BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laparotomiberasal dari katalaparoyang berarti abdomen, dan dari katatomyyang berarti penyayatan. Jadi, pengertian laparotomi secara umum adalah penyayatan pada dinding abdominal atau lapisan peritoneal,sehingga dapat mencapai organ-organ visceral secara langsung.Organ abdominal yang dapat ditemukan antara lain organ pencernaan, organ urinarius, organ reproduksi, serta organ limfatik.Berdasarkan daerah penyayatan, laparotomi dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :laparotomi medianus, paramedianus, inguinalis, dan pararektus. Berdasarkan target organnya, laparotomi medianus dibagi menjadi dua jenis, yaitu laparotomi medianus anterior dan posterior. Laparotomi medianus anterior bertujuan untuk mencapai diaphragma, hati, lambung, ginjal, sebagian usus halus, dan ovarium. Sedangkan laparotomi medianus posterior dilakukan untuk mencapai uterus, sebagian usus halus, vesica urinaria, dan kelenjar prostat.
Banyak kasus bedah yang ditangani dengan melakukan tindakan laparotomi, baik medianus, paramedianus anterior maupun posterior, serta laparotomi flank. Masing-masing posisi memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Pemilihan posisi penyayatan laparotomi ini didasarkan kepada organ target yang dituju. Hal ini untuk menegakkan diagnosa berbagai kasus yang terletak di rongga abdomen. Tujuan laparotomi adalah untuk menemukan dan mengetahui keadaan organ visceral yang ada di dalam ruang abdominal secara langsung serta untuk menegakkan diagnosa.1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan praktikum laparotomi ini adalah untuk menemukan dan mengetahui keadaan organ visceral yang ada di dalam ruang abdominal secara langsung serta melakukan teknik jahitan pada hewan kucing.1.3 Fungsi
Fungsi pelaksanaan praktikum laparotomi ini adalah agar mahasiswa dapat menemukan dan mengetahui keadaan organ visceral yang ada di dalam ruang abdominal secara langsung serta melakukan teknik jahitan pada hewan kucing.BAB II
PEMBAHASAN2.1 Tinjauan Pustaka
Laparotomi berasal dari dua kata terpisah, yaitu laparo dan tomi. Laparo sendiri berati perut atau abdomen sedangkan tomi berarti penyayatan. Sehingga laparotomi dapat didefenisikan sebagai penyayatan pada dinding abdomen atau peritoneal. Istilah lain untuk laparotomi adalah celiotomi. Laparotomi terdiri dari tiga jenis yaitu laparotomi flank, medianus dan paramedianus. Masing-masing jenis laparotomi ini dapat digunakan sesuai dengan fungsi, organ target yang akan dicapai, dan jenis hewan yang akan dioperasi. Umumnya pada hewan kecil laparotomi yang dilakukan adalah laparotomi medianus dengan daerah orientasi pada bagian abdominal ventral tepatnya di linea alba( Fossum, 2005).
Organ-organ pada saluran pencernaan, saluran limfatik, saluran urogenital dan saluran reproduksi merupakan organ tubuh yang berada di ruang abdomen. Semua organ tersebut dapat ditemukan dengan menggunakan teknik operasi laparotomi. Tindakan bedah biasa dilakukan untuk menangani kasus kasus yang terjadi pada hewan kesayangan diantaranya dilakukan di daerah abdomen. Jenis-jenis tindakan bedah yang sering dilakukan diantaranya adalah laparotomi, cystotomi, histerektomi, ovariohisterektomi, kastrasi, caudektomi, enterektomi dan lain sebagainya ( Fossum, 2005).
Eksplorasi organ dilakukan setelah ruang abdomen terbuka. Eksplorasi dilakukan dengan cara palpasi karena terdapat banyak lemak di ruang abdomen, organ-organ yang ditemukan di dalam rongga abdomen pada saat operasi antara lain adalah usus halus, usus besar, ginjal kiri, ginjal kanan, vesika urinaria dan lambung. Usus merupakan organ yang paling mudah ditemukan karena posisi penyayatan yang dilakukan tepat di ventromedial abdomen. Usus memiliki konsistensi yang lunak, licin, dan lumennya kosong ketika dipalpasi. Vesika urinaria dapat diketahui dengan palpasi bagian hipogastricum. Vesika urinaria berisi urin memiliki konsistensi lunak dan padat. Ginjal kanan dan kiri dapat teraba ketika dilakukan palpasi. Bentuk dari kedua ginjal bulat seperti kacang dengan konsistensi yang lunak dan padat. Organ lainnya tidak terpalpasi pada saat eksplorasi abdomen (Aspinall, 2004). AnestesiUmum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat reversible. Anestesi umum yang sempurna menghasilkan ketidaksadaran, analgesia, relaksasi otot tanpa menimbulkan resiko yang tidak diinginkan dari pasien. Tujuananestesi umumadalah hipnotik,analgesik,relaksasi danstabilisasi otonom. Obat obat anestesi umum bisa diberikan melalui Perenteral (Intravena, Intramuscular), perektal, Perinhalasi (Katzug, 2002).
