Penelitian PHBS EDIT

101
GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI TATANAN RUMAH TANGGA DESA SUGIHMUKTI, KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2015 Disusun oleh : dr. Demas Christiawan Santoso dr. Elissa Evanti Widjaja dr. Maria Yessica Nathania dr. Melisa Yunita Chandra dr. Putri Nova Andryani PROGRAM INTERNSHIP KEDOKTERAN 1

description

Penelitian PHBS

Transcript of Penelitian PHBS EDIT

Page 1: Penelitian PHBS EDIT

GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

DI TATANAN RUMAH TANGGA

DESA SUGIHMUKTI, KABUPATEN BANDUNG

TAHUN 2015

Disusun oleh :

dr. Demas Christiawan Santoso

dr. Elissa Evanti Widjaja

dr. Maria Yessica Nathania

dr. Melisa Yunita Chandra

dr. Putri Nova Andryani

PROGRAM INTERNSHIP KEDOKTERAN

PUSKESMAS SUGIHMUKTI

RSUD SOREANG

KABUPATEN BANDUNG

2015

1

Page 2: Penelitian PHBS EDIT

LEMBAR PERSETUJUANJUDUL:

GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

DI TATANAN RUMAH TANGGA

DESA SUGIHMUKTI, KABUPATEN BANDUNG

TAHUN 2015

Penyusun:

dr. Demas Christiawan Santoso

dr. Elissa Evanti Widjaja

dr. Maria Yessica Nathania

dr. Melisa Yunita Chandra

dr. Putri Nova Andryani

Sugihmukti, Mei 2015

Mengetahui,

Kepala UPF Puskesmas Sugihmukti

dr. Bartolomeus Tarigant

2

Page 3: Penelitian PHBS EDIT

DAFTAR ISI

3

Page 4: Penelitian PHBS EDIT

4

Page 5: Penelitian PHBS EDIT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

Visi Indonesia Sehat 2010 adalah gambaran masyarakat Indonesia pada masa

yang akan datang yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat,

mampu memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta

memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan visi

Indonesia Sehat 2010 perlu dilakukan perbaikan pada lingkungan, perilaku dan mutu

pelayanan kesehatan. Mengingat dampak perilaku terhadap derajat kesehatan cukup

besar maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku dan

memberdayakan masyarakat.

Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yaitu:

lingkungan (45%), perilaku (30%), pelayanan kesehatan(20%), dan keturunan

(herediter) (5%). Untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

yang optimal, diperlukan 4 faktor utama tersebut secara bersama-sama.

Perilaku, khususnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan

komponen penting dalam pembangunan kesehatan dimana diperlukan adanya

kesadaran, kemampuan, dan kemauan hidup sehat dari setiap penduduk agar derajat

kesehatan yang optimal dapat terwujud. Oleh karena itu diharapkan masyarakat

dapat berpartisipasi aktif dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya

sendiri, dengan demikian masyarakat mampu menjadi subjek dalam pembangunan

kesehatan. Sedangkan pembangunan kesehatan mempunyai peran dalam

menentukan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang merupakan

fokus pembangunan nasional. Oleh karena itu, PHBS ini perlu diselenggarakan

sebaik-baiknya agar dapat memberikan sumbangan yang nyata baik dalam

pembangunan kesehatan maupun pembangunan nasional.

Persentase cakupan angka cakupan kunjungan K-4, Linakes, dan jamban

keluarga di wilayah kerja Puskesmas Sugihmukti masih rendah, terutama dalam

bidang kesehatan lingkungan (jamban keluarga). Selain itu, peringkat pertama dari

10 penyakit terbanyak menurut PAHO adalah diare. Tingginya angka kejadian diare

ini sangat dipengaruhi oleh PHBS yang kurang baik.

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sugihmukti semakin

5

Page 6: Penelitian PHBS EDIT

meningkat jumlahnya setiap tahun sedangkan pengadaan sarana yang menunjang

bidang kesehatan masih sangat kurang. Sehingga hal ini akan sangat berpengaruh

terhadap PHBS. Desa Sugihmukti, kabupaten Bandung merupakan salah satu desa

yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Sugihmukti yang dipilih sebagai lokasi

penelitian, berdasarkan masih rendahnya kepemilikan JAGA (Jamban Keluarga) dan

Sumber Air Bersih.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan

Paradigma Sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga, dan masyarakat yang

berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara, dan melindungi

kesehatannya baik fisik, mental spiritual, maupun sosial. Selain itu, PHBS ini dapat

dijadikan indikator dari derajat kesehatan suatu daerah tertentu. Bila PHBS di suatu

daerah cukup baik, dengan sendirinya akan memperkecil masalah-masalah

kesehatan, juga meperkecil kemungkinan terjadinya suatu wabah penyakit. Dengan

kata lain, PHBS ini merupakan salah satu bentuk tindakan preventif dalam bidang

kesehatan.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Mengingat banyaknya masyarakat yang berobat ke puskesmas Sugihmukti

dikarenakan oleh penyakit yang berbasis PHBS seperti salah satu contohnya adalah

diare, dan rendahnya kepemilikan jamban, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai:

GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI TATANAN

RUMAH TANGGA DESA SUGIHMUKTI, KABUPATEN BANDUNG

TAHUN 2015.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Umum

Tujuan Umum dari penelitian adalah untuk mengetahui Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat di Tatanan Rumah Tangga di Desa Sugihmukti, kabupaten

Bandung.

Tujuan Khusus

Tujuan Khusus dari penelitian adalah untuk mengetahui tingkat kesadaran

para ibu (PUS atau keluarga dengan ibu sedang hamil, atau memiliki bayi,

6

Page 7: Penelitian PHBS EDIT

atau memiliki Balita) dalam hal Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tatanan

Rumah Tangga di Desa Sugihmukti, kabupaten Bandung.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat lebih jauh mengetahui gambaran Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat di tatanan rumah tangga, khususnya desa Sugihmukti,

kabupaten Bandung Tahun 2015 dan dapat memberikan masukkan kepada

Puskesmas mengenai :

Informasi tentang kendala-kendala PHBS yang ada.

Bahan pertimbangan dalam memilih jalan keluar yang akan ditempuh untuk

memperbaiki kendala PHBS yang ada.

Bahan literatur untuk penelitian selanjutnya.

1.5 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Sugihmukti, kabupaten Bandung.

Waktu Penelitian

Waktu penelitan berlangsung mulai tanggal 1 Februari 2015 – 31 Mei 2015

7

Page 8: Penelitian PHBS EDIT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Situasi Puskesmas Sugihmukti

2.1.1 Wilayah Kerja

Nama Puskesmas : PUSKESMAS SUGIHMUKTI

Kode Puskesmas : P 3204020202

Alamat : Kp. Muara Rt.03 Rw.10 Desa Sugihmukti

Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung

Kode Pos 40972

Email : [email protected]

Status Puskesmas : TTP (Tanpa Tempat Perawatan)

Tahun pembangunan : 1990

Tahun Perbaikan terakhir : 2007

Status Kepemilikan Tanah : Milik Desa

Berikut ini adalah batas-batas wilayah kerja Puskesmas Sugihmukti, yaitu:

- Sebelah utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Pasirjambu dan

Desa Cisondari Kecamatan Pasirjambu.

- Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Rancabali dan

Kecamatan Cianjur Selatan.

- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pasirjambu, Desa

- Sebelah barat berbatasan dengan Desa Panundaan Kecamatan Ciwidey.

8

Page 9: Penelitian PHBS EDIT

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Sugihmukti

Kecamatan Pasirjambu

Puskesmas Sugihmukti terdiri dari tiga desa, yaitu desa Sugihmukti, desa

Margamulya, dan desa Tenjolaya. Luas wilayah kerja desa Sugihmukti yitu 387.203

ha (terdiri dari 75 RT dan 12RW), desa Margamulya 9.843 ha (terdiri dari 75 RT dan

18 RW), dan desa Tenjolaya 3.661.261 ha (terdiri dari 85 RT dan 20 RW).

2.1.2 Demografi

Jumlah pendudukBerdasarkan survei dari data BKKBN 2014, jumlah penduduk Puskesmas

Sugihmukti tahun 2014 adalah 35.916 jiwa, dengan kepadatan penduduknya 12960.5

per Km2, kepala keluarga 10.771 KK, dan penduduk miskin berjumlah 21.550 jiwa.

9

Page 10: Penelitian PHBS EDIT

NoDesa/

KelurahanJml

Penduduk

Kepadatan

Penduduk

/Km2

Jml

Kepala

Keluarga

Jml

KK

Miskin

Jml Jiwa

Miskin

1 Desa Sugihmukti 12.603 6686.26 4.122 2.013 3.425

2 Desa Margamulya 7.033 2664.78 3.106 2.447 3.445

3 Desa Tenjolaya 13.947 3609.46 6.815 6.215 8.034

Jumlah 33.583 12960.5 14.043 10.675 14.904

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk, Kepala Rumah Tangga/ Kepala Keluarga

Per Desa, Jumlah KK Dan Jiwa Miskin

Puskesmas Sugihmukti Tahun 2014

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa penduduk di wilayah kerja

Puskesmas Sugihmukti yang berada pada kondisi miskin berjumlah 21.550 jiwa

(60%). Jumlah penduduk miskin terbanyak terdapat di Desa Sugihmukti. Hal ini

mengakibatkan rendahnya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.

Jumlah penduduk per desa menurut kelompok dan jenis kelamin terdapat pada

tabel berikut.

Tabel 2.2 data penduduk berdasarkan jenis kelamin

DesaJumlah

Pddk

JUMLAH PENDUDUK

LAKI-LAKI (TAHUN) PEREMPUAN (TAHUN)

<1 1-4 5-14 15-44 45-64 >65 JML <1 1-4 5-14 15-44 45-64 >65 JML

 Sugihmukti 12603 55 338 1213 2728 518 389 5241 58 482 1489 4466 532 335 7362

 Margamulya 7033 32 247 595 881 712 346 2813 46 371 1135 1881 473 314 4220

 Tenjolaya 13947 98 487 1125 3068 630 300 5708 92 593 1679 4798 792 285 8239

Jumlah 33583 185 1072 2933 6677 1860 1035 13762 196 1446 4303 11145 1797 934 19821

Penduduk di Puskesmas Sugihmukti berdasarkan kelompok usia, tergolong

penduduk muda menuju transisi perubahan komposisi penduduk, dimana terdapat

10

Page 11: Penelitian PHBS EDIT

peningkatan kelompok usia muda (5-14 tahun) menjadi usia produktif (15-64 tahun),

baik laki-laki maupun perempuan. Ada kecenderungan komposisi penduduk

Puskesmas Sugihmukti di masa depan akan semakin didominasi oleh penduduk usia

produktif, dengan terus meningkatnya tingkat fertilitas dan cukup baiknya derajat

kesehatan.

Tingkat Pendidikan

Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan berusia 10 tahun masih banyak yang

tidak tamat SD karena tingkat ekonomi yang sulit serta mahalnya biaya pendidikan,

meskipun sekarang di sekolah terdapat biaya pendidikan BOS, tetapi penyebarannya

belum merata.

