 1, 2002), h. 2. 24 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002), h. 299-302.
18
belajar mengajar, maka kemudian diadakan suatu penilian menganai
keefektifan proses tersebut.
Adapun dasar-dasar penyusunan tes hasil adalah sbb:
1. Tes hasil belajar dapat mengukur apa-apa yang telah dipelajari
dalam proeses belajar mengajar sesuai dengan tujuan intruksional
yang tercantum di dalam kurikulum yang berlaku.
2. Tes hasil belajar disusun sedemikian baik sehingga benar-benar
mewakili bahan yang harus dipelajari.
3. Pertanyaan tes hasil belajar hendaknya disesuaikan dengan aspek-
aspek tingkat belajar yang diharapkan.
4. Tes hasil belajar disusun sesuai dengan tujuan penggunaan tes itu
sendiri.
5. Tes hasil belajar disesuaikan dengan pendekatan pengukuran yang
dianut apakah mengacu pada kelompok (norm reference/ standar
relatif) ataukah mengacu pada patokan tertentu (criterion
reference/ standar mutlak).
6. Tes hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki
proses belajar mengajar.25
Dengan demikian penilian penilian hasil belajar IPS bukan hanya
sekedar untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar IPS. Namun juga penilaian hasil belajar ini digunakan
untuk mengetahui keefektifan penerapan sebuah strategi pembelajaran
IPS. Sehingga dengan penilaian tersebut dapat memperbaiki proses
belajar mengajar IPS berikutnya.
f. Tujuan Pelajaran IPS
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
25 Wahidmurni, dkk, evaluasi pembelajaran kompetensi dan praktik,
(Yogyakarta: nuha litera, 2010), h. 29.
19
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa
ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,
nasional, dan global.
g. Karakteristik Pembelajaran IPS
Karakteristik mata pelajaran IPS adalah pada upaya untuk
mengembangkan kompetensi sebagai warga negara yang baik. Warga
negara yang baik berarti yang dapat menjaga keharmonisan hubungan
diantara masyarakat sehingga terjalin persatuan dan keutuhan bangsa.
Hal ini dapat dibangun apabila dalam diri setiap orang terbentuk perasaan
yang menghargai terhadap segala perbedaaan. Baik itu perbedaan
pendapat, etnik, agama, kelompok, budaya dan sebagainya.
Bersikap terbuka dan senantiasa memberikan kesempatan yang
sama bagi setiap orang atau kelompok untuk dapat mengembangkan
dirinya. Karena dari bersikap terbuka akan membawa siswa kepada sikap
arif selanjutnya yakni toleransi, toleransi dapat diartikan sebagai sebuah
sikap yang menganggap dan mengakui adanya eksistensi hal lain yang
selain dari dalam dirinya. Dari sikap toleransi ini akan menggiring siswa
kepada sikap bijaksana berikutnya yakni pluralis. Sikap Pluralis dapat
diartikan sebagai suatu sikap yang tidak hanya mengakui eksistensi hal
lain selain dari dirinya tetapi juga mampu bekerjasama dengan hal yang
berbeda tersebut sehingga mencapai kesepakatan dalam keberagaman.
Oleh karena itu pembelajaran IPS diharuskan mampu melatih
siswa agar dapat membangun sikap yang demikian. Sehingga dapat
20
penulis simpulkan bahwa mata pelajaran IPS memiliki tanggung jawab
moral tersendiri dibandingkan mata pelajaran lainnya dalam membangun
dan melatih siswa agar berkepribadian dan berkarakter sesuai yang
diamanatkan UUD 1945.
h. Ruang Lingkup Pelajaran IPS di SD
Ruang lingkup mata pelajaran IPS ajar di tingkat SD meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan
2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan
3. Sistem Sosial dan Budaya
4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan
Pada jenjang Sekolah Dasar, penyajian IPS dilakukan secara
terpadu karena perspektif siswa pada usia SD lebih tendentif pada hal-hal
yang bersifat konkrit dan utuh. Barulah Pada jenjang pendidikan
berikutnya diperkenalkan cabang-cabang IPS yakni geografi, sejarah,
ekonomi, akuntansi, sosiologi, antropologi dan budaya.
Akan tetapi walaupun cabang-cabang dari IPS tersebut telah
berdiri sendiri sebagai mata pelajaran, dalam pengkajiannya tetap saja
tidak memisahkan secara ketat Antara masing-masing mata pelajaran
tersebut, ini semua dikarenakan mata pelajaran IPS merupakan integrasi
dari berbagai cabang ilmu sosial yang saling berkaitan satu dengan
lainnya karena memang IPS dirumuskan berdasarkan realitas kehidupan.
i. Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Sebagai Materi Pada Mata
Pelajaran IPS SD
Mata pelajaran IPS sebagai ilmu sosial yang erat sekali
hubungannya dengan kehidupan sosial merupakan wahana untuk
mengenal, menerima dan menghargai keragaman suku bangsa dan
budaya di Indonesia. Mengingat Indonesia adalah sebuah negara
kesatuan yang memiliki padat penduduk, banyak pulau, beragam suku,
21
adat istiadat bahasa daerah yang berbeda satu sama lain. Keragaman
(Pluralitas) ini sangat rentan terjadi disintegrasi jika tidak ada pondasi
yang memersatukan keragaman tersebut. Karena itu muncullah Bhineka
Tunggal Ika sebagai semboyan Negara Indonesia.
Bhineka Tunggal Ika mengandung arti yang sangat dalam. Bhina
yang berarti beda, Tunggal yang berarti satu dan Ika yang berarti itu.
Jadi, Bhineka Tunggal Ika bermakna berbeda-beda tetapi tetap satu.
Kalimat Bhineka Tunggal Ika diambil dari kitab Sutasoma karangan
empu Tantular.26
Dengan lahirnya semboyan ini diharapkan mampu dijadikan
Pedoman hidup warga Negara Republik Indonesia dalam menjaga
persatuan dan kesatuan Negara. Siswa diharapkan mampu mengenal,
menerima dan memahami beragam macam ras, suku bangsa, bahasa dan
budaya yang dimiliki oleh Indonesia demi terwujudnya persatuan bangsa.
Tercapainya pemahaman yang baik kepada masyarakat tentang
pentingnya persatuan dan kesatuan Negara sangat bergantung kepada
aspek pendidikan. Pendidikan dianggap berperan penting dalam
membentuk karakter bangsa. Penanaman pemahaman tentang kekayaan
bangsa yang multikulral ini harus ditanam sedini mungkin kepada siswa.
Diharapkan peserta didik mampu memahami bahwa negara ini kaya.
Kaya akan suku bangsa, bahasa daerah, kearofan lokal, adat istiadat dan
budaya.
Berangkat dari pluralitas budaya dan pengandaian pendidikan
konstruktifisme (constructivism) maka dalam pengelolaan pendidikan
harus berangkat dari suatu keyakinan bahwa setiap warga masyarakat
memiliki konstruks mengenai identitas budaya yang mereka pilih.
Dengan demikian maka pendidikan harus membuka pengakuan dan
keterbukaan bagi masyarakat untuk mengekspresikan simbol dan
lambang-lambang partikularitas budaya mereka. Hanley (2004)
26 Redaksi Bukuné, Undang-Undang Dasar 1945 & Perubahannya, (Jakarta:
Bukuné, 2010), h. 46.
22
menegaskan, bahwa pendidikan harus memberi sumbangan dalam
menumbuhkan kesadaran akan pluralisme budaya.27
Sebagaimana terlampir di dalam Undang-Undang Dasar 1945
tentang pendidikan dan kebudayaan pasal 32 ayat 1 disebutkan bahwa
Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban
dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya.28
Pada level sekolah dasar siswa diberi ruang untuk menciptakan
struktur pengetahuan dan konstruks tentang identitas budaya mereka
sendiri. Perspektif ini mengimplikasikan keharusan menerima keragaman
konstruk siswa, karena memang siswa sekolah datang dari berbagai latar
belakang nilai, keyakinan, kultur, etnisitas, ideologi maupun agama. Oleh
karena itu pendidikan tidak bisa dikemas dengan cara monokultural,
melainkan tetap harus menyediakan ruang bagi siswa untuk bisa
memasuki arus transformasi sosial yang menuntut egalitarian,
demokratisasi, dan keadilan di tengah pluralitas budaya.
Dengan demikian yang mendesak dalam pengembangan
pendidikan multikultural adalah penyadaran akan pentingnya nilai-nilai
yang menopang budaya plural. Nilai-nilai itu harus dikembangkan
menjadi bagian dari budaya sekolah. Artinya sekolah tidak bisa hanya
dikonsep sebagai institusi untuk menguasai pengetahuan dan
pengembangan potensi dalam perspektif monokultur. Institusi pendidikan
juga harus menjadi arena bagi siswa yang dikembangkan atas dasar
prinsip multikultur. Dalam institusi seperti itu pendidikan menjadi sebuah
media menumbuhkan seperangkat nilai pluralisme, seperti cara
memberikan penghargaan terhadap diri sendiri secara adil. Dari cara
menghargai diri sendiri yang proporsional, akan berdampak kepada cara
bersikap dan menghargai orang lain secara adil pula. Lebih jauh akan
27 Zainuddin Maliki, Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2008), h. 252. 28 Sekretariat Jenderal MPR RI, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, (Jakarta, Sekretariat Jenderal MPR RI 2013), h. 164.
23
tumbuh kemudian sikap menghormati dan peduli atas hak-hak orang lain
yang memiliki berbagai perbedaan, baik dalam berpendapat, temperamen
maupun latar belakang.
Kendati demikian, di samping menumbuhkan kesadaran akan
perbedaan, penting pula untuk ditumbuhkan nilai-nilai (equality). Dengan
pandangan kesederajatan ini, dikembangkan pemahaman bahwa setiap
siswa memiliki hak-hak dasar (basic right) yang sama, tanpa
membedakan perbedaan ras, gender, usia, kapabilitas, keyakinan
keagamaan, afiliasi politik, kewarganegaraan, wilayah dan latar belakang
mereka. Pengakuan hak-hak dasar yang setara tanpa pandang bulu itu
akan terwujud jika ditanamkan nilai-nilai tanggung jawab bersama
sebagai anak bangsa. Nilai-nilai yang mampu mendorong sikap terbuka
bagi setiap siswa untuk turut berpartisipasi dalam proses sosial maupun
politik. Terbuka bagi partisipasi setiap siswa dalam memecahkan
masalah dan menciptakan kebaikan bersama.29
j. Metode-Metode Dalam Pembelajaran IPS
Dalam menyampaikan pelajaran membutuhkan metode yang tepat
agar materi yang ditransfer oleh guru bisa diterima, difahami dan
diaplikasikan oleh peserta didik. Metode dalam pembelajaran IPS adalah
suatu cara yang digunakan oleh guru agar siswa dapat belajar seluas-
luasnya dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran yang efektif.30
Secara garis besar metode pembelajaran yang dapat dikembangkan
dalam IPS meliputi: metode ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan,
kerja kelompok, demonstrasi, Talking Stick, karya wisata, simulasi, sosio
drama, inquiri, Examples Non Examples dan Role Playing.
29 Zainuddin Maliki, Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2008), h. 266-267. 30 Supriatna dkk, Pendidikan IPS di SD, (Bandung, UPI PRESS, cet-1 2007) h.
126.
24
2. Metode Role Playing
a. Pengertian Role Playing
Bermain peran (Role Playing) menurut Wina Sanjaya adalah
metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk
mengkreasikan peristiwa sejarah, mengkreasikan peristiwa-peristiwa
aktual, atau kejadian-kejadian yang muncul pada masa mendatang.
Sedangkan menurut Masitoh dan Laksmi Dewi bermain peran (Role
Playing) merupakan jenis model simulasi yaitu permainan dalam bentuk
dramatisasi, sekelompok siswa melaksanakan kegiatan tertentu yang
telah diarahkan oleh guru.
Adapun menurut Abu Ahmadi, dkk metode bermain peran (Role
Playing) disebut juga sosiodrama. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan
dalam menggambarkan, mengungkapkan, atau mengekspresikan suatu
sikap, tingkah laku, atau penghayatan sesuatu yang dipikirannya
dirasakan, atau diinginkannya seandainya ia menjadi tokoh yang sedang
diperankannya itu, semua sikap dan tingkah laku hendaknya diungkapkan
secara spontan. Itulah sebabnya para pelaku suatu peranan tidak
memerlukan teks kata-kata atau kalimat yang sudah disiapkan terlebih
dahulu. Mereka cukup memahami garis-garis besar apa yang akan
didramatisasikan. Bermain peran (Role Playing) merupakan bagian dari
metode simulasi, dalam proses pembelajarannaya metode ini
mengutamakan pola permainan dalam bentuk dramatisasi.
Pada hakikatnya, metode ini diangkat dari situasi kehidupan,
khususnya sehari-hari. Simulasi berasal dari kata simulate yang berarti
berpura-pura atau berbuat seolah-olah, atau simulation yang berarti tiruan
atau perbuatan yang hanya berpura-pura saja. Dalam konteks ini, guru
dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menjalankan simulasi,
baik di dalam maupun di luar kelas.31
31 Tim LPP-SDM, Ensiklopedi Pendidikan Islam, (Depok, CV: Bina Muda
Ciptakreasi, 2010), h. 124.
25
Metode bermain peran adalah berperan atau memainkan peranan
dalam dramatisasi masalah sosial atau psikologis. Bermain peran adalah
salah satu bentuk permainan pendidikan yang digunakan untuk
menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai, dengan tujuan untuk
menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berpikir orang lain.
Dari beberapa pengertian tentang metode bermain peran (Role
Playing) dapat ditarik kesimpulan bahwa metode bermain peran (Role
Playing) adalah bagian dari metode simulasi melalui pengembangan
imajinasi dan penghayatan serta pengkreasian peristiwa-peristiwa yang
diimajinasikan dengan cara memerankan tokoh hidup atau mati yang
bertujuan agar siswa dapat perilaku sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Melalui metode bermain peran siswa diajak untuk belajar
memecahkan masalah pribadi, dengan bantuan kelompok sosial yang
anggotanya teman-temannya sendiri. Dengan kata lain metode ini
berupaya membantu individu melalui proses kelompok sosial. Melalui
bermain peran, para siswa mencoba mengeksploitasi masalah-masalah
hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya. Hasilnya
didiskusikan dalam kelas.
Proses belajar dengan menggunakan metode bermain peran
diharapkan siswa mampu menghayati tokoh yang dikehendaki,
keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu akan menentukan apakah
proses pemahaman, penghargaan dan identifikasi diri terhadap nilai
berkembang.
b. Tujuan Penggunaan Metode Role Playing
Tujuan penggunaan metode bermain peran (Role Playing) menurut
Abu Ahmadi yaitu:
a. Untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa dengan melibatkan
siswa dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan
kejadian yang sebenarnya.
26
b. Untuk melatih siswaagar menguasai keterampilan tertentu;
baik yang bersifat profesional maupun yang penting bagi
kehidupan sehari-hari.
c. Untuk pelatihan memecahkan masalah.
d. Untuk memberikan rangsangan kegairahan belajar siswa.
e. Untuk merasakan atau memahami tingkah laku manusiadan
situasi-situasi.
c. Penggunaan Metode Role Playing
Adapun metode bermain peran dapat dilakukan ketika:
a. secara lisan tidak dapat menerangkan pengertian yang
dimaksud.
b. Memberikan gambaran bagaimana orang bertingkah laku dalam
situasi sosial tertentu.
c. Memberikan kesempatan untuk menilai atau memberikan
pandangan mengenai tingkah laku sosial menurut pandangan
masing-masing.
d. Belajar menghayati sendiri keadaan “seandainya saya berada
dalam situasi sosial seperti yang dialami sekarang ini (yang
disosiodramakan)”.
e. Memberikan kesempatan untuk belajar mengemukakan
penghayatan sendiri mengenai suatu sosial tertentu dengan
mendramatisasikannya di depan penonton dan bukan
memberikan keterangan secara lisan.
f. Memberikan gambaran mengenai bagaimana seharusnya
seseorang bertindak dalam situasi sosial tertentu.
d. Kelebihan Metode Bermain Peran Role Playing
Menurut Masitoh dan Laksmi Dewi ada beberapa kelebihan
metode bermain peran (Role Playing) diantaranya:
a. Siswa dapat berinteraksi sosial dengan lingkugan.
27
b. Siswa terlibat langsung dalam pembelajaran.
c. Siswa dapat memahami permaslahan sosial.
d. Membina hubungan personal yang positif.
e. Membina hubungan personal yang komunikatif.
f. Dapat membangkitkan imajinasi dan estetika siswa dan guru.
Menurut Abu Ahmadi, dkk beberapa kelebihan metode bermain
peran (Role Playing) diantaranya:
a. Memperjelas sistuasi sosial yang dimaksud.
b. Menambah pengalaman tentang situasi sosial tertentu.
c. Mendapat pandangan mengenai suatu tindakan dalam suatu
situasi sosial dari berbagai sudut.
Beberapa kelebihan metode bermain peran (Role Playing) menurut
Sri Anitah W, dkk. Diantaranya:
a. Siswa dapat melakukan interaksi sosial dan komunikatif dalam
kelompoknya.
b. Aktifitas cukup tinggi dalam pembelajaran sehingga terlibat
langsung dalam pembelajaran.
c. Dapat membiasakan siswa dalam memahami permasalahan
sosial, hal ini dapat dikatakan sebagai implementasi
pembelajaran kontekstual.
d. Melalui kegiatan kelompok dan simulasi dapat membina
hubungan personal yang positif.
e. Dapat membangkitkan imajinasi.
f. Membina hubungan komunikatif dan bekerjasama dalam
kelompok.
Adapun kelebihan metode bermain peran (Role Playing) menurut
tim LPP-SDM sebagai berikut:
a. dapat memupuk daya cipta siswa.
b. merangsang siswa menjadi terbiasa dan terampil dalam
menanggapi dan bertindak secara spontan.
28
c. memperkaya pengetahuan, sikap, keterampilan, dan pengalaman
tidak langsung dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang
problematik.
d. siswa belajar menghargai dan menerima pendapat orang lain.32
Dari beberapa kelebihan metode bermain peran dapat disimpulkan
metode bermain peran mempunyai kelebihan yaitu siswa mampu
beriteraksi sosial dengan lingkungan, terlibat langsung dalam
pembelajaran, selain itu juga imajinatif dan membina hubungan yang
komunikatif.
e. Kekurangan Metode Role Playing
Menurut Masitoh dan Laksmi Dewi ada beberapa kelemahan
metode bermain Peran (Role Playing) diantaranya:
a. Relatif memerlukan waktu yang banyak.
b. Apabila siswa tidak memahami konsep simulasi, bermain peran
tidak akan efektif.
c. Sangat bergantung pada aktifitas siswa.
d. Pemanfaatan bantuan belajar sulit.
e. Adanya siswa yang lambat, kurang minat dan kurang motivasi,
simulasi bermain peran kurang berhasil.
Menurut Abu Ahmadi, dkk beberapa kelemahan metode Bermain
Peran (Role Playing) diantaranya:
a. Situasi sosial yang didaramatisasikan hanyalah tiruan.
b. Situasi ini dalam kelas berbeda dengan situasi yang sebenarnya.
Beberapa kelemahan metode bermain peran (Role Playing)
menurut Sri Anitah W, dkk. Diantaranya:
a. Relatif membutuhkan waktu yang cukup banyak.
b. Sangat bergantung pada aktifitas siswa.
c. Cenderung memerlukan pemanfaatan sumber belajar.
32 Ibid.
29
d. Banyak siswa yang kurang menyukai simulasi / bermain peran
sehingga menjadi tidak efektif.
Adapun kelemahan metode bermain peran (Role Playing) menurut
tim LPP-SDM sebagai berikut:
a. Pengalaman yang diperoleh dari simulasi tidak selalu tepat dan
sempurna.
b. Pelaksanaan simulasi sering kali menjadi kaku dan tidak jarang
hanya dijadikan sebagai alat hiburan.
c. Menuntut hubungan yang akrab, fleksibel dan demokratis.33
Dari beberapa kelemahan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
metode bermain peran relatif membutuhkan waktu yang banyak,
bergantung pada aktifitas siswa dan jika siswa tidak memahami maka
bermain peran tidak akan efektif.
f. Langkah-langkah dan Persiapan Role Playing
Berhasil atau tidaknya penerapan metode Role Playing yang
digunakan di dalam proses pembelajaran tergantung pada persepsi siswa
agar berperan sesuai dengan kondisi sebenarnya dengan sepenuh hati
tanpa rasa malu sedikitpun.
Hamzah B. Uno mengeneralisaikan prosedur langkah-langkah
dalam bermain peran atas 9 langkah, yaitu:
1. Pemanasan (warming up)
Langkah pertama pemanasan, yakni guru memperkenalkan kepada
siswa apa itu Role Playing
2. Pemilihan peran
Langkah kedua memilh peran, guru menentukan siapa yang akan
memainkan peran dan mengelompokannya sebagai kelompok
pemain drama. Kemudian guru membahas materi apa yang akan
diperankan setiap pemain.
3. Menyiapkan pengamatan (observation)
33 Ibid, h. 125.
30
Dalam hal ini guru memohon kepada guru pamong atau bisa juga
menunjuk siswa agar ikut serta melakukan pengamatan dan
mengelompokannya menjadi kelompok observer.
