PENGARUH PERTUMBUHAN, POSISI KAS, PROFITABILITAS, DAN
UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN PEMBAGIAN
DIVIDEN TUNAI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2004-2008
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
SETYO ANUNG DEWANTOKO
NIM. F1306609
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya, tujuan utama investor dalam menanamkan dananya
adalah untuk meningkatkan kesejahteraannya dengan memperoleh return dari
dana yang telah diinvestasikan. Investasi pada saham merupakan suatu
alternatif investasi yang cukup menarik karena investor dapat berspekulasi dan
berharap bahwa saham yang dimilikinya akan mendatangkan
keuntungan. Return yang dibayarkan kepada para pemegang saham adalah
dividen.
Dalam kaitannya dengan pembagian dividen, keputusan mengenai
apakah laba akan dibagikan kepada pemegang saham atau ditahan untuk
pembiayaan investasi di masa depan disebut dengan kebijakan dividen.
Beberapa ahli telah mencoba untuk mendefinisikan makna dari kebijakan
dividen. Menurut Rosdini (2009) kebijakan dividen adalah kebijakan yang
berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa
penentuan besarnya dividen yang akan dibagikan dan besarnya saldo laba
yang ditahan untuk kepentingan perusahaan. Sedangkan menurut Dhailami
(2006) kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam
bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan
2
investasi di masa yang akan datang. Selanjutnya Hidayati (2006)
mendefinisikan kebijakan dividen sebagai suatu keputusan untuk menentukan
berapa besar bagian dari laba perusahaan akan dibagikan kepada para
pemegang saham dan akan diinvestasikan kembali atau ditahan di dalam
perusahaan.
Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang sangat penting, sebab
akan melibatkan dua pihak yaitu pemegang saham dan manajemen perusahaan
yang dapat mempunyai kepentingan yang berbeda. Berbagai konflik
kepentingan dalam perusahaan seperti konflik kepentingan antara manajer
dengan pemegang saham tersebut disebabkan karena di satu pihak,
manajemen perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi
perusahaan tersebut, namun di pihak lain para pemegang saham ingin
memperoleh return dari dana yang telah mereka investasikan tersebut. Kedua
hal tersebut sangat bertentangan sehingga sulit untuk dilakukan kedua-duanya
dalam waktu yang bersamaan. Sebab semakin tinggi tingkat dividen yang
dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang dapat ditahan, dan sebagai
akibatnya adalah dapat menghambat tingkat pertumbuhan. Apabila perusahaan
ingin menahan sebagian besar dari pendapatannya, berarti bagian untuk
pembayaran diviven adalah semakin kecil. Untuk menjaga kedua kepentingan
itu, manajer keuangan harus menempuh kebijakan dividen yang optimal yaitu
dengan menciptakan keseimbangan di antara pembayaran dividen saat ini dan
pertumbuhan di masa mendatang.
3
Dalam hal pembayaran dividen Hidayati (2006) mengatakan bahwa
pembayaran dividen dalam bentuk tunai atau kas lebih banyak diinginkan
investor daripada dalam bentuk lain, karena pembayaran dividen tunai
membantu mengurangi ketidakpastian dalam melaksanakan aktivitas
investasinya pada suatu perusahaan. Demikian pula, stabilitas dividen yang
dibayarkan juga akan mengurangi ketidakpastian dari profitabilitas
perusahaan, sehingga stabilitas dividen juga merupakan faktor penting yang
harus dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan.
Menurut Hidayati (2006) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kebijakan dividen dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Profitabilitas
Daya tarik utama bagi pemegang saham dan para calon investor
dalam suatu perusahaan adalah profitabilitas. Dalam konteks ini
profitabilitas berarti hasil yang diperoleh melalui usaha manajemen
terhadap dana yang diinvestasikan pemilik dan investor. Semakin besar
tingkat laba atau profitabilitas yang diperoleh perusahaan akan
mengakibatkan semakin besar dividen yang akan dibagikan dan
sebaliknya.
2. Likuiditas
Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka pendek. Rasio likuiditas dapat diukur dengan
cash ratio dan current ratio. Perusahaan dalam membayar dividen
memerlukan aliran kas keluar, sehingga harus tersedia likuiditas yang
4
cukup. Semakin tinggi likuiditas yang dimiliki, perusahaan semakin
mampu membayar dividen.
3. Investasi
Tujuan kegiatan investasi adalah untuk memperoleh penghasilan
atau return dari investasi. Penghasilan tersebut dapat berupa penerimaan
kas dan atau kenaikan investasi. Perusahaan dengan perkembangan cepat
membutuhkan lebih besar dana untuk pelaksanaan investasi. Kebutuhan
dana pertama kali dipenuhi oleh internal equity, karena banyak dana yang
dialokasikan untuk retained earning maka menyebabkan dana untuk
membayar dividen semakin berkurang.
4. Pembiayaan
Pembiayaan ini terutama dana yang diperoleh dari utang jangka
panjang ditambah dengan utang jangka pendek, yang diukur dengan rasio
leverage. Semakin tinggi tingkat hutang semakin banyak dana yang
tersedia untuk membayar dividen yang lebih tinggi karena akan
memberikan sinyal positif dan menyebabkan nilai perusahaan naik.
Penelitian mengenai kebijakan dividen ini telah banyak diteliti oleh
peneliti-peneliti terdahulu. Beberapa peneliti terdahulu yang melakukan
penelitian mengenai kebijakan dividen antara lain adalah sebagai berikut.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2006) dengan judul “Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividen Kas di Bursa Efek Jakarta.”
