STEP 5
1. Cara menyusun latar belakang?
2. Metode-metode penelitian dan hipotesis penelitian?
3. Format penulisan karya ilmiah di Universitas Lampung?
STEP 6
Belajar Mandiri
STEP 7
1. Menyusun latar belakang:
Misi latar belakang adalah untuk memberikan alasan mengapa penelitian dilakukan. Di
dalam latar belakang, peneliti harus dapat merumuskan berbagai argumentasi sehingga
“berani” menyimpulkan bahwa masalah yang didiskusikan adalah masalah yang
menarik, penting, dan dapat diteliti. Secara ekstrem, peneliti harus bisa meyakinkan
bahwa “Tak ada yang penting dalam hidup ini, kecuali masalah yang diteliti.
Latar belakang terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut:
a. Besar Masalah dan Dampak (Komponen M=masalah dan D=dampak)
b. Area spesifik (Komponen A)
c. Apa saja yang sudah dilakukan/diketahui (komponen E=elaborasi)
d. Apa yang belum diketahui/belum dilakukan (komponen
K=kesenjangan/kontroversi)
Besar masalah dan Dampak (Komponen M dan D)
Setiap latar belakang proposal penelitian akan dimulai dengan argumentasi peneliti
untuk menyampaikan bahwa masalah yang ditelitinya benar-benar merupakan masalah
yang besar dan memberikan dampak yang besar. Oleh karena besarnya masalah bersifat
relatif, besarnya masalah yang diteliti sangat tergantung pada kemampuan peneliti
untuk membuktikan bahwa masalah serta dampak yang diteliti adalah besar.
Berikut ini beberapa metode untuk menunjukkan bahwa masalah besar:
1. Bandingkan masalah tersebut dengan tempat lain
Masalah akan terlihat besar jika mempunyai angka yang lebih tinggi dibandingkan
dengan tempat lain.
Contoh:
Di Kecamatan A, prevalensi diare sebesar 10%. Padahal, di kecamatan lainnya,
prevalensi diare adalah sekitar 1-5%. Hal ini berarti prevalensi diare di kecamatan A
lebih tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya.
2. Bandingkan masalah tersebut dengan waktu sebelumnya.
Masalah akan terlihat besar jika masalah tersebut mempunyai angka yang lebih
tinggi dibandingkan dengan waktu sebelumnya.
Contoh:
Prevalensi diare di kecamatan A sebesar 10% ternyata lebih tinggi daripada tahun
sebelumnya sebesar 5%.
3. Bandingkan masalah tersebut dengan target yang diharapkan.
Masalah akan terlihat besar jika masalah tersebut mempunyai angka yang lebih
tinggi dibandingkan dengan target yang diharapkan.
Contoh:
Di Kecamatan A, pemerintah menargetkan prevalensi diare turun dari 5% menjadi
3% pada tahun berikutnya. Ternyata, prevalensi diare tahun berikutnya lebih tinggi
daripada yang diharapkan, yaitu sebesar 10%.
4. Masalah tersebut memberikan dampak yang besar.
Dampak dari masalah beraneka ragam, misalnya berdampak pada peningkatan
angka kesakitan, angka kematian, dampak ekonomi, dampak psikologis, prognosis
penyakit yang lebih buruk, dan lain-lain.
Contoh:
Diare menyebabkan pertumbuhan bayi terhambat, perkembangan terhambat, dan
kematian.
Area Spesifik (Komponen A)
Area spesifik yang dilahirkan dari komponen M dan D bisa beragam. Area spesifik
dalam bidang kedokteran dan kesehatan paling tidak bisa dibagi ke dalam area
penentuan besar masalah, diagnosis, faktor resiko, faktor penyebab/etiologis,
pengobatan, prognosis, dan patofisiologi. Sebagai contoh, untuk masalah diarepeneliti
bisa mengambil area spesifik yang beragam, seperti:
1. Penentuan besar masalah, yaitu dengan meneliti prevalensi diare
2. Diagnostik, yaitu dengan mencari bagaimana mendiagnosis diare agar lebih akurat.
3. Faktor resiko, yaitu dengan mencari faktor resiko terjadinya diare
4. Pengobatan, yaitu dengan melakukan uji klinis
5. Prognosis, yaitu dengan meneliti bagaimana keluaran dari pasien-pasien yang
mengalai diare, dan
6. Patofisiologi, yaitu dengan melakukan pemeriksaan zat tertentu dalam tubuh pasien
Area spesifik dapat dinyatakan secara eksplisit maupun implisit. Secara eksplisit,
peneliti dapat menuliskan ketertarikannya untuk meneliti are tertentu. Cara yang lebih
banyak dilakukan adalah dengan cara imlisit. Setelah menyampaikan masalah dan
dampak (yang pada umumnyaterdiri dari satu atau dua paragraf), peneliti langsung
melakukan elaborasi dari area yang akan diteliti. Elaborasi yang dilakukan peneliti
menunjukkan area apa yang dimintainya.
Elaborasi Apa yang Sudah Dilakukan (Komponen E)
Pada bagian ini, kita harus menuliskan berbagai penelitian yang sudah dilakukan
dalam bidang apa yang akan diteliti. Tujuan dari bagian ini adalah memberikan
gambaran apa saja yang sudah diteltii agar kita dapat mengidentifikasi apa yang masih
belum diketahui. Apabila kita memilih area spesifik diagnosis, elaborasilah penelitian
yang telah dilakukan yang berakitan dengan diagnosis. Kita tidak perlu mengelaborasi
area lainnya. Apabila kita memilih area spesifik terapeutik, elaborasilah penelitian yang
telah dilakukan yang berkaitan dengan terapeutik. Kita tidak perlu mengelaborasi area
lainnya. Begitulah konsekuensi apabila kita memilih area tertentu.
Apabila dalam satu penelitian terdapat dua area dan keduanya penting, kita perlu
melakukan elaborasi dari kedua area tersebut. Misalnya, dalam satu penelitian, peneliti
tertarik untuk meneliti area diagnostik dan terapeutik. Tentunya, peneliti harus
mengelaborasi penelitian yang telah dilakukan tentang diagnostik dan terapeutik.
Kita harus pandai dalam menyusun komponen elaborasi supaya alurnya
sistematis. Untuk membantu elaborasi yang sistematis, perlu dibuat matriks elaborasi.
Dari matriks inilah kita dapat melihat secara jernih apa saja yang sudah diketahui dari
area yang akan diteliti. Selanjutnya, melalui pemahaman ini kita dapat menyusun narasi
yang argumentatif sehingga kesenjangan yang kita temukan menjadi logis.
Kesenjangan Apa yang Ditemukan (Komponen K)
Bagian kesenjangan (K) adalah konsekuensi dari bagian elaborasi (E). Kita bisa
mengidentifikasi apa yang belum diketahui jika kita tahu apa yang sudah diketahui.
Dari komponen K inilah kita menyimpulkan masalah penelitian apa yang akan
dilakukan. Sesuatu yang baru dalam penelitian mencakup salah satu dari aspek
populasi, desain penelitian, keluaran, dosis, alat ukur, dan lain-lain. Berikut beberapa
contoh kesenjangan yang dapat ditemukan setelah melakukan elaborasi.
1. Penelitian sebelumnya menggunakan desain uji klinis tanpa blinding. Kita lalu
merencanakan penelitian uji klinis dengan blinding.
2. Penelitian sebelumnya menggunakan alat ukur yang kurang valid dan kurang
reliabel. Kita lalu merencanakan penelitian dengan menggunakan alat ukur yang
lebih valid dan lebih reliabel.
3. Penelitian sebelumnya melakukan follow up selama tiga bulan. Kita lalu
merencanakan penelitian dengan follow up lebih lama, misalnya enam bulan.
4. Penelitian sebelumnya menggunakan subjek dengan derajat penyakit berat dan
ringan. Kita lalu merencanakan penelitian dengan subjek penelitian berat saja.
5. Penelitian sebelumnya menggunakan dosis tinggi. Kita lalu merencanakan
penelitian dengan dosis yang lebih rendah.
6. Penelitian sebelumnya menggunakan keluaran keadaan klinis saja. Kita lalu
merencanakan penelitian dengan klinis, laboratoris, dan mikrobiologis.
Setelah melakukan elaborasi, banyak kesenjangan yang mungkin kita peroleh. Pada
contoh pertama, kesenjangan ada pada aspek cara pengukuran. Pada contoh kedua,
aspek alat ukur. Contoh ketiga, aspek waktu pengukuran. Contoh keempat, aspek
populasi. Contoh kelima, aspek dosis. Contoh keenam, aspek keluaran. Jadi, kita tidak
perlu khawatir dengan kesenjangan karena besar kemungkinan, kesenjangan tersebut
akan selalu ada.
