Download - Majalah GURU Edisi 1/2011

Transcript

SI have come to believe that a great teacher is a great artist and that there are as few as there are any other great artists. Teaching might even be the greatest of the arts since the medium is the human mind and spirit (John Steinbeck , 1902-1968)

CATATAN REDAKSISAYA menyambut baik terbitnya Majalah GURU Edisi I Tahun 2011 ini, yang pada edisi sebelumnya menjadi bagian dari kegiatan rutin Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK). Reformasi birokrasi telah menghapus Ditjen PMPTK berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi, Eselon I Kementerian Negara, yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2010. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan Nasional menjelaskan secara rinci susunan organisasi Kemdiknas. Salah satu yang baru dalam organisasi Kemdiknas adalah Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Badan PSDMP dan PMP). Badan PSDMP dan PMP inilah yang kini menangani penerbitan Majalah Guru. Keberlangsungan Majalah Guru perlu dijaga bukan semata menjaga eksistensi media ini. Namun Majalah Guru selama ini telah menjadi bagian dari wahana pemerintah untuk menyampaikan kebijakan, program, dan kegiatan peningkatan mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK). Tanggung jawab terhadap penyusunan kebijakan teknis dan pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) ini kini tidak ditangani satu institusi Eselon I seperti halnya era Ditjen PMPTK.

''

Badan PSDMP dan PMP yang dipimpin Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, hanya bertugas menyusun kebijakan teknis dan pengembangan PTK. Sedangkan terkait perumusan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan serta fasilitasi penerapan standar teknis di bidang PTK dilaksanakan oleh sejumlah direktorat, yakni Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar, Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah, dan Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal. Badan PSDMP dan PMP juga membawahi pengembangan profesionalitas tenaga pimpinan pegawai di lingkungan Kemdiknas. Peran ini dulu dijalankan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Kemdiknas. Bidang lain yang menjadi kewenangan Badan PSDMP dan PMP adalah penjaminan mutu pendidikan. Kedekatan cakupan kerja Badan PSDMP dan PMP dengan direktorat terkait membutuhkan penyelarasan. Badan PSDMP dan PMP lebih fokus pada penyusunan standar, mekanisme dan prosedur pengembangan PTK. Direktorat terkait fokus pada sistem perencanaan dan pemberdayaan PTK, yang penyelenggaraannya berdasarkan produk hasil Badan PSDMP dan PMP. Saya berharap penerbitan Majalah Guru di era Badan PSDMP dan PMP bisa jauh lebih efektif sebagai media informasi dan komunikasi bagi PTK, baik di jalur pendidikan formal maupun nonformal.

Saya percaya bahwa seorang guru yang hebat adalah seniman besar, dan hanya ada beberapa seniman yang benar-benar besar. Mengajar mungkin merupakan seni terbesar karena mediumnya adalah pikiran dan semangat manusia.

Jakarta, Mei 2011 Pemimpin Redaksi

Drs. Sam Yhon , MM NIP 195812061980031003

NOMOR 1 TAHUN I MEI 2011PEMBINA: Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Kepala Badan PSDMP dan PMP PENGARAH: Ir. Giri Suryatmana (Sekretaris Badan PSDMP dan PMP) Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd (Kepala Pusbang Prodik) Dr. Abi Sujak (Kepala Pusbang Tendik) Muhammad Hatta, M.Ed, Ph.D (Kepala Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan) PEMIMPIN REDAKSI/PENANGGUNG JAWAB: Drs. Sam Yhon, MM Kabag Umum Sekretariat Badan PSDMP dan PMP SIDANG REDAKSI: Budha Gautama, D.B. Pt. Ngr Pantjaudara KP, Tina Jupartini, Nyoman Subamia, Nuhman, Saiful Anam, Dipo Handoko, Mukti Ali, Eva Rohilah, Nabilla Desyalika Putri, Andi Wahyudi DISAIN VISUAL: Dipo Handoko SEKRETARIAT: Rima Martgiani, Evi Anita Siregar, Ilham, Yuhana, IDG Agung Indira, Firdaus Syah, Andrika Remiyanti, Jenny Marsaulina, Wilhelmus Doni, Panji Wibisono, Evi Susilowati, Supriono PENERBIT: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan Nasional ALAMAT REDAKSI: Sekretariat Badan PSDMP dan PMP Gedung D Lt. 17 Kompleks Kemdiknas Jl. Jenderal Sudirman, Pintu I Senayan, Jakarta Telepon: 021-57974164, Faksmilii: 021-579741634Pembaca Majalah GURU yang budiman, Mungkin sidang pembaca bertanya-tanya, Majalah GURU berubah, baik dari sisi tampilan, nomor majalah yang bermula dari Edisi 1 kembali, hingga Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Badan PSDMP dan PMP) sebagai penerbit. Memang, majalah ini merupakan edisi perdana yang diterbitkan Badan PSDMP dan PMP, institusi Eselon I yang baru didirikan pada 2 Desember 2010, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2010. Meski institusinya baru, sejatinya para pengelola Majalah GURU tidak 100% baru. Awak redaksi dan sekretariat yang terlibat sebenarnya "orang-orang lama" yang dulu mengabdi di Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK). Reformasi birokrasi Kemdiknas menghapus Ditjen PMPTK. Sebagian tugas dan fungsi Ditjen PMPTK kini diemban Badan PSDMP dan PMP, yakni dalam perumusan kebijakan teknis dan pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK). Sedangkan menyangkut perumusan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan serta fasilitasi penerapan standar teknis bidang PTK dilaksanakan sejumlah direktorat, yakni Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar, Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah, dan Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal. Majalah GURU pun merasakan perubahan itu. Pemimpin Redaksi kini dijabat Drs. Sam Yhon, MM, yang pernah tergabung dalam Ditjen PMPTK kurun 2005-2008. Tak ada salahnya di "edisi perdana" kami mengenalkan jajaran pengelola yang baru. Kami berharap dengan gairah baru, majalah ini bisa semakin besar berkontribusi dalam peningkatan mutu PTK dan penjaminan mutu pendidikan. Edisi ini mengangkat cover story mengenai Badan PSMP dan PMP, dari A sampai Z kami bahas di Laporan Utama. Tulisan-tulisan lainnya adalah seputar peristiwa penting seperti Rembuk Nasional Pendidikan 2011, peringatan Hari Pendidikan Nasional, serta isu-isu baru lainnya. Selamat membaca!

Kehadiran Badan PSDMP dan PMP sebagai institusi baru juga diikuti hadirnya orang-orang baru. Satu di antaranya adalah Drs. Sam Yhon, MM, yang mendapat tugas baru sebagai Kepala Bagian Umum, Sekretariat Badan PSDMP dan PMP. Sejatinya, Pak Sam Jon, biasa orang menyapa, bukan orang baru di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas). NIP-nya menunjukkan pria berkumis tebal ini mengabdi sebagai PNS pada tahun 1980. Lama berkecimpung di bagian program di Direktorat Pembinaan SMP selama kurun 1989-2005. Kemudian ditugaskan di masa awal Ditjen PMPT K (2005-2008) sebagai Kasubag Data dan Informasi. Sempat "melompat" berpindah di bagian yang sama sekali berbeda, yakni di Inspektorat Jenderal Kemdiknas. "Dari dulu cita-cita saya memang menjadi pemeriksa," kata pria kelahiran Pematang Siantar, 6 Desember 1958 ini. Dulu, ceritanya, jadwal seleksi di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) bersamaan, yakni pada 12 Desember 1979 --tanggal yang masih diingat Sam Jon. Namun dengan sejumlah pertimbangan, Sam Jon akhirnya memilih Depdikbud sebagai pengabdiannya. Masuk di Bagian Program Badan PSDMP dan PMP justru dunia baru baginya. Namun tak butuh lama buatnya untuk beradaptasi. Sam Jon melihat Badan PSDMP dan PMP memiliki tugas lebih berat dari tugas direktorat yang juga bertanggung jawab terhadap pembinaan kepada Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK). "Sebagai pembina PTK mestinya harus lebih baik dari yang dibina," kata Pemimpin Redaksi Majalah GURU ini. Sam Jon pun antusias dengan penerbitan Majalah GURU. Ia ingin muatan majalah pada penerbitan ke depan bisa jauh lebih banyak bernuansa untuk kepentingan peningkatan mutu PTK. Distribusi majalah juga harus bisa menjangkau lebih banyak PTK. "Sudah seharusnya majalah tidak hanya disimpan, tapi harus banyak dibaca oleh banyak orang," katanya.

Bagi pembaca Majalah GURU, nama Drs. Budha Gautama, MM, boleh dibilang tak asing. Ia awak redaksi yang sering nongol di majalah melalui tulisan-tulisannya tentang persuratan dan kearsipan. Mantan Kasubag Tata Usaha, Bagian Umum, Set. Ditjen PMPTK ini menjabat kasubag Persuratan dan Kearsipan, Sekretariat Badan PSDMP dan PMP. Tengok saja tulisan kolom di "edisi perdana" Majalah GURU di era Badan PSDMP dan PMP. " T u l i s a n saya seb atas persoalan yang b erhubungan dengan bidang persuratan dan kearsipan yang saya geluti cukup lama. Melalui tulisan saya banyak belajar untuk meningkatkan kompetensi saya," kata Budha Gautama yang masih rutin bermain tenis setiap pekannya. Budha menilai penerbitan majalah bukan semata simbol institusi. Majalah GURU adalah media tepat bagi Badan PSDMP dan PMP untuk mensosialisasikan program dan kebijakan. Kalangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK), juga punya ruang untuk menulis seputar pengalaman, permasalahan dan best practices yang banyak bermanfaat bagi PTK lain.

N a m a n y a memang baru muncul di edisi ini. Dijamin orang yang baru mengenalnya akan sulit menghapal namanya. Catat: D.B. Pt. Ngr. Pantjaudara K.P. Pak Putu, b egitu rekanrekannya di kantor biasa memanggil, memang baru dipindahtugaskan dari tempat lamanya, Pusdiklat Pegawai Kemdiknas ke Badan PSDMP dan PMP. "Sejak awal bekerja di Kemdiknas tahun 1989, saya ditempatkan di Pusdiklat Sawangan," kata pria 51 tahun yang menjabat Kasubbid Diklat Teknis dan Fungsional, posisi terakhirnya di Pusdiklat Pegawai. Lama di Pusdiklat Pegawai, otomatis membuat ia kenal b anyak p egawai Kemdinas, yang sudah p asti harus mengikuti diklat. "Ketika saya dipindah ke sini, beruntungnya banyak yang sudah saya kenal baik. Mereka semua mendukung pekerjaan baru saya," kata Putu yang kini bertanggung jawab sebagai Kasubag Rumah Tangga, Sekretariat Badan PSDMP dan PMP. Ia berharap bisa menyumbangkan tenaga untuk pengelolaan mahalah GURU mejadi lebih baik lagi.

Awak redaksi satu ini rajin membantu distribusi. Di sekitar tempat tinggalnya, ia antar sendiri majalah ke beberapa rekan guru dan tenaga kependidikan yang dikenalnya. Saat tugas ke luar kota, Nuhman, SE, M.Pd memboyong segepok majalah untuk disebar di daera-h yang dikunjunginya. " S a y a n gn y a , d i s t r i b u s i Majalah Guru belum menjangkau banyak guru di semua kabupaten/kota. Pernah satu kunjungan ke daerah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, ada guru-guru yang belum pernah mendapat kiriman majalah GURU. Jika distribusi bisa lebih banyak menjangkau para guru pasti lebih baik," kata Nuhman, yang tengah merampungkan program doktornya. Nuhman berharap ada upaya penambahan oplah, dengan distribusi yang menjangkau banyak guru di daerah, dan benar-benar sampai. Selain itu, Majalah Guru perlu diperkaya dengan tulisan dari PTK dan pejabat terkait di lingkungan Kemdiknas.

