Penerapan Prinsip Good…(Putri Yuni Astuti dan Lena Satlita, M.Si.)
PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM TATA KELOLA
PEMERINTAHAN DESA SENDANGSARI KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN
KULON PROGO
IMPLEMENTATION OF GOOD GOVERNANCE PRINCIPLES IN THE
GOVERNANCE OF SENDANGSARI VILLAGE PENGASIH DISTRICT KULON
PROGO REGENCY
Oleh : Putri Yuni Astuti dan Lena Satlita, M.Si., FIS, UNY,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memahami aspek good governance sehingga dapat diterapkan
dalam tata kelola pemerintahan oleh pemerintah Desa Sendangsari. Desain penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Desain penelitian ini dipandang paling
cocok untuk menjelaskan penerapan prinsip good governance dalam tata kelola pemerintahan Desa
Sendangsari secara mendalam sesuai dengan fenomena dilapangan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa berdasarkan indikator penerapan prinsip good governance dalam tata kelola pemerintahan Desa
Sendangsari belum optimal. Terdapat beberapa hal yang menunjukkan good governance belum
optimal, yaitu: partisipasi baru sebatas keterlibatan masyarakat pada pelaksanaan kebijakan desa, daya
tanggap pemerintah desa belum didukung oleh fasilitas yang ada, keadilan belum menjangkau seluruh
lapisan masyarakat, serta akuntabilitas lebih mengarah pada pemerintah kecamatan dan kabupaten.
Penerapan prinsip good governance di Desa Sendangsari tersebut didorong dengan adanya 1)
pengembangan kapasitas perangkat desa, 2) kepemimpinan, 3) sistem sosial, dan 4) jaringan. Adapun
hambatan dalam penerapan prinsip good governance dalam tata kelola pemerintah Desa Sendangsari
berupa keterbatasan anggaran dan adanya perubahan pola penyelenggaraan pemerintahan desa pasca
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Kata kunci: prinsip good governance, tata kelola pemerintahan desa
ABSTRACT
This research aimed to understand the aspect of good governance so that it can be applied in the
governance of Sendangsari village. The researcher used qualitative design with descriptive method.
The design was able to explain implementation of good governance principles in the governance of
Sendangsari village deeply. The results showed that implementation of the principle of good
governance in the governance of Sendangsari village has not been optimal: 1) participation is only
limited to the involvement of the community in the implementation of village policy, 2) responsiveness
of the village government has not been supported by the existing facilities, 3) justice has not reached
all levels of society, 4) accountability more directed to regency and district governments. The
implementation of the good governance principle in Sendangsari village was encouraged by the 1)
capacity building of village apparatus, 2) leadership, 3) social system, and 4) the network. The
implementation of the good governance principles in Sendangsari village had obstacles, that was
limited of budget and the changing pattern of village governance after there was new rule.
Keywords: principles of good governance, village governance
240
Penerapan Prinsip Good…(Putri Yuni Astuti dan Lena Satlita, M.Si.)
PENDAHULUAN
Good governance atau tata kelola
pemerintahan yang baik merupakan
paradigma dalam administrasi publik.
Penyelenggaraan good governance lebih
menjadi salah satu komitmen untuk
memperbaiki tata kelola pemerintahan.
Ditingkat desa, adanya Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
menjadi stimulan dalam mewujudkan good
governance. Peraturan tersebut merupakan
political will dari pemerintah pusat yang
ditujukan untuk mewujudkan good
governance dengan memberikan posisi
yang lebih luas kepada desa. Namun,
pentingnya peran desa tersebut belum
diimbangi dengan tata kelola pemerintahan
yang baik, terbukti dengan maraknya kasus
korupsi yang terjadi pada tingkat desa.
Menurut ICW, dalam periode 2010-2016,
tercatat 62 kasus korupsi terjadi di desa;
186 orang dinyatakan tersangka dan
diperkirakan merugikan negara 18 miliar
rupiah. Dari jumlah tersangka itu, kepala
desa menjadi pelaku terbanyak korupsi.
Ada 122 kepala desa yang korupsi dan
disusul oleh aparat desa sebanyak 26
orang, 14 orang dari pelaksanaan kegiatan
ekonomi desa, 11 orang dari orang lain, 7
orang dari Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), 4
orang dari kelompok tani dan 2 dari
rekanan (Diakses melalui
www.kompas.com pada tanggal 10
Oktober 2017).
Fenomena berbeda terjadi di Desa
Sendangsari. Desa Sendangsari
merepresentasikan good governance
dengan menjuarai lomba desa tingkat
Kabupaten Kulon Progo. Setelah menjadi
juara kabupaten, Desa Sendangsari
menjadi juara dalam lomba desa tingkat
provinsi DIY. Selanjutnya Desa
Sendangsari mewakili provinsi DIY untuk
lomba desa tingkat nasional hingga
akhirnya menjadi juara dua Lomba Desa
Regional II Tingkat Nasional.
