Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 83
PENGELOLAAN RUMAH TINGGAL SEHAT TERHADAP RAGAM CEMARAN
MIKROBA PADA RUMAH PERKOTAAN
Erni Yohani Mahtuti, Nining Loura Sari
1STIKes Maharani / DIII Analis Kesehatan, Malang
2STIKes Maharani/ DIII Kebidanan, Malang
Alamat Korespondensi: Jl. Simpang Candi Panggung No 133, Telpon/Fax. (0341) 4345375, 7751871
E-mail:1) [email protected] , 2) [email protected]
Abstrak
Masalah rumah di perkotaan menyangkut kualitas dan kwantitas. Menurut Ditjen PPM dan PL,
(2002) penyakit ISPA penyebab kematian kedua, tuberculosis ketiga, diare keempat, ini erat
kaitannya dengan kondisi sanitasi rumah yang tidak sehat. Kondisi udara dan kelembaban
mempengaruhi jumlah mikroba udara. Keberadaan mikroba udara dalam rumah menyebabkan
masalah kesehatan pada rumah tinggal. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi jumlah dan
ragam mikroba. Parameternya ragam cemaran bakteri dan jamur. Jenis penelitian deskriptif
observasional laboratorik. Sampel 12 rumah di pusat kota Malang, kecamatan Klojen, Kelurahan
Kiduldalem. Teknik pengambilan sampel purposive sampling. Metode penelitian (1) isolasi mikroba
dan (2) identifikasi mikroba. Hasil dikarakterisasi dengan Bergey’s Manual of Determinative
Bacteriology. Data berupa jumlah rerata jamur dan bakteri pada masing-masing ruang dalam
rumah yakni ruang tamu, kamar tidur, ruang keluarga, dapur dan kamar mandi. Hasil penelitian 1)
jumlah koloni jamur rata-rata pada ruang tamu: 46.2, kamar tidur: 55.7, ruang keluarga: 50.7,
dapur: 48.2 dan kamar mandi: 71. 2) Jumlah bakteri pada ruang tamu: 96.2, kamar tidur: 73.4 ,
ruang keluarga: 86.8, dapur: 52.2 dan kamar mandi: 45.2. Hasil identifikasi ragam cemaran jamur
yakni Aspergillus niger, Aspergillus flavus dan Trichosporun mucoides. Sedangkan ragam cemaran
bakteri yang ditemukan adalah Escherichia coli inactive, Acinetobacter lwoffii, dan Klebsiella
azaenae. Dengan diketemukannya ragam cemaran mikroba ini maka perlu pengelolaan rumah
perkotaan agar menjadi rumah sehat, yakni dengan memenuhi persyaratan kesehatan suatu rumah
tinggal sesuai dengan Permenkes No.829/Menkes/SK/VII/1999.
Kata kunci : cemaran, mikroba, pengelolaan, rumah, sehat
1. PENDAHULUAN
Rumah sehat merupakan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan
keluarga untuk menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh
anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu, keberadaan rumah yang sehat,
aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik
[1,2]. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga [3]. Sehat menurut World Health Organization (WHO) “suatu keadaan yang
sempurna baik fisik, mental, maupun sosial budaya, bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan
(kecacatan)”, maka dapat disimpulkan bahwa rumah sehat sebagai tempat berlindung atau bernaung
dan tempat untuk beristirahat sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani
maupun sosial budaya.
APHA telah merumuskan (empat) fungsi pokok rumah sebagai tempat tinggal yang sehat bagi
setiap manusia dan keluarganya selama hidupnya, meliputi: (1). Tempat untuk memenuhi kebutuhan
jasmani (fisik) yang pokok, (2). Tempat untuk memenuhi kebutuhan rohani (psikis) yang pokok,
(3). Tempat berlindung terhadap penularan penyakit menular, (4). Tempat berlindung terhadap
gangguan kecelakaan. Rumah sebagai tempat untuk berlindung mempunyai arti sebagai berikut: (a)
84 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-
hari, (b) Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa kekeluargaan bagi
segenap anggota keluarga, (c) Sebagai tempat melindungi diri dari bahaya yang mengancam, (d)
Sebagai lambang status sosial (e) Sebagai tempat untuk meletakkan atau menyimpan barang yang
dimiliki terutama masih ditemui pada masyarakat [4].
Komponen-komponen yang harus dimiliki rumah sehat: (1) Fondasi (2) lantai kedap air dan
tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari pekarangan dan 25 cm dari badan jalan, bahan kedap air
untuk rumah panggung dapat terbuat dari papan atau anyaman bambu; (3) memiliki jendela dan pintu
yang berfungsi sebagai ventilasi dan masuknya sinar matahari dengan luas minimum 10% luas lantai;
(4) dinding rumah kedap air (5) langit-langit berfungsi untuk menahan dan menyerap panas terik
matahari, minimum 2,4 m dari lantai, darai papan, anyaman bamboo, tripleks atau gypsum, serta (6)
atap rumah berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari serta melindungi dari masuknya debu,
angin dan air hujan [5].
Rumah sehat harus bebas dari berbagai pencemar. Pencemaran udara dalam ruang (indoor
air Pollution) terutama rumah sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, karena pada umumnya
orang lebih banyak menghabiskan waktu untuk melakukan kegiatan di dalam rumah sehingga rumah
menjadi sangat penting sebagai lingkungan mikro yang berkaitan dengan risiko dari pencemaran
udara [6]. Masalah rumah di daerah perkotaan di Indonesia menyangkut masalah kualitas dan
kwantitas. Salah satunya kota Malang, merupakan salah satu daerah otonom dan kota besar kedua
di Jawa Timur setelah Kota Surabaya. Sebagai kota besar, Malang tidak lepas dari permasalahan
sosial dan lingkungan yang semakin buruk kualitasnya. Permasalahan kualitas lingkungan
berdampak pada tingkat kesehatan masyarakat di kota Malang [7].
