MODUL
KETERAMPILAN KLINIS
BLOK DASAR DIAGNOSIS
DAN TERAPI
TEKNIK DASAR
AUSKULTASI
TIM KURIKULUM PREKLINIK
PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2008
KATA PENGANTAR
0
Nama: ..........................................
Nim: ..........................................
Instruktur: ..........................................
Puji Syukur terhaturkan ke Hadirat Allah SWT, berkat Rahmat Taufiq
dan Hidayah-Nya, Modul Keterampilan Klinis ”Teknik Dasar
Auskultasi” ini dapat diselesaikan.
Modul ini dibuat dalam rangka penyelenggaraan proses pembelajaran
mahasiswa kedokteran dalam bentuk Problem Base Learning (PBL).
Modul ini berisi teori, prosedur pelatihan, laporan kerja, dan lembar
penilaian.
Modul ini disusun sebagai pedoman pelaksanaan pelatihan
keterampilan klinis untuk mahasiswa Program Pendidikan Dokter
Universitas Islam Malang.
Terimakasih kami sampaikan kepada Prof. H.M. Aris Widodo, dr.,
MS.,PhD., Sp.FK, Bagian Skill Lab FK UNS, para sejawat dan segenap
dosen, serta seluruh pihak yang membantu penyusunan modul ini.
Kebanggaan dan kehormatan bagi kami apabila para pembaca
bersedia memberikan saran, kritik dan masukan terhadap berbagai
kekurangan yang kami sadari masih banyak terdapat pada modul ini.
Semoga modul penuntun praktikum keterampilan klinis ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua, Amin.
Mei, 2008
Penyusun
Koordinator Blok
Dasar Diagnosis dan Terapi
1
DAFTAR ISI
1. Kata Pengantar 1
2. Daftar Isi 2
3. Teori Dasar Teknik Dasar Auskultasi 3
4. Prosedur kerja Teknik Teknik Dasar Auskultasi 24
5. Lembar Kegiatan Skill Lab 26
DASAR TEORI
2
Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan mempergunakan
stetoskop. Dengan cara auskuItasi dapat didengar suara
pernapasan, bunyi dan bising jantung, peristaltik usus, dan
aliran darah dalam pembuluh darah.
Stetoskop
Dianjurkan untuk menggunakan stetoskop binaural dengan
pipa yang pendek (25-30 cm). Dinding pipa tebalnya lebih kurang 3 mm,
dan diameter lumen pipa 3 mm. Terdapat 3 ukuran stetoskop yang
sesuai untuk neonatus, anak (pediatrik), dan dewasa. Umumnya
stetoskop pediatrik cukup memadai untuk dipergunakan pada bayi dan
anak; stetoskop pediatrik ini mempunyai membran dengan diameter
lebih kurang 3-3,5 cm dan bagian mangkuk berdiameter 3 cm.
Stetoskop binaural mempunyai bagian yang bermembran (diafragma)
serta bagian yang berbentuk mangkok (sungkup) yang dikelilingi karet
agar tidak terasa dingin. Sisi membran atau diafragma akan menyaring
suara yang berfrekuensi atau bernada rendah (low frequency, low pitched),
sehingga suara yang terdengar terutama ialah suara bernada tinggi. Sisi
mangkuk, sebaliknya, akan menyaring suara yang berfrekuensi tinggi
(high frequency, high pitched) sehingga suara yang terutama terdengar ialah
yang berfrekuensi rendah bila mangkuk ditekan lembut pada kulit.
Apabila sisi mangkuk ditekan dengan keras pada kulit, maka mangkuk
bersama dengan kulit berfungsi sebagai membran, sehingga suara yang
terutama terdengar adalah suara yang berfrekuensi tinggi.
Suara yang terdengar pada auskuItasi adalah akibat getaran benda
padat, cair atau gas yang berfrekuensi antara 15 sampai 20.000/ detik.
Suara yang bernada rendah antara lain bising presistolik, bising mid-
diastolik, bunyi jantung I, II, III, IV, sedangkan yang bernada tinggi antara
lain bising sistolik dan gesekan perikard (pericardial friction rub)
Cara pendekatan dan pemeriksaan akan memberi hasil yang baik bila pemeriksa
melakukannya dengan sabar, tenang dan menyenangi pekerjaan yang dilakukan.
3
Teknik Dasar Auskultasi6
Leher
Bruit tiroid
Bising sitolik (bruit) pada kelenjar tiroid, dapat timbul akibat bertambahnya
vaskularisasi sperti pada penyakit Graves (penyakit Basedow) dan pada
pengobatan dengan obat-obat tiroid. Perlu dibedakan dengan bising yang
berasal dari a. Carotis, aorta, v.jugularis interna.
Bising Vena
Pada daerah supra-klavikuler kanan atau pada origo m.sternocleidomastoideus
kadang-kadang dapat didengar Venous hum yaitu bising atau suara dengung
yang agak kuat dan terus-menerus (sistolik-diastolik). Terutama pada anemia
berat atau setelah perdarahan. Hal ini merupakan tanda dari sirkulasi yang
bertambah cepat (penyesuaian). Menghilang pada saat mengedan dan atau
bila vena jugularis ipsilateral ditekan dan tidak ditemukan pada waktu payah
jantung. Dahulu ini dinamakan suara nyanyian biarawati (nonnesuizen).
Paru
Auskultasi paru memegang peranan penting dalam menegakkan diagnosis
penyakit paru. Usahakan agar pasien tidak bernafas pada muka anda.
Tuberkulosis dapat menular. Dengarkan bunyi nafas dasar/pokok dan bunyi
nafas tambahan dengan memakai stetoskop bentuk sungkup. Pertama-tama
dengarkan bunyi nafas pokok saja dan abaikan bunyi nafas tambahan.
Kemudian baru dengarkan bunyi nafas tambahan dengan teliti.
Auskultasi harus dilakukan di seluruh dada dan punggung, termasuk daerah
aksila. Sebaiknya stetoskop ditekan dengan cukup kuat pada sela iga untuk
menghindarkan suara artefak (bunyi gesekan dengan kulit atau rambut).
Seperti auskultasi, biasanya auskultasi dimulai dari atas ke bawah, dan
dibandingkan sisi kanan dan kiri dada. Perlu diingat, karena tipisnya dinding
dada, maka suara napas pada bayi dan anak cenderung Iebih keras dibanding
pada orang dewasa.
Suara napas dasar
1. Suara napas vesikular. lni adalah suara napas normal yang terjadi karena
udara masuk dan keluar melalui jalan napas. Suara inspirasi lebih keras
dan lebih panjang daripada suara ekspirasi, dan terdengar seperti
membunyikan 'ffff' dan ’www . Pada anak-anak lebih tajam dan disebut
bunyi nafas pueriel (nafas “anak-anak”). Bunyi nafas dapat berubah dalam
4
intensitasnya (melemah atau mengeras) dan dalam sifatnya (bunyi nafas
lebih tajam, bunyi nafas bronkial, bunyi nafas amforik). Suara napas
vesikular melemah terjadi jika ventilasi dalam bagian paru yang sedang
didengarkan, melemah atau menghilang yang terdapat pada penyempitan
bronkus (bronkostenosis, sumbatan pada bronkus, kelumpuhan
diafragma), dan setiap keadaan yang menyebabkan ventilasi berkurang,
atau bertambahnya hambatan konduksi suara, yakni bila diantara paru
dan stetoskop terdapat bahan penghantar suara yang tidak baik (cairan
pleura, penebalan pleura)., atau keduanya. Keadaan tersebut dapat
ditemukan pada pasien pneumonia, atelektasis, edema paru, efusi pleura,
pneumotoraks, atau emfisema. Suara vesikular mengeras terdapat pada
bertambahnya ventilasi dan bertambah baiknya konduksi suara, misalnya
fase resolusi pneumonia, konsolidasi paru, serta tumor yang
menghantarkan suara lebih baik. Perlu diingat bahwa sebenarnya hampir
semua suara napas pada bayi dan anak kecil merupakan suara napas
vesikular mengeras apabila dibandingkan dengan suara napas orang
dewasa. Pada asma terdengar suara vesikular dengan ekspirium
memanjang.
