PENGANTAR ILMU EKONOMI
TUGAS AKHIR
APPROACH SYSTEM
INDAH INDRIYANI. S
1010411199
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” JAKARTA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah , segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat, hidayah dan karunianya yang tiada ternilai kepada penulis, shalawat
serta salam semoga tercurah pada Rasululloh Muhammad SAW, keluarga dan
segenap sahabat – sahabatnya, hingga akhir jaman, Amin
Banyak rintangan dan hambatan yang penulis hadapi dalam penyusunan
makalah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan berbagai pihak , baik yang
bersifat langsung maupun tidak langsung Alhamdulillah penulis dapat
menyelesaikannya. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Dosen Pengantar Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jakarta.
2. Orang tua penulis dan Teman – teman penulis.
Penulis memahami betul kekurangan dan kesalahan yang terdapat pada
makalah ini . penulis berharap makalah yang sangat sederhana ini dapat
bermanfaat untuk penulis dan pembaca. Dan Penulis ucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan do’a,
semoga Allah membalas amal baik yang telah dilakukan umat-Nya. Amin
Jakarta, Juni 2011
Indah Indriyani. S
2
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
2.1 Pengertian perubahan-perubahan sosial
2.2 Teori – teori Perubahan Sosial
2.3 Proses – proses perubahan sosial
2.4 Bentuk Perubahan sosial dan Kebudayaan
2.5 Faktor yang menyebabkan Perubahan sosial dan Kebudayaan
2.6 Faktor – faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan
2.7 Artikel mengenai Globalisasi
2.8 Globalisasi dan Budaya Indonesia
BAB III
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen menurut para ahli pengertiannya di bagi menjadi empat, yaitu
manajemen sebagai suatu sistem, manajemen sebagai suatu proses,
manajemen sebagai ilmu dan seni, dan manajemen sebagai suatu kolektivitas.
Manajemen sebagai suatu sistem sangat berkaitan erat dengan approach
system dimana approach system ini menjelaskan bagaimana suatu produk atau
jasa di hasilkan atau di ciptakan.
Approach system dapat kita kaitkan dengan berbagai masalah yang ada di
masyarakat dimana approach sytem ini menjabarkan input, output, proses itu
terjadi. Tidak hanya itu lingkungan juga mempengaruhi produk maupun jasa
yang di hasilkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pengertian manajemen dan hal – hal yang berkaitan dengan manajemen
2. Menjabarkan dan menggambarkan approach system
3. Menganalisis masalah dan di hubungkan dengan approach system
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian manajemen dan hal – hal yang berkaitan dengan manajemen
2. Memahami tentang approach system
3. Memahami masalah yang di hubungkan dengan approach system
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Manajemen
Ilmu manajemen adalah Ilmu bagaimana menggerakkan dan mengelola
faktor – faktor produksi untuk mencapai suatu tujuan efektif dan efisien.
Manajemen yaitu untuk mengatur atau mengarahkan orang untuk melakukan
suatu kegiatan dalam organisasi.
2.2 Pengertian manajemen menurut para ahli :
1. James A.F. Stoner
Suatu Proses Perencanaan, Pengorganisasian, Pergerakkan dan
Pengawasan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
2. G.R.Terry
Pencapaian tujuan yang ditentukan sebelumnya melalui kegiatan yang
dilakukan orang lain.
3. Henry Fayol
(Dalam bukunya General & Industrial Manajement) Proses perencanaan
Pengorganisasian, Perkomandoan, Koordinasi & Pengendalian yang
dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
4. Harold Kontz & O’donnell
Ditetapkan terlebih dahulu dengan bantuan orang lain, yang mana proses
pelaksanaannya dibimbing & diawasi. (dalam bukunya priciples of
manajement analisys of manajerialfungtion) proses kerjasama melalui
orang-orang atau kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.
5
5. Drs. M. Manulang
Seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan
dan pengawasan terhadap sumber daya manusia untuk mencapai tujuan
yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.
Dari pengertian menurut para ahli tersebut, terkandung empat unsur
pengertian manajemen yaitu :
1. Manajemen sebagai suatu sistem
Pendekatan dimana terdapat satu element dan sumber manajemen dan
terikat satu sama lain dan mencapai suatu tujuan tertentu.
2. Manajemen sebagai suatu proses
Rangkaian kegiatan untuk mencapai suatu tujuan, yang di tetapkan
terlebih dengan bantuan orang lain dan proses pelaksanaannya di
bimbing dan di awasi.
3. Manajemen sebagai ilmu dan seni
– Manajemen sebagai ilmu :Yaitu untuk menerangkan fenomena
atau gejala atau kejadian untuk
memberikan penjelasan dan
memecahkan permasalahan dalam
hidup berkelompok.