Masalah kualitas rumah di kota Malang terjadi karena lingkungan yang tidak sehat, banyaknya
gedung-gedung tinggi, mal-mal, perkantoran, hotel, rumah sakit, dengan fasilitas umum yang
terbatas, misalkan tidak ada jarak antar rumah yang satu dengan yang lainnya, jalan yang sempit
berupa gang, limbah domestik, air bersih, mandi, cuci dan kakus. Selain itu kurangnya ventilasi,
cahaya matahari, konstruksi bangunan dan rumah dihuni bersama hewan peliharaan. Menurut
Aditama [8] , Salah satu yang mempengaruhi rumah sehat adalah kondisi udara atau aliran udara.
Udara secara alami tidak mengandung mikroorganisme. Tetapi kontaminasi dari lingkungan
menyebabkan udara mengandung berbagai mikroorganisme, misalnya dari debu, air, proses aerasi,
penderita penyakit pernafasan dan sebagainya. Di Negara maju angka kematian pertahun karena
pencemaran udara dalam ruang rumah sebesar 67% di pedesaan, dan 23 % di perkotaan, sedangkan
di negara berkembang angka kematian terkait pencemaran udara dalam ruang rumah perkotaan
sebesar 9% dan pedesaan 1% dari total kematian. Pneumonia merupakan penyebab utama kematian
pada anak dibawah 5 tahun dengan jumlah kematian lebih dari 2 juta jiwa setiap tahunnya (Buletin
WHO, 2000 [6]. Menurut survey kesehatan rumah tangga Ditjen PPM dan PL, 2002, penyakit infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab kematian terbanyak kedua, dan tuberculosis
merupakan penyebab kematian terbanyak ketiga. Hal ini erat kaitannya dengan kondisi sanitasi
rumah yang tidak sehat. Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan menjadi faktor resiko terhadap penyakit diare yang merupakan penyebab kematian nomer
urut keempat. Selain daripada itu kondisi sanitasi juga menyebabkan kejadian penyakit yang
disebabkan oleh vektor penular penyakit masih tinggi seperti: penyakit demam berdarah, malaria,
pes dan filariasis [9]. .
Kelembaban dalam ruang mempengaruhi jumlah mikroba udara. Udara pada musim kering
atau panas membawa lebih banyak mikroba daripada musim dingin. Mikroba seperti: jamur, bakteri,
protozoa dan virus menyebabkan penyakit pada manusia. Bila udara tidak bebas seperti di daerah
perkotaan dengan rumah yang padat, gedung-gedung umum, perkantoran, rumah sakit dan mal-mal,
maka mikroba dipastikan keberadaannya. Keberadaan mikroba udara dalam rumah menyebabkan
masalah kesehatan [10,11]. Sehingga kriteria rumah sehat perlu adanya parameter jumlah dan
indikator ragam cemaran mikroba dengan batas minimal yang diperbolehkan untuk setiap ruang
dalam rumah. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin meneliti bagaimana pengelolaan
rumah tinggal sehat di perkotaan yang dihubungkan dengan jumlah dan ragam cemaran mikroba
khususnya di kota Malang.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 85
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana kriteria pengelolaan rumah tinggal sehat berdasarkan jumlah cemaran mikroba
pada rumah di perkotaan?
1.2.2 Bagaimana kriteria pengelolaan rumah tinggal sehat berdasarkan jenis cemaran mikroba pada
rumah di perkotaan?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah dan jenis cemaran mikroba pada
rumah perkotaan.
1.4 Urgensi Penelitian dan Kontribusi
Kriteria menurut peraturan menteri kesehatan RI Nomor 1077/MENKES/PER/V/2011 tentang
pedoman penyehatan udara dalam ruang rumah dijelaskan bahwa persyaratan kualitas udara dalam
ruang rumah meliputi: a) Kualitas fisik yang parameternya terdiri dari partikulat (Particulate
Matter/PM2,5 dan PM10), suhu udara, pencahayaan, kelembaban serta pengaturan dan pertukaran
udara (laju ventilasi). b) Kualitas Kimia terdiri dari parameter: sulfur dioksida (SO2), Nitrogen
dioksida (NO2), carbon monoksida (CO), Carbon dioksida (CO2), Timbal (Plumbum=Pb), asap rokok
(Enviromental Tobacco Some/ ETS), Asbes, Formaldehid (HCHO), Volatil Organik Coumpound
(VOC) dan, c) Kualitas Biologi terdiri dari bakteri dan jamur. Keberadaan kontaminan biologi dalam
ruang rumah mengindikasikan kualitas biologi udara dalam rumah, yang berupa mikroorganisme
jamur maupun bakteri. Persyaratan kontaminan biologi jamur adalah 0 CFU/m3, bakteri patogen 0
CFU/m3 serta angka kuman < 700 CFU/ m3. Adapun bakteri yang harus diperiksa Legionella,
Streptococcus aureus, dan Clostridium. Penelitian akan memberikan tambahan indikator bakteri
yang lainnya selain yang terdapat pada peraturan tersebut.
2. METODE
Jenis penelitian merupakan penelitian deskriptif observasional laboratorik. Tempat
pelaksanaan penelitian ini Kecamatan Klojen Kelurahan Kiduldalem Malang.
2.1 Jenis sampel adalah rumah perkotaan. Indikator yang diambil adalah mikroba udara pada
masing-masing ruang rumah seperti ruang tamu, ruang keluarga, dapur, kamar mandi dan kamar
tidur. Adapun kriteria sampel yakni pada rumah yang terhindar dari cahaya matahari secara
langsung, rumah berdempet-dempetan antara satu dengan yang lain [12,13].