Tabel 2.3 Jumlah penduduk berumur 10 tahun ke atas yang Melek Huruf

Puskesmas Sugihmukti Tahun 2014

No Desa

Jumlah KK Menurut Status Pendidikan

Tidak

Tamat SD

Tamat

SD- SLTP

Tamat

SLTA

Tamat

AK/ PT

1 Sugihmukti 592 6452 4565 994

2 Margamulya 540 2176 3849 468

3 Tenjolaya 796 4514 7325 1312

2.2 Data Kesehatan Masyarakat

2.2.1 Sumber Daya Kesehatan

a. Tenaga Kesehatan

Tabel 2.4 Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Sugihmukti Tahun 2014

No NamaJabatan Fungsional/

Struktural

Status Kepegawaian

PNS PTT Honore

r1 Dr.Bartolomeus T Fungsional / Kepala

UPT

2 Ningsih Amd.Keb Fungsional / Bidan √

11

Page 12: Penelitian PHBS EDIT

3 Yuyun Yuningsih

AmdKeb

Fungsional/ Bidan √

4 Hana Suprihatin Amd Keb Fungsional/ Bidan √

5 Kustiawan Ruhyat Fungsional/Perawat √

6 Imas widaningsih Fungsional/ Perawat √

7 Hanah Rohanah Fungsional/ Perawat √

8 Elis Mulyani Amd.Keb Fungsional/ Bidan Desa √

9 Herman Struktural / Jurim √

10 Eka Deviasari Amd Keb Fungsional/ Bidan Desa √

11 Asep Wahyudin Administrasi/Umum √

12 Anisa Amd Keb Administrasi/Umum √

Jumlah 9 1 2

Di wilayah keja Puskesmas Sugihmukti karyawannya berjumlah 12 orang,

diantaranya jabatan struktural 1 orang, jabatan fungsional 8 orang, PTT bidan desa 1

orang dan honorer 2 orang.

Pada dasarnya Puskesmas Sugihmukti masih kekurangan pegawai

Struktural tetapi untuk jabatan dokter umum nya masih belum ada, sementara ini di

laksanakan oleh Kepala UPF merangkap sebagai dokter umum.

b. Sarana Pelayanan Kesehatan (Jaringan Puskesmas)

Tabel 2.5 Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas Sugihmukti Tahun 2014

No Jenis Sarana Lokasi

Kondisi Sarana

Rusak Berat Rusak sedang Bai

k

1. Pustu - - - -

2. Polindes - - - -

3. Pos Kes Des - - - -

4. Wahana Kes. - - - -

Di wilayah kerja Puskesmas Sugihmukti hanya ada satu Poskesdes yaitu

yang berada di Desa Tenjolaya yang kondisinya rusak sedang. Balai pengobatan

atau pustu juga ada di Desa Margamulya hanya saja tidak memiliki bangunan sendiri

jadi tidak bisa disebut pustu karena kurang memenuhi persyaratan.

Pos kes des di wilayah kerja Puskesmas Sugihmukti belum ada karena setiap

Desa siaga yang ada di 3 Desa ini tidak berjalan atau kurang aktif meskipun sudah

12

Page 13: Penelitian PHBS EDIT

dibentuk kepegurusan di masing – masing Desa.

c. Sarana Pelayanan Kesehatan Milik Swasta

Tabel 2.6 Sarana Pelayanan Kesehatan Milik Swasta Puskesmas Sugihmukti

Tahun 2014

No Jenis Sarana Jumlah Keterangan

(Berizin/Tdk Berizin)

1. Rumah Sakit - -

2. Balai Pengobatan 2 Berizin

3. Rumah Bersalin - -

4. Apotek 1 Berizin

5. Praktek Dokter / Dokter gigi 1 / 1 Berizin / Berizin

6. Praktek Bidan 6 Berizin 6

Di wilayah kerja Puskesmas Sugihmukti kini sudah banyak sarana pelayanan

kesehatan milik swasta yang melayani pasien 24 jam.

2.2.2 Situasi Derajat Kesehatan

Kematian Bayi dan Balita

Angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah jumlah

kematian bayi dibawah usia satu tahun pada setiap 1.000 kelahiran hidup. Angka

kematian bayi menurut indikator yang sangat sensitif terhadap ketersediaan, kualitas,

dan pemanfaatan pelayanan kesehatan terutama yang berhubungan dengan perinatal.

Disamping itu AKB dipengaruhi pula oleh pendapatan keluarga, jumlah anggota

keluarga, pendidikan ibu, dan gizi keluarga. AKB dapat dipakai sebagai tolak ukur

pembangunan sosial ekonomi masyarakat secara menyeluruh.

Tabel 2.7 Jumlah Kematian Bayi dan Balita Puskesmas Sugihmukti Tahun

2010 – 2014

TAHUN

JUMLAH

JML

BAYI

MATI

JML

BALITA

JML

BALITA

MATI

LAHIR

HIDUP

LAHIR

MATI

LAHIR

HIDUP+

LAHIR

MATI

2010 215  1 216  -  -  - 

13

Page 14: Penelitian PHBS EDIT

2011 344  3  347  -  2  -

2012 336 2 338 - 3 -

2013 1.100 8 1.108 - 1 -

2014 680 4 684 - - -

Kematian Maternal

Angka Kematian Ibu (AKI) di Puskesmas Sugihmukti tahun 2014 tidak ada

karena angkanya sangat kecil dan tidak semua kematian ibu bersalin baik yang

ditolong oleh tenaga kesehatan atau tenaga lainnya dilaporkan. Sedangkan penyebab

tidak langsung kematian ibu masih dalam keadaan empat terlalu, yaitu kehamilan

terjadi pada ibu berumur kurang dari 18 tahun (terlalu muda), terjadi pada ibu

berumur lebih dari 35 tahun (terlalu tua), persalinan terjadi dalam interval waktu

kurang dari 2 tahun (terlalu sering), dan ibu hamil mempunyai paritas lebih dari tiga

(terlalu banyak).

Tabel 2.8 Jumlah Kematian  Ibu Maternal

Puskesmas Sugihmukti Tahun 2010 – 2014

TAHUN

JUMLAH

LAHIR

HIDUP

JUMLAH KEMATIAN IBU MATERNAL

KEMATIAN

IBU HAMIL

KEMATIAN

IBU BERSALIN

KEMATIAN

IBU NIFASJUMLAH

2010 215 - - - -

2011 344 1 1 1 3

2012 336 1 - 1 2

2013 352 - - - -

2014 680 - - 21 1

Pemeriksaan Ibu HamilPelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan pada ibu hamil oleh tenaga

kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum,

bidan dan perawat) selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai standar

pelayanan kebidanan seperti pengukuran berat badan dan tekanan darah,

pemeriksaan fundus uteri, imunisasi tetanus toxoid (TT) serta pemberian tablet Fe /

besi minimal 90 tablet kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai pedoman

14

Page 15: Penelitian PHBS EDIT

pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan preventif dan promotif

termasuk tes terhadap penyakit menular sexual dan temu wicara dalam rangka

persiapan rujukan. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan KI

dan K4 .

Cakupan KI atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil yang telah melakukan

kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan

pelayanan

antenatal sedangkan cakupan K4 ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga

kesehatan yang keempat, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar

pada timester III, dimana usia kehamilan > 24 minggu. Kunjungan antenatal

sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan dengan distribusi

kontak sebagai berikut:

Minimal 1 kali pada trimester pertama (K1), usia kehamilan 1 sampai 12 minggu.

Minimal 1 kali pada trimester kedua, usia kehamilan 13 sampai 24 minggu.

Minimal 2 kali pada trimester ketiga, usia kehamilan > 24 minggu.

Angka ini dapat dimanfaatkan untuk dapat melihat kualitas pelayanan kesehatan

kepada ibu hamil.

Tabel 2.9 Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil Puskesmas Sugihmukti Tahun

2014

NO Desa

Ibu Hamil

Jumlah K1 % K4 %

 1 Sugihmukti 317 268 84.54 232 73.19

 2 Margamulya 199 199 100 186 93.47

 3 Tenjolaya 305 254 83.28 240 78.69

Jumla

h821 721 87.82 658 80.15

Pada Tahun 2013 perkiraan jumlah ibu hamil Puskesmas Sugihmukti adalah

1.024 orang dengan hasil cakupan K1 (target 97%) pada tahun 2014 adalah 87.82

%, dan hasil cakupan K4 (target 95%) adalah 80.15 %.

Cakupan Persalinan

Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi

pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak

15

Page 16: Penelitian PHBS EDIT

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan

(profesional).

Tabel 2.10 Cakupan Persalinan Puskesmas Sugihmukti Tahun 2014

No Desa

Ibu Bersalin

SasaranDitolong

Nakes%

Dukun dan

Lain-lain%

1 2 3 4 5 6 7

 1  Sugihmukti 304 197 64.80 68 22.37

 2  Margamulya 391 182 95.29 6 3.14

 3  Tenjolaya 292 187 64.04 41 14.04

   Jumlah 987 566 71.92 115 14.61

Rendahnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas

Sugihmukti karena :

Kurang terlaksananya kemitraan antara bidan dan dukun paraji.

Sulitnya transportasi antara bidan desa dan penduduk di wilayah kerjanya.

Warga masih merasa tidak mampu secara finansial untuk memakai jasa bidan

dalam persalinan, meskipun sekarang sudah ada JKN tetapi masyarakat belum

sadar akan pentingnya persalinan oleh tenaga kesehatan.

Kebiasaan menggunakan jasa dukun paraji yang turun temurun di masyarakat.

Rencana Penanggulangan Masalah

Program Pencegahan Penyakit

Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap

Kegiatan Imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi umur 0-1 tahun

(BCG, DPT, Polio, Campak,HB) imunisasi untuk wanita usia subur (WUS) / ibu

hamil (TT) dan imunisasi untuk anak SD (kelas 1 : DT, dan kelas 2 dan 3 : TT),

sedangkan kegiatan imunisasi tambahan dilakukan atas dasar ditemukannya masalah

seperti Desa Non UCI, Potensial/Risti KLB, ditemukannya/diduga adanya virus

polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis.

Cakupan Gizi BalitaTabel 5.12 Cakupan Status Gizi Balita Puskesmas Sugihmukti Tahun 2014

16

Page 17: Penelitian PHBS EDIT

No Desa/

Kelurahan

Jumlah

Balita

Yang

Ada

Balita

DitimbangBB Naik BGM

Jml % Jml % Jml %

1 Sugihmukti 855 671 78.4 510 59.6 0 0

2 Margamulya 642 534 83.17 471 73.36 2 0.31

3 Tenjolaya 1043 644 61.17 392 37.58 0 0

Jumlah 2240 1849 72.79 1373 54 2 0.08

Sumber: Lap Petugas Gizi Puskesmas Sugihmukti Th 2014

Hasil Pengkajian PHBS di Kecamatan SugihmuktiTabel 2.13 Hasil Pengkajian PHBS PuskesmasSugihmukti Tahun 2014

Desa/Kelurahan Jumlah RT

Dipantau

RT Ber-PHBS RT Tidak Ber-

PHBS

Jumlah % Jumlah %

Sugihmukti 3425 991 28.9 2434 71.06

Margamulya 2556 312 12.2 2244 87.79

Tenjolaya 3666 1136 30.9 2532 69.06

Jumlah 9647 2439 25.28 7210 74.73

Sumber : Lap Petugas Kesling Puskesmas Sugihmukti Th 2014

Ditingkat nasional perilaku sehat yang diterapkan oleh keluarga dapat dilihat dari

jumlah rumah tangga sehat. Hasil pengkajian PHBS rumah tangga tahun 2014 adalah

25.28 % dan yang tidak ber-PHBS 74.73 %, angka ini menunjukkan bahwa masih

banyak rumah tangga yang tidak berPHBS.