– Manajemen sebagai seni :Yaitu pendekatan tujuan yang di
pengaruhi oleh bakat kekuatan dari
pribadi.
4. Manajemen sebagai suatu kolektivitas
Yaitu untuk melakukan aktivitas dalam menjalankan kegiatan
berorganisasi untuk mencapai suatu tujuan.
6
2.3 Penggolongan Manajemen
Penggolongan manajemen dibagi menjadi tiga yaitu Fungsional, tingkatan
dan pengambilan keputusan ( decision making ).
Fungsional dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Patrimonimal : Pengangkatan seseorang berdasarkan suku yang sama.
2. Political : Pengangkatan seseorang berdasarkan politik yang sama.
3. Profesional : Pengangkatan seseorang berdasarkan keahlian atau
kemampuan.
Tingkatan di bagi menjadi tiga yaitu :
1. Top Management (TM) : Contohnya Komisaris dan Direktur
2. Middle Management (MM) : Contohnya Dekan dan Manager
3. Low management (LM) : Contohnya Mandor dan Supervisior
Pengambilan keputusan di bagi menjadi enam yaitu :
1. Conventional Management
2. Militeristic Management
3. Open Management
4. Democratic Management
5. Partneralistik Management
6. Outacratic Management
7
2.4 Pendekatan Teori Manajemen
Pendekatan Pra Klasik
Dipelopori Oleh Robert Owen & Charles Babbage. Ide Robert Owen
(1771- 1838 ): Mns adalah aset penting sehingga perlu diperbaiki kondisi
pekerjaan dan kehidupan pekerjaan Ide Charles Babbagle.
Pendekatan Klasik
– Manajer Ilmiah : Pendekatan Manajer Ilmiah Dipelopori oleh Fw.
Taylor (1870-1930): Principles Of Scientific Manajeman.
– Manajemen Administrasi : Pendekatan Manajemen Administrasi
Dipelopori Henry Fayol (1841- 1927).
8
TEORI
MANAJEMEN
PRA
KLASIK
PDKTN
KLASIK
PDKTN
PERILAKU
PDKTN
KUANTITATIF
PDKTN
KONTEMPOR
MANAJEMEN
ILMIAH
TEORI
BIROKRASI
MANAJEMEN
ADMINISTRASI
HUBUNGAN
MANUSIA
PERILAKU
ILMU
MANAJEMEN
M O
TEORI
SISTEM
TEORI
KONTENGENSI
– Manajemen Birokrasi : Pendekatan Manajemen Birokrasi Max
Weber (1864-1920) Mengidentifikasi organisasi besar yang
bekerja berdasarkan dasar dan rasional.
Pendekatan Perilaku
Pendekatan hububungan manusia dipelopri oleh Houthome Studies dan
Elton Mayo (1880-1949) dan pendekatan perilaku/manajemen modern
dipelopori oleh Abraham Maslow dan Dauglas Mc Gregor (1908-1970).
Pendekatan Kuantitatif
Dikembangkan untuk menyelidiki bagaimana teknik-teknik kuantitatif
menyelesaikan keputusan manajerial.
Pendekatan Kontemporer
a. Teori Sistem : Chester.I. Bernard, Daniel Katz, Robert Khan.
b. Teori Kontingensi: Joan Wood Ward Charles Perrow
9
2.5 Gambar Approach System
KETERANGAN :
INPUT PROSES OUTPUT
6M + 1I
Man
Money
Machine
Material
Market
Methode
Informasi
POAC
Planning
Organizing
Activating
Controling
Produk
Jasa
Efektif dan Efisien
10
INTERNAL
LINGKUNGAN
EKSTERNAL
FEED BACK
PROSES
POAC
OUTPUT
JASA, BARANG
INPUT
6M + 1I
2.6 Analisis Masalah
Konversi Minyak Tanah ke Elpiji
Rabu, 25 Juli 2007 | 19:11 WIB
Konversi minyak tanah ke elpiji (liquefied petroleum gas) ternyata kedodoran.
Daerah-daerah yang menjadi target konversi mengeluh karena tiba-tiba minyak
tanah menghilang. Jikapun ada, harganya mahal, sekitar Rp 6.000-an, karena
tak ada lagi subsidi. Di berbagai wilayah di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat,
banyak rakyat miskin dan pedagang kecil kelabakan karena depo minyak
menghilang. Padahal minyak tanah masih sangat dibutuhkan rakyat miskin yang
tak mampu membeli gas, meski tabung gas berisi 3 kilogram elpiji sudah
diberikan gratis oleh pemerintah.
