LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
1. Pengertian
a. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelaian heterogen yang
ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia
( Smelter. 2001 : 1220 ).
Diabetes melitus adalah hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolic akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi
pada membrane basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron (ed.
Mansjoer. 1999 : 580).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan
Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah
akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
Diabetes Melitus berasal dari kata diabetes yang berarti kencing dan melitus
dalam bahasa latin yang berarti madu atau mel (Hartono, 1995). Penyakit ini
merupakan penyakit menahun yang timbul pada seseorang disebabkan
karena adanya peningkatan kadar gula atau glukosa darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002). DM tipe II adalah DM
yang pengobatannya tidak tergantung pada insulin, umumnya penderita
orang dewasa dan biasanya gemuk serta mudah menjadi koma (Soesirah,
1990).
Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia.(Suzanne C, Smeltzer, 1997).
Diabetes melitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan menurunnya
kadar gula didalam sel yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
suplai insulin dengan kebutuhan tubuh.(Polaski,1996).
Dari beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa diabetes melitus
adalah suatu penyakit atau sindroma yang ditandai dengan kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia, yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara suplai insulin dengan kebutuhan tubuh.
2. Klasifikasi
a. Diabetes Melitus
Menurut Smeltzer (2001) klasifikasi utama diabetes melitus adalah :
1) Tipe I : Diabetes Melitus tergantung insulin ( insulin dependent diabetes
mellitus/IDDM).
2) Tipe II : DM tidak tergantung insulin ( non-insulin dependent DM /
NIDDM).
3) DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.
4) DM Gestasional ( gestation diabetes mellitus / GDM )
Sedangkan menurut American Diabetes Association (1997) sesuai anjuran
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) klasifikasi DM berdasarkan
etiologi adalah :
a. DM tipe I ( EDDM/DMTI) disebabkan destruksi sel B pulau Langerjans
akibat proses autoimun/idiopatik yang menjurus ke defisiensi insulin
absolute.
b. DM tipe II (NIDDM/DMTTI) disebabkan oleh kegagalan relative sel B dan
resistensi insulin dan terjadi defisiensi relative insulin.
c. DM gestasional terjadi pada kehamilan
d. DM tipe lain :
Endokkrinopati, akromegali, sindrom ehusing, hipertiroldisme
Penyakit eksokrin pankreas : pancreatitis, tumor / pancreatomi,
pancreatopati fibrokalkulus
Karena obat / zat kimia : tiazid, dilatin, pentamidin, asam nikotinat
Infeksi : rubella congenital, sitomegalovirus
Penyebab imunologi : antibody anti insulin.
2. Etiologi
a. Diabetes Melitus
Dalam kemajuan – kemajuan yang telah dicapai di bidang patologi, bio kimia
dan imunologi kini diketahui bahwa diabetes melitus adalah suatu penyakit
yang mempunyai etiologi lebih dari satu ( etiologi yang berbeda-beda ),
dimana faktor genetik dan faktor lingkungan memegang peranan besar.
Etiologi diabetes melitus dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu :
1) Faktor genetik
Bahwa faktor keturunan pada diabetes melitus ada, sudah lama diketahui
tetapi bagaimana terjadi transmisi-transmisi dari seseorang penderita ke
anggota keluarga lain belum diketahui secara pasti.
2) Faktor non genetic
Faktor non genetic yang menyebabkan diabetes melitus antara lain infeksi,
nutrisi, stress, obat-obatan , penyakit-penyakit endokrin ( hormonal ) dan
penyakit-penyakit penkreas.
3. Patofisiologi
Pankreas,yang disebut kelenjar ludah perut,adalah kelenjar penghasil insulin
yang terletak di belakang lambung. Didalamnya terdapat kumpulan sel yang
terbentuk seperti pulau pada peta,karena itu disebut pulau-pulau langerhans
yang berisi sel beta yang mengeluarkan hormone insulin yang sangat berperan
dalam mengatur kadar glokusa darah.
