KONSEP DASAR KELUARGA
MAKALAH
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu nilai mata kuliah Community
Nursing Program II
Disusun Oleh :Siti Rohani 220110110040Nabila S F B 220110110041Asti Nurhalimah 220110110042Melda Iskawati 220110110043Fitria Rachmi 220110110044Hilma Nurjanah 220110110045Isna Nurfianti 220110110046Lusiyanti 220110110047Ika Setyawati 220110110048Anggun Tobing 220110110049 Margaretha Lumban Gaol 220110110050Gusti Ayu Radhitia Octavia 220110110051Yunita Persiyawati 220110110052
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013-2014
i
KONSEP DASAR KELUARGA
MAKALAH
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu nilai mata kuliah Community
Nursing Program II
Disusun Oleh :Siti Rohani Scriber 1Nabila S F B AnggotaAsti Nurhalimah AnggotaMelda Iskawati Scriber 2Fitria Rachmi AnggotaHilma Nurjanah ChairIsna Nurfianti AnggotaLusiyanti AnggotaIka Setyawati AnggotaAnggun Tobing AnggotaMargaretha Lumban Gaol AnggotaGusti Ayu Radhitia Octavia AnggotaYunita Persiyawati Anggota
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013-2014
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini membahas tentang Community Nursing II khususnya
mengenai Konsep Dasar Keluarga.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menemui beberapa kendala, tetapi dapat
teratasi berkat bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dessy Indra Yani, MNS selaku dosen koordinator mata pelajaran CNP II
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang
sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini di waktu yang akan
datang. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat,
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Semoga Allah SWT selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada kita. Amin.
Jatinangor, 16 Desember 2013
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 2
1.1 Uraian Kasus............................................................................................... 2
1.2 Laporan SGD ............................................................................................. 3
BAB II ISI........................................................................................................ 6
2.1 Pengertian Keluarga.................................................................................... 6
2.2 Tipe atau Jenis Keluarga............................................................................. 6
2.3 Fungsi Keluarga.......................................................................................... 10
2.4 Struktur Keluarga........................................................................................ 16
2.5 Peran Keluarga............................................................................................ 16
2.6 Siklus Kehidupan Keluarga........................................................................ 17
2.7 Tahap Perkembengan Keluarga.................................................................. 22
2.8 Pengkajian................................................................................................... 30
2.9 Genogram................................................................................................... 36
2.10 Perawatan Kesehatan Keluarga................................................................ 37
2.11Peran Perawat Keluarga............................................................................. 37
BAB III PENUTUP......................................................................................... 42
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 42
3.2 Implikasi Keperawatan ............................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 44
iv
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Uraian Kasus
Keluarga Tn A (40 tahun) terdiri dari istri (Ny B-33 tahun), dua anak
perempuan (An C-15 tahun & An D-4 tahun), dua anak lelaki (An E-8 tahun &
An F-7 tahun) telah dikunjungi oleh perawat komunitas Y. Dalam family folder
di sentra keperawatan, keluarga ini memiliki masalah stress marital, kesulitan
keuangan, nutrisi keluarga yang kurang, anak yang sering bolos sekolah, dan
seringnya kejadian penyakit infeksi pada anak. An C dan An E adalah bukan anak
kandung Ny B, tetapi mereka adalah hasil perkawinan Tn A dengan istri
sebelumnya (Ny. H-35 tahun). An C dan An E akan tinggal bersama dengan Ny
H hanya pada saat liburan sekolah. Masalah yang dialami keluarga saat ini
kemungkinan disebabkan oleh tidak terpenuhinya tugas perkembangan keluaga
Tn A dan lumrah terjadi pada jenis keluarga ini. Keluarga ini memang terhubung
oleh ikatan darah dan perkawinan, tetapi struktur keluarga Tn A cukup unik dalam
hal pola komunikasi, struktur kekuasaan, struktur peran, dan nilai keluarga.
Perawat komunitas akan melakukan pengkajian mendalam untuk fungsi keluarga,
stress dan koping keluarga, dan tidak lupa untuk membuat genogram keluarga.
Dengan pengkajian yang lengkap akan membantu perawat komunitas dalam
memberikan asuhan keperawatan keluarga yang optimal.
1.2 Laporan SGD
1.2.1 Step 1
Tidak ada
1.2.2 Step 2
1. Apakah tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi? (Ika)
2. Apakah data yang harus dikaji?(Nabila)
3. Apakah jenis keluarga dalam kasus ini? (Asti)
4. Apakah struktur keluarga dalam kasus ini? (Fitria)
5. Bagaimana koping keluarga dalam kasus ini?(Lusiyanti)
6. Bagaimana fungsi keluarga dalam kasus ini? (Melda)
1
7. Bagaimana nilai keluarga dalam kasus ini? (Margaretha)
8. Bagaimana aturan membuat genogram? (Fitria)
9. Apakah yang dimaksud dengan family folder? (Yunita)
10. Apakah fungsi dari genogram?(Asti)
11. Apa saja tahap-tahap pembentukan keluarga?(Isna)
12. Apakah masalah utama yang harus diintervensi?(Yunita)
13. Bagaimana batasan intervensi antara perawat dan psikiater? (Ika)
1.2.3 Step 3
1. LO
2. Data yang harus dikaji meliputi nama kepala keluarga, jumlah anggota
keluarga, riwayat pernikahan, struktur keluarga, kondisi kesehatan
anak dan keluarga, tugas perkembangan keluarga, karakteristik rumah,
lingkungan sekitar rumah, Faktor ekonomi, komunikasi antar keluarga
(Fitria, Ika, Margaretha)
3. Jenis-jenis keluarga diantaranya terbagi menjadi 2 yaitu keluarga
tradisional dan keluarga non tradisional. Keluarga tradisional terbagi
menjadi 2 yakni keluarga inti dan keluarga besar.