Kemenangan yang diperoleh Desa
Sendangsari dalam Lomba Desa Regional
II Tingkat Nasional dikarenakan tata
kelola pemerintahan Desa Sendangsari
yang baik, dinilai dari ketertiban
administrasi yang dikelola oleh aparatur
desa, pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat dan berbagai inovasi dalam
memberdayakan UMKM yang ada di Desa
Sendangsari (Diakses melalui
www.binapemdes.kemendagri.go.id pada
10 Oktober 2017).
Jika melihat prestasi yang telah
berhasil dicapai oleh Desa Sendangsari,
terdapat penerapan prinsip good
governance dalam tata kelola
pemerintahan desa. Penerapan prinsip good
governance dalam tata kelola
pemerintahan Desa Sendangsari meliputi
penyelenggaraan urusan pelayanan publik,
241
Penerapan Prinsip Good…(Putri Yuni Astuti dan Lena Satlita, M.Si.)
pembangunan desa, dan pemberdayaan
masyarakat yang dilaksanakan dengan
mengedepankan kepentingan masyarakat.
Adanya tuntutan masyarakat Desa
Sendangsari untuk menyelenggarakan
good governance membuat pemerintah
Desa Sendangsari ke arah yang lebih baik.
Tuntutan masyarakat tersebut berupa sikap
kritis masyarakat untuk menyelenggarakan
pelayanan publik dan pembangunan yang
merata di Desa Sendangsari. Namun,
tuntutan masyarakat Desa Sendangsari
untuk menyelenggarakan pemerintahan
yang baik (good governance) tersebut
belum diimbangi dengan partisipasi
masyarakat pada proses perumusan
kebijakan desa. Pada proses perumusan
kebijakan desa di Desa Sendangsari,
terdapat partisipasi masyarakat walaupun
masih didominasi oleh kalangan elite desa.
Seringkali partisipasi dipahami hanya
sebagai bentuk dukungan masyarakat
terhadap pembangunan desa berupa
swadaya masyarakat dan semangat gotong-
royong, sehingga partisipasi masyarakat
dalam proses perencanaan kebijakan
pembangunan yang dikatakan mulai dari
bawah pada prakteknya hanya sekedar
pelaksanaan kegiatan belaka tanpa ada
substansi penyerapan aspirasi terutama dari
golongan menengah ke bawah (Eko, 2014).
Mengacu pada fakta dilapangan, partisipasi
masyarakat di Desa Sendangsari masih
pada level pelaksana kegiatan
pembangunan, dan belum sepenuhnya
menyentuh pada tahap perumusan
kebijakan pembangunan desa.
Pentingnya good governance itu
sebagai respon atas adanya kegagalan
pembangunan di desa (Pramusinto dan
Latief, 2011). Pembangunan di Desa
Sendangsari sendiri masih mengalami
keterlambatan dari waktu perencanaan.
Keterlambatan pembangunan di Desa
Sendangsari bersumber dari belum
maksimalnya pemerintah desa dalam
menerapkan prinsip good governance yaitu
efisiensi. Pemerintah Desa Sendangsari
belum efisien dalam melaksanakan
Rencana Kerja Pemerintah Desa
(RKPDes). Pelaksanaan RKPDes masih
bergantung pada anggaran dari pusat,
padahal pemerintah Desa Sendangsari
memiliki potensi desa yang apabila diolah
dengan baik dapat memperlancar
pembangunan desa.
Berdasarkan uraian yang telah
dipaparkan, good governance penting
diterapkan dalam tata kelola pemerintahan
karena hadir sebagai solusi dari
permasalahan yang dihadapi oleh
pemerintah Desa Sendangsari. Oleh sebab
itu, penting bagi peneliti untuk mengetahui
lebih mendalam aspek good governance
dalam tata kelola pemerintahan Desa
Sendangsari.
Dalam penelitian ini untuk mengukur
penerapan prinsip good governance
242
Penerapan Prinsip Good…(Putri Yuni Astuti dan Lena Satlita, M.Si.)
peneliti menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Jubaedah, et al (2008)
bahwa karakteristik atau prinsip yang harus
dianut dan dikembangkan dalam praktek
penyelenggaraan pemerintahan yang baik
meliputi :
1) Partisipasi (participation)
2) Aturan hukum (Rule of law)
3) Transparansi (transparency)
4) Daya tanggap (responsiveness)
5) Berkeadilan (equity)
6) Efektivitas dan efisiensi (effectiveness
and efficiency)
7) Akuntabilitas (accountability)
8) Visi statejik (strategic vision)
Prinsip partisipasi dalam tata kelola
pemerintahan desa dapat ditunjukkan
dengan indikator berupa ketersediaan
forum berpartisipasi bagi masyarakat,
ketersediaan payung hukum bagi
partisipasi masyarakat, intensitas dan
kualitas keterlibatan masyarakat dalam
perumusan kebijakan, serta keterlibatan
masyarakat dalam mengawasi
penyelenggaraan pemerintahan desa.
