1
‘
‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui perubahan peruntukan Kawasan Hutan
menjadi Bukan Kawasan Hutan di Provinsi Kalimantan Barat Laporan investigatif dan analisa pengindraan jarak jauh di 17 perkebunan kelapa sawit
Laporan Investigatif
Eyes on the Forest
Diterbitkan Desember 2018
Eyes on the Forest (EoF) merupakan koalisi LSM di Riau, Sumatra: WALHI Riau, Jikalahari “Jaringan Kerja Penyelamat Hutan
Riau” dan WWF-Indonesia Program Sumatra Tengah.
EoF juga membentuk jaringan kelompok anggota di Sumatra (KKI Warsi) dan Kalimantan : Environmental Law Clinic, Lembaga
Gemawan, JARI Indonesia Borneo Barat, Kontak Rakyat Borneo, POINT, Swandiri Institute, Yayasan Titian, Gapeta Borneo dan
WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat.
EoF memonitor deforestasi dan status dari hutan alam yang tersisa di Sumatra dan Kalimantan dan mendiseminasi informasi
secara luas.
Untuk lebih banyak informasi tentang Eyes on the Forest, silahkan kunjungi:
Website EoF: EoF website: http://www.eyesontheforest.or.id
Peta interaktif EoF: http://maps.eyesontheforest.or.id
Email: editor(at)eyesontheforest.or.id
Sampul depan
2
Sampul depan
Peta hasil survey PT Gemilang Makmur Subur (PT GMS). Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
259/Kpts-II/2000, lokasi PT GMS termasuk dalam kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas 4.263 hektar dan
751 hektar dalam kawasan Hutan Produksi dapat diKonversi (HPK). Namun areal kebun PT GMS setelah
keluarnya SK Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di Kalimantan Barat
berdasarkan SK Nomor 936/Menhut-II/2013 dan SK Nomor 733/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan
Provinsi Kalimantan Barat, tanggal 2 September 2014, berubah menjadi Areal Penggunaan Lain (APL) dan
sisanya 306 hektar menjadi Hutan Lindung (HL).
3
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat telah berkembang pesat sejak tahun 2000-an bak
cendawan tumbuh di musim hujan. Surat Keputusan oleh Menteri Kehutanan Nomor 936/Menhut-
II/2013, 20 Desember 2013 tentang Kawasan Hutan di Provinsi Kalimantan Barat serta SK No
733/Menhut-II/2013, 14 September 2014, tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi
Bukan Kawasan Hutan telah dikeluarkan, namun tidak mudah untuk meredam sengkarut dari tata
kelola spasial kehutanan dan perkebunan.
Selama periode November hingga Desember 2017 jaringan Eyes on the Forest yang terdiri dari
WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat, Environmental Law Clinic, Lembaga Gemawan, JARI
Indonesia Borneo Barat, Kontak Rakyat Borneo, POINT, Swandiri Institute, Yayasan Titian Lestari, dan
Gapeta Borneo kemudian melakukan investigasi pada 17 lokasi yang merujuk pada hasil analisis
tumpang susun Citra Landsat USGS 2017 dengan kawasan hutan yang mengalami perubahan
peruntukan menjadi bukan kawasan hutan. Beberapa kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat yang
menjadi sasaran investigasi EoF terkait dengan kejanggalan dalam operasi kebun sawit yakni
Bengkayang, Ketapang, Kubu Raya, Sanggau, Sambas, Sintang dan Kapuas Hulu.
Terpantau dari 127.459 hektar luas lahan yang teridentifikasi, ditemukan 17 kebun sawit telah
beroperasi selama bertahun-tahun, bahkan sebelum dikeluarkannya SK Nomor 936/Menhut-II/2013
tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan tanggal 20 Desember 2013. Artinya, sawit diproduksi
di kawasan hutan tanpa melalui prosedur dan ketentuan yang digariskan oleh hukum yang berlaku di
Indonesia. Selain itu, perusahaan atau mitra yang perusahaan yang teridentifikasi telah
mengembangkan sawit tanpa adanya izin Hak Guna Usaha (HGU). Kalaupun ada, tidak menutup
kemungkinan bahwa luas kebun yang dikembangkan lebih besar dari ketentuan yang ada di HGU.
Hasil analisa tumpang susun kawasan hutan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
259/Kpts-II/2000, 23 Agustus 2000 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Kalimantan Barat
merincikan 44.947 hektar terdapat pada Hutan Produksi Tetap (HP), 3.081 hektar pada Hutan
Produksi dapat diKonversi (HPK), 2.864 hektar pada Hutan Lindung (HL) dan 253 hektar pada
KSA/KPA. Setelah keluarnya Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 733/Menhut-II/2014, 2
September 2014 Tentang Kawasan Hutan di Provinsi Kalimantan Barat, masih terdapat areal kebun
yang berada dalam kawasan hutan antara lain 6.935 hektar pada Hutan Produksi Tetap (HP), 19.718
hektar pada Hutan Produksi dapat diKonversi (HPK) dan Hutan Lindung (HL) 2.131 hektar.
Dari 17 perusahaan sawit yang diinvestigasi oleh tim EoF 15 diantaranya tidak hanya berafiliasi
dengan investor nasional, tetapi juga China, Malaysia dan Amerika Serikat, sedangkan 2 perusahaan
lain belum teridentifikasi afiliasinya. Sejumlah grup sawit yang diindikasikan bermasalah dengan
melakukan perubahan Kawasan Hutan menjadi Kawasan Bukan Hutan ini adalah : Artha Graha,
Bumitama Gunajaya Agro, Cargil International Corp., Duta Palm Nusantara, Sampoerna Agro, Tianjin
Julong, Bumitama Agri, Wilmar, Gunas, Indofood Agri, Lyman, Kencana dan Sinarmas. Salah satu
perusahaan yakni PT Rejeki Kencana Prima memiliki usia pohon sawit termuda yang sudah ditanam
di kawasan hutan. Sementara PT Usaha Agro Indonesia memiliki usia kebun tertua dengan kisaran
umur 20 tahun, disusul oleh PT Indo Sawit Kekal dan PT Gemilang Makmur Subur.
Koalisi EoF meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mencabut dan meninjau
ulang Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 733/Menhut-II/2014, Tentang Perubahan Peruntukan
Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan seluas 8.389.600 hektar dan Keputusan Menteri
4
Kehutanan Nomor 936/Menhut-II/2013, 20 Desember 2013, Tentang Kawasan Hutan di Provinsi
Kalimantan Barat. Selain itu KLHK diminta untuk melakukan penyidikan dan penindakan terhadap
perusahaan sawit yang telah mengembangkan kebun sawit pada kawasan hutan sebelum
diterbitkannya Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 733/Menhut-II/2014 tanggal 2 September
2014.
Koalisi juga mendesak dilakukannya penyidikan dari temuan ini hingga berujung pada penegakan
hukum terhadap pihak yang diduga melakukan pelanggaran terhadap peraturan dan perundangan
yang berlaku di negeri ini. Selain itu, meminta korporat produsen dan pembeli sawit yang sudah
mendeklarasikan komitmen kelestariannya untuk konsisten menerapkannya terutama terkait
dengan keganjilan seperti temuan EoF dalam laporan ini.
5
PENDAHULUAN
Kebijakan pemerintah dalam penunjukan kawasan hutan di Provinsi Kalimantan Barat adalah
berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 757/UM/10/1982, 12 Oktober 1982, Tentang
Penunjukan Kawasan Hutan Propinsi Kalimantan Barat seluas lebih kurang 9.204.375 hektar.
Penunjukan Kawasan Hutan ini kemudian lebih dikenal sebagai Rencana Pengukuhan dan
Penatagunaan Hutan (RPPH) atau Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) Provinsi Kalimantan Barat.
Mengacu ke Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang, maka dilakukan
paduserasi antara Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Kalimantan Barat dan Kawasan
Hutan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 757/UM/10/1982. Sehingga Menteri
Kehutanan dan Perkebunan mengeluarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor
259/Kpts-II/2000, 23 Agustus 2000, Tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan di Propinsi
Kalimantan Barat seluas 9.178.760 hektar.
Dalam rangka penetapan RTRWP Kalimantan Barat, Gubernur Kalimantan Barat pada tahun 2008
mengusulkan perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan kepada Menteri Kehutanan.
Kemudian Menteri Kehutanan tahun 2011 membentuk Tim Terpadu dalam rangka pengkajian
perubahan kawasan hutan dalam usulan revisi RTRWP Kalimantan Barat. Memperhatikan usulan
Gubernur Provinsi Kalimantan Barat terkait tambahan revisi RTRWP Kalimantan Barat tahun 2011
dan laporan tim terpadu dalam rangka pengkajian perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan
dalam usulan revisi RTRWP Kalimantan Barat pada September 2012, Menteri Kehutanan
mengeluarkan Keputusan Nomor 936/Menhut-II/2013, tanggal 20 Desember 2013 Tentang
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan seluas 554.137 hektar,
Perubahan Fungsi Kawasan Hutan seluas 352.772 hektar dan penunjukan Bukan Kawasan Hutan
Menjadi Kawasan Hutan seluas 52.386 hektar di Propinsi Kalimantan Barat.
Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.44/Menhut-II/2012 dan
P.62/Menhut-II/2013 Tentang Pengukuhan Kawasan Hutan, terhadap kawasan hutan wilayah
provinsi yang telah ditunjuk mengalami perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan sejalan
dengan proses revisi tata ruang wilayah, maka terhadap kawasan hutan wilayah provinsi dilakukan
dengan Keputusan Menteri Kehutanan. Sehingga Menteri Kehutanan menetapkan Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor 733/Menhut-II/2014, 2 September 2014, Tentang Kawasan Hutan dan
Konservasi Perairan Propinsi Kalimantan Barat seluas 8.389.601.
Fokus jaringan Eyes on the Forest di Kalimantan Barat
Jaringan EoF Kalimantan Barat melakukan investigasi terhadap perubahan peruntukan kawasan
hutan menjadi bukan kawasan hutan sebagaimana Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
936/Menhut-II/2013, tanggal 20 Desember 2013 seluas 554.137 hektar. Berdasarkan rincian
perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan adalah: Hutan Produksi
Terbatas (HPT) menjadi Areal Penggunaan Lain (APL) seluas 189,460 hektar; Hutan Produksi Tetap
(HP) menjadi APL seluas 294,912 hektar; dan Hutan Produksi dapat dikonversi (HPK) menjadi APL
seluas 69,765 hektar.
6
Selanjutnya pada areal 554.137 hektar tersebut --atau areal yang tidak lagi termasuk kawasan hutan
berdasarkan SK 733/Menhut-II/2014, 2 September 2014-- ditumpang susun (overlay) dengan peta
analisis tutupan lahan yang dianalisis oleh WWF Indonesia tahun 2014. Pada peta tutupan lahan
menggambarkan tutupan lahan apakah telah ditanami sawit, akasia dan lainnya.
Kemudian dilakukan analisis sejarah tutupan hutan melalui citra Landsat, jika sejarah tutupan hutan
menunjukkan pola yang teratur, maka diindikasikan ini dilakukan oleh perusahaan atau pemodal.
Terakhir dilakukan pengecekan (survey) lapangan untuk membuktikan apakah pada areal yang
termasuk perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi bukan hutan telah ditanami sawit dan
sekaligus mengidentifikasi kepemilikan, luas, umur tanaman, dan pengambilan informasi lainnya.
Hasil data lapangan diverifikasi dengan data pelepasan kawasan hutan di Kalimantan Barat
berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013-2016, agar memastikan apakah perusahaan
sawit yang teridentifikasi termasuk perusahaan sawit di Kalimantan Barat yang telah memperoleh
pelepasan kawasan hutan hingga tahun 2016. Jika perusahaan yang teridentifikasi tidak termasuk
dalam perusahaan yang telah memperoleh pelepasan kawasan hingga tahun 2016, dapat
diindikasikan bahwa perusahaan dan pemodal tersebut sudah menduduki kawasan tersebut sejak
lama atau mengembang kebun sawit tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.
EoF mengingatkan kembali beberapa peraturan di Indonesia yang tidak membolehkan
pengembangan kebun sawit di dalam kawasan hutan:
• Undang-undang No. 18/2013 “Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan”
Pasal 17, (2) Setiap orang dilarang: b. melakukan kegiatan perkebunan tanpa izin Menteri di
dalam kawasan hutan;
• Undang-undang No 41/1999 “Kehutanan”
Pasal 50, (3) Setiap orang dilarang: a. mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki
kawasan hutan secara tidak sah; dimana yang dimaksud dengan mengerjakan kawasan hutan
adalah mengolah tanah dalam kawasan hutan tanpa mendapat izin dari pejabat yang
berwenang, antara lain untuk perladangan, untuk pertanian, atau untuk usaha lainnya.
7
Temuan Hasil Investigasi
Pada periode November hingga Desember 2017, jaringan anggota Eyes on the Forest di Kalimantan
Barat yang terdiri dari Environmental Law Clinic, Lembaga Gemawan, JARI Indonesia Borneo Barat,
Kontak Rakyat Borneo, POINT, Swandiri Institute, Yayasan Titian dan WWF-Indonesia Program
Kalimantan Barat melakukan investigasi pada 17 lokasi atau areal yang secara kajian GIS
diindikasikan termasuk perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan
melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 936/Menhut-II/2013, Tentang Perubahan Peruntukan
Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan seluas 554.137 hektar. Pemilihan lokasi investigasi
berdasarkan hasil analisis tumpang susun Citra Landsat USGS 2017 dengan kawasan hutan yang
diindikasikan termasuk perubahan peruntukan menjadi bukan kawasan hutan.
Peta 1. Lingkaran berwarna biru menunjukkan lokasi target investigasi terhadap perusahaan dan pengusaha
kebun sawit yang telah beroperasi dalam kawasan hutan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
259/Kpts-II/2000, 23 Agustus 2000 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Kalimantan Barat dan
menjadi Areal Penggunaan Lain berdasarkan SK 733/Menhut-II/2014, 2 September 2014.
Hasil investigasi Eyes on the Forest menunjukkan bahwa dari luas kebun 127.459 hektar yang
teridentifikasi, tumpang susun kawasan hutan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
259/Kpts-II/2000, 23 Agustus 2000 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Kalimantan Barat
merincikan 44.947 hektar terdapat pada Hutan Produksi Tetap (HP), 3.081 hektar pada Hutan
Produksi dapat diKonversi (HPK), 2.864 hektar pada Hutan Lindung (HL) dan 253 hektar pada
KSA/KPA. Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 733/Menhut-II/2014, 2
September 2014 Tentang Kawasan Hutan di Provinsi Kalimantan Barat, masih terdapat areal kebun
yang berada dalam kawasan hutan antara lain 6.935 hektar pada Hutan Produksi Tetap (HP), 19.718
hektar pada Hutan Produksi dapat diKonversi (HPK) dan Hutan Lindung (HL) 2.131 hektar.
8
Tabel 1. Hasil investigasi EoF terhadap perusahaan dan pengusaha kebun sawit yang arealnya
diindikasikan termasuk perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan
berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 936/Menhut-II/2013 dan menjadi Areal
Penggunaan Lain berdasarkan SK 733/Menhut-II/2014, 2 September 2014.
Sumber: hasil investigasi Eyes on the Forest November-Desember 2017 dan analisis GIS
Berikut penjelasan masing-masing perusahaan dan pengusaha kebun sawit yang arealnya berada
dalam kawasan hutan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 259/Kpts-II/2000, 23
Agustus 2000 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Kalimantan Barat, kemudian arealnya
termasuk perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan berdasarkan Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor 936/Menhut-II/2013, 20 Desember 2013 dan menjadi Areal Penggunaan Lain
berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 773/Menhut-II/2014, 2 September 2014 :
1. PT WIRATA DAYA BANGUN PERSADA
Dugaan pelanggaran: Mengembangkan kebun sawit di kawasan Hutan Produksi Tetap
berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 259/Kpts-II/2000 dan di kawasan hutan dapat
diKonversi berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 733/Menhut-II/2014,
Diindikasikan tidak memiliki pelepasan kawasan Hutan
PT Wirata Daya Bangun Persada (PT WDBP) merupakan perkebunan kelapa sawit yang tergabung
dalam grup atau mitra dari Dulta Palma Nusantara terletak di Provinsi Kalimantan Barat. Secara
administrasi berada pada wilayah Desa Semanga, Kecamatan Sejangkung, Kabupaten Sambas.
Temuan lokasi Perkebunan milik PT Wirata Daya Bangun Persada berada pada salah satu titik
koordinat 1°23'29,82"U 109°35'47,45"T.
Berdasarkan Analisa Citra Landsat USGS 2017 dan pengamatan lapangan November 2017,
diperkirakan luas sawit eksisting milik PT Wirata Daya Bangun Persada mencapai 20.447 hektar.
Diperkirakan kebun sawit ini telah beroperasi sejak tahun 2011. Tumpang susun areal PT WDBP
dengan peta Kawasan Hutan berdasarkan SK 259/Kpts-II/2000, areal PT Wirata Daya Bangun Persada
berada dalam kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas 14.107 hektar. Setelah keluarnya SK
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di Kalimantan Barat
berdasarkan SK Nomor 936/Menhut-II/2013 dan SK Nomor 733/Menhut-II/2014 tentang Kawasan
Hutan Provinsi Kalimantan Barat, tanggal 2 September 2014, areal PT Wirata Daya Bangun Persada
9
telah berubah menjadi Areal Penggunaan Lain (APL) lebih kurang 9.278 hektar, sisanya 2 hektar
Hutan Produksi Tetap (HP) dan 11.167 hektar pada Hutan Produksi dapat diKonversi (HPK).