5

Nyoman Subamia SE, MM, juga tergolong "senior" pengelola Majalah GURU, sejak awal ia terlibat dalam keredaksian. Ia berharap Majalah GURU ke depan bisa memuat informasi yang lebih fresh tiap edisinya. Mungkin edisi dua bulanan sehingga informasi yang kita sampaikan ke pembaca masih segar," kata staf Bagian Umum Badan PDSMP dan PMP. Menurut Nyoman, Majalah GURU amat diperlukan para Pendidik dan Tenaga Kep endidikan (PT K), terutama di daerah. Sebab majalah pendidikan yang seperti Majalah GURU sangat jarang yang bisa menjangkau PT K di daerah. Jika informasi bisa sampai ke daerah, konten majalah juga semakin berbobot, Majalah GURU turut andil meningkatkan kinerja Badan PSDMP dan PMP dalam mengantarkan pembentukan PTK profesional.

Pos jabatannya berpindah: di masa Ditjen PMPT K dipercaya sebagai Kasubag Rumah Tangga, Bagian Umum, Sekretariat Ditjen PMPT K, kini ia menjabat Kasubag Barang Milik Negara, Sekretariat Badan PSDMP dan PMP. Namun keterlibatannya sebagai pengelola Majalah GURU tetap ia jalani di sela kesibukannya. Namanya, Dra. T ina Jupartini, M.Pd, tetap ada di jajaran redaksi. Di setiap rapat redaksi Majalah GURU, rasanya kurang afdol tanpa kehadiran wanita berjilbab yang tetap cantik di usianya yang genap 45 tahun, pada 6 Juni lalu. Sepanjang pengamatannya, Majalah GURU mendapat sambutan hangat di kalangan guru. Sejumlah guru pernah meminta bisa berlangganan rutin. Tentu saja, Majalah GURU yang dibiayai APBN tidak boleh dijual. Distribusi majalah yang sebagian dikirim ke sekolah-sekolah diharapkan bisa menjangkau banyak guru. Tentu tidak mungkin bisa dikirim ke semua guru yang jumlahnya hampir 2,8 juta, karena anggarannya tidak mencukupi, katanya. Namun setidaknya di setiap sekolah, satu majalah bisa dibaca puluhan guru secara bergantian.

Rima Martgiani, S.Sos, sehari-harinya bekerja di subbagian BMN, Sekretariat Badan PSDMP dan PMP. Rima juga berkecimpung mengelola Majalah Guru sejak terbitan perdana, Desember 2006, saat masih ditangani Ditjen PMPTK. "Isinya semakin bagus dan semakin banyak informasi yang bermanfaat bagi guru dan tenaga kependidikan. Jika jadwal terbitanya lebih banyak dalam setahun tentu lebih bagus," kata wanita kelahiran 6 Maret 1979 ini. Rima berharap konten majalah ke depan bisa lebih memasukkan tulisantulisan dari kalangan guru dan tendik sendiri. Sebab kemampuan menulis bagi guru dan tendik kini menjadi sangat penting. "Kenaikan pangkat dari golongan III kini kan harus disertai syarat menulis karya ilmiah. Jadi ini kesempatan bagi guru untuk belajar menulis," kata Rima yang hobi berenang ini. Namanya singkat: Yuhana. Namun keterlibatannya dalam mengelola Majalah GURU tak singkat. Kesibukannya di seputar kesekretariatan, di antaranya menyiapkan ruang, jadwal dan materi rapat, hingga mendistribusikan hasil tulisan untuk diperiksa ke para editor naskah. Meski tak terlibat dalam penulisan, namun Hana, sapaan akrabnya, tetap setia membaca tiap edisi. "Isinya bagus, banyak informasi yang bisa menambah wawasan dan ilmu bagi para guru," kata wanita kelahiran 29 Juli 1985 ini. Informasi tentang kebijakan dan kegiatan pembinaan PT K di Badan PSDMP dan PMP pun bisa di dapat para guru dan tendik di daerah. "Jika bisa menjangkau ke semua kabupaten, kota, tentu sangat bermanfaat bagi mereka. Sehingga mereka yang di daerah selalu update berita di Kemdiknas, khususnya pembinaan PTK dan penjaminan mutu, cukup dengan membaca majalah GURU," katanya.

daftar isi3 4 7 10CATATAN REDAKSI SALAM REDAKSI DINAMIKA Wamendiknas Fasli Jalal: Masalah Terbesar Guru Ada di SD LAPORAN UTAMA Meningkatkan Kinerja Kemdiknas Melalui Badan PSDMP dan PMP Wawancara Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Profil Sekretariat Badan PSDMP dan PMP Profil Pusat Pengembangan Profesi Pendidik Profil Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Profil Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan

7-9

10-25

26 32

GURU Mengoptimalkan Keterbukaan Seleksi Peserta Sertifikasi Gerak Cepat Lahirkan Guru Profesional LPMP LPMP Nanggroe Aceh Darussalam LPMP Papua LPMP Lampung LPMP Sulawesi Selatan P4TK QITEP Centre P4TK Bidang Otomotif dan Elektronika Malang PENJAMINAN MUTU Evaluasi Diri Sekolah PERISTIWA Puncak Hardiknas 2011 Seminar Pendidikan Karakter Rakor Badan PSDMP dan PMP Ujian Nasional Rembuk Nasional Pendidikan KOLOM Drs. Budha Gautama, MM UNIT KERJA BADAN PSDMP DAN PMP

40 4446

46-59

60 62

[D]

DINAMIKA Wakil Menteri Pendidikan Nasional Prof. dr. Fasli Jalal, PhD7

PENULIS: SAIFUL ANAM FOTO-FOTO: DIPO HANDOKO, DOK.FASLI JALAL

MASALAH TERBESAR GURU ADA DI SD

M

MENYUSUL diberlakukannya reformasi birokrasi internal di Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan dari jenjang TK sampai SMA/SMK yang sebelumnya ditangani secara khusus oleh Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK), kini ditangani sejumlah lembaga. Pertama, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Badan PSDMP dan PMP). Unit utama setingkat eselon satu ini antara lain menangani proses pelaksanaan sertifikasi guru, evaluasi kinerja guru, peningkatan kinerja guru, peningkatan kompetensi tenaga kependidikan (kepala sekolah, pengawas sekolah, tenaga laboran,

tenaga administrasi sekolah, dan tenaga perpustakaan sekolah), hingga penjaminan mutu pendidikan. Kedua, Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar (Dit. P2TK Dikdas), Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar. Direktorat ini antara lain menangani peningkatan kualifikasi guru, perencanaan kebutuhan guru, pembayaran tunjangantunjangan guru, hingga penghargaan dan perlindungan. Direktorat P2TK Dikdas

menangani PTK SD dan SMP. Ketiga, Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah (Dit. P2TK Dikmen), Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah. Program yang dijalankan direktorat ini secara umum sama dengan Dit. P2TK Dikdas, hanya fokus utamanya pada para PTK di tingkat SMA dan SMK. Keempat, Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak

GURU

Edisi 1/TAHUN 1/MEI 2011

DOK. FASLI JALAL

[D]

DINAMIKAmahal, karena kemampuan pedagogik guru-guru tersebut amat lemah. Padahal, pembelajaran di SD yang paling penting adalah joyfull learning atau PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Mestinya guru-guru senior yang berpengalaman dan sangat canggih kemampuan pedagogiknya, yang harus mengajar di SD. Tetapi kita ini terbalik. Karena luapan jumlah sekolah dari proyek SD Inpres, akhirnya mutu guru kita korbankan, ungkapnya. Fasli Jalal menambahkan, inilah konsekuensi yang harus kita terima, yang mengakibatkan mutu pendidikan di SD terus bermasalah. Jangankan melakukan joyfull learning, untuk melaksanakan prinsip-prinsip pedagogik yang minimal saja mereka tidak bisa memenuhi. Apalagi kalau kita kaitkan dengan berbagai paradigma pembelajaran yang baru, yang menempatkan guru sebagai bagian dari masyarakat pembelajar, guru adalah pembelajar seumur hidup, pembelajaran yang berpusat kepada siswa, quantum learning, dan lain-lain, mereka jelas tidak mengenal. Padahal, seharusnya guru SD paling canggih kemampuan pedagogiknya. Tetapi karena kualifikasinya seperti itu dan jumlahnya banyak, maka mutu mereka terabaikan, tandasnya terus terang.

DOK. FASLI JALAL

Usia Dini Nonformal dan Informal (Dit. P2TK PAUDNI), Direktorat Jenderal PAUDNI. Direktorat ini merupakan kelanjutan dari Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal (Dit. PTK-PNF) yang dulu ada di bawah Ditjen PMPTK. Hanya saja, direktorat ini lebih menitikberatkan pada pembinaan PTK PAUD yang merupakan salah satu program prioritas Kemdiknas. Selain itu, direktorat ini juga menangani PTK pada PAUD formal (Taman Kanak-kanak), yang sebelumnya ditangani oleh Direktorat Profesi Pendidik, Ditjen PMPTK. Sementara Direktorat PTK-PNF dulu hanya menangani PTK pada PAUD nonformal.

TERBESAR DI SDBerdasarkan data terbaru di Kementerian Pendidikan Nasional (NUPTK 2011), jumlah guru kita saat ini dari tingkat Taman Kanakkanak (TK) hingga SMA/SMK sebanyak 2.791.204 orang. Sekitar 800.000 guru lainnya berada dalam binaan Kementerian Agama. Secara kualifikasi akademik, dari 2.791.204 guru binaan Kemdiknas, sebanyak 1.540.413 guru (55,19%) belum memiliki kualifikasi

8

akademik S1 atau D-IV. Sedangkan guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik baru sebanyak 746.727 orang, atau baru sekitar 27%. Menurut Wakil Menteri Pendidikan Nasional Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D, dari hampir 2,8 juta guru itu kurang lebih 1,45 juta merupakan guru SD, dan kurang lebih 600.000 guru SMP. Dengan demikian, lebih dari 2 juta guru mengajar di tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP). Khusus di tingkat SD, selain jumlahnya paling banyak, persoalan paling berat adalah menyangkut kualifikasi akademiknya. Dulu waktu mereka diangkat menjadi guru syaratnya cukup lulusan SPG atau setara dengan SPG. Bahkan pada awal kita menggalakkan SD Inpres tahun 1970an, kita waktu itu mengangkat guru besar-besaran dari kondisi apa adanya untuk memenuhi kebutuhan guru. Tidak sedikit lulusan SD, SMP, SMEP, dilatih di KPG (Kursus Pelatihan Guru) beberapa bulan saja kemudian diangkat jadi guru SD. Syukur-syukur kalau mereka lulusan STM, SMA, SMEA, atau SKKA, katanya. Akan tetapi, lanjut Fasli Jalal, apa yang dilakukan pemerintah waktu itu harus dibayar