Pengkajian PHBS rumah tangga dilakukan melalui penilaian terhadap perilaku dan

lingkungan, dan indikator yang digunakan meliputi : persalinan oleh tenaga

kesehatan, pemberian ASI eksklusif, mempunyai jaminan pelayanan kesehatan,

mencuci tangan memakai sabun, melakukan aktivitas fisik, makan dengan gizi

seimbang, tidak merokok didalam rumah, tersedia air bersih, tersedia jamban,

kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, lantai rumah bukan dari tanah dan

rumah bekas jentik.

2.3 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

2.3.1 PENGERTIAN

17

Page 18: Penelitian PHBS EDIT

PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan

suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan

membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan

(advocacy), bina suasana (social support), dan pemberdayaan masyarakat

(empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan

mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan masing-masing, agar dapat

menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan

meningkatkan kesehatan.

2.3.2 PESAN-PESAN POKOK PENYULUHAN

Pesan-pesan pokok ini diperlukan oleh karena pada saat ini kita menghadapi

tantangan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Tantangannya bukan

hanya mengatasi sehari-hari tetapi untuk mengejar ketinggalan kita agar dapat sejajar

dengan negara tetangga dan negara-negara maju. Sehubungan dengan itu pesan-

pesan pokok penyuluhan dalam PHBS diarahkan pada 5 aspek program prioritas

penyuluhan, yaitu: KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup dan Peran Serta

dalam Upaya Kesehatan dengan 20 pesan pokok sebagai berikut:

Pesan-pesan Pokok Kesehatan Ibu dan anak (KIA).

Pesan-pesan pokok KIA ini diperlukan terutama untuk memacu peningkatan

angka harapan hidup.

Pesan-pesan Pokok KIA meliputi:

1. Ibu hamil memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali selama masa

kehamilannya ke sarana kesehatan dan makan tablet Fe tiap hari.

2. Ibu yang akan bersalin melakukan persalinan di sarana kesehatan atau tenaga

kesehatan.

3. Ibu yang mempunyai bayi agar memberi ASI eklusif kepada bayinya.

4. Ibu membawa anak bayi dan balitanya setiap bulan ke sarana kesehatan.

Pesan-pesan Pokok Pangan dan Gizi.

Pesan-pesan pokok pangan dan gizi ini diperlukan agar dapat meningkatkan

pertumbuhan dan daya tahan tubuh/jasmani kita.

Pesan-pesan pokok meliputi:

1. Makan makanan yang bervariasi, makanan tradisional dengan gizi seimbang.

18

Page 19: Penelitian PHBS EDIT

2. Menggunakan garam beryodium.

3. Ibu hamil agar menambah makanan yang mengandung zat besi.

4. Mengamankan makanan dari hal-hal yang dapat menimbulkan pencemaran

makanan.

Pesan-pesan Pokok Kesehatan Lingkungan

Pesan-pesan pokok Kesehatan Lingkungan untuk menghindarkan diri dari

lingkungan yang apabila yang apabila pesan-pesan ini dipraktekkan dapat mencegah

banyak penyakit infeksi.

Pesan-pesan pokok meliputi:

1. Menggunakan jamban apabila buang air besar, bagi bayi dan orang sakit

kotorannya dibuang ke jamban.

2. Menggunakan air bersih (tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna) dan

untuk minum perlu dimasak lebih dahulu.

3. Membuang sampah pada tempatnya.

4. Mencuci tangan sebelum makan, menyiapkan makanan dan sesudah buang

air besar dengan sabun dan air bersih.

Pesan-pesan Pokok Gaya Hidup.

Pesan-pesan pokok Gaya Hidup ini diperlukan untuk memelihara kebugaran

tubuh serta menghindarkan diri dari beberapa penyakit degeneratif, AIDS, dll.

Pesan-pesan pokok meliputi:

1. Berolahraga secara teratur, makanan tinggi serat, rendah kolesterol.

2. Merokok berbahaya bagi kesehatan.

3. Menghindari minuman keras dan obat berbahaya.

4. Sadari bahaya AIDS, antara lain dengan berperilaku seksual yang

bertanggung jawab.

Pesan-pesan Pokok Peran Serta Dalam Upaya Kesehatan.

Pesan-pesan ini diperlukan agar masyarakat terjamin diri dan keluarganya,

meliputi:

1. Ibu hamil dan anak balita mengikuti imunisasi lengkap.

2. Memanfaatkan sarana kesehatan apabila memerlukan pelayanan kesehatan.

19

Page 20: Penelitian PHBS EDIT

3. Menjadi peserta dana sehat untuk menuju ke BPJS.

4. Melakukan pemeliharaan kesehatan mandiri, antara lain dengan menyediakan

obat-obatan ringan dan tradisional.

2.4 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI TATANAN RUMAH

TANGGA (Depkes RI, 1999/1000)

2.4.1 PENGERTIAN

2.4.1.1 RUMAH TANGGA

Adalah wahana atau wadah dimana keduanya yang terdiri dari Bapak,

ibu, dan anak-anaknya melaksanakan kehidupan sehari-hari.

2.4.1.2 PHBS DI TATANAN RUMAH TANGGA

Adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk

berperilaku hidup bersih dan sehat.

2.4.2 SASARAN

Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara

keseluruhan yang dituju oleh program penyuluhan. Sasaran program

Pembinaan PHBS terbagi dalam :

1. Sasaran primer dalam rumah tangga yaitu sasaran utama yang akan

diubah perilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah.

Sasaran primer: individu dalam keluarga yang bermasalah

2. Sasaran sekunder adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu

yang bermasalah.

Sasaran sekunder: Kepala Keluarga, Ibu , orang tua, tokoh keluarga,

Kader, tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan, dan PKK.

3. Sasaran tersier adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur

pembantu dalam menunjang atau mendukung dalam hal dana,

kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di

rumah tangga.

Sasaran tersier : Kader, guru, tokoh masyarakat, dll.

2.4.3 LANGKAH-LANGKAH PEMBINAAN PROGRAM PHBS DI

TATANAN RUMAH TANGGA

20

Page 21: Penelitian PHBS EDIT

Langkah-langkah kegiatan pembinaan program PHBS di tatanan rumah

tangga yang perlu dilakukan oleh petugas kesehatan di tingkat kabupaten / kota

secara umum adalah sebagai berikut:

1. Diseminasi informasi PHBS kepada petugas di Puskesmas dan lintas

program/ lintas sektor sera mitra kerja di tingkat kabupaten / kota.

2. Mengarahkan dan membimbing pelaksanaan pengkajian

3. Membimbing proses penyusunan rencana kegiatan PHBS seperti

menentukan tujuan, menyusun langkah-langkah kegiatan, pengembangan

media, dll

4. Monitoring dan supervisi pelaksanaan PHBS

5. Membantu proses penilaian PHBS di Tatanan Rumah Tangga

2.4.4 INDIKATOR PHBS

Dalam melakukan pengkajian PHBS, indikator merupakan suatu

petunjuk yang membatasi fokur perhatian. Sehingga dalam kegiatan penilaian

nanti kita dapt membandingkan antara hasil pengkajian dengan hasil penilaian

PHBS. Indikator PHBS di rumah tangga meliputi indikator input, proses, dan

output. Khusus indikator output digunakan untuk melakukan pengkajian

PHBS. Sedangkan indikator input, proses, dan output dikembangkan untuk

melakukan penilaian PHBS. Indikator PHBS di tatanan keluarga diarahkan

pada lima aspek program prioritas penyuluhan, yaitu KIA, Gizi, Kesehatan

Lingkungan, Gaya Hidup dan Upaya Kesehatan.

21

Page 22: Penelitian PHBS EDIT

Tabel 2.14 Indikator PHBS di Tatanan Rumah Tangga

No VARIABEL INDIKATOR

INPUT Definisi PROSES Definisi OUTPUT Definisi

1. Pertolongan

persalinan

Tersediannya

Sarana Kesehatan

RS, Puskesmas,

Polindes,

(pemerintah/

swasta)

Pencarian

pertolongan

persalinan oleh

petugas kesehatan

Dokter, bidan,

pera-wat, dukun

terlatih di-

dampingi

petugas ke-

sehatan

Persalinan ditolong

pe-tugas kese-hatan

Ditolong oleh

bidan, dokter dan

perawat, dukun

terlatih

(didampingi

petugas kesehatan)

2. Imunisasi Mengetahui

manfaat imunisasi

dan jadwal

pemberian

imunisasi

Manfaat

imunisasi

adalah : untuk

meningkat-kan

daya tahan tubuh

anak

Membawa anak

untuk diimunisasi

Jenis imunisasi

diberkan sesuai

dengan umur

anak

Anak mendapat

imunisasi lengkap

yang dapat dilihat

dari KMS

Imunisasi lengkap

terdiri dari: BCG,

DPT, Polio,

Hepatitis, dan

Campak

Penimbangan

Balita

Mempunyai KMS

dan me-ngetahui

man-faat penim-

bangan

KMS: Kartu

yang untuk

memantau

pertumbuh-an

dan per-

kembangan

kesehatan Balita

Membawa balita

untuk ditimbang

Penimbang-an

dilaku-kan satu

bulan sekali

minimal 8x

setahun

Balita ditim-bang

secara teratur

sesuai jadwal

(dapat dilihat pada

KMS)

Angka/ grafik

penimbangan

untuk menge-tahui

status gizi anak

22

Page 23: Penelitian PHBS EDIT

3. Jamban Tersedianya jamban

yang memenuhi

syarat

Jamban me-liputi

kakus cemplung

tanpa atau

dengan le-her

angsa lengkap

de-ngan pe-

nampungan

kotoran/

septiptank

Memanfaat-kan

dan me-melihara

jamban de-ngan

alat pembersih

Alat pem-bersih

ter-diri dari sikat

jam-ban, sapu

lidi, dan karbol

Jamban digu-nakan

bersih dan tidak

ber-bau

Jamban digu-nakan

oleh seluruh ke-

luarga

4. Air bersih Tersedianya air

bersih yang

memenuhi syarat

Air yang tidak

ber-bau, ber-

warna, dan

berasa

Memanfaat-kan air

bersih dan dipeli-

haranya tem-pat

penam-pungan air

bersih

Tempat

penampungan air

bersih bebas

lum-pur jentik

dan lumut

Digunakan air

bersih oleh semua

kelu-arga

Air bersih untuk

minum (yang

sudah dimasak)

masak, man-di, dan

men-cuci pakaian

5. Sampah Tersedianya tempat

sam-pah yang

tertutup di dalam

dan di luar rumah

Tempat sampah

yang terbuat dari

seng, plastik, se-

men baik di

dalam dan di luar

ru-mah

Digunakan dan

dipeli-haranya

tem-pat sampah

Tempat sampah

dalam ke-adaan

baik dan diber-

sihkan se-cara

teratur

Halaman dan

rumah dalam

keadaan ber-sih

bebas sampah

Sampah di-

tampung dan

dibuang di tempat

pem-buangan

23

Page 24: Penelitian PHBS EDIT

6. Kebersihan

kuku

Tersedianya alat

pemotong kuku

Ketersedia-an

alat pe-motong

ku-ku berupa

gunting atau

lainnya

Menggunting kuku

dan membersih-

kan secara teratur

Minimal kuku

ang-gota keluar-

ga dipotong 1

kali dan

dibersihkan

setiap hari

Kuku ke-luarga

pendek dan bersih

Bersih ar-tinya

tidak ada kotoran /

hitam di-sekitar

kuku dan kuku ter-

sebut pendek

7. Gizi keluarga Tersedianya bahan

maka-nan yang ber-

gizi dan ber-aneka

ragam

Bahan ma-kanan

ber-gizi terdiri

dari kar-bohidrat,

protein, le-mak,

vi-tamin, dan

mineral yang

dapat diperoleh

dihalaman ru-

mah dan pa-sar

terdekat

Mengolah bahan

ma-kanan yang

tersedia de-ngan

benar

Memilih,

mencuci, dan

mema-sak bahan

makanan yang

ter-sedia

Mengkonsum-si

makanan yang

bergizi/ beraneka

ra-gam

Semua ang-gota

keluarga

mengkonsum-si

makanan yang

bergizi dan

beraneka ragam

8 Kebiasaan tidak

merokok dan

penyalahgu-naan

Napza

Tidak ada ro-kok,

asbak, dan abu

rokok. Tidak

ditemukan ba-han

penyalahguna-an

Napza

Tidak dite-mukan

rokok, pun-tung,

dan abu rokok di

dalam dan

halaman ru-mah.

