BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Sejalan dengan strategi pembangunan kesehatan untuk mewujudkan
bangsa yang sehat. Tahun 2011 ini peningkatan derajat kesehatan menjadi
salah satu fokus pembangunan di bidang kesehatan. Mewujudkan masyarakat
yang sehat, pembangunan di bidang kesehatan diarahkan kepada semua
lapisan masyarakat. (Depkes RI, 2011). Hipertensi adalah suatu keadaan
ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal
tersebut dapat terjadi ketika jantung bekerja lebih keras memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Kriteria hipertensi
yang digunakan pada penetapan kasus merujuk pada kriteria diagnosis JNC
VII 2003, yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan
tekanan diastolik ≥90mmHg yang berlaku untuk umur diatas atau sama
dengan 18 tahun (Riskesdas 2013).
Penderita hipertensi di dunia diperkirakan mencapai 1 milyar
(Chobanian et.al, 2003), sekitar 972 juta jiwa (26%) orang dewasa di dunia
menderita hipertensi (Depkes 2006). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2007 menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum
terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18
tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%,
dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi
dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi. Survei secara
1
epidemiologi menunjukan peningkatan penderita hipertensi pada daerah
perkotaan sebanyak 25% sedangkan pada daerah pedesaan sebanyak 10%,
ini menunjukan cukup besarnya pengaruh wilayah pada poeningkatan
penyakit hipertensi. (source: journal of rural and tropical public health).
Riskesdas 2013 menyatakan prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat
melalui pengukuran pada umur lebih dari 18 thn sebesar 25.8% tertinggi di ,
Bangka Belitung (30.9%) diikuti Kalimantan Selatan (30.8%), Kalimantan
Timur (29.6%), dan Jawa Barat (29.4%).
Di negara negara ASEAN, hipertensi menduduki peringkat kelima
dari sepuluh penyakit utama pada tahun 1995-1999, sedangkan di indonesia
menduduki peringkat pertama (Depkes 2001). Di propinsi DKI Jakarta,
hipertensi menjadi penyebab sakit (29,52%) dan penyebab kematian
(36,52%). Berdasarkan hasil laporan dari Puskesmas Kecamatan Ciracas,
hipertensi menduduki urutan ketiga dari penyakit tersering yang dijumpai di
Balai Pengobatan Puskesmas Kecamatan Ciracas.
Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi
faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang
dapat dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan
(mayor) seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan umur. Sedangkan faktor
risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu olahraga, makanan (kebiasaan
makan garam).
Beberapa faktor diduga menjadi penyebab tingginya angka kejadian
hipertensi ini, diantaranya adalah pengetahuan, sikap, dan praktik penderita
hipertensi terhadap gizi seimbang. Hal ini yang menjadi latar belakang
2
peneliti untuk melakukan penelitian mengenai Karakteristik pengetahuan,
sikap dan perilaku penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Kecamatan
Ciracas, Jakarta Timur tahun 2015.
2. Perumusan masalah
Dalam penelitian ini, beberapa masalah yang diangkat oleh peneliti
adalah permasalahan mengenai karakteristik, pengetahuan, sikap, dan praktik
penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Kecamatan Ciracas, Jakarta
Timur tahun 2015. Adapun perumusan masalah yang akan diteliti adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah karakteristik penderita hipertensi di Puskesmas
Kecamatan Ciracas tahun 2015?
2. Bagaimanakah pengetahuan penderita hipertensi di Puskesmas
Kecamatan Ciracas tahun 2015?
3. Bagaimanakah sikap penderita hipertensi di Puskesmas
Kecamatan Ciracas tahun 2015?
4. Bagaimanakah praktik penderita hipertensi di Puskesmas
Kecamatan Ciracas tahun 2015 ?
3. Tujuan penelitian
a. Tujuan umum : tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
karakteristik, pengetahuan, sikap, dan praktik penderita hipertensi di
Puskesmas Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur tahun 2015.
3
b. Tujuan khusus :
i. Mengetahui karakteristik penderita hipertensi di Puskesmas
Kecamatan Ciracas tahun 2015.
ii. Mengetahui pengetahuan penderita hipertensi di Puskesmas
Kecamatan Ciracas tahun 2015.
iii. Mengetahui sikap penderita hipertensi di Puskesmas
Kecamatan Ciracas tahun 2015.
iv. Mengetahui praktik penderita hipertensi di Puskesmas
Kecamatan Ciracas tahun 2015.
4. Hipotesis
Adanya hubungan karakteristik, sikap, pengetahuan dan praktik
penderita terhadap penyakit hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas,
Jakarta Timur tahun 2015.
5. Manfaat penelitian
a. Manfaat bagi instansi kesehatan
Sebagai bahan dan informasi mengenai karakteristik,
pengetahuan, sikap, dan praktik penderita hipertensi pada lansia di
Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015, untuk lebih meningkatkan
kewaspadaan dan pemeriksaan lebih rinci pada setiap pasien yang
datang dengan karakteristik serupa di Balai Pengobatan Puskesmas
Kecamatan Ciracas. Serta dapat meningkatkan pengetahuan warga
Kecamatan Ciracas mengenai hipertensi.
4
b. Manfaat bagi masyarakat
Sebagai bahan informasi untuk lebih meningkatkan
kewaspadaan diri, meningkatkan pengetahuan dan perubahan perilaku
mengenai pencegahan hipertensi bagi yang memiliki karakteristik dan
perilaku serupa.
c. Manfaat bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan
mengenai gambaran karakteristik, pengetahuan, sikap, dan praktik
penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Kecamatan Ciracas
tahun 2015.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap
dinding pembuluh darah. Tekanan darah ini dipengaruhi volume darah dan
elastisitas pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah disebabkan karena
peningkatan volume darah, atau berkurangnya elastisitas pembuluh darah.
Sebaliknya, penurunan volume darah akan menurunkan tekanan darah
(Ronny et al. 2010). Tekanan darah hampir selalu dinyatakan dalam
milimeter air raksa (mmHg) karena manometer air raksa telah dipakai sejak
lama sebagai rujukan baku untuk pengukuran tekanan. Didefinisikan, tekanan
darah adalah daya yang dihasilkan oleh cairan darah terhadap setiap satuan
luas dinding pembuluh.bila seseorang mengatakan bahwa tekanan dalam
pembuluh darah adalah 50mmHg, maka hal itu diartikan bahwa daya yang
dihasilkan, cukup untuk mendorong kolom air raksa melawan gravitasi
sampai setinggi 50mm. Bila tekanan darah dinyatakan 100mmHg, maka
diartikan tekanan tersebut mampu mendorong kolom air raksa setinggi
100mm.1
2.2 Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90mmHg. Menurut
JNC (Joint Comminttee on Detection, Evaluation and Treatment of High
Blood Pressure) membuat suatu klasifikasi mengenai hipertensi.1
6
1. Hipertensi primer (essensial)
Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi
essensial (hipertensi primer). Literatur lain mengatakan, hipertensi essensial
merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi. Beberapa mekanisme yang
mungkin berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini telah diidentifikasi,
namun belum satupun teori yang tegas menyatakan patogenesis hipertensi
primer tersebut. Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga, hal ini
setidaknya menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting
pada patogenesis hipertensi primer. Menurut data, bila ditemukan gambaran
bentuk disregulasi tekanan darah yang monogenik dan poligenik mempunyai
kecenderungan timbulnya hipertensi essensial. Banyak karakteristik genetik
dari gen-gen ini yang mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga di
dokumentasikan adanya mutasi-mutasi genetik yang merubah ekskresi
kallikrein urine, pelepasan nitric oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal,
dan angiotensinogen.
2. Hipertensi sekunder
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari
penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan
darah (lihat tabel 1). Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit
ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang
paling sering.7 Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat
menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan
tekanan darah. Obat-obat ini dapat dilihat pada tabel 1. Apabila penyebab
sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan menghentikan obat yang
bersangkutan atau mengobati / mengoreksi kondisi komorbid yang
7
menyertainya sudah merupakan tahap pertama dalam penanganan hipertensi
sekunder.
Penyakit Obat Obat
1. penyakit ginjal kronis
2. hiperaldosteronisme primer
3. penyakit renovaskular
4. sindroma Cushing
5. pheochromocytoma
6. koarktasi aorta
7. penyakit tiroid atau paratiroid
1. Kortikosteroid, ACTH
2. Estrogen (biasanya pil KB dg
kadar estrogen tinggi)
3. NSAID, cox-2 inhibitor
4. Fenilpropanolamine dan analog
5. Cyclosporin dan tacrolimus
6. Eritropoetin
7. Sibutramin
8. Antidepresan (terutama
venlafaxine)
Tabel 1. Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi.
Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 8
Klasifikasi Tekanan Darah
TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89
Hipertensi stadium 1 140 – 159 Atau 90 – 99
Hipertensi stadium 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
TDS = Tekanan Darah Sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik
8
Tabel 3. Klasifikasi Tekanan Darah World Health Organization (WHO) dan
International Society Of Hypertension Working Group (ISHWG)
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal < 120 Dan < 80
Normal < 130 Dan < 85
Normal tinggi /
pra hipertensi
130 – 139 Atau 85 – 89
Hipertensi derajat I 140 – 159 Atau 90 – 99
Hipertensi derajat II 160 – 179 Atau 100 – 109
Hipertensi derajat III ≥ 180 Atau ≥ 110
Penyebab hipertensi tidak diketahui pada sekitar 95% kasus. Bentuk
hipertensi idiopatik ini sering disebut sebagai hipertensi primer atau
hipertensi esensial.1 Data epidemiologis menunjukan bahwa semakin
meningkatnya populasi, maka jumlah penderita hipertensi di wilayah tersebut
pun kemungkinan besar akan meningkat. Data dari The National Health and
Nutrition Examination Survey (NHNES) menunjukan bahwa dari tahun 1999-
2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, artinya,
terdapat sekitar 58-65 juta jiwa yang menderita hipertensi di Amerika.2
Menurut Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2007 Kementrian kesehatan
Republik Indonesia, prevalensi hipertensi di Indonesia pada usia diatas 18
tahun mencapai angka 29,8%, dimana angka ini semakin bertambah seiring
dengan bertambahnya usia. Hasil penelitian Riset kesehatan dasar ini juga
9
menunjukan bahwa sekitar 75% kasus hipertensi di indonesia belum
terdiagnosis oleh dokter atau tenaga kesehatan.3
Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktoral yang timbul karena
interaksi antar faktor-faktor resiko tersebut. Beberapa faktor resiko yang
diketahui menyebabkan terjadinya hipertensi adalah :
1. Faktor resiko seperti diet tinggi garam, stress, ras, obesitas,
merokok dan faktor herediter.
2. Faktor sistem saraf simpatis.
3. Keseimbangan modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi.
4. Pengaruh otokrin setempat yang berperan pada sistem renin,
angiotensin dan aldosteron.2
Resiko merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap per hari,
dan tidak berkaitan dengan lamanya merokok. Seseorang merokok lebih dari
satu pak rokok sehari menjadi dua kali lebih rentan terhadap hipertensi
daripada mereka yang tidak merokok. Hal ini diduga akibat pengaruh nikotin
terhadap pelepasan katekolamin oleh sistem saraf otonom. Namun efek
nikotin tidak bersifat kumulatif, terlihat pada mantan perokok nampaknya
beresiko rendah seperti bukan pada perokok.1
Sedangkan menurut Björn, ada tiga etiologi mayor yang menyebabkan
hipertensi, diantaranya adalah (1) faktor predisposisi poligenetik, (2) faktor
lingkungan seperti asupan garam per hari, merokok dan stress pekerjaan, dan
(3) faktor struktural yaitu mengenai perbedaan dan perubahan keadaan sistem
10
kardiovaskular meliputi kondisi dinding pembuluh darah dan kondisi
jantung.3
1. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol
a. Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang
semakin besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun
mempunyai risiko terkena hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko
terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia
lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas
umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya dan
tekanan darah seiring bertambahnya usia, kebanyakan orang hipertensinya
meningkat ketika 50an dan 60an.
Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat.
Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering
dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila
tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini
disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan
hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa
memicu terjadinya hipertensi.
b. Jenis Kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat
angka yang cukup bervariasi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah
didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita.
Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan
11
daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7%
wanita.10
c. Riwayat Keluarga
Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang
mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat keluarga
dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi
risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang
memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5
kali lipat. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkunan
kita mendapatkan penyakit tersebut 60%.
d. Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar
monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang
penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila
dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya
akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-
50 tahun akan timbul tanda dan gejala.
1. Faktor yang dapat diubah/dikontrol
a. Kebiasaan Merokok
Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan antara rokok
dengan peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan.Selain
12
dari lamanya, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang
dihisap perhari. Seseoramg lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali
lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok.
Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang
diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak
lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses
aterosklerosis dan hipertensi.
b. Konsumsi Asin/Garam
Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis
hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa
dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap
hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan jika asupan
garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat menjadi
15-20 %. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena
menarik cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan
volume dan tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3
gram atau kurang ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan
asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi.
Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan
110 mmol natrium atau 2400 mg/hari.
Menurut Alison Hull, penelitian menunjukkan adanya kaitan antara
asupan natrium dengan hipertensi pada beberapa individu. Asupan natrium
13
akan meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan yang meningkatkan
volume darah.
c. Konsumsi Lemak Jenuh
Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan
berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi.Konsumsi lemak jenuh juga
meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan
darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan
yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh
secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain
yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah.
d. Penggunaan Jelantah
Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali
dipakai untuk menggoreng, dan minyak goreng ini merupakan minyak yang
telah rusak. Bahan dasar minyak goreng bisa bermacam-macam seperti
kelapa, sawit, kedelai, jagung dan lain-lain. Meskipun beragam, secara
kimia isi kendungannya sebetulnya tidak jauh berbeda, yakni terdiri dari
beraneka asam lemak jenuh (ALJ) dan asam lemak tidak jenuh (ALTJ).
