GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
DI TATANAN RUMAH TANGGA
DESA SUGIHMUKTI, KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2015
Disusun oleh :
dr. Demas Christiawan Santoso
dr. Elissa Evanti Widjaja
dr. Maria Yessica Nathania
dr. Melisa Yunita Chandra
dr. Putri Nova Andryani
PROGRAM INTERNSHIP KEDOKTERAN
PUSKESMAS SUGIHMUKTI
RSUD SOREANG
KABUPATEN BANDUNG
2015
1
LEMBAR PERSETUJUANJUDUL:
GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
DI TATANAN RUMAH TANGGA
DESA SUGIHMUKTI, KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2015
Penyusun:
dr. Demas Christiawan Santoso
dr. Elissa Evanti Widjaja
dr. Maria Yessica Nathania
dr. Melisa Yunita Chandra
dr. Putri Nova Andryani
Sugihmukti, Mei 2015
Mengetahui,
Kepala UPF Puskesmas Sugihmukti
dr. Bartolomeus Tarigant
2
DAFTAR ISI
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN
Visi Indonesia Sehat 2010 adalah gambaran masyarakat Indonesia pada masa
yang akan datang yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat,
mampu memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan visi
Indonesia Sehat 2010 perlu dilakukan perbaikan pada lingkungan, perilaku dan mutu
pelayanan kesehatan. Mengingat dampak perilaku terhadap derajat kesehatan cukup
besar maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku dan
memberdayakan masyarakat.
Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yaitu:
lingkungan (45%), perilaku (30%), pelayanan kesehatan(20%), dan keturunan
(herediter) (5%). Untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang optimal, diperlukan 4 faktor utama tersebut secara bersama-sama.
Perilaku, khususnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan
komponen penting dalam pembangunan kesehatan dimana diperlukan adanya
kesadaran, kemampuan, dan kemauan hidup sehat dari setiap penduduk agar derajat
kesehatan yang optimal dapat terwujud. Oleh karena itu diharapkan masyarakat
dapat berpartisipasi aktif dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya
sendiri, dengan demikian masyarakat mampu menjadi subjek dalam pembangunan
kesehatan. Sedangkan pembangunan kesehatan mempunyai peran dalam
menentukan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang merupakan
fokus pembangunan nasional. Oleh karena itu, PHBS ini perlu diselenggarakan
sebaik-baiknya agar dapat memberikan sumbangan yang nyata baik dalam
pembangunan kesehatan maupun pembangunan nasional.
Persentase cakupan angka cakupan kunjungan K-4, Linakes, dan jamban
keluarga di wilayah kerja Puskesmas Sugihmukti masih rendah, terutama dalam
bidang kesehatan lingkungan (jamban keluarga). Selain itu, peringkat pertama dari
10 penyakit terbanyak menurut PAHO adalah diare. Tingginya angka kejadian diare
ini sangat dipengaruhi oleh PHBS yang kurang baik.
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sugihmukti semakin
5
meningkat jumlahnya setiap tahun sedangkan pengadaan sarana yang menunjang
bidang kesehatan masih sangat kurang. Sehingga hal ini akan sangat berpengaruh
terhadap PHBS. Desa Sugihmukti, kabupaten Bandung merupakan salah satu desa
yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Sugihmukti yang dipilih sebagai lokasi
penelitian, berdasarkan masih rendahnya kepemilikan JAGA (Jamban Keluarga) dan
Sumber Air Bersih.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan
Paradigma Sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga, dan masyarakat yang
berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara, dan melindungi
kesehatannya baik fisik, mental spiritual, maupun sosial. Selain itu, PHBS ini dapat
dijadikan indikator dari derajat kesehatan suatu daerah tertentu. Bila PHBS di suatu
daerah cukup baik, dengan sendirinya akan memperkecil masalah-masalah
kesehatan, juga meperkecil kemungkinan terjadinya suatu wabah penyakit. Dengan
kata lain, PHBS ini merupakan salah satu bentuk tindakan preventif dalam bidang
kesehatan.
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH
Mengingat banyaknya masyarakat yang berobat ke puskesmas Sugihmukti
dikarenakan oleh penyakit yang berbasis PHBS seperti salah satu contohnya adalah
diare, dan rendahnya kepemilikan jamban, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai:
GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI TATANAN
RUMAH TANGGA DESA SUGIHMUKTI, KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2015.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penelitian adalah untuk mengetahui Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat di Tatanan Rumah Tangga di Desa Sugihmukti, kabupaten
Bandung.
Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari penelitian adalah untuk mengetahui tingkat kesadaran
para ibu (PUS atau keluarga dengan ibu sedang hamil, atau memiliki bayi,
6
atau memiliki Balita) dalam hal Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tatanan
Rumah Tangga di Desa Sugihmukti, kabupaten Bandung.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat lebih jauh mengetahui gambaran Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat di tatanan rumah tangga, khususnya desa Sugihmukti,
kabupaten Bandung Tahun 2015 dan dapat memberikan masukkan kepada
Puskesmas mengenai :
Informasi tentang kendala-kendala PHBS yang ada.
Bahan pertimbangan dalam memilih jalan keluar yang akan ditempuh untuk
memperbaiki kendala PHBS yang ada.
Bahan literatur untuk penelitian selanjutnya.
1.5 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Sugihmukti, kabupaten Bandung.
Waktu Penelitian
Waktu penelitan berlangsung mulai tanggal 1 Februari 2015 – 31 Mei 2015
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisis Situasi Puskesmas Sugihmukti
2.1.1 Wilayah Kerja
Nama Puskesmas : PUSKESMAS SUGIHMUKTI
Kode Puskesmas : P 3204020202
Alamat : Kp. Muara Rt.03 Rw.10 Desa Sugihmukti
Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung
Kode Pos 40972
Email : [email protected]
Status Puskesmas : TTP (Tanpa Tempat Perawatan)
Tahun pembangunan : 1990
Tahun Perbaikan terakhir : 2007
Status Kepemilikan Tanah : Milik Desa
Berikut ini adalah batas-batas wilayah kerja Puskesmas Sugihmukti, yaitu:
- Sebelah utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Pasirjambu dan
Desa Cisondari Kecamatan Pasirjambu.
- Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Rancabali dan
Kecamatan Cianjur Selatan.
- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pasirjambu, Desa
- Sebelah barat berbatasan dengan Desa Panundaan Kecamatan Ciwidey.
8
Gambar 2.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Sugihmukti
Kecamatan Pasirjambu
Puskesmas Sugihmukti terdiri dari tiga desa, yaitu desa Sugihmukti, desa
Margamulya, dan desa Tenjolaya. Luas wilayah kerja desa Sugihmukti yitu 387.203
ha (terdiri dari 75 RT dan 12RW), desa Margamulya 9.843 ha (terdiri dari 75 RT dan
18 RW), dan desa Tenjolaya 3.661.261 ha (terdiri dari 85 RT dan 20 RW).
2.1.2 Demografi
Jumlah pendudukBerdasarkan survei dari data BKKBN 2014, jumlah penduduk Puskesmas
Sugihmukti tahun 2014 adalah 35.916 jiwa, dengan kepadatan penduduknya 12960.5
per Km2, kepala keluarga 10.771 KK, dan penduduk miskin berjumlah 21.550 jiwa.
9
NoDesa/
KelurahanJml
Penduduk
Kepadatan
Penduduk
/Km2
Jml
Kepala
Keluarga
Jml
KK
Miskin
Jml Jiwa
Miskin
1 Desa Sugihmukti 12.603 6686.26 4.122 2.013 3.425
2 Desa Margamulya 7.033 2664.78 3.106 2.447 3.445
3 Desa Tenjolaya 13.947 3609.46 6.815 6.215 8.034
Jumlah 33.583 12960.5 14.043 10.675 14.904
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk, Kepala Rumah Tangga/ Kepala Keluarga
Per Desa, Jumlah KK Dan Jiwa Miskin
Puskesmas Sugihmukti Tahun 2014
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Sugihmukti yang berada pada kondisi miskin berjumlah 21.550 jiwa
(60%). Jumlah penduduk miskin terbanyak terdapat di Desa Sugihmukti. Hal ini
mengakibatkan rendahnya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.
Jumlah penduduk per desa menurut kelompok dan jenis kelamin terdapat pada
tabel berikut.
Tabel 2.2 data penduduk berdasarkan jenis kelamin
DesaJumlah
Pddk
JUMLAH PENDUDUK
LAKI-LAKI (TAHUN) PEREMPUAN (TAHUN)
<1 1-4 5-14 15-44 45-64 >65 JML <1 1-4 5-14 15-44 45-64 >65 JML
Sugihmukti 12603 55 338 1213 2728 518 389 5241 58 482 1489 4466 532 335 7362
Margamulya 7033 32 247 595 881 712 346 2813 46 371 1135 1881 473 314 4220
Tenjolaya 13947 98 487 1125 3068 630 300 5708 92 593 1679 4798 792 285 8239
Jumlah 33583 185 1072 2933 6677 1860 1035 13762 196 1446 4303 11145 1797 934 19821
Penduduk di Puskesmas Sugihmukti berdasarkan kelompok usia, tergolong
penduduk muda menuju transisi perubahan komposisi penduduk, dimana terdapat
10
peningkatan kelompok usia muda (5-14 tahun) menjadi usia produktif (15-64 tahun),
baik laki-laki maupun perempuan. Ada kecenderungan komposisi penduduk
Puskesmas Sugihmukti di masa depan akan semakin didominasi oleh penduduk usia
produktif, dengan terus meningkatnya tingkat fertilitas dan cukup baiknya derajat
kesehatan.
Tingkat Pendidikan
Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan berusia 10 tahun masih banyak yang
tidak tamat SD karena tingkat ekonomi yang sulit serta mahalnya biaya pendidikan,
meskipun sekarang di sekolah terdapat biaya pendidikan BOS, tetapi penyebarannya
belum merata.
Tabel 2.3 Jumlah penduduk berumur 10 tahun ke atas yang Melek Huruf
Puskesmas Sugihmukti Tahun 2014
No Desa
Jumlah KK Menurut Status Pendidikan
Tidak
Tamat SD
Tamat
SD- SLTP
Tamat
SLTA
Tamat
AK/ PT
1 Sugihmukti 592 6452 4565 994
2 Margamulya 540 2176 3849 468
3 Tenjolaya 796 4514 7325 1312
2.2 Data Kesehatan Masyarakat
2.2.1 Sumber Daya Kesehatan
a. Tenaga Kesehatan
Tabel 2.4 Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Sugihmukti Tahun 2014
No NamaJabatan Fungsional/
Struktural
Status Kepegawaian
PNS PTT Honore
r1 Dr.Bartolomeus T Fungsional / Kepala
UPT
√
2 Ningsih Amd.Keb Fungsional / Bidan √
11
3 Yuyun Yuningsih
AmdKeb
Fungsional/ Bidan √
4 Hana Suprihatin Amd Keb Fungsional/ Bidan √
5 Kustiawan Ruhyat Fungsional/Perawat √
6 Imas widaningsih Fungsional/ Perawat √
7 Hanah Rohanah Fungsional/ Perawat √
8 Elis Mulyani Amd.Keb Fungsional/ Bidan Desa √
9 Herman Struktural / Jurim √
10 Eka Deviasari Amd Keb Fungsional/ Bidan Desa √
11 Asep Wahyudin Administrasi/Umum √
12 Anisa Amd Keb Administrasi/Umum √
Jumlah 9 1 2
Di wilayah keja Puskesmas Sugihmukti karyawannya berjumlah 12 orang,
diantaranya jabatan struktural 1 orang, jabatan fungsional 8 orang, PTT bidan desa 1
orang dan honorer 2 orang.
