BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
Di tahun 2000-an berbagai usaha mulai dilakukan untuk menginternetkan
pemerintah baik di sisi proyek, maupun karena desakan masalah transparansi pada
masyarakat. E-Government merupakan urat nadi pemerintahan. Meskipun masih
relatif muda, namun tidak sedikit uang rakyat digunakan bagi pengembangan
teknologi informasi bagi operasionalisasi pemerintahan dan pelayanan umum.
Namun demikian, E-Government belum menunjukkan manfaat yang signifikan
bagi efektifitas dan efisiensi jalannya pemerintahan dan pelayanan umum yang
terbaik. Pulau-pulau E-Government terbentuk dalam NKRI dan memperlebar
jurang integrasi database nasional.
Otonomi daerah melahirkan persepsi & komitment yang sangat bervariasi dalam
pengembangan E-Government daerah dan nasional. Kondisi ini menciptakan
kesadaran bahwa dalam pengembangan e-government, panji2 otonomi tetap harus
berjalan pada koridor nasional.
1
1.2 LATAR BELAKANG
Saat ini perkembangan teknologi Internet sudah mencapai perkembangan
yang sangat pesat. Aplikasi Internet sudah digunakan untuk e-commerce dan
berkembang kepada pemakaian aplikasi Internet pada lingkungan pemerintahan
yang dikenal dengan e-government. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah
berlomba-lomba membuat aplikasi e-government. Pengembangan aplikasi e-
government memerlukan pendanaan yang cukup besar sehingga diperlukan
kesiapan dari sisi sumber daya manusia aparat pemerintahan dan kesiapan dari
masyarakat. Survei di beberapa negara menunjukkan bahwa ada kecenderungan
aparat pemerintah untuk tidak melaksanakan kegiatan secara online, karena
mereka lebih menyukaimetoda pelayanan tradisional yang berupa tatap langsung,
surat-menyurat atau telepon. Kita harus belajar dari penyebab-penyebab
kegagalan e-government di sejumlah negara yangdisebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu: ketidaksiapan sumber daya manusia, sarana dan prasarana teknologi
informasi, serta kurangnya perhatian dari pihak-pihak yang terlibat langsung.
E-government adalah penggunaan teknologi informasi dan telekomunikasi
untuk administrasi pemerintahan yang efisien dan efektif, serta memberikan
pelayanan yang transparan dan memuaskan kepada masyarakat. Semua organisasi
pemerintahan akan terpengaruh oleh perkembangan e-government ini. E-
government dapatlah digolongkan dalam empat tingkatan. Tingkat pertama adalah
pemerintah mempublikasikan informasi melalui website. Tingkat kedua adalah
interaksi antara masyarakat dan kantor pemerintahan melaui e-mail. Tingkat
ketigaadalah masyarakat pengguna dapat melakukan transaksi dengan kantor
pemerintahan secara timbal balik. Level terakhir adalah integrasi di seluruh kantor
pemerintahan, di mana masyarakat dapat melakukan transaksi dengan seluruh
kantor pemerintahan yang telah mempunyai pemakaian data base bersama.
2
1.3. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari penggunaan e-goverment secara menyeluruh mencakup
pada :
Government to citizent (pemerintah ke masyarakat)
Pemerintah membangun dan menerapkan berbagai aplikasi tennologi informasi
untuk memperbaiki hubungan interaksi dengan masyarakat.
Government to Business (Pemerintah ke pelaku usaha)
Contoh pada proses perizinan pendirian usaha dan investasi,pengadaan lelang oleh
pemerintah,dan kegiatan lain yang membutuhkan informasi secara online bagi
pelaku uasaha.
Government to Government (Pemerintah ke Pemerintah)
Memperlancar kerja sama antara negara dengan di umumkannya
komunikasi ,seperti kepentingan diplomasi, atau berbagai infomasi yang di
anggap penting oleh negara yang satu dan lainnya.
Government to Employees (Pemerintah ke Aparatnya)
Keadaan internal juga menjadi tempat di terapkanya e-goverment dalam
kemudahan informasi atau akses berbagai tugas/hasil kerja dan lainya.Contoh nya
bisa diumpamakan seperti sistem KRS online yang di mana di berlakukan
universitas di mana rektorat menjadi pemeritah dan dosen serta mahasiswa/i
menjadi aparat yang berada dalam suatu organisasi.
3
1.4. Manpaat dan Tujuan
Manpaat
1.Memberikan pengetahuan baru bagi mahasiswa/i.
2. Agar mahasiswa/i semakin memahami manpaat e-government serta
penerapannya di indonesia sendiri.
Tujuan
Untuk memenuhi nilai UAS mata kuliah etika profesi teknologi informasi dan
komunikasi.