Kebijakan konversi minyak tanah ke elpiji itu memang bertujuan baik, yaitu
mengurangi subsidi minyak tanah untuk keperluan rumah tangga yang nilainya
sekitar Rp 30 triliun. Tapi sayang, dalam menentukan kebijakan tersebut,
pemerintah telah melakukan beberapa kesalahan mendasar sehingga kebijakan
konversi itu akhirnya menimbulkan problem di masyarakat.
Sejak awal, misalnya, pemerintah tidak konsisten dalam menentukan kebijakan
konversi minyak tanah. Terbukti, gagasan konversi minyak tanah ke batu bara
yang saat itu sudah mulai dikampanyekan tiba-tiba dibatalkan begitu saja. Wakil
Presiden Jusuf Kalla, medio 2006, tiba-tiba menyatakan bahwa konversi ke batu
bara diganti ke elpiji.
Pergantian konversi secara tiba-tiba itu tidak hanya mengejutkan masyarakat
yang sudah mulai bersiap-siap mengganti minyak tanah ke batu baru, tapi juga
mengecewakan para perajin tungku batu bara dan para peneliti yang telah
berhasil membuat tungku batu bara modern, yang bisa mengatur nyala api dan
menghemat pemakaian batu bara.
11
Di sejumlah pameran, misalnya, kreativitas masyarakat membuat tungku batu
bara sudah mulai bermunculan guna menyambut era konversi minyak tanah ke
batu bara itu. Beberapa peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan
perguruan tinggi, seperti di Universitas Sriwijaya, Palembang, telah berhasil
membuat alat sederhana untuk mencairkan batu bara.
Batu bara cair ini harganya lebih murah daripada minyak tanah dan sangat
mudah pemakaiannya, sama seperti pemakaian minyak tanah. Baiknya lagi,
semua jenis batu bara--baik yang muda (kadar karbonnya rendah) maupun yang
tua (kadar karbon tinggi), bisa dicairkan. Dan batu cair ini ternyata tidak hanya
bisa dipakai sebagai pengganti minyak tanah, tapi juga pengganti solar. Bahkan
dengan sedikit treatment kimia, batu bara cair pun bisa diubah jadi premium.
Seandainya saja saat itu kebijakan konversi minyak tanah ke batu bara terus
berjalan, niscaya masyarakat akan lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan
energinya. Kompor-kompor batu bara, misalnya, tidak hanya bisa dipakai untuk
membakar briket batu baru, tapi juga membakar briket arang kayu-kayuan, arang
batok, dan lain-lain. Tapi sayang, suasana yang sudah tepat itu tiba-tiba
dibatalkan secara mendadak oleh Jusuf Kalla. Apa motif di balik pembatalan
konversi minyak tanah ke batu bara memang perlu diselidiki untuk mengetahui
kenapa kebijakan yang sudah positif itu dibatalkan.
Konversi permakaian minyak tanah ke elpiji bagi masyarakat kecil niscaya akan
menimbulkan banyak masalah. Hal ini terjadi karena beberapa alasan. Pertama,
dari aspek fisik. Minyak tanah bersifat cair sehingga transportasinya mudah,
pengemasannya mudah, dan penjualan sistem eceran pun mudah.
Masyarakat kecil, misalnya, bisa membeli minyak tanah hanya 0,5 liter
(katakanlah Rp 1.500 dengan harga subsidi) dan mereka dapat membawanya
sendiri dengan mudah. Minyak tanah 0,5 liter bisa juga dimasukkan ke plastik.
Kondisi ini tak mungkin bisa dilakukan untuk pembelian elpiji. Ini karena elpiji
dijual per tabung, yang isinya 3 kg, dengan harga Rp 14.500-15.000. Masyarakat
12
jelas tidak mungkin bisa membeli elpiji hanya 0,5 kg, lalu membawanya dengan
plastik atau kaleng susu bekas. Kedua, dari aspek kimiawi. Elpiji jauh lebih
mudah terbakar (inflammable) dibanding minyak tanah. Melihat perbedaan sifat
fisika dan kimia (minyak tanah dan elpiji) tersebut, kita memang layak
mempertanyakan sejauh mana efektivitas dan keamanan kebijakan konversi
tersebut.
Keluhan masyarakat
Dalam sebuah kunjungan ke daerah-daerah yang--konon menurut pemerintah--
sudah diberi tabung elpiji gratis, kami menemukan berbagai keluhan masyarakat.
Sejak adanya kebijakan konversi itu, minyak tanah menghilang dari pasar.