Tidak ditemukan

bahan pe-

Tidak ada anggota

ke-luarga yang

membeli ro-kok

dan me-nyimpan

secara tidak sah

bahan-bahan

Napza

Tidak ada-nya

biaya pengeluar-

an rumah tangga

un-tuk membeli

rokok dan napza

Tidak adanya

anggota ke-luarga

yang merokok dan

menyalahgu-nakan

Napza

Rumah bebas asap

rokok dan bahan

Napza

24

Page 25: Penelitian PHBS EDIT

nyalahgu-naan

napza

9. Informasi PMS/

AIDS

Tersedianya

informasi ten-tang

AIDS / PMS

Informasi AIDS /

PMS me-liputi

penu-laran, pen-

cegahan, &

penyebab AIDS/

PMS yang diper-

oleh dari

berbagai media

Memperoleh

informasi tentang

AIDS dari

berbagai sumber

in-formasi

Informasi

tersebut da-pat

diper-oleh dari

berbagai sumber

yaitu: TV,

Koran, Ra-dio,

Cera-mah, dll.

Dapat men-jelaskan

2 cara : pence-

gahan dan

penularan AIDS /

PMS

Dua cara

pencegahan dan

penu-laran

10. BPJS dana sehat

As.Kes lainnya

Terbentuknya

BPJS/ Dana sehat

dan As-kes lainnya

yang sejenis

Penyeleng-

garaan

Pemelihara-an

kesehat-an yang

pembiayaan-nya

dilak-sanakan se-

cara pra upaya

ber-azaskan u-

saha ber-sama

dan kekeluarga-

an

Menjadi peserta

dana sehat, BPJS,

dan Askes lainnya

Peserta Dana

Sehat, BPJS, dan

Askes lain-nya

adalah peserta

yang mendapat

kartu anggota

Membayar premi/

iuran secara teratur

Biaya yang

dibayarkan pada

jangka waktu yang

telah diten-tukan

25

Page 26: Penelitian PHBS EDIT

2.5 KONSEP PERILAKU DAN PERILAKU KESEHATAN (Soekidjo, 1003)

2.5.1 BATASAN PERILAKU

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup)

yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pibung biologis semua makhluk

hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu

berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga

yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau

aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas

antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,

membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,

baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak

luar.

Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku

merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap

organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skiner ini

disebut teori ”S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respons. Skiner membedakan

adanya 2 respons:

1. Respondent response atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut

eliciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

Misalnya: makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan,

cahaya terang menyebabkan mata tertutup. Sedangkan Respondent

response mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita

mudibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan

kegembiraannya dengan tertawa.

2. Operant respons atau instrumental response, yakni respon yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.

Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena

memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan

melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau

job skripsi), kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus

baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam

26

Page 27: Penelitian PHBS EDIT

melaksanakan tugasnya.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua.

1. Perilaku tertutup (covert behaviour)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup

(covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada

perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada

orang yang menerima stimulus tersebut, dan sikap yang terjadi pada orang

yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas

oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut covert behaviour atau unobservable

behaviour, misalnya : seorang ibu hamil tahu pentingnya untuk

memeriksakan kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat

menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.

2. Perilaku terbuka (overt behaviour)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk

tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau

dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behaviour, tindakan

nyata atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau

dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behaviour, tindakan

nyata atau praktek (practice) misalnya, seorang ibu memeriksakan

kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi,

penderita TB paru minum obat secara teratur, dan sebagainya.

Seperti telah disebutkan diatas, sebagian besar perilaku manusia adalah

operant response. Oleh sebab itu untuk membentuk jenis respon atau perilaku

perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant

conditioning. Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini

menurut Skiner adalah sebagai berikut:

a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan

penguat atau reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku

yang akan dibentuk.

b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-

komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian

komponen-komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk

27

Page 28: Penelitian PHBS EDIT

menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.

c. Menggunakan secara urut komponen-komponen itu

sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah

untuk masing-masing komponen tersebut.

d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan

urutan komponen yang telah tersusun itu. Apabila komponen pertama

telah dilakukan, maka hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan

komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering

dilakukan. Kalau ini sudah terbentuk maka dilakukan komponen

(perilaku) yang kedua yang kemudian diberi hadiah (komponen pertama

tidak memerlukan hadiah lagi). Demikian berulang-ulang sampai

komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen

ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang

diharapkan terbentuk.

2.5.2 PERILAKU KESEHATAN

Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku

kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau

objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan

dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok.

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau

menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan

bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini

terdiri dari 3 aspek.

a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit

bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh

dari penyakit.

b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam

keadaan sehat. Perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu

sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehat pun

perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang

seoptimal mungkin.

28

Page 29: Penelitian PHBS EDIT

c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan

minuman dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan

seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat

menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan

dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada

perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan

kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health

seeking behaviour).

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada

saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku

ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari

pengobatan ke luar negeri.

3. Perilaku kesehatan lingkungan.

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan

fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya. Dengan perkataan lain,

bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak

mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya.

Misalnya bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum,

tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya.

Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi lain tentan

perilaku kesehatan ini.

a. Perilaku hidup sehat.

Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau

kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meingkatkan

kesehatannya.

Perilaku ini mencakup antara lain:

1. makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu

seimbang di sini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat

gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti

jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh

(tidak kurang, tetapi juga tidak lebih). Secara kualitas

mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan empat

sehat lima sempurna.

29

Page 30: Penelitian PHBS EDIT

2. olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan),

dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang

digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya kedua

aspek ini akan tergantung dari usia, dan status kesehatan

yang bersangkutan.

3. tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang

mengakibatkan berbagai macam penyakit. Ironisnya

kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-

olah sudah membudaya. Hampir 50 % penduduk

Indonesia usia dewasa merokok. Bahkan dari hasil suatu

penelitian, sekitar 15 % remaja kita telah merokok. Inilah

tantangan pendidikan kesehatan kita.

4. tidak minum minuman keras dan narkoba. Kebiasaan

minum miras dan mengkonsumsi narkoba (narkotik dan

bahan-bahan berbahaya lainnya) cenderung meningkat.

Sekitar 1 % penduduk Indonesia dewasa diperkirakan

sudah mempunyai kebiasaan minum miras ini.

5. istirahat cukup. Dengan meningkatnya kebutuha hidup

akibat tuntutan untuk penyesuaian dengan lingkungan

modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan

berlebihan, sehingga kurang waktu istirahat. Hal ini juga

dapat membahayakan kesehatan.

6. mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja,

dan akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan. Lebih-

lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti

diuraikan di atas. Kecenderungan stres akan meningkat

pada setiap orang. Stres tidak dapat kita hindari, maka

yang penting agar stres tidak menyebabkan gangguan

kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau

mengelola stres dengan kegiatan-kegiatan yang positif.

7. perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan,

misalnya: tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan

seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan

sebagainya.

30

Page 31: Penelitian PHBS EDIT

b. Perilaku sakit (ilness behaviour)

Perilaku sakit ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan

penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang:

penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan

sebagainya.

c. Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)

Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran, yang

mencakup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai

orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui

oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama

keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit

(the sick role). Perilaku ini meliputi:

1. tindakan untuk memperoleh kesembuhan

2. mengenal/ mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/

penyembuhan penyakit yang layak

3. mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perwatan,

memperoleh pelayanan kesehatan, dsb.) dan kewajiban

orang sakit (memberitahukan penyakinya kepada orang

lain terutama kepada dokter/ petugas kesehatan, tidak

menularkan penyakitnya kepada orang lain, dan

sebagainya).

2.5.3 DOMAIN PERILAKU

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus

atau rangasang dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon

sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa

orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda. Faktor yang membedakan respon

terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan

perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni :

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang

bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat

kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,

31

Page 32: Penelitian PHBS EDIT

sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini

sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan

totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama

atau resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal.

Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai

bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi

pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 domain, ranah atau

kawasan yakni : a.kognitif, b. Afektif, c.psikomotor. Dalam perkembangannya,

teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan,

yakni:

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjdai setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

a.Proses Adopsi Perilaku.

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri

orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest, yakni orang yang mulai tertarik kepada stimulus.

3. Evacuation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitan selanjutnya Rogers menyimpulkan

bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila

32

Page 33: Penelitian PHBS EDIT

penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini

didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku

tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu

tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung

lama.

b. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah diperlajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa

orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondiri real (sebenarnya). Aplikasi di sini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis

ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.

33

Page 34: Penelitian PHBS EDIT

5. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu didasarkan pada

suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang

telah ada.

c.Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan lain tentang

sikap ini dapat dikutipkan sebagai berikut.

”An individual’s social attidude is a syndrome of response

consistency with regard to social object” (Campbell,1950).

“A mental and neural state of rediness, organized through

expertence, exerting a directive or dynamic influence up on the individual’s

response to all objects and situation with which it is related” (Allport, 1954).

“Attitude entails an existing predisposition to response to social

objecs which in interaction with situational and other dispositional variables,

guides and direct the overt behavior of the individual” (Cardno, 1955).

Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi

sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih

dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan

sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus

sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa

sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu

perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi

terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk

34

Page 35: Penelitian PHBS EDIT

bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan

terhadap objek.

Diagram di bawah ini dapat lebih menjelaskan uraian tersebut.

Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi

a. Komponen Pokok Sikap

Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai

3 komponen pokok.

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

b. Berbagai Tingkatan Sikap.

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai

tingkatan.

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

Karena dengan suatu usaha unutk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar

atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

35

Stimulus

Rangsangan

Proses

Stimulus Reaksi

Tingkah laku

(terbuka)Sikap

(tertutup)

Page 36: Penelitian PHBS EDIT

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau

pernyataan responden terhadap suatu objek.

c. Praktek atau Tindakan (practise)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,

antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus

mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang

mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Di samping

faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain,

misalnya, dari suami atau istri, orangtua atau mertua, dan lain-lain. Praktek

ini mempunyai beberapa tingkatan:

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan

yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

Misalnya, seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi

bagi anak Balitanya.

2. Respons terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia

sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung,

36

Page 37: Penelitian PHBS EDIT

yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah

dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall).

Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan

mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

2.5.4 PERUBAHAN (ADOPSI) PERILAKU DAN INDIKATORNYA

Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks dan

memerlukan waktu yang relatif lama. Secara teori perubahan perilaku atau seseorang

menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap.

1. Pengetahuan

Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu

terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau

keluarganya. Indikator-indikator apa yang dapat digunakan untuk mengetahui

tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan

menjadi:

a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi:

- penyebab penyakit

- gejala atau tibu-tibu penyakit

- bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan

- bagaimana cara penularannya

- bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi, dan sebagainya.