4
BAB II
PENGENALAN E-GOVERNMENT
2.1. Pengertian E-Government
E-government mengacu pada penggunaan teknologi informasi oleh pemerintahan,
seperti menggunakan intranet dan internet, yang mempunyai kemampuan
menghubungkan keperluan penduduk, bisnis, dan kegiatan lainnya. Bisa
merupakan suatu proses transaksi bisnis antara publik dengan pemerintah melalui
sistem otomasi dan jaringan internet, lebih umum lagi dikenal sebagai world wide
web. Pada intinya e-government adalah penggunaan teknologi informasi yang
dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain.
penggunaan teknologi informasi ini kemudian menghasilkan hubungan bentuk
baru seperti: G To C (Governmet to Citizen), G To B (Government to Business),
dan G to G (Government to Government) G to E (Goverment to Employees).
(http://kimachsan.wordpress.com/artikel-teknologi/)
Teknologi Informasi adalah alat yang ampuh untuk mempercepat pembangunan
ekonomi. Negara-negara berkembang telah fokus pada pengembangan TIK
selama dua dekade terakhir dan sebagai hasilnya, telah diakui bahwa TIK sangat
penting untuk ekonomi dan sebagai katalisator pembangunan ekonomi. Jadi,
dalam beberapa tahun terakhir tampaknya telah upaya untuk menyediakan
berbagai layanan elektronik di banyak negara berkembang karena TIK diyakini
memberikan potensi besar untuk pembangunan yang berkesinambungan dari e-
government dan sebagai hasil, layanan elektronik.
Banyak lembaga pemerintah di negara maju yang telah mengambil langkah-
langkah progresif terhadap menggunakan web dan TIK, menambahkan koherensi
untuk semua kegiatan-kegiatan lokal di Internet, memperluas akses lokal dan
keterampilan, membuka layanan interaktif untuk debat lokal, dan
meningkatkan partisipasi warga dan pengelolaan wilayah (Graham dan Aurigi,
1997)
5
Tapi potensi untuk e-Government di negara-negara berkembang sebagian besar
masih asri. TIK menawarkan potensi besar untuk pembangunan yang
berkesinambungan dari e-Government. Manusia yang berbeda,
faktor organisasi dan teknologi, isu dan masalah berhubungan di negara-negara,
penelitian difokuskan membutuhkan dan pendekatan yang tepat. TIK, pada
umumnya, disebut sebagai "enabler", tapi di sisi lain juga harus dianggap sebagai
tantangan dan bahaya dalam dirinya sendiri. Organisasi, publik atau swasta, yang
mengabaikan nilai potensi dan penggunaan TIK mungkin menderita kerugian
kompetitif. Namun demikian, beberapa inisiatif e-Government telah berkembang
di negara-negara berkembang juga, misalnya Brasil, India, Chili, dan lain-
lain. [15] Pengalaman negara dalam menunjukkan bahwa pemerintah di negara
berkembang dapat secara efektif mengeksploitasi dan tepat manfaat TIK, tetapi
keberhasilan e-Government memerlukan akomodasi.
2.2. Empat Tipe Relasi E-Government
Richardus Eko Indrajit
Seperti halnya di dalam dunia aplikasi e-Commerce yang kerap diklasifikasikan
menjadi dua jenis, yaitu tipe B-to- B dan B-to-C, di dalam konsep e-Government
dikenal pula empat jenis klasifikasi, yaitu: G-to-C, G-to-B, G-to-G, dan G-to-E.
Sumber: GSA Federal Technology Service
Government to Citizens
Tipe G-to-C ini merupakan aplikasi e-Government yang paling umum, yaitu
dimana pemerintah membangun dan menerapkan berbagai portofolio teknologi
informasi dengan tujuan utama untuk memperbaiki hubungan interaksi dengan
masyarakat (rakyat). Dengan kata lain, tujuan utama dari dibangunnya aplikasi e-
Government bertipe G- to-C adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan
rakyatnya melalui kanal-kanal akses yang beragam agar masyarakat dapat dengan
mudah menjangkau pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan
pelayanan sehari-hari. Contoh aplikasinya adalah sebagai berikut:
6
• Kepolisian membangun dan menawarkan jasa pelayanan perpanjangan Surat Ijin
Mengemudi (SIM) atau Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) melalui internet
dengan maksud untuk mendekatkan aparat administrasi kepolisian dengan
komunitas para pemilik kendaraan bermotor dan para pengemudi, sehingga yang
bersangkutan tidak harus bersusah payah datang ke Komdak dan antre untuk
memperoleh pelayanan;
• Kantor Imigrasi bekerja sama dengan Bandara Udara Internasional Soekarno-
Hatta dan sejumlah bank- bank swasta membangun jaringan teknologi informasi
sehingga para turis lokal yang ingin melanglang buana dapat membayar fiskal
melalui mesin-mesin ATM sehingga tidak perlu harus meluangkan waktu lebih
awal dan antre di bandara udara;
• Departemen Agama membuka situs pendaftaran bagi mereka yang berniat untuk
melangsungkan ibadah haji di tahun-tahun tertentu sehingga pemerintah dapat
mempersiapkan kuota haji dan bentuk pelayanan perjalanan yang sesuai;
• Bagi masyarakat yang memiliki keahlian tertentu dan berniat untuk mencari
pekerjaan di luar negeri (menjadi Tenaga Kerja Indonesia), maka yang
bersangkutan dapat dengan mudah mendaftarkan diri dari Warnet (Warung
Internet) terdekat ke Departemen Tenaga Kerja secara gratis); dan lain
sebagainya.
