MAKALAH
, SISTEM SARAF, DAN PANCA INDERA, DAN OTOT
DISUSUN OLEH :
NUR ISHLAH
N111 15 508
MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Anatomi dan Fisiologi Manusia tentang sistem muskular, sistem saraf,
dan panca indera.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada pihak-pihak
terkait yang telah membantu baik pada saat penulisan laporan.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan ini
Makassar, November 2015
NUR ISHLAH
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Bab Ii Pembahasan
1.1 Sistem Saraf
1.2 Penyusun System Saraf
1.3 Fungsinsistem Saraf
1.4 Klasisfikasi System Saraf
1.5 Sistem Saraf Pusat
1.6 Kelainan Pada System Saraf
2.1 Indera Penglihat (Mata)
2.2 Indera Pendengar (Telinga)
2.3 Indera Peraba (Kulit)
2.4 Indera Perasa (Lidah)
2.5 Indera Pembau (Hidung)
3.1 Pengertian Otot
3.2 Jenis Jenis Dan Struktur Otot
3.3 Mekanisme Terjadinya Gerak Pada Otot
3.4 Kelainan Kelainan Pada Otot
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk mempelajari dan mengetahui perubahan yang terjadi pada tubuh
manusia kita harus terlebih dahulu mengetahui struktur dan fungsi tiap alat dari
susunan tubuh manusia yang sehat dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan
tentang anatomi dan fisiologi tubuh manusia merupakan dasar yang penting untuk
mengenali dan mengerti cara kerja organ-organ tubuh manusia sebagai satu
kesatuan individu. Termasuk didalamnya sistem muskulus, sistem saraf , dan
panca indera.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem muskulus?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem saraf?
3. Bagaimana anatomi dan fisiologi panca indera?
4. Apa yang dimaksud dengan otot
5. Apa saja jenis jeis dan struktur otot
6. Fungsi otot
7. Bagaimana mekanisme terjadinya gerakan otot
8. Apa saja kelainan kelainan pada otot
A. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi system saraf
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi panca indera
3. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi otot
BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Pengertian Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri dari berjuta-juta sel saraf yang bentuknya bervariasi.
Sistem ini terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf adalah
salah satu sistem koordinasi yang berfungsi untuk menyampaikan rangsangan dari
reseptor yang akan dideteksi dan direspon oleh tubuh.
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf yang sering disebut dengan neuron .
berfungsi dalam mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsangan ataupun
tanggapan. Untuk menanggapi rangsangan tersebut, ada 3 komponen yang harus
dimiliki oleh sistem saraf, antara lain:
Reseptor
Reseptor adalah sel yang memberikan respon terhadap ransangan terhadap
lingkungan eksternal maupun internal kemudian reseptor akan mengubah
rangsangan yang diterima menjadi suatu impuls saraf yang akan di teruskan
melalui neuron. Pada tubuh kita yang bertindak sebagai reseptor adalah alat
indera.
Penghantar impuls
Penghantar impuls dikerjakan oleh saraf itu sendiri tanpa bantuan organ –
organ lain. Saraf tersusun dari berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut
penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan meluas.
Efektor
Efektor adalah sel atau organ yang di gunakan untuk beraksi terhadap
rangsangan baik dari dalam maupun dari luar tubuh dapat diartikan sebagai bagian
yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar impuls.
Bagian utama efektor pada manusia adalah otot dan kelenjar.
1.2 Penyusun Sistem Saraf
Sistem saraf tersusun atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron
merupakan unit struktural dan fungsional dari sistem saraf. Neuron memiliki
kemampuan mersepon rangsangan yang cukup kuat. Neuron tidak bisa mengalami
pembelahan sehingga tidak dapat diganti jika sudah rusak. Neuron bersatu
membentuk jaringan untuk mengantarkan suatu impuls (rangsangan).
a. Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya, satu sel saraf terdiri dari badan sel, dendrit, dan
akson.
1) Badan Sel
Badan sel saraf adalah bagian yang terbesar dari sel saraf. Badan sel dapat
berfungsi sebagai penerima rangsangan dari dendrit dan kemudian diteruskannya
menuju ke akson. Pada badan sel saraf terdapar inti sel, sitoplasma, mitokondria,
sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan nisel.
2) Dendrit
Dendrit merupakan serabut sel saraf pendek, bercabang-cabang dan
perluasan dari badan sel. Dendrit memiliki fungsi sebagai penerima dan
pengantarkan rangsangan ke badan sel. Dendrit mengandung badan Nissl dan
organel. Pada umumnya neuron terdiri dari beberapa dendrite. Dendrit tidak
mengandung selubung myelin maupun neurolema.
3) Akson
Akson sering disebut juga neurit. Bagian ini merupakan tonjolan
sitoplasma yang panjang dan berfungsi untuk meneruskan impuls saraf yang
berupa informasi berita dari badan sel. Akson memiliki bagian-bagian yang
spesifik ,yaitu sebagai berikut:
Neurofibril
Neurofibril merupakan bagian terdalam dari akson yang berupa serabut-
serabut halus.Bagian-bagian inilah yang memilik tugas pokok untuk meneruskan
impuls.
Selubung Mielin
Bagian ini tersusun oleh sel-sel pipih yang disebut schwan. Selubung
mielin merupakan bagian paling luar dari akson yang berfungsi untuk melindungi
akson. Selain itu, bagian ini pulalah yang memberikan nutrisi dan bahan-bahan
yang diperlukan untuk mempertahankan kegiatan dari akson.
Nodus Ranvier
Nodus ranvier merupakan bagian akson yang menyempit dan tidak dilapisi
selubung mielin. Bagian ini tersusun dari sel-sel pipih. Dengan bagian ini, terlihat
bagian akson tampak berbuku-buku. Agar lebih dapat memahami tentang struktur
dan bentuk neuron.
4) Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan dendrit bergabung dalam satu
selubung dan membentuk urat saraf.Sedangkan badan sel saraf berkumpul
membentuk ganglion atau simpul saraf.
b. Berdasarkan Struktur dan Fungsinya
Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3
macam, yaitu sel saraf sensori, sel saraf motor, dan sel saraf intermediet (asosiasi).
1) Sel saraf sensori
Sel saraf sensori merupakan neuron yang badan selnya bergerombol
membentuk ganglia, aksonnya pendek tetapi dendritnya panjang. Neuron sensorik
berhubungan dengan alat indra untuk menerima rangsangan. Fungsi sel saraf
sensori sebagai penghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak
(ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf
sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).
