ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU TAUHID
Makalah IlmuTauhid
Diajukkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Tauhid
Disusun oleh :
- Sadam Muammar Kadafi (1137030061)
- Sarifah Mudaim (1137030062)
- Syfa Istiqomah (1137030068)
- Vera Kamila Nur Sidqa (1137030074)
- Winda Oktapia ((1137030078)
- Yusuf Sigit Pamungkas (1137030080)
Kelompok 4
FISIKA 3B
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT, atas selesainya
penyusunan makalah ini. Dengan pertolongan dan hidayah-nya lah makalah mata kuliah
Ilmu Tauhid tentang Aliran-aliran dalam Ilmu Tuhid dapat di selesaikan. Shalawat dan
salam semoga tercurah kepada nabi Muhammad SAW. Utusan dan manusia pilihan-Nya.
Dialah sebagai penyampai, pengamal, dan penafssir pertama Al-Qur’an.
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas Ilmu Tauhid, di samping itu hardirnya
makalah ini kami harapkan pembaca dapat memahami dan mengenal Aliran-aliran
dalam Ilmu Tauhid.
Penyusun berharap agar para pembaca dapat memberikan keritik dan saran
untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Bandung, 13 Oktober 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL .......................................................................................................................................
.....................i
KATA
PENGANTAR ...........................................................................................................................
..............................ii
DAFTAR
ISI .............................................................................................................................................
.............................iii
BAB I PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
.............................................................................................................................................
........1
I.II Rumusan Masalah
.............................................................................................................................................
1
I.IV Tujuan
.............................................................................................................................................
......................1
BAB II PEMBAHASAN
1) Aliran-aliran Ilmu Tauhid
1. Aliran Syi’ah ...........................................................................................................2
2. Aliran Qadariyah......................................................................................................3
3. Aliran Jabariyah ......................................................................................................4
4. Aliran Mur’jiah .......................................................................................................5
5. Aliran Khawarij .......................................................................................................5
6. Aliran Muktazilah ...................................................................................................6
7. Ahlussunah Waljama’ah ..........................................................................................7
8. Aliran Maturidiyah ..................................................................................................8
9. Aliran Asy’ariyah ....................................................................................................8
2) Sejarah Timbulnya Aliran Islam Dalam Islam ............................................................10
3) Faktor-faktor Timbulnya Aliran Kalam Dalam Islam .................................................11
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan ........................................................................................
.........................13
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................................
.......14
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Ilmu adalah suatu syarat sebelum melakukan sesuatu atau menerapkannya.
Sedangkan ilmu Kalam adalah pengantar kepada pemahaman yang lebih luas dalam Ilmu
Agama. Dalam memahami Ilmu Agama, langkah pertama dalam mempelajari ilmu agama
adalah dengan cara memahami Aqidah-aqidah pokok yang diajarkan oleh Qur’an dan
Hadits, serta memahami perkembangan pemikiran Para ulama dimasa lalu yang
kesemuanya itu telah menjadi kajian dalam Ilmu Kalam.
Kita perlu mengetahui Ilmu Kalam ini sebagi dasar keagamaan, sehingga merasa
perlu untuk mempelajarinya agar mendapatkan kebenaran semaksimal mungkin.
B.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah materi kulasi ini adalah :
a. Pegertian ilmu Kalam
b. Ruang lingkup pembahasan ilmu Kalam
c. Latar Belakang Kemunculan Aliran-aliran Ilmu Kalam.
C.Tujuan
a. Agar mengetahui pengertian ilmu Kalam.
b. Agar mengetahui objektifitas ilmu Kalam.
c. Agar mengetahui faktor-faktor penyebab munculnya ilmu Kalam.
BAB II
PEMBAHASAN
1) Aliran Aliran Ilmu Tauhid
1. Aliran Syi’ah
Syi’ah dilihat dari segi bahasa berarti pengikut, pendukung, partai atau
kelompok, sedangkan secara terminology adalah sebagian kaum muslimin yang dalam
bidang spiritual dan keagamaannya selalu merujuk pada keturunan Nabi Muhammad
SAW atau orang yang disebut sebagai ahl al-bait. Poin penting dalam doktrin Syi’ah
adalah pernyataan bahwa segala petunjuk agama itu bersumber dari ahl al-
bait. Mereka menolak petunjuk-petunjuk keagamaan dari para sahabat yang bukan ahl
al-bait atau para pengikutnya.