Prinsip aturan hukum dapat dilihat dari
kualitas pelaksanaan penegakkan hukum,
kejelasan dasar hukum, ketersediaan dasar
hukum, dan upaya penegakkan hukum.
Penerapan prinsip transparansi dalam
tata kelola pemerintahan desa dapat dilihat
dari mekanisme kemudahan masyarakat
untuk mengakses informasi terkait
pemerintahan. Prinsip daya tanggap dapat
ditunjukkan dengan indikator mekanisme
dan kemudahan masyarakat untuk
memberikan aspirasi terhadap pemerintah
desa.
Prinsip berkeadilan dalam tata kelola
pemerintahan desa dapat memiliki
indikator berupa adanya jaminan kepada
semua lapisan masyarakat untuk
memperoleh hak yang sama dan adanya
perlindungan bagi kelompok rentan.
Prinsip efektifitas dan efisiensi dalam tata
kelola pemerintahan desa dapat dilihat dari
ketercapaian tujuan pemerintah desa dan
proses pencapaian tujuan tersebut.
Penerapan prinsip akuntabilitas dalam
tata kelola pemerintahan desa tercermin
dari tanggung jawab pemerintah desa
dalam melaksanakan kegiatan
pemerintahan. Terakhir, prinsip visi
stratejik dapat dilihat dari indikator berupa
kejelasan arah pembangunan, upaya yang
jelas untuk mewujudkan misi, dan
konsistensi kebijakan untuk mewujudkan
visi dan misi.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Tujuan penelitian ini menggunakan
penelitian deskriptif kualitatif adalah
menjelaskan dan mendeskripsikan
fenomena secara mendalam terkait
penerapan prinsip good governance dalam
243
Penerapan Prinsip Good…(Putri Yuni Astuti dan Lena Satlita, M.Si.)
tata kelola pemerintahan Desa
Sendangsari.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa
Sendangsari, Kecamatan Pengasih,
Kabupaten Kulon Progo kepada
pemerintah dan lembaga Desa Sendangsari
yang terlibat dalam tata kelola
pemerintahan Desa Sendangsari.Penelitian
ini dilakukan pada bulan Desember 2017
hingga Februari 2018.
Subjek Penelitian
1. Kepala Desa Sendangsari.
2. Sekretaris Desa Sendangsari.
3. Kepala Seksi Pemerintahan Desa
Sendangsari.
4. Kepala Seksi Pembangunan dan
Pemberdayaan Desa Sendangsari.
5. Kepala Urusan Perencanaan dan
Keuangan Desa Sendangsari.
6. Kepala Urusan Umum, Aparatur,
dan Aset Desa Sendangsari.
7. Ketua Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) Desa Sendangsari.
Data dan Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland dalam
Moleong (2006:157) menyebutkan bahwa
sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain yang terkait dengan
penerapan prinsip good governance dalam
tata kelola pemerintahan Desa
Sendangsari.
Instrumen Penelitian
Instrumen utama didalam penelitian
ini merupakan peneliti dengan
mengembangkan pedoman wawancara dan
observasi dengan bantuan peralatan
pengumpulan data seperti kamera, alat
tulis, dan perekan suara.
Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Penelitian ini menggunakan observasi
partisipan.
2. Wawancara
Penelitian ini, menggunakan teknik
wawancara semi terstruktur untuk
menggali data primer dari informan
penelitian.
3. Dokumentasi
Dalam penelitian ini dokumen yang
digunakan adalah Rencana Kerja
Pemerintah Desa (RKPDes) Desa
Sendangsari tahun 2017, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)
Desa Sendangsari tahun anggaran 2017,
Standar Operasional Prosedur (SOP)
pelayanan Desa Sendangsari.
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Peneliti menggunakan teknik
triangulasi sumber yang berarti teknik
pengujian yang memanfaatkan penggunaan
sumber yaitu membandingkan dan
mengecek terhadap data yang diperoleh.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian
ini menggunakan teknik analisis interaktif
244
Penerapan Prinsip Good…(Putri Yuni Astuti dan Lena Satlita, M.Si.)
yang dikemukakan oleh Miles dan
Huberman meliputi pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Suatu pemerintahan dapat disebut
pemerintahan yang baik apabila dalam tata
kelolanya menerapkan prinsip-prinsip good
governance. Penerapan prinsip good
governance di Desa Sendangsari di ukur
dengan prinsip good governance menurut
Jubaedah, et al (2008) berikut ini.