Tahapan dalam anestesi terdiri dari 4 stadium yaitu stadium pertama berupa analgesia sampai kehilangankesadaran, stadium 2 sampai respirasi teratur, stadium 3 dan stadium 4 sampai henti napas dan henti jantung. Dalam memberikan anestesi kita perlu mengetahui stadium-stadium anestesi untuk memonitoring sejauh manapasien bisa diberikan intervensi seperti pembedahan.
Stadium I (analgesia sampai kesadaran hilang)Stadium I (St. Analgesia/ St. Cisorientasi) dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai hilangnya kesadaran. Pada stadium ini pasien masih dapat mengikuti perintah dan terdapat analgesi (hilangnya rasa sakit). Tindakan pembedahan ringan, seperti pencabutan gigi dan biopsi kelenjar, dapat dilakukan pada stadium ini. Stadium ini berakhir dengan ditandai oleh hilangnya refleks bulu mata.
Stadium II (sampai respirasi teratur)Stadium II (St. Eksitasi; St. Delirium) Mulai dari akhir stadium I dan ditandai dengan pernapasan yang irreguler, pupil melebar dengan reflekss cahaya (+), pergerakan bola matatidak teratur, lakrimasi (+), tonus otot meninggi dan diakhiri dengan hilangnya reflex menelan dan kelopak mata.
Stadium IIIStadium III yaitu stadium sejak mulai teraturnya lagi pernapasan hingga hilangnya pernapasan spontan. Stadia ini ditandai oleh hilangnya pernapasan spontan, hilangnya reflekss kelopakmata dan dapat digerakkannya kepala ke kiri dan kekanan dengan mudah.Stadium III dibagi menjadi 4 plane yaitu:
1) Plane 1
Pernapasan teratur, spontan, dada dan perut seimbang, terjadi gerakan bola mata yang tidak menurut kehendak, pupil midriasis, refleks cahaya ada, lakrimasi meningkat, refleks faring dan muntah tidak ada, dan belum tercapai relaksasi otot lurik yang sempurna. (tonus otot mulai menurun).
2) Plane 2
Pernapasan teratur, spontan, perut-dada, volume tidak menurun, frekuensi meningkat, bola mata tidak bergerak, terfiksasi di tengah, pupil midriasis, refleks cahaya mulai menurun, relaksasi otot sedang, dan refleks laring hilang sehingga dikerjakan intubasi.
3) Plane 3
Pernapasan teratur oleh perut karena otot interkostal mulai paralisis, lakrimasi tidak ada, pupil midriasis dan sentral, refleks laring dan peritoneum tidak ada, relaksasi otot lurik hampir sempuma (tonus otot semakin menurun).
4) Plane 4
Pernapasan tidak teratur oleh perut karena otot interkostal paralisis total, pupil sangat midriasis, refleks cahaya hilang, refleks sfmgter ani dan kelenjar air mata tidak ada, relaksasi otot lurik sempuma (tonus otot sangat menurun).Stadium IV (henti nafas dan henti jantung)Ditandai dengan kegagalan pernapasan (apnea) yang kemudian akan segera diikuti kegagalansirkulasi/ henti jantung dan akhirnya pasien meninggal. Pasien sebaiknya tidak mencapaistadium ini karena itu berarti terjadi kedalaman anestesi yang berlebihan (Katzug, 2002).BAB III
METODOLOGI3.1 Alat dan Bahan
a.Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu: Scalpel handle Blade Towel/duk clamp Arteri clamp Retractor Gunting tajam-tajam Pinset anatomis Pinset Chirurgis Allis Tissue forceps Needle holder Needle Towel/Duk Tali kekang Gloves Masker Spuit 1 ml Tampon b.BahanAdapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu: Cairan infus NaCl fisiologis Sabun
Povidone iodine Alkohol
Obat-obatan (Atropine, Ketamin, Xylazin, Tolfen, Amoxycillin, Betamox, dan Viccilin)
Benang Absorbable (CutgutPlain dan Chromic) Benang Non-Absorbable(Silk) Kucing3.2 Cara Kerja
dipuasakan ( 6-12 jam dan tidak diberi minum 2-6 jam) sebelumlaparatomy.
dipersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk operasi.
disterilkan alat-alat yang akan digunakan untuk operasi.
disiapkan dan diletakkan kain operasi diatas meja operasi.
diberikan obat premedikasi Atropin 15 menit sebelum operasi dimulai melalui
jalur pemberian SC.
diberikan obat anestesi Xylazine 15 menit sesudah pemberian obat premedikasi
melalui jalur pemberian IM.
dicukur bagian abdomen kemudian didesinfeksi menggunakan alkohol dan
povidone iodine dengan cara melingkar dari dalam ke luar.
dilakukan operasi setelah hewan teranasthesi. Dilakukan penyayatan pada
daerah medianabdomen tepat di linea alba dengan cara pembedahan midline
incision.
dilakukan penyayatan pada kulit menggunakan blade, diikuti penyayatan linea
alba, aponeurose m. obliquus abdominis internus et externus, dan peritoneum.
dilakukan palpasi organ viseral pada kucing yang dioperasi menggunakan jari
telunjuk operator.
dilakukan pemantauan kondisi hewan seperti refleks mata, kesadaran dan
kondisi luka.
dijahit bagian yang disayat sebelumnya dengan 3 lapis jahitan
menggunakan absorable catgut (untuk bagian dalam) dan nonabsorable catgut
(untuk bagian luar).
diberi antibiotik pada bagian jahitan untuk mencegah infeksi.
ditunggu hingga kucing sadar dan menunjukkan suhu tubuh 37o C
BAB IV
HASILKelompok C3
Kucing
Umur
: 1,5 Tahun
BB
: 3,2 kg
Pulsus
: 96/menit
Temp
: 39OC
CRT
: Normal (< 2 detik)
Respirasi: 28/menit
I. PERHITUNGAN DOSIS OBAT1. ACEPROMAZINE
Dosis
: 0,05mg/kg BB (IM)
Konsentrasi: 15mg/ml
Perhitungan Dosis: 0,05 x 3,2 = 0,01ml
15
2. ATROPINE
Dosis
: 0,04 mg/kg BB (SC)
Konsentrasi: 0,25 mg/mlPerhitungan Dosis: 0,04 x 3,2 = 0,512 ml
0,253. KETAMINE
Dosis
: 10mg/kg BB (IM)
Konsentrasi: 100mg/ml
Perhitungan Dosis: 10 x 3,2 = 0,32 ml
100
4. XYLAZINE
Dosis
: 10mg/kg BB (IM)
Konsentrasi: 100mg/ml
Perhitungan Dosis: 10 x 3,2 = 0,32 ml
100
5. AMOXYCILIN
Dosis
: 20mg/kg BB (PO)
Konsentrasi: 125/5 mg/ml
Perhitungan Dosis: 20 x 3,2 = 2,56 ml
256. TOLFEN
Dosis
: 4 mg/kg BB (SC)
Konsentrasi: 40 mg/ml
Perhitungan Dosis: 4 x 3,2 = 0,32 ml
407. BETAMOX
Dosis
: 0,1 mg/kg BB
Perhitungan Dosis: 0,1 x 3,2 = 0,32 ml8. VICCILIN
Dosis
: 15 mg/kg BB
Konsentrasi: 100 mg/ml
Perhitungan Dosis: 15 x 3,2 = 0,48ml
100
II. SIGNALEMENT
Nama
: Kopet
Jenis Hewan
: Kucing
Kelamin
: Betina
Ras/Breed
: Domestic Short Hair
Warna Bulu/Kulit: Grey and White
Umur
: 1.5 Tahun
Berat Badan
: 3,2 kg
Tanda Khusus
: Corak grey pada Ext. Caudal sebelah sinister, ekor spiral
Temperature
: 38,6oC
Pulse
: 80/menit
Respirasi: 40/menit
Membrane color: Pink
CRT
: Normal (< 2 detik)
Hydration
: Normal
Body Weight: 3,2 kg
Color & consistency feces :
Body Condition: UnderweightOverweight
Normal
System Reviewa. Integumentary
Normal
Abnormal
b. Otic
Normal
Abnormal
c. Opthalmic
Normal
Abnormal
d. Muskuloskeletal
Normal
Abnormal
e. Nervus
Normal
Abnormal
f. Cardiovaskular
Normal
Abnormal
g. Respiration
Normal
Abnormal
h. Digesty
Normal
Abnormal
i. Lympatic
Normal
Abnormal
j. Reproduction
Normal
Abnormal
k. Urinaria
Normal
Abnormal
FORM OPERASI LAPAROTOMI
Nama Pemilik
: Kelompok C3
Temp
: 39OCAlamat
: Malang
Membran Mucosa: PinkNama
:Kopet
