1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang
berfungsi melindungi struktur-struktur jaringan mata yang rentan. Palpebra
sangat mudah digerakkan karena lapisan kulit di sini paling tipis di antara kulit
di bagian tubuh lain. Di palpebra terdapat rambut halus, yang hanya tampak
dengan pembesaran. Di bawah kulit terdapat jaringan areolar longgar yang
dapat meluas pada edema masif. Muskulus orbikularis oculi melekat pada
kulit. Permukaan dalamnya dipersarafi nervus fascialis (VII), dan fungsinya
adalah untuk menutup palpebra (Ilyas, 2009). Kalazion umumnya nodul yang
berkembang perlahan dan tidak nyeri pada palpebra yang disebabkan oleh
inflamasi kelenjar meibom (kalazion dalam), kalazion sering kronik, tanpa
tanda-tanda peradangan akut.
1.2 Rumusan Masalah
I.2.1 Bagaimana etiologi dan patofisiologi kalazion?
I.2.2 Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan kalazion?
1.3 Tujuan
I.3.1 Mengetahui etiologi dan patofisiologi kalazion.
I.3.2 Mengetahui diagnosis dan penatalaksanaan kalazion.
1.4 Manfaat
1.4.1 Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan
ilmu penyakit mata pada khususnya.
1.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti
kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit mata.
BAB II
2
STATUS PASIEN
2.1 Identitas Pasien
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 5 tahun
Alamat : Gondanglegi
Pendidikan : TK
Status : -
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal Periksa : 28 Januari 2013
No. RM : 310940
2.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama : Benjolan di kedua kelopak mata atas
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang bersama ibunya ke poli mata dengan keluhan ada benjolan
di kedua kelopak mata atas. Benjolan sudah muncul sejak 3 bulan yang
lalu, awalnya benjolan hanya muncul pada kelopak mata kanan, sudah
diperiksakan kepuskesmas dan sudah diberi obat salep mata, sudah kempes
namun 1 bulan yang lalu mulai muncul lagi, kemudian 1 minggu yang lalu
juga muncul benjolan dikelopak mata kiri atas. Benjolan tidak terasa sakit,
tidak gatal, pada perabaan keras, tidak nyeri pada penekanan dan tidak ada
penurunan penglihatan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah mengalami sakit yang sama
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang pernah mengalami sakit yang sama
5. Riwayat Pengobatan : Pernah dibawa kepuskesmas,sempat kempes tapi
muncul lagi
3
2.3 Status Oftalmologis
OD Pemeriksaan Mata OS
5/5 Visus 5/5
N/P TIO N/P
Ortophoria Kedudukan Ortophoria
Pergerakan
Hiperemi (-),Sikatriks
(-), edema berbatas tegas
di palpebra superior
dengan ukuran ±3 mm
dengan konsistensi padat
dan mobile.
Palpebra
Hiperemi (-), Sikatriks
(-), edema berbatas tegas
di palpebra superior
dengan ukuran ±2 mm
dengan konsistensi padat
dan mobile
Hiperemi (-) CI (–), PCI
(–), jaringan
fibrovaskular (-)
Konjungtiva
Hiperemi (-)CI (–), PCI
(–), jaringan
fibrovaskular (-)
Putih Sklera Putih
Jernih, Edema(-),
infiltrate (-)Kornea
Jernih, Edema (-),
infiltrate (-)
cukup COA Cukup
Normal Iris Normal
Sentral, round, Reflek
cahaya (+)Pupil
Sentral, round,Reflek
cahaya (+)
Jernih Lensa Jernih
Tidak dilakukan Vitreus Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Retina Tidak dilakukan
2.4 Diagnosis
4
Kalazion Palpebra Superior Occulus Dextra Sinistra
2.5 Penatalaksanaan
1. kompres hangat 10-20 menit 4x sehari
2. Gentamicin salep 4 x sehari ue ODS
3. rencana surgery → insisi dan Eskokleasi Kalazion ODS
2.6 Rencana Monitoring
1. keluhan secara subyektif
2. ukuran kalazion
3. pengukuran tajam penglihatan
2.7 KIE
1. Menjaga kebersihan mata
2. Menjelaskan kepada orang tuanya prosedur terapi yang bisa dilakukan
3. Menjelaskan kepada orang tuanya komplikasi yang dapat muncul
4. Menjelaskan kepada orang tuanya prognosis penyakit pasien
2.8 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad Functionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
5
BAB III
TELAAH KASUS
3.1. Anatomi dan Fisiologi Kelopak Mata
Kelopak mata atau palpebra merupakan alat pelindung mata. Kelopak
mata melindungi mata dengan cara menutup mata bila terdapat rangsangan
dari luar, selain itu juga membasahi mata agar tidak kering (Ilyas, 2009).