Dalam jumlah kecil terdapat lesitin, cephalin, fosfatida, sterol, asam lemak
bebas, lilin, pigmen larut lemak, karbohidrat dan protein. Hal yang
menyebabkan berbeda adalah komposisinya, minyak sawit mengandung
sekitar 45,5% ALJ yang didominasi oleh lemak palmitat dan 54,1% ALTJ
yang didominasi asam lemak oleat sering juga disebut omega-9. Minyak
14
kelapa mengadung 80% ALJ dan 20% ALTJ, sementara minyak zaitun dan
minyak biji bunga matahari hampir 90% komposisinya adalah ALTJ.
e. Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol
Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol
berat cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi
belum diketahui secara pasti. Orangorang yang minum alkohol terlalu sering
atau yang terlalu banyak memiliki tekanan yang lebih tinggi dari pada
individu yang tidak minum atau minum sedikit.
Menurut Ali Khomsan konsumsi alkohol harus diwaspadai karena
survei menunjukkan bahwa 10 % kasus hipertensi berkaitan dengan
konsumsi alkohol.Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol
masih belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar kortisol dan
peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah merah berperan
dalam menaikkan tekanan darah.
f. Obesitas
Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi makanan
yang mengandung tinggi lemak. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak
darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan
tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah
menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding
arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung
15
dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh
menahan natrium dan air.
Berat badan dan indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung
dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk
menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi
ditemukan sekitar 20-30 % memiliki berat badan lebih.
g. Olahraga
Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi
karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif
juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi
sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.
Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan
yang dibebankan pada arteri.
h. Stres
Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan
bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa
mendadak menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah, namun
akibat stress berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum dapat
dipastikan.
16
i. Penggunaan Estrogen
Estrogen meningkatkan risiko hipertensi tetapi secara epidemiologi
belum ada data apakah peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan
karena estrogen dari dalam tubuh atau dari penggunaan kontrasepsi
hormonal estrogen.MN Bustan menyatakan bahwa dengan lamanya
pemakaian kontrasepsi estrogen (± 12 tahun berturut-turut), akan
meningkatkan tekanan darah perempuan. Ada dua cara yang dapat
meningkatkan tekanan arteri melalui kenaikan curah jantung. salah satu cara
tersebut adalah dengan pengaruh langsung kenaikan curah jantung dalam
meningkatkan tekanan, dan yang lainnya adalah pengaruh tidak langsung
yang menyebabkan kenaikan tahanan vaskular perifer melalui autoregulasi
aliran darah. Bila darah yang mengalir ke suatu jaringan jumlahnya
berlebihan, maka pembuluh darah jaringan setempat akan berkontriksi dan
menurukan aliran darahnya menjadi kembali normal. Fenomena ini disebut
autoregulasi. Fenomenai ini dapat diartikan pengaturan aliran darah oleh
jaringan itu sendiri. Bila kenaikan volume darah meningkatkan curah
jantung, aliran darah di seluruh jaringan tubuh akan meningkat sehingga
mekanisme autoregulasi ini menyebabkan kontriksi di seluruh tubuh, yang
selanjutnya akan meningkatkan tahanan perifer total.
Tekanan arteri sama dengan curah jantung dikali tahanan perifer total,
maka peningkatan sekunder pada tahanan perifer total yang disebabkan oleh
mekanisme autoregulasi sangat membantu meningkatkan tekanan arteri. Bila
terdapat kelebihan garam di dalam cairan ekstrasel, osmolalitas cairan akan
meningkat, dan merangsang pusat haus di otak. Membuat seseorang minum
17
lebih banyak air untuk mengembalikan konsentrasi garam ekstrasel kembali
normal. Hal ini akan meningkatkan volume ekstrasel. Kenaikan osmolalitas
yang disebabkan kelebihangaram dalam cairan ekstrasel juga merangsang
mekanisme sekresi kelenjar hipotalamus hipofise posterior untuk
mensekresikan lebih banyak hormon antidiuretik. Yang kemudian akan
menyebabkan ginjal mereabsorbsi air dalam jumlah besardari tubulus dan
meningkatkan volume cairan ekstrasel dan mengurangi produksi urin.
Peningkatan sedikit saja pada cairan ekstrasel dan volume darah,
seringkali menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri.
Bila seseorang dikatakan menderita hipertensi kronik, itu berarti
bahwa tekanan arteri rata ratanya lebih tinggi daripada batas normal. Efek
letal hipertensi dapat ditimbulkan melalui tiga cara berikut :
1. Kelebihan beban kerja di jantung, yang menimbulkan penyakit
jantung koroner dan gagal jantung secara dini, seringkali
menyebabkan kematian akibat serangan jantung.
2. Tekanan yang tinggi di pembuluh darah menyebabkan kerusakan
di pembuluh darah terutama di pembuluh darah otak, yang diikuti
kematian sel otak yang kemudian disebut infark serebral. Secara
klinis dikenal dengan nama stroke. Stroke dapat menyebabkan
kebutaan, kelumpuhan, demensia, atau gangguan otak serius
lainnya tergantung area yang terkena.
3. Tekanan yang tinggi hampir selalu menyebabkan cedera di ginjal,
menimbulkan banyak kerusakan di area ginjal dan akhirnya
menyebabkan gagal ginjal dan uremia.
18
Hipertensi juga dapat disebabkan oleh aldosteronisme primer,
misalnya oleh tumor kecil di kelenjar adrenal kadang kadang dapat
menyebabkan banyak sekali aldosteron yang disekresikan, aldosteron
meningkatkan kecepatan reabsorbsi garam dan air oleh tubulus ginjal,
sehingga mengurangi hilangnya garam dan air dalam urin namun pada saat
yang sama menyebabkan kenaikan volume darah dan cairan ekstrasel yang
kemudian menyebabkan terjadinya hipertensi. Bila asupan garam dan air
dinaikkan pada saat yang bersamaan, hipertensi menjadi lebih berat. Selain
itu, bila keadaan menetap selama bertahun tahun, tekanan arteri yang
berlebihan menyebabkan perubahan patologis pada ginjal dan membuat ginjal
meretensi lebih banyak garam dan air.
Ginjal merupakan salah satu organ yang berperan dalam terjadinya
hipertensi terutama dalam pengontrolan tekanan darah. Mekanisme ini adalah
mekanisme renin angiotensin. Renin adalah suatu enzim protein yang
dilepaskan ginjal apabila tekanan arteri turun sangat rendah. Renin disintesis
dan disimpan dalam bentuk proaktif oleh ginjal di dalam sel sel
jukstaglomerular. Bila tekanan arteri turun, reaksi dalam ginjal itu sendiri
menyebabkan banyak molekul pro renin dilepaskan. Sebagian besar renin
memasuki aliran darah ginjal dan kemudian masuk ke dalam sirkulasi tubuh.
Renin bekerja secara enzimatik pada protein plasma lain yaitu
globulin substrat renin yang disebut angiotensinogen, untuk melepaskan
peptida asam amino yaitu angiotensin I. Angiotensin I memiliki sifat
vasokonstriktor yang ringan tetapi tidak cukup untuk menyebabkan
19
perubahan fungsional bermakna dalam sirkulasi. Renin menetap di darah
selama 30 menit sampai 1 jam dan terus menyebabkan pembetukan
angiotensin I lebih banyak selama waktu tersebut. Dalam beberapa detik,
terdapat dua asam amino tambahan yang dipecah dari angiotensin I untuk
membentuk angiotensin II. Perubahan ini dikatalis oleh enzim endotel
pembuluh darah paru. Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang sangat kuat
dan mempengaruhi fungsi sirkulasi melalui cara lainnya. Walaupun begitu,
angiotensin II menetap di darah hanya selama 1 atau 2 menit karena
angiotensin II cepat akan diinaktivasi oleh berbagai enzim darah dan jaringan
yang secara bersama sama disebut angiotensinase.12
Tingginya risiko pria untuk mengalami hipertensi sebagaimana yang
ditemukan dari hasil analisis ini, sejalan dengan temuan Zambir Setiawan.
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan hipertensi dari pada wanita,
seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok dan konsumsi alkohol),
depresi dan rendahnya status pekerjaan, perasaan kurang nyaman terhadap
pekerjaan dan pengangguran.15
2.2 Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari
uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun
yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).
20
Skinner merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
atau rangsangan yang berasal dari luar, yang kemudian menghasilkan respon
pada individu tersebut, maka teori Skinner ini disebut sebagai teori S-O-R
atau Stimulus-Organisme-Respon.
Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku diantaranya:
1. Faktor predisposisi (Predisposing factor) yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan lain sebagainya.
2. Faktor pendukung (Enabling factor), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas
atau sarana sarana.
3. Faktor pendorong (Reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap
dan perilaku individu, yang merupakan referensi dari perilaku
masyarakat.4
Perilaku adalah sinonim dari aktivitas, aksi, kinerja, respons atau
reaksi, yang merupakan segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia.
Terdapat dua kelompok besar perilaku, yaitu yang dapat diobservasi ( overt,
observable), dan yang tidak dapat diobservasi atau tidak tampak ( covert, not
directly observable). Perilaku yang tampak dan dapat diobservasi adalah
perilaku yang dapat diamati oleh orang lain misalnya berjalan, menangis dan
berlari. Sedangkan untuk perilaku yang tidak tampak, harus disimpulkan dari
respons respons yang terbuka.5
21
2.3 Sikap
Sikap adalah keadaan mental dan taraf dari kesiapan yang diatur
melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah pada
respons individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya
(G.W Alport, 1935).6
Beberapa komponen sikap :
1. Kognitif : berupa pengetahuan, kepercayaan atau pemikiran yang
berdasarkan pada informasi yang berhubungan dengan objek.
2. Afektif : menunjuk pada dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi
yang berhubungan dengan objek yang dirasakan sebagai
menyenangkan atau tidak menyenangkan.
3. Behavior : melibatkan salah satu predisposisi untuk bertindak terhadap
suatu objek.
2.4 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari penginderaan manusia, atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Dengan
sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan
tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran
dan penglihatan (Notoatmodjo, 2005).9
22
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua
aspek yaitu aspek positif dan negatif, kedua aspek ini yang akna menentukan
sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui,
maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tersebut (Dewi
& Wawan, 2010).10
Di dalam domain kognitif , mencangkup 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya dapat
mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari se-
belumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu, adalah ia dapat menye-
butkan, menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan.
b. Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpre-
tasikan dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang yang telah
paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan contoh dan
menyimpulkan.
c. Penerapan , yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-
hukum, rumus, metode dalam situasi yang nyata.
d. Analisis artinya adalah kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam
bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih di dalam suatu struktur objek
tersebut dan masih terkait satu sama lain, ukuran kemampuan adalah dia
dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan,
23
membuat bagan proses adopsi perilaku, dan dapat membedakan penger-
tian psikologi dengan fisiologi.
e. Sintesis , yaitu usaha kemampuan untuk menghubungkan bagian – bagian
di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Ukuran ke-
mampuannya adalah ia dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan,
dan menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi ,yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun
sendiri.11
BAB III
KERANGKA TEORI DAN KONSEP
24
A. Kerangka teori
USIA
JENIS KELAMIN
PEKERJAAN
PENDIDIKAN
KETURUNAN
PENGETAHUAN
SIKAP
PRAKTIK
B. Kerangka konsep
VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN
Variabel dan Definisi Operasional
Variabel :
1. Dependen : Hipertensi usia ≥ 55 tahun atau usia < 55 tahun
25
HIPERTENSI
1. karakteristik
2. pengetahuan
3. sikap
4. praktik
HIPERTENSI
≥ 55 THN < 55 THN
2. Indipenden : Karakteristik, pengetahuan, sikap, dan praktik
Tabel Variabel dan Definisi Operasional
VARIABEL DEFEINISI OPERASIONAL
CARA PENGUKURAN
KATAGORI SKALA PENGUKURAN
Sikap terhadap
pencegahan hipertensi
Respon masyarakat
dalam menyikapi pencegahan peningkatan
tekanan darah
Wawancara dan pengisian kuisioner
Baik
Memiliki keyakinan atau kesadaran tentang
pencegahan hipertensi
Skor : 7-9
Cukup
Memiliki keyakinan bahwa segala informasi
tentang pencegahan hipertensi
Skor : 4-6
Kurang
Tidak memiliki keyakinan bahwa segala informasi
tentang pencegahan hipertensi adalah hal yang
penting
Skor : 0-3
Nominal
Umur Lamanya seseorang hidup
dalam satuan tahun sejak kelahiran
Wawancara dan pengisian kuisioner
< 55 tahun ≥ 55 tahun
Nominal
Tingkat Pendidikan
Terakhir
Jenjang pendidikan
terakhir yang diselesaikan pada instansi pendidikan
formal
Wawancara dan pengisian kuisioner
Tidak sekolah SD / sederajat SLTP / sederajat SLTA / sederajat Perguruan tinggi Akademi Dll
Ordinal
26
Pekerjaan Mata pencaharian
yang dilakuklan sehari-hari untuk
memenuhi kebutuhan hidup
Wawancara dan pengisian kuisioner
Tidak bekerja Ibu rumah tangga Pegawai negeri
sipil Petani Pengangguran Karyawan swasta Wiraswasta Buruh Dll
Nominal
Penghasilan per bulan
Tingkat pencapaian penghasilan keluarga tiap
bulannya yang disesuaikan dengan upah
minimum regional Jakarta
Timur Rp. 2.700.000,00
Wawancara dan pengisian kuisioner
0-Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.001 -
Rp. 3.000.000 ≥ Rp. 3.000.000
Ordinal
Pengetahuan Infromasi yang dimiliki
seseorang terhadap suatu
objek dalam hal ini adalah penyakit hipertensi
Wawancara dan pengisian kuisioner
Pengertian hipertensi
Penyebab hipertensi
Gejala hipertensi Pengobatan
hipertensi Komplikasi
hipertensi Pencegahan
hipertensi
Nominal
27
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode survei atau observational
deskriptif, dengan pendekatan Cross Sectional, dimana data yang
menyangkut variabel independen dan variabel dependen dikumpulkan
dalam waktu yang bersamaan.7
B. Waktu, lokasi, dan sasaran penelitian
Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah
2 minggu selama bertugas di puskesmas pada tahun 2015, mulai tanggal
12 Januari sampai tanggal 30 Januari. lokasi penelitian adalah Puskesmas
Kecamatan Ciracas, sasaran penelitian adalah setiap pasien hipertensi
yang datang di Aula Prolanis Puskesmas kecamatan Ciracas, Jakarta
Timur.
C. Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk kecamatan
Ciracas yang menderita hipertensi menurut kriteria JNC VII. Sampel
dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi yang datang ke acara
Prolanis di Aula Puskesmas Kecamatan Ciracas
Teknik sampling yang digunakan adalah teknik non random
accidental sampling, dimana sample akan dipilih dengan mengambil
kasus atau responden yang kebetulan ada dan didapatkan penderita
hipertensi yang kebetulan ada di puskesmas ciracas mencapai 50 peserta.8
28
D. Cara pengumpulan data
Untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan penelitian, maka
peneliti menggunakan teknik data primer dan sekunder. Data primer
adalah data yang diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner dan
dengan pemeriksaan fisik menggunakan pengukuran tekanan darah
langsung.7 Mendapatkan data mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku
gizi seimbang pada penderita hipertensi tahun 2015 di puskesmas
Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur.
E. Instrumen penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen berupa alat pengukur
tekanan darah, stetoskop dan kuesioner untuk mendapatkan data yang
akurat.
F. Pengolahan dan analisis data
Untuk proses pengolahan dan analisis data, peniliti menggunakan cara
pengolahan data manual. Dengan urutan kerja sebagai berikut: penyusunan
data, klasifikasi, dan melakukan pengolahan data dengan cara :
Editing :
o Memeriksa data
o Menjumlah banyaknya lembar daftar pertanyaan
o Memeriksa apakah semua sudah terisi dengan baik
o Memeriksa apakah ada tulisan yang kurang jelas
o Mencari adanya kesalahan pengisian
Coding : memudahkan proses pengolahan data
Tabulating : pembuatan table dan grafik.
G. Analisis data
29
Setelah melakukan pengolahan data, selanjutnya melakukan analisis data,
analisis data dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Analisis Univariate
Data yang terkumpul di olah dan dianalisis secara deskriptif yaitu data untuk
variabel disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.7
2. Analisis Bivariate
Analisis untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel. Variabel bebas
yaitu pengetahuan, sikap dan praktik penderita hipertensi dan variabel terikat
yaitu hipertensi.
H. Pelaksana
Yang menjadi pelaksana dalam penelitian Puskesmas ini adalah koass
kepaniteraan IKM di Puskesmas Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur tahun
2015.
BAB V
30
HASIL PENELITIAN
5.1 Tabel univariat
A. Karakteristik
Tabel I.I.1 Distribusi Usia penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan
Ciracas tahun 2015.
Usia Jumlah Presentase (%) < 55 tahun 36 72,00
≥ 55 tahun 14 28,00
TOTAL 50 100,00Dari tabel diatas, dapat dilihat usia penderita hipertensi didominasi usia kurang dari 55 tahun sebanyak 36 responden (72%)
Tabel I.I.2 Distribusi Jenis kelamin penderita hipertensi di Puskesmas
Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Jenis kelamin Jumlah Presentase (%)Pria 24 48,00Wanita 26 52,00TOTAL 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat Jenis kelamin penderita hipertensi didominasi jenis kelamin wanita sebanyak 26 responden (52%)
Tabel I.I.3 Distribusi Tekanan darah penderita hipertensi di Puskesmas
Kecamatan Ciracas tahun 2015.
31
Tekanan darah Jumlah Presentase (%)
140-159 / 90-99 mmHg 34 68,00≥160 / ≥ 100 mmHg 16 32,00TOTAL 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat tekanan darah penderita hipertensi didominasi oleh grade I yaitu 140-159 / 90-99 mmHg sebanyak 34 responden (68%)
Tabel I.I.4 Distribusi Berat badan penderita hipertensi di Puskesmas
Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Berat badan Jumlah Presentase (%)40-70 kg 30 60,0070-90 kg 17 34,00≥90 kg 3 6,00TOTAL 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat distribusi berat badan penderita hipertensi didominasi berat badan 40 – 70 kg sebanyak 30 responden (60%)
Tabel I.I.5 Distribusi pemilik riwayat hipertensi di keluarga penderita
hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Pemilik keturunan hipertensi
Jumlah Presentase(%)
Ada 22 44,00Tidak 28 56,00TOTAL 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat distribusi pemilik riwayat hipertensi dalam keluarga didominasi kelompok yang tidak memiliki keturunan hipertensi sebanyak 28 (56%)
Tabel I.I.6 Distribusi Pendidikan Terakhir penderita hipertensi di Puskesmas
Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Pendidikan Terakhir JumlahPresentase
(%)
32
Tidak Sekolah 5 10,00SD 15 30,00SMP – SMA / SMK 25 50,00Kuliah 5 10,00TOTAL 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat pendidikan terakhir penderita hipertensi didominasi oleh kelompok SMP – SMA / SMK sebanyak 25 responden (50%)
Tabel I.I.7 Distribusi Penghailan Perbulan penderita hipertensi di Puskesmas
Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Penghasilan Perbulan JumlahPresentase
(%)< 1.000.000 16 32,001.000.000 – 3.000.000 28 56,00≥ 3.000.000 6 12,00TOTAL 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat penghasilan perbulan pada penderita hipertensi didominasi oleh kelompok 1.000.000 – 3.000.000 sebanyak 28 responden (56%)
B. Pengetahuan
Tabel I.II.1 Distribusi pengetahuan pentingnya menjaga berat badan ideal pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
33
Persetujuan menjaga
berat badan idealJumlah Presentase(%)
Setuju 50 100,00
Tidak setuju 0 0,00
TOTAL 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat pemahaman mengenai pentingnya menjaga berat badan ideal pada penderita hipertensi didominasi oleh kelompok yang setuju sebanyak 50 responden (100%)
Tabel I.II.2 Distribusi pengetahuan pentingnya olahraga penderita hipertensi di
Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Persetujuan untuk menyisikan 3 x 30 menit dalam seminggu untuk
berolahraga?
Jumlah Presentase(%)
Setuju 50 100,00Tidak setuju 0 0,00TOTAL 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa pemahaman mengenai pentingnya olahraga pada penderita hipertensi didominasi kelompok yang menjawab setuju sebanyak 50 responden (100%)
Tabel I.II.3 Distribusi pemahaman pentingnya berhenti merokok pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Persetujuan berhenti merokok
Jumlah Presentase(%)
Setuju 50 100,00
34
Tidak Setuju 0 0,00TOTAL 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat pemahaman mengenai pentingnya berhenti merokok pada penderita hipertensi didominasi kelompok yang menjawab setuju sebanyak 50 reponden (100%)
Tabel I.II.4 Distribusi pemahaman mengenai pentingnya minum air putih pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Jumlah gelas air putih yang
diminum dalam sehari
Jumlah Presentase(%)
< 8 gelas 31 62,00≥ 8 gelas 19 38,00TOTAL 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa pemahaman pentingnya minum air putih pada penderita hipertensi didominasi kelompok yang menjawab kurang dari 8 gelas sebanyak 31 responden (62%)
Tabel I.II.5 Distribusi pemahaman mengenai pentingnya menghindari
makanan berlemak pada penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas
tahun 2015.
Frekuensi makan makanan berlemak dalam seminggu
Jumlah Presentase(%)
Tidak pernah 6 12,001 x seminggu 33 66,002 – 3 x seminggu 11 22,00TOTAL 50 100,00
Dari tabel diatas, pemahaman mengenai pentingnya menghindari makanan berlemak pada penderita hipertensi didominasi kelompok yang menjawab 1 x seminggu sebanyak 33 responden (66%)
Tabel I.II.6 Distribusi pemahaman mengenai diet sehat yang dianjurkan pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Diet sehat yang dianjurkan bagi
penderita hipertensi
Jumlah Presentase(%)
35
Tinggi kalori 10 20,00Rendah garam 36 72,00Tinggi lemak 4 8,00TOTAL 50 100,00
Dari tabel diatas, pemahaman mengenai diet sehat yang dianjurkan pada penderita hipertensi didominasi kelompok yang menjawab rendah garam sebanyak 36 responden (72%)
Tabel I.II.7 Distribusi pemahaman makanan yang paling harus dibatasi pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Makanan yang paling harus dibatasi bagi penderita hipertensi
Jumlah Presentase(%)
Sayur – sayuran hijau (bayam, kangkung)
2 4,00
Buah – buahan tinggi serat
7 14,00
Makanan yang mengandung minyak dan santan
26 52,00
Makanan yang diolah dengan garam (keripik, biscuit)
15 30,00
TOTAL 50 100,00Dari tabel diatas, pemahaman mengenai makanan yang paling harus dibatasi pada penderita hipertensi didominasi kelompok yang menjawab makanan yang mengandung minyak dan santan 26 responden (52%)
Tabel I.II.8 Distribusi pemahaman mengenai tujuan diet sehat pada penderita
hipertensi pada penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun
2015.
Tujuan diet sehat bagi penderita hipertensiJumlah Presentase(%)
36
Membantu menurunkan tekanan darah 36 72,00Meningkatkan tekanan darah 10 20,00Mempercepat timbul penyakit lain seperti jantung, ginjal, gula
4 8,00
TOTAL 50 100,00Dari tabel diatas, pemahaman mengenai tujuan diet sehat pada penderita hipertensi didominasi kelompok yang menjawab membantu menurunkan tekanan darah sebanyak 36 responden (72%)
C. Sikap
Tabel I.III.1 Distribusi persetujuan dilakukan pemeriksaan tekanan darah
pada penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Persetujuan Jumlah Presentase(%)Setuju 50 100,00Tidak setuju 0 0,00TOTAL 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat sikap setuju dilakukan pemeriksaan tekanan darah didominasi kelompok yang menjawab setuju sebanyak 50 responden (100%)
Tabel I.III.2 Distribusi alasan persetujuan pemeriksaan tekanan darah pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Alasan persetujuan Jumlah Presentase(%)Khawatir menderita
hipertensi38 76,00
Ikut – ikutan berobat 2 4,00Kebetulan sedang berobat 10 20,00TOTAL 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa alasan setuju dilakukan pemeriksaan tekanan darah didominasi kelompok yang menjawab khawatir menderita hipertensi sebanyak 38 responden (76%)
Tabel I.III.3 Distribusi perlunya memeriksa tekanan darah pada penderita
hipertensi secara rutin di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Pemeriksaan rutin TD Jumlah Presentase(%)Perlu 50 100,00Tidak perlu 0 0,00TOTAL 50 100,00
37
Dari tabel diatas, dapat dilihat sikap yang merasa perlu memeriksa tekanan darah secara rutin didominasi kelompok yang menjawab perlu sebanyak 50 responden (100%)
Tabel I.III.4 Distribusi persetujuan untuk membatasi konsumsi garam pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Persetujuan untuk membatasi konsumsi
garamJumlah Presentase(%)
Setuju 41 82,00Tidak setuju 9 18,00TOTAL 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa kelompok yang setuju membatasi konsumsi garam pada penderita hipertensi didominasi oleh kelompok yang menjawab setuju sebanyak 41 responden (82%)
Tabel I.III.5 Distribusi alasan persetujuan pembatasan konsumsi garam pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Alasan persetujuan Jumlah Presentase(%)Terpaksa 4 8,00Takut tekanan darah meningkat
31 62,00
Takut akan komplikasi hipertensi
15 30,00
TOTAL 50 100,00Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa alasan setuju untuk membatasi konsumsi garam didominasi kelompok yang menjawab takut tekanan darah meningkat sebanyak 31 responden (62%)
Tabel I.III.6 Distribusi frekuensi rekreasi dalam seminggu pada penderita
hipertensi secara rutin di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Frekuensi rekreasi dalam seminggu
Jumlah Presentase(%)
Tidak pernah 16 32,00
38
1 kali 34 68,00TOTAL 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat frekuensi rekreasi dalam seminggu pada penderita hipertensi didominasi kelompok yang menjawab 1 kali sebanyak 34 responden (68%)
Tabel I.III.7 Distribusi persetujuan untuk rutin minum obat anti hipertensi
pada penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Persetujuan untuk rutin minum obat anti
hipertensiJumlah Presentase(%)
Setuju 45 90,00Tidak setuju 5 10,00TOTAL 50 100,00
Dari tabel diatas, persetujuan untuk rutin minum obat anti hipertensi didominasi kelompok yang menjawab setuju sebanyak 45 responden (90%)
D. Praktik
Tabel I.IV.1 Distribusi praktik keteraturan minum obat anti hipertensi setiap
hari pada penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Keteraturan minum obat anti hipertensi setiap
hariJumlah Presentase(%)
Ya 9 18,00Tidak 41 82,00TOTAL 50 100,00
Dari tabel diatas, praktik keteraturan minum obat anti hipertensi setiap hari didominasi kelompok yang menjawab tidak sebanyak 41 responden (82%)
Tabel I.IV.2 Distribusi jumlah batang rokok yang dihisap dalam satu hari pada penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Jumlah batang rokok
Jumlah Presentase(%)
Saya tidak merokok
34 68,00
2 – 6 batang 4 8,00
39
6 – 12 batang 12 24,00TOTAL 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat praktik jumlah rokok yang dihisap penderita hipertensi didominasi kelompok yang tidak merokok sebanyak 34 responden (68%)
Tabel I.IV.3 Distribusi konsumsi garam penderita hipertensi di Puskesmas
Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Konsumsi garam Jumlah Presentase(%) < 1 sendok teh 47 94,00≥ 1 sendok teh 3 6,00TOTAL 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat praktik frekuensi konsumsi garam pada penderita hipertensi didominasi kelompok yang menjawab < 1 sendok teh sebanyak 47 responden (94%)
Tabel I.IV.4 Distribusi frekuensi olahraga dalam seminggu pada penderita
hipertensi secara rutin di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Frekuensi olahraga dalam seminggu
Jumlah Presentase(%)
Tidak pernah 15 30,001 – 2 kali 35 70,00TOTAL 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat praktik olahraga dalam seminggu pada penderita hipertensi didominasi kelompok yang menjawab 1 -2 kali sebanyak 35 responden (70%)
Tabel I.IV.5 Distribusi frekuensi penderita hipertensi datang ke puskesmas
untuk memeriksakan tekanan darah dalam 1 bulan di Puskesmas Kecamatan
Ciracas tahun 2015.
