BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Nutrisi
Nutrisi atau nutrien merupakan elemen yang penting untuk proses fungsi tubuh. Ada enam
kategori zat makanan adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Kebutuhan energi
dipenuhi dengan metabolisme kabohidrat, protein dan lemak. Makanan kadang-kadang digambarkan
menurut kepadatan nutrien, proporsi nutrien penting untuk jumlah kalori. Makanan dengan kepadatan
nutrien tinggi, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran, menyediakan sejumlah besar nutrien yang
berhubungan dengan kalori. Makan dengan kepadatan nutrien rendah, seperti gula dan alkohol, tinggi
kalorinya tetapi bergizi rendah . (potter dan perry 2004).
Katagori-katagori zat makanan diantara lain adalah :
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam diet. Tiap gram karbohidrat
menghasilkan 4 kilokalori (kkal). Karbohidrat terutama diperoleh dari tumbuhan, kecuali
laktosa (Gula susu). Karbohidrat diklasifikasikan menurut unit gula atau sakarida. Tanaman
menyimpan karbohidrat seperti zat tepung. Zat tepung dibuat dari biji yang tertutup oleh
dinding sel. (Potter and Perry 2004).
Polisakarida memiliki peranan dalam nutrisi manusia karena menambahkan serat
untuk diet. Serat mendapat perhatian sebagai faktor diet pada pencegahan dan penyembuhan
penyakit dan dalam pencegahan diare selama pemberian makan melalui selang. Serat
diklasifikasikan sebagai sesuatu yang tidak dapat dilarutkan karena tidak dicerna termasuk
selulosa dan lignin. Serat yang larut termasuk hemiselulose, pektingum dan getah.
Rekomendasi American Cancer Society sekarang termasuk peningkatan serat dalam diet
(American Cancer Society, 1993). (Potter and Perry 2004).
Metabolisme karbohidrat terdiri dari 3 proses utama :
a. Katabolisme glikogen menjadi glukosa, karbondioksida dan air (glikogenolisi)
b. Anabolisme glukosa menjadi glikogen untyk penyimpanan (glikogenesis)
c. Perubahan asam amino dan gliserol menjadi glikogen untuk energi (glukoneogenesis)
Kebutuhan Nutrisi 3
2. Protein
Protein memberikan sumber energi (4 kkal/g), juga penting untuk mensintesis
(membangun) jaringan tubuh dalam pertumbuhan, pemeliharaan dan perbaikan. Bentuk
protein yang paling sederhana adalah asam amino. Asam amino esensial adalah yang tidak
dapat disintesis oleh tubuh tapi harus diberikan dalam diet. Asam amino dianabolisasi
(dikombinasi dan diubah) menjadi jaringan, hormon, dan enzim. Asam amino juga dapat
diubah menjadi lemak dan disimpan sebagai jaringan adiposa atau dikatabolisasi (dipecahkan)
menjadi energi melalui glikogenesis. (Potter and Perry 2004).
Protein terdiri dari 16% nitrogen dan merupakan sumber nitrogen satu-satunya. Tubuh
berada dalam keseimbangan nitrogen ketika asupan dan haluaran nitrogen sama keseimbangan
nitrogen negatif terjadi ketika hubungan kehilangan banyak nitrogen dibanding dari yang
diperoleh. Protein dapat digunakan untuk menyediakan energi tetapi karena perananprotein
esensial dalam pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan yang cukup harus disediakan dalam
diet dari sumber nonprotein. (Potter and Perry 2004).
3. Lipid (Lemak)
Lipid (lemak) merupakan nutrien padat yang paling berkalori dan menyediakan 9 kkal
per gram. Lipid termasuk lemak yang padat pada suhu ruangan dan minyak yang larut dalam
suhu ruangan. Lipid tersusun dari karbon, hidrogen dan oksigen, tapi proporsi setiap elemen
berbeda di karbohidrat. (Potter and Perry 2004).
