BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang
encer atau cair.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
a. memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak
b. mengetahui pengertian dari diare, tahapan dehidrasi, penatalaksanan
medis, penatalaksanaan keperawatan untuk diare pada anak
1.3 Metode Penulisan
Makalah ini disusun berdasarkan study kepustakaan dan membaca buku
sumber yang berhubungan dengan materi tersebut.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN : Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode
Penulisan, Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN : Definisi, Patofisiologi, Penatalaksanaan medis,
Komplikasi, Etiologi, Manifestasi klinis,
Pemeriksaan Diagnostik, Penatalaksanaan
Keperawatan.
BAB III PENUTUP : Kesimpulan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang
encer atau cair.
2.2 Patofisiologi
Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan
akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang
berlebihan.
Cairan, sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler
ke dalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit, dan
dapat terjadi asidosis metabolik
Diare yang terjadi merupakan proses dari:
Transport aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam
usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan dan
meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan
merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan
intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan
dan elektrolit
Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi
cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom
malabsorbsi.
Meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi
intestinal
2
Gambar : Patofisiologi : sumber dari Ashwill and Droske (1997). Nurshing Care of Children :
Principles and Practiise. Philadelphia; W.B. Saunders Company
Tahapan dehidrasi dari Ashwill and Droske. (1997) :
Dehidrasi ringan; berat badan menurun 3 % - 5 %, dengan volume cairan yang
hilang kurang dari 50 ml/kg
Dehidrasi sedang; berat badan menurun lebih dari 10 %, dengan volume
cairan yang hilang 50 – 90 ml/kg
Dehidrasi berat; berat badan menururn lebih dari 10 %, dengan volume cairan
yang hilang sama dengan atau lebih dari 100 ml/kg
PENENTUAN DERAJAT DEHIDRASI MENURUT WHO (1980)
3
TANDA DAN GEJALA DEHIDRASI RINGAN DEHIDRASI SEDANG DEHIDRASI BERAT
1 Keadaan umum dan kondisi
Bayi dan anak kecil
Anak lebih besar dan
dewasa
2 Nadi radialis
3 Pernafasan
4 Ubun-ubun besar
5 Elastisitas kulit
6 Mata
7 Air Mata
8 Selaput lendir
9 Pengeluaran urine
10 Tekanan darah sistolik
% kehilangan berat
Prakiraan kehilangan cairan
Haus, sadar, gelisah
Haus, sadar, gelisah
Normal (frekuensi dan isi)
Normal
Normal
Pada pencubita, elastisitas
kembali segera
Normal
Ada
Lembab
Normal
Normal
4 – 5 %
40 – 50 mg
Haus, gelisah atau alergi tetapi
iritabel
Haus, sadar, merasa pusing pada
perubahan
Cepat dan lemah
Dalam, mungkin cepat
Cekung
Lambat
Cekung
Kering
Kering
Berkurang dan warna tua
Normal – rendah
6 – 9 %
60 – 90 %
Mengantuk, lemas, extremitas dingin, berkeringat,
sianotik, mungkin koma
Biasanya sadar, gelisah, extremitas dingin,
berkeringat dan sianotik,kulit jari-jari tangan dan
kaki keriput, kejang otot
Cepat, halus, kadang-kadang tak terasa
Dalam dan cepat
Sangat cekung
Sangat lambat (> 2 detik)
Sangat cekung
Sangat kering
Sangat kering
Tidak ada urine untuk beberapa jam, kandung
kencing kosong
< 80 mmHg, mungkin tak terukur
10 % atau lebih
100 – 110 ml/kg
PENENTUAN DERAJAT DEHIDRASI BERDASARKAN SISTEM
PENGANGKAAN MAURICE KING (1974)
Bagian tubuh yang
Harus diperiksa
Angka untuk gejala yang ditemukan
0 1 2
1 Keadaan umum
2 Kekenyalan kulit
3 Mata
4 Ubun-ubun
5 Mulut
6 Denyut nadi
Sehat
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Gelisah, lekas
marah atau apatis,
mengantuk
(lunglai)
Sedikit kurang
Sedikit kurang
Sedikit cekung
Kering
120 – 140
Mengigau atau