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak
kunci yang dapat membuka pintu masuknya glokusa kedalam sel,Untuk
kemudian didalam sel glokusa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila
insulin tidak ada,maka glokusa dalam darah tidak dapat masuk kedalam sel
dengan akibat kadar glokusa dalam darah meningkat.Keadaan inilah yang terjadi
pada diabetes Tipe I.
Pada keadaan diabetes melitus Tipe II,jumlah insulin bias normal,bahkan
lebih banyak,tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin di permukaan sel
kurang.Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk
ke dalam sel.Pada keadaan DM Tipe II,Jumlah lubang kuncinya kurang,sehingga
meskipun anak kuncinya(insulin)banyak,tetapi karena lubang
kuncinya(Reseptor)kurang,maka glokusa yang masuk kedalam sel
sedikit,sehingga sel kekurangan bahan bakar/glokusa dan kadar glokusa dalam
darah meningkat.
Dengan demikian keadaan ini sama dengan DM Tipe I, Bedanya adalah pada
DM Tipe II disamping kadar Glokusa tinggi,kadar insulin juga tinggi atau normal.
Pada DM Tipe II juga bias ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih tetapi
kualitasnya kurang baik sehingga gagal membawa glokusa masuk kedalam
sel.Disamping penyebab diatas,DM juga biasa terjadi akibat gangguan transport
glokusa di dalam sel sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk
metabolisme energi.
4. Manifestasi Klinis
a. Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak
disadari oleh penderita. Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat
perhatian ialah :
1) keluhan klasik
Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah
Penurunan BB yang berlangsung dalam waktu relative singkat harus
menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat yang menyebabkan
penurunan prestasi di sekolah dan lapangan olah raga juga mencolok.
Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel,
sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk
kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain
yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak
dan otot sehingga menjadi kurus.
Banyak kencing
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan
banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan
sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.
Banyak minum
Rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan
yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalahtafsirkan.
Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang
berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita minum banyak.
Banyak makan
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisasikan menjadi
glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita
selalu merasa lapar.
2) Keluhan lain
Gangguan saraf tepi/ kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di
waktu malam, sehingga mengganggu tidur.
Gangguan penglihatan
Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan
yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali
agar ia tetap dapat melihat dengan baik.
Gatal/bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau
daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Seringpula
dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhya. Luka ini dapat
timbul akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau
tertusuk peniti.
Gangguan ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak
secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan
budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan masalah
seks, apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang.
Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering
ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang
dirasakan.
5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis Diabetes Melitus
Tujuan utama pengobatan diabetes mellitus yaitu :
1) Mengembalikan konsentrasi glukosa darah menjadi senormal mungkin agar
penyandang DM merasa nyaman dan sehat.
2) Mencegah atau memperlambat timbulnya komplikasi
3) Mendidik penderita dalam pengetahuan dan motivasi agar dapat merawat
sendiri penyakitnya sehingga mampu mandiri.
Lima komponen pengobatan diabetes melitus yaitu :
1) Pengaturan makanan
Makan dianjurkan seimbang dengan komposisi energi dari karbohidrat 60-
70%, protein 10-15%, lemak 20-25%.
Prinsip perencanaan makanan:
- Tidak ada makanan yang dilarang, hanya dibatasi sesuai kebutuhan
(tidak berlebih).
- Menu sama dengan menu keluarga, gula dalam bumbu tidak dilarang.
- Teratur dalam jadwal, jumlah dan jenis makanan (3J)
- Prinsip pembagian porsi makanan sehari-hari
- Disesuaikan dengan kebiasaan makan dan diusahakan porsi tersebar
sepanjang hari.
