7/29/2019 Laporan Tutorial II Inkontinensia
1/15
SKENARIO
Seorang laki-laki umur 79 tahun dibawa ke Puskesmas dengan keluhan selalu ngompol dan
buang air kecil sedikit-sedikit. Namun walaupun buang air kecilnya berlangsung lama, tetapi
selesai buang air kecil ia merasa tidak puas. Keadaan ini dialaminya 7 hari yang lalu. Penderita
mengeluh sakit pada kedua lutunya.Menurut keluarganya, setahun terakhir ini, watak bapak iniselalu marah dan sering lupa setelah mengerjakan sesuatu yang baru saja dilakukannya. Sejak 7
tahun terakhir ini penderita mengkomsumsi obat-obatan kencing manis, tekanan darah tinggi,
jantung dan rematik. Tiga tahun yang lalu penderita mendapat serangan stroke
KATA KUNCI :
Identitas : Laki-laki 79 tahun Keluhan Utama : 1. Sering ngompol 2. BAK sedikit-sedikit 3. Tidak puas saat berkemih
4. Dialami sejak tujuh hari yang lalu
Autoanamnesis: Sakit pada kedua lutut Alloanamnesis: 1. Watak pemarah 2. Sering lupa pekerjaan yang baru dilakukan Riwayat penyakit dan pengobatan :
Diabetes Melitus Stroke 3 tahun yang lalu Tekanan darah tinggi Penyakit jantung Reumatik
PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan Inkontinensia Urin? Apa penyebab dan Tipe-ipenya?2. Apa kaitan antara kondisi kejiwaan pasien dengan keluhan yang dialami?3. Obatan apa saja yang berpengaruh pada keluhan pasien?4. Hubungan antara riwayat penyakit dengan keluhan pasien?5. Bagaimna langkah-langkah diagnosis (Anamnesis dan pemeriksaan yang diperlukan), dan
penatalaksanaan bagi penderita (Comprehensive Geriatric Assessment)?
7/29/2019 Laporan Tutorial II Inkontinensia
2/15
JAWAB :
1. Apa yang dimaksud dengan Inkontinensia Urin? Apa penyebab dan Tipe-ipenya?Inkontinensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi
yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan atau sosial.Variasi dari
inkontinensia urin meliputi keluar hanya beberapa tetes urin saja, sampai benar-benar banyak,
bahkan terkadang juga disertai inkontinensia alvi (disertai pengeluaran feses).
Klasifikasi Inkontinensia Urin
1. Inkontinensia Urin Akut/Reversibel
Pasien delirium mungkin tidak sadar saat mengompol atau tak dapat pergi ke toilet
sehingga berkemih tidak pada tempatnya. Bila delirium teratasi maka inkontinensia urin
umumnya juga akan teratasi. Setiap kondisi yang menghambat mobilisasi pasien dapat memicu
timbulnya inkontinensia urin fungsional atau memburuknya inkontinensia persisten, sepertifraktur tulang pinggul, stroke, arthritis dan sebagainya.
Resistensi urin karena obat-obatan, atau obstruksi anatomis dapat pula menyebabkan
inkontinensia urin. Keadaan inflamasi pada vagina dan urethra (vaginitis dan urethritis) mungkin
akan memicu inkontinensia urin. Konstipasi juga sering menyebabkan inkontinensia akut.
Berbagai kondisi yang menyebabkan poliuria dapat memicu terjadinya inkontinensia
urin, seperti glukosuria atau kalsiuria. Gagal jantung dan insufisiensi vena dapat menyebabkan
edema dan nokturia yang kemudian mencetuskan terjadinya inkontinensia urin nokturnal.
Berbagai macam obat juga dapat mencetuskan terjadinya inkontinensia urin seperti Calcium
Channel Blocker, agonist adrenergic alfa, analgesic narcotic, psikotropik, antikolinergik dandiuretic.