2.2 Tata cara pengambilan sampel a. Menempatkan media NA (Nutrien Agar) dan PDA pada masing-masing ruang seperti seperti
ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur, dapur, dan kamar mandi.
b. Masing-masing dibuka dan ditempatkan pada ruang selama 10 menit.
c. Setelah 10 menit media dibawa ke laboratorium Stikes Maharani Malang dengan media
transport dan kemudian diinkubasi 1-2x24 jam untuk bakteri dan jamur 3-5x 24 jam.
2.3 Alat dan Bahan Penelitian
Alat meliputi media transport (ice box), peralatan laboratorium incubator, jarum ose, cawan
petri, bunsen, mikroskop, kaca benda, coverglass, frezzer, microbact. Bahan yang digunakan
dalam penelitian meliputi media padat berupa Nutrien agar (NA) dan Potato Dextrosa Agar
(PDA), alkohol 70%, pewarna Gram, reagen uji biokimia, LPCB, KOH 10%.
2.4 Prosedur Penelitian
a. Media dari sampel ruang pada rumah diinkubasi 1 -2x 24 jam untuk pertumbuhan bakteri
sedangkan untuk jamur 3-5 x 24 jam pada suhu 37ºC.
b. Bakteri maupun jamur dilakukan perhitungan koloni untuk mengetahui jumlah mikroba pada
masing-masing ruang rumah.
c. Selanjutnya melakukan Isolasi bakteri heterofik menurut Waluyo [14].
(a) Mencairkan medium nutrien agar dalam penangas air, (b) Mendinginkan medium sampai
temperatur 50C, (c) Menuangkan medium nutrien agar tersebut ke dalam petri dish /
tabung reaksi steril secara aseptik, dan dibiarkan sampai dingin dan padat, (d) Mengambil
0,1 ml/ 1 ose koloni secara aseptik. Kemudian membuat goresan pada permukaan agar. Pada
permulaan goresan akan terjadi pertumbuhan yang lebat setelah diinkubasi, sehingga sukar
86 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
untuk diisolasi. Pada akhir goresan akan tumbuh koloni yang terpisah-pisah dan dapat
diisolasi, (e) Membalikkan petri dish yang telah diberi etiket dan dibungkus kembali. (f)
Setelah itu diinkubasi, akan tampak koloni-koloni yang terpisah-pisah. Setiap koloni yang
terpisah mungkin berasal dari 1 sel bakteri, (g) Memilih dari masing-masing tipe koloni
satu koloni saja yang merupakan satu jenis isolat bakteri, (h) Mengambil secara aseptik
dengan ose satu koloni yang dikehendaki dan suspensikan dalam air steril atau larutan saline,
(i) Memeriksa dengan pewarnaan Gram, (j) Memindahkan masing-masing jenis hasil isolasi
ke dalam medium nutrien agar miring,(k) Menginkubasikan pada temperatur yang sesuai
selama 24 – 48 jam, Menguji kembali biakan murninya dengan pewarnaan Gram, (m) Bila
dari tiap tabung reaksi hanya terdapat satu macam bakteri berarti isolasi telah berhasil, (n)
Untuk menyakinkan koloni hasil isolasi kembali untuk menyakinkan kemurnian biakan
tersebut, (o) Langkah-langkah di atas dengan ulangan 3 kali. (p) Kemudian langkah
selanjutnya adalah dengan melakukan identifikasi mikroba. Identifikasi yang (1) terhadap
bakteri dengan identifikasi fenetik. (2) Identifikasi jamur makroskopis dan mikroskopis.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Jumlah Bakteri dan Jamur
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan penghitungan jumlah mikroba bakteri dan jamur pada
rumah pada ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur, dapur dan kamar mandi, didapatkan hasil pada
tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jumlah Bakteri dan Jamur Pada Rumah Perkotaan Pada berbagai Ruang Rumah No.
Sampel
Ruang
Tamu/koloni
Kamar
Tidur/koloni
Ruang
Keluarga/koloni
Dapur/
koloni
Kamar
Mandi/koloni
Bakteri Jamur Bakteri Jamur Bakteri Jamur Bakteri Jamur Bakteri Jamur
1 21 13 92 53 85 51 79 117 65 45
2 27 8 31 12 19 24 62 104 64 89
3 18 31 52 45 60 34 126 20 44 10
4 155 97 375 115 413 133 107 73 45 17
5 486 80 30 86 199 24 38 10 14 315
6 18 118 58 91 30 73 16 37 60 108
7 52 43 35 58 67 72 26 85 20 64
8 75 48 35 24 19 58 52 12 63 89
9 176 38 58 92 35 78 30 23 45 40
10 38 23 60 42 67 34 35 54 47 20
11 76 45 30 37 32 12 43 32 53 43
12 12 10 25 13 15 15 12 11 23 12
Total 1154 554 881 668 1041 608 626 578 543 825
Rata2 96,2 46,2 73,4 55,7 86,8 50,7 52,2 48,2 42,3 71
Rata-rata bakteri dalam rumah : 849
Rata-rata jamur dalam rumah : 652
Selanjutnya diidentifikasi dengan pewarnaan bakteri dan juga uji biokimiawi. Uji biokimia
meliputi uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar), SIM (Sulfur Indol Motility), citrate, urea, Methyl Red ,
V-P (Voges Proskauer), Fermentasi Karbohidrat, H2S untuk mendapatkan spesies mikroba. Hasil
dikarakterisasi dengan buku acuan identifikasi dan determinasi Bergey’s Manual of Determinative
Bacteriology [15]. Sehingga setelah dilakukan pemeriksaan dan uji biokimia didapatkan hasil seperti
pada tabel 3.2 berikut ini:
