FORM PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA
I. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn. Khamim
2. Alamat dan telepon : RT 06 RW 03, Kelurahan Dinoyo
3. Pekerjaan kepala keluarga :
a. PNS/BUMN/TNI/Polri
b. Karyawan Swasta : √ (supir Truck pengangkut semen)
c. Petani
d. Buruh
e. Wir
4. Pendidikan kepala keluarga :
a. SD tidak tamat
b. SD
c. SLTP : √
d. SLTA
e. Akademi/PT
5. Komposisi keluarga dan genogram
No NamaJenis
kelamin
Hub dg
KKumur Pendidikan
1
2
3
4
5
Tn. K
Ny. H
An. A
An Y
An. A
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Ayah (KK)
Istri
Anak
Anak
Anak
45 th
40 th
16 th
9 th
3,1 th
SLTA
SLTA
SLTA
SD
-
Genogram Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan
: Bercerai
: Tinggal serumah
6. Tipe keluarga :
a. Inti (nuclear) : √
b. Besar (extended)
c. Campuran (Blended)
d. Ayah/Ibu + anak (single parent)
e. Dewasa sendiri (single adult)
f. Lansia
g. Lain-lain, sebutkan ...........................
7. Suku bangsa :
a. Sunda
b. Jawa : √
c. lain-lain, sebutkan .............................
8. Agama :
a. Islam : √
b. Protestan
c. Katholik
d. Hindu
e. Budha
9. Status sosial ekonomi keluarga :
a. Pra Keluarga Sejahtera (Pra KS)
b. KS I
c. KS II
d. KS III
e. KS III Plus
10. Aktifitas rekreasi keluarga :
Ny. H mengatakan jarang sekali berekreasi , rekreasi di adakan sewaktu-waktu jika
merasa membutuhkan rekrasi keluarga atau saat waktu senggang antara Ny. H dan
Tn. K atau saat libur bekerja dan tidak capek. Biasanya rekrasi didalam kota malang
saja seperti mengunjungi wisata alam, wahana-wahana dan mall.
II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
11. Tahap perkembangan keluarga saat ini
a. Keluarga pemula
b. Keluarga mengasuh anak : √
c. Keluarga dengan anak usia prasekolah
d. Keluarga dengan anak usia sekolah : √
e. Keluarga dengan anak remaja : √
f. Keluarga dengan anak dewasa
g. Keluarga usia pertengahan
h. Keluarga usia lanjut
12. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Keluarga dengan anak usia sekolah dan remaja,
1. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah, dll
2. Mendorong anak untuk mencapai perkembangan intelektual (sekolah) dengan
memfasilitasi dalam pendidikan
3. Menyediakan aktifitas untuk anak
4. Mengikutsertakan anak mengikuti aktifitas di komunitas seperti karang taruna
atau kegiatan komunitas lain yang ada dilingkungannya
5. Memenuhi kebutuhan yang mengikat termasuk biaya kehidupan dan
pemeliharaan kesehatan
6. Memberikan kebebasan yang bertanggung jawab
7. Menjaga dan memelihara kesehatan keluarga
13. Riwayat keluarga inti :
Ny. H mengatakan jika Tn. K merupakan suami keduanya dimana Ny. H sempat
mempunyai suami sebelum menikah dengan Tn. K akan tetapi bercerai karena alasan
yang tidak disebutkan oleh Ny. H. Dari suaminya yang pertama Ny. H mempunyai 1
orang anak laki-laki dan dengan suami nya yang ke dua yaitu Tn. K mempunyai 2
orang anak yang keduanya berjenis kelamin perempuan.
14. Riwayat keluarga sebelumnya :
Ny. H mengatakan jika ayahnya mempunyai riwayat penyakit jantung dan hipertensi
sedangkan Tn. K mengatakan jika tidak mengalami masalah kesehatan namun ayah
Tn. K juga meruapakan seorang perokok seperti dirinya.
III. Pengkajian lingkungan
15. Karakteristik rumah
- Status kepemilikan : Rumah sendiri.
- Tipe rumah : Permanen
- Luas rumah : kira-kira 10 x 8 M
Ruang Tamu
Dapur
Belakang Rumah
TerasRuang Makan
- Ventilasi dan penerangan: Jendela rumah memenuhi 10% dari luas rumah,
penerangan kurang saat tidak menggunakan lampu disiang hari dan cahaya
matahari dapat masuk melalui jendela dan angin-angin yang dibuat.
- Pemanfaatan ruangan : Memiliki 2 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi,
1 ruang keluarga dan 1 ruang tamu serta terdapat teras rumah.
- Septic tank : Ada
- Sumber air : Air sumur
- Kamar mandi/WC :Kamar mandi bersih, ada tandon air,
menggunakan WC jongkok dari pengamatan bak air terdapat jentik nyamuk dan
Ny. H mengatakan membersihkan kamar mandinya 2 minggu sekali.
- Sampah : Sampah dibuang di tempat sampah, setiap hari
diambil oeh tukang sampah akan tetapi belum ada pemisahan sampah.
- Terdapat selokan di belakang ruamah yang kotor.
Denah :
16. Karakteristik tetangga dan komunitas RW :
- Keluarga berada di perkampungan padat penduduk tengah kota
- Lingkungan cukup bersih, namum hampir sepanjang jalan menuju rumah
terdapat kotoran kucing, fasilitas umum (jalan raya) terpelihara dengan baik
- Lingkungan memiliki saluran sanitasi yang baik, sampah dikumpulkan ke TPA
- Polusi: Tidak ada polusi air, polusi udara minimal akan tetapi resiko polusi udara
yang di hasilkan oleh pabrik keramik sekitar rumah dan perokok yang ada
disekitar rumah
- Keluarga berada di kelompok masyarakat menengah kebawah
- fasilitas ekonomi : warung, toko, pasar.
- Fasilitas kesehatan: Rumah sakit, Puskesmas, Praktik dokter, bidan dan apotik.
- Fasilitas pendidikan: PAUD, TK, SD, SMP, SMA memiliki aksesbilitas yang bisa
dijangkau.
Kamar tidur
Kamar tidur
KM
Ruang Keluarga
- Fasilitas rekreasi: Taman, wahana, mall.
- Transportasi umum: Angkot, Taxi. Aksesbilitasnya sangat mudah.
- Keluarga berada di lingkungan yang rawan dan kecelakaan karena dekat dengan
jalan raya.
- Kegiatan yang ada di lingkungan rumah seperti pengajian bapak-bapak, PKK RT
RW dan kegiatan kerja bakti jika ada event-event tertentu.
17. Mobilitas geografis keluarga :
Rumah Tn. K berada di dataran rendah, jarak dari jalan utama tidak terlalu jauh
sekitar 100 meter.