Point-point Latar Belakang Penulisan Masalah:
Pertama, ada baiknya kita mengetahui dan memahami latar belakang yang dimaksud
dari sebuah makalah. Latar belakang biasanya adalah suatu permasalahan yang muncul
di masyarakat dimana permasalahan tersebut banyak terjadi dan menjadi semacam
fenomena yang menarik untuk diangkat. Jadi sebuah kasus yang akan diangkat menjadi
latar belakang masalah sebaiknya merupakan kasus atau masalah yang menarik dan
sedang terjadi atau sedang hangat dibicarakan. Walaupun sebenarnya tidak ada aturan
khusus yang melarang Anda untuk mengangkat sebuah topik atau masalah yang tidak
terkenal atau sudah lama terjadi, tetapi memilih sebuah kasus yang menarik dan terbaru
untuk diangkat merupakan poin positif tersendiri untuk makalah Anda nantinya.
Yang kedua, manfaat dari pembahasan tersebut apakah akan berpengaruh kepada
masyarakat kedepannya atau tidak. Sebuah penulisan atau makalah yang baik haruslah
memiliki tujuan dan manfaat yang baik pula Karena dengan menghasilkan tulisan serta
manfaat yang baik diharapkan dapat merubah perspektif si pembaca agar ikut
melakukan perubahan atau ikut bertindak dalam permasalahan tersebut.
Yang ketiga, adalah seberapa pentingnya masalah tersebut untuk diteliti apakah, apakah
nantinya penelitian yang Anda jalani akan melakukan sebuah hasil atau perubahan hal
ini terkait dengan manfaat dan tujuan yang sebelumnya dibahas. Jadi setidaknya
penelitian yang Anda kerjakan tidak sia-sia dan hanya untuk memenuhi tugas semata
tanpa ada hasil yang realistis.
Yang keempat, adalah apakah topik atau masalah tersebut sudah pernah dibahas atau
diteliti sebelumnya, hal ini perlu Anda ketahui karena Anda pasti tidak menginginkan
pekerjaan yang sia-sia ketika tahu bahwa hasil penulisan makalah Anda sudah ada dan
pernah dibahas atau diteliti sebelumnya. Sebenarnya hal tersebut bukan berarti
pekerjaan Anda menjadi tidak berguna dan benar-benar bisa dikatakan sia-sia, karena
walaupun sudah pernah dikerjakan sebelumnya hasil dan pembahasan tersebut pasti
memiliki perbedaan, meskipun akan lebih baik jika Anda mengetahuinya sejak awal
jadi setidaknya Anda bisa melengkapi dan menyempurnakan makalah tersebut dan
menghasilkan penelitian yang lebih sempurna dari sebelumnya.
Yang kelima, tentunya pilihlah topik yang sesuai dengan keinginan Anda, karena
tentunya Anda akan lebih giat mengerjakan makalah tersebut apabila menggunakan
topik yang menarik minat Anda sendiri. Karena sesuatu yang dikerjakan sesuai dengan
keinginan dari diri sendiri tentunya akan lebih nikmat untuk dijalani, dibandingkan
menjalani segala sesuatunya dengan penuh paksaan.
Yang keenam, setelah mendapatkan latar belakang masalah yang tepat, Anda harus
mengetahui dan membatasi hal-hal yang akan diteliti sehingga penelitian menjadi focus
dan tidak terlalu luas, selain itu Anda harus tahu dan menentukan narasumber ataupun
tempat dimana Anda akan memperoleh informasi yang tepat. Selanjutnya Anda tinggal
mengolah data yang Anda teliti, menganalisisnya menjadi sebuah penulisan makalah
atau skripsi yang baik dan menarik kesimpulan yang bisa dimanfaatkan nantinya baik
oleh diri sendiri maupun orang lain.
2. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang merupakan jawaban sementara peneliti
terhadap pertanyaan penelitian (analitik). Hipotesis inilah yang akan dibuktikan oleh
peneliti melalui penelitian. Tentu saja ada dua kemungkinan hasil apakah hipotesis
penelitian terbukti atau tidak terbukti.
Seringkali, hipotesis penelitian dirancukan dengan hipotesis statistika. Perlu diketahui
bahwa hipotesis penelitian berbeda dengan hipotesis statistik. Hipotesis penelitian
adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian sementara hipotesis statistik
adalah jawaban sementara terhadap uji statistik. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh
berikut:
Dua orang peneliti, secara terpisah, akan melakukan penelitian untuk mengetahui
hubungan antara kebiasaan minum alkohol dengan kanker payudara. Peneliti pertama
mempunyai hipotesis bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan minum alkohol
dengan kanker payudara, sementara peneliti kedua mempuyai hipotesis bahwa tidak ada
hubungan antara minum alkohol dengan kanker payudara.
Setelah data terkumpul, kedua orang peneliti tersebut melakukan analisis statistik
dengan menggunakan uji chi square. Salah satu prosedur statistik adalah peneliti harus
mengetahui hipotesis nol dan hipotesis alternatif dari uji yang dilakukan. Hipotesis nol
dari uji statistik yang dilakukan adalah tidak ada hubungan antara minum alkohol
dengan kanker payudara. Dengan demikian, dalam hal uji statistik, kedua peneliti tentu
saja mempunyai hipotesis nol dan hipotesis alternatif yang sama.
Dari contoh diatas, terlihat bahwa hipotesis statistik “di belahan dunia mana pun akan
selalu sama”. Sementara hipotesis penelitian bisa berbeda-beda antarpeneliti bergantung
pada dugaan si peneliti itu sendiri. Hipotesis yang diabahas pada bagian ini adalah
hipotesis penelitian, bukan hipotesis uji statistik.
Bagaimana membuat hipotesis yang benar?
Suatu hipotesis harus memenuhi syarat berikut:
1. Merupakan kalimat deklaratif
2. Konsisten dengan pertanyaan penelitian
3. Hipotesis hanya dibuat untuk penelitian analitik
4. Hipotesis hanya dibuat untuk pertanyaan utama
5. Menyebutkan variabel secara spesifik
6. Hanya mengandung satu variabel bebas dan satu variabel tergantung
7. Hipotesis boleh mengandung beberapa variabel bebas, tapi hanya emngandung satu
variabel tergantung
8. Hipotesis dapat dibuat dalam bentuk hipotesdis negatif maupun hipotesis positif
9. Hipotesis positif dapat dibuat dalam hipotesis satu arah atau dua arah
Jenis Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian dapat berupa hipotesis negatif dan hipotesis positif. Hipotesis
positif dibagi menjadi hipotesis positif dua arah dan hipotesis positif satu arah.
Hipotesis negatif adalah jawaban sementara yang menyatakan tidak ada hubungan
antarvariabel atau tidak ada perbedaan antarvariabel. Sementara hipotesis positif adalah
hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antarvariabel atau adanya perbedaan
antarvariabel. Pada hipotesis negatif terdapat kata kunci “tidak ada hubungan....” atau
“tidak ada perbedaan....”
Hipotesis positif yang hanya menyatakan adanya hubungan antarvariabel tanpa
menyebutkan secara jelas bagaimana sifat dari hubungannya, dinamakan sebagai
hipotesis dua arah. Pada hipotesis positif dua arah terdapat kata kunci “Ada
hubungan....” atau “Ada perbedaan....” Hipotesis positif yang menyatakan adanya
hubungan antarvariabel serta menyebutkan secara jelas sifat dari hubungannya,
dinamakan sebagai hipotesis satu arah.
PENYUSUNAN HIPOTESIS
Bagaimana memecahkan suatu masalah, yang perlu diperhatikan adalah mencari sebab
dari masalah tersebut. Untuk mencari sebab-sebab dari masalah tersebut, maka
dilakukan penelitian. Agar penelitian dapat terarah, dirumuskan pendugaan terlebih
dahulu terhadap penyebab terjadinya masalah tersebut. Pendugaan terhadap penyebab
masalah tersebut disebut hipotesis. Hipotesis terdiri dari dua kata, yakni hipo (yang
berarti keraguan), dan tesis (yang berarti kebenaran). Jadi hipotesis berarti kebenaran
yang masih diragukan. Dalam pandangan Kerlinger, hipotesis adalah kesimpulan
sementara atau proposisi tentatif tentang hubungan antara dua variabel atau lebih;
sedangkan menurut Bailey, hipotesis merupakan suatu proposisi yang dinyatakan dalam
bentuk yang dapat diuji dan meramalakan suatu hubungan tertentu antara dua variabel
(Malo dan Trisnoningtias, 1990:39). Hipotesis tersebut akan ditolak jika salah, dan
diterima jika fakta-fakta dalam penelitian membenarkan. Oleh karenanya penolakan dan
penerimaan hipotesis sangat tergantung kepada hasil-hasil penelitian empiris.