DAERAH KURANG OPTIMALDalam pandangan Fasli Jalal, mutu guru SD semakin memprihatinkan antara lain juga disebabkan oleh penanganannya yang dulu dilakukan oleh dinas pendidikan kabupaten/kota. Dinas pendidikan mengurus tiga M, yaitu money, material, dan man. Sayangnya, mereka cenderung melihat guru lebih sebagai komoditas dibanding sebagai tenaga profesional. Disamping itu, dinas juga tidak memiliki kemampuan untuk meningkatkan mutu guru. Berbeda dengan guru SMP, SMA, dan SMK, yang pembinaan mutunya jauh lebih baik karena langsung dipegang Kantor Wilayah (Kanwil) yang merupakan perwakilan pusat. Jadi sebetulnya masalah paling besar pendidikan kita sampai sekarang, terutama gurunya, ada di SD. Hal itu pula yang menyebabkan mutu SMP dan SMA/SMK tidak pernah mencapai standar. Saya tidak punya penelitian, tapi feeling saya mungkin hanya sekitar 10 s.d 20% lulusan SD yang betul-betul memenuhi standar secara wajar lulus SD dan layak masuk SMP, tutur Fasli Jalal. Karena sebagian besar anak-anak

lulusan SD yang masuk kelas satu SMP tidak memenuhi standar, maka mereka diberi remedial selama beberapa bulan, bahkan ada pula yang sampai satu tahun. Tapi banyak juga SMP yang menerima lulusan SD apa adanya. Akibat selanjutnya, ketika anak-anak tersebut lulus SMP, juga tidak memenuhi standar yang diharapkan atau layak untuk masuk ke jenjang berikutnya. Hal serupa juga terjadi bagi anak-anak lulusan SMA/SMK . Jadi persoalan pendidikan kita terus berputar seperti itu, yang diakibatkan oleh rendahnya mutu guru-guru SD kita, katanya. Kondisi ini tentu sangat mencemaskan. Akibatnya, anak-anak yang bisa masuk ke perguruan tinggi bagus pada umumnya berasal dari sekolah-sekolah yang memenuhi standar mutu, mulai dari SD, SMP, hingga SMA/SMK. Padahal, sekolah-sekolah seperti itu pada umumnya terdapat di kota-kota dan di Pulau Jawa. Dampak selanjutnya, kesenjangan sebakin besar. Inilah persoalan besar yang kita hadapi. Jadi guru SD itu jumlahnya besar, tapi profesionalisme dan kualifikasinya amat terbatas. Pada waktu saya masih Dirjen Dikti, saya lihat datanya ketika akan dilakukan sertifikasi guru, sekitar 90% kualifikasi akademiknya masih di bawah S1. Mereka tersebar di dua kelompok besar, yaitu lulusan SPG dan D-II, katanya. Dulu guru-guru SD juga selalu dicitrakan dengan hal-hal yang kurang baik. Bayangan orang kalau mendengar profesi guru SD itu digambarkan seperti guru SD Inpres, pakai sandal jepit, gajinya sangat rendah, hidupnya pas-pasan, dan gedung sekolahnya juga sangat sederhana. Fakta itu diterima apa adanya. Padahal image seperti ini mengganggu benar profil guru kita, ujar Fasli. Dari sisi itulah, tambah Fasli, kita bisa melihat betapa beratnya persoalan PTK, terutama guru SD. Jumlahnya besar, kualifikasi akademik yang belum baik, rekrutmennya dulu dilakukan asal-asalan tanpa mempertimbangkan kemampuan pedagogiknya, kesejahteraannya dulu kurang baik, sehingga image guru SD di mata masyarakat sejak dulu sampai sekarang masih dilihat sebagai profesi yang rendah. Jadi mengangkatnya memang agak berat dan perlu kerja keras. Dari sisi kompetensi, Fasli Jalal juga pernah menemukan ada guru SD yang sudah bekerja selama 24 tahun tapi belum pernah sekali pun mendapatkan pelatihan. Ini terutama terjadi di daerah-daerah pinggiran. Padahal kalau seorang guru secara periodik

mendapat pelatihan, pasti pengetahuannya akan bertambah baik. Karena jumlahnya banyak, akhirnya mereka kurang terurus. Dampak selanjutnya, gapnya besar sekali antara kompetensi guru SD di desa dan di kota. Saya juga pernah menjumpai guru-guru SD yang masih menggunakan kurikulum 1974 atau 1984. Saya waktu berkunjung ke Yahukimo, Papua, beberapa tahun lalu, bertemu dengan para guru di sana dan mereka bangga menunjukkan buku kurikulum 1984 kepada saya. Rupanya, waktu sekolah itu dibangun langsung dikasih buku-buku baru, tetapi setelah itu tidak pernah mendapatkan lagi. Saya bilang, masya Allah. Tapi itu realita, ungkapnya.

UPAYA PERBAIKANMelihat kondisi guru-guru SD yang seperti itu, kata Wamendiknas Fasli Jalal, pemerintah dalam hal ini Kemdiknas berupaya keras membuat para guru SD memiliki kepercayaan diri yang tinggi sebagai guru dan punya profesionalisme. Efektivitas mereka dalam mengajar terus dipacu supaya menjadi lebih baik. Kebanggaan mereka sebagai guru harus tercipta, karena kebanggaan profesi itu penting. Selain itu, bagaimana mendorong mereka untuk mau melakukan pengembangan profesi secara berkelanjutan (continuous professional development/CPD), katanya. Oleh karena itu, sejak menjadi Dirjen PMPTK dulu, Fasli Jalal gigih menyediakan dana block grant kepada KKG (Kelompok Kerja Guru) di kabupaten/kota hingga kecamatan, supaya melalui dana bantuan tersebut KKG secara periodik mereka bisa bertemu setiap

bulan. Nah, sekarang di BOS (Bantuan Operasional Sekolah) sudah dimasukkan. Guru boleh melakukan pertemuan KKG dengan menggunakan dana BOS, ujarnya. Kualifikasi akademik para guru SD juga terus ditingkatkan, karena ini merupakan pekerjaan besar. Kesejahteraannya terus ditingkatkan. Dari sisi kesejahteraan ini, syukurlah para guru sekarang sudah jauh lebih makmur dibanding dulu. Proses kenaikan pangkatnya juga baik. Bahkan orang-orang kecamatan dan puskesmas itu cemburu benar terhadap guru-guru SD, karena proses kenaikan pangkatnya cepat. Setiap dua tahun sekali naik pangkat. Tapi mereka kemudian stagnan di pangkat IVa, karena terbentur kemampuan menulis karya ilmiah untuk naik ke pangkat IVb. Karena itu sekarang banyak menumpuk guru-guru SD kita pada level itu, katanya. Proses sertifikasi guru bagi mereka yang sudah memenuhi syarat juga harus dipercepat. Selain itu, mereka juga terus ditingkatkan kemampuannya dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), agar mereka bisa men-download berbagai bahan yang relevan untuk memperkaya materi pelajaran. Mungkin hanya ada satu atau dua guru di kecamatan yang canggih dalam menggunakan komputer, tapi itu sudah cukup kalau mereka bisa men-download bahanbahan melalui internet. Apalagi kalau guru-guru yang lain lama-lama juga ikut. Kalau ini bisa dilakukan secara gratis, paling-paling nanti yang diperlukan hanya biaya fotokopi saja yang nilainya tidak seberapa. Itulah yang kita harapkan, tegas Fasli.

9

Wamendiknas Fasli Jalal saat berbicara pada pembahasan Komisi I Rembuk Nasional Pendidikan 2011, didampingi Dirjen Pendidikan Dasar Suyanto dan Sesditjen Pendidikan Dasar Bambang Indriyanto

GURU

Edisi 1/TAHUN 1/MEI 2011

DIPO HANDOKO

[L]

LAPORAN UTAMA

PENULIS: DIPO HANDOKO FOTO-FOTO: DIPO HANDOKO, SAIFUL ANAM

MENINGKATKAN KINERJA KEMDIKNAS MELALUI BADAN PSDMP DAN PMP

K10

KERESAHAN sempat mengusik kenyamanan sebagian kalangan guru ketika tersiar kabar Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK) dibubarkan. Kabar itu sudah cepat menyebar saat masih berupa bisikbisik adanya perubahan besar-besaran di tubuh Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), pada akhir 2009 lalu. Di mata para guru, perubahan paling heboh adalah pembubaran Ditjen PMPTK, institusi eselon I yang didirikan tahun 2005 itu adalah simbol kepedulian pemerintah pada guru dan tenaga kependidikan. Gambaran buruk pengelolaan guru akan terabaikan sudah merasuki banyak guru jika Ditjen PMPTK dibubarkan. Syukurlah, penolakan besar-besaran dari kalangan guru akhirnya tak terjadi. Pemerintah memang akhirnya menggulirkan kebijakan mereformasi birokrasi di sejumlah kementerian, termasuk Kemdiknas. Perubahan organisasi kementerian itu dituangkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, yang ditandatangani

DIPO HANDOKO

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 14 April 2010. Perpres ini melikuidasi Ditjen PMPTK. Pasal 436 Perpres menetapkan susunan organisasi eselon I Kemendiknas terdiri atas: Wakil Menteri Pendidikan Nasional; Sekretaris Jenderal; Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal (Ditjen PAUDNI); Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar (Ditjen Dikdas); Direktorat

Jenderal Pendidikan Menengah (Ditjen Dikmen); Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi; Inspektorat Jenderal; Badan Penelitian dan Pengembangan; Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa; Staf Ahli Bidang Hukum; Staf Ahli Bidang Sosial dan Ekonomi Pendidikan; Staf Ahli Bidang Kerjasama Internasional; Staf Ahli Bidang Organisasi dan Manajemen; dan Staf Ahli Bidang Budaya dan

Psikologi Pendidikan. Perpres tersebut belum menjelaskan sebagai siapa pengganti Ditjen PMPTK yang dihapus. Struktur organisasi Kemdiknas meski sudah beredar di kalangan terbatas, namun belum ditetapkan oleh Menteri. Barulah setelah keluar Perpres Nomor 67 Tahun 2010 tentang perubahan Perpres Nomor 24 Tahun 2010, yang ditandatangani Presiden pada tanggal 2 Desember, segera disusul Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 36 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan Nasional. Perpres Nomor 36 Tahun 2010 menegaskan keberadaan Badan Pengembangan Sumber

Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Badan PSDMP dan PMP). Secara rinci, Badan PSDMP dan PMP dijelaskan oleh Pasal 663 hingga 733 Permendiknas Nomor 36 Tahun 2010. Pembentukan Badan PSDMP dan PMP serta penghapusan Ditjen PMPTK itu merupakan bagian dari Reformasi Birokrasi

Internal (RBI) Kemdiknas yang hakikatnya untuk meningkatkan kinerja Kemdiknas. Restrukturisasi organisasi tersebut merupakan bagian dari reformasi birokrasi Kemdiknas yang dilakukan secara bertahap sejak tahun 2007, di antaranya kebijakan hak cipta buku teks, penyediaan buku sekolah elektronik, penyediaan fasilitas internet dan multimedia di sekolah dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Pada tahun 2009 dilaksanakan reformasi sistem layanan dengan mengedepankan electronic-layanan (e-layanan) yang efisien, transparan melalui portal Layanan Prima Pendidikan Nasional. Menurut Menteri Perndidikan Nasional, Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA, setidaknya ada tiga ruh besar yang melekat dalam RBI Kemdiknas, yakni ruh efisiensi, ruh transparansi, dan ruh akuntabilitas. Pada ruh efisiensi, maka ke depan bentuk-bentuk layanan yang memang menjadi tugas pokok Kemdiknas harus lebih efisien, cepat dan murah, kata Mendiknas. Pada ruh transparansi, semua kegiatan program dan layanannya juga harus dapat dipantau, sehingga kinerjanya juga bisa terlihat. Sedang pada ruh akuntabilitas, terkandung makna, semua proses di Kemdiknas dapat dipertanggungjawabkan dengan benar. Sehingga kegiatan dan program, tidak hanya dilakukan dengan benar tapi juga dilakukan dengan tepat sasaran dan bias dipertanggungjawabkan, katanya. Urusan pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) tak lagi ditangani satu institusi. Menyangkut penyusunan kebijakan teknis dan pengembangannya menjadi wilayah kerja Badan PSDMP dan PMP. Sedangkan terkait perumusan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan serta fasilitasi penerapan standar teknis di bidang

pendidik dan tenaga kependidikan menjadi tanggung jawab direktorat terkait, dalam hal ini Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar, Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah, dan Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal. Selain bertanggung jawab terhadap penyusunan kebijakan teknis dan pengembangan profesionalitas pendidik dan tenaga kependidikan, Badan PSDMP dan PMP juga membawahi pengembangan profesionalitas tenaga pimpinan pegawai di lingkungan Kemdiknas. Peran ini dulu dijalankan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Kemdiknas. Bidang lain yang menjadi kewenangan Badan PSDMP dan PMP adalah penjaminan mutu pendidikan. Domain kinerja penjaminan mutu pendidikan menyangkut setidaknya tiga hal, yakni standar pendidikan, audit standar pendidikan, dan peningkatan mutu pendidikan. Kedekatan cakupan kerja Badan PSDMP dan PMP dengan direktorat terkait membutuhkan penyelarasan. Badan PSDMP dan PMP lebih fokus pada penyusunan standar, mekanisme dan prosedur pengembangan PTK. Direktorat terkait fokus pada sistem perencanaan dan pemberdayaan PTK, yang penyelenggaraannya berdasarkan produk hasil Badan PSDMP dan PMP. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, Kepala Badan PSDMP dan PMP didukung jajaran pimpinan dan staf Badan PSDMP dan PMP, mengemban tanggung jawab besar tersebut.