Lipid dasar disusun dari trigliserida dan asam lemak. Asam lemak disusun dari rantai
atom karbon dan atom hidrogen dengan kelompok asam pada satu ujung rantai dan kelompok
metilpada ujung lain. Proses selama asam lemak disintesis disebut lipogenesis. Asam lemak
dapat jenuh dimana tiap karbon dalam rantai memiliki dua atom hidrogen yang melekat atau
tidak jenuh. (Potter and Perry 2004).
Lemak merupakan bentuk hasil energi tubuh yang utama. Monogliserida dan porsi
lipid yang dicerna dapat diubah menjadi glukosa dengan proses glukoneogenesis. Semua sel
tubuh kecuali sel darah merah dan neuron dapat mengoksidasi asam lemak dan energi.
4. Air
Air merupakan komponen kritis dalam tubuh karena fungsi sel bergantung pada
lingkungan cair. Air menyusun 60% hingga 70% dari seluruh berat badan.bayi memiliki
Kebutuhan Nutrisi 4
persentasi terbesar dari total berat badan untuk air dan orang tua mempunyai lebih sedikit.
Ketika kehilangan air, seseorang dapat bertahan tidak lebih dari beberapa jam. Pada individu
yang sehat, asupan cairan dari semua sumber sama dengan haluaran cairan melalui eliminasi,
respirasi dan berkeringat.( Potter and Perry 2004)
5. Vitamin
Vitamin merupkan substansi organik dalam jumlah kecil pada makanan yang esensial
untuk metabolisme normal. Tubuh tidak mampu mensintesis vitamin dalam jumlah yang
dibutuhkan dan bergantung pada asupan diet. Walaupun vitamin terkandung dalam banyak
makanan juga dipengaruhi oleh proses, penyimpanan, persiapan. Kandungan vitamin tertinggi
biasanya terdapat pada makanan segar yang digunakan cepat setelah terpapar panas, udara dan
air yang minimal. Vitamin diklasifikasikan sebagai yang larut air dan lemak.
6. Mineral
Mineral merupakan elemen esensial nonorganik pada tubuh sebagai katalis dalam
reaksi biokimia. Mineral diklasifikasi sebagai makromineral ketika kebutuhan sehari-hari
adalah 100 mgatau lebih dan elemen renik ketika berkurang dari 100 m yang diperlukan setiap
hari. (Potter and Perry 2004).
2.2. Patofisiologi Nutrisi
Skema patofisiologi kekurangan nutrisi
Pola makan tidak teratur, obat-obatan, nikotin dan alkohol, stres
Berkurangnya pemasukan makanan kekosongan lambung
Erosi pada lambung (gesekan dinding lambung)
Produksi HCL meningkat
Kebutuhan Nutrisi 5
Asam lambung
Reflek muntah
Intake makanan tidak adekuat
Kekurangan nutrisi
Skema patofisiologi kelebihan nutrisi
Makanan masuk kedalam tubuh dengan jumlah makanan yang lebih besar daripada yang dipakai oleh
tubuh untuk energi
Makanan berlebihan baik lemak, karbohidrat atau protein, kemudian disimpan sebagai lemak dalam
jaringan adipose yang kemudian akan dipakai sebagai energi
Jumlah energi (dalam bentuk makanan) yang memasuki tubuh lebih besar daripada jumlah energi yang
keluar
Berat badan meningkat.
Sumber : Anwar:2005
2.2.1. Gizi Buruk
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi
buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau
kalori (disebut marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi
Kebutuhan Nutrisi 6
pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung
lapar). Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan zat gizi,
atau dengan ungkapan lain status gizinya berada di bawah standar rata-rata. Zat gizi yang
dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah
suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi
buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun (Nency, 2005).
Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari
pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun (baduta). Apabila
pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu standar organisasi
kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau sedikit dibawah standar disebut bergizi kurang yang
bersifat kronis. Apabila jauh dibawah standar dikatakan bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk
adalah salah satu bentuk kekurangan gizi tingkat berat atau akut (Pardede, J, 2006).
2.2.2. Klasifikasi Gizi Buruk
Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-
kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis dari masing-
masing tipe yang berbeda-beda.