Peta 2. Foto 1,2,4,5,6 dan 7 ditemukan tanaman sawit yang diperkirakan berumur sekitar 6 tahun. Foto 3 merupakan
identitas plang yang menunjukan kebun sawit milik PT Wirata Daya Bangun Persada. Berdasarkan SK Nomor 259/Kpts-
II/2000, 23 Agustus 2000, lokasi foto ini masih merupakan HP. Namun setelah keluarnya SK Nomor 733/Menhut-II/2014, 2
September 2014, lokasi foto ini sudah menjadi APL dan HPK.
Dalam Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2016, tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan PT
Wirata Daya Bangun Persada. Tim EoF hingga penulisan laporan ini belum memperoleh data HGU
dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi Kalimantan Barat.
Temuan ini mengindikasikan bahwa PT Wirata Daya Bangun Persada telah mengembangkan kebun
sawit sebelum keluarnya SK Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi bukan kawasan hutan
Nomor 936/Menhut-II/2013 pada tanggal 20 Desember 2013. Disinyalir bahwa SK Nomor
936/Menhut-II/2013 dan SK Nomor 733/Menhut-II/2014 telah mengakomodir Perubahan
Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan pada areal kebun sawit yang sudah
eksisting yang dimiliki oleh PT Wirata Daya Bangun Persada. Hal ini pula yang mengindikasikan
bahwa PT Wirata Daya Bangun Persada telah melanggar Undang-undang No. 18/2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan1 yang berbunyi :
Pasal 17, Ayat (2) Setiap orang dilarang: huruf b. melakukan kegiatan perkebunan tanpa izin Menteri
di dalam kawasan hutan. Undang-undang No 41/1999 “Kehutanan” Pasal 50, Ayat (3) Setiap orang
dilarang, huruf a. mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara
tidak sah.
10
2. PT CERIA PRIMA
Dugaan pelanggaran: Mengembangkan kebun sawit di kawasan Hutan Produksi Tetap
berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 259/Kpts-II/2000 dan di kawasan hutan dapat
diKonversi berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 733/Menhut-II/2014,
Diindikasikan tidak memiliki pelepasan kawasan Hutan
Perkebunan kelapa sawit yang tergabung dalam grup atau mitra dari Duta Palma Nusantara ini
terletak pada wilayah Desa Kumba, Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Provinsi
Kalimantan Barat. Luas Kebun Sawit PT Ceria Prima yang teridentifikasi berdasarkan analisa Citra
Landsat USGS 2017 dan pengamatan lapangan November 2017 mencapai lebih kurang 17.752
hektar.
Jika dilakukan overlay atau tumpang susun areal PT Ceria Prima dengan peta Kawasan Hutan
berdasarkan SK 259/Kpts-II/2000, tampak bahwa areal PT Ceria Prima berada dalam kawasan Hutan
Produksi Tetap (HP) dengan luas 7.775 hektar. Namun setelah keluarnya SK Perubahan Peruntukan
Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di Kalimantan Barat berdasarkan SK Nomor
936/Menhut-II/2013 dan SK Nomor 733/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi
Kalimantan Barat, tanggal 2 September 2014, areal PT Ceria Prima telah berubah menjadi Areal
Penggunaan Lain (APL) lebih kurang 9.199 hektar dan sisanya 8.551 hektar pada Hutan Produksi
dapat diKonversi (HPK).
Menurut informasi warga dan pengamatan tim, PT Ceria Prima diduga telah mengembangkan kebun
kelapa sawit sejak tahun 2007, sehingga diindikasikan sawitnya berumur 10 tahun. Beberapa titik
koordinat ditemukannya lokasi Perkebunan milik PT Ceria Prima antara lain : 1°20'50,00"U
109°43'44,37"T, 1°20'23,67"U 109°43'45,21"T, 1°20'22,36"U 109°41'51,12"T, 1°20'27,27"U
109°40'45,56"T, 1°20'51,38"U 109°41'51,40"T dan 1°21'45,73"U 109°41'13,02"T.
Tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PT Ceria Prima berdasarkan Buku Basis Data
Spasial Kehutanan 2016, sehingga diindikasikan bahwa kebun sawit PT Ceria Prima tidak memiliki
pelepasan kawasan hutan. Hingga saat ini tim EoF juga belum memperoleh data HGU PT Ceria Prima
dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi Kalimantan Barat.
Jika ditelusuri ke belakang, PT Ceria Prima juga sempat terlibat dalam kasus lainnya. Dilansir dari
situs Mongabay.co.id2, pada akhir Februari 2017, Lingkaran Advokasi dan Riset (Link-AR) Borneo dan
perwakilan Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam) di Pontianak telah melaporkan delapan
perusahaan yang terlibat dalam kasus penyerobotan lahan oleh perusahaan. Delapan perusahaan
tersebut adalah PT. Ceria Prima, PT. Mitra Aneka Rejeki, PT. Wirata Daya Bangun Persada, PT.
Pamdale Agro Asia Lestari Makmur, PT. Satria Multi Sukses, PT. Rejeki Kencana, PT. Keliau Mas
Perkasa, dan PT. Sumatra Unggul Makmur.
11
Peta 3. Foto 1,2,3,4 dan 5 hamparan tanaman sawit yang diperkirakan sudah berumur 10 tahun milik PT Ceria Prima. Foto
6 identitas plang yang menunjukan kebun sawit milik PT Ceria Prima. Sebelum keluarnya SK Nomor 733/Menhut-II/2014, 2
September 2014, lokasi foto ini masih merupakan HP. Namun setelah keluarnya SK Nomor 733/Menhut-II/2014, 2
September 2014, lokasi foto ini masih merupakan kawasan hutan produksi dapat dikonversi.
3. PT PERINTIS SAWIT ANDALAN Dugaan pelanggaran: Mengembangkan kebun sawit di kawasan Hutan Produksi Tetap berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 259/Kpts-II/2000 dan diduga tidak memiliki pelepasan kawasan Hutan
PT Perintis Sawit Andalan (PT PSA) merupakan perkebunan kelapa sawit yang tergabung dalam grup
atau mitra dari Kumpulan Hamodal Sdn Bhd. Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2016
PT Perintis Sawit Andalan tidak ditemukan memiliki izin pelepasan kawasan hutan. Hingga laporan
ini ditulis, tim EoF juga tidak memperoleh data HGU dari BPN Kalimantan Barat. Namun, dilansir dari
media postkotapontianak.com3, disebutkan bahwa sebelumnya PT PSA telah mendapatkan Izin
Usaha Perkebunan (IUP) dari Pemkab. Bengkayang pada tanggal 21 Desember 2006 dengan Nomor
525/2328/HB/XII/2006.
Secara administrasi, perkebunan sawit ini berada pada wilayah Desa Belimbing, Kecamatan Lumar,
Kabupaten Bengkayang dan ditemukan beberapa titik koordinat lokasi PT PSA adalah; 0°58'32,22"U
109°29'49,69"T, 0°59'9,61"U 109°28'55,41"T, 0°59'29,86"U 109°28'59,15"T, 0°59'39,88"U
109°29'1,59"T, 0°58'10,95"U 109°29'3,28"T, 0°57'43,16"U 109°28'32,22"T dan 0°58'2,41"U
109°27'59,98"T.
Hasil Analisa Citra Landsat USGS 2017 dan pengamatan lapangan November 2017, diperkirakan luas
eksisting sawit PT Perintis Sawit Andalan mencapai 831 hektar. Hasil wawancara dan pengamatan
12
lapangan perusahaan sawit ini telah mengembangkan sawitnya sejak tahun 2012 atau diperkirakan
sawit telah berumur sekitar 5 tahun.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 259/Kpts-II/2000, 23 Agustus 2000 Tentang
Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Kalimantan Barat, lokasi kebun PT Perintis Sawit Andalan
termasuk dalam kawasan hutan dengan fungsi Hutan Produksi Tetap (HP) sekitar 547 hektar. Namun
areal kebun PT Perintis Sawit Andalan diindikasikan termasuk perubahan kawasan hutan menjadi
bukan kawasan hutan berdasarkan SK Nomor 936/Menhut-II/2013, sehingga berdasarkan SK Nomor
733/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Barat, tanggal 2 September 2014,
areal PT Perintis Sawit Andalan ini menjadi APL lebih kurang 801 hektar dan sisanya 30 hektar pada
Hutan Produksi Tetap (HP).
Peta 4. Foto 1,2,4,5,6 dan 7 ditemukan tanaman sawit yang diperkirakan berumur sekitar 5 tahun. Foto 3 identitas plang
yang menunjukan kebun sawit milik PT Perintis Sawit Andalan. Sebelum keluarnya SK Nomor 733/Menhut-II/2014, 2
September 2014, lokasi foto ini masih merupakan HP. Setelah keluarnya SK Nomor 733/Menhut-II/2014, 2 September
2014 lokasi foto ini sudah menjadi APL.
