PERCOBAAN I
PEMBUATAN SIMPLISIA
I. PENDAHULUAN
A. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mampu membuat simplisia dengan kandungan zat yang
berkhasiat tidak mengalami kerusakan dan dapat disimpan dalam waktu yang
lama.
B. DASAR TEORI
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan obat,
kecuali dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali dinyatakan lain berupa bahan
yang telah dikeringkan. Simplisia terdiri dari simplsiia nabati, hewani dan
mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman. Yang di maksud eksudat tanaman adalah isi sel
yang secara spontan keluar dari selnya atau zat-zat nabati lainnya yang dengan
cara tertentu dipisahkan dari tanamannya. Simplisia hewani adalah simplisia yang
berupa hewan utuh atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan
belum berupa zat kimia murni. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia
yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah dengan cara sederhana
dan belum berupa zat kimia murni.Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif,
keamanan maupun kegunaan simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Ada
beberapa faktor yang berpengaruh antara lain bahan baku simplisia, proses
pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia, cara
pengepakan simplisia. (Anonim,1985)
Dalam hal simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap
dikonsumsi langsung, dapat dipertimbangkan tiga konsep untuk menyusun
parameter standar mutu yaitu sebagai berikut :
1. Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya mempunyai tiga
parameter mutu umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis (identifikasi),
kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia dan biologis), serta aturan penstabilan
(wadah, penyimpanan dan transportasi).
2. Bahwa simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai obat
tetap diupayakan memiliki tiga paradigma seperti produk kefarmasian lainnya,
yaitu Quality-Safety-Efficacy (mutu-aman-manfaat).
3. Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang bertanggung
jawab terhadap respons biologis untuk mempunyai spesifikasi kimia, yaitu
informasi komposisi (jenis dan kadar) senyawa kandungan. (Anonim,2000)
Dasar Pembuatan Simplisia :
a. Simplisia dibuat dengan cara pengeringan
Pembuatan simplisia dengan cara ini pengeringannya dilakukan dengan
cepat, tetapi pada suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan dengan waktu lama
akan mengakibatkan simplisia yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan
yang dilakukan pada suhu terlalu tinggi akan mengakibatkan perubahan kimia
pada kandungan senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, bahan simplisia
yang memerlukan perajangan perlu diatur perajangannya sehingga diperoleh tebal
irisan yang pada pengeringannya tidak mengalami kerusakan.
b. Simplisia dibuat dengan proses fermentasi
Proses fermentasi dilakukan dengan saksama agar proses tersebut tidak
berkelanjutan kearah yang tidak diinginkan.
c. Simplisia dibuat dengan proses khusus
Pembuatan simplisia dengan cara penyulingan, pengentalan eksudat
nabati, pengeringan sari air dan proses khusus lainnya dilakukan dengan
berpegang pada prinsip bahwa simplisia yang dihasilkan harus memiliki mutu
sesuai dengan persyaratan.
d. Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air
Pati, talk, dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air
yang digunakan harus bebas dari pencemaran racun serangga, kuman patogen,
logam berat, dan lain - lain. (Anonim,1985)
Tahap-tahap Pembuatan Simplisia :
a. Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda–bedaantara lain
tergantung pada :
1) bagian tanaman yang digunakan
2) Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen
3) Waktu panen
4) Lingkungan tempat tumbuh
Waktu panen sangat erat hubunganya dengan pembentukan senyawa aktif
di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat
bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.
Senyawa aktif tersebut secara maksimal di dalam bagian tanaman atau tanaman
pada umur tertentu. Di samping waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu
diperhatikan pula saat panen dalam sehari. Dengan demikian untuk menentukan
waktu panen dalam sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimia dan fisik
senyawa aktif dalam simplisia terhadap panas sinar matahari.
b. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran – kotoran atau bahan –
bahan asing lainya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari
akar suatu tanaman obat, bahan – bahan seperti tanah, kerikil, rumput, batang,
daun, akar yang telah rusak, serta pengotor lainya harus dibuang.
c. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainya
yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih,
misalnya air dari mata air, air dari sumur atau air PAM.
d. Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,
pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung
dirajang tetapi dijemur dengan keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat
dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh
irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki.
e. Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah
rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurang
kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau
perusakan simplisia.
f. Sortasi kering
Sortasi setelah engeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan
simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda – benda asing seperti bagian –
bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotr – pengotor lain yang masih ada
dan tertinggal pada simplisia kering.
g. Pengepakan dan penyimpanan
Pada penyimpaan simplisia perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat
mengakibatkan kerusakan simplisia, yaitu cara pengepakan, pembungkusan dan
pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan mutu,
serta cara pengawetanya. Penyebab kerusakan pada simplisia yang utama adalah
air dan kelembaban. Cara pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia
dan tujuan penggunaan pengemasaan. Bahan dan bentuk pengemasan harus
sesuai, dapat melindungi dari kemungkinan kerusakan simplisia, dan dengan
memperhatikan segi pemanfaatan ruang untuk keperluan pengangkutan maupun
penyimpananya.
h. Pemeriksaan mutu
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau
pembelian dari pengumpul atau pedagang simplisia. Simplisia yang diterima harus
berupa simplisia murni dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia seperti
yang disebutkan dalam Buku Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia
ataupum Materia Medika Indonesia Edisi terakhir.(Anonim,1985)
II. BAHAN DAN ALAT
Bahan nabati yang digunakan dalam praktikum kali ini berupa kulit batang
jarak (Jatropha curcas L.).Wadah dan pengemas yang digunakan yaitu aluminium
foil, tampah, nampan, plastic, label / etiket, kertas dan lain-lain. Sedangkan alat
yang digunakan yaitu timbangan, pisau dapur, oven dan gunting.
III. PROSEDUR KERJA
Skema kerja
Ditimbang sebanyak ± 50 gram
Letakkan di tampah atau
nampan
Dimasukkan ke
dalam kertas
Disimpan di
tempat kering
Perajangan, Pengupasan, Pemotongan
Pengumpulan Bahan Baku
Sortasi Basah
Pencucian Simplisia
Tempatkan dalam nampan dan keringkan
Sortasi Kering
Ditimbang dan catat beratnya
Lakukan Pengepakan
Buat Laporan hasil kerja praktikum
IV. HASIL PERCOBAAN
Berat awal : 50 gram
Berat akhir : 7 gram
Rendemen = bobot akhir x 100 %
bobot awal
= 7 x 100 %
50
= 14 %
V. PEMBAHASAN
Pada percobaan pembuatan simplisia, bahan atau tanaman yang
digunakan ada
lah kulit batang jarak.
Nama ilmiah : Jatropha curcas L
Nama daerah: jarak kosta, jarak budeg (Sunda); jarak gundul, jarak pager
(Jawa); kalekhe paghar (Madura); jarak pager (Bali); lulu mau, paku kase,
jarak pageh (Nusa Tenggara); kuman nema (Alor); jarak kosta, jarak
wolanda, bindalo, bintalo, tondo utomene (Sulawesi); ai huwa kamala,
balacai, kadoto (Maluku).
Deskripsi tanaman: Jarak pagar mempunyai sosok yang kekar, batang
berkayu bulat dan mengandung banyak getah. Tinggi mencapai 5 meter dan
mampu hidup sampai 50 tahun. Daun tunggal, lebar, menjari dengan sisi
berlekuk-lekuk sebanyak 3 – 5 buah., bunga berwarna kuning kehijauan, berupa
bunga majemuk berbentuk malai, berumah satu dan uniseksual, kadang-kadang
ditemukan bunga hermaprodit. Jumlah bunga betina 4 – 5 kali lebih banyak
daripada bunga jantan. Buah berbentuk buah kendaga, oval atau bulat telur,
berupa buah kotak berdiameter 2 – 4 cm dengan permukaan tidak berbulu
( gundul ) dan berwarna hijau ketika masih muda dan setelah tua kuning
kecoklatan. Buah jarak tidak masak serentak Buah jarak pagar terbagi menjadi 3
ruangan, masing-masing ruangan 1 biji. Biji berbentuk bulat lonjong berwarna
cokelat kehitaman dengan ukuran panjang 2 cm, tebal 1 cm, dan berat 0,4 – 0,6
gram/biji. Jarak pagar termasuk dalam familia Euphorbiaceae satu famili dengan
tanaman karet dan ubikayu. Adapun klssifikasi Jarak pagar sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha curcas L.