Hipotesis dapat juga dipandang sebagai suatu konklusi yang sifatnya sementara.
Sebagai konklusi sudah tentu hipotesis dibuat dengan sembarangan, tetapi atas dasar
pengetahuan tertentu yang sebagian dapat diambil dari hasil-hasil penelitian terdahulu,
dan teori-teori yang relevan. Hipotesis mempunyai fungsi pengarah, yang memberikan
batasan-batasan mengenai macam-macam data yang harus dikumpulkan, cara-cara
pengumpulan data, dan model-model analisisnya (Mantra, 2001:10).
Suatu hipotesis penelitian ilmiah harus memenuhi syarat-syarat tertentu, diantaranya
adalah: Pertama, hipotesis adalah hasil kontruksi dari gagasan-gagasan yang dapat
diterangkan berdasarkan teori-teori atau hasil-hasil pengamatan tertentu; Kedua,
hipotesis harus dirumuskan dalam bentuk pernyataan (statement) dan sama sekali tidak
boleh dalam bentuk pertanyaan; Ketiga, hipotesis selalu dikaitkan dengan keadaan
populasi, bukan hanya keadaan sampel yang diteliti, sampel penelitian hanya berfungsi
sebagai ajang atau wahana pengujian hipotesis, hasil penelitian pada sampel akan
digeneralisasikan pada populasi sumber sampel yang diambil; Keempat, dalam
hipotesis harus dilibatkan sedikitnya dua variabel (ubahan), pernyataan mengenai hanya
satu variabel tidak merupakan hipotesis yang perlu diuji; Kelima, suatu hipotesis
penelitian harus dapat dites, agar suatu hipotesis dapat diuji.
Paling kurang ada ada tiga macam perumusan hipotesis, yakni yang bersifat deskriptif
(menggambarkan karakteristik suatu satuan awal yang menjadi fokus perhatian
penelitian), korelasional (menggambarkan hubungan antara dua atau lebih variabel
tetapi tidak menunjukkan variabel mana yang menjadi sebab dan variabel mana yang
menjadi akibat dalam hubungan tersebut), dan kausalitas (telah menunjukkan variabel
mana yang menjadi sebab dan variabel mana yang menjadi akibat) [Lihat: Malo dan
Trisnoningtias, 1990:40-41]
Kriteria Hipotesis yang baik:
Dikembangkan dengan teori yang sudah ada, penjelasan logis atau hasil hasil penelitian
sebelumnya.
Hipotesis menunjukkan maksudnya dengan jelas.
hjipotesis dapat diuji
Hipotesis ini lebih baik dibanding hipotesis kompetisinya.
MACAM-MACAM HIPOTESIS
1. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif, merupakan dugaan terhadap nilai satu variabel dalam satu sampel
walaupun di dalamnya bisa terdapat beberapa kategori.
Contoh Hipotesis Deskriptif:
Permasalahan Penelitian: Apakah penerimaan terhadap proses “perdamaian di Poso”
mempunyai perbedaan pada mereka yang berasal dari suatu lingkungan tertentu?
Assumsi:
Tingkat pendidikan yang ditempuh seseorang memungkinkan keterbukaan untuk
menerima proses perdamaian.
Nilai yang dianut seseorang merupakan dasar pengaruh bagi penerimaan proses
perdamaian.
Tingkat informasi yang dimiliki seseorang dapat memberikan pandangan mengenai
suatu proses perdamaian.
Hipotesis Umum:
Orang yang berasal dari lingkungan sosial yang terbuka lebih mudah menerima proses
perdamaian.
Hipotesis khusus:
Orang dengan pendidikan yang tinggi relatif lebih mudah menerima proses perdamaian.
Orang yang berorientasi pada nilai-nilai yang moderen lebih menerima proses
perdamaian.
Orang yang memiliki banyak informasi lebih mudah menerima proses perdamaian.
2. Hipotesis Korelasional/hubungan
Hipotesis korelasional adalah hipotesis yang berisi pernyataan tentang hubungan antara
dua atau lebih variabel. Jika pola hubungan antara dua atau lebih variabel bersifat
kausal (sebab-akibat) , maka hipotesisnya disebut hipotesis kausalitas
Contoh Hipotesis Korelasional:
Permasalahan Penelitian: Hal-hal yang berhubungan dengan tingkat Hasil Produksi
suatu Perusahaan.
Asumsi:
Jumlah tenaga ahli dalam suatu perusahaan berhubungan dengan tingkat hasil produksi
Tenaga ahli akan sulit bekerja di bawah peraturan kerja yang ketat
Peraturan kerja dalam perusahaan berhubungan dengan tingkat hasil produksi.
Hipotesis:
Semakin besar jumlah tenaga ahli dalam suatu perusahaan, semakin rendah tingkat
keketatan peraturan kerja perusahaan, berhubungan dengan h menerima proses
perdamaian hasil produksi yang semakin meningkat.
Hipotesis Korelasional terdiri dari hipotesis kausal dan korelasi
Hipotesis Kausalitas
Contoh Hipotesis Kausalitas:
Permasalahan Penelitian: Mengapa timbul kecenderungan melakukan tindakan kriminal
dalam suatu lingkungan masyarakat.
Asumsi:
Suatu lingkungan masyarakt mempunyai suatu daya absorbsi, yaitu daya serap atau
peredam terhadap suatu gejala sosial yang dapt menimbulkan goncangan
Seseorang dapat merasa frustasi apabila merasa tersisihkan dari lingkungan
masyarakatnya.
Seseorang yang merasa frustasi lebih mudah dirangsang untuk cenderung melakukan
tindakan kriminal.
Hipotesis:
Untuk mereka yang berada di lingkungan masyarakat yang sangat rendah daya
absorbsinya jika mereka merasa semakin tersisihkan dari lingkungan masyarakat, maka
mereka semakin mudah terangsang untuk cenderung melakukan tindakan kriminal.
Hipotesis korelasi
hipotesis korelasi (correlational hypothesis), merupakan hipotesis yang mengatakan dua
variabel terjadi bersamaantanpa diketahui mana yang mempengaruhi yang lainnya.
Contoh:
- HA : Terdapat hubungan positif antara besarnya kompensasi dan laba perusahaan.
3. Hipotesis asosiasi
Pengukurana asosiasi merupakan istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik
dalam statistik bivariat yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua
variabel
Hipotesa Kerja (Hk) dan Hipotesa Nol (Ho)
Hipotesa-hipotesa yang dirumuskan oleh peneliti, baik yang bersifat deskriftif,
relasional maupun hipotesa kausalitas disebut hipotesa kerja (Hk). Supaya hipotesa
kerja tersebut dapat diuji secara statistik, maka diperlukan suatu hipotesa pembanding.
Dalam penelitian sosial hipotesa pembanding tersebut dibuat secara arbritrer yang
berbentuk hipotesa nol (Ho). Hipotesa nol (Ho) adalah formulasi/rumusan terbalik dari
hipotesa kerja (Effendi, 1989:43-45).
Contoh Hipotesa Kerja (Hk):
Tindakan agresif lebih tinggi pada kelompok masyarakat yang memiliki tingkat
kepadatan yang tinggi daripada yang memiliki tingkat kepadatan rendah.
Bila persepsi tentang sikap kelompok panutan dikontrol, suami-isteri yang memiliki
pekerjaan berpenghasilan tetap, mempunyai persepsi yang rendah tentang nilai
ekonomis anak, dan karena itu cenderung untuk lebih menerima norma keluarga kecil.
Keduanya menyebabkan persepsi mereka yang tinggi tentang manfaat penggunaan
kontrasepsi moderen, sehingga niat serta penggunaan kontrasepsi moderen mereka
relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan suami-isteri yang memiliki pekerjaan
berpenghasilan tidak tetap.
Contoh Hipotesa Nol (Ho):
Tidak terdapat perbedaan tindakan agresif antara masyarakat yang memiliki tingkat
kepadatan yang tinggi dan masyarakat yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang
rendah.
Bila persepsi tentang sikap kelompok panutan dikontrol, tidak ada perbedaan yang
signifikan antara pasangan yang memiliki pekerjaan berpenghasilan tetap dan
berpenghasilan tidak tetap dalam persepsi tentang nilai anak, norma keluarga kecil,
persepsi tentang manfaat kontrasepsi moderen, dan dalam niat menggunakan serta
perilaku kontrasepsi moderen.