Jenis keluarga yang lainnya adalah
keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak
keluarga berantai adalah keluarga dengan hasil pernikahan lebih
dari satu kali
komposit adalah kleuarga dari hasil poligami
kohabitasi adalah keluarga yang berkumpul tanpa ikatan
perkawinan
inses adalah yaitu keluarga yang berkumpul dalam satu rumah
(Homo atau lesbi) kleuarga ini merupakan keluarga yang tidak
lazim di negara Indonesia (Melda, Anggun)
4. Struktur keluarga terdiri atas:
Ayah : berperan sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah
Ibu : menjalankan peran sebagai ibu seperti merawat anak
Anak : menjalankan fungsi sebagai anak
2
Struktur keluarga lain adalah Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur ayah
Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu
Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ibu
Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami (Lusiyanti, Isna)
5. Setiap anggota keluarga memahami perannya masing-masing, fungsi
yang belum terpenuhi dikembalikan pada fungsi yang semula,
luangkan waktu untuk bersama keluarga untuk memahami karakter
masing-masing (Yunita, Melda, Hilma)
6. Fungsi keluarga terbagi atas:
Fungsi Afektif
Fungsi Sosialisasi : hubungan interaksi dengan orang
lain
Fungsi perawatan kesehatan : mengajarkan kesehatan pada anak
Fungsi reproduksi : melanjutkan keturunan
Fungsi agama :memperkenalkan kepercayaan
kepada anak
Fungsi norma
Fungsi melindungi
Fungsi ekonomi :pengadaan sumber dana bagi
keluarga
Asah : keluarga mampu menyediakan pendidikan norma
Asih : memberikan kasih sayang terhadap anak
Asuh : menyediakan perawatan yang memadai seperti kesehatan
7. LO
3
8. Dalam membuat genogram perlu memperhatikan garis-garis jangan
sampai salah menempatkan garis, membuat keterangan simbol yang
digunakan (Lusi, Melda)
9. Family Folder adalah catatan rekam medis anggota keluarga (Dita)
10. Fungsi genogram adalah memperjelas ikatan darah, mendeteksi
penyakit genetik, menyatakan karakter psikologi yang dikaji (Anggun,
Ika, Nabila)
11. LO
12. Masalah utama yang harus diintervensi:
Stress marital : permasalahan perkawinan, hubungan suami istri
diperbaiki
Longgarnya pengawasan kesehatan sehingga muncul penyakit
infeksi
Kesulitan keungan keluarga menjadi faktor pemicu
Hubungan antar keluarga yang belum harmonis
Perceraian berpengaruh pada psikologi anak maka psikologis anak
yang harus diintervensi
Intervensi terhadap maslah keluarga tersebut adalah
mengembalikan fungsi keluarga ke semula (Asti, Isna, Hilma,
Yunita, Dita, Anggun)
13. LO
1.2.4 Step 4
4
Tahap Perkembangan Keluarga
1.2.5 Step 5
1. Apakah tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi?2. Bagaimana nilai keluarga dalam kasus ini?3. Bagaimana batasan intervensi antara perawat dan tenaga medis lain?
BAB II
5
Keluarga
JenisNilai Struktur Peran Fungsi
Masalah di keluarga
Kesehatan
Nutrisi Pola komunikasi
keluarga
Ekonomi
Pengkajian
Genogram Family Folder
ISI
2.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dan keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan,
1988).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang di satukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan, ikatan emosional dan yang mengidentifikasi diri mereka sebagai
bagian dari keluarga (Marilynn M. Friedman, 1998).
Keluarga adalah dua orang atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya
masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Salvicion G
Balion dan Aracelis Maglaya, 1989).
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran,
dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga (Duval, 1986)
2.2 Tipe Atau Jenis Keluarga
Tradisional
a. The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah
6
c. Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak
sudah memisahkan diri
d. The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
e. The extended family (keluarga luas/besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam
satu rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua
(kakak-nenek), keponakan, dll)
f. The single-parent family (keluarga duda/janda)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak,
hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan
ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)
g. Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar
kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan
(week-end)
h. Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah
i. Kin-network family
7
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll)
j. Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali
dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
k. The single adult living alone / single-adult family
`Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau
ditinggal mati
Non Tradisional
a. The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah
b. The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri
c. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber
dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak
dengan melalui aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan
8
e. Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
f. Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu
g. Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya
h. Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang
rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya
i. Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara
dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang
aslinya
j. Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental
9
k. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian,
tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.
Pada kasus ini termasuk keluarga inti (The nuclear family) karena
keluarga terdiri dari suami, istri dan anak.
2.3 Fungsi Keluarga
Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk atas perkawinan yang
sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak dan
mempunyai hubungan serasi, seimbang dan selaras antar anggota keluarga serta
anggota keluargadengan masyarakat dan lingkungannya (Kamus Istilah ,
BKKBN – 2007). Keluarga Sejahtera ini tentu merupakandambaan dan harapan
dari setiap keluarga yang ada pada saat ini, dan untuk mencapai kondisi tersebut
bukan suatu yang tidak mungkin terjadi, apabila setiap keluarga menerapkan
fungsi-fungsi yang seharusnya berjalan didalamkehidupan keluarga.. Fungsi yang
dimaksud terebut dikenal sebagai “ Delapan Fungsi Keluarga.” .
Delapan fungsi keluarga adalah fungsi-fungsi yang menjadi prasayarat ,
acuan dan pola hidup setiap keluarga. dalam upaya membangun kehidupan
keluarga, dalam rangka terwujutnya keluarga yang sejahtera sekaligus
berkualitas. Fungsi – fungsi tersebut antara lain yaitu; fungsi agama, fungsi sosial
budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi
pendidikan, fungsi ekonomi dan fungsi lingkungan.
Setiap fungsi dalam delapan funsi keluarga tersebut mempunyai makna
masing-masing yang mempunyai peran penting pada kehidupan keluarga,
diantaranya yaitu ;
• Pertama Fungsi “ Agama”, yang mempunyai makna bahwa keluarga
adalah wahana pembinaaan kehidupan ber Agama yaitu beriman dan bertaqwa
10
kepada Tuhan YME.. Setiap langkah yang dilakukan oleh setiap anggota keluarga
hendaknya selalu berpijak pada tuntunan agama yang dianutnya. Dalam
menerapkan fungsi Agama, yang tidak boleh diabaikan salah satunya adalah
tolerasai ber-agama, mengingat bahwa kita hidup di negara yang terdiri dari
berbagai suku bangsa dan mempunyai kepercayaan dan agama yang sangat
beragam
• Kedua “ Fungsi Sosial Budaya” yang mempunyai makna bahwa keluarga
adalah menjadi wahana pembinaan danpersemaian nilai-nilai luhur budaya yang
selama ini menjadi panutan dalam tata kehidupan mereka. sehingga nilai
luhuryang selama ini sudah menjadi panutan dalam kehidupan bangsa tetap dapat
dipertahankan dan dipelihara.
• Ketiga ” Fungsi Cinta kasih” yang mempunyai makna bahwa keluarga harus
menjadi tempat untuk menciptakan suasana cinta dan kasih sayang dalam
kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam
kehidupan keluarga cinta kasih dan kasih sayang antara anggota keluarga akan
dapat menumbuhkan rasa bertanggung jawab yang besarterhadap keharmonisan
keluarga tersebut, Sehingga Setiap anggota keluarga akan selalu menjaga
komitmen yang telah dibuat bersama, demikian juga dalam kehidupan
bermasyarakat, dengan fungsi ini akan menumbuhkan keharmonisan dalam
bertetangga dan bermasyarakat.
• Keempat “Fungsi Perlindungan” yang mempunyai makna bahwa keluarga
itu merupakan wahana terciptanya suasana aman, nyaman, damai dan adil bagi
seluruh anggota keluarganya. Sehingga setiap anggota keluarga akan selalu
merasa bahwa tempat yang paling baik dan pantas adalah didalam lingkungan
keluarganya sendiri., dan Ini tentu sangat membantu dalam menghadapi segala
tantangan yang muncul dalam kehidupannya.
• Kelima “Fungsi Reproduksi” yang mempunyai makna bahwa didalam
keluarga tempat diterapkannya cara hidup sehat, khususnya dalam kehidupan
reproduksi. Diharapka setiap anggota keluarga harus memahami cara hidup sehat
dan mengerti tentang kesehatan reproduksinya.. Oleh sebab itu pemahaman dan
11
pengetahuan tentang alat kontrasepsi, alat kontrasepsi rasional, pengetahuan lain
tentang Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi remaja, tentang Triad KRR dan
juga tentangketahanan keluarga melalui bina-bina yang tentu wajib harus
dimiliki.