Partisipasi
Penerapan prinsip partisipasi dalam
tata kelola pemerintahan Desa Sendangsari
tercermin dari keikutsertaan masyarakat
dalam perumusan kebijakan desa,
pembangunan, pemberdayaan, dan
pelayanan publik. Partisipasi masyarakat di
Desa Sendangsari sejalan dengan pendapat
Jubaedah, et al (2008) dan Bornby dalam
Mardikanto (2013). Partisipasi merupakan
keterlibatan aktif masyarakat dalam proses
penyusunan dan pengambilan keputusan
yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pemerintahan. Prinsip
partisipasi dapat dilihat dari adanya
penyediaan informasi, mendengarkan
pendapat publik, keterlibatan masyarakat
dalam proses pengambilan keputusan dan
pengembangan kapasitas masyarakat untuk
berpartisipasi (Jubaedah, et al, 2008).
Namun, prinsip partisipasi menurut
Jubaedah, et al (2008) tidak sepenuhnya
terjadi dalam tata kelola pemerintahan
Desa Sendangsari. Penyediaan informasi
terutama untuk membuka ruang partisipasi
masyarakat umum dalam perumusan
kebijakan masih minim. Kapan
terselenggaranya Musyawarah Desa hanya
diketahui oleh segelintir masyarakat Desa
Sendangsari. Akibatnya, kualitas
partisipasi masyarakat dalam perumusan
kebijakan desa masih rendah walaupun
partisipasi masyarakat dalam perumusan
kebijakan desa sudah dibangun atas dasar
kebebasan berasosiasi dan berbicara.
Masyarakat yang aktif dalam musyawarah
desa cenderung didominasi oleh orang-
orang itu saja. Orang yang vocal
menyampaikan pendapat dalam
musyawarah desa dianggap sudah
mewakili kehendak masyarakat Desa
Sendangsari. Padahal orang yang
memberikan usulan tersebut cenderung
membawa kepentingan dusun masing-
masing dimana orang tersebut berasal.
Misalnya saja pada pembuatan kebijakan
pembangunan, masyarakat cenderung
memberikan usulan pembangunan di
masing-masing dusun darimana mereka
berasal. Primordialisme masih kuat saat
musyawarah perumusan kebijakan desa.
Selain itu, BPD Desa Sendangsari juga
belum optimal dalam melakukan artikulasi
kepentingan umum.
245
Penerapan Prinsip Good…(Putri Yuni Astuti dan Lena Satlita, M.Si.)
Aspirasi masyarakat Desa Sendangsari
dalam musyawarah desa berimplikasi pada
pelaksanaan pembangunan. Sejatinya,
partisipasi masyarakat umum di Desa
Sendangsari masih sebatas pada
keikutsertaan masyarakat dalam
pelaksanaan kebijakan desa, misalnya
pembangunan. Masyarakat memiliki
kewajiban ikut bertanggung jawab dalam
pembangunan apabila usulan mereka
terkait pembangunan diterima dan
dianggarkan dalam APBDes Desa
Sendangsari. Partisipasi masyarakat dalam
pembangunan desa masih didasari pada
diterimanya usulan pembangunan pada
musyawarah desa. Partisipasi masyarakat
dalam pembangunan biasanya dilakukan
dengan kegiatan gotong royong
membangun infrastruktur.
Aturan Hukum
Adanya aturan hukum yang
ditegakkan menjadi prinsip good
governance. Jubaedah, et al (2008)
menjelaskan bahwa kepastian hukum
menjadi pegangan bagi setiap stakeholder
pemerintahan, baik pihak pemerintah,
swasta, maupun masyarakat sehingga
menjamin bahwa tindakan-tindakan atau
sanksi yang kelak dilakukan/diterapkan
oleh lembaga pengawas atau instansi yang
berwenang dapat dibenarkan secara
hukum. Penerapan prinsip aturan hukum
dalam tata kelola pemerintahan Desa
Sendangsari sudah sesuai dengan teori
Jubaedah, et al (2008) dimana tata kelola
pemerintahan Desa Sendangsari sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Penerapan prinsip aturan hukum di
Desa Sendangsari dilakukan dengan
menyelenggarakan tata kelola
pemerintahan desa sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Aparatur Desa Sendangsari
memiliki pemahaman mengenai peraturan
perundangan secara rigid. Fenomena
penerapan prinsip aturan hukum di Desa
Sendangsari berbeda dengan penelitian
relevan yang dilakukan oleh A.Muh.
Ikhsan tahun 2017 yang berjudul
“Penerapan Prinsip-Prinsip Good
Governance dalam pelaksanaan
pemerintahan Desa (Studi Desa Pesse,
Kecamatan Donri-Donri, Kabupaten
Soppeng)” dimana di Desa Pesse
penerapan prinsip aturan hukum
terkendala pada kemampuan perangkat
desa memahami aturan dikarenakan tingkat
pendidikan yang minim.