Metode Penelitian:
Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam
pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji
hipotesis penelitian.
a. Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian deskriptif
dan komparatif. Menurut Erlina (2008:20), penelitian deskriptif adalah penelitian
terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh oleh peneliti dari subjek
berupa individu, organisasional, industri atau perspektif yang lain. Penelitian
deskriptif dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang: apa, siapa, kapan, di
mana, dan bagaimana yang berkaitan dengan karakteristik populasi atau fenomena
tersebut. Penelitian juga dilakukan dengan menggunakan metode komparatif yang
dilakukan dengan membandingkan teori yang ada dengan praktik yang ditemui di
dalam perusahaan dan menarik kesimpulan.
Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti, maka penulis melakukan pendekatan studi kasus. Dengan
menggunakan pendekatan ini, data yang dikumpulkan dapat disesuaikan dengan
keadaan yang sebenarnya dan dibandingkan dengan teori yang menunjang. Dengan
demikian, dapat memberikan gambaran yang cukup jelas serta dapat menarik
kesimpulan dari objek yang diteliti.
b. Jenis Data
Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dan kualitatif. Sumber data
penelitian ini adalah:
- Data primer merupakan data mentah yang diperoleh secara langsung melalui
wawancara dengan pihak yang berhubungan dengan penelitian yang sedang
dilakukan, kemudian akan diolah untuk tujuan tertentu sesuai dengan kebutuhan.
- Data sekunder, merupakan data yang telah dikumpulkan lembaga pengumpul data
dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Erlina, 2008:24). Data
sekunder dalam penelitian ini adalah berupa Laporan Laba Rugi tahun 2008-2009.
c. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah:
1. Teknik observasi yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung ke
perusahaan tersebut.
2. Teknik wawancara yaitu dengan cara melakukan tanya jawab secara
langsung kepada pihak-pihak yang berkompeten.
3. Teknik kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan data dari buku atau bahan
tulisan yang ada relevansinya dengan skripsi ini.
d. Variabel Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini, yaitu “Akuntansi Pertanggungjawaban
sebagai Alat Bantu Manajemen dalam Pengendalian Biaya”, maka terdapat
dua jenis variabel yang menjadi atribut dalam penelitian yang dilakukan,
yaitu :
1. Variabel bebas yaitu variabel yang dapat mempengaruhi perubahan
dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif ataupun
negatif bagi variabel dependen. Dalam hal ini, variabel independen adalah
akuntansi pertanggungjawaban (variabel x).
2. Variabel terikat yaitu variabel yang dapat dipengaruhi oleh Variabel
Independen. Dalam hal ini, Variabel Dependen adalah pengendalian biaya
(variabel y).
e. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan menggunakan metode
deskriptif, yaitu metode di mana data dikumpulkan, disusun,
diinterpretasikan, dan dianalisa sehingga memberikan keterangan yang
lengkap bagi permasalahan yang dihadapi.
Penelitian juga dilakukan dengan menggunakan metode komparatif. Hal ini
dilakukan untuk membandingkan teori yang ada dengan praktik yang
ditemui di dalam perusahaan dan menarik kesimpulan. Langkah akhir yang
digunakan dalam menganalisis data adalah memberi saran dari hasil
perbandingan yang telah dilakukan.
f. Jadwal dan Lokasi Penelitian
Metode penelitian bisa kita artikan sebagai sebuah cara ilmiah yang dapat
digunakan untuk memperoleh data yang dapat digunakan untuk keperluan
penelitian. Cara ilmiah di sini artinya cara-cara yang didasarkan pada ciri-ciri
keilmuan yang harus rasional, empiris, dan sistematis.
Penelitian lazim dilakukan oleh kalangan akademisi, mahasiswa yang hendak
mengerjakan tugas akhirnya, maupun para praktisi dunia bisnis, sosial, dan ilmu
pasti. Dengan kata lain, penelitian adalah hal lumrah yang dilakukan oleh
banyak pihak. Yang membedakan penelitian sebuah pihak dan pihak lainnya
adalah metode penelitian yang dipilih. Sebuah metode dipilih berdasarkan jenis,
tujuan, dan latar belakang penelitian.
Secara garis besar, ada 2 jenis metode penelitian, yaitu metode kualitatif dan
kuantitatif.
Metode Penelitian Kualitatif
Metode kualitatif adalah sebuah metode yang fokus terhadap asumsi
berdasarkan fakta. Sebuah penelitian kualitatif meyakini bahwa kebenaran itu
dinamis, dan dapat dicari tahu dengan menelaah orang-orang terkait interaksinya
dengan situasi. Metode ini mendasarkan kesimpulan penelitian pada asumsi-
asumsi interpretasi yang tepat mengacu pada fakta dan teori pendukung.
Ada lima karakteristik metode kualitatif, yakni:
1. Sumber data didapatkan dari lingkungan alamiah
Metode kualitatif mengharuskan penelitinya menggunakan lingkungan
alamiah sebagai sumber data penelitian. Oleh karena itu, biasanya metode ini
digunakan untuk mengkaji situasi sosial. Si peneliti akan datang langsung ke
lokasi terjadinya situasi sosial, memahami, lantas mempelajarinya.
Terkadang peneliti harus melebur langsung ke dalam situasi atau sekadar
menuliskan catatan-catatan penting dari data yang ia dapatkan di lapangan.
Catatan dan hasil penelitian kualitatif harus segera disusun agar masih hangat
saat dipublikasikan. Ingat bahwa kebenaran bersifat dinamis, sehingga
kebenaran hari ini belum tentu sama dengan kebenaran esok hari.
2. Bersifat deskriptif analitik
Maksudnya adalah data yang diperoleh dari lapangan (berupa catatan
lapangan, hasil wawancara, foto-foto, dan analisis dokumen) tidak
dituangkan dan dianalisis dalam bentuk angka. Deskriptif berarti bersifat
memaparkan, menggambarkan. Maka data (dan hasil analisis) dituangkan
dalam bentuk deskriptif narasi, pemaparan yang mendetail.
Metode deskriptif ini pada prinsipnya harus dapat menjawab mengapa dan
bagaimana sesuatu (fenomena) dapat terjadi. Dalam hal ini peneliti harus
memiliki kematangan landasan teori sehingga justifikasinya atas data
penelitian menarik dan berbobot.
3. Menekankan pada proses, bukan pada hasil
Karena datanya berupa didapatkan dari lingkungan ilmiah, penekanan metode
penelitian kualitatif berada pada proses pencarian hingga analisis data; apa
yang peneliti lakukan, mengapa peneliti melakukan hal tersebut, dan
bagaimana peneliti melakukannya. Sebuah data yang deskriptif tidak dapat
diukur secara kuantitatif dan dijustifikasi berdasarkan frekuensinya saja.
4. Bersifat induktif
Maksudnya adalah penelitian dengan metode ini tidak dimulai dari belakang
meja, tidak dimulai dari deduksi teori; melainkan dimulai dari ditemukannya
fakta fenomena di lapangan. Setelah menemukan objek penelitianya, peneliti
akan terjun ke lapangan, mempelajari data lalu menganalisis serta
menafsirkannya berdasarkan teori yang ada.
5. Mementingkan makna
Makna suatu peristiwa yang dijadikan objek penelitian adalah hal utama
dalam metode penelitian ini. Ketepatan penafsiran makna mendorong
terbentuknya hasil penelitian kualitatif yang maksimal dan justifikasinya
baik.
Metode Penelitian Kuantitatif
Berbeda dengan metode kualitatif, metode ini adalah bagaimana mengolah data
dan hubungan antar-data secara sistematis dengan mengolahnya dalam bentuk
angka-angka. Oleh karena itu, metode ini identik dengan angka, matematika,
dan ilmu statistika.
Metode kuantitatif lazimnya digunakan dalam penelitian-penelitian di bidang
ilmu alam dan ilmu pendidikan (misalnya untuk mengetahui efektivitas aplikasi
sebuah metode pendidikan dalam kelas). Namun tidak sedikit penelitian di
bidang ilmu sosial yang menerapkan metode ini.
Metode ini memegang kuat prinsip pembuktian hipotesis. Di awal penelitian,
peneliti biasanya memiliki suatu hipotesis atau teori yang ia yakini
kebenarannya. Penelitian dilakukan untuk membuktikan hipotesis tersebut benar
atau salah. Kesimpulan yang ditarik di akhir penelitian adalah penegasan bahwa
hipotesis awal benar atau salah.
Contoh mudah dari aplikasi metode ini adalah survey. Dalam survey, peneliti
akan menentukan jumlah sampel yang sepadan dengan jumlah keseluruhan
populasi, lalu hasil survey (data penelitian) diolah dengan rumus-rumus
statistika sehingga dapat disimpulkan hasil penelitiannya.
Inilah beberapa ciri metode penelitian kuantitatif:
1. Adanya hubungan kausalitas
Pada penelitian kuantitatif, peneliti kerap kali menetapkan hubungan sebab
akibat (kausal) antara variabel dalam hipotesisnya. Setelah data dianalisis,
peneliti kemudian dapat menyimpulkan sesignifikan apa hubungan kausalitas
antara variabel-variabel tersebut.