koma
Sangat kurang
Sangat kurang
Sangat cekung
Kering & mem-
biru
Lebih dari 140
Catatan:
4
Hasil yang didapatkan pada penderita diberi angka 0, 1, atau 2; sesuai dengan Tabel
dankemudian dijumlahkan
Nilai 0 – 2 : Dehidrasi ringan
Nilai 3 – 6 : Dehidrasi sedang
Nilai 7 – 12 : Dehidrasi berat
GEJALA DEHIDRASI : ISOTONIK, HIPOTONIK, HIPERTONIK
Gejala Hipotonik Isotonik Hipertonik
Rasa haus
Berat badan
Turgor kulit
Kulit/selaput lendir
Gejala SSP
Sirkulasi
Nadi
Tekanan darah
Banyaknya kasus
-
Menurun sekali
Menurun Sekali
Basah
Apatis
Jelek sekali
Sangat lemah
Sangat rendah
20 – 30 %
+
Menurun
Menurun
Kering
Koma
Jelek
Cepat & lemah
Rendah
70 %
+
Menurun
Tidak jelas
Kering sekali
Irritable, kejang-
kejang, hiperrefleksi
Relatif masih baik
Cepat & keras
Rendah
10 – 20 %
KEHILANGAN CAIRAN MENURUT DERAJAT DEHIDRASI PADA ANAK DIBAWAH 2 TAHUN
Derajat dehidrasi PWL NWL CWL JumlahRingan
Sedang
Berat
50
75
125
100
100
200
25
25
25
175
200
350
KEHILANGAN CAIRAN MENURUT DERAJAT DEHIDRASI PADA ANAK DIBAWAH 2 - 5 TAHUN
5
Derajat dehidrasi PWL NWL CWL JumlahRingan
Sedang
Berat
30
50
80
80
80
80
25
25
25
135
155
185
KEHILANGAN CAIRAN PADA DEHIDRASI BERATMENURUT BERAT BADAN PASIEN DAN UMUR
Berat badan Umur PWL NWL CWL Jumlah 0-3 kg
3-10 kg
10-15 kg
15-25 kg
0-1 bln
1 bln – 2 thn
2-5 thn
5-10 thn
150
125
100
80
125
100
80
25
25
25
25
25
300
250
205
130
PWL, previous water loss (ml / kg BB) cairan yang hilang karena muntah; NWL, normal
water loss (ml / kg BB) (cairan hilang melalui urine, kulit, pernafasan); CWL,
concomitant water loss (ml / kg BB) ( cairan hilang karena muntah hebat).
2.3 Penatalaksanaan medis
Dasar pengobatan diare adalah:
1. Pemberian cairan: jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannnya.
Penanganan fokus pada penyebab
Pertolongan pertama pada bayi diare
Bila anak mulai diare, segera minumkan cairan berupa air teh, kelapa,
kuah sayur, atau larutan gula garam
Bila mencret terus menerus dan anak lemas tidak mau makan, segera
minumkan oralit sebanyak anak mau meminumnya
Bila muntah jangan putus asa dicoba lagi, kalau dengan gelas sukar
usahakan dengan sendok
Pemberian cairan dan elektrolit; oral (seperti; pedialyte atau oralit) atau terapi
panteral
6
Pada bayi, pemberian ASI diteruskan jika penyebab bukandari ASI
2. Dietetik (cara pemberian makanan)
3. Obat-obatan
Cara memberikan cairan dalam terapi rehidrasi
a. Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi
b. Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25-50 ml / kg BB per oral (intragastrik)
Selanjutnya : 125 ml / kg BB / hari ad libitum
c. Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50-100 ml / kg BB per oral / intragastrik (sonde)
Selanjutnya : 125 ml / kg BB / hari ad libitum
d. Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bln – 2 thn berat badan 3 – 10 kg
1 jam pertama :
40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (set infus 1 ml = 15 ml
= 15 tetes) atau 13 tetes / kg BB / menit (set infus 1 ml = 20 tetes)
7 jam berikutnya :
12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau
4 tetes / kg BB / menit (set infus 1 ml = 20 tetes)
16 jam berikutnya :
7
125 ml / kg BB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum,
teruskan DG aa intravena 2 tetes/ kg BB / menit (set infus 1 ml = 15 tetes)
atau 3 tetes / kg / BB/ menit (set infus 1 ml = 20 tetes)
Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10 -15 kg
1 jam pertama :
30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit (1 ml = 15 tetes) atau 10
tetes / kg BB / menit (1 ml = 20 tetes)
7 jam berikutnya :
10 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit (1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes /
kg BB / menit (1 ml = 20 tetes)
16 jam berikutnya :
125 ml / kg BB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum
dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes / kg BB / menit (1 ml = 15
tetes) atau 3 tetes / kg / BB / menit (1 ml = 20 tetes).