Untuk mempermudah mengingat penyebab inkontinensia urin akut reversible dapat dilihat
akronim di bawah ini :
D --> Delirium R--> Restriksi mobilitas, retensi urin I --> Infeksi, inflamasi, Impaksi P --> Poliuria, pharmasi
2. Inkontinensia Urin Persisten
Inkontinensia urin persisten dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, meliputi anatomi,
patofisiologi dan klinis. Untuk kepentingan praktek klinis, klasifikasi klinis lebih bermanfaat
karena dapat membantu evaluasi dan intervensi klinis.
Kategori klinis meliputi :
7/29/2019 Laporan Tutorial II Inkontinensia
3/15
a. Inkontinensia urin stress (stres inkontinence)Tak terkendalinya aliran urin akibat meningkatnya tekanan intraabdominal, seperti pada saat
batuk, bersin atau berolah raga. Umumnya disebabkan oleh melemahnya otot dasar panggul,
merupakan penyebab tersering inkontinensia urin pada lansia di bawah 75 tahun. Lebih sering
terjadi pada wanita tetapi mungkin terjadi pada laki-laki akibat kerusakan pada sfingter urethrasetelah pembedahan transurethral dan radiasi. Pasien mengeluh mengeluarkan urin pada saat
tertawa, batuk, atau berdiri. Jumlah urin yang keluar dapat sedikit atau banyak.
b. Inkontinensia urin urgensi (urgency inkontinence)Keluarnya urin secara tak terkendali dikaitkan dengan sensasi keinginan berkemih.
Inkontinensia urin jenis ini umumnya dikaitkan dengan kontraksi detrusor tak terkendali
(detrusor overactivity). Masalah-masalah neurologis sering dikaitkan dengan inkontinensia urin
urgensi ini, meliputi stroke, penyakit Parkinson, demensia dan cedera medula spinalis. Pasien
mengeluh tak cukup waktu untuk sampai di toilet setelah timbul keinginan untuk berkemih
sehingga timbul peristiwa inkontinensia urin. Inkontinensia tipe urgensi ini merupakan penyebabtersering inkontinensia pada lansia di atas 75 tahun. Satu variasi inkontinensia urgensi adalah
hiperaktifitas detrusor dengan kontraktilitas yang terganggu. Pasien mengalami kontraksi
involunter tetapi tidak dapat mengosongkan kandung kemih sama sekali. Mereka memiliki gejala
seperti inkontinensia urin stress, overflow dan obstruksi. Oleh karena itu perlu untuk mengenali
kondisi tersebut karena dapat menyerupai ikontinensia urin tipe lain sehingga penanganannya
tidak tepat.
c. Inkontinensia urin luapan / overflow (overflow incontinence)Tidak terkendalinya pengeluaran urin dikaitkan dengan distensi kandung kemih yang
berlebihan. Hal ini disebabkan oleh obstruksi anatomis, seperti pembesaran prostat, faktorneurogenik pada diabetes melitus atau sclerosis multiple, yang menyebabkan berkurang atau
tidak berkontraksinya kandung kemih, dan faktor-faktor obat-obatan. Pasien umumnya mengeluh
keluarnya sedikit urin tanpa adanya sensasi bahwa kandung kemih sudah penuh.
d. Inkontinensia urin fungsionalMemerlukan identifikasi semua komponen tidak terkendalinya pengeluaran urin akibat
faktor-faktor di luar saluran kemih. Penyebab tersering adalah demensia berat, masalah
muskuloskeletal berat, faktor lingkungan yang menyebabkan kesulitan untuk pergi ke kamar
mandi, dan faktor psikologis. Seringkali inkontinensia urin pada lansia muncul dengan berbagai
gejala dan gambaran urodinamik lebih dari satu tipe inkontinensia urin. Penatalaksanaan yangtepat memerlukan identifikasi semua komponen.
7/29/2019 Laporan Tutorial II Inkontinensia
4/15
2. Apa kaitan antara kondisi kejiwaan pasien dengan keluhan yang dialami?Demensia yang diderita oleh pasien merupakan komplikasi dari riwayat penyakit
metaboliknya yang dapat bersifat nonreversibel akibat stroke, yaitu demensia vaskuler. Kondisi
tersebut menimbulkan gangguan fungsional untuk berkemih.