2. Bersifat deduktif
Penelitian kuantitatif cenderung bertujuan untuk menguji atau membuktikan
sebuah teori. Setelah teori dipilih, barulah si peneliti mencari beberapa sampel
yang bisa diambil dan melakukan eksperimen atau tes (bisa juga berupa survey)
kepada sampel tersebut.
Hasil eksperimen tersebut adalah data dalam metode penelitian ini. Peneliti
lantas mengolah data dengan teori-teori dan rumus-rumus statistika terkait.
Setelah itu, barulah peneliti dapat menyimpulkan apakah teori yang ia uji benar
adanya atau tidak (berdasarkan hasil penelitian).
3. Menggeneralisasikan hasil
Biasanya, hasil penelitian kuantitatif di suatu lingkungan dapat digeneralisasikan
ke lingkungan lain; atau ke lingkungan yang lebih luas dengan menambah
sampel.
Memilih Metode Penelitian Berdasarkan Jenis Penelitian
Dari kedua metode yang telah dipaparkan di atas, diketahui bahwa keduanya
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu penting
kiranya bagi peneliti untuk memilih metode yang tepat sesuai kebutuhan.
Untuk itu, peneliti sepatutnya memahami terlebih dahulu jenis-jenis penelitian.
Penelitian memiliki banyak sekali jenisnya. Jika dikelompokkan, jenis penelitian
bisa dibedakan berdasarkan tujuannya, pendekatannya, tingkat eksplanasi, dan
jenis penelitian berdasarkan analisis dan jenis datanya.
1. Penelitian Menurut Tujuan
Jenis penelitian menurut tujuannya terdiri atas dua jenis, yakni penelitian
murni dan penelitian terapan.
Penelitian Murni: yakni penelitian yang hanya diarahkan untuk memahami
suatu masalah. Penelitian ini hanya dilakukan untuk mengembangkan teori
saja, tanpa memerhatikan tujuan praktisnya.
Penelitian Terapan: yakni penelitian yang diarahkan atau bertujuan untuk
menemukan sebanyak mungkin informasi yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah.
2. Penelitian Menurut Metode
Jenis penelitian menurut metodenya dibagi menjadi 8 jenis, yakni penelitian
survey, ex post facto, eksperimen, naturalistic, policy research, action
research, penelitian evaluasi, dan penelitian sejarah.
Penelitian Survey: yakni penelitian yang dilakukan pada sebuah populasi,
baik populasi besar maupun kecil, dengan sumber data yang berasal dari
populasi tersebut. Tujuannya untuk menemukan hubungan antarvariabel,
distribusi, dan kejadian-kejadian yang sifatnya relatif.
Penelitian Ex Post Facto: yakni penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
sebab-sebab atau faktor-faktor yang memicu terjadinya suatu peristiwa yang
sudah berlangsung.
Penelitian Eksperimen: yakni penelitian yang bertujuan untuk menemukan
pengaruh suatu variable terhadap variable yang lain dalam kondisi yang
terkontrol secara ketat. Variable yang ditelitinya bisa dimanipulasi sendri
oleh si peneliti.
Penelitan Naturalistic: yakni metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti kondisi objek alami.
Policy Research: yakni penelitian yang bertujuan untuk meneliti masalah-
masalah sosial yang mendasar.
Action Research: yakni penelitian yang digunakan untuk menemukan metode
kerja yang paling efektif dan efisien.
Penelitian Evaluasi: yakni penelitian yang bertujuan untuk membandingkan
sebuah kejadian dengan program yang telah ditentukan peneliti.
Penelitian Sejarah: yakni penelitian terhadap kejadian-kejadian logis yang
terjadi di masa lalu.
3. Penelitian Menurut Tingkat Eksplanasi
Penelitian ini terdiri atas tiga jenis penelitian, yakni penelitian deskriptif
(untuk mendeskripsikan nilai-nilai suatu variabel) komperatif (untuk
membandingkan variabel-variabel penelitian), dan penelitian
asosiatif/hubungan (untuk mengetahui hubungan antara dua variable atau
lebih).
4. Penelitian Menurut Analisis dan Jenis Data
Penelitian ini terdiri atas 2 jenis penelitian, yakni penelitian kualitatif
(datanya berupa kata, kalimat, gambar, atau skema) dan penelitian
kuantitatif(datanya berupa angka atau scoring dari data kualitatif).
3. Format dan ketentuan Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung:
Umum
A. Bahasa
1. Kecuali abstrak, penulisan dilaksanakan dalam bahasa Indonesia dengan
berpedoman kepada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan (EYD) dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1987).
2. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan/atau Inggris baku.
B. Jumlah
1. Universitas berhak menerima dua eksemplar dari setiap laporan penelitian
atau skripsi/tesis yang disusun oleh dosen atau mahasiswa Universitas
Lampung.
2. Skripsi/tesis/laporan seperti yang tercantum pada (a) digunakan:
a. Satueksemplaruntukdokumentasijurusan.
b. Satu eksemplar untuk dokumentasi perpustakaan universi- tas.
C. Kertas
1. Kertas berukuran A4 (21x29,7cm).
2. Jenis kertas:
a. Untuk skripsi/tesis digunakan kertas HVS dengan bobot 80 gram
b. Untuk laporan penelitian dan makalah ilmiah digunakan kertas HVS
dengan bobot 80 gram atau duplikator.
3. Untuk kulit (sampul) digunakan kertas buffalo.
4. Warnakertas:
a. Selain kulit (sampul), seluruh kertas berwarna putih.
b. Warna kulit mengikuti warna bendera fakultas.
c. Warna kulit untuk laporan penelitian kerjasama bergantung pada
perjanjian.
d. Untuk laporan penelitian antarbidang ilmu, kulit laporan berwarna biru
langit.
D. Pengetikan
1. Skripsi/tesis, laporan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat diketik
dengan komputer, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Ukuran huruf 12, dengan font Times New Roman;
b. Bila diperlukan, ukuran huruf 10 atau 11 dapat digunakan untuk isian
(bukan judul) dalam tabel atau gambar;
c. Huruf miring (italic) digunakan untuk kata asing, dan nama buku serta
majalah atau publikasi ilmiah pada catatan kaki (tidak dalam daftar
pustaka);
2. Penggandaan dapat dilakukan dengan fotokopi dengan kertas dan tinta yang
berkualitas tinggi, atau dicetak.
3. Judul bab dan subbab
a. Judul bab diketik 6 spasi dari batas atas kertas.
b. Judul subbab pada bagian bawah halaman harus diikuti dengan dua baris
penuh di bawahnya.
c. Jika tempat tidak memungkinkan, judul subbab harus dimulai pada
halaman berikutnya.
4. Kata terakhir pada suatu halaman tidak boleh dipenggal ke halaman
berikutnya, seluruh kata harus diketik pada halaman berikutnya.
5. Alinea
a. Alinea dapat dipisahkan dengan indentasi atau perbedaan spasi.
b. Jarak indentasi bebas tetapi ajeg (consistent).
E. Sembir (Margin)
1. Jarak dari pinggir kertas (Contoh l)
a. Sembir bawah, atas, dan kanan berjarak 3 cm (1,2 inci) dari pinggir
kertas.
b. Sembir kiri berjarak 4 cm (1,6 inci) dari pinggir kertas.
c. Pengetikan mengikuti kaidah penulisan. Oleh karena itu, sembir kanan
tidak perlu rata.
2. Semua tabel dan gambar harus berada dalam sembir (margin)
F. Spasi
1. Secara umum, keseluruhan tulisan harus berspasi ganda
2. Spasi tunggal digunakan untuk judul, judul subbab, kutipan, tabel, judul
tabel, judul gambar, entri bibliografi, dan naskah pada abstrak makalah
ilmiah
3. Spasi tripel digunakan untuk antar tabel, antar gambar, antara tabel dan
naskah, dan antara gambar dan naskah.
4. Spasi empat digunakan:
a. Antara nama penulis dan baris pertama naskah pada halaman abstrak.
b. Antara “Daftar Tabel” dan baris pertama judul tabel pada halaman daftar
tabel.
c. Antara “Daftar Gambar” dan baris pertama judul gambar pada halaman
daftar gambar
d. Antara judul bab dan subbab atau baris pertama naskah.
