TUGAS KELOMPOK MANAJEMENTUGAS KELOMPOK MANAJEMEN KEUANGANKEUANGAN
Dosen :Dr. Mudjilah Rahayu, SE., MM.
Oleh:Oleh:
MM 37 Akhir PekanMM 37 Akhir Pekan
Dwi Mukti KusumawijayaDwi Mukti Kusumawijaya (041143038)(041143038)Dyah Isnaini PuspitasariDyah Isnaini Puspitasari (041143041)(041143041)Ricko MardinsyahRicko Mardinsyah (041143044)(041143044)
Wahyu EdiningtiasWahyu Ediningtias (041143048(041143048))Aditia Dian PAditia Dian P (041143027)(041143027)
Program Magister ManajemenProgram Magister ManajemenFakultas Ekonomi dan BisnisFakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas AirlanggaUniversitas Airlangga20122012
DAFTAR PUSTAKA
1 LATAR BELAKANG MERGER DARI DAIMLER CHRYSLER..................................1
1.1 Kondisi Industri Otomotif Secara Global.........................................................................1
1.2 Kondisi Daimler-Benz AG (DB)......................................................................................1
1.3 Kondisi Chrysler Corporation...........................................................................................2
1.4 Sejarah Penggabungan 1998.............................................................................................2
2 RUMUSAN MASALAH........................................................................................................3
3 KAJIAN TEORI.....................................................................................................................3
3.1 Pengertian Merger dan Akuisisi........................................................................................3
3.2 Jenis-jenis Merger dan Akusisi.........................................................................................3
3.3 Alasan-alasan Melakukan Merger dan Akuisisi...............................................................5
3.4 Efek dari Sebuah Merger..................................................................................................7
3.5 DASAR PENILAIAN MERGER SECARA POTENSIAL..............................................7
3.6 PERMASALAHAN UTAMA DALAM MERGER.........................................................8
3.7 CONTOH PERHITUNGAN AKUISISI..........................................................................8
4 ANALISIS PEMBAHASAN................................................................................................13
4.1 Terbentuknya Merger......................................................................................................13
4.2 Motivasi Melakukan Merger...........................................................................................14
4.3 Tujuan Merger.................................................................................................................15
4.4 Tahap Tahap Dalam Proses Merger................................................................................15
4.5 Kendala Atas Terbentuknya Merger...............................................................................18
4.6 Analisis Keuangan..........................................................................................................19
5 KESIMPULAN.....................................................................................................................21
LATAR BELAKANG MERGER DARI DAIMLER CHRYSLER
1.1 Keadaan Industri Otomotif Secara GlobalIndustri otomotif mengalami perubahan yang cukup signifikan setelah perang dunia II
akibat munculnya perusahaan otomotif Jepang di kawasan Amerika bahkan Eropa. Perusahaan
Jepang mampu menciptakan otomotif yang irit bahan bakar, memiliki kualitas dan teknologi
yang hampir sama namun harga jual yang lebih murah dibandingkan dengan otomotif buatan
Amerika maupun Eropa. Tidak mengherankan bila Jepang dapat menguasai pangsa pasar
Amerika sebesar 30% serta Eropa. Hal ini mengakibatkan industri otomotif di benua Amerika
maupun Eropa ikut terancam.
Industri mobil tidak pernah sama dengan merger monumental dua perusahaan terbesar di
dunia: Chrysler dan Daimler Benz. Merger yang terjadi di akhir 1990-an telah menciptakan salah
satu perusahaan terbesar di industri. Ini menciptakan sebuah pijakan bahwa perusahaan dapat
digunakan di pasar mobil. Makalah ini akan mencoba untuk memberikan analisis mendalam
tentang kondisi di sekitarnya merger. Secara khusus, studi ini akan menetapkan seberapa efektif
aliansi strategis kedua perusahaan telah menjadi atas merger. Diskusi dan argumen yang
diselenggarakan dalam makalah ini akan didukung oleh artikel-artikel ilmiah masa lalu dan ada
yang terkait dengan merger, 1998 aliansi strategis, dan manajemen bisnis.
1.2 Latar Belakang PerusahaanPada tanggal 6 Mei 1998, di London, Daimler-Benz Jerman menandatangani perjanjian
merger dengan Chrysler Corporation Amerika Serikat. Menggunakan merger DaimlerChrysler
sebagai studi kasus, makalah ini difokuskan pada penciptaan nilai dan analisis berbagai masalah
dalam transaksi internasional. Pasar merespon dengan sangat baik atas penggabungan usaha
tersebut, dan kami meninjau potensi sumber penciptaan nilai di merger serta menguraikan
langkah-langkah yang dilakukan untuk dapat menyelesaikan merger. Hal hal yang perlu
dipertimbangkan adalah perbedaan dalam perusahaan budaya, kompensasi kebijakan, struktur
kepemilikan, dan lingkungan hukum yang menimbulkan tantangan signifikan
untuk semua merger.
Ju¨rgen Schrempp, Chairman Daimler-Benz Manajemen Board, berada di balik
perubahan dramatis di Daimler, mengubah perusahaan menjadi global yang semakin kompetitif.
Pada tanggal 12 Januari 1998, Schrempp mengunjungi Robert J. Eaton, Chairman dan CEO
Chrysler Corporation, untuk menyarankan diskusi tentang kemungkinan merger. Kurang dari
empat bulan kemudian, terjadi merger, dan ditandatanganilah perjanjian. Langkah-langkah utama
dalam proses merger termasuk diskusi awal tentang kelayakan merger,
diskusi struktur organisasi pemerintahan dan bisnis, menandatangani perjanjian merger,
dan menutup transaksi merger tersebut setelah mendapatkan persetujuan dari yang
berkepentingan pihak: dewan direksi, pemegang saham, dan badan pengatur.
Daimler-Benz AG, merupakan kelompok industri terbesar di Jerman dimana tahun 1997
pendapatan sebesar DM 124 milyar ($ 68900000000). Meskipun dikenal mobil mewah
Mercedes-nya, Daimler mengoperasikan di empat segmen bisnis: Otomotif (Penumpang dan
Kendaraan Komersial), Aerospace, Jasa, dan Directly Managed Businesses. Chrysler
Corporation, yang didirikan di Delaware, dioperasikan dalam dua segmen utama: Operasi
Otomotif dan Jasa Keuangan. Operasi utama termasuk penelitian, desain, manufaktur, perakitan,
dan produk penjualan (termasuk truk dan aksesoris), serta layanan keuangan yang menyediakan
konsumen pembiayaan untuk Chrysler products.
