Perjudian dari Sisi Kriminologi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Berbagai cara yang dilakukan dalam penanganan perjudian yang saat ini tetap
hidup dalam masyarakat. Meski pada hakekatnya perjudian merupakan perbuatan
yang bertentangan dengan norma agama, moral, kesusilaan maupun hukum. Namun
perjudian masih menunjukkan eksistensinya, dulunya hanya terjadi dikalangan orang
dewasa pria. Sekarang sudah menjalar ke berbagai elemen masyarakat anak-anak dan
remaja yang tidak lagi memandang baik pria maupun wanita.
Perjudian membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara. Meski demikian berbagai perjudian tetap berkembang seiring
dengan berkembangnya peradaban manusia. Macam dan bentuk perjudian saat ini
sudah merebak dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Awalnya dilakukan secara
sembunyi-sembunyi tetapi tidak untuk keadaan sekarang ini yang sudah dilakukan
terang-terangan maupun. Bahkan perjudian saat ini sudah menjadi industri terutama
dibidang olahraga. Salah olahraga yang saat ini menjadi olahraga paling populer
didunia adalah sepakbola dan sudah sering menjadi bahan taruhan hasil pertandingan
dari sepakbola
Dalam perspektif hukum, perjudian merupakan salah satu tindak pidana
(delict) yang meresahkan masyarakat. Sehubungan dengan itu, dalam Pasal 1 UU No.
7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian dinyatakan bahwa semua tindak pidana
perjudian sebagai kejahatan. Mengingat masalah perjudian sudah menjadi penyakit
akut masyarakat, maka perlu upaya yang sungguh-sungguh dan sistematis, tidak
hanya dari pemerintah dan aparat penegak hukum saja, tetapi juga dari kesadaran
hukum dan partisipasi masyarakat untuk bersama-sama dan bahu membahu
menanggulangi dan memberantas semua bentuk perjudian.
Dewasa ini, berbagai macam dan bentuk perjudian sudah demikian merebak
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, baik yang bersifat terang-terangan maupun
secara sembunyi-sembunyi. Bahkan sebagian masyarakat sudah cenderung tidak
peduli bahkan memandang perjudian sebagai sesuatu hal wajar yang tidak perlu
dipermasalahkan. Sehingga, yang terjadi di berbagai tempat sekarang ini banyak
dibuka agen-agen judi. Perjudian dipakai untuk menyedot dana masyarakat dalam
jumlah yang cukup besar. Dilain timbulnya pandangan bahwa ada kesan aparat
penegak hukum kurang begitu serius dalam menangani masalah perjudian ini. Bahkan
yang lebih memprihatinkan, beberapa jenis dan tempat perjudian disinyalir dilindungi
dan melibatkan oknum aparat keamanan.
Pada hakekatnya, perjudian adalah perbuatan yang bertentangan dengan
norma agama, moral, kesusilaan maupun hukum, serta membahayakan bagi
penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Perjudian juga bisa
menimbulka kerugian kepada phak yang melakukannya, meski memang kadang
memberikan keuntungan. Tetapi keuntungan yang didapatkan atas suatu perjudian
tidak bisa dijadikan alasan pembenar. Atas fakta tersebut perjudian masih saja
dilakukan dan dianggap lumrah oleh masyarakat.
Ditinjau dari kepentingan nasional, penyelenggaraan perjudian mempunyai
ekses yang negatif dan merugikan terhadap moral dan mental masyarakat, terutama
terhadap generasi muda. Perjudian merupakan salah satu penyakit menular
masyarakat yang dalam proses sejarah dari generasi kegenerasi tidak mudah
diberantas. Oleh karena itu perlu diupayakan agar masyarakat menjauhi perjudian.
Masalah yang sulait untuk dimengerti bahwa adanya orang yang melakukan perjudian
meskipun tidak memiliki pendapatan yang cukup dalam memenuhi kebutuhannya
sehari-hari. Bahkan “Pasak lebih besar dari pada tiang”, namun perjudian tetap saja
dilakukan. Dalam lingkungan sekecil-kecilnya perlu dilakukan analisis dan
pembahasan atas perjudian dari sisi Kriminologi. Serta tujuan lain untuk mengetahui
latar belakang atas eksistensi perjudian juga cara menghindarkan dari akses negatif
yang lebih parah untuk menghentikan eksistensi dari perjudian melalui Kriminologi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan tentu dapat terlihat
banyak hal yang peru dibenahi. Maka dapat ditentukan hal-hal yang akan menjadi
rumusan masalah yaitu :
1. Mengapa perjudian masih tetap eksis bahkan cenderung dianggap lumrah dalam
masyarakat ?