18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :
Keluraga berkumpul biasanya saat malam hari karena saat pagi sampai sore hari
Tn. K dan Ny. H bekerja akan tetapi Ny. H bekerja hanya hari-hari tertentu saja
diapotik serta anak-anaknya sekolah. Interaksi dengan masyarakat sekitar baik, Ny.
H mengatakan jika terjalin hubungan yang baik dengan tetangga sekitar.
IV. Struktur keluarga
19. Sistim pendukung keluarga :
Hubungan antar tetangga yang baik menjadi faktor pendukung dalam hidup
bermasyarakat keluarga Tn. K di RW 03 serta orang tua (kakek nenek) Tn. K dan
Ny. H dalam memberikan saran atau masukan dalam kehidupan berkeluarga
keluarga Tn.K
20. Pola komunikasi keluarga :
Pola komunikasi 2 arah, menggunakan bahasa jawa, konflik terkadang terjadi, selalu
ada penyelesaian terhadap masalah komunikasi dan musyawarah.
21. Struktur kekuatan keluarga :
Yang banyak mengambil keputusan adalah Tn. K dengan musyawarah namun
dalam masalah pendidikan Tn. K lebih banyak menyerahkan kepada Ny. H juga atas
pertimbangan bersama Tn. K.
22. Struktur peran :
1. Tn K : Sebagai kepala keluarga, suami dan ayah
2. Ny. H : Sebagai istri, ibu dan pengurus rumah tangga
3. An A : Sebagai Anak, kakak dan pelajar
4. An Y : Sebagai anak, adik, kakak dan pelajar
5. An. A: Sebagai anak
23. Nilai atau norma keluarga :
Nilai yang dianut adalah nilai dari adat jawa serta agama islam
V. Fungsi keluarga
24. Fungsi afektif :
Jika salah satu anggota keluarga sakit, anggota keluarga yang lain ikut merawat. Ny.
H selalu mengantarkan anaknya ketika sekolah. Keluarga saling mengingatkan saat
waktu makan dan sholat. Ny. H yang saelalu mengingatkan kegiatan harian anak,
mandi, makan, sholat, ngaji, belajar, dll. Sedangkan Tn. K lebih banyak bekerja dan
pengambil keputusan.
25. Fungsi sosialisasi :
- Kerukunan dalam keluarga terjalin rukun
- Interaksi dan hubungan dalam keluarga: Sering berinteraksi, terutama malam hari
saat semua anggota keluarga berada di rumah
- Kegiatan keluarga: Menonton televisi, ngobrol, bercengkerama
- Partisipasi dalam kegiatan sosial: Ny.H mengikuti PKK sedangkan Tn. K mengikuti
kegiatan tahlil
26. Fungsi perawatan kesehatan :
- Pengetahuan dan persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan keluarga
Ny. H belum memahami tatalaksana anak dengan ISPA yang dilakukan biasanya
langsung di bawa ke puskesmas. Tn. K memiliki kebiasaan merokok yang sulit
dihentikan
- Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat:
Keluarga selalu membawa anggota keluarga yang sakit ke puskesmas
- Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
- Saat anak sakit panas, Ny.K memberikan kompres hangat dan memberikan obat
penurun panas jika badan sang anak dirasakan panas, belum menggunakan
pengukuran suhu badan.
- Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat:
Keluarga memanfaatkan pelayanan puskesmas
27. Fungsi reproduksi :
Ny. H mengatakan jika keluarganya mengikuti program pemerintah yaitu 2 anak
cukup.
28. Fungsi ekonomi :
- Upaya pemenuhan sandang pangan: yang bekerja adalah Tn K sebagai supir
truk penganggukut semen dan Ny H bekerja di apotik
29. Stressor jangka pendek dan panjang
- Stressor jangka pendek: An. A sakit ISPA
- Stressor jangka panjang: Pembiayaan pendidikan anak dan pembiayaan
kesehatan yang tak terduga dan perencanaan anak pertama yang anak masuk
SLTA
- Respon keluarga terhadap stressor: Berusaha meningkatkan pendapatan
keluarga, membawa anak ke pelayanan kesehatan bila anak sakit dan selalu
bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah yang terjadi pada keluarga
30. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor :
Baik, setiap ada stresor contoh nya masalah pendidikan anak antara Tn. K dan Ny.
H selalu musyawarah atau di komunikasikan satu sama lain
31. Strategi koping yang digunakan :
Bermusyawarah antara Tn. K dan Ny. H
VI. Pemeriksaan fisik
Nama Hasil PF
Tn K Tidak ada keluhan, TD: 130/90 mmHg, memiliki riwayat
penyakit hipertensi dari ayah nya, Tn AP memiliki kebiasaan
merokok yang sembarang, Tempat kerja banyak mengandung
polusi udara.
Ny. H Tidak ada keluhan, TD: 120/80 mmHg, tidak memiliki riwayat
penyakit tertentu, klien bekerja diapotik.
Ny. H belum megetahui cara mencuci tangan yang benar, Ny.
H juga belum mengetahui penanganan pertama untuk ISPA
dirumah.
An. Y An. Y jarang tidur siang sering tidur larut malam karena
menonton TV, pola makan teratur 3 x sehari tidak memiliki
riwayat penyakit tertentu saat masih kecil, Ny H mengatakan
jika keluhan kesehatan yang diderita An. Y saat masih kecil
seputar demam, pilek, batuk dan diare.
An. A An. A mengalami batuk sudah 2 hari, Ny. H mengatakan jika
suhu badannya panas namun tidak mengatahui angka suhu
nya. Tindakan yang sudah dilakukan dilakukan kompres
hangat, belum diperikasakan dan akan diperiksakan hari ini
keklinik temapt dia bekerja (hari dimana pengkajian dilakukan).
Setalh dilakukan pemeriksaan TTV didapatkan RR: 24 x/menit,
N: 35 x/menit, Sesak tidak ada, batuk ringan, pilek.
ANALISA DATA
No. Data Penunjang Problem Etiologi
1 DS:
- An. A demam 2 hari
yang lalu disertai
batuk
- Belum dibawa ke
pusat pelayanan
kesehatan namun
Ny. H berencana
membawanya ke
klinik tempat iya
bekerja
- An. D Sering jajan
sembarangan saat di
paud
- Tn K mempunyai
kebiasaan merokok
sembarangan
- Menu makanan
kurang bervariasi
DO:
- TTV didapatkan RR:
24 x/menit, N: 35
x/menit, Sesak tidak
ada, batuk ringan,
pilek
- Lingkungan rumah
padat penduduk
- Ventilasi dan
kebersihan rumah
yang kurang
Risiko Perilaku
Kesehatan
yang Kurang
Sehat
Kebiasaan ayah merokok
Ventilasi dan kebersihan rumah yang
Jajanan sembarangan
Risiko imunitas menurun
Rongga mulut mudah terinfeksi
Asap dihirup anggota keluarga
Terinfeksi mikoorganisme penyebab penyakit
Resiko Perilaku kesehatan yang
kurang sehat
Kikoorganisme menyebar di seluruh rumah
No. Data Penunjang Problem Etiologi
2 DS
- Ny. H belum tahu
cara mencuci tangan
yang benar
- Ny. H belum pernah
mendapat
penyuluhan tentang
penyakit ISPA,
bahkan tidak
mengetahui apa itu
ISPA
- Ny.K belum
mengetahui
manajemen ISPA
pada tataran
keluarga dirumah
DO
- Tn. K masih merokok
padahal anaknya
sedang sakit
- Lingkungan rumah
yang kotor seperti
kurang dibersihkan
- Belum adanya
pembatas antara
rumah dengan
selokan belakang
rumah
- Sampah belum
dipisah dan kadang
sampah tertentu
dibuang di selokan
belakang rumah.