Tabel 3.2 Hasil Identifikasi Bakteri Pada Rumah Perkotaan Pada Berbagai Ruang Rumah No Sampel Morfologi Pewarnaan
gram
Spesies
1 Ruang tamu Batang - E. coli inactive, Acinetobacter lwoffii
2 Ruang kamar tidur Batang - E. coli inactive, Acinetobacter lwoffii
3 Kamar mandi Batang - E. coli inactive
4 Ruang keluarga Batang - E. coli inactive
5 Dapur Batang - E. coli inactive, Acinetobacter lwoffii
6 Kamar mandi Batang - Klebsiella azaenae
7 Ruang keluarga Batang + Propionibacterium acne
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 87
Berikut ini merupakan hasil inkubasi terhadap bentuk koloni dan juga identifikasi morfologi
dan pewarnaan bakteri ruang rumah, yakni pada gambar 3.1 dan 3.2
Gambar 3.1 Bentuk Koloni Cemaran Bakteri Pada Ruang Rumah Perkotaan
Gambar 3.2 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Pada Ruang Rumah Perkotaan
Pada media tumbuh jamur yakni berupa PDA (Potato Dextrosa Agar) yang telah ditempatkan
pada berbagai ruang pada masing-masing ruang yang meliputi ruang tamu, kamar tidur, ruang
keluarga, dapur dan juga kamar mandi dilakukan pengamatan makroskopis maupun mikroskopis dan
selanjutnya hasil dikarakterisasi kemudian dirujuk dengan menggunakan buku acuan identifikasi
dan determinasi Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology juga atlas parasitologi serta sumber
lainnya yang relevan [15]. Sehingga setelah dilakukan inkubasi dan dilakukan pengamatan
didapatkan hasil seperti pada tabel 3.3 berikut ini:
Tabel 3.3 Hasil Identifikasi Jamur Pada Rumah Perkotaan Pada Berbagai Ruang Rumah No sampel Spesies
1 Ruang tamu Aspergillus niger, spora coklat sampai hitam Trichosporun mucoides
2 Ruang keluarga Aspergillus flavus,
Aspergillus niger
3 Kamar tidur Penicillium
4 Dapur Aspergillus niger
5 Kamar mandi Aspergillus niger
Gambar 3.3 Makroskopis ragam cemaran jamur pada berbagai ruang rumah
Gambar 3.4 Mikroskopis cemaran jamur pada ruang rumah perkotaan Aspergillus
niger, Aspergillus flavus, Penicillium dan Trichosporon mucoides
3.2 Pembahasan
Bakteri dan jamur menyebabkan iritasi seperti mikroba volatil, senyawa organiknya
(MVOC) dan (1 → 3) ß-D-glukan dapat menyebabkan sakit sehingga menyebabkan rumah menjadi
tidak sehat. Hasil penelitian, menunjukkkan bahwa rumah perkotaan khususnya di kecamatan
Klojen Kelurahan Kiduldalem ditemukan banyak koloni bakteri maupun jamur. Keberadaan
mikroorganisme dalam rumah tentu menjadikan rumah menjadi tidak sehat, apabila tidak segera
tertangani secepatnya. Kebersihan rumah dan lingkungan akan mempengaruhi produktifitas
penghuni rumah. Hal ini sesuai dengan peraturan menteri kesehatan RI Nomor
1077/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah maka
dijelaskan bahwa persyaratan kualitas udara dalam ruang rumah khususnya persyaratan kualitas
Biologi yang terdiri dari bakteri dan jamur. Keberadaan kontaminan biologi dalam ruang rumah
mengindikasikan kualitas biologi udara dalam rumah, yang berupa mikroorganisme jamur maupun
bakteri. Adapun persyaratan kontaminan biologi jamur adalah 0 CFU/m3, bakteri patogen 0 CFU/m3
88 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
serta angka kuman < 700 CFU/ m3. Bakteri yang harus diperiksa Legionella, Streptococcus aureus,
dan Clostridium [6]. Pada penelitian menunjukkan angka bakteri rata-rata pada rumah perkotaan
adalah 849. Sedangkan angka rata-rata jamur adalah yakni 652. Ini menunjukkkan bahwa
kontaminan biologi khususnya bakteri melebihi persyaratan kontaminan biologi Menkes 2011.
Hal ini didukung oleh hasil uji biokimia bakteri, yang ditemukan pada ruang rumah di
meliputi Escherichia coli inactive, Acinetobacter lwoffii, Klebsiella azaenae dan
Propionibacterium acne. Menurut Levinson [16] Esherechia coli inactive merupakan bakteri gram
negative berbentuk batang yang ditemukan dalam cemaran yang kondisinya tidak patogen, artinya
apabila belum mendapatkan host maka tidak bersifat patogen. Tetapi apabila memungkinkan terdapat
faktor untuk pertumbuhannya maka dapat menjadikan patogen. Escherechia coli pada umumnya
ditemukan pada usus besar manusia. Kebanyakan E. coli tidak berbahaya, tetapi beberapa berbahaya
karena dapat menyebabkan keracunan makanan akibat dari eksotoksin yang bernama verotoksin,
toksin ini menyebabkan diare berdarah. Toksin akan menghilangkan satu basa adenine dari unit 28S
rRNA, yang berakibat pada berhentinya proses sintesa protein. Escherechia coli di dalam usus besar
manusia sangat membantu dan menguntungkan karena dapat memproduksi vitamin K serta dapat
mencegah bakteri lain di dalam usus. Acinetobacter lwoffii merupakan bakteri berbentuk batang,
Gram negative, non-fermentasi. Acinetobacter lwoffii merupakan anggota genus Acinetobacter.