Frekuensi datang ke puskesmas untuk memeriksakan tekanan darah dalam 1 bulan
Jumlah Presentase(%)
40
Tidak pernah 38 76,001 – 2 kali 12 24,00TOTAL 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat frekuensi penderita hipertensi yang datang ke puskesmas untuk memeriksakan tekanan darah dalam 1 bulan didominasi kelompok yang menjawab tidak pernah sebanyak 38 responden (76%)
5.2 Tabel bivariat
A. Karakteristrik
Tabel I.I.I Distribusi jenis kelamin penderita hipertensi di Balai Pengobatan
Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
41
Jenis Kelamin
HIPERTENSI
JUMLAHPERSENTASE
( % )< 55 tahun ≥ 55 tahun
N % N %
Pria 15 30,00 9 18,00 24 48,00
Wanita 21 42,00 5 10,00 26 52,00
TOTAL 36 72,00 14 28,00 50 100,00
Jenis kelamin kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh jenis kelamin wanita sebanyak 21 (42%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh jenis kelamin pria sebanyak 9 (18%)
Tabel II.I.2 Distribusi Grade tekanan darah penderita hipertensi di Balai
Pengobatan Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Grade Tekanan
Darah
HIPERTENSI
JUMLAHPERSENTASE
( % )< 55 tahun ≥ 55 tahun
N % N %
140-159 / 90-99 mmHg
24 48,00 10 20,00 34 68,00
≥160 / ≥ 100
mmHg12 24,00 4 8,00
1632,00
TOTAL 36 72,00 14 28,00 50 100,00
Grade tekanan darah kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh tekanan darah grade I yaitu 140-159 / 90-99 mmHg sebanyak 24 (48%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh tekanan darah grade I yaitu 140-159 / 90-99 mmHg sebanyak 10 (20%)
Tabel II.I.3 Distribusi Berat badan penderita hipertensi di Balai Pengobatan
Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
42
Berat badan
HIPERTENSI
JUMLAHPERSENTASE
( % )< 55 tahun ≥ 55 tahun
N % N %
40-70 kg 22 44,00 8 16,00 30 60,00
70-90 kg 11 22,00 6 12,00 17 34,00
≥90 kg 3 6,00 0 0,00 3 6,00
TOTAL 36 72,00 14 28,00 50 100,00
Berat badan kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh berat badan 40 – 70 kg sebanyak 22 responden (44 %) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi berat badan 40 - 70 kg sebanyak 8 responden (16%)
Tabel II.I.4 Distribusi pemilik riwayat hipertensi di keluarga penderita
hipertensi di Balai Pengobatan Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Riwayat
Hipertensi di
Keluarga
HIPERTENSI
JUMLAHPERSENTASE
( % )< 55 tahun ≥ 55 tahun
N % N %
Ada 18 36,00 4 8,00 22 44,00
Tidak ada 18 36,00 10 20,00 28 56,00
TOTAL 36 72,00 14 28,00 50 100,00
Distribusi pemilik riwayat hipertensi di keluarga kelompok kurang dari 55 tahun sama banyak antara ada maupun tidak ada riwayat masing – masing sebanyak 18 responden (36%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh tidak ada riwayat hipertensi di keluarga sebanyak 10 (20%)
Tabel II.I.5 Distribusi Pendidikan Terakhir penderita hipertensi di Balai
Pengobatan Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Pendidikan
Terakhir
HIPERTENSI JUMLAH PERSENTASE
( % )< 55 tahun ≥ 55 tahun
N % N %
43
Tidak Sekolah 3 6,00 2 4,00 5 10,00
SD 18 36,00 7 14,00 15 30,00
SMP – SMA /
SMK10 20,00 5 10,00
2550,00
Kuliah 5 10,00 0 0,00 5 10,00
TOTAL 36 72,00 14 28,00 50 100,00
Distribusi pendidikan terakhir kelompok kurang dari 55 tahun dengan didominasi oleh pendidikan terakhir SD sebanyak 18 responden (36%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh pendidikan terakhir SD sebanyak 7 responden (14%)
Tabel II.I.6 Distribusi Penghasilan Perbulan penderita hipertensi di Balai
Pengobatan Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Penghasilan
Perbulan
HIPERTENSI
JUMLAHPERSENTASE
( % )< 55 tahun ≥ 55 tahun
N % N %
< 1.000.000 8 16,00 8 16,00 16 32,00
1.000.000 –
3.000.00022 44,00 6 12,00
2856,00
≥ 3.000.000 6 12,00 0 0,00 6 12,00
TOTAL 36 72,00 14 28,00 50 100,00
Penghasilan perbulan kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh penghasilan perbulan 1.000.000 - 3.000.000 sebanyak 22 (44%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh penghasilan perbulan <1.000.000 sebanyak 8 (16%)
B.Pengetahuan
Tabel I.II.I Distribusi pengetahuan pentingnya menjaga berat badan ideal pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
44
Persetujuan menjaga berat badan ideal
Hipertensi Jumlah Presentase(
%)
< 55 tahun ≥ 55 tahun
N % N %
Setuju 36 72,00 14 28,00 50 100,00
Tidak Setuju 0 0,00 0 0,00 0 0,00
TOTAL 36 72,00 14 28,00 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat pemahaman mengenai pentingnya menjaga berat badan ideal pada penderita hipertensi kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan setuju sebanyak 36 (72%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan setuju sebanyak 14 (28%)
Tabel I.II.2 Distribusi pengetahuan pentingnya olahraga penderita hipertensi di Puskesmas
Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Persetujuan untuk menyisikan 3 x 30 menit dalam seminggu untuk berolahraga?
Hipertensi Jumlah Presentase
(%) < 55 tahun ≥ 55 tahun
N % N %
Setuju 36 72,00 14 28,00 50 100,00Tidak Setuju 0 0,00 0 0,00 0 0,00TOTAL 36 72,00 14 28,00 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa pengetahuan pentingnya olahraga pada penderita hipertensi kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan setuju untuk berolahraga sebanyak 36 (72%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan setuju untuk berolahraga sebanyak 14 (28%)
Tabel I.II.3 Distribusi pemahaman pentingnya berhenti merokok pada penderita hipertensi
di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
45
Persetujuan berhenti merokok
Hipertensi Jumlah Presentase
(%) < 55 tahun ≥ 55 tahun
N % N %
Setuju 36 72,00 14 28,00 50 100,00Tidak Setuju 0 0,00 0 0,00 0 0,00TOTAL 36 72,00 14 28,00 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat pemahaman pentingnya berhenti merokok pada penderita hipertensi oleh kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan setuju untuk berhenti merokok sebanyak 36 (72%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan setuju untuk berhenti merokok sebanyak 14 (28%)
Tabel I.II.4 Distribusi pemahaman mengenai pentingnya minum air putih pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Jumlah gelas air putih yang diminum dalam sehari
Hipertensi Jumlah Presentase
(%) < 55 tahun ≥ 55 tahun
N % N %
< 8 gelas 21 42,00 10 20,00 31 62,00≥8 gelas 15 30,00 4 8,00 19 38,00TOTAL 36 72,00 14 28,00 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa pemahaman pentingnya minum air putih pada penderita hipertensi kelompok kurang dari 55 tahun yaitu didominasi oleh < 8 gelas sebanyak 21 (42%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi jawaban < 8 gelas sebanyak 10 (20%)
Tabel I.II.5 Distribusi pemahaman mengenai pentingnya menghindari
makanan berlemak pada penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas
tahun 2015.
46
Frekuensi makan makanan berlemak dalam seminggu
Hipertensi Jumlah Presentase
(%) < 55 tahun ≥ 55 tahun
N % N %
Tidak pernah 4 8,00 2 4,00 6 12,001x seminggu 23 46,00 10 20,00 33 66,002-3 x seminggu 9 18,00 2 4,00 11 22,00TOTAL 36 72,00 14 28,00 50 100,00
Dari tabel diatas, pemahaman mengenai pentingnya menghindari makanan berlemak pada penderita hipertensi kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan 1 x seminggu makan makanan berlemak sebanyak 23 (46%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan 1 x seminggu makan makanan berlemak sebanyak 10 (20%)
Tabel I.II.6 Distribusi pemahaman mengenai diet sehat yang dianjurkan pada
penderita hipertensi pada penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan
Ciracas tahun 2015.
Diet sehat yang dianjurkan bagi penderita hipertensi
Hipertensi Jumlah Presentase
(%) < 55 tahun ≥ 55 tahun
N % N %
Tinggi kalori 8 16,00 2 4,00 10 20,00Rendah garam 28 56,00 8 16,00 36 72,00Tinggi lemak 0 0,00 4 8,00 4 8,00TOTAL 36 72,00 14 28,00 50 100,00
Dari tabel diatas, pemahaman mengenai diet sehat yang dianjurkan bagi penderita hipertensi kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menjawab rendah garam sebanyak 28 (56%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang menjawab rendah garam sebanyak 8 (16%)
Tabel I.II.7 Distribusi pemahaman makanan yang harus dibatasi pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Makanan yang harus Hipertensi Jumlah Presentase
47
dibatasi bagi penderita hipertensi
(%) < 55 tahun ≥ 55 tahun
N % N %
Sayur – sayuran hijau (bayam, kangkung)
1 2,00 1 2,00 2 4,00
Buah – buahan tinggi serat
6 12,00 1 2,00 7 14,00
Makanan yang mengandung minyak dan santan
17 34,00 9 18,00 26 52,00
Makanan yang diolah dengan garam (keripik, biscuit)
12 24,00 3 6,00 15 30,00
TOTAL 36 72,00 14 28,00 50 100
Dari tabel diatas, pemahaman mengenai makanan yang harus dibatasi pada penderita hipertensi kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menjawab makanan yang mengandung minyak dan santan sebanyak 17 (34%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang menjawab makanan yang mengandung minyak dan santan 9 (18%)
Tabel I.II.8 Distribusi pemahaman mengenai tujuan diet sehat pada penderita
hipertensi pada penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun
2015.