2. suara napas bronkial. Pada suara napas ini terdengar inspirasi keras yang
disusul oleh ekspirasi yang lebih keras, dapat disamakan dengan bunyi
"khkhkh". Suara napas ini pada keadaan normal hanya terdengar pada
bronkus besar kanan dan kiri, di daerah parasternal atas di dada depan
dan di daerah interskapular di belakang. Bila suara napas bronkial
terdengar di tempat lain, berarti terdapat konsolidasi yang luas, misalnya
pada pneumonia lobaris. Pernafasan bronkial terjadi jika alveoli menjadi
satu tetapi bronkus tetap terbuka, sehingga suara yang timbul pada
bronkus sewaktu bernafas, diteruskan tanpa mengalami perobahan
kedinding dada (pada infiltrat, pneumonia lobaris, atelektasis akibat
kompresi). Seringkali terjadi perubahan baik dalam intensitas maupun
sifat bunyi nafas. Dikenal pula suara napas subbronkial atau
bronkovesikular yang merupakan kombinasi antara suara napas vesikular
dan bronkial.
3. suara napas amforik. Suara napas ini sangat menyempai bunyi tiupan di
atas mulut botol kosong, dapat didengar pada kaverne/ kavitas(rongga)
yang besar dalam paru (sering pada tuberkulosis)
4. Cog-wheel breath sound. lstilah ini dipakai untuk menyatakan terdapatnya
suara napas yang terputus-putus, tidak kontinu, baik pada fase inspirasi
maupun fase ekspirasi. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh adhesi
5
pleura atau kelainan bronkus kecil. Terdapat misalnya pada tuberkulosis
dini.
5. Metamorphosing breath sound. Suara napas ini dimulai dengan suara
yang halus kemudian mengeras, atau dimulai dengan vesikular kemudian
berubah menjadi bronkial.
Suara napas tambahan
Dalam 30 tahun terakhir bunyi tambahan menjadi membingungkan oleh karena
istilah rale mempunyai dua arti. Ada yang menerjemahkan rale dari bahasa
perancis sebagai bunyi kretak kretik (crackles, krepitasi) tetapi “Laennec”
menterjemahkannya sebagai ronchus dalam bahsa Latin yang berasal dari
bahasa Yunani rhonchos yang berarti wheezing (mengi). Tahun 1875 The
American College of Chest Physicians and The American Thoracic society ,
membuat klasifikasi bunyi tambahan menjadi 3 macam yaitu gesekan pleura,
ronki dan krepitasi.
Suara napas tambahan yang dapat kita dengar dengan auskultasi adalah:
1. ronki basah dan ronki kering
2. krepitasi
3. bunyi gesekan pleura (pleural friction rub)
4. sukusio Hippocrates
Ronki basah (dalam bahasa Inggris disebut sebagai rales) adalah suara napas
tambahan berupa vibrasi terputus-putus (tidak kontinu) akibat getaran yang
terjadi karena cairan dalam jalan napas dilalui oleh udara. Perlu dibedakan
ronki basah halus (dari duktus alveolus, bronkiolus dan bronkus halus), ronki
basah sedang (dari bronkus kecil dan sedang), dan ronki basah kasar (dari
bronkus di luar jaringan paru). Pada ronki basah halus dan sedang dibedakan
pula ronki basah nyaring dan ronki basah tidak nyaring.
Ronki basah nyaring berarti nyata benar terdengar, oleh karena suara
disalurkan melalui benda padat (yakni infiltrat atau konsolidasi) ke stetoskop,
sedangkan pada ronki basah tidak nyaring suara ronki disalurkan melalui
media normal (tidak terdapat infiltrat atau konsolidasi). Seringkali ronki basah
halus hanya terdengar pada akhir inspirasi atau pada inspirasi yang dalam.
Pada bayi yang menangis hal ini mudah didengar, oleh karena antara 2
teriakan tangisan bayi akan melakukan inspirasi dalam; pada anak besar dapat
disuruh inspirasi yang dalam. Pada gagal jantung ronki hanya terdengar pada
bagian basal paru saja. Ronki basah yang terdengar pada ekspirasi dapat
terjadi pada asma, bronkiolitis, dan aspirasi benda asing. Ronki basah yang
6
menghilang setelah pasien batuk biasanya disebabkan oleh lendir pada trakea
atau bronkus besar.
Ronki kering (dalam bahasa Inggris disebut rhonchi) adalah suara kontinu
yang terjadi oleh karena udara melalui jalan napas yang menyempit baik akibat
faktor intraluminar (spasme bronkus, edema, lendir yang kental, benda asing)
maupun faktor ekstraluminar (desakan oleh tumor). Ronki kering lebih jelas
terdengar pada fase ekspirasi daripada pada fase inspirasi.
Wheezing (mengi) adalah jenis ronki kering yang terdengar lebih musikal atau
sonor dibandingkan dengan ronki kering lainnya. Wheezing (mengi) adalah
bunyi yang terus-menerus seperti suara musik (musikal), yang timbul apabila
udara mengalir dengan cepat melalui bronkus yang menyempit (asma, bronkitis
kronik, PPOK). Mengi lebih sering terdengar pada fase ekspirasi. Mengi pada
fase inspirasi biasanya menunjukkan obstruksi saluran napas bagian atas,
edema laring atau benda asing, sedangkan mengi ekspirasi terdengar pada
obstruksi saluran napas bagian bawah seperti asma dan bronkiolitis.
Krepitasi adalah suara membukanya alveoli. Krepitasi merupakan bunyi
tambahan yang putus-putus, pendek non musikal. Krepitasi normal dapat
terdengar di belakang bawah dan samping pada waktu inspirasi yang dalam
sesudah istirahat telentang beberapa waktu lamanya. Krepitasi patologis
terdapat pada pneumonia lobaris. Pleural friction rub (bunyi gesekan pleura)
terdapat pada pleuritis fibrinosa oleh karena pleura viserale dan parietale yang
saling bergesekan dengan fibrin di tengahnya. Suara yang terdengar adalah
suara gesekan kasar seolah-olah dekat dengan telinga, baik pada fase
inspirasi maupun ekspirasi (paling jelas pada akhir inspirasi). Suara gesekan ini
biasanya terdengar di bagian bawah belakang paru, jarang terdengar di apeks
paru.
Krepitasi paru juga dapat timbul dari gelembung udara yang pecah yang timbul
akibat aliran udara yang melalui sekret atau dahak dalam bronkus, baik pada
waktu inspirasi maupun ekspirasi.