Bakteri ini merupakan bakteri flora normal pada kulit dan juga dapat ditemukan pada oropharynx
manusia serta perineum. Bakteri dapat sifat patogen artinya menginfeksi pada manusia, maka dapat
menimbulkan infeksi terutama infeksi yang berkaitan dengan kateter pada pasien
immunocompromised. Selain itu dapat juga dihubungkan dengan kejadian kasus gastroenteritis.
Bakteri mampu tumbuh pada pH rendah, pada berbagai suhu serta dapat bertahan pada kondisi
lingkungan yang kering. Tahan terhadap banyak desinfektan, iradiasi dan pengeringan, dijumpai
pada makanan yang mengandung protein [17] .
Klebsiella merupakan bakteri Gram negative dan berbantuk batang. Spesies Klebsiella secara
rutin ditemukan di saluran hidung manusia, mulut, dan saluran cerna seperti flora normal. Namun,
mereka juga dapat berperilaku sebagai patogen manusia yang oportunistik. Spesies Klebsiella
diketahui juga menginfeksi berbagai hewan, baik sebagai flora normal maupun patogen oportunistik.
Klebsiella dapat menyebabkan berbagai penyakit, terutama pneumonia, infeksi saluran kemih,
septikemia, meningitis, diare, dan infeksi jaringan lunak [18] . Klebsiella azanae berbentuk batang
dengan gram negative. Klebsiella ozaenae dianggap nonpathogen [19] tetapi dapat menjadi
oportunistik yakni ini dapat menyebabkan penyakit rhinitis atrofi dengan gejala mukosa hidung
menjadi atrofis progresif, berlendir serta berbau amis. Penderita banyak mengeluarkan lender hijau
bercampur darah yang bau. Pada media diferensiasi yang digunakan untuk identifikasi adalah Mac
conkey, media mengandung laktosa dan merah netral sebagai indikator, akibatnya bakteri akan
meragikan laktosa dan akan tumbuh menjadi koloni yang berwarna merah sehingga dapat dibedakan
dengan bakteri lain yang tidak meragi laktosa dan bakteri yang tidak dapat meragi lakstosa akan
tumbuh dengan tidak berwarna. Klebsiella dapat meragi laktosa tetapi dengan tidak sempurna.
Klebsiella dapat meragi laktosa tetapi dengan tidak sempurna. Ciri-ciri koloni Klebsiella azoane pada
media Mac Conkey besar-besar, mucoid, cembung, smooth, berwarna merah-merah bata, apabila
diambil maka akan tertarik karena adanya kapsul. Spesies Klebsiella juga telah terlibat dalam
patogenesis ankylosing spondylitis dan spondyloarthropathies lainnya. Mayoritas infeksi Klebsiella
manusia disebabkan oleh K. pneumoniae, diikuti oleh K. oxytoca. Infeksi lebih sering terjadi pada
orang yang sangat muda, sangat tua, dan mereka yang memiliki penyakit mendasar lainnya, seperti
kanker, dan kebanyakan infeksi melibatkan kontaminasi perangkat medis invasif [19] . K.
pneumoniae paling patogen terhadap manusia di antara semua Klebsiella spp. Diikuti oleh K.
oxytoca. K. ozaenae dan K. rhinoscleromatis menyebabkan penyakit spesifik pada manusia
[20]. Dengan ditemukannya Klebsiella azanae dalam ruang rumah perkotaan maka
mengindikasikan bahwa kodisi udara dalam ruang rumah tidak steril sehingga perlu meminimalkan
adanya mikroba dalam rumah yakni meminimalkan faktor pertumbuhan mikroba dan lebih menjaga
kebersihan yang berhubungan dengan perilaku penghuni rumah, ventilasi yang memadai serta
pencahayaan yang cukup.
Propionibacterium acnes merupakan bakteri flora normal,merupakan bakteri anaerob yang
relatif lambat tumbuh, biasanya aerotolerant, bakteri Gram-positif (batang) yang terkait dengan
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 89
kondisi jerawat pada kulit [21]. Bakteri ini sebagian besar bersifat komensal dan sebagian dari flora
kulit ada pada kulit manusia dewasa yang paling sehat. Hal ini biasanya hampir tidak terdeteksi pada
kulit preadolesents sehat. Ini terutama hidup, antara lain, asam lemak dalam sebum yang disekresikan
oleh kelenjar sebaceous pada folikel. Bakteri ini dapat ditemukan di seluruh saluran pencernaan pada
manusia dan banyak hewan lainnya [21]. Adapun hasil identifikasi pada ruang rumah juga ditemukan
Propionibacterium acnes. Propionibacterium acnes adalah patogen oportunistik, menyebabkan
berbagai infeksi pasca operasi dan perangkat, misalnya pembedahan [22]. Infeksi pasca-
neurosurgical, [23], prostesis sendi, shunt dan katup jantung buatan. Propionibacterium acnes
mungkin berperan dalam kondisi lain, termasuk pembengkakan prostat yang menyebabkan kanker,
sindrom SAPHO (Synovitis, Jerawat, Pustulosis, Hyperostosis, Osteitis), sarcoidosis dan linu
panggul [21]. Hal ini juga dicurigai sebagai sumber bakteri utama terjadinya syok pada otak penyakit
Alzheimer [24]. P. acnes bersinar oranye saat terpapar lampu hitam, mungkin karena adanya porfirin
endogen. Bakteri tersebut terbunuh oleh sinar ultraviolet karena sangat peka terhadap cahaya pada
kisaran 405-420 nanometer (di dekat ultraviolet) yang disebabkan karena porfirin-kopororfirin III
endogen. Radiasi total 320 J / cm² ditemukan untuk menonaktifkan bakteri ini secara in vitro. Fakta
ini digunakan dalam fototerapi. Propionibacterium acne adalah berbentuk batang tak teratur yang
terlihat pada pewarnaan Gram positif, tidak berspora, tangkai anaerob ditemukan dalam spesimen-
spesimen klinis. Propionibacterium acne memerlukan oksigen mulai dari aerob atau anaerob
fakultatif sampai ke mikroerofilik atau anaerob. Pada umumnya tumbuh sebagai anaerob obligat
tetapi beberapa strain merupakan aerotoleran, tetapi tetap menunjukkan pertumbuhan lebih
baik sebagai anaerob. Bakteri ini dapat tumbuh di udara dan tidak menghasilkan endospora. Bakteri
ini dapat berbentuk filamen bercabang atau campuran antara bentuk batang/filamen dengan bentuk
kokoid. Beberapa bersifat patogen untuk hewan dan tanaman [25].