Disarankan porsi terbagi (3 besar dan 3 kecil):
- Makan pagi –makan selingan pagi
- Makan siang –makan selingan siang
- Makan malam-makan selingan malam (hal ini untuk mencegah terjadinya
hipoglikemia terutama bagi yang menggunakan insulin kerja panjang)
Penderita sebaiknya mengonsumsi makanan dengan karbohidrat rendah
dan lambat menjadi gula. Perbanyak mengonsumsi buah dan sayuran
terutama kubis, kacang panjang, dan paprika untuk memperbaiki fungsi
pankreas. Pengaturan pola makan membutuhkan kedisiplinan. Sebaiknya
konsultasikan dengan ahli gizi mengenai pola makan yang tepat bagi
penderita DM.
2) Exercise atau latihan
Latihan jasmani dianjurkan secara teratur yaitu 3-4 kali dalam seminggu
selama kurang lebih 30 menit. Menurut Haznam (1991) olahraga
dianjurkan karena bertambahnya kegiatan fisik menambah reseptor insulin
dalam sel target. Dengan demikian insulin dalam tubuh bekerja lebih efektif,
sehingga lebih sedikit obat anti diabetik (OAD) diperlukan, baik yang
berupa insulin maupun OHO (Obat Hipoglikemik Oral).
Prinsip utama latihan pada DM adalah CRIPE (Continuous, Rhytmical,
Interval, Progressive dan Endurance).
Continuous : Latihan berkesinambungan dan dilakukan terus menerus
tanpa henti misalnya jogging 30menit tanpa henti
Rhytmical : Latihan yang menggunakan otot secara berirama seperti
berenang,bersepeda.
Interval : Dilakukan secara selang-seling misalnya jogging diselingi jalan.
Progressive : Secara bertahap ditingkatkan dari aktivitas ringan hingga
sedang dengan target denyut jantung 75-85% maksimal (220-umur).
Endurance : Dimaksudkan yaitu yang sifatnya meningkatkan ketahanan
seperti cardio training.
3) Pemantauan Kadar Glukosa Darah
4) Pengobatan
Pada prinsipnya, pengendalian diabetes melitus melalui obat ada 2 yaitu :
a) Obat Anti Diabetes atau Obat Hipoglikemik Oral yang berfungsi untuk
merangsang kerja pankreas untuk mensekresikan insulin.
- Sulfonyluria
Sulfonylurea menstimulasi sel-sel beta dalam pankreas untuk
memproduksi lebih banyak insulin. Obat ini juga membantu sel-sel
dalam tubuh menjadi lebih baik dalam mengelola insulin. Beberapa
jenis obat yang mengandung sulfonylurea antara lain chlorpropamide
(Diabinese), tolazamide (Tolinase), acetohexamide, glipizide
(Glucotrol), tolbutamide (Orinase), glimepiride (Amaryl), glyburide
(DiaBeta, Micronase), glibenclamide, dan gliclazide.
- Meglitinida
Meglitinida juga termasuk jenis obat diebetes yang bekerja dengan
menstimulasi sel-sel beta di pankreas untuk memproduksi insulin. Yang
termasuk golongan Meglitinides adalah repaglinida (Prandin),
nateglinida (Starlix), dan mitiglinida.
- Metformin ( Biguanida )
Metformin merupakan obat yang cara kerjanya terutama menurunkan
glukosa darah dengan menekan produksi glukosa yang diproduksi hati
dan mengurangi resistensi insulin. Metformin bisa digunakan sebagai
monoterapi atau dikombinsikan dengan sulfonylurea
- Thiazolidinedione
Thiazolidinedione (sering juga disebut TZDs atau glitazone) berfungsi
memperbaiki sensitivitas insulin dengan mengaktifkan gen-gen
tertentu yang terlibat dalam sintesa lemak dan metabolisme
karbohidrat. Thiazolidinedione tidak menyebabkan hipoglikemia jika
digunakan sebagai terapi tunggal, meskipun mereka seringkali
diberikan secara kombinasi dengan sulfonylurea, insulin, atau
metformin.
- Alpha-glucosidase inhibitor
Alpha-glucosidase inhibitor termsuk di dalamnya acarbose (Precose,
Glucobay) dan miglitol (Glyset) memilki cara kerja mengurangi kadar
glukosa dengan menginterfensi penyerapan sari pati dalam usus.