Demensia adalah sindrom klinis meliputi hilangnya fungsi intelektual dan ingatan seseorangyang menyebabkan disfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun dua karakteristik dari sindrom ini adalah:
1. Perjalanan penyakit yang bertahap (bulanan hingga tahunan).2. Tidak disertai gangguan kesadaran.
Pasien mengalami demensia akibat konsumsi obat-obatan dalam jangka panjang. Mengingat
riwayat obat-obatan yang diindikasikan untuk penyakit yang diderita termasuk dalam daftar
obat-obatan yang dapat menyebabkan demensia. Demensia yang dialami dapat tergolong
reversibel. Pasien mengalami demensia akibat stroke pada tiga tahun lalu. Dalam hal inipasien termasuk dalam demensia nonreversibel khususnya demensia vaskuler.
Gangguan pada susunan saraf pusat dapat mengakibatkan terjadinya inkontinensia urin.
Inkontinensia urin adalah antara keluhan pasien demensia tahap intermediate atau tahap
pertengahan. Inkontinensia urin ini dikategorikan inkontinensia tipe urgensi. Gangguan patologik
pada pusat koordinasi saraf simpatetik maupun parasimpatetik di otak, batang otak dan pons
yang disebabkan oleh lesi pasca stroke, degenerasi dan atrofi korteks serebri sendiri akan
menggangu proses miksi yang normal.
Pada penderita demensia tahap lanjut, apabila terjadi kerusakan lobus frontal. Keadaan
ini mengakibatkan penderita tidak sadar terhadap sensasi maupun keperluan untuk buang airkecil. Kerusakan pada lobus parietal dan occipital akan menurunkan atau mengganggu kebolehan
penderita untuk mengenal pasti persekitaran kamar mandi sebagai contoh sinki dan mangkuk
tandas.
Kerusakan pada lobus frontal dan parietal akan menurunkan kebolehan penderita untuk
mengendalikan aktiviti seperti menanggalkan pakaian, duduk dan menggunakan kamar kecil
seperti biasa.
Kerusakan pada struktur kortikal dalam seperti insula korteks bisa mengganggu
keupayaan penderita untuk mengenal pasti sensasi internal seperti distensi kandung kemih atau
rasa penuh pada kandung kemih.
Dalam scenario inkontinensia urin pada pasien lebih kepada patomekanisme yang
melibatkan gangguan neurology untuk proses miksi yang normal pada pasien geriatric. Seperti
kita sedia maklum pada pasien usia lanjut 50% dari fungsi neuron diotak akan berkurang kerana
proses atrofi dan proses degeneratif. Inkontinensia ini juga dikaitkan dengan riwayat stroke yang
pernah dihidapi pasien 3 tahun yang lalu. (vascular demensia). Demensia pada pasien ini masih
7/29/2019 Laporan Tutorial II Inkontinensia
5/15
pada tahap pertengahan kerana masih belum menunjukkan tanda-tanda gangguan memori berat,
immobilitas dan sebagainya.
3. Obatan apa saja yang berpengaruh pada keluhan pasien?Obat-obat yang kemungkinan dikonsumsi oleh pasien antara lain diuretik dan calcium
channel blocker untuk menangani penyakit jantung dan Analgesik Opioid untuk menangani nyeri
pada rematik. Diuretik merupakan salah satu obat dalam menangani penyakit jantung, namun
kerja obat tersebut meningkatkan absorbsi di tubulus ginjal sehingga kecepatan produksi urin
pun meningkat. Pada pasien yang juga memiliki riwayat stroke, muskulus detrusor pada kandung
kemih mengalami kelemahan akibat serangan stroke. Oleh karena itu lemahnya muskulus
detrusor ditambah peningkatan produksi urin semakin mempermudah pasien untuk berkemih
tanpa disadari.