2.2.2.1. Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang timbul
diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit
(kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit,
gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering
rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar. Berikut
adalah gejala pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000) :
a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-ototnya, tinggal
tulang terbungkus kulit
b. Wajah seperti orang tua
c. Iga gambang dan perut cekung
d. Otot paha mengendor (baggy pant)
e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar
Kebutuhan Nutrisi 7
2.2.2.2. Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby), bilamana dietnya
mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun dibagian tubuh lainnya
terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua
punggung kaki sampai seluruh tubuh
a. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
b. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut, pada penyakit
kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam.
c. Wajah membulat dan sembab
d. Pandangan mata anak sayu
e. Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan terasa kenyal pada
rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam.
f. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah menjadi coklat kehitaman
dan terkelupas
2.2.2.3. Marasmik-Kwashiorkor
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan
marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein dan juga energi untuk
pertumbuhan yang normal. Pada penderita demikian disamping menurunnya berat badan <
60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut,
kelainan kulit, sedangkan kelainan biokimiawi terlihat pula (Depkes RI, 2000).
2.2.3. Patofisiologi gizi buruk
Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau anorexia bisa terjadi
karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik seperti suasana makan, pengaturan makanan
dan lingkungan. Rambut mudah rontok dikarenakan kekurangan protein, vitamin A, vitamin
C dan vitamin E. Karena keempat elemen ini merupakan nutrisi yang penting bagi rambut.
Pasien juga mengalami rabun senja. Rabun senja terjadi karena defisiensi vitamin A dan
protein. Pada retina ada sel batang dan sel kerucut. Sel batang lebih hanya bisa membedakan
cahaya terang dan gelap.
batang atau rodopsin ini terbentuk dari vitamin A dan suatu protein. Jika cahaya terang
mengenai sel rodopsin, maka sel tersebut akan terurai. Sel tersebut akan mengumpul lagi pada
Kebutuhan Nutrisi 8
cahaya yang gelap. Inilah yang disebut adaptasi rodopsin. Adaptasi ini butuh waktu. Jadi, rabun
senja terjadi karena kegagalan atau kemunduran adaptasi rodopsin.
Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi). Reflek patella
negatif terjadi karena kekurangan aktin myosin pada tendon patella dan degenerasi saraf motorik
akibat dari kekurangn protein, Cu dan Mg seperti gangguan neurotransmitter. Sedangkan,
hepatomegali terjadi karena kekurangan protein. Jika terjadi kekurangan protein, maka terjadi
penurunan pembentukan lipoprotein. Hal ini membuat penurunan HDL dan LDL. Karena
penurunan HDL dan LDL, maka lemak yang ada di hepar sulit ditransport ke jaringan-jaringan,
pada akhirnya penumpukan lemak di hepar.
Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting edema adalah edema
yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula. Pitting edema disebabkan oleh kurangnya protein,
sehingga tekanan onkotik intravaskular menurun. Jika hal ini terjadi, maka terjadi ekstravasasi
plasma ke intertisial. Plasma masuk ke intertisial, tidak ke intrasel, karena pada penderita
kwashiorkor tidak ada kompensansi dari ginjal untuk reabsorpsi natrium. Padahal natrium
berfungsi menjaga keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita kwashiorkor, selain defisiensi
protein juga defisiensi multinutrien. Ketika ditekan, maka plasma pada intertisial lari ke daerah
sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran sel dan mengembalikannya membutuhkan waktu
yang lama karena posisi sel yang rapat. Edema biasanya terjadi pada ekstremitas bawah
karena pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik dan onkotik (Sadewa, 2008).
Sedangkan menurut Nelson (2007), penyebab utama marasmus adalah kurang kalori
protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat
seperti hubungan orang tua dengan anak terganggu, karena kelainan metabolik atau
malformasi kongenital. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan
makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan ada beberapa faktor lain pada diri
anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus.
Secara garis besar sebab-sebab marasmus adalah sebagai berikut :
a. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit,
pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan
orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
b. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya
infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis dan sifilis kongenital.