2) Sel saraf motorik
Sel saraf motorik merupakan neuron yang memiliki dendrit yang pendek
dan akson yang panjang. Dendrit berhubungan dengan akson lain, sedangkan
akson berhubungan dengan efektor yang berupa otot atau kelenjar. Fungsi sel
saraf motor sebagai pengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar
yang hasilnya berupa tanggapan dari tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf
motor berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan
dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.
3) Sel saraf intermediet (Neuron konektor)
Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat
ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf
motor dengan sel saraf sensori atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang
ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf intermediet menerima impuls dari
reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya.
1.3 Fungsi Sistem Saraf
1) Menerima berbagai sensasi dari dalam dan luar tubuh.
2) Bereaksi pada sensasi tersebut, menghadapinya secara otomatis atau merasakan
dan memikirkannya.
3) Menyimpan memori dan melepaskannya bila dibutuhkan.
4) Mengekspresikan emosi.
5) Mengirimkan pesan untuk bagiab sistem saraf lain, untuk otot, kelenjar
endokrin dan organ lain.
6) Mengontrol tubuh dengan mempertahankan kesehatan, menghindari atau
menghadapi bahaya, dan meningkatkan aktivitas yang menyenangkan.
1.4 Klasifikasi Sistem Saraf
Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem
saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang.
Sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf
otonom.
1. Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang
(Medula spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi
yang sangat penting maka perlu perlindungan dari rangka.
a. Otak
Otak terdiri dari dua belahan, belahan kiri mengendalikan tubuh bagian
kanan, belahan kanan mengendalikan belahan kiri.Mempunyai permukaan yang
berlipat-lipat untuk memperluas permukaan sehingga dapat ditempati oleh banyak
saraf.Otak juga sebagai pusat penglihatan, pendengaran, kecerdasan, ingatan,
kesadaran, dan kemauan.Bagian dalamnya berwarna putih berisi serabut saraf,
bagian luarnya berwarna kelabu berisi banyak badan sel saraf. Otak terdiri dari 3
bagian, yaitu
1) Otak depan (Prosoncephalon)
Otak depan berkembang menjadi telencephalon dan diencephalon.
Telencephalon berkembang menjadi otak besar (Cerebrum).Diencephalon
berkembang menjadi thalamus, hipotamus.
Otak besar (Cerebrum)
Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental,
yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori),
kesadaran, dan pertimbangan.Otak besar merupakan sumber dari semua
kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa
gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna kelabu
terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang
area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan.
Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik.
Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat
kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah
bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian
depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara,
kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.
thalamus terdiri dari sejumlah pusat syaraf dan berfungsi sebagai “tempat
penerimaan untuk sementara” sensor data dan sinyal-sinyal motorik, contohnya
untuk pengiriman data dari mata dan telinga menuju bagian yang tepat dalam
korteks.
hypothalamus berfungsi untuk mengatur nafsu makan dan syahwat dan mengatur
kepentingan biologis lainnya.
2) Otak tengah (Mesencephalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak
tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-
kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang
mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat
pendengaran.Otak tengah tidak berkembang dan tetap menjadi otak tengah.
3) Otak belakang (Rhombencephalon)
Otak belakang berkembang menjadi metencephalon dan
mielencephalon.Metencephalon berkembang menjadi cerebellum dan pons
varolli.Sedangkan mielencephalon berkembang menjadi medulla oblongata.
Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi
secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh.Bila ada rangsangan yang
merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin
dilaksanakan.
b. Sumsum tulang belakang (medula spinalis)
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar
berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna
kelabu.Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti
sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut
tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang
belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang
belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat
badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari
sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motorik.
1.. Sistem Saraf Perifer
Sistem saraf perifer adalah saraf-saraf yang berada di luar sistem saraf
pusat (otak dan sumsum ulang belakang). Sistem saraf perifer merupakan saraf
yang menyebar pada seluruh bagian tubuh yang melayani organ-organ tubuh
tertentu,seperti kulit, persendian, otot, kelenjar, saluran darah dan lain-lain. Tidak
seperti sistem saraf pusat, sistem saraf perifer tidak dilindungi tulang.Sistem saraf
perifer disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari
otak, dan saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal), yaitu saraf-saraf yang
keluar dari sumsum tulang belakang.
2. Saraf Volunter/Somatik (disadari)
Yaitu sistem saraf yang mengatur segala gerakan yang dilakukan secara
sadar atau dibawah koordinasi saraf pusat atau otak. Berdasarkan asalnya sistem
saraf sadar dibedakan menjadi dua yaitu: sistem saraf kepala (cranial) dan sistem
saraf tulang belakang (spinal).
3. Sistem Saraf Involunter/Otonom (Tidak Disadari)
Sistem saraf otonom mempunyai peran dalam mengendalikan tubuh yang
tidak kita sadari, seperti denyut jantung, gerakan-gerakan pada saluran
pencernaan, sekresi enzim dan keringat.
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik.Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak
pada posisi ganglion.Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di
sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga
mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai
urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang
dibantu.Sistem saraf simpatetik dan parasimpatetik mempunyai efek yang
berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatetik : memperlambat denyut
jantung, menurunkan tekanan darah mempercepat gerakan-gerakan usus serta
sekresi kelenjar. Sementara sistem saraf simpatetik kebalikannya.
Parasimpatik
• mengecilkan pupil
• menstimulasi aliran ludah
• memperlambat denyut jantung
• membesarkan bronkus
• menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan
• mengerutkan kantung kemih
Simpatik
• memperbesar pupil
• menghambat aliran ludah
• mempercepat denyut jantung
• mengecilkan bronkus
• menghambat sekresi kelenjar pencernaan
• menghambat kontraksi kandung kemiH.
1.6 Kelainan pada Sistem Saraf
1. Stroke adalah kerusakan otak akibat tersumbatnya atau pecahnya pembuluh
darah otak.
2.. Migrain, adalah nyeri kepala berdenyut yang disertai mual dan muntah yang
terjadi akibat adanya hiperaktivitas impuls listrik otak yang meningkatkan aliran
darah di otak dan mengakibatkan terjadinya pelebaran pembuluh darah otak serta
proses inflamasi (peradangan).