Sedangkan Calcium Channel Blocker yang juga merupakan salah satu terapi
medikamentosa pada penyakit jantung memiliki efek samping relaksasi otot kandung kemih,sehingga pada saat kandung kemih penuh, tidak ada kontraksi yang menahan aliran urin keluar
melalui urethra. Begitupula dengan Analgesik Opioid, obat ini berefek pada peningktan
kontraksi kandung kemih dan ureter dan juga berefek pada berkemih tanpa disadari.
4. Hubungan antara riwayat penyakit dengan keluhan pasien?Hubungan antara sakit jantung dengan terjadinya inkontinensia urin yaitu:
Ada beberapa aspek yang dapat dianalisa dari penyakit jantung sebagai salah satu
penyebab inkontinensia urine, yaitu:a. Kecenderungan seorang lansia untuk mengalami hipertrofi ventrikel kiri jantung
menyebabkan resiko terjadinya gagal jantung meningkat. Kegagalan jantung untuk
memompa darah ke perifer menimbulkan peningkatan tahanan perifer yang akan
memberi gejala edema pada penderitanya. Edema dapat menyebabkan pasien
mengalami frekunsi dan nokturia. Namun inkontinensia yang diakibatkannya
bersifat akut sehingga tidak dapat dijadikan sebagai kemungkinan penyebab
inkontinensia sesuai skenario.
b. Untuk mengatasi edema diberikan obat jenis diuretik. Obat-obatan jenis ini dapatmenyebabkan inkontinensia urin. Namun jenis inkontinensia urin dalam hal iniadalah reversibel/akut, sedangkan gejala pasien dalam skenario tergolong
inkontinensia urin yang persisten, tepatnya tipe overflow. Dengan demikian,
kemunngkinan inkontinensia urin akibat obat dapat disingkirkan pada kasus ini.
c. Obat jantung seperti Ca chanel Bloker juga dapat menyebabkan inkontinensia, yaitukontraksi kandung kemih juga tergantung pada kerja ion kalsium, sehingga
penghambat kalsium juga dapat menganggu kontraksi kandung kemih. Diuretic
7/29/2019 Laporan Tutorial II Inkontinensia
6/15
yang diberikan pada pasien hipertensi dapat menyebabkan akumilasi urine yang
berlebihan, akibat retensi na dan air yang dihambat, sehingga pasien selalu merasa
ingin BAK.
Pengaruh Nyeri lutut dan bengkak dengan keluhan pada pasien
Ada banyak sekali jenis dari rematik tetapi, pada lansia rematik yang sering terjadi ada 3
yaitu Osteoarhtritis, Gout, dan Reumatoid Atrithis. Salah satu penyakit yang memberi gambaran
klinis bengkak dan sakit pada lutut yaitu osteoarthritis. Osteoarthritis merupakan penyakit
degeneratif sendi, yang berkaitan dengan usia lanjut terutama pada sendi- sendi tangan dan sendi
sendi besar yang menanggung beban dan secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas,
pembesaran sendi dan hambatan gerak. Hambatan gerak ini terjadi meskipun pada OA yang
masih dini. Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit, sampai sendi hanya
bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur. Selain itu dapat terjadinya perubahan gaya berjalan
yang berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan.
Dari semua keluhan/masalah nyeri tulang/sendi yang terjadi pada pasien dengan penyakit
osteoarthritis yang dideritanya menyebabkan kesulitan untuk pergi ke kamar mandi. Sehingga
penderita umumnya menunda keinginannya untuk miksi. Jika penderita sering menunda
keinginan untuk miksi tersebut maka bisa menyebabkan penderita juga mengalami inkontinensia
urin.
Dilihat dari pembagian tipe inkontinensia, dapat digolongkan pada tipe inkontinensia
fungsional. Yaitu tidak terkendalinya pengeluaran urin akibat faktor-faktor diluar saluran kemih.
Penyebab tersering yaitu masalah muskuloskeletal.
Selain itu Efek samping dari obat rematik, yaitu golongan NSAID. Obat ini merupakan
agen anti prostaglandin yang dapat menghambat kemampuan otot-otot detrussor untuk
berkontraksi dengan baik sehingga timbulah inkontinensia urin tipe overflow.