• Keenam “Fungsi Pendidikan” yang mempunyai makna bahwa keluarga
adalah wahana terbaik dalam proses sosialisasi dan pendidikan bagi anak-
anaknya. Pendidikan dalam keluarga ini sebetulnya adalah pendidikan inti yang
menjadi fondasi untuk perkembangan anak. Sedangkan pendidikan yang diperoleh
dari sekolah maupun dari lingkungan sebetulnya hanya merupakan sebagian dari
pendidikan yang diperlukan,
• Ketujuh “Fungsi Ekonomi” yang mempunyai makna, bahwa keluarga
tempat membina kualitas kehidupan ekonomi, dan kesejahteraan keluarga. Setiap
anggota keluarga punya kewajiban yang sama untuk melakukan kegiatan yang
akan menambah kesejahteraan keluarga. Ini mempunyai makna bahwa seluruh
anggota keluarga dapat bersikap ekonomis , relistis dan mau berjuang untuk
peningkatan kesejahteraan keluarga.
• Kedelapan “Fungsi Lingkungan“ yang mempunyai makna , bahwa keluarga
adalah wahana untuk menciptakan warganya yg mampu hidup harmonis dengan
lingkungan masyarakat sekitar dan alam, dalam bentuk keharmonisan antar
anggotakeluarga, keharmonisan dengan tetangga serta keharmonisan terhadap
alam sekitarnya.
Menurut Friedman (1998), terdapat lima fungsi keluarga, yaitu :
1) Fungsi afektif (the Affective Function) adalah
Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang
lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial
anggota keluarga.
2) Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
12
lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna
untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tinkah laku
sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan nilai-nilai
budaya keluarga.
3) Fungsi reproduksi (the reproduction function)
Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
4) Fungsi ekonomi (the economic function)
Fungsi ekonomi yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5) Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function)
Fungsi perawatan adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan
anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
Tetapi dengan berubahnya zaman, fungsi keluarga dikembangkan menjadi:
1) Fungsi ekonomi,
Fungsi ekonomi yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif
yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan
sumber daya keluarga.
2) Fungsi mendapatkan status sosial
Fungsi mendapatkan status sosial yaitu keluarga yang dapat dilihat dan
dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berbeda disekitarnya.
3) Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan yaitu keluarga mempunyai peran dan tanggungjawab
yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi
kehidupan dewasanya.
4) Fungsi sosialisasi bagi anaknya
Fungsi sosialisasi yaitu orang tua atau keluarga diharapkan mampu
menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan luar rumah.
5) Fungsi pemenuhan kesehatan
13
Fungsi pemenuhan kesehatan yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan dasar primer dalam rangka melindungi dan pencegahan terhadap
penyakit yang mungkin dialami oleh keluarga.
6) Fungsi reliugius
Fungsi reliugius yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agama
dan mengamalkan ajaran agama.
7) Fungsi rekreasi
Fungsi rekreasi yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan
kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.
8) Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi yaitu bukan hanya mengembangkan keturunan tetapi
juga tempat untuk mengembangkan fungsi reproduksi secara menyeluruh,
diantaranya seks yang sehat dan berkualitas serat pendidikan seks bagi
anak-anak.
9) Fungsi afektif
Fungsi afektif yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada di luar
rumah.
Fungsi keluarga menurut Allender(1998)
a) .Affection
1) Menciptakan suasana persaudaraan atau menjaga perasaan
2) Mengembangkan kehidupan sexual dan kebutuhan sexual.
b) Security and acceptance
1) Mempertahankan kebutuhan fisik
2) Menerima individu sebagai anggota keluarga
c) Identity and satisfaction
1) Mempertahankan motivasi
2) Mengembangkan peran dan self image
14
3) Mengidentifikasi tingkat social dan kepuasan aktifitas
d) Affiliation and companionship
1) Mengembangkan pola komunikasi
2) Mempertahankan hubungan yang harmonis
e) Socialization
1) Mengenal kultur (nilai dan prilaku)
2) Aturan atau pedoman hubungan internal dan eksternal
3) Melepas anggota
f) Controls
1) Mempertahankan control social
2) Adanya pembagian kerja
3) Penempatan dan menggunakan sumber daya yang ada
Dari beberapa fungsi keluarga diatas, ada tiga fungsi pokok keluarga
terhadap anggota keluarganya, antara lain asih, yaitu memberikan kasih sayang,
perhatian dan rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga
memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
Sedangkan asuh, yaitu menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara sehingga diharapkan mereka menjadi anak-anak
yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Dan asah, yaitu memenuhi
kebutuhan pendidikan anak sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri
dalam mempersiapkan masa depannya.
2.4 Struktur Keluarga
Menurut Friedman (1998), struktur keluarga terdiri dari :
1) Pola dan proses komunikasi
Pola dan proses komunikasi dapat dikataan berfungsi apabila jujur, terbuka,
melibatkan emosi, dapat menyelesaikan konflik keluarga serta adanya
15
hierarki kekuatan. Pola komunikasi dalam keluarga dikatakan akan berhasil
jika pengirim pesan (sender) yakin mengemukakan pesannya, isi pesan jelas
dan berkualitas, dapat menerima dan memberi umpan balik, tidak bersifat
asumsi, berkomunikasi sesuai. Sebaliknya, seseorang menerima pesan
(receiver) dapat menerima pesan dengan baik jika dapat menjadi pendengar
yang baik, memberi umpan balik dan dapat memvalidasi pesan yang
diterima.
2) Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi
sosial yang diberikan baik peran formal maupun informal.
3) Struktur kekuatan
Struktur peran adalah kemampuan individu untuk mengontrol dan
mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain yang terdiri dari legitimate
power (hak), referen power (ditiru), expert power (keahlian), reward power
(hadiah), coercive power (paksaan) dan affektif power.
4) Nilai keluarga dan norma
Nilai keluarga dan norma adalah sistem ide-ide, sikap dan keyakinan yang
mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu sedangkan norma adalah
pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu.
2.5 Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat
dan kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu didasari dalam keluarga dan kelompok masyarakat. Berbagai
peran yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peran- peran formal
Peran- peran formal bersifat eksplisit yaitu setiap kandungan struktur peran
kelurga.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1) Peranan Ayah :
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
16
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
2) Peranan Ibu :
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu
dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3) Peran Anak :
Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual(4)
b. Peran- peran informal
Peran- peran informal bersifat implisit biasanya tidak tampak ke
permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan
emosional individu dan atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga
misalnya: pendorong, penguat, pendamai, pengharmonis
2.6 Siklus Kehidupan Keluarga
Dalam siklus kehidupan keluarga terdapat tahap-tahap yang dapat
diprediksi. seperti individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan
perkembangan yang berturut-turut, keluarga sebagai sebuah unit juga mengalami
tahap-tahap perkembangan yang berturut-turut.
Tabel 1 : Delapan Tahap Siklus Kehidupan Keluarga
Tahap I :Keluarga Pemula (juga menuju pasangan menikah atau tahap
pernikahan)
Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi sampai
umur 30 bulan)
Tahap III : Keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2
hingga 6 tahun)
17
Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur 6 hingga
13 tahun).
Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13 hingga 25
tahun).
Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak
pertama sampai anak terakhir) yang meninggalkan rumah.
Tahap VII : Orangtua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiunan).
Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia (juga menunjuk kepada
anggota keluarga yang berusia lanjut atau pensiun) hingga pasangan
yang sudah mengenalinya.
Diadaptasi dari Dupal, 1977 dan Miller, 1985
Formulasi tahap-tahap perkembangan keluarga yang paling banyak
digunakan untuk keluarga inti dengan dua orang tua adalah 8 tahap siklus
kehidupan keluarga dari Dupal, 1977 (lihat tabel 1) Selain itu Charter dan
McGoldrick, 1988 belakangan membuat model enam tahap yang sama bagi para
ahli terapi keluarga. Tabel 2 membandingkan tahap-tahap perkembangan siklus
kehidupan keluarga dari Dupall dan Charter dan Goldrick.
Dalam paradigma dari Dupall, ia menggunakan tingkat umur dan tingkat
sekolah dari anak yang paling tua sebagai tonggak untuk interval siklus
kehidupan, dengan pengecualian untuk dua tahap terakhir kehidupan keluarga
ketika anak-anak sudah tidak ada lgi di rumah. Apalagi terdapat beberapa anak
dalam keluarga, terjadi beberapa tumpang tindih tahap-tahap yang berbeda.
Sebaliknya Charter dan McGoldrick, 1988 merumuskan tahap siklus kehidupan
keluarga yang berfokus pada hal-hal penting dimana anggota keluarga masuk dan
keluar dari keluarga, jadi mengganggu keseimbangan keluarga. Penekanan disini
diletakkan pada hubungan-hubungan yang berubah, yang menjadi syarat sehingga
keluarga bisa bergerak dari satu tahap siklus kehidupan ke tahap berikutnya.
18
Tabel 2. Perbandingan Tahap-Tahap Siklus Kehidupan Keluarga menurut
Duvall, Miller, Charter dan McGoldrick
Charter dan McGoldrick
(Perspektif Terapi Keluarga)
Duvall dan Miller
(Perspektif Sosiologis)
1. Keluarga antara : dewasa muda
yang belum kawin
2. Penyatuan keluarga melalui
perkawinan : pasangan yang baru
menikah
3. Keluarga dengan anak kecil (masa
bayi hingga usia sekolah)
4. Keluarga dengan anak remaja
5. Keluarga melepaskan anak dan
Tidak ada yang diidentifikasi di sini,
meskipun Duvall menganggap dewasa
muda sedang proses “dilepas”. Karena
terdapat waktu yang cukup antara masa
remaja dan pernikahan.
1. Keluarga pemula atau tahap
pernikahan.
2. Keluarga sedang mengasuh anak
(anak tertua adalah bayi sampai
umur 30 bulan)
3. Keluarga dengan anak usia
prasekolah (anak tertua berumur 2
½ hingga 5 tahun).
4. Keluarga dengan anak usia sekolah
(anak tertua umur 6 hingga 12
tahun)
5. Keluarga dengan akan remaja (anak
tertua berumur 13 hingga 20)
6. Keluarga melepaskan anak dewasa
muda (semua anak meninggalkan
rumah)
7. Orangtua usia pertengahan (tidak
ada jabatan lagi hingga pensiun)
8. Keluarga dalam masa pensiun dan
lansia (mulai dari pensiun hingga
19
pindah
6. Keluarga dalam kehidupan terakhir
pasangan yang meninggal.
2.6.1. Variasi Siklus Kehidupan Keluarga
Keluarga-keluarga selalu bervariasi, karena menjalani tahap-tahap siklus
kehidupan keluarga. Tahap-tahap siklus kehidupan keluarga mengikuti suatu pola
yang tidak kaku (Duvall, 1977). Sudah barang tentu bahwa banyak keluarga saat
ini tidak cocok dengan tahap-tahap siklus kehidupan keluarga inti dengan orang
tua dari Duvall atau dari Charter dan McGoldrick. Variasi-variasi dalam siklus
kehidupan keluarga tradisional dapat dilihat pada keluarga-keluarga dimana
pasangan suami istri tidak menikah, dan terdapat perkawinan sesama
homoseksual, orangtua tunggal dan keluarga dengan orangtua tiri. Makin banyak
orang memilih berbagai bentuk keluarga dan karenanya konsep asal tentang siklus
kehidupan keluarga, mencakup keluarga inti dengan dua orangtua, secara
menyolok terbatas dalam aplikabilitasnya. Untuk keluarga-keluarga nontradisional
atau keluarga-keluarga miskin atau minoritas, terdapat variasi-variasi pada
penentuan tempo dan pengurutan kejadian keluarga (Teachman et al, 1987).
Karena pada saat ini keluarga dengan orangtua tunggal dan orangtua tiri
berjumlah cukup besar .
Bahkan dalam keluarga inti tradisional dengan dua orangtua terdapat
perubahan dalam penentuan tempo dari tahap-tahap siklus kehidupan keluarga.
Jumlah dewasa muda yang tinggal dengan tua, sendirian, atau dengan dewasa
muda lainnya semakin bertambah (“diantara tahap-tahap siklus kehidupan
keluarga” dari Charter dan McGoldrick). Banyak pasangan menunda menikah dan
memperpendek masa pengasuhan anak (hasil dari KB dan kerja), dan mempunyai
lebih sedikit anak. Dengan perubahan-perubahan ini dan umur harapan hidup
20
yang lebih lama, terdapat tahun-tahun yang cocok dalam dua tahap terakhir siklus
kehidupan keluarga – tahap usia pertengahan dan tahap pensiunan dan lansia.
2.6.2. Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga
Seperti individu-individu yang mempunyai tugas-tugas perkembangan
yang harus mereka capai agar mereka merasa puas selama suatu tahap
perkembangan dan agar mereka mampu beralih ke tahap berikutnya dengan
berhasil, setiap tahap perkembangan keluarga pun mempunyai tugas-tugas
perkembangan yang spesifik. Tugas-tugas perkembangan keluarga menyatakan
tanggung jawab yang dicapai oleh keluarga selama setiap tahap perkembangannya
sehingga dapat memenuhi (1) kebutuhan biologis keluarga, (2) imperatif budaya
keluarga, dan (3) aspirasi dan nilai-nilai keluarga (Duvall, 1977).
Bagaimana tugas-tugas perkembangan dalam keluarga berbeda dengan
tugas-tugas perkembangan individu anggota keluarga? Meskipun dalam kenyataan
banyak tugas-tugas tersebut adalah gabungan, tugas-tugas perkembangan keluarga
dibangkitkan bila keluarga sebagai sebuah unit berupaya memenuhi tuntutan-
tuntutan perkembangan mereka secara individual. Tugas-tugas perkembangan
keluarga juga diciptakan oleh tekanan-tekanan komunitas terhadap keluarga dan
anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan harapan-harapan kelompok acuan
keluarga dan masyarakat yang lebih luas.