Tujuan diet sehat bagi Hipertensi Jumlah Presentase
48
penderita hipertensi (%) < 55 tahun ≥ 55 tahun
N % N %
Membantu menurunkan tekanan darah
28 56,00 8 16,00 36 72,00
Meningkatkan tekanan darah
8 16,00 2 4,00 10 20,00
Mempercepat timbul penyakit lain seperti jantung, ginjal, gula
0 0,00 4 8,00 4 8,00
TOTAL 36 72,00 14 28,00 50 100,00Dari tabel diatas, pemahaman mengenai tujuan diet pada penderita hipertensi kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menjawab membantu menurunkan tekanan darah 28 (56%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang menjawab membantu menurunkan tekanan darah sebanyak 8 (16%)
C. Sikap
Tabel I.III.1 Distribusi persetujuan dilakukan pemeriksaan tekanan darah
pada penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
49
Persetujuan Hipertensi Jumlah Presentase
(%) < 55 tahun ≥ 55 tahun
N % N %
Setuju 36 72,00 14 28,00 50 100,00Tidak Setuju 0 0,00 0 0,00 0 0,00TOTAL 36 72,00 14 28,00 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat sikap setuju dilakukan pemeriksaan tekanan darah kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan setuju sebanyak 36 (72%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan setuju sebanyak 14 (28%)
Tabel I.III.2 Distribusi alasan persetujuan pemeriksaan tekanan darah pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Alasan persetujuan Hipertensi Jumlah Presentase
(%) < 55 tahun ≥ 55 tahun
N % N %
Khawatir menderita hipertensi
28 56,00 10 20,00 38 76,00
Ikut-ikutan berobat 1 2,00 1 2,00 2 4,00Kebetulan berobat 7 14,00 3 6,00 10 20,00TOTAL 36 72,00 14 28,00 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa alasan setuju dilakukan pemeriksaan tekanan darah didominasi oleh kelompok kurang dari 55 tahun yang menyatakan khawatir menderita hipertensi sebanyak 28 (56%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan khawatir menderita hipertensi sebanyak 10 (20%)
Tabel I.III.3 Distribusi perlunya memeriksa tekanan darah pada penderita
hipertensi secara rutin di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Pemeriksaan rutin TD Hipertensi Jumlah Presentase
(%) < 55 tahun ≥ 55 tahun
N % N %
50
Perlu 36 72,00 14 28,00 50 100,00Tidak Perlu 0 0,00 0 0,00 0 0,00TOTAL 36 72,00 14 28,00 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat sikap yang merasa perlu memeriksa tekanan darah secara rutin kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan perlu sebanyak 36 (72%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan tidak perlu sebanyak 14 (28%)
Tabel I.III.4 Distribusi persetujuan untuk membatasi konsumsi garam pada penderita
hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Persetujuan untuk membatasi konsumsi garam
Hipertensi Jumlah Presentase
(%) < 55 tahun ≥ 55 tahun
N % N %
Setuju 31 62,00 10 20,00 41 82,00Tidak Setuju 5 10,00 4 8,00 9 18,00TOTAL 36 72,00 14 28,00 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat sikap setuju untuk membatasi konsumsi garam kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan setuju sebanyak 31 (62 %) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan setuju sebanyak 10 (20%)
Tabel I.III.5 Distribusi alasan persetujuan pembatasan konsumsi garam pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Alasan persetujuan Hipertensi Jumlah Presentase
(%) < 55 tahun ≥ 55 tahun
N % N %
51
Terpaksa 3 6,00 1 2,00 4 8,00Takut tekanan darah meningkat
22 44,00 9 18,00 31 62,00
Takut akan komplikasi hipertensi
11 22,00 4 8,00 15 30,00
TOTAL 36 72,00 14 28,00 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa alasan setuju untuk membatasi konsumsi garam kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan takut tekanan darah meningkat sebanyak 22 (44%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan takut tekanan darah meningkat sebanyak 9 (18%)
Tabel I.III.6 Distribusi frekuensi rekreasi dalam seminggu pada penderita
hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Frekuensi rekreasi dalam seminggu
Hipertensi Jumlah Presentase
(%) < 55 tahun ≥ 55 tahun
N % N %
Tidak pernah 13 26,00 3 6,00 16 32,001 kali 23 46,00 11 22,00 34 68,00TOTAL 36 72,00 14 28,00 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat frekuensi rekreasi dalam seminggu kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan 1 kali sebanyak 23 (46%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan 1 kali sebanyak 11 (22%)
Tabel I.III.7 Distribusi persetujuan untuk rutin minum obat anti hipertensi pada penderita
hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Persetujuan untuk rutin minum obat anti hipertensi
Hipertensi Jumlah Presentase
(%) < 55 tahun ≥ 55 tahun
N % N %
52
Setuju 35 70,00 10 20,00 45 90,00Tidak Setuju 1 2,00 4 8,00 5 10,00TOTAL 36 72,00 14 28,00 50 100,00
Dari tabel diatas, persetujuan untuk rutin minum obat anti hipertensikelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan setuju sebanyak 35 (70%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan setuju sebanyak 10 (20%)
D. Praktik
Tabel I.IV.1 Distribusi praktik keteraturan minum obat anti hipertensi setiap
hari pada penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Keteraturan minum Hipertensi Jumlah Presentase
53
obat anti hipertensi setiap hari
(%) < 55 tahun ≥ 55 tahun
N % N %
Ya 5 10,00 4 8,00 9 18,00Tidak 31 62,00 10 20,00 41 82,00TOTAL 36 72,00 14 28,00 50 100,00
Dari tabel diatas, praktik keteraturan minum obat anti hipertensi setiap hari kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan tidak sebanyak 31 responden (62%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan tidak sebanyak 10 responden (20%)
Tabel I.IV.2 Distribusi jumlah batang rokok yang dihisap dalam satu hari pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Jumlah batang rokok Hipertensi Jumlah Presentase
(%) < 55 tahun ≥ 55 tahun
N % N %
Saya tidak merokok 24 48,00 10 20,00 34 68,002-6 batang 2 4,00 2 4,00 4 8,006 – 12 batang 10 20,00 2 4,00 12 24,00TOTAL 36 72,00 14 28,00 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat jumlah rokok yang dihisap penderita hipertensi kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan saya tidak merokok sebanyak 24 responden (48%) dan kelompok lebih dari 55 tahun yang meenyatakan saya tidak merokok sebanyak 10 responden (20%)
Tabel I.IV.3 Distribusi konsumsi garam penderita hipertensi di Puskesmas
Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Konsumsi garan Hipertensi Jumlah Presentase
(%)< 55 tahun ≥ 55 tahun
N % N %
54
<1 sendok teh 34 68,00 13 26,00 47 94,00≥1 sendok teh 2 4,00 1 2,00 3 6,00TOTAL 36 72,00 14 28,00 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat konsumsi garam pada penderita hipertensi kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan < 1 sendok teh sebanyak 34 responden (68%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan < 1 sendok teh sebanyak 13 responden (26%)
Tabel I.IV.4 Distribusi frekuensi olahraga dalam seminggu pada penderita
hipertensi secara rutin di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Frekuensi Olahraga Hipertensi Jumlah Presentase
(%)< 55 tahun ≥ 55 tahun
N % N %
Tidak pernah 11 22,00 4 8,00 15 30,001-2 kali 25 50,00 10 20,00 35 70,00TOTAL 36 72,00 14 28,00 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat frekuensi olahraga dalam seminggu pada penderita hipertensi kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan 1 – 2 kali sebanyak 25 responden (50%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan 1 – 2 kali sebanyak 10 responden (20%)
Tabel I.IV.5 Distribusi frekuensi penderita hipertensi datang ke puskesmas
untuk memeriksakan tekanan darah dalam 1 bulan di Puskesmas Kecamatan
Ciracas tahun 2015.
Frekuensi datang ke puskesmas untuk memeriksakan tekanan darah dalam 1 bulan
Hipertensi Jumlah Presentase
(%)< 55 tahun ≥ 55 tahun
55
N % N %
Tidak pernah 26 52,00 12 24,00 38 76,001-2kali 10 20,00 2 4,00 12 24,00TOTAL 36 72,00 14 28,00 50 100,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat frekuensi penderita hipertensi yang datang ke puskesmas untuk memeriksakan tekanan darah dalam 1 bulan kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan tidak pernah sebanyak 26 responden (52%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan tidak pernah sebanyak 12 responden(24%)
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan Tabel Univariat
56
A. KARAKTERISTIK
Tabel I.I.1 Distribusi Usia penderita hipertensi di Balai Pengobatan Puskesmas
Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Tabel di atas menunjukkaan bahwa usia penderita hipertensi didominasi usia < 55
tahun sebanyak 36 orang (72%). Hal ini menunjukkan rata-rata penderita hipertensi
di puskesmas kecamatan Ciracas berumur < 55 tahun. Jika dilakukan perbandingan
antara data yang didapat dengan teori yang ada, maka hal tersebut tidak sesuai
dengan teori.Jika dilihat berdasar teori, maka seharusnya didapatkan hasil distribusi
penderita hipertensi terbanyak terdapat pada usia ≥ 55 tahun. Ketidaksesuaian ini
bisa terjadi karena berbagai faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah
terlalu sedikitnya sampel yang didapat.
Tabel I.I.2 Distribusi Jenis kelamin penderita hipertensi di Balai Pengobatan
Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Tabel di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin penderita hipertensi didominasi
jenis kelamin wanita, sebanyak 26 orang (52%). Hal ini menunjukkan lebih dari
50% wanita yang datang ke Balai Pengobatan di Puskesmas Kecamatan Ciracas
menderita hipertensi. Jika dilakukan perbandingan anatara data yang didapat dengan
teori yang ada, maka hal tersebut sesuai dengan teori. Jika dilihat berdasar teori,
maka didapatkan hasil distribusi jenis kelamin pada penderita hipertensi terdapat
pada jenis kelamin wanita.
Tabel I.I.3 Distribusi Tekanan darah penderita hipertensi di Balai Pengobatan
Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Tabel di atas menunjukkan tekanan darah penderita hipertensi didominasi hipertensi
grade I yaitu 140-159mmHg/90-99mmHg sebanyak 34 orang (68%). Dimana
tekanan darah normal pada orang dewasa adalah < 140mmHg / < 90mmHg.
57
Tabel I.I.4 Distribusi Berat badan penderita hipertensi di Balai Pengobatan
Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Tabel di atas menunjukkan distribusi berat badan penderita hipertensi didominasi
berat badan 40 – 70 kg sebanyak 30 orang (60%). Jika dilakukan perbandingan
antara data yang didapat dengan teori yang ada, maka hal tersebut tidak sesuai
dengan teori. Jika dilihat berdasar teori, maka seharusnya didapatkan hasil distribusi
penderita hipertensi terbanyak terdapat pada kelompok berat badan 70-90 kg dan ≥
90 kg .Ketidaksesuaian ini bisa terjadi karena berbagai faktor. Salah satu faktor yang
mempengaruhi adalah terlalu sedikitnya sampel yang diambil. Hal ini menyatakan
bahwa, seseorang dengan berat badan ideal tidak menjamin seseorang tidak
menderita hipertensi.
Tabel I.I.5 Distribusi pemilik riwayat hipertensi di keluarga penderita
hipertensi di Balai Pengobatan Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Tabel di atas menunjukkan distribusi pemilik riwayat hipertensi dalam keluarga
didominasi kelompok yang tidak memiliki riwayat penderita dalam keluarga
sebanyak 28 orang (56%). Jika dilakukan perbandingan antara data yang didapat
dengan teori yang ada , maka hal tersebut tidak sesuai dengan teori. Jika dilihat
berdasar teori, maka seharusnya didapatkan hasil distribusi penderita hipertensi
terbanyak terdapat pada kelompok pemilik riwayat hipertensi. Ketidaksesuaian ini
bisa terjadi karena berbagai faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah
terlalu sedikitnya sampel yang diambil. Hal ini menyatakan bahwa, riwayat
hipertensi dalam keluarga tidak menentukan seseorang menderita hipertensi.
Tabel I.I.6 Distribusi pendidikan terakhir penderita hipertensi di Puskesmas
Kecamatan Ciracas tahun 2015
Tabel di atas menunjukan distribusi pendidikan terakhir penderita hipertensi
didominasi oleh kelompok SMP – SMA – SMK sebanyak 25 orang (50%). Hal ini
menyatakan bahwa tingkat pendidikan tidak menentukan sesorang menderita
hipertensi.
58
Tabel I.I.7 Distribusi penghasilan perbulan penderita hipertensi di Puskesmas
Kecamatan Ciracas 2015
Tabel di atas menunjukan tingkat penghasilan perbulan penderita hipertensi
didominasi oleh penghasilan 1.000.000 – 3.000.000 sebanyak 28 orang (56%). Hal
ini menyatakan bahwa penghasilan perbulan tidak menentukan seseorang menderita
hipertensi.
B. Pengetahuan
Tabel I.II.1 Distribusi pengetahuan pentingnya menjaga berat badan ideal pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Tabel diatas, dapat dilihat pemahaman mengenai pentingnya menjaga berat badan
ideal pada penderita hipertensi didominasi oleh kelompok yang setuju sebanyak 50
(100%). Pengetahuan masyarakat yang datang ke Balai Pengobatan Puskesmas
Ciracas akan pentingnya menjaga berat badan ideal sudah cukup baik. Masyarakat
sudah banyak yang memahami kalau berat badan dapat mempengaruhi angka
kejadian hipertensi.
Tabel I.II.2 Distribusi pengetahuan pentingnya olahraga penderita hipertensi di
Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
59
Tabel diatas menunjukkan pemahaman mengenai pentingnya olahraga pada
penderita hipertensi didominasi kelompok yang menjawab setuju untuk berolahraga
sebanyak 50 orang (100%). Pengetahuan masyarakat yang datang ke Puskesmas
Ciracas akan pentingnya berolahraga sudah cukup baik. Olahraga tersebut dapat
meningkatkan kerja organ – organ di tubuh. Oleh karena itu olahraga seperti joging
dan senam harus dilakukan oleh setiap masyarakat untuk menjaga kesehatan tubuh
Tabel I.II.3 Distribusi pemahaman pentingnya berhenti merokok pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Tabel diatas menunjukkan pemahaman pentingnya berhenti merokok pada penderita
hipertensi didominasi kelompok yang menjawab setuju sebanyak 50 orang (100%).
Pengetahuan yang diketahui masyarakat yang datang ke Balai Pengobatan
Puskesmas Ciracas bahwa penting untuk berhenti merokok sudah cukup baik.
Sebagian masyarakat sudah mengetahui bahaya merokok bagi kesehatan, dimana
merokok dapat menyebabkan meningginya tekanan darah. Zat di dalam rokok seperti
nikotin dan tar dapat membuat elastisitas pembuluh darah menjadi berkurang.
Sehingga tahanan aliran darah menjadi meningkat dan membuat tekanan darah
menjadi meningkat.
Tabel I.II.4 Distribusi pemahaman mengenai pentingnya minum air putih pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Tabel diatas menunjukkan bahwa pemahaman mengenai pentingnya minum air putih
didominasi oleh kelompok yang menjawab < 8 gelas sebanyak 31 orang (62%). Hal
60
ini menyatakan pengetahuan penderita hipertensi akan pentingnya minum air putih
masih kurang. Menurut masyarakat mereka jarang untuk minum air putih karena
kesibukannya sehari – hari di pekerjaannya. Penduduk hanya minum berkisar 3 – 4
gelas sehari. Tetapi penduduk juga tau bahwa minum air putih minimal 8 gelas sehari
sehingga dapat membantu kerja ginjal.