3. Transeksi , kerusakan atau seluruh segmen tertentu dari medula spinalis.
Misalnya karena jatuh, tertembak yang disertai dengan hancurnya tulang
belakang.
4. Neurasthonia, (lemah saraf) , penyakit ini ada karena pembawaan lahir, terlalu
berat penderitanya, rohani terlalu lemah atau karena penyakit keracunan.
5. Neuritis, radang saraf yang terjadi karena pengaruh fisis seperti patah tulang,
tekanan pukulan, dan dapat pula karena racun atau defisiensi vitamin B1, B6,
B12.
PANCA INDERA
2.1 Indera Penglihat (Mata)
Mata mempunyai reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan
warna. Sesungguhnya yang disebut mata bukanlah hanya bola mata, tetapi
termasuk otot-otot penggerak bola mata, kotak mata (rongga tempat mata berada),
kelopak, dan bulu mata.
a. Bagian-bagian mata:
1. Bola mata
Bola mata dikelilingi oleh tiga lapis dinding. Ketiga lapis dinding ini, dari
luar ke dalam adalah sebagai berikut:
Sklera, merupakan jaringan ikat dengan serat yang kuat, berwarna
putih buram (tidak tembus cahaya), kecuali di bagian depan bersifat
transparan yang disebut kornea. Konjungtiva adalah lapisan transparan
yang melapisi kornea dan kelopak mata. Lapisan ini berfungsi
melindungi bola mata dari gangguan.
Koroid, berwarna coklat kehitaman sampai hitam. Koroid merupakan
lapisan yang berisi banyak pembuluh darah yang memberi nutrisi dan
oksigen terutama untuk retina. Warna gelap pada koroid berfungsi
untuk mencegah refleksi (pemantulan sinar). Di bagian depan, koroid
membentuk badan siliaris yang berlanjut ke depan membentuk iris
yang berwarna. Di bagian depan iris bercelah membentuk pupil (anak
mata). Melalui pupil sinar masuk. Iris berfungsi sebagai diafragma,
yaitu pengontrol ukuran pupil untuk mengatur sinar yang masuk.
Badan siliaris membentuk ligamentum yang berfungsi mengikat lensa
mata. Kontraksi dan relaksasi dari otot badan siliaris akan mengatur
cembung pipihnya lensa.
Retina, merupakan lapisan yang peka terhadap sinar. Pada seluruh
bagian retina berhubungan dengan badan sel-sel saraf yang serabutnya
membentuk urat saraf optik yang memanjang sampai ke otak. Bagian
yang dilewati urat saraf optik tidak peka terhadap sinar dan daerah ini
disebut bintik buta.
Adanya lensa dan ligamentum pengikatnya menyebabkan rongga
bola mata terbagi dua, yaitu bagian depan yang terletak di depan lensa
berisi carian yang disebut aqueous humor, dan bagian belakang yang
terletak di belakang lensa berisi vitreous humor. Kedua cairan tersebut
berfungsi menjaga lensa agar selalu dalam bentuk yang benar.
2. Kotak mata
Kotak mata pada tengkorak berfungsi melindungi bola mata dari
kerusakan. Selaput transparan yang melapisi kornea dan bagian dalam
kelopak mata disebut konjungtiva. Selaput ini peka terhadap iritasi.
3. Otot mata
Ada enam otot mata yang berfungsi memegang sklera. Empat di antaranya
disebut otot rektus (rektus inferior, rektus superior, rektus eksternal, dan
rektus internal). Otot rektus berfungsi menggerakkan bola mata ke kanan,
ke kiri, ke atas, dan ke bawah. Dua lainnya adalah otot obliq atas
(superior) dan otot obliq bawah (inferior).
b. Cara kerja mata
Cara kerja mata manusia pada dasarnya sama dengan cara kerja kamera,
kecuali cara mengubah fokus lensa. Sinar yang masuk ke mata sebelum sampai di
retina mengalami pembiasan lima kali yaitu waktu melalui konjungtiva, kornea,
aqueus humor, lensa, dan vitreous humor. Pembiasan terbesar terjadi di kornea.
Bagi mata normal, bayang-bayang benda akan jatuh pada bintik kuning, yaitu
bagian yang paling peka terhadap sinar.
Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konus) dan
sel batang (sel basilus). Sel konus berisi pigmen lembayung dan sel batang berisi
pigmen ungu. Kedua macam pigmen akan terurai bila terkena sinar, terutama
pigmen ungu yang terdapat pada sel batang. Oleh karena itu, pigmen pada sel
basilus berfungsi untuk situasi kurang terang, sedangkan pigmen dari sel konus
berfungsi lebih pada suasana terang yaitu untuk membedakan warna, makin ke
tengah maka jumlah sel batang makin berkurang sehingga di daerah bintik kuning
hanya ada sel konus saja.
Pigmen ungu yang terdapat pada sel basilus disebut rodopsin, yaitu suatu
senyawa protein dan vitamin A. Apabila terkena sinar, misalnya sinar matahari,
maka rodopsin akan terurai menjadi protein dan vitamin A. Pembentukan kembali
pigmen terjadi dalam keadaan gelap. Untuk pembentukan kembali memerlukan
waktu yang disebut adaptasi gelap (disebut juga adaptasi rodopsin). Pada waktu
adaptasi, mata sulit untuk melihat.
Pigmen lembayung dari sel konus merupakan senyawa iodopsin yang
merupakan gabungan antara retinin dan opsin. Ada tiga macam sel konus, yaitu
sel yang peka terhadap warna merah, hijau, dan biru. Dengan ketiga macam sel
konus tersebut, mata dapat menangkap spektrum warna. Kerusakan salah satu sel
konus akan menyebabkan buta warna.
Jarak terdekat yang dapat dilihat dengan jelas disebut titik dekat (punctum
proximum). Jarak terjauh saat benda tampak jelas tanpa kontraksi disebut titik
jauh (punctum remotum). Jika kita sangat dekat dengan obyek maka cahaya yang
masuk ke mata tampak seperti kerucut, sedangkan jika kita sangat jauh dari
obyek, maka sudut kerucut cahaya yang masuk sangat kecil sehingga sinar tampak
paralel. Baik sinar dari obyek yang jauh maupun yang dekat harus direfraksikan
(dibiaskan) untuk menghasilkan titik yang tajam pada retina agar obyek terlihat
jelas. Pembiasan cahaya untuk menghasilkan penglihatan yang jelas disebut
pemfokusan.
c. Kelainan pada mata
1. Presbiopi
Presbiopi adalah penyakit mata karena proses penuaan, disebut juga mata
tua. Pada anak-anak, titik dekat mata bisa sangat pendek, kira-kira 9 cm
untuk anak umur 11 tahun. Makin tua, jarak titik dekat makin panjang.
