LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI
FISIOLOGI TUMBUHAN
PRAKTIKUM 9
“KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN”
DISUSUN OLEH
IRWIN SEPTIAN
F05110003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2012
KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN
Oleh : Irwin Septian
Pogram Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Tanjungpura Pontianak
ABSTRAKPertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan
perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga yang menentukan hasil tanaman.
pertumbuhan yang dapat di bagi dalam 3 fase pertumbuhan, yaitu : Fase logaritmit,
Fase linear , dan Fase penuaan. Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal
yang dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari
tumbuhan setahun maupun bertahunan, Pada fase logaritmik ukuran (V) bertambah
secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti laju kurva pertumbuhan
(dV/dt) lambat pada awalnya. Tetapi kemudian meningkat terus. Pertumbuhan ini dapat
diukur dengan cara destruktif dan non destruktif. Akibat dari perbedaan perlakuan ini
pertumbuhan suatu tanamn akan mengalami perbedaan. Oleh sebab itu, dilakukan
pengamatan pada tanaman Zea mays untuk mengukur laju tumbuh tanaman jagung ini.
Pengamatan dilakukan secara destruktif dan non destruktif. Tanaman yang diberi
perlakuan secara destruktif memiliki pertumbuhan yang jauh lebih baik dan lebih pesat
dibandingkan pada tanaman secara non destruktif. Pertumbuhan tanaman ini juga
terkadang mengalami kenaikan dan penurunan,sehingga apabila diuraikan dalam
bentuk kurva menghasilkan kurva berbentuk S yang disebut kurva sigmoid.
Kata kunci : Zea mays, destruktif, non destruktif, kurva sigmoid, pertumbuhan
A. Pendahuluan
Latar Belakang
Proses pertumbuhan merupakan hal lazim bagi setiap tumbuhan. Dalam
proses pertumbuhan terjadi pertambahan volume yang signifikan. Seiring
berjalannya waktu pertumbuhan suatu tanaman terus bertambah. Proses tumbuh
sendiri dapat dilihat pada selang waktu tertentu. Di mana setiap pertumbuhan
tanaman akan menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk
kurva/diagram pertumbuhan.
Besarnya pertumbuhan per satuan waktu disebut laju tumbuh. Laju
tumbuh suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh karena itu,
bila laju tumbuhan digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh pada
koordinat dan waktu pada absisi, maka grafik itu merupakan suatu kurva
berbentuk S atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid pertumbuhan ini berlaku bagi
tumbuhan lengkap, bagian-bagiannya ataupun sel-selnya (Latunra, 2012).
Beberapa cara tersedia dalam pendekatan pada sistem seperti sistem
tanaman dengan produk biomassa yang meningkat secara sigmoid dengan waktu
untuk mendapatkan faktor-faktor dan proses hipotetik. Menerapkan fenomena
yang sudah dikenal cukup baik kepada suatu sistem yang sedang dipelajari
merupakan suatu pendekatan yang umum dilakukan. Pada suatu waktu, distribusi
zat dalam setiap tempat dalam ruangan akan menunjukkan hubungan yang
berbentuk sigmoid (Sitompul dan Guritno, 1995)
Banyak peneliti merajahkan ukuran atau bobot organisme terhadap waktu
dan ini menghasilkan kurva pertumbuhan. Sering, kurva tersebut dapat dijelaskan
dengan fungsi matematika yang sederhana misalnya garis lurus atau kurva
berbentuk S yang sederhana. Walaupun proses metabolik dan proses fisika yang
menghasilkan kurva pertumbuhan terlalu rumit untuk dijelaskan dengan
menggunakan model sederhana., kurva sederhana sering berguna berguna
dalamperujukan berbagai data yang terukur. Lagipula, koefisien yang harus
dimasukkan agar persamaan cocok dengan kurva dapat digunakan untuk
mengelompokkan efek suatu perlakuan dalam percobaan.