Government to Business
Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah membentuk sebuah
lingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekenomian sebuah negara dapat
berjalan sebagaimana mestinya. Dalam melakukan aktivitas sehari-harinya, entiti
bisnis semacam perusahaan swasta membutuhkan banyak sekali data dan
informasi yang dimiliki oleh pemerintah. Disamping itu, yang bersangkutan juga
harus berinteraksi dengan berbagai lembaga kenegaraan karena berkaitan dengan
hak dan kewajiban organisasinya sebagai sebuah entiti berorientasi profit.
Diperlukannya relasi yang baik antara pemerintah dengan kalangan bisnis tidak
saja bertujuan untuk memperlancar para praktisi bisnis dalam menjalankan roda
perusahaannya, namun lebih jauh lagi banyak hal yang dapat menguntungkan
pemerintah jika terjadi relasi interaksi yang baik dan efektif dengan industri
swasta.
7
Contoh dari aplikasi e- Government berjenis G-to-B ini adalah sebagai berikut:
• Para perusahaan wajib pajak dapat dengan mudah menjalankan aplikasi berbasi
web untuk menghitung besarnya pajak yang harus dibayarkan ke pemerintah dan
melakukan pembayaran melalui internet;
• Proses tender proyek-proyek pemerintahan yang melibatkan sejumlah pihak
swasta dapat dilakukan melalui website (sehingga menghemat biaya transportasi
dan komunikasi), mulai dari proses pengambilan dan pembelian formulir tender,
pengambilan formulir informasi TOR (Term of Reference), sampai dengan
mekanisme pelaksanaan tender itu sendiri yang berakhir dengan pengumuman
pemenang tender;
• Proses pengadaan dan pembelian barang kebutuhan sehari-hari lembaga
pemerintahan (misalnya untuk back-office dan administrasi) dapat dilakukan
secara efisien jika konsep semacam e- procurement diterapkan (menghubungkan
antara kantor-kantor pemerintah dengan para supplier- nya);
• Perusahaan yang ingin melakukan proses semacam merger dan akuisisi dapat
dengan mudah berkonsultasi sehubungan dengan aspek-aspek regulasi dan
hukumnya dengan berbagai lembaga pemerintahan terkait; dan lain sebagainya.
Government to Governments
Di era globalisasi ini terlihat jelas adanya kebutuhan bagi negara-negara untuk
saling berkomunikasi secara lebih intens dari hari ke hari. Kebutuhan untuk
berinteraksi antar satu pemerintah dengan pemerintah setiap harinya tidak hanya
berkisar pada hal-hal yang berbau diplomasi semata, namun lebih jauh lagi untuk
memperlancar kerjasama antar negara dan kerjasama antar entiti-entiti negara
(masyarakat, industri, perusahaan, dan lain-lain) dalam melakukan hal-hal yang
berkaitan dengan administrasi perdagangan, proses-proses politik, mekanisme
hubungan sosial dan budaya, dan lain sebagainya. Berbagai penerapan e-
Government bertipe G-to-G ini yang telah dikenal luas antara lain:
• Hubungan administrasi antara kantor-kantor pemerintah setempat dengan
sejumlah kedutaan-kedutaan besar atau konsulat jenderal untuk membantu
8
penyediaan data dan informasi akurat yang dibutuhkan oleh para warga negara
asing yang sedang berada di tanah air;
• Aplikasi yang menghubungkan kantor-kantor pemerintah setempat dengan
bank-bank asing milik pemerintah di negara lain dimana pemerintah setempat
menabung dan menanamkan uangnya;
• Pengembangan suatu sistem basis data intelijen yang berfungsi untuk
mendeteksi mereka yang tidak boleh masuk atau keluar dari wilayah negara
(cegah dan tangkal);
• Sistem informasi di bidang hak cipta intelektual untuk pengecekan dan
pendaftaran terhadap karya-karya tertentu yang ingin memperoleh hak paten
internasional; dan lain sebagainya.