Banyaknya peraturan yang mengatur
tata kelola pemerintahan desa membawa
paradoks tersendiri. Banyaknya aturan
hukum membuat pemerintah desa merasa
aman dalam mengurus rumah tangganya
sendiri dikarenakan sudah jelas aturannya.
Di sisi lain, banyaknya peraturan yang ada
pembatasi ruang gerak pemerintah desa
dan pemerintah desa hanya sebagai
pelaksana teknis kebijakan pemerintah
diatas desa.
246
Penerapan Prinsip Good…(Putri Yuni Astuti dan Lena Satlita, M.Si.)
Transparansi
Penerapan prinsip transparansi dalam
tata kelola pemerintahan Desa Sendangsari
dilakukan dengan cara pemerintah desa
bersikap terbuka terhadap masyarakat
apabila masyarakat ingin mengakses
informasi terkait pemerintah desa.
Informasi yang dapat diakses oleh
masyarakat berupa APBDes Desa
Sendangsari, Standar Operasional Prosedur
(SOP) pelayanan, bantuan sosial, dan
kegiatan-kegiatan desa. Prinsip
transparansi di Desa Sendangsari selaras
dengan teori Widodo dalam Cui (2004)
yang memaparkan transparansi lebih
mengarah pada kebijakan dan
implementasi kebijakan harus selalu
dilaksanakan secara terbuka dan diketahui
oleh umum.
Keterbukaan informasi di Desa
Sendangsari sudah memiliki dasar hukum.
Keterbukaan informasi di Desa
Sendangsari diatur dalam Peraturan Desa
Nomor 7 Tahun 2015 tentang susunan
organisasi dan tata kerja pemerintah Desa
pasal 12. Kondisi itu memperkuat
penerapan prinsip transparansi dalam tata
kelola pemerintahan Desa Sendangsari
sesuai dengan indikator transparansi yang
dikemukakan oleh Jubaedah, et al (2008)
yaitu ketersediaan payung hukum bagi
akses informasi publik. Akan tetapi, aturan
yang ada hanya menggambarkan
transparansi satu arah yaitu kepala desa
menginformasikan secara tertulis
penyelenggaraan pemerintahan desa tanpa
harus menerima umpan balik dari
masyarakat.
Daya Tanggap
Pemerintah yang responsif terhadap
keperluan masyarakat menjadi salah satu
prinsip good governance. Pemeritah Desa
Sendangsari sudah responsif dimana daya
tanggap pemerintah Desa Sendangsari
berkaitan dengan kemampuan aparatur
Desa Sendangsari mengidentifikasi
kebutuhan masyarakat dan
mewujudkannya dalam kebijakan desa.
Fenomena itu sesuai dengan Jubaedah, et
al (2008), Dwiyanto dalam Putra (2016),
dan Tangkisilan dalam Putra (2016).
Penerapan prinsip daya tanggap dalam
tata kelola pemerintahan Desa Sendangsari
dapat dilihat dari kecepatan pelayanan
yang diberikan oleh aparatur desa. Dalam
melakukan pelayanan, aparatur Desa
Sendangsari langsung melayani
masyarakat bahkan aparatur Desa
Sendangsari terkadang melayani
masyarakat yang datang ke rumah. Kondisi
tersebut membuat pemerintah Desa
Sendangsari untuk memiliki dua etika,
yaitu etika individual dan etika sosial.
Etika individual menuntut aparatur Desa
Sendangsari untuk memiliki kriteria
kapabilitas profesional, sedangkan etika
sosial menuntut aparatur Desa Sendangsari
untuk memiliki sensitivitas terhadap
247
Penerapan Prinsip Good…(Putri Yuni Astuti dan Lena Satlita, M.Si.)
berbagai kebutuhan masyarakat. Namun,
disisi lain Pemerintah Desa Sendangsari
belum menyediakan bagaimana
mekanisme dan prosedur pengaduan.
Belum tersedianya kotak saran atau
fasilitas lainnya yang mendukung
pengaduan masyarakat menjadi bukti
bahwa pemerintah Desa Sendangsari
belum sepenuhnya dalam menerapkan
prinsip daya tanggap.
Keadilan
Rawls dalam Faiz (2009)
menyebutkan bahwa keadilan adalah
kebajikan utama dari hadirnya institusi-
institusi sosial (social institutions). Teori
Rawls relevan dengan keadilan yang
tercipta di Desa Sendangsari.