1.3 Daimler-Benz AG (DB) Kondisi yang dihadapi Daimler-Benz sebelum melakukan merger adalah sebagai berikut :
a. Sebagian besar perusahaan otomotif yang memproduksi mobil mewah telah melakukan
merger ataupun akuisisi
b. Perusahaan otomotif terbesar di Eropa
c. Mempekerjakan 300.000 orang
d. Daimler AG adalah salah satu perusahaan paling sukses di dunia otomotif.
e. Dengan divisi Mercedes-Benz Cars, Daimler Truk, Mercedes-Benz Vans, Daimler Bus
dan Jasa Keuangan Daimler.
f. Grup Daimler adalah salah satu produsen terbesar mobil premium dan dunia produsen
terbesar kendaraan komersial dengan jangkauan global.
g. Daimler Jasa Keuangan menyediakan pelanggan dengan berbagai layanan keuangan
otomotif termasuk pembiayaan, asuransi leasing, dan manajemen armada.
h. Jumlah merk mobil yang bersaing di segmen mobil mewah semakin meningkat sejak
tahun 1980 yakni dari 9 perusahaan menjadi 19 perusahaan.
i. Mercedes-Benz ingin melakukan perluasan pangsa pasar di luar dari pangsa pasarnya saat
itu
j. Produksi mobil mewah mengalami overcapacity (pasar jenuh karena permintaan lebih
kecil)
k. Biaya R&D Mercedes-Benz sangat besar, jauh diatas rata-rata industri.
l. Mercedes-Benz berhasil mengakuisisi Freightliner Trucks di Amerika dengan baik
dimana perusahaan tersebut dapat menaikkan penjualan hingga 3 kali lipat hanya dalam
satu dekade dan itu dilakukan tanpa campur tangan dari Mercedes.
1.4 Chrysler Corporation
Adapun beberapa kondisi yang dihadapi oleh Chrysler antara lain :
a. Perusahaan otomotif yang berbasis di AS yang berbasis di Detroit, Michigan, AS
b. Memproduksi mobil sedan, Minivan, Sport dan Truk, Chrysler Group memproduksi
Chrysler, Jeep, Dodge, Ram, SRT, Fiat dan Mopar.
c. Jajaran produk Chrysler Group memiliki beberapa kendaraan di dunia yang paling
dikenal, termasuk, Chrysler 300 Jeep Wrangler, Dodge Challenger dan Ram 1500.
d. Fiat memberikan kontribusi teknologi kelas dunia, platform dan powertrains untuk mobil
kecil dan menengah, yang memungkinkan Chrysler Group untuk menawarkan lini produk
diperluas termasuk kendaraan ramah lingkungan
e. Chrysler mempunyai obsesi untuk mewujudkan cost effectiveness
f. Chrysler merupakan perusahaan yang cepat mengadopsi perkembangan teknologi dan
memiliki design mobil yang trendy serta fashionable sehingga Chrysler berpeluang untuk
sukses di pasar
g. Chrysler adalah perusahaan otomotif kecil, sehingga pada saat perekonomian Amerika
mengalami penurunan, Chrysler terkena dampaknya
h. Persaingan pada segment minivans dan sport utility vehicles (SUV) yang merupakan
segmen yang dikuasai oleh Chrysler menjadi semakin ketat sehingga posisi Chrysler saat
itu melemah
i. Sistem distribusi yang sedang berkembang dalam industri otomotif Amerika memiliki
kekuatan distribusi yang tinggi. Mereka lebih memilih untuk mendistribusikan produk
dari perusahaan otomotif kompetitor yang memiliki pangsa pasar yang lebih besar.
2 RUMUSAN MASALAH
Pada kasus ini akan memberikan analisis mendalam tentang kondisi di sekitar merger.
Secara khusus, studi ini akan menetapkan seberapa efektif aliansi strategis kedua perusahaan
telah menjadi atas merger. Diskusi dan argumen yang diselenggarakan dalam makalah ini akan
didukung oleh artikel-artikel ilmiah masa lalu dan ada yang terkait dengan merger, 1998 aliansi
strategis, dan manajemen bisnis. Maka yang menjadi permasalahan adalah:
a. Bagaimanakah terbentuknya merger antara Daimler dan Chrysler ?
b. Apa yang menjadi kendala atas terbentuknya merger?
3 KAJIAN TEORI
3.1 Pengertian Merger dan Akuisisi
Merger merupakan penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan
yang me-merger mengambil/membeli semua assets dan liabilities perusahaan yang di-merger
dengan begitu perusahaan yang me-merger memiliki paling tidak 50% saham dan perusahaan
yang di-merger berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya menerima sejumlah uang tunai atau
saham di perusahaan yang baru
Definisi merger yang lain yaitu sebagai penyerapan dari suatu perusahaan oleh
perusahaan yang lain. Dalam hal ini perusahaan yang membeli akan melanjutkan nama dan
identitasnya. Perusahaan pembeli juga akan mengambil baik aset maupun kewajiban perusahaan
yang dibeli. Setelah merger, perusahaan yang dibeli akan kehilangan/berhenti beroperasi
(Harianto dan Sudomo, 2001, p.640).
Akuisisi adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli saham
atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada.
3.2 Jenis-jenis Merger dan Akusisi
Menurut Damodaran 2001, suatu perusahaan dapat diakuisisi perusahaan lain dengan
beberapa cara, yaitu :
a. Merger
Pada merger, para direktur kedua pihak setuju untuk bergabung dengan
persetujuan para pemegang saham. Pada umumnya, penggabungan ini disetujui oleh
paling sedikit 50% shareholder dari target firm dan bidding firm. Pada akhirnya target
firm akan menghilang (dengan atau tanpa proses likuidasi) dan menjadi bagian dari
bidding firm.
b. Konsolidasi
Setelah proses merger selesai, sebuah perusahaan baru tercipta dan pemegang
saham kedua belah pihak menerima saham baru di perusahaan ini.
c. Tender offer
Terjadi ketika sebuah perusahaan membeli saham yang beredar perusahaan lain
tanpa persetujuan manajemen target firm, dan disebut tender offer karena merupakan
hostile takeover. Target firm akan tetap bertahan selama tetap ada penolakan terhadap
penawaran. Banyak tender offer yang kemudian berubah menjadi merger karena bidding
firm berhasil mengambil alih kontrol target firm.
d. Acquisistion of assets
Sebuah perusahaan membeli aset perusahaan lain melalui persetujuan pemegang
saham target firm.