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,

meliputi:

- jenis-jenis makanan yang bergizi

- manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatannya

- pentingnya olahraga bagi kesehatan

- penyakit-penyakit atau bahaya-bahaya merokok, minum-minuman keras,

narkoba, dan sebagainya

- pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi, dan sebagainya bagi

kesehatan, dan sebagainya

c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan

- manfaat air bersih

- cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan kotoran

yang sehat, dan sampah

37

Page 38: Penelitian PHBS EDIT

- manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat

- akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan, dan sebagainya

2. Sikap

Telah diuraikan di atas bahwa sikap adalah penilaian (bisa berupa

pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah

masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulus

atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus

atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator untuk sikap kesehatan

juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan seperti di atas, yakni:

a. Sikap terhadap sakit dan penyakit.

Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap: gejala atau

tibu-tibu penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara

pencegahan penyakit, dan sebagainya.

b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap lingkungan dan

pengaruhnya terhadap kesehatan.

c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan

Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan

pengaruhnya terhadap kesehatan.

3. Praktek atau Tindakan (practice)

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses

selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang

diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktek (practice)

kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behaviour).

Oleh sebab itu, indikator praktek kesehatan ini juga mencakup hal tersebut di

atas, yakni:

a.Tindakan sehubungan dengan penyakit

Tindakan atau perilaku ini mencakup : a. Pencegahan penyakit , b.

Penyembuhan penyakit.

b. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain : mengkonsumsi makanan

38

Page 39: Penelitian PHBS EDIT

dengan gizi seimbang, melakukan olahraga dengan teratur, tidak merokok,

tidak minum minuman keras dan narkoba, dan sebagainya.

c.Tindakan kesehatan lingkungan

Perilaku ini antara lain mencakup : membuang air besar di jambanm

membuang sampah di tempat sampah, menggunakan air bersih untuk madi,

cuci, masak, dsb.

2.5.5 ASPEK SOSIO-PSIKOLOGI PERILAKU KESEHATAN

Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi

oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor-

faktor tersebut antara lain: susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, dan

belajar. Susunan saral pusat memegang peranan penting dalam perilaku

manusia, karena perilaku merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsang

yang masuk ke rangsang yang dihasilkan. Perpindahan ini dihasilkan oleh

susuran saraf pusat dengan unit-unit dasarnya yang disebut neuron. Neuron

memindahkan energi-energi di dalam impuls-impuls saraf. Impuls-impuls saraf

indera pendengaran, penglihatan, pembauan, pengecapan, dan perubahan

disalurkan dari tempat terjadinya rangsangan melalui impuls-impuls saraf ke

susunan saraf pusat.

Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui

melalui persepsi. Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya. Setiap orang

mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun objeknya sama. Motivasi

diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan

tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk

perilaku.

Perilaku dapat juga timbul karena emosi. Aspek psikologis yang

mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani. Sedang

keadaan jasmani merupakan hasil keturunan (bawaan). Dalam proses

pencapaian kedewasaan pada manusia semua aspek yang berhubungan dengan

keturunan dan emosi akan berkembang sesuai dengan hukum perkembangan.

Oleh karena itu perilaku yang timbul karena emosi merupakan perilaku

bawaan.

Belajar diartikan sebagai suatu perilaku yang dihasilkan dari praktek-

39

Page 40: Penelitian PHBS EDIT

praktek dalam lingkungan kehidupan. Barelson (1964) mengatakan bahwa

belajar adalah suatu perubahan perilaku yang dihasilkan dari perilaku

terdahulu.

Dari uraian dia tas dapat disimpulkan bahwa perilaku terbentuk melalui

suatu proses tertentu, dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan

lingkungannya. Faktor-faktor yang memegang peranan di dalam pembentukan

perilaku dapat dibedakan menjadi dua yakni faktor intern dan ekstern. Faktor

intern berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi, dan sebagainya

untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Faktor ekstern meliputi: objek,

orang, kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam

mewujudkan bentuk perilakunya. Kedua faktor tersebut akan dapat terpadu

menjadi perilaku yang selaras dengan lingkungannya apabila perilaku yang

terbentuk dapat diterima oleh lingkungannya, dan dapat diterima oleh individu

yang bersangkutan.

Perilaku sebagai konsepsi, bukanlah hal yang sederhana. Konsep

perilaku yang diterima secara luas ialah yang memibung perilaku sebagai

variabel pencampur (interventing variable), oleh karena itu ia mencampuri atau

mempengaruhi responsi subjek terhadap stimulus.

Menurut konsepsi ini maka perlaku adalah pengorganisasian proses-

proses psikologi oleh seseorang yang memberikan predisposisi untuk

melakukan responsi menurut cara tertantu terhadap sesuatu kelas atau golongan

objek-objek.

Dalam bidang kesehatan masyarakat khususnya pendidikan kesehatah,

mempelajari perilaku adalah sangat penting. Karena pendidikan kesehatan

sebagai bagian dari kesehatan masyarakat, berfungsi sebagai media atau sarana

untuk menyediakan kondisi sosio-psikologis sedemikian rupa sehingga

individu atau masyarakat berperilaku sesuai dengan norma-norma hidup sehat.

Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan bertujuan untuk merubah perilaku

individu atau masyarakat sehingga sesuai dengan norma-norma hidup sehat.

Setiap individu sejak lahir berada di dalam suatu kelompok, terutama

kelompok keluarga. Kelompok ini akan membuka kemungkinan untuk

dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-anggota kelompok lain. Oleh karena

pada setiap kelompok senantiansa berlaku aturan dan norma sosial tertentu,

maka perilaku setiap individu anggota kelompok berlangsung di dalam suatu

40

Page 41: Penelitian PHBS EDIT

jaringan normatif. Demikian pula perilaku individu tersebut terhadap masalah-

masalah kesehatan.

Saparinah Sadli (1982), menggambarkan hubungan individu dengan

lingkungan sosial yang saling mempengaruhi dalam diagram di bawah ini:

Hubungan Individu dengan Lingkungan Sosial

Keterangan:

a. Perilaku kesehatan individu: sikap dan kebiasaan individu yang erat

kaitannya dengan lingkungan

b. Lingkungan keluarga: kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai

kesehatan

c. Lingkungan terbatas: tradisi, adat istiadat, dan kepercayaan masyarakat

sehubungan dengan kesehatan

d. Lingkungan umum: kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang kesehatan,

undang-undang kesehatan, program-program kesehatan, dan sebagainya.

41

Lingkungan umum

Lingkungan terbatas

Lingkungan

keluargaIndividu

Interaksi perilaku kesehatan

Page 42: Penelitian PHBS EDIT

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

1. Pertolongan persalinan

2. Imunisasi

3. Jamban

4. Air bersih

5. Sampah

6. Pemeliharaan kesehatan rumah

7. Kebiasaan mencuci tangan

8. Gizi seimbang

9. Kebiasaan tidak merokok

10. Aktifitas fisik

11. Informasi PMS/ AIDS

12. BPJS/ dana sehat Asuransi Kesehatan lain

13. Pemanfaatan sarana kesehatan

14. Pemeliharaan kesehatan mandiri

( sumber: Departemen Kesehatan RI )

3.2 DEFINISI OPERASIONAL

1. Umur ibu

Umur ibu sekarang (PUS atau sedang hamil atau memiliki bayi atau memiliki

Balita)

Cara ukur : Survey

Alat ukur : Kuesioner

Skala : Interval

2. Pendidikan ibu

Pendidikan formal tertinggi yang diikuti ibu

Cara ukur : Survey

Alat ukur : Kuesioner

42

PHBS di

Tatanan

Rumah

Tangga

Page 43: Penelitian PHBS EDIT

Skala : Ordinal

3. Pekerjaan ibu

Pekerjaan yang dilakukan ibu sehari-hari

Cara ukur : Survey

Alat ukur : Kuesioner

Skala : Ordinal

4. Pendapatan per kapita per bulan

Penghasilan perkapita perbulan responden

- Penghasilan Kurang, yaitu < Rp. 2.000.000 /kapita/bulan

- Penghasilan Cukup, yaitu ≥ Rp. 2.000.000 /kapita/bulan

Cara ukur : Survey

Alat ukur : Kuesioner

Skala : Ordinal

5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Upaya memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi

perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat, dengan memberi

informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap,

dan perilaku sebagai upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan

mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan Rumah Tangga, agar dapat

menerapkan cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan

meningkatkan kesehatannya. Indikator dari PHBS antara lain :

1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

Pencarian pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan,

dukun terlatih didampingi petugas kesehatan)

Cara ukur : Survey

Alat ukur : Kuesioner

Terdapat 3 kategori jawaban

Dokter, mendapat jawaban dengan nilai (10)

Bidan, mendapat jawaban dengan nilai (5)

Paraji, mendapat jawaban dengan nilai (1)

Skala : Ordinal

43

Page 44: Penelitian PHBS EDIT

Pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan

Pemeriksaan selama kehamilan oleh petugas kesehatan dilakukan

minimal 4x

Cara ukur : Survey

Alat ukur : Kuesioner

Terdapat 3 kategori jawaban

4 kali, mendapat jawaban dengan nilai (10)

1-3 kali, mendapat jawaban dengan nilai (5)

Tidak pernah, mendapat jawaban dengan nilai (1)

Skala : Ordinal

KB

Akseptor KB lama maupun baru yang saat ini aktif menggunakan

kontrasepsi.

Cara ukur : Survey

Alat ukur : Kuesioner

Skala : Ordinal

Terdapat 1 jenis pertanyaan,yaitu:

Terdapat 2 kategori jawaban

Ya, mendapat jawaban dengan nilai (1)

Tidak, mendapat jawaban dengan nilai (0)

2. Imunisasi bayi

Membawa bayi untuk diimunisasi lengkap (BCG, DPT, Polio, Hepatitis,

dan Campak), dilihat di KMS .

Cara ukur : Survey

Alat ukur : Kuesioner

Terdapat 2 kategori jawaban

Ya, mendapat jawaban dengan nilai (1)

Tidak, mendapat jawaban dengan nilai (0)

Skala : Ordinal

Penimbangan Balita

Membawa Balita untuk ditimbang (1 bulan sekali, minimal 8 x / tahun),

dilihat di KMS.

44

Page 45: Penelitian PHBS EDIT

Cara ukur : Survey

Alat ukur : Kuesioner

Terdapat 2 kategori jawaban

Ya, mendapat jawaban dengan nilai (1)

Tidak, mendapat jawaban dengan nilai (0)

Skala : Ordinal

Imunisasi ibu

Mendapat imunisasi TT sebelum hamil atau saat sedang hamil.

Cara ukur : Survey

Alat ukur : Kuesioner

Terdapat 2 kategori jawaban

Ya, mendapat jawaban dengan nilai (1)

Tidak, mendapat jawaban dengan nilai (0)

Skala : Ordinal

3. Jamban

Dapat memanfaatkan jamban/kakus yang ada airnya, bersih, dan tidak

berbau.

Cara ukur : Survey

Alat ukur : Kuesioner

Terdapat 5 kategori jawaban

Jamban keluarga, mendapat jawaban dengan nilai (10)

Kakus, mendapat jawaban dengan nilai (10)

Sungai, mendapat jawaban dengan nilai (1)

Kebun, mendapat jawaban dengan nilai (1)

Lain-lain, mendapat jawaban dengan nilai (1)

Skala : Ordinal

4. Air Bersih

Dapat memiliki akses terhadap air bersih (tidak berwarna, berasa, berbau)

dan memakai air bersih untuk kebutuhan sehari-hari (untuk minum

(sudah dimasak), masak, mandi, dan mencuci pakaian).