Kurangnya
penegtahuan
Belum mendapat
penyuluhan tentang ISPA
Tidak mengetahui managemen
ISPA pada tataran
keluarga
Tidak mengetahui
cara cuci tangan yang
benar
Bapak masih merokok
Kurang Pengetahuan
Faktor pencetus
Lingkungan Perilaku/ kebiasaan
Kebersihan rumah yang
kurang
Kebersihan lingkungan rumah yang
kurang terkait manajemen sampah dan
saluran pembungan
No. Data Penunjang Problem Etiologi
3 DS
- Ny. H telah
melakukan kompres
air hangat saat
anaknya sakit
demam
- Ny. H selalu
membawa anggota
keluarga yang sakit
untuk diperiksakan di
klinik tempat dia
bekerja
- Keluarga memiliki
kartu BPJS
DO
- Keluarga
menyepakati untuk
dijadikan keluarga
binaan
- Keluarga antusias
saat dilakukan
pengkajian dan
penyuluhan
Kesiapan
peningkatan
kesehatan
keluarga oleh
orang tua
Kebiasaan membawa keluarga yang sakit untuk diperiksakan di klinik yang diketahui
Keluarga memiliki kartu BPJS yang sewaktu-waktu dapat digunakan
Keluarga menyepakati untuk dilakukan keluarga binaan
Keluarga antusias saat dilakukan pengkajian dan penyuluhan
Keluarga siap untuk meningkatkan kesehatan keluarga
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko Perilaku Kesehatan yang Kurang Sehat berhubungan dengan kebiasaan keluarga
yang kurang sehat
No Kriteria Bobot Pembenaran
1 Sifat masalah
Aktual: 3
1 Perilaku kesehatan yang kurang sehat
di keluarga anatara lain ayah merokok
di dalam rumah, kebiasaan cuci tangan
dan teknik cuci tangan yang kurang
benar, kebiasaan anak makan jajan
sembarangan.
2 Kemungkinan masalah
diubah
Sebagian: 2
2 Keluarga belum memiliki perilaku yang
baik mengenai PHBS.
3 Potensial masalah dicegah
Cukup: 2
1 Pencegahan ISPA dan melakukan
PHBS melibatkan perilaku yang terus
menerus.
4 Menonjolnya masalah
Masalah dirasakan dan
harus segera ditangani: 2
1 Kebiasaan yang kurang sehat di
keluarga dapat memberikan dampak
yang buruk bagi kesehatan.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
No Kriteria Bobot Pembenaran
1 Sifat masalah
Aktual: 3
2 Ibu kurang mengetahui tentang konsep
dan tata laksana ISPA, belum
mengetahui cara cuci tangan yang
benar, kurang memahami PHBS dan
manajemen lingkungan
2 Kemungkinan masalah
diubah
Sebagian: 2
2 Untuk mengubah perilaku diperlukan
pengetahuan/dasar kognitif yang
cukup.
3 Potensial masalah dicegah 1 Pencegahan ISPA melibatkan perilaku
yang didasari oleh pengetahuan yang
Cukup: 2 cukup mengenai masalah tersebut,
4 Menonjolnya masalah
Masalah dirasakan dan
harus segera ditangani: 2
1 Masalah kurang pengetahuan harus
segera ditangani karena untuk
mengubah perilaku harus didasari
dengan pengetahuan yang cukup.
Terutama masalah cuci tangan yang
dapat menyebabkan masalah ISPA
3. Kesiapan Peningkatan Kesehatan Keluarga berhubungan dengan kesehatan
keluarga
No Kriteria Bobot Pembenaran
1 Sifat masalah
Aktual : 3
3 Ny. H ingin belajar tentang
managemen ISPA yang bisa dilakukan
dirumah, keluarga telah memiliki kartu
BPJS, jika ada anggota keluarga yang
sakit selalu dibawa ke fasilitas
kesehatan.
2 Kemungkinan masalah
diubah
Sebagian: 1
2 Dapat diubah dengan diberikan
pengetahuan dan contoh tentang cara
meningkatkan kesehatan
3 Potensial masalah dicegah
Cukup: 1
1 Dengan diberikan edukasi dan contoh
pencegahan ISPA dan manajemen
kesehatan keluarga dappat diatasan.
4 Menonjolnya masalah
Masalah dirasakan tetapi
tidak perlu ditangani
segera: 1
1 Keluarga saat sakit parah sadar harus
ke faskes
3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
2. Risiko Perilaku Kesehatan yang Kurang Sehat berhubungan dengan kebiasaan
keluarga yang kurang sehat
3. Kesiapan Peningkatan Kesehatan Keluarga berhubungan dengan kesehatan keluarga
RENCANA INTERVENSI
No.Diagnosa
KeperawatanTujuan Program
Rencana Kegiatan Evaluasi
Strategi Intervensi Struktur Proses Hasil
1. Defisiensi
Kesehatan
Komunitas
tentang ISPA
berhubungan
dengan
kurangnya
sumber
informasi
pengetahuan
TUM:
Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan
komunitas selama 7
minggu,
kemampuan,
perilaku kesehatan
dan ketrampilan
keluarga menangani
ISPA meningkat.
TUK 1 :
Pengetahuan
warga tentang
ISPA meningkat
Penyuluhan
Kesehatan
Health
Teaching
1. Berikan
edukasi
tentang ISPA
1. Mahasiswa
berkoordinasi
dengan
keluarga untuk
menentukan
tempat dan
waktu
penyuluhan.