2. Bagaimanakah perjudian dianalisis dan dibahas dari sisi Kriminologi ?
3. Bagaimanakah problem solving untuk perjudian yang masih saja eksis dimasyarakat
dan cara pencegahannya?
1.3. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui bagaimana perjudian masih tetap eksis bahkan cenderung dianggap
lumrah dalam masyarakat ?
2. Untuk mengetahui bagaimanakah perjudian dianalisis dan dibahas dari sisi
Kriminologi ?
3. Untuk mengetaui bagaimanakah problem solving untuk perjudian yang masih saja
eksis dimasyarakat dan cara pencegahannya?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian (UU
No. 7 Tahun 1974) tidak ada dijelaskan secara rinci defenisi dari perjudian. Namun
dalam UU No. 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Pasal 303 ayat (3) KUHP “Yang dimaksud dengan permainan judi adalah tiap-tiap
permainan, dimana kemungkinan untuk menang pada umumnya bergantung pada
peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Dalam
pengertian permainan judi termasuk juga segala pertaruhan tentang keputusan
perlombaan atau permainan lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut
berlomba atau bermain, demikian juga segaa pertaruhan lainnya.”
Perjudian pada dasarnya adalah permainan di mana adanya pihak yang saling
bertaruh untuk memilih satu pilihan di antara beberapa pilihan dimana hanya satu
pilihan saja yang benar dan menjadi pemenang.. Pemain yang kalah taruhan akan
memberikan taruhannya kepada si pemenang. Peraturan dan jumlah taruhan
ditentukan sebelum pertandingan dimulai. Terkait dengan perjudian
banyak negara yang melarang perjudian sampai taraf tertentu, Karena perjudian
mempunyai konsekwensi sosial kurang baik, dan mengatur batas yurisdiksi paling sah
tentang undang-undang berjudi sampai taraf tertentu. Terutana beberapa negara-
negara Islam melarang perjudian dan hampir semua negara-negara mengatur itu.
Kebanyakan hukum negara tidak mengatur tentang perjudian, dan memandang
sebagai akibat konsekuensi masing-masing, dan tak dapat dilaksanakan oleh proses
yang sah sebagai undang-undang.
Perjudian dalam perspektif hukum adalah salah satu tindak pidana (delict)
yang meresahkan masyarakat. Sehubungan dengan itu, dalam Pasal 1 UU No. 7
Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian dinyatakan bahwa semua tindak pidana
perjudian sebagai kejahatan. Ancaman pidana perjudian sebenarnya cukup berat, yaitu
dengan hukuman pidana penjara paling lama 10 tahun atau pidana denda sebanyak-
banyaknya Rp. 25.000.000,00 (Dua puluh lima juta rupiah). Pasal 303 KUHP jo.
Pasal 2 UU No. 7 Tahun 1974 menyebutkan:
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau pidana
denda paling banyak dua puluh lima juta rupiah, barangsiapa tanpa mendapat ijin :
1. Dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk
permainan judi dan menjadikannya sebagai mata pencaharian, atau dengan sengaja
turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu.
2. Dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak
umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu,
dengan tidak peduli apakah untuk menggunakan kesempatan adanya sesuatu syarat
atau dipenuhinya sesuatu tata cara.
3. Menjadikan turut serta pada permainan judi sebagai pencaharian.
(2) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan
pencahariannya, maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian itu.
Namun meski sudah diatur dalam undang-undang (UU) dan dikenakan sanksi
yang berat tidak menurutkan niat subjek hukum untuk melakukan tindak pidana
perjudian ini. Seiring dengan peradaban manusia perjudian tetap berkembang. Namun
sampai saat ini belum dapat dijelaskan secara tepat kapan penjudian mulai dikenal
oleh manusia. Menurut Cohan (1964), perjudian sudah ada sejak jaman prasejarah.
Perjudian seringkali dianggap seusia dengan peradaban manusia. Dalam cerita
Mahabarata dapat diketahui bahwa Pandawa menjadi kehilangan kerajaan dan
dibuang ke hutan selama 13 tahun karena kalah dalam permainan judi melawan
Kurawa. Di dunia barat perilaku berjudi sudah dikenal sejak jaman Yunani kuno. Para
penjudi primitif adalah para dukun yang membuat ramalan ke masa depan dengan
menggunakan batu, tongkat atau tulang hewan yang dilempar ke udara dan jatuh
ditanah. Biasanya yang diramal pada masa itu adalah nasib seseorang pada masa
mendatang.