Kebutuhan Nutrisi 9
c. Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschpurng,
deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis pilorus. Hiatus hernia,
hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas
d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut pemberian ASI
kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat
e. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup
f. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia,
lactose intolerance
g. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab
maramus yang lain disingkirkan
h. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan yang kurang
akan menimbulkan marasmus
i. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus,
meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan
kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari
tidak mampu membeli susu, dan bila disertai infeksi berulang terutama gastroenteritis akan
menyebabkan anak jatuh dalam marasmus
2.2.4. Dampak Gizi Buruk
Gizi Buruk bukan hanya menjadi stigma yang ditakuti, hal ini tentu saja terkait dengan
dampak terhadap sosial ekonomi keluarga maupun negara, di samping berbagai konsekuensi
yang diterima anak itu sendiri. Kondisi gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan
sistem, karena kondisi gizi buruk ini juga sering disertai dengan defisiensi (kekurangan)
asupan mikro/makro nutrien lain yang sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi buruk akan
memporak porandakan sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme maupun pertahanan
mekanik sehingga mudah sekali terkena infeksi. Secara garis besar, dalam kondisi akut, gizi
buruk bisa mengancam jiwa karena berberbagai disfungsi yang di alami, ancaman yang
timbul antara lain hipotermi (mudah kedinginan) karena jaringan lemaknya tipis,
hipoglikemia (kadar gula dalam darah yang dibawah kadar normal) dan kekurangan elektrolit
dan cairan tubuh. Jika fase akut tertangani dan namun tidak di follow up dengan baik Kebutuhan Nutrisi 10
akibatnya anak tidak dapat ”catch up” dan mengejar ketinggalannya maka dalam jangka
panjang kondisi ini berdampak buruk terhadap pertumbuhan maupun perkembangannya.
Akibat gizi buruk terhadap pertumbuhan sangat merugikan performance anak, akibat
kondisi ”stunting” (postur tubuh kecil pendek) yang diakibatkannya dan perkembangan anak
pun terganggu. Efek malnutrisi terhadap perkembangan mental dan otak tergantung dangan
derajat beratnya, lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Dampak terhadap
pertumbuhan otak ini menjadi patal karena otak adalah salah satu aset yang vital bagi anak.
Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk terhadap
perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan gangguan
perkembangan yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ,
penurunan perkembangn kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan
perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi anak
(Nency, 2005).
2.2.5. Faktor Penyebab Gizi Buruk
Ada 2 faktor penyebab dari gizi buruk adalah sebagai berikut :
1. Penyebab Langsung. Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita
penyakit infeksi, cacat bawaan dan menderita penyakit kanker. Anak yang mendapat
makanan cukup baik tetapi sering diserang atau demam akhirnya menderita kurang gizi.
2. Penyebab tidak langsung, ketersediaan Pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan
kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan
masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan dan
kesempatan kerja. Oleh karena itu untuk mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas
sektor Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan
seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik maupun gizinya (Dinkes SU,
2006).
Secara garis besar gizi buruk disebabkan oleh karena asupan makanan yang kurang
atau anak sering sakit, atau terkena infeksi. Asupan makanan yang kurang disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup salah
mendapat makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang salah. Kaitan infeksi dan kurang
gizi seperti layaknya lingkaran setan yang sukar diputuskan, karena keduanya saling terkait
dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan meyebabkan kurang gizi dan kondisi
Kebutuhan Nutrisi 11
malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem pertahanan sehingga
memudahkan terjadinya infeksi (Nency, 2005).
Kekurangan gizi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekurangan zat-zat gizi
ensensial, yang bisa disebabkan oleh: asupan yang kurang karena makanan yang jelek atau
penyerapan yang buruk dari usus (malabsorbsi), penggunaan berlebihan dari zat-zat gizi oleh
tubuh, dan kehilangan zat-zat gizi yang abnormal melalui diare, pendarahan, gagal ginjal atau
keringat yang berlebihan. (Nurcahyo, 2008).
2.2.2. Kelebihan Nutrisi
Obesitas merupakan penyakit yang sejak lama sudah dikenal masyarakat dan sampai
sekarang merupakan persoalan yang banyak dibicarakan karena sulitnya pengobatan yang
berhasil dilakukan. Banyak pengertian mengenai obesitas salah satunya yang diungkapkan
sebagai berikut. “ Obesitas adalah kondisi berlebihnya jaringan lemak akibat tidak
seimbangnya masukan energi dengan pemakaian”,(Kusumawardhani:2006). Jadi obesitas
dapat diartikan secara tepat dengan istilah kegemukan atau banyaknya penimbunan lemak
dalam tubuh.
