Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma suhu
atautermal.luka bakar dengan ketebalan parsial merupakan luka bakar yang tidak
merusak epitel kulit maupun hanya merusak sebagian dari epitel.biasanya dapat
pulih dengan penanganan konservatif. Luka bakar dengan ketebalan penuh
merusak semuasumber-sumber pertumbuhan kembali epitel kulit dan bisa
membutuhkan eksisi dan cangkok kulit jika luas
1. Penyebab Luka Bakar
Scald Burns
Luka karena uap panas, biasanya terjadi karena air panas, merupakan
kebanyakan penyebab luka bakar pada masyarakat. Air pada suhu 60°C
menyebabkan luka bakar parsial atau dalam dengan waktu hanya dalam 3
detik. Pada 69°C, luka bakar yang sama terjadi dalam 1 detik.
Flame Burns
Luka terbakar adalah mekanisme kedua tersering dari injuri termal. Meskipun
kejadian injuri disebabkan oleh kebakaran rumah telah menurun seiring
penggunaan detektor asap, kebakaran yang berhubungan dengan merokok,
penyalahgunaan penggunaan cairan yang mudah terbakar, tabrakan kendaraan
bermotor dan kain terbakar oleh kompor atau pemanas ruangan juga
bertanggung jawab terhadap luka terbakar.
Flash Burns
Flash burns adalah berikutnya yang paling sering. Ledakan gas alam,
propan, butane, minyak destilasi, alkohol dan cairan mudah terbakar lain
seperti aliran listrik menyebabkan panas untuk periode waktu. Flash burns
memiliki distribusi di semua kulit yang terekspos dengan area paling dalam
pada sisi yang terkena.
Contact Burns
Luka bakar kontak berasal dari kontak dengan logam panas, plastik, gelas
atau bara panas. Kejadian ini terbatas. Balita yang menyentuh atau jatuh
dengan tangan menyentuh setrika, oven dan bara kayu menyebabkan luka
bakar yang dalam pada telapak tangan.
Chemical Burn
Luka bakar yang diakibatkan oleh iritasi zat kimia, apakah bersifat asam kuat
atau basa kuat. Kejadian ini sering pada karyawan industri yang memakai
bahan kimia sebagai bagian dari proses pengolahan atau produksinya.
Penanganan yang salah dapat memperluas luka bakar yang terjadi. Irigasi
dengan NS (NaCl 0.9%) atau akuabides atau cairan netral lainnya adalah
pertolongan terbaik, tidak dengan cara menetralisirnya.
Electrical Burn
Sel yang teraliri listrik akan mengalami kematian yang bisa menjalar dari
sejak arus masuk sampai bagian tubuh tempat arus keluar. Luka masuk adalah
tempat aliran listrik memasuki tubuh, luka keluar adalah tempat keluarnya
arus dari tubuh menuju bumi/ground. Sulit secara fisik menentukan berat
ringannnya kerusakan yang terjadi mengingat perlu banyak pemeriksaan
klinis dan penunjang lainnya untuk mengevaluasi keadaan penderita.
Gangguan jantung, ginjal, kerusakan otot sangat mungkin terjadi. Besarnya
luka masuk atau luka keluar tidak berhubungan dengan kerusakan jaringan
sepanjang aliran luka masuk sampai keluar. Maka dari itu setiap luka bakar
listrik dikelompokan pada derajat III
Frost Bite
Adalah luka akibat suhu yang terlalu dingin. Pembuluh darah perifer
mengalami vasokonstriksi hebat, terutama di ujung-ujung jari, hidung dan
telinga. Fase selanjutnya akan terjadi nekrosis dan kerusakan yang permanen.
Untuk tindakan pertama adalah sesegera mungkin menghangatkan bagian
tubuh tersebut dengan pemanas dan gerakan-gerakan untuk memperlancar
sirkulasi.
2. Luka Bakar listrik
Lewatnya tenaga listrik bervoltase tinggi melalui jaringan menyebabkan
perubahannya menjadi tenaga panas. Luka bakar listrik menimbulkan luka
bakar yang tidak hanya mengenai kulit dan jaringan subkutis, tetapijuga
semua jaringan pada jalur arus listrik tersebut. Tahanan listrik jaringan
bervariasi, dengan tulang, tendo dan kulit yang paling tahan sedangkan darah
dan jaringan saraf memiliki tahanan yang rendah. Menyebabkan arus listrik
menjalar melalui cairan jaringan dan sepanjang berkas neurovaskular dan
dapat menyebabkan kerusakan vaskular atau saraf pada jarak tertentu dari
daerah luka bakar kulit.
2.a Perubahan Fisiologi
Perubahan mikrosirkulasi yang terjadi diantaranya vasodilatasi arteriol.
Timbul mediator endogen meningkatkan permeabilitas kapiler yang
menyebabkan edema dan hipoproteinemia. Hipoproteinemia menyebabkan
berpindahnya cairan dari intravaskuler ke interstisial. Permasalahan awal
yang serius dan harus cepat didiagnosis adalah adanya cedera inhalasi. Cedera
ini merupakan gangguan mukosa saluran nafas akibat paparan atau kontak
dengan sumber termis, umumnya disebabkan oleh api, terperangkap di ruang
tertutup,atau terpapar zat kimia. Ciri yang harus dilihat adalah adanya bulu
hidung yang terbakar atau adanya jelaga di hidung. Kulit yang terbakar
mengakibatkan barrier terhadap mikroorganisme berkurang, regulasi suhu
tubuh terganggu dan dapat terjadi eksudasi cairan.
2.b Fase Luka Bakar
Fase awal/akut/syok
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, akibat cedera termis sistemik
dan gangguan perfusi oksigen
Fase subakut
Masalah kehilangan jaringan yang menyebabkan reaksi inflamasi,
meningkatnya kerentanan terhadap infeksi, hipermetabolisme dan masalah
penutupan luka.
Fase lanjut
Masalah jaringan parut hipertrofik dan kontraktur sebagai penyulit .
2.c Zona kerusakan jaringan
Zona Koagulasi/Nekrosis
Adalah daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein)
karena luka bakar, disebut juga zona nekrosis.
Zona Statis
Adalah daerah yang langsung berada di luar zona koagulasi. Di daerah ini
terjadi kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit dan leukosit sehingga
terjadi gangguan perfusi (no flow phenomena) diikuti perubahan
permeabilitas kapiler dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung 12-
24 jam pasca cedera.
Zona Hiperemi
Daerah diluar zona stasis yang ikut mengalami reaksi vasodilatasi tanpa
banyak melibatkan reaksi seluler. Dapat mengalami penyembuhan spontan
atau berubah menjadi zona statis bila terapi tidak adekuat.
3.d Patofisiologi