Pembagian akuisisi tersebut berbeda menurut Ross, Westerfield, dan Jaffe 2002. Menurut
mereka hanya ada tiga cara untuk melakukan akuisisi, yaitu :
a. Merger atau konsolidasi
Merger adalah bergabungnya perusahaan dengan perusahaan lain. Bidding firm
tetap berdiri dengan identitas dan namanya, dan memperoleh semua aset dan kewajiban
milik target firm. Setelah merger target firm berhenti untuk menjadi bagian dari bidding
firm. Konsolidasi sama dengan merger kecuali terbentuknya perusahaan baru. Kedua
perusahaan sama-sama menghilangkan keberadaan perusahaan secara hukum dan
menjadi bagian dari perusahaan baru itu, dan antara perusahaan yang di-merger atau yang
me-merger tidak dibedakan.
b. Acquisition of stock
Akuisisi dapat juga dilakukan dengan cara membeli voting stock perusahaan,
dapat dengan cara membeli sacara tunai, saham, atau surat berharga lain. Acquisition of
stock dapat dilakukan dengan mengajukan penawaran dari suatu perusahaan terhadap
perusahaan lain, dan pada beberapa kasus, penawaran diberikan langsung kepada pemilik
perusahaan yang menjual. Hal ini dapat disesuaikan dengan melakukan tender offer.
Tender offer adalah penawaran kepada publik untuk membeli saham target firm, diajukan
dari sebuah perusahaan langsung kepada pemilik perusahaan lain.
c. Acquisition of assets
Perusahaan dapat mengakuisisi perusahaan lain dengan membeli semua asetnya.
Pada jenis ini, dibutuhkan suara pemegang saham target firm sehingga tidak terdapat
halangan dari pemegang saham minoritas, seperti yang terdapat pada acquisition of stock
Sedangkan berdasarkan jenis perusahaan yang bergabung, merger atau akuisisi dapat
dibedakan :
a. Horizontal merger terjadi ketika dua atau lebih perusahaan yang bergerak di bidang
industri yang sama bergabung.
b. Vertical merger terjadi ketika suatu perusahaan mengakuisisi perusahaan supplier atau
customernya.
c. Congeneric merger terjadi ketika perusahaan dalam industri yang sama tetapi tidak dalam
garis bisnis yang sama dengan supplier atau customernya. Keuntungannya adalah
perusahaan dapat menggunakan penjualan dan distribusi yang sama.
d. Conglomerate merger terjadi ketika perusahaan yang tidak berhubungan bisnis
melakukan merger. Keuntungannya adalah dapat mengurangi resiko.
3.3 Alasan-alasan Melakukan Merger dan Akuisisi
Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan baik melalui merger maupun
akuisisi, yaitu :
a. Pertumbuhan atau diversifikasi.
Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar saham,
maupun diversifikasi usaha dapat melakukan merger maupun akuisisi. Perusahaan tidak
memiliki resiko adanya produk baru. Selain itu, jika melakukan ekspansi dengan merger
dan akuisisi, maka perusahaan dapat mengurangi perusahaan pesaing atau mengurangi
persaingan.
b. Sinergi
Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi (economies of
scale). Tingkat skala ekonomi terjadi karena perpaduan biaya overhead meningkatkan
pendapatan yang lebih besar daripada jumlah pendapatan perusahaan ketika tidak
merger. Sinergi tampak jelas ketika perusahaan yang melakukan merger berada dalam
bisnis yang sama karena fungsi dan tenaga kerja yang berlebihan dapat dihilangkan.
c. Meningkatkan dana
Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi internal,
tetapi dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi eksternal. Perusahaan tersebut
menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi sehingga
menyebabkan peningkatan daya pinjam perusahaan dan penurunan kewajiban
keuangan. Hal ini memungkinkan meningkatnya dana dengan biaya rendah.
d. Menambah ketrampilan manajemen atau teknologi
Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya efisiensi
pada manajemennya atau kurangnya teknologi. Perusahaan yang tidak dapat
mengefisiensikan manajemennya dan tidak dapat membayar untuk mengembangkan
teknologinya, dapat menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki manajemen
atau teknologi yang ahli.
e. Pertimbangan pajak.
Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun ke depan atau sampai
kerugian pajak dapat tertutupi. Perusahaan yang memiliki kerugian pajak dapat
melakukan akuisisi dengan perusahaan yang menghasilkan laba untuk memanfaatkan
kerugian pajak. Pada kasus ini perusahaan yang mengakuisisi akan menaikkan
kombinasi pendapatan setelah pajak dengan mengurangkan pendapatan sebelum pajak
dari perusahaan yang diakuisisi. Bagaimanapun merger tidak hanya dikarenakan
keuntungan dari pajak, tetapi berdasarkan dari tujuan memaksimisasi kesejahteraan
pemilik.
f. Meningkatkan likuiditas pemilik
Merger antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki likuiditas yang lebih
besar. Jika perusahaan lebih besar, maka pasar saham akan lebih luas dan saham lebih
mudah diperoleh sehingga lebih likuid dibandingkan dengan perusahaan yang lebih
kecil.
g. Melindungi diri dari pengambilalihan
Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran pengambilalihan yang tidak
bersahabat. Target firm mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai
pengambilalihannya dengan hutang, karena beban hutang ini, kewajiban perusahaan
menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh bidding firm yang berminat
3.4 EFEK DARI SEBUAH MERGER
Disamping alasan yang menguntungkan bagi korporasi yang melakukan merger, terdapat
juga kerugian-kerugian yang akan dialami korporasi yang melakukan merger, antara lain:
a. Suatu merger tidak dapat memperhitungkan hanya secara finansial, seperti tidak mungkin
akan terjadi penurunan biaya.
b. Kemungkinan terjadinya friksi di anara kedua manajemen korporasi yang melakukan
merger.
c. Diantara pemilik saham minoritas dan mayoritas, tidak tertutup kemungkinan terjadi
perselisihan paham.
d. Keterlibatan dari pihak pemerintah terhadap merger yang dilakukan kemungkinan tidak
dapat terhindarkan, khususnya menyangkut kepentingan persatauan antitrust.
3.5 DASAR PENILAIAN MERGER SECARA POTENSIAL
Didalam melakikan penilaian terhadap merger yang potensial, finansial manajer
korporasi haris mempertimbangkan pengaruh merger atas performa korporasi melalui hal-hal
berikut ini.
a. Earning per share
b. Dividends pershare
c. Market price pershare
d. Resiko
3.6 PERMASALAHAN UTAMA DALAM MERGER
a. Jumlah absolut dari penghasilan (earnings), demikian juga tingkat pertumbuhan dari
penghasilan tersebut (earning growth rate).
b. Dividen
Mempengaruhi masalah akuisisi, karena hal itu merupakan penghasilan bagi pemegang
saham.
c. Nilai buku per saham (book value per share)
Pada umumnya nilai tidak penting dalam proses merger, disebabkan hal itu didasarkan
pada nilai biaya historis (historical cost), bukan nilai saat ini (current values).
d. Modal kerja bersih per saham (net working capital per share)
Net working capital per share akan mempengaruhi masalah-masalah merger disebabkan
masalah likuiditas suatu korporasi yang diakuisisi memiliki posisi utang yang sangat
rendah (very low dept position). korporasi yang mengakuisisi mungkin akan meminjam
dana yang diperlukan untuk akuisisi dengan menjaga likuiditas yang baik dari perusahaan
yang akan diakuisisi untuk dapat memenuhi pinjaman setelah periode merger. Harga
yang likuid dari korporasi yang di akuisisi dapat digunakan sebagai jaminan untuk
memperoleh atau menerbitkan pinjaman.