Tabel I.II.5 Distribusi pemahaman mengenai pentingnya menghindari
makanan berlemak pada penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas
tahun 2015.
Tabel diatas menyatakan bahwa pengetahuan akan pentingnya menghindari makanan
berlemak pada penderita hipertensi di Puskesmas Ciracas didominasi oleh kelompok
yang menjawab 1 kali seminggu makan makanan berlemak sebanyak 33 orang
(66%). Hal ini menyatakan bahwa pemahaman mengenai pentingnya menghindari
makanan berlemak sudah cukup baik. Hal ini sesuai dengan teori bahwa makanan
berlemak dapat meningkatkan kejadian hipertensi. Makanan berlemak dapat
membuat aterosklerosis yang menyebabkan tahanan aliran darah menjadi bertambah
sehingga tekanan darah menjadi meningkat.
Tabel I.II.6 Distribusi pemahaman mengenai diet sehat pada penderita
hipertensi pada penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun
2015.
Dari tabel diatas, pemahaman mengenai anjuran diet sehat yang dianjurkan bagi
penderita hipertensi didominasi kelompok yang menjawab rendah garam sebanyak
36 orang (72%). Masyarakat menyadari beberapa makanan yang harus dihindari
untuk mengurangi risiko terkenanya darah tinggi. Makanan asin menyebabkan
peningkatan volume darah akibat retensi air dan natrium yang akhirnya
meningkatkan resistensi perifer.
Tabel I.II.7 Distribusi pemahaman makanan yang harus dibatasi pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015..
61
Tabel diatas menyatakan bahwa pemahaman masyarakat tentang makanan yang
harus dibatasi pada penderita hipertensi didominasi oleh yang menjawab makanan
yang mengandung minyak dan santan sebanyak 26 orang (52%). Masyarakat sudah
memahami bahwa ada beberapa macam makanan yang harus dihindari untuk
menurunkan angka kejadian meningkatnya tekanan darah. Makanan yang
mengandung garam tinggi dan makanan berlemak menyebabkan penumpukan plak
dan aterosklerosis sehingga dapat menyumbat pembuluh darah dan meningkatkan
tekanan darah.
Tabel I.II.8 Distribusi pemahaman mengenai tujuan diet sehat pada penderita
hipertensi pada penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun
2015.
Dari tabel diatas, dapat dilihat pengetahuan mengenai tujuan diet sehat bagi penderita
hipertensi didominasi untuk membantu menurunkan tekanan darah sebanyak 36
orang (72%). Dengan mengurangi makanan asin dan berlemak dapat mengurangi
resiko retensi air dan natrium dan aterosklerosis sehingga membantu menurunkan
tekanan darah. Melalui mengurangi makanan yang dapat mempengaruhi resiko
tersebut maka terulangnya kembala hipertensi dapat ditekan
C. Sikap
62
Tabel I.III.1 Distribusi persetujuan dilakukan pemeriksaan tekanan darah
pada penderita hipertensi di Balai Pengobatan Puskesmas Kecamatan Ciracas
tahun 2015.
Dari tabel diatas, dapat dilihat masyarakat menunjukkan sikap setuju untuk dilakukan
pemeriksaan tekanan darah. Dimana pemeriksaan tekanan darah dapat dilakukan
dalam 3 posisi, yaitu saat seseorang berdiri, duduk, dan tidur. Dimana pemeriksaan
yang dilakukan pada masyarakat yang setuju sebanyak 50 orang (100%) dilakukan
dengan posisi duduk. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa tekanan darah
harus diperiksa secara teratur agar dapat dikendalikan.
Tabel I.III.2 Distribusi alasan persetujuan pemeriksaan tekanan darah pada
penderita hipertensi di Balai Pengobatan Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun
2015.
Tabel diatas, menunjukkan bahwa masyarakat yang setuju dilakukan pemeriksaan
tekanan darah sebanyak 38 orang (76%) karena kebetulan sedang berobat ke Balai
Pengobatan Puskesmas Ciracas. Walaupun menurut teori tekanan darah harus
diperiksa secara teratur agar dapat dikendalikan, namun sikap para responden yang
setuju pada hal tersebut tidak semata-mata mengurangi risiko hipertensi ,perlu
dilakukan penelitian secara analitik
Tabel I.III.3 Distribusi perlunya memeriksa tekanan darah pada penderita
hipertensi secara rutin di Balai Pengobatan Puskesmas Kecamatan Ciracas
tahun 2015.
Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa masyarakat menyadari pentingnya
memeriksakan tekanan darah secara rutin, dimana tekanan darah dapat berubah-ubah
kapanpun sesuai dengan makanan yang dikonsumsi, aktivitas yang dikerjakan.
Banyaknya orang yang menjawab perlu adalah 50 orang (100%). Sikap para
responden bertentangan dengan teori yang mengatakan bahwa pemeriksaan tekanan
darah dapat mengendalikan tekanan darah. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai perilaku pasien, atau perlu dilakukan penelitian secara analitik
63
Tabel I.III.4 Distribusi persetujuan untuk membatasi konsumsi garam pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Dapat dilihat dari tabel di atas 41 orang (82%) setuju untuk membatasi konsumsi
garam pada penderita hipertensi. Di mana konsumsi garam dapat meningkatkan
tekanan darah dengan menimbulkan retensi air dan natrium. Menurut teori tingginya
konsumsi garam dapat menjadi faktor risiko hipertensi. Sikap para responden
menunjukan bahwa mereka sadar seharusnya konsumsi garam dikurangi, namun
tekanan darah masih tinggi, hal ini dapat disebabkan praktek mereka dalam
membatasi garam masih kurang. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
praktek para responden, atau perlu dilakukan penelitian secara analitik
Tabel I.III.5 Distribusi alasan persetujuan pembatasan konsumsi garam pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Dapat dilihat dari tabel di atas 31 orang (62%) setuju untuk membatasi konsumsi
garam dengan alasan takut tekanan darah meningkat. Sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa konsumsi garam berlebih dapat menyebabkan hipertensi
Tabel I.III.6 Distribusi frekuensi rekreasi dalam seminggu pada penderita
hipertensi secara rutin di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa 34 orang (68%) berekreasi 1 x dalam
seminggu. Dengan berekreasi dapat mengurangi stress yang merupakan salah satu
faktor pencetus hipertensi. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa stress dapat
menjadi faktor resiko hipertensi
64
Tabel I.III.7 Distribusi persetujuan untuk rutin minum obat anti hipertensi
pada penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Obat yang dikonsumsi penderita hipertensi adalah ACE Inhibitor yang menghambat
enzim pengubah angiotensin 1 menjadi angiotensin 2 sehingga sikap setuju untuk
rutin minum obat anti hipertensi terdapat 45 orang (90%). Sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa obat antihipertensi harus dikonsumsi secara teratur
D. PRAKTIK
Tabel I.IV.1 Distribusi praktik keteraturan minum obat anti hipertensi setiap
hari pada penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Dari tabel di atas dapat dilihat 41 orang tidak mengkonsumsi obat hipertensi secara
rutin setiap hari dan diantaranya 31 orang (75,6%) berusia kurang dari 55 tahun. Hal
ini menandakan praktik masyarakat untuk minum obat secara teratur masih buruk.
Padahal selain dari intervensi gaya hidup, tekanan darah juga di kontrol oleh obat
anti hipertensi.
Tabel I.IV.2 Distribusi jumlah batang rokok yang dihisap dalam satu hari pada penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Dari tabel di atas dapat dilihat 10 orang .(83,3%) berusia kurang dari 55 tahun
merokok dalam jumlah 6-12 batang sehari. Hal ini menandakan praktik masyarakat
untuk tidak merokok belum baik. Diperlukan kesadaran akan bahaya rokok terutama
pada penderita hipertensi yaitu dapat menghasilkan plak dan menyumbat pembuluh
darah sehingga membuat naiknya tekanan darah.
Tabel I.IV.3 Distribusi konsumsi garam penderita hipertensi di Puskesmas
Kecamatan Ciracas tahun 2015.
65
Dari tabel di atas dapat dilihat 47 orang hanya menkonsumsi garam < 1 sendok teh
per hari. 34 orang (72,3%) diantaranya berusia kurang dari 55 tahun. Hal ini
menandakan praktik masyarakat tentang konsumsi garam sudah baik. Pembatasan
garam dalam diet penderita hipertensi memang penting untuk mengendalikan
tekanan darah.
Tabel I.IV.4 Distribusi frekuensi olahraga dalam seminggu pada penderita
hipertensi secara rutin di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Dari tabel di atas 25 orang (71,4%) berusia kurang dari 55 tahun melakukan
olahraga 1-2 kali dalam seminggu. Hal ini menandakan bahwa praktik masyarakat
untuk berolahraga sudah cukup baik. Dimana olahraga rutin dan teratur dapat
menurunkan risiko hipertensi.
Tabel I.IV.5 Distribusi frekuensi penderita hipertensi datang ke puskesmas
untuk memeriksakan tekanan darah dalam 1 bulan di Puskesmas Kecamatan
Ciracas tahun 2015.
Dapat dilihat dari tabel di atas sebanyak 38 orang tidak pernah memeriksakan
tekanan darahnya dalam 1 bulan di puskesmas dan 26 orang (68,4%) diantaranya
berusia kurang dari 55 tahun. Hal ini menandakan praktik masyarakat buruk untuk
mengontrol tekanan darah secara teratur. Padahal pengukuran tekanan darah yang
rutin bagi penderita hipertensi sangat penting untuk mencegah komplikasi. Tekanan
darah yang meningkat dapat menyebabkan komplikasi pada penderita seperti
kebutaan, stroke, serangan jantung, dan kematian.
6.2 Pembahasan Tabel Bivariat
A. Karakteristik
66
Tabel I.I.I Distribusi Jenis kelamin penderita hipertensi di Balai Pengobatan
Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Jenis kelamin kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh jenis kelamin wanita
sebanyak 21 (42%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh jenis kelamin
pria sebanyak 9 (18%). Jika dilakukan perbandingan antara data yang didapat dengan
teori yang ada, maka hal tersebut tidak sesuai dengan teori.Jika dilihat berdasar teori,
maka seharusnya didapatkan hasil distribusi penderita hipertensi terbanyak terdapat
pada usia ≥ 55 tahun dan pada jenis kelamin wanita. Ketidaksesuaian ini bisa terjadi
karena berbagai faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah terlalu
sedikitnya sampel yang didapat.
Tabel I.I.2 Distribusi Grade tekanan darah penderita hipertensi di Balai
Pengobatan Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Grade tekanan darah kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh tekanan darah
grade I yaitu 140-159 / 90-99 mmHg sebanyak 24 (48%) dan kelompok lebih dari 55
tahun didominasi oleh tekanan darah grade I yaitu 140-159 / 90-99 mmHg sebanyak
10 (20%).
Tabel I.I.3 Distribusi Berat badan penderita hipertensi di Balai Pengobatan
Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Berat badan kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh berat badan 40 – 70 kg
sebanyak 22 responden (44 %) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi berat
badan 40 - 70 kg sebanyak 8 responden (16%). Jika dilakukan perbandingan antara
data yang didapat dengan teori yang ada, maka hal tersebut tidak sesuai dengan
teori.Jika dilihat berdasar teori, maka seharusnya didapatkan hasil distribusi
penderita hipertensi terbanyak terdapat pada usia ≥ 55 tahun dan atau kelompok berat
badan 70-90 kg dan ≥ 90 kg. Ketidaksesuaian ini bisa terjadi karena berbagai faktor.
Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah terlalu sedikitnya sampel yang didapat.
Tabel I.I.4 Distribusi pemilik riwayat hipertensi di keluarga penderita
hipertensi di Balai Pengobatan Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
67
Distribusi pemilik riwayat hipertensi di keluarga kelompok kurang dari 55 tahun
sama banyak antara ada maupun tidak ada riwayat masing – masing sebanyak 18
responden (36%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh tidak ada
riwayat hipertensi di keluarga sebanyak 10 (20%) Jika dilakukan perbandingan
antara data yang didapat dengan teori yang ada, maka hal tersebut tidak sesuai
dengan teori.Jika dilihat berdasar teori, maka seharusnya didapatkan hasil distribusi
penderita hipertensi terbanyak terdapat pada usia ≥ 55 tahun dan atau kelompok yang
memiliki riwayat hipertensi. Ketidaksesuaian ini bisa terjadi karena berbagai faktor.
Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah terlalu sedikitnya sampel yang didapat.
Tabel I.I.5 Distribusi Pendidikan Terakhir penderita hipertensi di Balai
Pengobatan Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Distribusi pendidikan terakhir kelompok kurang dari 55 tahun dengan didominasi
oleh pendidikan terakhir SD sebanyak 18 responden (36%) dan kelompok lebih dari
55 tahun didominasi oleh pendidikan terakhir SD sebanyak 7 responden (14%)
Tabel I.I.6 Distribusi Penghasilan Perbulan penderita hipertensi di Balai
Pengobatan Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Penghasilan perbulan kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh penghasilan
perbulan 1.000.000 - 3.000.000 sebanyak 22 (44%) dan kelompok lebih dari 55
tahun didominasi oleh penghasilan perbulan <1.000.000 sebanyak 8 (16%)
B.Pengetahuan
68
Tabel I.II.I Distribusi pengetahuan pentingnya menjaga berat badan ideal pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Dari tabel diatas, dapat dilihat pemahaman mengenai pentingnya menjaga berat
badan ideal pada penderita hipertensi kelompok kurang dari 55 tahun didominasi
oleh yang menyatakan setuju sebanyak 36 (72%) dan kelompok lebih dari 55 tahun
didominasi oleh yang menyatakan setuju sebanyak 14 (28%). Penduduk sudah
mengetahui pentingnya berat badan ideal untuk menjaga terulangnya tekanan darah
yang meninggi.