4. Menata panggung
Dalam hal ini guru mendiskusikan dengan siswa bagaimana peran
itu akan dimainkan dan apa saja kebutuhan yang akan diperlukan
dalam mempraktikan bermain peran.
5. Memainkan peran
Permainan peran dimulai. Permainan peran dilaksanakan secara
sungguh-sungguh. Usahakan berakting seakan-akan hal itu adalah
kejadian nyata.
6. Diskusi dan evaluasi
Guru meminta siswa dalam kelompok observer untuk
mendiskusikan pertanyaan yang diberikan oleh guru sesuai dengan
permainan peran yang sudah diperankan oleh siswa dari kelompok
pemain peran dan melakukan evaluasi dengan mempresentasikan
hasil diskusinya.
7. Memainkan ulang peran
Setelah diskusi dan evaluasi selasai, dilanjutkan ke langkah ketujuh
yakni memainkan ulang drama atau memainkan peran yg kedua.
Seharusnya, pada permainan peran yang kedua ini akan lebih baik.
8. Diskusi dan evaluasi kedua
Dalam diskusi dan evaluasi yang kedua ini harus lebih baik dari
Diskusi dan evaluasi yang pertama.
9. Berbagi pengalaman dan kesimpulan.
Siswa diajak berbagi pengalaman tentang tema permainan peran
yang telah dilakukan dan membuat kesimpulan.34
Senada dengan pendapat Uno, Agar proses pelaksanaan
pembelajaran menggunakan metode bermain peran tidak mengalami
34 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakart: PT.bumi aksara, 2007), h. 25.
31
kaku, maka perlu adanya tahapan-tahapan yang harus dipahami terlebih
dahulu adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi masalah dengan cara memotivasi siswa.
b. Memilih tema.
c. Menyusun skenario pembelajaran.
d. Pemeranan.
e. Tahapan diskusi dan evaluasi.
f. Melakukan pemeranan ulang, melakukan diskusi dan evaluasi.
g. Membagi pengalaman dan menarik generalisasi.35
Dari tahapan- tahapan pelaksanaan metode Role Playing diatas
diharapkan pelaksanan Role Playing berjalan dengan baik, sehingga
dengan berhasilnya pelaksanaan metode Role Playing di kelas, hasil
belajar yang diharapakanpun menjadi optimal.
g. Prasyarat Optimalisasi Pembelajaran Role Playing
Untuk menunjang efektifitas pengguna metode bermain peran perlu
dipersiapkan kemampuan guru maupun kondisi siswa yang optimal.
Kemampuan guru yang harus diperhatikan untuk menunjang metode
bermain peran diantaranya:
a. Mampu membimbing siswa dalam mengarahkan tehnik,
prosedur, dan peran yang akan dilakukan dalam bermain peran.
b. Mampu memberikan ilustrasi.
c. Mampu menguasi pesan yang dimaksud dalam bermain peran.
d. Mampu mengamati secara proses yang dilakukan oleh siswa.
Adapun kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan
dalam penerapan metode bermain peran adalah:
a. Kondisi minat, perhatian dan motivasi siswa dalam bermain
peran.
b. Pemahaman terhadap pesan yang akan dimainkan.
35 Tim LPP-SDM, Ensiklopedi Pendidikan Islam, (Depok, CV: Bina Muda
Ciptakreasi, 2010), h. 128.
32
c. Kemampuan dasar komunikasi dan berperan.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini Antara lain:
a. Peningkatan hasil belajar IPS melalui penerapan metode Problem
Solving pada siswa kelas VIII di MTs Al-Hidayah Rawadenok Bogor.
Dalam penelitian tersebut dan penelitian ini sama-sama meneliti
peningkatan hasil belajar IPS siswa. Perbedaannya dalam penelitian
tersebut menggunakan metode Problem Solving. Sedangkan dalam
penelitian ini peneliti menggunakan metode Role Playing.
b. Perbandingan penggunaan Macromedia Flash dan Macromedia
Power Point. Dalam peningkatan hasil belajar IPS ekonomi siswa di
SMP Negeri 37 Jakarta.
Sama-sama meneliti peningkatan hasil belajar IPS siswa. Akan tetapi,
jika dalam penelitian tersebut peneliti mengomparasikan Antara
Macromedia flash dan Macromedia Power Point. Sedangkan dalam
penelitian ini peneliti menggunakan metode Role Playing.
c. Peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan
menggunakan media gambar pada siswa kelas V di MI Al-
Wathoniyah XI tahun pelajaran 2011-2012.
Kesamaan antara penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah
sama-sama meneliti peningkatan hasil belajar IPS siswa. Perbedaan
Antara kedua penelitian ini adalah jika dalam penelitian tersebut
menggunakan media gambar sedangkan dalam penelitian ini peneliti
mrnggunakan metode Role Playing.
C. Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan
Dewasa ini sikap toleransi siswa baik dalam bersosialiasasi dengan teman
kelasnya, guruya, sekolah lain, maupun dengan masyarakat pada umumnya
kurang diperhatikan oleh pemerintah. Bagitupun dalam dunia pendidikan,
beberapa mata pelajaran memang secara teoritis menyajikan nilai-nilai karakter
33
toleransi. Akan tetapi lagi-lagi masalah ini dihadapkan kepada posisi seorang
guru.
Guru dalam menyajikan dan menyampaikan nilai karakter toleransi kepada
siswa tentang bagaimana cara menghargai keragaman terkadang masih tergolong
monoton ataupun pengggunaan metode yang kurang tepat. yaitu dengan metode
ceramah yang mengakibatkan siswa kurang mengerti makna dan tujuan dari
pembelajaran tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan sebuah metode yang lebih tepat
dalam mengoptimalkan pembelajaran yang menghasilkan nilai toleransi tersebut.
Solusi yang diambil adalah dengan penerapan metode bermain peran (Role
Playing) dalam pembelajaran IPS. Dengan penggunaan metode “Role Playing”
siswa akan lebih tertarik dan antusias dalam mengikuti pelajaran IPS. Setelah
penggunaan metode bermain peran (Role Playing) maka sikap toleransi dalam
keragamanpun akan meningkat.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: penerapan metode bermain
peran (Role Playing) dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa dalam pokok
bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya studi kasus pembelajaran
IPS kelas IV SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu.
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakasanakan di SD NU Wanasari yang beralamat di Jalan
KH. Sanusi Raso, Desa Wanasari, Kec. Bangodua, Kab. Indramayu Kode Pos.
45272. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013
waktu pelaksanaannya dari tanggal 15 April sampai dengan tanggal 27 Mei 2013.
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
Dalam metode ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau
Classroom Action Research (CAR). PTK merupakan suatu bentuk kajian reflektif
oleh pelaku tindakan yang dilakukan semata-mata untuk meningkatkan
kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta untuk
memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran dirasa belum mencapai tujuan
pembelajaran (T. Raka Joni, 1998).36
Pemilihan metode ini didasarkan pada pendapat ahli yang menyatakan
bahwa PTK adalah penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-
tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di
kelas secara berkualitas sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar IPS yang
lebih baik.
Diharapkan dengan metode ini peneliti akan mengkaji dan merefleksi
penerapan metode bermain peran (Role Playing) dengan tujuan untuk
meningkatkan hasil belajar IPS melalui pemahaman model dramatisasi. Untuk
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran di kelas dibutuhkan interaksi antara
guru dan siswa, siswa dengan siswa, keadaan kelas dan materi sehingga dalam
penelitian ini peneliti menggunakan 2 siklus. Siklus akan dihentikan ketika telah
mencapai tujuan pembelajaran dengan hasil yang sangat baik.
36 M. Djunaidi Ghony Penelitian Tindakan Kelas, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 8.
35
Desain penelitian tindakan kelas dilaksanakan secara bersiklus. Banyak
sedikitnya siklus penelitian tergantung pada tercapai tidaknya tujuan penelitian.
Selama tujuan belum tercapai, maka siklus penelitian tersebut dilaksanakan dan
berhenti jika tujuan telah tercapai. Dengan kata lain, banyaknya siklus ditentukan
oleh berhasil tidaknya tindakan yang dapat mengatasi permasalahan yang ingin
kita atasi. Siklus akan berulang apabila masih terdapat hal-hal yang belum
tercapai atau masih perlu diperbaiki.
Penelitian ini menekankan pada pembelajaran IPS dengan model bermain
peran sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa dalam menerima
keragaman Suku Bangsa dan Budaya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
beberapa siklus yang didasarkan pada materi yang akan dilaksanakan.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan sebagai proses
pengkajian berdaur (Cyclical) yang terdiri dari 4 tahap, sebagaimana pendapat
Kurt Lewin adanya empat frase dalam melaksanakan PTK yaitu:
1. Merencanakan (Plan),
2. Melakukan tindakan (Action),
3. Mengamati (Observation),
4. Merefleksi (Reflection).57
Penjabaran empat kegiatan utama yag ada pada siklus tersebut yaitu :
1. Perencanaan (Planning)
Peneliti merencanakan tindakan yang akan dilakukan selama proses
belajar mengajar berlangsung. Peneliti menyiapkan rencana
pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi, lembar pengamatan dan
lembar penilaian siswa.
2. Tindakan (Action)
Pada tahap tindakan ini peneliti melaksanakan apa yang telah
direncanakan pada tahap perencanaan.
3. Pengamatan (Observation)
Peneliti melakukan pengamatan pada siswa selama proses belajar
mengajar berlangsung dengan lembar observasi.
57 Ibid.
36
4. Refleksi (Reflection)
Pada tahap ini peneliti beserta guru menganalisis data yang diperoleh
dari kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang direncanakan. Hasil ini kemudian dianalisis dan akan
digunakan untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Berikut adalah
rancangan siklus penelitian.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini:
37
Tabel I
Rancangan Siklus Penelitian
Maefalinda Fatra, dkk 2010:27
Siklus Selanjutnya
Permasalahan Alternatif
Pemecahan
Pelaksanaan
Tindakan I
Refleksi I Analisis Data Observasi I
Belum
Terselesaikan
Alternatif
Pemecahan
(Rencana
tindakan)
Pelaksanaan
Tindakan II
Observasi II Analisis Data Refleksi II
Belum
Terselesaikan
S
I
K
L
U
S
I
S
I
K
L
U
S
II
38
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD NU Wanasari yang
berjumlah 36 orang terdiri dari 16 orang siswa laki-laki dan 20 orang siswa
perempuan. Dibawah ini tercantum daftar sujek penelitian sebagai berikut:
Tabel II
Data Subjek Penelitian
No. Nama L/P Tempat Tanggal Lahir
1. Aina Komala P Indramayu, 9 Agustus 2002
2.. Akis Saefudin L Indramayu, 17 Januari 2002
3. Ali Fazri L Subang, 30 September 2002
4. Arya Prayoga L Kudus, 23 Agustus 2002
5. Bagus Muhamad L Indramayu, 3 Juli 2002
6. Dahliani Astuti P Muara Enim, 17 Maret 2002
7. Dede Yuleni P Indramayu, 28 Mei 2002
8. Dimas Mulyadi L Subang, 15 Juni 2002
9. Endang Sri Wahyuni P Bekasi, 7 Februri 2003
10. Fahri Husaini L Jakarta, 20 2002
11. Fani Nurhanifah P Indramayu, 27 Mei 2002
12\. Fatehah P Indramayu, 19 Desember 2002
13. Fatmawati P Indramayu, 31 Juli 2002
14. Fauzan Rusli L Indramayu, 19 Maret 2002
15. Hizib Haikal L Meulaboh, 20 April 2003
16. Jahari L Indramayu, 16 September 2002
17. M. Albab Rizki L Jakarta, 15 Oktober 2002
18. M. Bayhaqi L Subang, 1 Nopember 2002
19. M. Muniruddin L Indramayu, 2 Oktober 2002
20. Nada Pratiwi P Indramayu, 23 September 2002
21. Ratna Amelia P Indramayu, 21April 2002
22. Regina Putri P Indramayu, 12 Mei 2002
39
23. Rizkiyani P Tasikmalaya, 14 Agustus 2002
24. Rohani Agustin P Indramayu, 6 Desember 2002
25. Sairoh P Indramayu, 20 Juli 2002
26. Sri Ayuni P Pekalongan, 11 Agustus 2001
27. Sri Wulandari P Bantul, 4 Mei 2002
28. Sukron L Nganjuk, 27 Februari 2002
29. Tarlam L Cirebon, 25 Juni 2002
30. Ummu Fadhilah P Indramayu, 6 Nopember 2001
31. Wahyu Alfarisi L Serang, 23 Maret 2001
32. Wijatanti P Indramayu, 31 Januari 2002
33. Yunifah P Tegal, 12 Oktober 2002
34. Zahra Ayu P Bandung, 6 Agustus 2002
35. Zelda Safitri P Indramayu, 26 Mei 2003
36. Ziyad Fahiron L Cimahi, 18 Juni 2002
D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perancang dan pelaksana
kegiatan. Peneliti membuat perancanaan kegiatan, melaksanakan kegiatan,
mengumpulkan dan menganalisis data. Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh
seorang teman sejawat (guru kelas IV SD NU Wanasari) yang berperan sebagai
kolaborator dan observer yang bekerjasama dengan peneliti dalam hal menyusun
rancangan pembelajaran melalui Metode bermain peran, baik yang berhubungan
dengan kompetensi guru maupun yang berhubungan dengan kondisi siswa dalam
mengikuti pembelajaran.
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Perencanaan tindakan ini diawali dengan identifikasi persoalan dikelas dan
direncanakan alternatif penyelesaiannya. Alternatif penyelesaian dilaksanakan
pada siklus penelitian yang terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan/observasi, evaluasi serta analisis dan refleksi. Setelah
40
dilakukan evaluasi dan refleksi pada siklus I maka peneliti akan melanjutkan pada
perencanaan dan tindakan siklus II jika data yang diperoleh memerlukan
penyempurnaan dan begitu selanjutnya, sampai hasil analisis di akhir tindakan
menunjukkan bahwa kriteria target atau tujuan penelitian yang telah ditetapkan
tercapai.
Secara lebih rinci, tahapan kegiatan pada setiap siklus dalam penelitian
adalah sebagai berikut:
Tabel III
Tahapan Pelaksanaan Siklus I
I
No. Tahap Perencanaan
1. Menyiapkan kelas tempat penelitian.
2. Membuat RPP dengan menggunakan metode
Bermain Peran (Role Playing).
3. Mendiskusikan RPP dengan kolaborator.
4. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan
dan menyiapkan naskah drama untuk setiap
pertemuan.
5. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru,
wawancara, catatan lapangan serta keperluan
observasi lainnya.
6. Menyiapkan naskah drama untuk latihan peran
pada siklus I.
Tahap Pelaksanaan
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Guru melakukan appersepsi, motivasi, eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi terhadap siswa tentang
materi yang akan diajarkan
3. Guru menjelaskan materi bagaimana cara
41
menerima keragaman suku bangsa dan budaya
kepada siswa dengan baik.
4. Guru memberi contoh bagaimana cara bermain
peran yang baik pada seluruh siswa.
5. Guru membagikan naskah drama kepada siswa.
6. Siswa terbentuk menjadi beberapa kelompok
sesuai dengan kelompoknya.
7. Siswa mencoba mementaskan drama sesuai peran
yang ditugaskan.
8. Penutup kegiatan pembelajaran dan memberikan
motivasi untuk lebih giat belajar.
9. Siswa mengerjakan tes akhir siklus I.
10. Mewancarai siswa untuk mengetahui penilaian
mereka terhadap proses pembelajaran selama
siklus I
11. Mendokumentasikan semua data yang diperoleh
pada setiap pembelajaran selama siklus I.
Tahap Observasi
Tahap ini berlangsung bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan (pembelajaran) yang terdiri
dari observasi terhadap siswa dan guru, mencatat
semua hal yang terjadi selama proses
pembelajaran sesuai instrument yang telah dibuat
atau mencatat kejadian-kejadian khusus yang
belum tercantum dalam instrument.
Tahap Refleksi
Melakukan analisis terhadap semua data yang
telah terkumpul dari hasil observasi, hasil tes dan
menentukan keberhasilan dan kelemahan atau
kekurangan pada siklus I yang akan dijadikan
42
dasar perbaikan pada pelaksanaan siklus
berikutnya.
Tabel IV
Tahap Pelaksanaan Siklus II
II
No. Tahap Perencanaan
1. Memperbaiki kesalahan-kesalahan pada siklus I.
2. Membuat RPP dengan menggunakan Metode
Bermain Peran (Role Playing).
3. Mendiskusikan RPP dengan kolaborator.
4. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan
dan menyiapkan naskah drama untuk setiap
pertemuan.
5. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru,
wawancara, catatan lapangan serta keperluan
observasi lainnya.
6. Menyiapkan naskah drama untuk latihan peran
pada siklus II.
Tahap Pelaksanaan
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Guru melakukan appersepsi, motivasi, eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi terhadap siswa tentang
materi yang akan diajarkan.
3. Guru menjelaskan materi bagaimana cara
menerima keragaman suku bangsa dan budaya
kepada siswa dengan baik
4. Guru membentuk kelompok untuk bermain peran.
5. Guru membagikan naskah drama.
6. Siswa berlatih memerankan naskah drama beserta
43
kelompoknya secara berurutan.
7. Penutup kegiatan pembelajaran.
8. Siswa mengerjakan tes akhir siklus II.
9. Mewancarai siswa untuk mengetahui penilaian
mereka terhadap proses pembelajaran selama
siklus II.
10. Mendokumentasikan semua data yang diperoleh
pada setiap pembelajaran selama siklus II.
Tahap Observasi
Tahap ini berlangsung bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan (pembelajaran) yang terdiri
dari observasi terhadap siswa dan guru, mencatat
semua hal yang terjadi selama proses
pembelajaran sesuai instrument yang telah dibuat
atau mencatat kejadian-kejadian khusus yang
belum tercantum dalam instrumen.
Tahap Refleksi
Melakukan analisis terhadap semua data yang
telah terkumpul selama tindakan pada siklus II
dan menentukan hasil tindakan siklus II.
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Hasil pelaksanaan tindakan yang diharapkan adalah tercapaianya hasil
belajar IPS dengan indikator-indikator keberhasilan yaitu siswa dapat menjelaskan
pengertian Bhineka Tunggal Ika; Menjelaskan pentingnya persatuan dalam
keragaman budaya; Membandingkan bentuk-bentuk keragaman suku bangsa dan
budaya setempat; Memberikan contoh cara menghargai keragaman yang ada di
masyarakat setempat; Menunjukkan sikap menerima keragaman suku bangsa dan
44
budaya di masyarakat; Menunjukkan keragaman budaya yang ada di daerahnya
melalui peta.
Target pencapaian hasil tindakan penelitian diasumsikan sebagai berikut :
1. Untuk hasil mata pelajaran IPS dianggap berhasil pada siklus, jika
nilai rata-rata siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM)
yang telah ditetapkan sekolah yaitu sebesar 70.
2. Untuk aktivitas belajar dianggap berhasil dalam siklus jika skor
pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dan guru mencapai
katagori baik.
G. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini ada 2 macam, yaitu data kualitatif dan kuantitatif.
1. Data Kualitatif berupa hasil observasi pembelajaran, hasil observasi
pembelajaran IPS menggunakan metode bermain peran, lembar
pengamatan harian siswa dan guru, hasil wawancara terhadap siswa.
2. Data Kuantitatif berupa nilai tes hasil belajar siswa pada pokok
bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya dengan
menggunakan metode bermain peran.
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru IPS SD NU Wanasari
(kolaborator), dokumen KTSP sekolah dan peneliti.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen
antara lain:
1. Lembar observasi PBM.
Lembar observasi digunakan untuk mengungkapkan aktivitas guru
dan siswa selama proses pembelajaran IPS aspek menerima
keragaman suku budaya dan bangsa.
2. Lembar observasi hasil belajar.
Lembar pengamatan dibuat untuk menilai pemeranan siswa. Adapun
analisis hasil belajar siswa terhadap pemeranan drama digunakan
45
patokan sistem rubrik dengan rentang skor yang digunakan dengan
batas maksimal 20 pada aspek-aspek berikut:
a. Keberanian,
b. Kelancaran,
c. Kepekaan sosial dan
d. Sikap menerima keragaman suku bangsa dan budaya
di dalam kelas.
3. Lembar Wawancara
Wawacara dilakukan pada awal penelitian dan akhir siklus pada
penelitian. Wawancara terhadap siswa dengan menitikberatkan pada
tanggapan siswa dalam proses pembelajaran IPS tentang menerima
keragaman suku bangsa dan budaya dengan menggunakan metode
Role Playing.
I. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data
penelitian melalui observasi langsung, yakni:
1. Pengumpulan data melalui hasil nilai harian, kemudian dibuat catatan,
mengadakan diskusi dengan observer atau guru pendamping mengenai
permasalahan dalam menilai pembelajaran IPS pada bahasan sejarah
dan keanekaragaman budaya aspek mengungkapkan pikiran dan
perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain peran di SD NU
Wanasari.
2. Nilai proses yang dikumpulkan melalui lembar pengamatan yang
dilakukan oleh subjek atau partisipan yang terlibat dalam penelitian
ini.
3. Catatan lapangan yaitu catatan selama pelaksanaan dapat berupa
kekurangan, ada yang perlu ditambah atau dipertahankan.
46
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan
Pada penelitian ini, untuk memeriksa keabsahan data peneliti menggunakan
teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Adapun empat macam triangulasi sebagai
teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyakit,
dan teori. Dalam hal ini, peneliti menggunakan triangulasi pemeriksaan data
dengan sumber lainnya.