4. PT REZEKI KENCANA Dugaan pelanggaran: Mengembangkan kebun sawit di kawasan Hutan Lindung berdasarkan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 259/Kpts-II/2000 dan Nomor 733/Menhut-II/2014, Tidak
memiliki pelepasan kawasan Hutan
Hasil investigasi EoF menemukan bahwa PT Rezeki Kencana memiliki perkebunan kelapa sawit di
wilayah administrasi Desa Arus Deras, Kecamatan Teluk Pakedai, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi
Kalimantan Barat. Diduga kebun kelapa sawit yang tergabung dalam grup Tianjin Julong ini telah
13
beroperasi sejak tahun 2010. Salah satu titik koordinat lokasi areal PT Rezeki Kencana yang
ditemukan adalah 0°17'11,05"S, 109°14'12,25"E.
Peta 5. Foto 1,2,3,4,6,7 dan 8 merupakan hamparan tanaman sawit yang diperkirakan sudah berumur 7 tahun milik PT
Rezeki Kencana. Foto 5 merupakan identitas plang yang menunjukan kebun sawit milik PT Rezeki Kencana. Sebelum
keluarnya SK Nomor 733/Menhut-II/2014, 2 September 2014, lokasi foto ini masih merupakan HL. Setelah keluarnya SK
Nomor 733/Menhut-II/2014, 2 September 2014 lokasi foto ini sudah menjadi APL.
Luas lahan PT Rezeki Kencana yang teridentifikasi berdasarkan Analisa Citra Landsat USGS 2017 dan
pengamatan lapangan November 2017 lebih kurang mencapai 4.788 hektar. Berdasarkan Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor 259/Kpts-II/2000, dari 4.788 hektar kebun sawit PT Rezeki Kencana
terdapat 1.702 hektar berada dalam Hutan Lindung dan hanya 3.087 hektar yang berada pada APL.
Namun setelah keluarnya SK Nomor 733/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi
Kalimantan Barat, tanggal 2 September 2014, terdapat pengurangan luas Hutan Lindung di areal PT
Rezeki Kencana.
Temuan ini mengindikasikan bahwa PT Rezeki Kencana telah mengembangkan kebun sawit sebelum
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan tanggal 20 Desember 2013 berdasarkan SK Nomor
936/Menhut-II/2013 dan berdasarkan SK Nomor 733/Menhut-II/2014 telah mengakomodir
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan pada areal kebun sawit yang
sudah eksisting dimiliki oleh PT Rezeki Kencana.
Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2016, tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan di PT Rezeki Kencana. Tim EoF hingga penulisan laporan ini belum memperoleh data HGU dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi Kalimantan Barat. Namun, dilansir dari Mongabay.co.id2 , pada 2013, disebutkan status lahan PT Rezeki Kencana di Kabupaten Kubu Raya berdasarkan sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) Nomor 2, tanggal 12 Maret 2008 seluas 11.180,80 Hektare. Lokasi perusahaan
14
saat itu meliputi dua kecamatan yaitu Kecamatan Teluk Pakedai yang terdiri dari Desa Sungai Deras, Pasir Putih, Teluk Pakedai I, Teluk Galam dan Kecamatan Kubu yang terdiri dari Desa , Jangkang I, Jangkang II, Teluk Nangka, Sungai Teras, Air Putih dan Ambawang. Dalam laman tersebut kemudian dijelaskan bahwa LinkAr Borneo mencatat PT Rezeki Kencana telah mengklaim lahan masyarakat atau Serikat Tani Darat Jaya di wilayah Desa Kampung Baru seluas 2.600 hektar. Tadinya, lahan itu ditanami karet, pisang, jagung dll. PT Rezeki Kencana kemudian melakukan land clearing dan perusakan serta pencabutan tanaman yang mengakibatkan rusaknya sekitar 20.000 pohon dan menanam lahan tersebut dengan sawit. Padahal, Pemerintah Daerah melalui Badan Pertahanan Nasional (BPN) Kabupaten Kubu Raya melalui Surat Nomor BA 28/BA/SPP/VI/2015 menegaskan bahwa lahan tersebut milik masyarakat desa yang tergabung dalam Serikat Tani Darat Jaya. 5. PT MITRA ANEKA REZEKI Dugaan pelanggaran: Mengembangkan kebun sawit di kawasan Hutan Lindung berdasarkan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 259/Kpts-II/2000 dan Nomor 733/Menhut-II/2014, Tidak
memiliki izin pelepasan kawasan Hutan
PT Mitra Aneka Rezeki (PT MAR) terletak di Desa Ambawang, Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu
Raya, Provinsi Kalimantan Barat. Wawancara dengan masyarakat setempat menyebutkan bahwa PT
Mitra Aneka Rezeki mulai menanam sawit sejak tahun 2007 atau sawit telah berumur 10 tahun
dengan luas mencapai 12.230 hektar. Perkebunan kelapa sawit yang tergabung dalam grup atau
mitra dari Artha Graha atau PT Pasifik Agro Sentosa ini berada pada salah satu titik koordinat
0°17'12,56"S, 109°18'18,08"E.
Berdasarkan SK 259/Kpts-II/2000, areal PT Mitra Aneka Rezeki berada dalam kawasan hutan dengan
luas 723 hektar status Hutan Lindung (HL). Setelah keluarnya SK Perubahan Peruntukan Kawasan
Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di Kalimantan Barat Nomor 936/Menhut-II/2013 dan SK
Nomor 733/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Barat, tanggal 2 September
2014, hanya terdapat 128 hektar areal PT Mitra Aneka Rezeki yang berada di Hutan Lindung.
Temuan ini mengindikasikan bahwa SK Nomor 936/Menhut-II/2013, tanggal 20 Desember 2013 dan
SK Nomor 733/Menhut-II/2014 telah mengakomodir kebun sawit yang sudah eksisting dimiliki oleh
PT Mitra Aneka Rezeki.
Diindikasikan PT Mitra Aneka Rezeki tidak memiliki pelepasan kawasan hutan berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2016. Tim EoF hingga penulisan laporan ini juga belum memperoleh data HGU dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi Kalimantan Barat. Ditelusuri lebih lanjut, media CNN Indonesia4 pada tahun 2014 mengeluakan berita yang menyebutkan PT Mitra Aneka Rezeki diduga kuat telah melakukan alih fungsi lahan hutan lindung tanpa adanya izin yang sah.
15
Peta 6. Foto 1 dan 3 identitas plang yang menunjukan kebun sawit milik PT Mitra Aneka Rezeki. Foto 2,4,5,6,7,8 dan 9 ditemukan tanaman sawit dengan kisaran umur 10 tahun. Sebelum keluarnya SK Nomor 733/Menhut-II/2014, 2 September 2014, lokasi foto ini masih merupakan HL. Namun setelah keluarnya SK Nomor 733/Menhut-II/2014, 2 September 2014 lokasi foto ini sudah menjadi APL.
6. PT INDO SAWIT KEKAL Dugaan pelanggaran: Mengembangkan kebun sawit di kawasan Hutan Produksi Tetap (HP)
Berdasarkan SK 259/Kpts-II/2000 dan tidak memiliki pelepasan Kawasan Hutan
PT Indo Sawit Kekal (PT ISK) merupakan perkebunan kelapa sawit yang tergabung dalam grup Cargil
International. Terletak di wilayah Desa Danau Buntar, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten
Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat, PT ISK telah mengembangkan kebun sawit selama 20 tahun
atau dimulai sejak tahun 1997. Lokasi perkebunan PT Indo Sawit Kekal ditemukan berada pada titik
koordinat diantaranya adalah; 1°20'50,00"U 109°43'44,37"T, 1°20'23,67"U 109°43'45,21"T,
1°20'22,36"U 109°41'51,12"T, 1°20'27,27"U 109°40'45,56"T, 1°20'51,38"U 109°41'51,40"T dan
1°21'45,73"U 109°41'13,02"T. Hasil Analisa Citra Landsat USGS 2017 dan pengamatan lapangan
November 2017, diperkirakan luas kebun sawit PT ISK mencapai 8.146 hektar.
PT ISK tidak ditemukan memiliki pelepasan kawasan hutan berdasarkan Buku Basis Data Spasial
Kehutanan 2016. Artinya, diindikasikan Kementerian Kehutanan hingga tahun 2016 belum
memberikan pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan PT ISK. Begitu pula dengan data HGU milik
PT ISK yang belum diperoleh EoF dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi Kalimantan Barat
hingga laporan ini ditulis.