Menurut Thabathbai, istilah Syi’ah untuk pertama kalinya ditujukan pada para
pengikut Ali, pemimpin pertama ahl al-bait pada masa nabi Muhammad SAW. Para
pengikut Ali yang disebut Syi’ah itu di antaranya adalah Abu Dzar Al-Ghiffari,
Miqad bin Al-Aswad, dan Ammar bin Yasir.
Mengenai kemunculan Syi’ah dalam sejarah, terdapat perbedaan pendapat di
kalangan para ahli. Menurut Abu Zahrah, Syi’ah mulai muncul pada masa akhir
pemerintahan Utsman bin Affan kemudian tumbuh dan berkembang pada masa
pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Adapun menurut Watt, Syi’ah baru benar-benar
muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Muawiyah yang dikenal
dengan Perang Siffin. Dalam peperangan ini, sebagai respon atas permintaan Ali
terhadap arbitrase yang ditawarkan Muawiyah, pasukan Ali diceritakan terpecah
menjadi dua, satu kelompok mendukung sikap Ali—kelak disebut Syi’ah—dan
kelompok lain menolak sikap Ali, kelak disebut Khawarij.
Kalangan Syi’ah sendiri berbeda pendapat bahwa kemuncukan Syi’ah
berkaitan dengan masalah pengganti (khalifah) Nabi SAW. Mereka menola
kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Usman bin Affan karena dalam
pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thaliblah yang berhak menggantikan Nabi.
Kepemimpinan Ali dalam pandangan Syi’ah tersebut sejalan dengan isyarat-isyarat
yang diberikan oleh Nabi SAW pada masa hidupnya. Pada awal kenabian, ketika
Muhammad SAW diperinthakan menyampaikan dakwah kepada kerabatnya, yang
pertama-tama menerima adalah Ali bin Abi Thalib. Diceritakan bahwa Nabi pada saat
itu mengatakan orang yang pertama-tama memenuhi ajakannya akan menjadi penerus
dan pewarisnya. Selain itu, sepanjang kenabian Muhammad, Ali menrupakan orang
yang menunjukkan perjuangan dan pengabdian yang luar biasa besar.
2. Aliran Qadariyah
Qadariyah berasal dari bahasa arab, yaitu qadara yang artinya kemampuan dan
kekuatan. Adapun menurut pengertian terminologi, qadariyah adalah suatu aliran
yang percaya bahwa segala tindakan manusia diintervensi dari Tuhan. Aliran
berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya; ia dapat
berbuat sesuatu atau meninggalkan atas kehendaknya sendiri. Dalam hal ini, Harun
Nasution menegaskqan bahwa kaum qadariyah berasal dari pengertian bahwa
manusia mempunyai qudrahatau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan
bukan berasdal dari pengewrtian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan.
Seharusnya, sebutan qadariyah di berikan kepdada aliran yang berpendapat
bahwa qadar menetukan segala tingkah laku manusia, baik yang bagus maupinyang
jahat. Qadariyah pertama sekali di munculkan oleh Ma’bad Al-Jauhani dan ghailan
Ad-Dimasyqy. Ma’bad adalah seorang tabi’I yang dapat di percaya dan pernah
berguru pada Hasan Al-Basri. Adapun ghailan adalah serorang orator berasal dari
Damaskus dan ayahnya menjadi maula Husna bin affan.
Seperti yang telah dikemukakan di atas, Qadariyah berakar pada qadara yang
dapat berarti memutuskan dan memiliki kekuatan atau kemampuan. Sedangkan
sebagai aliran dalam ilmu Kalam, qadariyah adalah nama yang dipakai untuk suatu
aliran yang memberikan penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam
menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Dalam paham Qadariyah manusia dipandang
mempunyai qudrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan
berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk kepâda qàdar atau qada
Tuhan.
Tèntang kapan munculnya paham qadariyah dalam Islam, secara pasti tidak
dapat diketahui. Namun ada sementara para ahli yang menghubungkan paham
qadariyah ini dengan kaum Khawarij. Pemahaman mereka tentang konsep iman,
pengakuan hati dan amal dapat menimbulkan kesadaran bahwa manusia mampu
Sepenuhnya memilih dan menentukan tindakannya sendiri, baik atau buruk.
