5/19/2018 makalah pseudoalergi
1/5
MAKALAH IMUNOLOGI
PSEUDOALERGI
Oleh :
YUDITH PRATUSI MZ
1130192
KP I
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SURABAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
5/19/2018 makalah pseudoalergi
2/5
Pseudoalergi atau reaksi anafilaktoid termasuk dalam Reaksi Hipersensitivitas Tipe I yang
diakibatkan oleh makanan busuk. Hipersensitivitas tipe 1disebut juga reaksi cepat atau reaksi
anafilaksis atau reaksi alergi, timbul segera sesudah tubuh terpajan dengan allergen. Pada reaksi
Tipe I, allergen yang masuk kedalam tubuh menimbulkan respon imun berupa produksi IgE dan
penyakit alergi seperti rhinitis alergi, asma dan dermatitis atopi. Mekanisme reaksi Tipe I yaitu:
1. Fase sensitasi yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikat silang oleh reseptor
spesifik (Fce- R) pada permukaan se mastosit/basofil.
2. Fase aktivasi yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen yang spesifik dan sel
mastosit/basofil melepas isinya yang berisikan ganul-granul yang menimbulkan reaksi. Hal ini terjadi oleh
ikatan silang antara antigen dan IgE.
3. Fase efektor yaitu waktu terjadi respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediator-mediator seperti
histamine, PG dan LT, sitokin, dan PAF yang dilepas sel mastosit/basofil dengan aktivitas farmakologik.
BAB II
Manifestasi Reaksi Tipe I
IL-4SEL PLASMA
IgE
SEL MAST/BASOFIL
FC-eR
Histamin
Bradikinin
DEGRANULASI
MENGELUARKA
N MEDIATOR
SEL MASTOSIT/BASOFIL
Astma renitis, dll
Ag
APC
Y
5/19/2018 makalah pseudoalergi
3/5
Manifestasi reaksi Tipe I dapat bervariasi dari local. Ringan sampai berat dan keadaan yang
mengancam nyawa seperti anafilaksis dan asma berat.
Jenis Alergi Alergen Umum Gambaran
Anafilaksis Obat, serum, bisa
(serangga), kacang-
kacangan
Edema dengan peningkatan permeabilitas
vascular, berkembang menjadi oklusi trakea,
kolaps sirkulasi dan kemungkinan meninggal
Urtikaria akut Sengatan serangga Bentol dan merah di daerah sengatan. Sengatan
serangga dapat pula menimbulkan reaksi Tipe
IV
Rinitis alergi Poleh (hay fever), tungau
debu rumah (rhinitis
perennial)
Edema dan iritasi mukosa nasal
Asma Polen, tungau debu rumah Konstriksi bronchial, peningkatan produksi
mucus, inflamasi saluran napas.
Makanan Kerang, susu, telur, ikan,
bahan asal gandum
Urtikaria yang gatal dan potensial menjadi
anafilaksis
Ekzem atopi Polen, tungau debu rumah,
beberapa makanan
Inflamasi kulit yang terasa gatal, biasanya
merah dan vesicular.
a. Reaksi local
Rekasi hipersensitivitas Tipe I local terbatas pada jaringan atau organ spesifik yang
biasanya melibatkan permukaan epitel tempat allergen masuk. Kecenderungan untuk
menunjukkan reaksi Tipe I adalah diturunan dan disebut atropi.
Sekitar 50%- 70% dari populasi membentuk IgE terhadap antigen yang masuk tubuh
melalui mukosa seperti selaput lender hidung, paru dan konjungtiva, tetapi hanya 10-20%
masyarakat yag menderita asma bronchial. IgE yang biasanya dibentuk dalam jumlah
sedikit, segera diikat oleh se mast/ basofil. IgE yang sudah ada permukaan sel mast akan
menetap untuk beberapa minggu. Sensitasi dapat pula terjadi secara pasif bila serum (
darah ) orang yang alergi dmasukkan ke dalam kulit/ sikulasi orang normal. Reaksi alergi
yang mengenai kulit, mata, hidung, dan saluran napas.
5/19/2018 makalah pseudoalergi
4/5
b. Reaksi sistemik- anafilaksis
Anafilaksis adalah reaki Tipe I yang dapat fatal dan terjadi dalam beberapa menit saja.