Dasar Teori
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat
dibalikkan dalam ukuran pada sistem biologi. Secara umum pertumbuhan berarti
pertambahan ukuran karena organisme multisel tumbuh dari zigot, pertumbuhan
itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya
protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pertumbuhan biologis terjadi dengan dua
fenomena yang berbeda antara satu sama lain. Pertambahan volume sel dan
pertambahan jumlah sel. Pertambahan volume sel merupakan hasil sintesa dan
akumulasi protein, sedangkan pertambahan jumlah sel terjadi dengan pembelahan
sel (Kaufman, dkk., 1975).
Banyak faktor yang mepengaruhi pertumbuhan di antaranya adalah faktor
genetik untuk internal dan faktor eksternal terdiri dari cahaya, kelembapan, suhu,
air, dan hormon. Untuk proses perkecambahan banyak di pengaruhi oleh faktor
cahaya dan hormon, walaupun faktor yang lain ikut mempengaruhi. Menurut
leteratur perkecambahan di pengaruhi oleh hormon auxin, jika melakukan
perkecambahan di tempat yang gelap maka akan tumbuh lebih cepat namun
bengkok, hal itu disebabkan karena hormon auxin sangat peka terhadap cahaya,
jika pertumbuhannya kurang merata. Sedangkan di tempat yang perkecambahan
akan terjadi relatif lebih lama, hal itu juga di sebabkan pengaruh hormon auxin
yang aktif secara merata ketika terkena cahaya. Sehingga di hasilkan tumbuhan
yang normal atau lurus menjulur ke atas (Soerga, 2009).
Pada setiap tahap dalam kehidupan suatu tumbuhan, sensitivitas terhadap
lingkungan dan koordinasi respons sangat jelas terlihat. Tumbuhan dapat
mengindera gravitasi dan arah cahaya dan menanggapi stimulus-stimulus ini
dengan cara yang kelihatannya sangat wajar bagi kita. Seleksi alam lebih
menyukai mekanisme respons tumbuhan yang meningkatkan keberhasilan
reproduktif, namun ini mengimplikasikan tidak adanya perencanaan yang
disengaja pada bagian dari tumbuhan tersebut (Campbell, 2002).
Pertumbuhan biologis terjadi dengan dua fenomena yang berbeda antara
satu sama lain. Pertambahan volume sel merupakan hasil sintesa dan akumulasi
protein, organel-organel dan bahan-bahan penyusun sel yang lain. Sedang
pertambahan jumlah sel terjadi dengan pembelahan sel. Pertumbuhan akar
tanaman merupakan hasil dari pertumbuhan jumlah sel dan pertambahan volume
sel secara bersama-sama (Soerga, 2009).
Pada batang yang sedang tumbuh, daerah pembelahan sel batang lebih
jauh letaknya dari ujung daripada daerah pembelahan akar, terletak beberapa
sentimeter dibawah ujung (tunas). Sedangkan pertambahan panjang tiap lokus
pada akar tidak diketahui pertambahan panjang terbesar dikarenakan kecambah
mati (Salisbury dan Ross, 1995).
Teorinya, semua ciri pertumbuhan bisa diukur, tapi ada dua macam
pengukuran yang lazim digunakan untuk mengukur pertambahan volume atau
massa. Yang paling umum, pertumbuhan berarti pertambahan ukuran. Karena
organisme multisel tumbuh dari zigot, pertambahan itu bukan hanya dalam
volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat
kerumitan. Pada banyak kajian, pertumbuhan perlu diukur. Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan denagn cara mengukur perbesaran ke satu atau dua
arah, seperti panjang (misalnya, tinggi batang) atau luas (misalnya, diameter
batang), atau luas (misalnya, luas daun). Pengukuran volume, misalnya dengan
cara pemindahan air, bersifat tidak merusak, sehingga tumbuhan yang sama dapat
diukur berulang-ulang pada waktu yang berbeda (Salisbury dan Ross, 1995).
Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur
lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun.
Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk
kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang
lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di
dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh
kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan (Solin, 2009).
Kurva sigmoid yaitu pertumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik
tertentu akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya
menurun pada fase senesen (Anonim, 2008).