3.2 Ragam Cemaran Jamur dalam Ruang Rumah
Udara merupakan lingkungan yang miskin dibandingkan tanah dan air. Kedekatan manusia
dan udara lebih sering daripada dengan tanah dan air [26]. Jamur merupakan polutan udara dalam
ruang yang paling penting dan sedikit dimengerti kebanyakan orang. Jamur ada dimana-man pada
lingkungan manusia. Sporanya melimpah-limpah di udara, permukaan, di dalam debu, dan dalam
air. Jamur dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan sangat penting sebagai sumber patogen.
Kandungan udara di dalam dan di luar ruangan akan berbeda. Tingkat pencemaran di dalam ruangan
oleh mikroba dipengaruhi oleh faktor seperti laju ventilasi, padatnya orang, sifat dan taraf kegiatan
orang yang menempati ruang tersebut [18].
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah jamur rata-rata rumah perkotaan adalah 652
CFU/m3. Keberadaan ragam cemaran berupa mikroba terhembus dalam bentuk percikan dari hidung
dan mulut selama bersin, batuk dan bercakap-cakap, selain itu adanya pengaruh debu hasil polusi
udara yang masuk ke dalam ruang rumah. Debu dari permukaan sebentar-sebentar akan berada
diudara selama berlangsungnya kegiatan dalam ruang tersebut[18]. Hasil metabolisme dari jamur
bervariasi seperti air, CO2, ethanol, asam organik, enzim, VOCs dan toksin nonvolatile yang
dikeluarkan oleh jamur ke lingkungan. Kebanyakan jamur menambah pencemaran udara berasal dari
reproduksi aseksual dengan adaptasi terhadap lingkungan yang berubah menjadi hifa yang menyatu.
Kebanyakan jamur menggunakan material organik komplek yang berasal dari makhluk hidup untuk
makan, kebutuhan air dan oksigen serta mempunyai suhu optimal di dalam tingkat kenyamanan
manusia. Suhu optimal untuk pertumbuhan jamur sekitar 22˚C pada media kultur [1].
Air dan kelembaban. Air menambah bagian yang signifikan dari total berat hifa. Air
dibutuhkan untuk hidolisis material organik dan media yang membawa makanan atau cairan ke
dalam dan keluar sel. Kebutuhan air 65%. Kelembaban udara merupakan faktor utama dalam
pertumbuhan jamur. Pada umumnya sebagian jamur dapat tumbuh pada lingkungan yang lembab.
Selain itu air juga menjadi faktor penting lainnya. Air membantu proses difusi dalam pencernaan.
Selain itu air juga mempengaruhi substrat pH dan osmopolaritas, merupakan sumber hydrogen dan
oksigen selama proses metabolism [27]. Suhu atau temperature adalah faktor fisik yang cukup
penting dan mempengaruhi pertumbuhan jamur. Jamur yang mempunyai temperatur optimal diatas
30˚C adalah Aspergillus fumigatus. Kondisi lingkungan rumah di perkotaan dalam penelitian yakni
di kelurahan Kiduldalem yang merupakan pusat kota, ini mendukung untuk mudahnya jamur
90 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
tumbuh dengan sangat baik karena adanya kondisi lingkungan. Ruang-ruang rumah pada perkotaan
yang terhalang minim untuk mendapatkan sinar matahari, rumah berhimpitan, adanya gedung-
gedung yang menjulang tinggi serta didukung oleh polusi dari laju kendaraan yang tiada henti maka
tingkat cemarannyapun juga tinggi. Ruang-ruang rumah karena minim mendapatkan sinar matahari
maka ini menjadi faktor yang memudahkan mikroba khususnya jamur mudah untuk tumbuh.
Beberapa faktor mempengaruhi kemungkinan individu dapat mengalami efek kesehatan karena
paparan jamur di dalam ruangan. Ini termasuk sifat dari jamur misalnya alergi, keracunan atau iritasi
serta infeksi, tingkat paparan (jumlah dan durasi), kerentanan yang terkena dampak. Kerentanan
akibat paparan jamur bervariasi. Gangguan dapat muncul karena kualitas udara yang buruk berupa
timbulnya penyakit yang berasal dari kondisi bangunan (Building related Desease, BRD) seperti
kanker, asma, hypersensitivas, hypersensitivity pneunomitis, iritasi selaput lendir.
Hasil identifikasi jamur pada rumah perkotaan pada berbagai ruang rumah, maka di
ketemukan spesies jamur Aspergillus niger, spora coklat sampai hitam, Trichosporun mucoides,
Aspergillus flavus, Aspergillus niger, dan Penicillium. Aspergillus dapat tumbuh pada suhu yang
hangat (40-43˚C). Kelembaban tinggi (80-85) dan hidup, berkembangbiak dengan material organik.
Dapat dimusnahkkan pada suhu 71-100˚C [28]. Aspergillus fumigatus mempunyai ciri-ciri koloni
saat muda berwarna putih dan dengan cepat berubah menjadi hijau dengan terbentukknya konidia.