Variabel dependen pada penelitian ini adalah dividen kas dengan rasio
total dividen kas dengan jumlah lembar saham sebagai proksinya. Variabel
5
independen pada penelitian ini adalah return on investment, cash ratio,
current ratio, debt to total asset, earning per share, dan firm size. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa kemampuan keenam variabel tersebut
(return on investment, cash ratio, current ratio, debt to total asset, earning
per share, dan firm size) secara bersama-sama signifikan berpengaruh
positif terhadap dividen kas sebesar 72,9% sedangkan sisanya sebesar
27,1% dipengaruhi faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam model
analisis regresi. Secara parsial hanya variabel current ratio dan earning
per share yang berpengaruh positif terhadap dividen kas di BEJ,
sedangkan variabel return on investment, cash ratio, debt to total asset,
dan firm size tidak berpengaruh terhadap dividen kas di BEJ.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Hakim (2007) dengan judul “Analisis
Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Rasio Pembayaran Dividen
Pada Perusahaan Manufaktur yang Membagikan Dividen Dan Terdaftar di
BEJ Tahun 2003-2005.” Variabel dependen pada penelitian ini adalah
dividend payout ratio. Variabel independen pada penelitian ini adalah cash
position, profitability, firm size, dan debt to equity ratio. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa variabel cash posisition, profitability, firm size dan
debt to equity ratio secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
variabel dividend payout ratio. Secara parsial variabel cash posisition dan
profitability berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dividend
payout ratio. Sedangkan variabel firm size dan debt to equity ratio tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dividend payout ratio. Secara
6
bersama-sama variabel cash posisition, profitability, firm size dan debt to
equity ratio memberikan sumbangan 21,8% dalam menjelaskan dividend
payout ratio, sedangkan sisanya sebesar 78,2% dijelaskan oleh faktor-
faktor lain diluar model. Dari hasil tersebut maka manajemen dapat
memperhatikan faktor cash posisition, profitability, firm size dan debt to
equity ratio sebagai prediksi untuk menentukan kebijakan dividen.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Rosdini (2009) dengan judul “Pengaruh
Free Cash Flow Terhadap Dividend Payout Ratio.” Penelitian ini
menganalisis pengaruh Free Cash Flow terhadap dividend payout ratio,
dimana free cash flow diukur dengan mengurangi cash flow from
operations dengan net capital expenditure ditambah changes in working
capital. Unit analisis penelitian ini adalah perusahaan manufaktur tertentu
pada tahun 2000-2002 yang sesuai dengan kriteria penelitian. Analisis
regresi dilakukan untuk meneliti pengaruh free cash flow terhadap
dividend payout ratio. Berdasarkan uji t untuk meneliti signifikansi
diperoleh hasil bahwa free cash flow berpengaruh terhadap dividend
payout ratio. Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa free
cash flow dapat dijadikan salah satu indikator dalam penetapan kebijakan
dividen dalam suatu perusahaan
Berdasarkan ulasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang kebijakan dividen. Penelitian ini berbeda dengan penelitian
sebelumnya yang membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
7
kebijakan dividen. Berikut ini adalah letak perbedaaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya.
1. Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2004-2008 dan membagikan
dividen tunai secara berturut-turut dari periode tahun 2004-2008.
2. Penelitian ini membahas lebih spesifik mengenai kebijakan dividen tunai
sama seperti penelitian yang dilakukan Hidayati (2006), perbedaan terletak
proksi yang digunakan untuk mengukur dividen tunai. Hidayati (2006)
menggunakan dividen tunai per lembar saham sebagai proksi dari dividen
tunai sedangkan pada penelitian ini menggunakan rasio total dividen tunai
yang dibagikan dengan net income.
3. Pada penelitian ini menggunakan rasio net income terhadap total aktiva
sebagai proksi dari profitabilitas. Hal ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hakim (2007), yang menggunakan Return On Investment
(ROI) sebagai proksi dari profitabilitas.
4. Mengenai pertumbuhan perusahaan, pada penelitian ini diukur
menggunakan rasio penambahan total aktiva dengan total aktiva tahun
sebelumnya. Sedangkan pada penelitian Kusuma (2006) proksinya adalah
rasio nilai pasar aktiva terhadap nilai buku.
Dari latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Pertumbuhan, Posisi Kas,
Profitabilitas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Pembagian
8
Dividen Tunai (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2008).”
B. Rumusan Masalah
Kebijakan dividen merupakan masalah yang kompleks dalam organisasi.
Manajemen perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi
perusahaan, namun di lain pihak investor ingin memperoleh return dari dana yang
telah mereka investasikan tersebut. Kedua hal tersebut sangat bertentangan
sehingga sulit untuk dilakukan kedua-duanya dalam waktu yang bersamaan.
Sebab semakin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, berarti semakin sedikit
laba yang dapat ditahan, dan sebagai akibatnya adalah dapat menghambat tingkat
pertumbuhan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan pembagian dividen
tunai pada penelitian ini adalah pertumbuhan, posisi kas, profitabilitas, dan ukuran
perusahaan. Berdasarkan penjelasan di atas maka rumusan masalah pada
penelitian ini dinyatakan dalam pernyataan berikut:
1. Apakah pertumbuhan, posisi kas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan
secara parsial berpengaruh terhadap kebijakan pembagian dividen tunai
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun
2004-2008?
2. Apakah pertumbuhan, posisi kas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan
secara simultan berpengaruh terhadap kebijakan pembagian dividen tunai
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun
2004-2008?
9
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui atau mendapatkan bukti empiris apakah pertumbuhan, posisi kas,
profitabilitas, dan ukuran perusahaan memperngaruhi kebijakan pembagian
dividen tunai pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2004-2008.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diambil dengan adanya penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagi manajemen perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi manajemen
perusahaan untuk dijadikan bahan pertimbangan dan membantu dalam
pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan pembagian dividen
tunai yang optimal sehingga menciptakan keseimbangan antara
pembayaran dividen tunai saat ini dan pertumbuhan perusahaan di masa
mendatang.
2. Bagi investor dan calon investor
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi investor untuk
dijadikan bahan untuk mengevaluasi keputusan investasinya dan bagi
calon investor untuk dijadikan bahan pertimbangan untuk menentukan
investasinya agar mendapatkan return sesuai dengan yang diharapkan.
10
3. Bagi peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti baik dalam hal
penelitian maupun obyek penelitian yang dalam hal ini adalah memperoleh
bukti adanya pengaruh pertumbuhan, posisi kas, profitabilitas, dan ukuran
perusahaan baik secara parsial maupun simultan terhadap kebijakan
pembagian dividen tunai.
4. Bagi pihak lain
Memperkaya penelitian-penelitian tentang kebijakan dividen yang
telah ada dan dapat dijadikan literatur untuk penelitian-penelitian
berikutnya.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang
lebih jelas dan sistematis agar mempermudah bagi pembaca dalam memahami
penelitian ini. Dari masing-masing bab, secara garis besar dapat diuraikan
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi tentang pembahasan
latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Bab ini berisi teori-teori yang melandasi penelitian. Teori-teori
yang dibahas antara lain adalah mengenai dividen dan konsep-
11
konsep yang berhubungan dengan kebijakan dividen. Selain itu,
pada bab ini juga akan menjabarkan kerangka pikir penelitian
dan pengembangan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini membahas tentang populasi dan sampel penelitian,
sumber data dan metode pengumpulan data, variabel penelitian,
dan metoda analisis data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang analisis data, yang merupakan analisis
penelitian yang membahas hasil pengumpulan data, pengolahan
data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam rangka
menyusun kesimpulan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan
penelitian dan saran-saran untuk penelitian mendatang.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Dividen
1. Definisi Dividen
Ikatan Akuntansi Indonesia (2002) dalam PSAK No. 23,
merumuskan dividen sebagai distribusi laba kepada pemegang saham
sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu. Menurut kamus
Bank Indonesia (www.bi.go.id) dividen merupakan bagian dari laba bersih
sesuai dengan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang ditetapkan
untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan atas
kepemilikan saham. Selanjutnya Hidayati (2006) mengartikan dividen
sebagai distribusi yang bisa berbentuk kas, aktiva lain, surat atau bukti lain
yang menyatakan utang perusahaan, dan saham kepada pemegang saham
suatu perusahaan sebagai proporsi dari jumlah saham yang dimiliki oleh
pemilik. Dividen tunai (cash dividend) adalah dividen yang dibagikan
dalam bentuk uang tunai.