Tokoh pemikir pertama kali yang menyatakan paham qadariyah ini adalah
Ma’bad al-Juhani, yang kemudian diikuti oleh Ghailan al-Dimasqi. Sementara itu
Ibnu Nabatah sebagaimana dikemukakan oleh Ahmad Amin berpendapat bahwa
paham Qadariyah itu pertama kali muncul dari seseorang asal Irak yang menganut
Kristen dan kemudian masuk Islam, tetapi kemudian masuk Kristen lagi. Dari tokoh
inilah Ma’bad al-Juhani dan Ghailan al-Dimasqi menerima paham qadariyah.
Dalam ajarannya, aliran Qadariyah sangat menekankan posisi manusia yang
amat menentukan dalam gerak laku dan perbuatannya. Manusia dinilai mempunyai
kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya sendiri atau untuk tidak melaksanakan
kehendaknya itu. Dalam menentukan keputusan yang menyangkut perbuatannya
sendiri, manusialah yang menentukan, tanpa ada campur tangan Tuhan.
3. Aliran Jabariyah
Nama Jabriyah Berasal dri kata jabara yang mengandung arti Memaksa.
sedangkan menurut al-Syahrastani bahwa jabariyah berarti menghilangkan perbuatan
dri hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebut kepada Allah SWT.
dalam istilah Inggris paham jabariyah disebut fatalism atau predestination, yaitu
paham yang menyatakan bahwa perbuatan manusia ditentukan sejak semula oleh qada
dan qadar Tuhan. dengan demikian posisi manusia dalam paham ini tidak memiliki
kebebasan dan inisiatif sendiri, tetapi terikat pada kehendak mutlak Tuhan. oleh
karena itu aliran Jabariyah ini menganut paham bahwa manusia tidak mempunyai
kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. manusia dalam paham
ini betul melakukan perbuatan, tetapi perbuatannya itu dalam keadaan terpaksa.
paham jabariyah ini duduga telah ada sejak sebelum agama islam datang
kemsyarakat Arab. kehidupan bangsa arab yang diliputi oleh gurun pasir sahara telah
memberi pengaruh besar kedalam cara hidup mereka. ditengah bumi yang disinari
terik matahari dengan air yang sangat sedikit dan udara panas ternyata tidak dapat
memberi kesempatan bagi tumbuhnya pepohonan dan suburnya tanaman. disana sini
yang tumbuh hanya rumput keras dan beberapa pohon yang cukup kuat untuk
mengahdapi panasnya musim serta keringnya udara.
aliran jabariyah dibagi menjadi 2 yaitu aliran jabariyah yang ekstrim dan
moderat
aliran jabariyah yang ekstrim tokohnya dalah jahm bin safwan pendapatnya
manusia sangat lemah, tak berdaya, terikat dengan kekuasaan dan kehendak mutlak
Tuhan, tidak mempunyai kehendak dan kemauan bebas sebagaimana dimiliki oleh
paham qodariyah. seluruh tindakan dan perbuatan manusai tidak boleh lepas dari
aturan, skenario, dan kehendak Allah.
4. Aliran Mur’jiah
Nama Murji'ah diambil dari kata irja atauarja'a yang bermakna penundaan,
penangguhan. dan Pengharapan. Kata arja'a mengandung Pula arti memberi harapan,
yakni memberi harapan kepada pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan
dan rahmat Allah. Selain itu, arja'a berarti pula meletakkan di belakang atau
mengemudikan, yaitu orang yang mengemudikan amal dan iman. Oleh karena
itu Murji’ah, artinya orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang
bersengketa yakni Ali dan Muawiyah serta pasukannya masing-masing, ke hari
kiamat kelak.[1]
Bagi kaum Murji'ah, orang yang melakukan dosa besar adalah tetap mukmin,
soal dosa besar yang dilakukannya merupakan hak Tuhan untuk menentukannya di
hari
kemudian. Alasan mereka adalah bahwa orang yang melakukan dosa besar itu masih
tetap mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan (Rasul) Allah,
atau dengan kata lain masih tetap mengucapkan dua kalimat syahadat yang menjadi
dasar iman. Selanjutnya, kaum Muhajirin memberikan harapan bagi orang Islam yang
melakukan dosa besar, dengan mengatakan bahwa mereka tidak kekal di dalam
neraka aliran Murji’ah menganggap iman lebih utama dari amal perbuatan
5. Aliran Khawarij
Khawarij berarti orang-orang yang keluar barisan Ali bin Abi Thalib. Golongan
ini menganggap diri mereka sebagai orang-orang yang keluar dari rumah dan semata-
mata untuk berjuang di jalan Allah. Meskipun pada awalnya khawarij muncul karena
persoalan politik, tetapi dalam teapi dalam perkembangannya golongan ini banyak
berbicara masalah teologis. Alasan mendaar yang membuat golongan ini keluar dari
barisan Ali adalh ketidak setujuan mereka terhadap arbitrasi atau tahkim yang
dijalankan Ali dalam menyelesaikan masalah dengan Mu’awiyah.