Untuk memperoleh data yang objektif, sahih, handal dan validitasnya dapat
dipertanggungjawabkan, dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik
pemeriksaan kepercayaan studi, yaitu:
1. Menggali data dari sumber yang sesuai dengan menggunakan cara
yang berbeda. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi
tenang aktivitas siswa dilakukan dengan mengobservasi siswa dan
memeriksa catatan siswa.
2. Menggali data dari sumber yang berbeda untuk memperoleh informasi
tentang hal yang sama. Untuk memperoleh data tentang hasil belajar
siswa dilakukan dengan mengamati bermain peran siswa dan melihat
hasil observasi kolaborator.
3. Memeriksa kembali data-data yang telah terkumpul baik tentang
kejanggalan-kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya.
4. Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.
K. Analisis dan Interpretasi Data
Seluruh data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara kualitatif
deskriptif. Analisis dilakukan pada berbagai kesempatan dari awal penelitian
sampai berakhirnya proses penelitian. Hasil dari analisis data ini berupa informasi
berbentuk kalimat-kalimat yang menggambarkan proses penelitian sebagai
berikut:
1. Tahap analisis data dimulai dengan membaca keseluruhan data yang
ada dari berbagai sumber, kemudian mengadakan reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan dilakukan dalam bentuk
47
interaktif dengan pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. Data
yang diperoleh berupa kalimat-kalimat dan aktivitas-aktivitas guru
dan siswa diubah menjadi kalimat yang bermakna dan memiliki nilai
ilmiah yang bisa dipertanggung jawabkan. Aktivitas yang dianalisis
adalah sebagai berikut:
a. Aktivitas guru
Pengolahan untuk megakui tingkat keefektifan guru selama
pembelajaran diolah secara kualitatif langsung melalui
pensekoran dalam skala ordinal. Tingkat keberhasilan akan
dibagi menjadi 4 katagori yaitu: kurang, cukup, baik, dan baik
sekali seperti pada table berikut ini:
Tabel V
Klasifikasi Aktivitas Guru
Skor Kategori
4 Sangat Baik
3 Baik
2 Cukup
1 Kurang
b. Aktivitas siswa
Pengolahan data untuk mengukur keefektifan siswa diolah
secara kualitatif dikonversi dalam bentuk pensekoran kuantitatif.
Pensekoran kuantitatif diklasifikasikan oleh jumlah persentase
(%) aktifitas siswa yang sesuai maupun yang tidak sesuai
dengan proses belajar mengajar (PBM). Data untuk mengukur
aktifitas siswa selama pembelajaran diolah setelah pengumpulan
data yang dilakukan melalui pedoman observasi aktifitas siswa.
sedangkan keaktifan siswa dinilai ketika melakukan praktik
48
toleransi terhadap keragaman suku bangsa dan budaya dihitung
berdasarkan pada kualitas performance/ penampilan.
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan
Penelitian diakhiri setelah hasil analisis data menunjukkan bahwa target
peningkatan hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman
suku bangsa dan budaya di kelas IV SD NU Wanasari dengan penggunaan
metode Role Playing telah tercapai. Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa
penelitian ini menggunakan alur siklus, dimana hasil refleksi dari siklus I adalah
dasar bagi pelaksanaan siklus selanjutnya dan begitu seterusnya sampai target
yang ditetapkan tercapai. Atas dasar hal tersebut, maka peneliti meyakini bahwa
hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai landasan perencanaan pengembangan
penelitian dengan target yang lebih tinggi.
49
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Sejarah Singkat SD NU Wanasari
Sekolah Dasar Nahdlatul Ulama (SD NU) Wanasari didirikan pada
tanggal 15 Juni 2009 oleh pengurus MWC Ma’arif NU Kecamatan
Bangodua Kabupaten Indramayu Jawa Barat yang telah mendapat izin
Pendirian dan Penyelenggaraan (Izin Operasional) dari Dinas Pendidikan
Kab. Indramayu pada tanggal 15 Juli 2009, dengan nomor:
421.2/Kep.92.A-Disdik/2009, dengan Kepala Sekolah Bpk. Mujahidin Aly
S. Pd.
Yayasan Sekolah Dasar Nahdlatul Ulama (SD NU) Wanasari Kec.
Bangodua kab. Indramayu menginduk pada Yayasan Islam pondok
Pesantren Al-Fudhola yang beralamat di Jl. By Pass Ujungaris, Desa
Ujungaris Kec. Widasari Kab. Indramayu, dengan akta Pendirian Nomor :
19 tanggal 25 Februari 1999.
Sekolah Dasar Nahdlatul Ulama (SD NU) Wanasari beralamat di Jl.
KH. Sanusi Desa Wanasari Blok Raso Rt.03/04 Kecamatan Bangodua
Kabupaten Indramayu bertujuan untuk membantu pemerintah dalam ikut
serta menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar (wajar dikdas) 9 tahun.
Sekolah Dasar Nahdlatul Ulama (SD NU) Wanasari dalam kegiatan
belajar mengajar menumpang pada Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA)
Miftahul Mubtadi’ien Raso, Desa Wanasari, Kec. Bangodua, Kab.
Indramayu. Baru pada tahun pelajaran 2010/2011 bisa membangun 2 ruang
kelas baru bantuan dana dari pemerintah pusat melalui Bpk. H. Dedi
Wahidi, S. Pd, selaku anggota DPR-RI Komisi X, asal Indramayu.
Sekolah Dasar Nahdlatul Ulama (SD NU) Wanasari sampai dengan
tahun pelajaran 2012/2013 sudah sampai kelas IV, sedangkan ruang kelas
baru ada 2 ruang, sehingga untuk kegiatan belajar mengajar untuk yang 2
kelas terpaksa menumpang lagi pada Madrasah Diniyah Takmiliyah.
50
Awaliyah (DTA) Miftahul Mubtadi’ien Raso Desa Wanasari Kec.
Bangodua Kab. Indramayu.
2. Visi dan Misi SD NU Wanasari
Visi:
“Membentuk anak didik yang cerdas, dinamis, agamis dan jujur yang
mementingkan musyawarah”.
Misi:
1. Keberhasilan proses belajar mengajar.
2. Kedisiplinan dan kreatifitas.
3. Kesadaran menjalankan syari’at Islam.
4. Kejujuran, transparansi dan kerjasama.
5. Prinsip musyawarah.
3. Data Siswa SD NU Wanasari
Data siswa kelas IV SD NU Wanasari dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel VI
Data Siswa Kelas IV SD NU Wanasari Tahun Pelajaran 2012/2013
No. Nama Siswa L/P Nama Ayah/Wali Nama Ibu/Wali
1. Aina Komala P Tarjono Sutiri
2. Akis Saefudin L Caswadi Rokayah
3. Ali Fazri L Warno Fitriyah
4. Arya Prayoga L Ashadi Sri Yanti
5. Bagus Muhamad L Jahidin, S. Pd. I Nurjanah
6. Dahliani Astuti P Rais Muniah
7. Dede Yuleni P Kawita Sumaenah
8. Dimas Mulyadi L Ujang M. Fitriyah
9. Endang Sri P Marno Warsinah
51
10. Fahri Husaini P Sabar Yeti
11. Fani Nurhanifah P Wardani Taryati
12. Fauzan Rusli L M. Sama Marwiyah
13. Fatehah P Tasmin S. Fil Santi
14. Fatmawati L Nurita Maemunah
15. Hizib Haikal L Rosidin Rumi'ah
16. Jahari L Taryono Miskem
17. M. Albab Rizki L Mulyadi Tati A. Md
18. M. Bayhaqi L Tarjana Sartem
19. M. Muniruddin L Abdurrohman Neli
20. Nada Pratiwi P Sahroni Sunerih
21. Ratna Amelia P Kurdi Juhaeriyah
22. Regina Putri L Rusdi Kanirah
23. Rizkiyani Marsya P Samsuri Wasniti
24. Rohani Agustin L Abdul Hadi Musafaroh
25. Sairoh L Wartono Sarmi
26. Sri Ayuni P Warna Sukinih
27. Sri Wulandari L Abdul Hakim Nurlaeli
28. Sukron P Kasinih Casmi
29. Tarlam P Ashadi Sri Yanti
30. Ummu Fadilah P Tarjadi Rasminah
31. Wahyu Alfarisi P Wasja Wasdem
32. Wijatanti P Cecep S. E Iis S. Pd
33. Yunifah P Wasori Kuni'ah
34. Zahra Ayu P Toyib S. Sos Juhriyah
35. Zelda Nursafitri P Jumadi Teti
36. Ziyad Fahiron L Masrur Ernawati
52
4. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada hari Senin 15 dan 22 Juni
2013 pukul 08.00 s/d 12.00, peneliti melakukan observasi (pengamatan)
terhadap poroses pembelajaran IPS di kelas IV SD NU Wanasari Kabupaten
Indramayu. Hasil pengamatan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a. Guru berada di kelas ketika semua siswa sudah berada di kelas.
Pada saat pelajaran dimulai masih banyak siswa yang belum
siap untuk belajar, yaitu masih banyak siswa yang mengobrol
dan belum siap mendengarkan guru, tetapi ada juga sebagian
siswa yang sudah siap belajar. Akhirnya gurupun
mengintruksikan kepada siswa untuk bersiap-siap dan
berkonsentrasi untuk belajar dan menyiapkan segala peralatan
belajar.
b. Metode pembelajaran yang digunakan guru adalah ekspositori,
ceramah dan penugasan.guru menjelaskan materi dengan
kondisi lebih banyak komunikasi sepihak (guru menjelaskan dan
siswa mendengarkan) dan pendekatan yang digunakan guru
selain buku pegangan dan LKS.
c. Waktu pembelajaran lebih banyak dipergunakan untuk
mengerjakan soal-soal latihan di LKS dengan bimbingan yang
sangat minim, siswa diminta mengerjakan soal di LKS
sementara guru hanya duduk santai di depan kelas. Sesekali ada
siswa yang bertanya tentang soal yang belum mereka pahami
baru guru mendekati dan memberikan penjelasan, begitu
seterusnya sehingga tidak terasa waktu pembelajaran pun telah
berakhir, padahal hasil kerja siswapun belum sempat diperiksa.
d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang materi yang telah dibahas. Ada beberapa siswa yang
belum paham dengan materi tersebut dan guru kembali
menjelaskan.
53
e. Ketika guru memulai pelajaran baru, masih terdapat siswa yang
tidak memperhatikan guru, masih ada yang mengobrol dan ada
yang diam saja. Proses pembelajaran tidak langsung aktif, ini
disebabkan siswa tidak berperan aktif dalam proses
pembelajaran berlangsung. Ketika guru memberikan soal kepada
siswa, banyak siswa yang keliru tentang jawaban, ada yang tidak
mengerti apa yang dipertanyakan guru, ada yang tahu
jawabannya tetapi msih malu untuk mengutaraknnya, namun
ada juga yang menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Hal
ini yang menyebabkan kurang interaktifnya guru dan siswa
dalam menjadikan kelas yang aktif.
f. Hasil belajar yang masih rendah. Hal ini terlihat dari nilai siswa
yang belum mencapai nilai 70 pada pelajaran IPS tentang
menerima keragaman suku bangsa dan budaya.
g. Masih banyak siswa yang belum mengerti tentang materi
tersebut karena siswa malu dan tidak percaya diri yang
mengakibatkan siswa tidak semangat untuk belajar dan
mencobanya.
Berikut nilai mata pelajaran IPS pada pokok bahasan menerima
keragaman suku bangsa dan budaya dalam pembelajaran sehari-
hari:
Tabel VII
Distribusi Frekuensi Pretest
No. Kelas Interval Frekuensi Relatif
1.` 38-42 6 16,67%
2. 43-47 5 13,89%
3. 48-52 7 19,44%
4. 53-57 6 16,67%
5. 58-62 6 16,67%
54
6. 63-67 6 16,67%
Jumlah 36 100%
Dari hasil penelitian di atas, didapat bahwa hasil belajar IPS masih
rendah dengan rata-rata 52,6 median 53,5 modus 50,8, nilai minimum 38
dan nilai maksimum 67. Dari data tersebut maka nilai hasil belajar siswa
belum mencapai nilai KKM sekolah. Rendahnya hasil belajar siswa ini
disebabkan karena malu bertanya, kurangnya tehnik mengajar yang
disampaikan guru dalam pembelajaran IPS. Setelah berdialog langsung
dengan guru mata pelajaran IPS diperoleh kesepakatan bahwa peneliti akan
melakukan PTK dengan judul peningkatan hasil belajar IPS siswa pada
pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya melalui
metode “Role Playing” di SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu. Dan
guru IPS bersedia menjadi kolabulatornya saat peneliti melakukan tindakan
pembelajaran.
Materi yang akan dijadikan bahan ajar dalam tindakan penelitian
adalah Standar Kompetensi (SK): Memahami sejarah, kenampakan alam
dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi dan
Kompetensi Dasar (KD): Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya
setempat (kabupaten/kota, provinsi).
Pemilihan materi tersebut, selain dari usulan dari guru IPS
(kolabolator), juga hasil pretest yang ternyata seluruh siswa memiliki nilai
yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dikarenakan
siswa masih malu dan gugup.
5. Tindakan Pembelajaran Siklus I
Pada tindakan pembelajaran siklus I sub pokok bahasan pembelajaran
adalah drama pendek yang disampaikan dalam dua kali pertemuan (4 x 35
menit). Adapun indikator yang hendak dicapai adalah:
1. Menjelaskan pengertian Bhineka Tunggal Ika
2. Menjelaskan pentingnya persatuan dalam keragaman budaya
55
3. Membandingkan bentuk-bentuk keragaman suku bangsa dan
budaya setempat
4. Memberikan contoh cara menghargai keragaman yang ada di
masyarakat setempat
5. Menunjukkan sikap menerima keragaman suku bangsa dan
budaya di masyarakat
6. Menunjukkan keragaman budaya yang ada di daerahnya melalui
peta
7. Bermain peran sesuai dengan naskah drama
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah
menyiapkan kelas tempat penelitian, membuat RPP dengan
penggunaan Metode bermain peran (Role Playing), mendiskusikan
RPP dengan kolabolator, menyiapkan materi ajar untuk setiap
pertemuan, menyiapkan lembar observasi siswa dan guru, wawancara,
catatan lapangan serta keperluan observasi lainnya, dan menyiapkan
soal akhir siklus I. Naskah drama yang dibuat dan dijadikan sebagai
media utama dalam proses pembelajaran pada siklus I dibagikan
kepada setiap siswa.
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan dengan alokasi
waktu 4x35 menit. Kegiatan dilakukan sebanyak dua kali
pertemuan yaitu pertemuan pertama dilaksanakan tanggal 29
April 2013 dan pertemuan kedua dilaksanakan tanggal 6 Mei
2013. Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I dapat
dilihat pada lampiran:
1. Pertemuan Pertama (Senin, 29 April 2013)
Pertemuan pertama siklus I diaksanakan pada hari Senin
29 April. PBM dilaksanakan dari pukul 08.25 s.d 09.35 Wib.
Pokok bahasan yang akan dipelajari adalah drama pendek.
56
Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan ini sebanyak 36 orang
(semua hadir). Kegiatan diawali dengan membuka kegiatan
pembelajaran yang meliputi pengkondisian kelas, berdoa,
absensi, apersepsi dan pemberian motivasi.
Kegiatan ini diawali dengan penyampaian tujuan
pembelajaran, penjelasan singkat tentang materi yang menjadi
pokok pembahasan, menjelaskan kegiatan pembelajaran dengan
bermain peran dan menjelaskan tentang sistem penilian secara
individu dan kelompok secara reward. Kemudian setiap
kelompok diberikan kesempatan untuk memerankan
perananannya sesuai dengan karakter dalam naskah drama.
Selama siswa belajar bersama dalam tim, guru memantau,
memberi arahan, bimbingan dan penjelasan khususnya kepada
siswa yang terlihat masih kesulitan dalam pembelajaran. Sekitar
10 menit sebelum pelajaran berakhir, guru bersama-sama
dengan siswa menyimpulkan materi pembelajaran. Dan sebagai
penutup pembelajaran guru memberikan pengarahan kepada
siswa untuk lebih memberanikan diri untuk berekspresi ketika
bermain peran karena akan diadakan tes kemampuan bermain
peran dan penilaian individu pada pertemuan yang akan datang,
kemudian memberikan naskah drama yang berbeda dengan yang
tadi dipelajari kepada siswa sesuai dengan kelompoknya.
Pada pertemuan pertama ini terlihat sebagian besar siswa
masih kurang memahami langkah-langkah pembelajaran yang
disampaikan, sehingga ketika mereka dipinta untuk bermain
peran masih banyak siswa yang nampak ragu, dan gugup ketika
bermain peran. pada saat belajar bersama kelompoknya masih
tampak dominasi dari siswa-siswa tertentu (siswa yang lebih
pintar) sehingga siswa yang kemampuannya dibawah rata-rata
menjadi kurang aktif. Namun demikian secara umum kondisi
57
pembelajaran pada pertemuan pertama ini relatif berjalan
dengan baik.
2. Pertemuan Kedua ( Senin 6 Mei 2013)
Pada hari Senin tanggal 6 Mei 2013 dilaksanakan
pertemuan kedua siklus I, pelaksanaan PBM dimulai pada jam
08.25 s.d 09.35 WIB. Pada pertemuan ini seluruh siswa
berjumlah 36 orang yang hadir. Dan akan diadakan tes kepekaan
ketika bermain peran.
Kegiatan awal pertemuan kedua ini sama dengan pada
pertemuan kesatu dengan naskah drama yang sama hal ini
dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa pada pertemuan
pertama. Setelah absensi, guru menanyakan kesiapan setiap
kelompok untuk memerankan sebuah naskah drama, kemudian
guru memanggil ketua kelompok untuk mengambil nomor
undian penampilan.
Untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa, dalam
pertemuan ini guru telah menyiapkan hadiah dan coklat yang
telah dibungkus dengan kertas kado dan diletakkan di depan
(diatas) meja guru. Kepada siswa dijelaskan bahwa, hadiah itu
tersebut akan diberikan kepada kelompok yang paling bagus
dalam pementasan drama pendek serta untuk kelompok
terlengkap propertinya.
Pada tahap akhir ini peneliti berbicara kepada siswa
diharapkan kepada seluruh siswa mampu dan memahami segala
materi yang telah diajarkan sehingga setiap siswa mampu
berbicara dengan bermain peran dengan baik dan benar
mencapai nilai yang telah ditentukan oleh sekolah. Pada menit-
menit terakhir peneliti mengajak siswa menutup pembelajaran
dengan berdoa bersama-sama. Peneliti juga mengamati aktifitas
58
siswa yang dibantu oleh guru (observer) dalam menjalani tes
siswa.
c. Tahap Observasi dan Analisis
Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan. Guru IPS (observer/kolaborator) melakukan pengamatan
langsung terhadap pelaksanaan pembelajaran IPS dengan
menggunakan metode bermain peran selama proses pembelajaran
berlangsung.
Hasil pengamatan ini terbagi menjadi dua, yaitu pengamatan
terhadap keterampilan guru (peneliti) dalam pembelajaran IPS dengan
menggunakan metode bermain peran dan pengamatan terhadap
aktifitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
bermain peran.
Hasil pengamatan proses pembelajaran dapat dilihat dalam tabel
berikut:
1. Aktivitas Guru Selama Pembelajaran
Tabel VIII
Hasil Observasi Aktivitas Guru Selama
Proses Pembelajaran Siklus I
No. Aspek yang Dinilai Nilai Keterangan
1 2 3 4
1. Kemampuan membuka
pelajaran
1. Menarik perhatian
siswa
2. Menimbulkan motivasi
3. Memberikan acuan
√
√
Cukup
Cukup
59
materi yang akan
disajikan
4. Memberi kaitan materi
yang akan disampaikan
√
√
Baik
Baik
2. Sikap peneliti dalam proses
pembelajaran
1. Kejelasan suara
2. Gerakan badan tidak
mengganggu perhatian
siswa
3. Antusiasme
penampilan/mimik
4. Mobilitas posisi tempat
√
√
√
√
Sangat baik
Cukup
Baik
Baik
3. Penguasaan materi
1. Materi disajikan sesuai
dengan langkah-
langkah yang
direncanakan
2. Kejelasan dalam
menerangkan materi
3. Kejelasan dalam
memberikan contoh
4. Mencerminkan
keluasan wawasan
√
√
√
√
Baik
Baik
Baik
Baik
60
4. Proses pembelajaran
1. Kesesuaian penggunaan
strategi/metode dengan
pokok bahasan
2. Penyajian materi
relevan dengan
indikator hasil belajar
3. Antusiasme dalam
menanggapi dan
menggunakan respon
4. Kecermatan dalam
pemanfaatan waktu
√
√
√
√
Baik
Cukup
Baik
Baik
5. Penggunaan media
1. Memperhatikan prinsip-
prinsip penggunaan
jenis media
2. Ketepatan saat
penggunaan
3. Keterampilan saat
mengoperasionalkan
4. Membantu
meningkatkan proses
pembelajaran
√
√
√
√
Baik
Baik
Cukup
Baik
61
Ket : Kemampuan menutup pelajaran
4 = sangat baik
3 = baik
2 = cukup
1 = kurang
Kategori penilaian
≥ 80 % = sangat baik (A)
60%-79,99% = baik (B)
40%-59,99% = cukup (C)
6.