Cara ukur : Survey

Alat ukur : Kuesioner

45

Page 46: Penelitian PHBS EDIT

Terdapat 4 kategori jawaban

PAM, mendapat jawaban dengan nilai (10)

Sumur, mendapat jawaban dengan nilai (5)

Sungai, mendapat jawaban dengan nilai (1)

Lain-lain, mendapat jawaban dengan nilai (1)

Skala : Ordinal

5. Sampah

Rumah dan halaman dalam keadaan bersih dan bebas sampah. Sampah

dikumpulkan di tempat sampah yang tertutup (terbuat dari seng, plastik,

semen) baik di dalam maupun di luar rumah dan sampah dibuang ke

TPA/TPS/tempat pribadi yang khusus.

Cara ukur : Survey

Alat ukur : Kuesioner

Skala : Ordinal

Terdapat 5 kategori jawaban

TPA/TPS, mendapat jawaban dengan nilai (10)

Sungai, mendapat jawaban dengan nilai (1)

Kebun, mendapat jawaban dengan nilai (1)

Bakar, mendapatjawaban dengan nilai (5)

Lain-lain, mendapat jawaban dengan nilai (1)

6. Pemeliharaan Rumah

Mampu memelihara rumah agar dapat memenuhi syarat kesehatan seperti

jendela rumah yang dibuka setiap hari, lantai rumah disapu dan dipel

setiap hari, pencahayaan (matahari,lampu), berventilasi, halaman rumah

bersih, dimanfaatkan serta ada penghijauan.

Cara ukur : Survey

Alat ukur : Kuesioner

Terdapat 2 kategori jawaban

Ya, mendapat jawaban dengan nilai (1)

Tidak, mendapat jawaban dengan nilai (0)

Skala : Ordinal

46

Page 47: Penelitian PHBS EDIT

7. Kebiasaan Mencuci Tangan

Selalu mencuci tangan sebelum makan, menyiapkan makanan dan

sesudah buang air besar dengan menggunakan sabun dan air bersih.

Cara ukur : Survey

Alat ukur : Kuesioner

Terdapat 2 kategori jawaban

Ya, mendapat jawaban dengan nilai (1)

Tidak, mendapat jawaban dengan nilai (0)

Skala : Ordinal

8. Gizi Seimbang

Memilih, mencuci, memasak, dan mengkonsumsi makanan yang bergizi

seimbang (nasi/pengganti nasi, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan)

serta beragam setiap hari, yang diperoleh dari halaman rumah atau kebun

atau pasar terdekat.

Cara ukur : Survey

Alat ukur : Kuesioner

Terdapat 5 kategori jawaban

Nasi, sayur, lauk pauk, buah (4 sehat), mendapat jawaban dengan nilai

(10)

Nasi, sayur, dan lauk pauk, mendapat jawaban dengan nilai (5)

Nasi & sayur/nasi & lauk pauk, mendapat jawaban dengan nilai (3)

Nasi saja, mendapat jawaban dengan nilai (1)

Lain-lain,mendapat jawaban dengan nilai (1)

Skala : Ordinal

9. Kebiasaan tidak merokok

Ibu tidak sedang merokok.

Cara ukur : Survey

Alat ukur : Kuesioner

Terdapat 2 kategori jawaban

Ya, mendapat jawaban dengan nilai (1)

Tidak, mendapat jawaban dengan nilai (0)

Skala : Ordinal

47

Page 48: Penelitian PHBS EDIT

10. Aktifitas Fisik

Aktifitas fisik adalah olah gerak tubuh baik olahraga berat ataupun

sedang setiap hari selama 30 menit. Contoh aktifitas fisik: lari,

badminton, jalan-jalan, menyapu, mengepel, mencangkul, kerja di sawah,

kerja di kebun, dan lain-lain.

Cara ukur : Survey

Alat ukur : Kuesioner

Terdapat 2 kategori jawaban

Ya, mendapat jawaban dengan nilai (1)

Tidak, mendapat jawaban dengan nilai (0)

Skala : Ordinal

11. Informasi PMS/ AIDS

Mengetahui informasi tentang AIDS/ PMS dari berbagai sumber

informasi (TV, koran, radio, ceramah, dll.) serta mampu menyebutkan

cara penularan dan cara pencegahannya.

Cara ukur : Survey

Alat ukur : Kuesioner

Skala : Ordinal

Terdapat 2 jenis pertanyaan

a. Terdiri dari 5 kategori jawaban

Hubungan seksual, mendapat jawaban dengan nilai (10)

Jarum suntikan, mendapat jawaban dengan nilai (10)

Ciuman, mendapat jawaban dengan nilai (1)

Makanan, mendapat jawaban dengan nilai (1)

Lain-lain, mendapat jawaban dengan nilai(1)

b. Terdiri dari 5 kategori jawaban

Tidak berganti-ganti pasangan, mendapat jawaban dengan nilai (10)

Menggunakan jarum suntik yang steril, mendapat jawaban dengan

nilai (10)

Tidak makan bersama penderita AIDS, mendapat jawaban dengan

nilai (1)

Tidak tidur bersama penderita AIDS, mendapat jawaban dengan nilai

48

Page 49: Penelitian PHBS EDIT

(1)

Lain-lain, mendapat jawaban dengan nilai (1)

12. BPJS / Dana Sehat / Asuransi Kesehatan Lainnya .

Menjadi peserta BPJS/ dana sehat/ Askes lainnya (pemeliharaan

kesehatan yang pembiayaannya dilaksanakan secara pra upaya/ dibayar di

muka)

Cara ukur : Survey

Alat ukur : Kuesioner

Terdapat 2 kategori jawaban

Ya, mendapat jawaban dengan nilai (1)

Tidak, mendapat jawaban dengan nilai (0)

Skala : Ordinal

13. Pemanfaatan Sarana Kesehatan

Menggunakan sarana kesehatan bila sakit atau meminta pertolongan ke

petugas kesehatan.

Cara ukur : Survey

Alat ukur : Kuesioner

Terdapat 4 kategori jawaban

Dokter, mendapat jawaban dengan nilai (10)

Puskesmas, mendapat jawaban dengan nilai (5)

Bidan desa (Bides), mendapat jawaban dengan nilai (5)

Tidak berobat (obat warung), mendapat jawaban dengan nilai (1)

Skala : Ordinal

14. Pemeliharaan Kesehatan Mandiri

Menyediakan obat-obatan ringan seperti obat panas, obat diare (mencret)

dan obat luka di rumah.

Cara ukur : Survey

Alat ukur : Kuesioner

Terdapat 2 kategori jawaban

Ya, mendapat jawaban dengan nilai (1)

Tidak, mendapat jawaban dengan nilai (0)

49

Page 50: Penelitian PHBS EDIT

Skala : Ordinal

6. Seluruh pertanyaan tentang PHBS berjumlah 19 pertanyaan. Setelah

dijumlahkan, maka responden dikelompokkan ke dalam 3 kategori, yaitu:

1. PHBS Baik, apabila responden memperoleh skor antara 6 - 34

2. PHBS Cukup, apabila responden memperoleh skor antara 35 - 62

3. PHBS Kurang, apabila responden memperoleh skor antara 63 - 88

Skala : Ordinal

Alat ukur : Kuesioner

50

Page 51: Penelitian PHBS EDIT

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

1. METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan suatu

penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran suatu keadaan dalam

populasi. Dalam hal ini, adalah untuk mengetahui gambaran perilaku hidup

bersih dan sehat di tatanan rumah tangga masyarakat desa Sugihmukti.

2. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

yang terdiri dari:

a. Identitas Responden sebanyak 6 pertanyaan

b. Tentang PHBS sebanyak 17 pertanyaan

3. POPULASI DAN SAMPEL

a. Populasi penelitian adalah penduduk yang bertempat tinggal di desa

Sugihmukti, kabupaten Bandung, yang berjumlah 4.122 kepala keluarga

b. Sampel

Penelitian ini menggunakan sistem quota sampling sebanyak 40 responden

wanita yang telah menikah, memiliki anak maupun tidak.

4. KRITERIA RESPONDEN

Jika penderita ternyata:

Masih di bawah umur (<18 tahun) dan belum menikah

Menolak wawancara

5. PENGUMPULAN DATA

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder, yaitu:

a. Data primer

Data ini didapat dengan cara wawancara secara terpimpin.

b. Data sekunder

Berupa data-data yang diperoleh dari puskesmas Sugihmukti.

51

Page 52: Penelitian PHBS EDIT

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini berlokasi di Desa Sugihmukti, kabupaten Bandung, yang

termasuk ke dalam wilayah kerja Puskesmas Sugihmukti, yang secara administratif

termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Bandung. Wilayah kerja Puskesmas

Sugihmukti terdiri atas 3 desa, yaitu:

1). Desa Sugihmukti

2). Desa Margamulya

3). Desa Tenjolaya

5.2 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.2.1 Identitas Responden

Tabel 5.1 Distribusi Umur Responden

Usia (tahun) Jumlah Persentase

18-27 12 30.0%

28-37 8 20.0%

38-47 7 17.5%

48-57 11 27.5%

58-67 2 5%

68-77

78-87

88-97

-

-

-

-

-

-

JUMLAH 40 100 %

Dari distribusi responden berdasarkan umurnya, didapatkan usia terbanyak

responden adalah antara usia 18-27 tahun yaitu sebanyak 12 (30.0%) responden,

kemudian usia 48-57 % tahun sebanyak 11 (27.5%) responden, 28-37 tahun

sebanyak 8 (20%) responden, usia 58-67 tahun sebanyak 2 (5%) responden.

Dari distribusi responden bahwa usia yang terbanyak adalah usia produktif

yaitu antara 18-27 tahun dimana pada usia tersebut masih memungkinkan si ibu

untuk hamil dan memiliki bayi/balita lagi serta merawat keluarganya sehingga perlu

52

Page 53: Penelitian PHBS EDIT

adanya pembinaan lebih lanjut tentang perilaku hidup bersih dan sehat sehingga

diharapkan di kemudian hari kesadaran akan perilaku hidup bersih dan sehat dapat

meningkat.

Tabel 5.2 Distribusi Pendidikan Terakhir Responden

Pendidikan Jumlah Persentase

Tidak tamat SD 3 7.5%

Tamat SD 30 75 %

Tidak tamat SMP/ SLTP - -

Tamat SMP/ SLTP 5 12.5 %

Tidak tamat SMA/ SLTA - -

Tamat SMA/ SLTA 2 5 %

Tamat PT/ Akademi - -

JUMLAH 40 100%

Dari Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa yang berpendidikan lulus SD/sederajatnya

adalah yang terbanyak, yaitu 30 (75%) responden, kemudian yang tamat SMP/SLTP

sebanyak 5 (12.5%) responden, tidak tamat SD 3 (7.5%) responden, tamat

SMA/SLTA 2 (5%).

Menurut Hendrik L. Blum, pendidian formal tidak banyak bermanfaat untuk

mengubah perilaku masyarakat. Sedangkan menurut Soekidjo Notoadmojo (1993)

makin tinggi tingkat pendidikan ibu diharapkan ia akan mudah menerima pesan-

pesan kesehatan. Sehingga pendidikan yang relative masih rendah ini tentunya

berpengaruh pula pada tingkat pengetahuan responden secara umum; dimana ibu

yang berpendidikan rendah mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih rendah

dibandingkan dengan yang berpendidikan lebih tinggi.