Government to Employees
Pada akhirnya, aplikasi e-Government juga diperuntukkan untuk meningkatkan
kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan pemerintahan yang
bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayan masyarakat. Berbagai jenis aplikasi
yang dapat dibangun dengan menggunakan format G-to-E ini antara lain:
• Sistem pengembangan karir pegawai pemerintah yang selain bertujuan untuk
meyakinkan adanya perbaikan kualitas sumber daya manusia, diperlukan juga
sebagai penunjang proses mutasi, rotasi, demosi, dan promosi seluruh karyawan
pemerintahan;
• Aplikasi terpadu untuk mengelola berbagai tunjangan kesejahteraan yang
merupakan hak dari pegawai pemerintahan sehingga yang bersangkutan dapat
terlindungi hak-hak individualnya;
• Sistem asuransi kesehatan dan pendidikan bagi para pegawai pemerintahan yang
telah terintegrasi dengan lembaga-lembaga kesehatan (rumah sakit, poliklinik,
apotik, dan lain sebagainya) dan institusi-institusi pendidikan (sekolah, perguruan
tinggi, kejuruan, dan lain-lain) untuk menjamin tingkat kesejahteraan karyawan
beserta keluarganya;
• Aplikasi yang dapat membantu karyawan pemerintah dalam membantu untuk
melakukan perencanaan terhadap aspek finansial keluarganya termasuk di
dalamnya masalah tabungan dan dana pensiun; dan lain sebagainya. Dengan
menyadari adanya bermacam-macam tipe aplikasi tersebut, maka terlihat fungsi
9
strategis dari berbagai aplikasi e-Government yang dikembangkan oleh sebuah
negara. Keberadaannya tidak hanya semata untuk meningkatkan kinerja pelayanan
pemerintah kepada masyarakatnya, namun lebih jauh lagi untuk meningkatkan
kualitas dari penyelenggaraan pemerintahan sebuah negara, yang pada akhirnya bi
kondisi unik tertentu, kebutuhan dan hambatan. Tantangan adaptif 'e-Government'
jauh melampaui teknologi yang mereka sebut untuk struktur organisasi dan
keterampilan, bentuk-bentuk baru kepemimpinan, transformasi kemitraan publik-
swasta (Allen et al., 2001).
10
2.3. Sistem Elektronik Dalam Pemerintahan
Instruksi Presiden No 3 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional
pengembangan E-government merupakan “angin segar” bagi penerapan teknologi
komunikasi dan informasi di bidang pemerintahan. Saat ini telah banyak instansi
pemerintah pusat dan pemerintah daerah otonom yang berinisiatif
mengembangkan pelayanan publik melalui jaringan komunikasi dan informasi
dalam bentuk situs web. Namun, implementasi mayoritas situs web Pemerintah
Daerah Otonom masih berada pada tingkat pertama (persiapan) dan hanya
sebagian kecil yang telah mencapai tingkat dua (pematangan), sedangkan tingkat
tiga (pemantapan) dan empat (pemanfaatan) belum tercapai. Artinya,
implementasi e-government di Indonesia baru pada tahap awal, sehingga banyak
lembaga pemerintah yang menyatakan dirinya sudah mengaplikasikan e-
government, ternyata baru pada tahap web presence. Tantangan utama terletak
pada kemampuan dan kesiapan manajemen serta para pelaku dan bukannya
teknologi pendukung e-government Apabila hal tersebut tidak diatasi maka dapat
mengakibatkan timbulnya digital divide. Lebih jauh lagi transparansi kebijakan
dan pelaksanaan otonomi daerah akan semakin sulit dikelola dan akan menutup
jalan ke arah demokratisasi yang sempurna.
(http://egovermentsupli2011.multiply.com/journal/item/10/
EVALUASI_IMPLEMENTASI_EGOV_DI_INDONESIA)
Ada 2 dimensi penyumbang kompleksitas e-Goverment: dimensi fungsional dan
dimensi wilayah. Fungsi yang sama bisa mendapat perlakuan berbeda di wilayah
yang sama. Sebagai contoh, tidak semua wilayah memiliki fasilitas teknologi
komunikasi dengan kualitas yang sama. Singkronisasi data dengan suatu
kecamatan bisa dilakukan on-line karena sistemnya telah terhubung langsung bisa
pula dilakukan offline bila belum ada koneksi secara langsung. Perbedaan ini bisa
mengakibatkan perbedaan pelayanan ke masyarakat yang pada gilirannya bisa
mengakibatkan perbedaan user interface
http://prastowo.staff.ugm.ac.id/files/elemen-e-gov.pdf
11
2.4. Prinsip dasar
Dalam pemanfaatannya untuk pembangunan, diperlukan pemahaman bahwa e-
gov :
1 hanyalah alat;
2 mempunyai resiko terhadap integrasi datayang sudah ada;
3 bukanlah pengganti managemen publik dan kontrol internal pemerintahan;
4 masihdiperdebatkan peranannya dalam hal mengurangi praktek KKN;
5 juga masih diragukan untuk dapat membantu mengurangi kemiskinan;dan
6 memerlukan kerjasama antar ICT profesional dan pemerintah.Sebagai salah
satu aplikasi telematika yang termasuk baru di bidang kepemerintahan, maka
diperlukan waktu dan proses sosialisasi yang memadai agar para pelaku
birokrasi dan masyarakat mampu memahami e-gov untuk kemudian
mendayagunakan potensinya dan tidak terjebak kepada paradgima lama,
project oriented activities.
2.5. Visi E-Government
1. Memperbaiki produktivitas dan kinerja operasional pemerintah dalam
melayani pelanggannya
2. Mempromosikan pemerintahan yang bersih dan transparan
3. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat memlalui kerja pelayanan
publik
4. Menjamin terciptanya penyelenggaraan negara yang demokratis.
12
2.6. Keuntungan E-Government
1. Untuk meningkatkan efisiensi internal,menyampaikan pelayanan
public,atau proses ke pemerintahan yang demokratis.