Pengaruh Diabetes Melitus
Adanya riwayat DM dan penggunaan obat-obat yang dapat menyebabkan inkontinensia,
sekalipun bukan merupakan penyebab utama dalam skenario ini, namun turut mengambil peran
sebagai faktor yang memperburuk kondisi yang dialami pasien.
Diabetes Melitus
diabetic neuropathy
Autonom neuropathy
Hilangnya sensasi berkemih
7/29/2019 Laporan Tutorial II Inkontinensia
7/15
Menurunnya kontraksi otot detrusor
Sulit mengosongkan vesica urinaria
(neurogenic bladder)
Inkontinensia tipe overflow
Hubungan riwayat stroke dengan inkontinensia urin
Pada pasien yang mengalami stroke, terjadi gangguan pada korteks serebri yang
divaskularisasi oleh arteri meningea media, dimana korteks sersbri merupakan kontrol volunteer
(yang disadari).
Mekanisme miksi secara normal, jika kandung kemih terisi, maka reseptor mengalamiregangan, terjadi refleks supresi dari saraf parasimpatis dan kemudian kandung kemih akan
berkontraksi. Secara mekanis, sfingter urethra internum kandung kemih akan selalu terbuka
sewaktu kandung kemih berkontraksi. Sedangkan untuk sfingter urethra eksternum, bila neuron
motorik mengalami inhibisi, maka sfingter ini akan tertutup, tetapi bila neuron motorik
terangsang, maka sfingter ini akan terbuka.
Pengaruh stroke terhadap gangguan miksi pasien tergantung dari lokasi lesinya.
Korteks serebri- jika lesi pada bagian frontal korteks serebri, akan menimbulkan rasa ketidakpuasan pada
saat miksi
- jika lesi pada bagian pre-sentral akan menyebabkan kesulitan pada awal miksi
- jika lesi pada bagian post-sentral akan menyebabkan kehilangan rasa/sensasi penuh
pada kandung kemih
Batang otak- Lesi UMN bilateral (pada traktus pyramidal) akan menyebabkan polimiksi dan
inkontinensia urin.
- Lesi LMN (lesi pada sacrum) akan menyebabkan aflaksid, atonik dari kandungkemih, dimana terjadi pengeluaran miksi yang berlebihan (overflow) tanda adanya
tanda-tanda akan miksi.
7/29/2019 Laporan Tutorial II Inkontinensia
8/15
6. Bagaimna langkah-langkah diagnosis (Anamnesis dan pemeriksaan yang diperlukan),dan penatalaksanaan bagi penderita (Comprehensive Geriatric Assessment)?
Berdasarkan pembahasan mengenai kemungkinan penyakit-penyakit yang dapat
menyebabkan inkontinensia urin sesuai dengan skenario, untuk sampai ke diagnosis pasti
membutuhkan berbagai pemeriksaan penunjang. Oleh karena itu, berikut ini merupakan uraianmengenai tahap-tahap untuk mengevaluasi dan menangani pasien tersebut.
Anamnesis yang dibutuhkan :
a. Tanyakan berapa banyak urin yang dikeluarkan pada saat inkontinensia. Keluarnyatetesan-tetesan urin menandakan inkontinensia overflow, sementara keluarnya urin dalam
jumlah sedang dijumpai pada overaktifitas detrusor.
b. Tanyakan frekuensi miksi dalam seharic. Tanyakan adanya faktor pencetus seperti batuk, bersin, atau aktivitas lain yang
mendahului inkontinensia.
d. Tanyakan adanya diare, konstipasi, dan inkontinensia alvi kecurigaan kelainanneurologis.
e. Tanyakan kesulitan dalam mencapai kamar mandi, tingkat keparahan imobilitas pasienf. Tanyakan riwayat demam ataupun riwayat infeksi saluran kemih dapat mengarah ke
inkontinensia tipe urgency
g. Tanyakan riwayat operasi maupun radiasi di daerah pelvis dan abdomen
Pemeriksaan Fisis
1. Mobilitas pasien : Status fungsional dibandingkan dengan kemampuan untuk ke toiletsendiri, Cara berjalan, ada tidaknya kesulitan bergerak.