Pada dasarnya Puskesmas Sugihmukti masih kekurangan pegawai
Struktural tetapi untuk jabatan dokter umum nya masih belum ada, sementara ini di
laksanakan oleh Kepala UPF merangkap sebagai dokter umum.
b. Sarana Pelayanan Kesehatan (Jaringan Puskesmas)
Tabel 2.5 Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas Sugihmukti Tahun 2014
No Jenis Sarana Lokasi
Kondisi Sarana
Rusak Berat Rusak sedang Bai
k
1. Pustu - - - -
2. Polindes - - - -
3. Pos Kes Des - - - -
4. Wahana Kes. - - - -
Di wilayah kerja Puskesmas Sugihmukti hanya ada satu Poskesdes yaitu
yang berada di Desa Tenjolaya yang kondisinya rusak sedang. Balai pengobatan
atau pustu juga ada di Desa Margamulya hanya saja tidak memiliki bangunan sendiri
jadi tidak bisa disebut pustu karena kurang memenuhi persyaratan.
Pos kes des di wilayah kerja Puskesmas Sugihmukti belum ada karena setiap
Desa siaga yang ada di 3 Desa ini tidak berjalan atau kurang aktif meskipun sudah
12
dibentuk kepegurusan di masing – masing Desa.
c. Sarana Pelayanan Kesehatan Milik Swasta
Tabel 2.6 Sarana Pelayanan Kesehatan Milik Swasta Puskesmas Sugihmukti
Tahun 2014
No Jenis Sarana Jumlah Keterangan
(Berizin/Tdk Berizin)
1. Rumah Sakit - -
2. Balai Pengobatan 2 Berizin
3. Rumah Bersalin - -
4. Apotek 1 Berizin
5. Praktek Dokter / Dokter gigi 1 / 1 Berizin / Berizin
6. Praktek Bidan 6 Berizin 6
Di wilayah kerja Puskesmas Sugihmukti kini sudah banyak sarana pelayanan
kesehatan milik swasta yang melayani pasien 24 jam.
2.2.2 Situasi Derajat Kesehatan
Kematian Bayi dan Balita
Angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah jumlah
kematian bayi dibawah usia satu tahun pada setiap 1.000 kelahiran hidup. Angka
kematian bayi menurut indikator yang sangat sensitif terhadap ketersediaan, kualitas,
dan pemanfaatan pelayanan kesehatan terutama yang berhubungan dengan perinatal.
Disamping itu AKB dipengaruhi pula oleh pendapatan keluarga, jumlah anggota
keluarga, pendidikan ibu, dan gizi keluarga. AKB dapat dipakai sebagai tolak ukur
pembangunan sosial ekonomi masyarakat secara menyeluruh.
Tabel 2.7 Jumlah Kematian Bayi dan Balita Puskesmas Sugihmukti Tahun
2010 – 2014
TAHUN
JUMLAH
JML
BAYI
MATI
JML
BALITA
JML
BALITA
MATI
LAHIR
HIDUP
LAHIR
MATI
LAHIR
HIDUP+
LAHIR
MATI
2010 215 1 216 - - -
13
2011 344 3 347 - 2 -
2012 336 2 338 - 3 -
2013 1.100 8 1.108 - 1 -
2014 680 4 684 - - -
Kematian Maternal
Angka Kematian Ibu (AKI) di Puskesmas Sugihmukti tahun 2014 tidak ada
karena angkanya sangat kecil dan tidak semua kematian ibu bersalin baik yang
ditolong oleh tenaga kesehatan atau tenaga lainnya dilaporkan. Sedangkan penyebab
tidak langsung kematian ibu masih dalam keadaan empat terlalu, yaitu kehamilan
terjadi pada ibu berumur kurang dari 18 tahun (terlalu muda), terjadi pada ibu
berumur lebih dari 35 tahun (terlalu tua), persalinan terjadi dalam interval waktu
kurang dari 2 tahun (terlalu sering), dan ibu hamil mempunyai paritas lebih dari tiga
(terlalu banyak).
Tabel 2.8 Jumlah Kematian Ibu Maternal
Puskesmas Sugihmukti Tahun 2010 – 2014
TAHUN
JUMLAH
LAHIR
HIDUP
JUMLAH KEMATIAN IBU MATERNAL
KEMATIAN
IBU HAMIL
KEMATIAN
IBU BERSALIN
KEMATIAN
IBU NIFASJUMLAH
2010 215 - - - -
2011 344 1 1 1 3
2012 336 1 - 1 2
2013 352 - - - -
2014 680 - - 21 1
Pemeriksaan Ibu HamilPelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan pada ibu hamil oleh tenaga
kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum,
bidan dan perawat) selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai standar
pelayanan kebidanan seperti pengukuran berat badan dan tekanan darah,
pemeriksaan fundus uteri, imunisasi tetanus toxoid (TT) serta pemberian tablet Fe /
besi minimal 90 tablet kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai pedoman
14
pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan preventif dan promotif
termasuk tes terhadap penyakit menular sexual dan temu wicara dalam rangka
persiapan rujukan. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan KI
dan K4 .
Cakupan KI atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil yang telah melakukan
kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan
antenatal sedangkan cakupan K4 ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
kesehatan yang keempat, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar
pada timester III, dimana usia kehamilan > 24 minggu. Kunjungan antenatal
sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan dengan distribusi
kontak sebagai berikut:
Minimal 1 kali pada trimester pertama (K1), usia kehamilan 1 sampai 12 minggu.
Minimal 1 kali pada trimester kedua, usia kehamilan 13 sampai 24 minggu.
Minimal 2 kali pada trimester ketiga, usia kehamilan > 24 minggu.
Angka ini dapat dimanfaatkan untuk dapat melihat kualitas pelayanan kesehatan
kepada ibu hamil.
Tabel 2.9 Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil Puskesmas Sugihmukti Tahun
2014
NO Desa
Ibu Hamil
Jumlah K1 % K4 %
1 Sugihmukti 317 268 84.54 232 73.19
2 Margamulya 199 199 100 186 93.47
3 Tenjolaya 305 254 83.28 240 78.69
Jumla
h821 721 87.82 658 80.15
Pada Tahun 2013 perkiraan jumlah ibu hamil Puskesmas Sugihmukti adalah
1.024 orang dengan hasil cakupan K1 (target 97%) pada tahun 2014 adalah 87.82
%, dan hasil cakupan K4 (target 95%) adalah 80.15 %.
Cakupan Persalinan
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi
pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak
15
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan
(profesional).
Tabel 2.10 Cakupan Persalinan Puskesmas Sugihmukti Tahun 2014
No Desa
Ibu Bersalin
SasaranDitolong
Nakes%
Dukun dan
Lain-lain%
1 2 3 4 5 6 7
1 Sugihmukti 304 197 64.80 68 22.37
2 Margamulya 391 182 95.29 6 3.14
3 Tenjolaya 292 187 64.04 41 14.04
Jumlah 987 566 71.92 115 14.61
Rendahnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Sugihmukti karena :
Kurang terlaksananya kemitraan antara bidan dan dukun paraji.
Sulitnya transportasi antara bidan desa dan penduduk di wilayah kerjanya.
Warga masih merasa tidak mampu secara finansial untuk memakai jasa bidan
dalam persalinan, meskipun sekarang sudah ada JKN tetapi masyarakat belum
sadar akan pentingnya persalinan oleh tenaga kesehatan.
Kebiasaan menggunakan jasa dukun paraji yang turun temurun di masyarakat.
Rencana Penanggulangan Masalah
Program Pencegahan Penyakit
Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap
Kegiatan Imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi umur 0-1 tahun
(BCG, DPT, Polio, Campak,HB) imunisasi untuk wanita usia subur (WUS) / ibu
hamil (TT) dan imunisasi untuk anak SD (kelas 1 : DT, dan kelas 2 dan 3 : TT),
sedangkan kegiatan imunisasi tambahan dilakukan atas dasar ditemukannya masalah
seperti Desa Non UCI, Potensial/Risti KLB, ditemukannya/diduga adanya virus
polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis.
Cakupan Gizi BalitaTabel 5.12 Cakupan Status Gizi Balita Puskesmas Sugihmukti Tahun 2014
16
No Desa/
Kelurahan
Jumlah
Balita
Yang
Ada
Balita
DitimbangBB Naik BGM
Jml % Jml % Jml %
1 Sugihmukti 855 671 78.4 510 59.6 0 0
2 Margamulya 642 534 83.17 471 73.36 2 0.31
3 Tenjolaya 1043 644 61.17 392 37.58 0 0
Jumlah 2240 1849 72.79 1373 54 2 0.08
Sumber: Lap Petugas Gizi Puskesmas Sugihmukti Th 2014
Hasil Pengkajian PHBS di Kecamatan SugihmuktiTabel 2.13 Hasil Pengkajian PHBS PuskesmasSugihmukti Tahun 2014
Desa/Kelurahan Jumlah RT
Dipantau
RT Ber-PHBS RT Tidak Ber-
PHBS
Jumlah % Jumlah %
Sugihmukti 3425 991 28.9 2434 71.06
Margamulya 2556 312 12.2 2244 87.79
Tenjolaya 3666 1136 30.9 2532 69.06
Jumlah 9647 2439 25.28 7210 74.73
Sumber : Lap Petugas Kesling Puskesmas Sugihmukti Th 2014
Ditingkat nasional perilaku sehat yang diterapkan oleh keluarga dapat dilihat dari
jumlah rumah tangga sehat. Hasil pengkajian PHBS rumah tangga tahun 2014 adalah
25.28 % dan yang tidak ber-PHBS 74.73 %, angka ini menunjukkan bahwa masih
banyak rumah tangga yang tidak berPHBS.
Pengkajian PHBS rumah tangga dilakukan melalui penilaian terhadap perilaku dan
lingkungan, dan indikator yang digunakan meliputi : persalinan oleh tenaga
kesehatan, pemberian ASI eksklusif, mempunyai jaminan pelayanan kesehatan,
mencuci tangan memakai sabun, melakukan aktivitas fisik, makan dengan gizi
seimbang, tidak merokok didalam rumah, tersedia air bersih, tersedia jamban,
kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, lantai rumah bukan dari tanah dan
rumah bekas jentik.