Beberapa cara tersedia dalam pendekatan pada sistem seperti sistem
tanaman dengan produk biomassa yang meningkat secara sigmoid dengan waktu
untuk mendapatkan faktor-faktor dan proses hipotetik. Menerapkan fenomena
yang sudah dikenal cukup baik kepada suatu sistem yang sedang dipelajari
merupakan suatu pendekatan yang umum dilakukan. Pada suatu waktu, distribusi
zat dalam setiap tempat dalam ruangan akan menunjukkan hubungan yang
berbentuk sigmoid (Solin, 2009).
Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Tiga fase
utama biasanya mudah dikenali, yaitu fase logaritmik, fase linier dan fase
penuaan. Pada fase logaritmik ini berarti bahwa laju pertumbuhan lambat pada
awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan ukuran
organisme. Semakin besar organisme, semakin cepat ia tumbuh. Pada fase linier,
pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju
pertumbuhan yang menurun, saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan
mulai menua (Solin, 2009).
Laju pertumbuhan relative (relative growth rate) menunjukkan
peningkatan berat kering dalam suatu interval waktu dalam hubungannya dengan
berat asal. Dalam situasi praktis, rata-rata pertumbuhan laju relative dihitung dari
pengukuran yang di ambil pada waktu t1dan t2 (Susilo, 1991)
Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal. Tiga fase utama
biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linier, dan fase penuaan. Pada fase
logaritmik, ukuran (v) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t).
Ini berarti bahwa laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian
meningkat terus. Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara
konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat
tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua (Solin, 2009).
Pertumbuhan Jagung (Zea mays) jika digambarkan dalam grafik akan
membentuk kurva sigmoid (bentuk S). Kurva ini menggambarkan baik
pertumbuhan tinggi tanaman maupun jumlah daun. Keduanya dalam bentuk
sigmoid. Hal ini sesuai dengan literatur Tjitrosomo (1991) yang menyatakan
bahwa pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-berangsur
menjadi lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh
menurun. Apabila digambarkan dalam grafik dalam waktu tertentu akan terbentuk
kurva sigmoid (bentuk S) (Solin, 2009).
Pengukuran daun tanaman mulai dari waktu embrio dengan menggunakan
kurva sigmoid juga memiliki hubungan erat dengan perkecambahan biji tersebut
yang otomatis juga dipengaruhi oleh waktu dormansi karena periode dormansi
juga merupakan persyaratan bagi perkecambahan banyak biji. Ada bukti bahwa
pencegah kimia terdapat di dalam biji ketika terbentuk. Pencegah ini lambat laun
dipecah pada suhu rendah sampai tidak lagi memadai untuk menghalangi
perkecambahan ketika kondisi lainnya menjadi baik. Waktu dormansi berakhir
umumnya didasarkan atas suatu ukuran yang bersifat kuantitatif. Untuk tunas dan
biji dormansi dinyatakan berhasil dipecahkan jika 50 % atau lebih dari populasi
biji tersebut telah berkecambah atau 50% dari tunas yang diuji telah menunjukkan
pertumbuhan. Bagi banyak tumbuhan angiospermae di gurun pasir mempunyai
pencegah yang telah terkikis oleh air di dalam tanah. Dalam proses ini lebih
banyak air diperlukan daripada yang harus ada untuk perkecambahan itu sendiri.
(Kimball, 1992).
Pada fase logaritmik ukuran (V) bertambah secara eksponensial sejalan
dengan waktu (t). Ini berarti bahwa laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada
awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan
organisme, semakin besar organisme, semakin cepat pula ia tumbuh. Pada fase
linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada laju
maksimum selama beberapa waktu lamanya. Tidak begitu jelas mengapa laju
pertumbuhan pada fase ini harus konstan, dna bukan sebanding dengan
peningkatan ukuran organisme. Tapi, pada batang tak bercabang, fase linier
tersebut disebabkan hanya oleh aktivitas yang konstan dari meristem apikalnya.
Fase penuaan dicirikan oleh pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah
mencapai kematangan dan mulai menua (Salisbury dan Ross, 1995).
Masalah
Masalah yang diangkat penulis dalam laporan ini adalah
1. Faktor –faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman?
2. Bagaimanakah cara mengukur pertumbuhan jagung?
3. Bagaimana pertumbuhan jagung yang destruktif dan non-destruktif, mana
yang lebih cepat pertumbuhannya?