Konidiofor pendek dan berwarna hijau (khusus pada bagian atas). Vesikel berbentuk gada. Konidia
bulat semi bulat dan berdinding kasar [29]. Aspergillus flavus menghasilkan warna koloni kuning.
Sedangkan Aspergillus niger menghasilkan koloni yang berwarna hitam. Gambaran mikroskopik
mempunyai tangkai-tangkai panjang (konidiofore) yang mendukung vesicle atau kepala. Pada bagian
kepala terdapat spora dengan rantai panjang. Mampu tumbuh pada suhu 37ºC, pada kondisi kering
dapat tumbuh pada suhu 50ºC [18]. Aspergillus hijau kebiruan dengan area kuning sulfur pada
permukaannya [30]. Epidemiologi Jamur Aspergillus tersebar di seluruh dunia, konidianya dapat
hidup bik di tanah maupun di udara hal ini memungkinkan spora Aspergillus terhirup oleh manusia.
Aspergillus dapat menginfeksi manusia tentu disebabkan oleh adanya faktor imunitas, bila imunitas
seseorang rendah maka mudah terserang dan timbullah penyakit. Penyakit yang ditimbulkan yakni
Aspergillus mudah menginfeksi saluran pernafasan atas. Menyebabkan penyakit aspergillosis.
Aspergillosisi terdiri dari 3 stadium yakni alergi, kolonisasi aspergillosis dan invasive aspergillosis.
Gejala pada alergi adalah sesak nafas seperti asma, infiltrate ke dua paru, eosinophilia serta terjadi
peningkatan kadar IgE dalam darah. Sehingga tubuh menjadi sensitive terhadap antigen Aspergillus
[18]. Stadium aspergillosis kolonisasi ditandai dengan gejala fungus ball” (aspergilloma) yaitu
gumpalan yang berbentuk bola terdiri dari elemen hifa disertai lender dari bronkus. Pada paru fungus
ball dapat terjadi di sinus paranasal, pemeriksaan dengan radiologis. Pada stadium ini sering timbul
perdarahan yang gejalanya mirip dengan tuberculosis yang disertai hemoptysis. Stadium invasive
aspergillosis dapat ditemukan pada penderita diabetes mellitus serta penderita penyakit kolagen
sehingga dapat menjadi aspergillosis diseminata [16]. Aspergillus niger adalah jamur yang jarang
dilaporkan sebagai penyebab pneumonia [31].
Inhalasi Aspergillus biasa terjadi, namun jamur juga bisa masuk ke dalam tubuh melalui luka
luka atau luka bedah . Jadi berdasarkan hasil penelitian dengan ditemukannya spesies Aspergillus
niger pada ruang rumah perkotaan akan memberikan dampak yang tidak merugikan apabila selama
penghuni rumah dalam kondisi kekebalan tubuh yang baik, sirkulasi udara yang baik, sinar matahari
yang masuk rumah cukup serta hygenitas , tapi sebaliknya bila terhirup dan kondisi kekebalan tubuh
rendah apalagi didukung oleh adanya kemungkinan luka maka menyebabkan tumbuhnya fungi
ini.Spesies fungi yang lain yang ditemukan pada penelitian ini adalah Trichosporon mucoides
merupakan jamur yang biasa dijumpai di tanah. Jamur ini dapat ditemukan pada kulit dan saluran
pencernaan manusia. Lama dikenal sebagai penyebab infeksi superfisial seperti piedra putih, infeksi
distal batang rambut, merupakan penyebab paling umum infeksi jamur yang disebarluaskan pada
manusia [32]. Trichosporon mucoides dapat ditemukan pada pasien. Fungi ini dapat menyebabkan
piedra putih yang tidak biasa [32]. Selain itu Trichosporon mucoides dapat juga menyebabkan kasus
onikomikosis. Pada pemeriksaan semua kuku kuku berwarna coklat kecoklatan. Ada onycholysis
distal di semua kuku jari. Penicillium mudah ditemukan dialam baik ditanah, maupun udara.
Pencillium sangat penting dalam lingkungan alam untuk produksi makanan dan obat [32]. Dengan
diketemukannya mikroba dalam ruang rumah perkotaan maka pengelolaan rumah sehat perlu
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 91
ditambahkan tidak boleh adanya bakteri atau jamur seperti pada penelitian ini. Model yang harus
diterapkan adalah mengikuti permenkes 1077/MENKES/PER/V/2011 serta berperilaku yang
meminimalkan kontaminasi biologi ini pada pada ruang rumah.
4. KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan pada rumah tinggal perkotaan khususnya kecamatan Klojen,
kelurahan Kiduldalem terdapat ragam cemaran mikroba yang berupa bakteri dan jamur. 1) Pada
cemaran bakteri didapatkan jumlah bakteri pada ruang tamu: 96.2, kamar tidur: 73.4 , ruang
keluarga: 86.8, dapur: 52.2 dan kamar mandi: 45.2. 2) Pada cemaran jamur didapatkan jumlah
koloni jamur rata-rata pada ruang tamu: 46.2, kamar tidur: 55.7, ruang keluarga: 50.7, dapur: 48.2
dan kamar mandi: 71. Hasil identifikasi mikroba yang didapatkan dengan karakterisasi Bergey’s
Manual of Determinative Bacteriology adalah cemaran bakteri : Escherichia coli inactive,
Acinetobacter lwoffii , Klebsiella azaenae dan Propionibacterium acne. Hasil identifikasi ragam
cemaran jamur yakni Aspergillus niger, Aspergillus flavus dan Trichosporun mucoides.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Waluyo L. (2011). Ilmu Kesehatan Masyarakat. UMM Press, Malang.