Selain itu, tugas-tugas perkembangan keluarga juga meliputi tugas-tugas
spesifik pada setiap tahap yang melekat dalam pelaksanaan lima fungsi dasar
keluarga yang terdiri dari (1) fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian) ;
(2) fungsi sosialisasi dan penempatan sosial ; (3) fungsi perawatan kesehatan –
penyediaan dan pengelolaan kebutuhan-kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan ;
(4) fungsi reproduksi ; dan (5) fungsi ekonomi (lihat bab 5 untuk pembahasan
yang lengkap tentang fungsi-fungsi ini).
Tantangan nyata bagi keluarga adalah memenuhi setiap kebutuhan anggota
keluarga, dan juga untuk memenuhi fungsi-fungsi keluarga secara umum.
Pertautan kebutuhan-kebutuhan perkembangan individu dan keluarga tidak selalu
mungkin dilakukan. Misalnya, tugas anak usia bermain yang meliputi
21
mengeksplorasi lingkungan seringkali bertentangan dengan tugas seorang ibu
memelihara rumah yang teratur.
2.6.3. Tahap-Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan Dua Orangtua
Tahap-tahap siklus kehidupan keluarga berikut ini telah diuraikan oleh
Duvall dan Miller (1985) dan Charter dan McGoldrick (1988). Tahap-tahap
tersebut terdiri dari 9 tahap siklus kehidupan keluarga (Tabel 2). “Tahap antara”
dari tipologi Charter dan McGoldrick ditambahkan pada model siklus kehidupan
delapan tahap dari Duvall dan Miller untuk memberikan gambaran yang
komprehensif tentang perubahan kehidupan keluarga. Tahap-tahap siklus
kehidupan keluarga ini menggambarkan keluarga inti Amerika yang utuh, tapi
terbatas pada aplikabilitas keluarga-keluarga dengan orangtua tunggal, cerai dan
tiri. Masalah-masalah kesehatan juga dibicarakan dalam setiap tahap siklus
perkembangan keluarga.
2.7 Tahap Perkembangan Keluarga
Tahapan dan tugas perkembangan keluarga yang diadaptasi dari Duval adalah :
a. Pasangan Pemula Atau Pasangan Baru Menikah
Tahapan ini dimulai saat dua insan dewasa mengikat janji melalui pernikahan
dengan landasan cinta dan kasih sayang. Tugas pada tahapan perkembangan
keluarga pemula antara lain saling memuaskan antara pasangan, beradaptasi
dengan keluarga besar dari masing-masing pihak, merencanakan dengan
matang jumlah anak, memperjelas masing-masing peran pasangan.
b. Keluarga Dengan “Child Bearing” (kelahiran anak pertama)
Tahapan ini dimulai saat ibu hamil sampai dengan kelahiran anak pertama dan
berlanjut sampai dengan anak pertama berusia 30 bulan. Tugas keluerga pada
tahapan ini antara lain: mempersiapkan biaya persalinan, mempersiapakan
mental calon oransg tua dan mempersiapkan berbagai kebutuhan anak. Apabila
anak sudah lahir tugas keluarga antara lain: memberikan ASI sebagai
kebutuhan utama bayi (minimal 6 bulan), memberikan kassih sayang, mulai
mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan,
pasangan kembali melakukan adaptasi karena kehadiran anggota keluarga
22
termasuk siklus hubungan seks, mempertahankan hubungan dalam rangka
memuaskan pasangan.
c. Keluarga Dengan Anak Prasekolah
Dimulai saat anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5
tahun. Tugas yang dimiliki pada keluarga dengan anak prasekolah
diantaranya : menanamkan nilai-nilai dan norma kehidupan, mulai
menanamkan keyakinan beragama, mengenalkan kultur keluarga, memenuhi
kebutuhan bermain anak, membantu anak dalam bersosialisasi, dengan
lingkungan sekitar, menanamkan tanggung jawab dalam lingkup kecil,
memperhatikan dan memberikan stimulasi bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak prasekolah.
d. Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah
Dimulai saat anak pertama berusia 6 tahun dan berakhir saat anak berusia 12
tahun. Tugas yang dimiliki keluarga dengan anak usia sekolah antara lain :
memenuhi kebutuhan sekolah anak baik alat-alat sekolah maupun biaya
sekolah, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan
tugas-tugas sekolahnya, memberikan pengertian pada anak bahwa pendidikan
sangat penting untuk mas depen anak, membantu anak dalam bersosialisasi
lebih luas dengan lingkungan sekitar.
e. Keluarga Dengan Anak Remaja
Dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir saat anak berusia 19-
20 tahun. Keluarga dengan anak remaja berada dalam posisi dilematis,
mengingat anak sudah mulai menurun perhatiannya terhadap orang tua
dibandingkan dengan teman sebayanya. Pada tahapan ini seringkali ditemukan
perbedaan pendapat antara orang tua dan anak remaja, apabila hal ini tidak
diselesaikan akan berdampak pada hubungan selanjutnya.Tugas keluarga pada
tahapan ini antara lain : memberikan perhatian lebih pada anak remaja,
bersama-sama mendiskusikan tentang rencana sekolah ataupun kegiatan diluar
sekolah, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab,
mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
23
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus
kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun,
meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih
awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga 19 atau 20 tahun.
Anak-anak lain dalam rumah biasanya masih dalam usia sekolah. Tujuan
keluarga yang terlalu enteng pada tahap ini yang melonggarkan ikatan keluarga
memungkinkan tanggungjawab dan kebebasan yang lebih besar bagi remaja
dalam persiapan menjadi dewasa muda (Duvall, 1977).
Preto (1988) dalam membahas tentang transformasi sistem keluarga
dalam masa remaja, menguraikan metamorfosis keluarga yang terjadi.
Metamorfosis ini meliputi “pergeseran yang luar biasa pada pola-pola
hubungan antar generasi, dan sementara pergeseran ini pada awalnya ditandai
dengan kematangan fisik remaja, pergeseran ini seringkali sejalan dan
bertepatan dengan perubahan pada orangtua karena mereka memasuki
pertengahan hidup dan dengan transformasi utama yang dihadapi oleh kakek
nenek dalam usian tua”
Tahap kehidupan keluarga ini mungkin yang paling sulit, atau sudah
tentu yang paling banyak diperbincangkan dan ditulis (Kidwell et al, 1983).
Keluarga Amerika dipengaruhi oleh tugas-tugas perkembangan remaja dan
orangtua dan menciptakan konflik dan kekacauan yang luar biasa yang tidak
bisa dihindarkan. Tugas perkembangan remaja menghendaki pergerakan dari
ketergantungan dan kendali orangtua dan orang dewasa lainnya, melalui
periode aktifitas dan pengaruh kelompok teman sebaya yang kokoh hingga saat
menerima peran-peran orang dewasa (Adams, 1971).
Tantangan utama dalam bekerja dengan keluarga dengan anak remaja
bergerak sekitar perubahan perkembangan yang dialami oleh remaja dalam
batasan perubahan kognitif, pembentukan identitas, dan pertumbuhan biologis
(Kidwell et al, 1983), serta konflik-konflik dan krisis yang berdasarkan
perkembangan. Adams (1971) menguraikan tiga aspek proses perkembangan
remaja yang menyita banyak perhatian, yakni emansipasi (otonomi yang
meningkat), budaya orang muda (perkembangan hubungan teman sebaya),
24
kesenjangan antar generasi (perbedaan nilai-nilai dan norma-norma antara
orangtua dan remaja).