Anafilaksis adalah reaksi hipersensitivitas Gell dan Coombs Tipe I atau reaksi alergi yang
cepat, ditimbulkan IgE yang dapat mengancam nyawa. Sel mast dan basofil merupakan
sel efektor yang melepas berbagai mediator. Reaksi dapat dipacu berbagai allergen seperti
makanan ( asal laut, kacang-kacangan ), obat atau sengatan serangga dan juga lateks,
latihan jasmani dan bahan diagnostic lainnya. Pada 2/3 pasien dengan anafilaksis, pemicu
spesifiknya tidak dapat diidentifikasi.
c. Reaksi pseudoalergi atau anafilaktoid
Reaksi pseudoalergi atau anafilaktoid adalah reaksi sistemik imun yag melibatkan
penglepasan mediator oleh sel mast yang terjadi tidak melalui IgE.
Pseudoallergy tidak berhubungan dengan produksi antibody/sintesis limfosit T tetapi di
sisi lain secara klinis dapat dibedakan dengan reaksi hipersensitivitas. Selama reaksi
pseudoalergi obat tidak berfungsi sebagai antigen, tetapi obat memiliki kemampuan dari
sifat kimia atau farmakologinya untuk menstimulasi langsung pelepasan / aktivasi dari
mediator inflamasi dari sel mast, basophil, atau jaringan tubuh lainnya.
Mekanisme pseudoalergi merupakan mekanisme jalur efektor nonimun.
Pemicu reaksi anafilaksis / anafilaktoid
Obat Antibiotic, aspirin dan AINS lain, vaksin, obat peroperasi,antisera, opiate
Hormon Insulin, progesterone
Darah/ produk darah Imunoglobulin IV
Enzim Streptokinase
Makanan Susu, telur, terigu, soya, kacang tanah, tree nuts, shellfish
Venom (bisa) Lebah, semut api
Lain Lateks, kontras, membrane dialisa, ektrak imunoterapi,protamin, cairan seminal manusia
Reaksi non imun yang tidak dapat diprediksi diklasifikasikan dalam pseudoalergi,
idiosinkrasi atau intoleransi. Reaksi pseudoalergi merupakan hasil aktivasi sel mast
secara langsung, tidak melibatkan IgE spesifik dan degranulasi oleh agen seperti opiat,
5/19/2018 makalah pseudoalergi
5/5
koloid ekspander, polipeptida, antiinflamasi non-steroid dan media radiokontras. Reaksi
yang bersifat non imunologi ini dapat terjadi saat pertama kali paparan. Reaksi
idiosinkrasi hanya terjadi pada sebagian kecil populasi, seperti hemolisis yang diinduksi
obat pada orang dengan defisiensi glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD).
Intoleransi obat merupakan ambang batas yang lebih rendah terhadap aksi farmakologi
obat, seperti terjadinya tinitus setelah pemberian aspirin.
Secara klinis reaksi ini menyerupai reaksi Tipe I seperti syok, urtikaria,
bronkospasme, anafilaksis, pruritus, tetapi tidak berdasarkan atas reaksi imun.
Manifestasi klinisnya sering serupa, sehingga sulit dibedakan satu dari lainnya. Reaksi ini
tidak memerlukan pajanan terdahulu untuk menimbulkan sensitasi. Reaksi anafilaktoid
dapat ditimbulkan antimikroba, protein, kontras dnegan yodium, AINS, etilenoksid,
taksol, penisilin dan muscle relaxan.
d. Perbedaan anafilaksis dan anafilaktoid
Kriteria serta mekanisme untuk membedakan reaksi anafilaksis dari reaksi anafilaktoid
terlihat pada table dibawah.
Alergi Pseudoalergi (anafilaktoid)
Perlu sensitasi Tidak perlu sensitasi
Reaksi setelah Paparan berulang Reaksi pada paparan pertama
Jarang ( 5% )
Gejala klinis khas Gejala tidak khas
Dosis pemicu kecil Tergantung dosis (tergantung kecepatan
pemberian infuse)
Ada kemungkinan riwayat keluarga Tidak ada riwayat keluarga (kecuali efek
enzim)
Pengaruh fisiologi sedang Pengaruh fisiologi kuat
Top Related