5. Jarak (Jumlah ketukan antarkata) dalam tulisan:
a. Jarak satu ketukan digunakan antarkata dan setelah semua tanda baca
kecuali setelah titik pada akhir kalimat, titikdua, titik koma, tanda tanya,
dan tanda seru.
b. Jarak satu ketukan digunakan sesudah titik untuk singkatan gelar dan
nama.
c. Jarak dua ketukan digunakan setelah tanda baca titik pada akhir kalimat,
titik dua, titik koma, tanda tanya, dan tanda seru.
d. Antara titik dan singkatan lain dalam suatu gelar (misalnya
Ph.D.,S.H.),dengan angka lain untuk menunjukkan waktu, dan dengan
angka lain yang menunjukkan bilangan ribuan tidak mempunyai jarak
G. PenomoranHalaman
1. Nomorhalamandiketiktanpatandapetikataupuntandahubung.
2. Nomor halaman ditempatkan di samping kanan, satu spasi di atassembir(
margin )atasdanberjarak3cm(l,2inci)daripinggir kanan kertas
3. Padahalamanyangmemuatjudulutama(bab),nomorhalaman
tidakdicantumkantetapidihitung.
4. Semua halaman dinomori, kecuali halaman pertama yang kosong, halaman
judul, halaman muka, dan halaman pertama satu bab
5. Halaman“Pendahuluan”sampai“DaftarPustaka”danlampiran
diberiangkaArabdimulaidenganangkal.
H. LaporandanSkripsi/TesisdenganVolumeGanda
1. Laporan/skripsi/tesis yang tebal mungkin memerlukan dua atau lebih volume
(jilid).
2. Halaman judul harus diulang pada setiap volume dan serupa, kecuali kata-
kata “Volume I” (“Jilid I”), “Volume II” (“Jilid II”), dan seterusnya yang
diletakkan tepat di bawah judul
3. Setiap volume (jilid) mempunyai halaman-halaman pemula.
4. Penomoran halaman berurutan dari “VolumeI” (“JilidI”) sampai volume
(jilid) terakhir.
I. Enumerasi
1. Penomoran bab, subbab, dan seterusnya bukan keharusan
2. Huruf atau nomor yang sudah digunakan untuk suatu bab tidak dapat
digunakan untuk subbab dan seterusnya.
3. Jika hendak mengikuti pola enumerasi dengan penomoran hendaknya
digunakan pola berikut:
1......................................................................................................
1.1..............................................................................................
1.1.1.....................................................................................
1.1.1.1.....................................................................
1.1.1.2.....................................................................
Pembagian yang lebih bawah lagi (lebih dari empat) hendaknya
menggunakan huruf Latin kecil seperti berikut:
1......................................................................................................
1.1..............................................................................................
1.1.1.....................................................................................
1.1.1.1.....................................................................
1.1.1.2.....................................................................
a..................................................................
b.................................................................
J. Catatan Kaki
1. Catatan kaki dapat digunakan untuk:
a. mengakui kutipan, pernyataan, dan/atau gagasan yang diambil dari
penulisan/orang lain.
b. membuktikan/membenarkan pernyataan dengan menyebutkan sumber
informasi.
d. Mengutip halaman tertentu
2. Catatan kaki dapat berupa rujukan penjelas (isi) dan silang.
3. Pengetikan (Contoh31)
a. Jika menggunakan cara indentasi, untuk setiap entri catatan kaki,
indentasi dimulai pada baris pertama dan berjarak lima ketukan dari
sembir (margin).
b. Catatan kaki dipisahkan dari naskah oleh garis tidak terputus sepanjang
10 ketukan dan berjarak dua spasi dari naskah.
c. Spasi tunggal digunakan dalam catatan kaki, spasi ganda digunakan pada
antar catatan kaki.
d. Kutipan dalam naskah diikuti dengan angka Arab yang diketik sedikit
diatas garis (tikatas/superscript).
e. Nomor yang sama (juga tik atas) diketik pada awal catatan kaki pada
bagian bawah halaman tempat terdapatnya kutipan tersebut.
f. Nomor-nomor tik atas diketik langsung setelah tanda baca dalam naskah
dan tanpa jarak.
g. Setelah nomor tik atas, tidak ada tanda baca.
h. Catatan kaki penjelas dan rujukan silang dinomori dengan urutan yang
sama.
4. Penulisan
a. Penulisan pertama untuk suatu catatan kaki harus mengandung informasi
lengkap nama penulis/orang, tahun penulisan/ucapan, judul tulisan,
tempat penerbit atau makalah/ ucapan dibacakan/diucapkan.
b. Nama penulis ditulis mulai dengan nama kecil/nama pertama diikuti
dengan huruf besar pertamana nama tengah (jika ada) dan nama
akhir/keluarga (Contoh: Agus Karyanto, Soesiladi E. Widodo, Jerry M.
Bennet).
c. Tanda baca utama adalah koma
K. Tabel dan Gambar
1. Batasan Tabel dan Gambar
a. Kata “Tabel” menyatakan data yang sudah ditabulasikan dan digunakan
dalam skripsi/tesis/laporan penelitian/makalah ilmiah, baik dalam tubuh
tulisan maupun dalam lampiran.
b. Kata “Gambar” menunjukkan semua materi non verbal yang digunakan
dalam tubuh tulisan atau lampiran seperti peta, grafik, foto, gambar, dan
skema/diagram.
2. Persiapan Tabel dan Gambar
a. Untuk membuat tabel dan gambar dapat digunakan tinta cina dengan
hasil yang sama baiknya dengan hasil komputer.
b. Jika lebih dari satu warna digunakan dalam pembuatan gambar,
pewarnaan harus ajeg untuk seluruh tulisan dan untuk setiap kopi tulisan.
c. Pemandu huruf dapat digunakan untuk judul, nomor, dan tanda-tanda.
d. Tabel dan gambar sedapatnya menggunakan kertas dengan mutu yang
sama dengan kertas yang digunakan untuk seluruh tulisan.
e. Gambar yang berbentuk foto:
1. Foto yang lebih kecil dari halaman tulisan harus dipasang dengan
rapat pada kertas dengan kualitas yang sama dengan kertas untuk
seluruh tulisan.
2. Lemyangdigunakanharusberkualitastinggi.
3. Bahan lain selain lem tidak diperkenankan untuk digunakan.
3. Penempatan Tabel dan Gambar
a. Tabel dan gambar harus berada dalam sembir/margin.
b. Tabel/gambar diletakkan sedekat mungkin dengan uraian dalamtulisan.
c. Posisi tabel/gambar sejajar lebar atau sejajar panjang kertas tidak
mempengaruhi cara penomoran halaman.
d. Tabel atau gambar yang ukurannya kurang atau sama dengan setengah
halaman dapat diletakkan di antara uraian laporan dan dipisahkan dari
kalimat sebelah atas dan bawah dengan satu spasi tripel.
e. Tabel atau gambar yang lebih besar dari pada setengah halaman
diletakkan pada halaman tersendiri.
f. Dua atau tiga tabel/gambar yang kecil dapat diletakkan pada satu
halaman dengan pemisahan.
g. Tabel/gambar yang lebar dapat diketik atau diletakkan sejajar panjang
kertas. Judul tabel/gambar diketik dibawahnya pada sisi
penjilidan/sembir kiri
h. Tabel/gambar yang besarnya melebihi ukuran kertas dapat dilipat dengan
lipatan yang sesuai dengan ukuran kertas, sembir diukur dari batas kertas
i. Gambar, misalnya peta, yang besarnya melebihi ukuran kertas dapat
dilipat dan dimasukkan ke dalam kantong pada bagian-dalam kulit
belakang (backcover).
4. Penomoran Tabel dan Gambar
a. Tabel/gambar dinomori dengan seri yang berbeda
b. Setiap seri diberi nomor urutdengan angka Arab
c. Penerusan tabel ke halaman lain:
1. Pada halaman berikutnya di batas atas diketik “Tabel 16 (lanjutan)”
tanpa tanda petik.
2. Judul tabel tidak diketik ulang.
d. Penomoran halaman tabel/gambar
1. Penomoran halaman yang memuat tabel/gambar mengikutihalaman
naskah.
2. Nomor halaman tersebut digunakan dalam menyusun
daftartabel/gambar.
5. Judul Tabel dan Gambar
a. Judul tabel/gambar adalah penggambaran isi tabel/gambar.
b. Judul diusahakan singkat dan lugas, serta diakhiri dengan tanda baca
titik.
c. Judul tabel/gambar harus sama dalam segala hal dengan yang tertera
dalam daftar tabel/gambar.
d. Setiap judul tabel/gambar harus diketik dimulai dari sembir kiri. Judul
gambar yang pendek (1-4kata) diketik di bawah gambar pada bagian
tengah.
e. Judul gambar yang terlalu panjang
1. Jika judul gambar terlalu panjang untuk diletakkan dua spasi di
bawah gambar, halaman lain dapat ditambahkan disebelah muka.