Evaluasi
1. Menggunakan penilaian
tulisan relevan dengan
indikator hasil belajar
2. Menggunakan jenis
ragam penilaian relevan
dengan indikator hasil
belajar
3. Menggunakan penilaian
sesuai dengan yang
tertulis pada rencana
pembelajaran
√
√
√
Baik
Baik
Cukup
7. Kemampuan menutup pelajaran
1. Meninjau kembali
pokok bahasan
2. Memberikan
keterampilan bertanya
3. Mengucapkan salam
√
√
√
Cukup
Baik
Baik
62
20%-39,99% = kurang (D)
00%&-19,99%= sangat kurang (E)
Presentasi aktivitas guru = perolehan skor
= 74 %
= B. (baik)
Berdasarkan hasil observasi, kegiatan guru dalam pembelajaran pada
pertemuan I berada dalam kategori baik.
2. Aktivitas siswa selama pembelajaran
Hasil pengolahan data aktifitas siswa pada pertemuan
siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel IX
Hasil Observasi Aktifitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Siklus I
No. Aspek yang dinilai
Jumlah
banyak siswa
yang
melakukan
aktifitas
JML
Persentase
(%)
Keterangan
1. Aktifitas siswa yang
sesuai dengan PBM
a. Siswa
memperhatikan
penjelasan guru
b. Siswa serius
mengerjakan tugas
yang diberikan
c. Siswa mampu
menggungkapkan
ide-idenya dengan
berani
6
6
3
15
41,7%
Kurang
63
Kategori penilaian : aktifitas siswa yang sesuai dengan PBM
≥ 86% = sangat baik
71%-85% = baik
60%-70% = cukup
41%-59% = kurang
≤ 40% = sangat kurang
Kategori penilaian : aktifitas siswa yang tidak sesuai dengan PBM
≥ 86% = sangat kurang
71%-85% = kurang
60%-70% = cukup
41%-59% = baik
≤ 40% = sangat baik
Pada pertemuan siklus I, analisis nilai aktivitas siswa yang
sesuai dengan pelajaran adalah 41.7% dengan kategori “kurang”
sedangkan analisis aktivitas siswa yang tidak sesuai dengan
pembelajaran adalah 58.4% termasuk kategori “baik”.
Dari hasil pengamatan siswa, didapat siswa yang sudah siap dan
berkonsentrasi untuk menerima pelajaran. Untuk materi yang
diberikan guru, sebagian kecil memperhatikan guru dan selebihnya
masih asik dengan kesibukan masing-masing. Penerapan metode
bermain peran pada saat tes atau uji kemampuan yang diberikan oleh
guru (peneliti) membuat siswa merasa senang dan nyaman dengan
2. Aktifitas siswa yang
tidak sesuai dengan
PBM
a. Melamun
b. Mengobrol dengan
teman
c. Melakukan
pekerjaan lain
5
9
7
21
58,4%
Baik
64
mata pelajaran IPS khususnya pada pokok bahasan menerima
keragaman suku bangsa dan budaya.
Hal ini terlihat dari perolehan hasil observasi siswa keterampilan
bermain peran. Penerapan metode ini sangat membantu siswa dalam
meningkatkan kepekaan dalam menerima dan menghargai perbedaan
suku dan budaya di kelasnya.
Adapun tabel distribusi pada tes uji kemampuan siklus I adalah
sebagai berikut:
Tabel X
Distribusi Frekuensi Siklus I
No. Kelas Interval Frekuensi Relatif
1. 50-53 5 13,89%
2. 54-57 3 8,33%
3. 58-61 6 16,67%
4. 62-65 7 19,44%
5. 66-69 6 16,67%
6. 70-73 6 16,67%
7. 74-77 3 8,33%
Jumlah 36 100%
Berdasarkan hasil tes akhir siklus I, didapat rata-rata hasil
belajar siswa rata-rata 63,3, median 62,modus 63,3 dan nilai minimum
50, nilai maksimum 77, varians 54,86 dari tes hasil siklus I dengan
hasil yang didapat pada tabel ini, maka siklus I selesai, dan berlanjut
pada siklus II. Pada siklus II siswa diharapkan mendapatkan nilai
lebih besar dari siklus I.
Setelah tes ini dilakukan, maka peneliti melakukan wawancara
kepada siswa yang berprestasi tinggi, sedang dan rendah sebanyak 5
orang. Dengan wawancara ini diharapkan peneliti mendapatkan
informasi tentang kualitas pembelajaran IPS pada pokok bahasan
65
menerima keragaman suku bangsa dan budaya dengan menggunakan
metode Role Playing (Bermain Peran).
d. Tahap Refleksi
Berdasar hasil jurnal harian, lembar observasi keterampilan
guru, lembar observasi aktivitas siswa, data dan masukan-masukan
dari kolaborator,maka seluruh refleksi tindakan siklus I dapat
dideskripsikan secara umum, keterampilan guru dalam proses
pembelajaran dengan metode bermain peran pada pertemuan ini relatif
baik walaupun masih banyak kekurangan yang disebabkan karena:
1. Alokasi waktu pembelajaran yang kurang memadai.
2. Jumlah siswa yang banyak, kelas yang terlalu besar dan guru
belum terbiasa menerapkan metode bermain peran
menyebabkan guru tampak kesulitan dan seperti kurang terampil
dalam membimbing siswa mengaplikasikan teori pembelajaran.
3. Beberapa siswa masih tampak kesulitan, masih malu-malu dan
gugup.
4. Kemampuan bermain peran masih kurang maksimal.
5. Sebagian siswa belum mampu memberikan tanggapan/komentar
terhadap kelompok yang bermain peran.
Menyikapi segenap kekurangan dan kelemahan tersebut diatas,
maka peneliti berupaya menyusun beberapa rencana untuk tindakan
pembelajaran pada siklus selanjutnya, diantaranya:
1. Mengoptimalkan waktu pembelajaran.
2. Menegaskan langkah-langkah pembelajaran metode
bermain peran, menyiasati pembentukan kelompok tidak
didominasi oleh siswa tertentu.
3. Guru berupaya untuk meningkatkan bimbingan kepada
siswa dalam belajar bersama kelompok.
4. Guru mengoptimalkan distribusi pendapat siswa saat
diskusi dan bermain peran.
66
5. Guru memperbaiki dalam memilih naskah drama supaya
lebih sesuai dengan aspek-aspek yang hendak diukur.
6. Tindakan Pembelajaran Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dillakukan pada tahap perencanaan ini adalah
menyiapkan RPP menyiapkan lembar petunjuk langkah-langkah
pembelajaran, menyiapkan lembar observasi, naskah drama siklus II.
Berdasarkan hasil refleksi siklus I, maka pada siklus II ini proses
pembelajaran harus lebih diarahkan. Peneliti harus mampu
mengoptimalkan waktu yang digunakan agar seluruh tahapan kegiatan
pembelajaran dengan metode bermain peran dapat dilaksanakan
sebagaimana mestinya dan tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
optimal.
Materi yang menjadi pokok bahasan pada siklus II adalah materi
drama pendek. Adapun indikator yang hendak dicapai adalah agar
setelah pembelajaran siswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian Bhineka Tunggal Ika
2. Menjelaskan pentingnya persatuan dalam keragaman
budaya
3. Membandingkan bentuk-bentuk keragaman suku bangsa
dan budaya setempat
4. Memberikan contoh cara menghargai keragaman yang ada
di masyarakat setempat
5. Menunjukkan sikap menerima keragaman suku bangsa
dan budaya di masyarakat
6. Menunjukkan keragaman budaya yang ada di daerahnya
melalui peta
7. Bermain peran sesuai dengan naskah drama.
Tindakan pembelajaran pada siklus II ini dilakukan sebanyak dua
kali pertemuan.
67
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan dengan alokasi
waktu 4x35 menit. Kegiatan dilakukan sebanyak dua kali pertemuan
yaitu pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 13 dan 20 Mei
2013. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II dapat dilihat
pada lampiran.
1. Pertemuan Pertama (Senin, 13 Mei 2013)
Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari senin
tanggal 13 Mei 2013. PBM dimulai pukul 08.25 s.d 9.35 WIB.
Pokok bahasan yang akan dipelajari adalah dram pendek.
Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan ini sebanyak 36 orang
(semua hadir). Kegiatan diawali dengan membuka kegiatan
kelas yang meliputi pengkondisian kelas, berdoa, absensi,
appersepsi dan pemberian motivasi.
Kegiatan ini diawali dengan penyampaian tujuan
pembelajaran, penjelasan singkat tentang materi yang menjadi
pokok pembahasan yaitu bagaimana cara memerankan tokoh
yang baik sesuai dengan lafal dan ekspresi, menjelaskan
kegiatan pembelajaran degan metode bermain peran
menjelaskan tentang sistem penilaian secara individu dan
kelompok. Kemudian guru membuat kelompok belajar.
Selanjutnya, siswa diminta untuk bergabung dengan
kelompoknya, setelah tim (kelompok) terbentuk peneliti
meminta perwakilan kelompok untuk membacakan naskah
dramanya. Ketika satu kelompok selesai presentasi, maka
kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapi atau
bertanya.
Selama siswa belajar bersama dalam tim, peneliti
berusaha lebih meningkatkan pemantauan, arahan dan
bimbingan dengan harapan agar siswa yang mengalami
kesulitan pembelajaran bisa didramatisir. Sekitar 10 menit
68
sebelum pelajaran berakhir, guru bersama-sama dengan siswa
menyimpulkan materi pembelajaran. Dan sebagai penutup
pembelajaran guru memberikan arahan untuk lebih
mempersiapkan karena diadakan tes akhir pembelajaran.
Pada pertemuan pertama siklus II ini, terlihat sebagian
besar siswa relatif lebih memahami langkah-langkah
pembelajaran yang disampaikan. Dominasi dari siswa-siswa
tertentu (siswa yang lebih pintar) pun sedikit berkurang, secara
keseluruhan siswa ikut aktif dalam kerjasama kelompok, dan
semakin berani di dalam memainkan peranannya ketika bermain
peran, walaupun masih ada beberapa orang yang masih terlihat
malu-malu saat bermain peran.
2. Pertemuan Kedua (Senin, 20 Mei 2013)
Kegiatan belajar mengajar pada pertemuan kedua ini
dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2013, dimulai pada jam 08.25
s.d 09.35 wib. Pada pertemuan ini seluruh siswa (36) orang
hadir.
Kegiatan awal pertemuan kedua yang merupakan post test
ini sama dengan pada pertemuan kesatu, yaitu absensi,
appersepsi dan motivasi dengan cara sekilas bertanya tentang
materi dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada
pertemuan sebelumnya. Selanjutnya menyampaikan tujuan
beserta langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Dalam pertemuan ini pun sama dengan pertemuan-pertemuan
sebelumnya, guru memanggil ketua kelompok untuk mengambil
nomor undian penampilan. Untuk meningkatkan minat dan
motivasi siswa, dalam pertemuan ini guru telah menyiapkan
hadiah permen dan coklat yang telah dibungkus dengan kertas
kado dan diletakkan diatas meja guru. Selanjutnya guru
menjelaskan bahwa hadiah tersebut akan diberikan kepada
69
kelompok yang bagus dalam pementasan drama pendek serta
untuk kelompok terlengkap propertinya.
Pada tahap akhir ini peneliti berbicara kepada sisiwa
diharapkan kepada seluruh siswa mampu dan memahami segala
materi yang telah diajarkan sehingga setiap siswa mampu
memiliki sikap menerima keragaman suku bangsa dan budaya
dengan bermain peran dengan baik dan benar dan mencapai nilai
yang telah ditentukan sekolah. Peneliti juga mengamati aktifitas
siswa yang dibantu oleh guru (observer) dalam menjalani tes
siswa. Kemudian pertemuan kedua ini ditutup dengan
memberikan pengarahan kepada siswa karena akan diadakan tes
penilaian di akhir pertemuan.
c. Tahap Observasi dan Analisis
Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan. Guru Ilmu pengetahuan Sosial (IPS) melakukan pengamatan
secara langsung dengan metode bermain peran selama proses
pembelajaran berlangsung.
Berikut hasil observasi kegiatan guru dan aktifitas siswa selama
proses pembelajaran siklus II. Berdasarkan tindakan dan observasi
pada pembelajaran pertemuan siklus II diperoleh hasil berikut:
Hasil pengamatan proses pembelajaran dapat dilihat dalam tabel
berikut:
1. Aktivitas Guru Selama Pembelajaran
Tabel XI
Hasil Observasi Aktivitas Guru Selama
Proses Pembelajaran Siklus II
No. Aspek yang Dinilai Nilai Keterangan
1 2 3 4
70
1. Kemampuan membuka
pelajaran
1. Menarik perhatian
siswa
2. Menimbulkan
motivasi
3. Memberikan acuan
materi yang akan
disajikan
4. Memberi kaitan
materi yang akan
disampaikan
√
√
√
√
Baik
Sangat baik
Baik
Baik
2. Sikap peneliti dalam
proses pembelajaran
1. Kejelasan suara
2. Gerakan badan
tidak mengganggu
perhatian siswa
3. Antusiasme
penampilan/mimik
4. Mobilitas posisi
tempat
√
√
√
√
Sangat baik
Sangat baik
Baik
Baik
3. Penguasaan materi
1. Materi disajikan
sesuai dengan
langkah-langkah
yang direncanakan
2. Kejelasan dalam
√
Sangat baik
71
menerangkan
materi
3. Kejelasan dalam
memberikan
contoh
4. Mencerminkan
keluasan wawasan
√
√
√
Sangat baik
Baik
Baik
4. Proses pembelajaran
1. Kesesuaian
penggunaan
metode dengan
pokok bahasan
2. Penyajian materi
relevan dengan
indikator hasil
belajar
3. Antusiasme dalam
menanggapi dan
menggunakan
respon
4. Kecermatan dalam
pemanfaatan waktu
√
√
√
√
Baik
Baik
Baik
Baik
5. Penggunaan media
1. Memperhatikan
prinsip-prinsip
penggunaan jenis
media
√
Baik
72
2. Ketepatan saat
penggunaan
3. Keterampilan saat
mengoprasionalkan
4. Membantu
meningkatkan
proses
pembelajaran
√
√
√
Baik
Baik
Baik
6. Evaluasi
1. Menggunakan
penilaian tulisan
relevan dengan
indikator hasil
belajar
2. Menggunakan
jenis ragam
penilaian relevan
dengan indikator
hasil belajar
3. Menggunakan
penilaian sesuai
dengan yang
tertulis pada
rencana
pembelajaran
√
√
√
Baik
Baik
Baik
73
Ket : kategori penilaian
4 = sangat baik
3 = baik
2 = cukup
1 = kurang
Kategori penilaian
≥ 80% = sangat baik (A)
60%-70,99% = baik (B)
40%-5,99% = cukup (C)
20%-39,99% = kurang (D)
00%-19,99% = sangat kurang (E)
Persentase aktivitas guru = perolehan skor
= 85%
= A. (sangat baik)
Berdasarkan hasil observasi, kegiatan guru dalam pembelajaran
pada pertemuan siklus II berada dalam kategori “sangat baik”
2. Aktivitas siswa selama pembelajaran
Hasil pengolahan data aktifitas siswa pada pertemuan
siklus II dapat dilihat pada table berikut ini:
7. Kemampuan menutup
pelajaran
1. Meninjau kembali
pokok bahasan
2. Memberikan
keterampilan
bertanya
3. Mengucapkan
salam
√
√
√
Baik
Sangat baik
Sangat baik
74
Tabel XII
Hasil Observasi Aktifitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Siklus II
No. Aspek yang dinilai
Jumlah
banyak siswa
yang
melakukan
aktifitas
JML
Persentase
(%)
Keterangan
1. Aktifitas siswa yang
sesuai dengan PBM
d. Siswa
memperhatikan
penjelasan guru
e. Siswa serius
mengerjakan tugas
yang diberikan
f. Siswa mampu
menggungkapkan
ide-idenya dengan
berani
14
14
5
33
91,7%
Sangat baik
2. Aktifitas siswa yang
tidak sesuai dengan
PBM
e. Melamun
f. Mengobrol dengan
teman
g. Melakukan
pekerjaan lain
0
2
1
3
8,4%
Sangat
kurang
75
Kategori penilaian : aktifitas siswa yang sesuai dengan PBM
≥ 86% = sangat baik
71%-85% = baik
60%-70% = cukup
41%-59% = kurang
≤ 40% = sangat kurang
Kategori penilaian : aktifitas siswa yang tidak sesuai dengan PBM
≥ 86% = sangat kurang
71%-85% = kurang
60%-70% = cukup
41%-59% = baik
≤ 40% = sangat baik
Pada pertemuan siklus II, analisis nilai aktivitas siswa yang
sesuai dengan pelajaran adalah 91.7% dengan kategori “sangat baik”
sedangkan analisis aktivitas siswa yang tidak sesuai dengan
pembelajaran adalah 8.4% termasuk dalam kategori “sangat kurang”.
Setelah tes ini dilakukan maka peneliti melakukan wawancara
kepada siswa yang berprestasi tinggi, sedang dan rendah sebanyak 5
orang. Dengan wawancara ini diharapkan peneliti akan mendapatkan
informasi tentang kualitas pembelajaran IPS pada pokok bahasan
menerima keragaman suku bangsa dan budaya dengan menggunakan
metode Role Playing.
Adapun tabel distribusi pad tes uji kemampuan siklus II adalah
sebagai berikut:
Tabel XIII
Distribusi Frekuensi Siklus II
No. Kelas Interval Frekuensi Relatif
1. 60-63 7 19,44%
2. 64-67 9 25%
76
3. 68-71 6 16,67%
4. 72-75 4 11,11%
5. 76-79 3 8,33%
6. 80-83 5 13,89%
7. 84-87 2 5,55%
Jumlah 36 100%
Berdasarkan hasil tes akhir siklus II, didapat hasil belajar siswa
rata-rata 70,61 median 68,5 dan nilai minimum 60 nilai maksimum
85, varians 58,15 standar deviasi 7,62. Dari tes akhir siklus II siswa
sudah mencapai nilai > 60 dengan hasil ini maka siklus selesai.
Pada tanggal 27 Mei 2013 peneliti dibantu oleh observer
melakukan post test pada siklus II yaitu kembali memeragakan
kemampuan bermain peran untuk meningkatkan hasil belajar pada
pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya. Tes ini
dihadiri oleh 36 orang.
Berikut rekapitulasi hasil belajar kepekaan dalam bertoleransi
terhadap pluralitas suku bangsa dan budaya lengkap beserta post test:
Tabel XIV
Rekapitulasi Hasil Belajar IPS Siswa Pada Pokok Bahasan
Menerima Keragaman Suku Bangsa dan Budaya
Statistik Pree test Siklus I Sikus II Post Test
N 36 36 36 36
Minimum 38 50 60 60
Maksimum 67 77 85 90
Mean 52,6 63,5 70,61 79,77
Modus 50,83 63,5 63,1 81,5
77
B. Analisis Data
Berikut hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima
keragaman suku bangsa dan budaya melalui tehnik bermain peran:
1. Siklus I
Pada siklus ini materi-materi yang diberikan yaitu tentang
bagaimana cara menerima keragaman suku bangsa dan budaya dan
memerankan naskah drama yang disiapkan oleh guru, berdasarkan
hasil observasi didapat aktivitas siswa masuk pada kategori kurang.
Adapun hasil test pada siklus I terlihat sebanyak 13,89% siswa
mendapat nilai terendah 50-53 dan nilai tertinggi 74-77 nilai tertinggi
sebanyak 5,26% walaupun dengan hasil ini siswa telah mampu
mencapai KKM yaitu 70 akan tetapi, peneliti merasa belum
terpuaskan dengan hasil ini. Peneliti dan observer sepakat bahwa hasil
belajar siswa dirasa perlu ditingkatkan pada siklus berikutnya.
2. Siklus II
Pada siklus ini, materi yang diberikan adalah langkah-langkah
dalam bermain peran, dan siswa beserta kelompoknya memerankan
naskah drama yang telah dipersiapkan guru, berdasarkan hasil
observasi aktivitas siswa masuk pada kategori sangat baik. Untuk hasil
tes pada siklus II mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil
presentase sebanyak 5,55% untuk nilai tertinggi 84-87 dan nilai
terendah 60-63 sebanyak 19,44%. Oleh karena itu hasil belajar pada
siklus II telah melampaui KKM sekolah yaitu 70. Maka penelitianpun
dihentikan.
C. Pembahasan
Dapat diketahui dari beberapa data di atas bahwa hasil belajar IPS
siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya
dengan menggunakan metode Role Playing di SD NU Wanasari Indramayu
meningkat. Pada saat pree test nilai rata-rata sebesar 52,6 sedangkan pada
78
saat post test nilai rata-rata siswa 79,77 hal ini meningkat sebanyak 27.17
poin. Demikian pula pada siklus I rata-rata diperoleh 63,5 sedangkan pada
siklus II diperoleh rata-rata sebesar 70,61 hal ini meningkat sebanyak 7,11
poin.
Pada preetest nilai minimal 38 dan pada post test nilai minimal 60, hal
ini mengalami peningkatan sebanyak 22 poin demikian pula pada halnya
pada siklus I nilai minimum yang diperoleh 50 sedangkan pada siklus II
diperoleh nilai minimum 60 hal ini meningkat 10 poin.