3.7 CONTOH PERHITUNGAN AKUISISI
Akuisisi dari suatu korporasi yang sedang berjalan dapat dinilai dengan menggunakan
teknik anggaran modal (capital budgeting technique). Apabila suatu korporasi membeli
korporasi lain yang secara material susunan finansialnya (financial structure) dari keseluruhan
biaya modal (overall cost of capital) harus di proyeksikan. Sebagai contoh dapat dilihat pada
kasus berikut ini.
Contoh: Intercontinental Corp. mempertimbangkan untuk membeli ABC korporasi degan harga
$800.000 secara . Cost of capital ABC pada saat ini adalah 15%. ABC korporasi memperkitakan
overall cost of capital uang diharapkan setelah akuisisi adalah 12%. Cash flow yang diperkirakan
dari tahun ke-1 sampai ke-2 secara total adalah $ 100.00. apakah intercontinental Corp. perlu
mengakuisisi ABC korporasi?
PerhitunganPVIFA
12%;12 tahunPresent value
Tahun 0:Tahun 1-12
- $ 800.000+ $ 100.000
1 kali6.194 kali
=($800.000)=$ 610.940
NPV: -($ 180.600)Oleh Karena NPV negative, maka akuisisi tidak perlu dilakukan.
Akuisisi harta dengan tunai (acquisition of assets for cash)
Apabila suuatu korporasi akan mengakusisi korporasi lain secara tunai (cash), maka
dapat digunakan capital budgeting untuk menguji kelayakan finansialnya dari segi
akuisisi(financial fesibility of the acquisition). Sebagai aplikasi nya dapat dilihat pada kasus Fast
Corp. berikut ini
Fast Corp berkehendak untuk membeli harta tetap tertentu dari Lcuky Corp. adapun neraca
(balance Sheet dari Lucky Corp. adalah sebgai berikut.
Lucky Corp.Balance Sheet
Per Dec, 31th 2003($000)
asetCash $4.000Account receivable(A/R) 7.000Inventories 12.000Plant & Equipment 1 15.000Plant & equipment 2 25.000Plant & Equipment 3 40.000Building 100.000
Total aset 202.000
Liabilities and stockholders:Total liabilities $90.000Stockholder’s equity 112.000
Total Liabilities &stockholder’s Equity $202.000
Fast Corp. hanya membutuhkan equipment 2 dan 3 serta building, harta lainnya tidak
termasuk cash dapat dujual dengan $ 30.000.000. jumlah cash yang diterima dari penjualan itu $
33.000.000 ($30.000.000 + $3.000.000). Lucky Corp. ingin menjual korporasinya dengan harga
$ 45.000.000, sehingga Fast Corp. harus membayar $ 135.000.000, yaitu $ 90.000.000 untuk
total liabilities dan $ 45.000.0000 untuk pemegang saham (pemilik). Dengan demikian,
pengeluaran kas bersih sebernarnya (actual net cash flow) adalah $ 135.000.000 - $33.000.000=
$102.000.000. diharapkan pemasukan cash setelah pajak (after tax cash inflow) dari equipment
baru sebesar $25.000.000 pertahun, selama 6 tahun kemudian. Biaya modal (cost Of capital)
sebesar 10%.
Dengan demikian, present value yang berhubungan dengan akuisisi adalah:
PerhitunganPVIFA
12%;12 tahunPresent value
Tahun 0:
Tahun 1-6
- $ 102.000.000
+ $ 25.000.000
1 kali
4,355 kali
=($102.000.000)
=$ 108.875.000
NPV: =$ 6.875.000
Oleh karena NPV positif, maka akuisisi dapat dilakukan
Akuisisi dengan penukaran saham
Sering terjadi dimana suatu korporasi melakukan akuisisi dengan pertukaran saham
(common stock). Pertukaran akan disesuaikan dengan rasio uang ditentukan terlebih dahulu
(predetermine ratio). jumlah yang ditwarkan oleh korporasi yang mengakuisisi biasanya lebih
besar dari harga pasar saat ini dari saham-saham yang di perdagangkan. Rasio pertukaran dapat
dihitung dengan mempergunakan formula sebagai berikut.
Sebagai aplikasinya dapat dilihat pada contoh kasus dibawah ini
Contoh:
Azteg korporasi hendak mengakuisisi Nadir korporasi, dimana saham Azteg terjual
dengan harga $ 80 per saham serta saham Nadir terjual seharga $ 35 persaham. Di dalam
perjanjian akuisisi, Azteg korporasi menawarkan $ 60 per saham, baru akuisisi dapat dilakukan
melalui pertukaran saham-saham.
Perhitungannya :
Ratio Of exchange=
Dengan demikian, azteg korporasi harus menukarkan 0,75 dari sahamnya dengan satu
saham Nadir Korporasi.
Pengaruh akuisisi atas EPS dan market price per saham
apabila terjadi merger, maka pengaruh yang sangat menguntungkan (favourable) dan
tidak menguntungkan (unfavourable) atas net income dan market price per share of stock.
Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada kasus di bawah ini.
1.
Korporasi A Korporasi B
Net income $30 $54
Share Outstanding 4 9
EPS $7,5 $6,0
P/E Ratio 10 kali 12,5 kali
Market Price $ 75 $ 75
Korporasi B yang mengakuisisi dan ingin menukar sahamnya dengan saham korporasi A
atas dasar satu dengan satu. Exchange ratio didasarkan atas harga pasar dari saham-saham A dan
B. pengaruh terhadap EPS saham dapat dilihtan sebagai berikut.
B korporasi yang
dimilikinya
EPS sebelum akuisisi EPS setelah Diakuisisi
Saham A 4.000 $7,50 $6,46(I)
Saham B 9.000 $6,00 $6,64(II)
13.000
I. Total net income dihitung sebagai berikut.
4.000 saham x $ 7.50 = $30.000
9.000 saham x $ 6.00 = $54.000
$84.000
EPS= = = $ 6.46
Dengan demikian, EPS turun $1,04 untuk saham A dan naik $ 0,45 untuk saham B.