Tabel I.II.2 Distribusi pengetahuan pentingnya olahraga penderita hipertensi di
Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa pengetahuan pentingnya olahraga pada
penderita hipertensi kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang
menyatakan setuju untuk berolahraga sebanyak 36 (72%) dan kelompok lebih dari 55
tahun didominasi oleh yang menyatakan setuju untuk berolahraga sebanyak 14
(28%). Masyarakat memiliki kesadaran yang tinggi untuk menjaga kesehatannya
dengan melakukan jogging dan senam dipagi hari. Dan setiap berolahraga
masyarakat melakukannya selama 30 menit
Tabel I.II.3 Distribusi pemahaman pentingnya berhenti merokok pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Dari tabel diatas, dapat dilihat pemahaman pentingnya berhenti merokok pada
penderita hipertensi oleh kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang
menyatakan setuju untuk berhenti merokok sebanyak 36 (72%) dan kelompok lebih
dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan setuju untuk berhenti merokok
sebanyak 14 (28%). Masyarakat sudah memahami bahaya merokok bagi kesehatan
dimana kandungan rokok seperti nikotin dan tar dapat membuat elastisitas pembuluh
darah menjadi berkurang dan tahanan di aliran pembuluh darah menjadi bertambah.
Sehingga tekanan darah menjadi meningkat
69
Tabel I.II.4 Distribusi pemahaman mengenai pentingnya minum air putih pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa pemahaman pentingnya minum air putih pada
penderita hipertensi kelompok kurang dari 55 tahun yaitu didominasi oleh < 8 gelas
sebanyak 21 (42%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi jawaban < 8 gelas
sebanyak 10 (20%). Masyarakat lebih sering minum perhari < 8 gelas sehari
dikarenakan kesibukannya saat bekerja. Menurut teori bahwa dalam sehari setiap
manusia memerlukan minimal 8 gelas sehari untuk mencukupi kebutuhan tubuh.
Tabel I.II.5 Distribusi pemahaman mengenai pentingnya menghindari
makanan berlemak pada penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas
tahun 2015.
Dari tabel diatas, pemahaman mengenai pentingnya menghindari makanan berlemak
pada penderita hipertensi kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang
menyatakan 1 x seminggu makan makanan berlemak sebanyak 23 (46%) dan
kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan 1 x seminggu
makan makanan berlemak sebanyak 10 (20%). Masyarakat sudah menyadari
bahayanya makanan berlemak bagi tubuh dan terhadap peningkatan tekanan darah.
Makanan berlemak dapat meningkatkan terjadinya aterosklerosis sehingga
meningkatkan tekanan darah. Melalui mengurangi makanan yang dapat
mempengaruhi resiko tersebut maka terulangnya kembala hipertensi dapat ditekan.
Tabel I.II.6 Distribusi pemahaman mengenai diet sehat yang dianjurkan pada
penderita hipertensi pada penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan
Ciracas tahun 2015.
Dari tabel diatas, pemahaman mengenai diet sehat yang dianjurkan bagi penderita
hipertensi kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menjawab rendah
garam sebanyak 28 (56%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang
menjawab rendah garam sebanyak 8 (16%). Penduduk sudah mengetahui pentingnya
diet sehat seperti mengurangi pemakaian garam, tidak berlebihan dalam
mengkonsumsi makanan berlemak. Hal ini sangat mendukung pola konsumsi gizi
seimbang
70
Tabel I.II.7 Distribusi pemahaman makanan yang harus dibatasi pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Dari tabel diatas, pemahaman mengenai makanan yang harus dibatasi pada penderita
hipertensi kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menjawab makanan
yang mengandung minyak dan santan sebanyak 17 (34%) dan kelompok lebih dari
55 tahun didominasi oleh yang menjawab makanan yang mengandung minyak dan
santan 9 (18%). Masyarakat sudah mengetahui makanan yang harus dibatasi untuk
mengontrol tekanan darah.
Tabel I.II.8 Distribusi pemahaman mengenai tujuan diet sehat pada penderita
hipertensi pada penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun
2015.
Dari tabel diatas, pemahaman mengenai tujuan diet pada penderita hipertensi
kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menjawab membantu
menurunkan tekanan darah 28 (56%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi
oleh yang menjawab membantu menurunkan tekanan darah sebanyak 8 (16%). Diet
sehat berpengaruh dalam mengatur tekanan darah. Dengan pembatasan konsumsi
garam, minyak, daging merah dapat membantu menekan terjadinya kembali
tingginya tekanan darah. Masyarakat sudah mempunyai kesadaran yang tinggi untuk
melakukan diet tersebut.
71
C. Sikap
Tabel I.III.1 Distribusi persetujuan dilakukan pemeriksaan tekanan darah
pada penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Dari tabel diatas, dapat dilihat sikap setuju dilakukan pemeriksaan tekanan darah
kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan setuju sebanyak
36 (72%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan setuju
sebanyak 14 (28%) sesuai dengan teori Sesuai dengan teori bahwa tekanan darah
harus diperiksa secara teratur agar dapat dikendalikan.
Tabel I.III.2 Distribusi alasan persetujuan pemeriksaan tekanan darah pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa alasan setuju dilakukan pemeriksaan tekanan
darah didominasi oleh kelompok kurang dari 55 tahun yang menyatakan khawatir
menderita hipertensi sebanyak 28 (56%) dan kelompok lebih dari 55 tahun
didominasi oleh yang menyatakan khawatir menderita hipertensi sebanyak 10 (20%)
Sesuai dengan teori bahwa tekanan darah harus diperiksa secara teratur agar dapat
dikendalikan.
Tabel I.III.3 Distribusi perlunya memeriksa tekanan darah pada penderita
hipertensi secara rutin di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Dari tabel diatas, dapat dilihat sikap yang merasa perlu memeriksa tekanan darah
secara rutin kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan perlu
sebanyak 36 (72%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang
menyatakan tidak perlu sebanyak 14 (28%). Sesuai dengan teori bahwa tekanan
darah harus diperiksa secara teratur agar dapat dikendalikan.
72
Tabel I.III.4 Distribusi persetujuan untuk membatasi konsumsi garam pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Dari tabel diatas, dapat dilihat sikap setuju untuk membatasi konsumsi garam
kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan setuju sebanyak
31 (62 %) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan
setuju sebanyak 10 (20%) . Sesuai dengan teori yang menyatakan tingginya kadar
garam dapat menjadi faktor risiko hipertensi
Tabel I.III.5 Distribusi alasan persetujuan pembatasan konsumsi garam pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa alasan setuju untuk membatasi konsumsi garam
kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan takut tekanan
darah meningkat sebanyak 22 (44%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi
oleh yang menyatakan takut tekanan darah meningkat sebanyak 9 (18%). Sesuai
dengan teori yang menyatakan tingginya kadar garam dapat menjadi faktor risiko
hipertensi
Tabel I.III.6 Distribusi frekuensi rekreasi dalam seminggu pada penderita
hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Dari tabel diatas, dapat dilihat frekuensi rekreasi dalam seminggu kelompok kurang
dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan 1 kali sebanyak 23 (46%) dan
kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan 1 kali sebanyak 11
(22%). Tingginya responden yang kurang berekreasi dalam penelitian kami
menunjukan bahwa teori yang menyatakan bahwa stress dapat menjadi faktor risiko
hipertensi dapat dibuktikan
73
Tabel I.III.7 Distribusi persetujuan untuk rutin minum obat anti hipertensi
pada penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Dari tabel diatas, persetujuan untuk rutin minum obat anti hipertensikelompok
kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan setuju sebanyak 35 (70%)
dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan setuju sebanyak
10 (20%). Walaupun menurut teori rajin meminum obat hipertensi dapat
mengendalikan tekanan darah namun hasil kuisioner dalam penelitian kami
memberikan hasil yang bertentangan, sehingga perlu dilakukan penelitian analitik
D. Praktik
Tabel I.IV.1 Distribusi praktik keteraturan minum obat anti hipertensi setiap
hari pada penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Dari tabel diatas, praktik keteraturan minum obat anti hipertensi setiap hari
kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan tidak sebanyak 31
responden (62%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang
menyatakan tidak sebanyak 10 responden (20%). Obat anti hipertensi harus
dikonsumsi teratur dan seumur hidup untuk mengontrol tekanan darah.
Ketidakteraturan meminum obat anti hipertensi menimbulkan angka kejadian
hipertensi.
Tabel I.IV.2 Distribusi jumlah batang rokok yang dihisap dalam satu hari pada
penderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Dari tabel diatas, dapat dilihat jumlah rokok yang dihisap penderita hipertensi
kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan saya tidak
merokok sebanyak 24 responden (48%) dan kelompok lebih dari 55 tahun yang
meenyatakan saya tidak merokok sebanyak 10 responden (20%). Rokok dapat
menyebabkan penimbunan plak dan menyebabkan aterosklerosis. Pada orangtua,
elastisitas pembuluh darah sudah berkurang sehingga bila masih merokok terjadi
penumpukan plak dan pembuluh darah menjadi tersumbat. Hal ini menyebabkan
peningkatan tekanan darah.
74
Tabel I.IV.3 Distribusi konsumsi garam penderita hipertensi di Puskesmas
Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Dari tabel diatas, dapat dilihat konsumsi garam pada penderita hipertensi kelompok
kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan < 1 sendok teh sebanyak 34
responden (68%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang
menyatakan < 1 sendok teh sebanyak 13 responden (26%). Makanan asin
menyebabkan peningkatan volume darah akibat retensi air dan natrium yang
akhirnya meningkatkan resistensi perifer dan meningkatnya tekanan darah.
Pembatasan konsumsi garam diperlukan untuk mengendalikan hipertensi.
Tabel I.IV.4 Distribusi frekuensi olahraga dalam seminggu pada penderita
hipertensi secara rutin di Puskesmas Kecamatan Ciracas tahun 2015.
Dari tabel diatas, dapat dilihat frekuensi olahraga dalam seminggu pada penderita
hipertensi kelompok kurang dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan 1 – 2
kali sebanyak 25 responden (50%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh
yang menyatakan 1 – 2 kali sebanyak 10 responden (20%). Frekuensi olahraga yang
efektif dilakukan sebanyak 3 kali seminggu selama minimal 30 menit. Olahraga
membuat stamina tubuh menjadi lebih baik dan membakar lemak dalam tubuh
sehingga diharapkan lemak dalam pembuluh darah tidak menumpuk dan menyumbat
aliran darah.
Tabel I.IV.5 Distribusi frekuensi penderita hipertensi datang ke puskesmas
untuk memeriksakan tekanan darah dalam 1 bulan di Puskesmas Kecamatan
Ciracas tahun 2015.
Dari tabel diatas, dapat dilihat frekuensi penderita hipertensi yang datang ke
puskesmas untuk memeriksakan tekanan darah dalam 1 bulan kelompok kurang dari
55 tahun didominasi oleh yang menyatakan tidak pernah sebanyak 26 responden
(52%) dan kelompok lebih dari 55 tahun didominasi oleh yang menyatakan tidak
pernah sebanyak 12 responden (24%). Pengendalian hipertensi dilakukan dengan
memeriksakan tekanan darah secara rutin minimal 2 kali dalam sebulan untuk
melihat efektifitas terapi yang diberikan.
75
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap dinding
pembuluh darah. Tekanan darah ini dipengaruhi volume darah dan elastisitas
pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah disebabkan karena peningkatan volume
darah, atau berkurangnya elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume
darah akan menurunkan tekanan darah (Ronny et al. 2010). Survei secara
epidemiologi menunjukan peningkatan penderita hipertensi pada daerah perkotaan
sebanyak 25% sedangkan pada daerah pedesaan sebanyak 10%, ini menunjukan
cukup besarnya pengaruh wilayah pada poeningkatan penyakit hipertensi. Di
propinsi DKI Jakarta, hipertensi menjadi penyebab sakit (29,52%) dan penyebab
kematian (36,52%).
76
Berdasarkan hasil laporan dari Puskesmas Kecamatan Ciracas, hipertensi
menduduki urutan ketiga dari penyakit tersering yang dijumpai di Balai Pengobatan
Puskesmas Kecamatan Ciracas.
Beberapa faktor diduga menjadi penyebab tingginya angka kejadian
hipertensi ini, diantaranya adalah karakteristik, perilaku, pengetahuan dan praktek
penderita hipertensi. Dari hasil survei di Kecamatan Ciracas didapatkan hasil yang
cukup tinggi terhadapat tingkat pengetahuan, umur, dan perilaku (pola hidup &
kebiasaan) penderita hipertensi di Kecamatan Ciracas.
Usia penderita hipertensi didominasi usia <55 tahun sebanyak 36 orang
(72%). Hal ini menunjukkan rata-rata penderita hipertensi di puskesmas ke-
camatan Ciracas berumur <55 tahun.
Jenis kelamin penderita hipertensi didominasi jenis kelamin Wanita,
sebanyak 26 orang (52%). Hal ini menunjukkan lebih dari 50% wanita yang
datang ke Balai Pengobatan di Puskesmas Kecamatan Ciracas menderita
hipertensi.
Tekanan darah penderita hipertensi di Ciracas didominasi hipertensi grade I
yaitu 140-159mmHg/90-99mmHg sebanyak 34 orang (68 %). Dimana
tekanan darah normal pada orang dewasa adalah <130mmHg/<85mmHg.