Hasil belajar di atas membuktikan bahwa hasil penelitian hasil belajar
IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan
budaya dengan tehnik bermain peran berpengaruh besar pada siswa. Oleh
karena itu salah satu tehnik bermain peran dalam mengajar mampu
merangsang siswa lebih termotivasi, mudah dan menyenangkan dalam
proses pembelajaran. dengan kata lain terbukti dengan penggunaan metode
bermain peran (Role Playing) pada pembelajaran IPS mampu meningkatkan
hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku
bangsa dan budaya.
79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan deskripsi data yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan penelitian sebagai berikut:
1. Pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan metode bermain peran
(Role Playing) dalam peningkatan hasil belajar siswa pada pokok
bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya di SD NU
Wanasari Kabupaten Indramayu telah terlaksana dengan baik, hal itu
bias dilihat dari:
a. Adanya konsistensi kegiatan belajar mengajar dalam kurikulum
yang ditandai dengan adanya kesesuaian tujuan pengajaran,
bahan pengajaran yang diberikan, jenis kegiatan yang dilakukan.
b. Keaktifan siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan
sesuai dengan harapan, hal itu tampak terlihat dari dipahami dan
diikutinya petunjuk-petunjuk pembelajaran dari guru, terlibatnya
semua siswa dalam melaksanakan tugas belajar dan pemecahan
masalah, mulculnya keberanian untuk bertanya kepada sesama
siswa atau guru.
c. Penggunaaan metode bermain peran (Role Playing) dapat
menigkatkan Keberanian, Kelancaran, Kepekaan sosial dan
Sikap siswa belajar menerima keragaman suku bangsa dan
budaya.
2. Hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman
suku bangsa dan budaya di SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu
dengan penggunaan metode Role Playing (Bermain Peran) meningkat.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, peneliti memberikan saran-
saran sebagai berikut:
80
1. Bagi Sekolah
a. Mengadakan pelatihan bagi guru tentang menggunakan metode
mengajar dengan baik yang memugkinkan berkembangnya
potensi siswa. Metode mengajar yang baik tidak saja
menciptakan situasi kelas yang hidup, tetapi juga mempermudah
siswa dalam mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan.
b. Pengadaan pementasan seni bermain peran khususnya dalam
mata pelajaran IPS dan mata pelajaran yang lain pada umumnya
pada kelas IV SD/MI. Sehingga lebih menunjang dalam
penanaman konsep-konsep IPS secara lebih nyata sekaligus
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi Guru
a. Mempersiapkan secara cermat perangkat pendukung
pembelajaran dan fasilitas belajar yang di perluakan karena
sangat mempengaruhi efektifitas dan efisiensi pembelajaran
yang pada akhirnya berpengaruh pada hasil belajar siswa
khususnya pada pokok bahasan menerima keragaman suku
bangsa dan budaya.
b. Guru hendaknya mampu menjadi motivator sekaligus menjadi
fasilitator bagi siswanya. Hal ini akan merangsang identifikasi
pada diri siswa yang sekaligus dapat menemukan jatidiri siswa
yang pada akhirnya dapat mempercepat pemahaman dalam
belajar dan berkomuikasi.
c. Kelas harus dikelola secara baik dan ketersediaan waktu harus
benar-benar diperhatikan.
1. Bagi siswa
a. Suatu keberhasilan dalam menentukan prestasi belajar tidak
bergantung pada orang lain tetapi lebih banyak ditentukan oleh
diri sendiri. Kemauan yang tinggi akan sangat berperan dalam
81
meningkatkan prestasi. Untuk itu pembiasaan dalam
mengunakan metode Role Playing (Bermain Peran) dalam
mengikuti proses belajar mengajar akan dapat mengantarkan
siswa mendapatkan prestasi belajar yang tinggi.
b. Hendaknya siswa terlibat secara penuh baik secara fisik maupun
mental dalam proses belajar mengajar, hal ini akan
mempermudah tercapainya tujuan belajar.
c. Siswa hendaknya terlibat secara aktif di dalam kelas, karena
paradigma yang berkembang saat ini adalah control belajar
sepenuhnya ada pada diri siswa.
d. Siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran, selalu
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru dan menigkatkan
usaha belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar optimal.
2. Bagi Pendidik dan Calon Pendidik
Dalam pembelajaran IPS khususnya. Agar hasil belajar IPS siswa
pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya
hendaknya pendidik dan calon pendidik menggunakan pembelajaran dengan
teknik bermain peran. Teknik bermain peran sangat cocok untuk
pembelajaran IPS terutama untuk peningkatan hasil belajar siswa pada
pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya.
82
DAFTAR PUSATAKA
Arifin, Anwar. Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam
Undang-Undang SISDIKNAS, Jakarta: Departemen Agama, 2003.
MPR RI, Sekretariat Jenderal. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI 2013.
Rifai, Veitzal. Upaya-upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kepemimpinan Peserta
Diiklat Spama Survei di DIKLATDEPKES, Jurnal Pendidikikan dan
Kebudayaan No. 40, tahun ke-9, Jakarta: DEPDIKNAS, Januari 2003.
Rusyan, Tabrani. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2000.
Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Sinar Baru
Algesindo, 2000.
Rosyada, Dede. Paradigma Pendidiikan Demokrasi Jakarta: Prenada Media,
2004.
Slamet, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka
Cipta 2003.
Kartono, Kartini. Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, Jakarta: CV.
Rajawali.
Ahmadi, Abu. Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001.
Indra, Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, dalam Jurnal Pendidikan
dan Budaya, Edisi-1, tanggal 10 juni tahun 2009, tersedia:http://educare.e-
fkipunla.net
83
Muin, Fatkhul. Intelegensi dan Emosi, Blog pada http:www.wodpress.com
diakses pada 15 februari 2013.
Saufi, Muhamad. Upaya Meningkatkan Jasmani Melalui Pendekatan Bermain
Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Blog pada
http:www.wodpress.com diakses pada tanggal 5 maret 2013.
Manzilatusifa, Uus. Pemberian Motivasi Guru dalam Pembelajaran, dalam Jurnal
Pendidikan dan Budaya, Edisi-1, tanggal 6 Maret tahun 2013,
tersedia:http/educare.e-fkipunla.net.
Listinawati, Cucu. Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Budi Pekerti di
Sekolah-sekolah, dalam Jurnal Pendidikan dan Budaya, Edisi-1, tanggal 8
Maret tahun 2013, tersedia:http/educare.e-fkipunla.net.
Fauzie, Raden Adelina. Anggaran Pendidikan Untuk Masa Depan Bangsa Yang
Lebih Baik, dalam Jurnal Pendidikan dan Budaya, Edisi-1, tanggal 3 Maret
2013, tersedia: http://educare.efkipunla.net.
Hakim, Thursan. Belajar Secara Efektif, dalam Jurnal Pendidikan dan Budaya,
Edisi-1, tanggal 9 Maret tahun 2013, tersedia: http://educare.e-fkipunla.net.
Abdurrahman, Mulyono. Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003
K, Roestiah N. Masalah-masalah Keguruan, Jakarta: PT. Bina Aksara, 2000.
Santrock. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2008.
Sudrajat, Akhmad. Hakikat Belajar, Puncak Wordpress Blog Indonesia diakses
pada tanggal 12 Februari 2013.
Sukmadinata, Nana Saudih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya, 2003.
Koester, Wawan. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Siswa
SLTPN di Jakarta, Bandung: Mimbar Pendidikan UPI, No. 2/XIX, 2002.
84
Yusmidah, Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Media Peta,
Surabaya: Pelangi Pendidikan, volume 5, no. 1, 2002.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002.
Murniwahid, dkk. Evaluasi Pembelajaran dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Litera,
2010.
Bukuné, Redaksi. Undang-Undang Dasar 1945 & Perubahannya, Jakarta:
Bukuné, 2010.
Maliki, Zainuddin. Sosiologi Pendidikan, Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2008.
Supriatna, dkk. Pendidikan IPS di SD. Bandung: UPI Press, 2007.
LPP-SDM, Tim. Ensiklopedi Pendidikan Islam, Depok, CV: Bina Muda
Ciptakreasi, 2010.
Hamzah B, Uno. Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007.
Sudrajat, Akhmad. Hakikat Belajar, Puncak Wordpress Blog Indonesia diakses
pada tanggal 12 Februari 2013.
Indra, Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, dalam Jurnal Pendidikan
dan Budaya, Edisi-1, tanggal 10 juni tahun 2009, tersedia:http://educare.e-
fkipunla.net
Muin, Fatkhul. Intelegensi dan Emosi, Blog pada http:www.wodpress.com
diakses pada 15 februari 2013.
Saufi, Muhamad. Upaya Meningkatkan Jasmani Melalui Pendekatan Bermain
Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Blog pada
http:www.wodpress.com diakses pada tanggal 5 maret 2013.
85
Manzilatusifa, Uus. Pemberian Motivasi Guru dalam Pembelajaran, dalam Jurnal
Pendidikan dan Budaya, Edisi-1, tanggal 6 Maret tahun 2013,
tersedia:http/educare.e-fkipunla.net.
Listinawati, Cucu. Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Budi Pekerti di
Sekolah-sekolah, dalam Jurnal Pendidikan dan Budaya, Edisi-1, tanggal 8
Maret tahun 2013, tersedia:http/educare.e-fkipunla.net.
Fauzie, Raden Adelina. Anggaran Pendidikan Untuk Masa Depan Bangsa Yang
Lebih Baik, dalam Jurnal Pendidikan dan Budaya, Edisi-1, tanggal 3 Maret
2013, tersedia: http://educare.efkipunla.net.
Hakim, Thursan. Belajar Secara Efektif, dalam Jurnal Pendidikan dan Budaya,
Edisi-1, tanggal 9 Maret tahun 2013, tersedia: http://educare.e-fkipunla.net.
Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2003.
K, Roestiah N. Masalah-masalah Keguruan, Jakarta: PT. Bina Aksara, 2000.
Ghony, M. Djunaidi. Penelitian Tindakan Kelas, Malang: UIN-Malang Press,
2008.
DENAH SEKOLAH SD NU WANASARI
RUANG
IPNU/ IPPNU
(OSIS)
RUANG :
207
KANTOR
MWC NU
KEC. BANGODUA
RUANG
KELAS IX. A
RUANG
KELAS MDA
RUANG
KOMPUTER &
PERPUSTAKAAN
KANTIN
SMP NU
WANASARI
KANTOR
SMP NU
WANASARI
WC GURU &/
MURID
HALAMAN SEKOLAH (DEPAN)
RUANG
KELAS IX. B
RUANG
KELAS DTA
RUANG
KELAS DTA
RUANG
KANTOR DTA ASRAMA
SANTRI
PUTRI
ASRAMA
SANTRI
PUTRA
ASRAMA
SANTRI PUTRA
RUANG
KELAS VII. A
RUANG :
208
RUANG
KELAS VII. B
RUANG :
209
HALAMAN SEKOLAH
(BELAKANG)
MUSHOLLA
SMP NU
WANASARI,
SD NU WANASARI
& PONPES
MIFTAHUL
MUBTADI’IEN
RASO
HALAMAN SEKOLAH
(BELAKANG)
RUANG
KELAS VIII. A
RUANG :
209
RUANG
KELAS VIII. B
RUANG :
209
S
T
U
B
KANTOR
SD NU WANASARI
RUANG KELAS
SD NU WANASARI
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH
SD NU WANASARI
KEPALA SEKOLAH
JAHIDIN, S. Pd. I
KOMITE SEKOLAH
ROSIDI
TATA USAHA
ZAIDUN
GURU
INTAN PERMATASARI
GURU KELAS I
NURJANAH
GURU KELAS II
M. ARIFIN
GURU KELAS III
ANIS MARATUS.
SOLEHAH
GURU KELAS IV
AHMAD SYAHID, S. Pd. I
GURU AGAMA
VENY UKATARA
KANITA, S. Pd. I
GURU OLAH RAGA
MUSTAIN
SISWA
MASYARAKAT
Profil SD NU
LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF NU KEC. BANGODUA
SEKOLAH DASAR NAHDLATUL ’ULAMA
SD NU WANASARI
Alamat : Jln. KH. Sanusi Raso, Ds. Wanasari, Kec. Bangodua, Kab. Indramayu Kode Pos. 45272
PROFIL SEKOLAH
Nama Sekolah
: SD NU WANASARI Alamat
: KH. Sanusi Raso Desa Wanasari Blok Raso
Kecamatan/Kab/Kota
: Bangodua - Indramayu
No. Tlp / HP
: 087828984522
1. Nama Yayasan (bagi swasta)
: AL FUDHOLA
Alamat Yayasan
: Jalan By Pass Pantura Widasari Indramayu
2 Jenjang Akreditasi
'-
3 Tahun Didirikan
: 2009
4 Tahun Beroperasi / Izin Operasional : 2009 / No. 421.2/KEP.92,A-Disdik, 1 Juli 2009
5 Kepemilikan Tanah
: Organisasi (MWC NU Kec. Bangodua)
a. Status Tanah
:
Wakaf
b. Luas Tanah
: 3.000 m2 6 Status Bangunan Milik
: Pemerintah dan menumpang
7 Luas Seluruh Bangunan
: 144 m2 (Pemerintah) & 94 m2 (Menumpang)
8 Data siswa dalam 4 (Empat) tahun terakhir
Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Jumlah
Tahun Jml. Jml. Jml. Jml. Jml. Jml. Jml. Jml. total
Rmbl.
Pelajaran Siswa Rbml Siswa Rbml Siswa Rbml Siswa Rbml
Siswa
2009/2010 9 Org. 1 9 Org. 1
2010/2011 16 Org. 1 9 Org. 1
25
Org. 2
2011/2012 20 Org. 1
16
Org. 1 9 Org. 1
45
Org. 3
2012/2013 17 Org 1
20
Org. 1
16
Org. 1 36 Org. 1
89
Org. 4
9 a) Data Ruang Kelas
Jumlah ruang Jumlah ruang
lainnya yg
digunakan
yg digunakan
untuk
untuk ruang
kls.(e)
ruang
kls.(f)=(d+e)
Ukuran Jumlah Jumlah Menumpang
pd
>63 m2 <63 m2 (d) DTA Miftahul
Mubtadiin
(a) (b) =(a+b)
Ruang 2 - 2
2 ruang 4
Kelas
b) Data Ruang
Lain
Jenis Ruangan Ukuran
(m2) Jenis Ruangan
Jumlah Ukuran
(m2)
(buah)
1. Perpustakaan …..x….. 4. Lab. Bahasa - …..x…..
2. Lab. IPA …..x….. 5. Lab. Komputer - …..x…..
3. Ketrampilan …..x….. 6. Kantor …..x…..
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Sekolah : SD NU Wanasari
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas/Semester : IV/I
Alokasi Waktu : 4 x 35 menit
Pertemuan Minggu ke-10 sampai 14 (siklus I & II)
I. Standar Kompetensi
1. Memahami sejarah, kenampakan alam dan keragaman suku bangsa di
lingkungan kabupaten/kota dan provinsi
II. Kompetensi Dasar
1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota,
provinsi)
III. Tujuan Pembelajaran**
Siswa dapat Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya
Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan
perhatian (respect ), Tekun ( diligence ) ,
Jujur ( fairnes ), Ketelitian ( carefulness)
dan Toleransi (Tolerance)
IV. Materi Pokok
Keanekaragaman suku bangsa dan budaya
V. Metode Pembelajaran
Role Playing (Bermain Peran)
VI. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan awal
- Tanya jawab tentang pengertian “Bhineka Tunggal Ika”
- Siswa diajak menyanyi lagu ”Garuda Pancasila”
Kegiatan inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Menjelaskan pengertian “Bhineka Tunggal Ika”
Menjelaskan pentingnya persatuan dalam keragaman budaya
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,
studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-
lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif;
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan
baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik;
memfasilitasi Siswa untuk memerankan karakter sesuai dengan naskah
drama (Role Playing).
Langkah-langkah dalam Elaburasi
Guru menjelaskan materi bagaimana cara menerima
keragaman suku bangsa dan budaya kepada siswa dengan
baik.
Guru memberi contoh bagaimana cara bermain peran yang
baik pada seluruh siswa.
Guru membagikan naskah drama kepada siswa.
Siswa terbentuk menjadi beberapa kelompok sesuai dengan
kelompoknya.
Siswa mencoba mementaskan drama sesuai peran yang
ditugaskan.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Menunjukkan letak tulisan dalam burung garuda Pancasila
Pertemuan 2
Kegiatan awal
- Tanya jawab tentang keragaman adat istiadat dan budaya yang ada di
Iingkungannya
Kegiatan inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Membandingkan bentuk-bentuk keragaman suku bangsa dan budaya
setempat
Memberikan contoh cara menghargai keragaman suku bangsa dan
budaya setempat
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,
studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-
lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif;
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan
baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik;
memfasilitasi Siswa untuk memerankan karakter sesuai dengan naskah
drama (Role Playing).
Langkah-langkah dalam Elaburasi
Guru menjelaskan materi bagaimana cara menerima
keragaman suku bangsa dan budaya kepada siswa dengan
baik.
Guru memberi contoh bagaimana cara bermain peran yang
baik pada seluruh siswa.
Guru membagikan naskah drama kepada siswa.
Siswa terbentuk menjadi beberapa kelompok sesuai dengan
kelompoknya.
Siswa mencoba mementaskan drama sesuai peran yang
ditugaskan.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Mencatat rangkuman tentang materi yang diajarkan
Menyimpulkan hasil diskusi
Pertemuan 3
Kegiatan awal
- Siswa diajak menyanyi lagu yang relevan dengan pembahasan
Kegiatan inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Menunjukkan sikap menerima keragaman suku bangsa di masyarakat
Menunjukkan keragaman budaya di daerahnya melalui peta
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,
studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-
lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif;
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan
baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik;
memfasilitasi Siswa untuk memerankan karakter sesuai dengan naskah
drama (Role Playing).
Langkah-langkah dalam Elaburasi
Guru menjelaskan materi bagaimana cara menerima
keragaman suku bangsa dan budaya kepada siswa dengan
baik.
Guru memberi contoh bagaimana cara bermain peran yang
baik pada seluruh siswa.
Guru membagikan naskah drama kepada siswa.
Siswa terbentuk menjadi beberapa kelompok sesuai dengan
kelompoknya.
Siswa mencoba mementaskan drama sesuai peran yang
ditugaskan.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Mengamati peta dan menunjukkannya
Pertemuan 4
Kegiatan awal
- Siswa diajak menonton sebuah film dokumenter yang berkaitan dengan
persatuan
Kegiatan inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Menunjukkan sikap menerima keragaman suku bangsa di masyarakat
(Indonesia maupun dunia)
Menunjukkan keragaman budaya di daerah melalui peta
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,
studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-
lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif;
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan
baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik;
memfasilitasi Siswa untuk memerankan karakter sesuai dengan naskah
drama (Role Playing).
Langkah-langkah dalam Elaburasi
Guru menjelaskan materi bagaimana cara menerima
keragaman suku bangsa dan budaya kepada siswa dengan
baik.
Guru memberi contoh bagaimana cara bermain peran yang
baik pada seluruh siswa.
Guru membagikan naskah drama kepada siswa.
Siswa terbentuk menjadi beberapa kelompok sesuai dengan
kelompoknya.
Siswa mencoba mementaskan drama sesuai peran yang
ditugaskan.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Mengamati peta dan menunjukkannya
VII. Alat dan Sumber Bahan
Alat Peraga : Gambar-gambar aneka suku bangsa dan budaya, kostum dan
properti naskah drama
Sumber : Buku IPS kelas IV
Buku pendamping yang relevan
VIII. Penilaian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Instrumen/ Soal
Menjelaskan pengertian
Bhineka Tunggal Ika
Menjelaskan pentingnya
persatuan dalam
Tes Tulis
dan
pemeranan
drama
Uraian Jelaskan pengertian Bhineka
Tunggal Ika
Bhinneka Tungga lka
berasal dari bahasa ....
Bhinneka Tunggal Ika
artinya walau berbeda-beda
tetapi tetap ....
Untuk mengikat rasa
persatuan dan kesatuan
keragaman budaya
Membandingkan bentuk-
bentuk keragaman suku
bangsa dan budaya
setempat
Memberikan contoh cara
menghargai keragaman
yang ada di masyarakat
setempat
Menunjukkan sikap
menerima keragaman suku
bangsa dan budaya di
masyarakat
maka perlu mengamalkan
lambang negara kita....
Patih Gajah Mada berusaha
keras mempersatukan
wilayah ....
Suku Gayo terdapat di
wilayah Provinsi ….
Nadran adalah sebuah ritual
kebudayaan asal ...
Saat diundang untuk
mengikuti sebuah ritual
kebudayaan di daerah kita
yang tidak sesuai dengan
keyakinan kita maka kita
harus ...
Mbasuh jimat adalah sebuah
ritual kebudayaan yang
dilakukan oleh keluarga ...
Mengganja adalah sebuah
budaya dan kearifan lokal
masyarakat suku ...
Menunjukkan keragaman
budaya yang ada di
daerahnya melalui peta
Hutauruk berasal dari suku
Batak, Ujang dari Jawa
Barat, Jiung dari suku
Betawi, Joko berasal dari
suku Jawa, dan I Ketut dari
Bali. Boleh berbeda suku
tetapi harus tetap ....
Sumpah Palapa dicetuskan
oleh ....