2. Judul diketik sedikit di atas pertengahan kertas yang ditambahkan
dan diletakkan menghadap ke gambar.
3. Nomor gambar harus ada pada halaman judul gambar dan pada
halaman gambar di bawah gambar tersebut.
4. Halaman tambahan yang memuat judul gambar diberi nornor
halaman, halaman disebaliknya tidak.
f. Nomor dan judul tabel diletakkan dua spasi di atas batas tabel.
g. Nomor dan judul gambar diletakkan dua spasi dibawah batas gambar
bawah.
Khusus
Karya ilmiah yang berupa laporan lengkap (skripsi/tesis, laporan penelitian)
terdiri dari halaman-halaman pemula, isi, dan bahan-bahan acuan.
A. Halaman-halamanPemula
Halaman-halaman pemula terdiri atas:
1. Kertas kosong
2. Abstrak
a. Tujuan utama pembuatan abstrak adalah untuk memberikan informasi
ringkas tentang penelitian yang bersangkutan, yang memungkinkan
pembaca untuk mengambil keputusan apakah tulisan tersebut akan
bermanfaat untuk dibaca.
b. Informasi pada abstrak:
1. Skripsi/tesis/laporan lengkap meliputi;
i. Masalah, tujuan, dan hipotesis (kalau ada);
ii. Deskripsi singkat metode, teknik, dan data yang digunakan;
iii. Temuan (-temuan) utama.
2. Makalah utama
i. Tujuan/masalah utama;
ii. Ringkasan metodologi;
iii. Temuan/simpulan utama.
c. Jumlah halaman dan baris untuk abstrak:
1. Skripsi/tesis/laporan lengkap paling banyak dua halaman
2. Makalah ilmiah paling banyak setengah halaman
d. Pengetikan:
1. Skripsi/tesis/laporanlengkap
i. Kata “ABSTRAK” harus diketik dengan huruf-huruf besar tanpa
tanda petik, diletakkan di tengah-tengah kertas berjarak 6 spasi dari
pinggir atas pada halaman pertama abstrak.
ii. Kata “Oleh” harus diketik dengan jarak satu spasi tripel di bawah
judul tanpa tanda petik.
iii. Nama penulis diketik berjarak satu spasi ganda di bawah kata
“Oleh”, dan berjarak sama ke sembir kanan dan kiri.
iv. Pengetikan isi abstrak:
a. Pengetikan dimulai empat spasi di bawah nama penulis.
b. Pada halaman berikutnya, nama penulis diketik di sudut kanan
berjarak satu spasi dari batas atas sembir dan berakhir pada batas
kanan sembir.
c. Seluruh naskah dalam abstrak skripsi/tesis/laporan lengkap
diketik dalam spasi ganda.
d. Seluruh naskah dalam abstrak makalah ilmiah diketik dalam
spasi tunggal.
2. Makalah ilmiah
i. Kata “Abstrak”diketikberjaraktigaspasidarinama penulis.
ii. Seluruh naskah dalam abstrak diketik dalam spasi tunggal.
3. Halaman judul dalam skripsi/tesis/laporan
a. Judul diketik seluruhnya dalam huruf besar
b. Jika lebih dari satu baris, judul disusun secara simetrisdan diketik dalam
spasi tunggal
c. Nama penulis diketik lengkap
d. Halaman judul-luar (kulit) hanya memuat judul, nama penulis, nama
universitas, dan tahun penulisan.
e. Gelar yang bersangkutan dengan skripsi/tesis diketik seluruhnya dalam
huruf besar dan dicantumkan pada halaman judul-dalam.
f. Nama jurusan, fakultas, dan tahun penulisan harus dicantumkan pada
halaman judul-dalam.
4. Halaman Persetujuan
a. Hanya untuks kripsi/tesis mahasiswa
b. Meliputi: judul skripsi/tesis, nama mahasiswa, dan nomor pokok
mahasiswa, jurusan, fakultas, anggota-anggota komisi pembimbing, dan
Ketua Jurusan.
5. Halaman Pengesahan
a. Hanya untuk skripsi/tesis mahasiswa
b. Meliputi:tim penguji, dekan, dan tanggal lulus ujian skripsi/tesis.
6. Riwayat Hidup
a. Hanya untuk skripsi/tesis mahasiswa
b. Bukan keharusan (optional).
c. Dapat berupa:
1. Data mengenai tanggal dan tempat lahir
2. Nama orangtua, riwayat pendidikan, riwayat kegiatan
kemahasiswaan, dan riwayat pekerjaan serta prestasi (kalau ada)
7. SusunanPeneliti
a. Hanya untuk laporan penelitian dosen
b. Disusun berdasarkan tingkatan tanggung jawab.
c. Sedapat-dapatnya mencantumkan bidang keahlian masing- masing.
8. Persembahan
a. Hanya untuk skripsi/tesis mahasiswa
b. Bukan keharusan (optional)
c. Jika diketik, harus singkat dan ditempatkan ditengah-tengah halaman.
d. Dianggap sebagai halaman pertama halaman pemula.
9. Kata Pengantar (Ucapan Terimakasih)
a. Pengetikan
1. “PRAKATA” atau “SANWACANA” diketik ditengah- tengah kertas
berjarak 6 spasi dari pinggir atas kertas tanpatandapetik.
2. “PRAKATA” atau “SANWACANA” seluruhnya diketik dalam huruf
besar.
b. Isi
1. Gambaran umum tugas, ketentuan pengarahan, dan pegangan kerja
peneliti.
2. Gambaran umum pelaksanaan tugas dan hasil yang dicapai.
3. Ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
4. Tempat, tanggal, bulan, dan tahun penyusunan tulisan.
5. Nama penulis/penanggungjawab.
6. Tidak ada duplikasi isi dengan bagian skripsi/tesis/laporan yang lain.
c. “SANWACANA” berisi hal-hal seperti yang tersebut pada (3), (4), dan
(5) pada (b) diatas.
d. Naskah kata pengantar/ucapan terimakasih diketik empat spasi di bawah
“PRAKATA”/”SANWACANA”.
e. Penomoran
1. Halaman ini dinomori dengan angka Romawi i di samping kanan,
satu spasi dari batas bawah sembir berjarak 3 cm dari pinggir kanan
kertas.
2. Jika ada halaman persembahan, halaman ini dinomori ii
10. DaftarIsi
a. Pengetikan
1. Judul “DAFTAR ISI” diketik tanpa tanda petik ditengah- tengah
kertas, 6 spasi dari pinggir atas kertas.
2. Judul-judul diketik mulai dari batas kiri berjarak empat spasi dibawah
“DAFTAR ISI”
3. Kata “Halaman” diketik tiga spasi dibawah “DAFTAR ISI” dengan
huruf “n” terletak pada batas sembir kanan.
4. Nomor halaman entri pada daftar isi diketik di bawah kata halaman
dengan angka terakhir pada batas sembir kanan.
b. Materi
1. Hanya materi sesudah daftar isi dimasukkan ke dalam daftar.
2. Bahan-bahan pada halaman-halaman sebelum daftar isi tidak
dicantumkan.
3. Dibawah kata”LAMPIRAN”dicantumkan hal-hal yang ada dalam
lampiran (antara lain tabel dan gambar).
c. Judul-judul bab ditulis dalam daftar isi dengan susunan kata- kata yang
persis sama dengan yang tertulis dalam isi tulisan.
d. Penomoran halaman
1. Daftar isi diberi nomor halaman dalam huruf Romawi kecil,
disamping kanan (mengikuti nomor halaman kata pengantar).
2. Nomor diketik satu spasi dari batas bawah sembir, berjarak 3 cm dari
pinggir kanan kertas.
11. DaftarTabel
a. Daftar tabel memuat seluruh judul tabel dalam naskah maupun dalam
lampiran.
b. Pengetikan
1. Judul “DAFTAR TABEL” diketik tanpa tanda petik di tengah-tengah
kertas, berjarak 6 spasi dari pinggir atas kertas.
2. Pengetikan judul-judul tabel dimulai pada batas kiri sembir, berjarak 4
spasi di bawah “DAFTAR TABEL”
3. Jarak antar judul tabel adalah dua spasi, dan jarak antar baris dalam
judul tabel adalah satu spasi.
4. Kata “Halaman” diketik tiga spasi di bawah “DAFTAR TABEL”
dengan huruf “n” terletak pada batas sembir kanan.
5. Kata “Tabel” diketik sejajar dengan kata “Halaman” berjarak tiga
spasi di bawah “DAFTAR TABEL” dengan huruf ’T” terletak pada
batas sembir kiri.
6. Nornor urut tabel dari naskah dan lampiran diketik berjarak dua spasi
di bawah kata “Tabel”, dimulai persis dari batas sembir kiri. Jika
nomor urut tabel terakhir terdiri dari lebih dari satu digit, angka
pertama nomor tabel yang lebih dari satu digit diketik dimulai dari
batas sembir kiri.