Kalaupun ada, harganya sangat tinggi, sehingga mereka tak sanggup
membelinya. Sementara itu, kalau mau beli gas, mereka harus membeli 3 kg
atau satu tabung yang harganya berkisar Rp 15 ribu.
Kondisi ini tampaknya belum diperhatikan pemerintah. Bagi rakyat kecil, membeli
bahan bakar Rp 15 ribu sangat memberatkan, karena penghasilan mereka tiap
hari hanya cukup untuk makan sehari, bahkan terkadang kurang. Ini berbeda
dengan minyak tanah yang bisa dibeli eceran, satu atau bahkan setengah liter
sekalipun. Dari aspek ini, kebijakan konversi minyak tanah ke elpiji akan
menimbulkan masalah seperti yang disebutkan di atas.
Pemerintah kurang peka melihat kondisi masyarakat Indonesia yang sebagian
besar penghasilannya pas-pasan. Mestinya, kebijakan konversi minyak tanah ke
elpiji dilakukan secara selektif. Masyarakat kecil tetap dibiarkan memilih untuk
sementara waktu, apakah menggunakan minyak tanah atau elpiji, yang kedua-
duanya disubsidi. Sementara itu, masyarakat yang mampu diharuskan memakai
elpiji. Untuk itu, perlu ada pendataan penduduk miskin yang akurat di tiap-tiap
wilayah agar pemberian subsidi tersebut tepat sasaran.
13
Jika alasannya untuk mengurangi subsidi dan memanfaatkan gas produksi
dalam negeri guna memenuhi kebutuhan energi nasional, kenapa pemerintah
tidak mengkonversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD, yang memakai solar)
dengan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG). Konversi dari PLTD ke PLTG ini
cukup sederhana, tinggal menambah alat converter di mesin-mesin pembangkit
listrik. Bahkan sebagian mesin di PLTD bisa dioperasikan dengan solar ataupun
gas.
Saat ini, misalnya, akibat pemakaian solar, subsidi pemerintah untuk PLN
mencapai Rp 25 triliun. Jika memakai gas, subsidi itu nyaris nol dan pemerintah
bisa mengkonversi subsidi tersebut untuk membangun pusat-pusat pembangkit
listrik di wilayah-wilayah lain yang kekurangan pasokan listrik.
Di luar Jawa dan daerah-daerah terpencil, misalnya, pasokan listrik ke
masyarakat masih jauh dari memenuhi. Di Kabupaten Mentawai, Sumatera
Barat, misalnya, PLN hanya memenuhi 18,72 persen kebutuhan listrik
masyarakat. Di Kabupaten Pasaman Barat, kebutuhan listrik masyarakat hanya
terpenuhi 35,75 persen.
Secara nasional, misalnya, PLN hanya memasok listrik 54 persen dari kebutuhan
penduduk Indonesia. Ini artinya, jika prioritas konversi itu diberikan kepada PLN
dulu, niscaya akan banyak membantu meningkatkan perekonomian masyarakat.
Studi yang dilakukan Japan International Cooperation Agency di wilayah lereng
Gunung Halimun, Jawa Barat, menunjukkan tingkat perkembangan
perekonomian masyarakat akibat masuknya jaringan listrik di pedesaan
mencapai lebih dari 30 persen. Ini terjadi karena listrik tidak hanya menerangi
jalan, tapi juga menjadikan masyarakat bisa mengikuti acara radio, TV, dan lain-
lain sehingga membuka wawasan mereka dan mengerti akses pasar untuk
menjual produk-produk hasil buminya.
14
Karena itu, untuk masyarakat pedesaan di lereng-lereng pegunungan, apakah
mereka bisa dipaksa memakai tabung gas? Seberapa besar manfaat tabung gas
tersebut? Jelas, tidak! Kebutuhan mereka jelas bukan tabung gas, melainkan
listrik. Mereka lebih baik memakai tungku yang bisa dipakai untuk membakar
kayu, batu bara, atau briket.
Semua bahan bakar tersebut mudah diperoleh di desa secara gratis dan bisa
dibuat sendiri. Tapi listrik? Mereka sangat membutuhkannya untuk berbagai
kebutuhan, baik penerangan maupun informasi melalui media elektronik (TV dan
radio).
Dengan demikian, mestinya kebijakan konversi gas tersebut perlu ditinjau ulang
dan direvisi secara komprehensif. Dalam kaitan ini, kondisi masyarakat dan peta
sosial ekonomi wilayah yang bersangkutan mestinya dikaji terlebih dulu oleh
pemerintah sebelum menetapkan kebijakan konversi minyak tanah ke elpiji di
atas.