Format Kriteria Penilaian
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah
4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
Pengetahuan
Sikap
* Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap
4
2
1
4
2
1
Lembar Penilaian
No Nama Siswa
Performan
Produk
Jumlah
Skor
Nilai
Pengetahuan Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
PHOTO-PHOTO PROSES BELAJAR MENGAJAR (PBM) DI KELAS
1
Data Pree Test Hasil Belajar IPS Siswa Pokok Bahasan Menerima
Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Melalui Metode Bermain Peran Role
Playing Kelas IV SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu
No. Nama Aspek yang Dinilai Jumlah
Skor1 2 3 4 5
1. Aina Komala 8 7 7 7 9 38
2. Akis saefudin 8 7 7 7 10 39
3. Ali Fazri 9 8 8 7 8 40
4. Arya Prayoga 9 8 8 8 8 41
5. Bagoes Muhammad 8 8 8 8 9 41
6. Dahliani Astuti 8 8 8 9 9 42
7. Dede Yuleni 9 9 9 9 8 43
8. Dimas Mulyadi 9 9 8 9 9 44
9. Endang Sri 4 4 4 4 4 45
10. Fahri Husaini 10 9 9 9 9 46
11. Fauzan Rusli 10 10 9 9 9 47
12. Fani Nurhanifah 10 10 10 10 9 49
13. Fatehah 10 10 10 10 10 50
14. Fatmawati 10 10 10 10 10 50
15. Hizib Haikal 12 11 9 9 10 51
16. Jahari 12 12 12 8 7 51
17. M. Albab Rizki 9 8 8 10 17 52
18. M. Bayhaqi 12 12 13 8 7 52
19. M. Muniruddin 9 7 15 15 7 53
20. Nada Pratiwi 8 8 7 15 15 53
21. Ratna Amelia 15 15 8 8 8 54
22. Regina Putri 15 10 10 10 10 55
23. Rizkiyani 9 10 15 11 11 56
24. Rohani Agustin 15 15 10 10 7 57
2
25. Sairoh 8 10 15 15 10 58
26. Sri Ayuni 10 10 9 15 15 59
27. Sri Wulandari 15 9 9 10 17 60
28. Sukron 20 10 10 10 11 61
29. Tarlam 15 12 12 12 11 62
30. Ummu Fadilah 14 14 14 10 10 62
31. Wahyu Alfarisi 15 14 14 10 10 63
32. Wijatanti 10 10 15 15 14 64
33. Yunifah 10 10 15 15 15 65
34. Zahra Ayu 9 12 12 20 13 66
35. Zelda Safitri 20 13 12 12 10 67
36. Ziyad Fahiron 10 12 12 13 20 67
Keterangan aspek yang dinilai :
a. Keberanian,
b. Kelancaran,
c. Kepekaan sosial dan
d. Sikap menerima keragaman suku bangsa dan budaya
di dalam kelas.
Skor maksimal pada setiap kategori adalah 20 Jadi 5 x 20 = 100
Data Test Siklus I Hasil Belajar IPS Siswa Pokok Bahasan Menerima
Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Melalui Metode Bermain Peran Role
Playing Kelas IV SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu
No. Nama Aspek yang dinilai Jumlah
Skor1 2 3 4 5
1. Aina Komala 10 10 10 10 10 50
2. Akis Saefudin 10 10 10 10 10 50
3. Ali Fazri 10 10 10 10 10 50
3
4. Arya Prayoga 10 10 10 13 10 53
5. Bagoes Muhammad 13 10 10 10 10 53
6. Dahliani Astuti 10 10 12 10 12 54
7. Dede Yuleni 10 10 10 15 9 54
8. Dimas Mulyadi 12 12 10 10 10 54
9. Endang Sri 15 5 10 15 13 58
10. Fahri Husaini 10 10 10 15 13 58
11. Fauzan Rusli 10 10 15 10 13 58
12. Fani Nurhanifah 10 10 15 10 15 60
13. Fatehah 10 15 10 15 10 60
14. Fatmawati 15 15 10 10 10 60
15. Hizib Haikal 15 15 10 10 12 62
16. Jahari 10 10 15 15 12 62
17. M. Albab Rizki 15 15 10 20 5 65
18. M. Bayhaqi 10 10 20 10 15 65
19. M. Muniruddin 10 15 15 10 15 65
20. Nada Pratiwi 15 15 15 15 15 65
21. Ratna Amelia 20 20 10 10 17 67
22. Regina Putri 15 10 20 10 12 67
23. Rizkiyani 10 10 15 15 18 68
24. Rohani Agustin 15 15 10 10 18 68
25. Sairoh 15 10 10 18 15 68
26. Sri Ayuni 15 15 18 10 10 68
27. Sri Wulandari 10 10 19 15 15 69
28. Sukron 10 10 15 15 20 70
29. Tarlam 15 20 15 10 10 70
30. Ummu Fadilah 10 10 20 10 20 70
31. Wahyu Alfarisi 20 20 10 10 10 70
32. Wijatanti 15 15 15 12 15 72
33. Yunifah 10 10 15 20 20 75
4
34. Zahra Ayu 15 15 15 10 10 75
35. Zelda Safitri 15 10 20 15 15 75
36. Ziyad Fahiron 20 10 15 15 15 75
Keterangan aspek yang dinilai
a. Keberanian,
b. Kelancaran,
c. Kepekaan sosial dan
d. Sikap menerima keragaman suku bangsa dan budaya
di dalam kelas.
Skor maksimal pada setiap kategori adalah 20
Jadi 5 x 20 = 100
Data Test Siklus II Hasil Belajar IPS Siswa Pokok Bahasan Menerima
Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Melalui Metode Bermain Peran Role
Playing Kelas IV SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu
No. Nama Aspek yang dinilai Jumlah
Skor1 2 3 4 5
1. Aina Komala 15 5 10 15 13 58
2. Akis Saefudin 10 10 10 15 13 58
3. Ali Fazri 10 15 10 15 10 60
4. Arya Prayoga 15 15 10 10 10 60
5. Bagoes Muhamad 10 10 15 15 12 62
6. Dahliani Astuti 13 10 15 15 10 63
7. Dede Yuleni 10 12 12 15 15 64
8. Dimas Mulyadi 15 15 14 10 10 64
9. Endang Sri 10 15 15 10 15 65
5
Keterangan aspek yang dinilai
a. Keberanian,
10. Fahri Husaini 15 15 15 15 15 65
11. Fauzan Rusli 10 15 15 11 15 66
12. Fani Nurhanifah 15 15 15 15 16 67
13. Fatehah 15 15 18 10 10 68
14. Fatmawati 10 10 15 15 18 68
15. Hizib Haikal 15 20 15 10 10 70
16. Jahari 10 10 20 10 20 70
17. M. Albab Rizki 15 20 15 12 10 72
18. M. Bayhaqi 10 12 20 10 20 72
19. M. Muniruddin 15 20 15 10 13 73
20. Nada Pratiwi 10 13 20 10 20 73
21. Ratna Amelia 15 20 15 14 10 74
22. Regina Putri 10 10 20 15 20 75
23. Rizkiyani 15 20 15 14 13 77
24. Rohani Agustin 14 14 20 10 20 78
25. Sairoh 14 15 20 10 20 79
26. Sri Ayuni 15 14 20 10 20 79
27. Sri Wulandari 14 14 20 11 20 79
28. Sukron 20 10 20 15 15 80
29. Tarlam 20 10 20 15 15 80
30. Ummu Fadilah 20 10 20 15 15 80
31. Wahyu Alfarisi 20 11 20 15 15 81
32. Wijatanti 20 12 20 15 15 82
33. Yunifah 20 13 20 15 15 83
34. Zahra Ayu 15 20 20 15 15 85
35. Zelda Safitri 20 20 20 10 15 85
36. Ziyad Fahiron 20 20 20 10 15 85
6
b. Kelancaran,
c. Kepekaan sosial dan
d. Sikap menerima keragaman suku bangsa dan budaya
di dalam kelas.
Skor maksimal pada setiap kategori adalah 20
Jadi, 5 x 20 = 100
Data Post Test Hasil Belajar IPS Siswa Pokok Bahasan Menerima
Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Melalui Metode Bermain Peran Role
Playing Kelas IV SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu
No. Nama Aspek yang dinilai Jumlah
Skor1 2 3 4 5
1. Aina Komala 10 15 10 15 10 60
2. akis Saefudin 15 15 10 10 10 60
3. Ali Fazri 10 15 15 10 15 65
4. Arya Prayoga 15 15 15 15 15 65
5. Bagoes Muhamad 10 15 15 11 15 66
6. Dahliani Astuti 10 10 15 15 20 70
7. Dede Yuleni 15 20 15 10 10 70
8. Dimas Mulyadi 10 10 20 10 20 70
9. Endang Sri 20 20 10 10 10 70
10. Fahri Husaini 10 10 15 20 20 75
11. Fauzan Rusli 15 15 15 10 10 75
12. Fani Nurhanifah 15 10 20 15 15 75
13. Fatehah 20 10 15 15 15 75
14. Fatmawati 15 15 15 10 10 75
15. Hizib Haikal 20 11 15 15 15 76
7
16. Jahari 15 15 15 12 10 75
17. M. Albab Rizki 20 10 20 15 15 80
18. M. Bayhaqi 20 10 20 15 15 80
19. M. Muniruddin 20 10 20 15 15 80
20. Nada Pratiwi 15 15 20 10 20 80
21. Ratna Amelia 20 10 20 15 15 80
22. Regina Putri 20 12 20 15 15 82
23. Rizkiyani 15 15 20 20 12 82
24. Rohani Agustin 20 13 20 15 15 83
25. Sairoh 20 15 20 13 15 83
26. Sri Ayuni 15 20 20 15 15 85
27. Sri Wulandari 20 20 20 10 15 85
28. Sukron 20 20 20 10 15 85
29. Tarlam 20 20 20 10 15 85
30. Ummu Fadilah 20 20 20 10 15 85
31. Wahyu Alfarisi 20 20 20 10 16 86
32. Wijatanti 20 20 20 15 15 90
33. Yunifah 20 15 20 20 20 90
34. Zahra Ayu 20 20 20 15 15 90
35. Zelda Safitri 20 20 15 20 15 90
36. Ziyad Fahiron 20 20 15 15 20 90
Keterangan aspek yang dinilai:
a. Keberanian,
b. Kelancaran,
c. Kepekaan sosial dan
d. Sikap menerima keragaman suku bangsa dan budaya
di dalam kelas.
Skor maksimal pada setiap kategori adalah 20
Jadi 5 x 20 = 100
8
Siklus I
1. 50, 50, 50, 53, 53, 54, 54, 54, 58, 58, 58, 60, 60, 60, 62, 62 ,65 ,65, 65,
65, 67, 67, 68, 68, 69, 70, 70, 70, 70, 70, 72, 75, 75, 75.
Langkah-langkah yang di perlukan dalam distribusi frekuensi adalah:
a. Menghitung rentang kelas (R) = Nilai terbesar –Nilai terkecil
75-50 = 25
b. Menghitung kelas interval (K) = 1+3,3 log n
1+3,3 log 36 =6,13. Jumlah kelas dapat dipilih 6 atau 7, dan
pilihan kelas 7
c. Menghitung panjang kelas (P) = RK = 25/7 = 3,57
Panjang Kelas yang dapat di pilih 4
d. Table distribusi frekuensi
Kelas
Interval
F1 Fkb Nilai
Tengah
F1,XI XI,X F1,XI2 (XI,X) (XI,X)2 (F1.X1X)2
50-53 5 5 51,5 257,5 4652,25 13261,25 -12 144 720
54-57 3 8 55,5 166,5 3080,25 9240,75 -8 64 192
58-61 6 14 59,5 357 3540,25 21241,5 -4 16 96
62-65 7 21 63,5 444,5 4032,25 28225,75 0 0 0
66-69 6 27 67,5 405 4556,25 27337,5 4 16 96
70-73 6 33 71,5 429 5112,25 30673,5 8 64 192
74-77 3 36 75,5 226,5 5700,25 17100,75 12 144 720
Jumlah 36 2286 147081 448
e. Menentukan nilai rataan X∑∑ = 228636 = 63,5
f. Menentukan Modus (Mo)
Modus (Mo) = 1+[ + ] x i
9
61,5 + [ 11+1 ] x 4 = 63,5
g. Variantasi (Var)
Variantasi (Var) = n∑f1X2– (∑f1X1
2) /n (n-1)
= 36 (147081)−(2286)36 (35)= 5294916−52257961260= 691201260= 54,86
h. Standar Deviasi SD
= √54,86 = 7,40
Siklus II
1. 55,58,60,60,62,63,64,65,65,65,65,66,67,68,70,70,72,72,73,73,75,77,7
8,79,80,80,
81,81,82,83,85,85,85
Langkah-langkah yang diperlukan dalam distribusi frekuensi adalah:
a. Menghitung rentang kelas (R) = Nilai terbesar – Nilai terkecil
85-55 = 30
b. Menghitung kelas interval (K) = 1+3,3 log n
1+3,3 log 36 =6,13, Jumlah kelas dapat dipilih 6 atau
7, dan pilihan kelas 7
c. Menghitung panjang kelas (P) =RK=30/7=4,28
Panjang kelas yang dapat dipilih 5
d. Table Distribusi Frekuensi
Kelas
Interval
F1 Fkb Nilai
Tengah
F1,XI XI,X F1,XI2 (XI,X) (XI,X)2 (F1.X1X)2
55-59 2 2 57 114 3249 6489 -15,5 240,25 480.5
60-64 6 8 62 372 3844 23064 -10,5 110.25 661.5
10
65-69 6 14 67 402 4489 26934 -0,5 30.25 181.5
70-74 7 21 72 504 5184 31104 0,25 0.25 1.75
75-79 6 28 77 462 5929 35574 20,25 20.25 121.5
80-84 6 34 82 492 6724 40344 90,25 90.25 541,5
85-89 3 32 87 261 7564 151138 210,25 210,25 630,75
Jumlah 36 2607 191225 701,25
e. Menentukan nilai rataan X∑∑ = 2260736 = 72,41
f. Menentukan Modus (Mo)
Modus (Mo) = 1+[ + ] x i
69,5 + [ 11+1 ] x 5 = 72
g. Variantasi (Var)
Variantasi (Var) = n∑f1X2– (∑f1X1
2) /n (n-1)
= 36 (191225)−(2607)36 (35)= 6884100−67964491260
= 876511260= 59,56
h. Standar deviasi SD
= √69,56 = 8,3
Post Test
2. 60,.60,65,65,70,70,70,70,75,75,75,75,75,76,77,80,80,80,80,80,82,82,8
3,83,85,85,86,90,90,90,90,90
Langkah-langkah yang diperlukan dalam distribusi frekuensi adalah:
a. Menghitung rentang kelas (R) = Nilai terbesar – Nilai terkecil
90-60 = 30
b. Menghitung kelas interval (K) = 1+3,3 log n
1+3,3 log 36 =6,13, Jumlah kelas dapat dipilih 6 atau
11
7, dan pilihan kelas 7.
c. Menghitung panjang kelas (P) =RK=30/7=5
Panjang kelas yang dapat dipilih 4
d. Table distribusi frekuensi
e. Menentukan nilai rataaan X∑∑ = 287236 = 79,77
f. Menentukan Modus (Mo)
Modus (Mo) = 1+[ + ] x i
79,5 + [ 22+3 ] x 4 = 81,5
g. Variantasi (Var)
Variantasi (Var) = n∑f1X2– (∑f1X1
2) /n (n-1)
Kelas
Interval
F1 Fkb Nilai
Tengah
F1,XI XI,X F1,XI2 (XI,X) (XI,X)2 (F1.X1X)2
60-64 2 2 62 124 3844 7688 -17,77 315,72
29
631,5458
65-69 3 5 67 201 4489 13467 -12,77 163,07
29
489,2187
70-74 4 9 72 288 5184 20736 -7,77 60,372
9
241,4491
75-79 7 16 77 539 5929 41503 -2,77 7,6729 53,7103
80-84 9 25 82 738 6724 60516 2,23 4,9729 44,7561
85-89 6 31 87 522 7569 45414 7,23 532,72
9
3.136,374
90-94 5 36 92 460 8486 42320 12,23 149,57
29
747,8645
Jumlah 36 2872 231644 1231,8
393
12
= 36 (23181644)−(2872)36 (35)= 8339184−82483841260
= 908001260= 72,06
h. Standar deviasi SD
= √72,06 = 8,48
13
LEMBAR WAWANCARA
Nama responden terpilih : Bagus Muhammad
Jenis kelamin responden : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir responden : Indramayu, 3 Juli 2002
1. Ayah anda termasuk dari suku apa?
Jawaban:
Jawa.
2. Ibu anda termasuk dari suku apa?
Jawaban:
Jawa.
3. Jika harus memilih, anda akan memilih suku mana?
Jawaban:
Jawa.
4. Coba anda sebutkan salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh ayah &/ ibu anda?
Jelaskan!
Jawaban:
Tahlilan. Tahlilan adalah sebuah ritual yang dilakukan umat Islam jika ada
seseorang yang meninggal dunia. Kemudian keluarga si mayit mengundang
sanak saudara dan tetangga terdekat untuk berkumpul dan membacakan tahlil
yang bertujuan untuk mendoakan si mayit agar dosa si mayit diampuni oleh Allah
SWT pak.
5. Bagaimana anda menyikapi keragaman suku bangsa dan budaya yang ada di
Indonesia?
Jawaban:
Yaaa, inilah Indonesia Pak.
6. Apakah anda setuju jika di dalam kelas ini terdapat banyak suku bangsa dan
budaya yang berbeda-beda satu sama lain?
14
Jawaban:
Tidak ada masalah sih pak.
7. Apakah anda menyukai mata pelajaran IPS? Sebutkan alasannya!
Jawaban:
Iya, karena IPS membahas tentang kehidupan manusia.
8. Apakah anda menyukai proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
seni peran (drama)? Sebutkan alasannya!
Jawaban:
Iya, saya sangat menyukainya, karena bermain peran itu seolah-olah saya
menjadi artis.
9. Setelah anda mengikuti proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
seni peran (drama) apakah anda akan menghargai orang lain yang berbeda suku
dan budaya dengan anda?
Jawaban:
Iya pak, saya akan sangat menghargainya.
10. Apakah anda yakin bahwa semboyan Bhineka Tunggal Ika mampu mempererat
tali persaudaraan dan persatuan Indonesia?
Jawaban:
Iya Pak, saya sangat yakin semboyan Bhineka Tunggal Ika akan mampu menjadi
pedoman bagi warga Indonesia untuk bersatu demi terwujudnya persatuan dan
kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercinta.
Ttd responden Ttd peneliti
(…………….) (……………….)
Terimakasih atas jawaban yang telah diberikan. Kejujuran anda sungguh telah
membantu peneliti dalam mengumpulkan data-data penelitian. Semoga setelah
dilaksanakannya penelitian ini kita semua mampu menghargai perbedaan yang ada.
Karena bersama tidak harus sama. Sekali lagi peneliti haturkan terimakasih banyak.
......................................................... 420 .......................... ................................
15
LEMBAR WAWANCARA
Nama responden terpilih : Dimas Mulyadi
Jenis kelamin responden : L
Tempat Tanggal Lahir responden : Subang, 15 Juni 2002
1. Ayah anda termasuk dari suku apa?
Jawaban:
Sunda.
2. Ibu anda termasuk dari suku apa?
Jawaban:
Jawa.
3. Jika harus memilih, anda akan memilih suku mana?
Jawaban:
Sunda.
4. Coba anda sebutkan salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh ayah &/ ibu kamu?
Jelaskan!
Jawaban:
Sisingaan. Sisingaan yaitu sebuah kesenian yang ditampilkan dengan cara
menggotong patung yang berbentuk seperti singa yang ditunggangi oleh anak
kecil dan digotong oleh empat orang serta diiringi oleh tabuhan gendang dan
terompet. Kesenian ini biasanya ditampilkan pada acara peringatan hari-hari
bersejarah pak.
5. Bagaimana anda menyikapi keragaman suku bangsa dan budaya yang ada di
Indonesia?
Jawaban:
Harus menerima kenyataan ini pak, kata bapak kan Indonesia memang memiliki
banyak budaya dan adat istiadat.
6. Apakah anda setuju jika di dalam kelas ini terdapat banyak suku bangsa dan
budaya yang berbeda-beda satu sama lain?
Jawaban:
Setuju.
7. Apakah anda menyukai mata pelajaran IPS? Sebutkan alasannya!
Jawaban:
Iya, saya sangat menyukai mata pelajaran IPS, karena dengan belajar IPS kita
belajar bagaimana menghargai perbedaan.
16
8. Apakah anda menyukai proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
seni peran (drama)? Sebutkan alasannya!
Jawaban:
Saya sangat menyukai bermain drama seperti ini, karena kita diajak untuk
belajar akting. Kitapun dituntut memerankan watak yang sebenarnya bukan
watak asli kita.
9. Setelah anda mengikuti proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
seni peran (drama) apakah anda akan menghargai orang lain yang berbeda suku
dan budaya dengan anda?
Jawaban:
Bermain peran sangat menggugah hati saya untuk bagaimana caranya
menghargai budaya teman teman kita yang berbeda dengan kita.
10. Apakah anda yakin dengan adanya semboyan Bhineka Tunggal Ika mampu
mempererat tali persaudaraan dan persatuan Indonesia?