2. Proses Pembagian Dividen
Pada dasarnya proses pembagian dividen dibagi menjadi empat
tahap (Christian, 2004) sebagi berikut:
a. Tanggal deklarasi
Tanggal dimana direksi perusahaan mengeluarkan pernyataan
berisi pengumuman pembagian dividen.
b. Tanggal pencatatan
Tanggal atau waktu dimana perusahaan menutup buku
pencatatan pemindahtanganan saham dan membuat daftar pemegang
saham per tanggal tersebut. Apabila seorang investor melaporkan
kepemilikan saham dan tercatat sebagai pemilik pada tanggal ini, maka
pemegang saham tersebut berhak menerima dividen.
c. Tanggal pemisahan dividen
Tanggal pada saat dividen dipisahkan dari saham. Maksudnya
di sini adalah penentuan siapa yang akan menerima dividen yang
berkaitan dengan pengalihan hak, supaya tidak terjadi perselisihan.
d. Tanggal pembayaran
Tanggal realisasi pembayaran dividen, perusahaan akan
melaksanakan pengiriman cek kepada pemegang saham yang tercatat
sebagai pemegang saham.
B. Kebijakan Dividen
1. Pengertian Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang
menciptakan keseimbangan di antara dividen saat ini dan pertumbuhan di
masa mendatang sehingga dapat memaksimumkan harga saham
perusahaan. Manajemen mempunyai dua alternatif perlakuan terhadap laba
yang diperoleh perusahaan, yang pertama adalah dibagikan kepada para
pemegang saham dalam bentuk dividen, dan yang kedua adalah
diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan. Pembuatan
keputusan mengenai perlakuan terhadap laba perusahaan ini disebut
dengan kebijakan dividen. Menurut Rosdini (2009), kebijakan dividen
merupakan penggunaan laba bersih setelah pajak yang akan dibagikan
kepada para pemegang saham dan berapa besar bagian laba bersih yang
akan digunakan untuk membiayai investasi perusahaan.
2. Macam-Macam Kebijakan Dividen
Berikut ini adalah macam-macam kebijakan dividen menurut
Horne (1986) dalam Hidayati (2006).
a. Kebijakan dividen yang stabil
Artinya jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan
setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun
laba per lembar saham setiap tahunnya berfluktuasi.
b. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal
ditambah dividen ekstra
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per
lembar saham setiap tahunnya, dan jika terjadi peningkatan laba secara
drastis atau keadaan keuangan yang lebih baik maka jumlah tersebut
ditambah lagi dengan dividen ekstra.
c. Kebijakan dividen yang konstan
Berarti jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan
setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan laba
bersih yang diperoleh setiap tahunnya.
d. Kebijakan dividen yang fleksibel
Kebijakan dividen yang fleksibel berarti besarnya dividen per
lembar saham setiap tahunnya disesuaikan dengan posisi keuangan dan
kebijakan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.
3. Teori-Teori Kebijakan Dividen
Ada beberapa teori yang digunakan sebagai landasan dalam
menentukan kebijakan dividen untuk perusahaan, sehingga dapat dijadikan
pemahaman mengapa suatu perusahaan mengambil kebijakan dividen
tertentu. Berikut ini adalah pemaparan mengenai beberapa teori tentang
kebijakan dividen yang digunakan pada penelitian ini, antara lain:
a. Pecking order theory
Pecking order theory merupakan salah satu teori yang
melandasi pembiayaan perusahaan. Menurut Myers (1984) dalam
Kusuma (2006), adanya kecenderungan suatu perusahaan untuk
memilih sumber pendanaan yang berdasarkan pada pecking order
theory. Myers berpendapat bahwa keputusan pendanaan berdasar
pecking order theory mengikuti urutan pendanaan sebagai berikut: (1)
kebijakan dividen bersifat konstan, (2) lebih baik dana internal
dibandingkan eksternal, dan (3) bila menggunakan dana eksternal
maka memilih urutan surat berharga dari risk free debt, risky debt,
convertible security, saham preferen, common stock. Teori ini
berasumsi bahwa perusahaan yang profitable memiliki dorongan untuk
membayar dividen relatif rendah dalam rangka memiliki dana internal
lebih banyak untuk membiayai proyek-proyek investasinya. Jadi pada
perusahaan yang bertumbuh, peningkatan dividen dapat menjadi berita
buruk karena diduga perusahaan telah mengurangi rencana
investasinya.
b. Residual theory
Teori ini menyatakan bahwa dividen yang dibayarkan
merupakan sisa dari laba perusahaan setelah dikurangkan dengan yang
dibayarkan untuk membiayai perencanaan modal perusahaan (Weston
dan Brigham 1983, dalam Rosdini 2009). Artinya, perusahaan
membayarkan dividen hanya jika terdapat kelebihan dana atas laba
perusahaan yang digunakan untuk membiayai proyek yang telah
direncanakan. Jadi ketika pendapatan perusahaan yang dihasilkan
tinggi dan kebutuhan dana investasi untuk proyek yang dijalankan
rendah, maka dividen yang dibagikan bisa jadi besar. Sebaliknya,
ketika pendapatan rendah dan banyak proyek yang akan dikerjakan
menunggu untuk diberi dana, bisa jadi tidak ada pembagian dividen.
C. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pemikiran pada penelitian ini secara skematis tampak seperti
gambar berikut ini.
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Ukuran Perusahaan
Profitabilitas
Pertumbuhan
Posisi Kas Dividen
Tunai
D. Pengembangan Hipotesis
1. Hubungan Pertumbuhan dan Dividen Tunai
Menurut Myers (1984) dalam Kusuma (2006) mengatakan bahwa
adanya kecenderungan suatu perusahaan untuk memilih sumber pendanaan
yang berdasarkan pada pecking order theory. Artinya bahwa pemilihan
sumber dana untuk investasi pada perusahaan bertumbuh lebih
mengutamakan menggunakan dana internal daripada eksternal.