CRT
: NormalJenis Kelamin
: Betina
Pulsus
: 96/MenitJenis Hewan
: Kucing
Respirasi
: 28/MenitRas/Breed
: Domestic short hair
Hydration
: Baik
KONTROL ANESTESIObatGolongan
Obat
Dosis
(mg/kg BB)
Konsentrasi
(mg/ml)Volume Obat
(ml)
RuteWaktu
Amoxycilin
Antibiotik20252,56Oral
Atropine sulfate
Premedikasi0,040,250,512SC13.00
Xylazine
Anestesi2200.32IM13.15 & 14.20
Ketamine
Anestesi101000.32IM13.15
Tolfen
Analgesik4400,32SC18.05
Viccilin
Antibiotik151000,4814.10
KONTROL PEMERIKSAANMenit0153045607590105
Pulsus (/menit)-124108104889676172
Temp
(OC)37,235,535,134,334,435,335,635,6
Respirasi3255404072484440
Menit120135150165180
Pulsus (/menit)12010080100120
Temp
(OC)35,63535,43637
Respirasi3640363020
Mulai Operasi
: 13.20 WIB (Senin, 4 Mei 2015)
Selesai Operasi: 14.30 WIB
Mulai Anestesi: 13.10 WIB
Buka Jahitan
: 14.15 WIB (Senin, 11 Mei 2015)
FORM MONITORING
PASCA OPERASI
Nama Hewan
:Kopet
Nama Pemilik: Kelompok C3
Jenis Hewan
: Kucing
Alamat
: Malang
Ras/Breed
: Domestic short hair
No. Telp: -
Umur
: 1,5 Tahun
Jenis Kelamin
: Betina
6/5 15Suhu : 37,9 0C
Pulsus : 88/menit
CRT : Normal
Appetice : ++Defekasi : -Urinasi : -SL :T/ Amoxycilin 2,5 ml (PO) Tolfenamic 0,32 ml (SC)
6/5 15Suhu : 37,9 0CPulsus : 100/menitCRT : Normal
Appetice : ++Defekasi : +Urinasi : +SL :T/ Amoxycilin 2,5 ml (PO)
7/5 15Suhu : 37,9 0CPulsus : 90/menitCRT : Normal
Appetice : +++Defekasi : -Urinasi : +
SL :T/ Amoxycilin 2,5 ml (PO)
Tolfenamic 0,32 ml (SC)
8/5 15Suhu : 37,8 0C
Pulsus : 100/menitCRT : Normal
Appetice : +++Defekasi : +Urinasi : +SL :T/ Amoxycilin 2,5 ml (PO)
9/5 15Suhu : 37,9 0C
Pulsus : 110/menitCRT : Normal Appetice : ++++Defekasi : -Urinasi : +SL :T/ Amoxycilin 2,5 ml (PO)
10/5 15Suhu : 37,9 0C
Pulsus : 110/menitCRT : Normal Appetice : ++++Defekasi : +Urinasi : +SL :T/ Tolfenamic 0,32 ml (SC)
11/5 15Suhu : 37,9 0C
Pulsus : 98/menitCRT : Normal Appetice : ++++Defekasi : -Urinasi : -SL :
-
12/5 15Suhu : 37,8 0C
Pulsus : 98/menitCRT : Normal Appetice : ++++Defekasi : +Urinasi : +SL :
-
13/5 15Suhu : 38 0C
Pulsus : 120/menitCRT : Normal Kucing di-release pada pukul: 16.15 WIBAppetice : ++++Defekasi : +Urinasi : +SL :T/ Bioplacenton (Topikal)
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 ANALISA PROSEDUR PRE-OPERATIF
Pada pre-operatif dilakukan pemeriksaan fisik pada kucing yang meliputi berat badan, suhu tubuh/temperatur, pulsus, bunting atau tidak, dsb. Hal ini dilakukan untuk memastikan kucing tersebut dalam keadaan sehat dan tidak sedang bunting. Kemudian kucing dipuasakan selama 6-12 jam sebelum dilaksanakan laparotomi, tujuan dari perlakuan ini adalah agar lambung dalam keadaan kosong sehingga tidak terjadi aspirasi isi lambung karena regurgitasi dan muntah. Apabila tidak dilakukan puasa dan pada saat dibius atau dioperasi terjadi muntah, sedangkan reflek menelan dan meludah tidak ada, maka akan berbahaya bagi hewan tersebut. Setelah itu, kucing diberi obat premedikasi Atropine dan ditunggu 15 menit. Dilakukan pencukuran kira-kira 5-10 cm di sekitar bidang sayatan menggunakan silet, dengan arah pencukuran yang berlawanan dengan arah tumbuhnya rambut. Untuk memudahkan pencukuran dapat