4. Bagaimana bentuk data pertumbuhan jagung bila digambar dalam bentuk
grafik garis?
B. Tujuan
Percobaan kali ini bertujuan mengukur laju tumbuh tanaman Jagung (Zea
mays).
C. Material dan Metoda
Praktikum ini dilakukan hari sabtu, 9 Maret 2012 hinnga sampai tangga 18
Mei 2012 di Laboratorium pendidikan Biologi FKIP untan juga di halaman depan
laboratorium Biologi. Waktu pengukuran yaitu mulai rentang jam 14.30 sampai
15.00 dan dilakukan setiap hari sampai tumbuh bunga.
• Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini kertas milimeter blok, pisau, pot,
penggaris, oven, neraca analitik, termometer, dry and wet. Sedangkan bahan yang
digunakan yaitu biji jagung, pupuk serta media tanah (pasir dan tanah bakar) dan
air.
•Metode
Dipilih bibit jagung yang baik, kemudian direndam. Disiapkan media
tanah yang merupakan pencampuran antara pasir dan tanah bakar dengan
perbandingan 2 : 1. Media tanah dimasukkan ke dalam 16 pot setiap kelompok
dan masing-masing pot diberi label. 8 pot diberi pupuk dan 8 potnya lagi tidak
diberi pupuk. Biji jagung yang telah direndam kemudian ditanam ke dalam media
tanah sebanyak 7 biji, dimana 2 bijinya hanya sebagai cadangan, jadi yang tetap
digunakan hanya 5 biji dari masing-masing pot. Pot tersebut lalu di letakkan pada
lapangan terbuka dan disiram secukupnya setiap hari. Dicek pertumbuhannya
setiap minggu dengan cara destruktif yaitu khusus untuk pengukuran berat basah
dan berat keringnya saja. Tetapi untuk pengukuran suhu tanah, suhu udara, curah
hujan, kelembabban, dry, wet, evaporasi, jumlah daun, tinggi tanaman dilakukan
seiap hari. Untuk pengukuran yang setiap minggu nya dipisahkan pengukuran
batang dan akar nya, kemudian dimasukkan kedalam oven untuk dikeringkan
dengan suhu 80˚C, kemudian ditimbang kembali sampel setelah 3 hari yang
dikeringkan di oven tersebut. Setelah tumbuhan jagung tersebut berbunga, maka
pengukuran selesai, dan dibuat grafik rerata dari pertumbuhan tanaman dan faktor
iklim dengan waktu yang absisa. Dibuat estimasi pertumbuhan dengan regresi,
dan yang terakhir buat kurva sigmoidnya.
D. Data Pengamatan
1. DESTRUKTIF
Tinggi Tanaman Ada Pupuk
Minggu Ke-
Tinggi
Tanaman Rata-Rata
Pot 1 Pot 2 Pot 3 Pot 4 Pot 5 Pot 6 Pot 7 Pot 8
1 4,84 4,87 6,62 5,38 4,32 6,63 4,56 5,26 5,31
2 33,07 27,25 31,90 29,37 30,22 31,37 28,35 32,35 30,48
3 43,95 29,56 48,19 33,45 37,45 42,35 34,28 39,34 38,57
4 54,72 42,51 53,86 49,24 42,10 47,39 40,02 46,29 47,01
5 57,89 47,97 60,14 55,37 49,09 53,78 43,38 51,49 52,38
6 61,31 52,46 64,46 59,27 53,43 58,39 47,49 57,49 56,78