Ada yang membagi krepitasi menjadi 2 macam :
1. krepitasi halus : yaitu bunyi putus-putus bernada tinggi, durasi 5-10
milidetik. Bunyi ini mirip bunyi klitband, bunyi yang terdengar kalau pita
perekat manset tensimeter dilepas. Dapat terdengar pada radang paru
dini, pneumoni, fibrosis paru, edema paru dan bronkiektasis.
7
2. krepitasi kasar : bunyi putus-putus, nada tinggi, durasi 20 - 30 milidetik ini
terdengar pada edema paru terminal, emfisema, sekret pada bronkus
besar.
Bronkofoni atau vocal resonance adalah bunyi yang terdengar pada dinding
toraks yang berasal dari getaran pita suara kalau seseorang menyebut
sembilan-sembilan (nada tinggi) atau delapan puluh delapan (nada rendah).
resonans ini bertambah akibat adanya pengantaran suara yang lebih baik
daripada normal, misalnya pada konsolidasi. Sukusio Hippocrates terdapat
pada seropneumotoraks, yakni kalau dada digerak-gerakkan akan terdengar
suara kocokan, suara ini jarang terdengar pada anak. Akhirnya perlu diingatkan
kemungkinan terdapatnya bunyi peristaltik usus di daerah dada pada bayi baru
lahir, yang mengingatkan kita akan terdapatnya hernia diafragmatika. Pada
keadaan ini biasanya dinding perut bagian atas tampak amat cekung. Infiltrat di
paru menyebabkan bronkofoni bertambah keras (frekwensi tinggi, sembilan-
sembilan). Pada efusi pleura getaran suara diredam, bronkofoni menghilang.
Jantung
Stetoskop dan pemeriksa
Untuk memperoleh hasil auskultasi yang maksimal, diperlukan sebuah
stetoskop yang baik dengan penutup telinga yang dapat menutup saluran
pendengaran dengan sempurna, pipa (slang) karet yang pendek (25 cm) dan
kombinasi bentuk sungkup (bell type) dengan bentuk membran (bowl type)
yang secara mudah dapat diganti.
Dengan bentuk membran/diafragma bunyi frekwensi tinggi dapat didengar
dengan jelas (opening. snap pada stenosis mitral, bising sistole pada
insufisiensi aorta). Untuk mendengar bising (mur-mur), dan bunyi yang
mempunyai frekwensi rendah (bunyi galop, bunyi jantung ketiga dan keempat,
bunyi mur-mur diatole dari stenosis mitral) digunakan bentuk sungkup.
Pada umumnya bunyi dan bising jantung pada bayi dan anak dapat didengar
dengan baik dengan mempergunakan sisi mangkuk stetoskop. Mula-mula sisi
mangkuk ditekankan pada dinding dada cukup kuat, dalam keadaan ini maka
mangkuk bersama-sama dengan kulit akan bertindak sebagai diafragma,
sehingga bunyi yang bernada tinggi tertangkap dengan baik. Kemudian secara
perlahan-lahan tekanan pada dinding dada dikurangi, sehingga bunyi dengan
nada rendah menjadi terdengar jelas. Uraian ini tidak bermaksud
mengesampingkan kegunaan diafragma stetoskop, karena memang bunyi dan
8
bising bernada sangat tinggi yang hanya terdengar dengan baik bila
dipergunakan diafragma; tetapi melakukan auskultasi jantung hanya dengan
sisi diafragma saja akan menyebabkan kemungkinan terlewatkannya banyak
informasi yang berharga.
Hal yang tidak kurang penting ialah faktor pemeriksa. Memang ada orang yang
pendengarannya lebih baik daripada pendengaran orang lain, tetapi
masalahnya bukan pada ketajaman pendengaran saja, melainkan kemampuan
pemeriksa untuk memahami apa, di mana, dan bagaimana harus mencari,
mendengar dan menginterpretasi bunyi dan bising jantung. Untuk itu pemeriksa
perIu membekali diri dengan pengetahuan fisiologi dan patofisiologi
kardiovaskular. Dengan bekal pengetahuan yang cukup dan pengalaman yang
luas, seorang dokter senior yang pendengarannya sudah menurun tidak perIu
kalah dalam hal auskultasi jantung dengan dokter muda yang masih segar dan
tajam pendengarannya.
Teknik auskultasi
Tidak ada keharusan untuk melakukan auskultasi jantung dengan urutan
tertentu; yang penting ialah seluruh bagian dada, punggung, leher dan bahkan
abdomen diperiksa untuk mendeteksi bunyi dan bising jantung, serta bising
akibat aliran turbulen pada arteri di rongga toraks dan abdomen. AuskuItasi
jantung yang hanya dilakukan pada 4 daerah auskultasi tradisional adalah
sangat tidak memadai dan salah. ‘Daerah auskuItasi tradisional' ialah daerah
mitral di apeks, daerah trikuspid di parasternal kiri bawah, daerah pulmonal di
sela iga ke-2 tepi kiri sternum dan daerah aorta di sela iga ke-2 tepi kanan
sternum.
Dianjurkan agar tiap dokter membiasakan diri dengan sistematika pemeriksaan
tertentu. Misalnya auskuItasi dimulai dari apeks, kemudian ke tepi kiri sternum
bagian bawah, bergeser ke atas ke sepanjang tepi kiri sternum, sepanjang tepi
kanan sternum, daerah infra dan supraklavikula kiri dan kanan, lekuk
suprasternal, dan daerah karotis di leher kanan dan kiri. Kemudian seluruh sisa
dada, bagian samping dada dan akhirnya seluruh punggung diperiksa.
AuskuItasi sebaiknya dimulai dengan sisi mangkuk, kemudian dengan
diafragma. Daerah di luar dada juga jangan dilewatkan, terutama daerah perut
untuk mencari bruit pada koarktasio aorta abdominalis. Posisi pasien yang
mula-mula telentang diubah menjadi miring, duduk, agak menunduk, dan
seterusnya. Anak besar dapat diminta untuk menarik napas, melepas napas,
dan kemudian menahan napas. Semua manuver bila perIu diulang-ulang
sampai diperoleh kepastian tentang bunyi dan bising jantung yang terdengar.
9
Pada bayi dan anak kecil kita tidak dapat terlalu banyak menuntut; bila perlu
dokter harus melakukan gerak akrobatik untuk menjamin posisi pasien yang
nyaman, misalnya bayi duduk di pangkuan ibu sambil menetek.
agar dapat menilai setiap komponen auskultasi dengan baik, pemeriksa harus
membiasakan untuk berkonsentrai menilai satu komponen saja, dan secara
mental mengabaikan komponen yang lain, mirip seseorang yang
mendengarkan instrumen musik tertentu dari suatu orkestra. Untuk lebih dapat
berkonsentrasi dianjurkan untuk memejamkan mata selama melakukan
auskultasi.
Auskultasi dimulai dengan memperhatikan bunyi jantung dan mengabaikan
bising yang ada. Bila semua karakteristik bunyi jantung telah diidentifikasi, baru
kemudian diperhatikan bising jantung, mula-mula dalam hubungannya dengan
siklus jantung, lalu sifat-sifat lainnya. Dengan sistematika yang dikembangkan
secara pribadi dan selalu diterapkan dengan konsisten, serta didasari
pengetahuan fisiologi dan patifisiologi kardiovaskuler yang memadai, akhirnya
dapat diperoleh kemampuan mengenal dan menilai bunyi dan bising jantung
yang akurat.