Pengaruh atas harga pasar yang tidak jelas, maka di umpamakan korporasi yang bergabung harus
mempunyai P/E rasio yang sama dengan B korporasi, maka harga saham Per share menjadi
$80,75 (dari 12,50x $6,46). Dengan contoh demikian, pemegang saham masing-masing
korporasi akan menikmati harga pasar yang tinggi untuk setiap saham.
2. EXXE Corp. menginginkan untuk mengakuisisi AYE Corp. dengan memakai 1,5 saham
EXXE Corp. atas 1 saham AYE Corp. EXXE Corp mengharap Perolehan P/E rasio yang sama
setelah di akuisisi. Data finansial keduia korporasi adalah sebgai berikut
Korporasi A Korporasi B
Net income $400.000 $100.000
Share Outstanding 200.000 25.000
Market Price Per share $40 $48
Metode Pelepasan
Dalam merger,di sisi lain perusahaan lain juga dapat melepaskan sebagian perusahaan
atau melakukan liquidasi keseluruhan. Dapat dilihat diberbagai metode pelepasan:
a. LIKUIDASI
Liquidasi yaitu penjualan aktiva perusahaan,baik secara sukarela maupun disebabkan
kebangkrutan.
b. SELL-OFFS
Yaitu menjual sebagian atau keseluruhan dikenal dengan likuidasi sukarela. Ada dua
tipe utama yang dilakukan dengan menjual sekuritas, yaitu menerbitkan saham dan
melepas sekuritas.
c. Spin-Offs
Yaitu bentuk pelepasan yang berakibat pada divisi atau bagian perusahaan menjadi
perusahaan yang mandiri. Umumnya, saham pada perusahaan baru didistribusikan
pada perusahaan indk menurut dasar pro-rata. Rata-rata ukuran spin offs adalah 20%
dari saham induk.
d. Divestitures
Alexander Benson dan krampmeyer ketika melakukan studi Divestitures menguraikan
secara signifikan positif ketidaknormalan setelah periode dua hari pengumuman return
di antara 1 dan 2% atas penjualan saham. Studi tersebut menemukan bahwa efek dari
pengumuman atas return terhadap pembelian saham tidak signifikan secara statistik.
e. Ekuitas Carve-out
Penjualan saham kepada masyarakat dimana perusahaan induk biasanya tetap memiki
kendali utamanya.
4 ANALISIS PEMBAHASAN
4.1 Terbentuknya Merger
Beberapa alasan untuk merger. Daimler berasal dari 63% penjualan dari
Eropa, sementara Chrysler tergantung hampir secara eksklusif pada Amerika Utara, dengan 93%
saham dari seluruh penjualan. Seperti yang Robert Eaton bahwa kedua perusahaan memiliki
rentang produk dengan merek-merek kelas dunia yang saling melengkapi dengan sempurna.
Kami akan terus mempertahankan merek saat ini dan identitas yang berbeda.Selain itu, kedua
perusahaan sedang mencoba untuk memperluas geografis di pasar masing-masing, dan peluang
pertumbuhan akan segera ada dengan menggunakan fasilitas masing-masing, kapasitas, dan
infrastruktur.
Selama (merger) diskusi, perwakilan dari Chrysler menyatakan bahwa penting untuk
Chrysler bahwa setiap transaksi potensial memaksimalkan nilai untuk pemegang saham, bahwa
itu bebas pajak untuk pemegang saham Chrysler AS dan pajak yang efisien untuk
DaimlerChrysler AG, yang memiliki struktur pemerintahan pasca-merger dari "Merger-of-
Equal," yang memiliki kemampuan optimal untuk diperhitungkan sebagai penyatuan
kepentingan, sehingga menghasilkan kombinasi dari usaha masing-Daimler-Benz dan Chrysler
menjadi satu perusahaan publik. Menurut persepsi sebagian besar publik, penggabungan tersebut
lebih ke arah akuisisi daripada merger dimana perusahaan Chrysler diakuisi oleh perusahaan
otomotif Jerman, Daimler berdasarkan porsi saham 57 : 43 untuk Daimler.
Perwakilan dari Daimler-Benz menunjukkan bahwa perusahaan yang dipertahankan dari
kombinasi apapun menjadi sebuah perusahaan saham Jerman, sehingga meningkatkan
kemungkinan penerimaan transaksi.
Dari situasi yang dihadapi oleh Daimler dan Chrysler serta kondisi otomotif secara
global, CEO Daimler (Juergen Schrempp) mendekati CEO Chrysler (Bob Eaton) pada bulan
Januari 1998 dan membahas kemungkinan dilakukannya merger.
Dewan Chrysler menyetujui merger dan merekomendasikan transaksi sebagaimana adil
dan dalam kepentingan terbaik pemegang saham Chrysler. Beberapa faktor yang menyebabkan
persetujuan tersebut:
a) Kemungkinan bahwa industri otomotif akan mengalami konsolidasi signifikan,
menghasilkan sejumlah kecil perusahaan besar yang masih hidup sebagai pesaing global
yang efektif
b) Kekuatan yang saling melengkapi dua perusahaan: Daimler-Benz lebih kuat dalam
kemewahan dan mobil akhir yang lebih tinggi, dan Chrysler lebih kuat pada kendaraan
sport dan minivan; Daimler lebih kuat di Eropa, Chrysler di Amerika Utara; reputasi
Daimler untuk teknik melengkapi, reputasi Chrysler untuk pengembangan produk
c) Peluang untuk sinergi yang signifikan diberikan oleh kombinasi tidak didasarkan pada
penutupan pabrik atau PHK, tetapi faktor-faktor seperti berbagi teknologi, distribusi,
pembelian, dan pengetahuan
d) Dewan Chrysler juga mempertimbankan potensi risiko, termasuk kesulitan yang melekat
dalam mengintegrasikan dua perusahaan besar yang beroperasi secara geografis
dimasukkan di berbagai negara, dan risiko bahwa sinergi dan manfaat mungkin tidak
sepenuhnya tercapai.
Dewan Daimler-Benz Manajemen juga menyetujui merger dengan mempertimbangkan
faktor materi beberapa lainnya seperti:
(a) Daimler diperkuat dalam posisi kompetitif melalui perluasan langsung dari berbagai
produk otomotif dan melalui ekspansi geografis di AS, dan dengan demikian mengurangi
risiko terkait dengan ketergantungan pada segmen premium dari pasar mobil
(b) Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham Daimler dengan menciptakan perusahaan
otomotif terbesar ketiga dalam hal pendapatan, kapitalisasi pasar, dan pendapatan
(c) Potensi jangka pendek sinergi dalam pembelian, distribusi, dan penelitian dan
pengembangan,dan jangka panjang potensi sinergi dalam pengembangan dan
pertumbuhan pasar.