Seiring dengan meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat, jumlah penderita
kegemukan (overweight) dan obesitas cenderung meningkat. Di Indonesia, masalah kesehatan
yang diakibatkan oleh gizi lebih ini mulai muncul pada awal tahun 1990-an. Peningkatan
pendapatan masyarakat pada kelompok sosial ekonomi tertentu, terutama di perkotaan,
menyebabkan adanya perubahan pola makan dan pola aktifitas yang mendukung terjadinya
peningkatan jumlah penderita kegemukan dan obesitas (Sunita Almatsier, 2004)
2.3. Pengkajian Nutrisi
Nutrisi sangat berguna untuk menjaga kesehatan dan mencegag penyakit. Meskipun penyakit
akibat kekurangan nutrisi sudah sangat jarang dibanding waktu lampau, namun justru sekarang mulai
digantikan dengan penyakit akibat kelebihan makan atau makanan yang kurang seimbang, yang
menymbang sebagai penyeabab utama kesakitan atau kematian di Amerika sekarang. Contoh masalah
kesehatan yang berhubungan dengan kelebihan, ketidakseimbangan atau ketidakadekuatan konsumsi
nutrien tertentu misalnya, obesitas, penyakit arteri koroner, osteoporosis, sirosis divertikulosis dan
gangguan makan. Bila terjadi penyakit atau cidera, maka makanan merupakan faktor esensial dalam
membantu penyembuhan dan pencegahan infeksi. Pengkajian status nutrisi pasien dapat memberikan
Kebutuhan Nutrisi 12
informasi mengenai, difesiensi nutrien tertentu, abnormalitas, undernutrisi penurunan berat badan, mal
nutrisi, difesiensi nutrien tertentu abnormalitas, metabolik, efek pengobatan pada makanan dan
masalah tertentu pada penderita rawat inap dan orang yang dirawat di rumah dan masyarakat ( Potter
dan Perry, 2004).
Akronim ABCD dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi parameter pengkajian nutrisi.
Meskipun urutan pengkajian parameter ini dapat berbeda-beda, namun evaluasi status nutrisi tetap
harus menyertakan salah satu atau lebih metode berikut ( Potter dan Perry, 2004):
1. Pengukuran Antropometri ( Berat/ tinggi dan indeks masa tubuh ketebalan lipatan kulit
triseps lingkar lengan dan otot lengan).
Pengukuran antropometri yang paling sering adalah tinggi, berat, dan lingkar lrngan atas dan
otot lengan. Apabila memungkinkan, klien harus ditimbang pada waktu yang sama setiap hari, pada
skala yang sama, dan dengan pakaian atau linen yang sama. Tinggi dan berat badan klien dapat
dibandingkan dengan standar hubungan tinggi-berat badan seperti tabel Asuransi kehidupan
Metropolitan (lihat Apendiks). Perubahan berat badan yang terakhir harus didokumentasi.
Jika tinggi badan tidak dapat diukur dengan klien berdiri, rentang lengan, atau jarak dari ujung
jari keujung jari dengan lengan diulurkan pe nuh pada tingkat bahu, kurang lebih ketinggian untuk
orang dewasa.
Antropometri adalah suatu sistem pengukuran ukuran dan susunan tubuh dan bagian khusus
tubuh. Pengukuran antropometrik yang membantu dalam mengidentifikasi masalah nutrisi
termasuk perbandingan ketinggian untuk lingkar pergelangan tangan, lingkar lrngan bagian tengah
atas (mid-upper arm circumference, MAC), lipatan kulit bagian tengah atas (mid-upper arm muscle
circumference, MAMC).
Pengukuran antrometrik dapat memiliki variasi penting kecuali pengujinya terampil, telah
mempraktikan pengukuran ini, dan memiliki peralatan yang tepat. Selain itu, pengukuran
atropometrik menyediakan data yang pada umumnya, lebih dapat digunakan dilingkungan yang
banyak tersedia cara pengukuran. Pengukuran tunggal selama waktu tinggal di rumah sakit yang
singkat merupakan penggunaan yang dibatasi.