11

Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd

GURU

Edisi 1/TAHUN 1/MEI 2011

[L]

LAPORAN UTAMApendidikan formal ditangani Direktorat Tenaga Kependidikan, Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Sedangkan PTK pendidikan nonformal ditangani Direktorat Tenaga Teknis, Ditjen Pendidikan Luar Sekolah. Sejak akhir 2010, kewenangan pembinaan terhadap PTK dikembalikan ke Ditjen yang membawahi satuan pendidikan. Sehingga terbentuklah Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar, Ditjen Pendidikan Dasar; Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah, Ditjen Pendidikan Menengah; serta Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal, Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal. Diharapkan pembinaan terhadap PTK bisa sejalan dengan pembinaan terhadap satuan pendidikan. Namun, pembinaan terhadap PTK yang jumlahnya lebih dari 3 juta tidak bisa semuanya ditangani masing-masing direktorat di ditjen satuan pendidikan. Sehingga pemerintah perlu memilah urusan yang menjadi tanggung jawab direktorat adalah sebatas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan serta fasilitasi tentang penerapan standar teknis PTK. Artinya direktorat tidak berwenang menyelenggarakan penyusunan kebijakan teknis, seperti standar, mekanisme dan prosedur pengembangan PTK. Tanggung jawab mengenai regulasi dan standardidasi terhadap PTK inilah yang kini menjadi salah satu tanggung jawab Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Badan PSDMP dan PMP). Badan PSDMP dan PMP juga ditambah tanggung jawabnya dalam bidang penjaminan mutu pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan bukan pekerjaan mudah. Penjaminan mutu menyangkut sekolah, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK), Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LP2KS), bahkan menyangkut keseluruhan Kemdiknas khususnya pengembangan SDM pendidikan. SDM pendidikan itu menyangkut pendidik dan tenaga kependidikan, dan seluruh orang-orang yang bekerja di lembaga pendidikan, kata Syawal Gultom. Pengembangan SDM pendidikan secara khusus ditangani Pusat Pengembangan Profesi Pendidik (Pusbang Prodik) dan Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan (Pusbang Tendik). Sedangkan penjaminan mutu ditangani Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan. Badan PSDMP dan PMP juga dibantu tiga unit pelaksana teknis yakni LPMP, P4TK dan LP2KS. Fokus pembinaan PTK tahun 2011 adalah menyiapkan standar mutu mulai pemberdayaan hingga pembinaan. Sedangkan terkait pengadaan ditangani ditjen yang membawahi satuan pendidikan. Komponen penting yang menentukan standar mutu satuan pendidikan adalah guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah. Model pembinaan terhadap guru yang akan dikembangkan Badan PSDMP dan PMP adalah evaluasi kinerja guru. Kinerja guru diukur setidaknya pada dua hal, yakni konten dan performa. Konten menyangkut kemampuan guru menguasai materi pekerjaann, sedangkan performa menyangkut implementasi penguasaan konten dalam kinerja guru. Prioritas pengukuran kinerja guru ditujukan kepada 746.727 guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik. Mereka harus sudah menjalankan profesinya dengan standar minimal profesi pendidik. Indeks kinerja guru setidaknya mencerminkan outcome base performance dari program sertifikasi guru. Harapannya, guru yang memiliki sertifikat pendidik menjadi contoh bagi guru lain. Implikasi terhadap penilaian kinerja guru bersertifikat bisa saja berupa penundaan atau penghentian pemberian tunjangan profesi, yang hingga kini masih belum ditetapkan dalam

URGENSI BADAN PSDMP DAN PMPSejarah mencatat di era Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) saat dijabat Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA mengesahkan pembentukan direktorat jenderal baru dengan keluarnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 8 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK), tanggal 5 Juli 2005. Permendiknas tersebut menindaklanjuti Surat Persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor B/1061/M.PAN/6/2005, tanggal 6 Juni 2005, yang mengesahkan pembentukan Ditjen PMPTK. Sejak itulah pendidik dan tenaga kependidikan ditangani dalam satu institusi eselon I. Pendidik adalah istilah yang dipakai untuk guru dan jenis sebutan lain pendidik di jalur pendidikan nonformal seperti tutor, instruktur, dan pamong belajar. Sedangkan tenaga kependidikan terdiri dari kepala sekolah, pengawas sekolah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, dan tenaga laboratorium (tenaga kependidikan pendidikan formal), serta penilik, tenaga lapangan dikmas, dan fasilitator desa binaan intensif (tenaga kependidikan pendidikan nonformal). Di masa sebelumnya, urusan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) terpilahpilah di sejumlah direktorat yang bernaung di bawah direktorat jenderal yang berbeda-beda. Ketika itu pendidik dan tenaga kependidikan

12

DIPO HANDOKO

regulasi. Pengukuran kinerja guru yang belum mengikuti sertifikasi pendidik menjadi bagian dari program Evaluasi Diri Sekolah (EDS). Program EDS setidaknya menggambarkan data-data mendasar tentang 8 standar nasional, yakni Standar Kompetensi Lulusan; Standar Isi; Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan; Standar Proses; Standar Sarana dan Prasarana; Standar Pembiayaan; Standar Pengelolaan; serta Standar Penilaian Pendidikan. Badan PSDMP dan PMP juga menyusun rumusan pengembangan terhadap PTK, baik yang melalui diklat maupun pengembangan profesi mandiri. Badan PSDMP dan PMP perlu melakukan disain ulang berkaitan dengan materi diklat, instruktur, proses dan evaluasi diklat. Sedangkan untuk pengembangan profesi mandiri, Badan PSDMP dan PMP juga menyiapkan kembali modul-modul pengembangan profesi pendidik yang sesuai standar. Mengenai modul pengembangan profesi itu Badan PSDMP dan PMP juga dituntut selalu meng-update setidaknya lima hal, yakni: kompetensi, materi, strategi-pendekatan-teknik dan metode belajar, sumber belajar dan evaluasi. Modul tersebut bisa diunduh bebas melalui website P4TK dan LPMP. Badan PSDMP dan PMP juga akan mengembangkan pengukuran kinerja berbasis web. Melalui portal Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK), siapapun guru bisa membukanya, meng-update kinerjanya. Badan PSDMP dan PMP bisa melihat berapa banyak guru yang tidak meng-update. Pada tahap awal, untuk mengukur kinerja guru dimulai dengan mengukur kinerja kepala sekolah dan pengawas sekolah. Setidaknya ada sejumlah indikator yang dapat dipakai untuk mengukur kinerja. Begitu guru menjawab semua pertanyaan maka akan keluar skor kinerjanya. Berkaitan dengan penjaminan mutu, Badan PSDMP dan PMP harus mampu mendorong guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah melaksanakan budaya mutu. Peningkatan mutu bukanlah tujuan akhir. Mutu harus

131. 2. 3. 4. 5. Sekretariat Badan Pusat Pengembangan Profesi Pendidik Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan. Unit Pelaksana Teknis, yaitu Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK), Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LP2KS)

Badan PSDMP dan PMP terdiri atas:

Terselenggaranya layanan prima untuk membentuk sumber daya manusia pendidikan yang profesional dan bermartabat serta penjaminan mutu pendidikan yang terstandar.

Visi:

selalu naik sehingga tidak ada batas pencapaiannya. Hakikat penjaminan mutu adalah continous quality improvement atau perbaikan mutu secara terus menerus. Jika sekolah sudah menjadikan mutu sebagai budaya, sekolah dengan sendirinya akan menjaga standar mutunya. Sehingga penjaminan mutu dilaksanakan berdasarkan internally driven bukan externally driven. Saat ini, peran untuk menjaga mutu pendidikan harus didorong dari pemerintah. LPMP memiliki peran penting, sebagai lembaga di bawah Badan PSDMP dan PMP yang berada di setiap provinsi. LPMP memang belum menjalankan fungsinya dengan baik, sehingga Badan PSDMP dan PMP perlu membangun kapasitas (capacity buiding) LPMP. Evaluasi Diri Sekolah (EDS) menjadi instrumen penting untuk memperoleh gambaran akar masalah pendidikan di satuan pendidikan. Yang menjadi masalah besar adalah cukup banyak satuan pendidikan tidak mengetahu baseline permasalahan dan mengenali tantangan strategiknya. Inilah tantangan LPMP dalam membumikan EDS di semua satuan pendidikan. Berkaitan dengan peningkatan mutu pendidik menjadi tanggung jawab Pusbang Prodik. Sedangkan soal mutu tenaga kependidikan menjadi tanggung jawab Pusbang Tendik. Di sini dibutuhkan penyelarasan antara Pusbang Prodik, Pusbang Tendik dan Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan.

1. Meningkatkan Ketersediaan Layanan SDM Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. 2. Memperluas Keterjangkauan Layanan SDM Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. 3. Meningkatkan Kualitas/Mutu dan Relevansi Layanan SDM Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. 4. Meningkatkan Kesetaraan dalam memperoleh Layanan bagi SDM Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. 5. Meningkatkan Kepastian/Keterjaminan memperoleh Layanan bagi SDM Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.

Misi:

Badan P DMP dan PMP melaksanakan pengembangan sumber daya manusia pendidikan dan penjaminan mutu pendidikan.

Tugas :

Badan PSDMP dan PMP menjalankan fungsi: 1. penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program pengembangan sumber daya manusia pendidikan dan penjaminan mutu pendidikan; 2. pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia pendidikan dan penjaminan mutu pendidikan; 3. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia pendidikan dan penjaminan mutu pendidikan; dan 4. p e l a k s a n a a n a d m i n i s t r a s i B a d a n Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.

Fungsi:

GURU

Edisi 1/TAHUN 1/MEI 2011

[L]

LAPORAN UTAMA Wawancara Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Kepala Badan PSDMP dan PMP

PENULIS: SAIFUL ANAM FOTO-FOTO: SAIFUL ANAM , DIPO HANDOKO, DAN MUKTI ALI

MEMPERBAIKI KINERJA GURU BERSERTIFIKASI

S14

SEBAGAI konsekuensi dari dilaksanakannya reformasi birokrasi internal di Kementerian Pendidikan Nasional, maka sejak akhir tahun 2010 lalu dibentuk Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Badan PSDMP dan PMP). Unit utama setingkat eselon satu ini merupakan pengganti dari Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK) yang telah dihapus. Hanya saja, ada beberapa bidang tugas yang dulu ditangani Ditjen PMPTK, kini ditangani oleh Ditjen Pendidikan Dasar, Ditjen Pendidikan Menengah, dan Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (Ditjen PAUDNI). Dengan demikian, Badan PSDMP dan PMP melaksanakan sebagian tugas dan fungsi yang sebelumnya dilaksanakan oleh Ditjen PMPTK. Kendati dilihat dari cakupan kerjannya lebih kecil dibanding Ditjen PMPTK, namun bukan berarti kesibukan Badan PSDMP dan PMP lebih ringan. Justru karena pekerjaan yang ditanganinya lebih fokus, maka akuntabilitas yang dituntut dari kinerja Badan ini akan jauh lebih berat. Beberapa bidang garapan yang menjadi fokus perhatian Badan ini antara lain