2. Status mental pasien : Fungsi kognitif dibandingkan dengan kemampuan untuk ke toiletsendiri, Motivasi, Mood dan efek-efeknya.
3. Neurologis : Tanda-tanda fokal (terutama di ekstremitas bawah), Tanda Parkinson, Reflekssakralis buli-buli, Pemeriksaaan segmen saraf yg menginervasi vesikouretra: ankle jerk
reflex (S1 dan S2),flexi toe dan arch the feet(S2 dan S3).
4. Abdomen : Distensi buli-buli tanda inkontinensia overflow, Suprapubic tenderness, Massa disystem urogenital (abdomen bagian bawah), Ada tidaknya jaringan parut bekas operasi.
5. Rektum : Sensasi perianal, Tonus sfingter, Impaksi, Massa, RT ukuran dan kontur prostat6. Pelvis : Prolaps pelvis, Massa pelvic, Abnormalitas anatomi lainnya.
7/29/2019 Laporan Tutorial II Inkontinensia
9/15
Laboratorium
Pemeriksaan urinalisis, kultur urine untuk menyingkirkan kemungkinan adanya proses
inflamasi/infeksi atau keganasan pada saluran kemih.
Pemeriksaan Lain
Pemeriksaan urodinamik: uroflometri, pengukuran profil tekanan uretra, sistometri, valsavaleak point pressure, serta video urodinamika.
Pencitraan: pielografi intravena, sistografi miksi Pemeriksaan residu urine: kateterisasi atau USG sehabis miksi
7/29/2019 Laporan Tutorial II Inkontinensia
10/15
ANALISIS SKENARIO
Berdasarkan gejala utama dari pasien dimana pasien buang air kecil sedikit-sedikit,
berlangsung lama, disertai rasa tidak puas setelah BAK, kelompok kami berpendapat bahwa
pasien mengalami inkontinensia urin persisten tipe overflow, dikarenakan keseuaian gejala
klinisnya.Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan inkontinensia tipe overflow. Setelah
menganalisa berdasarkan keterangan yang ada, kelompok kami memilih Hipertrofi
Prostat sebagai Diagnosis Utama, sebab:
1. Dari segi Prevalensi, hipertrofi prostat memiliki prevalensi yang sangat tinggi pada laki-lakiusia lanjut. Skenario mencantumkan bahwa pasien adalah seorang laki-laki berusia 79 tahun,
suatu umur dimana prevalensi hipertrofi prostat mencapai 80% secara umum.
2. PatofisiologiHipetrofi prostat
Obstruksi di leher vesica urinaria
Susah memulai berkemih
Aliran kemih lemah
Pengosongan yang tidak sempurna
Meningkat frekuensi
Kontraksi detrusor meningkat karena melawan sphincter
Urin masuk ke urethra
Inkontinensia
3.
Gejala-gejala yang ditunjukkan pasien cocok dengan gejala obstruktif pada penderitaHiperplasia prostat, yaitu:
1. Hesistancy (keluar kemih terputus-putus) di skenario dikatakan BAK sedikit-sedikit
2. Mengejan untuk mengeluarkan urin Butuh Anamnesis tambahan
7/29/2019 Laporan Tutorial II Inkontinensia
11/15
3. Aliran Urin lemah di skenario dikatakan waktu berkemih lama, secara logikatidak mungkin aliran urinnya kuat dan waktu berkemih juga lama, pasti alirannya
lemah, namun untuk memastikan kita butuh Anamnesis tambahan.
4. Lama kemih berkepanjangan Cocok dengan scenario5. Perasaan tak tuntas saat berkemih Cocok dengan scenario6. Retensi Urin (dapat mengakibatkan inkontinensia overflow).