Selanjutnya Weston dan Brigham (1983) dalam Rosdini (2009)
menyatakan bahwa dividen yang dibayarkan merupakan sisa dari laba
perusahaan setelah dikurangkan dengan yang dibayarkan untuk membiayai
perencanaan modal perusahaan (residual theory).
Hasil penelitian Smith dan Watts (1992) serta Gaver dan Gaver
(1993) menemukan bahwa perusahaan high growth mempunyai dividen
yang rendah. Perusahaan high growth mempunyai kesempatan investasi
yang lebih tinggi dari low growth sehingga memerlukan dana yang cukup
besar untuk investasi (Mahadwartha, 2002). Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan, semakin besar
kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan tersebut. Dalam
kebijakan dividen, apabila perusahaan mengurangi dividen yang akan
dibayarkan maka keuntungan yang didapat akan digunakan untuk
perluasan usaha, sehingga terjadi pertumbuhan perusahaan. Untuk itu
hipotesis ke satu penelitian ini adalah sebagai berikut.
H1 : Pertumbuhan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
pembagian dividen tunai.
2. Hubungan Posisi kas dan Dividen Tunai
Perusahaan yang memiliki posisi kas yang semakin kuat akan
semakin besar kemampuannya untuk membayar deviden. Nupikso (2002)
mengatakan bahwa posisi kas dari suatu perusahaan merupakan faktor
yang penting dan harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan
untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibagikan kepada
pemegang saham. Oleh karena pembayaran dividen merupakan arus kas
keluar, maka makin kuat posisi kas perusahaan, berarti makin besar
kemampuan perusahaan membayar dividen. Untuk itu hipotesis ke dua
penelitian ini adalah sebagai berikut.
H2 : Posisi kas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan pembagian
dividen tunai.
3. Hubungan Profitabilitas dan Dividen Tunai
Faktor profitabilitas juga berpengaruh terhadap kebijakan deviden
karena deviden adalah sebagian dari laba bersih yang diperoleh
perusahaan, oleh karena itu dividen akan dibagikan apabila perusahaan
memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada
pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi
kewajiban-kewajibannya (residual theory). Hasil penelitian Hakim (2007)
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari profitabilitas
terhadap dividend payout ratio. Perusahaan yang semakin besar
keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar
sebagai deviden. Untuk itu hipotesis ke tiga penelitian ini adalah sebagai
berikut.
H3 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
pembagian dividen tunai.
4. Hubungan Ukuran Perusahaan dan Dividen Tunai
Menurut Hidayati (2006), perusahaan besar akan mampu
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan dapat mengakses ke pasar
modal dengan lebih mudah jika dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Perusahaan yang dapat dengan mudah mengakses ke pasar modal maka
perusahaan tersebut akan mampu mendapatkan dana dalam waktu yang
relatif cepat. Oleh karena itu, perusahaan dengan ukuran yang lebih besar
diperkirakan akan memiliki kemampuan untuk menghasilkan earning yang
lebih besar, sehingga akan mampu membayar dividen yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Selanjutnya, dari penelitian yang
dilakukan oleh Lloyd, Jahera, dan Page (1985) dan Vogt (1994) dalam
Hatta (2002), mengindikasikan bahwa besarnya perusahaan memainkan
peranan dalam menjelaskan rasio pembayaran deviden dalam perusahaan.
Mereka menemukan bahwa perusahaan yang besar cenderung untuk lebih
mature dan mempunyai akses yang lebih mudah dalam pasar modal,
dimana hal tersebut akan mengurangi ketergantungan mereka pada
pendanaan internal, sehingga perusahaan akan memberikan rasio
pembayaran dividen yang tinggi. Untuk itu hipotesis ke empat penelitian
ini adalah sebagai berikut.
H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
pembagian dividen tunai.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua
perusahaan dalam industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2004-2008. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang telah menyampaikan
laporan keuangan per 31 desember secara rutin selama lima tahun
berturut-turut, yaitu 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008 (laporan keuangan
per 31 Desember merupakan laporan yang telah diaudit sehingga laporan
keuangan tersebut dapat dipercaya).
2. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang secara konsisten
membagikan dividen kas selama lima tahun berturut-turut, yaitu tahun
2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008.
3. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang menyampaikan datanya
secara lengkap sesuai dengan informasi yang diperlukan.
23
B. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode
dokumentasi yaitu cara pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-
dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini. Data atau dokumen yang
digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu laporan keuangan
perusahaan manufaktur yang diperoleh dari Indonesian Capital Market
Directory (ICMD) dan Indonesia Stock Exchange (ISX) melalui internet.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah
dividen tunai. Keputusan mengenai apakah laba akan dibagikan kepada
pemegang saham atau ditahan untuk pembiayaan investasi di masa depan
disebut dengan kebijakan dividen. Sedangkan dividen tunai adalah dividen
yang dibayarkan secara tunai oleh perusahaan kepada setiap pemegang
saham. Rasio total dividen tunai yang dibagikan dengan net income adalah
proksi yang digunakan untuk mengukur dividen tunai. Dengan demikian
dividen tunai dapat dirumuskan sebagai berikut ini.
Dividen Tunai (DT) =
Total Dividen Tunai
Net Income
24
2. Variabel Independen
Pada penelitian ini menggunakan empat variabel independen.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai pengukuran masing-masing
variabel independen.
a. Pertumbuhan
Pada penelitian ini pertumbuhan diukur dengan rasio
penambahan total aktiva dengan total aktiva tahun sebelumnya.
Dengan demikian pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai berikut ini.
Dimana:
TAt = total aktiva tahun ke t
TAt-1 = total aktiva tahun ke t-1
b. Posisi Kas
Posisi kas merupakan rasio jumlah kas dan setara kas pada
akhir tahun dengan net income. Dengan demikian posisi kas dapat
dirumuskan sebagai berikut ini.
c. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan selama periode tertentu. Pada penelitian ini
Pertumbuhan (PT) = TAt – TAt-1
TAt-1
Posisi Kas (PK) = Kas dan Setara Kas Akhir Tahun
Net Income
25
profitabilitas diukur dengan Return On Asset (ROA). ROA adalah
rasio net income terhadap total aktiva. Dengan demikian profitabilitas
dapat dirumuskan sebagai berikut ini.
d. Ukuran Perusahaan
Pada penelitian ini, ukuran perusahaan diukur dengan Log
natural (Ln) dari jumlah atau total aktiva (TA) yang dimiliki oleh
perusahaan. Dengan demikian ukuran perusahaan dapat dirumuskan
sebagai berikut ini.