Bunyi Jantung
Bunyi akibat vibrasi pendek pada siklus jantung disebut bunyi jantung,
sedangkan bunyi akibat fibrasi yang lebih panjang disebut bising jantung. Yang
digolongkan dalam bunyi jantung ialah :
- bunyi-bunyi jantung I,II,III,dan IV
- opening snap
- irama derap
- Klik
Terdapat dua bunyi yang selalu terdengar pada tiap pasien, ialah bunyi jantung
I dan II. Oleh karena bunyi jantung I dan II menandai fase sistolik dan diastolik,
maka kedua bunyi tersebut harus diidentifikasi dengan akurat terlebih dahulu;
kesalahan mengidentifikasi bunyi jantung I dan II akan menyebabkan rentetan
kesalahan yang menyesatkan.
Bunyi jantung I (S1) dan bunyi jantung II (S2) dapat dapat dikenal sebagai
berikut : sewaktu auskultasi tirulah irama jantung dengan ketukan jari II dan jari
III, perhatikan bahwa jarak antara S1 dan S2 selalu lebih pendek dari jarak S2
dan S1. dengan demikian anda akan dapat mengidentifikasi S1 dan S2 pada
kedua jari tersebut. Inilah cara yang paling jitu.
10
Beberapa patokan berikut juga dapat membantu penentuan bunyi jantung I dan
II :
- bunyi jantung I bersamaan dengan iktus kordis
- bunyi jantung I bersamaan dengan denyut karotis (karena itu dianjurkan
untuk selalu meraba denyut karotis selama auskultasi)
- bunyi jantung I terdengar paling keras di apeks, sedangkan bunyi jantung II
paling jelas terdengar di sela iga ke-2 tepi kiri sternum
- bunyi jantung II normal terpecah pada inspirasi dan tunggal pada ekspirasi
pada irama yang lambat, jarak bunyi jantung I dengan bunyi jantung II (fase
sistolik) lebih pendek dibanding jarak antara bunyi jantung II dengan bunyi
jantung I (fase diatolik). Pada keadaan takikardia kriteria ini sulit digunakan.
Bunyi Jantung I
bunyi jantung I dianggap terjadi akibat bunyi penutupan katup atrioventrikuler,
meskipun sebenarnya bunyi ini setidaknya terjadi dari 4 kompleks komponen
bunyi pada awal kontraksi jantung. Komponen mitral bunyi jantung I disebut
M1, sedangkan komponen trikuspid disebut Tl. Karena Tl terjadi kira-kira 0,03
detik setelah M1, maka sering bunyi jantung I terdengar terpecah (split) sempit.
Pada auskultasi, yang dinilai ialah intensitas bunyi jantung I (normal, melemah,
mengeras) dan apakah terdapat duplikasi/split bunyi jantung I. Jangan
membuat deskripsi bunyi jantung 'murni', karena pengertiannya yang rancu;
apabila tidak ditemukan kelainan, cukup disebut bunyi jantung I 'normal'. Bunyi
jantung I akan terdengar mengeras pada defek septum atrium, stenosis mitral,
stenosis trikuspid dan pada keadaan dengan interval P-R yang pendek. Bunyi
jantung I melemah pada insufisiensi mitral dan trikuspid, interval P-R yang
panjang, miokarditis oleh karena pelbagai sebab, serta perikarditis dengan
efusi perikardium.
Bunyi jantung II
Bunyi jantung II terjadi dari kompleks bunyi akibat penutupan katup semilunar
(katup aorta dan pulmonal). Komponen aorta bunyi jantung II disebut
A2,komponen pulmonalnya disebut P2. Pada bayi, anak dan dewasa muda
normal,bunyi jantung II terdengar terpecah (split) pada inspirasi, dan terdengar
sebagai bunyi tunggal pada ekspirasi. Fenomena ini dapat diterangkan sebagai
berikut:
1. Pada inspirasi, akibat tekanan negatif intratorakal yang makin menurun,
alir balik (venous return) dari vena kava superior dan inferior ke jantung
11
kanan bertambah, sehingga pengisian atrium kanan dan ventrikel kanan
bertambah, Akibatnya waktu ejeksi ventrikel kanan bertambah lama dan
penutupan katup pulmonal (P2) lebih lambat
2. Pada inspirasi, resistensi vaskular paru menurun, sehingga kapasitas
pembuluh darah paru untuk menerima darah dari a. pulmonalis
bertambah; hal tersebut menyebabkan tahanan ejeksi ventrikel kanan
berkurang sehingga waktu ejeksi ventrikel kanan bertambah lama dan
penutupan katup pulmonal (P2) lebih lambat.
3. Pada waktu inspirasi juga terjadi penumpukan darah di pembuluh vena
paru, sehingga alir balik ke atrium kiri berkurang. Akibatnya waktu ejeksi
ventrikel kiri lebih pendek sehingga A2 terjadi lebih cepat. Akibatnya, pada
saat inspirasi A2 maju dan P2 mundur, sehingga bunyi jantung II jelas
terpecah. Pada ekspirasi mekanisme yang sebaliknya terjadi, sehingga
bunyi jantung II terdengar tunggal atau terpecah sempit.
Dalam penilaian bunyi jantung pada bayi dan anak, karakteristik bunyi jantung
II mempunyai arti sangat penting. Dalam keadaan normal harus terdengar
bunyi jantung II yang terpecah pada saat inspirasi; bila bunyi jantung II
terdengar tungggaI pada seluruh siklus pernapasan, berarti terdapat obstruksi
jalan keluar ventrikel kanan yang berat, atau terdapat malposisi arteri-arteri
besar.
Seperti halnya dengan bunyi jantung I, maka bunyi jantung II juga diidentifikasi
intensitasnya (normal, melemah, mengeras) serta terpecahnya bunyi jantung II.
Bunyi jantung II terpecah lebar pada beberapa keadaan seperti right bundle
branch block (RBBB), defek septum atrium, stenosis pulmonal sedang, gagal
jantung kanan berat, dilatasi a. pulmonalis, insufisiensi mitral akut, atau defek
septum ventrikel (jarang). Bunyi jantung II terpecah sempit pada hipertensi
pulmonal, biasanya disertai P2 yang keras. Kadang terdengar P2 mendahului
A2, disebut reversed splitting, misalnya pada stenosis aorta, left bundle branch
block (LBBB) dan pada sindrom Wolf Parkinson-White. Pada keadaan ini
pecahnya bunyi jantung II lebih jelas pada saat ekspirasi, sedangkan pada
inspirasi terdengar bunyi jantung II tunggal.
Pada beberapa keadaan P2 terdengar lemah atau tidak terdengar sama sekali
sehingga bunyi jantung II terdengar tunggal pada seluruh siklus pernapasan,
misalnya pada stenosis pulmonal berat, tetralogi Fallot, atresia pulmonal,
atresia trikuspid, transposisi arteri besar, atau trunkus arteriosus persisten.
Selain pada hipertensi pulrnonal, P2 juga keras pada insufisiensi pulmonal.
12
Pada insufisiensi aorta bunyi jantung II juga terdengar keras akibat
mengerasnya A2.