2. Mahasiswa
1. Mahasiswa
datang
sebelum acara
penyuluhan
dimulai
2. peserta
mengikuti
kegiatan
penyuluhan
1. Pengetahuan
peserta
meningkat
2. Peserta
memberikan
feedback,
melalui
pertanyaan
3. Setelah
TUK 2 :
Pengetahuan
keluarga tentang
Rumah Sehat
meningkat
Penyuluhan
Kesehatan
Health
Teaching
1. Berikan edukasi
tentang rumah
sehat
mempersiapka
n materi, alat
dan media
untuk
penyuluhan
3. Mahasiswa
mempersiapka
n alat yang
akan
digunakan
membuat
media
penyuluhan
1. Mahasiswa
berkoordinasi
dengan
keluarga untuk
menentukan
tempat dan
waktu
penyuluhan.
sampai acara
selesai dan
berpartisipasi
secara aktif
(100%)
1. Mahasiswa
datang
sebelum acara
penyuluhan
dimulai
2. Semua peserta
mengikuti
kegiatan
dilakukan
kegiatan
penyuluhan
diharapkan ada
perubahan
perilaku
kesehatan
1. Pengetahuan
peserta
meningkat
2. Peserta
memberikan
feedback,
melalui
pertanyaan
TUK 3 :
Ketrampilan warga
terhadap praktek
penanganan ISPA
meningkat
Demonstrasi Case
Manage-
ment
1. Ajarkan pada
keluarga cara
modalitas untuk
mengatasi
batuk, seperti
penggunaan
jahe dengan
madu dan jeruk
2. Mahasiswa
mempersiapka
n materi, alat
dan media
untuk
penyuluhan
3. Mahasiswa
mempersiapka
n alat yang
akan
digunakan
membuat
media
penyuluhan
1. Mahasiswa
berkoordinasi
dengan
keluarga untuk
menentukan
tempat dan
waktu kegiatan
2. Mahasiswa
penyuluhan
sampai acara
selesai dan
berpartisipasi
secara aktif
(100%)
1. Demostrasi
diikuti oleh
salah satu atau
beberapa
anggota
keluarga
2. Semua peserta
mengikuti
3. Setelah
dilakukan
kegiatan
penyuluhan
diharapkan ada
perubahan
perilaku
kesehatan
1. Ketrampilan
warga
meningkat
2. Warga
memberikan
feedback,
melalui
pertanyaan
Demonstrasi Case
Manage-
ment
nipis dengan
kecap
1. Ajarkan pada
keluarga cara
cara batuk
efektif
mempersiapka
n materi terapi
modalitas yang
akan
disampaikan
1. Mahasiswa
berkoordinasi
dengan
keluarga untuk
menentukan
tempat dan
waktu kegiatan
2. Mahasiswa
kegiatan
sampai acara
selesai dan
berpartisipasi
secara aktif
(100%)
1. Demostrasi
diikuti oleh
semua atau
salah satu
anggota
keluarga
2. Semua peserta
mengikuti
3. Setelah
dilakukan
kegiatan
demonstrasi
diharapkan ada
perubahan
perilaku
kesehatan
dalam
menangani
ISPA
1. Ketrampilan
warga
meningkat
2. Warga
memberikan
feedback,
melalui
pertanyaan
Demonstrasi Case
Manage-
ment
1. Ajarkan pada
ibu dengan
balita, dan
keluarga cara
pengukuran
suhu dengan
termometer
raksa dan
mempersiapka
n materi yang
akan
disampaikan
1. Mahasiswa
berkoordinasi
dengan
keluraga untuk
menentukan
tempat dan
waktu kegiatan
2. Mahasiswa
kegiatan
sampai acara
selesai dan
berpartisipasi
secara aktif
(100%)
1. Demonstrasi
diikuti oleh
semua atau
salah satu
anggota
keluarga
2. Semua peserta
mengikuti
3. Setelah
dilakukan
kegiatan
demonstrasi
diharapkan ada
perubahan
perilaku
kesehatan
dalam
menangani
ISPA
1. Ketrampilan
warga
meningkat
2. Warga
memberikan
feedback,
melalui
pertanyaan
digital mempersiapka
n materi dan
alat yang akan
digunakan
untuk
demonstrasi
kegiatan
sampai acara
selesai dan
berpartisipasi
secara aktif
(100%)
3. Kader dan
peserta
antusias
mengikuti
demonstrasi.
3. Setelah
dilakukan
kegiatan
demonstrasi
diharapkan ada
perubahan
perilaku
kesehatan
dalam
menangani
ISPA
2. Risiko
Perilaku
Kesehatan
yang Kurang
Sehat
berhubungan
dengan
kebiasaan
yang kurang
TUM :
Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan
komunitas pada
warga RW 3 dalam
waktu 7 minggu,
keluraga dapat
menghindari atau
sehat tidak terjadi perilaku
yang kurang sehat.
TUK 1 :
Sasaran mampu
menerapkan
perilaku kesehatan
melalui upaya
berhenti merokok,
sehingga keluarga
dengan perokok
dapat menurun
menjadi atau jika
merokok diluar atau
mengurangi jumlah
rokok yang
dikonsumsi
Penyuluhan
Kesehatan
Health
Teaching
1. Berikan
edukasi
mengenai
bahaya rokok
1. Mahasiswa
berkoordinasi
dengan kepala
keluarga untuk
menentukan
tempat dan
waktu
penyuluhan.
2. Mahasiswa
mempersiapka
n materi, alat
dan media
untuk
penyuluhan.
1. Penyuluhan
diikuti oleh
kepala
keluraga atau
anggota
keluarga laki-
laki yang
sudah remaja-
tua
2. Semua peserta
mengikuti
kegiatan
sampai acara
selesai dan
berpartisipasi
secara aktif
(100%)
3. Peserta
antusias
mengikuti
1. Pengetahuan
peserta
meningkat
2. Peserta
memberikan
feedback,
melalui
pertanyaan
3. Setelah
dilakukan
kegiatan
penyuluhan
diharapkan ada
perubahan
perilaku
kesehatan
TUK 2:
Ketrampilan dalam
praktek PHBS (cuci
tangan) meningkat
Demonstrasi Case
manage-
ment
1. Ajarkan pada
keluarga
tentang
pentingnya dan
cara cuci
tangan
1. Mahasiswa
berkoordinasi
dengan
keluraga untuk
menentukan
tempat dan
waktu
kegiatan.
2. Mahasiswa
mempersiapka
n materi dan
alat yang akan
digunakan
untuk
demonstrasi
kegiatan
1. Demonstrasi
diikuti oleh
semua peserta
2. Semua peserta
mengikuti
kegiatan
sampai acara
selesai dan
berpartisipasi
secara aktif
(100%)
1. Ketrampilan
siswa
meningkat
4. Siswa dapat
mempraktekkan
kembali
demonstrasi
yang diajarkan
5. Setelah
dilakukan
kegiatan
demonstrasi
diharapkan ada
perubahan
perilaku
kesehatan
3. Kesiapan
Peningkatan
Kesehatan
TUM :
Setelah dilakukan
asuhan
Penyuluhan
Kesehatan
Health
Teaching
1. Berikan
edukasi
mengenai ASI
1. Mahasiswa
berkoordinasi
dengan
1. Mahasiswa
datang
sebelum acara
1. Pengetahuan
peserta
meningkat
Keluarga oleh
Orang Tua
berhubungan
dengan
kesehatan
anak dalam
manajemen
ISPA
keperawatan
keluraga pada
keluarga selama 7
minggu, kesiapan
dan kemampuan
warga dalam
melaksanakan
perubahan perilaku
kesehatan
meningkat
TUK 1 :
Pengetahuan ibu
tentang ASI
eksklusif
meningkat sebesar
80%
eksklusif keluraga untuk
menentukan
tempat dan
waktu
penyuluhan.