Sekitar umur 40-50 tahun terjadi perubahan yang menyolok, yaitu titik
dekat mata sampai 50 cm, oleh karena itu memerlukan pertolongan kaca
mata untuk membaca berupa kaca mata cembung (positif). Hal ini
disebabkan karena elastisitas lensa berkurang. Penderita presbiopi dapat
dibantu dengan lensa rangkap.
2. Hipermetropi
Hipermetropi atau mata jauh dapat terjadi pada anak-anak. Hipermetropi
disebabkan bola mata terlalu pendek sehingga bayang-bayang jatuh di
belakang retina. Penderita hipermetropi ini tidak dapat melihat benda yang
dekat atau biasa disebut rabun dekat.
3. Miopi
Miopi atau mata dekat adalah cacat mata yang disebabkan oleh bola mata
terlalu panjang sehingga bayang-bayang dari benda yang jaraknya jauh
akan jatuh di depan retina. Pada penderita miopi ini orang tidak dapat
melihat benda yang jauh biasa disebut rabun jauh, mereka hanya dapat
melihat benda yang jaraknya dekat. Untuk cacat seperti ini orang dapat
ditolong dengan lensa cekung (negatif). Miopi biasa terjadi pada anak-
anak.
4. Astigmatisma
Astigmatisma merupakan kelainan yang disebabkan bola mata atau
permukaan lensa mata mempunyai kelengkungan yang tidak sama,
sehingga fokusnya tidak sama, akibatnya bayang-bayang jatuh tidak pada
tempat yang sama. Untuk menolong orang yang cacat seperti ini dibuat
lensa silindris, yaitu yang mempunyai beberapa fokus.
5. Katarak
Katarak adalah cacat mata, yaitu buramnya dan berkurang elastisitasnya
lensa mata. Hal ini terjadi karena adanya pengapuran pada lensa. Pada
orang yang terkena katarak pandangan menjadi kabur dan daya akomodasi
berkurang.
2.2 Indera Pendengar (Telinga)
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi/mengenal
suara dan juga banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Suara
adalah bentuk energi yang bergerak melewati udara, air, atau benda lainnya,
dalam sebuah gelombang. Walaupun telinga yang mendeteksi suara, fungsi
pengenalan dan interpretasi dilakukan di otak dan sistem saraf pusat. Rangsangan
suara disampaikan ke otak melalui saraf yang menyambungkan telinga dan otak
(nervus vestibulokoklearis).
Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar,
telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar berfungsi menangkap getaran
bunyi, dan telinga tengah meneruskan getaran dari telinga luar ke telinga dalam.
Reseptor yang ada pada telinga dalam akan menerima rangsang bunyi dan
mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah.
a. Bagian-bagian telinga
1. Telinga luar
Telinga luar meliputi daun telinga (pinna), liang telinga (meatus auditorius
eksternus), dan saluran telinga luar. Bagian daun telinga berfungsi untuk
membantu mengarahkan suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju
gendang telinga. Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar
berfungsi untuk menangkap suara dan bagian terpenting adalah liang
telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan tulang rawan yang dilapisi
kulit tipis. Di dalam saluran ini terdapat banyak kelenjar yang
menghasilkan zat seperti lilin yang disebut serumen atau kotoran telinga.
Bagian saluran yang memproduksi sedikit serumen yang memiliki rambut.
Pada ujung saluran terdapat gendang telinga yang meneruskan suara ke
telinga dalam.
Daun telinga manusia mempunyai bentuk yang khas, tetapi bentuk ini
kurang mendukung fungsinya sebagai penangkap dan pengumpul getaran
suara. Bentuk daun telinga yang sangat sesuai dengan fungsinya adalah
daun telinga pada anjing dan kucing, yaitu tegak dan membentuk saluran
menuju gendang telinga.
2. Telinga tengah
Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk menjaga tekanan
udara agar seimbang. Telinga tengah meliputi gendang telinga, 3 tulang
pendengaran yaitu martir (malleus) menempel pada gendang telinga,
tulang landasan (incus), kedua tulang ini terikat erat oleh ligamentum
sehingga mereka bergerak sebagai satu tulang, dan tulang sanggurdi
(stapes) yang berhubungan dengan jendela oval. Muara tuba eustachi yang
menghubungkan ke faring juga berada di telinga tengah. Getaran suara
yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ke tulang
pendengaran. Masing-masing tulang pendengaran akan menyampaikan
getaran ke tulang berikutnya. Tulang sanggurdi yang merupakan tulang
terkecil di tubuh meneruskan getaran ke koklea atau rumah siput.
3. Telinga dalam
Bagian ini mempunyai susunan yang rumit, terdiri dari labirin tulang dan
labirin membran. Ada lima bagian utama dari labirin membran, yaitu:
Tiga saluran setengah lingkaran
Ampula
Utrikulus
Sakulus
Koklea atau rumah siput
Koklea mengandung organ Korti untuk pendengaran. Koklea
terdiri dari tiga saluran yang sejajar, yaitu: saluran vestibulum yang
berhubungan dengan jendela oval, saluran tengah dan saluran timpani
yang berhubungan dengan jendela bundar, dan saluran (kanal) yang
dipisahkan satu dengan lainnya oleh membran. Di antara saluran
vestibulum dengan saluran tengah terdapat membran Reissner, sedangkan
di antara saluran tengah dengan saluran timpani terdapat membran basiler.
Dalam saluran tengah terdapat suatu tonjolan yang dikenal sebagai
membran tektorial yang paralel dengan membran basiler dan ada di
sepanjang koklea. Sel sensori untuk mendengar tersebar di permukaan
membran basiler dan ujungnya berhadapan dengan membran tektorial.