Bunyi jantung III
Bunyi jantung III bernada rendah, terdengar 0.10 sampai 0.12 detik setelah
bunyi jantung II. Bunyi jantung III terdengar paling baik di apeks atau
parasternal kiri bawah, dan lebih jelas bila pasien miring ke kiri. Bunyi jantung
III dapat terdengar pada anak sampai dewasa muda normal. Bunyi ini diduga
terjadi akibat deselerasi darah pada akhir pengisian cepat ventrikel pada saat
diastole. Bunyi jantung III akan mengeras bila pengisian ventrikel bertambah,
misalnya pada dilatasi ventrikel. Bila Bunyi jantung III mengeras dengan
disertai takikardia, maka akan terjadi irama derap (gallop rhythm) ,suatu hal
yang patologis.
Bunyi Jantung IV
Bunyi Jantung IV juga bernada rendah, terjadi akibat deselerasi darah pada
saat pengisian ventrikel oleh atrium, karena itu disebut juga bunyi atrium. Bunyi
ini tidak terdengar pada bayi dan anak normal. Pada keadaan patologis seperti
dilatasi ventrikel, hipertrofi ventrikel, dan fibrosis miokardium bunyi jantung IV
dapat terdengar. Bunyi jantung IV dapat dibedakan dengan terpecahnya bunyi
jantung I dengan mendengarkannya dengan membran stetoskop yang ditekan
kuat pada dinding dada; bunyi jantung IV akan menghilang, sedangkan bunyi
jantung I yang terpecah akan menjadi lebih jelas.
Mendengar secara selektif
Pada auskultasi umumnya terdengar 2 bunyi jantung yaitu bunyi jantung I (S1)
yang timbul karena penutupan katub mitral dan trikuspid pada akhir diastole
ventrikel. Bunyi jantung II (S2) timbul karena penutupan katub aorta dan katub
pulmonal pada akhir sistole ventrikel.
Sewaktu auskultasi dengarkan hanya suatu kejadian tertentu dalam siklus
jantung, tanpa memperhatikan yang lainnya. Umpamanya dimulai dengan
mendengarkan bunyi jantung pertama dan jangan mendengarkan sistole, bunyi
jantung kedua atau diastole. Kemudian berturut-turut dengarkan fase lainnya
dari siklus jantung. Dengan metode auskultasi ini hasil dan nilai pemeriksaan
dapat ditingkatkan. Umumnya P2>A2 pada anak-dewasa muda dan A2>P2
pada orang tua.
Dengan stetoskop bentuk sungkup dan bentuk membran, dengarkan seluruh
precordium, tetapi diperhatikan secara khusus keempat tempat klasik dimana
13
bunyi jantung dan bising tambahan yang berasal dari keempat ostia dapat
didengarkan dengan baik.
Tempat-tempat ini adalah : iktus kordis (mitral), trikuspid di tempat insersi iga
kelima kanan pada sternum, katub pulmonal di parasternal kiri dan katub aorta
di parasternal kanan segala. Bising (mur-mur) timbul dari turbulensi aliran
darah, yang menurut intensitasnya dibagi atas 6 derajat. Bising yang timbul
pada fase sistole disebut bising sistole, pada fase diastole bising diastole.
Bising sistol terdapat pada stenosis aorta, stenosis pulmonal, defect septum
atrium, defect septum ventrikel, insufisiensi mtral, insufisiensi trikuspid,
prolapsus katub mitral. Bising diastole terdapat pada stenosis mitral, stenosis
trikuspid, insufisiensi aorta dan insufisensi pulmonal. Kalau ditemukan kelainan,
buatlah untuk setiap ostium sketsa fonokardiografi tersendiri, dimana hubungan
antara bising dan bunyi jantung tergambar dengan jelas.
Kecuali pada posisi terlentang perlu juga untuk mengadakan auskultasi pada
posisi miring ke kiri. Pasien harus berbaring dengan tenang dengan lengan
kirinya dibawah kepala. Pada posisi ini dengan stetoskop bentuk sungkup
diatas iktus (jangan ditekan terlalu kuat) bising diatole dari stenosis mitral,
bunyi jantung III dan IV (bunyi atrium) dapat terdengar lebih baik. Bising diatole
dari insufisiensi aorta yang biasanya lembut dan mempunyai frekwensi tinggi
dapat terdengar jelas sesudah ekspirasi dalam di interkostal III kiri sternum,
kalau perlu dalam sikap duduk dan bungkuk ke depan. Kadang-kadang lebih
baik pada waktu berdiri. Tidak jarang bising ini mempunyai nada yang sama
tingginya dengan bunyi nafas. Oleh karena itu dengar pula pada waktu tidak
bernafas. Dengarkan selalu pada beberapa tempat yang letaknya berdekatan,
sebab suatu stenosis mitral dapat , tersebunyi di bawah daerah sebesar mata
uang logam 25 rupiah.
Irama derap
Irama derap (gallop rhytm) terjadi bila bunyi jantung III dan atau IV terdengar
keras disertai takikardia sehingga terdengar seperti derap kuda yang berlari. S3
dan S4 dapat normal, tetapi pada orang tua dianggap patologis. Irama derap
yang terdiri dari bunyi jantung I, II dan III disebut irama derap protodiastolik,
sedangkan bila terdiri dari bunyi jantung IV, I dan II disebut irama derap
presistolik. Bila bunyi jantung III dan IV bergabung disebut irama derap sumasi
(summation gallop). Intensitas bunyi gallop selalu rendah. Jarang ditemukan
pada frekwensi detak jantung kurang dari 90 x/menit. Kadang-kadang dengan
stetoskop mono-aurikuler lebih jelas terdengar daripada stetoskop binaurikuler
yang fleksibel. Bunyi tambahan yang keras dan singkat bukanlah bunyi gallop.
14
Bunyi ”klik” pada midsistol terdapat pada click mur-mur sindrome (prolapsus
katub mitral). Karena bunyinya yang khas disebut click-chick sindrome.
Terdapatnya irama derap menunjukkan keadaan yang patologis. Bila irama
derap terdengar pada neonatus berarti terdapat gagal jantung.
Irama gallop menunjukkan adanya gangguan yang serius disebabkan oleh :
jantung kaku karena mengalami proses fibrotik, misalnya pada infark
jantung berulang, sehingga timbul bunyi pada fase pengisian
pada ventrikel kiri : infark jantung, aneurisma kordis, penyakit miokardium,
hipertensi berat atau perikarditis
pada ventrikel kanan : korpulmonale, emboli paru yang luas
Opening snap
Opening snap adalah bunyi pembukaan katup, biasanya yang dimaksud adalah
katup mitral. Bunyi ini patologis, sering terdengar pada pasien dewasa dengan
stenosis mitral. Pada anak bunyi ini jarang terdengar. Opening snap terdengar
setelah bunyi jantung II dan biasanya mendahului bising mid diastolik.
Klik
Klik ialah bunyi detakan pendek bernada tinggi. Dikenal beberapa jenis klik,
diantaranya :
- klik ejeksi pada stenosis aorta/stenosis pulmonal valvular
- klik sistolik pada dilatasi aorta
- klik mid-sistolik pada prolaps katup mitral
Pada miokarditis, kardiomiopati, perikarditis dengan efusi, serta pada pasien
edema anasarka yang berat, semua bunyi jantung tersebut terdengar
melemah. Sebaliknya pada pasien yangs sangat kurus, semua bunyi jantung
terdengar lebih kuat. Pengalaman akan mengajarkan batas-batas normal dan
abnormal.