Palpebra terdiri atas palpebra superior dan inferior. Palpebra superior
berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi. Palpebra
mempunyai lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat
lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan
fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae) (Ilyas,
2009).
Gambar 1. Anatomi palpebra
6
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar,
dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
2. Muskulus Orbikularis okuli
Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi
fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita.
Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam
palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae
adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita.
Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis
subaponeurotik dari kujlit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat
yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan
penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas
dan 20 buah di kelopak bawah).
5. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva
palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Tepian palpebra dipisahkan oleh
garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian
anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss
adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut
pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat
yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior
berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara
kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau
tarsal).
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,
bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks
orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan
7
bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari
muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama
adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk
membungkus meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas
bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor
palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior
dipasok oleh nervus okulomotoris.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus
V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.
3.2 Kalazion
3.2.1 Definisi
Kalazion adalah peradangan granulomatosa kelenjar meibom yang
tersumbat, sehingga mengakibatkan pembengkakan yang tidak sakit pada
mata. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan infeksi
ringan yang mengakibatkan peradangan kronis. Awalnya dapat berupa
radang ringan disertai nyeri tekan yang mirip hordeolum, dibedakan dengan
hordeolum karena tidaka adanya tanda- tanda radang akut (Ilyas, 2009).
A B
Gambar 2. Kalazion palpebra superior (a) dan kalazion palpebra inferior (b)
3.2.2 Epidemiologi
Kalazion bisa terjadi pada semua umur, kasus pada anak- anak mungkin
juga bisa terjadi. Pengaruh hormonal terhadap sekresi sabaseous dan
viskositas mungkin menjelaskan terjadinya penumpukan pada masa
pubertas dan selama kehamilan (Wessels, 2010).
8
3.2.3 Penyebab
Beberapa literatur menyebutkan bahwa penyebab kalazion adalah
idiopatik, tetapi ada yang menyebutkan bahwa penyebabnya adalah
berhubungan dengan blefaritis kronik. Blefaritis adalah peradangan
palpebra dengan gejala utama tepi kelopak meradang yang disebabkan oleh
infeksi dan alergi yang berjalan kronis atau menahun. (Ilyas, 2009)
Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada
saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion
dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea.
(Lang, 2000)
3.2.4 Patofisiologi
Kalazion memiliki gejala adanya benjolan pada kelopak mata, tidak
hiperemi, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar
preaurikuler tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan
bentuk bola mata akibat tekanan dari kalazion tersebut sehingga terjadi
kelainan refraksi pada mata.(Ilyas, 2009)
Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar,
kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan
mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang membedakan
antara kalazion dengan hordeolum internal atau eksternal (terutama proses
piogenik yang menimbulkan pustul), walaupun kalazion dapat
menyebabkan hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik, nodul
tunggal (jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra
atau pada tarsal (Wessels, 2010).
3.2.5 Gejala Klinis
Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada
palpebra baru-baru ini, diikuti dengan peradangan akut (misalnya merah,
pembengkakan, perlunakan). Seringkali terdapat riwayat keluhan yang
sama pada waktu yang lampau, karena kalazion memiliki kecenderungan
kambuh pada individu-individu tertentu.
9
Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah
kelenjar Meibom terdapat lebih banyak daripada palpebra inferior.
Penebalan dari saluran kelenjar Meibom juga dapat menimbulkan disfungsi
dari kelenjar Meibom. Kondisi ini tampak dengan penekanan pada kelopak
mata yang akan menyebabkan keluarnya cairan putih seperti pasta gigi,
yang seharusnya hanya sejumlah kecil cairan jernih berminyak.
Gejala klinis dari kalazion menurut Prof. Sidharta Ilyas (2009) adalah:
- benjolan pada kelopak mata
- tidak hiperemi
- tidak ada nyeri tekan
- pseudoptosis
- tidak ada pembesaran kelenjar preaurikuler
- kadang- kadang terjadi kelainan refraksi pada mata, karena
penekanan yang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata
- pada anak muda diabsorbsi spontan
3.2.6 Diagnosa
Diagnosa kalazion yaitu dengan melakukan anamnesa identitas, keluhan
dari kalazion yang disebutkan sebelumnya, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit sebelumnya, riwayat penyakit keluarga, riwayat
pengobatan, dan riwayat kebiasaan. Setelah dilakukan anamnesa dilakukan
pemeriksaan mata seperti visus, tekanan intra ocular, kedudukan bola mata,
pergerakan, palpebra, konjungtiva, sclera, kornea, camera okuli anterior,
iris, pupil, serta lensa.