DAFTAR MASALAH
Daftar Masalah Akibat
Laki-laki umur 79 thn yang mengalami
buang air kecil sedikit-sedikit
80% mengalami inkontinesnisa urin yang
bersifat obstruktif
Penggunaan obat-obat Hipertensi, gagal
jantung dan reumatik
Mengganggu aktivitas kerja dari saluran kemih
Stroke Lesi pada otak yang menyebabkan gangguan
saraf
Diabetes Melitus Terjadi diabetic neuropathy
Osteoarthritis Kesulitan berjalan
Demensia Gangguan fungsional berkemih
PRIORITAS MASALAH
1. Atasi Inkontinensia Urin akibat BPH2. Diabetes Melitus3. Demensia4.
Stroke
5. Osteostrithis6. Jantung7. Hipertensi
SKALA PRIORITAS TATALAKSANA PASIEN
7/29/2019 Laporan Tutorial II Inkontinensia
12/15
1. Evaluasi penyebab dari inkontinensia (BPH)
2. Mengatasi Inkontinensia Urine
Behavioral interventions Rehabilitasi medik Penggunaan obat-obatan untuk mengatasi inkontinensia urineObat Dosis Tipe Inkontinensia Efek Samping
Hyoscamin 3 x 0,125 mg Urge atau mix Mulut kering, mata kabur,
glaucoma, delirium, konstipasi
Teltoridin 2 x 4 mg Urgensi Mulut kering, konstipasi
Imipramin 3 x 25-50 mg Urgensi Delirium, hipotensi ortostatik
Pseudoefedrin 3 x 30-60 mg Stress Sakit kepala, takikardi,tek.darah tinggi
Doxazosin 4 x 1-4 mg BPH dengan urgensi Hipotensi postural
Injeksi Periuretra Pembedahan Pemasangan kateter
3. Mengatasi hipertensi,reumatik dan diabetes melitus4. Evaluasi penggunaan obat yang digunakan
5. Penyesuaian lingkungan
PENATALAKSANAAN PRIMER UNTUK PASIEN :
Tindakan bedah untuk mengatasi penyebab obstruksi saluran kemih. Dalam kasus ini yangdilakukan adalah reseksi prostate.
Latihan buli-buli (bladder retraining), bertujuan untuk mengembalikan pola berkemihnormal dan kontinensia setelah usai pemakaian indwelling catheterization.
Kateterisasi intermiten, yang dapat membantu mengatasi pasien dengan retensi urin daninkontinensia overflow akibat buli-buli yang tidak dapat berkontraksi dengan baik.
7/29/2019 Laporan Tutorial II Inkontinensia
13/15
DAFTAR PUSTAKA
Bahan Kuliah Sistem Geriatri (dr.Wasis Udaya, Sp.PD)
Darmojo, R. Boedhy.Buku AjarGeriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi ke-3. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. 2004
Guyton, Arthur. 1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Mardjono, Mahar. 2007. Farmakologi dan Terapi. FKUI : Jakarta
Purnomo, B. Basuki.Dasar-dasar Urologi. 2003. Jakarta : Sagung Seto
7/29/2019 Laporan Tutorial II Inkontinensia
14/15
Sudoyo, Aru W,. 2006 .Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FK UI
Laporan Lengkap
BLOK TUMBUH KEMBANG DAN GERIATRI
MODUL 2 : INKONTINENSIA URIN
7/29/2019 Laporan Tutorial II Inkontinensia
15/15
KELOMPOK III
DHILAH HARFADILAH K1A1 09 005
ARNILLA TRINANDA B K1A1 09 008
AL HASYR SARMIN K1A1 09 011
MUH. ZULKIFLI K1A1 09 014RIZKA PURNAMA M K1A1 09 017
MUH. ASRAN ADAM K1A1 09 023
MUH. ELYAS K1A1 09 029
ASPITA RISKIANA K1A1 09 035
MUH. FAJRIN SHADIQ K1A1 09 041
MUH. HASBUL K1 A1 09 047
LM. DIRMAN RADEN K1A1 09 053SAFRINA DWIYUNARTI K1A1 09 059
IKA ELYANA K1A1 09 065
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012