Acarbose cenderung menurunkan kadar insulin setelah makan, yang
merupakan keuntungan khusus obat ini, karena kadar insulin yang
tinggi setelah makan berkaitan dengan pengingkatan risiko penyakit
jantung.
b) Suntikan insulin. Pasien yang mendapat pengobatan insulin waktu
makanannya harus teratur dan disesuaikan dengan waktu pemberian
insulinnya. Makanan selingan diberikan untuk mencegah hipoglikemia
( Perkeni, 1998 ). Untuk pasien yang tidak bisa mengontrol diabetes
dengan diet atau pengobatan oral, kombinasi insulin dan obat-obatan lain
bisa sangat efektif. Insulin kadangkala dijadikan pilihan sementara,
misalnya selama kehamilan. Namun, pada psien dengan diabetes melitus
tipe 2 yang memburuk, maka penggantian insulin total menjadi suatu
kebutuhan. Ada beberapa bentuk insulin yang tersedia atau tengah dalam
penelitian.
- NPH yang merupakan insulin standar.
- Long-acting insulin (insulin glargine, ultralente insulin) yang
menstimulasi sekresi insulin alami. Para ahli banyak menganjurkan
insulin jenis ini.
- Insulin lispro dan insulin aspart yang merupakan fast-acting insulins.
Diberikan sebelum makan, dan aksi pendeknya mengurangi risiko
hipoglikemia sesudahnya. Stud pada pasien diabetes melitus tipe 2,
insulin lispro bisa memperbaiki kualitas hidup dan risiko hipoglikemia
dibandingkan insulin reguler, meski dalam hal kontrol gula darah tidak
ada perbedaan.
- Investigative oral insulin kini tengah mendapat perhatian sebagai
pengganti insulin. Beberapa diberikan secara inhaler atau oral spray
yang diserap di cheek lining (Oralin). Pemberian secara oral
kemungkinan bisa mengurangi komplikasi jantung dibandingkan
insulin injeksi. Namun studi pada tikus melaporkan adanya masalah
pada hati dan meningkatnya kadar trigliserida.
-
5) Pendidikan kesehatan
Informasi yang harus disampaikan yaitu meliputi pengertian DM, penyebab,
tanda dan gejala, akibat lanjut, pengobatan serta perawatan.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada pasien diabetes melitus tipe I maupun tipe II,
meliputi:
a. Glukosa darah : meningkat 200 – 1000 mg/dl atau lebih
b. Aseton plasma ( keton ) ; Positif secara mencolok
c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 Mosm/l
e. Elektrolit :
Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun
Kalium : Normal
Fosfor : Lebih sering menurun
f. Hemoglobin Glikosilat : kadar meningkat 2 – 4 kali dari normal yang
mencerminkan kontrol diabetes melitus yang kurang selama 4 bulan terakhir.
g. Gas Darah Arteri : Biasanya menunjukkan pH rendahdan penurunan pada HCO2
( Asidosis Metabolik ) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h. Trombosit darah : Hematokrit mungkin meningkat ( dehidrasi ) ; Leukositosis,
hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
i. Ureum / kreatinin : Mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi / penurunan
fungsi ginjal ).
j. Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankreatitis
akut sebagai penyebab dari DKA.
k. Insulin darah : Mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada ( tipe I ) atau
normal sampai tinggi ( tipe II ), mengindikasikan infusiensi insulin, gangguan
dalam penggunaannya. Resistensi insulin dapat berkembang sekunder terhadap
pembentukkan antibodi ( autoantibodi ).
l. Pemeriksaan fungsi tiroid : Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
m. Urin : gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
n. Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernapasan dan infeksi pada luka.
ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
b. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
c. Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak,
apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
d. Aktivitas/ Istirahat :Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus
otot menurun.
e. Sirkulasi
f. Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
g. Integritas Ego : stress, ansietas
h. Eliminasi : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
i. Makanan / Cairan
j. Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
k. Neurosensori : Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
l. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
m.Pernapasan : Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya
infeksi / tidak)
n. Keamanan : Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan, diagnosa
yang sering muncul pada pasien dengan diabetes melitus menurut Doengoes
2000 adalah :
a) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
defisiensi insulin, anoreksia.
b) Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan diuresis osmotik,
poliuri, intake inadekuat.
c) Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisiensi insulin
d) Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
e) Resiko infeksi / penyebaran berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan
peningkatan kadar glukosa, adanya ulkus.
f) Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang
informasi.
3. Perencanaan
a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi
insulin, anoreksia.
Tujuan : Nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : Mual berkuarng, tidak ada muntah, nafsu makan baik, terjadi
peningkatan berat badan, tidak ada polipagi, kojungtiva ananemis, gula darah
dalam batas normal, tidak ditemukan tanda-tanda hipoglikemi.
Intervensi :
1) Kaji intake makanan yang masuk,
Rasional : mengetahui keadekuatan intake nutrisi
2) Timbang BB secara rutin,
Rasional : mengidentifikasi adanya penurunan BB terkait dengan intake
nutrisi
2) Monitor kadar gula darah,
Rasional : mengetahui penurunan atau peningkatan kadar gula darah akibat
penggantian cairan atau terapi insulin
3) Observasi tanda-tanda hipoglikemia (perubahan tingkat kesadaran, nadi cepat,
sakit kepala, gemetar),
Rasional : karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi( gula darah akan
berkurang, dan sementara tetap diberikan insulin maka hipoglikemi dapat
terjadi)
4) Libatkan keluarga dalam memotivasi klien untuk mau makan
Rasional : meningkatkan rasa keterlibatannya ; memberikan informasi pada
keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi klien.
5) Kolaborasi dalam pemberian antiemetik dan pemeriksaan gula darah.
Rasional : anti emetik berfungsi untuk menghilangkan rasa mual.
b. Gangguan volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diuresis osmotik, poliuri, intake inadekuat.
Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil : Turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab, tidak ada poli uri,
polipagi dan polidipsi, tanda-tanda vital dalam batas normal, kebutuhan cairan
terpenuhi, kesadaran komposmentis, serum elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
1) Observasi status cairan,
Rasional : mengetahui kondisi cairan dalam tubuh dan memperkirakan
kekurangan volume total
2) Observasi tanda- tanda vital tiap 4 jam,
Rasional : hipovolemik dapat dimanifestasikan dengan hipotensi dan
tachicardi
3) Kaji adanya perubahan mental/sensori,
Rasional : perubahan mental dapat berhubungan dengan glukosa yang tinggi
atau rendah, elektrolit yang abnormal, asidosis, penurunan perfusi cerebral
dan hipoksia
4) Ukur intake dan output
Rasional : memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi
ginjal dan keefektifan dari terapi yang diberikan
5) Ukur berat badan tiap hari
Rasional : memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang
sedang berlangsung dan selanjutnya dlam memberikan cairan pengganti.
6) Kaji pengisian kapiler, turgor kulit dan , membran mukosa.
Rasional : merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi
yang adekuat.
6) Pantau pemeriksaan lab seperti Ht, Na, Kalium, CL, BUN, creatinin,
Rasional : mengkaji tingkat hidrasi dan adanya kerusakan fungsi ginjal
7) Pertahankan jumlah intake cairan sesuai dengan berat badan.
Rasional : mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi.
c. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisiensi insulin
Tujuan : Persepsi sensori baik
Kriteria hasil : Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, tanda-tanda vital
dalam batas normal, adanya respon sensori yang baik serta mengenali lingkungan.
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda vital, kaji ststus mental.
Rasional : sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal seperti
suhu yang menigkat dapat mempengaruhi fungsi mental.
2) Kaji adanya kehilangan sensori kaki seperti kesemutan atau baal,
Rasional : neuropati perifer dapat menyebabkan rasa tidak nyaman yang
berat , kehilangan sensasi sentuhan atau distorsi yang mempunyai resiko tinggi
terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.