Tabel 5.3 Distribusi Pekerjaan Responden

Pekerjaan Jumlah Persentase

Tidak bekerja/Ibu Rumah Tangga 28 70%

Buruh 6 15%

Petani 2 5%

Pedagang 4 10%

JUMLAH 40 100%

53

Page 54: Penelitian PHBS EDIT

Dari Tabel 5.3 didapatkan bahwa kebanyakan responden adalah tidak

bekerja/ibu rumah tangga, yaitu sebanyak 28 (70%) responden,kemudian sebanyak 6

(15%) responden yang bekerja sebagai buruh, sebanyak 4 (10%) sebagai pedagang,

dan 2 (5%) responden yang mata pencahariannya sebagai petani.

Maka dengan mengetahui pekerjaan responden, kita dapat mengetahui

tingkat sosial ekonomi masyarakat desa Sugihmukti pada umumnya. Selain itu juga

dapat disimpulkan bahwa dengan kondisi ibu yang kebanyakan tidak bekerja atau

sebagai ibu rumah tangga, seharusnya dapat lebih menjalankan perilaku hidup bersih

dan sehat dibanding dengan ibu-ibu yang bekerja, tetapi pada kenyataannya justru

banyak ibu-ibu yang tidak menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat.

Tabel 5.4 Distribusi Penghasilan Perkapita Perbulan Responden

Pendapatan / kapita/ bulan Jumlah Persentase

< Rp. 2.000.000,-/kapita/ bulan 32 80%

Rp. 2.000.000-/kapita/ bulan 8 20%

JUMLAH 40 100%

Dari Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa kebanyakan responden berpenghasilan <

Rp. 2.000.000 yaitu sebanyak 32 (80%) responden dan sisanya 8 (20%) responden

berpenghasilan Rp. 2.000.000.

Patokan penghasilan perkapita perbulan Rp. 2.000.000, adalah batas minimal

pemenuhan kebutuhan pokok perkapita perbulan bagi masyarakat Indonesia yang

tinggal di Kabupaten Bandung. Sehingga dari data ini dapat disimpulkan bahwa

responden umumnya kurang mampu untuk membiayai kebutuhan pokok sehari-hari,

termasuk untuk biaya kebutuan akan makanan yang bergizi, penyediaan JAGA

(Jamban Keluarga) ataupun biaya pengobatan, sehingga kesadaran akan hidup bersih

dan sehat masih rendah.

54

Page 55: Penelitian PHBS EDIT

5.2.2. PHBS RESPONDEN

Tabel 5.5 Distribusi Responden Yang Mempunyai Bayi/ Mempunyai Balita/

Sedang Hamil / PUS (Pasangan Usia Subur)/Usia lanjut

Kategori Jumlah Persentase

Mempunyai Bayi 6 15%

Mempunyai Balita 13 32.5%

Sedang Hamil 4 10%

PUS

Usia Lanjut

9

8

22.5%

20%

JUMLAH 40 100%

Dari Tabel 5.5 didapatkan bahwa 13 (32.5%) responden mempunyai balita,

kemudian diikuti dengan 6 (15%) responden mempunyai bayi, 9 (22.5%) responden

adalah PUS, 4(10%) responden sedang hamil, dan 8 (20%) responden usia lanjut.

Tabel 5.6 Distribusi jawaban responden yang mempunyai bayi terhadap pertanyaan

“Saat ibu melahirkan, ibu ditolong oleh siapa?”

Jawaban Jumlah Persentase

Dokter 0 0%

Bidan 5 83.3%

Paraji 1 16.7%

JUMLAH 6 100%

Dari Tabel 5.6 didapatkan 5 (83.3 %) responden menjawab “ditolong oleh

bidan” dan 1 (16.7%) responden yang ditolong oleh paraji.

Tabel 5.7 Distribusi jawaban responden yang mempunyai bayi terhadap pertanyaan

“Apakah bayi ibu sudah diimunisasi?”

Jawaban Jumlah Persentase

Ya 6 100%

Tidak - -

JUMLAH 6 100%

Dari Tabel 5.7 didapatkan 6 (100%) responden menjawab “ Ya “ dan tidak

ada yang belum mengimunisasi bayinya.

55

Page 56: Penelitian PHBS EDIT

Tabel 5.8 Distribusi jawaban responden yang mempunyai Balita terhadap pertanyaan

“Saat ibu melahirkan, ibu ditolong oleh siapa?”

Jawaban Jumlah Persentase

Dokter - -

Bidan 10 76.92%

Paraji 3 23.08%

JUMLAH 13 100%

Dari Tabel 5.8 didapatkan 10 (76.92%) responden menjawab ditolong oleh

bidan, 3 (23.08%) responden ditolong oleh paraji dan tidak ada responden yang

persalinannya ditolong oleh dokter.

Tabel 5.9 Distribusi jawaban responden yang mempunyai Balita terhadap pertanyaan

“Apakah anak ibu ditimbang di POSYANDU setiap bulan? (LIHAT

KMS!)”

Jawaban Jumlah Persentase

Ya 11 84.61%

Tidak 2 15.39%

JUMLAH 13 100%

Dari Tabel 5.9 didapatkan 11 (84.61%) responden menjawab “Ya” dan 2

(15.39%) responden yang menjawab “Tidak”.

Tabel 5.10 Distribusi jawaban responden yang sedang hamil terhadap pertanyaan

“Berapa kali ibu memeriksakan kehamilan pada petugas kesehatan?

(bidan/dokter)”

Jawaban Jumlah Persentase

4 x 2 50%

1-3 x 1 25%

Tidak Pernah 1 25%

JUMLAH 19 100%

Dari Tabel 5.10 didapatkan 2 (50%) responden menjawab 4 kali

memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan, 1 (25%) responden

memeriksakan kehamilannya 1-3 kali dan 1 (25%) responden yang tidak

memeriksakan kehamilannya.

56

Page 57: Penelitian PHBS EDIT

Tabel 5.11 Distribusi jawaban responden yang sedang hamil terhadap pertanyaan

“Apakah ibu sudah diimunisasi TT?”

Jawaban Jumlah Persentase

Ya - -

Tidak 4 100%

JUMLAH 4 100%

Dari Tabel 5.11 didapatkan bahwa seluruh ibu hamil di desa Sugihmukti

belum diimunisasi TT.

Tabel 5.12 Distribusi jawaban responden PUS terhadap pertanyaan “Apakah ibu

sedang mengikuti progrm KB saat ini?”

Jawaban Jumlah Persentase

Ya 8 88.89%

Tidak 1 11.11%

JUMLAH 9 100%

Dari Tabel 5.12 didapatkan 8 (88.89%) responden menjawab “Ya” dan 1

(11.11%) responden yang menjawab “Tidak”.

Tabel 5.13 Distribusi jawaban responden usia lanjut terhadap pertanyaan “Saat

ibu melahirkan, ibu ditolong oleh siapa?”

Jawaban Jumlah Persentase

Dokter - -

Bidan 5 62.5%

Paraji 3 37.5%

JUMLAH 8 100%

Dari table 5.13 didapatkan 5 (62.5%) responden melahirkan anaknya di bidan

dan 3 (37.5%) responden melahirkan di paraji sedangkan tidak ada responden yang

dulu melahirkan anaknya di dokter.

57

Page 58: Penelitian PHBS EDIT

Tabel 5.14 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Dimanakah Ibu

selalu Buang Air Besar?”

Jawaban Jumlah Persentase

Jamban 31 77.5%

Kakus 9 22.5%

Sungai - -

Kebun - -

Lain-lain - -

JUMLAH 40 100%

Dari Tabel 5.14 didapatkan 31 (77.5%) responden yang menjawab

menggunakan Jamban untuk Buang Air Besar dan 9 (22.5%) responden

menggunakan kakus.

Tabel 5.15 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Apakah Ibu selalu

mencuci tangan dengan menggunakan sabun setelah Buang Air Besar?”

Jawaban Jumlah Persentase

Ya 27 67.5%

Tidak 13 32.5%

JUMLAH 40 100%

Dari Tabel 5.15 didapatkan 27 (67.5%) responden menjawab “Ya” dan 13

(32.5%) responden menjawab “Tidak”.

Tabel 5.16 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Darimanakah

Sumber Air Bersih yang Ibu gunakan untuk kebutuhan minum,

masak, mandi dan mencuci pakaian?”

Jawaban Jumlah Persentase

PAM - -

Sumur 35 87.5%

Sungai 2 5%

Lain-lain 3 7.5%

JUMLAH 40 100%

Dari Tabel 5.16 didapatkan 35 (87.5%) responden menjawab mendapatkan

58

Page 59: Penelitian PHBS EDIT

SAB dari sumur, sedangkan SAB dari sawah sebanyak 3 (7.5%), dan SAB dari

sungai sebanyak 2 (5%).

Tabel 5.17 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan “Apakah rumah ibu

setiap hari dibersihkan?”

Jawaban Jumlah Persentase

Ya 40 100%

Tidak - -

JUMLAH 40 100%

Dari Tabel 5.17 didapatkan semua responden membersihkan rumahnya setiap

hari.

Tabel 5.18 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan “Apakah halaman

rumah ibu dibersihkan setiap hari?”

Jawaban Jumlah Persentase

Ya 35 87.5%

Tidak 5 12.5%

JUMLAH 40 100%

Dari Tabel 5.18 didapatkan 35 (87.5%) responden menjawab “Ya” dan 5

(12.5%) responden yang menjawab “Tidak”.

Tabel 5.19 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan “Apakah jendela

rumah ibu setiap hari dibuka?”

Jawaban Jumlah Persentase

Ya 30 75%

Tidak 10 25%

JUMLAH 40 100%

Dari Tabel 5.19 didapatkan 30 (75 %) responden menjawab “Ya” dan 10

(25%) responden yang menjawab “Tidak”.

59

Page 60: Penelitian PHBS EDIT

Tabel 5.20 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Kemanakah Ibu

selalu membuang sampah rumah tangga?”

Jawaban Jumlah Persentase

TPA/TPS 12 30%

Sungai 3 7.5%

Kebun 5 12.5%

Bakar 19 47.5%

Lain-lain 1 2.5%

JUMLAH 40 100%

Dari Tabel 5.20 didapatkan 19 (47.5%) responden membakar sampahnya, 5

(12.5%) responden menjawab selalu membuang sampah di kebun, 3 (7.5%)

responden membuang sampah di sungai, 12 (30%) responden membuang sampah di

TPA/TPS dan 1 (2.5%) responden yang menjawab lain-lain.

Tabel 5.21 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ” Jenis makanan apa

yang Ibu makan setiap harinya?”

Jawaban Jumlah Persentase

Nasi,sayur, lauk-pauk,buah (4 sehat) 3 7.5%

Nasi, sayur, lauk-pauk 10 25%

Nasi&sayur / nasi&lauk-pauk 27 67.5%

Nasi saja - -

Lain-lain - -

JUMLAH 40 100%

Dari Tabel 5.21 didapatkan 27 (67.5%) responden menjawab selalu makan

nasi dan sayur/ nasi dan lauk-pauk setiap harinya, 10 (25%) responden selalu makan

nasi, sayur, lauk-pauk, sedangkan hanya 3 (7.5%) responden yang menjawab makan

makanan 4 sehat.

Tabel 5.22 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Apakah Ibu

60

Page 61: Penelitian PHBS EDIT

selalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun sebelum

makan?”

Jawaban Jumlah Persentase

Ya 28 70%

Tidak 12 30%

JUMLAH 40 100%

Dari Tabel 5.22 didapatkan 28 (70%) responden menjawab ”Ya” dan 12

(30%) menjawab “Tidak”.