Pada saat itu nasib tersebut ditentukan oleh posisi jatuhnya batu, tongkat atau
tulang ketika mendarat ditanah. Dalam perkembangan selanjutnya posisi mendarat
tersebut dianggap sebagai suatu yang menarik untuk dipertaruhkan. Alice Hewing
(dalam Stanford & Susan, 1996) dalam bukunya Something for Nothing: A History of
Gambling mengemukakan bahwa orang-orang Mesir kuno sangat senang bertaruh
dalam suatu permainan seperti yang dimainkan oleh anak-anak pada masa kini
dimana mereka menebak jumlah jari-jari dua orang berdasarkan angka ganjil atau
genap. Orang-orang Romawi kuno menyenangi permainan melempar koin dan lotere,
yang dipelajari dari Cina. Orang Yunani Kuno juga menggunakan hal yang sama.
Selain itu, mereka juga menyenangi permainan dadu.
Pada jaman Romawi kuno permainan dadu menjadi sangat populer. Para Raja
seperti Nero dan Claudine menganggap permainan dadu sebagai bagian penting dalam
acara kerajaan. Namun permainan dadu menghilang bersamaan dengan keruntuhan
kerajaan Romawi, dan baru ditemukan kembali beberapa abad kemudian di sebuah
Benteng Arab bernama Hazart, semasa perang salib.
Setelah dadu diperkenalkan lagi di Eropa sekitar tahun 1100an oleh para bekas
serdadu perang salib, permainan dadu mulai merebak lagi. Banyak kerabat kerajaan
dari Inggris dan Perancis yang kalah bermain judi ditempat yang disebut Hazard
(mungkin diambil dari nama tempat dimana dadu tersebut diketemukan kembali).
Sampai abad ke 18, Hazard masih tetap populer bagi para raja dan pelancong dalam
berjudi.
Pada abad ke 14, permainan kartu juga mulai memasuki Eropa, dibawa oleh
para pelancong yang datang dari Cina. Kartu pertama yang dibuat di Eropa dibuat di
Italia dan berisi 78 gambar hasil lukisan yang sangat indah. Pada abad 15, Perancis
mengurangi jumlah kartu menjadi 56 dan mulai memproduksi kartu untuk seluruh
Eropa. Pada masa ini Ratu Inggris, Elizabeth I sudah memperkenalkan lotere guna
meningkatkan pendapatan negara untuk memperbaiki pelabuhan-pelabuhan.
Sedangkan untuk saat ini yang sering dipakai sebagai bahan taruha adalah
hasil akhir dari sebuah pertandingan olahraga. Olahraga yang sering dijadikan
taruahan dan menjadi lumrah hukumnya bagi para pecinta olahraga adalah sepakbola.
Bahkan sepakbola saat ini sudah dijadikan industri terutama dalam hal perjudian,
sponsor dan penjualan pemain sepakbola. Seiring dengan perkembangan teknologi
terutama internet, perjudian sepakbola dilakukan setiap hari didunia maya.
BAB III
PEMBAHASAN
Pembahasan Secara Umum
Meskipun masalah perjudian sudah diatur dalam peraturan perundang-
undangan, tetapi baik dalam KUHP maupun UU No. 7 tahun 1974 ternyata masih
mengandung beberapa kelemahan. Kelemahan ini yang memungkinkan masih adanya
celah kepada pelaku perjudian untuk melakukan perjudian. Adapun beberapa
kelemahannya adalah :
1. Perundang-undangan hanya mengatur perjudian yang dijadikan mata pencaharian,
sehingga kalau seseorang melakukan perjudian yang bukan sebagai mata pencaharian
maka dapat dijadikan celah hukum yang memungkinkan perjudian tidak dikenakan
hukuman pidana
2. Perundang-undangan hanya mengatur tentang batas maksimal hukuman, tetapi tidak
mengatur tentang batas minimal hukuman, sehingga dalam praktek peradilan, majelis
hakim seringkali dalam putusannya sangat ringan hanya beberapa bulan saja atau
malah dibebaskan
3. Pasal 303 bis ayat (1) angka 2, hanya dikenakan terhadap perjudian yang bersifat
ilegal, sedangkan perjudian yang legal atau ada izin penguasa sebagai pengecualian
sehingga tidak dapat dikenakan pidana terhadap pelakunya. Dalam praktek izin
penguasa ini sangat mungkin disalahgunakan, seperti adanya KKN (Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme) dengan pejabat yang berwenang.