4.2 Motivasi Melakukan Merger
Hal- hal yang memotivasi Daimler Chrysler dalam melakukan merger:
a. Kelebihan kapasitas: "Daimler-Chrysler dimulai sebagai sebuah penggabungan yang
sama dalam suatu industri. Pasar Daimler-Benz AG telah matang dan melakukan merger
dengan Chrysler adalah solusi untuk ekspansi yang terbatas. Kedua perusahaan tersebut
dianggap sangat cocok secara bersama-sama dan merger memberikan kesempatan untuk
memanfaatkan kekuatan masing-masing perusahaan dalam produksi, dll pasar, dan
karena itu mengeksploitasi pasar baru sekaligus mengoptimalkan produksi.
b. Peningkatan kekuatan pasar: "Chrysler membuat mobil dengan harga moderat dan truk
ringan. Daimler membuat mobil mewah Mercedes dan truk berat. Chrysler yang kuat di
Amerika Utara dan lemah di Eropa Barat; Daimler hanya sebaliknya. Chrysler sangat
mampu dalam hal desain dan pengembangan produk; Daimler memegang tangan atas di
bidang teknik dan teknologi ". Integrasi antara dua perusahaan seharusnya "mengubah
wajah industri otomotif" dan membuat "posisi unggulan di pasar global"
c. Biaya sinergi: Para manajer puncak dari dua perusahaan yang memperhatikan biaya
substansial sinergi dalam merger (dalam pembelian, riset dan teknologi, infrastruktur
distribusi dan jasa keuangan). Berkat kekuatan dari tiap perusahaan di divisi yang
berbeda (desain dan pengembangan produk vs teknik dan teknologi), mereka dapat saling
melengkapi dan menghemat biaya.
d. Penyusunan Kembali lingkup kompetitif perusahaan: Integrasi antara keduanya
membantu Daimler-Benz mengurangi ketergantungannya pada pasar Amerika Utara dan
dapat memperluas ke Eropa Barat dan juga membantu pendekatan Chrysler untuk pasar
luar negeri.
e. Pembelajaran dan pengembangan kemampuan baru: kedua perusahaan bisa belajar dari
operasi manufaktur satu sama lain (desain produk dan pengembangan, rekayasa dan
teknologi)
4.3 Tujuan Merger
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh kedua perusahaan otomotif raksasa tersebut melalui
merger adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan keuntungan yaitu dari sector potensi sinergi dalam hal penghematan biaya
operasi. DaimlerChrysler berharap dengan dilakukannya merger, perusahaan mampu
menghemat biaya operasional hingga 1,4 milyar US dollar pada tahun pertama
operasinya.
b. Dengan melakukan merger bisa menciptakan pertumbuhan dalam industri otomotif yaitu
meraih pangsa pasar yang lebih luas.
c. Mengurangi ancaman kompetitor. Dengan bergabungnya Daimler dan Chrysler maka
diprediksikan kekuatan kedua perusahaan tersebut akan semakin tak tergoyahkan dan
ancaman dari kompetitor lebih bisa diatasi.
4.4 Tahap Tahap Dalam Proses Merger
Tahapan-tahapan yang seharusnya dilalui oleh perusahaan dalam proses mergernya yaitu :
1) Idea
Ide tentang merger sesungguhnya telah ditentukan pada saat penentuan strategi perusahaan.
Dimana dalam strategi tersebut, telah dinyatakan bahwa merger-akuisisi merupakan vehicle
untuk mencapai kesuksesan bagi perusahaan. Merger-akuisisi merupakan bagian dari strategi
perusahaan, sedangkan idea adalah pendorong untuk dilakukannya akuisisi-merger tersebut.
Perusahaan yang telah menentukan starateginya dengan baik, akan menyatakan bahwa akuisisi-
merger merupakan suatu cara yang bisa diambil untuk menjalankan strategi yang telah
direncanakan.
Daimler Chrysler : CEO Daimler (Jurgen Schrempp) berinisiatif melakukan pendekatan
dengan CEO Chrysler (Bob Eaton) untuk membahas masalah merger. Tindakan ini dilakukan
untuk mengantisipasi kondisi industry otomotif yang semakin jenuh.
2) Justification, Due Diligence, Negotiation
Tahapan penting yang perlu dilakukan dalam proses akuisisi-merger adalah proses dimana
perusahaan harus mempertimbangkan tentang keadaan internal dan external perusahaan dalam
melakukan akuisisi-merger.
Hal-hal penting yang harus dilakukan dalam tahapan ini adalah:
1) Strategic assesment
Proses penentuan apakah keputusan untuk melakukan akuisisi-merger dapat memberikan
kontribusi terhadap pelaksanaan strategi perusahaan sehingga mampu menciptakan posisi
yang lebih kompetitif dan harus menggambarkan sejauh mana akuisisi-merger
berpengaruh terhadap pencapaian tujuan utama perusahaan.
2) Proses akuisisi-merger melibatkan berbagai pihak di dalam perusahaan. Karenanya,
tujuan dan strategic logic dari akuisisi-merger harus dipahami oleh seluruh bagian dari
perusahaan.
3) Manager perusahaan harus bisa mengidentifikasikan segala bentuk kemungkinan positif
maupun permasalahan yang dapat timbul dari akuisisi-merger ini bagi perusahaan.
4) Manager perusahaan harus mengetahui bentuk synergy apa yang dapat implementasikan
dari akuisisi-merger ini.
5) Perusahaan harus mempertimbangkan timing (waktu yang tepat) dalam melakukan proses
akuisisi-merger. Hal ini dianggap penting karena timing akan berpengaruh terhadap time
value of money dari nilai perusahaan, baik sebelum atau setelah dilakukannya akuisisi-
merger.
6) Manager perusahaan harus dapat menetapkan berapa harga maksimum yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan untuk melakukan proses akuisisi-merger tersebut dengan
mempertimbangkan segala bentuk manfaat atau penigkatan value perusahaan dari proses
synergy yang terjadi pada proses akuisisi-merger.
Daimler Chrysler : DaimlerChrysler dalam proses merger sesungguhnya telah
mempertimbangkan hal-hal penting di atas. Namun ada beberapa hal yang mereka terabaikan
misalnya, DaimlerChrysler tidak mempertimbangkan perbedaan culture yang sesungguhnya
mempengaruhi operasional perusahaan ke depannya. Selain itu target cost saving yang awalnya
ditargetkan oleh kedua pihak akan dapat terealisasi dalam setahun tidak tercapai.
3) Merger Integration
Supaya proses integrasi perusahaan berjalan lancar dan efektif maka :
1) Perusahaan harus melihat integrasi sebagai sebuah proses yang berkesinambungan dan
bukan sebuah kejadian sesaat (“one event”). Proses integrasi sebaiknya dimulai sejak
awal negosiasi dan uji tuntas, dan berlanjut lagi setelah kedua perusahaan sepakat dengan
keputusan merger.