Distribusi berat badan penderita hipertensi didominasi berat badan 40-70kg
sebanyak 30 orang (60 %). Hal ini menyatakan bahwa, seseorang dengan
berat badan ideal tidak menjamin seseorang tidak menderita hipertensi.
Distribusi pemilik riwayat hipertensi dalam keluarga didominasi kelompok
yang tidak memiliki riwayat penderita dalam keluarga sebanyak 28 orang
77
(56%). Hal ini menyatakan bahwa, riwayat hipertensi dalam keluarga tidak
menentukan seseorang menderita hipertensi.
Distribusi pendidikan terakhir penderita hipertensi didominasi oleh kelompok
SMP – SMA – SMK sebanyak 25 orang (50%). Hal ini menyatakan bahwa
tingkat pendidikan tidak menentukan sesorang menderita hipertensi.
Distribusi tingkat penghasilan perbulan penderita hipertensi didominasi oleh
penghasilan 1.000.000 – 3.000.000 sebanyak 28 orang (56%). Hal ini
menyatakan bahwa penghasilan perbulan tidak menentukan seseorang
menderita hipertensi.
Pengetahuan mengenai pentingnya menjaga berat badan ideal pada penderita
hipertensi didominasi oleh kelompok yang setuju sebanyak 50 (100%).
Pengetahuan masyarakat yang datang ke Balai Pengobatan Puskesmas
Ciracas akan pentingnya menjaga berat badan ideal sudah cukup baik.
Pemahaman mengenai pentingnya olahraga pada penderita hipertensi
didominasi kelompok yang menjawab setuju untuk berolahraga sebanyak 50
orang (100%). Pengetahuan masyarakat yang datang ke Puskesmas Ciracas
akan pentingnya berolahraga sudah cukup baik.
Pemahaman pentingnya berhenti merokok pada penderita hipertensi
didominasi kelompok yang menjawab setuju sebanyak 50 orang (100%).
Pengetahuan yang diketahui masyarakat yang datang ke Balai Pengobatan
Puskesmas Ciracas bahwa penting untuk berhenti merokok sudah cukup baik.
Pentingnya minum air putih didominasi oleh kelompok yang menjawab < 8
gelas sebanyak 31 orang (62%). Hal ini menyatakan pengetahuan penderita
hipertensi akan pentingnya minum air putih masih kurang.
78
Pengetahuan akan pentingnya menghindari makanan berlemak pada penderita
hipertensi di Puskesmas Ciracas didominasi oleh kelompok yang menjawab 1
kali seminggu makan makanan berlemak sebanyak 33 orang (66%). Hal ini
menyatakan bahwa pemahaman mengenai pentingnya menghindari makanan
berlemak sudah cukup baik.
Pemahaman anjuran diet sehat yang dianjurkan bagi penderita hipertensi
didominasi kelompok yang menjawab rendah garam sebanyak 36 orang
(72%). Makanan asin menyebabkan peningkatan volume darah akibat retensi
air dan natrium yang akhirnya meningkatkan resistensi perifer.
Pemahaman masyarakat tentang makanan yang harus dibatasi pada penderita
hipertensi didominasi oleh yang menjawab makanan yang mengandung
minyak dan santan sebanyak 26 orang (52%). Makanan berlemak
menyebabkan penumpukan plak dan aterosklerosis sehingga dapat
menyumbat pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah.
Pengetahuan mengenai tujuan diet sehat bagi penderita hipertensi didominasi
untuk membantu menurunkan tekanan darah sebanyak 36 orang (72%).
Dengan mengurangi makanan asin dan berlemak dapat mengurangi resiko
retensi air dan natrium dan aterosklerosis sehingga membantu menurunkan
tekanan darah.
Masyarakat menunjukkan sikap setuju untuk dilakukan pemeriksaan tekanan
darah. Dimana pemeriksaan tekanan darah dapat dilakukan dalam 3 posisi,
yaitu saat seseorang berdiri, duduk, dan tidur. Dimana pemeriksaan yang
dilakukan pada masyarakat yang setuju sebanyak 50 orang (100%) dilakukan
dengan posisi duduk.
79
Masyarakat yang setuju dilakukan pemeriksaan tekanan darah sebanyak 36
orang (78%) karena kebetulan sedang berobat ke Balai Pengobatan
Puskesmas Ciracas.
Masyarakat menyadari pentingnya memeriksakan tekanan darah secara rutin,
dimana tekanan darah dapat berubah-ubah kapanpun sesuai dengan makanan
yang dikonsumsi, aktivitas yang dikerjakan. Banyaknya orang yang
menjawab perlu adalah 50 orang (100%).
Sebanyak 41 orang (82%) setuju untuk membatasi konsumsi garam pada
penderita hipertensi. Di mana konsumsi garam dapat meningkatkan tekanan
darah dengan menimbulkan retensi air dan natrium.
Sebanyak 31 orang (62%) setuju untuk membatasi konsumsi garam dengan
alasan takut tekanan darah meningkat.
Sebanyak 34 orang (68%) berekreasi 1 x dalam seminggu. Dengan berekreasi
dapat mengurangi stress yang merupakan salah satu faktor pencetus
hipertensi.
Obat yang dikonsumsi penderita hipertensi adalah ACE Inhibitor yang
menghambat enzim pengubah angiotensin 1 menjadi angiotensin 2 sehingga
sikap setuju untuk rutin minum obat anti hipertensi terdapat 45 orang (90%).
Terdapat 41 orang (82%) orang tidak mengkonsumsi obat hipertensi secara
rutin setiap hari. Hal ini menandakan praktik masyarakat untuk minum obat
secara teratur masih buruk.
Dapat dilihat penderita hipertensi didominasi kelompok yang tidak merokok
sebanyak 34 orang (68%).
80
47 orang (94%) hanya menkonsumsi garam < 1 sendok teh per hari. Hal ini
menandakan praktik masyarakat tentang konsumsi garam sudah baik.
35 orang (70%) 1-2 kali melakukan olahraga dalam seminggu. Hal ini
menandakan bahwa praktik masyarakat untuk berolahraga sudah cukup baik.
Dimana olahraga rutin dan teratur dapat menurunkan resiko hipertensi.
Sebanyak 38 orang (76%) tidak pernah memeriksakan tekanan darahnya
dalam 1 bulan di puskesmas. Hal ini menandakan praktik masyarakat buruk
untuk mengontrol tekanan darah secara teratur
A. SARAN
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, mengingat keterbatasan
dari para peneliti. Melalui penelitian ini, diharapkan peniliti dapat:
Memperbaiki cara melakukan penelitian yang benar. Mulai dari tahap awal
pembuatan pendahuluan, penyusunan metode yang digunakan dalam
menyusun penelitian, serta pembuatan kuesioner sebagai alat pengumpulan
dari masyarakat untuk selanjutnya mendistribusikannya ke beberapa
puskesmas kelurahan sebagai perwakilan dari masyarakat kecamatan
Ciracas, dan belajar bagaimana mengolah data dengan benar secara man-
81
ual, hingga akhirnya belajar menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang
diperoleh.
Melalui tinjauan pustaka yang telah disusun diharapkan dapat memperluas
wawasan dari para peneliti dan untuk kedepannya diharapkan dapat mem-
perluas tinjauan kepustakaan lagi dengan menambah referensi dalam mem-
bahas penelitian. Perluasan tinjauan pustaka dapat digunakan dengan
menggunakan beberapa referensi, seperti textbook, beberapa referensi dari
situs resmi di internet, maupun jurnal.
Melalui proses pembuatan penelitian ini, untuk kedepannya peneliti dapat
lebih mampu untuk mengatur waktu yang tepat dalam posisinya. Hal ini
dimulai dari menyususn pendahuluan, tinjauan kepustakaan, pengumpulan
data dari masyarakat, dan membuat kesimpulan. Sehingga kedepannya se-
tiap peneliti dapat menyusun suatu penelitian tepat waktu dan setiap
bagian dari penelitian dapat terselesaikan dengan sempurna.
2. Bagi Masyarakat
Dengan selesainya penelitian ini diharapkan bagi masyarakat Ciracas:
Diharapkan juga masyarakat dapat memperoleh informasi se-
lengkapnya tentang penyakit Hipertensi melalui pelayanan –
pelayanan kesehatan setempat, dan masyarakat kecamatan Ciracas
memahami tentang pentingnya pemeriksaan tekanan darah
sebelum timbul gejala gejala hipertensi.
Usia beresiko penderita hipertensi adalah 50-60 tahun dimana pada
usia ini elastisitas pembuluh darah menurun dan rentan menderita
82
hipertensi, karena itu masyarakat kisaran usia 50-60 tahun
diharapkan berhati-hati dan menjaga pola makan dan gaya
hidupnya.
Penderita hipertensi sebaiknya mengurangi konsumsi lemak dan
minyak dalam menu sehari hari.
Sebaiknya penderita hipertensi setuju untuk rutin memeriksakan
tekanan darahnya setiap 1 bulan 1 kali
Sebaiknya penderita hipertensi rutin minum obat obatan anti
hipertensi
Penderita hipertensi sebaiknya merubah pola hidupnya yang
menyebabkan timbulnya hipertensi.
Penderita hipertensi sebaiknya menghindari rokok dan minuman
keras.
Penderita hipertensi sebaiknya mengurangi konsumsi garam dalam
makanannya.
Penderita hipertensi sebaiknya memahami bahwa tekanan darah
tinggi berbahaya dan dapat menyebabkan kematian.
3. Bagi Puskesmas Kecamatan Ciracas
Setiap pusat pelayanan kesehatan masyarakat setempat, yaitu Puskesmas
Kecamatan Ciracas dapat :
Meningkatkan peran aktif untuk memperluas cakupan pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat di daerah yang kurang terjangkau.
Diharapkan puskesmas dapat meningkatkan pelayanannya
83
terhadap penderita hipertensi dalam bentuk penyuluhan dan
pencegahan gaya hidup yang dapat menyebabkan hipertensi.
Diharapkan puskesmas dapat meningkatkan pelayanannya
terhadap penderita hipertensi dalam bentuk penyuluhan mengenai
keteraturan minum obat anti hipertensi
Diharapkan puskesmas dapat meningkatkan pelayanannya
terhadap penderita hipertensi dalam bentuk penyuluhan mengenai
bahaya hipertensi.
Diharapkan puskesmas dapat meningkatkan pelayanannya
terhadap penderita hipertensi dalam pemeriksaan dan deteksi dini
penderita hipertensi.
Daftar pustaka
1. Wilson L M , Price S A. Patofisiologi konsep klinis proses proses penyakit.
Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC. 2012
2. Sudoyo A W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku
ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta : Interna publishing. 2009
3. Folkow, björn. 1993. Early Structural Change in Hypertension:
pathophysiology and clinical consequences. Department of physiology,
University of Göteborg, Sweden.
4. Diunduh dari : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/112/jtptunimus-gdl-
chorinaput-5600-2-babii.pdf. tahun 2015
5. Modifikasi perilaku, diunduh dari :
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196002011987031-
84
SUNARDI/karya_tls-materi_ajar_pdf/
KONSEP_DASAR_MODIFIKASI_PERILAKU.pdf tahun 2015
6. Sikap, diunduh dari :
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-
RAHAYU_GININTASASI/Sikap.pdf. Tahun 2015.
7. Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2010.
8. Sigarlaki H. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : CV
Infomedika; 2009
9. Notoatmodjo S. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta; 1997
10. Diunduh dari : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-
intanindah-6561-3-babii.pdf tahun 2015.
11. Suryano. Buku Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC; 2004
12. Guyton, Hall.. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta :EGC; 2009
13. Sigarlaki H. Epidemiologi edisi 2. Jakarta : CV Infomedika; 2007
14. Ganong, W.F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC; 2009
15. Ekowati, Tuminah. Prevalensi hipertensi dan determinannya di Indonesia.
Pusat penelitian biomedis dan farmasi, Departemen Kesehatan, Jakarta; 2009
16. Sigarlaki, H. J. O. 1995. KARAKTERISTIK DAN FAKTOR
BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI DI DESA BOCOR,
KECAMATAN BULUS PESANTREN, KABUPATEN KEBUMEN, JAWA
85
TENGAH, TAHUN 2006. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran,
Universitas Kristen Indonesia, Jakarta. 2006 : 82-87
17. Laporan Puskesmas Kecamatan Ciracas Tahun 2014
8.1 RENCANA KEGIATAN
KEGIATAN MINGGU KE :
1 2 3 4 5
Penyusunan Proposal
Penyusunan
Instrumen
Persiapan Lapangan
Pengumpulan Data
Analisis Data
Penyusunan Laporan
8.2 ORGANISASI PENELITIAN
KETUA : Reymond Hendrikson P. Sinaga
WAKIL KETUA : Nurcahyo Tri Utomo
86
Sekretaris : Stefani Larasati
Bendahara : Zega Agustian
Anggota : Maykel Novisi Gabriel
Septriarta Parlindungan Gultom
Elisabet C. Manurung
Nurmaulia Rizky Zahra
Meri Octavia
Irvan Rahmat Amanu
Priskila Kristiawan
Etriansa Widiens Orno
Novena Jean Resti Zagoto
8.3 RENCANA BIAYA ( ANGGARAN )
Pemasukan
Iuran anggota @ Rp 50.000,- : Rp 650.000,-
Pengeluaran
Print Kuesioner : Rp 400.000,-
Fotocopy Kuesioner : Rp 150.000,-
Biaya Lain-Lain : Rp 100.000,- +
Rp 650.000,-
87