digunakan sabun. Bagian yang dicukur tadi kemudian dibersihkan dengan alkohol 70% dan didesinfeksi dengan povidone iodine dengan gerakan memutar dari arah dalam ke luar agar bagian yang sudah bersih dan steril tidak terkontaminasi. Hewan yang telah siap dibawa ke meja operasi, dan diposisikan sesuai dengan kebutuhan operator. Ekstrimitas hewan diikat dengan simpul tomfool kemudian diikat pada masing-masing kaki meja operasi. Hal ini bertujuan agar hewan tetap pada posisi semula dan tidak bergeser sehingga memudahkan operator.Lalu hewan ditutup dengan duk atau kain penutup yang steril dan siap untuk dilakukan operasi. OPERATIF1. Dibuat sayatan pada kulit dan subkutis di daerah linea alba. Sayatan dibuat lurus dan tak terputus-putus dengan menggunakan scalpel, kemudian dilanjutkan dengan pengguntingan (posisi ujung yang tumpul di bawah) ke arah cranial.2. Ruang abdomen akan terlihat setelah peritoneum disayat. Pada awalnya akan terlihat omentum, kemudian terlihat organ-organ abdominal.3. Setelah dilakukan ekplorasi terhadap organ-organ tersebut maka ruang abdomen dapat ditutup kembali.4. Penicillin 50000 IU diberikan pada ruang abdomen sebelum dijahit.5. Dilakukan penjahitan dengan metode jahitan sederhana atau kontinyu untuk petoneum/peritoneum dengan aponeurose/peritoneum dengan otot menggunakan benang cat gut 3/0.6. Kulit dan subkutis atau subkutis dan lemak kemudian kulit dijahit denganmetode jahitan sederhana atau kontinyu menggunakan benang silk 3/0.7. Bekas jahitan diolesi dengan yodium tinctur 3% dan ditaburi dengan sulfa talk, setelah itu ditutup dengan kasa dan perban.8. Disuntikkan Oxytetracycline secara intramuscular dengan dosis 14 mg/kg BB.9. Pasangkan gurita yang telah dibuat dari kain kafan dan dilubangi berdasarkan posisi kaki POST-OPERATIF
Pada post operasi, hewan ditunggu hingga sadar dan menunjukkan temperatur 370C. Dan setelah itu dilanjutkan dengan perawatan post operatif. Perawatan tersebut meliputi manajemen luka, kontrol rutin, pemantauan rutin. Hal ini dilakukan dengan maksud agar kondisi kucing dapat kembali normal dan luka operasi tersebut dapat segera mengering. Dilakukan pemberian bioplacenton pada daerah jahitan untuk mempercepat proses pengeringan pada luka jahit, kucing juga dipasangi gurita agar tidak menjilat-jilat daerah jahitan. Pemberian obat analgesik Tolfenamic juga dilakukan pada post operatif, hal ini dimaksudkan agar nyeri pada jahitan dapat dikurangi.5.2 ANALISA HASIL
5.2.1 Obat-obat yang Digunakan
ATROPIN SULFAT
Farmakologi
Farmakodinamik/Farmakokinetik; Aksi onset: IV: cepat; Absorpsi : Lengkap; Distribusi : Terdistribusi secara luas dalam badan, menembus plasenta; masuk dalam air susu; menembus sawar darah otak. Metabolisme : hepatik ; T eliminasi (half-life elimination) : 2-3 jam; Ekskresi: urine (30% hingga 50% dalam bentuk obat yang tidak berubah dan metabolitnya).Kontra Indikasi
Antimuscarinic kontraindikasi pada angle-closure glaucoma (glaukoma sudut sempit), myasthenia gravis ( tetapi dapat digunakan untuk menurunkan efek samping muskarinik dari antikolinesterase), paralytic ileus, pyloric stenosis, pembesaran prostat.