Untuk anak lebih 5-10 tahun dengan BB 15 – 25 kg
1 jam pertama :
20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit (1 ml = 15 tetes) atau 7 tetes /
kg BB / mnt (1 ml = 20 tetes)
7 jam berikutnya :
10 ml / kg BB / jam atau 2 ½ tetes / kg BB / menit (1 ml = 15 tetes) atau 3
tetes / kg BB / mnt (1 ml = 20 tetes)
16 jam berikutya :
105 ml / kg BB oralit atau bila anak tidak mau minum dapat diberikan DG aa
intravena 1 tetes / kg BB / menit (1 ml = 15 tetes) atau 1 ½ tetes / kg BB /
menit (set 1 ml = 20 tetes)
Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2 – 3 kg
Kebutuhan cairan :
123 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml / kg BB/ 24 jam
8
Jenis cairan :
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 ½ %)
Kecepatan :
4 jam pertama : 25 ml / kg BB / jam atau 6 tetes / kg BB / menit (1 ml = 15
tetes) 8 tetes / kg BB / menit (1 ml / 20 tetes)
20 jam berikutnya : 150 ml / kg BB / 20 jam atau 2 tetes / kg BB / menit (1 ml
= 15 tetes) atau 2 ½ tetes / kg / BB / menit (1 ml = 20 tetes)
Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badankurangdari 2 kg
Kebutuhan cairan :
250 ml / kg BB / 24 jam
Jenis cairan :
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 1/2)
Kecepatan cairan :
Sama dengan pada bayi baru lahir.
Cairan untuk pasien MEP sedang dan berat dengan diare dehidrasi berat.
Misalnya untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3 – 10 kg.
Jenis cairan : DG aa
Jumlah cairan : 250 ml / kg BB / 24 jam(lihat tabel 3-3)
Kecepatan : 4 jam pertama : 60 ml / kg BB / jam atau 15 ml / kg BB / jam
atau = 4 tetes / kg BB / menit (1 ml = 15 tetes) atau 5 tetes / kg BB / menit (1
ml = 20 tetes)
20 jam berikutnya : 190 ml / kg BB / 20 jam atau 10 ml / kg BB / jam atau 2½
Tetes / kg BB / menit (1 ml = 15 tetes) atau 5 tetes / kg BB / menit (1 ml = 20
tetes).
Pemberian cairan . Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan
derajat dehidrasinya.
Cairan per oral. Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan
per oral berupa cairan yangberisikan NaCI danNzHCO3, KCL, dan glukosa.
9
Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas umur 6 bulan kadar natrium 90
mEq/L. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang kadar
Natrium 50-60 mEq/L. Formula lengkap sering disebut oralit. Cairan sederhana
yang dapat dibuat sendiri (formula tidak lengkap) hanya mengandunggaram dan
gula (NaCI dansukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula, untuk
pengobatan sementara di rumah sebelum dibawa berobat ke rumah sakit /
pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
Cairan parenteral. Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai
dengan kebutuhan pasien misalnya untuk bayi atau pasien misalnya untuk bayi
atau pasien yang MEP. Tetapi kesemuanya itu tergantung tersedianya cairan
setempat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) selalu tersedia di fasilitas
kesehatan dimana saja. Mengenai pemberian cairan seberapa banyak yang
diberikan bergantung dari berat / ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan
dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
Pemberian cairan pasien MEP tipe marasmik. Kwashiorkor dengan diare
dehidrasi berat, misalnya dengan berat badan 3-10 kg, umur 1 bln-2 tahun, jumlah
cairan 200 ml / kg BB / 24 jam. Kecepatan tetesan 4 jam pertama idem pada
pasien MEP. Jenis cairan DG aa. 20 jam berikutnya : 150 ml / kg BB / 20 jam atau
7 ml / kg BB / jam atau 1 ¾ tetes / kg BB / menit (1 ml = 15 menit) atau pasien
yang telah disebutkan masih ada ketentuan pemberian cairan pada pasien lainnya
misalnya pasien bronkopneumonia dengan diare atau pasien dengan kelainan
jantung bawaan yang memerlukan jenis cairan yang berbeda dan kecepatan
pemberiannya yang berlainan pula. Bila kebetulan menjumpai pasien-pasien
tersebut sebelum memasang infus hendaknya menanyakan dahulu kepada dokter.