D. Metode Analisis Data
1. Analisis Regresi Linier
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara satu variabel
dependen dengan beberapa variabel independen. Berikut ini adalah
persamaan matematis untuk regresi linier berganda yang digunakan.
DT = a + b1 PT + b2 PK + b3 PR + b4 UP + e.
Dimana:
DT = Dividen Tunai, merupakan rasio antara total deviden tunai
dengan net income.
Profitabilitas (PR) = Net Income
Total Aktiva
Ukuran Perusahaan (UP) = Ln TA
26
PT = Pertumbuhan, merupakan rasio antara penambahan total
aktiva dengan total aktiva tahun sebelumnya.
PK = Posisi Kas, merupakan rasio antara kas dan setara kas akhir
tahun dengan net income.
PR = Profitabilitas, merupakan rasio antara net income dengan
total aktiva.
UP = Ukuran Perusahaan, merupakan log natural dari total aktiva
a = Konstanta.
b1, b2,
b3, dan b4 = Koefisien regresi dari setiap variable independent.
e = Faktor error.
Sebelum melakukan analisis regresi linier berganda, terlebih
dahulu dilakukan beberapa pengujian terkait dengan data yang dapat
diuraikan sebagai berikut ini.
a. Pengujian Normalitas
Menurut Ghozali (2007) uji normalitas data dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui apakah sampel data yang diambil telah
memenuhi kriteria sebaran atau distribusi normal. Walaupun
normalitas suatu variabel tidak selalu diperlukan dalam analisis akan
tetapi hasil uji statistik akan lebih baik jika semua variabel
berdistribusi normal. Untuk mendeteksi normalitas data dapat
menggunakan one-sample kolmogorov-smirnov test. Dengan uji ini
dapat diketahui apakah distribusi nilai-nilai sampel yang teramati
27
terdistribusi normal. Kriteria pengujian dengan dua arah (two tailed
test) yaitu dengan membandingkan probabilitas dengan tingkat
signifikansi 0,05. Dasar pengambilan keputusan pada pengujian ini
adalah sebagai berikut:
Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 maka data terdistribusi
normal.
Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka data tersebut tidak
terdistribusi normal.
b. Pengujian Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah analisis
regresi yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini
terbebas dari penyimpangan asumsi dasar yang merupakan problema
regresi. Uji asumsi klasik pada penelitian ini dijabarkan sebagai
berikut:
1) Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas berarti variasi variabel tidak sama untuk
semua pengamatan. Pada heteroskedastisitas, kesalahan yang
terjadi tidak acak tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis
sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel independen (Hasan,
2002). Menurut Pratisto (2009), uji heteroskedastisitas bertujuan
menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan
variasi dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Deteksi
terjadi atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan cara
28
melakukan pengamatan pada scatterplot chart, dengan dasar
pemikiran sebagi berikut:
Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
Jika tak ada pola yang jelas maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
2) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode pengamatan dengan kesalahan pada
periode sebelumnya. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada
problem autokorelasi (Pratisto, 2009). Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Pengujian ini
dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW), dengan
membandingkan nilai DW hitung dengan nilai DW tabel (dU dan
dL). Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Jika DW > dU (batas atas), maka tidak terjadi autokorelasi
Jika DW < dL (batas bawah), maka terjadi autokorelasi
Jika batas bawah dL < DW > dU, maka tidak dapat diketahui
terjadi autokorelasi atau tidak (ragu-ragu)
29
3) Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah keadaan dimana variabel-variabel
independen dalam suatu persamaan regresi mempunyai korelasi
(hubungan) yang erat satu sama lain (Pratisto, 2009). Pengujian ini
dilakukan untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan
korelasi antar variabel-variabel independen. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel-variabel
independen. Cara mendeteksi multikolinieritas adalah dengan
melihat Tolerance Value dan Variance Inflation Factor (VIF).
Sebuah model regresi akan terbebas dari multikolinieritas apabila
mempunyai nilai VIF disekitar 1 dengan batas atas VIF adalah 10,0
dan nilai tolerance mendekati 1.
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen dengan tingkat signifikansi yang
masih bisa ditoleransi. Tingkat signifikansi yang masih bisa ditoleransi
pada penelitian ini ditetapkan sebesar 5% (α = 0,05). Pengujian ini
dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 16.00. Pengujian hipotesis
yang dilakukan pada penelitian ini dijabarkan sebagai berikut.
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian ini dilakukan
30
dengan membandingkan tingkat signifikasi (α = 5%) terhadap tingkat
signifikansi aktual (p-value). Dasar pengambilan keputusan pada
pengujian ini adalah sebagai berikut:
Jika p-value > α, maka Ho diterima sedangkan Ha ditolak. Hal
tersebut berarti bahwa variabel independen secara individu tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Jika p-value < α, maka Ho ditolak sedangkan Ha diterima. Hal
tersebut berarti bahwa variabel independen secara individu
berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama/simultan terhadap variabel dependen.
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan tingkat signifikasi (α
= 5%) terhadap tingkat signifikansi aktual (p-value). Dasar
pengambilan keputusan pada pengujian ini adalah sebagai berikut:
Jika p-value > α, maka variabel-variabel independen secara
simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Jika p-value < α, maka variabel-variabel independen secara
simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
c. Koefisien Determinasi (R square)
Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan
seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel
31
dependennya. Menurut Suyatno (2009) nilai koefisien determinasi
menerangkan proporsi dari variabel dependen yang bisa dijelaskan
oleh variabel-variabel independen yang dimasukkan dalam model
regresi. Koefisien determinasi dapat diketahui dari nilai R square atau
adjusted R square jika jumlah variabel independen lebih dari dua
variabel. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi
adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang di masukkan ke
dalam model regresi. Setiap tambahan satu variabel independen, maka
R square pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sehingga dalam
penelitian ini digunakan adjusted R square untuk menilai model
regresi, karena nilai adjusted R square dapat naik atau turun apabila
satu variabel independen ditambahkan ke dalam model regresi.
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Perusahaan Sampel
Perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini dipilih sesuai
dengan kriteria-kriteria sampel yang telah dijabarkan pada bab
sebelumnya. Berdasarkan kriteria-kriteria sampel penelitian, maka
perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini dapat dilihat pada lampiran
1.