2. Peningkatan efisiensi ,kenyamanan,serta aksesibilitas baik dari pelayanan
publik.
2.7. Kerugian E-Government
1. Semakin bebasnya masyarakat mengakses situs pemerintah akan membuka
peluang terjadinya cyber crime yang dapat merusak system TIK pada e-
government. Misalnya kasus pembobolan situs KPU ketika penyelenggaraan
Pemilu oleh seorang cracker.
2. Kurangnya interaksi atau komunikasi antara admin (pemerintah) dengan
masyarakat, karena e- government dibuat untuk saling berinteraksi antara
pemerintah, masyarakat, dan pihak lain yang berkepentingan.
3. Kelemahan utama tentang e-government adalah kurangnya kesetaraan dalam
akses publik untuk keandalan, internet informasi di web, dan agenda
tersembunyi dari kelompok pemerintah yang dapat mempengaruhi dan bias
opini publik.
4. Pelayanan yang diberikan situs pemerintah belum ditunjang oleh system
manajemen dan proses kerja yang efektif karena kesiapan peraturan,prosedur
dan keterbataasan SDM sangat membatasi penetrasi komputerisasi k dalam
system pemerintahan
5. Belum mapannya strategi serta tidak memaadainya anggaran yang
dialokasikan untuk pengembanngan e-government
6. Inisiatif merupakan upaya instansi secara sendiri-sendiri, dengan demikian
sejumlah faktor seperti standardisasi, keamanan informasi, otentikasi, dan
berbagai alikasi dasar yang memungkinkkan interoperabilitas antar situs
secara andal, aman, dan terpercaya kurang mendapat perhatian
7. Kesenjangan kemampuan masyarakat untuk mengakses jaringan internet
13
2.8. Element Sukses Pengembangan E-Government
Richardus Eko Indrajit
Menurut hasil kajian dan riset dari Harvard JFK School of Government, untuk
menerapkan konsep-konsep digitalisasi pada sektor publik, ada tiga elemen sukses
yang harus dimiliki dan diperhatikan sungguh-sungguh. Masing-masing elemen
sukses tersebut adalah: Support, Capacity, dan Value.
Sumber: Washington State Digital Government
Support
Elemen pertama dan paling krusial yang harus dimiliki oleh pemerintah adalah
keinginan (intent) dari berbagai kalangan pejabat publik dan politik untuk benar-
benar menerapkan konsep e-Government, bukan hanya sekedar mengikuti trend
atau justru menentang inisiatif yang berkaitan dengan prinsip-prinsip e-
Government. Tanpa adanya unsur “politicalwill” ini, mustahil berbagai inisiatif
pembangunan dan pengembangan e-Government dapat berjalan dengan mulus.
Karena budaya birokrasi cenderung bekerja berdasarkan model manajemen
“topdown”, maka jelas dukungan implementasi program e-Government yang
efektif harus dimulai dari para pimpinan pemerintahan yang berada pada level
tertinggi (Presiden dan para pembatunya – Menteri) sebelum merambat ke level-
level di bawahnya (Eselon 1, Eselon 2, Eselon 3, dan seterusnya). Yang dimaksud
dengan dukungan di sini juga bukanlah hanya pada omongan semata, namun lebih
jauh lagi dukungan yang diharapkan adalah dalam bentuk hal-hal sebagai berikut:
• Disepakatinya kerangka e-Government sebagai salah satu kunci sukses negara
dalam mencapai visi dan misi bangsanya, sehingga harus diberikan prioritas tinggi
sebagaimana kunci-kunci sukses lain diperlakukan;
• Dialokasikannya sejumlah sumber daya (manusia, finansial, tenaga, waktu,
informasi, dan lain-lain) di setiap tataran pemerintahan untuk membangun konsep
ini dengan semangat lintas sektoral;
• Dibangunnya berbagai infrastruktur dan superstruktur pendukung agar tercipta
lingkungan kondusif untuk mengembangkan e-Government (seperti adanya
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang jelas, ditugaskannya lembaga-
14
lembaga khusus – misalnya kantor e-Envoy – sebagai penanggung jawab utama,
disusunnya aturan main kerja sama dengan swasta, dan lain sebagainya); dan
• Disosialisasikannya konsep e-Government secara merata, kontinyu, konsisten,
dan menyeluruh kepada seluruh kalangan birokrat secara khusus dan masyarakat
secara umum melalui berbagai cara kampanye yang simpatik.McConnel
International meletakkan faktor leadership sebagai salah satu variabel dalam
menentukan negara mana saja yang telah siap menerapkan konsep e-Government;
dimana berdasarkan hasil kajian di Bulan Agustus 2000, negara-negara tetangga
seamcam Malaysia, Taiwan, India, dan China dianggap memiliki unsur leadership
yang jauh lebih baik dibandingkan dengan Indonesia.