SAIFUL ANAM

evaluasi kinerja guru, peningkatan kinerja guru bersertifikasi, revitalisasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, peningkatan kompetensi tenaga kependidikan, hingga peningkatan kualitas pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan. Untuk mengetahui lebih lanjut program-program yang akan dilaksanakan Badan PSDMP dan PMP, Saiful Anam dari Majalah GURU mewawancarai Kepala Badan PSDMP dan PMP Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd di ruang kerjanya April lalu. Berikut

wawancara lengkapnya. Kami ingin tahu dari awal dulu, apa saja pesan yang disampaikan Bapak Menteri Pendidikan Nasional ketika meminta Bapak menjadi Kepala Badan PSDMP dan PMP? Pesan beliau antara lain bagaimana kita bersama-sama meningkatkan kinerja di kementerian ini, terutama terkait dengan pengembangan profesi pendidik. Tentu di dalamnya ada kompetensi, ada kinerja,

ada pendidikan dan pelatihan, dan lain-lain. Yang kedua soal pengembangan tenaga kependidikan, yang di dalamnya mencakup kepala sekolah, pengawas sekolah, laboran, pustakawan, dan tenaga administrasi sekolah. Kemudian pesan ketiga yang beliau tekankan adalah bagaimana melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dengan baik. Khusus penjaminan mutu pendidikan, domain kerjanya ada tiga hal, yakni bagaimana menetapkan standar pendidikan, mengaudit standar pendidikan, dan meningkatkan mutu standar pendidikan. Secara umum, pekerjaan yang kami lakukan menyangkut peningkatan kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK), pemberdayaan LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan) dan P4TK (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan), dan bahkan menyangkut pula sumber daya manusia yang ditangani Kemdiknas secara keseluruhan. Badan ini menangani peningkatan kompetensi PTK baik pada satuan pendidikan formal maupun nonformal. Dalam pandangan Bapak, apa perbedaan mendasar antara tugas dan fungsi yang ditangani Badan PSDMP dan PMP dengan Ditjen PMPTK dulu? Sudah pasti perbedaan mendasarnya itu terletak dari tekanan penjaminan mutunya. Dulu Ditjen PMPTK lebih menitikberatkan pada peningkatan mutu PTK. Kalau Badan ini, selain tetap meningkatkan mutu PTK dalam konteks pengembangan SDM pendidikan, juga ada tambahan penjaminan mutu pendidikan. Ini yang lebih ditekankan. Tapi ada beberapa hal yang dulu ditangani Ditjen PMPTK, sekarang tidak lagi ditangani Badan. Beberapa program itu sekarang ditangani oleh Ditjen Dikdas, Ditjen Dikmen, dan Ditjen PAUDNI. Di sana ada direktorat yang menangani pembinaan PTK. Bagaimana menghindari duplikasi antara program-program yang dilaksanakan Badan PSDMP dan PMP dengan programprogram yang dilaksanakan Ditjen Dikdas, Ditjen Dikmen, dan Ditjen PAUDNI terkait penanganan PTK? Pertama, harus ada proses penyelarasan antara Badan dan direktorat-direktorat pembinaan PTK yang berada di bawah Ditjen Dikdas, Ditjen Dikmen, dan Ditjen PAUDNI. Kalau mencermati arahan Pak Menteri pada waktu pelantikan saya sebagai Kepala

Badan, sebetulnya kita bisa menjelaskan perbedaan itu. Badan sebetulnya bertugas untuk mengembangkan seluruh standar dan bagaimana itu dilakukan. Sedangkan kalau di direktorat lebih pada sistem perencanaannya dan sistem pemberdayaannya, dengan menggunakan produk-produk yang telah dihasilkan oleh Badan. Dengan demikian kalau di direktorat-direktorat itu sifatnya lebih teknis. Jadi kalau di Badan ini lebih menyangkut bagaimana menciptakan standar, merumuskan mekanisme dan prosedur. Soal pelaksanaannya, secara teknis dilakukan oleh direktorat-direktorat, dan itu tidak masalah. Program sertifikasi guru yang dulu merupakan salah satu program prioritas Ditjen PMTK, apakah sekarang ditangani Badan? Iya, prosesnya ditangani Badan. Tapi untuk pembayaran tunjangannya ditangani oleh direktorat-direktorat. Apa saja fokus kerja Badan PSDMP dan PMP ke depan? Kalau kita bicara pengembangan profesi pendidik, misalnya, fokus kita adalah bagaimana menyiapkan standar mutu untuk seluruh domain mulai dari pemberdayaan sampai sampai pembinaan guru. Jadi fokus kerja kita ke depan terkait pengembangan profesi pendidik kira-kira seperti itu. Secara umum, saya melihat ada tiga komponen penting yang sangat menentukan kualitas sekolah, yaitu guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah. Ketiga komponen inilah yang akan kita dorong untuk menciptakan sekolah agar memiliki standar kinerja. Sesungguhnya fokus kerja Badan ini ke depan ada adalah bagaimana supaya ketiga komponen tersebut bisa menunjukkan kinerja yang maksimal. Terkait guru, fokus kita adalah mendorong kinerja guru. Nah, kinerja guru ini harus digunakan sebagai proksi untuk menetapkan model pembinaan yang diikuti oleh guru. Misalnya pelaksanaan diklat, mestinya harus dilihat atau didasarkan pada indeks kinerja guru. Janganlah kegiatan diklat dipandang sebagai tujuan. Untuk mendorong kinerja guru, kita akan mengevaluasi kinerja mereka. Hal ini untuk mengetahui baseline-nya secara jelas. Kalau kita tidak tahu baseline kinerja guru sekarang, maka pertanyaan mendasar adalah kita dalam meningkatkan kinerja guru itu dari posisi baseline yang mana dan untuk menuju yang mana? Kalau itu saja tidak jelas, maka upaya-

upaya yang kita lakukan untuk mendorong kinerja guru juga tidak akan memperoleh hasil yang signifikan. Baseline itu acuannya apa, apakah kualifikasi akademik atau kompetensi? Dalam kinerja guru itu di dalamnya melekat kompetensi. Kinerja itu adalah bagaimana guru mengaktualisasikan kompetensi yang dimilikinya. Itulah acuan yang menjadi baseline. Ukuran kinerja itu sudah jelas sehingga bisa kita ukur. Bahkan di Permendiknas juga sudah dibuat apa yang menjadi ukuran kinerja guru. Jadi bagaimana cara mengukur kinerja guru dan indikator apa saja yang kita pasang sudah ada ketentuannya. Kalau soal bagaimana proses kuantifikasi dari data kinerja itu kan hanya aspek metodologis saja. Bisa saja kinerja guru dilihat dulu berdasarkan penilaian melalui observasi. Bisa juga melalui penguasaan konten dan performa. Dengan kata lain, kinerja guru itu secara umum hanya dinilai dari dua hal saja, yakni apakah guru menguasai konten, dan apakah penguasaan konten tersebut terimplementasi dalam performa. Jadi pada dasarnya standar kinerja guru yang kita pakai itu mencakup standar konten dan standar performa. Kalau kompetensi dijadikan sebagai baseline untuk acuan peningkatan kinerja guru, apakah sudah ada data pemetaan kompetensi guru selama ini? Data itu memang belum ada dan baru akan kita kumpulkan mulai tahun 2011 ini. Paling tidak kita akan fokus dulu pada pemetaan kompetensi guru-guru yang sudah bersertifikasi. Kaitannya dengan guru-guru yang sudah bersertifikasi, kabarnya cukup banyak mereka yang kompetensinya ternyata tidak meningkat. Lantas mereka mau diapakan? Bagi guru yang sudah bersertifikat, mereka diklaim sebagai guru profesional. Artinya, mereka harus menjalankan profesinya dengan benar. Tunjangan profesi pendidik itu diberikan kepada mereka yang menjalankan profesinya dengan baik. Kalau dikatakan menjalankan profesi, maka mereka harus memiliki standar minimal tertentu. Itulah bedanya profesi dengan pekerjaan. Oleh karena itu, tugas kita adalah bagaimana mengukur dan memastikan bahwa guru-guru pemegang sertifikat itu menjalankan profesinya. Itulah perlunya indeks kinerja guru. Hanya indeks kinerja guru itu yang bisa menggambarkan apakah mereka menjalankan

15

GURU

Edisi 1/TAHUN 1/MEI 2011

[L]

LAPORAN UTAMAoleh Badan, memang harus kita tata ulang, baik menyangkut materinya, instrukturnya, prosesnya, maupun evaluasinya. Pendekatan yang digunakan harus berbasis kompetensi. Sementara terkait jalur pengembangan profesi mandiri, kita harus menyiapkan modul-modul yang diperlukan baik dalam bentuk hardcopy maupun softcopy, bisa melalui intranet maupun internet. Kita tidak bisa hanya sebatas menganjurkan mereka mengembangkan profesinya secara mandiri. Tetapi kita harus menyiapkan bahan-bahan relevan yang mereka perlukan. Modul-modul itu harus dilengkapi dengan panduan yang dapat memandu mereka dalam meningkatkan kinerjanya. Inilah pentingnya sentuhan IT dalam pengembangan jalur mandiri, karena harus berbasis web. Untuk mengoptimalkan web itu, kita memberdayakan LPMP dan P4TK untuk menyiapkan modul-modul yang diperlukan. Modul-modul itu nantinya bisa dengan mudah di-download oleh para guru. Bisa juga web tersebut memuat best practices dari guru-guru tertentu yang kita pilih, sehingga memudahkan para guru yang membuka web tersebut dalam meniru atau mengadopsinya untuk pengembangan profesinya secara mandiri. Jadi intinya Badan harus fokus pada karya nyata untuk mengembangkan profesi guru, baik secara langsung melalui diklat maupun secara tidak langsung melalui pengembangan profesi mandiri. Kita akan reposisi sistem diklatnya, dan kita juga akan berdayakan web-nya. Persoalannya, guru-guru kita masih banyak yang belum familier dengan IT. Mereka lebih terbiasa dengan bahan-bahan modul dalam bentuk hardcopy. Bagaimana mengatasinya? Karena itu modul-modul dalam bentuk hardcopy harus tetap ada, sebab tidak semua sekolah terjangkau IT dan tidak semua guru mampu menggunakannya. Kalau proses mengedukasi guru untuk menggunakan IT sebenarnya tidak terlalu sulit. Yang justru lebih penting adalah bahan-bahan yang diperlukan oleh guru itu harus tersedia. Kalau seorang guru ingin mendalami materi tertentu, maka bahannya harus tersedia di web. Bahan-bahan inilah yang harus disuplai oleh Badan. Web itu juga harus di-update secara rutin oleh Badan. Paling tidak ada lima hal yang harus selalu di-update oleh Badan di web tersebut, yakni pemutakhiran kompetensi, materi, strategi/ pendekatan/metode belajar, sumber belajar,

MUKTI ALI

Suasana di perpustakaan SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya, almamater Mendiknas Mohammad Nuh

profesinya dengan benar atau tidak. Kita ingin memastikan bahwa sejak awal program sertifikasi guru ini dirancang adalah dalam rangka meningkatkan kinerja guru, yang di dalamnya sudah pasti mencakup kualitas pembelajaran. Jadi kita menggunakan pendekatan outcome base performance. Yang kita ukur itu outcome dari pemegang sertifikasi. Kita berharap mereka bisa menjadi contoh bagi guru-guru yang lain. Kita ingin memastikan bahwa mereka itu benar-benar menjalankan profesinya. Siapa yang melakukan pengukuran kinerja guru bersertifikasi itu? Yang melakukan mestinya kita. Bisa juga kita kembangkan tim yang di dalamnya ada LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan), kepala sekolah, pengawas sekolah, dan asosiasi profesi, tetapi semua itu berada di bawah kendali Badan. Mereka itu merupakan komponen-komponen yang layak melakukan pengukuran kinerja guru. Ini yang akan kita lakukan mulai tahun ini. Selama ini ada kesan kuat bahwa guru-guru yang lulus sertifikasi kurang diperhatikan, mau meningkat atau tidak kompetensinya. Kalau nanti diketahui cukup banyak guru bersertifikasi ternyata kinerjanya kurang baik, apa yang akan dilakukan? Apakah mereka diberi sanksi, misalnya sampai sertifikatnya dicopot? Memang nanti harus kita buat regulasinya, karena sekarang masih belum ada. Tetapi, kalau kinerja mereka di bawah standar minimal, tentu harus berimplikasi pada tunjangan profesinya. Misalnya, tunjangan profesinya bisa ditunda sementara atau bisa dihentikan.