Menurut keyakinan Khawarij, semua masalah antara Ali dan Mu’awiyah harus
diselesaikan dengan merujuk kepada hokum-hukum Allah yang tertuang dalam Surah
al-Maidah Ayat 44 yang artinya,” Barangsiapa tidak memutuskan dengan apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir”. Berdasarkan ayat ini, Ali,
Mu’awiyah dan orang-orang yang menyetujui tahkim telah menjadi kafir karena
mereka dalam memutuskan perkara tidak merujuk Al-Qur’an.
Dalam aliran Khawarij terdapat enam sekte penting, yaitu al-Muhakkimah, al-
Azariqah, an-Najdat, al-Ajaridah, asy-Syufriyah dan al-Ibadiyah.
6. Aliran Muktazilah
Aliran ini muncul sebagai reaksi atas pertentangan antar aliran Khawarij dan
aliran Murji’ah mengenai persoalan orang mukmin yang berdosa besar. Menghadapi
dua pendapat ini, Wasil bin Ata yang ketika itu menjadi murid Hasan al-Basri,
seorang ulama terkenal di Basra, mendahuli gurunya dalam mengeluarkan pendapat.
Wasil mengatakan bahwa orang mukmin yang berdosa besar menempati posisi antara
mukmin dan kafir. Tegasnya, orang itu bukan mukmin dan bukan kafir.
Aliran Mu’tazilah merupakan golongan yang membawa persoalan-persoalan
teologi yang lebih mandalam dan bersifat filosofis. Dalam pembahasannya mereka
banyak memakai akal sehingga mendapat nama “kaum rasionalis Islam”.
Setelah menyatakan pendapat itu, Wasil bi Ata meninggalkan perguruan Hasan
al-Basri, lalu membentuk kelompok sendiri. Kelompok ini dikenal dengan
Muktazillah. Pada awal perkembangannya aliran ini tidak mendapat simpati umat
Islam karena ajaran Muktazillah sulit dipahami oleh beberapa kelompok masyarakat.
Hal itu disebabkan ajarannya bersifat rasional dan filosofis. Alas an lain adalah aliran
Muktaszillah dinilai tidak berpegang teguh pada sunnah Rasulullah SAW dan para
sahabat. Aliran baru ini memperoleh dukungan pada masa pemerintahan Khalifah al-
Makmun, penguasa Bani Abbasiyah.
Aliran Muktazillah mempunyai lima dokterin yang dikenal dengan al-usul al-
khamsah. Berikut ini kelima doktrin aliran Muktazillah.
a. At-Taauhid (Tauhid)
Ajaran pertama aliran ini berarti meyakini sepenuhnya bahwa hanya Allah
SWT. Konsep tauhid menurut mereka adalah paling murni sehingga mereka
senang disebut pembela tauhid (ahl al-Tauhid).
b. Ad-Adl
Menurut aliaran Muktazillah pemahaman keadilan Tuhan mempunyai
pengertian bahwa Tuhan wajib berlaku adil dan mustahil Dia berbuat zalim
kepada hamba-Nya. Mereka berpendapat bahwa tuhan wajib berbuat yang terbaik
bagi manusia. Misalnya, tidak memberi beban terlalu berat, mengirimkan nabi
dan rasul, serta memberi daya manusia agar dapat mewujudkan keinginannya.
c. Al-Wa’d wa al-Wa’id (Janji dan Ancaman).
Menurut Muktazillah, Tuhan wajib menepati janji-Nya memasukkan orang
mukmin ke dalam sorga. Begitu juga menempati ancaman-Nya mencampakkan
orang kafir serta orang yang berdosa besar ke dalam neraka.
d. Al-Manzilah bain al-Manzilatain (posisi di Antara Dua Posisi).