Pengobatan dietetik. Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan
beratbadan kurangdari7 kg jenis makanan :
Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM,Almiron atau sejenis lainnya).
10
Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak
tidak mau minum susu karena di rumah tak biasa.
Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya
susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang
atau tidak jernih.
Cara memberikannya : hari 1, setelah rehidrasi segera diberikan makanan per oral.
Bila diberi ASI / susu formula tetapi diare masih sering, supaya diberikan oralit
selang-seling dengan ASI, misalnya 2 kali ASI / susu khusus, 1 kali oralit. Hari
ke-2 sampai ke-4, ASI/susu formula rendah laktosa penuh. Hari ke-5, bila tidak
ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau makanan biasa, disesuaikan
dengan umur bayi dan berat badannya.
Obat-obatan. Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang
melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beas dan
sebagainya).
Medikasi untuk diare
Obat anti-sekresi. Asetosal. Dosis 25 mg / tahun dengan dosis minimum 30 mg
Klorpromazin. Dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari
Obat spasmolitik dan lain-lain. Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin,
ekstrak beladona, opium loperamid tidak digunakan untuk mengatasi diare akut
lagi. Obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal, tabonal, tidak ada
manfaatnya untuk mengatasi diare, sehingga tidak diberikan lagi.
Antibiotik. Umumnya antibiotik tidak diberikan pada tidak ada penyebab yang
jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetraskilin 25-50 mg/kg BB / hari.
Antibiotik juga diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti OMA, faringitis,
bronkitis atau bronkopneumonia.
2.4 Komplikasi
Dehidrasi
11
Hipokalemi
Hipokalsemi
Cardiac dysrhythmias akibat hipokalemi dan hipokalsemi
Hiponatremi
Asidosis
2.5 Etiologi
Faktor Infeksi :
Bakteri; enteropathogenic escherichia coli, salmonella, shigella, yersinia
enterocolitica
Virus; enterovirus- echoviruses, adenovirus, human retrovirua seperti agent,
rotavirus
Jamur; candida enteritis
Parasit; giardia Clamblia, crytosporidium
Protozoa
Bukan faktor Infeksi :
Alergi makanan; susu, protein
Gangguan metabolik atau malaborsi; penyakit celiac, cystic fibrosis pada
pankreas
Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
Obat-obatan; antibiotik
Penyakit usus; colitis ulcrative, crohn diseae, enterocolitis
Emosional atau stress
Obstruksi usus
Penyakit infeksi; otitis media, infeksi saluran nafas atas, infeksi saluran kemih
2.6 Manifestasi klinis
Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
Terdapat tanda dan gejala dehidrasi; turgor kulit jelek (elastis kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung , membran mukosa kering
12
Keram andominal
Demam
Mual dan muntah
Anorexia
Lemah
Pucat
Perubahan tanda-tanda vital; nadi dan perrnafasan cepat
Menurun atau tidak ada pengeluaran urine
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan
Kultur tinja
Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinine, dan glukosa
Pemeriksaan tinja; PH, leukosit, glukosa, dan adanya darah
2.8 Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pengkajian :
Kaji riwayat diare
Kaji status hidrasi; ubun-ubun, turgor kulit, mata, membran mukosa mulut
Kaji tinja; jumlah, warna, bau, konsistensi dan waktu buang air besar
Kaji intake dan output (pemasukan dan pengeluaran)
Kaji berat badan
Kaji tingkat aktivitas anak
Kaji tanda-tanda vital
b. Diagnosa Keperawatan :
1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar dan
encer
2. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air
besar
3. Risiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan terinfeksi kuman diare
atau kurangnya pengetahuan tentang pencegahan penyebaran penyakit
13
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunnya intake (pemasukan) dan menurunnya absorbsi makanan dan
cairan
5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan perawatan anak
6. Cemas dan takut pada anak / orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan
kondisi sakit
c. Perencanaan
1. Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas normal yang ditandai
dengan pengeluaran urine sesuai, pengisian kembali kapiler (capillary refiill)
kurang dari dua detik, turgor kulit elastic, membran mukosa lembab dan berat
badan tidak menunjukkan penurunan
2. Anak tidak menunjukkan gangguan integritas kulit yang ditandai dengan kulit
utuh dan tidak lecet
3. Tidak terjadi penularan diare pada orang lain
4. Anak akan toleran dengan diit yang sesuai yang ditandai dengan berat badan
dalam batas normal, dan tidak terr\jadi kekambuhan diare
5. Orang tua dapat berpartisipasi dalam perawatan anak
6. Anak dan orang tua menunjukkan rasa cemas atau takut berkurang yang
ditandai denganorang tua aktif merawat anak, bertanya dengan perawat atau
dokter tentang kondisi dan klarifijasi, dan anak tidak menangis.