Menurut astuti, Jarak Pagar dapat ditemukan tumbuh subur di berbagai
tempat di Indonesia. Umumnya terdapat di pagar-pagar rumah dan kebun atau
sepanjang tepi jalan, tapi jarang ditemui berupa hamparan. Tanaman Jarak pagar
berbentuk pohon kecil maupun belukar besar yang tingginya mencapai lima
meter. Cabang-cabang pohon ini bergetah dan dapat diperbanyak dengan biji,
setek atau kultur jaringan dan mulai berbuah delapan bulan setelah ditanam
dengan produktivitas 0,5 – 1,0 ton biji kering/ha/tahun. Selanjutnya akan
meningkat secara bertahap dan akan stabil sekitar 5 ton pada tahun ke lima setelah
tanam.
Menurut Igbinosa (2009), hasil penelitian mengenai ekstrak kulit batang
jarak pagar menunjukkan bahwa kulit batang jarak pagar mengandung senyawa
fitokima yang terdri dari saponin, steroid, tanin, glikosida, alkaloid, dan flavonoid.
Menurut Hodek et al. (2002), flavonoid yang tekandung dalam ekstrak
kulit batang jarak memiliki aktivitas biologi seperti antimikroba, anti alergi dan
antioksidan
Daun, ranting, batang, akar serta biji jarak mengandung berbagai macam
senyawa kimia, beberapa diantaranya merupakan senyawa-senyawa aktif.
Senyawa kimia yang terisolasi dari bagian daun dan ranting jarak pagar meliputi
siklik triterpene stigmasterol, kampesterol, β-sitosterol, 7-keto-β-sitosterol. Selain
itu, bagian daun dan ranting mengandung senyawa flavonoid (Naengchomnong et
al., 1994)
Berdasarkan hasil penelitian terhadap rendemen ekstrak, pada biji jarak
pagar rendemen ekstrak tertinggi terdapat pada rendemen ekstrak etil asetat yaitu
sebesar 35,98%. Pada batang+daun jarak pagar rendemen ekstrak tertinggi
terdapat pada rendemen ekstrak metanol sebesar 9,75%, begitu juga pada kulit
buah jarak pagar rendemen ekstrak tertinggi terdapat pada ekstrak metanol sebesar
5,96%.
Pada batang+daun jarak, rendemen ekstrak tertinggi diperoleh dari
Mekstrak metanol yaitu sebesar 9,75%. Ekstrak metanol ini merupakan ekstrak
yang bersifar polar. Tingginya rendemen ekstrak metanol dapat juga diartikan
bahwa komponen senyawa yang terkandung dalam batang+daun jarak sebagian
besar merupakan senyawa polar. Senyawa non polar pada
batang+daun jarak jumlahnya sangat sedikit, hal ini terlihat dari rendemen
ekstrak heksan yang rendah yaitu sebesar 0,91%.
Pada umumnya petnbuatan simplisia melalui tahapan seperti berikut:
Pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, sortasi kering,
pengepakan, penyimpanandan pemeriksaan mutu.
a. Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalarn suatu simplisia berbeda-beda antara lain
tergantung pada :
1. Bagian tanaman yang digunakan
2. Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen
3. Waktu panen
4. Lingkungan tempat tumbuh.
Waktu panen sangat erat hubunganya dengan pembentukan senyawa aktif
di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat
bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.
Senyawa aktif tersebut secara maksimal di dalam bagian tanaman atau tanaman
pada umur tertentu. Di samping waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu
diperhatikan pula saat panen dalam sehari. Dengan demikian untuk menentukan
waktu panen dalam sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimia dan fisik
senyawa aktif dalam simplisia terhadap panas sinar matahari.
b. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-
bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat
dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput,
batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang.
Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam jurnlah yang tinggi, oleh
karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah
mikroba awal.
c. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya
yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih,
misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang
mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar
dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Menurut Frazier (1978),
pecucian sayur-sayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba
awal jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal
hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan
simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang digunakan biasanya
mengandung juga sejumlah mikroba. Cara sortasi dan pencucian sangat
mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba awal simplisia. Pada simplisia akar,
batang atau buah dapat pula dilakukan pengupasan kulit luamya untuk
mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar jumlah mikroba biasanya
terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah dikupas tersebut
mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara pengupasannya dilakukan dengan
tepat dan bersih.
d. Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,
pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung
dirajang tetapi dijetnur dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat
dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh
irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki.
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air,
sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis
juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah
menguap sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Oleh
karena itu bahan simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan
scjcnis lainnya dihindari perajangan yang terlalu tipis i~ntuk nlencegah
berkurangnya kadar minyak atsiri. Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba
tidak bertambah.
Penjemuran sebeluln perajangan diperlukan untuk mengurangi pewarnaan
akibat reaksi antara bahan dan logam pisau. Pengeringan dilakukan dengan sinar
matahari selama satu hari.
e. Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah
rusak,sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi
kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau
perusakan simplisia.
Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat
merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya. Enzim tertentu
dalam sel, masih dapat bekerja, menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati
dan selamabahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada
tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang
merusak itu tidak terjadi karena adanya keseimbangan antara proses-proses
metabolisme. Yakni proses sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel.
Keseirnbangan ini hilang segera setelah sel tumbuhan mati.
Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara
pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30" sampai 90°C,
tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60°C. Bahan simplisia yang
mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus
dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 30" sampai 45" C, atau
dengan cara pengeringan vakum yaitu dengan mengurangi tekanan udara di dalam
ruang atau lemari pengeringan, sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg. Kelembaban
juga tergantung pada bahan simplisia, cara pengeringan, dan tahap tahap selama
pengeringan. Kelembaban akan menurun selama berlangsungnya proses
pengeringan.
Berbagai cara pengeringan telah dikenal dan digunakan morang. Pada dasarnya
dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan secara alamiah dan buatan.
1. Pengeringan alamiah
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman
yang dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan :
a. Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk mengeringkan
bafian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan sebagainya,
dan rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Pengeringan dengan sinar
matahari yang banyak dipraktekkan di Indonesia merupakan suatu cara yang
mudah dan murah, yang dilakukan dengan cara membiarkan bagian yang telah
dipotong-potong di udara terbuka di atas tampah-tampah tanpa kondisi yang
terkontrol sepertl suhu kelembapan dan aliran uldara. Dengan cara ini kecepatan
pengcringan sangat tergantung kepada keadaan iklim, sehingga cara ini hanya
baik dilakukan di daerah yang udaranya panas atau kelembabannya rendah, serta
tidak turun hujan.Hujan atau cuaca yang mendung dapat memperpanjang waktit
pengeringan sehingga memberi kesempatan pada kapang atau mikroba lainnya
untuk tumbuh sebelum simplisia tersebut kering.
b. Dengan diangin-angin dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung.
Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak
seperti bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif mudah
menguap.
2. Pengeringan buatan
Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan sinar
matahari dapat diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu dengan
menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu kelembaban, tekanan
dan aliran udaranya dapat diatur. Prinsip pegeringan buatan adalah sebagai
berikut: udara dipanaskan oleh suatu sumber panas seperti lampu, kompor, mesin
disel atau listrik, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari
yang berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak
pengering. Dengan prinsip ini dapat diciptakan suatu alat pengering yang
sederhana, praktis dan murah. dengan hasil yang cukup baik. Cara yang lain
misalnya dengan menempatkan bahan-bahan yang akan dikeringkan di atas pita
atau ban berjalan dan nlelewatkannya melalui suatu lorong atau ruangan yang
berisi udara yang telah dipanaskan dan diatur alirannya.
Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia
dengan mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan waktu
pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Sebagai
contoh misalnya jika kita membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk penjemuran
dengan sinar matahari sehingga diperoleh simplisia kering dengan kadar air 10
sampai 1 2%, dengan menggunakan suatu alat pengering dapat diperoleh simplisia
dengan kadar air yang sama dalam waktu 6 sampai 8 jam.
Daya tahan suatu simplisia selama pepyimpanan sangat tergantung pada
jenis simplisia, kadar airnya dan cara penyimpanannya. Beberapa simplisia yang
dapat tahan lama dalam penyimpanan jika kadar airnya diturunkan 4 sampai 870,
sedangkan simplisia lainnya rnungkin masih dapat tahan selama penyimpanan
dengan kadar air 10 sampai 12%.
f. Sortasi kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan
simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-
bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang
masill ada dan tertinggal pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum
sirnplisia dibungkus untitk kernudian disinlpan. Pada simplisia bentuk rimpang
sering jurnlah akar yang rnelekat pada rimpang terlampau besar dan harus
dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda
tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus.
g. Pengepakan dan Penyilnpanan
Sirnplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena bberbagai
faktor luar dan dalam, antara lain :
1. Cahaya : Sinar dari panjang gelombang tertentu dapat menimbulkan perubahan
kimia pada simplisia, misalnya isomerisasi, polimerisasi, rasemisasi dan
sebagainya.
2. Oksigen udara : Senyawa tertentu dalam simplisia dapat mengalami perubahan
kimiawi oleh pengaruh oksigen udara terjadi oksidasi dan perubahan ini dapat
berpengaruh pada bentuk simplisia, misalnya, yang semula cair dapat berubah
menjadi kental atau padat, berbutir-butir dan sebagainya.
3. Reaksi kimia intern : perubahan kimiawi dalam simplisia yang dapat
disebabkan oleh reaksi kimia intern, misalnya oleh enzim, polimerisasi, oto-
oksidasi dan sebagainya.
4. Dehidrasi : Apabila kelembaban luar lebih rendah dari simplisia, maka
simplisia secara perlahan-lahan akan kehilangan sebagian airnya sehingga rnakin
lama makin mengecil (kisut).
5. Penyerapan air : Simplisia yang higroskopik, misalnya agaragar, bila disimpan
dalam wadah yang terbuka akan menyerap lengas udara sehingga menjadi kempal,
basah atau mencair (lumer).
6. Pengotoran : Pengotoran pada simplisia dapat disebabkan oleh berbagai
sumber, misalnya debu atau pasir, ekskresi hewan, bahan-bahan asing (misalnya
minyak yang tertumpah) dan fragmen wadah (karung goni).
7. Serangga: Serangga dapat menitnbulkan kerusakan dan pengotoran pada
simplisia, baik oleh bentuk ulatnya maupun oleh bentuk dewasanya. Pengotoran
tidak hanya berupa kotoran serangga, tetapi juga sisa-sisa metamorfosa seperti
cangkang telur, bekas kepompong, anyaman benang bungkus kepompong, bekas
kulit serangga dan sebagainya.
8. Kapang : Bila kadar air dalam simplisia terlalu tinggi, maka simplisia dapat
berkapang. Kerusakan yang timbul tidak hanya terbatas pada jaringan simplisia,
tetapi juga akan merusak susunan kimia zat yang dikandung dan malahan dari
kapangnya dapat mcngeluarkan toksin yang dapat mengganggu kesehatan.
Selama penyimpanan ada kemungkinan terjadi kerusakan pada simplisia.
Kerusakan tersebut dapat mengakibatkan kemunduran mutu, sehingga simplisia
bersangkutan tidak lagi memenuhi syarat yang diperlukan atau yang ditentukan.
Oleh karena itu pada penyimpanan siniplisia perlu diperhatikan beberapa
ha1 yang dapat rnengakibatkan kerusakan simplisia, yaitu cara pengepakan,
pembungkusan dan pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara sortasi dan
pemeriksaan mutu, serta cara pengawetannya. Penyebab kerusakan pada simplisia
yang utanla adalah air dan kelembaban.
Untuk dapat disimpan dalam waktu lama simplisia harus dikeringkan dulu
sampai kering, sehingga kandungan airnya tidak lagi dapat menyebabkan
kerusakan yang merugikan.
Seperti diuraikan di muka, dalam sirnplisia segar terdapat enzim yang
dapat menyebabkan terjadinya reaksi kimia yang dapat mengubah atau
menguraikan senyawa aktif yang dikandung dengan pengaruh air yang terdapat di
lingkungannya. Pada simplisia yang cukup kering atau kadar airnya rendah, enzim
tidak dapat bekerja lagi. Oleh karena itu kadar air siniplisia yang disimpan perlu
diperhatikan dan dijaga. Di Samping itu kadar air simplisia yang tinggi pada
simplisia dapat memungkinkan tumbuhnya kapang atau mikroorganisrne lain pada
simplisia. Pertumbuhan kapang dan mikroorganisme ini dapat menyebabkan
perubahan kimia pada senyawa aktif dan mengakibatkan kemunduran mutu
simplisia. Beberapa kapang tertentu dapat menghasilkan zat beracun yang disebut
mikotoksin yang nlerugikan atau membahayakan kesehatan manusia maupun
hewan.
Banyak simplisia bila disimpan mudah berubah warnanya, menjadi lebih
tua atau lebih muda. Perubahan warna tersebut menyebabkan simplisia
bersangkutan menjadi kurang menarik. Di samping itu pada simplisia tersebut
kemungkinan telah terjadi perubahan kimia pada senyawa aktifnya. Perubahan
wama simplisia seringkali disebabkan oleh pengaruh cahaya matahari, terutama
cahaya niatahari langsung. Cahaya matahari dapat menaikkali suhu, sehingga
rnempercepat terjadinya reaksi-reaksi kimia yang dapat mengubah susunan kimia
senyawa aktif simplisia.
Cara menyimpan simplisia dalam wadalh yang kurang sesuai
memungkinkan simplisia rusak karena dimakan kutu atau ngengat yang termasuk
hewan golongan serangga atau insekta. Berbagai jenis serangga dapat
menimbulkan kerusakan pada harnpir semua jenis simplisia yang berasal dari
tumbuhan atau hewan, biasanya jenis serangga tertentu merusak jenis simplisia
tertentu pula.
Kerusakan pada penyimpanan simplisia yang perlu mendapatkan perhatian
juga ialah kerusakan yang ditimbulkan oleh hewan pengerat seperti tikus. Tikus
tidak saja merusak bungkus atau wadahnya melainkan kerapkali memakan juga
simplisia.
Cara pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan
penggunaan pengemasan. Bahan dan bentuk pengemasannya harus sesuai, dapat
melindungi dari kernungkinan kerusakan simplisia, dan dengan memperhatikan
segi pemanfaatan ruang untuk keperluan pengangkutan maupun penyimpanannya.
Wadah harus bersifat tidak beracun dan tidak bereaksi (inert) dengan
isinya sehingga tidak menyebakan terjadinya reaksi serta penyimpangan warna,
bau, rasa dan sebagainya pada simplisia. Selain dari itu wadah harus melindungi
simplisia dari cemaran mikroba, kotoran dan serangga serta mempertahankan
senyawa aktif yang mudah menguap atau mencegah pengaruh sinar, masuknya
uap air dan gas-gas lainnya yang dapat menurunkan mutu simplisia. Untuk
simplisia yang tidak tahan terhadap sinar, misalnya yang mengandung banyak
vitamin, pigmen dan minyak, diperlukan wadah yang melindungi simplisia
terhadap cahaya, misalnya aluminium foil, plastik atau botol yang berwarna gelap,
kaleng dan sebagainya. Bungkus yang paling lazim digunakan untuk sirnplisia
ialah karung goni. Sering juga digunakan karung atau kantong plastik, peti atau
drum dari kayu atau karton dan drum atau kaleng dari besi berlapis. Beberapa
jenis simplisia terutama yang berbentuk cairan dikemas dalam botol atau guci
porselin. Simplisia yang berasal dari akar, rim pang, umbi, kulit akar. kulit batang,
kayu, daun, herba, buah, biji dan bunga sebaiknya dikemas dalam karung plastik.
Simplisia dari daun atau herba umumnya dimampatkan lebih dulu dalam bentuk
yang padat dan mampat, dibungkus dalam karung plastik dan dijahit.
Gudang harus mempunyai ventilasi udara yang cukup baik dan bebas dari
kebocoran dan kemungkinan kemasukan air hujan. Walaupun memerlukan
penerangan yang cukup pada siang hari harus dicegah masuknya matahari yang
langsung menyinari simplisia yang disimpan. Perlu dilakukan pencegahan
kemungkinan kerusakan simplisia yang ditimbulkan oleh hewan, baik serangga
maupun tikus yang sering memakan simplisia yang disimpan.
h. Pemeriksaan Mutu
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau
pembeliannya dari pengumpul atau pedagang simplisia. Simplisia yang diterima
harus berupa simplisia murni dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia
seperti yang disebutkan dalam Buku Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope
Indonesia ataupun Materia Medika Indonesia Edisi terakhir.
Suatu simplisia dapat dinyatakan bermutu Farmakope Indonesia, Ekstra
Farmakope Indonesia, atau Materia Medika Indonesia, apabila simplisia
bersangkutan memenuhi persyaratan yang disebutkan dalam buku-buku yang
bersangkutan. Agar selalu diperoleh simplisia dengan mutu yang mantap,
seyogyanya disediakan contoh untuk tiap-tiap simplisia dengan mutu yang pasti
dan memenuhi persyaratan yang ada digunakan sebagai simplisia pembanding.
Pada tiap-tiap penerimaan atau pembelian simplisia tertentu perlu dilakukan
pengujian mutu yang dicocokkan dengan simplisia pembanding yang
bersangkutan.
Secara umum simplisia yang tidak memenuhi syarat seperti kekeringannya
kurang, ditumbuhi kapang, mengandung lendir, sudah berubah warna atau
baunya, berserangga atau termakan serangga, harus ditolak penerimaannya. Pada
pemeriksaan mutu simplisia pemeriksaan dilakukan dengan cara organoleptik,
makroskopik, cara mikroskopik dan atau cara kimia.
( Anonim, 1985 )
VI. KESIMPULAN
1. Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai bahan obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain,
berupa bahan yang telah dikeringkan.
a. Tanaman yang digunakan dalam praktikum adalah kulit batang
jarak (Jatropha curcas L.).
b. Berat awal kulit batang jarak adalah 50 gram
c. Berat akhir adalah 7 gram
2. Dalam pembuatan simplisia diperlukan memperhatikan kadar air,
sebab akan mempengaruhi dalam kualitas akhir simplisia.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim.2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. 3 – 5.
Jakarta : Depkes RI
Astuti, yuni. Budidaya & Manfaat Jarak Pagar.
http://research.mercubuana.ac.id/proceeding/ BUDIDAYA-DAN-
MANFAAT-JARAK-PAGAR.pdf
Hodek, P, Trelil P, Stiborova M. 2002. Flavonoids- Potent and Versatile
Biologically Active Compounds Interacting with Cytochrome P450.
Chemico-Biol. Intern. 139 (1): 1-21.
Igbinosa, O. O., Igbinosa E. O. And O. A. Aiyegoro. 2009. Antimicrobial Activity
and Phytochemical Screening of Steam Bark Extracts from Jatropha
curcas (Linn). African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol. 3
(2). pp. 058-062.
Naengchomnong, W., B. Tarnchompoo, dan Y. Thebtaranonth. 1994. (+)-
Jatropha, (+) marmesin, propacin and jatrophin from the roots of
Jatropha curcas (Euphorbiaceae). J. of the Sci. Soc, of Thail. 20: 73-83.