Berdasarkan SK 259/Kpts-II/2000, areal PT ISK termasuk dalam Hutan Produksi Tetap (HP) sekitar
1,074 hektar. Namun setelah keluarnya SK Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan
16
Kawasan Hutan di Kalimantan Barat berdasarkan SK Nomor 936/Menhut-II/2013 dan SK Nomor
733/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Barat, tanggal 2 September 2014,
areal sekitar 1.074 telah menjadi APL. Sehingga kuat diindikasikan PT ISK menjadikan arealnya
menjadi APL dengan perubahan SK Nomor 936/Menhut-II/2013 dan SK Nomor 733/Menhut-II/2014.
Mengingat umur sawit PT ISK yang telah mencapai 20 tahun, diindikasikan PT ISK telah
mengembangkan sawit sebelum perubahan SK 259/Kpts-II/2000, SK Nomor 936/Menhut-II/2013 dan
SK Nomor 733/Menhut-II/2014.
Peta 7. Foto 1,3,4,5 dan 6 menunjukan kebun sawit PT Indo Sawit Kekal yang diperkirakan umur tanaman telah
mencapai 20 tahun. Foto 2 merupakan identitas plang kebun sawit milik PT Indo Sawit Kekal. Sebelum keluarnya SK Nomor
733/Menhut-II/2014, 2 September 2014, lokasi foto ini masih merupakan HP. Setelah keluarnya SK Nomor 733/Menhut-
II/2014, 2 September 2014 lokasi foto ini sudah menjadi APL.
7. PT USAHA AGRO INDONESIA
Dugaan pelanggaran: Mengembangkan kebun sawit di kawasan Hutan Produksi Tetap (HP)
Berdasarkan SK 259/Kpts-II/2000 dan tidak memiliki pelepasan Kawasan Hutan
PT Usaha Agro Indonesia (PT UAI) merupakan perkebunan kelapa sawit yang tergabung dalam grup
atau mitra dari Sampoerna Agro. Secara administrasi berada pada wilayah Desa Sungai Buluh,
Kecamatan Manis Mata, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Salah satu areal kebun PT
UAI teridentifikasi pada titik koordinat 2°42'52,14"S 110°59'13,78"T, sedangkan kantor PT UAI
ditemukan pada titik koordinat 2°40'55,61"S 110°58'57,39"T.
17
Peta 8. Foto 1,2,3,5 dan 6 ditemukan tanaman sawit yang diperkirakan berumur sekitar 20 tahun. Foto 4 identitas plang
yang menunjukan kebun sawit milik PT Usaha Agro Mandiri. Sebelum keluarnya SK Nomor 733/Menhut-II/2014, 2
September 2014, lokasi foto ini masih merupakan HP. Namun berdasarkan SK Nomor 733/Menhut-II/2014, 2 September
2014 lokasi foto ini sudah menjadi APL.
Menurut informasi lapangan dan pengamatan kondisi tanaman sawit pada Desember 2017, PT UAI
telah melakukan penanaman sejak tahun 1997 atau umur tanaman sawit telah mencapai 20 tahun.
Kemudian dari hasil Analisa Citra Landsat USGS 2017 dan pengamatan lapangan, diperkirakan luas
kebun PT UAI mencapai 6.098 hektar.
Tumpang susun areal PT UAI dengan peta Kawasan Hutan berdasarkan SK 259/Kpts-II/2000, areal PT
Usaha Agro Indonesia berada dalam kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) dengan luas 1.046 hektar.
Setelah keluarnya SK Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di
Kalimantan Barat berdasarkan SK Nomor 936/Menhut-II/2013 dan SK Nomor 733/Menhut-II/2014
tentang Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Barat, tanggal 2 September 2014, areal yang semula
berada dalam HP sekitar 1.046 menjadi APL.
PT UAI berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2016, tidak ditemukan memiliki pelepasan
kawasan hutan oleh Kementerian Kehutanan. EoF hingga laporan ini ditulis juga belum memperoleh
data HGU milik PT UAI dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi Kalimantan Barat.
18
8. PT GEMILANG MAKMUR SUBUR
Dugaan pelanggaran: Mengembangkan kebun sawit di kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) dan
Hutan Produksi dapat dikonversi Berdasarkan SK 259/Kpts-II/2000 dan tidak memiliki pelepasan
Kawasan Hutan
Lokasi perkebunan sawit PT Gemilang Makmur Subur (PT GMS) terletak di Desa Sumber Priangan,
Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Beberapa titik koordinat tanaman
sawit milik PT GMS adalah 1°29'43,82"S 110°19'7,20"T, 1°31'55,65"S 110°18'30,69"T, 1°29'39,92"S
110°16'6,70"T, 1°27'29,22"S 110°16'7,93"T, 1°27'31,80"S 110°16'28,18"T, 1°28'4,09"S
110°16'58,06"T dan 1°29'44,06"S 110°18'2,35"T. Hasil analisa Citra Landsat USGS 2017 dan
wawancara dengan warga setempat, luas kebun sawit PT GMS mencapai 5.174 hektar dengan
perkiraan umur tanaman sekitar 20 tahun.
Peta 9. Foto 1-6 hamparan tanaman sawit yang diperkirakan berumur sekitar 20 tahun. Foto 7 menunjukkan identitas
plang yang menunjukan kebun sawit milik PT Gemilang Makmur Subur. Sebelum keluarnya SK Nomor 733/Menhut-II/2014,
2 September 2014, lokasi foto ini masih merupakan HP dan HPK. Setelah keluarnya SK Nomor 733/Menhut-II/2014, 2
September 2014 lokasi foto ini sudah menjadi APL.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 259/Kpts-II/2000, lokasi PT GMS termasuk dalam
kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas 4.263 hektar dan 751 hektar dalam kawasan Hutan
Produksi dapat diKonversi (HPK). Namun areal kebun PT GMS setelah keluarnya SK Perubahan
Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di Kalimantan Barat berdasarkan SK
Nomor 936/Menhut-II/2013 dan SK Nomor 733/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi
Kalimantan Barat, tanggal 2 September 2014, berubah menjadi Areal Penggunaan Lain (APL) dan
sisanya 306 hektar menjadi Hutan Lindung (HL).
19
PT Gemilang Makmur Subur tidak ditemukan dalam Data Progres Pelepasan Kawasan hutan ke
Perkebunan 2016 atau Data Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan untuk Perkebunan, Berdasarkan
Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2016. Artinya diindikasikan Kementerian Kehutanan hingga
tahun 2016 belum memberikan Pelepasan Kawasan untuk perkebunan untuk PT GMS. Sehingga
kuat dugaan bahwa PT GMS melegalkan arealnya menjadi APL melalui SK Perubahan Peruntukan
Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di Kalimantan Barat berdasarkan SK Nomor
936/Menhut-II/2013 dan SK Nomor 733/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi
Kalimantan Barat, tanggal 2 September 2014.
9. PT BUANA TUNAS SEJATERA
Dugaan pelanggaran: Mengembangkan kebun di kawasan Hutan KSA/KPA berdasarkan SK
259/Kpts-II/2000 dan tidak memilki pelepasan Kawasan
PT Buana Tunas Sejahtera (PT BTS) merupakan perkebunan kelapa sawit yang tergabung dalam
kelompok bisnis atau mitra dari Kencana Group di Provinsi Kalimantan Barat. Secara administrasi
perkebunan berada di wilayah Desa Seriang, Kecamatan Nanga Badau, Kabupaten Kapuas Hulu.
Temuan lokasi Perkebunan milik PT Buana Tunas Sejahtera berada pada salah satu titik koordinat
111°53'10,84"T 0°57'24,95"U.
Analisa Citra Landsat USGS 2017 dan pengamatan lapangan Desember 2017, diperkirakan luas
eksisting sawit PT Buana Tunas Sejahtera mencapai 7.882 hektar. Diperkirakan umur tanaman sawit
sekitar 6 tahun atau penanaman tahun 2012. Tumpang susun areal PT Buana Tunas Sejahtera
dengan peta Kawasan Hutan berdasarkan SK 259/Kpts-II/2000, terdapat areal PT Buana Tunas
Sejahtera berada dalam kawasan hutan diantaranya 253 hektar di KSA/KPA. Setelah keluarnya SK
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di Kalimantan Barat
berdasarkan SK Nomor 936/Menhut-II/2013 dan SK Nomor 733/Menhut-II/2014 tentang Kawasan
Hutan Provinsi Kalimantan Barat, tanggal 2 September 2014, areal PT Buana Tunas Sejahtera yang
semula 253 hektar berada di KSA/KPA telah berubah menjadi Areal Penggunaan Lain (APL).
Mengingat umur tanaman sawit diperkirakan mencapai 6 tahun, mengindikasikan bahwa PT Buana
Tunas Sejahtera telah mengembangkan kebun sawit terutama pada areal KSA/KPA sekitar 253
hektar sebelum keluarnya SK Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan
di Kalimantan Barat berdasarkan SK Nomor 936/Menhut-II/2013 dan SK Nomor 733/Menhut-II/2014
tentang Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Barat, tanggal 2 September 2014.
Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, tidak ditemukan pelepasan
kawasan hutan di PT Buana Tunas Sejahtera khusus yang berada pada KSA/KPA. Tim EoF hingga
penulisan laporan ini belum memperoleh data HGU dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi
Kalimantan Barat.
20
Peta 10. Foto 1,2,3 dan 5 hamparan tanaman sawit yang diperkirakan berumur sekitar 6 tahun. Foto 4 identitas plang yang
menunjukan kebun sawit milik PT Buana Tunas Sejahtera. Sebelum keluarnya SK Nomor 733/Menhut-II/2014, 2 September
2014, lokasi foto ini masih merupakan KSA/KPA. Namun setelah keluarnya SK Nomor 733/Menhut-II/2014, 2 September
2014 lokasi foto ini sudah menjadi APL.
10. PT EFITA AGRO LESTARI
Dugaan pelanggaran: Mengembangkan kebun di kawasan Hutan Produksi Tetap (HP)
berdasarkan SK 259/Kpts-II/2000 dan tidak memilki pelepasan Kawasan
Perkebunan kelapa sawit PT Efita Agro Lestari terletak di Desa Kumba, Kecamatan Jagoi Babang,
Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Luas Kebun Sawit Efita Agro Lestari yang
teridentifikasi berdasarkan analisa Citra Landsat USGS 2017 dan pengamatan lapangan November
2017 mencapai lebih kurang 2.190 hektar.
Jika dilakukan overlay atau tumpang susun areal PT Efita Agro Lestari dengan peta Kawasan Hutan
berdasarkan SK 259/Kpts-II/2000, menunjukan bahwa areal Efita Agro Lestari berada dalam kawasan
Hutan Produksi Tetap (HP) dengan luas 686 hektar. Namun Setelah keluarnya SK Perubahan
Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di Kalimantan Barat berdasarkan SK
Nomor 936/Menhut-II/2013 dan SK Nomor 733/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi
Kalimantan Barat, tanggal 2 September 2014, areal PT Efita Agro Lestari yang berada dalam kawasan
hutan lebih kurang 443 hektar telah berubah menjadi Areal Penggunaan Lain (APL) dan sisanya 243
hektar masih Hutan Produksi Tetap (HP).
Menurut informasi warga dan pengamatan tim, PT Efita Agro Lestari 2009 diduga telah
mengembangkan kebun kelapa sawit sejak tahun 2007, sehingga diindikasikan sawitnya berumur 8
tahun. Beberapa titik koordinat ditemukannya lokasi Perkebunan milik PT Efita Agro Lestari antara
21
lain : 0°14'40,29"U 110°13'22,78"T, 0°14'34,71"U 110°14'15,88"T, 0°15'8,33"U 110°14'11,38"T,
0°15'20,04"U 110°13'21,88"T, 0°15'59,51"U 110°13'45,10"T dan 0°16'7,92"U 110°13'30,056"T.
Setelah ditelusuri lebih lanjut, tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PT Efita Agro Lestari
dalam Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2016. Artinya kuat dugaan PT Efita Agro Lestari
menjadikan areal kebun sawitnya lebih kurang 443 hektar menjadi APL melalui SK Perubahan
Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di Kalimantan Barat berdasarkan SK
Nomor 936/Menhut-II/2013 dan SK Nomor 733/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi
Kalimantan Barat, tanggal 2 September 2014.
Peta 11. Foto 1-5 hamparan tanaman sawit yang diperkirakan berumur sekitar 8 tahun. Foto 6 identitas plang yang
menunjukan kebun sawit milik PT Efita Agro Lestari. Sebelum keluarnya SK Nomor 733/Menhut-II/2014, 2 September 2014,
lokasi foto ini masih merupakan Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP). Namun berdasarkan SK Nomor 733/Menhut-II/2014,
2 September 2014 lokasi foto ini sudah menjadi APL.
11. PT MEGASAWINDO PERKASA
Dugaan pelanggaran: Mengembangkan kebun di kawasan Hutan Produksi dapat dikonversi
(HPK) berdasarkan SK 259/Kpts-II/2000 dan tidak memilki pelepasan Kawasan
Dari hasil interview dengan masyarakat disekitar areal PT Megasawindo Perkasa (PT MSP) dan
pengamatan lapangan, PT MSP memulai kegiatan nya sekitar tahun 2012 di wilayah Desa Subah,
Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. Perkebunan sawit yang
tergabung dalam Gunas Group ini diperkirakan berumur 6 tahun. PT Megasawindo Perkasa berada
pada salah satu titik koordinat yang teridentifikasi 0°3',23.86"S 109°57'19,44"T.
Dari hasil Analisa Citra Landsat USGS 2017 dan pengamatan lapangan Desember 2017, diperkirakan
luas eksisting sawit PT Megasawindo Perkasa mencapai 5.587 hektar dan jika ditumpangsusun
22
dengan peta kawasan Hutan berdasarkan SK 259/Kpts-II/2000, areal PT Megasawindo Perkasa
berada dalam kawasan Hutan Produksi dapat diKonversi (HPK) dengan luas 2.330 hektar. Namun
setelah keluarnya SK Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di
Kalimantan Barat berdasarkan SK Nomor 936/Menhut-II/2013 dan SK Nomor 733/Menhut-II/2014
tentang Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Barat, tanggal 2 September 2014 telah menjadi APL.
Ditelusuri lebih lanjut, tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PT Megasawindo Perkasa
dalam Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2016. Artinya kuat dugaan PT Megasawindo Perkasa
menjadikan areal kebun sawitnya lebih kurang 2.330 hektar menjadi APL melalui SK Perubahan
Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di Kalimantan Barat berdasarkan SK
Nomor 936/Menhut-II/2013 dan SK Nomor 733/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi
Kalimantan Barat, tanggal 2 September 2014. Hingga saat ini tim EoF juga belum memperoleh data
HGU PT Megasawindo Perkasa dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi Kalimantan Barat.
Peta 12. Foto 1,2,3,4,5,6, dan 8 hamparan tanaman sawit yang diperkirakan berumur sekitar 6 tahun. Foto 7 merupakan
identitas plang yang menunjukan kebun sawit milik PT Megasawindo Perkasa. Sebelum keluarnya SK Nomor 733/Menhut-
II/2014, 2 September 2014, lokasi foto ini masih merupakan HPK. Setelah keluarnya SK Nomor 733/Menhut-II/2014, 2
September 2014 lokasi foto ini sudah menjadi APL
12. PT PARAMITRA INTERNUSA PRATAMA
Dugaan pelanggaran: Mengembangkan kebun di kawasan Hutan Produksi Tetap (HP)
berdasarkan SK 259/Kpts-II/2000 dan tidak memilki pelepasan Kawasan
Areal perkebunan PT Paramitra Internusa Pratama (PT PIP) berada di wilayah Desa Baru, Desa
Nanga Seberuang, Desa Kenepai. Kecamatan Silat Hilir dan Semitau, Kabupaten Kapuas Hulu,
Kalimantan Barat. PT Paramita Internusa Pratama merupakan bagian dari Sinarmas Group.
23
Berdasarkan informasi warga dan analisa Citra Landsat USGS 2017, PT Paramita Internusa Pratama
memiliki lahan sawit sekitar 5.343 hektar dan sudah beraktivitas sejak tahun 2012, sehingga
diindikasikan umur tanaman sawitnya sekitar 5 tahun. Beberapa titik koordinat temuan lokasi
Perkebunan milik PT Paramitra Internusa adalah 0°33',19.39"U 111°46'42,91"T, 0°33',15.55"U
111°47'6,78"T, 0°33',43.88"U 111°46'31,20"T, 0°33',51.81"U 111°46'20,84"T, 0°33',36.37"U
111°46'52,90"T dan 0°33',19.06"U 111°46'14,32"T.
Peta 13. Foto 1-5 hamparan tanaman sawit yang diperkirakan berumur sekitar 5 tahun. Foto 6 identitas plang yang
menunjukan kebun sawit milik PT Paramitra Internusa Pratama. Sebelum keluarnya SK Nomor 733/Menhut-II/2014, 2
September 2014, lokasi foto ini masih merupakan HP. Namun setelah keluarnya SK Nomor 733/Menhut-II/2014, 2
September 2014 lokasi foto ini sudah menjadi APL
Tumpang susun areal PT Paramitra Internusa Pratama dengan peta Kawasan Hutan berdasarkan SK
259/Kpts-II/2000, diindikasikan terdapat areal PT Paramitra Internusa Pratama berada dalam
kawasan hutan lebih kurang seluas 234 hektar dengan fungsi Hutan Produksi Tetap (HP). Setelah
keluarnya SK Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di Kalimantan
Barat berdasarkan SK Nomor 936/Menhut-II/2013 dan SK Nomor 733/Menhut-II/2014 tentang
Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Barat, tanggal 2 September 2014, areal lebih kurang 234 hektar
tersebut telah menjadi APL.
Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, tidak ditemukan pelepasan
kawasan hutan di PT Paramita Internusa Pratama. Artinya kuat dugaan bahwa PT Paramitra
Internusa Pratama menjadikan areal kebun sawitnya lebih kurang 234 hektar menjadi APL melalui
SK Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di Kalimantan Barat
berdasarkan SK Nomor 936/Menhut-II/2013 dan SK Nomor 733/Menhut-II/2014 tentang Kawasan
Hutan Provinsi Kalimantan Barat, tanggal 2 September 2014. Hingga saat ini tim EoF juga belum
24
memperoleh data HGU PT Megasawindo Perkasa dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi
Kalimantan Barat.
Temuan ini menunjukan bahwa PT Paramitra Internusa Pratama telah mengembangkan kebun sawit
sebelum keluar SK Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi bukan kawasan hutan
berdasarkan SK Nomor 936/Menhut-II/2013, mengingat umur tanaman sawit PT Paramitra Internusa
Pratama lebih kurang 5 tahun.
13. PT AGRONUSA INVESTEMA
Dugaan pelanggaran: Mengembangkan kebun di kawasan Hutan Produksi Tetap (HP)
berdasarkan SK 259/Kpts-II/2000 dan tidak memilki pelepasan Kawasan
PT Agronusa Investema berlokasi di Desa Sebete, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak,
Kalimantan Barat. Perusahaan sawit PT Agronusa Investema diperkirakan telah beroperasi sejak
2009. Berdasarkan analisa Citra Landsat USGS 2017 dan pengamatan lapangan Desember 2017,
mitra dari Wilmar grup ini memiliki luas sawit eksisting sekitar 6.900 hektar dengan umur tanaman
diperkirakan 8 tahun. Beberapa lokasi kebun teridentifikasi berada pada titik koordinat 0°12'58,08"U
109°42'23,96"T, 0°10'59,37"U 109°42'59,75"T, 0°10'47,16"U 109°42'37,98"T, 0°11'35,28"U
109°41'47,18"T, 0°12'7,11"U 109°42'48,11"T dan 0°13'23,62"U 109°42'47,20"T.
Berdasarkan SK 259/Kpts-II/2000, diindikasikan terdapat areal PT Agronusa Investema berada dalam
kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) dengan luas 837 hektar. Setelah keluarnya SK Perubahan
Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di Kalimantan Barat Nomor
936/Menhut-II/2013 dan SK Nomor 733/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi
Kalimantan Barat Tanggal 2 September 2014, areal PT Agronusa Investema telah berubah menjadi
Areal Penggunaan Lain (APL).
Kemudian berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2016, tidak ditemukan PT Agronusa
Investema memiliki pelepasan kawasan hutan. Sehingga kuat diindikasikan bahwa PT Agronusa
Investema menjadikan areal kebun sawitnya lebih kurang 837 hektar menjadi APL melalui SK
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di Kalimantan Barat
berdasarkan SK Nomor 936/Menhut-II/2013 dan SK Nomor 733/Menhut-II/2014 tentang Kawasan
Hutan Provinsi Kalimantan Barat, tanggal 2 September 2014. Hingga saat ini tim EoF juga belum
memperoleh data HGU PT Agronusa Investema dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi
Kalimantan Barat.
Temuan ini menunjukan bahwa PT Agronusa Investema telah mengembangkan kebun sawit sebelum
keluar SK Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi bukan kawasan hutan berdasarkan SK
Nomor 936/Menhut-II/2013, mengingat umur tanaman sawit PT Paramitra Internusa Pratama lebih
kurang 8 tahun.
25
Peta 14. Foto 1,2,3,4 dan 5 hamparan tanaman sawit yang diperkirakan berumur sekitar 8 tahun. Foto 6 merupakan
identitas plang yang menunjukan kebun sawit milik PT Agronusa Investema. Sebelum keluarnya SK Nomor 733/Menhut-
II/2014, 2 September 2014, lokasi foto ini masih merupakan HP. Setelah keluarnya SK Nomor 733/Menhut-II/2014, 2
September 2014 lokasi foto ini sudah menjadi APL.
14. PT SENTOSA PRIMA AGRO
Dugaan pelanggaran: Mengembangkan kebun di kawasan Hutan Lindung berdasarkan SK
259/Kpts-II/2000 dan tidak memilki pelepasan Kawasan hutan
PT Sentosa Prima Agro (PT SPA) merupakan bagian dari Gunajaya Agro dan terletak di Desa Sungai
Melayu, Kecamatan Sungai Melayu Rayak, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Dari hasil analisa
Citra Landsat USGS 2017 dan pengamatan lapangan November 2017, diperkirakan luas sawit
eksisting PT Sentosa Prima Agro mencapai 2.036 hektar. Jika dilakukan overlay dengan peta Kawasan
Hutan berdasarkan SK 259/Kpts-II/2000, areal PT Sentosa Prima Agro berada dalam kawasan Hutan
Lindung (HL) dengan luas 439 hektar.
Berdasarkan wawancara dengan warga sekitar areal PT Sentosa Prima Agro dan pengamatan
lapangan menyebutkan PT Sentosa Prima Agro telah menanam sawit sekitar tahun 2009 atau umur
tanamannya telah mencapai 8 tahun. Temuan ini menunjukan bahwa PT Sentosa Prima Agro telah
mengembangkan kebun sawit sebelum keluar SK Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi
bukan kawasan hutan berdasarkan SK Nomor 936/Menhut-II/2013, mengingat umur tanaman sawit
PT Sentosa Prima Agro lebih kurang 8 tahun.
26
PT Sentosa Prima Agro tidak ditemukan dalam Data Pelepasan Kawasan Hutan ke Perkebunan 2016
atau Berdasarkan Buku Data Spasial Kehutanan 2016. Sehingga kuat diindikasikan bahwa PT Sentosa
Prima Agro menjadikan areal kebun sawitnya lebih kurang 439 hektar menjadi APL melalui SK
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di Kalimantan Barat
berdasarkan SK Nomor 936/Menhut-II/2013 dan SK Nomor 733/Menhut-II/2014 tentang Kawasan
Hutan Provinsi Kalimantan Barat, tanggal 2 September 2014. Hingga saat ini tim EoF juga belum
memperoleh data HGU PT Sentosa Prima Agro dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi
Kalimantan Barat.
Peta 15. Foto 1,2,4,5 dan 6 hamparan tanaman sawit yang diperkirakan berumur sekitar 8 tahun. Foto 3 identitas plang
yang menunjukan kebun sawit milik PT Sentosa Prima Agro. Sebelum keluarnya SK Nomor 733/Menhut-II/2014, 2
September 2014, lokasi foto ini masih merupakan HL. Setelah keluarnya SK Nomor 733/Menhut-II/2014, 2 September 2014
lokasi foto ini sudah menjadi APL.
15. PT CITRA NUSA INTI SAWIT
Dugaan pelanggaran: Mengembangkan kebun di kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) berdasarkan
SK 259/Kpts-II/2000 dan tidak memilki pelepasan Kawasan
PT CNIS merupakan bagian dari grup Indofood Agri di Kalimantan Barat yang berlokasi di Desa
Kedukul dan Desa Sungai Mawang, Kecamatan Mukok, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.
Analisa Citra Landsat USGS 2017 dan pengamatan lapangan November 2017, diperkirakan luas sawit
eksisting PT Citra Nusa Inti Sawit mencapai 10.087 hektar. Berdasarkan tumpang susun atau hasil
overlay dengan peta Kawasan Hutan berdasarkan SK 259/Kpts-II/2000, areal PT Citra Nusa Inti Sawit
berada dalam kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) dengan luas 3.434 hektar. Berdasarkan Buku Basis
27
Data Spasial Kehutanan 2016 tidak ditemukan PT CNIS memiliki pelepasan kawasan hutan. Namun
setelah keluarnya SK Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di
Kalimantan Barat berdasarkan SK Nomor 936/Menhut-II/2013 dan SK Nomor 733/Menhut-II/2014
tentang Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Barat, tanggal 2 September 2014, areal lebih kurang
3.434 tersebut menjadi APL.
Berdasarkan wawancara dengan warga sekitar areal PT CNIS dan pengamatan lapangan
menyebutkan CNIS telah menanam sawit sekitar tahun 2010 atau umur tanamannya telah mencapai
7 tahun. Temuan ini menunjukan bahwa PT CNIS telah mengembangkan kebun sawit sebelum keluar
SK Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi bukan kawasan hutan berdasarkan SK Nomor
936/Menhut-II/2013, mengingat umur tanaman sawit PT CNIS lebih kurang 7 tahun.