2.3 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
2.3.1 PENGERTIAN
17
PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan
suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan
membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan
(advocacy), bina suasana (social support), dan pemberdayaan masyarakat
(empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan
mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan masing-masing, agar dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan
meningkatkan kesehatan.
2.3.2 PESAN-PESAN POKOK PENYULUHAN
Pesan-pesan pokok ini diperlukan oleh karena pada saat ini kita menghadapi
tantangan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Tantangannya bukan
hanya mengatasi sehari-hari tetapi untuk mengejar ketinggalan kita agar dapat sejajar
dengan negara tetangga dan negara-negara maju. Sehubungan dengan itu pesan-
pesan pokok penyuluhan dalam PHBS diarahkan pada 5 aspek program prioritas
penyuluhan, yaitu: KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup dan Peran Serta
dalam Upaya Kesehatan dengan 20 pesan pokok sebagai berikut:
Pesan-pesan Pokok Kesehatan Ibu dan anak (KIA).
Pesan-pesan pokok KIA ini diperlukan terutama untuk memacu peningkatan
angka harapan hidup.
Pesan-pesan Pokok KIA meliputi:
1. Ibu hamil memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali selama masa
kehamilannya ke sarana kesehatan dan makan tablet Fe tiap hari.
2. Ibu yang akan bersalin melakukan persalinan di sarana kesehatan atau tenaga
kesehatan.
3. Ibu yang mempunyai bayi agar memberi ASI eklusif kepada bayinya.
4. Ibu membawa anak bayi dan balitanya setiap bulan ke sarana kesehatan.
Pesan-pesan Pokok Pangan dan Gizi.
Pesan-pesan pokok pangan dan gizi ini diperlukan agar dapat meningkatkan
pertumbuhan dan daya tahan tubuh/jasmani kita.
Pesan-pesan pokok meliputi:
1. Makan makanan yang bervariasi, makanan tradisional dengan gizi seimbang.
18
2. Menggunakan garam beryodium.
3. Ibu hamil agar menambah makanan yang mengandung zat besi.
4. Mengamankan makanan dari hal-hal yang dapat menimbulkan pencemaran
makanan.
Pesan-pesan Pokok Kesehatan Lingkungan
Pesan-pesan pokok Kesehatan Lingkungan untuk menghindarkan diri dari
lingkungan yang apabila yang apabila pesan-pesan ini dipraktekkan dapat mencegah
banyak penyakit infeksi.
Pesan-pesan pokok meliputi:
1. Menggunakan jamban apabila buang air besar, bagi bayi dan orang sakit
kotorannya dibuang ke jamban.
2. Menggunakan air bersih (tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna) dan
untuk minum perlu dimasak lebih dahulu.
3. Membuang sampah pada tempatnya.
4. Mencuci tangan sebelum makan, menyiapkan makanan dan sesudah buang
air besar dengan sabun dan air bersih.
Pesan-pesan Pokok Gaya Hidup.
Pesan-pesan pokok Gaya Hidup ini diperlukan untuk memelihara kebugaran
tubuh serta menghindarkan diri dari beberapa penyakit degeneratif, AIDS, dll.
Pesan-pesan pokok meliputi:
1. Berolahraga secara teratur, makanan tinggi serat, rendah kolesterol.
2. Merokok berbahaya bagi kesehatan.
3. Menghindari minuman keras dan obat berbahaya.
4. Sadari bahaya AIDS, antara lain dengan berperilaku seksual yang
bertanggung jawab.
Pesan-pesan Pokok Peran Serta Dalam Upaya Kesehatan.
Pesan-pesan ini diperlukan agar masyarakat terjamin diri dan keluarganya,
meliputi:
1. Ibu hamil dan anak balita mengikuti imunisasi lengkap.
2. Memanfaatkan sarana kesehatan apabila memerlukan pelayanan kesehatan.
19
3. Menjadi peserta dana sehat untuk menuju ke BPJS.
4. Melakukan pemeliharaan kesehatan mandiri, antara lain dengan menyediakan
obat-obatan ringan dan tradisional.
2.4 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI TATANAN RUMAH
TANGGA (Depkes RI, 1999/1000)
2.4.1 PENGERTIAN
2.4.1.1 RUMAH TANGGA
Adalah wahana atau wadah dimana keduanya yang terdiri dari Bapak,
ibu, dan anak-anaknya melaksanakan kehidupan sehari-hari.
2.4.1.2 PHBS DI TATANAN RUMAH TANGGA
Adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat.
2.4.2 SASARAN
Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara
keseluruhan yang dituju oleh program penyuluhan. Sasaran program
Pembinaan PHBS terbagi dalam :
1. Sasaran primer dalam rumah tangga yaitu sasaran utama yang akan
diubah perilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah.
Sasaran primer: individu dalam keluarga yang bermasalah
2. Sasaran sekunder adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu
yang bermasalah.
Sasaran sekunder: Kepala Keluarga, Ibu , orang tua, tokoh keluarga,
Kader, tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan, dan PKK.
3. Sasaran tersier adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur
pembantu dalam menunjang atau mendukung dalam hal dana,
kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di
rumah tangga.
Sasaran tersier : Kader, guru, tokoh masyarakat, dll.
2.4.3 LANGKAH-LANGKAH PEMBINAAN PROGRAM PHBS DI
TATANAN RUMAH TANGGA
20
Langkah-langkah kegiatan pembinaan program PHBS di tatanan rumah
tangga yang perlu dilakukan oleh petugas kesehatan di tingkat kabupaten / kota
secara umum adalah sebagai berikut:
1. Diseminasi informasi PHBS kepada petugas di Puskesmas dan lintas
program/ lintas sektor sera mitra kerja di tingkat kabupaten / kota.
2. Mengarahkan dan membimbing pelaksanaan pengkajian
3. Membimbing proses penyusunan rencana kegiatan PHBS seperti
menentukan tujuan, menyusun langkah-langkah kegiatan, pengembangan
media, dll
4. Monitoring dan supervisi pelaksanaan PHBS
5. Membantu proses penilaian PHBS di Tatanan Rumah Tangga
2.4.4 INDIKATOR PHBS
Dalam melakukan pengkajian PHBS, indikator merupakan suatu
petunjuk yang membatasi fokur perhatian. Sehingga dalam kegiatan penilaian
nanti kita dapt membandingkan antara hasil pengkajian dengan hasil penilaian
PHBS. Indikator PHBS di rumah tangga meliputi indikator input, proses, dan
output. Khusus indikator output digunakan untuk melakukan pengkajian
PHBS. Sedangkan indikator input, proses, dan output dikembangkan untuk
melakukan penilaian PHBS. Indikator PHBS di tatanan keluarga diarahkan
pada lima aspek program prioritas penyuluhan, yaitu KIA, Gizi, Kesehatan
Lingkungan, Gaya Hidup dan Upaya Kesehatan.
21
Tabel 2.14 Indikator PHBS di Tatanan Rumah Tangga
No VARIABEL INDIKATOR
INPUT Definisi PROSES Definisi OUTPUT Definisi
1. Pertolongan
persalinan
Tersediannya
Sarana Kesehatan
RS, Puskesmas,
Polindes,
(pemerintah/
swasta)
Pencarian
pertolongan
persalinan oleh
petugas kesehatan
Dokter, bidan,
pera-wat, dukun
terlatih di-
dampingi
petugas ke-
sehatan
Persalinan ditolong
pe-tugas kese-hatan
Ditolong oleh
bidan, dokter dan
perawat, dukun
terlatih
(didampingi
petugas kesehatan)
2. Imunisasi Mengetahui
manfaat imunisasi
dan jadwal
pemberian
imunisasi
Manfaat
imunisasi
adalah : untuk
meningkat-kan
daya tahan tubuh
anak
Membawa anak
untuk diimunisasi
Jenis imunisasi
diberkan sesuai
dengan umur
anak
Anak mendapat
imunisasi lengkap
yang dapat dilihat
dari KMS
Imunisasi lengkap
terdiri dari: BCG,
DPT, Polio,
Hepatitis, dan
Campak
Penimbangan
Balita
Mempunyai KMS
dan me-ngetahui
man-faat penim-
bangan
KMS: Kartu
yang untuk
memantau
pertumbuh-an
dan per-
kembangan
kesehatan Balita
Membawa balita
untuk ditimbang
Penimbang-an
dilaku-kan satu
bulan sekali
minimal 8x
setahun
Balita ditim-bang
secara teratur
sesuai jadwal
(dapat dilihat pada
KMS)
Angka/ grafik
penimbangan
untuk menge-tahui
status gizi anak
22
3. Jamban Tersedianya jamban
yang memenuhi
syarat
Jamban me-liputi
kakus cemplung
tanpa atau
dengan le-her
angsa lengkap
de-ngan pe-
nampungan
kotoran/
septiptank
Memanfaat-kan
dan me-melihara
jamban de-ngan
alat pembersih
Alat pem-bersih
ter-diri dari sikat
jam-ban, sapu
lidi, dan karbol
Jamban digu-nakan
bersih dan tidak
ber-bau
Jamban digu-nakan
oleh seluruh ke-
luarga
4. Air bersih Tersedianya air
bersih yang
memenuhi syarat
Air yang tidak
ber-bau, ber-
warna, dan
berasa
Memanfaat-kan air
bersih dan dipeli-
haranya tem-pat
penam-pungan air
bersih
Tempat
penampungan air
bersih bebas
lum-pur jentik
dan lumut
Digunakan air
bersih oleh semua
kelu-arga
Air bersih untuk
minum (yang
sudah dimasak)
masak, man-di, dan
men-cuci pakaian
5. Sampah Tersedianya tempat
sam-pah yang
tertutup di dalam
dan di luar rumah
Tempat sampah
yang terbuat dari
seng, plastik, se-
men baik di
dalam dan di luar
ru-mah
Digunakan dan
dipeli-haranya
tem-pat sampah
Tempat sampah
dalam ke-adaan
baik dan diber-
sihkan se-cara
teratur
Halaman dan
rumah dalam
keadaan ber-sih
bebas sampah
Sampah di-
tampung dan
dibuang di tempat
pem-buangan
23
6. Kebersihan
kuku
Tersedianya alat
pemotong kuku
Ketersedia-an
alat pe-motong
ku-ku berupa
gunting atau
lainnya
Menggunting kuku
dan membersih-
kan secara teratur
Minimal kuku
ang-gota keluar-
ga dipotong 1
kali dan
dibersihkan
setiap hari
Kuku ke-luarga
pendek dan bersih
Bersih ar-tinya
tidak ada kotoran /
hitam di-sekitar
kuku dan kuku ter-
sebut pendek
7. Gizi keluarga Tersedianya bahan
maka-nan yang ber-
gizi dan ber-aneka
ragam
Bahan ma-kanan
ber-gizi terdiri
dari kar-bohidrat,
protein, le-mak,
vi-tamin, dan
mineral yang
dapat diperoleh
dihalaman ru-
mah dan pa-sar
terdekat
Mengolah bahan
ma-kanan yang
tersedia de-ngan
benar
Memilih,
mencuci, dan
mema-sak bahan
makanan yang
ter-sedia
Mengkonsum-si
makanan yang
bergizi/ beraneka
ra-gam
Semua ang-gota
keluarga
mengkonsum-si
makanan yang
bergizi dan
beraneka ragam
8 Kebiasaan tidak
merokok dan
penyalahgu-naan
Napza
Tidak ada ro-kok,
asbak, dan abu
rokok. Tidak
ditemukan ba-han
penyalahguna-an
Napza
Tidak dite-mukan
rokok, pun-tung,
dan abu rokok di
dalam dan
halaman ru-mah.