Pemerintah desa menjamin bahwa
masyarakat di Desa Sendangsari memiliki
kesempatan yang sama dalam mengakses
pelayanan publik, mendapatkan
perlindungan dan pemberdayaan. Bahkan
pemerintah desa memberikan tindakan
afirmatif terhadap kelompok rentan seperti
lansia, disabel, dan ibu hamil prasejahtera
agar mereka dapat memiliki kesempatan
yang sama untuk meningkatkan
kesejahteraan. Adanya anggaran dana desa
yang diperuntukan bagi jaminan kelompok
rentan memperkuat penerapan prinsip
keadilan. Selain itu, kelompok rentan
tersebut juga memperoleh jaminan sosial
dari pemerintah Kabupaten Kulon Progo.
Akan tetapi, dalam hal pemberdayaan yang
dilakukan oleh pemerintah desa belum
dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat.
Efektivitas dan Efisiensi
Good governance dapat diwujudkan
dengan menerapkan prinsip efektivitas dan
efisiensi. Jubaedah, et al (2008)
menjelaskan bahwa prinsip efektivitas dan
efisiensi dalam tata kepemerintahan yang
baik adalah proses-proses dan lembaga-
lembaga menghasilkan sesuai dengan apa
yang telah digariskan dengan
menggunakan sumber-sumber yang
tersedia dan hasilnya sebaik mungkin.
Jubaedah, et al (2008) juga menjelaskan
pengertian dari efektivitas adalah
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan,
baik itu dalam bentuk target, sasaran
jangka panjang maupun misi organisasi.
Adapun pengertian efisiensi menurut
Jubaedah, et al (2008) adalah perbandingan
terbaik antara keluaran dan masukan.
Merujuk pada definisi diatas,
penerapan prinsip efektivitas dan efisiensi
dalam tata kelola pemerintahan Desa
Sendangsari belum optimal. Pemerintahan
desa Sendangsari sudah efektif tetapi
belum efisien. Efektif karena program-
program yang ada dalam RKPDes Desa
Sendangsari tahun 2017 dapat tercapai
seluruhnya. Namun, dalam pelaksanaannya
belum efisien, terbukti dengan adanya
keterlambatan dari rencana awal.
248
Penerapan Prinsip Good…(Putri Yuni Astuti dan Lena Satlita, M.Si.)
Akuntabilitas
Proses akuntabilitas pemerintah Desa
Sendangsari sudah berjalan dengan baik
terbukti dari pelaporan keuangan ke
kabupaten yang sesuai dengan ketentuan
administratif. Selain itu, pemerintah desa
bertanggung jawab kepada masyarakat
dengan memberikan informasi laporan
pertanggungjawaban diakhir tahun
anggaran ketika diadakan musyawarah
desa. Pemerintah desa bertanggung jawab
secara hukum atas tindakan yang
dilakukannya. Hal tersebut menunjukkan
akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas
hukum pemerintah Desa Sendangsari
apabila dilihat dari teori Brautigam dalam
Jubaedah, et al (2008). Namun, kualitas
pertanggungjawaban terutama
akuntabilitas administratif desa belum
optimal. Isi laporan pertanggungjawaban
seperti profil desa yang ada dalam
RKPDes dan APBDes cenderung hanya
sebagai formalitas. Pemerintah desa tidak
melakukan pendataan kembali tiap
tahunnya untuk profil desa yang tertera
pada RKPDes dan APBDes. Selain itu,
pemerintah desa cenderung lebih
mengutamakan tanggung jawab vertikal
kepada bupati melalui camat (akuntabilitas
adminstratif) daripada tanggungjawab
kepada masyarakat Desa Sendangsari
(akuntabilitas politik).
Visi Stratejik
Pemimpin pemerintah desa harus
mempunyai perspektif good governance
dan pengembangan sumber daya manusia
yang luas dan jauh ke depan sejalan
dengan apa yang diperlukan untuk
pembangunan. Jubaedah, et al (2008)
menjelaskan bahwa visi berkaitan dengan
pandangan ke depan menyangkut kemana
organisasi harus dibawa dan diarahkan
agar dapat berkarya secara konsisten dan
tetap eksis, antisipatif, inovatif, serta
produktif.
Mengacu pada pendapat diatas,
penerapan prinsip visi stratejik dalam tata
kelola pemerintahan Desa Sendangsari
terlihat dari visi organisasi Desa
Sendangsari yang diarahkan untuk
mencapai good governance. Visi
pemerintah Desa Sendangsari adalah
mewujudkan pelayanan yang baik bagi
masyarakat Desa Sendangsari menuju
masyarakat yang adil dan makmur serta
sejahtera. Melihat fenomena di Desa
Sendangsari, penerapan visi stratejik
menjadi dasar penerapan prinsip-prinsip
good governance lainnya. Prinsip visi
stratejik dapat mencakup prinsip
partisipasi, penegakkan hukum,
transparansi, keadian, akuntabilitas, daya
tanggap, efektifitas dan efisiensi. Untuk
itu, pemerintahan yang baik harus
merumuskan visi organisasi yang memuat
nilai-nilai partisipasi, penegakkan hukum,
249
Penerapan Prinsip Good…(Putri Yuni Astuti dan Lena Satlita, M.Si.)
transparansi, keadian, akuntabilitas, daya
tanggap, efektifitas dan efisiensi.