d. Implementasi
1. Meningkatkan hidrasi dan keseimbangan elektrolit
Kaji status hidrasi; ubun-ubun, mata, turgor kulit dan membran mukosa
Kaji pengeluaran urine; gravitasi urine atau berat jenis urine (1.005-1.020)
atau sesuai dengan usia pengeluaran urine 1 – 2 ml / kg per jam
Kaji pemasukan dan peneluaran cairan
Monitor tanda-tanda vital
14
Pemeriksaan laboratorium sesuai program; elektrolit, Ht, pH, dan serum
albumin
Pemberian cairan dan elekktrolit sesuai protokol (dengan oralit, dan cairan
parenteral bila indikasi)
Pemberian cairan dan elektrolit sesuai program
Anak diistirahatkan
2. Mempertahankan keutuhan kulit
Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap buang air besar
Gunakan kapas lembab dan sabun bayi (atau pH normal) untuk
membersihkan anus setiap buang air besar
Hindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab
Ganti popok / kain apabila lembab atau basah
Gunakan obat cream bila perlu untuk perawatan perineal
3. Mengurangi dan mencegah penyebaran infeksi
Ajarkan cara mencuci tangan yang benar pada orang tua dan pengunjung
Segera bersihkan dan angkat bekas buang air besar dan tempatkan pada
tempat yang khusus
Gunakan standar pencegahan universal (seperti; gunakan sarung tangan
dan lain-lain)
Tempatkan pada ruangan yang khusus
4. Meningkatkan kebutuhan nutrisi yang optimum
Timbang berat badan anak setiap hari
Monitor intake dan output (pemasukan dan pengeluaran)
Setelah rehidrasi, berikan minuman oral dengan sering dan makanan yang
sesuai diit dan usia dan atau berat badan anak
Hindari minuman buah-buahan
Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan
Bagi bayi, ASI tetap diteruskan
Bila bayi tidak toleran dengan ASI berikan formula yang rendah laktosa
5. Meningkatkan pengetahuan orang tua
Kaji tingkat pemahaman orang tua
15
Ajarkan tentang prinsip diit dan kontrol diare
Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya cuci tangan untuk menghindari
konaminasi
Jelaskan tentang penyakit, perawaan dan pengobatan
Jelaskan pentingnya kebersihan
6. Menurunkan rasa takut / cemas pada anak dan orang tua
Ajarkan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaan rasa takut dan
cemas; dengarkan keluhan orang tua dan bersikap empati, dan sentuhan
terapeutik
Gunakan komunikasi terapeutik; kontak mata , sikap tubuh dan sentuhan
Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak dan orang tua
Libatkan orang tua dalam perawatan anak
Jelaskan kondisi anak, alasan pengobatan dan perawatan
e. Perencanaan Pemulangan
Jelaskan penyebab diare
Ajarkan untuk mengenal komplikasi diare
Ajarkan untuk mencegah penyakit diare dan penularan; ajarkan tentang
standar pencegahan
Ajarkan perawatan anak; pemberian makanan dan minuman
(misalnya;oralit)
Ajarkan mengenal tanda-tanda dehidrasi, ubun-ubun dan mata cekung,
turgor kulit tidak elastis, membran mukosa kering
Jelaskan obat-obatan yang diberikan; efek samping dan kegunaannya
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang
encer atau cair.
Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan, jadi kalau terjadi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang disebabkan oleh diare, maka tubuh
17
akan mengalami gangguan secara fisiologis beberapa organ misalnya : ginjal,
jantung dan lain-lain. Oleh sebab itu keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
perlu dipertahankan agar tidak terjadi dehidrasi sehingga akan mengakibatkan
komplikasi.
Kasus dehidrasi akan lebih sering terjadi pada bayi karena kecepatan
metabolismenya dan luas permukaan tubuhnya yang relatif besar sehingga perlu
penanganan yang lebih intensif untuk perawatan cairan dan elektrolitnya.
18
Top Related