2. Pengukuran Variabel
Setelah didapatkan perusahaan yang menjadi sampel, selanjutnya
dilakukan pencarian data-data yang dibutuhkan untuk mengukur variabel
penelitian. Setelah didapatkan data-data yang diperlukan dari perusahaan
sampel, maka dilakukan perhitungan untuk mengukur variabel penelitian.
Variabel penelitian diukur berdasarkan rasio-rasio yang telah dijabarkan
pada bab sebelumnya.
33
3. Pengujian Normalitas
Dalam penelitian ini digunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk
mengetahui apakah nilai sampel yang teramati sesuai dengan distribusi
tertentu. Untuk itu kriteria yang harus dipenuhi adalah jika Asymp. Sig. (2-
tailed) lebih besar dari nilai alpha 5 % maka data terdistribusi normal.
Pengujian normalitas dengan bantuan program SPSS memberikan hasil
berupa data yang ditunjukkan pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas I
Variabel Asymp. Sig. (2-tailed) Keterangan
Dividen Tunai Pertumbuhan Posisi Kas Profitabilitas Ukuran Perusahaan
0,000 0,000 0,000 0,001 0,431
Tidak Berdistribusi Normal Tidak Berdistribusi Normal Tidak Berdistribusi Normal Tidak Berdistribusi Normal
Berdistribusi Normal
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, variabel ukuran perusahaan yang
mempunyai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05. Selanjutnya variabel dividen
tunai, pertumbuhan, posisi kas, dan profitabilitas mempunyai Asymp. Sig.
(2-tailed) < 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa data dari variabel
ukuran perusahaan berdistribusi normal, sedangkan data dari variabel
dividen tunai, pertumbuhan, posisi kas, dan profitabilitas tidak
berdistribusi normal.
34
Dari uji normalitas yang telah dilakukan di atas diketahui bahwa
variabel kesulitan keuangan dan ukuran perusahaan berdistribusi normal,
sedangkan variabel dividen tunai, pertumbuhan, posisi kas, dan
profitabilitas tidak berdistribusi normal. Agar dapat memenuhi syarat
normalitas untuk dilakukan uji parametri maka persamaan regresi
ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma. Hasil uji normalitas setelah
dilakukan transformasi data dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas II
Variabel Asymp. Sig. (2-tailed) Keterangan
Dividen Tunai Pertumbuhan Posisi Kas Profitabilitas Ukuran Perusahaan
0,282 0,097 0,149 0,091 0,595
Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal
Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa kelima variabel mempunyai Asymp.
Sig. (2-tailed) > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelima
variabel mempunyai distribusi normal.
35
4. Pengujian Asumsi Klasik
Hasil dari pengujian asumsi klasik pada penelitian ini dijabarkan
sebagai berikut:
a. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terdapat ketidaksamaan variasi dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas dalam penelitian ini diuji
dengan menggunakan garfik scatterplot. Hasil dari uji
heteroskedastisitas dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini.
Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas
36
Berdasarkan Gambar 4.3 dapat diamati bahwa titik-titik
tersebar di atas dan di bawah angka nol dan tidak membentuk pola
tertentu yang teratur, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas.
b. Uji Autokorelasi
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
pengamatan dengan kesalahan pada periode sebelumnya (Pratisto,
2009). Untuk mendeteksi adanya gejala autokorelasi dapat dilakukan
dengan uji Durbin-Watson. Hasil dari uji autokorelasi dapat dilihat
pada Tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi
Durbin-Watson N K dL dU Keterangan
1,879 129 5 1,557 1,693 Tidak ada autokorelasi Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.4 yang menunjukkan bahwa nilai Uji
Durbin-Watson sebesar 1,879 berada di daerah tidak ada autokorelasi
(DW > dU). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada
persamaan regresi tersebut tidak terdapat autokorelasi.
37
c. Uji Multikolinearitas
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pada model
regresi ditemukan korelasi antar variabel-variabel independen. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel-
variabel independen. Cara mendeteksi multikolinieritas adalah dengan
melihat Tolerance Value dan Variance Inflation Factor (VIF). Sebuah
model regresi akan bebas dari multikolinieritas apabila ditandai nilai
VIF disekitar 1 dengan batas atas 10 dan mempunyai angka tolerance
mendekati 1 dan tidak lebih dari 1. Hasil dari pengujian
multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Independen Tolerance VIF
Pertumbuhan Posisi Kas Profitabilitas Ukuran Perusahaan
0,986 0,637 0,628 0,992
1,014 1,571 1,591 1,008
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, dapat disimpulkan bahwa model
regresi terbebas dari multikolinieritas. Hal ini ditunjukan oleh nilai
tolerance semua variabel yang mendekati angka 1 dan nilai VIF semua
variabel berada disekitar angka 1 dan kurang dari 10.
38
5. Pengujian Hipotesis
Hasil dari pengujian hipotesis pada penelitian ini dapat di lihat
pada Tabel 4.6 dan dijabarkan sebagai berikut ini.
Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis
Variabel Independen t hitung t sig.
(p-value)
Pertumbuhan Posisi Kas Profitabilitas Ukuran Perusahaan
-2,395 1,114 1,322 3,036
0,018 0,268 0,189 0,003
F hitung F sig. (p-value) R squre Adjusted R squre
4,515 0,002 0,127 0,099
Variabel dependen : Dividen Tunai Sumber: Data sekunder yang diolah
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas maka pengaruh variabel-variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen diuraikan
sebagai berikut ini.
1) Pengaruh pertumbuhan terhadap dividen tunai
Nilai signifikansi aktual (p-value) pengaruh pertumbuhan
terhadap dividen tunai adalah sebesar 0,018. Berdasarkan nilai
signifikansi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
39
pengaruh yang signifikan dari pertumbuhan terhadap dividen kas.
Hal tersebut terjadi karena nilai signifikansi (0,018) lebih kecil dari
tingkat signifikansi yang digunakan (0,05). Dengan demikian
hipotesis ke satu (H1) yang menyatakan bahwa pertumbuhan
berpengaruh terhadap kebijakan pembagian dividen tunai, diterima.
2) Pengaruh posisi kas terhadap dividen tunai
Nilai signifikansi aktual (p-value) pengaruh posisi kas
terhadap dividen tunai adalah sebesar 0,268. Berdasarkan nilai
signifikansi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan dari posisi kas terhadap dividen kas. Hal
tersebut terjadi karena nilai signifikansi (0,268) lebih besar dari
tingkat signifikansi yang digunakan (0,05). Dengan demikian
hipotesis ke dua (H2) yang menyatakan bahwa posisi kas
berpengaruh terhadap kebijakan pembagian dividen tunai, ditolak.