Dasar dari sel pendengar terletak pada membran basiler dan berhubungan
dengan serabut saraf yang bergabung membentuk saraf pendengar. Bagian
yang peka terhadap rangsang bunyi ini disebut organ korti.
b. Cara kerja telinga
Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan
gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela
oval. Getaran Struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang
ada di dalam saluran vestibulum. Getaran cairan tadi akan menggerakkan
membran Reissmer dan menggetarkan cairan limfa dalam saluran tengah.
Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan
membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran
timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela
bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan selaput-selaput
basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika
rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah rangsangan (impuls).
Getaran membran tektorial dan membran basiler akan menekan sel sensori pada
organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat
pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran.
c. Susunan dan cara kerja alat keseimbangan
Bagian dari alat vestibulum atau alat keseimbangan berupa tiga saluran
setengah lingkaran yang dilengkapi dengan organ ampula (kristal) dan organ
keseimbangan yang ada di dalam utrikulus clan sakulus. Ujung dari setup saluran
setengah lingkaran membesar dan disebut ampula yang berisi reseptor, sedangkan
pangkalnya berhubungan dengan utrikulus yang menuju ke sakulus. Utrikulus
maupun sakulus berisi reseptor keseimbangan. Alat keseimbangan yang ada di
dalam ampula terdiri dari kelompok sel saraf sensori yang mempunyai rambut
dalam tudung gelatin yang berbentuk kubah. Alat ini disebut kupula. Saluran
semisirkular (saluran setengah lingkaran) peka terhadap gerakan kepala. Alat
keseimbangan di dalam utrikulus dan sakulus terdiri dari sekelompok sel saraf
yang ujungnya berupa rambut bebas yang melekat pada otolith, yaitu butiran
natrium karbonat. Posisi kepala mengakibatkan desakan otolith pada rambut yang
menimbulkan impuls yang akan dikirim ke otak.
d. Kelainan pada telinga
Telinga merupakan salah satu organ yang penting. Sebagai organ tubuh
yang lemah, telinga bisa mengalami kelainan maupun terserang penyakit. Berikut
beberapa penyakit yang ada pada telinga:
1. Tuli
Tuli adalah ketidakmampuan telinga untuk mendengarkan bunyi atau
suara. Tuli dapat disebabkan oleh adanya kerusakan pada gendang telinga,
tersumbatnya ruang telinga, atau rusaknya saraf pendengaran. Pada orang
yang telah berusia lanjut, ketulian biasanya disebabkan oleh kakunya
gendang telinga dan kurang baiknya hubungan antar tulang pendengaran.
2. Congek
Congek adalah penyakit telinga yang biasanya disebabkan oleh infeksi
pada bagian telinga yang tersembunyi di tengah-tengah. Infeksi ini
disebabkan oleh bakteri.
3. Otitis eksterna
Otitis eksterna adalah suatu infeksi pada saluran telinga. Infeksi ini bisa
menyerang seluruh saluran (otitis eksterna generalisata) atau hanya pada
daerah tertentu sebagai bisul (furunkel). Otitis eksterna seringkali disebut
sebagai telinga perenang (swimmer's ear).
4. Perikondritis
Perikondritis adalah suatu infeksi pada tulang rawan (kartilago) telinga
luar. Perikondritis bisa terjadi akibat cedera, gigitan serangga dan
pemecahan bisul dengan sengaja. Nanah akan terkumpul diantara
kartilago dan lapisan jaringan ikat di sekitarnya (perikondrium). Kadang
nanah menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago, dan
menyebabkan kerusakan pada kartilago dan pada akhirnya menyebabkan
kelainan bentuk telinga. Meskipun bersifat merusak dan menahun, tetapi
perikondritis cenderung hanya menyebabkan gejala-gejala yang ringan.
5. Eksim
Eksim pada telinga merupakan suatu peradangan kulit pada telinga luar
dan saluran telinga, yang ditandai dengan gatal-gatal, kemerahan,
pengelupasan kulit, kulit yang pecah-pecah serta keluarnya cairan dari
telinga. Keadaan ini bisa menyebabkan infeksi pada telinga luar dan
saluran telinga.
2.3 .Indera Peraba (Kulit)
Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk
sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya
menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada
di dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas,
ujung reseptornya terletak di dekat epidermis. Kulit berfungsi sebagai alat
pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang.
a. Bagian-bagian kulit
Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam atau
lapisan dermis. Pada lapisan epidermis tidak terdapat pembuluh darah dan sel
saraf. Epidermis tersusun atas empat lapis sel yaitu:
Stratum germinativum berfungsi membentuk lapisan di sebelah atasnya.
Stratum granulosum yang berisi sedikit keratin yang menyebabkan kulit
menjadi keras dan kering. Selain itu sel-sel dari lapisan granulosum
umumnya menghasilkan pigmen hitam (melanin). Kandungan melanin
menentukan derajat warna kulit, kehitaman, atau kecoklatan.
Stratum lusidum merupakan lapisan yang transparan.
Stratum korneum merupakan lapisan yang paling luar.
Penyusun utama dari bagian dermis adalah jaringan penyokong yang
terdiri dari serat yang berwarna putih dan serat yang berwarna kuning. Serat
kuning bersifat elastis/lentur, sehingga kulit dapat mengembang.
Stratum germinativum mengadakan pertumbuhan ke daerah dermis
membentuk kelenjar keringat dan akar rambut. Akar rambut berhubungan dengan
pembuluh darah yang membawakan makanan dan oksigen, selain itu juga
berhubungan dengan serabut saraf. Pada setiap pangkal akar rambut melekat otot
penggerak rambut. Pada waktu dingin atau merasa takut, otot rambut mengerut
dan rambut menjadi tegak. Di sebelah dalam dermis terdapat timbunan lemak
yang berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi bagian dalam tubuh dari
kerusakan mekanik.
b. Cara Kerja Kulit
Rangsang yang dapat diterima kulit berupa sentuhan panas, dingin,
tekanan, dan nyeri. Ketika kulit menerima rangsang, rangsang tersebut diterima
oleh sel-sel reseptor. Selanjutnya, rangsang akan diteruskan ke otak melalui urat
saraf. Oleh otak, rangsang akan diolah. Akibatnya, kita merasakan adanya suatu
rangsang. Otak pun memerintahkan tubuh untuk menanggapi rangsang tersebut.
c. Kelainan pada kulit
Kulit merupakan bagian tubuh terluar sehingga selalu berhubungan dengan
lingkungan sekitar. Oleh karena itu, kulit mudah terluka serta terserang jamur dan
bibit penyakit lainnya. Beberapa penyakit kulit yang sering kita temui yaitu:
1. Jerawat. Jerawat mudah menyerang kulit wajah, leher, punggung, dan
dada. Penyakit ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon dan kulit yang
kotor. Anak-anak yang memasuki masa remaja serta orang-orang yang
memiiki jenis kulit berminyak sangat rentan terhadap jerawat.