Pemeriksaan laboratorium jarang diminta, tetapi pemeriksaan
histologist menunjukkan proliferasi endotel asinus, dan respon radang
granulomatosa yang melibatkan sel- sel kelenjar jenis Langerhans. Biopsi
diindikasikan pada kalazion berulang karena tampilan karsinoma kelenjar
meibom dapat mirip tampilan kalazion.
3.2.7 Diagnosis Banding
HORDEOLUM
10
1. Pengertian
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.
Hordeolum biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar
sabasea kelopak mata. Biasanya sembuh sendiri dan dapat diobati dengan
hanya kompres hangat. Hordeolum secara histopatologik gambarannya
seperti abses.(Ilyas, 2009)
2. Klasifikasi
Hordeolum dikenal dalam bentuk (Ilyas, 2009):
1. Hordeolum internum atau radang kelenjar meibom, dengan penonjolan
terutama ke daerah konjungtiva tarsal.
2. Hordeolum eksternum atau radang kelenjar zeis atau moll, dengan
penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak.
Gambar 4. Hordeolum interna
Gambar 5. Hordeolum eksterna
3. Etiologi
11
Penyebab hordeolum pada umumnya adalah infeksi dari
Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum.
4. Patofisiologi
Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar
Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar
Meibom yang terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini
memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe
hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis.(Ilyas, 2009)
5. Gejala Klinis
Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti
bengkak, mengganjal dengan rasa sakit, merah, dan nyeri bila ditekan.
Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum
eksternum. Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah
beratnya kelopak sehingga sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum,
kelenjar preaurikel biasanya ikut membesar. Hordeolum sering membentuk
abses dan pecah dengan sendirinya. (Ilyas, 2009)
Gejala klinis hordeolum menurut Prof. Sidharta Ilyas (2009) adalah:
1. Pembengkakan
2. Rasa nyeri pada kelopak mata
3. Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata
4. Riwayat penyakit yang sama
Tanda hordeolum menurut Prof. Sidharta Ilyas (2009) adalah:
1. Eritema
2. Edema
3. Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata
4. Seperti gambaran absces kecil
12
Gambar 6. Hordeolum eksterna
6. Pengobatan
Untuk mempercepat peradangan kelenjar dapat dapat diberikan
kompres hangat, 3 kali sehari selama 10 menit sampai nanah keluar.
Pengangkatan bulu mata dapat memberikan jalan untuk drainase nanah.
Diberi antibiotik lokal terutama bila rekuren atau terjadinya pembesaran
kelenjar aurikel.
Antibiotik sistemik yang diberikan eritromisin 250 mg atau 125-250 mg
diklosasilin 4 kali sehari, dapat juga diberi tetrasiklin. Bila terdapat infeksi
stafilokokus di bagian tubuh lain maka sebaiknya diobati juga bersama-
sama. Pada nanah dan kantong nanah tidak dapat keluar dilakukan insisi.5
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesia topikal
dengan pentokain tetes mata. Dilakukan anestesi infiltrasi dengan prokain
atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi bila :
1. Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus
pada margo palpebra.
2. Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi
jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep
antibiotik.(Ilyas, 2009)
13
6. Komplikasi
Penyulit hordeolum adalah selulitis palpebra, yang merupakan radang
jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.
7. Prognosis
Hordeolum biasanya sembuh spontan dalam waktu 1-2 minggu.
Resolusi lebih cepat dengan penggunaan kompres hangat dan ditutup yang
bersih. Hordeolum Internal terkadang berkembang menjadi kalazion, yang
mungkin memerlukan steroid topikal atau bahkan insisi dan kuretase.(Ilyas,
2009)
BLEFARITIS
Blepharitis adalah radang yang sering terjadi pada kelopak mata(palpebra)
baik itu letaknya tepat di kelopak ataupun pada tepian kelopak. Blepharitis
dapatdisebabkan oleh infeksi ataupun alergi yang biasanya berjalan kronis
atau menahun. Blepharitis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan
kimia iritatif, dan bahkan bahan kosmetik,sedangkan Blepharitis infeksi
bisa disebabkan oleh kuman streptococcus, pneumococcus, pseudomonas,
dan lain sebagainya (ilyas, 2009)
Gejala yang di timbulkan terkadang hanya berupa iritasi kecil disertai
dengan rasa gatal, tetapi dalam beberapa kasus bisa menyebabkan
kemerahan pada mata, rasa seperti tersengat atau terbakar. (Sahni,2004).
Secara klinis blefaritis dikategorikan menjadi staphylococcal, seborrheic,
meibomiangland dysfunction (MGD) atau kombinasinya, sedangkan
berdasarkan bentuknya blepharitisdibagi menjadi blepharitis seborrheic dan
blepharitis ulcerative.
.