Namun untuk kedua hal pemberian sanksi itu harus ada payung hukumnya, yang sekarang sedang kita dorong. Sambil menunggu keluarnya payung hukum tersebut, biarlah kita buat peta kinerja guru yang benar, indeksnya yang benar, karena selama ini kinerja guru belum pernah diukur. Implikasinya nanti sudah pasti dua hal itu, apakah penundaan atau penghentian tunjangan profesinya. Kalau guru bersertifikasi nanti akan diukur kinerjanya, bagaimana dengan guru yang belum bersertifikasi? Bagi guru yang belum bersertifikat, tentu akan kita dorong terus supaya mereka masuk kategori guru yang profesional. Untuk guruguru yang belum bersertifikat, kinerjanya bisa juga diukur melalui program EDS (Evaluasi Diri Sekolah), yang akan kita mulai juga tahun ini. EDS ini minimal akan menggambarkan datadata dasar tentang delapan standar nasional di suatu sekolah, karena EDS memang bicara tentang itu. Jadi EDS akan kita lakukan untuk memetakan suatu sekolah secara keseluruhan. Di era Ditjen PMPTK, untuk meningkatkan kinerja guru bersertifikasi, saat itu ada program Pengembangan Profesi Berkelanjutan (PPB) atau Continuous Professional Development (CPD). Tapi kalau sekadar dianjurkan saja dan berharap guru yang melakukan sendiri, tampaknya agak susah jalan. Tanggapan Bapak? Kita sebenarnya sudah menetapkan standar-standar peningkatan kinerja yang harus dipenuhi oleh guru bersertifikat, apakah jalurnya lewat diklat yang didisain oleh Badan atau melalui pengembangan profesi mandiri. Untuk program diklat yang didisain

16

dan evaluasi. Lima hal inilah yang harus kita sajikan di web, dan terus menerus di-update. Web itu nantinya harus menjadi tempat bagi guru untuk bertanya dalam rangka mengembangkan kompetensinya, dan sudah tersedia pilihan-pilihan jawabannya. Web ini juga menyediakan soal-soal yang bisa dikerjakan oleh guru dan secara otomatis akan menunjukkan skornya. Kalau skornya kurang bagus, komputer akan merekomendasikan hal-hal yang harus diperbaiki oleh guru. Intinya, kita harus terus berupaya menggiring para guru supaya melek IT dan memotivasi mereka agar terus berpetualang melalui fasilitas web untuk mengembangkan kompetensinya secara mandiri. Kalau kondisi seperti itu sudah tercipta, maka guru akan terus memacu kompetensinya. Ini akan menjadi kebutuhan mereka, menjadi budaya. Mereka tanpa disuruh akan terus berupaya mencapai standar, dan standar ini akan terus meningkat dari waktu ke waktu. Kalau para guru terdorong kebutuhannya untuk terus meningkatkan kompetensinya secara mandiri, maka tentu akan bisa mewujudkan fungsi sekolah sebagai pusat peradaban. Kalau dari tadi kita bicara tentang kompetensi guru, bagaimana dengan kompetensi tenaga kependidikan, terutama kepala sekolah dan pengawas sekolah? Untuk kepala sekolah, kita akan kembalikan ke awal bahwa jalur karier kepala sekolah itu ditentukan dari guru-guru yang berprestasi. Jadi jalur karier kepala sekolah mestinya konsisten seperti itu. Tetapi kaitannya dengan otonomi daerah yang penentuan kepala sekolah berada di tangan bupati/walikota, maka perlu ada penyelarasan lintas kementerian. Begitu pula terkait dengan rekrutmen pengawas sekolah, juga harus dilakukan dengan standar kompetensi. Kita juga akan melakukan pengukuran kinerja kepala sekolah dan pengawas sekolah, sebagaimana yang akan kita lakukan terhadap guru. Ketiga komponen ini harus diukur. Kita akan mulai semua tahun ini, dan hasilnya dipublikasikan di NUPTK. Jadi para guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah nanti bisa melihat hasil indeks kinerjanya di NUPTK, karena ini sifatnya individual. Soal penjaminan mutu pendidikan, apa saja program yang akan dilakukan Badan? Hakikat penjaminan mutu adalah continuous quality improvement, bagaimana sekolah bisa melakukan perbaikan mutu secara terus

menerus. Lalu basisnya adalah Evaluasi Diri Sekolah. Instrumen EDS sudah ada, sekolah tinggal pakai saja. Bagaimana sekolah menggunakan instrumen EDS, itu perlu pendampingan. EDS paling tidak menggambarkan baseline dan akar masalah. Kalau baseline dan akar masalahnya jelas, artinya sekolah bisa menemukan tantangan strategiknya, sehingga tahu apa yang harus dilakukan. Yang menjadi masalah selama ini adalah sekolah tidak tahu baseline-nya dan tidak bisa mengenali tantangan strategiknya. Akibatnya, sekolah tidak bisa menemukan eksekusi program yang bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Itulah yang akan kita lakukan di Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan. Peran LPMP adalah mendorong sekolah agar mampu melakukan EDS. Memang sejauh ini peran LPMP masih belum optimal karena keterbatasan kapasitas dan kapabilitasnya. Oleh karena itu, kita akan membangun kapasitas atau capacity building LPMP ini. Jadi fokus LPMP nantinya melakukan pendampingan terhadap sekolah dalam melaksanakan EDS. Ini saja sudah merupakan pekerjaan besar. LPMP juga bisa memanfaatkan infrastruktur yang bisa digunakan di tingkat kabupaten/kota, yakni KKG/MGMP, KKKS/MKKS, dan KKPS/ MKPS. Mereka bisa diminta bantuannya untuk melakukan pendampingan ke sekolah-sekolah dalam melaksanakan EDS. Inilah sebenarnya fokus penjaminan mutu pendidikan, yaitu melakukan perbaikan mutu terus menerus secara internal (internally driven). EDS merupakan salah satu instrumennya. Memang prosesnya butuh waktu lama, tapi begitu berhasil maka kecepatannya

akan luar biasa. Sama dengan pesawat, saat masih hendak take off di landasan perlu energi besar. Tapi begitu terbang, kecepatannya bisa 850 km/jam. Intinya, kita harus fokus menyelamatkan empat makhluk penting sekolah, yaitu guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan siswa. Kita pastikan posisi mereka masing-masing dengan benar. Kalau empat makhluk ini bersepakat dan memiliki komitmen tinggi, maka pembelajaran akan berjalan dengan baik.

17

Data Pribadi1. 2. 3. 4.

Nama Lengkap : Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Kelahiran : Tapanuli Utara, 3 Februari 1962 Agama : Islam Pangkat/Gol. : Pembina Utama Madya, IV/d

Pendidikan

1. Sarjana Pendidikan Matematika, IKIP Medan (1986) 2. Magister Pendidikan, IKIP Yogyakarta (1992) 3. Doktor Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta (2009).

Pengalaman Kerja

1. Staf pengajar Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Medan (1987 Sekarang) 2. Staf pengajar Universitas Muhammadiyah Medan /Unimed (1986 1996) 3. Staf Ahli Purek I IKIP Medan (1993 - 1998) 4. Pimpinan proyek Unimed (1999 - 2003) 5. Pembantu Rektor II Unimed (2003 2007) 6. Rektor Unimed (2007 2011) 7. Tim Seleksi KPU Sumatera Utara (2008 2013) 8. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (2011 - sekarang)

Pembelajaran di SMP 2 Temanggung: mantan Mendiknas Bambang Sudibyo dulu bersekolah di sini

GURU

Edisi 1/TAHUN 1/MEI 2011

DOK. SMP 2 TEMANGGUNG

[L]

LAPORAN UTAMA Sekretariat Badan PSDMP dan PMP

PENULIS: DIPO HANDOKO FOTO: DIPO HANDOKO

JANTUNGNYA PERENCANAAN DAN ANGGARAN

S18

SEKRETARIAT memiliki peran penting bergulirnya operasional Badan PSDMP dan PMP. Bagian Perencanaan dan Penganggaran, Bagian Keuangan, Bagian Hukum dan Kepegawaian, serta Bagian Umum merupakan instrumen penting pendukung operasional Sekretariat Badan PSDMP dan PMP. Jabatan Sekretaris Badan PSDMP dan PMP dipercayakan kepada Ir. Giri Suryatmana, yang dulu menjabat Sekretaris Ditjen PMPTK. Jajaran kepala bagian diemban oleh Ir. Siswoyo, M.Si (Kabag Perencanaan dan Anggaran), Dra. Nurcahyanik, M.Pd (Kabag Hukum dan Kepegawaian), Drs. Sam Yhon, MM (Kabag. Umum). Posisi kabag keuangan sementara masih kosong . Jantungnya Sekretariat Badan PSDMP dan PMP adalah Bagian Perencanaan dan Penganggaran. Di sinilah digodok perencanaan kebijakan, program dan kegiatan, serta alokasi anggarannya. Kebijakan Badan PSDMP dan PMP tahun 2011 yang akan dilaksanakan adalah: 1) Prioritas program nasional dan Kemdiknas harus didahulukan; 2) Efisiensi anggaran 2011 terkait dengan refocusing program ke arah Penilaian Kinerja Guru; 3) Strategi eksekusi revisi terkait dengan daya

DIPO HANDOKO

Ir. Giri Suryatmana didampingi Ir. Siswoyo, M.Si

serap dan efisiensi diusahakan cukup melalui revisi KPA; 4) Perlu mempertimbangkan jadwal dan keterkaitan antara kegiatan pusat dan UPT, misalnya evaluasi diri sekolah, kepala sekolah dan pengawas sekolah, blockgrant kelompok kerja, dan penilaian kinerja guru; 5) Perlu disusun jadwal pelaksanaan program secara nasional sesuai dengan prioritas; 6) Perlu

dibuat tim koordinasi untuk memantau realisasi dan capaian kinerja dan anggaran terutama untuk program nasional dan kementrian. Kegiatan prioritas yang diselenggarakan Badan PSDMP dan PMP tahun 2011 adalah: a) operasional tiga SEAMEO QITEP; b) evaluasi kinerja guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah pasca-sertifikasi; c) refocusing

Sekretariat Badan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis dan administratif serta pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas unit organisasi di lingkungan Badan PSDMP dan PMP. Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Badan menyelenggarakan fungsi:

19

Program Evaluasi Diri Sekolah (Proses Penjaminan Mutu Pendidikan); d) refocusing peningkatan mutu dan profesionalisme PTK melalui pemberdayaan KKG, MGMP, KKKS/ MKKS, KKPS/MKPS. e) refocusing penguatan kepala sekolah dan pengawas sekolah sebagai asessor; f) refocusing pelatihan guru inti di P4TK sebagai asessor. Hal-hal pokok yang harus dikembangkan dalam mewujudkan refocusing: a) sinkronisasi data NUPTK dengan kabupaten/kota, provinsi dan Kementerian Agama sebagai dasar perencanaan pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan; b) pada tahun 2012, guru wajib mengajar 24 jam tatap muka sebagai syarat mengikuti sertifikasi pada poin pertama;c) evaluasi kinerja guru melalui Penilaian Kinerja Guru (PKG), Penilaian Kinerja Kepala Sekolah dan Penilaian Kinerja Pengawas Sekolah pascasertifikasi, khususnya untuk lulusan sertifikasi dan telah mendapatkan tunjangan profesi tahun 2006-2010. Hasilnya akan sangat menentukan terhadap proses pembinaan guru melalui Pelatihan Profesi Berkelanjutan (PPB), baik dilakukan di P4TK, LP2KS, LPMP, dan komunitas PTK Hasil evaluasi kinerja guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah akan berpengaruh terhadap pengembangan sistem diklat yang ada, baik untuk guru, kepala sekolah, pengawas sekolah berkinerja baik maupun yang berkinerja jelek. P4TK, LP2KS dan LPMP harus merespons sistem diklatnya dengan refocusing tersebut. Sinkronisasi sistem pendataan NUPTK dengan sistem pendataan Nomor Pokok