Frekwensi jantung
Frekwensi detak jantung biasanya 60-100 x/menit ( 80 ± 2 ), jika >100 x/min
disebut takikardia, bila < 50 x/menit disebut bradikardi. Fibrilasi atrium ialah
denyut nadi yang berbeda dari satu denyut ke denyut berikutnya baik dalam hal
interval maupun kuatnya nadi, disertai irama detak jantung yang cepat dan
tidak teratur baik interval maupun kerasnya. Untuk menghitung pulsus defisit
hitunglah detak jantung selama 30 detik dan pada waktu yang bersamaan oleh
orang kedua dihitung denyut nadi. Selisih antara detak jantung dengan nadi
disebut pulsus defisit. Pada nadi yang amat cepat umpamanya krisis tiroid
15
(thyrotoxic storm), hitunglah setiap denyut kedua atau ketiga agar perhitungan
berhasil.
Irama
Pada irama yang cepat, diagnosis dapat ditegakkan tanpa ECG. Irama cepat
yang tidak beraturan terdapat pada fibrilasi atrium. Takikardia supra
ventrikuler : cepat dan teratur, bunyi jantung pertama kerasnya selalu sama
(juga pada atrial flutter, variasi dari takikardi atrial). Takikardia ventrikuler: cepat
dan teratur, bunyi jantung pertama berubah-ubah, kadang-kadang keras sekali
(bila sangat cepat nadi tidak teraba). Ekstrasistole sering bergandeng dengan
bunyi jantung sebelumnya. Bila selalu dengan interval yang sama ingatlah
pada intoksikasi digitalis (bigeminus, rythme couple). Bunyi jantung pertama
pada ekstrasistole ventrikuler seringkali pecah (splitting). Mintalah pasien
meniru irama jantungnya dengan ketukan jari diatas meja, agar dapat diketahui
sifat gangguan iramanya.
Bising Jantung
Bising jantung terjadi akibat terdapatnya arus darah turbulen melalui jalan yang
sempit atau jalan abnormal. Pada tiap bising jantung harus dirinci
karakteristiknya sebagai berikut :
1. Fase bising
Berdasarkan tempatnya pada siklus jantung ditentukan apakah termasuk bising
sistolik, diastolik, atau keduanya. Bising sistolik terdengar antara bunyi jantung
I dan bunyi jantung II, sedangkan bising diastolik terdengar antara bunyi
jantung II dan bunyi jantung I. Karena itu, penentuan bunyi jantung I dan bunyi
jantung II secara akurat adalah suatu sine qua non.
2. Kontur/bentuk bising
a. Bising sistolik
Bising holosistolik (pansistolik); bising dimulai bersamaan dengan bunyi
jantung I, terdengar sepanjang fase sistolik dan berhenti bersamaan
dengan bunyi jantung II, terdapat pada defek septum ventrikel,
insufisiensi mitral, atau insufisiensi trikuspid.
Bising sistolik dini; bising mulai terdengar bersamaan dengan bunyi
jantung I, dekresendo, dan berhenti sebelum bunyi jantung II; bising ini
terdapat padal defek septum ventrikel kecil, biasanya jenis muskular.
16
bising ejeksi sistolik; bising dimulai setelah bunyi jantung I, bersifat
kresendo dekresendo, dan berhenti sebelum bunyi jantung II; bising ini
terdapat pada bising inosen, bising fungsional, stenosis pulmonal atau
stenosis aorta, defek septum atrium, atau tetralogi Fallot.
bising sistolik akhir; bising mulai setelah pertengahan fase sistolik,
kresendo dan berhenti bersama dengan bunyi jantung II; terdapat pada
insufisiensi mitral kecil dan prolaps katup mitral.
b. Bising diastolik
Bising diastolik dini: mulai bersamaan dengan bunyi jantung II,
dekresendo dan berhenti sebelum bunyi jantung I; terdapat pada
insufisiensi aorta atau insufisiensi pulmonal
Bising mid-diastolik (disebut juga diastolic flow murmur); terjadi akibat
aliran darah berlebih (stenosis relatif katup mitral atau trikuspid),
misalnya pada defek septum ventrikel besar, duktus arteriosus persisten
yang besar, defek septum atrium besar, insufisiensi mitral/trikuspid
berat.
Bising diastolik akhir (bising mid-diastolik dengan aksentuasi presistolik,
atau bising presistolik); dimulai pada pertengahan fase diastolik,
kresendo, dan berakhir bersamaan dengan bunyi jantung I; terdapat
pada stenosis mitral organik
c. Bising diastolik dan sistolik
Bising kontinu; bising ini dimulai setelah bunyi jantung I, bersifat
kresendo, mencapai puncaknya pada bunyi jantung II kemudian
dekresendo dan berhenti sebelum bunyi jantung I berikutnya; terdapal
pada duktus arteriosus persisten, fistula arterio-vena, atau pirau
ekstrakardial lainnya.
Bising to and fro; yakni kombinasi bising ejeksi sistolik dan bising
diastolik dini; terdapat pada kombinasi stenosis aorta dan insufisiensi
aorta, stenosis pulmonal dan insufisiensi pulmonal
Derajat bising
intensitas bising dinyatakan dalam 6 (enam) derajat:
Derajat 1/6: bising yang sangat lemah,yang hanya dapat terdengar oleh
pemeriksa yang berpengalaman di ruangan yang tenang
Derajat 2/6: bising yang lemah tetapi mudah terdengar, dengan penjalaran
minimal
Derajat 3/6: bising yang keras, tetapi tidak disertai getaran bising,
penjalaran sedang
17
Derajat 4/6: bising yang keras dan disertai getaran bising, penjalarannya
luas
Derajat 5/6: bising yang sangat keras, yang tetap terdengar bila stetoskop
ditempelkan sebagian saja pada dinding dada, penjalarannya luas
Derajat 6/6: bising yang paling keras, tetap terdengar meskipun stetoskop
diangkat dari dinding dada, penjalarannya sangat luas
Pungtum maksimum bising
semua bising jantung dapat dilokalisasi tempat terdengarnya yang paling keras.
bising mitral biasanya terdengar paling keras di apeks, bising trikuspid di
parasternal kiri bawah, bising pulmonal di sela iga ke 2 tepi kiri sternum, bising
aorta di sela iga ke-2 tepi kanan atau kiri sternum.
Penjalaran bising
Yang dicari ialah ke arah mana bising paling baik dijalarkan. Bising mitral
biasanya menjalar baik ke lateral/ aksila, bising pulmonal ke sepanjang tepi kiri
sternum, dan bising aorta ke apeks dan daerah karotis.
kualitas bising
bising dapat terdengar seperti meniup (blowing), seperti yang dapat terdengar
pada defek septum ventrikel atau insufisiensi mitral, atau rumbling seperti pada
stenosis mitral. bising dengan nada tinggi dan dengan vibrasi terdengar pada
bising inosen (bising still); pada ruptur korda tendinei terdengar bising khas
yang disebut bising burung camar (sea-gull murmur)
frekuensi atau nada bising
bising dapat bernada tlinggi (high frequecy mur-mur) atau rendah (low
frequency atau low pitced mur-mur). Bising sistolik (defek septum ventrikel,
insufisiensi mitral) atau bising diastolik dini sering bernada tinggi, sedangkan
bising mid-diastoIik biasanya bernada rendah.
Perubahan intensitas bising dengan perubahan posisi dan respirasi
Bising mitral mengeras bila pasien miring ke kiri, sedangkan bising pulmonal
dan aorta mengeras bila pasien menunduk; bising pada jantung kanan akan
mengeras pada saat inspirasi.