Daimler Chrysler : DaimlerChrysler lebih melihat proses integrasi sebagai “one event”.
Hal ini terlihat dari manajemen yang kurang mempedulikan bagaimana penggabungan
yang akan terjadi nantinya, apakah lebih ke gaya perusahaan American, German, ataukah
yang lainnya. Manajemen mengambil sikap “let the facts speak for the decision”.
Akibatnya perusahaan DaimlerChysler memakan waktu 5 tahun dari target 3 tahun dalam
proses integrasinya.
2) Perusahaan harus melihat integrasi manajemennya sebagai pekerjaan full-time. Banyak
perusahaan melakukan kesalahan dengan beranggapan bahwa individu di setiap level di
dalam perusahaannya bisa dengan sendirinya bekerja dengan baik. Kenyataannya para
manajer lini sering tidak bisa mengatasi banyak isu yang dihadapi oleh perusahaan
merger.
DaimlerChrysler : Manajemen dari kedua perusahaan sebenarnya telah dipertemukan
sebelum pengumuman merger, namun kenyataannya proses integrasi memakan waktu
yang lebih lama. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan yang terjadi adalah :
komitmen yang kurang dari para manajer dalam menjalankan kesepakatan sebelumnya,
perusahaan sendiri masih belum jelas dalam menentukan arah kepemimpinan perusahaan
dan budaya yang berbeda.
3) Isu teknis dan budaya perlu dibahas.
DaimlerChrysler : Sebelum merger, kedua perusahaan tidak membahas bagaimana
menghadapi benturan budaya di dalam organisasinya. Pegawai dalam perusahaan
membutuhkan waktu yang lama untuk beradaptasi dengan budaya yang berbeda. Hal ini
tentunya menghambat proses integrasi.
4.5 Kendala Atas Terbentuknya Merger
Dalam tahapan proses integrasi ini DaimlerChrysler menghadapi kendala-kendala sebagai
berikut :
a. Budaya yang berbeda
Budaya Eropa dikenal lebih konservatif. Perusahaan Eropa lebih risk averse, struktur
organisasinya hirarki dan lebih enggan menerima perubahan. Berbeda dengan gaya
Amerika yang lebih liberal, risk taker, suka menerima perubahan serta agresif. Latar
belakang budaya yang berbeda membuat proses integrasi merger lebih sukar dan
DaimlerChrysler membutuhkan waktu yang lama hingga proses integrasinya tercapai.
Mereka telah beradaptasi dengan budaya baru hasil dari culture blending yang kelihatan
lebih American dari luar, namun pegawai di dalam perusahaan meyakini bahwa
perusahaan DaimlerChrysler sebenarnya lebih seperti sebuah perusahaan Jeman.
b. Komitmen yang kurang
Hal ini terlihat dari keputusan yang belum diambil saat pengumuman merger kedua
perusahaan, apakah perusahaan hasil merger (DaimlerChrysler) nantinya akan lebih
mengarah ke perusahaan Eropa ataukah Amerika ataukah bersifat netral (misalnya
mengambil bentuk perusahaan Belanda). Kedua perusahaan menyatakan ke publik “Let
the facts speak for the decision”, yang artinya kira-kira “Biarkan nanti kenyataan yang
menentukan”.
c. Segmentasi pasar berbeda
Tujuan perusahaan untuk melakukan cost savings misalnya dalam hal pembelian tentunya
sulit tercapai karena tidak ada produk mereka yang saling melengkapi. Daimler sangat
dominan pada segmen kelas atas sedangkan Chrysler lebih menguasai middle level.
4.6 Analisis Keuangan
Daimler-Benz
Operating profit
In Million DM 1997 1996Passenger Car 3132 3090Commercial Vehicles 481 -354Aerospace 432 -196Services 457 288Directly managed business -129 -585
Berdasarkan laporan laba rugi, total pendapatan Daimler meningkat dari tahun 1996
sampai tahun 1997, sebelum merger. Ini mengindikasikan bahwa kondisi keuangan Daimler
baik baik saja sehingga dapat dilakukan merger.
Chrysler
Chrysler Corporation Income Statement Projected
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
Revenues$53,19
5.0 $61,39
7.0 $61,14
7.0 $64,81
5.8 $68,70
4.8 $72,82
7.1 $77,19
6.7 $81,82
8.5 COGS (excluding Depreciation)
41,304.0
45,842.0
46,743.0
49,547.6
52,520.4
55,671.7
59,012.0
62,552.7
Selling, General, & Administrative 5,227.0 6,144.0 6,145.0 6,513.7 6,904.5 7,318.8 7,757.9 8,223.4
EBITDA 6,664.0 9,411.0 8,259.0 8,754.5 9,279.8 9,836.6 10,426.
8 11,052.
4 Depreciation 2,220.0 2,312.0 2,696.0 3,194.7 3,406.7 3,631.4 3,869.7 4,122.2 Amortization of Goodwill & Intangibles 0.0 0.0 0.0 39.3 38.3 37.4 36.4 35.5 Other Expense (Income) 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 EBIT 4,444.0 7,099.0 5,563.0 5,520.5 5,834.8 6,167.8 6,520.7 6,894.7 Interest (Income) 0.0 0.0 0.0 (495.6) (641.0) (738.5) (833.9) (932.7)Interest Expense - Straight Debt 995.0 1,007.0 1,006.0 1,014.4 995.3 963.8 932.4 900.9 Interest Expense - Convertible Debt 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Interest Expense – Revolver 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Pre-Tax Income 3,449.0 6,092.0 4,557.0 5,001.7 5,480.5 5,942.5 6,422.3 6,926.5 Income Taxes 1,328.0 2,372.0 1,752.0 1,920.7 2,104.5 2,281.9 2,466.1 2,659.8 Minority Interest 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Extraordinary Item (Income) 96.0 191.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Net Income 2,025.0 3,529.0 2,805.0 3,081.1 3,376.0 3,660.6 3,956.1 4,266.7 Straight Preferred Dividends 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Convertible Preferred Dividends 21.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Net Income to Common 2,004.0 3,526.0 2,804.0 3,081.1 3,376.0 3,660.6 3,956.1 4,266.7
Earnings per Share:Basic $2.68 $4.83 $4.15 $5.09 $5.57 $6.04 $6.53 $7.04 Fully Diluted $2.56 $4.74 $4.09 $4.83 $5.29 $5.74 $6.20 $6.69
Laporan keuangan Chrysler menunjukkan bahwa kondisi Chrysler baik. Walaupun pada
tahun 1995 dan 1997 mengalami sedikit penurunan. penurunan earning semula pada tahun 1995
adalah hasil dari pengiriman minivan yang lebih rendah, biaya yang lebih besar terkait dengan
peluncuran semua perusahaan minivan baru, lebih tingginya insentif penjualan, dan bahan yang
dibutuhkan dalam produksi. Demikian pula halnya, pada tahun 1997 slump slowed (merosot
melambat) karena peningkatan insentif penjualan rata-rata per kendaraan, mencerminkan
lingkungan otomotif berdaya saing tinggi.