Peran, Tanggungjawab dan Masalah Orangtua.
Duvall (1977) juga mengidentifikasi tugas-tugas perkembangan yang
penting pada masa ini yang menyelaraskan kebebasan dengan tanggungjawab
ketika remaja menjadi matang dan mengatur diri mereka sendiri. Friedman
(1957) juga mendefinisikan serupa bahwa tugas orangtua selama tahap ini
adalah belajar menerima penolakan tanpa meninggalkan anak.
Ketika orangtua menerima remaja apa adanya, dengan segala
kelemahan dan kelebihan mereka, dan ketika mereka menerima sejumlah peran
mereka pada tahap perkembangan ini tanpa konflik atau sensitivitas yang tidak
pantas, mereka membentu pola untuk semacam penerimaan diri yang sama.
Hubungan antara orangtua dan remaja seharusnya lebih mulus bila orangtua
merasa produktif, puas dan dapat mengendalikan kehidupan mereka sendiri
(Kidwell et al, 1983) dan orangtua/keluarga berfungsi secara fleksibel (Preto,
1988).
Schultz (1972) dan lain-lain telah mengungkapkan pandangan mereka
bahwa kompleksitas kehidupan Amerika yang telah meningkat telah membuat
peran orangtua tidak jelas. Orangtua merasa berkompetisi dengan berbagai
kegiatan sosial dan institusi – mulai dari otoritas sekolah dan konselor hingga
keluarga berencana dan seks pranikah dan pilihan kumpul kebo. Faktor-faktor
lain menambah pengaruh mereka yang semakin berkurang tersebut. Karena
adanya spesialisasi jabatan dan profesi, orangtua tidak lagi bisa membantu
anak-anak mereka dengan rencana-rencana untuk bekerja. Mobilitas penduduk
dan kurangnya hubungan orang dewasa yang kontinu bagi remaja dan
orangtua, selain ketidakmampuan banyak orangtua untuk mendiskusikan
masalah-masalah pribadi, seks, dan masalah-masalah yang berkaitan dengan
obat-obatan secara terbuka dan tidak menghakimi bersama anak-naka mereka
juga memberikan kontribusi pada masalah-masalah orangtua-remaja.
25
Tabel 3. Tahap Siklus V Kehidupan Keluarga Inti dengan anak remaja
danTugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan
Tahap Siklus Kehidupan KeluargaTugas-Tugas Perkembangan Keluarga
Keluarga dengan anak remaja 1. Menyeimbangkan kebebasan dan
tanggungjawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin
mandiri.
2. Memfokuskan kembali hubungan
perkawinan.
3. Berkomunikasi secara terbuka
antara orangtua dan anak-anak.
Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga.
Tugas perkembangan yang utama dan pertama adalah menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggungjawab ketika remaja matur dan semakin mandiri
(Tabel 2). Orangtua harus mengubah hubungan mereka dengan remaja putri
atau putranya secara progresif dari hubungan dependen yang dibentuk
sebelumnya ke arah suatu hubungan yang semakin mandiri. Pergeseran yang
terjadi pada hubungan anak-orangtua ini salah satu hubungan khas yang penuh
dengan konflik-konflik sepanjang jalan.
Agar keluarga dapat beradaptasi dengan sukses selama tahap ini, semua
anggota keluarga, khususnya orangtua, harus membuat “perubahan sistem” utama
yaitu, membentuk peran-peran dan norma-norma baru dan “membiarkan” remaja.
Kidwell dan kawan-kawan (1983) meringkas perubahan yang diperlukan ini.
“Secara paradoks, sistem (keluarga) yang dapat membiarkan anggotanya adalah
sistem yang akan bertahan dan menghasilkan sistem itu sendiri secara efektif pada
generasi-generasi berikutnya”.
26
Orangtua yang dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka
sendiri, tidak membiarkan anak-anaknya, seringkali menemukan “revolusi” oleh
remaja bila perpisahan berlangsung kemudian. Orangtua dapat juga mempercayai
anak agar mandiri secara prematur, dengan mengabaikan kebutuhan-kebutuhan
ketergantungannya. Dalam hal ini remaja dapat gagal mencapai kemandirian
(Wright dan Leahey, 1984).
Menyangkut tiga tahap terakhir, hubungan perkawinan juga merupakan
pusat perhatian. Tugas perkembangan keluarga yang kedua bagi pasangan suami
istri adalah memfokuskan kembali hubungan perkawinan (Wilson, 1988). Banyak
sekali pasangan suami istri yang telah begitu terikat dengan tanggungjawab
sebagai orangtua sehingga perkawinan tidak lagi memainkan suatu peran utama
dalam kehidupan mereka. Suami biasanya menghabiskan banyak waktu diluar
rumah karena bekerja dan melanjutkan kariernya, sementara itu, istrinya juga
bekerja sementara itu, istrinya juga bekerja sementara mencoba meneruskan
pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dan tanggungjawab sebagai orangtua. Dalam
situasi seperti ini, hanya tersisa sedikit waktu dan energi untuk hubungan
perkawinan.
Akan tetapi disisi lain, karena anak-anak lebih bertanggungjawab terhadap
diri mereka sendiri, pasangan suami-istri meninggalkan rumah untuk meniti karier
mereka atau dapat menciptakan kesenangan-kesenangan perkawinan setelah anak-
anaknya telah meninggalkan rumah (postparental). Mereka dapat mulai
membangun fondasi untuk tahap siklus kehidupan keluarga berikutnya.
Tugas perkembangan keluarga yang ketiga yang mendesak adalah untuk
para anggota keluarga, khususnya orangtua dan remaja, untuk berkomunikasi
secara terbuka. Karena adanya kesenjangan antar generasi, komunikasi terbuka
seringkali hanya merupakan suatu cita-cita, bukan suatu realita. Seringkali
terdapat saling tolak menolak antara orang tua dengan remaja menyangkut nilai
dan gaya hidup. Orangtua yang berasal dari keluarga dengan berbagai macam
masalah terbukti seringkali menolak dan memisahkan diri dari anak mereka yang
tertua, sehingga mengurangi sauran-saluran komunikasi terbuka yang mungkin
telah ada sebelumnya.
27
Mempertahankan etika dan standar moral keluarga merupakan tugas
perkembangan keluarga lainnya (Duvall dan Miller, 1985). Meskipun aturan-
aturan dalam keluarga perlu diubah, etika dan standar moral keluarga perlu tetap
dipertahankan oleh orangtua. Sementara remaja mencari nilai-nilai dan keyakinan-
keyakinan mereka sendiri, adalah sangat penting bagi orangtua untuk
mempertahankan dan mengetatkan prinsip-prinsip dan standar-standar mereka.
Remaja sangat sensitif dengan ketidakcocokkan antara apa dikatakan dengan apa
yang dipraktikkan. Namun demikian, orangtua dan anak-anak dapat belajar dari
satu dan sama lain dalam masyarakat yang majemuk dan berubah dengan cepat ini
saat ini. Transformasi nilai dari kaum muda juga mentransformasikan keluarga.
Adopsi gaya hidup yang lebih bebas dan sederhana mengembangkan transformasi
nilai yang mempengaruhi setiap saat kehidupan keluarga (Yankelowich, 1975).