Tidak ditemukan
bahan pe-
Tidak ada anggota
ke-luarga yang
membeli ro-kok
dan me-nyimpan
secara tidak sah
bahan-bahan
Napza
Tidak ada-nya
biaya pengeluar-
an rumah tangga
un-tuk membeli
rokok dan napza
Tidak adanya
anggota ke-luarga
yang merokok dan
menyalahgu-nakan
Napza
Rumah bebas asap
rokok dan bahan
Napza
24
nyalahgu-naan
napza
9. Informasi PMS/
AIDS
Tersedianya
informasi ten-tang
AIDS / PMS
Informasi AIDS /
PMS me-liputi
penu-laran, pen-
cegahan, &
penyebab AIDS/
PMS yang diper-
oleh dari
berbagai media
Memperoleh
informasi tentang
AIDS dari
berbagai sumber
in-formasi
Informasi
tersebut da-pat
diper-oleh dari
berbagai sumber
yaitu: TV,
Koran, Ra-dio,
Cera-mah, dll.
Dapat men-jelaskan
2 cara : pence-
gahan dan
penularan AIDS /
PMS
Dua cara
pencegahan dan
penu-laran
10. BPJS dana sehat
As.Kes lainnya
Terbentuknya
BPJS/ Dana sehat
dan As-kes lainnya
yang sejenis
Penyeleng-
garaan
Pemelihara-an
kesehat-an yang
pembiayaan-nya
dilak-sanakan se-
cara pra upaya
ber-azaskan u-
saha ber-sama
dan kekeluarga-
an
Menjadi peserta
dana sehat, BPJS,
dan Askes lainnya
Peserta Dana
Sehat, BPJS, dan
Askes lain-nya
adalah peserta
yang mendapat
kartu anggota
Membayar premi/
iuran secara teratur
Biaya yang
dibayarkan pada
jangka waktu yang
telah diten-tukan
25
2.5 KONSEP PERILAKU DAN PERILAKU KESEHATAN (Soekidjo, 1003)
2.5.1 BATASAN PERILAKU
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup)
yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pibung biologis semua makhluk
hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu
berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga
yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau
aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas
antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak
luar.
Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skiner ini
disebut teori ”S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respons. Skiner membedakan
adanya 2 respons:
1. Respondent response atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut
eliciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.
Misalnya: makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan,
cahaya terang menyebabkan mata tertutup. Sedangkan Respondent
response mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita
mudibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan
kegembiraannya dengan tertawa.
2. Operant respons atau instrumental response, yakni respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.
Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena
memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan
melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau
job skripsi), kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus
baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam
26
melaksanakan tugasnya.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua.
1. Perilaku tertutup (covert behaviour)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada
orang yang menerima stimulus tersebut, dan sikap yang terjadi pada orang
yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas
oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut covert behaviour atau unobservable
behaviour, misalnya : seorang ibu hamil tahu pentingnya untuk
memeriksakan kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat
menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.
2. Perilaku terbuka (overt behaviour)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau
dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behaviour, tindakan
nyata atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau
dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behaviour, tindakan
nyata atau praktek (practice) misalnya, seorang ibu memeriksakan
kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi,
penderita TB paru minum obat secara teratur, dan sebagainya.
Seperti telah disebutkan diatas, sebagian besar perilaku manusia adalah
operant response. Oleh sebab itu untuk membentuk jenis respon atau perilaku
perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant
conditioning. Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini
menurut Skiner adalah sebagai berikut:
a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan
penguat atau reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku
yang akan dibentuk.
b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-
komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian
komponen-komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk
27
menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.
c. Menggunakan secara urut komponen-komponen itu
sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah
untuk masing-masing komponen tersebut.
d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan
urutan komponen yang telah tersusun itu. Apabila komponen pertama
telah dilakukan, maka hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan
komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering
dilakukan. Kalau ini sudah terbentuk maka dilakukan komponen
(perilaku) yang kedua yang kemudian diberi hadiah (komponen pertama
tidak memerlukan hadiah lagi). Demikian berulang-ulang sampai
komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen
ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang
diharapkan terbentuk.
2.5.2 PERILAKU KESEHATAN
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku
kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan
dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok.
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan
bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini
terdiri dari 3 aspek.
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit
bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh
dari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam
keadaan sehat. Perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu
sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehat pun
perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang
seoptimal mungkin.
28
c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan
minuman dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan
seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat
menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan
dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada
perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan
kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health
seeking behaviour).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada
saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku
ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari
pengobatan ke luar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan.
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan
fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya. Dengan perkataan lain,
bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak
mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya.
Misalnya bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum,
tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya.
Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi lain tentan
perilaku kesehatan ini.
a. Perilaku hidup sehat.
Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau
kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meingkatkan
kesehatannya.
Perilaku ini mencakup antara lain:
1. makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu
seimbang di sini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat
gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti
jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh
(tidak kurang, tetapi juga tidak lebih). Secara kualitas
mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan empat
sehat lima sempurna.
29
2. olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan),
dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang
digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya kedua
aspek ini akan tergantung dari usia, dan status kesehatan
yang bersangkutan.
3. tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang
mengakibatkan berbagai macam penyakit. Ironisnya
kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-
olah sudah membudaya. Hampir 50 % penduduk
Indonesia usia dewasa merokok. Bahkan dari hasil suatu
penelitian, sekitar 15 % remaja kita telah merokok. Inilah
tantangan pendidikan kesehatan kita.
4. tidak minum minuman keras dan narkoba. Kebiasaan
minum miras dan mengkonsumsi narkoba (narkotik dan
bahan-bahan berbahaya lainnya) cenderung meningkat.
Sekitar 1 % penduduk Indonesia dewasa diperkirakan
sudah mempunyai kebiasaan minum miras ini.
5. istirahat cukup. Dengan meningkatnya kebutuha hidup
akibat tuntutan untuk penyesuaian dengan lingkungan
modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan
berlebihan, sehingga kurang waktu istirahat. Hal ini juga
dapat membahayakan kesehatan.
6. mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja,
dan akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan. Lebih-
lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti
diuraikan di atas. Kecenderungan stres akan meningkat
pada setiap orang. Stres tidak dapat kita hindari, maka
yang penting agar stres tidak menyebabkan gangguan
kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau
mengelola stres dengan kegiatan-kegiatan yang positif.
7. perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan,
misalnya: tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan
seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan
sebagainya.
30
b. Perilaku sakit (ilness behaviour)
Perilaku sakit ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan
penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang:
penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan
sebagainya.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)
Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran, yang
mencakup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai
orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui
oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama
keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit
(the sick role). Perilaku ini meliputi:
1. tindakan untuk memperoleh kesembuhan
2. mengenal/ mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/
penyembuhan penyakit yang layak
3. mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perwatan,
memperoleh pelayanan kesehatan, dsb.) dan kewajiban
orang sakit (memberitahukan penyakinya kepada orang
lain terutama kepada dokter/ petugas kesehatan, tidak
menularkan penyakitnya kepada orang lain, dan
sebagainya).
2.5.3 DOMAIN PERILAKU
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus
atau rangasang dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon
sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang
bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa
orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda. Faktor yang membedakan respon
terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan
perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni :
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat
kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,
31
sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini
sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan
totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama
atau resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal.
Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai
bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi
pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 domain, ranah atau
kawasan yakni : a.kognitif, b. Afektif, c.psikomotor. Dalam perkembangannya,
teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan,
yakni:
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjdai setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).
a.Proses Adopsi Perilaku.
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
2. Interest, yakni orang yang mulai tertarik kepada stimulus.
3. Evacuation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitan selanjutnya Rogers menyimpulkan
bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila
32
penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini
didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu
tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung
lama.
b. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah diperlajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondiri real (sebenarnya). Aplikasi di sini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
33
5. Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang
telah ada.
c.Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan lain tentang
sikap ini dapat dikutipkan sebagai berikut.
”An individual’s social attidude is a syndrome of response
consistency with regard to social object” (Campbell,1950).
“A mental and neural state of rediness, organized through
expertence, exerting a directive or dynamic influence up on the individual’s
response to all objects and situation with which it is related” (Allport, 1954).
“Attitude entails an existing predisposition to response to social
objecs which in interaction with situational and other dispositional variables,
guides and direct the overt behavior of the individual” (Cardno, 1955).
Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi
sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih
dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan
sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus
sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa
sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu
perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi
terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk
34
bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan
terhadap objek.
Diagram di bawah ini dapat lebih menjelaskan uraian tersebut.
Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi
a. Komponen Pokok Sikap
Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai
3 komponen pokok.
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
b. Berbagai Tingkatan Sikap.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan.
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
Karena dengan suatu usaha unutk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar
atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
35
Stimulus
Rangsangan
Proses
Stimulus Reaksi
Tingkah laku
(terbuka)Sikap
(tertutup)
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau
pernyataan responden terhadap suatu objek.
c. Praktek atau Tindakan (practise)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,
antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus
mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang
mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Di samping
faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain,
misalnya, dari suami atau istri, orangtua atau mertua, dan lain-lain. Praktek
ini mempunyai beberapa tingkatan:
1. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan
yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
Misalnya, seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi
bagi anak Balitanya.
2. Respons terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia
sudah mencapai praktek tingkat tiga.
4. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung,
36
yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah
dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall).
Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan
mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
2.5.4 PERUBAHAN (ADOPSI) PERILAKU DAN INDIKATORNYA
Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks dan
memerlukan waktu yang relatif lama. Secara teori perubahan perilaku atau seseorang
menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap.
1. Pengetahuan
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu
terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau
keluarganya. Indikator-indikator apa yang dapat digunakan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan
menjadi:
a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi:
- penyebab penyakit
- gejala atau tibu-tibu penyakit
- bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan
- bagaimana cara penularannya
- bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi, dan sebagainya.
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,
meliputi:
- jenis-jenis makanan yang bergizi
- manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatannya
- pentingnya olahraga bagi kesehatan
- penyakit-penyakit atau bahaya-bahaya merokok, minum-minuman keras,
narkoba, dan sebagainya
- pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi, dan sebagainya bagi
kesehatan, dan sebagainya
c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
- manfaat air bersih
- cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan kotoran
yang sehat, dan sampah
37
- manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat
- akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan, dan sebagainya
2. Sikap
Telah diuraikan di atas bahwa sikap adalah penilaian (bisa berupa
pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah
masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulus
atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus
atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator untuk sikap kesehatan
juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan seperti di atas, yakni:
a. Sikap terhadap sakit dan penyakit.
Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap: gejala atau
tibu-tibu penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara
pencegahan penyakit, dan sebagainya.
b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap lingkungan dan
pengaruhnya terhadap kesehatan.
c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan
Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan
pengaruhnya terhadap kesehatan.
3. Praktek atau Tindakan (practice)
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses
selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang
diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktek (practice)
kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behaviour).
Oleh sebab itu, indikator praktek kesehatan ini juga mencakup hal tersebut di
atas, yakni:
a.Tindakan sehubungan dengan penyakit
Tindakan atau perilaku ini mencakup : a. Pencegahan penyakit , b.
Penyembuhan penyakit.
b. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain : mengkonsumsi makanan
38
dengan gizi seimbang, melakukan olahraga dengan teratur, tidak merokok,
tidak minum minuman keras dan narkoba, dan sebagainya.
c.Tindakan kesehatan lingkungan
Perilaku ini antara lain mencakup : membuang air besar di jambanm
membuang sampah di tempat sampah, menggunakan air bersih untuk madi,
cuci, masak, dsb.
2.5.5 ASPEK SOSIO-PSIKOLOGI PERILAKU KESEHATAN
Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor-
faktor tersebut antara lain: susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, dan
belajar. Susunan saral pusat memegang peranan penting dalam perilaku
manusia, karena perilaku merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsang
yang masuk ke rangsang yang dihasilkan. Perpindahan ini dihasilkan oleh
susuran saraf pusat dengan unit-unit dasarnya yang disebut neuron. Neuron
memindahkan energi-energi di dalam impuls-impuls saraf. Impuls-impuls saraf
indera pendengaran, penglihatan, pembauan, pengecapan, dan perubahan
disalurkan dari tempat terjadinya rangsangan melalui impuls-impuls saraf ke
susunan saraf pusat.
Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui
melalui persepsi. Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya. Setiap orang
mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun objeknya sama. Motivasi
diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk
perilaku.
Perilaku dapat juga timbul karena emosi. Aspek psikologis yang
mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani. Sedang
keadaan jasmani merupakan hasil keturunan (bawaan). Dalam proses
pencapaian kedewasaan pada manusia semua aspek yang berhubungan dengan
keturunan dan emosi akan berkembang sesuai dengan hukum perkembangan.
Oleh karena itu perilaku yang timbul karena emosi merupakan perilaku
bawaan.
Belajar diartikan sebagai suatu perilaku yang dihasilkan dari praktek-
39
praktek dalam lingkungan kehidupan. Barelson (1964) mengatakan bahwa
belajar adalah suatu perubahan perilaku yang dihasilkan dari perilaku
terdahulu.
Dari uraian dia tas dapat disimpulkan bahwa perilaku terbentuk melalui
suatu proses tertentu, dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan
lingkungannya. Faktor-faktor yang memegang peranan di dalam pembentukan
perilaku dapat dibedakan menjadi dua yakni faktor intern dan ekstern. Faktor
intern berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi, dan sebagainya
untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Faktor ekstern meliputi: objek,
orang, kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam
mewujudkan bentuk perilakunya. Kedua faktor tersebut akan dapat terpadu
menjadi perilaku yang selaras dengan lingkungannya apabila perilaku yang
terbentuk dapat diterima oleh lingkungannya, dan dapat diterima oleh individu
yang bersangkutan.
Perilaku sebagai konsepsi, bukanlah hal yang sederhana. Konsep
perilaku yang diterima secara luas ialah yang memibung perilaku sebagai
variabel pencampur (interventing variable), oleh karena itu ia mencampuri atau
mempengaruhi responsi subjek terhadap stimulus.
Menurut konsepsi ini maka perlaku adalah pengorganisasian proses-
proses psikologi oleh seseorang yang memberikan predisposisi untuk
melakukan responsi menurut cara tertantu terhadap sesuatu kelas atau golongan
objek-objek.
Dalam bidang kesehatan masyarakat khususnya pendidikan kesehatah,
mempelajari perilaku adalah sangat penting. Karena pendidikan kesehatan
sebagai bagian dari kesehatan masyarakat, berfungsi sebagai media atau sarana
untuk menyediakan kondisi sosio-psikologis sedemikian rupa sehingga
individu atau masyarakat berperilaku sesuai dengan norma-norma hidup sehat.
Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan bertujuan untuk merubah perilaku
individu atau masyarakat sehingga sesuai dengan norma-norma hidup sehat.
Setiap individu sejak lahir berada di dalam suatu kelompok, terutama
kelompok keluarga. Kelompok ini akan membuka kemungkinan untuk
dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-anggota kelompok lain. Oleh karena
pada setiap kelompok senantiansa berlaku aturan dan norma sosial tertentu,
maka perilaku setiap individu anggota kelompok berlangsung di dalam suatu
40
jaringan normatif. Demikian pula perilaku individu tersebut terhadap masalah-
masalah kesehatan.
Saparinah Sadli (1982), menggambarkan hubungan individu dengan
lingkungan sosial yang saling mempengaruhi dalam diagram di bawah ini:
Hubungan Individu dengan Lingkungan Sosial
Keterangan:
a. Perilaku kesehatan individu: sikap dan kebiasaan individu yang erat
kaitannya dengan lingkungan
b. Lingkungan keluarga: kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai
kesehatan
c. Lingkungan terbatas: tradisi, adat istiadat, dan kepercayaan masyarakat
sehubungan dengan kesehatan
d. Lingkungan umum: kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang kesehatan,
undang-undang kesehatan, program-program kesehatan, dan sebagainya.
41
Lingkungan umum
Lingkungan terbatas
Lingkungan
keluargaIndividu
Interaksi perilaku kesehatan
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 KERANGKA PEMIKIRAN
1. Pertolongan persalinan
2. Imunisasi
3. Jamban
4. Air bersih
5. Sampah
6. Pemeliharaan kesehatan rumah
7. Kebiasaan mencuci tangan
8. Gizi seimbang
9. Kebiasaan tidak merokok
10. Aktifitas fisik
11. Informasi PMS/ AIDS
12. BPJS/ dana sehat Asuransi Kesehatan lain
13. Pemanfaatan sarana kesehatan
14. Pemeliharaan kesehatan mandiri
( sumber: Departemen Kesehatan RI )
3.2 DEFINISI OPERASIONAL
1. Umur ibu
Umur ibu sekarang (PUS atau sedang hamil atau memiliki bayi atau memiliki
Balita)
Cara ukur : Survey
Alat ukur : Kuesioner
Skala : Interval
2. Pendidikan ibu
Pendidikan formal tertinggi yang diikuti ibu
Cara ukur : Survey
Alat ukur : Kuesioner
42
PHBS di
Tatanan
Rumah
Tangga
Skala : Ordinal
3. Pekerjaan ibu
Pekerjaan yang dilakukan ibu sehari-hari
Cara ukur : Survey
Alat ukur : Kuesioner
Skala : Ordinal
4. Pendapatan per kapita per bulan
Penghasilan perkapita perbulan responden
- Penghasilan Kurang, yaitu < Rp. 2.000.000 /kapita/bulan
- Penghasilan Cukup, yaitu ≥ Rp. 2.000.000 /kapita/bulan
Cara ukur : Survey
Alat ukur : Kuesioner
Skala : Ordinal
5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Upaya memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat, dengan memberi
informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap,
dan perilaku sebagai upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan
mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan Rumah Tangga, agar dapat
menerapkan cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan
meningkatkan kesehatannya. Indikator dari PHBS antara lain :
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Pencarian pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan,
dukun terlatih didampingi petugas kesehatan)
Cara ukur : Survey
Alat ukur : Kuesioner
Terdapat 3 kategori jawaban
Dokter, mendapat jawaban dengan nilai (10)
Bidan, mendapat jawaban dengan nilai (5)
Paraji, mendapat jawaban dengan nilai (1)
Skala : Ordinal
43
Pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan
Pemeriksaan selama kehamilan oleh petugas kesehatan dilakukan
minimal 4x
Cara ukur : Survey
Alat ukur : Kuesioner
Terdapat 3 kategori jawaban
4 kali, mendapat jawaban dengan nilai (10)
1-3 kali, mendapat jawaban dengan nilai (5)
Tidak pernah, mendapat jawaban dengan nilai (1)
Skala : Ordinal
KB
Akseptor KB lama maupun baru yang saat ini aktif menggunakan
kontrasepsi.
Cara ukur : Survey
Alat ukur : Kuesioner
Skala : Ordinal
Terdapat 1 jenis pertanyaan,yaitu:
Terdapat 2 kategori jawaban
Ya, mendapat jawaban dengan nilai (1)
Tidak, mendapat jawaban dengan nilai (0)
2. Imunisasi bayi
Membawa bayi untuk diimunisasi lengkap (BCG, DPT, Polio, Hepatitis,
dan Campak), dilihat di KMS .
Cara ukur : Survey
Alat ukur : Kuesioner
Terdapat 2 kategori jawaban
Ya, mendapat jawaban dengan nilai (1)
Tidak, mendapat jawaban dengan nilai (0)
Skala : Ordinal
Penimbangan Balita
Membawa Balita untuk ditimbang (1 bulan sekali, minimal 8 x / tahun),
dilihat di KMS.
44
Cara ukur : Survey
Alat ukur : Kuesioner
Terdapat 2 kategori jawaban
Ya, mendapat jawaban dengan nilai (1)
Tidak, mendapat jawaban dengan nilai (0)
Skala : Ordinal
Imunisasi ibu
Mendapat imunisasi TT sebelum hamil atau saat sedang hamil.
Cara ukur : Survey
Alat ukur : Kuesioner
Terdapat 2 kategori jawaban
Ya, mendapat jawaban dengan nilai (1)
Tidak, mendapat jawaban dengan nilai (0)
Skala : Ordinal
3. Jamban
Dapat memanfaatkan jamban/kakus yang ada airnya, bersih, dan tidak
berbau.
Cara ukur : Survey
Alat ukur : Kuesioner
Terdapat 5 kategori jawaban
Jamban keluarga, mendapat jawaban dengan nilai (10)
Kakus, mendapat jawaban dengan nilai (10)
Sungai, mendapat jawaban dengan nilai (1)
Kebun, mendapat jawaban dengan nilai (1)
Lain-lain, mendapat jawaban dengan nilai (1)
Skala : Ordinal
4. Air Bersih
Dapat memiliki akses terhadap air bersih (tidak berwarna, berasa, berbau)
dan memakai air bersih untuk kebutuhan sehari-hari (untuk minum
(sudah dimasak), masak, mandi, dan mencuci pakaian).