Pada awalnya perjudian hanya dilakukan dalam beberapa jenis misalnya
perjudian yang sama sering dinamakan undian, lotre, lotto (atau lottery), adu dadu,
kartu, dan permainan lainnya. Namun saat ini perjudian sudah menjadi penyakit
menular dimana setiap permainan bisa diajdikan sebagai bahan untuk melakukan
perjudian. Bahkan olahraga yang menjunjung tinggi sportifitas saat ini sudah
dilegalkan menjadi bahan untuk melakukan pertaruhan.
Salah satu cabang olahraga yang menjadi bahan taruhan perjudian adalah
sepakbola. Olahraga yang merupakan olahraga terpopuler saat ini didunia ini
dijadikan sebagai bahan terpopuler. Bahkan diinternet saat ini banyak situs atau
website yang menyediakan layanan untuk melakukan taruhan sepakbola. Di Eropa hal
ini telah dilegalkan menjadi industri dalam dunia sepakbola.
Dua website atau situs yang saat ini populer di Indonesia adalah
www.livescore.com dan www.asianbookie.com .
Banyak masalah yang bisa terjadi dalam melakukan perjudian ini. Beberapa
masalah dalam perjudian antara lain :
Beberapa orang akan menjadi ketagihan. Mereka tidak dapat berhenti berjudi, dan
kehilangan banyak uang.
Kadang-kadang judi tidaklah adil, jika menang atau kalah, harus membayar
sejumlah uang dan menanggung sendiri akibatnya pihak yang menang tidak akan
peduli dengan yang kalah.
Meskipun demikian perjudian tetap saja sulit untuk diberantas, jangankan
diberantas dikurangi saja sulit, perjudian tetap eksis dimasyarakat. Memberantas
perjudian layaknya mengosongkan air laut. Meski pidananya sudah jelas dan
perjudian memang salah serta sudah dikonstruksikan sebagai tindak pidana oleh
KUHP. Ada wacana yang menyebutkan agar perjudian dilegalkan sekalian dengan
membuat pengawas yang ketat atas perjudian. Jika dikaji lebih mendalam perjudian
pada dasarnya bagian dari perikatan dan masuk pada ranah perdata.
Jika dilihat dari segi Kriminologi, dalam penanganan perjudian Kriminologi
memiliki peran besar agar memberikan seluk-beluk tentang perjudian sehingga bisa
dipakai dalam hukum pidana untuk dituangkan dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Sesuai dengan manfaat Kriminologi yaitu :
1. Salah satu dasar /latar belakang ilmu untuk profesi dan pekerja sosial dapat
menggunakan kriminologi dalam menaggulangi masalah masyarakat yang ditangani.
Dalam hal ini Kriminologi dapat dipakai sebagai cara dalam penanggulangan
perjudian. Sehingga bisa diketahaui faktor yang menyebabkan tetap saja dilakukan
oleh masyarakat.
2. Untuk menghindarkan rasa benci atau rasa simpati yang tidak positif/tidak sehat pada
pelaku kejahatan. Pandangan masyarakat yang menganggap negatif terhadap pelaku
kejahatan dalam perjudian bisa dicegah.
3. Manfaat lain baik bagi pribadi, masyarakat maupun ilmu pengetahuan sendiri.
Kriminologi memberikan masukan dalam bidang akademik terutama dalam hal
edukasi mengenai ilmu dan pengetahuan tentang perjudian.
Kejahatan menurut Kamus Bahasa Indonesia yaitu perilaku yang
bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku yang telah disahkan
oleh hukum tertulis (huku pidana). Dalam hal ini perjudian dapat digolongkan sebagai
kejahatan atau tindak pidana. Menurut Donald R Taft, kejahatan adalah perbuatan
yang melanggar hukum pidana (a crime is an act forbidden and made punishable by
law). Perjudian sudah dimasukkan dalam peraturan perundang-undangan yang sudah
diundangkan dan sudah berlaku. Sehingga jika tetap saja dilakukan maka hal tersebut
sudah merupakan kejahatan yang dapat dikenakan pidana.
Kejahatan secara praktis dalam Kriminologi adalah pelanggaran atas norma-
norma agama, kebiasaan, kesusilaan yang hidup dalam masyarakat. Kejahatan secara
religi adalah pelanggaran atas perintah Tuhan (dosa). Sedangkan kejahatan secara
yuridis yaitu setiap perbuatan ataupun kelalaian yang dilarang oleh hukum publik
untuk melindungi masyarakat dan diberi pidana oleh negara dan nyata-nyata sudah
dimasukkan dalam perundang-undangan pidana negara. Ketiga pengertian inilah yang
membuat kejahatan menurut kriminologi karena kriminologi lebih luas dari hukum
pidana.