Jawaban:
saya sangat yakin dengan adanya Bhineka Tunggal Ika kita akan mampu
menghargai perbedaan. Dengan menghargai perbedaan tersebut kita akan
merasa lebih bersahabat dengan orang lain.
Ttd responden Ttd peneliti
(…………….) (……………….)
Terimakasih atas jawaban yang telah diberikan. Kejujuran anda sungguh telah
membantu peneliti dalam mengumpulkan data-data penelitian. Semoga setelah
dilaksanakannya penelitian ini kita semua mampu menghargai perbedaan yang ada.
Karena bersama tidak harus sama. Sekali lagi peneliti haturkan terimakasih banyak.
......................................................... 420 ...........................................................
17
LEMBAR WAWANCARA
Nama responden terpilih : Sri Ayuni
Jenis kelamin responden : P
Tempat tanggal lahir responden : Pekalongan, 11 Agustus 2001
1. Ayah anda termasuk dari suku apa?
Jawaban:
Jawa.
2. Ibu anda termasuk dari suku apa?
Jawaban:
Madura.
3. Jika harus memilih, anda akan memilih suku mana?
Jawaban:
Jawa.
4. Coba anda sebutkan salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh ayah &/ ibu kamu?
Jelaskan!
Jawaban:
Balangan Gantal/Sirih. Balangan Sirih dilakukan pada prosesi pernikahan Yaitu
mempelai putri dan mempelai putra dibimbing menuju “titik panggih” (titik
bertemu). Pada jarak lebih kurang lima langkah, masing-masing mempelai saling
melontarkan sirih atau gantal yang telah disiapkan. Arah lemparan mempelai
putra diarahkan ke dada mempelai putri, sedangkan mempelai putri
mengarahkannya ke paha mempelai putra. Ini sebagai lambang cinta kasih suami
terhadap istrinya, dan si istri pun menunjukan baktinya kepada sang suami.
5. Bagaimana anda menyikapi keragaman suku bangsa dan budaya yang ada di
Indonesia?
Jawaban:
Yaa,, mau tidak mau kita harus menerima kenyataan ini pak.
6. Apakah anda setuju jika di dalam kelas ini terdapat banyak suku bangsa dan
budaya yang berbeda-beda satu sama lain?
Jawaban:
Kurang setuju pak.
7. Apakah anda menyukai mata pelajaran IPS? Sebutkan alasannya!
Jawaban:
Biasa saja.
18
8. Apakah anda menyukai proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
seni peran (drama)? Sebutkan alasannya!
Jawaban:
Lumayan, ada hal baru saja dalam pembelajaran IPS. Tidak seperti biasanya
yang sangat membosankan harus mendengarkan cerita.
9. Setelah anda mengikuti proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
seni peran (drama) apakah anda akan menghargai orang lain yang berbeda suku
dan budaya dengan anda?
Jawaban:
Ada, sedikit.
10. Apakah anda yakin dengan adanya semboyan Bhineka Tunggal Ika mampu
mempererat tali persaudaraan dan persatuan Indonesia?
Jawaban:
Tergantung orangnya pak.
Ttd responden Ttd peneliti
(…………….) (……………….)
Terimakasih atas jawaban yang telah diberikan. Kejujuran anda sungguh telah
membantu peneliti dalam mengumpulkan data-data penelitian. Semoga setelah
dilaksanakannya penelitian ini kita semua mampu menghargai perbedaan yang ada.
Karena bersama tidak harus sama. Sekali lagi peneliti haturkan terimakasih banyak.
......................................................... 420 ...........................................................
19
LEMBAR WAWANCARA
Nama responden terpilih : Wahyu Alfarisi
Jenis kelamin responden : L
Tempat tanggal lahir responden : Serang, 23 Maret 2001
1. Ayah anda termasuk dari suku apa?
Jawaban:
Jawa.
2. Ibu anda termasuk dari suku apa?
Jawaban:
Sunda.
3. Jika harus memilih, anda akan memilih suku mana?
Jawaban:
Sunda.
4. Coba anda sebutkan salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh ayah &/ ibu kamu?
Jelaskan!
Jawaban:
Wayang Golek Wayang Golek yaitu kesenian yang menampilkan dan
membawakan alur sebuah cerita yang bersejarah. Wayang Golek ini
menampilkan golek yaitu semacam boneka yang terbuat dari kayu yang
memerankan tokoh tertentu dalam cerita pawayangan serta dimainkan oleh
seorang Dalang dan diiringi oleh nyanyian serta iringan musik tradisional khas
sunda yang disebut dengan degung.
5. Bagaimana anda menyikapi keragaman suku bangsa dan budaya yang ada di
Indonesia?
Jawaban:
Mau bagaimana lagi pak? Kenyataannya seperti ini.
6. Apakah anda setuju jika di dalam kelas ini terdapat banyak suku bangsa dan
budaya yang berbeda-beda satu sama lain?
Jawaban:
Saya tidak setuju.
7. Apakah anda menyukai mata pelajaran IPS? Sebutkan alasannya!
Jawaban:
Tidak suka. Guru biasanya selalu ceramah mulu. Bikin BT/jenuh.
20
8. Apakah anda menyukai proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
seni peran (drama)? Sebutkan alasannya!
Jawaban:
Biasa saja. Saya kurang tertarik dengan bersandiwara. kesannya hanya berpura-
pura.
9. Setelah anda mengikuti proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
seni peran (drama) apakah anda akan menghargai orang lain yang berbeda suku
dan budaya dengan anda?
Jawaban:
Tergantung pak, jika mereka menghargai saya maka saya akan menghargai
mereka.
10. Apakah anda yakin dengan adanya semboyan Bhineka Tunggal Ika mampu
mempererat tali persaudaraan dan persatuan Indonesia?
Jawaban:
Saya kurang yakin.
Ttd responden Ttd peneliti
(…………….) (……………….)
Terimakasih atas jawaban yang telah diberikan. Kejujuran anda sungguh telah
membantu peneliti dalam mengumpulkan data-data penelitian. Semoga setelah
dilaksanakannya penelitian ini kita semua mampu menghargai perbedaan yang ada.
Karena bersama tidak harus sama. Sekali lagi peneliti haturkan terimakasih banyak.
......................................................... 420 ...........................................................
21
LEMBAR WAWANCARA
Nama responden terpilih : Yunifah
Jenis kelamin responden : P
Tempat tanggal lahir responden : Tegal, 12 Oktober 2002
1. Ayah anda termasuk dari suku apa?
Jawaban:
Jawa.
2. Ibu anda termasuk dari suku apa?
Jawaban:
Jawa.
3. Jika harus memilih, anda akan memilih suku mana?
Jawaban:
Jawa.
4. Coba anda sebutkan salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh ayah &/ ibu kamu?
Jelaskan!
Jawaban:
Wijik. Yaitu sebuah ritual dimana Mempelai putra menginjak telur ayam hingga
pecah. Lalu mempelai putri membasuh kaki mempelai putra dengan air kembang
setaman, yang kemudian dikeringkan dengan handuk. Prosesi ini malambangkan
kesetiaan istri kepada suami. Yakni, istri selalu berbakti dengan sengan hati dan
setulus jiwa dan bisa memaafkan segala kekhilafan dan segala hal yang kurang
baik yang dilakukan suami terhadap istri.
5. Bagaimana anda menyikapi keragaman suku bangsa dan budaya yang ada di
Indonesia?
Jawaban:
Mau tidak mau kita harus menerimanya.
6. Apakah anda setuju jika di dalam kelas ini terdapat banyak suku bangsa dan
budaya yang berbeda-beda satu sama lain?
Jawaban:
Sangat tidak setuju.
7. Apakah anda menyukai mata pelajaran IPS? Sebutkan alasannya!
Jawaban:
Sangat membosankan. Karena Guru selalu memberikan ulangan harian dan PR.
22
8. Apakah anda menyukai proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
seni peran (drama)? Sebutkan alasannya!
Jawaban:
Saya tidak menyukai seni peran pak, sangat ribet.
9. Setelah anda mengikuti proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
seni peran (drama) apakah anda akan menghargai orang lain yang berbeda suku
dan budaya dengan anda?
Jawaban:
Tergantung pak, jika mereka menghargai saya maka saya pun akan menghargai
mereka.
10. Apakah anda yakin dengan adanya semboyan Bhineka Tunggal Ika mampu
mempererat tali persaudaraan dan persatuan Indonesia?
Jawaban:
Saya kurang yakin Bhineka Tunggal Ika mampu menyatukan perbedaan. Buktinya
saya selalu jadi ejekan teman teman.
Ttd responden Ttd peneliti
(…………….) (……………….)
Terimakasih atas jawaban yang telah diberikan. Kejujuran anda sungguh telah
membantu peneliti dalam mengumpulkan data-data penelitian. Semoga setelah
dilaksanakannya penelitian ini kita semua mampu menghargai perbedaan yang ada.
Karena bersama tidak harus sama. Sekali lagi peneliti haturkan terimakasih banyak.
......................................................... 420 ...........................................................
23
LEMBAR WAWANCARA
Nama responden terpilih : Hizib Haikal
Jenis kelamin responden : L
Tempat tanggal lahir responden : Meulaboh, 20 April 2003
1. Ayah anda termasuk dari suku apa?
Jawaban:
Aceh.
2. Ibu anda termasuk dari suku apa?
Jawaban:
Aceh.
3. Jika harus memilih, anda akan memilih suku mana?
Jawaban:
Aceh.
4. Coba anda sebutkan salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh ayah &/ ibu kamu?
Jelaskan!
Jawaban:
Tari Saman. Yaitu sebuah seni tari khas Aceh yang dilakukan dalam posisi duduk
berbanjar yang dilakukan oleh tiga belas laki-laki/perempuan seperti duduk
diantara dua sujud ketika melaksanakan shalat dengan gerakan kepala yang
digelengkan ke kiri dan kekanan. Mereka menepuk-nepuk tangan dan dada, juga
menepuk tangan dan paha. Tarian ini merupakan salah satu media untuk
pencapaian dakwah. Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan
santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.. Suatu tari dengan syair
penuh ajaran kebajikan, terutama ajaran agama Islam.
5. Bagaimana anda menyikapi keragaman suku bangsa dan budaya yang ada di
Indonesia?
Jawaban:
Melihat kenyataan bahwa Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar yang
memiliki beragam suku, bahasa dan budaya maka sebagai warga Negara yang
baik kita harus menghargai keragaman tesebut agar terciptanya kerukunan dan
persatuan Indonesia.
6. Apakah anda setuju jika di dalam kelas ini terdapat banyak suku bangsa dan
budaya yang berbeda-beda satu sama lain?
Jawaban:
24
Saya sangat setuju di dalam kelas ini teradapat beragam kebudayaan. Supaya
kita bisa mengenal perbedaan budaya satu sama lain.
7. Apakah anda menyukai mata pelajaran IPS? Sebutkan alasannya!
Jawaban:
Sejak kelas III saya sudah tertarik dengan mata pelajaran IPS. IPS mengajarkan
kepada kita bagaimana cara berkomunikasi dengan sesama manusia.
8. Apakah anda menyukai proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
seni peran (drama)? Sebutkan alasannya!
Jawaban:
Sebenarnya proses pembelajaran IPS dengan cara bermain peran merupakan hal
baru bagi saya. Dan saya sangat menyukai hal baru seperti ini pak.
9. Setelah anda mengikuti proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
seni peran (drama) apakah anda akan menghargai orang lain yang berbeda suku
dan budaya dengan anda?
Jawaban:
Iya pak, saya berjanji setelah bapak mengajarkan kepada kami dengan cara
bermain peran saya akan sangat menghargai perbedaan diantara manusia.
10. Apakah anda yakin dengan adanya semboyan Bhineka Tunggal Ika mampu
mempererat tali persaudaraan dan persatuan Indonesia?
Jawaban:
Tentu pak. Saya sangat yakin dengan adanya semboyan ini maka warga
Indonesia akan mampu menghargai perbedaan. Karena dengan adanya jiwa
toleransi maka akan terwujud persaudaraan yang erat dan tentunya persatuan
dan kesatuan Negara Indonesia.
Ttd responden Ttd peneliti
(…………….) (……………….)
Terimakasih atas jawaban yang telah diberikan. Kejujuran anda sungguh telah
membantu peneliti dalam mengumpulkan data-data penelitian. Semoga setelah
dilaksanakannya penelitian ini kita semua mampu menghargai perbedaan yang ada.
Karena bersama tidak harus sama. Sekali lagi peneliti haturkan terimakasih banyak.
......................................................... 420 ...........................................................
25
LEMBAR WAWANCARA
Nama responden terpilih : Sri Wulandari
Jenis kelamin responden : P
1. Ayah anda termasuk dari suku apa?
Jawaban:
Jawa..
2. Ibu anda termasuk dari suku apa?
Jawaban:
Jawa.
3. Jika harus memilih, anda akan memilih suku mana?
Jawaban:
Jawa.
4. Coba anda sebutkan salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh ayah &/ ibu kamu?
Jelaskan!
Jawaban:
Mbasuh Keris/ Jimat. Budaya ini biasa dilakukan oleh orang jawa keluarga
keraton dengan membasuh/ memandikan pusaka-pusaka warisan turun temurun
dari jaman dahulu pada bulan Syura (Muharram) dan mauled. Dengan maksud
menghormati leluhur serta mengharapkan mendapatkan barokah serta
keutamaan daripada bulan-bulan suci tersebut
5. Bagaimana anda menyikapi keragaman suku bangsa dan budaya yang ada di
Indonesia?
Jawaban:
kita memang harus mengormati keragaman tersebut pak. Bukannya seperti itu
yang Bapak katakan kepada kami minggu kemarin? hehe
6. Apakah anda setuju jika di dalam kelas ini terdapat banyak suku bangsa dan
budaya yang berbeda-beda satu sama lain?
Jawaban:
Setuju! Karena dengan latarbelakang yang berbeda-beda akan menjadikan
suasana di kelas semakin indah dan beragam. Ada suku Jawa, Sunda bahkan
Aceh.
7. Apakah anda menyukai mata pelajaran IPS? Sebutkan alasannya!
Jawaban:
26
Dulu saya kurang menyukai mata pelajaran ini, Tapi karena ada seni drama
seperti yang Bapak ajarkan kepada kami maka saya menjadi menyukai IPS.
8. Apakah anda menyukai proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
seni peran (drama)? Sebutkan alasannya!
Jawaban:
Oh jelas ia dong pak. Dengan metode seni peran dalam pembelajaran IPS
menjadikan mata pelajaran ini menjadi menyenangkan.
9. Setelah anda mengikuti proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
seni peran (drama) apakah anda akan menghargai orang lain yang berbeda suku
dan budaya dengan anda?
Jawaban:
Iya Pak! Saya berjanji akan belajar menerima perbedaan yang ada.
10. Apakah anda yakin dengan adanya semboyan Bhineka Tunggal Ika mampu
mempererat tali persaudaraan dan persatuan Indonesia?
Jawaban:
Saya yakin dengan adanya semboyan suci tersebut masyarakat Indonesia akan
mampu bersatu di atas segala perbedaan yang ada diantara mereka.
Ttd responden Ttd peneliti
(…………….) (……………….)
Terimakasih atas jawaban yang telah diberikan. Kejujuran anda sungguh telah
membantu peneliti dalam mengumpulkan data-data penelitian. Semoga setelah
dilaksanakannya penelitian ini kita semua mampu menghargai perbedaan yang ada.
Karena bersama tidak harus sama. Sekali lagi peneliti haturkan terimakasih banyak.
......................................................... 420 ...........................................................
27
LEMBAR WAWANCARA
Nama responden terpilih : Dahliani Astuti
Jenis kelamin responden : P
Tempat tanggal lahir responden : Muara Enim, 17 Maret 2002
1. Ayah anda termasuk dari suku apa?
Jawaban:
Jawa.
2. Ibu anda termasuk dari suku apa?
Jawaban:
Jawa.
3. Jika harus memilih, anda akan memilih suku mana?
Jawaban:
Tidak Tahu.
4. Coba anda sebutkan salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh ayah &/ ibu kamu?
Jelaskan!
Jawaban:
Tari tanggai. Tari tanggai dibawakan pada saat menyambut tamu-tamu resmi
atau dalam acara pernikahan. Umumnya tari ini dibawakan oleh lima orang
dengan memakai pakaian khas daerah seperti kaian songket, dodot, pending,
kalung, sanggul malang, kembang urat atau rampai, tajuk cempako, kembang
goyang dan tanggai yang berbentuk kuku terbuat dari lempengan tembaga Tari
ini merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai busana khas daerah para
penari kelihatan anggun dengan busana khas daerah. Tarian ini menggambarkan
masyarakat palembang yang ramah dan menghormati setiap tamu yang datang.
5. Bagaimana anda menyikapi keragaman suku bangsa dan budaya yang ada di
Indonesia?
Jawaban:
Kita harus bersukur.
6. Apakah anda setuju jika di dalam kelas ini terdapat banyak suku bangsa dan
budaya yang berbeda-beda satu sama lain?
Jawaban:
Setuju. Karena kita warga Indonesia.
28
7. Apakah anda menyukai mata pelajaran IPS? Sebutkan alasannya!
Jawaban:
Iya. Karena Pelajaran IPS menceritakan tentang kebudayaan kita.
8. Apakah anda menyukai proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
seni peran (drama)? Sebutkan alasannya!
Jawaban:
Sangat Suka. Karena selain kita bisa menghargai orang lain kita pun belajar
akting.
9. Setelah anda mengikuti proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
seni peran (drama) apakah anda akan menghargai orang lain yang berbeda suku
dan budaya dengan anda?
Jawaban:
Saya akan belajar lebih menghargai perbedaan budaya di dalam kehidupan
sehari-hari.
10. Apakah anda yakin dengan adanya semboyan Bhineka Tunggal Ika mampu
mempererat tali persaudaraan dan persatuan Indonesia?
Jawaban:
Saya yakin pak.
Ttd responden Ttd peneliti
(…………….) (……………….)
Terimakasih atas jawaban yang telah diberikan. Kejujuran anda sungguh telah
membantu peneliti dalam mengumpulkan data-data penelitian. Semoga setelah
dilaksanakannya penelitian ini kita semua mampu menghargai perbedaan yang ada.
Karena bersama tidak harus sama. Sekali lagi peneliti haturkan terimakasih banyak.
......................................................... 420 ...........................................................
29
LEMBAR WAWANCARA
Nama responden terpilih : M. Albab Rizki
Jenis kelamin responden : L
Tempat tanggal lahir responden : Jakarta Timur, 15 Oktober 2002
1. Ayah anda termasuk dari suku apa?
Jawaban:
Betawi.
2. Ibu anda termasuk dari suku apa?
Jawaban:
Jawa.
3. Jika harus memilih, anda akan memilih suku mana?
Jawaban:
Betawi.
4. Coba anda sebutkan salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh ayah &/ ibu kamu?
Jelaskan!
Jawaban:
Ondel-ondel. Adalah sebuah boneka kayu yang dihias sedemikian rupa yang
bertujuan sebagai penolak bala dan roh halus. Ondel-ondel biasa dipertontonkan
pada setiap acara-acara penting seperti tahun baru, pernikahan, khitanan dsb.
5. Bagaimana anda menyikapi keragaman suku bangsa dan budaya yang ada di
Indonesia?
Jawaban:
ya kudu disyukuri atas ape yang telah Allah SWT limpahkan kepade Negeri kite
Ytc ene.
dan harus saling menghargai.
6. Apakah anda setuju jika di dalam kelas ini terdapat banyak suku bangsa dan
budaya yang berbeda-beda satu sama lain?
Jawaban:
Kenapa tidak?
7. Apakah anda menyukai mata pelajaran IPS? Sebutkan alasannya!
Jawaban:
Saya suka pak. Karena enak aja gituh bisa tahu sejarah.
8. Apakah anda menyukai proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
seni peran (drama)? Sebutkan alasannya!
30
Jawaban:
oh,, saya sangat suka, karena asik aja gituh pak, udah kaya artis di tivi-tivi..hehe
9. Setelah anda mengikuti proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
seni peran (drama) apakah anda akan menghargai orang lain yang berbeda suku
dan budaya dengan anda?
Jawaban:
Insya Allah.
10. Apakah anda yakin dengan adanya semboyan Bhineka Tunggal Ika mampu
mempererat tali persaudaraan dan persatuan Indonesia?
Jawaban:
Saya yakin sih pak, tapi ya lagi-lagi tergantung kepada manusianya...
mau apa tidak untuk bersatu?
Ttd responden Ttd peneliti
(…………….) (……………….)
Terimakasih atas jawaban yang telah diberikan. Kejujuran anda sungguh telah
membantu peneliti dalam mengumpulkan data-data penelitian. Semoga setelah
dilaksanakannya penelitian ini kita semua mampu menghargai perbedaan yang ada.
Karena bersama tidak harus sama. Sekali lagi peneliti haturkan terimakasih banyak.
......................................................... 420 ...........................................................
31
LEMBAR WAWANCARA
Nama responden terpilih : Wijatanti
Jenis kelamin responden : P
Tempat tanggal lahir responden : Indramayu, 31 Januari 2002
1. Ayah anda termasuk dari suku apa?
Jawaban:
Jawa.
2. Ibu anda termasuk dari suku apa?
Jawaban:
Jawa.
3. Jika harus memilih, anda akan memilih suku mana?
Jawaban:
Jawa.
4. Coba anda sebutkan salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh ayah &/ ibu kamu?
Jelaskan!