Evaluasi finansial, didasarkan atas: analisis laporan keuangan perusahaan, berupa neraca
dan laba rugi, baik yang berupa on atau off balance sheet, serta fee based income. Metoda yang
digunakan bermacam-macam, salah satunya menitik beratkan pada cash flow, sebagai berikut:
a. Analisis proyeksi arus kas dengan menggunakan diskon faktor sesuai biaya dana
perusahaan (Discounted cash flow approach)
Salah satu penilaian yang paling banyak digunakan dalam merger dan akuisisi adalah
penilaian berdasarkan cash flow yang didiskontokan (Discounted cash flow/DCF). Teknik
penilaian berdasarkan Discounted Cash Flow ini adalah mendiskontokan seluruh
perkiraan cash flow dengan discounted tertentu. Discount rate yang digunakan adalah
biaya modal. Kelebihan dari DCF adalah perkiraan arus kas dan laba dihitung secara
lebih mendetail.
b. Analisis yang didasakan atas ratio harga saham dengan pendapatan (Price Earning Ratio)
dibandingkan dengan nilai P/E dari perusahaan sejenis
Price Earning Ratio dilakukan untuk menentukan nilai ekuitas berdasarkan pendekatan
ini hanya memerlukan satu periode yaitu perkiraan harga saham dan perkiraan harga per
lembar saham. P / E Rasio (harga terhadap laba per saham) dapat digunakan sebagai
indikator kasar untuk menilai dampak pada pendapatan. Semakin tinggi Rasio P / E
perusahaan memperoleh dibandingkan dengan perusahaan target, semakin besar
peningkatan Laba per Saham (EPS) untuk mengakuisisi perusahaan. Dilusi EPS terjadi
ketika Rasio P / E Dibayar untuk target melebihi Rasio P / E perusahaan yang
mengakuisisi. Ukuran laba target juga penting; pendapatan target yang lebih besar relatif
terhadap perusahaan pengakuisisi, semakin besar peningkatan terhadap EPS untuk
perusahaan gabungan
c. Penilaian atas dasar nilai buku,yang beberapa pos dari neraca disesuaikan dengan
perkiraan risiko yang mungkin ada sehingga mengurangi nilai buku (Adjusted book
value)
Dalam menentukan rasio pertukaran, ada beberapa teknik penilaian termasuk diskon arus
kas teknik, P / E kelipatan, sebanding-perusahaan analisis (berdasarkan target harga ekuitas
analis), dan teknik lainnya. Dari harga-harga saham yang tinggi, rendah, dan rata-rata dianggap
dan disimpulkan bahwa rasio pertukaran yang diusulkan untuk saham DaimlerChrysler diwakili
premi untuk pemegang saham Chrysler berkisar antara 15% sampai 37%. Rasio pertukaran
mewakili premi sebesar 16% atas harga target rata rata.
Untuk mengestimasi present value dari stand alone Chrysler, analisis discounted free
cash flow (tanpa leverage) dilakukan untuk tahun 1998 hingga 2002. Analisis mendefinisikan
unlevered free cash flow sebagai pendapatan bersih ditambah penyusutan ditambah amortisasi
dikurangi modal dikurangi pengeluaran investasi dalam modal kerja. Dengan proyeksi
dipengaruhi oleh penjualan kendaraan, tingkat insentif ritel, dan keberhasilan model produk baru,
dua skenario bisnis yang terpisah dianggap: kasus dasar dan kasus sensitivitas.
Kemudian dilakukan analisis terhadap analisis merger-of-equals (MOE) . Analisis ini
menunjukkan bahwa rasio pertukaran yang dinegosiasikan terbatas di sekitar pra-pengumuman
rasio pasar saham. Untuk transaksi preseden dua belas MOE, 15 di mana masing-masing
konstituen perusahaan memiliki representasi, bahkan pada direksi perusahaan gabungan, premi
yang berkisar antara 0,5% sampai 21,7%.
Telah dijelaskan beberapa kriteria untuk merger. Namun, beberapa kriteria ini tampaknya
bertentangan satu sama lain. Salah satu isu penting dari transaksi merger adalah bahwa ia
memiliki kemampuan yang optimal untuk dicatat dalam pooling of interest. Direksi Chrysler
dengan tegas mengakui bahwa perlakuan akuntansi pembelian akan tidak berdampak pada
generasi tunai atau pada logika bisnis untuk transaksi, meskipun akan mengurangi laba yang
dilaporkan karena kebutuhan untuk menjelaskan dan melakukan amortisasi goodwill (harga beli
selisih lebih dari nilai buku
5. KESIMPULAN
Dari pembahasan tersebut, studi kasus merger DaimlerChrysler ini difokuskan pada
penciptaan nilai dan kehancuran, dan merupakan tantangan berbagai transaksi internasional.
Meskipun reaksi awal pasar untuk penggabungan itu menguntungkan bagi kedua perusahaan,
namun return menjadi negatif dan jauh di bawah indeks pasar.
Oleh karena itu, melakukan merger sebenarnya berisiko. Tanpa perencanaan yang tepat
dan pertimbangan tertentu dari unsur-unsur tertentu dari lingkungan, ada kemungkinan bahwa
merger mungkin akan gagal. Dalam kasus Chrysler dan Daimler Benz, merger merupakan salah
satu perusahaan yang membawa industri otomotif terkejut. Kekuatan gabungan mereka diadakan
pada pangsa pasar yang pada dasarnya akan memerintah industri otomotif internasional. Namun,
masalah seperti benturan budaya dan kurangnya inisiatif manajemen telah dibumbui perusahaan
dengan masalah.
Jika perusahaan DaimlerChrysler tidak mampu mengatasi kendala yang muncul pada saat
proses integrasi yaitu masalah budaya, komitmen dan segmentasi pasar, maka dapat
menyebabkan proses integrasi memakan biaya yang cukup besar dan waktu yang cukup lama.
Hal penting yang perlu menjadi perhatian perusahaan yang akan melakukan penggabungan usaha
adalah tahapan – tahapan proses merger yang terdiri dari idea; justification, due diligence and
negotiation; merger / acquisition integration; dan results . Bila tahapan proses merger dilalui
dengan baik, maka sinergi yang memberikan value-added yang diharapkan sebelumnya saat
kesepakatan dibuat dapat tercapai.