2. Mahasiswa
mempersiapka
n materi, alat
dan media
untuk
penyuluhan
3. Mahasiswa
mempersiapka
n alat yang
akan
digunakan
membuat
media
penyuluhan
penyuluhan
dimulai.
2. Acara
penyuluhan
diikuti oleh
salah satu atau
semua anggota
keluarga
3. Semua peserta
mengikuti
kegiatan
penyuluhan
sampai acara
selesai dan
berpartisipasi
secara aktif
(100%)
2. Peserta
memberikan
feedback,
melalui
pertanyaan
3. Setelah
dilakukan
kegiatan
penyuluhan
diharapkan ada
perubahan
perilaku
kesehatan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Waktu/
TanggalKunjungan Diagnosa Tujuan Implementasi Evaluasi
Selasa,
09 Juni
2015
11.00
Kunjungan 1 Pembagian lembar kuisioner, pengkajian dan kontrak keluarga binaan
Jumat,
12 Juni
2015
15.00
Kunjungan 2 Kurang pengetahuan
berhubungan dengan
kurangnya sumber
informasi
Tujuan Khusus 1 :
Setelah dilakukan
tindakan 1 kali
pertemuan,
pengetahuan
keluarga tentang
konsep ISPA
1. Memberi edukasi
definisi ISPA
2. Memberi edukasi
penyebab ISPA
3. Memberi edukasi faktor
risiko ISPA
4. Memberi edukasi
klasifikasi/jenis dari
ISPA
S :
ISPA itu infeksi saluran
pernapasan akut
Kurang lebih 14 hari
Semua usia bisa mengalamin
penyakit ini
O:
Klien dan keluarga mampu
menyebutkan konsep dasar
ISPA
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi, lanjutkan
monitoring.
Jumat,
12 Juni
2015
15.00
Kunjungan 2 Kurang pengetahuan
berhubungan dengan
kurangnya sumber
informasi
Tujuan Khusus 3 :
Setelah satu 1 kali
pertemuan keluarga
dapat
mendeskripsikan
dan mempraktikkan
tata-laksana ISPA di
rumah
1. Memberi edukasi tata
laksana tiap klasifikasi
ISPA
2. Memberi edukasi
tentang tata laksana
ISPA di rumah
(demam, batuk, pilek,
dan cara
mengeluarkan, serta
mengencerkan dahak
dengan cara batuk
efektif.
3. Mempraktikkan
penatalaksanaan ISPA
di rumah dengan
pemberian wedhang
jahe dan jeruk nipis
4. Mengajarkan
pengukuran suhu
dengan termoter raksa
dan digital serta
interpretasinya
S :
Ngompresnya pakai air hangat
Dikasi uap dengan air hangat
bisr dahaknya keluar
Menepuk-nepuk dada dan
punggung
Kalau bersin pakai tisu atau
lengan baju, memakai masker
dan menutup mulut saat batuk
O:
Klien dan keluarga mampu
menyebutkan dan
mempraktikkan tata laksana
ISPA di rumah
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi, lanjutkan
monitoring.
Jumat,
12 Juni
2015
15.00
Kunjungan 2 Risiko Perilaku
Kesehatan yang
Kurang Sehat
berhubungan dengan
kebiasaan keluarga
yang kurang sehat
Tujuan Khusus 2 :
Setelah dilakukan
penyuluhan 1 kali
pertemuan keluarga
dapat memahami
dan mempraktikkan
cuci tangan yang
baik dan benar
1. Melakukan edukasi
tentang pengertian cara
mencuci tangan
2. Melakukan edukasi
tentang tujuan cara
mencuci tangan
3. Melakukan edukasi
tentang manfaat cara
cuci tangan yang tepat
4. Melakukan edukasi
tentang waktu-waktu
yang diharuskan untuk
cuci tangan
5. Mempraktikkan tentang
langkah-langkah cara
mencuci tangan yang
tepat
S :
Cuci tangan sebelum dan
sesudah masak, sebelum
dan sesudah makan, setelah
BAK dan BAB, dan ketika
tangan kotor
Ada 6 lagkah, memakai
sabun dan air mengalir
O :
Klien dan keluarga mampu
menyebutkan tujuan, momen,
dan mempraktikkan cuci
tangan 6 langkah secara urut
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi, lanjutkan
monitoring.
Jumat,
12 Juni
2015
15.00
Kunjungan 2 Kurang pengetahuan
berhubungan dengan
kurangnya sumber
informasi
Tujuan Khusus 2 :
Setelah dilakukan
tindakan
penyuluhan 1 kali
pertemuan,
pengetahuan
keluarga tentang
rumah sehat
1. Memberikan edukasi
tentang rumah sehat
2. Memberikan edukasi
tentang cara merawat
rumah dan lingkugan
terkait managemen
sampah dan
pembersihan rumah
S :
PHBS itu perilaku hidup
bersih dan sehat
Jamban sehat, pakai air
bersih, bebas dari jentik
Buang sampah pada
temmpatnya dan harus
dipisah antara sampah
kering dan basah
Menyapu rumah setiap hari
dan mengepel setiap 2
minggu sekali
O :
Klien dan keluarga mampu
menyebutkan jumlah dan isi
PHBS dan materi yang sudah
diajarakan
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi, lanjutkan
monitoring.
Kujungan 2 Kesiapan
Peningkatan
Kesehatan Keluarga
oleh Orang Tua
berhubungan dengan
kesehatan anak
dalam manajemen
ISPA
Tujuan khusus 1:
Pengetahuan ibu
tentang ASI
eksklusif meningkat
sebesar
1. Memberikan edukasi
tentang pentingnya ASI
Eksklusif
2. Manfaat ASI Eksklusif bagi
anak dan ibu
S :
Supaya kekebalan anak
bertambah
Tidak mudah terserang
penyakit
Mencegah kaker payudara
O :
Klien dan keluarga mampu
menyebutkan manfaat ASI
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi, lanjutkan
monitoring.