Faktor Pendorong dan Faktor
Penghambat Penerapan Prinsip Good
Governance dalam Tata Kelola
Pemerintahan Desa Sendangsari
Penerapan prinsip good governance
dalam tata kelola pemerintahan desa
Sendangsari didorong dengan adanya
pengembangan kapasitas aparatur Desa
Sendangsari melalui pendidikan dan
pelatihan yang berkelanjutan,
kepemimpinan, sistem sosial, dan jaringan
yang dibentuk oleh pemerintah Desa
Sendangsari berupa kemitraan dengan
berbagai pihak untuk menegakkan hukum.
Adanya pengembangan kapasitas aparatur
desa membuat wawasan aparatur desa akan
tata kelola pemerintahan yang baik
meningkat sehingga mempermudah
penerapan prinsip penegakkan hukum,
akuntabilitas, daya tanggap, efektifitas dan
efisiensi. Sedarmayanti (2009)
mendefinisikan kepemimpinan berarti
seseorang yang mampu mempengaruhi
orang lain untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu sesuai yang diinginkan.
Kepala Desa Sendangsari mampu
mempengaruhi aparatur desa lainnya untuk
bertindak sesuai dengan tata kelola
pemerintahan yang baik dengan
memposisikan dirinya sendiri sebagai
contoh figur yang berintegritas. Sistem
sosial yang ada di Desa Sendangsari
mendukung penerapan prinsip daya
tanggap, dan partisipasi. Selain itu, adanya
sanksi sosial berupa masyarakat umum
cenderung memarjinalkan orang yang
melanggar hukum juga menjadi faktor
pendorong prinsip aturan hukum.
Adapun hambatan yang dialami oleh
pemerintah Desa Sendangsari dalam
menerapkan prinsip-prinsip good
governance berupa adanya perubahan pola
penyelenggaraan pemerintahan desa sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
yang sekarang berlaku serta keterbatasan
anggaran dalam berbagai kegiatan
pemerintahan desa. Mulai diberlakukannya
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang
Desa menggantikan Undang-Undang
No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah yang sebelumnya mengatur tentang
desa, secara otomatis menuntut perubahan
pola penyelenggaraan pemerintahan Desa
Sendangsari.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang sudah dipaparkan, dapat
disimpulkan bahwa penerapan prinsip
good governance dalam tata kelola
pemerintahan Desa Sendangsari belum
optimal. Penerapan prinsip partisipasi
dalam tata kelola pemerintahan Desa
Sendangsari baru sebatas keterlibatan
masyarakat dalam pelaksanaan
250
Penerapan Prinsip Good…(Putri Yuni Astuti dan Lena Satlita, M.Si.)
pembangunan, sedangkan partisipasi
masyarakat dalam perumusan kebijakan
desa hanya didominasi oleh orang-orang
tertentu. Prinsip aturan hukum dalam tata
kelola pemerintahan Desa Sendangsari
diterapkan dengan menyelenggarakan
pelayanan publik sesuai aturan. Namun,
banyaknya peraturan yang ada pembatasi
ruang gerak pemerintah desa dan
pemerintah desa hanya sebagai pelaksana
teknis kebijakan diatasnya. Penerapan
prinsip transparansi dalam tata kelola
pemerintahan Desa Sendangsari terlihat
dari keterbukaan informasi yang diberikan
oleh pemerintah desa melalui beberapa
media seperti website, baliho, banner, dan
papan pengumuman. Prinsip daya tanggap
dalam tata kelola pemerintahan Desa
Sendangsari diterapkan dengan cepatnya
respon aparatur desa dalam melayani
masyarakat. Prinsip keadilan di Desa
Sendangsari diterapkan dengan
memberikan kesempatan yang sama bagi
masyarakat untuk mengakses pelayanan
publik, pembangunan, dan pemberdayaan.
walaupun terjadi ketidakadilan dalam
pemberdayaan dikarenakan keterbatasan
anggaran. Pemerintah desa lebih
mengutamakan bertanggungjawab kepada
pemerintah kabupaten daripada tanggung
jawab kepada masyarakat. Penerapan
prinsip visi stratejik dalam tata kelola
pemerintahan Desa Sendangsari terlihat
dari visi organisasi Desa Sendangsari yang
diarahkan untuk mencapai good
governance.