7. Nomor halaman tabel dari naskah dan lampiran diketik dibawah kata
“Halaman” dengan digit terakhir pada batas sembir kanan.
c. Penomoran halaman
1. Halaman daftar tabel diberi nomor halaman dalam huruf Romawi kecil
mengikuti nomor halaman daftar isi.
2. Nomor halaman diketik satu spasi di bawah batas bawah sembir,
berjarak 3 cm dari pinggir kanan kertas.
12. Daftar Gambar
a. Daftar gambar memuat seluruh judul gambar dalam naskah maupun
dalam lampiran.
b. Pengetikan:
1. Judul “DAFTAR GAMBAR” diketik tanpa tanda petik ditengah-
tengah kertas, berjarak 6 cm dari pinggir atas kertas.
2. Pengetikan judul-judul gambar dimulai pada batas kiri sembir,
berjarak 4 spasi di bawah “DAFTAR GAMBAR”.
3. Jarak antar judul gambar adalah dua spasi, dan jarak antar baris dalam
judul gambar adalah satu spasi.
4. Kata “Halaman” diketik tiga spasi dibawah “DAFTAR GAMBAR”
dengan huruf “n” terletak pada batas sembir kanan.
5. Kata “Gambar” diketik sejajar dengan kata “Halaman” berjarak tiga
spasi di bawah “DAFTAR GAMBAR” dengan huruf “G” terletak
pada batas sembir kiri.
6. Nomor urut gambar dari naskah dan lampiran diketik berjarak dua
spasi di bawah kata “Gambar”, dimulai persis dari batas sembir kiri.
Jika nomor urut gambar terakhir terdiri dari lebih dari satu digit, angka
pertama nomor gambar yang lebih dari satu digit diketik dimulai dari
batas sembir kiri.
7. Nomorhalamangambardarinaskahdanlampirandiketik di bawah kata
“Halaman” dengan angka terakhir pada batassembirkanan.
c. Penomoran halaman:
1. Halaman daftar gambar diberi nomor halaman dalam huruf Romawi
kecil mengikuti nomor halaman daftar tabel.
2. Nomor halaman diketik satu spasi di bawah batas bawah sembir,
berjarak 3 cm dari pinggir kanan kertas.
13. Daftar Simbol, Singkatan, dan Tata Nama
a. Daftar-daftar ini kalau digunakan harus diletakkan setelah daftar gambar
pada halaman-halaman pemula.
b. Tata cara penomoran halaman mengikuti halaman dedikasi atau kata
pengantar
.
B. Isi
1. Pendahuluan
a. Pengetikan:
1. Judul “PENDAHULUAN” diketiktanpa tanda petik di tengah-tengah
kertas, berjarak 6 spasi dari pinggir atas kertas.
2. Isi pendahuluan mulai diketik empat spasi di bawah judul bab.
b. Pendahuluan berisi:
1. Masalah yang diteliti/dibahas, ruang lingkup, tujuan, dan kegunaan
penelitian, ATAU
2. Masalah yang diteliti/dibahas, ruang lingkup, tujuan, kegunaan,
kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.
2. Tubuh Tulisan
a. Bagian ini memuat bab-bab dan subbab-subbab seperti yang tercantum
dalam daftar isi.
b. Pengetikan:
1. Judul bab:
i. Setiap judul bab diketik seluruhnya dalam huruf besar, penebalan
(bold) bukan keharusan tetapi optional tanpa tanda petik; ditengah-
tengah kertas; berjarak 6 cm dari pinggir atas kertas.
ii. Jika judul bab lebih dari satu baris, judul disusun simetris dan
berspasi tunggal.
iii. Penyantuman nomor bab bukan keharusan tetapi optional.
2. Judulsubbab:
i. Hurufpertama kata selain kata penghubung diketik hurufbesar.
ii. Penebalan (bold) bukan keharusan tetapi optional.
iii. Jika judul subbab lebih dari satu baris, judul diketik dalam spasi
tunggal.
iv. Penyantuman nomor subbab bukan keharusan tetapi optional.
3. Judul subbab:
i. Huruf besar hanya digunakan pada awal kalimat.
ii. Penebalan (bold) bukan keharusan tetapi optional.
iii. Jika judul subbab lebih dari satu baris, judul diketik dalam spasi
tunggal.
iv. Penyantuman nomor subbab bukan keharusan tetapi optional.
c. Judul bab dan subbab, sub tidak boleh diakhiri dengan titik.
3. Ringkasan, Kesimpulan, dan Saran
a. Ringkasan bersifat optional.
b. Jika memungkinkan, kesimpulan dapat diikutisaran.
C. Bahan-bahanAcuan
Tata cara penulisan kepustakaan pada dasarnya disesuaikan dengan bidang ilmu.
1. Kepustakaan:
a. Jika tulisan menggunakan sumber informasi lain, daftar pustaka harus
dicantumkan.
b. Daftar pustaka dimulai dengan:
1. Sehelai kertas yang bertuliskan “DAFTAR PUSTAKA”, tanpa
tanda petik, diketik di tengah-tengah kertas;
2. Halaman ini tidakdihitung serta tidak dinomori
c. Tulisan“DAFTARPUSTAKA”harus diulang pada halaman pertama
daftar pustaka, berjarak 6 spasi dari pinggir kertas, di tengah-tengah
sejajar lebar kertas dan tanpa tanda petik (Contoh28).
d. Pengetikansumber pustaka
1. Setiap sumber pustaka diketik dalam spasi tunggal.
2. Spasi ganda digunakan untuk antars umber pustaka.
3. Tanda baca utama adalah titik
e. Penulisansumberpustaka
1. Informasi tentang sumber informasi harus lengkap dan dengan urutan
sebagai berikut:
i. Nama penulis;
ii. tahun penerbitan
iii. judul tulisan/intormasi;
iv. nama sumber informasi (buku, suratkabar, majalah populer,
majalah ilmiah, ensiklopedi, makalah);
v. namapenerbit(khususuntukbuku);
vi. tempat penerbitan/pengucapan (khusus untuk buku danmakalah);
vii. jumlah halaman buku atau halaman artikel.
2. Buku
i. Judul buku diketik miring tanpa tanda petik, kecuali pada catatan
kaki.
ii. Huruf pertama setiap kata judul buku selain kata penghubung dan
kata depan diketik dengan huruf besar.
iii. Judul artikel yang diambil dari buku yang bersifat editorial
diperlakukan seperti pengetikan pada artikel dalam terbitan
berkala.
iv. Pengetikan pada daftar pustaka diakhiri dengan jumlah halaman
atau nomor (-nomor) halaman.
3. Terbitan berkala (jurnal dan buletin), majalah, danterbitan ilmiah
lainnya (misalnya prosiding)
i. Judul artikel diketik miring tanpa tanda petik
ii. Hanya huruf pertama kata pertama judul artikel diketik dengan
huruf besar.
iii. Nama terbitanberkala, majalah, dan terbitan ilmiah lainnya diketik
dengan hurup miring.Khusus untuk terbitan berkala, nama
terbitan diketik dengan menggunakan singkatan baku untuk
terbitan tersebut.
iv. Pengetikan pada daftar pustaka diakhiri dengan volume, nomor
(jika ada),dan halaman.
4. Nama penulis
i. Seluruh nama penulis harus diketik
ii. Untuk penulis tunggal, nama penulis dimulai dengan nama
belakang/keluarga penulis diikuti tanda baca koma, huruf pertama
nama depan/pertama (dan huruf pertama nama tengah, jika ada)
dalam huruf besar yang diikuti tanda baca titik.
iii. Nama penuliskedua dan seterusnya diketik dengan huruf pertama
nama depan/pertama (dan nama tengah) dalam huruf besar yang
diikuti tanda baca titik, diikuti nama belakang/keluarga.
iv. Gelar penulis tidak dicantumkan.
2. Lampiran
a. Lampiran umumnya berisi bahan-bahan tambahan, data asli, atau
penyitiran yang terlalu panjang untuk dicantumkan dalam naskah tulisan.
b. Bagian ini dipisahkan dari bagian lain dengan kertas yang
bertuliskan“LAMPIRAN“ dipusat kertas yang tidak dihitung dalam
penomoran halaman
c. Lampiran-lampiran dapat dibagi dalam beberapa jenis lampiran,
misalnya Lampiran A, LampiranB, dan seterusnya
d. Tabel dan gambar dalam lampiran harus diberi nomor,judul dan didaftar
dalam daftar tabel atau daftar gambar pada halaman-halaman pemula.
e. Penomoran tabel dan gamba rmengikuti urutan dalam naskah.