14
Gambar 7. Blefaritis
3.2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari kalazion Menurut Prof. Sidharta Ilyas (2009)
adalah:
1. Penanganan konservatif kalazion adalah dengan kompres air hangat 15
menit (4 kali sehari). Lebih dari 50% kalazion sembuh dengan
pengobatan konservatif.
2. Obat tetes mata atau salep mata jika infeksi diperkirakan sebagai
penyebabnya.
3. Injeksi steroid ke dalam kalazion untuk mengurangi inflamasi, jika tidak
ada bukti infeksi
4. Steroid menghentikan inflamasi dan sering menyebabkan regresi dari
kalazion dalam beberapa minggu kemudian.
15
Eksisi kalazion
1. Jika perlu, buatlah insisi vertikal pada permukaan konjungtiva palpebra.
2. Untuk kalazion yang kecil, lakukan kuretase pada granuloma inflamasi
pada kelopak mata.
3. Untuk kalazion yang besar, iris granuloma untuk dibuang seluruhnya
4. Cauter atau pembuangan kelenjar meibom (yang biasa dilakukan)
5. Untuk kalazion yang menonjol ke kulit, insisi permukaan kulit secara
horisontal lebih sering dilakukan daripada lewat konjungtiva untuk
pembuangan seluruh jaringan yang mengalami inflamasi.
Eskokleasi Kalazion
Terlebih dahulu mata ditetes dengan anestesi topikal pentokain. Obat
anestesia infiltratif disuntikkan di bawah kulit di depan kalazion. Kalazion
dijepit dengan klem kalazion dan kemudian klem dibalik sehingga
konjungitva tarsal dan kalazion terlihat. Dilakukan insisi tegak lurus margo
palpebra dan kemudian isi kalazion dikuret sampai bersih. Klem kalazion
dilepas dan diberi salep mata.(Ilyas, 2009)
16
Gambar 8. Eskokleasi Kalazion
3.2.9 Komplikasi
Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis,
dan kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampat atipik perlu
dibiopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat
terjadi jika massa pada palpebra sudah mengubah kontur kornea. Kalazion
yang drainasenya hanya sebagian dapat menyebabkan massa jaringan
granulasi prolapsus diatas konjungtiva atau kulit.
3.2.10 Prognosa
Terapi bisanya berhasil dengan baik. Jika lesi baru sering terjadi,
drainage yang kurang adekuat mungkin mengakibatkan lokal rekurensi.
17
Kalazion yang tidak diobati kadang-kadang terdrainase secara spontan,
namun biasanya lebih sering persisten menjadi inflamasi akut intermitten.
Bila terjadi kalazion berulang beberapa kali sebaiknya dilakukan
pemeriksaan histopatologik untuk menghindari kesalahan diagnosis dengan
kemungkinan keganasan.(Ilyas, 2009)
18
BAB VI
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Kalazion adalah peradangan granulomatosa kelenjar meibom yang
tersumbat, sehingga mengakibatkan pembengkakan yang tidak sakit
pada mata.
2. Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan mata didapatkan adanya
benjolan pada kelopak mata inferior, tidak hiperemi, tidak nyeri tekan
dan tidak ada pembesaran kelenjar preaurikuler, yang dapat
disimpulkan dengan diagnose OS kalazion palpebra inferior.
3. Terapi yang diberikan kepada pasien adalah dengan dilakukan insisi
dan eskokleasi kalazion.
4. Kemudian KIE untuk kontrol dan monitoring adanya keluhan, ukuran
kalazion dan adanya kekambuhan.
4.2 Saran
Pemberian KIE kepada masyarakat tentang kalazion serta komplikasi
yang terjadi bila tidak ditangani dengan baik sehingga dapat menggangu
penglihatan dan bisa menjadi keganasan.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Bustors,DE. Chalazion. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0002001/ diakses 31 januari
2013
2. Ilyas Sidarta H: Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.2009. Hal 28-29.
3. Kanski JJ. 2009. Clinical Ophthalmology A Synopsis. Butterworth-
Heinemann, Boston.
4. Lang G. 2000. Ophthalmology – A Short Textbook. Thieme. Stuttgart · New
York.
5. Santen S. Chalazion. Available at : www.emedicine.com. 2010. Diakses 31
januari 2013
6. Vaughan DG, dkk: Oftalmologi Umum Edisi 14. Widya Medika. Jakarta.
1996.
7. Sahni, Dr. Blepharitis,. Dr.Sahni's Homoeopathy Clinic & Research
Center Pvt. Ltd.Available at:
www.homoeopathyclinic.com/articles/diseases/eye/Blepharitis.pdf. diakses 1
Februari 2013
8. Wessels IF. Chalazion. Available at : www.emedicine.com. Last Updated : 23
September 2002. Diakses 31 januari 2013