Masalah-Masalah Kesehatan.
Pada tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik, tapi promosi
kesehatan tetap menjadi hal yang penting. Faktor-faktor resiko harus
diidentifikasikan dan dibicarakan dengan keluarga, seperti pentingnya gaya hidup
keluarga yang sehat. Mulai dari usia 35 tahun, resiko penyakit jantung koroner
meningkat dikalangan pria dan pada usia ini anggota keluarga yang dewasa
merasa lebih rentan terhadap penyakit sebagai bagian dari perubahan-perubahan
perkembangan dan biasanya mereka ini menerima strategi-strategi promosi
kesehatan. Sedangkan pada remaja, kecelakaan-terutama kecelakaan mobil-
merupakan bahaya yang amat besar, dan patah tulang dan cidera karena atletik
juga umum terjadi.
Penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan
yang tidak dikehendaki, dan pendidikan dan konseling seks merupakan bidang-
bidang perhatian yang relevan. Dalam mendiskusikan topik ini dengan keluarga,
perawat dapat terjebak dalam perselisihan atau masalah antara orangtua dan kaum
muda. Remaja biasanya mencari pelayanan kesehatan menyangkut uji kehamilan,
penggunaan obat-obatan, uji AIDS, keluarga berencana dan aborsi, diagnosis dan
perawatan penyakit kelamin. Agaknya telah menjadi trend yang sah bagi remaja
28
untuk menerima perawatan kesehatan tanpa izin orangtua. Bila orangtua
diikutsertakan maka dilakukan wawancara terpisah sebelum mereka dikumpulkan.
Kebutuhan kesehatan yang lain adalah dalam bidang dukungan dan
bantuan untuk memperkokoh hubungan perkawinan dan hubungan remaja dengan
orangtua. Konseling langsung yang bersifat menunjang dan memulai rujukan ke
sumber-sumber dalam komunitas untuk konseling, dan juga pendidikan yang
bersifat rekreasional, dan pelayanan lainnya mungkin diperlukan. Pendidikan
promosi kesehatan umum juga diindikasikan.
f. Keluarga Dengan Melepas Anak Ke Masyarakat
Remaja yang akan beranjak dewasa harus sudah siap meninggalkan kedua
orang tuanya untuk memulai hidup baru, bekerja, dan berkeluarga, sehingga
tugas keluarga pada tahapan ini antara lain : mempertahankan keintiman
pasangan, membantu anak untuk mandiri, mempertahankan komunikasi,
memperluas hubungan keluarga antara orang tua dengan menantu, menata
kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak-anak.
g. Keluarga Dengan Tahapan Berdua Kembali
Tugas keluarga setelah ditinggal pergi anak-anaknya untuk memulai kehidupan
baru antara lain : menjaga keintiman pasangan, merencanakan kegiatan yang
akan datang, tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak dan cucu,
mempertahankan kesehatan masing-masing pasangan.
h. Keluarga Dengan Masa Tua
Masa tua bisa dihinggapi perasaan kesepian, tidak berdaya, sehingga tugas
keluarga pada tahapan ini adalah : saling memberikan perhatian yang
menyenangkan antara pasangan, memperhatikan kesehatan masing-masing
pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti dengan
berolahraga, berkebun, mengasuh cucu. Pada masa tua pasangan saling
mengingatkan akan adanya kehidupan yang kekal setelah kehidupan ini.
(Santun & Dermawan, 2008)
2.8 Pengkajian
29
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil data
secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Sumber
informasi dari tahapan pengkajian daoat menggunakan metode :
1. Wawancara keluarga
2. Observasi fasilitas rumah
3. Pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga (head to toe)
4. Data sekunder, misalnya hasil laboratorium, hasil X-ray, PAP Smear dsb
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
A. Data Umum
Pengnkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1. Nama kepala keluarga (KK)
2. Alamat dan telepon
3. Pekerjaan kepala keluarga
4. Pendidikan kepala keluarga
5. Komposisi keluarga dan genogram
6. Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta masalah-masalah yang
terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
7. Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan
8. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
9. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial
ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barangn-barang yang dimiliki oleh
keluarga.
10. Aktivitas rekreasi keluarga
30
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-
sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan
menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum
terpenuhi.
3. Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing
anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status
imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga
serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami
dan istri.
C. Pengkajian Lingkungan
1., Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, type rumah,
jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air,
sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat
yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk
setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.
3. mobolitas geografis keluarga
31
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga
berpindah tempat.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul
serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga
dengan masyarakat.
5. Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk dalam sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas
psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau
dukungan dari masyarakat setempat.
D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga
2. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang
lain untuk mengubah perilaku.
3. Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal.
4. Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berhubungan dengan kesehatan.
E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
32
anggota keluarga lainnya, bagaiman kehangatan tercipta pada anggota
keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
2. Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji adalah bagaiman interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya
dan perilaku.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga
dalam melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu : keluarga mampu
mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan, melakukan perawatan tarhadap anggota keluarga yang sakit,
menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan
kleluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat.
Hal-hal yang perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana keluarga
melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah :
a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga memahami fakta-fakta
dari masalah kesehatan yang meliputi: pen gertian, tanda dan gejala,
faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga
terhadap masalah.
b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah ;
1). Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan
luasnya masalah
2). Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga
3). Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami
4). Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari penyakit
33
5). Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah
kesehatan.
6). Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada.
7). Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.
8). Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan
dalam mengatasi masalah.
c. Mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit, termasuk kemampuan memelihara lingkungan dan
menggunakan sumber/fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat, yang
perlu dikaji adalah ;
1). Apakah keluarga mengetahui sifat dan perkembangnan perawatan
yang dibutuhkan untuk menanggulangi masalah
kesehatan/penyakit.
2). Apakah keluarga mempunyai sumber daya dan fasilitas yang
diperlukan untuk perawatan.
3). Keterampilan keluarga mengenai macam perawatan yang
diperlukan memadai.
4). Apakah keluarga mempunyai pandangan negatif terhadap
perawatan yang diperlukan
5). Adakah konflik individu dan perilaku mementingkan diri sendiri
dalam keluarga
6). Apakah keluarga kurang dapat memelihara keuntungan dalam
memelihara lingkungan dimasa mendatang.
7). Apakah keluarga mempunyai upaya penuingkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit
8). Apakah keluarga sadar akan pentingnya fasilitas kesehatan dan
bagaimana pandangan keluarga akan fasilitas tersebut.
9). Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan
(diagnostik, pengobatan dan rehabilitasi).
10). Bagaimana falsafah hidup keluarga berkaitan dengan upaya
perawatan dan pencegahan.
4. Fungsi reproduksi
34
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah :
a. Berapa jumlah anak
b. Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
c. Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlah anggota keluarga.
5. Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah :
a. Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan
b. Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat sdalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.
F. Stress dan Koping Keluarga
1. Stressor jangka pendek dan panjang
a. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.
b. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap
situasi/stressor.
3. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
4. Strategi adaptasi disfungsional
5. Strategi adaptasi disfungsional yang pernah digunakan keluarga saat
menghadapi permasalahan
G. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan dilakukan terhadap semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan tidak berbeda dengan pemeriksaan di klinik. Data pemeriksaan
kesehatan dapat meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
35
H. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.
2.9 Genogram
Menurut McGoldrick andGerson (Kerka, 2000), genogram merupakan
suatu pola untuk menggambar pohon keluarga yang menyimpan informasi tentang
anggota dan hubungan diantara keluarga sepanjang tiga generasi (online).
Menurut Peluso (2003: 287), genogram merupakan alat yang tepat untuk
memahami pengaruh asal-usul keluarga.
Fungsi genogram :
a. Memprediksi adanya risiko kemunculan gangguan kesehatan;
b. Mengetahui silsilah keluarga
c. Mengetahui interaksi dan hubungan antaranggota keluarga seperti ikatan
pernikahan, adopsi, perceraian,
Genogram dalam kasus ini adalah:
Tn.A Ny.B
An. E An.C An.F An.D
Keterangan simbol :
: laki-laki
: perempuan
36
355
8715 4
40 33
NY H
: cerai
: tinggal dalam satu rumah
2.10 Perawatan Kesehatan Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau
kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai
saran/penyalur.
Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan :
1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat
2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan
atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya
3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah
satu angota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh
terhadap anggota keluarga lainnya
4.Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien),
keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara
kesehatan para anggotanya
5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya
kesehatan masyarakat.
A. Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga
1. Tujuan umum :
37
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan
keluarga mereka, sehingga dapat meningkatkan status kesehatan
keluarganya
2. Tujuan khusus :
a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi oleh keluarga
b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-
masalah kesehatan dasar dalam keluarga
c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya
d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam
mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya
e. Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu
hidupnya
B. Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,
keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya
dan saling memelihara. Freeman (1981) :
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan
yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usaianya
yang terlalu muda
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-
lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-
fasilitas kesehatan yang ada.
38
2.11 Peran Perawat Keluarga :
1. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :
a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara
mandiri
b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
2. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk
mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar
tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan
3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik
maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan
langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota
keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga
asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat
melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau
kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan
pengkajian tentang kesehatan keluarga
5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah
kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka
39
hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus
bersikap terbuka dan dapat dipercaya
6. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit
atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan
keluarga yang optimal
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan
derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan
baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan
kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dll)
8. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi
ledakan atau wabah
9. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik
lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta
lingkungan yang sehat.
Prinsip-prinsip Perawatan Keluarga :
1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan
2. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai
tujuan utama
3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai
peningkatan kesehatan keluarga
40
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat
melibatkan peran serta keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya
5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan
preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif
6. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga
memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk
kepentingan kesehatan keluarga
7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara
keseluruhan
8. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan
kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan
menggunakan proses keperawatan
9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan
keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan
dasar/perawatan di rumah
10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
BAB III
PENUTUP
41
3.1 Kesimpulan
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional serta individu mempunyai peran
masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.Keluarga sebagai pranata
social terkecil dalam masyarakat dan Negara selalu mencuri perhatian baik
kalangan pimpinan atau tokoh informasi maupun pemerintah. Banyak kejadian
merisaukan sekarang ini, seperti kenakalan remaja, kasus gizi kurang, selalu
dikaitkan dengan makin kurang berfungsinya pranata keluarga, antara lain dalam
memfasilitasi tumbuh kembang anak dan menanamkan nilai-nilai luhur seperti
saling menghormati, cinta kasih, toleransi, dan empati.
Keperawatan keluarga berkaitan erat dengan upaya keluarga
mempunyai kemampuan dalam menolong dirinya sendiri dalam bidang
kesehatan. Perawat dapat menbantu keluarga dalam memecahkan masalah
kesehatannya sehingga mencapai keadaan keluarga yang optimal.
Suatu peran penting keluarga terkait dengan perawatan anak adalah
peran pengasuhan (parenting role), yang sama dalam menjalankan peran ini
keluarga sangat dipengaruhi oleh faktor usia orang tua, keterlibatan ayah atau
suami dala pengasuhan anak, latar belakang pendidikan orang tua, pengalaman
sebelumnya dalam mengasuh anak, stress yang dialami orang tua, dan
hubungan suami istri.
3.2 Implikasi Keperawatan
42
Salah satu tujuan penting dari keperawatan keluarga adalah membantu
keluarga dan anggotanya bergerak ke arah penyelesaian tugas-tugas
perkembangan individu dan keluarga (Friedman, 1987). Penguasaan satu
kumpulan tugas-tugas perkembangan keluarga memungkinkan keluarga bergerak
maju kearah tahap perkembangan berikutnya. Jika tugas-tugas perkembangan
keluarga tidak dipenuhi maka akan menghasilkan keluarga yang disfungsional
(Mattessich dan Hill 1987).
Untuk mencapai tujuan ini, perawat keluarga “membantu keluarga
mencapai dan mempertahankan keseimbangan antara keutuhan pertumbuhan
pribadi dari anggota keluarga secara individual dan fungsi keluarga yang
optimum” (kebutuhan perkembangan keluarga) (Divisi Praktik Keperawatan
Kesehatan Ibu dan Anak American Nurses “Association, (1983) keseimbangan
antara individu dan kelompok tidak dengan mudah dicapai, khususnya selama
tahap-tahap tertentu, yang menciptakan perbedaan bila terjadi ketidakseimbangan.
Bila bekerja dengan keluarga atau individu yang bermasalah, teori
perkembangan keluarga membantu para profesional kesehatan keluarga berpikir
tentang kejadian siklus kehidupan keluarga yang telah membentuk konteks
dimana masalah-masalah keluarga dan individu terjadi.
Juga penting sekali memasukkan perspektif perkembangan keluarga
kedalam praktik keperawatan keluarga seseorang bila bekerja dengan keluarga
yang sehat. Dengan keluarga yang sehat, bimbingan antisipasi dan penyuluhan
seringkali ditujukan untuk mencapai tujuan prevensi primer (Bobak et al, 1989).
Diagnosa, perencanaan, dan intervensi keperawatan keluarga harus mencakup
masalah-masalah keluarga yang mungkin dihadapi keluarga karena perlunya
transforamsi struktur keluarga hingga tugas-tugas perkembangan dapat dicapai.
Membantu keluarga mengantisipasi dan melewati transisi normatif yang berbeda
dalam kehidupan keluarga merupakan tujuan keperawatan keluarga yang paling
erat.
Perawat keluarga dan klinisi keluarga lainnya membantu keluarga dengan
morbalitas penyuluhan dan konseling. Rujukan ke kelompok pendukung sosial,
43
seperti kelompok untuk orangtua bayi atau lansia yang sakit juga sangat
membantu.
DAFTAR PUSTAKA
44
Carpenito, L. J. (2001). Buku saku diagnosa keperawatan. (Handbook of Nursing Diagnosis). Edisi 8, Alih bahasa monica Ester. Jakarta: EGC
Efendi,F. 2009. keperawatan kesehatan komunitas: teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta : salemba medika
Suprajitno.2004. Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam
Praktik.Jakarta:EGC.
Anonim. 2012. Delapan Fungsi Keluarga Wahana Menuju Keluarga Sejahtera.
Available at : http://www.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=35
diakses tanggal 15 Desember 2013 pukul 12.27 WIB
45