Cara ukur : Survey
Alat ukur : Kuesioner
45
Terdapat 4 kategori jawaban
PAM, mendapat jawaban dengan nilai (10)
Sumur, mendapat jawaban dengan nilai (5)
Sungai, mendapat jawaban dengan nilai (1)
Lain-lain, mendapat jawaban dengan nilai (1)
Skala : Ordinal
5. Sampah
Rumah dan halaman dalam keadaan bersih dan bebas sampah. Sampah
dikumpulkan di tempat sampah yang tertutup (terbuat dari seng, plastik,
semen) baik di dalam maupun di luar rumah dan sampah dibuang ke
TPA/TPS/tempat pribadi yang khusus.
Cara ukur : Survey
Alat ukur : Kuesioner
Skala : Ordinal
Terdapat 5 kategori jawaban
TPA/TPS, mendapat jawaban dengan nilai (10)
Sungai, mendapat jawaban dengan nilai (1)
Kebun, mendapat jawaban dengan nilai (1)
Bakar, mendapatjawaban dengan nilai (5)
Lain-lain, mendapat jawaban dengan nilai (1)
6. Pemeliharaan Rumah
Mampu memelihara rumah agar dapat memenuhi syarat kesehatan seperti
jendela rumah yang dibuka setiap hari, lantai rumah disapu dan dipel
setiap hari, pencahayaan (matahari,lampu), berventilasi, halaman rumah
bersih, dimanfaatkan serta ada penghijauan.
Cara ukur : Survey
Alat ukur : Kuesioner
Terdapat 2 kategori jawaban
Ya, mendapat jawaban dengan nilai (1)
Tidak, mendapat jawaban dengan nilai (0)
Skala : Ordinal
46
7. Kebiasaan Mencuci Tangan
Selalu mencuci tangan sebelum makan, menyiapkan makanan dan
sesudah buang air besar dengan menggunakan sabun dan air bersih.
Cara ukur : Survey
Alat ukur : Kuesioner
Terdapat 2 kategori jawaban
Ya, mendapat jawaban dengan nilai (1)
Tidak, mendapat jawaban dengan nilai (0)
Skala : Ordinal
8. Gizi Seimbang
Memilih, mencuci, memasak, dan mengkonsumsi makanan yang bergizi
seimbang (nasi/pengganti nasi, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan)
serta beragam setiap hari, yang diperoleh dari halaman rumah atau kebun
atau pasar terdekat.
Cara ukur : Survey
Alat ukur : Kuesioner
Terdapat 5 kategori jawaban
Nasi, sayur, lauk pauk, buah (4 sehat), mendapat jawaban dengan nilai
(10)
Nasi, sayur, dan lauk pauk, mendapat jawaban dengan nilai (5)
Nasi & sayur/nasi & lauk pauk, mendapat jawaban dengan nilai (3)
Nasi saja, mendapat jawaban dengan nilai (1)
Lain-lain,mendapat jawaban dengan nilai (1)
Skala : Ordinal
9. Kebiasaan tidak merokok
Ibu tidak sedang merokok.
Cara ukur : Survey
Alat ukur : Kuesioner
Terdapat 2 kategori jawaban
Ya, mendapat jawaban dengan nilai (1)
Tidak, mendapat jawaban dengan nilai (0)
Skala : Ordinal
47
10. Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik adalah olah gerak tubuh baik olahraga berat ataupun
sedang setiap hari selama 30 menit. Contoh aktifitas fisik: lari,
badminton, jalan-jalan, menyapu, mengepel, mencangkul, kerja di sawah,
kerja di kebun, dan lain-lain.
Cara ukur : Survey
Alat ukur : Kuesioner
Terdapat 2 kategori jawaban
Ya, mendapat jawaban dengan nilai (1)
Tidak, mendapat jawaban dengan nilai (0)
Skala : Ordinal
11. Informasi PMS/ AIDS
Mengetahui informasi tentang AIDS/ PMS dari berbagai sumber
informasi (TV, koran, radio, ceramah, dll.) serta mampu menyebutkan
cara penularan dan cara pencegahannya.
Cara ukur : Survey
Alat ukur : Kuesioner
Skala : Ordinal
Terdapat 2 jenis pertanyaan
a. Terdiri dari 5 kategori jawaban
Hubungan seksual, mendapat jawaban dengan nilai (10)
Jarum suntikan, mendapat jawaban dengan nilai (10)
Ciuman, mendapat jawaban dengan nilai (1)
Makanan, mendapat jawaban dengan nilai (1)
Lain-lain, mendapat jawaban dengan nilai(1)
b. Terdiri dari 5 kategori jawaban
Tidak berganti-ganti pasangan, mendapat jawaban dengan nilai (10)
Menggunakan jarum suntik yang steril, mendapat jawaban dengan
nilai (10)
Tidak makan bersama penderita AIDS, mendapat jawaban dengan
nilai (1)
Tidak tidur bersama penderita AIDS, mendapat jawaban dengan nilai
48
(1)
Lain-lain, mendapat jawaban dengan nilai (1)
12. BPJS / Dana Sehat / Asuransi Kesehatan Lainnya .
Menjadi peserta BPJS/ dana sehat/ Askes lainnya (pemeliharaan
kesehatan yang pembiayaannya dilaksanakan secara pra upaya/ dibayar di
muka)
Cara ukur : Survey
Alat ukur : Kuesioner
Terdapat 2 kategori jawaban
Ya, mendapat jawaban dengan nilai (1)
Tidak, mendapat jawaban dengan nilai (0)
Skala : Ordinal
13. Pemanfaatan Sarana Kesehatan
Menggunakan sarana kesehatan bila sakit atau meminta pertolongan ke
petugas kesehatan.
Cara ukur : Survey
Alat ukur : Kuesioner
Terdapat 4 kategori jawaban
Dokter, mendapat jawaban dengan nilai (10)
Puskesmas, mendapat jawaban dengan nilai (5)
Bidan desa (Bides), mendapat jawaban dengan nilai (5)
Tidak berobat (obat warung), mendapat jawaban dengan nilai (1)
Skala : Ordinal
14. Pemeliharaan Kesehatan Mandiri
Menyediakan obat-obatan ringan seperti obat panas, obat diare (mencret)
dan obat luka di rumah.
Cara ukur : Survey
Alat ukur : Kuesioner
Terdapat 2 kategori jawaban
Ya, mendapat jawaban dengan nilai (1)
Tidak, mendapat jawaban dengan nilai (0)
49
Skala : Ordinal
6. Seluruh pertanyaan tentang PHBS berjumlah 19 pertanyaan. Setelah
dijumlahkan, maka responden dikelompokkan ke dalam 3 kategori, yaitu:
1. PHBS Baik, apabila responden memperoleh skor antara 6 - 34
2. PHBS Cukup, apabila responden memperoleh skor antara 35 - 62
3. PHBS Kurang, apabila responden memperoleh skor antara 63 - 88
Skala : Ordinal
Alat ukur : Kuesioner
50
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
1. METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan suatu
penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran suatu keadaan dalam
populasi. Dalam hal ini, adalah untuk mengetahui gambaran perilaku hidup
bersih dan sehat di tatanan rumah tangga masyarakat desa Sugihmukti.
2. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
yang terdiri dari:
a. Identitas Responden sebanyak 6 pertanyaan
b. Tentang PHBS sebanyak 17 pertanyaan
3. POPULASI DAN SAMPEL
a. Populasi penelitian adalah penduduk yang bertempat tinggal di desa
Sugihmukti, kabupaten Bandung, yang berjumlah 4.122 kepala keluarga
b. Sampel
Penelitian ini menggunakan sistem quota sampling sebanyak 40 responden
wanita yang telah menikah, memiliki anak maupun tidak.
4. KRITERIA RESPONDEN
Jika penderita ternyata:
Masih di bawah umur (<18 tahun) dan belum menikah
Menolak wawancara
5. PENGUMPULAN DATA
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder, yaitu:
a. Data primer
Data ini didapat dengan cara wawancara secara terpimpin.
b. Data sekunder
Berupa data-data yang diperoleh dari puskesmas Sugihmukti.
51
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini berlokasi di Desa Sugihmukti, kabupaten Bandung, yang
termasuk ke dalam wilayah kerja Puskesmas Sugihmukti, yang secara administratif
termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Bandung. Wilayah kerja Puskesmas
Sugihmukti terdiri atas 3 desa, yaitu:
1). Desa Sugihmukti
2). Desa Margamulya
3). Desa Tenjolaya
5.2 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.2.1 Identitas Responden
Tabel 5.1 Distribusi Umur Responden
Usia (tahun) Jumlah Persentase
18-27 12 30.0%
28-37 8 20.0%
38-47 7 17.5%
48-57 11 27.5%
58-67 2 5%
68-77
78-87
88-97
-
-
-
-
-
-
JUMLAH 40 100 %
Dari distribusi responden berdasarkan umurnya, didapatkan usia terbanyak
responden adalah antara usia 18-27 tahun yaitu sebanyak 12 (30.0%) responden,
kemudian usia 48-57 % tahun sebanyak 11 (27.5%) responden, 28-37 tahun
sebanyak 8 (20%) responden, usia 58-67 tahun sebanyak 2 (5%) responden.
Dari distribusi responden bahwa usia yang terbanyak adalah usia produktif
yaitu antara 18-27 tahun dimana pada usia tersebut masih memungkinkan si ibu
untuk hamil dan memiliki bayi/balita lagi serta merawat keluarganya sehingga perlu
52
adanya pembinaan lebih lanjut tentang perilaku hidup bersih dan sehat sehingga
diharapkan di kemudian hari kesadaran akan perilaku hidup bersih dan sehat dapat
meningkat.
Tabel 5.2 Distribusi Pendidikan Terakhir Responden
Pendidikan Jumlah Persentase
Tidak tamat SD 3 7.5%
Tamat SD 30 75 %
Tidak tamat SMP/ SLTP - -
Tamat SMP/ SLTP 5 12.5 %
Tidak tamat SMA/ SLTA - -
Tamat SMA/ SLTA 2 5 %
Tamat PT/ Akademi - -
JUMLAH 40 100%
Dari Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa yang berpendidikan lulus SD/sederajatnya
adalah yang terbanyak, yaitu 30 (75%) responden, kemudian yang tamat SMP/SLTP
sebanyak 5 (12.5%) responden, tidak tamat SD 3 (7.5%) responden, tamat
SMA/SLTA 2 (5%).
Menurut Hendrik L. Blum, pendidian formal tidak banyak bermanfaat untuk
mengubah perilaku masyarakat. Sedangkan menurut Soekidjo Notoadmojo (1993)
makin tinggi tingkat pendidikan ibu diharapkan ia akan mudah menerima pesan-
pesan kesehatan. Sehingga pendidikan yang relative masih rendah ini tentunya
berpengaruh pula pada tingkat pengetahuan responden secara umum; dimana ibu
yang berpendidikan rendah mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih rendah
dibandingkan dengan yang berpendidikan lebih tinggi.