2. Panu. Panu disebabkan oleh jamur yang menempel di kulit. Panu tampak
sebagai bercak atau bulatan putih di kulit dan disertai rasa gatal. Panu
timbul karena penderita tidak menjaga kebersihan kulit.
3. Kadas. Kadas nampak di kulit sebagai bulatan putih bersisik. Pada setiap
bulatan terdapat garis tepi yang jelas dengan kulit yang tidak terkena.
Kadas juga menyebabkan rasa gatal. Penyakit ini disebabkan oleh jamur.
4. Skabies. Skabies disebut pula “seven-year itch”. Penyakit tersebut
disebabkan oleh parasit insekta yang sangat kecil (Sarvoptes scabies) dan
dapat menular pada orang lain.
5. Eksim. Eksim merupakan penyakit kulit yang akut atau kronis. Penyakit
tersebut menyebabkan kulit menjadi kering, kemerah-merahan, gatal-gatal,
dan bersisik
2.4 Indera Pengecap (Lidah)
Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat
membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal
sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap.
Menggunakan lidah, kita dapat membedakan bermacam-macam rasa. Lidah juga
turut membantu dalam tindakan bicara
Permukaan atas lidah penuh dengan tonjolan (papila). Tonjolan itu dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam bentuk, yaitu bentuk benang, bentuk dataran
yang dikelilingi parit-parit, dan bentuk jamur. Tunas pengecap terdapat pada parit-
parit papila bentuk dataran, di bagian samping dari papila berbentuk jamur, dan di
permukaan papila berbentuk benang.
a. Bagian-bagian lidah
Sebagian besar lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang
hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang pelipis.
Terdapat dua jenis otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik. Lidah
memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut papila.
Terdapat tiga jenis papila yaitu:
1. Papila filiformis berbentuk seperti benang halus.
2. Papila sirkumvalata berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V di belakang
lidah.
3. Papila fungiformis berbentuk seperti jamur.
Gambar Struktur lidah dan pembagian daerah perasanya
Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada di pinggir papila, terdiri
dari dua sel yaitu sel penyokong dan sel pengecap. Sel pengecap berfungsi sebagai
reseptor, sedangkan sel penyokong berfungsi untuk menopang. Bagian-bagian
lidah:
1. Bagian depan lidah, fungsinya untuk mengecap rasa manis.
2. Bagian pinggir lidah, fungsinya untuk mengecap rasa asin dan asam.
3. Bagian belakang/pangkal, fungsinya untuk mengecap rasa pahit.
Lidah memiliki kelenjar ludah, yang menghasilkan air ludah dan enzim
amilase (ptialin). Enzim ini berfungsi mengubah zat tepung (amilum) menjadi zat
gula. Letak kelenjar ludah yaitu: kelenjar ludah atas terdapat di belakang telinga,
dan kelenjar ludah bawah terdapat di bagian bawah lidah.
b. Cara Kerja Lidah
Makanan atau minuman yang telah berupa larutan di dalam mulut akan
merangsang ujung-ujung saraf pengecap. Oleh saraf pengecap, rangsangan rasa ini
diteruskan ke pusat saraf pengecap di otak. Selanjutnya, otak menanggapi
rangsang tersebut sehingga kita dapat merasakan rasa suatu jenis makanan atau
minuman.
c. Kelaianan pada lidah
1. Oral candidosis. Penyebabnya adalah jamur yang disebut candida
albicans.. gejalanya yaitu lidah akan tampak tertutup lapisan putih yang
dapat dikerok.
2. Atropic glossitis. Lidah akan terlihat licin dan mengkilat baik seluruh
bagian lidah maupun hanya sebagian kecil. Penyebab yang paling sering
biasanya adalah kekurangan zat besi. Jadi banyak ditemukan pada
penderita anemia.
3. Geografic tongue. Gejalanya yaitu lidah seperti peta, berpulau-pulau.
Bagian pulau itu berwarna merah dan lebih licin dan bila parah akan
dikelilingi pita putih tebal.
4. Fissured tongue. Gejalanya yaitu lidah akan terlihat pecah-pecah.
5. Glossopyrosis. Kelainan ini berupa keluhan pada lidah dimana lidah
terasa sakit dan panas dan terbakar tetapi tidak ditemukan gejala apapun
dalam pemeriksaan. Hal ini lebih banyak disebabkan karena psikosomatis
dibandingkan dengan kelainan pada syaraf.
2.5 Indera Pembau (Hidung)
Saat manusia baru lahir indera penciumannya lebih kuat dari manusia
dewasa, karena dengan indera ini bayi dapat mengenali ibunya. Indera penciuman
manusia dapat mendeteksi 2000 - 4000 bau yang berbeda. Indera pembau manusia
berupa kemoreseptor yang terdapat di permukaan dalam hidung, yaitu pada
lapisan lendir bagian atas. Reseptor pencium tidak bergerombol seperti tunas
pengecap.
Gambar Struktur indera pembau
a. Bagian-bagian hidung
Hidung manusia di bagi menjadi dua bagian rongga yang sama besar yang
di sebut dengan nostril. Dinding pemisah di sebut dengan septum, septum terbuat
dari tulang yang sangat tipis. Rongga hidung di lapisi dengan rambut dan
membran yang mensekresi lendir lengket.
1. Rongga hidung (nasal cavity) berfungsi untuk mengalirkan udara dari
luar ke tenggorokan menuju paru paru. Rongga hidung ini di hubungkan
dengan bagian belakang tenggorokan. Rongga hidung di pisahkan oleh
langit-langit mulut kita yang di sebut dengan palate. Di rongga hidung
bagian atas terdapat sel-sel reseptor atau ujung- ujung saraf pembau.
Ujung-ujung saraf pembau ini timbul bersama dengan rambut-rambut
halus pada selaput lendir yang berada di dalam rongga hidung bagian atas.
dapat membau dengan baik.