3) Kaji lapang pandang klien.
Rasional : retinopati dapat menggangu pengelihathan yang memerlukan terapi
korektif
4) Bantu klien dalam ambulasi,
Rasional : meningkatkan keamanan klien terutama ketika rasa keseimbangan
dipengaruhi
5) Pantau nilai laboratorium seperti Hb,Ht, Gula darah, creatinin.
Rasional : Ketidakseimbangan nilai laboratorium ini dapadt menurunkan
status mental.
d. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : Tidak terdapat kelemahan fisik
Kriteria hasil : Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, Tanda-tanda vital
dalam batas normal, tidak ada kelemahan, dapat melakukan aktivitas secara
mandiri, gula darah dalam batas normal
Intervensi :
1) Kaji tingkat kemampuan aktivitas klien
Rasional : mengetahui kemampuan klien dalam beraktifitas terkait dengan
jenis bantuan yang diberikan
2) Support aktivitas klien secara aktif dan pasif dengan melibatkan keluiarga
Rasional : Keterlibatan keluarga dalam memotivasi klien dapat membantu
klien untuk meningkatkan rasa percaya diri
3) Observasi tanda-tanda vital sebelum dan seseudah beraktifitas
Rasional : mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara
fisiologis
4) Memberikan bantuan sesuai kebutuhan
Rasional : membantu memandirikan klien
e. Resiko infeksi berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan peningkatan kadar
glukosa.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ditemukan tanda-tanda
infeksi, leukosit dalam batas normal.
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda vital
Rasional : adanya proses infeksi akan berpengaruh terhadap peningkatan suhu
tubuh dan denyut nadi
2) Kaji tanda- tanda infeksi dan peradangan seperti demam, kemerahan, adanya
pus pada luka
Rasional : adanya tanda infeksi yang terdeteksi lebih dini dapat
menghindarkan proses penyebaran infeksi
3) Pertahankan tehnik aseptik pada prosedur invasif
Rasional : kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik
bagi pertumbuhan mikroorganisme
4) Kolaborasi dalam pemberian terapi antibiotika dan pemeriksaan laboratorium
Rasional : penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis
f. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang
informasi.
Tujuan : Pengetahuan klien bertambah
Kriteria hasil : Klien dapat mengetahui tentang penyakitnya serta cara pengobatan
dan perawatan, klien dapat berprilaku sehat dan berpartisipasi dalam pengobatan
Intervensi :
1) Kaji tingkat pendidikan dan pengetahuan klien tentang DM
Rasional : mengetahui sejauh mana informasi yang telah didapat klien terkait
dengan jenis penyuluhan yang akan diberikan dan metodee penyuluhan
2) Berikan penkes tentang : pengertian, penyebab, tanda dan gejala, akibat lanjut
pengobatan dan diet yang ditentukan
Rasional : memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang penyakit
DM dan ppengaturan diet dan diharapkan akan terjadi perubahan perilaku
3) Libatkan keluarga dalam perawatan klien
Rasional : Keterlibatan keluarga akan memotivasi klien
4) Tanyakan hal yang belum dimengerti
Rasional : mengevaluasi hasil penyuluhan
5) Beri reinforcement positif atas jawaban klien yang sesuai
Rasional : meningkatkan harga diri
4. Evaluasi
a) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin,
anoreksia teratasi dengan tidak ditemukannya mual, muntah, polipagi.
b) Gangguan volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diuresis osmotik, poliuri teratasi dengan tidak ditemukan adanya poliuri,
tanda-tanda dehidrasi tidak ditemukan, TTV dalam batas normal.
c) Perubahan persepsi sensori teratasi.
d) Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik teratasi.
e) Resiko infeksi / penyebaran berhubungan dengan perubahan sirkulasi tidak terjadi,
adanya ulkus.
f) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi teratasi.
REFERENSI :
1. Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
2. Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.
3. Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.
4. Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Top Related