Tabel 5.3 Distribusi Pekerjaan Responden
Pekerjaan Jumlah Persentase
Tidak bekerja/Ibu Rumah Tangga 28 70%
Buruh 6 15%
Petani 2 5%
Pedagang 4 10%
JUMLAH 40 100%
53
Dari Tabel 5.3 didapatkan bahwa kebanyakan responden adalah tidak
bekerja/ibu rumah tangga, yaitu sebanyak 28 (70%) responden,kemudian sebanyak 6
(15%) responden yang bekerja sebagai buruh, sebanyak 4 (10%) sebagai pedagang,
dan 2 (5%) responden yang mata pencahariannya sebagai petani.
Maka dengan mengetahui pekerjaan responden, kita dapat mengetahui
tingkat sosial ekonomi masyarakat desa Sugihmukti pada umumnya. Selain itu juga
dapat disimpulkan bahwa dengan kondisi ibu yang kebanyakan tidak bekerja atau
sebagai ibu rumah tangga, seharusnya dapat lebih menjalankan perilaku hidup bersih
dan sehat dibanding dengan ibu-ibu yang bekerja, tetapi pada kenyataannya justru
banyak ibu-ibu yang tidak menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat.
Tabel 5.4 Distribusi Penghasilan Perkapita Perbulan Responden
Pendapatan / kapita/ bulan Jumlah Persentase
< Rp. 2.000.000,-/kapita/ bulan 32 80%
Rp. 2.000.000-/kapita/ bulan 8 20%
JUMLAH 40 100%
Dari Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa kebanyakan responden berpenghasilan <
Rp. 2.000.000 yaitu sebanyak 32 (80%) responden dan sisanya 8 (20%) responden
berpenghasilan Rp. 2.000.000.
Patokan penghasilan perkapita perbulan Rp. 2.000.000, adalah batas minimal
pemenuhan kebutuhan pokok perkapita perbulan bagi masyarakat Indonesia yang
tinggal di Kabupaten Bandung. Sehingga dari data ini dapat disimpulkan bahwa
responden umumnya kurang mampu untuk membiayai kebutuhan pokok sehari-hari,
termasuk untuk biaya kebutuan akan makanan yang bergizi, penyediaan JAGA
(Jamban Keluarga) ataupun biaya pengobatan, sehingga kesadaran akan hidup bersih
dan sehat masih rendah.
54
5.2.2. PHBS RESPONDEN
Tabel 5.5 Distribusi Responden Yang Mempunyai Bayi/ Mempunyai Balita/
Sedang Hamil / PUS (Pasangan Usia Subur)/Usia lanjut
Kategori Jumlah Persentase
Mempunyai Bayi 6 15%
Mempunyai Balita 13 32.5%
Sedang Hamil 4 10%
PUS
Usia Lanjut
9
8
22.5%
20%
JUMLAH 40 100%
Dari Tabel 5.5 didapatkan bahwa 13 (32.5%) responden mempunyai balita,
kemudian diikuti dengan 6 (15%) responden mempunyai bayi, 9 (22.5%) responden
adalah PUS, 4(10%) responden sedang hamil, dan 8 (20%) responden usia lanjut.
Tabel 5.6 Distribusi jawaban responden yang mempunyai bayi terhadap pertanyaan
“Saat ibu melahirkan, ibu ditolong oleh siapa?”
Jawaban Jumlah Persentase
Dokter 0 0%
Bidan 5 83.3%
Paraji 1 16.7%
JUMLAH 6 100%
Dari Tabel 5.6 didapatkan 5 (83.3 %) responden menjawab “ditolong oleh
bidan” dan 1 (16.7%) responden yang ditolong oleh paraji.
Tabel 5.7 Distribusi jawaban responden yang mempunyai bayi terhadap pertanyaan
“Apakah bayi ibu sudah diimunisasi?”
Jawaban Jumlah Persentase
Ya 6 100%
Tidak - -
JUMLAH 6 100%
Dari Tabel 5.7 didapatkan 6 (100%) responden menjawab “ Ya “ dan tidak
ada yang belum mengimunisasi bayinya.
55
Tabel 5.8 Distribusi jawaban responden yang mempunyai Balita terhadap pertanyaan
“Saat ibu melahirkan, ibu ditolong oleh siapa?”
Jawaban Jumlah Persentase
Dokter - -
Bidan 10 76.92%
Paraji 3 23.08%
JUMLAH 13 100%
Dari Tabel 5.8 didapatkan 10 (76.92%) responden menjawab ditolong oleh
bidan, 3 (23.08%) responden ditolong oleh paraji dan tidak ada responden yang
persalinannya ditolong oleh dokter.
Tabel 5.9 Distribusi jawaban responden yang mempunyai Balita terhadap pertanyaan
“Apakah anak ibu ditimbang di POSYANDU setiap bulan? (LIHAT
KMS!)”
Jawaban Jumlah Persentase
Ya 11 84.61%
Tidak 2 15.39%
JUMLAH 13 100%
Dari Tabel 5.9 didapatkan 11 (84.61%) responden menjawab “Ya” dan 2
(15.39%) responden yang menjawab “Tidak”.
Tabel 5.10 Distribusi jawaban responden yang sedang hamil terhadap pertanyaan
“Berapa kali ibu memeriksakan kehamilan pada petugas kesehatan?
(bidan/dokter)”
Jawaban Jumlah Persentase
4 x 2 50%
1-3 x 1 25%
Tidak Pernah 1 25%
JUMLAH 19 100%
Dari Tabel 5.10 didapatkan 2 (50%) responden menjawab 4 kali
memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan, 1 (25%) responden
memeriksakan kehamilannya 1-3 kali dan 1 (25%) responden yang tidak
memeriksakan kehamilannya.
56
Tabel 5.11 Distribusi jawaban responden yang sedang hamil terhadap pertanyaan
“Apakah ibu sudah diimunisasi TT?”
Jawaban Jumlah Persentase
Ya - -
Tidak 4 100%
JUMLAH 4 100%
Dari Tabel 5.11 didapatkan bahwa seluruh ibu hamil di desa Sugihmukti
belum diimunisasi TT.
Tabel 5.12 Distribusi jawaban responden PUS terhadap pertanyaan “Apakah ibu
sedang mengikuti progrm KB saat ini?”
Jawaban Jumlah Persentase
Ya 8 88.89%
Tidak 1 11.11%
JUMLAH 9 100%
Dari Tabel 5.12 didapatkan 8 (88.89%) responden menjawab “Ya” dan 1
(11.11%) responden yang menjawab “Tidak”.
Tabel 5.13 Distribusi jawaban responden usia lanjut terhadap pertanyaan “Saat
ibu melahirkan, ibu ditolong oleh siapa?”
Jawaban Jumlah Persentase
Dokter - -
Bidan 5 62.5%
Paraji 3 37.5%
JUMLAH 8 100%
Dari table 5.13 didapatkan 5 (62.5%) responden melahirkan anaknya di bidan
dan 3 (37.5%) responden melahirkan di paraji sedangkan tidak ada responden yang
dulu melahirkan anaknya di dokter.
57
Tabel 5.14 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Dimanakah Ibu
selalu Buang Air Besar?”
Jawaban Jumlah Persentase
Jamban 31 77.5%
Kakus 9 22.5%
Sungai - -
Kebun - -
Lain-lain - -
JUMLAH 40 100%
Dari Tabel 5.14 didapatkan 31 (77.5%) responden yang menjawab
menggunakan Jamban untuk Buang Air Besar dan 9 (22.5%) responden
menggunakan kakus.
Tabel 5.15 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Apakah Ibu selalu
mencuci tangan dengan menggunakan sabun setelah Buang Air Besar?”
Jawaban Jumlah Persentase
Ya 27 67.5%
Tidak 13 32.5%
JUMLAH 40 100%
Dari Tabel 5.15 didapatkan 27 (67.5%) responden menjawab “Ya” dan 13
(32.5%) responden menjawab “Tidak”.
Tabel 5.16 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Darimanakah
Sumber Air Bersih yang Ibu gunakan untuk kebutuhan minum,
masak, mandi dan mencuci pakaian?”
Jawaban Jumlah Persentase
PAM - -
Sumur 35 87.5%
Sungai 2 5%
Lain-lain 3 7.5%
JUMLAH 40 100%
Dari Tabel 5.16 didapatkan 35 (87.5%) responden menjawab mendapatkan
58
SAB dari sumur, sedangkan SAB dari sawah sebanyak 3 (7.5%), dan SAB dari
sungai sebanyak 2 (5%).
Tabel 5.17 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan “Apakah rumah ibu
setiap hari dibersihkan?”
Jawaban Jumlah Persentase
Ya 40 100%
Tidak - -
JUMLAH 40 100%
Dari Tabel 5.17 didapatkan semua responden membersihkan rumahnya setiap
hari.
Tabel 5.18 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan “Apakah halaman
rumah ibu dibersihkan setiap hari?”
Jawaban Jumlah Persentase
Ya 35 87.5%
Tidak 5 12.5%
JUMLAH 40 100%
Dari Tabel 5.18 didapatkan 35 (87.5%) responden menjawab “Ya” dan 5
(12.5%) responden yang menjawab “Tidak”.
Tabel 5.19 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan “Apakah jendela
rumah ibu setiap hari dibuka?”
Jawaban Jumlah Persentase
Ya 30 75%
Tidak 10 25%
JUMLAH 40 100%
Dari Tabel 5.19 didapatkan 30 (75 %) responden menjawab “Ya” dan 10
(25%) responden yang menjawab “Tidak”.
59
Tabel 5.20 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Kemanakah Ibu
selalu membuang sampah rumah tangga?”
Jawaban Jumlah Persentase
TPA/TPS 12 30%
Sungai 3 7.5%
Kebun 5 12.5%
Bakar 19 47.5%
Lain-lain 1 2.5%
JUMLAH 40 100%
Dari Tabel 5.20 didapatkan 19 (47.5%) responden membakar sampahnya, 5
(12.5%) responden menjawab selalu membuang sampah di kebun, 3 (7.5%)
responden membuang sampah di sungai, 12 (30%) responden membuang sampah di
TPA/TPS dan 1 (2.5%) responden yang menjawab lain-lain.
Tabel 5.21 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ” Jenis makanan apa
yang Ibu makan setiap harinya?”
Jawaban Jumlah Persentase
Nasi,sayur, lauk-pauk,buah (4 sehat) 3 7.5%
Nasi, sayur, lauk-pauk 10 25%
Nasi&sayur / nasi&lauk-pauk 27 67.5%
Nasi saja - -
Lain-lain - -
JUMLAH 40 100%
Dari Tabel 5.21 didapatkan 27 (67.5%) responden menjawab selalu makan
nasi dan sayur/ nasi dan lauk-pauk setiap harinya, 10 (25%) responden selalu makan
nasi, sayur, lauk-pauk, sedangkan hanya 3 (7.5%) responden yang menjawab makan
makanan 4 sehat.
Tabel 5.22 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Apakah Ibu
60
selalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun sebelum
makan?”
Jawaban Jumlah Persentase
Ya 28 70%
Tidak 12 30%
JUMLAH 40 100%
Dari Tabel 5.22 didapatkan 28 (70%) responden menjawab ”Ya” dan 12
(30%) menjawab “Tidak”.