Pemahaman ini merupakan ajaran dasar pertama yang lahir di kalangan
Muktazillah. Pemahaman ini yang menyatakan posisi orang Islam yang berbuat
dosa besar. Orang jika melakukan dosa besar, ia tidak lagi sebagai orang mukmin,
tetapi ia juga tidak kafir. Kedudukannya sebagai orang fasik. Jika meninggal
sebelum bertobat, ia dimasukkan ke neraka selama-lamanya. Akan tetapi,
sikasanya lebih ringan daripada orang kafir.
e. Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Perintah Mengerjakan Kebajikan dan Melarang
Kemungkaran).
Dalam prinsip Muktazillah, setiap muslim wajib menegakkan yang ma’ruf
dan menjauhi yang mungkar. Bahkan dalam sejarah, mereka pernah memaksakan
ajarannya kepada kelompok lain. Orang yang menentang akan dihukum.
7. Ahlussunah Waljama’ah
Adapun ungkapan Ahlussunah (sering juga disebut sunni) dapat dibedakan
menjadi dua pengertian, yaitu umum dan khusus. Sunni dalam pengertian umum adalah
lawan kelompok syiah. Dalam pengertian ini, Mu’tazilah- sebagaimana juga
Asy’ariayah-masul dalam barisan sunni. Sunni dalam pengertian khusus adalah
mahzhab yang berada dalam barisan Asy’ariyah dan merupakan lawan Mu’tazilah.
Selanjutnya, term Ahlussunah banyak dipakai setalah munculnya aliran Asy’ariyah dan
Maturidiyah, dua aliran yang menentang ajaran-ajaran Mu’tazilah.
8. Aliran Maturidiyah
Aliran Maturidiyah didirikan oleh Muhammad bin Abu Mansur. Ia dilahirkan di
Maturid, sebuah kota kecil di daerah Samarqand (termasuk daerah Uzbekistan).
Al-Maturidy mendasarkan pikiran-pikiran dalam soal-soal kepercayaan kepada
pikiran-pikiran Imam Abu Hanifah yang tercantum dalam kitabnya Al-fiqh Al-Akbar
dan Al-fiqh Al-Absath dan memberikan ulasan-ulasannya terhadap kedua kitab-kitab
tersebut. Al-Maturidy meninggalkan karangan-karangan yang banyak dan sebagian
besar dalam lapangan ilmu tauhid.
Maturidiyah lebih mendekati golongan Muktazillah. Dalam membahas kalam,
Maturidiyah mengemukakan tiga dalil, yaitu sebagai berikut:
a. Dalil perlawanan arad: dalil ini menyatakan bahwa ala mini tidak akan mungkin
qasim karena didalamnya terdapat keadaan yang berlawanan, seperti diam dan
derak, baik dan buruk. Keadaan tersebut adalah baru dan sesuatu yang tidak terlepas
dari yang baru maka baru pula.
b. Dalil terbatas dan tidak terbatas: alam ini terbatas, pihak yang terbatas adalah baru.
Jadi alam ini adalah baru dan ada batasnya dari segi bendanya. Benda, gerak, dan
waktu selalu bertalian erat. Sesuatu yang ada batasnya adalah baru.
c. Dalil kausalitas: alam ini tidak bisa mengadakan dirinya sendiri atau memperbaiki
dirinya kalau rusak. Kalau alam ini ada dengan sendirinya, tentulah keadaannya
tetap msatu. Akan tetapi, ala mini selalu berubah, yang berarti ada sebab perubahan
itu.
9. Aliran Asy’ariyah
Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap paham Muktazillah yang dianggap
menyeleweng dan menyesatkan umat Islam. Dinamakan aliran Asy’ariyah karena
dinisbahkan kepada pendirinya, yaitu Abu Hasan al-Asy’ari[5] . Dan nama aslinya
adalah Abu al-hasan ‘Ali bin Ismail al-Asy’ari, dilahirkan dikota Basrah (Irak) pada
tahun 260 H/873 M dan wafat pada tahun 324 H/ 935 M, keturunan Abu Musa al-
Asy’ari seorang sahabat dan perantara dalam sengketa antara Ali r.a. dan Mu’awiyah
r.a.[6]
Setelah keluar dari kelompok Muktazillah, al-Asy’ari merumuskan pokok-pokok
ajarannya yang berjumlah tujuh pokok. Berikut ini adalah tujuh pokok ajaran aliran
As’ariyah.