Sumber: McConnel International
Capacity
Yang dimaksud dengan elemen kedua ini adalah adanya unsur kemampuan atau
keberdayaan dari pemerintah setempat dalam mewujudkan “impian” e-
Government terkait menajdi kenyataan. Ada tiga hal minimum yang paling tidak
harus dimiliki oleh pemerintah sehubungan dengan elemen ini, yaitu:
• Ketersediaan sumber daya yang cukup untuk melaksanakan berbagi inisiatif e-
Government, terutama yang berkaitan dengan sumber daya finansial;
• Ketersedaan infrastruktur teknologi informasi yang memadai karena fasilitas ini
merupakan 50% dari kunci keberhasilan penerapan konsep e-Government; dan
• Ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keahlian
yang dibutuhkan agar penerapan e-Government dapat sesuai dengan asas manfaat
yang diharapkan. Perlu diperhatikan di sini bahwa ketiadaan satu atau lebih
elemen prasyarat tersebut janganlah dijadikan alasan tertundanya sebuah
pemerintah tertentu dalam usahanya untuk menerapkan e-Government, terlebih-
lebih karena banyaknya fasilitas dan sumber daya krusial yang berada di luar
jangkauan (wilayah kontrol) pemerintah. Justru pemerintah harus mencari cara
yang efektif agar dalam waktu cepat dapat memiliki ketiga prayarat tersebut,
misalnya melalui usaha-usaha kerja sama dengan swasta, bermitra dengan
pemerintah daerah/negara tetangga, merekrut SDM terbaik dari sektor non publik,
15
mengalihdayakan (outsourcing) berbagai teknologi yang tidak dimiliki, dan lain
sebagainya.
Value
Elemen pertama dan kedua merupakan dua buah aspek yang dilihat dari sisi
pemerintah selaku pihak pemberi jasa (supply side). Berbagai inisiatif e-
Government tidak akan ada gunanya jika tidak ada pihak yang merasa
diuntungkan dengan adanya implementasi konsep tersebut; dan dalam hal ini,
yang menentukan besar tidaknya
manfaat yang diperoleh dengan adanya e-Government bukanlah kalangan
pemerintah sendiri, melainkan masyarakat dan mereka yang berkepentingan
(demand side). Untuk itulah maka pemerintah harus benar-benar teliti dalam
memilih prioritas jenis aplikasi e-Government apa saja yang harus didahulukan
pembangunannya agar benar-benar memberikan value (manfaat) yang secara
signifikan dirasakan oleh masyarakatnya. Salah dalam mengerti apa yang
dibutuhkan masyarakat justru akan mendatangkan bumerang bagi pemerintah
yang akan semakin mempersulit meneruskan usaha mengembangkan konsep e-
Government. Perpaduan antara ketiga elemen terpenting di atas akan membentuk
sebuah nexus atau pusat syaraf jaringan e-Government yang akan merupakan
kunci sukses utama penjamin keberhasilan. Atau dengan kata lain, pengalaman
memperlihatkan bahwa jika elemen yang menjadi fokus sebuah pemerintah yang
berusaha menerapkan konsep e-Government berada di luar area tersebut (ketiga
elemen pembentuk nexus) tersebut, maka probabilitas kegagalan proyek tersebut
akan tinggi.
16
2.9. Manfaat E-Government
Manfaat e-Government antara lain :
1. Pelayanan servis yang lebih baik kepada masyarakat. Informasi dapat
disediakan 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, tanpa harus menunggu
dibukanya kantor. Informasi dapat dicari dari kantor, rumah, tanpa harus
secara fisik datang ke kantor pemerintahan. Informasi tersebut bisa kita
dapatkan melalui Portal, Email, dll.
2. Peningkatan hubungan antara pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat
umum. Adanya keterbukaan (transparansi) maka diharapkan hubungan
antara berbagai pihak menjadi lebih baik. Keterbukaan ini menghilangkan
saling curiga dan kekesalan dari kesemua pihak.
3. Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang mudah diperoleh.
Dengan adanya informasi yang mencukupi, masyarakat akan belajar untuk
dapat menentukan pilihannya. Sebagai contoh, data-data tentang sekolahan
(jumlah kelas, daya tampung murid, passing grade, dan sebagainya) dapat
ditampilkan secara online dan digunakan oleh orang tua untuk memilihkan
sekolah yang pas untuk anaknya.
4. Pelaksanaan pemerintahan yang lebih efisien. Sebagai contoh, koordinasi
pemerintahan dapat dilakukan melalui email atau bahkan video
conferencing. Bagi Indonesia yang luas areanya sangat besar, hal ini
sangat membantu. Tanya jawab, koordinasi, diskusi antara pimpinan
daerah dapat dilakukan tanpa kesemuanya harus berada pada lokasi fisik
yang sama. Tidak perlu harus terbang ke Jakarta atau suatu tempat untuk
pertemuan yang hanya berlangsung satu atau dua jam.
5. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-nya
(masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja
efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara;
6. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Governance di
pemerintahan (bebas KKN);
17
7. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan
interaksi yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholdernya untuk
keperluan aktivitas sehari-hari;
8. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-
sumber pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang
berkepentingan;
9. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat
dan tepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan
berbagai perubahan global dan trend yang ada; dan
10. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra
pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara
merata dan demokratis.
(Sumber: http://id.shvoong.com/internet-and-technologies/software/2214771-
government/#ixzz1vegluU00)
E-government memiliki kemampuan mem-bypass hambatan implementasi
kebijakan. Dari pembuat langsung kepada pihak yang seharusnya menerima. Dari
Departemen Pendidikan Nasonal langsung kepada guru mata pelajaran.
Kemampuan by-pass ini menghilangkan jarak antara warga negara dengan
pemerintah. (http://setabasri01.blogspot.com/2009/02/e-government-di-
indonesia.html)
2.10. Tujuan E-Government
Tujuan dari e-government itu sendiri antara lain:
1. Memudahkan warga masyarakat untuk mendapatkan pelayanan publik dan
untuk berinteraksi dengan jajaran pemerintah.
2. Memperbaiki kepekaan dan respon Pemda terhadap kebutuhan warga.
3. Meningkatkan efisiensi,efektivitas dan accountability dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
18
2.11. Contoh E-Government
Contoh dari E-Government adalah E-KTP
Apa dan Mengapa e-KTP ?
Apa itu e-KTP ?
e-KTP atau KTP Elektronik adalah dokumen kependudukan yang memuat sistem
keamanan/pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi
dengan berbasis pada database kependudukan nasional.
Penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor
Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan identitas tunggal setiap penduduk
dan berlaku seumur hidup
Nomor NIK yang ada di e-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan
Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis
Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas lainnya
(Pasal 13 UU No. 23 Tahun 2006 tentang Adminduk)
Quote:
Autentikasi Kartu Identitas (e-ID) biasanya menggunakan biometrik yaitu
verifikasi dan validasi sistem melalui pengenalan karakteristik fisik atau tingkah
laku manusia. Ada banyak jenis pengamanan dengan cara ini, antara lain sidik jari
(fingerprint), retina mata, DNA, bentuk wajah, dan bentuk gigi. Pada e-KTP, yang
digunakan adalah sidik jari.
Penggunaan sidik jari e-KTP lebih canggih dari yang selama ini telah diterapkan
untuk SIM (Surat Izin Mengemudi). Sidik jari tidak sekedar dicetak dalam bentuk
gambar (format jpeg) seperti di SIM, tetapi juga dapat dikenali melalui chip yang
terpasang di kartu. Data yang disimpan di kartu tersebut telah dienkripsi dengan
algoritma kriptografi tertentu. Proses pengambilan sidik jari dari penduduk sampai
dapat dikenali dari chip kartu adalah sebagai berikut:
19
Sidik jari yang direkam dari setiap wajib KTP adalah seluruh jari (berjumlah
sepuluh), tetapi yang dimasukkan datanya dalam chip hanya dua jari, yaitu jempol
dan telunjuk kanan. Sidik jari dipilih sebagai autentikasi untuk e-KTP karena
alasan berikut:
1. Biaya paling murah, lebih ekonomis daripada biometrik yang lain
2. Bentuk dapat dijaga tidak berubah karena gurat-gurat sidik jari akan kembali
ke bentuk semula walaupun kulit tergores
3. Unik, tidak ada kemungkinan sama walaupun orang kembar
Quote:
Struktur e-KTP terdiri dari sembilan layer yang akan meningkatkan pengamanan
dari KTP konvensional. Chip ditanam di antara plastik putih dan transparan pada
dua layer teratas (dilihat dari depan). Chip ini memiliki antena didalamnya yang
akan mengeluarkan gelombang jika digesek. Gelombang inilah yang akan dikenali
oleh alat pendeteksi e-KTP sehingga dapat diketahui apakah KTP tersebut berada
di tangan orang yang benar atau tidak. Untuk menciptakan e-KTP dengan
sembilan layer, tahap pembuatannya cukup banyak, diantaranya:
1. Hole punching, yaitu melubangi kartu sebagai tempat meletakkan chip
2. Pick and pressure, yaitu menempatkan chip di kartu
3. Implanter, yaitu pemasangan antenna (pola melingkar berulang menyerupai
spiral)
4. Printing,yaitu pencetakan kartu
5. Spot welding, yaitu pengepresan kartu dengan aliran listrik
6. Laminating, yaitu penutupan kartu dengan plastik pengaman
e-KTP dilindungi dengan keamanan pencetakan seperti relief text, microtext, filter
image, invisible ink dan warna yang berpendar di bawah sinar ultra violet serta
anti copy design.
20
Penyimpanan data di dalam chip sesuai dengan standar internasional NISTIR
7123 dan Machine Readable Travel Documents ICAO 9303 serta EU Passport
Specification 2006. Bentuk KTP elektronik sesuai dengan ISO 7810 dengan form
factor ukuran kartu kredit yaitu 53,98 mm x 85,60 mm.