Peta 16. Foto 2,3,4,7,8,9 dan 10 hamparan tanaman sawit yang diperkirakan berumur sekitar 7 tahun. Foto 1,5 dan 6
identitas plang yang menunjukan kebun sawit milik PT Citra Nusa Inti Sawit. Sebelum keluarnya SK Nomor 733/Menhut-
II/2014, 2 September 2014, lokasi foto ini masih merupakan HP. Namun setelah keluarnya SK Nomor 733/Menhut-II/2014,
2 September 2014 lokasi foto ini sudah menjadi APL.
16. PT REJEKI KENCANA PRIMA
Dugaan pelanggaran: Mengembangkan kebun di kawasan Hutan Produksi Tetap (HP)
berdasarkan SK 259/Kpts-II/2000 dan tidak memilki pelepasan Kawasan
Lokasi kebun sawit PT Rejeki Kencana Prima (PT RKP) berada di wilayah administrasi Desa Amboyo
Selatan, Kecamatan Ngabang, Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan
wawancara dengan warga setempat, diperkirakan luas sawit eksisting PT Rejeki Kencana Prima
mencapai 6.763 hektar. Perhitungan luas ini hampir sama dengan hasil pengamatan lapangan yang
kemudian diverifikasi dengan hasil analisa Citra Landsat USGS 2017. Masih menurut warga,
diperkirakan PT Rejeki Kencana Prima telah mengembangkan kebun sawitnya sejak tahun 2013,
28
sehingga diindikasikan umur tanaman sawitnya sekitar 4 tahun. Salah satu lokasi kebun PT Rejeki
Kencana Prima berada pada titik koordinat 0°17'11,05"S 109°14'12,25"E.
Berdasarkan SK 259/Kpts-II/2000, areal PT Rejeki Kencana Prima berada dalam kawasan Hutan
Produksi Tetap (HP) dengan luas 6.667 hektar. Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2016,
tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PT Rejeki Kencana Prima. Namun setelah
keluarnya SK Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di Kalimantan
Barat berdasarkan SK Nomor 936/Menhut-II/2013 dan SK Nomor 733/Menhut-II/2014 tentang
Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Barat, tanggal 2 September 2014, sebagian areal PT Rejeki
Kencana Prima telah berubah menjadi Areal Penggunaan Lain (APL) lebih kurang 3.657 hektar dan
sisanya masih Hutan Produksi Tetap (HP) 3.106 hektar.
Peta 17. Foto 1,2,3,4,5,6,7 dan 8 hamparan tanaman sawit yang diperkirakan berumur sekitar 4 tahun. Foto 9 identitas
plang yang menunjukan kebun sawit milik PT Rejeki Kencana Prima. Sebelum keluarnya SK Nomor 733/Menhut-II/2014, 2
September 2014, lokasi foto ini masih merupakan HP. Setelah keluarnya SK Nomor 733/Menhut-II/2014, 2 September 2014
lokasi foto ini sudah menjadi APL.
17. PT BONTI PERMAI JAYA RAYA
Dugaan pelanggaran: Mengembangkan kebun di kawasan Hutan Produksi Tetap (HP)
berdasarkan SK 259/Kpts-II/2000 dan tidak memilki pelepasan Kawasan
PT Bonti Permai Jaya Raya (PT BPJR) merupakan perkebunan kelapa sawit yang tergabung dalam
grup atau mitra dari Lyman di Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan pengamatan lapangan serta
Analisa Citra Landsat 2017, luas sawit eksisting PT BPJR mencapai 5.115 hektar. Temuan lapangan
pada areal seluas 5.115 hektar ini telah ditanami sawit yang berumur 9 tahun atau dimulai
29
penanaman sejak tahun 2008. Secara administrasi berada pada wilayah Desa Setungkup, Kecamatan
Ketungau Hilir, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. dan terletak pada titik koordinat 0°23'54,73"U
111°33'47,49"T
Peta 20. Foto 1,2,3,dan 4 hamparan tanaman sawit yang diperkirakan berumur sekitar 9 tahun. Foto 5 identitas plang
yang menunjukan kebun sawit milik PT Bonti Permai Jaya Raya. Sebelum keluarnya SK Nomor 733/Menhut-II/2014, 2
September 2014, lokasi foto ini masih merupakan HP. Namun setelah keluarnya SK Nomor 733/Menhut-II/2014, 2
September 2014 lokasi foto ini sudah menjadi APL.
Berdasarkan SK 259/Kpts-II/2000, areal PT Bonti Permai Jaya Raya berada dalam kawasan Hutan
Produksi Tetap (HP) dengan luas 4.258 hektar. Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2016,
tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PT Bonti Permai Jaya Raya. Namun setelah
keluarnya SK Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di Kalimantan
Barat berdasarkan SK Nomor 936/Menhut-II/2013 dan SK Nomor 733/Menhut-II/2014 tentang
Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Barat, tanggal 2 September 2014, sebagian areal PT Bonti
Permai Jaya Raya telah berubah menjadi Areal Penggunaan Lain (APL) lebih kurang 922 hektar dan
sisanya masih Hutan Produksi Tetap (HP) 3.336 hektar.
Jika dilihat dari umur tanaman yang telah mencapai 9 tahun, menunjukan bahwa PT Bonti Permai
Jaya Raya telah mengembangkan kebun sawit sebelum keluar SK Perubahan Peruntukan Kawasan
Hutan menjadi bukan kawasan hutan berdasarkan SK Nomor 936/Menhut-II/2013.
30
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan Eyes on the Forest
Diindikasikan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 936/Menhut-II/2013, tanggal 20 Desember
2013, Tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan seluas
554.137 hektar dan SK Nomor 733/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan
Barat, tanggal 2 September 2014, diindikasikan hanya ‘melegalkan’ keterlanjuran perusahaan sawit
mengembangkan kebun kelapa sawit.
Rekomendasi Eyes on the Forest
• Meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mencabut dan meninjau
ulang Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 936/Menhut-II/2013, tanggal 20 Desember
2013, Tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan seluas
554.137 hektar di Provinsi Kalimantan Barat dan SK Nomor 733/Menhut-II/2014 tentang
Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Barat, tanggal 2 September 2014.
• Meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk melakukan penyelidikan,
penyidikan dan penindakan terhadap perusahaan sawit yang telah mengembangkan kebun
sawit pada kawasan hutan tanpa pelepasan kawasan hutan dan pada kawasan hutan
sebelum diterbitkannya Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 936/Menhut-II/2013, tanggal
20 Desember 2013, Tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan
Hutan seluas 554.137 hektar di Provinsi Kalimantan Barat dan SK Nomor 733/Menhut-
II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Barat, tanggal 2 September 2014.
• Mendesak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk segera mendorong proses
hukum terhadap perusahaan sawit yang terindikasi melanggar.
• Meminta BPN Provinsi Kalimantan Barat untuk selektif dan melakukan evaluasi terhadap
HGU yang akan dan telah diterbitkan di kawasan hutan oleh Kantor Pertanahan kabupaten.
• Meminta Pemprov Kalimantan Barat untuk lebih cermat dalam melakukan penyusunan dan
pengusulan perubahan RTRWP.
• Meminta Komisi Nasional Hak Asasi Manusia menindaklanjuti laporan dari kelompok
masyarakat madani terkait dengan dugaan pelanggaran HAM oleh sejumlah perusahaan
terhadap masyarakat sekitar yang menunjukkan masih maraknya konflik sosial.
• Meminta Komisi Pemberantasan Korupsi untuk melakukan penyelidikan terhadap Aparatur
Negera dan Koorporasi atas dugaan terjadinya tindak pidana korupsi dalam proses terbitnya
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 936/Menhut-II/2013, tanggal 20 Desember 2013,
Tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan seluas
554.137 hektar di Provinsi Kalimantan Barat dan SK Nomor 733/Menhut-II/2014 tentang
Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Barat, tanggal 2 September 2014.
• Meminta perusahaan, pembeli produk minyak sawit dan konsumen, yang terkait dengan
nama-nama korporat yang beredar untuk konsisten menaati komitmen kelestarian yang
dipublikasikan dan deklarasi secara luas. Adanya pelanggaran terhadap komitmen akan
mendapatkan konsekuensi dari parapihak yang terkait.
SELESAI
31
1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Perusakan Hutan.
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2013_18.pdf English translation “The Prevention and Eradication of Forest Destruction (Law No. 18/2013 dated August 6, 2013) is available at: http://faolex.fao.org/docs/pdf/ins137703.pdf
2 http://www.mongabay.co.id/2017/05/30/berlarut-konflik-lahan-masyarakat-dengan-perusahaan-sawit-di-kubu-raya/ 3 http://www.postkotapontianak.com/masyarakat-petani-plasma-pt-perintis-sawit-andalan-menuntut-dua-puluh-persen-
lahan-plasmanya-segera-di-bagikan/
4 https://www.cnnindonesia.com/nasional/20141028085004-20-8435/perusahaan-thailand-diduga-eksploitasi-hutan
Top Related