a. Tentang Sifat Allah
Menurutnya, Allah mempunyai sifat, seperti al-Ilm (mengetahui), al-Qudrah
(kuasa), al-Hayah (hidup), as-Sama’ (mendengar), dan al-Basar (melihat).
b. Tentang Kedudukan Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah dan bukan makhluk dalam arti baru dan
diciptakan. Dengan demikian, Al-Qur’an bersifat qadim (tidak baru).
c. Tentang melihat Allah Di Akhirat
Allah dapat dilihat di akhirat dengan mata kepala karena Allah mempunyai
wujud.
d. Tentang Perbuatan Manusia
Perbuatan-perbuatan manusia itu ciptaan Allah.
e. Tentang Antropomorfisme
Menurut alAsy’ari, Allah mempunyai mata, muka, dan tangan, sebagaimana
disebutkan dalam surah al-Qamar ayat 14 dan ar-Rahman ayat 27. akan tetapi
bagaimana bentuk Allah tidak dapat diketahui.
f. Tentang dosa Besar
Orang mukmin yang berdosa besar tetap dianggap mukmin selam ia masih
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
g. Tentang Keadilan Allah
Allah adalah pencipta seluruh alam. Dia milik kehendak mutlak atas ciptaan-
Nya.
Ketujuh pemikiran al-Asy’ari tersebut dapat diterima oleh kebanyakan umat Islam
karena sederhana dan tidak filosofis.
2) Sejarah Timbulnya Aliran Islam Dalam Islam
Pada masa Nabi SAW, dan para Khulafaurrasyidin, umat islam bersatu, mereka satu
akidah, satu syariah dan satu akhlaqul karimah, kalau mereka ada perselisihan pendapat
dapat diatasi dengan wahyu dan tidak ada perselisihan diantara mereka. Awal mula adanya
perselisihan di picu oleh Abdullah bin Saba’ (seorang yahudi) pada pemerintahan khalifah
Utsman bin Affan dan berlanjut pada masa khalifah Ali. Dan awal mula adanya gejala
timbulnya aliran-aliran adalah sejak kekhalifahan Utsman bin Affan (khalifah ke-3 setelah
wafatnya Rasulullah). Pada masa itu di latar belakangi oleh kepentingan kelompok, yang
mengarah terjadinya perselisihan sampai terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan.
Kemudian digantikan oleh Ali bin Abi Thalib, pada masa itu perpecahan di tubuh umat
islam terus berlanjut. Umat islam pada masa itu ada yang pro terhadap kekhalifahan Ali
bin Abi Thalib yang menamakan dirinya kelompok syi’ah, dan yang kontra yang
menamakan dirinya kelompok Khawarij. Akhirnya perpecahan memuncak kemudian
terjadilah perang jamal yaitu perang antara Ali dengan Aisyah dan perang Siffin yaitu
perang antara Ali dengan mu’awiyah. Bermula dari itulah akhirnya timbul berbagai aliran
di kalangan umat islam, masing-masing kelompok juga terpecah belah, akhirnya jumlah
aliran di kalangan umat islam menjadi banyak, seperti aliran syi’ah, khawarij, murji’ah,
jabariyah, mu’tazilah dll.
3) Faktor-faktor Timbulnya Aliran Kalam Dalam Islam
Faktor yang menyebabkan timbulnya aliran kalam dalam islam dapat di kelompokan
menjadi 2 bagian yaitu:
1. Faktor internal
Yaitu faktor yang muncul dari dalam umat islam sendiri yang dikarenakan:
a. Adanya pemahaman dalam islam yang berbeda
Perbedaan ini terdapat dalam hal pemahaman ayat Al-Qur’an, sehingga
berbeda dalam menafsirkan pula. Mufasir satu menemukan penafsiranya
berdasarkan hadist yang shahih, sementara mufasir yang lain penafsiranya belum
menemukan hadist yang shahih. Bahkan ada yang mengeluarkan pendapatnya
sendiri atau hanya mengandalkan rasional belaka tanpa merujuk kepada hadist.