Lingkar pergelangan tangan digunakan untuk memperkirakan kerangka tubuh klien. Ukuran
pita digunakan untuk mengukur porsi terkecil dari distal tangan sampai prosesus stiloid. Perawat
menghitung ukuran kerangka dengan membagi lingkar pergelangan tangan cm. Hasilnya dihitung
nilai r. Nilai kerangka tubuh untuk wanita adalah >11,0 (kecil) 10,1 hingga 11,0 (sedang), dan >
10,1 (besar). Ukuran kerangkah untuk pria adalah /10,4 (kecil),9,6 hingga 10,4 (sedang), >9,6
(besar).
MAC memperkirakan massa otot skelet. Lengan nondominan klien direlaksasikan dan
lingkarnya diukur pada titik tengah, antara ujung dari prosesus akromial skapula dan prosesus
Kebutuhan Nutrisi 13
olekranon ulna. Pengukuran lengan nondominal mencegah rekaman kedua yang salah untuk
peningkatan massa otot dari aktifitas hidup atau pekerjaan sehari-hari.
Pengukuran lipatan kulit digunakan untuk memperkirakan isi lemak dari jaringan subkutan.
TSF adalah pengukuran yang paling umum. Dengan ibu jari dan jari tengah, lipatan panjang dari
kulit dan lemak yang dipegang kira-kira 1 cm dari titik tengah MAC. Jepitan daru jangkah
lengkungan lipatan kulit standar ditempatkan pada sisi lain dari lipatan lemak. Pengukuran rata-rata
diambil dari ketiga catatan. Area anatomi lain untuk pengukuran lipatan kulit termasuk bisep,
skapula, dan otot abdominal.
Lingkar otot lengan bagian tengah atas (MAMC) adalah perkiraan dari massa otot skelet. Hal
inim dihitung dari pengukuran antropometrik MAC dan TSF. Rumusnya adalah MAMC = MAC –
(TSF × 3,14).
Nilai untuk MAC, TSF, dan MAMC dibandingkan dengan standar dan hitung sebagai suatu
persentase standar dan dihitung sebagai suatu persentase standaf. Perubahan pada nilai seorang
individu yang melebihi waktu lebih penting dari pada pengukuran yang diisolasi ( Potter dan Perry,
2004)
2. Pengkajian Biokimia ( Tes Laboratorium)
Pengkajian biokimia mencerminkan baik kadar nutrisi dalam jaringan maupun semua kelainan
metebaolisme penggunaan nutrisi ( protein serum, albumin serum, dan globulin, tramsferin
hemoglobin, vitamin A serum, karoten dan vitamin C) dan dari urine ( kreatinin, tiamin, ribovlavin,
niasin dan yodium). Beberapa dati tes tersebut, selain mencerminkan masukkan terakhir elemen yang
terutama bila tidak tampak tanda klinis adanya defisiensi ( Suzanne, 2002).
Kadar albumin dan transferin serum yang rendah sering digunakan untuk mengukur defisiensi protein
pada orang dewasa dan menunjukkan persentase nilai norml. Sintesa labumin bergantung pada fungsi
normal hati dan suplai asam amino yang adekuat. Karena tubuh menyimpan banyak albumin, maka
serum albumin tidak akan menurun sampai malnutrisinya benar-benar buruk, jadi kegunaanya dalam
mendeteksi pemecahan protein yang baru terjadi sangat terbatas.penurunan kadar albumin dapat juga
terjadi pada penyakit hati atau ginjal, gagal jantung kongestif, dan kehilangan protein berlebihan
akibat luka bakar, pembedahan mayor, infeksi dan kanker. Transferin adalah protein yang mengikat
dan membawa besi dari usus melalui serum. Karena waktu paruhnya yang pendek, maka penuirunan
kadar transferin beres pons lebih cepat terhadap pemecahan protein dibanding dengan labumin
( Suzanne, 2002
3. Pemeriksaan Klinis
Status nutrisi sering tercermin dalam penampilan seseorang. Meskipun tanda klinis yang
paling jelas mengenai nutrisi yang baik adalah berat tubuh yang normal sesuai tinggi tubuh, kerangka
Kebutuhan Nutrisi 14
tubuh usianya, namun jaringan lainpun juga dapat berperan sebagai indikator status nutrisi umum dan
masukkan nutrisi tertentu yang memadai termasuk rambut, kulit, gigi, gusi, membran mukosa, mulut
dan lidah. Otot skelet, abdomen, ekstremitas bawah, dan kelenjar tiroid. Parameter pemeriksaan klinis
khusus sangatn berguna dalam mengidentifikasi seseorang yang mengalami kekurangan nutrisi
meliputi pemeriksaan mulut, dan pengkajian kulit mengenai turgor, edema, elastisitas, kekeringan,
teganngan subkutan, luka dan ulkus yang sukar sembuh, purapra, dan memar (Suzanne, 2002).