Efek Samping
Efek samping antimuscarinik termasuk kontipasi, transient (sementara) bradycardia ( diikuti dengan takikardi, palpitasi, dan aritmia), penurunan sekret bronkial, retensi urin, dilatasi pupil dengan kehilangan akomodasi, fotophobia, ;mulut kering; kulit kering dan kemerahan. Efek samping yang terjadi kadang-kadang : kebingungan (biasanya pada usia lanjut) , mual, muntah dan pusing.Interaksi Obat
Meningkatkan efek/toksisitas : Antihistamin, fenotiazin, TCAs dan obat lain dengan aktivitas antikolinergik dapat meningkatkan efek antikolinergik dari atropin jika digunakan secara bersamaan. Amine sympathomimetic dapat menyebabkan tachyrrhytmias; hindari penggunaan secara bersamaan.; Menurunkan efek: Efek antagonis terjadi dengan obat phenothiazine. Efek levodopa dapat diturunkan (data klinik tervalidasi terbatas). Obat-obat dengan mekanisme cholinergic (metochlopramide, cisapride, bethanecol) menurunkan efek antikolinergik atropin.Pengaruh Kehamilan
Faktor risiko : Penggunaan obat pada ibu hamil tidak diketahui apakah membahayakan, produsen menyarankan penggunaan dengan peringatan (hati-hati). Atropin dapat menembus plasenta manusia.
Parameter Monitoring
Heart rate, tekanan darah, pulsa, status mental; monitor jantung
Bentuk Sediaan
Injeksi
Peringatan
Digunakan secara hati-hati pada penderita refluks gastroesofageal, diare, ulcerative colitis, infark miokardiak akut, hipertensi, ;kondisi yang ditandai dengan takikardi (termasuk hipertiroidism,insufisisiensi jantung, bedah jatung), pyrexia, hamil dan menyusui.
Mekanisme Aksi
Menghambat aksi asetilkolin pada bagian parasimpatik otot halus, kelenjar sekresi dan SSP, meningkatkan output jantung, mengeringkan sekresi, mengantagonis histamin dan serotonin
Monitoring
Denyut jantung, tekanan darah, pulsa, status mental; pemberian secara intravena diperlukan monitor jantung (Plumb, 2005). KETAMINEDosis Pemberian Obat
Digunakan dalam kombinasi dengan antikolinergik untuk menurunkan hipersalivasi. IM: 3-8 mg/kg. IV: 1-4,5 mg/kg; dosis lazim induksi: 1-2 mg/kg. Maintanance: dosis tambahan 1/3 -1/2 dosis awal.Farmakologi
Mula kerja IV: anestesi umum: 1-2 menit, sedasi: 1-2 menit. IM: anestesi umum: 3-8 menit. Durasi: IV.: 5-15 menit; IM.: 12-25 menit. Metabolisme: hati lewat hidroksilasi dan N-demetilasi. Metabolit norketamin mempunyai potensi 25% dari ketamin. Waktu paruh eliminasi: 11-17 menit; eliminasi : 2,5-3,1 jam. Eksresi klirens: 18 mL/kg/menitKontra Indikasi
Hipersensitif terhadap ketamin, atau komponen formula lainnya; peningkatan tekanan intrakranial, hipertensi, aneurisme, tirotoksikosis, gagal jantung kongestif, angina, gangguan psikosis, kehamilan.Efek Samping
>10%: Kardiovaskuler: penurunan curah jantung, hipertensi paradoksikal mengarah ke depresi miokard, takhikardia. SSP: peningkatan tekanan intrakranial, halusinasi visual, mimpi buruk. Saraf-otot:gerakan tonik-klonik, tremor. Lain-lain: reaksi kedaruratan, vokalisasi. 1-10%: kardiovaskuler: bradikardi,, hipotensi. Dermatologi: nyeri pada tempat injeksi, ruam kulit. Saluran cerna: anoreksia, mual, muntah. Mata: diplopia, nistagmus. Pernafasan: depresi pernafasan.
Top Related