2. Mucous membrane, berfungsi menghangatkan udara dan
melembabkannya. Bagian ini membuat mucus (lendir atau ingus) yang
berguna untuk menangkap debu, bakteri, dan partikel-partikel kecil
lainnya yang dapat merusak paru-paru.
b. Cara kerja hidung
Indera penciuman mendeteksi zat yang melepaskan molekul-molekul di
udara. Di atap rongga hidung terdapat olfactory epithelium yang sangat sensitif
terhadap molekul-molekul bau, karena pada bagian ini ada bagian pendeteksi bau
(smell receptors). Reseptor ini jumlahnya sangat banyak ada sekitar 10 juta.
Ketika partikel bau tertangkap oleh reseptor, sinyal akan di kirim ke the olfactory
bulb melalui saraf olfactory. Bagian inilah yang mengirim sinyal ke otak dan
kemudian di proses oleh otak, bau apakah yang telah tercium oleh hidung kita,
apakah itu harumnya bau sate padang atau menyengat nya bau selokan.
c. Kelainan pada hidung
Sebagai indra pembau, hidung dapat mengalami gangguan. Akibatnya,
kepekaan hidung menjadi berkurang atau bahkan tidak dapat mencium bau suatu
benda. Kelainan-kelainan pada hidung yaitu:
1. Angiofibroma Juvenil, adalah tumor jinak pada hidung bagian belakang
atau tenggorokan bagian atas (nasofaring), yang mengandung pembuluh
darah. Tumor ini paling sering ditemukan pada anak-anak laki yang
sedang mengalami masa puber.
2. Papiloma Juvenil, adalah tumor jinak pada kotak suara (laring). Papiloma
disebabkan oleh virus. Papiloma bisa ditemukan pada anak usia 1 tahun.
Papiloma bisa menyebabkan suara serak, kadang cukup berat sehingga
anak tidak dapat berbicara dan bisa menyumbat saluran udara.
3. Rhinitis Allergica, adalah peradangan hidung karena alergi. Disebabkan
oleh adanya reaksi alergi pada hidung yang ditimbulkan oleh masuknya
substansi asing ke dalam saluran tenggorokan.
4. Sinusitis, merupakan peradangan sinus, yaitu rongga-rongga dalam tulang
yang berhubungan dengan rongga hidung, yang gawat dan biasanya terjadi
dalam waktu menahun (kronis).
5. Salesma dan influenza, merupakan infeksi pada alat pernapasan yang
disebabkan oleh virus, dan umumnya dapat menyebabkan batuk, pilek,
sakit leher dan kadang-kadang panas atau sakit pada persendian.
OTOT
3.1 Pengertian Otot
Otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat
bergerak ini adalah suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena
sitoplasma merubah bentuk. Pada sel-sel, sitoplasma ini merupakan benang-
benang halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot mendapat rangsangan
maka miofibril akan memendek, dengan kata lain sel otot akan memendekkan
dirinya ke arah tertentu (berkontraksi) (Kartolo S. Wulangi: 2000).
3.2 Jenis-jenis dan Struktur Otot
Terdapat 3 jenis otot yang ditemukan pada vertebrata, yaitu otot rangka,
otot jantung dan otot polos. Bila diteliti di bawah mikroskop, pada otot jantung
dan otot rangka terlihat adanya garis-garis dan disebut otot lurik, sedang otot
polos tidak ditemukan adanya garis-garis atau pun garisnya sangat halus, oleh
karena itu disebut otot polos (Irianto Kus: 2004).
a. Jaringan Otot Polos
Otot polos mempunyai serabut kontraktil yang tidak memantulkan cahaya
berselang-seling, sehingga sarkoplasmanya tampak polos dan homogen. Otot
polos mempunyai bentuk sel seperti gelendong, bagian tengah besar, dan
ujungnya meruncing. Dalam setiap sel otot polos terdapat satu inti sel yang
terletak di tengah dan bentuknya pipih.
Aktivitas otot polos tidak dipengaruhi oleh kehendak kita (otot tidak sadar)
sehingga disebut otot involunter dan selnya dilengkapi dengan serabut saraf dari
sistem saraf otonom. Kontraksi otot polos sangat lambat dan lama, tetapi tidak
mudah lelah. Otot polos terdapat pada alat-alat tubuh bagian dalam sehingga
disebut juga otot visera. Misalnya pada pembuluh darah, pembuluh limfa, saluran
pencernaan, kandung kemih, dan saluran pernapasan. Otot polos berfungsi
memberi gerakan di luar kehendak, misalnya gerakan zat sepanjang saluran
pencernaan. Selain itu, berguna pula untuk mengontrol diameter pembuluh darah
dan gerakan pupil mata. Struktur otot polos dapat Anda amati pada Gambar 2.1.
b. Jaringan Otot Lurik atau Jaringan Otot Rangka
Otot lurik mempunyai serabut kontraktil yang memantulkan cahaya
berselang-seling gelap (anisotrop) dan terang (isotrop). Sel atau serabut otot lurik
berbentuk silindris atau serabut panjang. Setiap sel mempunyai banyak inti dan
terletak di bagian tepi sarkoplasma. Otot lurik bekerja di bawah kehendak (otot
sadar) sehingga disebut otot volunter dan selnya dilengkapi serabut saraf dari
sistem saraf pusat. Kontraksi otot lurik cepat tetapi tidak teratur dan mudah lelah.
Otot lurik disebut juga otot rangka karena biasanya melekat pada rangka tubuh,
misalnya pada bisep dan trisep. Selain itu juga terdapat di lidah, bibir, kelopak
mata, dan diafragma. Otot lurik berfungsi sebagai alat gerak aktif karena dapat
berkontraksi secara cepat dan kuat sehingga dapat menggerakkan tulang dan
tubuh.
c. Jaringan Otot Jantung
Otot jantung berbentuk silindris atau serabut pendek. Otot ini tersusun atas
serabut lurik yang bercabang-cabang dan saling berhubungan satu dengan lainnya.
Setiap sel otot jantung mempunyai satu atau dua inti yang terletak di tengah
sarkoplasma. Otot jantung bekerja di luar kehendak (otot tidak sadar) atau disebut
juga otot involunter dan selnya dilengkapi serabut saraf dari saraf otonom.
Kontraksi otot jantung berlangsung secara otomatis, teratur, tidak pernah lelah,
dan bereaksi lambat. Dinamakan otot jantung karena hanya terdapat di jantung.