4. Riwayat Diet dan Kesehatan
Selain riwayat keperawatan yang umum, perawat memperoleh riwayat khusus diet yang lebih
untuk mengkaji kebutuhan nutrisi aktual atau potensial. Riwayat diet berfokus pada kebiasaan asupan
makanan dan cairan klien, sebaik informasi tentang pilihan, alergi, masalah, dan area yang
berhubungan lainnya, seperti kemampuan klien untuk memperoleh makanan. Selama mengkaji
riwayat keperawatan juga mengabungkan informasi tentang tingkat aktivitas klien untuk menentukan
kebutuhan energi dan membandingkan dengan asupan makanan (perry dan Poter,200 )
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola diet ( Potter dan Perry, 2004).
1. Status Kesehatan
a. Nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat
b. Anoreksian(kurang nafsu makan) biasanya gejala penyakit atau karena efek samping obat.
c. Dukungan nutrisi adalah bagian esensial penyembuhan dan setiap penanganan medis.
2. Kultur dan Agama
a. Pola kultural, etnik, agama dan batasan mengenai makanan harus diperhitungkan jumlah.
b. Makanan dan diet tertentu harus diberikan apabila sesuai.
c. Klien lansia lebih cocok dengan kebiasaan makanan etnik. Kecenderungan ini dapat
meningkat selama sakit.
3. Status sosioekonomi
a. Biaya makanan tidak tetap, dan berbelanja bervariasi tergantung dari uang yang tersedia.
b. Apakah ada seseorang yang mempersiapkan makanan menentukan penggunaan jumlah
kenyamanan makanan.
4. Pilihan Pribadi
a. Kesukaan dan ketidaksukaan pribadi myngkin berpengaruh kuat terhadap diet.
b. Makanan yang berhubungan dengan kenangan yang menyenangkan cenderung menjadi
makanan favorit makanan yang berhubungan dengan kenangan yang tidak menyenangkan
cenderunh dihindari.
c. Makanan yang mewah dapat digunakan sebagai simbol status
Kebutuhan Nutrisi 15
d. Pilihan individu harus dipertimbangkan katika merencanakan diet terapeutik.
5. Faktor Psikologis
a. Motivasi individu untuk makan makanan yang seimbang dan persepsi individu tentang
diet merupakan pengaruh yang kuat.
b. Makanan mempunyai nilai simbolik yang kuat bagi banyak orang (mis, susu
menyimbolkan kelemahan dan daging menyimbolkan kekuatan).
6. Alkohol dan Obat
a. Penggunaan alkohol dan obat yang berlebihan memberi kontribusi pada defisiensi nutrisi
karena uang mungkin dibelanjakan untuk alkohol dari pada makanan dan alkokhol
mengantikana bagian makanan dan menekan nafsu makan.
b. Alkohol yang berlebihan juga mempengaruhi organ gastrointestinal
c. Obat-obatan yang menekan nafsu makan dapat menurunkan asupan zat gizi esensial.
d. Obat-obatan juga menghabiskan zat gizi yang tersimpan dan mengurangi absorbsi zat gizi
di dalam intestin.