Mengapa harus e-KTP?
Quote:
Proyek e-KTP dilatarbelakangi oleh sistem pembuatan KTP konvensional di
Indonesia yang memungkinkan seseorang dapat memiliki lebih dari satu KTP. Hal
ini disebabkan belum adanya basis data terpadu yang menghimpun data penduduk
dari seluruh Indonesia. Fakta tersebut memberi peluang penduduk yang ingin
berbuat curang terhadap negara dengan menduplikasi KTP-nya. Beberapa
diantaranya digunakan untuk hal-hal berikut:
1. Menghindari pajak
2. Memudahkan pembuatan paspor yang tidak dapat dibuat di seluruh kota
3. Mengamankan korupsi
4. Menyembunyikan identitas (misalnya oleh para teroris)
Quote:
Kartu identitas elektronik telah banyak digunakan di negara-negara di Eropa
antara lain Austria, Belgia, Estonia, Italia, Finlandia, Serbia, Spanyol dan Swedia,
di Timur Tengah yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir dan Maroko, dan di
Asia yaitu India dan China.
Mendagri Gamawan Fauzi membeberkan keunggulan Kartu Tanda Penduduk
Elektronik (e-KTP) yang akan diterapkan di Indonesia, dibandingkan dengan e-
KTP yang diterapkan di RRC dan India. Gamawan menyebut, e-KTP di Indonesia
lebih komprehensif.
Di RRC, Kartu e-ID tidak dilengkapi dengan biometrik atau rekaman sidik jari. Di
sana, e-ID hanya dilengkapi dengan chip yang berisi data perorangan yang
terbatas. Sedang di India, sistem yang digunakan untuk pengelolaan data
kependudukan adalah sistem UID (unique Identification), yang di Indonesia
namanya NIK (Nomor Induk Kependudukan).
21
“UID diterbitkan melalui register pada 68 titik pelayanan, sedangkan program
KTP elektronik di Indonesia akan dilaksanakan di 6.214 kecamatan,” ujar
Gamawan.
“Dengan demikian, KTP elektronik yang akan diterapkan di Indonesia merupakan
gabungan e-ID RRC dan UID India, karena KTP elektronik dilengkapi dengan
biometrik dan chip,”
(http://www.e-ktp.com/2011/06/hello-world/)
Contoh 2
Situs resmi pemeritah daerah.
Web Site : http://www.karawangkab.go.id
22
2.12. Ciri E-Government berjalan Baik
1. Masyarakat bebas memilih kapan dan darimana yang bersangkutan ingin berhubungan dengan pemerintahnya untuk melakukan berbagai transaksi atau mekanisme interaksi yang diperlukan selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu (non-stop);
2. Saat pemerintah menjalankan pelayanan, masyarakat dan stakeholder dapat dan boleh memilih berbagai kanal akses (multiplechannels), baik yang sifatnya tradisional/konvensional maupun yang paling modern, baik yang disediakan oleh pemerintah maupun kerja sama antara pemerintah dengan sektor swasta atau institusi non komersial lainnya
3. Pemerintah berperan sebagai koordinator utama yang memungkinkan berbagai hal yang diinginkan masyarakat terwujud, artinya yang pemerintah akan membuat sebuah suasana yang kondusif agar tercipta sebuah lingkungan penyelenggaraan pemerintahan seperti yang dicita-citakan rakyatnya tersebut.
23
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Penerapan electronic government memberikan dampak peningkatan terhadap kualitas
pelayanan publik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan kualitas prosedur,
efisiensi dan ketepatan waktu serta kesetaraan perlakuan layanan. Dengan berbagai
layanan dan fasilitas yang diberikan kepada para pengguna layanan, Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil dapat dikatakan cukup berhasil dalam menjalankan
fungsinya yakni memberikan pelayanan yang menunjang penyelenggaraan
pemerintah, khususnya memberikan pelayanan kepada masyarakat dan
menyebarluaskan informasi untuk pembangunan daerah. Hal tersebut tak terlepas dari
adanya penerapan electronic government yang memudahkan para pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sehingga dapat meningkatkan kinerja mereka. Selain itu
kualitas pelayanan public Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil juga dapat terlihat
dari minimnya keluhan baik yang berasal dari masyarakat ataupun pemerintah.
Dengan minimnya keluhan yang dirasakan oleh masyarakat dan pemerintah
menandakan bahwa Kualitas Pelayan publik yang dilakukan memuaskan para
pengguna layanan sehingga dapat mendorong minat masyarakat untuk mengurus
perizinan dan surat-surat lainnya semakin besar.
4.2. Saran
mengingat teknologi informasi berubah secara cepat maka perlu adanya upaya untuk
mengikuti laju perkembangan tersebut agar kualitas pelayanan tetap terjaga terutama
untuk memastikan agar sumber daya aparatur senantiasa mempunyai kapasitas yang
memadai dalam mengontrol perkembangan teknologi tersebut.
24
Top Related