2.7 Kaitan antara Masalah dengan Approach System
INPUT
Input terdapat 6M + 1I terbagi menjadi Man, Money, Machine, Material,
Market, Methode, dan Informasi. Kaitannya antara masalah dengan
approach system adalah sebagai berikut:
Man : Dalam masalah ini man tersebut ialah Pemerintah pusat.
Money : Dalam hal ini Money menggunakan APBN sebesar Rp 30 triliun.
Machine : Dalam masalah ini penggerak nya ialah pertamina.
15
Material : Dalam hal ini material ialah Uang dan benda yang berupa
kompor gas, tabung elpiji, selang dan regulator.
Market : Dalam hal ini market nya ialah masyarakat Indonesia yang
terutama masyarakat menengah kebawah.
Methode : Methode dalam hal ini ialah di lakukan nya penyuluhan di
beberapa ke kelurahan, serta pendekatan langsung ke masyarakat itu
sendiri.
Informasi : Dalam Hal ini banyak informasi yang di dapat, Misalnya dari
pejabat public setempat., seperti Ketua RW/RT atau bisa melalui media
massa, seperti Tv, Internet dan Radio.
PROSES
Proses terdapat POAC, yang terdiri dari Planning, Organizing, Activating
dan Controling. Kaitan antara masalah dengan approach system ialah
sebagai berikut :
Planning : Rencana pemerintah dalam melakukan kebijakan ini yaitu
pemerintah mengharapkan dengan adanya kompor gas elpiji ini
masyarakat hidupnya bisa lebih praktis, lebih mudah, lebih murah dan
negara bisa hemat akan minyak bumi yang mulai menipis.
Organizing : Dalam hal ini, pemerintah memberi tanggung jawab kepada
pertamina untuk melaksanakan kebijakan yang di buat pemerintah, yang
bekerja sama dengan pemerintah daerah.
Activating : Dalam hal ini, activating nya yaitu dengan cara membagikan
gas elpiji 3kg langsung ke masyarakat, terutama masyarakat yang kurang
mampu, serta melakukan penyuluhan di berbagai tempat tertentu.
16
Controling : Dalam hal ini yang melakukan pengontrolan langsung adalah
pertamina, yaitu dengan cara diamatinya minat masyarakat akan adanya
kompor gas.
OUTPUT
Dalam hal ini, outputnya menghasilkan produk yaitu : Kompor gas, selang
dan regulator.
LINGKUNGAN
Lingkungan dalam hal ini yaitu:
– Internal : Pemerintah Pusat dan Pertamina
– Eksternal : Pemerintah Daerah
FEEDBACK
Dalam hal ini feedback nya yaitu banyak masyarakat yang terbantu dengan
adanya gas elpigi tersebut, terutama masyrakat kecil., dengan adanya gas elpiji
ini masyarakat bisa hemat. Akan tetapi banyak juga masyarakat yang tidak
setuju dengan adanya gas elpigi ini, karena mayarakat takut dengan kasus
tentang ledakan gas elpigi yang cukup banyak terjadi di kalangan masyarakat.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ilmu manajemen merupakan Ilmu bagaimana menggerakkan dan
mengelola faktor – faktor produksi untuk mencapai suatu tujuan efektif dan
efisien. Sedangkan Manajemen yaitu untuk mengatur atau mengarahkan orang
untuk melakukan suatu kegiatan dalam organisasi maupun dalam kehidupan
sehari- hari.
Manajemen sebagai suatu sistem sangat berkaitan erat dengan approach
system dimana approach system ini menjelaskan bagaimana suatu produk atau
jasa di hasilkan atau di ciptakan. Di dalam gambar approuch system
menggambarkan dan menjelaskan input, output dan proses. Sistem merupakan
suatu himpunan yang terdiri dari beberapa element yang bersatu untuk
mencapai suatu tujuan.
Jadi dapat di simpulkan, suatu elemen dan sumber manajemen dapat terikat
satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Approuch system
menggambarkan input, output, dan proses. Tetapi lingkungan juga
mempengaruhi produk maupun jasa yang di hasilkan.
3.2 Saran
Manajamen sebagai suatu sistem sangat berkaitan erat dengan approah
system. Di mana approach system ini menjelaskan dan menganalisis suatu
produk atau jasa yang di hasilkan. Di dalam gambar approuch system tersebut
yaitu menggambarkan dan menjelaskan input, output dan proses.
Approuch system menjelaskan input, proses, maupun output yang di
hasilkan dan dijelaskan secara detail untuk menganalisis suatu kegiatan yang
berhubungan dengan manajemen. Sehingga approuch system banyak di
gunakan dengan hal yang berkaitan dengan manajemen.
18
19