18
bising Inosen
bising Inosen adalah bising yang tidak berhubungan dengan kelainfln organik
atau kelainan struktural jantung. Bising ini sering sekali ditemukan pada anak
normal pada Iebih dari 75% anak normal pada suatu saat dapat ditemukan
bising inosen. Bising ini dibedakan dari bising fungsionaI, yaitu bising akibat
hiperaktivitas fungsi jantung, misalnya pada anemia atau tirotoksikosis.
karakteristik bising inosen:
1. hampir selalu berupa bising ejeksi sistolik, kecuali dengung vena (venous
hum) dan bising a. mamaria (mammary souffle) yang bersifat bising
kontinu
2. berderajat 3/6 atau kurang, sehingga tidak disertai getaran bising
3. penjalarannya terbatas, meskipun kadang-kadang dapat terdengar pada
daerah luas di prekordium
4. cenderung berubah intensitasnya dengan perubahan posisi; biasanya
bising ini terdengar lebih baik bila pasien telentang dan menghilang atau
melemah bila pasien duduk, kecuali pada dengung vena yang justru baru
dapat terdengar bila pasien duduk
5. tidak berhubungan dengan kelainan struktural jantung
defek septum atrium
pada defek septum atrium bunyi jantung I normal, atau mengeras bila defek
besar. Bunyi jantung II terdengar terpecah lebar dan menetap (wide and fixed
split). Beban volume jantung kanan akibat pirau dari atrium kiri ke atrium kanan
menyebabkan waktu ejeksi ventrikel kanan memanjang, sehingga bunyi
jantung II terpecah lebar. Variasi akibat pernapasan tidak terjadi, karena setiap
perubahan volume di atrium kanan akan diimbangi oleh perubahan besarnya
pirau dari atrium kiri ke atrium kanan.
Beban volume ventrikel kanan menyebabkan terjadinya stenosis pulmonal
relatif , yang akan bermanifestasi sebagai bising ejeksi sistolik di tepi kiri
sternum pada sela iga ke-2 dengan derajat tidak lebih dari 3/6. Pada pirau yang
besar dapat terdengar bising mid-diastolik di daerah parasternal kiri bawah
akibat stenosis trikuspid relatif karena volume atrium kanan bertambah akibat
pirau kiri ke kanan.
19
Defek septum ventrikel
Pada defek septum ventrikel tanpa komplikasi, bunyi jantung I dan II normal.
Bunyi jantung III dapat terdengar cukup keras apabila terdapat dilatasi
ventrikel. Bising yang khas ialah bising pan sistolik di sela iga ke-3 dan ke-4
tepi kiri sternum yang menjalar ke sepanjang tepi kiri sternum. Biasanya makin
kecil defek makin keras bising yang terdengar, karena arus turbulen lebih
nyata. Kebanyakan bising bersifat meniup, bernada tinggi, berderajat 3/6
sampai 6/6. Pada defek septum muskular yang kecil, bising mungkin hanya
terdengar pada awal fase sistolik oleh karena kontraksi miokardium akan
menutup defek. Pada defek septum ventrikel besar sering terdengar bising mid-
diastolik di apeks akibat stenosis mitral relatif. Karena resistensi vaskular paru
yang masih tinggi, maka pada bayi baru lahir dengan defek septum ventrikel
belum terdengar bising. Bising baru terdengar bila resistensi·vaskular paru
telah menurun (umur 2-6 minggu).
Duktus arteriosus persisten
Pirau dari aorta ke a. pulmonalis menyebabkan terjadinya bising kontinu di sela
iga ke-2 tepi kiri sternum yang menjalar ke daerah infraklavikular, daerah
karotis bahkan sampai ke punggung. Bunyi jantung I dan II biasanya normal,
meskipun bunyi jantung II sulit diidentifikasi karena tertutup oleh puncak bising.
Pada bayi baru lahir, karena resistensi vaskular paru yang masih tinggi, sering
hanya terdengar bising sistolik. Bising mid-diastolik di apeks juga dapat
terdengar bila pirau kiri ke kanan besar.
stenosis pulmonal
bunyi jantung I normal, bunyi jantung II terpecah agak lebar dan lemah, bahkan
pada stenosis berat bunyi jantung II terdengar tunggal karena P2 tidak
terdengar. Bising ejeksi sistolik terdengar di sela iga ke-2 di tepi kiri sternum.
Pada stenosis pulmonal valvular sering terdengar klik; bunyi abnormal ini tidak
terdengar pada stenosis infundibular atau stenosis valvular berat. Makin berat
stenosisnya, makin lemah P2 dan makin panjang bising yang terdengar,
sampai mungkin menempati seluruh fase sistolik.
TetraIogi Fallot
karakteristik bunyi dan bising jantung pada tetralogi Pallot mirip dengan bunyi
dan bising jantung pada stenosis pulmonal, tetapi makin berat stenosisnya
makin lemah bising yang terdengar, karena lebih banyak dialihkan ke ventrikel
20
kiri dan aorta daripada ke a. pulmonalis. Pada tetralogi Pallot dapat terdengar
klik sistolik akibat dilatasi aorta
stenosis aorta
pada stenosis aorta berat dapat terjadi reversed splitting, artinya A2
mendahului P2 dan terdengar lebih jelas pada saat ekspirasi. Bising yang
terdengar ialah bising ejeksi sistolik di sela iga ke-2 tepi kanan atau tepi kiri
sternum dan menjalar dengan baik ke apeks dan daerah karotis, biasanya
disertai getaran bising. Pada stenosis valvular terdengar klik yang mendahului
bising.
Insufisiensi pulmonal
Pada Insufisiensi pulmonal bising, diastolik dini terdengar akibat regurgitasi
darah dari a. pulmonalis ke ventrikel kanan pada saat diastole. Bising terdengar
di sela iga kedua tepi kiri sternum. Bising diastolik dini pada insufisiensi
pulmonal yang menyertai hipertensi pulmonal disebut bising Graham Steele.
Bunyi jantung II biasanya mengeras dengan split sempit.
insufisiensi aorta
karakteristik bising pada insufisiensi aorta mirip dengan bising pada insufisiensi
pulmonal, dengan nada yang kadang-kadang sangat tinggi hingga baru
terdengar jelas apabila membran stetoskop ditekan cukup keras pada dinding
dada. Pada insufisiensi aorta berat dapat terdengar bising mid-diastolik di
apeks yang disebut bising Austin Flint.
insufisiensi mitral
insufisiensi mitral lebih sering merupakan gejala sisa penyakit jantung reumatik.
Pada insufisiensi ringan bunyi jantung I normal, sedangkan pada insufisiensi
berat bunyi jantung I melemah. Bising yang khas ialah bising pansistolik
bersifat meniup,
terdengar paling keras di apeks yang menjalar ke aksila dan mengeras bila
pasien miring ke kiri. Derajat blsing dari 3/6 sampai 6/6. Pada insufisiensi berat
dapat terdengar bising mid-diastolik bernada rendah di apeks. Pada valvulitis
mitral akibat demam rematik akut, bising jantung yang sering terdengar ialah
kombinasi bising pansistolik dan mid diastolik di daerah apeks (disebut bising
Carrey-Coombs).