7. Kesalahan Informasi dan Keyakinan terhadap Makanan
a. Mitos makanan akibat dari latar belakang kulture minat popular pada makanan asli,
tekanan sebanyak atau keinginan untuk mengontrol pilihan diet.
b. Keyakinan terhadap makanan sering melibatkan keyakinan yang salah bahwa makanan
tertentu khusus menyehatkan (mis: yogurt lebih bernutrisi dari susu, kerang
nebubgkatakan potensi seksual atau madu lebih menyehatkan dari gula).
c. Perawat harus berhatu-hati untuk tidak menjadi merendahkan diri ketika mengajarkan
klien bahwa makanan mungkin tidak mempunyai kualitas yang mempengaruhi mereka.
2.4. Masalah yang Berhubungan dengan Pemenuhan Nutrisi
1. Pasien yang terganggu kemapuan ingesti, digesti atau absorbsi nutrien yang cukup
2. Kehilangan cairan gastrointestinal yang berlebihan
3. Kongenital anomalis
4. Revisi bedah saluran gastrointestinal yang menganngu fungsi normal saluran pencernaan.
5. Pasien yang puasa dan hanya menerima cairan standar lebih dari 5 hari ( diorder)
6. Pasien dengan kondisi Aids, kanker, gangguan makan, penyakit gastrointestinal, penyakit
kritis, masalah mal absorbsi, penyakit metabolis, obesitas, penyakit renal, penyakit hati,
pangkreas dan kandung empedu
7. Pasien pascaoperatif
8. Pasien immobilisasi ( Potter dan Perry, 2004 )
Kebutuhan Nutrisi 16
2.5. Diagnosa Keperawatan Menurut NANDA
1. Perubahan nutrisi / ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan :
a. Peningkatan laju metabolik
b. Asupan nutrien yang tidak adekuat dalam diet
c. Peningkatan kehilangan nutrien melalu cairan gastrointestinal
d. Kebutuhan energi tinggi akibat latihan yang berlebihan
e. Ketidakmampuan untuk memasukkan/ mencerna nutrisi oleh faktor bilogis, psikologis
atau ekonomi.
2. Perubahan nutrisi / ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutruhan tubuh yang berhubungan
dengan :
a. Penurunan laju metabolik
b. Asupan nutrien dan kilokalori yang berlebihan dalam diet
c. Latihan atau aktivitas yang tidak adekuat
d. Intake yang berlebihan terhadap kebutuhan metabolisme tubuh.
2.6. Rencana Keperawatan menurut NANDA
1. Perubahan nutrisi / ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
a. Tujuan
Nutritional status : adequacy of nutrien
Nutritional status : food and fluid intake
Weight control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... nutrisi kurang teratasi dengan
indikator
b. Krtiteria hasil
Albumin serum
Pre albumin serum
Hematokrit
Hemoglobhin
Total iron binding capacity
Jumlah limfosit
c. Intervensi
Kaji adanya alergi makanan
Kebutuhan Nutrisi 17
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tingi serat untuk mencegah konstipasi
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama makan
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, hb dan kadar Ht
Monitor mual dan muntah
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor intake nutrisi
Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi
Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/
TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan
Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan
Kelola pemberan anti emetik
Anjurkan banyak minum
Pertahanka terapi IV line
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval
2. Perubahan nutrisi / ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
a. Tujuan
Fluid balance
Hydration
Nutritional status : food an fluid intake
b. Kriteria hasil
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
Tidak ada tanda tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa
lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
Orientasi terhadap waktu dan tempat baik
Jumlah dan iram pernapasan dalam batas normal
Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal
PH urin dalam batas normal
Intake oral dan intravena adekuat
Kebutuhan Nutrisi 18
c. Intervensi
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik ), jika diperlukan
Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan ( BUN, Hmt, osmolalitas urin,
albumin, total protein )
Monitor vital sign setiap 15 menit – 1 jam
Monitor status nutrisi
Berikan cairan oral
Berikan penggantian nasogatrik sesuai output ( 50-100 cc/jam)
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk transfusi
Pasang kateter jika perlu
Monitor intake dan urin output setiap 8 jam.
Kebutuhan Nutrisi 19