Sekolah Nasional (NPSN) dan Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) akan memperkuat data profil sekolah mengacu 8 SNP dan proses EDS, sehingga akan memperkuat proses analisis penjaminan mutu pendidikan dan dapat digunakan Mendiknas dalam pengambilan kebijakan peningkatan mutu pendidikan. Data guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah merupakan ketersediaan tenaga potensial yang dapat direkomendasikan Badan PSDMP dan PMP ke Daerah dan Direktorat Jenderal. Bagian Keuangan memiliki program unggulan yang dilaksanakan pada tahun 2011, yakni: a) Standar Operasional dan Prosedur (SOP) mekanisme pengelolaan keuangan Pusat dan Daerah; b) Sistem Akuntansi Instansi Online (SAI Online); c) Satuan Pengendalian Intern (SPI). Bagian Keuangan didukung subbagian pembiayaan, subbagian perbendaharaan, serta subbagian akuntansi dan pelaporan keuangan. SOP mekanisme pengelolaan keuangan negara merupakan pedoman pelaksanaan pembayaran atas beban APBN bagi pejabat pelaksana anggaran Satuan Kerja (Satker) Sekretariat dan Pusat-Pusat di lingkungan Badan PSDMP dan PMP. Sedangkan SAI Online dimaksudkan untuk: a) mempercepat penyampaian Arsip Data Komputer (ADK) Laporan Keuangan dari Satker ke tingkat Eselon I (Sekretariat Badan); b) melaporkan kondisi daya serap anggaran setiap Satker untuk kebutuhan evaluasi dan manajemen realisasi anggaran secara real time; c) mengurangi kesalahan pengiriman ADK

1. koordinasi penyusunan kebijakan, rencana, program, dan anggaran di lingkungan Badan PSDMP dan PMP; 2. pengelolaan data dan informasi sumber daya manusia pendidikan dan penjaminan mutu pendidikan; 3. koordinasi pelaksanaan kegiatan dan kerja sama di bidang pengembangan sumber daya manusia pendidikan dan penjaminan mutu pendidikan; 4. pengelolaan keuangan Badan PSDMP dan PMP; 5. penyusunan rancangan peraturan perundangundangan dan kajian hukum di lingkungan Badan PSDMP dan PMP; 6. pelaksanaan urusan organisasi dan tata laksana di lingkungan Badan PSDMP dan PMP; 7. pengelolaan kepegawaian di lingkungan Badan PSDMP dan PMP; 8. koordinasi penyusunan bahan publikasi dan hubungan masyarakat di bidang pengembangan sumber daya manusia pendidikan dan penjaminan mutu pendidikan; 9. pengelolaan barang milik negara di Badan PSDMP dan PMP; dan 10. pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan di lingkungan Badan PSDMP dan PMP

Sekretariat Badan terdiri atas:1. 2. 3. 4.

Bagian Perencanaan dan Penganggaran; Bagian Keuangan; Bagian Hukum dan Kepegawaian; dan Bagian Umum.

Laporan Keuangan melalui pengiriman data berbasis IT; d) mempermudah koordinasi dengan seluruh Operator SAI Satker di lingkungan Badan. Satuan Pengendalian Intern dilaksanakan melalui langkah-langkah: a) Menyiapkan anggaran untuk memfasilitasi tugas-tugas SPI; b) membentuk Tim Satuan Pengendalian Intern Unit Utama, yang terdiri dari Satker Pusat dan Sekretariat; c) menyiapkan instrumen yang terukur untuk digunakan oleh anggota SPI dalam melakukan pengawasan intern; d) melakukan pembinaan terhadap SPI; e) mendorong pembuatan Program Kerja Audit SPI; e) melakukan Sosialisasi Tugas dan Fungsi SPI di lingkungan Satker Pusat Badan PSDMP dan PMP.

GURU

Edisi 1/TAHUN 1/MEI 2011

[L]

LAPORAN UTAMA Pusat Pengembangan Profesi Pendidik

PENULIS: DIPO HANDOKO FOTO: DOK. UNIFAH ROSYIDI

DARI SERTIFIKASI HINGGA PENINGKATAN KOMPETENSI

S20

SIAPAPUN institusinya, yang bertanggung jawab terhadap pembinaan kepada guru berhadapan dengan beban yang tak ringan. Dari sisi jumlah, tanggung jawab pembinaan terhadap guru, dari guru Taman KanakKanak (TK) hingga SMA/SMK, jumlahnya mencapai 2.791.204 orang (NUPTK, 2010). Jumlah yang sangat besar. Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) menyadari besarnya tanggung jawab pemerintah dalam membina guru. Sehingga amanah itu kini diemban empat institusi eselon II, yakni Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar (Dit.P2TK Dikdas), Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar; Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah (Dit. P2TK Dikmen), Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah; Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (Dit. P2TK PAUDNI), Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal; serta Pusat Pengembangan Profesi Pendidik (Pusbang Prodik), Badan Pengembangan Sumber

Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd

Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Badan PSDMP dan PMP). Menurut Pasal 686 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 36 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan Nasional, Pusbang Prodik bertanggung jawab terhadap penyusunan kebijakan teknis dan pengembangan profesi pendidik, baik pendidikan formal maupun nonformal. Sedangkan perumusan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan serta fasilitasi penerapan standar teknis di bidang pendidik tersebut menjadi tanggung jawab direktorat. Institusi baru ini dipimpin Dr. Unifah

Rosyidi, M.Pd. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Unifah dan jajaran Pusbang Prodik didukung Bagian Tata Usaha, Bidang Pengembangan Profesi Pendidik Pendidikan Anak Usia Dini, Bidang Pengembangan Profesi Pendidik Pendidikan Dasar, dan Bidang Pengembangan Profesi Pendidik Pendidikan Menengah. Sejumlah kebijakan pengembangan profesi pendidik yang menjadi prioritas utama Pusbang Prodik adalah sertifikasi pendidik, peningkatan kompetensi pendidik, serta pembinaan dan peningkatan karier pendidik. Sampai awal tahun 2011, guru yang memiliki sertifikat pendidik sebanyak 746.727 orang. Masih

tersisa lebih dari 2 juta guru yang wajib mengikuti sertifikasi pendidik. Selain fokus pada sertifikasi, Pusbang Prodik juga menempatkan prioritas kebijakan pada peningkatan kompetensi guru, yakni melalui program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Bentuk PKB dapat berupa kegiatan yang diselenggarakan pemerintah, sekolah maupun kegiatan secara mandiri dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran, pengembangan karya ilmiah/ inovatif sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni. Kebijakan pembinaan dan peningkatan karier guru dilaksanakan melalui berbagai program, yakni Penilaian Kinerja Guru (PKG), pemberian penghargaan dan perlindungan, serta tunjangan kesejahteraan. Berdasarkan penilaian kinerja guru dalam melaksanakan tugas utama dan tugas tambahan, guru sebagai profesional layak memperoleh pengembangan karier berupa peningkatan jabatan/pangkat maupun promosi untuk melaksanakan tugas tambahan atau tugas-tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Pengembangan karier guru mengacu pada ketentuan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Peraturan ini terdiri dari 18 Bab dan 47 Pasal yang disahkan pada 10 November 2009. Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) memberi batas waktu penyesuaian substansi aturan ini hingga 31 Desember 2012. Peraturan ini nafasnya semakin meneguhkan standar keprofesian guru, khususnya dalam pengembangan karier. Penilaian kegiatan pembelajaran dan tugas tambahan dan/ atau tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah dihitung sacara paket berdasarkan penilaian kinerja guru yang diatur dalam Permendiknas (Pasal 15). Ketentuan sebelumnya, penilaian dilakukan berdasarkan masing-masing subkomponen secara parsial. Pengembangan keprofesian guru berlangsung secara kontinyu. Sebagai bagian dari upaya menjaga kontinyuitasnya, diperlukan penilaian terhadap kinerja guru yang berfokus pada kegiatan pembelajaran, tugas tambahan dan/atau tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah yang dinilai secara teratur dan berorientasi pada kualitas sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan

Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Hal ini berbeda dengan ketentuan sebelumnya, dimana penilaian dilakukan secara parsial dan hanya bersifat administratif. Salah satu modal yang diperlukan untuk penetapan kebijakan, program dan kegiatan peningkatkan profesional guru adalah data dan informasi. Pusbang Prodik mengemban tugas untuk menyediakan data yang akurat dan valid tentang guru, baik pendidikan formal maupun informal. Sistem pendataan yang akurat, valid dan terintegrasi dalam pengelolaan guru menjadi sumber informasi berharga dalam perencanaan pengembangan profesional guru.

berkaitan dengan profesinya itu. Kegiatan PKB dikembangkan atas dasar profil kinerja guru sebagai perwujudan hasil Penilaian Kinerja Guru yang didukung dengan hasil evaluasi diri. Guru berkinerja rendah diwajibkan mengikuti program PKB yang diorientasikan untuk mencapai standar tersebut.Visi:

21

Mewujudkan pendidik yang profesional dan bermartabat untuk pendidikan bermutu.

Misi:

SERTIFIKASI DAN PENINGKATAN KOMPETENSI GURUSertifikasi guru adalah program utama yang menjadi amanat UU Sisdiknas, yakni menuntut adanya reformasi guru untuk memiliki tingkat kompetensi yang lebih tinggi, baik kompetensi yang berkaitan dengan penguasaan bidang studi yang diajarkan, kompetensi yang berkaitan dengan cara mengajarkan bahan dan memfasilitasi terjadinya pembelajaran dalam diri siswa, kompetensi kepribadian yang mencerminkan pemahaman guru atas tugasnya sebagai pendidik, dan kompetensi sosial dalam hubungannya dengan kemampuan berkomunikasi efektif dengan teman sejawat, akademisi, dan masyarakat, termasuk siswa. Untuk menegakkan standar kompetensi guru, pemerintah menyelenggarakan program sertifikasi guru. Sertifikat pendidik yang diperoleh guru berlaku sepanjang yang bersangkutan melaksanakan tugas sebagai guru sesuai dengan peraturan perundangundangan. Sertifikat pendidik ditandai dengan satu nomor registrasi guru yang dikeluarkan oleh Kemdiknas. Sebelum ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru, pelaksanaan sertifikasi guru didasarkan pada Peraturan Mendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan. Tahun 2011 ini merupakan tahun kelima pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan. Landasan yang digunakan sebagai dasar penyelenggaraan sertifikasi guru tahun 2011 adalah Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) diarahkan untuk dapat memperkecil jarak antara pengetahuan, keterampilan, kompetensi sosial dan kepribadian yang guru-guru miliki sekarang dengan apa yang menjadi tuntutan ke depan

1. Meningkatkan kompetensi pendidik pada pendidikan formal dan nonformal 2. Mengembangkan sertifikasi guru pada pendidikan formal 3. Mengembangkan sertifikasi keahlian bagi pendidik pada pendidikan non formal 4. Membina dan mengembangkan keprofesian pendidik berkelanjutan 5. Mengembangkan pendidik yang berdaya saing tinggi dan diakui masyarakat 6. Meningkatkan kerjasama antarlembaga 7. Penguatan kelembagaan

Tugas:

Pusat Pengembangan Profesi Pendidik mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pengembangan profesi pendidik.

Fungsi:

Dalam melaksanakan tugasnya, Pusat Pengembangan Profesi Pendidik menyelenggarakan fungsi: 1. penyusunan kebijakan teknis di bidang pengembangan profesi pendidik; 2. penyusunan program pengembangan profesi pendidik; 3. koordinasi pelaksanaan peningkatan kompetensi dan sertifikasi pendidik; 4. fasilitasi pelaksanaan peningkatan kompetensi dan sertifikasi pendidik; 5. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan pengembangan profesi pendidik; 6. p e l a k s a n a a n a d m i n i s t r a s i P u s a t Pengembangan Profesi Pendidik.