Rabu, 24
Juni
2015
15.00
Kunjungan 3 Risiko Perilaku
Kesehatan yang
Kurang Sehat
berhubungan dengan
kebiasaan keluarga
yang kurang sehat
Tujuan Khusus 1 :
Setelah dilakukan
penyuluhan 1 kali
pertemuan keluarga
dapat memahami
dan tidak merokok
1. Memberikan edukasi
tentang jenis-jenis perokok
2. Memberikan edukasi
tentang jenis-jenis zat
bahaya yang ada dalam
S :
Rokok bisa menyebabkan
masalah kesehatan mas.
Banyak sekali akibatnya. Ya
kanker, iSPA tadi, gangguan
di area lingkungan
keluarga saat
berkumpul
rokok
3. Memberikan edukasi
dampak dari merokok
4. Memberikan edukasi tips
untuk mengurangi
kebiasaan merokok
kehamilan, dll.
Yaa, inshaallah saya
mengurangi kebiasaan
merokok didalam rumah
O :
Keluarga mampu
menyebutkan bahaya rokok
dan tips cara mengurangi
rokok
Tn. P mengurangi kebiasaan
merokok didalam rumah
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi, lanjutkan
monitoring.
Rabu, 1
Juli 2015
15.00
Kunjungan 4 Kurang pengetahuan
berhubungan dengan
kurangnya sumber
informasi
Tujuan Khusus 2 :
Setelah dilakukan
tindakan
penyuluhan 1 kali
pertemuan,
pengetahuan
konsep rumah
sehat,
1. Memberikan edukasi
tentang syarat-syarat
rumah sehat
2. Memberikan edukasi dan
tips agar membuat rumah
aman dari kecelakaan
3. Memberikan contoh
denah/penataan rumah
sehat
S :
Rumah sehat itu ya yang punya
air bersih jernih, ada tempat
sampah,rajin bersihkan rumah,
ventilasinya cukup.
O :
Klien dan keluarga mampu
menyebutkan jenis rumah
sehat
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi, lanjutkan
monitoring.
CATATAN PERKEMBANGAN
CATATAN PERKEMBANGAN
Waktu
PelaksanaanMonitoring
No.
Dx.
Kep
Evaluasi TTD
Rabu, 24 Juni
2015
Ke-3 1 S :
ISPA itu penyakit yang harus diwaspadai tidak boleh
disepelekan.
O :
Memahami konsep ISPA
Mampu mempraktikkan cara penanganan ISPA
Mampu menjawab komponen PHBS meski hanya
3 pada impelementasi PHBS
Mampu mempraktikkan kebiasaan cuci tangan
dengan sabun dan air mengalir di rumah
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi, lanjutkan monitoring
Rabu, 1 Juli
2015
Ke-4 3 S :
Sudah sembuh mas, obat dari klinik sudah habis.
O :
Keluarga mampu melakukan tata laksana ISPA di
rumah
Keluarga kesadaran untuk memanfaatkan faskes
meningkat
A :
Masalah Teratasi
P : Hentikan Intervensi
Rabu, 1 Juli
2015
Ke-4 2 S :
Ibu mengatakan “sejak mas beritahu kapan hari,
kebiasaan merokok didalam rumah sudah dikurangi.
O :
Kebiasaan merokok didalam rumah sudah berkurang
A :
Masalah Teratasi
Evaluasi Sumatif 1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
Diagnosa ini diterapkan dengan tujuan pada akhir perawatan, terjadi
peningkatan pengetahuan tentang konsep dasar ISPA, PHBS, dan rumah sehat.
Tujuan ini tercapai sepenuhnya karena saat dilakukan implementasi keluarga dapat
menjawab masing-masing minimal 2 dari indikator. Hal ini dapat dibuktikan dalam
pemberian soal pre test dan post tes, serta tanya jawab berikut hasilnya :
Gambar 3.3 Pre Post Test Konsep ISPA
Gambar 3.4 Pre Post Test Konsep PHBS
\
Gambar 3.5 Pre Post Test Konsep Rumah Sehat
Pada saat akhir kunjungan didapatkan gejala ISPA pada anak sudah
sembuh.
2. Risiko Perilaku Kesehatan yang Kurang Sehat berhubungan dengan kebiasaan
keluarga yang kurang sehat
Diagnosa ini diterapkan dengan tujuan pada akhir perawatan, terjadi
peningkatan pengetahuan dan kesadaran tentang kebiasaan yang kurang sehat,
seperti kebiasaan cuci tangan dan kebiasaan merokok saat berkumpul dengan
keluarga. Berikut hasil dari implementasi.
Gambar 3.6 Kemampuan Cuci Tangan
Gambar 3.7 Kebiasaan merokok saat berkumpul dengan keluarga
Dapat disimpulkan dari hasil pendampingan terdapat perubahan kebiasaan cuci
tangan meningkat dan kebiasaan merokok dalam keluarga saa berkumpul bersama
kesadarannya semakin baik, sehingga tujuan tercapai.
3. Kesiapan Peningkatan Kesehatan Keluarga berhubungan dengan kesehatan
keluarga
Diagnosa ini diterapkan dengan tujuan pada akhir perawatan, terjadi
peningkatan kesiapan keluarga dalam meningkatkan kesehatan keluarga dengan
menerapkan tata laksana ISPA di rumah dan kesedaran akan manfaat
menggunakan pelayanan kesehatan.
Gambar 3.8 Kemampuan Tata-Laksana ISPADari hasil implement tasi didapatkan kemampuan keluarga dalam tata
laksana ISPA menigkat dengan baik, sehingga tujuan tercapai.
BAB 4PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang proses telaah antara data pendukung yang
terjadi antara teori dengan kenyataan yang ada pada kasus nyata yang dilakukan
asuhan keperawatan keluarga selama 7 minggu, pada pembahasan ini dimulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi .
4.1 Pengkajian
Pengkajian juga disebut sebagai pengumpulan data adalah langkah awal
dalam berpikir kritis dan pembuatan keputuhan yang mengarah pada diagnosis
keperawatan (Wilkinson, 2006). Penulis melakukan pengkajian pada keluarga Tn. K
berdasarkan proses pengkajian melalui proses wawancara dengan keluarga,
observasi lingkungan dan pemeriksaan fisik sepperti yang sudah tertera jelas di bab
sebelumnya.
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
ditujukan dengan An. A yang mengalami sakit batuk pilek sudah 2 hari, belum
menunjukkan kearah yang lebih baik. Namun, kesadaran untuk ke fasilitas
kesehatan kurang dan hanya menunggu semakin parah baru di bawa ke tempat
pelayanan kesehatan (klinik tempat Ny. H bekerja). Keluarga Tn. K saat dikaji tidak
mengetahui cara merawat penyakit ISPA yang diderita oleh anaknya, cara cuci
tangan yang benar belum memahami, Tn. K masih merokok di saat berkumpul
dengan keluarga, dan konsep rumah sehat belum maksimal, sehingga hak ini peru
untuk di modifikasi.