Tabel 5.23 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Apakah ibu

merokok?”

Jawaban Jumlah Persentase

Ya 7 17.5%

Tidak 33 82.5%

JUMLAH 40 100%

Dari Tabel 5.23 didapatkan 33 (82.5%) responden menjawab ”Tidak” dan 7

(17.5%) menjawab “Ya”.

Tabel 5.24 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Apakah ibu

selalu melakukan aktifitas fisik setiap hari? (seperti: menyapu,

mengepel, bekerja di kebun,dll; minimal 30 menit/hari)”

Jawaban Jumlah Persentase

Ya 27 67.5%

Tidak 13 32.5%

JUMLAH 40 100%

Dari Tabel 5.24 didapatkan 27 (67.5%) responden menjawab ”Ya” dan 13

(32.5%) menjawab “Tidak”.

Tabel 5.25 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Apakah Ibu tahu

61

Page 62: Penelitian PHBS EDIT

tentang AIDS?”

Jawaban Jumlah Persentase

Ya 15 37.5%

Tidak 25 62.5%

JUMLAH 40 100%

Dari Tabel 5,25 didapatkan 25 (62.5%) responden menjawab ”Tidak” dan 15

(37.5%) responen menjawab “Ya”.

Tabel 5.26 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Sebutkan

bagaimanakah cara penularan AIDS?”

Jawaban Jumlah Persentase

Hubungan seksual 8 53.33%

Jarum suntikan 6 40%

Ciuman - -

Makanan - -

Lain-lain 1 0.67

JUMLAH 15 100%

Dari Tabel 5.26 didapatkan 8 (53.33%) responden menjawab penularan

AIDS melalui hubungan seksual, sedangkan 6 (40%) menjawab melalui jarum

suntikan, dan 1 (0.67%) menjawab lain-lain.

Tabel 5.27 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Sebutkan

bagaimanakah cara pencegahan AIDS?”

Jawaban Jumlah Persentase

Tidak berganti-ganti pasangan 11 73.33%

Menggunakan jarum suntik yang steril 4 26.67%

Tidak makan/minum bersama penderita AIDS - -

Lain-lain - -

JUMLAH 15 100%

Dari Tabel 5.27 didapatkan 11 (73.33%) responden menjawab cara

pencegahan AIDS adalah dengan tidak berganti-ganti pasangan dan 4 (26.67%)

responden menjawab cara mencegah AIDS adalah dengan menggunakan jarum

62

Page 63: Penelitian PHBS EDIT

suntuk yang steril.

Tabel 5.28 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Apakah Ibu menjadi

anggota Dana sehat (BPJS)?”

Jawaban Jumlah Persentase

Ya 13 32.5%

Tidak 27 67.5%

JUMLAH 40 100%

Dari Tabel 5.28 didapatkan 27 (67.5%) responden menjawab ”Tidak” dan 13

(32.5%) responden menjawab “Ya”.

Tabel 5.29 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Kemanakah Ibu

berobat ketika sakit?”

Jawaban Jumlah Persentase

Dokter 6 15%

Puskesmas 31 77.5%

Bidan desa 3 7.5%

Tidak berobat - -

JUMLAH 40 100%

Dari Tabel 5.29 didapatkan 31 (77.5%) responden menjawab ”Ketika sakit

berobat ke Puskesmas”, 3 (7.5%) responden berobat ke bidan desa, 6 (15%)

responden berobat ke dokter.

Tabel 5.30 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ”Apakah Ibu selalu

menyediakan obat-obatan ringan seperti obat penurun panas di rumah?”

Jawaban Jumlah Persentase

Ya 12 30%

Tidak 28 70%

JUMLAH 40 100%

DariTabel 5.30 didapatkan 28 (70%) responden menjawab ”Tidak” dan 12

(30%) responden menjawab “Ya”.

Tabel 5.31 Kategori responden berdasarkan indikator PHBS

63

Page 64: Penelitian PHBS EDIT

Kategori Jumlah Persentase

Kurang 18 45%

Cukup 21 52,5%

Baik 1 2,5%

JUMLAH 40 100%

Setelah dilakukan penjumlahan dari seluruh pertanyaan tentang Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat yang diajukan kepada respondens, maka dapat

dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu respondens yang memiliki Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat yang baik adalah 1 (2,5%) respondens, yang memiliki

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang cukup adalah 21 (52,5%) respondens, dan

yang memiliki Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang kurang adalah 18 (45%).

Dari data tersebut maka dapat digambarkan bahwa PHBS ibu-ibu di desa

Sugih Mukti tergolong cukup dan hanya sedikit yang sudah melakukan PHBS dalam

rumah tangga dengan baik.

BAB VI

64

Page 65: Penelitian PHBS EDIT

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian di desa Sugihmukti dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Sebagian besar ibu adalah usia antara 18-27 tahun (sebesar 30%)

2. Dengan latar belakang di atas, maka dapat dilihat pelaksanaan PHBS di

Tatanan Rumah Tangga desa Sugihmukti yaitu sebesar 52,5 % tergolong

cukup. Hal ini disebbakan karena beberapa faktor yaitu : tingkat pendidikan

responden yang sebagian besar masih rendah (tamat SD 75%), penghasilan

perkapita yang masih rendah (80%), dan kurangnya pengetahuan responden

tentang PHBS di Tatanan Rumah Tangga desa Sugihmukti.

3. Seharusnya diharapkan tingkat pelaksanaan PHBS di Desa Sugihmukti bisa

mencapai kategori baik karena banyak ibu-ibu yang tidak bekerja (ibu

rumah tangga) sehingga mempunyai waktu yang lebih banyak untuk dapat

menerapkan pola hidup bersih sehat dalam rumah tangga.

6.2 SARAN

1. Meningkatkan kegiatan Penyuluhan tentang indikator PHBS supaya

masyarakat semakin sadar akan pentingnya menerapkan pola hidup bersih

dan sehat di Rumah Tangga.

2. Melakukan pelatihan terhadap para kader, bidan, serta tokoh

masyarakat/agama untuk melaksanakan PHBS agar dapat menjadi

motivator untuk masyarakat yang lain.

65

Page 66: Penelitian PHBS EDIT

DAFTAR PUSTAKA

1. Dachroni. Buku Pedoman Pembinaan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

di Tatanan Rumah Tangga, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 1999/1000.

2. Dachroni. Strategi Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Departemen

Kesehatan RI.

3. Dachroni. Buku Panduan Manajemen Penuluhan Kesehatan Masyarakat Tingkat

Puskesmas, Departemen Kesehatan RI, 1996/1997

4. Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, PT. Asdi

Mahasatya, Jakarta, 1003.

66

Page 67: Penelitian PHBS EDIT

KUESIONER

Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tatanan Rumah Tangga

Desa Sugihmukti Tahun 2015

A. Identitas

1. Nama Ibu :

2. Umur :

3. Pendidikana. Tidak sekolahb. Tidak tamat SDc. Tamat SDd. Tidak tamat SMP / SLTPe. Tamat SMP / SLTPf. Tidak tamat SMA / SLTAg. Tamat SMA / SLTAh. Tamat Perguruan Tinggi/akademi

4. Pekerjaana. Ibu Rumah Tanggab. Buruhc. Petanid. Pedagange. PNSf. TNI / POLRIg. Lain-lain : __________

5. Penghasilan rata-rata per bulan:a. < Rp. 124.500,-/kapita/bulanb. ≥ Rp. 124.500,-/kapita/bulan

6. Alamat :

B. PHBS

67

Page 68: Penelitian PHBS EDIT

1. Apakah Ibu :

a. mempunyai bayi (anak di bawah 1 tahun)

b. mempunyai balita (anak usia 1-5 tahun)

c. sedang hamil

d. PUS (Pasangan Usia Subur), tidak sedang hamil, tidak punya bayi, &

balita

e. Pre menopausal, menopause, telah memiliki anak

2. Jika a :

Saat Ibu melahirkan, Ibu ditolong oleh siapa?

a. dokter b. bidan c. paraji

Apakah bayi Ibu sudah diimunisasi? (Lihat KMS)

a. Ya b. Tidak

Jika b :

Saat Ibu melahirkan, Ibu ditolong oleh siapa?

a. dokter b. bidan c. paraji

Apakah anak Ibu ditimbang di POSYANDU setiap bulannya? (Lihat KMS)

a. Ya b.Tidak

Jika c :

Berapa kali Ibu memeriksakan kehamilan pada petugas kesehatan?

(bidan/dokter)

a. 4 kali b. 2-3 kali c. < 2 kali

Apakah Ibu sudah diimunisasi TT?

a. Ya b.Tidak

Jika d:

Apakah Ibu sedang mengikuti program KB saat ini?

a. Ya b.Tidak

Jika e:

Dimana ibu dulu melahirkan?

a. Dokter b. Bidan c. Paraji

Apakah ibu menggunakan KB?

68

Page 69: Penelitian PHBS EDIT

a. Ya b. Tidak

3. Dimanakah Ibu selalu Buang Air Besar?

a. Jamban b. Kakus c. Sungai d. Kebun e.Lain-lain:___

4. Apakah Ibu selalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun setelah Buang

Air Besar?

a. Ya b.Tidak

5. Darimanakah Sumber Air Bersih yang Ibu gunakan untuk kebutuhan minum,

masak, mandi dan mencuci pakaian?

a. PAM b. Sumur c. Sungai d. Lain-lain:_______

6. Apakah rumah ibu setiap hari dibersihkan?

a. Ya b. Tidak

7. Apakah halaman rumah ibu setiap hari dibersihkan?

a. Ya b. Tidak

8. Apakah jendela rumah ibu setiap hari dibuka?

a. Ya b. Tidak

9. Dimanakah Ibu selalu membuang sampah?

a. TPA/TPS

b. Sungai

c. Kebun

d. Bakar

e. Lain-lain:________

10. Jenis makanan apa yang Ibu makan setiap harinya?

a. nasi, sayur, lauk pauk, buah (4 sehat)

b. nasi, sayur, dan lauk pauk

c. nasi & sayur / nasi & lauk pauk

d. nasi saja

e. lain-lain:________

11. Apakah Ibu selalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun sebelum makan?

69

Page 70: Penelitian PHBS EDIT

a. Ya b. Tidak

12. Apakah Ibu merokok?

a. Ya b. Tidak

13. Apakah Ibu selalu melakukan aktifitas fisik setiap hari?(seperti:membersihkan rumah, bekerja di kebun,dll; minimal 30 menit/hari)

a. Ya b. Tidak

14. Apakah Ibu tahu tentang AIDS?

a. Ya b. Tidak

15. Jika Ya, sebutkan bagaimana cara penularan AIDS?

a. Hubungan sexual

b. Jarum suntikan

c. Ciuman

d. Makanan

e. Lain-lain:_______

16. Jika jawaban no.14 Ya , sebutkan bagaimana cara pencegahan AIDS?

a. Tidak berganti-ganti pasangan

b. Menggunakan jarum suntuk yang steril

c. Tidak makan bersama penderita AIDS

d. Tidak tidur bersama penderita AIDS

e. Lain-lain:_______

17. Apakah Ibu menjadi anggota Dana Sehat (BPJS)?

a. Ya b. Tidak

18. Kemanakah Ibu berobat ketika sakit?

a. Dokter b. Puskesmas c. Bidan desa d. Tidak berobat

19. Apakah Ibu selalu menyediakan obat-obatan ringan seperti obat penurun

panas di rumah?

a. Ya

70