Pusat Pengembangan Profesi Pendidik terdiri atas:

1. Bidang Pengembangan Profesi Pendidik Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal; 2. Bidang Pengembangan Profesi Pendidik Pendidikan Dasar; 3. Bidang Pengembangan Profesi Pendidik Pendidikan Menengah; 4. Subbagian Tata Usaha; dan 5. Kelompok Jabatan Fungsional.

GURU

Edisi 1/TAHUN 1/MEI 2011

[L]

LAPORAN UTAMA Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan

PENULIS: DIPO HANDOKO FOTO: DIPO HANDOKO

PRIORITAS PADA PROFESIONALITAS TENDIK

I22

ISTILAH tenaga kependidikan (tendik) memang sudah lama dipakai. Namun tendik tampaknya menemukan pamornya sejak era Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK). Pembinaan tendik memang lebih digenjot pada masa itu. Tidak hanya fokus pada kepala sekolah dan pengawas sekolah, namun juga menyentuh tenaga administrasi, tenaga perpustakaan dan tenaga laboratorium. Kini pembinaan kepada tendik bukan lagi di pundak Ditjen PMPTK, yang dihapus sejak 2010 lalu. Tanggung jawab menyangkut penyusunan kebijakan teknis dan pengembangan tenaga kependidikan menjadi wilayah kerja Pusat Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan (Pusbang Tendik), Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Badan PSDMP dan PMP). Sedangkan perumusan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan serta fasilitasi penerapan standar teknis di bidang tenaga kependidikan diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar (Dit. P2TK Dikdas); Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah

DOK. DITJJEN PMPTK

Dr. Abi Sujak

(Dit. P2TK Dikmen); dan Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (Dit. P2TK PAUDNI). Rumusan kebijakan terhadap tenaga

kependidikan yang harus disiapkan Pusbang Tendik meliputi tenaga pendidikan pendidikan formal dan nonformal. Tenaga kependidikan pada pendidikan formal yang menjadi fokus pembinaan adalah pengawas sekolah,

kepala sekolah, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga administrasi sekolah. Sedangkan tenaga kependidikan yang bekerja pada jalur pendidikan nonformal meliputi tenaga penilik, pengelola pendidikan nonformal, Tenaga Lapangan Dikmas/ pendidikan masyarakat (TLD) dan Fasilitator Desa binaan Intensif (FDI). Pada periode awal kepemimpinan institusi ini, Dr. Abi Sujak dipercaya memimpin Pusbang Tendik. Abi Sujak dan jajarannya juga bertanggung jawab terhadap pengembangan tenaga pimpinan pegawai di lingkungan Kemdiknas, yang dulu menjadi wilayah kerja Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Pegawai Kemdiknas. Pusdiklat Pegawai Kemdiknas kini melebur menjadi Bidang Pengembangan Tenaga Pimpinan Pegawai. Selain bidang ini, susunan organisasi Pusbang Tendik didukung oleh Bidang Pengembangan Tenaga Teknis dan Fungsional Non-Pendidik, Bagian Tata Usaha, dan Kelompok Jabatan Fungsional (Pasal 704 Permendiknas Nomor 36 Tahun 2010). Yang termasuk tenaga teknis dan fungsional nonpendidik adalah kepala sekolah, pengawas sekolah, tenaga administrasi, tenaga laboran, tenaga perpustakaan (kelimanya adalah tenaga kependidikan pendidikan formal) serta penilik, TLD dan FDI (ketiganya tenaga kependidikan pendidikan nonformal).

dengan karakter profesi PTK-PNF yang bersifat on off. Mereka bisa keluar masuk menjadi PTK-PNF kapan saja. Ada kalanya, jumlah PTK PNF pada tahun tertentu meningkat pesat, namun pada tahun berikutnya menurun. Apalagi, pendataan PTK-PNF jauh lebih sulit dibanding PTK pada satuan pendidikan formal.

Visi:

23

Menjadi pusat pengembangan sumber daya manusia aparatur negara yang dikenal berkualitas baik di Indonesia

Misi:

PEMBINAAN PROFESIONALPembinaan profesional tenaga kependidikan mengacu pada sejumlah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas), yakni Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah, Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, Permendiknas Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah/ Madrasah, Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah, Permendiknas Nomor 26 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah. Aturan mengenai standar tenaga kependidikan ini menetapkan standar kualifikasi akademik dan kompetensi. Kemdiknas juga menerbitkan Permendiknas Nomor 10 Tahun 2009 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan, yang di dalamnya mengatur proses sertifikasi guru dan pengawas sekolah. Di sini ada sejumlah ketentuan mengenai sertifikasi bagi guru dalam jabatan yang diangkat sebagai pengawas sekolah. Pengawas sekolah yang lulus sertifikasi juga mendapat tunjangan profesi satu kali gaji pokok sebagaimana juga berlaku pada guru. Kepala sekolah menempati posisi strategis program pembinaan tenaga kependidikan. Dari sisi jumlah, kepala sekolah yang paling banyak di antara tenaga kependidikan lainnya. Di era otonomi daerah, peran kepala sekolah menjadi lebih besar. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) mengamanahkan adanya manajemen berbasis sekolah (MBS) atau school based management, yakni pola penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan yang mengedepankan pada otonomi sekolah. Secara filosofis terdapat perbedaan fundamental tugas pokok dan fungsi kepala sekolah menurut Permendiknas Nomor 13/2007 dengan aturan di masa lampau. Di masa lalu, peran kepala sekolah sebatas pada ketatausahaan atau administrasi. Sedangkan Permendiknas Nomor 13/2007 menekankan aspek leadership, manajerial, entrepreneurship (kewirausahaan), dan kepengawasan.

Misi utama Pusbang Tendik adalah Melayani dengan amanah, memberikan yang terbaik. 1. Menyelenggarakan dan mengembangkan berbagai jenis diklat yang berorientasi pada kebutuhan peningkatan kompetensi sumber daya manusia aparatur pendidikan. 2. Mewujudkan manajemen diklat yang profesional sebagai model pembelajaran. 3. Mengembangkan jaringan kerja sama dengan mengoptimalisasikan pemanfaat teknologi informasi dan komunikasi dengan stakeholder serta organisasi terkait didalam dan luar negeri

Tugas:

Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, koordinasi, dan pengembangan tenaga kependidikan dan pegawai di lingkungan Kementerian.

Fungsi:

PRIORITAS PEMBINAANKepala sekolah dan pengawas sekolah menjadi prioritas pembinaan karena keduanya menempati posisi jabatan strategis dalam peningkatan mutu pendidikan di setiap jenjang satuan pendidikan dasar dan menengah. Dari sisi jumlah, kepala sekolah dan pengawas sekolah juga mendekati jumlah ideal. Sementara jumlah tenaga administrasi, tenaga perpustakaan dan tenaga laboratorium masih jauh dari ideal. Menurut data Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK) 2009, jumlah pengawas sekolah 23.050 orang, kepala sekolah sebanyak 195.633 orang. Jika diratarata, satu orang pengawas sekolah melakukan tugas pengawasan terhadap kurang lebih 8 sekolah. Jumlah yang cukup, sebab Kemdiknas menetapkan rasio pengawas sekolah dengan sekolah yang diawasi adalah 1:10. Berbeda dengan data tenaga kependidikan pada satuan pendidikan formal yang jumlahnya relatif stabil, data tenaga kependidikan pendidikan nonformal sering mengalami fluktuasi atau tidak stabil. Hal ini sejalan

Pusat Pengembangan Tenaga Kependidik an menyelenggarakan fungsi: 1. penyusunan kebijakan teknis di bidang pengembangan tenaga kependidikan dan pegawai di lingkungan Kementerian; 2. penyusunan program pengembangan tenaga kependidikan dan pegawai di lingkungan Kementerian; 3. p e n y u s u n a n b a h a n p e l a k s a n a a n pengembangan tenaga kependidikan dan pegawai di lingkungan Kementerian; 4. fasilitasi pelaksanaan pengembangan tenaga kependidikan dan pegawai; 5. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pengembangan tenaga kependidikan dan pegawai di lingkungan Kementerian; dan 6. p e l a k s a n a a n a d m i n i s t r a s i P u s a t Pengembangan Tenaga Kependidikan.

Pusat Pengembangan Tenaga Kependidik an terdiri atas:

1. Bidang Pengembangan Tenaga Teknis dan Fungsional Non-Pendidik; 2. Bidang Pengembangan Tenaga Pimpinan Pegawai; 3. Bagian Tata Usaha; dan 4. Kelompok Jabatan Fungsional.

GURU

Edisi 1/TAHUN 1/MEI 2011

[L]

LAPORAN UTAMA Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan

PENULIS: DIPO HANDOKO FOTO: KEMDIKNAS

MENJADIKAN LEMBAGA PENDIDIKAN BERMUTU

P24

PENJAMINAN mutu (quality assurance/QA) pendidikan kini semakin menjadi bahasan penting. Penjaminan mutu bukan hanya jadi tren perbincangan, namun sudah menjadi kebutuhan yang diharapkan mampu menciptakan percepatan yang sangat signifikan terhadap upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan, baik pada satuan pendidikan formal maupun nonformal, mulai jenjang pendidikan terendah di Pendidikan Anak Usia Dini hingga di perguruan tinggi. Tugas penjaminan mutu pendidikan menjadi tanggung jawab Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Badan PSDMP dan PMP). Secara khusus penjaminan mutu pendidikan menjadi wilayah kerja Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan yang dipimpin Muhammad Hatta, M.Ed, Ph.D. Cakupan kerja penjaminan mutu pendidikan sebenarnya sangat luas. Sebab penjaminan mutu pendidikan berkait dengan mutu sekolah, guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, juga bertautan dengan kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK), serta

PIH. KEMDIKNAS

Muhammad Hatta, M.Ed, Ph.D

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LP2KS) --tiga unit pelaksana teknis di bawah Badan PSDMP dan PMP. Bahkan urusan penjaminan mutu juga berhubungan dengan keseluruhan Kemdiknas, khususnya pengembangan SDM pendidikan di semua direktorat jenderal dari pimpinan hingga staf, yang kesemuanya adalah SDM yang bekerja di lembaga pendidikan. Pusbang Prodik turut bertanggung

jawab terhadap mutu pendidik. Begitu juga penjaminan mutu tenaga kependidikan menjadi tanggung jawab Pusbang Tendik. Sehingga dibutuhkan penyelarasan penjaminan mutu antara Pusbang Prodik, Pusbang Tendik dan Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan.

STANDAR NASIONAL PENDIDIKANPenjaminan mutu pendidikan mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Pasal 35 ayat 1 menyatakan SNP terdiri dari 8 komponen, yakni standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Ketentuan mengenai SNP ini tidak pernah ada sebelumnya dalam peraturan perundangan, baik yang berbentuk undang-undang (UU), peraturan pemerintah (PP), peraturan menteri (Permen) atau yang lain yang menyebutkan standar nasional pendidikan. Pasal 91 ayat (1) PP 19/2005 secara eksplisit menegaskan setiap satuan pendidikan wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan. Artinya adanya internally driven yang harus dilakukan satuan pendidikan. Ayat 3 juga menegaskan bahwa penjaminan mutu pendidikan dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terencana, karena tidak mungkin semua sekolah langsung bisa mencapai atau melampaui SNP. Hal ini mengingat varian mutu sekolah kita sangat tinggi. Inilah perlunya membuat Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP), agar kita bisa melakukannya secara bertahap, sistematis, terencana, serta memiliki target dan kerangka waktu yang jelas. LPMP mensupervisi dan membantu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dalam upaya melakukan penjaminan mutu pendidikan (ayat 6). Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (6), LPMP bekerjasama dengan pemerintah daerah dan perguruan tinggi (ayat 7). Menteri menerbitkan pedoman program penjaminan mutu satuan pendidikan