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan pada keluarga Tn.K khususnya An.
A memiliki riwayat beberapa kali menderita ISPA saat masih kecil, keluarga
mengatakan belum tahu apa itu ISPA yang diketahui keluarga hanya batuk pilek,
mengambil keputusan keluarga Tn. K jika salah satu anggota keluarga yang sakit hal
utama yaitu membeli obat di apotek/warung. Sesuai dengan fungsi pemeliharaan
kesehatan, keluarga mempunyai tugas dalam bidang kesehatan yang perlu
dipahami dan dilakukan.
Tugas keluarga tesebut antara lain fungsi keperawatan yaitu mengetahui
kemampuan keluarga merawat bagaimana cara merawat anggota keluarga yang
sakit yang meliputi pengertian faktor penyebab, tanda dan gejala serta yang
mempengaruhi keluarga terhadap masalah, kemampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit, tindakan yang dilakukan oleh keluarga akan sesuai
dengan tindakan keperawatan. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil
keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, untuk mengetahui sejauh
mana keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, mengetahui sejauhmana
kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang mana akan
mendukung terhadap kesehatan seseorang (Harmoko, 2012).
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit pada
keluarga Tn. K dikarenakan tidak mengetahui cara perawatan pada penyakit ISPA,
kebiasaan kesehatan yang kurang sehat, dan kurangnya pemanfaat tempat
pelayanan kesehatan. Demikian anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan. Menurut Wilkinson
(2006), ketidakmampuan keluarga yaitu perilaku orang terdekat bagi pasien
(anggota keluarga atau orang mterdekat lainnya) yang membuat ketidakmampuan
kapasitas mereka dan kapasitas klien untuk secara efektif melaksanakan tugas yang
esensial baik untuk adaptasi pasien terhadap kesehatan.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Dalam menentukan suatu diagnosa pada asuhan keperawatan keluarga
harus memenuhi ketentuan yang sudah dirumuskan berdasarkan suatu data yang
didapatkan pada saat dilakukan pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan
problem yang berkenaan pada individu dalam keluarga yang sakit berhubungan
dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga. (Muhlisin,
2012). Berdasarkan pengkajian dan masalah yang menjadi mayor didapatkan
diagnosa sebagai berikut sesuai prioritas masalah keperawatan :
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
2. Risiko Perilaku Kesehatan yang Kurang Sehat berhubungan dengan kebiasaan
keluarga yang kurang sehat
3. Kesiapan Peningkatan Kesehatan Keluarga berhubungan dengan kesehatan
keluarga
4.3 Intervensi
Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan
kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien
dapat terpenuhi (Wilkinson, 2006). Menurut Muhlisin (2012), perawat perlu
memberikan pendidikan kepada keluarga agar keluarga dapat melakukan program
asuhan kesehatan secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah
kesehatan keluarga.
Untuk intervensi konsep dan tata laksana ISPA berdasarkan Wong (2008),
posisi semi fowler dapat dilakukan pasien ISPA hal ini bertujuan untuk
memungkinkan ekspansi paru lebih baik dan mencegah aspirasi sekresi. Posisi semi
fowler adalah posisi dimana paru-paru lebih tinggi sehingga memungkinkan pada
inspirasi oksigen yang masuk ke paru lebih banyak, ventilasi maksimal membuka
area atelektasis dengan keadaan tersebut memaksimalkan pengembangan dada
atau paru. Ajarkan batuk efektif rasionalnya untuk mengeluarkan sekret.
Mengajarkan fisioterapi dada rasionalnya untuk megeluarkan secret Menurut Wong,
(2008), mengajarkan keluarga untuk fisioterapi dada, hal ini sesuai dengan buku,
menyatakan bahwa melakukan clapping dan vibrating bertujuan untuk memfasilitasi.
Berdasarkan jurnal dari Nurlaili Susanti (2012) yang berjudul Efektifitas
Kompres Dingin dan Hangat pada Penatalaksanaan Demam menyatakan bahwa
pemakaian metode fisik sangat efektif dalam menurunkan demam. Metode fisik ini
ditujukan untuk meningkatkan pengeluaran panas baik secara konduksi, konveksi,
maupun evaporasi. Metode yang umum dipakai adalah kompres dingin. Akan tetapi,
keuntungannya dalam terapi demam belum sepenuhnya dipahami.
Kompres dingin adalah terapi pilihan untuk hipertermia yang ditandai oleh
temperatur inti tubuh melampaui set poin termoregulasi. Berbeda dengan demam,
shivering, vasokonstriksi kulit dan respon yang berhubungan dengan perilaku
meningkatkan temperatur inti untuk menjangkau peningkatan set poin suhu yang
diakibatkan oleh kerja pirogen di pusat termoregulasi. Selama hipertermia,
penurunan produksi panas, vasodilatasi, berkeringat dan respon perilaku bekerja
untuk menurunkan temperatur tubuh. Jadi, pemakaian kompres dingin pada terapi
hipertermia tidak bertentangan dengan proses yang ditimbulkan oleh pemakaian
terapi yang lain.
Kompres dingin menurunkan temperatur kulit lebih cepat dari pada
temperatur inti tubuh, sehingga merangsang vasokonstriksi dan shivering. Shivering
mengakibatkan gangguan metabolisme karena meningkatkan konsumsi oksigen dan
volume respirasi, meningkatkan persentase karbon dioksida dalam udara ekspirasi
dan meningkatkan aktifitas sistem saraf simpatis. Oleh karena itu, kompres dingin
kurang efektif dalam tatalaksana demam karena selain kurang nyaman juga
merangsang produksi panas dan menghalangi pengeluaran panas tubuh.
Selain kompres dingin, dikenal pemakaian kompres hangat dalam tatalaksana
demam. Kompres hangat adalah melapisi permukaan kulit dengan handuk yang
telah dibasahi air hangat dengan temperatur maksimal 43o C. Lokasi kulit tempat
mengompres biasanya di wajah, leher, dan tangan. Kompres hangat pada kulit
dapat menghambat shivering dan dampak metabolik yang ditimbulkannya. Selain itu,
kompres hangat juga menginduksi vasodilatasi perifer, sehingga meningkatkan
pengeluaran panas tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian terapi demam
kombinasi antara antipiretik dan kompres hangat lebih efektif dibandingkan
antipiretik saja, selain itu juga mengurangi rasa tidak nyaman akibat gejala demam
yang dirasakan. Pemakaian antipiretik dan kompres hangat memiliki proses yang
tidak berlawanan dalam menurunkan temperatur tubuh. Oleh karena itu, pemakaian
kombinasi keduanya dianjurkan pada tatalaksana demam.
Selain dengan kompres, keluarga diajarkan tentang pemberian antipiretik.