Perjudian yang digolongkan sebagai tindak pidana kejahatan, tipe kejahatan
itu sendiri dibagi menjadi :
1. Kejahatan perorangan dengan kekerasan yang meliputi bentuk-bentuk perbuatan
kriminal seperti pembunuhan dan perkosaan
2. Kejahatan terhadap harta benda yang dilakukan sewaktu-waktu termasuk pencurian
kendaraan bermotor
3. Kejahatan yang dilakukan dalam pekerjaan dan kedudukan tertentu pada umumnya
dilakukan oleh orang berkedudukan tinggi.
4. Kejahatan politik yang meliputi pengkhianatan, spionase, sabotase dab sebagainya.
5. Kejahatan terhadap ketertiban umum
6. Kejahatan konvensional yang meliputi perampokan temasuk bentuk pencurian
dengan kekerasan dan pemberatan
7. Kejahatan terorganisasi seperti pemerasan, pelacuran, perjudian terorganisasi,
peredaran narkoba dan sebagainya
8. Kejahatan profesional yang dilakukan sebagai suatu cara hidup seseorang
Perjudian itu sendiri dapat digolongkan sebagai kejahatan konvensional karena
sampai saat ini justru menjadi kebiasaan yang sulit untuk diberantas dari kehidupan
masyarakat sehari-hari. Perkembangan dari perjudian itu sendiri saat dapat digolongkan
sebagai kejahatan terorganisasi. Karena saat ini malah dilegalkan dan dalam
pelaksanaannya sudah terorganisir, bahkan bisa juga dikategorikan sebagai kejahatan
profesional yang mana saat ini perjudian jusrtu dijalankan sebagai profesi yang menetap
yang memberikan penghasila yang menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Berdasarkan peninjauan dilapangan melalui pertanyaan dngan format berupa
angket. Dilingkungan masyarakat sehari-hari, terdapat berbagai hal yang mendorong
mengapa melakukan perjudian. Ada yang hanya sekedar iseng, menambah uang saku
bahkan untuk mata pencaharian. Ada yang melakukan dengan intensitas yang jarang,
sering bahkan ada yang melakukannya setiap. Jika dibandingkan dengan pemasukan dan
pengeluaran yang melakukan perjanjian sangat timpang. Pengeluaran untuk perjudian
cenderung lebih besar daripada pemasukannya. Tetapi hal itu tidak menjadi penghalang
bagi pelaku perjudian. Faktanya ketagihan untuk mendapat keuntungan dalam perjudian
menjadi fakor utama dalam perjudian. Kesukaan dengan dunia sepakbola hanyalah
alasan accesoir dalam melakukan perjudian.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Perjudian yang sudah ada sejak adanya peradaban manusia dan berkembang
seiring dengan perkembangan manusia. Hal ini memberikan pandangan kepada
manusia bahwa perjudian seakan-akan menjadi lumrah untuk dilaksanakan. Perjudian
bahkan cenderung dianggap sebagai tindakan konvensional yang menyebabkan
tindakan penanggulangan terhadap perjudian sulit untuk dilakukan. Kurangnya
perhatian dari aparat hukum dan pemerintah serta tidak adanya niat dari masyarakat
untuk menangani perjudian menjadi alasan utama perjudian tetap eksis dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari.
Saran
Perjudian sudah menjadi penyakit dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Bahkan masalah perjudian sudah menjadi penyakit akut masyarakat, maka perlu
upaya yang sungguh-sungguh dan sistematis, tidak hanya dari pemerintah dan aparat
penegak hukum saja, tetapi juga dari kesadaran hukum dan partisipasi masyarakat
untuk bersama-sama dan bahu membahu menanggulangi dan memberantas semua
bentuk perjudian.
Regulasi yang ada saat ini belum mampu menjawab permasalahan perjudian di
Indonesia. Pidana berat belum tentu mampu memberantas perjudian. Diperlukan mens
rea atau niat dari masyarakat yang perlu menjadi pertimbangan dalam membuat
peraturan yang benar-benar mampu menutupi ruang untuk melakukan perjudian.
Untuk itu perlu dibuat peraturan baru yang tidak hanya memberikan peran penting
kepada aparat hukum dan pemerintah dalam menangani perjudian tetapi juga peran
penting kepada masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Ayu Dewi. Tinjauan Kriminologis Terhadap Fzenomena Maraknya Perjudian Togel di Desa Bringin Kecamatan Wajak Kabupaten Malang, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, 2009.
Solahudin. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Acara Pidana, & Perdata (KUHP, KUHAP, KUHPdt), Visimedia, Jakarta, 2008.
UU No. 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
UU No. 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian
Top Related