[2] Kementrian pekerjaan umum dan perumahan rakyat direktorat pengembangan kawasan
pemukiman. Tentang Rumah Sehat Jakarta, 19 Juli 2010
[3] Undang-Undang RI No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman. Jakarta :
Departemen Kesehatan R.I
[4] APHA (American Public Health Asociation) AWWA, and WEF, 2005. Standard Methods
for the Examination of Water and Wastewater, 21st ed. American Public Health Association,
Washington, DC.
[5] Ditjen Cipta Karya, 1997. Rumah Sehat [6] Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1077/MENKES?PER/V/2011.
Tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah
[7] Ditjen Cipta Karya. Litbang Kompas. (2001). Kota Malang
[8] Aditama,T.Y. (2015). Penelitian, Terapannya dan Kesehatan Masyarakat. Bunga Rampai,
Jakarta : Lembaga Penebit Balitbangkes, hal 49
[9] Ditjen PPM dan PL (2002) Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat . Jakarta : Departemen
Kesehatan R.I.
[10] Azwar, A. (1996). Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.
[11] Wulandari, (2013). Faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan Streptococcus di Udara
pada Rumah Susun Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang. Unnes Journal of Public Health
2.
[12] Kuntoro, A. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medik
[13] Nasir . M. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
[14] Waluyo L. 2010. Teknik dan Metode Mikrobiologi. Cetakan kedua. UMM Press, Malang.
[15] Holt, et al., 1994. Holt, J.G., Krieg, N.R., Sneath, H.A., Staley, J.T & Wiliam, S.T. 1994.
Bergey’s Manual of Determination Bacteriology 9th Edition, William & Wilkins, Baltimor.
[16] Levinson W. 2008. Review of Medical Microbiology. Amerika: The McGraw-Hill
Companies
[17] Regalado, NG; Martin, G; Antony, SJ (September 2009). "Acinetobacter lwoffii: bacteremia
associated with acute gastroenteritis.". Travel medicine and infectious disease. 7 (5): 316–
7. PMID 19747669. doi:10.1016/j.tmaid.2009.06.001
[18] Waluyo, L. (2016). Mikrobiologi Umum. Cetakan kelima UMM Press. Malang
[19] Sieper, Joachim; Braun, Jurgen (2011). Ankylosing Spondylitis in Clinical Practice.
London: Springer-Verlag. p. 9. ISBN 978-0-85729-179-0. Retrieved October 10, 2012.
[20] Abbott, S.L. (2007). Klebsiella, Enterobacter, Citrobacter, Serratia, Plesiomonas and Other
Enterobacteriaceae. In P.R Murray, E.j. Baron, J.H. Jorgensen, M.L. Landry & M.A. Pfaller
(Eds), Manual of Clinical Microbiology (9 th ed., pp.698-711). Washington, USA: ASM
Press
92 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
[21] Perry, Alexandra; Lambert, Peter (2011). "Propionibacterium acnes: Infection beyond the
skin". Expert Review of Anti-infective Therapy. 9 (12): 1149–
56. PMID 22114965. doi:10.1586/eri.11.137
[22] Haidar R., Najjar M., Boghossian A.D., Tabbarah Z., "Propionibacterium acnes causing
delayed postoperative spine infection: Review." Scandinavian Journal of Infectious
Diseases. 42 (6-7) (pp 405-411), 2010
[23] Nisbet, M. Briggs, S. Ellis-Pegler, R. Thomas, M. Holland, D. "Propionibacterium acnes: an
under-appreciated cause of post-neurosurgical infection" Journal of Antimicrobial
Chemotherapy. 60(5). NOV 2007. 1097-1103.1103
[24] Emery, David C.; Shoemark, Deborah K. (2017). "16S rRNA Next Generation Sequencing
Analysis Shows Bacteria in Alzheimer’s Post-Mortem Brain". Frontiers in Aging
Neuroscience. 9: 195. doi:10.3389/fnagi.2017.00195
[25] Pramasanti, 2008. Perawatan Jerawat, Kesehatan 07 x.net, 19 Agustus 2009
[26] Jacobs DE, Brown MJ, Baeder A, et al. A systematic review of housing interventions and
health: introduction, methods, and summary findings. J Public Health Manag Pract
2010;16(Suppl 5):S5--S10.
[27] Merlin . 2012. Studi Kualitas Udara Mikrobiologisdengan Parameter Jamur pada Ruangan Pasien Rumah
Sakit(Studi Kasus: Ruang Rawat Inap Gedung A Rumah Sakit Umum Pusat Nasional
Dr.Ciptomangunkusumo Skripsi. Fakultas Teknik Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Indonesia
Depok.
[28] Info medion. 2015. Waspadai Aspergillosis yang Kian Marak. [Online] From
(http://info.medion.co.id) [Acessed on 30 April 2015].
[29] Wangge. G., 2013. The challengers of determing noninferiority margins: a case study of
noninferiority randomized controlled trials of novel oral anticoagulants. Artichel. Canadian
medical association journal.
[30] Hadioetomo, R. S.1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Taknik dan Prosedur dasar
Laboratorium. PT. Gramedia Pustaka Uta, Jakarta
[31] Person A. K.,1 S. M. Chudgar,2 B. L. Norton,1 B. C. Tong,3 and J. E. Stout1. Aspergillus
niger: an unusual cause of invasive pulmonary aspergillosis. Author information - Article
notes - Copyright and License information -. Journal of medical microbiology. The full
breadth of clinical microbiology
[32] Tendolkar, Uma, et al.”Trichosporon inkin and Trichosporon mucoides as unusual causes of
white piedra of scalp hair.” Indian Journal of Dermatology, Venereology and Leprology,
vol. 80, no. 4, 2014, p.324. Academi Onefile, Accesed 19 September 2017.
Top Related