Ada berbagai macam antipiretik yang biasa digunakan dalam menurunkan demam,
yang sering digunakan adalah parasetamol dan ibuprofen. Berdasarkan jurnal yang
berjudul Penanganan Demam pada Anak, penulis melakukan analisa keefektifan
penggunaan parasetamol dan ibuprofen.
Pada satu metaanalisis dari 8 penelitian membandingkan efikasi antara
antipiretik parasetamol dan ibuprofen didapati penurunan temperatur tubuh yang
lebih tinggi pada anak yang diobati dengan ibuprofen dibandingkan dengan
parasetamol pada pengukuran setelah 4 jam (perbedaan 0,63°C, p<0,001) dan pada
6 jam setelah pemberian (perbedaan 0,58°C, p=0,005). Pada jam ke-4 dan ke-6
setelah pemberian antipiretik, penurunan demam terjadi 15% lebih banyak pada
anak di kelompok ibuprofen, dibandingkan dengan kelompok paracetamol (besar
efek penurunan setelah 2 jam: 0,19 (CI95%, 0,05-0,33), besar efek penurunan
setelah 4 jam: 0,31 (CI95%, 0,19-0,44), besar efek penurunan setelah 6 jam: 0,33
(CI95%, 0,19-0,47). Sebuah tinjauan narasi dari 22 penelitian mendapatkan bahwa
dosis tunggal ibuprofen lebih efektif dalam menurunkan demam dibandingkan
dengan dosis tunggal parasetamol, dimana ibuprofen lebih efektif setelah 6 jam
pemberian, tetapi tidak setelahnya (temperatur dievaluasi sampai 8 jam), dan tidak
ada perbedaan yang signifikan antara efek antipiretik satu obat atau yang lain pada
penelitian yang melibatkan dosis yang multipel.
Pada dasarnya, kedua antipiretik tersebut cenderung aman dikonsumsi oleh
anak-anak karena merupakan antipiretik kategori 1 dengan efek toksisitas rendah.
Parasetamol dan ibuprofen ditoleransi dengan baik dan merupakan antipiretik yang
efektif ketika digunakan sesuai dosis yang direkomendasikan.
Selain konsep dan tata laksana ISPA yang diajarkan, keluarga juga di ajarkan
cara berperlaku sehat. Hal ini dikarenakan kebiasaan cuci tangan belum dierapkan
dengan baik dan asap rokok masih ada di area keluarga. Hal ini di edukasikan agar
mengurangi gejala dari ISPA dan penularan dari ISPA
4.4 Implementasi
Menurut Kozier (2004), implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan berdasarkan terminologi. Dalam
menentukan implementasi yang akan diberikan pada keluarga Tn. K penulis
mengambil data yaitu dengan menyesuaikan pada intervensi yang telah di
rencanakan
Pada langkah implementasi penulis tidak mengalami hambatan dikarenakan
didukung keluarga Tn. K sangat kooperatif sehingga didukung dengan data subyektif
keluarga Tn. K mendengarkan dan menerapkan sesuai implementasi yang di
rencanakan di intervensi keperawatan.
4.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan (Potter dan
Perry, 2005). Adapun komponen SOAP untuk memudahkan perawat melakukan
evaluasi atau memantau perkembangan klien. Menurut Muhlisin (2012), SOAP
secara operasional yaitu data Subyektif adalah hal-hal yang dikemukakan oleh
keluarga secara subyektif setelah dilakukan intervensi keperawatan. Obyektif yaitu
hal-hal yang ditemui oleh perawat secara obyektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan. Analisa adalah dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada
tujuan terkait dengan diagnosa keperawatan, Pengkajian, yaitu perencanaan yang
akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahap evaluasi,setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
BAB 5PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Setelah dilakukan pendampingan selama 7 minggu didapatkan perubahan
sikap yang baik tentang perilaku yang kurang sehat menjadi lebih sehat,
pengurangan gejala ISPA mampu dicapai karena pengathuan dan kemampuan
tentang tata laksana ISPA sudah menjadi lebih baik sesuai indikator.
5.2 SARAN
a. Bagi Penulis selanjutnya.
Diharapkan hasil studi kasus ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
serta dapat menerapkan standart asuhan keperawatan untuk pengembangan dalam
praktik keperawatan, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan selama
perkuliahan dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya infeksi ISPA pada
keluarga.
b. Bagi Profesi keperawatan
Diharapkan hasil studi kasus ini dapat menambah informasi tentang asuhan
keperawatan pada anak. Sebagai bahan kepustakaan dan perbandingan pada
penanganan kasus khususnya infeksi ISPA pada keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Hamid. 2011. Keefektifan Kompres Tepid Sponge yang Dilakukan Ibu dalam
Menurunkan Demam pada Anak : Randomized Control Trial di Puskesmas
Mumbulsari Kabupaten Jember. Surakarta : UNS.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Biasakan cuci tangan pakai
sabun pada 5 waktu kritis, (online),
(http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1694-biasakan-cuci-
tangan-pakai-sabun-pada-5-waktu-kritis.html, diakses 16 April 2015.
Lestari, R. (2012). Nyanyian sebagai metode pendidikan karakter pada anak. Jurnal
diterbitkan. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Iswara, P.P. (2013). Studi tentang kegiatan bernyanyi pada pembelajaran
“Calistung” untuk anak usia dini di TK Sekolah Alam Bandung, Jurnal
Jurusan Pendidikan Seni Musik Fakultas Pedidikan Bahasa dan Seni
Universitas Indonesia, 1(3): 1-9
Rachmayanti S. D. (2009). Penggunaan media panggung boneka dalam
pendidikan personal hygiene cuci tangan menggunakan sabun di air mengalir.
Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya.
Depdiknas. (2006). Pedoman Pembelajaran di Taman Kanak-kanak, Dikjen
Mandiknas, Jakarta.
Mutiah, D. (2010). Psikologi bermain anak usia dini. Edisi Pertama. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Ismaniar. (2010). Metode-metode pengembangan perilaku hidup sehat anak usia
dini. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 10(2): 36-41.
Rojak, Abdul. 2010. Jembatan Keledai.
http://edukasi.kompasiana.com/2010/07/31/jembatan-keledai-211181.html.
Online. Di akses pada tanggal 01 Mei 2015.
Mary Frances D. Pate. 1994. Thermal Regulation. Neonatal Netw 13:15/
Nadia, Inke. 2011. Penanganan Demam pada Anak. Departemen Ilmu Kesehatan
Anak. RS. H. Adam Malik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,
Medan. 12 (6) : 409 – 18.
NANDA International. Nanda International: Nursing Diagnoses 2015-2017. USA:
Willey Blackwell Publicaton, 2015.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014. Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
Price SA, Wilson LM. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
EGC, Jakarta.
Wilkinson, Judith. M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta. EGC