Tabel 5.23 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Apakah ibu
merokok?”
Jawaban Jumlah Persentase
Ya 7 17.5%
Tidak 33 82.5%
JUMLAH 40 100%
Dari Tabel 5.23 didapatkan 33 (82.5%) responden menjawab ”Tidak” dan 7
(17.5%) menjawab “Ya”.
Tabel 5.24 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Apakah ibu
selalu melakukan aktifitas fisik setiap hari? (seperti: menyapu,
mengepel, bekerja di kebun,dll; minimal 30 menit/hari)”
Jawaban Jumlah Persentase
Ya 27 67.5%
Tidak 13 32.5%
JUMLAH 40 100%
Dari Tabel 5.24 didapatkan 27 (67.5%) responden menjawab ”Ya” dan 13
(32.5%) menjawab “Tidak”.
Tabel 5.25 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Apakah Ibu tahu
61
tentang AIDS?”
Jawaban Jumlah Persentase
Ya 15 37.5%
Tidak 25 62.5%
JUMLAH 40 100%
Dari Tabel 5,25 didapatkan 25 (62.5%) responden menjawab ”Tidak” dan 15
(37.5%) responen menjawab “Ya”.
Tabel 5.26 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Sebutkan
bagaimanakah cara penularan AIDS?”
Jawaban Jumlah Persentase
Hubungan seksual 8 53.33%
Jarum suntikan 6 40%
Ciuman - -
Makanan - -
Lain-lain 1 0.67
JUMLAH 15 100%
Dari Tabel 5.26 didapatkan 8 (53.33%) responden menjawab penularan
AIDS melalui hubungan seksual, sedangkan 6 (40%) menjawab melalui jarum
suntikan, dan 1 (0.67%) menjawab lain-lain.
Tabel 5.27 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Sebutkan
bagaimanakah cara pencegahan AIDS?”
Jawaban Jumlah Persentase
Tidak berganti-ganti pasangan 11 73.33%
Menggunakan jarum suntik yang steril 4 26.67%
Tidak makan/minum bersama penderita AIDS - -
Lain-lain - -
JUMLAH 15 100%
Dari Tabel 5.27 didapatkan 11 (73.33%) responden menjawab cara
pencegahan AIDS adalah dengan tidak berganti-ganti pasangan dan 4 (26.67%)
responden menjawab cara mencegah AIDS adalah dengan menggunakan jarum
62
suntuk yang steril.
Tabel 5.28 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Apakah Ibu menjadi
anggota Dana sehat (BPJS)?”
Jawaban Jumlah Persentase
Ya 13 32.5%
Tidak 27 67.5%
JUMLAH 40 100%
Dari Tabel 5.28 didapatkan 27 (67.5%) responden menjawab ”Tidak” dan 13
(32.5%) responden menjawab “Ya”.
Tabel 5.29 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Kemanakah Ibu
berobat ketika sakit?”
Jawaban Jumlah Persentase
Dokter 6 15%
Puskesmas 31 77.5%
Bidan desa 3 7.5%
Tidak berobat - -
JUMLAH 40 100%
Dari Tabel 5.29 didapatkan 31 (77.5%) responden menjawab ”Ketika sakit
berobat ke Puskesmas”, 3 (7.5%) responden berobat ke bidan desa, 6 (15%)
responden berobat ke dokter.
Tabel 5.30 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Apakah Ibu selalu
menyediakan obat-obatan ringan seperti obat penurun panas di rumah?”
Jawaban Jumlah Persentase
Ya 12 30%
Tidak 28 70%
JUMLAH 40 100%
DariTabel 5.30 didapatkan 28 (70%) responden menjawab ”Tidak” dan 12
(30%) responden menjawab “Ya”.
Tabel 5.31 Kategori responden berdasarkan indikator PHBS
63
Kategori Jumlah Persentase
Kurang 18 45%
Cukup 21 52,5%
Baik 1 2,5%
JUMLAH 40 100%
Setelah dilakukan penjumlahan dari seluruh pertanyaan tentang Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat yang diajukan kepada respondens, maka dapat
dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu respondens yang memiliki Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat yang baik adalah 1 (2,5%) respondens, yang memiliki
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang cukup adalah 21 (52,5%) respondens, dan
yang memiliki Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang kurang adalah 18 (45%).
Dari data tersebut maka dapat digambarkan bahwa PHBS ibu-ibu di desa
Sugih Mukti tergolong cukup dan hanya sedikit yang sudah melakukan PHBS dalam
rumah tangga dengan baik.
BAB VI
64
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian di desa Sugihmukti dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Sebagian besar ibu adalah usia antara 18-27 tahun (sebesar 30%)
2. Dengan latar belakang di atas, maka dapat dilihat pelaksanaan PHBS di
Tatanan Rumah Tangga desa Sugihmukti yaitu sebesar 52,5 % tergolong
cukup. Hal ini disebbakan karena beberapa faktor yaitu : tingkat pendidikan
responden yang sebagian besar masih rendah (tamat SD 75%), penghasilan
perkapita yang masih rendah (80%), dan kurangnya pengetahuan responden
tentang PHBS di Tatanan Rumah Tangga desa Sugihmukti.
3. Seharusnya diharapkan tingkat pelaksanaan PHBS di Desa Sugihmukti bisa
mencapai kategori baik karena banyak ibu-ibu yang tidak bekerja (ibu
rumah tangga) sehingga mempunyai waktu yang lebih banyak untuk dapat
menerapkan pola hidup bersih sehat dalam rumah tangga.
6.2 SARAN
1. Meningkatkan kegiatan Penyuluhan tentang indikator PHBS supaya
masyarakat semakin sadar akan pentingnya menerapkan pola hidup bersih
dan sehat di Rumah Tangga.
2. Melakukan pelatihan terhadap para kader, bidan, serta tokoh
masyarakat/agama untuk melaksanakan PHBS agar dapat menjadi
motivator untuk masyarakat yang lain.
65
DAFTAR PUSTAKA
1. Dachroni. Buku Pedoman Pembinaan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
di Tatanan Rumah Tangga, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 1999/1000.
2. Dachroni. Strategi Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Departemen
Kesehatan RI.
3. Dachroni. Buku Panduan Manajemen Penuluhan Kesehatan Masyarakat Tingkat
Puskesmas, Departemen Kesehatan RI, 1996/1997
4. Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, PT. Asdi
Mahasatya, Jakarta, 1003.
66
KUESIONER
Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tatanan Rumah Tangga
Desa Sugihmukti Tahun 2015
A. Identitas
1. Nama Ibu :
2. Umur :
3. Pendidikana. Tidak sekolahb. Tidak tamat SDc. Tamat SDd. Tidak tamat SMP / SLTPe. Tamat SMP / SLTPf. Tidak tamat SMA / SLTAg. Tamat SMA / SLTAh. Tamat Perguruan Tinggi/akademi
4. Pekerjaana. Ibu Rumah Tanggab. Buruhc. Petanid. Pedagange. PNSf. TNI / POLRIg. Lain-lain : __________
5. Penghasilan rata-rata per bulan:a. < Rp. 124.500,-/kapita/bulanb. ≥ Rp. 124.500,-/kapita/bulan
6. Alamat :
B. PHBS
67
1. Apakah Ibu :
a. mempunyai bayi (anak di bawah 1 tahun)
b. mempunyai balita (anak usia 1-5 tahun)
c. sedang hamil
d. PUS (Pasangan Usia Subur), tidak sedang hamil, tidak punya bayi, &
balita
e. Pre menopausal, menopause, telah memiliki anak
2. Jika a :
Saat Ibu melahirkan, Ibu ditolong oleh siapa?
a. dokter b. bidan c. paraji
Apakah bayi Ibu sudah diimunisasi? (Lihat KMS)
a. Ya b. Tidak
Jika b :
Saat Ibu melahirkan, Ibu ditolong oleh siapa?
a. dokter b. bidan c. paraji
Apakah anak Ibu ditimbang di POSYANDU setiap bulannya? (Lihat KMS)
a. Ya b.Tidak
Jika c :
Berapa kali Ibu memeriksakan kehamilan pada petugas kesehatan?
(bidan/dokter)
a. 4 kali b. 2-3 kali c. < 2 kali
Apakah Ibu sudah diimunisasi TT?
a. Ya b.Tidak
Jika d:
Apakah Ibu sedang mengikuti program KB saat ini?
a. Ya b.Tidak
Jika e:
Dimana ibu dulu melahirkan?
a. Dokter b. Bidan c. Paraji
Apakah ibu menggunakan KB?
68
a. Ya b. Tidak
3. Dimanakah Ibu selalu Buang Air Besar?
a. Jamban b. Kakus c. Sungai d. Kebun e.Lain-lain:___
4. Apakah Ibu selalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun setelah Buang
Air Besar?
a. Ya b.Tidak
5. Darimanakah Sumber Air Bersih yang Ibu gunakan untuk kebutuhan minum,
masak, mandi dan mencuci pakaian?
a. PAM b. Sumur c. Sungai d. Lain-lain:_______
6. Apakah rumah ibu setiap hari dibersihkan?
a. Ya b. Tidak
7. Apakah halaman rumah ibu setiap hari dibersihkan?
a. Ya b. Tidak
8. Apakah jendela rumah ibu setiap hari dibuka?
a. Ya b. Tidak
9. Dimanakah Ibu selalu membuang sampah?
a. TPA/TPS
b. Sungai
c. Kebun
d. Bakar
e. Lain-lain:________
10. Jenis makanan apa yang Ibu makan setiap harinya?
a. nasi, sayur, lauk pauk, buah (4 sehat)
b. nasi, sayur, dan lauk pauk
c. nasi & sayur / nasi & lauk pauk
d. nasi saja
e. lain-lain:________
11. Apakah Ibu selalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun sebelum makan?
69
a. Ya b. Tidak
12. Apakah Ibu merokok?
a. Ya b. Tidak
13. Apakah Ibu selalu melakukan aktifitas fisik setiap hari?(seperti:membersihkan rumah, bekerja di kebun,dll; minimal 30 menit/hari)
a. Ya b. Tidak
14. Apakah Ibu tahu tentang AIDS?
a. Ya b. Tidak
15. Jika Ya, sebutkan bagaimana cara penularan AIDS?
a. Hubungan sexual
b. Jarum suntikan
c. Ciuman
d. Makanan
e. Lain-lain:_______
16. Jika jawaban no.14 Ya , sebutkan bagaimana cara pencegahan AIDS?
a. Tidak berganti-ganti pasangan
b. Menggunakan jarum suntuk yang steril
c. Tidak makan bersama penderita AIDS
d. Tidak tidur bersama penderita AIDS
e. Lain-lain:_______
17. Apakah Ibu menjadi anggota Dana Sehat (BPJS)?
a. Ya b. Tidak
18. Kemanakah Ibu berobat ketika sakit?
a. Dokter b. Puskesmas c. Bidan desa d. Tidak berobat
19. Apakah Ibu selalu menyediakan obat-obatan ringan seperti obat penurun
panas di rumah?
a. Ya
70