Saran
1. Saran untuk Pemerintah Desa
Sendangsari
a) Sebaiknya sistem informasi desa
berupa website dan papan
pengumuman yang ada di balai
desa diperbarui oleh aparatur desa
secara berkala sehingga
memudahkan masyarakat untuk
mengakses informasi untuk
mendukung prinsip transparansi.
b) Sebaiknya pemerintah desa
mengundang tokoh masyarakat
yang dapat merepresentasikan
kebutuhan seluruh elemen
masyarakat saat perumusan
kebijakan desa.
c) Sebaiknya pemerintah desa
mengoptimalkan peran pendamping
desa dari kecamatan dan kabupaten
untuk mengatasi permasalahan
pencairan dana desa yang
terlambat.
2. Saran untuk masyarakat Desa
Sendangsari
a) Sebaiknya masyarakat tidak
bersikap apatis terhadap isu-isu tata
kelola pemerintahan Desa
Sendangsari dengan ikut terlibat
dalam perumusan kebijakan desa.
b) Sebaiknya masyarakat tidak
mempunyai persepsi bahwa
251
Penerapan Prinsip Good…(Putri Yuni Astuti dan Lena Satlita, M.Si.)
pembangunan hanya semata-mata
merupakan tanggung jawab
pemerintah saja, tetapi merupakan
tanggung jawab bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Cui. (2004). Keterkaitan Akuntabilitas dan
Transparansi dalam Pencapaian
Good Governance. Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota,
Vol.15, No. 1, hlm 34-47. Diakses
melalui
http://journals.itb.ac.id/index.php/
jpwk/article/view/4275/2318 pada
10 Oktober 2017.
Eko, S. (2014). Desa Membangun
Indonesia. Yogyakarta :
Australian Community
Development and Civil Society
Strengthening Scheme
(ACCESS).
Faiz, M. P. (2009). Teori Keadilan Jhon
Rawls. Jurnal Konstitusi, Volume
6, Nomor 1 halaman 135-149.
Australia :The University of
Queensland diakses melalui
https://scholar.google.com.au/citat
ions?user=hPTmmLYAAAAJ&hl
=en pada 2 Desember 2017.
Ikhsan, A. M. (2017). Penerapan prinsip-
prinsip good governance dalam
pelaksanaan pemerintahan Desa
(Studi Desa Pesse, Kecamatan
Donri-Donri, Kabupaten
Soppeng). Skripsi, tidak
diterbitkan, Universitas
Hasanudin, Makassar.
Jubaedah, E., Dawud, J., Mulyadi, D., et al.
(2008). Model Pengukuran
Pelaksanaan Good Governance di
Pemerintah Daerah/Kota.
Bandung : Pusat Kajian dan
Pendidikan dan Pelatihan
Aparatur I LAN (PKP2A I LAN).
Kementerian Dalam Negeri. (2014).
Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa.
Mardikanto, T. (2017). Pemberdayaan
Masyarakat dalam Perspektif
Kebijakan Publik. Bandung :
Alfabeta.
Moleong, L.J. (2006). Metodelogi
Penelitian Kualitatif. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Pramusinto, A., & Latief, M. S. (2011).
Dinamika Good Governance di
Tingkat Desa. Jurnal Ilmu
Administrasi Negara, Vol.11, No.
1, 1-1. Diakses melalui
ejournal.unri.ac.id/index.php/JIANA/
article/download/588/581 pada 3
November 2017.
Putra, R. G. (2016). Responsivitas Dinas
Kebersihan dan Pertamanan
dalam Menangani Keluhan
Masyarakat mengenai Pelayanan
Publik di Kota Surabaya. Jurnal
Kebijakan dan Manajemen Publik
252
Penerapan Prinsip Good…(Putri Yuni Astuti dan Lena Satlita, M.Si.)
Volume 4, Nomor 1, 1-8 Surabaya
:Universitas Airlangga diunduh
melalui
http://journal.unair.ac.id/downloa
d-fullpapers-
kmp18d902de53full.pdf pada 12
Desember 2017.
Sedarmayanti. (2009). Reformasi
Administrasi Publik, Reformasi
Birokrasi, dan Kepemimpinan
Masa Depan (Mewujudkan
Pelayanan Prima dan
Kepemerintahan yang Baik).
Bandung : Refika Aditama.
Sumber Internet :
Putra, L. M. (2017). ICW: 2016, Ada 62
Kasus Korupsi di Desa, Kerugian
Negara Rp 18 Miliar. Diakses
melalui
http://nasional.kompas.com/read/2
017/04/06/18331911/icw.2016.ad
a.62.kasus.korupsi.di.desa.kerugia
n.negara.rp.18.miliar pada 10
Oktober 2017.
Suryanto. (2017). Desa di Kulon Progo ini
Masuk Lima Besar Lomba Desa
Nasional. Diakses melalui
http://www.binapemdes.kemenda
gri.go.id/berita/2017/07/desa-di-
kulon-progo-ini-masuk-lima-
besar-lomba-desa-nasional pada
11 Oktober 2017.
253
254
Top Related