3) Pengaruh profitabilitas terhadap dividen tunai
Nilai signifikansi aktual (p-value) pengaruh profitabilitas
terhadap dividen tunai adalah sebesar 0,189. Berdasarkan nilai
signifikansi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan dari posisi kas terhadap dividen kas. Hal
tersebut terjadi karena nilai signifikansi (0,189) lebih besar dari
tingkat signifikansi yang digunakan (0,05). Dengan demikian
hipotesis ke tiga (H3) yang menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh terhadap kebijakan pembagian dividen tunai, ditolak.
40
4) Pengaruh ukuran perusahaan terhadap dividen tunai
Nilai signifikansi aktual (p-value) pengaruh ukuran
perusahaan terhadap dividen tunai adalah sebesar 0,003.
Berdasarkan nilai signifikansi tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari pertumbuhan
terhadap dividen kas. Hal tersebut terjadi karena nilai signifikansi
(0,003) lebih kecil dari tingkat signifikansi yang digunakan (0,05).
Dengan demikian hipotesis ke empat (H4) yang menyatakan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan pembagian
dividen tunai, diterima.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas menunjukkan nilai signifikansi
aktual (p-value) sebesar 0,002. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pertumbuhan, posisi kas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan
secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kebijakan pembagian dividen tunai. Hal ini ditunjukkan dari nilai
signifikansi aktual (p-value) dalam penelitian ini yaitu sebesar 0,002
yang berarti angka ini jauh berada di bawah tingkat signifikansi yang
digunakan yaitu 0,05.
c. Koefisien Determinasi (R square)
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa kelima variabel
independen memberikan adjusted R squre sebesar 0,099. Hal ini
berarti bahwa 9,9% variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh
41
variasi kelima variabel independen yaitu pertumbuhan, posisi kas,
profitabilitas, dan ukuran perusahaan sedangan sisanya sebasar 90,1%
dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model yang di uji dalam
penelitian ini.
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas maka pembahasan atas hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Hipotesis 1
Weston dan Brigham (1983) dalam Rosdini (2009) menyatakan
bahwa dividen yang dibayarkan merupakan sisa dari laba perusahaan
setelah dikurangkan dengan yang dibayarkan untuk membiayai
perencanaan modal perusahaan (residual theory). Hasil uji hipotesis ke
satu pada penelitian ini mendukung pernyataan Weston dan Brigham di
atas. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t hitung variabel pertumbuhan -
2,395 dan signifikan pada α = 5% dengan p-value 0,018. Koefisien negatif
t hitung pada variabel pertumbuhan mengandung arti bahwa semakin
tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan maka akan semakin rendah dividen
tunai yang dibayarkan. Hasil uji hipotesis ke satu ini menunjukkan bahwa
hasil penelitian ini tidak sejalan dengan temuan dari penelitian terdahulu
yang dilakukan Nupikso (2002) dan Hatta (2002). Perbedaan ini terjadi
dikarenakan terdapat perbedaan dalam pengambilan objek (populasi dan
sampel) dan penggunaan proksi variabel penelitian.
42
2. Hipotesis 2
Berdasarkan hasil uji hipotesis, hipotesis ke dua ditolak. Meskipun
hipotesis ini ditolak karena p-value > 0,05, tetapi arah positif koefisien t
hitung sebesar 0,268 menggambarkan bahwa semakin kuat posisi kas
maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
Arah positif koefisien t hitung variabel posisi kas memang sejalan
konsisten dengan pernyataan dari Nupikso (2002) yang mengatakan bahwa
posisi kas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang penting dan harus
dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan
besarnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Oleh
karena pembayaran dividen merupakan arus kas keluar, maka makin kuat
posisi kas perusahaan, berarti makin besar kemampuan perusahaan
membayar dividen. Hasil uji hipotesis ke dua ini menunjukkan bahwa hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan temuan dari penelitian terdahulu yang
dilakukan Hakim (2007). Perbedaan ini terjadi dikarenakan terdapat
perbedaan dalam pengambilan objek (populasi dan sampel) dan
penggunaan proksi variabel penelitian.
3. Hipotesis 3
Weston dan Brigham (1983) dalam Rosdini (2009) menyatakan
bahwa dividen yang dibayarkan merupakan sisa dari laba perusahaan
setelah dikurangkan dengan yang dibayarkan untuk membiayai
perencanaan modal perusahaan (residual theory). Jadi semakin tinggi
tingkat profitabilitas perusahaan maka sisa laba yang dimiliki juga akan
43
semakin besar sehingga semakin besar pula dividen yang dibayarkan
kepada para pemegang saham.
Berdasarkan hasil uji hipotesis, hipotesis ke tiga ditolak. Meskipun
hipotesis ini ditolak karena p-value > 0,05, tetapi arah positif koefisien t
hitung sebesar 1,322 sejalan dengan residual theory yang menggambarkan
bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas maka semakin tinggi pula
dividen yang dibayarkan perusahaan kepada para pemegang saham. Hasil
uji hipotesis ke dua ini menunjukan bahwa tidak ada pengaruh yang
signifikan profitabilitas perusahaan terhadap kebijakan dividen tunai. Hal
ini mengandung arti bahwa tidak selamanya perusahaan yang mempunyai
tingkat profitabilitas tinggi akan membayarkan dividen yang tinggi pula.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan temuan dari penelitian terdahulu
yang dilakukan Nupikso (2002) dan Hakim (2007). Perbedaan ini terjadi
dikarenakan terdapat perbedaan dalam pengambilan objek (populasi dan
sampel) dan penggunaan proksi variabel penelitian.
4. Hipotesis 4
Menurut Hidayati (2006), perusahaan besar akan mampu
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan dapat mengakses ke pasar
modal dengan lebih mudah jika dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Perusahaan yang dapat dengan mudah mengakses ke pasar modal maka
perusahaan tersebut akan mampu mendapatkan dana dalam waktu yang
relatif cepat. Oleh karena itu, perusahaan dengan ukuran yang lebih besar
diperkirakan akan memiliki kemampuan untuk menghasilkan earning yang
44
lebih besar, sehingga akan mampu membayar dividen yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Hasil uji hipotesis ke empat pada penelitian ini mendukung
pernyataan Hidayati di atas. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien t
hitung variabel ukuran perusahaan 3,036 dan signifikan pada α = 5%
dengan p-value 0,003. Arah positif koefisien t hitung pada variabel
pertumbuhan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lloyd, Jahera,
dan Page (1985) dan Vogt (1994) dalam Hatta (2002), yang
mengindikasikan bahwa besarnya perusahaan memainkan peranan dalam
menjelaskan rasio pembayaran deviden dalam perusahaan. Mereka
menemukan bahwa perusahaan yang besar cenderung untuk lebih mature
dan mempunyai akses yang lebih mudah dalam pasar modal, dimana hal
tersebut akan mengurangi ketergantungan mereka pada pendanaan
internal, sehingga perusahaan akan memberikan rasio pembayaran dividen
yang tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hatta (2002)
tetapi tidak sejalan dengan temuan Hakim (2007). Perbedaan hasil
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terjadi dikarenakan terdapat
perbedaan dalam pengambilan objek (populasi dan sampel) dan
penggunaan proksi variabel penelitian.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
kebijakan pembagian dividen tunai yang dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
2004-2008. Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang dilakukan pada
bab sebalumnya maka dihasilkan kesimpulan sebagai berikut ini.