Kontraksi dan relaksasi otot jantung menyebabkan jantung menguncup dan
mengembang untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Ciri khas otot jantung
adalah mempunyai diskus interkalaris, yaitu pertemuan dua sel yang tampak gelap
jika dilihat dengan mikroskop.
3.3 Fungsi Otot
Otot dapat berkontraksi bila ada rangsangan yang berangkai. Bila
rangsangan diberikan pada otot sewaktu berkontraksi, maka kontraksi otot akan
bertambah besar. Keadaan ini disebut sumasi. Bila rangsangan diberikan terus
menerus, maka kontraksi mendatar. Otot dikatakan berfungsi bila otot tersebut
menjadi pendek dan diameternya membesar.
3.4. Mekanisme Terjadinya Gerak pada Otot
Kontraksi otot terjadi karena adanya rangsangan. Namun, untuk menggerakan
otot biasanya diperlukan suatu rangkaian rangsangan yang berurutan. Rangsangan
pertama akan diperkuat oleh rangsangan kedua, rangsangan kedua akan diperkuat
oleh rangsangan ketiga, dan begitu seterusnya. Maka dengan demikian akan
terjadi tonus, atau ketegangan, yang maksimum. Tiap rangsangan yang diberikan
akan menimbulkan potensi aksi, yang akan menghasilkan kontraksi otot tunggal
pada serabut otot. Jika setelah berkontraksi otot tersebut mencapai relaksasi
penuh, kemudian potensi aksi kedua diberikan, akan terjadi kontraksi tunggal
yang kekuatanya sama dengan kontraksi yang pertama tadi. Jika potensi aksi yang
kedua diberikan saat otot belum mencapai relaksasi penuh dari relaksasi pertama
akan terjadi kontraksi tambahan pada puncak kontraksi pertama. Ini dinamakan
penjumlahan kontraksi. bila otot diberikan rangsangan yang sangat cepat, tetapi
masih ada relaksasi diantara dua rangsangan, akan terjadi keadaan yang
dinamakan tetanus tidak sempurna. Jika tidak ada kesempatan relaksasi diantara
kedua rangsangan, akan terjadi kontraksi dengan kekuatan maksimum yang
disebut tetanus sempurna.
3.5 Kelainan-kelainan pada Otot
Kelainan-kelainan otot, antara lain sebagai berikut:
1. Atrofi otot, merupakan penurunan fungsi otot karena otot mengecil atau
karena kehilangan kemampuan berkontraksi, misalnya lumpuh.
2. Distorsi otot, penyakit ini diperkirakan merupakan penyakit genetis dan
bersifat kronis pada otot anak-anak.
3. Hipertrofi otot, merupakan kelainan otot yang menyebabkan otot menjadi
lebih besar dan lebih kuat karena sering digunakan, misalnya pada binaragawan.
4. Hernia abdominal, kelainan ini terjadi apabila dinding otot abdominal sobek
dan menyebabkan usus melorot masuk ke rongga perut.
5. Kelelahan otot, karena kontraksi secara terus-menerus menyebabkan kram
atau kejang.
6. Tetanus, merupakan penyakit yang menyebabkan otot menjadi kejang karena
bakteri tetanus.
7. Keseleo, tertariknya tendon didaerah persendian dan jika terlalu keras bisa
menyebabkan putusnya otot.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem saraf adalah sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa
penghantarab impuls saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan
perintah untuk memberi tanggapan rangsangan. Sistem saraf memungkinkan
makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
di lingkungan luar maupun dalam.
Manusia berinteraksi atau membutuhkan informasi berupa rangsangan dari
lingkungan luar sekitar untuk dapat menajalani hidupnya dengan baik. Agar
rangsanagn berasal dari luar tubuh dapat ditangkap dibutuhkan alat-alat tubuh
yang dinamakan panca indera. Kelima alat indera itu adalah mata, telinga, hidung,
kulit, dan lidah.
Otot merupakan alat gerak aktif. Pada umumnya, manusia mempunyai
kemampuan untuk bergerak. Gerakan tersebut disebabkan karena adanya kerja
sama antara otot dan tulang. Tulang tidak dapat berfungsi jika tidak digerakkan
oleh otot. Otot mampu menggerakkan tulang kerna mempunyai kemampuan
berkontraksi.
DAFTAR PSUSTAKA
Asrijal, 2011. Anatomi dan fisiologi manusia,Universitas Veteran RI Makassa
Anonim, 2010. Alat indera pada manusia 9.1.
http://www.crayonpedia.org/mw/Alat_Indra_Pada_Manusia_9.1, (online),
diakses tanggal 04 Juni 2010.
Anonim, 2010. Bagian-bagian mata.
http://articles.myhardisk.com/2009/08/bagian-bagian-mata.html, (online),
diakses tanggal 04 Juni 2010.
Anonim, 2010. Biologi kelas 2 indera pengelihat.
http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/
Biologi/0087%20Bio%202-10a.htm, (online), diakses tanggal 04 Juni
2010.
Anonim, 2010. Kelainan dan penyakit pada kulit.
http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/08/kelainan-dan-penyakit-
pada-kulit.html, (online) diakses tanggal 04 Juni 2010.
Anonim, 2010. Kelainan pada telinga luar.
http://medicastore.com/penyakit/360/Kelainan_Pada_Telinga_Luar.html,
(online), diakses tanggal 04 Juni 2010.
Nurcahyo, 2010. Kelainan telinga, hidung, tenggorokan.
http://www.indonesiaindonesia.com/f/12853-kelainan-telinga-hidung-
tenggorokan/, (online), diakses tanggal 04 Juni 2010.
Anonim, 2010. Penyakit-penyakit pada lidah. http://www.untukku.com/artikel-
untukku/penyakit-penyakit-pada-lidah-untukku.html, (online), diakses
tanggal 04 Juni 2010.
Arthur J. Vander (1986). Human Physiology, 4th ed. Mc Graw: Hill Internasional
Editions.
Razak. Datu (2004). Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Unhas. Jakarta:
Gitamedia.
Kus. Irianto (2004). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis.
Gramedia: Jakarta.
Setiadi.2007.Anatomi Fisiologi Manusia. Yogyakarta. Graham Ilmu
Syaifuddin (1997). Anatomi dan Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC.