I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem
dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik.
Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi,
sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia,
hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan
tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas,
dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem
yang menunjukkan kesatuan (Pratiwi, D.A, 2000).
Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata oikos
yang rartinya tempat hidup dan logos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antar makhluk hidup maupun
interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya atau tempat hidupnya
(zoologiawan Jerman, 1834-1914) (Pratiwi, D.A, 2000).
Ekologi akan selalu membahasan ekosistem dengan berbagai
komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik
antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan
faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan,
tumbuhan, dan mikroba. (Pratiwi, D.A, 2000).
Organisme atau individu yang dilihat atau dibedakan berdasarkan
sejarah dan penempakan yang dilihat merupakan pengertian dari ekologi
autekologi. Sedangkan ekologi sinekologi adalah pengkajian golongan
atau kumpulan organisme-organisme yang diasosiasikan bersama
sebagai satu-kesatuan. Kedua macam ekologi ini mempunyai peranan
penting untuk melakukan penelitian terladap ekosistem (Irawan, 1995).
Ekologi merupakan ilmu yang mencakup lingkungan darat dan
lingkungan perairan. Lingkungan perairan merupakan salah satu cabang
ilmu yang penting peranannya dalam mempelajari hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dan lingkungan perairan, pengetahuan mengenai
lingkungan perairan sangat berguna bagi mahasiswa perikanan, karena
menyangkut kelestarian sumber daya perairan yang dapat menentukan
pola pemanfaatan dan pengelolaan serta pengembangan sumber daya
perairan (Heddy, 1996).
Dalam laporan hasil praktikum ini, akan dibahas tentang perairan
darat (tawar). Ekosistem air tawar digolongkan menjadi dua yaitu air
menggenang dan mengalir. Perairan tawar yang menggenang contohnya
adalah danau dan rawa. Sedangkan perairan tawar yang mengalir adalah
sungai (Pratiwi, D.A, 2000).
Ekosistem di dalam dunia ini sangatlah beragam mulai dari
ekosistem yang berbasis di daratan ataupun yang berbasis di perairan,
oada praktikum kali ini kita akan membahas mengenai kedua macam
lingkungan tadi, disini kita akan mengambil ekosistem rawa yang akan
diwakilkan pada Danau Unsri, dan Ekosistem sungai yang akan
diwakilkan pada Sungai keramasan di Musi II palembang.
B. Tujuan
Tujuan dari kegiatan praktikum Ekologi Perairan adalah untuk
meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai materi yang diperoleh
pada perkuliahan dan memberikan pengalaman lapangan sehingga dapat
meningkatkan wawasan mahasiswa dalam bidang ekologi perairan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Danau merupakan perairan payau yang terakumulasi di suatu
tempat yang cukup luas, yang dapat terjadi karena mencairnya gletser,
aliran sungai, atau karena adanya mata air. Biasanya danau dapat dipakai
sebagai sarana rekreasi, tempat membuka keramba dan bisa juga
dijadikan sarana Olahraga. Danau sering juga disebut cekungan besar di
permukaan bumi yang digenangi oleh air yang pinggirannya berupa
daratan (Wardiyatmoko K, 2003).
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya
mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi, yang
dibatasi oleh daratan dan airnya tidak akan surut kecuali saat itu sedang
terjadi kemarau panjang dan akan melimpah atau bertambah ketika hujan
(Pratiwi, D.A, 2000).
Sungai dapat dikatakan juga aliran air dari pegunungan yang
akhirnya akan mengalir di permukaan bumi. Sumber sungai boleh jadi dari
mata air pegunungan, ataupun anak-anak sungai. Dari sumbernya semua
sungai menuruni bukit. Sungai juga dikatakan berasal dari laut karena
salah satu sumber mata air sungai adalah dari hujan yang merupakan
penguapan dari lautan, pasang surut sungai juga sangat dipengaruhi oleh
curah hujan di daerah sungai tersebut (Wardiyatmoko K, 2003).
Sungai adalah air tawar yang mengalir dari sumberdaya di daratan
menuju dan bermuara di laut, danau, atau sungai lain yang lebih besar
Sungai merupakan badan air yang mengalir satu arah, dan akan tmenuju
dataran yang tinggi menuju dataran rendah, serta kondisi pasang terjadi
saaat siang hari dan sangat dipengaruhi oleh curah hujan.
(Wardiyatmoko K, 2003).
B. Komponen Ekosistem Perairan
Kebanyakan danau adalah air tawar dan juga banyak berada di
belahan bumi utara pada ketinggian yang lebih atas. Sebuah danau
periglasial adalah danau yang di salah satunya terbentuk lapisan es, "ice
cap" atau gletser, es ini menutupi aliran air keluar danau.Istilah danau juga
digunakan untuk menggambarkan fenomena seperti Danau Eyre, di mana
danau ini kering di banyak waktu dan hanya terisi pada saat musim hujan.
Banyak danau adalah buatan dan sengaja dibangun untuk penyediaan
tenaga listrik-hidro, rekreasi (berenang, selancar angin, dll), persediaan
air, dll.
Great Lakes di Amerika Utara juga memiliki asal dari jaman es.
Finlandia dikenal sebagai Tanah Seribu Danau dan Minnesota dikenal
sebagai Tanah Sepuluh Ribu Danau. Sekitar 60% danau dunia terletak di
Kanada, ini dikarenakan sistem pengaliran kacau yang mendominasi
negara ini. Di bulan ada wilayah gelap berbasal, mirip mare bulan tetapi
lebih kecil, yang disebut lacus (dari bahasa Latin yang berarti "danau").
Mereka diperkirakan oleh para astronom sebagai danau.
Menurut terjadinya, danau dapat dibagi menjadi beebrap jenis
sebagai berikut :
1. Danau vulkanis, yaitu danau yang terbentuk akibat adanya aktivitas
vulkanis.
2. Danau dolina, yaitu danau yang terdapat di daerah karst dan umumnya
berupa danau yang kecil yang bersifat temporer.
3. Danau tektonik, yaitu danau yang terjadi karena gerak dislokasi atau
perpindahan lokasi di permukaan bumi yang menimbulkan bentuk-
bentuk patahan, slenk dan lain-lain.
4. Danau lembah gletser, yaitu lembah yang telah berisi air yang tidak
berhubungan dengan laut sehingga lembah tersebut menjadi danau.
Air sungai biasanya terbatas di dalam satu saluran, yang terdiri
daripada dasar sungai yang di antara dua tebing di kiri dan kanan.
Kebanyakan curahan hujan di darat akan melalui sungai dalam
perjalanannya ke laut. Sebuah sungai (river) biasanya terdiri dari
beberapa anak sungai (stream) yang bergabung.
Menurut perkembangan stadium lembah sungai dan jenis
batuannya, maka terdapatlah tipe-tipe sungai di permukaan bumi ,yaitu
sebagai berikut.
1. Sungai consequent longitudinal, yaitu sungai yang arah alirannya
sejajar dengan antiklinal atau bagian puncak gelombang pegunungan
2. Sungai consequent lateral, yaitu sungai yang arah alirannya menuruni
lereng-lereng asli yang ada di permukaan tanah seperti dome dan
blockmountain atau dataran yang baru terangkat
3. Sungai insequent, yaitu sungai yang terjadi tanpa ditentukan oleh
sebab-sebab nyata. Sungai ini mengalir tidak mengikuti perlapisan
batuan atau dip. Sungai ini mengalir dengan arah tidak tertentu
sehingga terjadi pola aliran dendritis.
4. Sungai obsequent, yaitu sungai yang mengalir menuruni permukaan
patahan, jadi berlawanan dengan dip dari formasi-formasi sungai
obsequen
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Ekologi Perairan ini dilaksanakan di perairan danau
Universitas Sriwijaya dan di perairan Sungai Keramasan di Kecamatan
Kertapati kota Palembang. Dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 21
November 2009. Dimulai dari pukul 08.30 sampai dengan 16.00 WIB.
B. Alat dan Bahan
Peralatan serta bahan yang digunakan untuk melakukan praktikum
ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Alat dan Bahan
No. Nama Alat/Bahan Jumlah1. Tongkat Bambu ( 2 meter ) 5 buah
2. Secci disc 2 buah3. Transek 1buah
4. Ember 10 liter 2 buah5. Saringan 3 buah6. Plankton net 1 buah
7. Botol film 25 buah
8. Kantong plastik 1/4 kg 25 buah9. Pipa paralon diameter 30 cm 2 buah10.Tali rapiah Secukupnya
11.Botol Aqua 5 buah12.Bola plastik 1 buah13.Stopwatch 1 buah14.Kertas Label Secukupnya15.Mikroskop 1 buah16.Pipet tetes 3 buah
17.Objek gelas dan cover 1 buah18.Lugol Secukupnya19.Buku identifikasi plankton dan ikan 1 buah20.Formalin 4 % Secukupnya
21.Sarung Tangan 2 buah22.Masker dan Snorkel 2 buah
C. Metodologi
Materi yang akan diamati dalam kegiatan praktikum ini terdiri dari
pengamatan faktor fisika-kimia perairan yang meliputi pengukuran
temperatur air, temperatur udara, kedalaman, kecerahan, arus dan pH,
serta pengamatan parameter biologi yang meliputi plankton dan bentos.
Metode yang digunakan untuk pengamatan masing-masing
parameter adalah sebagai berikut :
1. Temperatur
Mengukur suhu air dengan mencelupkan thermometer pada setiap
unit pengamatan per satuan waktu. Suhu udara diukur dengan melihat
skala yang ditunjukkan thermometer yang berada di atas permukaan air.
2. Kedalaman
Prosedur pengukuran kedalaman perairan adalah sebagai berikut :
a. Ambil seutas tali yang diberi skala, bagian ujung yang satu diberi
pemberat
b. Ujung tersebut dimasukkan kedalam perairan sampai mencapai dasar,
sedang ujung yang lain dipegang
c. Tarik tali hingga merenggang dan usahakan supaya pemberat tidak
sampai terangkat
d. Baca panjang tali rentangan dan ujung tali yang dipegang oleh
pengamat terhadap permukaan air, baca sudut antara renggang tali
tadi terhadap ordinat (garis tengah yang lurus dengan permukaan
tali)
e. Perhitungan :
D = L. Cos a – d2
Dimana :
D : Kedalaman air
L : Panjang rentang tali
a : Sudut antara tali rentang dengan ordinat
d :Tinggi antara ujung tali yang dipegang pengamat dengan
permukaan air.
3. Kecerahan
a. Ambil seutas tali atau tongkat yang diberi skala
b. Ikatkan tali atau tongkat pada titik pusat secchi disk yang berdiameter
20-30 cm
c. Masukkan alat tersebut dalam perairan dan baca skala pada
tongkat/tali tersebut.
d. Perhitungan :
k1 + k2
D =
2
Dimana :
D = Kedalaman kecerahan air
k1 = Kedalaman secchi disk yang masih dapat terlihat
k2 = Kedalaman secchi disk yang tidak dapat terlihat
4. Arus
Pengukuran arus menggunakan bola plastik yang diberi tali rafia
sepanjang 1 meter. Selanjutnya dihitung waktu bola arus itu bergerak dari
0-1 meter.
5. pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas Ph.
Dimana kertas pH kita masukan kedalam perairan lalu kita liha perubahan
warna yang terjadi pada kertas tersebut,lalu cocokan dengan keterangan
pada kotak kertas pH tersebut.
6. Biota
a) Makro biota : dilakukan dengan menginvestasikan dan
mengidentifikasi bola yang ditemukan pada setiap satuan pengamatan
selama waktu pengamatan.
b) Pengambilan sampel benthos dengan menggunakan pipa paralon
yang ditancapkan ke dasar perairan. Selanjutnya dipindahkan ke
dalam ember dan disaring dengan menggunakan saringan tepung.
c) Pengambilan sampel plankton dengan menggunakan plankton net. Air
sampel diambil menggunakan ember yang diketahui volumenya.
Selanjutnya dimasukkan ke dalam plankton net. Sampel yang ada
dalam botol film diberi lugol. Identifikasi plankton dilakukan di
laboratorium menggunakan mikroskop.
d) Penghitungan plankton dengan menggunakan alat pencacah sedwigk
rafter. Identifikasi dan perhitungan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan
dengan 10 lapang pandang tanpa pengulangan pada lapang pandang
yang sama.
e) Adapun cara pengamatan dan perhitungannya adalah sebagai berikut :
Sedwigk rafter berukuran 20 x 50 mm, terdiri dari 1000 petak.
Panjang 50 petak, lebar 20 petak dengan ukuran masing-masing 1 mm
kubik. Dengan demikian luas permukaan sedgwick rafter 1000 m² dan
bervolume 100 m³ (1 cc). Pengamatan dilakukan dengan mengikuti
gambar di atas yaitu dimulai pada petak ke 5-15-25-35-45 dan turun ke
bawah dengan jarak 10 petak dan digeser ke kiri dengan jarak 10
petak.
Perhitunganjumlah plankton per liter dilakukan dengan
menggunakan rumus dari APPA, AWWA, WPOF (1976) yaitu :
T P V 1
N = x x x
L p v W
Dimana :
N = Jumlah plankton per liter
T = Luas gelas penutup (mm )
L = Luas lapang pandang (mm )
P = Jumlah plankton yang tercacah
p = Jumlah lapang pandang yang diamati
V = Volume sampel plnkton yang tersaring (ml)
v = Volume sampel plankton dibawah gelas penutup
W = Volume sampel plankton yang disaring (liter)
Karena sebagian besar dari unsur-unsur rumus telah diketahui pada
sedgwick rafter, seperti T = 1000 mm , v 1 ml, dan L = 0,25 mm
(dimisalkan 1 lingkaran sama dengan luas lapang pandang paada
mikroskop dengan r = 0,5 mm), dengan demikian rumus tersebut menjadi :
1000 mm² P Vml 1
N = x x x
0,25 10 1ml W
Atau :
100 (P x V)
N =
0,25
Penghitungan keragaman jenis dan keseragaman jenis dilakukan
dengan menggunakan formulasi Shannon-Wiener (Poole, 1974), yaitu :
s
H' = - Σ pi ln pi
n = 1
Dimana :
H’ = Indeks keragaman jenis
S = Banyaknya jenis
Pi = ni/N
Ni = Jumlah individu jenis ke-1
N = Jumlah total individu
Sedangkan rumus untuk mennghitung keseragaman jenis dengan
menggunakan rumus ;
J = H’ / H max
Dimana :
J = Keseragaman jenis
H max = In s
S = Jumlah jenis
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sungai
a. Geografi Daerah Pengamatan
Nama tempat : Sungai Keramasan
Lokasi : Musi II
Kecamatan : Keramasan
Kabupaten : Kota Palembang
b. Suhu
Tabel 9. Suhu di Sungai Keramasan
No Waktu Ulangan
Stasiun
I II III
1 08.30 1 28°C 28°C 28°C
2 10.00 2 29°C 28°C 28°C
Grafik 1. Pengukuran suhu disungai keramasan.
Pengukuran suhu di Sungai Keramasan dilakukan dua kali. Suhu di
Sungai Keramasan adalah 28-29o C.
c. Ph
Tabel 10. pH di Sungai Keramasan
No Waktu Ulangan
Stasiun
I II III
1 08.30 1 7 7 7
2 10.00 2 7 7 7
Grafik 2. pH di sungai keramasan
Pada Sungai Keramasan pH-nya adalah 7,ini menandakan bahwa
perairan di Sungai keramasan ini netral (pratiwi, 2000).
d. Kedalaman
Tabel 11. Kedalaman Sungai Keramasan
Stasiun
No Waktu Ulangan
I II III
1 08.30 1 55 cm 110 cm 138 cm
2 10.00 2 96 cm 145 cm 170 cm
Grafik 3. Pengukuran kedalaman sungai keramasan
Pada praktikum ini, menghitung kedalaman perairan dilakukan
dengan menancapkan batang bambu sampai ke dasar perairan
(pratiwi, 2000).
e. Kecerahan
Tabel 12. Kecerahan di Sungai Keramasan
No Stasiun sampling K1 K2 D
1 I 15 cm 10 cm 12,5 cm
II 14 cm 9 cm 11,5 cm
III 28 cm 20 cm 24 cm
2 I 11 cm 18 cm 14,5 cm
II 30 cm 20 cm 25 cm
III 30 cm 25 cm 25,25 cm
Grafik 4. Mengukur Tingkat Kecerahan
Keterangan :
K1 : Kedalaman secchi disk yang masih dapat dilihat
K2 : Kedalaman secchi disk yang tidak dapat lagi dilihat
D : Kedalaman kecerahan air
Cara mengukur kecerahan adalah dengan memasukkan secchi
disk ke dalam perairan di masing-masing stasiun. Lalu, dilihat berapa
skala yang masih dapat dilihat dan skala yang tidak dapat lagi terlihat
(Tim Ekoper, 2005).
f. Bentos
Bentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan, seperti
kerang-kerangan dan kepiting. Pada praktikum di Sungai Keramasan ini
ditemukan gondang (Ampullaria ampulaceae) di dasar perairannya.
g. Nekton
Nekton adalah organisme yang hidup yang melayang-layang di
dalam air. Nekton yang ditemukan di Sungai Keramasan adalah ikan
seluang (Rasbora sp.)
h. Plankton
Tabel plankton di sungai keramasan :
No Spesies
Stasiun Sampling
I II III
1 Dimorphococus .l - - 1
2 Calanus . f - 1 -
3 Mormonila .p - - 1
4 Eurtepina. a 1 - -
∑ 1 1 2
B. Danau
a) Geografi Daerah Pengamatan
Nama tempat : Danau Universitas Sriwijaya
Lokasi : Ogan Komering Ilir
Kecamatan : Sukapuli
Kabupaten : Ogan Komering Ilir
b) Suhu
Tabel 3. Suhu di Danau Universitas SriwijayaNo Jam Sampling Ulangan Stasiun sampling
A B C
1 13.00 1 29o C 29o C 29o C
2 14.00 2 29°C 29°C 29°C
Grafik 5. Pengukuran suhu di danau UNSRI
Pengukuran suhu di Danau UNSRI dilakukan dua kali di setiap
stasiunnya, suhu yang diperoleh sama disetiap stasiun dan pengulangnan
yaitu 29o C
c) pH
Tabel 4. pH (Derajat Keasaman) di Danau Universitas Sriwijaya
No Stasiun sampling pH1 I 6
II 6
III 6
2 I 6
II 6
III 6
Grafik 6. Pengukuran pH di danau UNSRI
Pengukuran pH di Danau UNSRI hanya dilakukan satu kali pada
setiap stasiun. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan kertas
lakmus. Kertas lakmus dicelupkan ke dalam perairan sekitar beberapa
detik. Setelah diangkat, kertas lakmus disesuaikan dengan skala pH yang
ada. pH 6 ini menandakan bahwa perairan di Danau UNSRI tergolong
Netral.
d) Kedalaman
Tabel 5. Kedalaman di Danau Universitas Sriwijaya
No Stasiun sampling Kedalaman
1 I 88 cm
II 79 cm
III 85 cm
2 I 125 cm
II 118 cm
III 115 cm
Grafik 7. Pengukuran Kedalaman danau Unsri
Kedalaman dari Danau UNSRI yang kami hitung paling cetek 79
cm dan paling dalam 125 cm, stair (tawar atau asin) yang terakumulasi di
suatu tempat yang cukup luas, yang dapat terjadi karena mencairnya
gletser, aliran sungai, atau karena adanya mata air. Biasanya danau dapat
dipakai sebagai sarana rekreasi, dan olahraga. Danau sering juga disebut
cekungan besar di permukaan bumi yang digenangi oleh air bisa tawar
ataupun asin yang seluruh cekungan tersebut dikelilingi oleh daratan
(Wardiyatmoko K, 2003).
e) Kecerahan
Tabel 6. Kecerahan di Danau Universitas Sriwijaya
No Stasiun sampling K1 K2 D
1 I 10 cm 7 cm 8.5 cm
II 18 cm 15 cm 16,5 cm
III 20 cm 17 cm 18,5 cm
2 I 13 cm 7 cm 10 cm
II 7 cm 6 cm 6,5 cm
III 12 cm 10 cm 10,5 cm
Grafik 8. Mengukur tingkat kecerahan di Danau Unsri
Keterangan :
K1 : Kedalaman secchi disk yang masih dapat dilihat
K2 : Kedalaman secchi disk yang tidak dapat lagi dilihat
D : Kedalaman kecerahan air
f) Bentos
Bentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan, seperti
kerang-kerangan dan kepiting. Pada praktikum di Danau UNSRI ini tidak
ditemukan bentos (Tim Ekoper, 2005).
g) Plankton
Tabel 7. Plankton di Danau Universitas Sriwijaya
No Spesies
Stasiun Sampling
I II III
1 Glocotrichia .e - - 1
2 Ophryotrocha. p 1 - -
3 Aphanizomeron .f - 1 -
4
5
Tetraedson. T
Micraslerias . f
-
-
-
1
1
-
∑ 1 2 2
Keterangan :
Jumlah Spesies (N) = 5
Jumlah Individu (ni) = 5
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah kami laksanakan, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Di Danau Universitas Sriwijaya, pada stasiun A, suhu perairannya
berada pada 29o C. Pada stasiun B, suhu perairannya 29o C dan
pada stasiun C suhu perairannya adalah 29o C.
2. Derajat keasaman (pH) dari Danau Universitas Sriwijaya dan
Sungai Keramasan adalah 6-7, sebagai petunjuk bahwa perairan
tersebut bersifat asam sampai dengan netral.
3. Pada sungai keramasan nekton yang terdapat disana berupa ikan
seluang, sepatung dan lain-lain.
4. Plankton yang ditemukan pada dua perairan tersebut ada 9
spesies.
5. Ternyata tingkat kecerahan suatu perairan dapat juga dipengaruhi
oleh berlumpur atau tidak suatu perairan tersebut.
B. Saran
Untuk menjadi perhatian dan pertimbangan kita agar lebih
mempersiapkan semua peralatan dan menggunakan sample
pemngukuran yang benar agar dapat menghasilkan sesuatu yang benar-
benar real dan diusahakan agar tidak banyak bermain dan dituntut
kerjasama tim yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Asmawi, Suhaili. 1986. Pemeliharaan Ikan dalam Keramba. PT.Gramedia. Jakarta
Brotowidjoyo, Mukayat ; Djoko Tribawono & Eko Mulbyantoro. 1995. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Liberty. Yogyakarta.
Heddy, Suwasono, MS; Metty Kurniati. 1996. Prinsip-prinsip Dasar Ekologi : Suatu Bahasan Tentang Kaidah Ekologi dan Penerapannya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Irawan, Agus. 1995. Pengolahan Hasil Perikanan. CV.Aneka. Solo.
Jangkaru, Zulkipli. 1995. Pembesaran Ikan Air Tawar di berbagai Lingkungan Pemeliharaan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Odum, E.P. 1996. Dasar-dasar Ekologi Perairan. Gajah Mada. University Press. Yogyakarta.
Pratiwi, D.A dkk. 2000. Biologi SMU kelas I. Erlangga. Jakarta.
Tim Ekoper. 2005. Petunjuk Praktikum Ekologi Perairan. Universitas Sriwijaya. Inderalaya.
Wardiyatmoko K dan Bintarto HR. 2003. Geografi SMU Kelas I. Erlangga. Jakarta.
LAMPIRAN
LAPORAN TETAPPRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN
OLEH
Kelompok : III
1. Rudiansyah (05081009004)
2. Desi Susanti (05081009026)
3. Rizal Firdaus (05081009029)
4. Yopie (05081010013)
5. Ade Fitriani (05081010020)
6. Anitiya Ismaresi (05091010027)
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRANDAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA2009
BLANKO DRAFT EKOPER
KELOMPOK III
No Nama Asisten Draft-Ke Nilai paraf Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
Top Related