b. Adanya pemahaman ayat Al-Qur’an yang berbeda
Para pemimpin aliran pada waktu itu dalam mengambil dalil Al-Qur’an
beristinbat menurut pemahaman masing-masing
c. Adanya penyerapan tentang hadis yang berbeda
Penyerapan hadist berbeda, ketika para sahabat menerima berita dari para
perawinya dari aspek “matan” ada yang disebut hadist riwayah (asli dari Rasul) dan
diroyah (redaksinya disusun oleh para sahabat), ada pula yang di pengaruhi oleh
hadist (isra’iliyah), yaitu: hadist yang disusun oleh orang-orang yahudi dalam
rangka mengacaukan islam.
d. Adanya kepentingan kelompok atau golongan
Kepentingan kelompok pada umumnya mendominasi sebab timbulnya suatu
aliran, sangat jelas, dimana syiah sangat berlebihan dalam mencintai dan memuji
Ali bin Abi Thalib, sedangkan khawarij sebagai kelompok yang sebaliknya.
e. Mengedepankan akal
Dalam hal ini, akal di gunakan setiap keterkaitan dengan kalam sehingga terkesan
berlebihan dalam penggunaan akal, seperti aliran Mu’tazilah.
f. Adanya kepentingan politik
Kepentingan ini bermula ketika ada kekacauan politik pada zaman Ustman bin
Affan yang menyebabkan wafatnya beliau, kepentingan ini bertujuan sebagai
sumber kekuasaan untuk menata kehidupan.
g. Adanya beda dalam kebudayaan
Orang islam masih mewarisi yang di lakukan oleh bangsa quraish di masa jahiliyah.
Seperti menghalalkan kawin kontrak yang hal itu sebenarnya sudah di larang sejak
zaman Rasulullah. Kemudian muncul lagi pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib
oleh aliran Syi’ah.
2. Faktor eksternal
Faktor ini muncul dari luar umat islam, yaitu :
a. Akibat adanya pengaruh dari luar islam.
Pengaruh ini terjadi ketika munculnya aliran syi’ah yang muncul karena
propaganda seseorang yahudi yang mengaku islam, yaitu Abdullah bin Saba.
b. Akibat terjemahan filsafat yunani
Buku-buku karya filosofi yunani di samping banyak membawa manfaat juga
ada sisi negatifnya bila di tangan kalangan yang tidak punya pondasi yang kuat
tentang akidah dan syariat islam. Sehingga terdapat keinginan oleh umat islam
untuk membantah alasan-alasan mereka yang memusuhi islam.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Aliran-aliran dalam islam muncul setelah wafatnya Rasulullah SAW. Dan faktor-
faktor yang menyebabkan aliran itu muncul meliputi.
a. Faktor internal
Adanya pemahaman dalam islam yang berbeda.
Adanya pemahaman Ayat Al-Qur’an yang berbeda.
Adanya penyerapan tentang hadits yang berbeda.
Adanya kepentingan kelompok
Mengedepankan akal.
Adanya kepentingan politik
b. Faktor eksternal
Akibat adanya pengaruh dari luar islam.
Akibat pengaruh terjemahan filsafat yunani.
DAFTAR PUSTAKA
1. A. Nasir, Sahilun. Pengantar Ilmu Tauhid, Rajawali, Jakarta, 1991.
2. Abdullah Mu’in, M. Thalib. Aliran Islam Pada Masa Khalifah, Yogyakarta, Widjaya,
1978.
3. Ahmad bin Ghunaim, Fawaqihu al-Dawani ‘ala Risalati Ibnu Abi Zaid al-Qoiruwani,
Malikiyyah, http://www.al-islam.com.
4. Al Qardhawy, Yusuf. Fiqhul Ikhtilaf, Jakarta, Robani Press, 1990.
5. Amin, Ahmad. Dluha al-Islam, Juz III, cetakan VIII, Maktabah Nahdlotul Mishriyyah,
Kairo.
6. Anwar, Rosihan. Ilmu Kalam, Bandung : Pustaka Setia, 2007.
7. Husein, Ahmad. Gerakan Ingkarusunnah Dan Jawabanya, Jakarta, Media Da’wah, 1990.
8. Raji Abdullah, M. Sufyan. Lc, Mengenal Aliran-Aliran Dalam Islam Dan Ciri-Ciri
Ajarannya, Jakarta, Pustaka Al-Riyadl, 2006.
Top Related