21
Stenosis mitral
Bunyi jantung I pada stenosis mitral organik sangat mengeras, bunyi jantung II
dapat normal atau terpecah sempit dengan P2 keras bila sudah terjadi
hipertensi pulmonal. Bising yang khas ialah bising mid-diastolik dengan
aksentuasi presistolik (bising presistolik) bernada rendah, berkualitas rumbling
seperti suara guntur, dan terdengar paling baik di apeks.
Prolaps katup mitral
Bunyi jantung I dan II pada pasien prolaps katup mitral biasanya normal. Bising
yang terdengar adalah bising sistolik akhir, mirip dengan bising pada
insufisiensi mitral ringan, dan biasanya didahului oleh klik sistolik, oleh karena
itu kelainan ini disebut juga click murmur syndrome. Pada sebagian kasus
hanya dapat ditemukan klik sedangkan bising tidak terdengar. Prolaps katup
mitral lebih sering terdapat pada wanita remaja, atau dewasa muda, dan pada
sebagian besar kasus etiologinya tidak diketahui.
Tips belajar bising jantung
Di rumah lakukanlah latihan auskultasi dari berbagai penyakit jantung dengan
cara menggenggam stetoskop dalam tangan kiri sehingga bentuk membran
menghadap ketelapak tangan. Kemudian usaplah atau ketuklah punggung
tangan kiri dengan jari tangan kanan. Dengan cara ini hampir semua bising
jantung dapat ditiru dan tidak banyak berbeda dengan aslinya.
auskultasi pada pasien yang sangat kurus.
Oleh karena ruang sela antara iga cekung maka stetoskop sukar ditempatkan,
sehingga allskliitasi tidak dapat dilakukan. Suatu alat bantu yang baik ialah :
sarung tangan karet yang diisi dengan air (hangat-hangat kuku) dan diikat
ketat. Jika sarung tangan itu ditempatkan di daerah jantung maka auskultasi
dapat dilakukan dengan sempurna.
Abdomen
Dalam keadaan normal suara peristaltik terdengar sebagai suara yang
intensitasnya rendah, dan terdengar tiap 10-30 detik. Bila dinding perut diketuk
maka frekuensi dan intensitas peristaltik akan bertambah. Normal dapat
didengar 2 macam bising usus yaitu setiap dua detik suara suara ciklik yang
pendek berasal dari gerak segmentasi dan bising peristaltik panjang dan
gemuruh beberapa kali per menit. Pada pasien dengan ileus paralitik tidak
22
terdengar bising peristaltik dan gerak segmentasi. Pada peritonitis bising
peristaltis terdengar sangat lemah bahkan menghilang, tetapi kadang-kadang
ada beberapa bising segmentasi. Hal ini tidak dapat dipakai untuk meniadakan
diagnosis peritonitis.
Nada peristaltik akan berubah menjadi tinggi (nyaring) pada obstruksi traktus
gastrointestinalis (bunyi metalik) sedangkan frekwensinya akan bertambah
pada gastroenteritis, serta berkurang atau bahkan menghilang pada peritonitis
atau ileus paralitikus. Pada permulaan peritonitis, peristaltik usus akan
bertambah frekuensinya sebelum menghilang.
Pada lambung yang melebar (stenosis pilorus), kalau pasien digoyang dengan
hati - hati, dapat didengar suara percikan air (Clapotage) dengan telinga tanpa
stetoskop atau dengan stetoskop diatas daerah lambung. Clapotage bisa
merupakan gejala yang penting. Pada ileus paralitik sering terdengar bunyi
jantung didalam seluruh perut yang dihantarkan oleh gelung usus yang
melebar dan tegang.
Pada penyempitan arteri yang besar, umpamanya a.iliaca atau a.renalis atau
diatas tumor yang kaya dengan pernbuluh darah, akan dapat didengar bising
sistolik pembuluh arteri.Hal ini normal jika terjadi diatas uterus yang hamil.
Bising sistolik yang letaknya di epigastrium bagian atas dapat berarti suatu
penyempitan dari a.mesenterica superior (tetapi mungkin juga penyebaran dari
jantung). Kadang-kadang bising serupa ini juga terdengar pada orang sehat.
Jika bising ini berlanjut terus dalam fase diastole, maka hal ini harus dianggap
merupakan gejala patologik (angina abdominalis).
Bising (bruit) mungkin terdengar di seluruh permukaan perut pada koarktasio
aorta abdominalis. Pada pasien hipertensi perlu dilakukan auskultasi dengan
teliti didaerah lumbal kiri dan kanan, begitu juga disebelah kiri dan kanan aorta
dalam scrobiculum cordis (fossa epigastrica) untuk mencari stenosis/konstriksi
dalam a.renalis.
Keadaan yang jarang tetapi mungkin terdapat ialah dengung vena (venous
hum) yang mungkin terdengar pada obstruksi vena porta. Suara booming atau
pistol shot. bising kontinu di a. femoralis (tanda Durosiez) merupakan petunjuk
terdapatnya insufisiensi aorta, duktus arteriosus persisten, atau keadaan lain
yang menyebabkan tekanan nadi yang besar.
Pada hepatoma didaerah pekak hati dapat didengar bising sistolik.
23
PROSEDUR PELATIHAN
TEKNIK DASAR AUSKULTASI
Tujuan
Menerapkan teknik dasar Auskultasi
Sarana :
1. Ruang pemeriksaan
2. Bed Periksa
3. Kursi untuk pemeriksaan
Tata Laksana
A. Peragaan oleh Instruktur
Instruktur memperagakan pemeriksaan auskultasi terhadap
probandus (salah satu mahasiswa pria). Seluruh mahasiswa
memperhatikan peragaan tersebut untuk diterapkan pada sesi
role play.
B. Role Play
Secara bergiliran, anggota kelompok berperan sebagai :
- Dokter muda
- Pasien
sedangkan anggota kelompok yang lain berperan sebagai
pengamat, serta memberikan feed back saat diskusi.
Skenario :
Dokter muda siap dalam ruang periksa
Pasien memasuki ruang periksa.
Saat pasien memasuki ruangan, dokter menyambutnya. Karena
sudah mengadakan perjanjian sebelumnya untuk melakukan
pemeriksaan auskultasi, pasien langsung dipersilahkan tidur di
bed periksa.
Dokter muda melakukan pemeriksaan auskultasi menyeluruh.
Saat melakukan auskultasi menyeluruh secara urut, dokter muda
menyebutkan secara lengkap prosedur pemeriksaan yang sedang
dilakukan, sambil menyebutkan berbagai kelainan yang dicari
pada saat auskultasi masing-masing bagian tubuh tersebut (tutor
menilai ketepatan prosedur pemeriksaan auskultasi yang
dilakukan mahasiswa dan kelengkapan jenis kelainan (yang
24
mungkin ditemukan saat auskultasi masing-masing organ) yang
disebutkan dokter muda).
Setelah selesai, pasien dipersilahkan untuk menunggu di luar
ruang periksa, dan dokter mengisi catatan hasil pemeriksaan
auskultasinya pada ceklist yang telah disediakan.
C. Feed back dan diskusi
Setelah semua mahasiswa mencoba peran sebagai dokter,
masing-masing mahasiswa memberikan feed back terhadap
penampilan temannya yang memerankan dokter. Kemudian
dilanjutkan dengan feed back dari instruktur.
Pelatihan diakhiri dengan diskusi dan tanya jawab serta
kesimpulan.
25
Top Related