1. Pada pengujian secara parsial, variabel independen yang berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan pembagian dividen tunai pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2004-2008 adalah pertumbuhan
dan ukuran perusahaan. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai probabilitas
signifikansinya yang lebih kecil dari 5%, sehingga hipotesis 1 dan 4
diterima atau terbukti. Sedangkan posisi kas dan profitabilitas tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan pembagian dividen tunai pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2004-2008. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai probabilitas signifikansinya yang lebih besar dari
5%, sehingga hipotesis 2 dan 3 tidak terbukti atau ditolak.
2. Pertumbuhan, posisi kas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
pembagian dividen tunai pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2004-2008, karena nilai probabilitas signifikansinya yang lebih kecil
dari 5%. Selanjutnya adjusted R square yang merupakan koefisien
determinasi menunjukkan nilai sebesar 0,095. Angka tersebut menunjukkan
hanya 9,9% variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi keempat
variabel independen, sedangkan sisanya 90,1% dijelaskan oleh faktor-faktor
lain di luar model regresi yang diuji dalam penelitian ini.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang dapat dijadikan
perhatian oleh peneliti yang akan datang dan pihak yang berkepentingan.
Keterbatasan-keterbatasan yang ada pada penelitian ini adalah sebagai berikut
ini.
1. Populasi pada penelitian ini masih terbatas pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga tidak dapat untuk
menggeneralisasi seluruh perusahaan yang go public di Indonesia.
2. Kurang maksimalnya hasil penelitian yang disebabkan oleh variabel posisi
kas tidak dapat menggambarkan kondisi kas saat pengumuman pembagian
dividen tunai pada Rapat Umum Pemegang Saham. Hal ini dikarenakan
posisi kas hanya menggambarkan kekuatan kas per tanggal 31 Desember.
3. Penelitian ini hanya meneliti faktor internal perusahaan, sedangkan faktor
eksternal seperti peraturan pemerintah dan inflasi tidak tercakup dalam
penelitian ini, padahal faktor tersebut kemungkinan mempengaruhi hasil
penelitian apabila di masukkan ke dalam model penelitian.
C. Saran
Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan yang ada pada penelitian ini
maka penulis mencoba memberikan saran bagi penelitian mendatang. Saran-
saran bagi peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut ini.
1. Hendaknya memperluas populasi penelitian tidak hanya terbatas pada
perusahaan manufaktur saja sehingga dapat digunakan untuk melihat
kebijakan pembagian dividen tunai pada perusahaan-perusahaan yang go
public di Indonesia.
2. Untuk mengatasi kurang maksimalnya hasil penelitian, sebaiknya
penelitian selanjutnya mempertimbangkan penggunaan free cash flow
untuk menggambarkan pengaruh kondisi kas terhadap kebijakan dividen
tunai. Free cash flow dirasa lebih tepat karena menggambarkan kondisi
kas selama suatu periode.
3. Hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor ekternal perusahaan seperti
peraturan pemerintah dan inflasi untuk di masukkan ke dalam model
regresi penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Christian, I. 2004. “Reaksi Investor Atas Pengumuman Dividen Terhadap
Abnormal Return dan Volume Perdagangan Saham (Studi Kasus di Bursa Efek Jakarta Tahun 2003)”. Tesis S2. Universitas Widyatama, Bandung. Tidak Dipublikasikan.
Dhailami, A. F. 2006. “Pengaruh Insider Ownership dan Resiko Pasar Terhadap
Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2003”. Skripsi S1. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Tidak Dipublikasikan.
Ghozali, I. 2007. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang Hakim, F. R. 2007. “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Rasio
Pembayaran Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Membagikan Dividen dan Terdaftar di BEJ Tahun 2003-2005”. Skripsi S1. Universitas Negeri Semarang, Semarang. Tidak Dipublikasikan.
Hasan, M. I. 2002. “Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif)”. Jakarta:
PT Bumi Aksara. Hatta, A. J. 2002. ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen:
Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder”. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. Vol 6, No. 2.
Hidayati, N. 2006. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividen Kas di
Bursa Efek Jakarta”. Skripsi S1. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Tidak Dipublikasikan.
Indonesia, Ikatan Akuntansi. 2002. “Standar Akuntansi Keuangan”. Jakarta:
Salemba Empat. Kusuma, H. 2006. “Efek Informasi Asimetri Terhadap Kebijakan Dividen”.
Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. Vol 10, No. 1, 1-12. Mahadwartha, P. A. 2002. “Independensi Antara Kebijakan Leverage dengan
Kebijakan Dividen: Perspektif Teori Keagenan”. Jurnal Riset Akuntansi, Manajemen dan Ekonomi. Vol 2, No 2. STIE, Yogyakarta.
Nupikso, G. dan Hana N. 2002. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividen
Payout Ratio pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Laporan Penelitian. Universitas Terbuka, Jakarta. Tidak Dipublikasikan.
Putra, A. P. 2006. “Analisis Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Abnormal Return Saham (Studi Kasus pada Perusahaan Telekomunikasi Indonesia dan Indosat Tahun 1999-2003)”. Skripsi S1. Universitas Kristen Petra, Surabaya. Tidak Dipublikasikan.
Pratisto, A. 2009. “Statistik Menjadi Mudah Dengan SPSS 17”. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo. Rosdini, D. 2009. “Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Dividen Payout Ratio”.
Working Paper in Accounting and Finance October 2009. Universitas Padjadjaran, Bandung.
Suyatno. 2009. “Uji Asosiasi (Hubungan)”. Universitas Diponegoro, Semarang.
(http://suyatno.blog.undip.ac.id/files/2010/01/uji-asosiasi1.pdf)
Top Related