Jawaban:
Nadran, yaitu menenggelamkan kepala kerbau ke dasar laut sebagai ungkapan
rasa rasa syukur kepada Allah akan hasil tangkapan ikan dan mengharapkan
akan peningkatan hasil ditahun mendatang serta dijatuhkan dari bencana dan
marabahaya dalam mencari nafkah di laut. Umumnya upacara adat nadran ini
diselenggarakan antara bulan Oktober sampai Desember yang bertempat di
Pantai Eretan, Dadap, Karangong, Limbangan Glayem, Bugel dan Ujung
Gebang.
5. Bagaimana anda menyikapi keragaman suku bangsa dan budaya yang ada di
Indonesia?
Jawaban:
Sebagai Warga negaras yang baik kita harus saling menghargai.
6. Apakah anda setuju jika di dalam kelas ini terdapat banyak suku bangsa dan
budaya yang berbeda-beda satu sama lain?
Jawaban:
Setuju. Supaya saling mengenal satu sama lain.
7. Apakah anda menyukai mata pelajaran IPS? Sebutkan alasannya!
Jawaban:
Saya suka mata pelajaran IPS. Karena bisa belajar menghargai satu sama lain.
32
8. Apakah anda menyukai proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
seni peran (drama)? Sebutkan alasannya!
Jawaban:
Suka, saya sangat suka pak. Bisa belajar drama.
9. Setelah anda mengikuti proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
seni peran (drama) apakah anda akan menghargai orang lain yang berbeda suku
dan budaya dengan anda?
Jawaban:
Mudah-mudahan sih begitu.
10. Apakah anda yakin dengan adanya semboyan Bhineka Tunggal Ika mampu
mempererat tali persaudaraan dan persatuan Indonesia?
Jawaban:
Saya yakin koq pak Bhineka Tunggal Ika mampu.
Ttd responden Ttd peneliti
(…………….) (……………….)
Terimakasih atas jawaban yang telah diberikan. Kejujuran anda sungguh telah
membantu peneliti dalam mengumpulkan data-data penelitian. Semoga setelah
dilaksanakannya penelitian ini kita semua mampu menghargai perbedaan yang ada.
Karena bersama tidak harus sama. Sekali lagi peneliti haturkan terimakasih banyak.
......................................................... 420 ...........................................................
33
NASKAH DRAMA I
JUDUL DRAMA “GELAR BUDAYA”
Tidak seperti biasanya, pagi itu Mutiara bangun lebih pagi dari biasanya. Setelah
menunaikan ibadah solat subuh, Mutiara keluar dari kamarnya untuk menuju
dapur. Di dapur ia bertemu dengan ayahnya sedang menyiapkan minuman
(kopi).
Mutiara : “selamat pagi Ayahku sayang.” Sambil tersenyum, Mutiara
menghampiri ayahnya dan mencium tangan ayahnya.
Ayah : Selamat pagi Mutiara anak ayah yang cantik. Pagi sekali
bangunnya nak? Oia,Kata ibu, hari ini Mutiara akan berdandan
mengenakan pakaian daerah, Benarkah?” Tanya Ibu.
Mutiara : “Hehe, Mutiara kan pengen jadi anak sholeh yah. Iya, Ayah.
Mutiara mau mengikuti lomba mengenakan pakaian daerah di
sekolah. Acara dimulai pukul 07.00 pagi. Nanati Ibu yang
membantu Mutiara memakai pakaian daerah itu. Mutiara mandi
dulu ya, Yah.” Sambil berlalu Mutiara meninggalkan
senyuman manisnya.
Ayah : “Iya, mandi yang bersih ya nak,” jawab ayah sambil membalas
senyuman anaknya.
Selesai mandi, Mutiara menghampiri Ibunya dan mencium tangan Ibunya.
Mutiara : “Selamat pagi, Ibuku sayang.” Mutiara menghampiri Ibunya dan
mencium tangan Ibunya.
Ibu : “Selamat pagi Mutiara, Wah, sudah mandi ya, harum dan bersih
sekali putri cantik ibu ini ya. Pasti sudah siap berdandan. Mari Ibu
bantu mengenakan pakaian daerahnya.” Tegur Ibu.
Mutiara : “Iya dong anaknya siapa dulu? Hehe. Makasih ya bu sudah bantuin
Mutiara memakai baju tradisional sunda ini” Sahut Mutiara.
Ibu : “haha bisa saja kamu ini Mut. Ya sudah cepat berangkat sana.
Ayah sudah menunggumu di depan teras rumah”. Tegur Ibu.
34
Setelah mutiara sudah siap untuk berangkat ke sekolah dengan baju adat
sunda(daerah asal ibunya) akhirnya mutiara diantarkan oleh ayahnya berangkat
ke sekolah memakai sepeda motor.
Sesampainya di gerbang sekolah. Tampak dari kejauhan berlari seorang anak
kecil menghapiri mutiara. Tak lain sahabat mutiara yakni shoimah dengan
pakaian lengkap tradisional jawa.
Shoimah : “mut, mutiara! cepat masuk kelas yuk. Semuanya sudah berkumpul
dengan pakaian tradisional masing-masing. Bagus-bagus loh mut.”
Tegur shoimah
Mutiara : “ayah, Mutiara masuk kelas dulu ya, mutiara pamit ya yah,
assalamu’alaikum” sambil mencium tangan ayahnya ia pun
bergegas masuk ke sekolah dengan penuh rasa penasaran.
Ayah : “ iya anakku, wa’alaikum salam. Ayah juga berangkat kerja dulu
ya nak, nanti sekitar jam 12.00 Wib ayah jemput kamu di gerbang
ini ya” sambil menyalakan motor ayahnya pun berlalu ke tempat
kerjanya
Sesampainya di kelas. merekapun mengikuti serangkaian acara yang diadakan
oleh guru IPSnya.
Pak guru : “Nah, anak-anakku yang cantik-cantik dan ganteng-ganteng. Inilah
bukti keanekaragaman suku dan budaya yang ada di Negara kita.
Sudah sepantasnya kita saling menghormati dan menghargai satu
sama lain. walaupun kita tampak berbeda akan tetapi pada
hakikatnya kita tetap satu juga. Warga Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Bisa dimengerti?” pak Guru menyimpulkan pada
akhir-akhir acara.
Siswa : “iya paaak!” siswapun menjawab dengan kompaknya.
35
NASKAH DRAMA II
“KISAH ANAK ACEH”
Suatu pagi di hari Rabu pada awal semester kedua, SD NU Wanasari kedatangan
murid pindahan dari MIN Meulaboh (Aceh Barat). Seperti biasanya, setiap hari
rabu dan kamis para siswa diwajibkan memakai seragam batik yang sudah
ditentukan oleh pihak sekolah.
Pak Guru : “Assalamu’alaikum Wr. Wb anak-anak, apa kabar kalian hari ini?
Semoga tetap dalam lindungan Tuhan YME dan senantiasa
diberikan semangat untuk belajar” seperti biasa pak guru
membuka kelas dengan sapaan dan motivasi setelah 5 menit
sebelumnya siswa membaca Al-quran bersama-sama.
Siswa : “Wa’alaikum salam Wr.Wb pak guru, sehat pak! Amin” siswapun
menjawab
Pak Guru : “Di pagi yang berbahagia ini, sebelum kita memulai pelajaran,
Bapak ingin memberikan kejutan spesial”. Pak Guru melakukan
Apersepsi.
Siswa : “Waduh, kejutan apa lagi ya kira-kira?” siswapun saling berbisik
dengan teman sebangkunya.
Roni : “Kejutan apa pak?! Yang jelas pak guru bukan menikah lagi toh?
Roni siswa jahil menyahut.
Siswa : “Hahahahaha…..” siswapun tertawa terbahak-bahak bersama.
Pak Guru : “Ah, kamu ini Ron! Kebiasaan deh,ya bukan lah! Hari ini kita
kedatangan tamu special yakni murid pindahan dari tanah
seberang” pak guru memancing siswa agar penasaran.
Putri : “Memangnya siswa pindahan dari mana pak? Ah bapak juga
kebiasaan deh, suka buat kita penasaran! wuuuu”. Sahut Siswa
Pak Guru : “Hehe santai, santai… langsung saja kita panggil siswa pindahan
dari Meulaboh Aceh Barat. Silahkan masuk nak, dan perkenalkan
dirimu di depan teman-teman barumu!”
Siswa : “Waduh! Aceh? Bukannya aceh itu yang ganja-ganja itu ya?”
siswa saling berbisik
36
Banta : “Assalamu’alaikum Wr. Wb. Peu Haba teman-teman (dalam
bahasa Aceh) Perkenalkan nama saya Banta, saya dari Meulaboh
Aceh Barat. Senang berteman dengan kalian” Tegur Banta
Roni : “Namanya aja Banta, brarti suka membantah dong?” Sahut Roni.
Siswa : “Hahaha”
Banta : “Memang nama saya Banta sob, itu nama pemberian Ibu saya”
sahut Banta.
Pak Guru : “Hai Roni, kamu ini nakal sekali dengarkan Banta dulu!” Tegur
Pak Guru.
Pak Guru : “Silahkan Banta lanjutkan perkenalanmu!” Tegur Pak Guru.
Banta : “Saya pindahan dari MIN Meulaboh, disini saya tinggal dengan
Paman dan Bibi saya” Tegur Banta.
Roni : “Perasaan gak ada yang nanya deh?” Sahut Roni.
Siswa : “Hahahaha”
Banta : “Semoga kita bisa berteman baik ya ron.” Pinta banta
Roni : “Hu !!” sambil memalingkan muka
Pak Guru : “Roni kamu ini, sekali lagi kamu menyela takan segan bapak
menjewer kamu!” Ancam pak Guru.
Roni : “Loh, bapak kok jadi belain dia sih, dia kan anak Aceh pak. Dia
pasti penghisap ganja. Bukannya ganja itu narkoba, pasti bahaya
pak! nanti kita semua diajarin ngeganja lagi. Ia gak teman-teman?”
Tegur Roni.
Siswa : “Iya betul kata Roni pak!! Iiiii,….” Sahut Siswa.
Roni : “Pak Guru lihat saja bajunya batik ganja seperti itu. Kita tidak mau
punya teman kriminal pak!” Sahut Roni.
Pak Guru : “Sudah..sudah! tenang .. tenaang!” pak guru mencoba mencairkan
suasana
Pak Guru : “Banta memakai batik sekolah lamanya ini karena dia belum
menerima batik dari sekolah kita” sahut pak guru.
Banta : “Loh memangnya kenapa dengan ganja, Suku kami sudah terbiasa
dengan ganja. Kami biasa makan sayur, sambal, dodol, bahkan
37
permen ganja”. Sahut Banta.
Roni : “Tuh kan pak, apa saya bilang! Dia udah kaya Raffi Ahmad gitu!”
Sahut Roni
Siswa : “Iiiiih,, jangan temani diateman-teman!” siswa saling berbisik
Pak Guru : “Banta, benarkah yang kamu katakan nak?” Tanya Pak Guru.
Banta : “Memang sih ganja itu kan dilarang oleh pemerintah. Tapi nenek
moyang kami sudah menggunakannya sejak dahulu teman-teman.
Tidak hanya untuk makanan tapi kami juga menggunakan ganja
untuk pengobatan”. Jawab Banta
Roni : “Apa? Untuk pengobatan? Haha bohong banget. Bilang aja biar
ngelflay setiap hari. Mati baru tahu rasa kamu! Sahut Roni.
Banta : Saya menderita kanker otak stadium III. Semua proses pengobatan
sudah saya jalani, baik yang medis dari kemotherapy, opname
ataupun non medis seperti akunpuntur, orang pintar hingga
pengobatan-pengobatan alternatif lainnya akan tetapi hasilnya nihil.
Sejak setahun yang lalu ibuku memberiku jus ganja, sejak saat itu
pula keadaanku berangsur pulih. Sampai-sampai dokter pribadiku
kaget melihat kenyataan bahwa tingkat stadium kanker di otakku
relatif turun dari stadium III menjadi stadium II, dari stadium II
turun menjadi stadium I hingga akhirnya saya sembuh total. Dan
yang paling saya sukai dari tanaman ini adalah hatiku menjadi
gembira ria, rileks tanpa beban fikiran saat saya
mengonsumsinya.”Banta Mencoba Menjelaskan
Roni : “Alaaaah itu mah akal-akalan kamu saja biar kami menerimamu
sebagai teman!” Sahut Roni.
Pak Guru : “Sudah tenang.. kita dengarkan dulu penjelasan Banta.” Sela pak
Guru.
Pak Guru : “Banta! Benarkah yang kamu katakan nak?” Tanya Pak Guru.
Banta : “Demi Allah! saya tidak berbohong pak. Oia pak, saya dikasih
brosur oleh paman saya yang kuliah di Jakarta saat liburan
kemarin.” Jawab Banta.
38
Lantas Banta memberikan Brosur tersebut kepada pak Guru.
Pak Guru : “Brosur apa ini nak? Apa! Legalisasiganja?” Pak Guru terkejut.
Setelah beberapa menit Pak Guru membaca brosur tersebut dengan seksama
sampai tuntas, lantas pak guru mempersilahkan Banta untuk duduk
Pak Guru : “Banta, sekarang kamu boleh duduk dengan fahmi. Fahmi, Tolong
kasih banta bangku” Perintah Pak Guru.
Fahmi : “Iya pak. Banta kesini” dengan penuh senyum fahmi mengajak
Banta
Banta : “Iya pak, terimakasih pak” sahut Banta
Setelah semuanya kondusif. Lantas Pak Guru yang masih diselimuti tanda Tanya
besar itu memulai mata pelajaran IPS dengan materi Bhineka Tunggal Ika.
Pak Guru : “Anak-anakku yang bapak sayangi, kita sebagai warga Negara
Indonesia yang arif dan bijaksana sudah seharusnya kita
menghargai perbedaan yang ada diantara kita, bukankah Al-Quran
telah melarang kita untuk saling menghina satu sama lain, belum
tentu kita lebih baik dari yang orang kita hina. Ganja memang
tumbuh subur di Aceh sana, mengganja telah menjadi budaya
tersendiri bagi suku Aceh. Terlepas dari bagaimana sanksi hukum
mempergunakannya, yang jelas semua hal yang diciptakan Allah
SWT tidak ada yang sia-sia, semuanya pasti memiliki nilai positif
dan negatif. karenanya agar persatuan dan kesatuan Negara tetap
terjaga kita harus belajar menghargai dan berbesar hati menerima
perbedaan budayadiantara kita. Itulah makna yang diajarkan
Bhineka Tunggal Ika”. Dengan Arif dan bijaksana pak guru
menjelaskan.
Setelah kegiatan belajar mengajar berakhir pak guru mendiskusikan brosur
tersebut dengan kepala sekolah dan segenap guru.
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Muhamad Faqihudin IkhfaNIM : 809018300786Tempat, tanggal lahir : Indramayu, 20 Agustus 1990Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah IbtidaiyahJurusan : Kependidikan IslamFakultas : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUniversitas : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah JakartaTahun Masuk : 2010Tahun Lulus : 2014IPK : 3.05Yudisium : Amat Baik
Riwayat Pendidikan FormalPenulis memulai pendidikan formalnya di Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi DesaWanasari Kec. Widasari Kab. Indramayu dan lulus pada tahun 1995. Penulismenyelesaikan pendidikan Sekolah Dasarnya di SDN Sukamaju Desa Terisi BlokRajasinga Kec. Cikedung Kab. Indramayu pada tahun ajaran 2001-2002 dengannilai Ujian Akhir Nasional (UAN) tertinggi se-sekolah yakni 35.00. lantas penulismelanjutkan studinya di MTsN Widasari Desa. Kongsijaya Kec. Widasari Kab.Indramayu dan lulus pada tahun ajaran 2004-2005 dengan nilai Ujian Nasional(UN) tertinggi se-sekolah yakni 42.30. prestasi ini tidak membuat penulis congkakdan sombong, penulis merelakan dirinya untuk melanjutkan studi di SMA Swastadibawah naungan Nahdlatul ‘Ulama yakni SMA NU Widasari yang bertempat diDesa Kongsijaya Kec. Widasari Kab. Indramayu, hal ini dilatarbelakangi atasdasar ikut serta memperjuangkan perjuangan organisasi Nahdlatul ‘Ulama.Penulis mengkhatamkan studi tingkat atasnya ini pada 2007-2008 lagi-lagi denganpredikat nilai tertinggi UN se-sekolah yakni 48.90. Tahun pertama pascakelulusannya beliau tidak langsung melanjutkan studi ke perguruan tinggi akantetapi beliau mengabdikan diri menjadi Pustakawan di SMP NU Wanasari yangberalamat di Desa Wanasari Blok Raso Kec. Bangodua Kab. Indramayu. Barulahpada tahun kedua pasca kelulusannya (2009) beliau melanjutkan studi di InstitutTehnik dan Bisnis Kalbe (ITBK) Jakarta dengan meraih beasiswa penuh padaprogram studi Tehnik Informastika. Akan tetapi tidak bertahan lama dikarenakanberbanding terbalik dengan latarbelakang jurusannya pada SMA yakni IPS. PadaTahun yang sama beliau mendapatkan beasiswa Full Semester dana talangan dariSampoerna School Of Education (SSE) Prodi Bahasa English. Dikarenakanbesiswa ini bersifat talangan akhirnya penulis memutuskan besiswa tersebut. PadaTahun berikutnya penulis lulus Ujian Seleksi Masuk Universitas Indonesia(SIMAK UI) pada Prodi Tehnik Informatika Fakultas Tehnik Universitas
Indonesia (FT UI), akan tetapi dikarenakan latarbelakang keluarga yangmenengah ke bawah dan tidak mendapatkan beasiswa pada prodi tersebut makapenulis memutuskan untuk tidak mendaftarkan ulang. Masih pada tahun yangsama (2010) penulis meraih beasiswa Program “Profesionalisasi Guru” dariDepartemen Agama Republlik Indonesia dan mendapat kesempatan kuliah denganmeraih beasiswa “Full Semester+Living Cost” di Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta. Masih pada tahun yang sama beliau meraih besiswa dariyayasan Chinkung Budha Amithaba dan berkesempatan untuk kuliah padaJurusan Akidah Filsafat Fakultas Ushuludin dan Filsafat UIN Syarif HidayatullahJakarta. Akhirnya penulis melaksanakan Program “Double Degree” yakni studipada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Fakultas Ushuldin UIN SyarifHidayatullah Jakarta. Pada akhirnya penulis mengkhatamkan studinya padaFakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan lulus dengan predikat “Amat Baik”pada tahun 2014.
Riwayat Pendidikan NonformalDari kecil Penulis telah dididik berdasarkan nafas-nafas Islami, beliaumenyelesaikan pendidikan madrasah Diniyah Awaliyah di Madrasah MiftahulMubtadi’ien Blok Raso Desa Wanasari Kec. Widasari Kab. Indramayu pada tahunajaran 1999-2000. Berikutnya penulis melanjutkan menimba ilmu di PondokPesantren Miftahul ‘Ulum “Islamic Boarding School” Rajasinga, Cikedung,Indramayu selama 2 tahun sembari meluluskan Sekolah Dasar. Pada masa StudiMTsnya beliau sembari menimba ilmu di pondok pesantren Al-Ma’syumi danmengkhatamkan Madrasah Wustho di Madrasah Tarbiyah Wa Al-Ta’lim WidasariIndramayu. Pada Tahun 2007 beliau melanjutkan Studi Pesantrennya denganmenghafalkan AL-Qur’an di Pondok Pesantren Gintung Lor Kec. Susukan Kab.Cirebon. Pada tahun 2008 beliau meluncur ke timur jawa untuk mempelajaribahasa-bahasa dunia dengan metode riyadlah “‘Ilm Al-Laduni” di Ponpes. NurAl-Riyadlah Desa Alas Tengah Kec. Paiton Kab. Probolinggo.
Pengalaman OrganisasiDari Sekolah dasar penulis selalu menjadi Ketua Kelas. Pada masa MTs beliaumenjadi Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Pada masa SMA beliaumenjadi Ketua Ikatan Pelajar Nahdlatul ‘Ulama (IPNU). Pada Tahun 2010-2012beliau menjabat sebagai Ketua Bidang Infrastruktur asrama Keluarga MahasiswaSunan Gunung Djati (KMSGD JABODETABEK), anggota Divisi Olahraga, senidan budaya (ORSENBUD KMSGD JABODETABEK) dan Pemberdayaan daerah(PBD) Persatuan Mahasiswa Indramayu (PERMAI-AYU DKI JAKARTA). Padamasa Bhakti 2009-2010 beliau menjabat sebagai anggota Kajian PenelitianPergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Komisariat Fakultas Ushuluddin dan
Perguruan Tinggi Umum (PMII KOMFUSPERTUM). Pada 2012-2013 beliaumenjabat sebagai Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam IndonesiaCiputat (PC. PMII Ciputat) yakni anggota Bidang II Depatemen PolitikMahasiswa (POLMAS). Sedari 2012 sampai sekarang dan seterusnya (sampaiganja legal) beliau mengabdikan diri sebagai relawan (Valunteer) di LingkarGanja Nusantara (LGN) demi sebuah misi kemanusiaan (Habl Min Al-Nas) dankelestarian alam (Hab Min Al-‘Alam) berbingkis sebuah ittikad “Demi KebaikanBangsa Indonesia dan Kemaslahatan Umat Manusia”.