7 66,14 59,35 69,73 64,46 57,27 63,24 55,27 63,53 61,99
8 69,79 63,30 73,23 66,46 62,54 67,31 59,34 69,43 66,42
9 74,63 67,81 76,87 72,64 66,94 74,59 64,49 72,48 71,30
10 75,62 68,70 77,26 73,45 67,45 75,37 66,35 72,58 72,09
Tinggi Tanaman Tidak ada Pupuk
Minggu Ke-
Tinggi Tanaman Rata-Rata
Pot 1 Pot 2 Pot 3 Pot 4 Pot 5 Pot 6 Pot 7 Pot 8
1 6,22 6,52 3,49 4,37 4,88 4,27 3,97 4,67 4,79
2 24,68 19,37 17,38 20,33 18,47 21.45 19,38 19,37 20,05
3 29,37 23,49 23,48 29,34 21,35 23,36 22,84 23,65 24,61
4 33,29 27,18 27,54 34,57 27,39 28,44 25,49 26,54 28,80
5 37,20 32,39 31,37 39,26 32,45 32,34 29,47 31,57 33,25
6 40,28 35,48 34,09 45,36 36,38 38,48 32,41 37,35 37,47
7 45,30 41,27 39,56 51,25 43,57 40,37 37,92 44,57 43,35
8 49,74 44,10 45,37 56,33 49,34 45,39 44,38 48,36 49,12
9 56,49 49,48 50,03 61,35 54,45 49,18 51,94 51,53 53,05
10 56,50 50,39 51,28 62,39 56,34 50,71 52,49 52,32 54,05
Suhu Tanah
Minggu Ke-
Suhu Tanah Rata-Rata
Pot 1 Pot 2 Pot 3 Pot 4 Pot 5 Pot 6 Pot 7 Pot 8
1 38 38,28 38,42 37,57 38,2 37,57 38,42 37,42 37,99
2 37,85 36,85 37,14 36,42 36,85 36,85 36,28 37,28 36,94
3 36,85 36,85 37,14 36,85 36,28 36,85 36,28 37,14 36,78
4 38 38,42 38,42 38,28 38 37,57 38,42 37,57 38,09
5 37,14 37,14 37,57 37,14 38,42 37,14 37,57 37,14 37,41
6 36,28 36,85 36,28 36,28 37,14 36,28 36,85 36,28 36,53
7 37,85 37,14 36,85 37,85 37,85 37,14 37,85 36,85 37,42
8 36,85 36,85 37,14 36,85 36,85 37,14 37,14 36,85 36,96
9 38 38,42 38,42 38,28 38 38 37,57 38,28 38,12
10 37,14 37,14 37,85 37,57 37,14 37,57 37,14 37,57 37,39
Minggu Ke-
Suhu Udara
Kelembaban Curah Hujan
Dry Wet Eva
1 32 53,57 0 38,14 27,71 1,83
2 34 53,85 0 37,56 25,89 1,62
3 32 54,52 0,28 37,24 27,56 2,02
4 36 51,67 0,42 38,37 26,63 1,83
5 36 51,82 0 37,56 25,89 1,73
6 32 55,36 0 38,14 27,71 1,76
7 30 57,35 0,42 37,54 25,57 1,83
8 34 53,57 0,42 38,29 26,56 1,73
9 32 53,57 0,28 36,92 25,32 1,62
10 34 53,85 0 38,14 27,71 1,73
Berat Basah Berat Kering
Minggu ke-
Berat Basah Berat Kering Berat Kertas
Bagian atas
Bagian bawah
Bagian atas
Bagian bawah
1 0,73 0,64 0,32 0,19 0,21
2 0,98 0,68 0,35 0,21 0,30
3 1,12 0,70 0,41 0,23 0,34
4 1,18 0,71 0,44 0,25 0,39
5 1,27 0,73 0,48 0,29 0,42
6 1,33 0,75 0,50 0,30 0,48
7 1,39 0,80 0,53 0,31 0,54
8 1,44 0,82 0,55 0,33 0,60
9 1,60 0,84 0,58 0,35 0,63
10 1,75 0,89 0,61 0,38 0,67
Jumlah Daun
Minggu Ke-
Jumlah Daun Rata-Rata
Pot 1
Pot 2 Pot 3
Pot 4
Pot 5 Pot 6 Pot 7 Pot 8
1 3 3 2 3 3 3 3 3 2,87
2 3 4 4 4 4 4 4 4 3,87
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 4 4 5 4 4 5 4 4 4,25
6 5 5 5 4 5 5 4 5 4,75
7 5 5 5 5 5 5 4 5 4,87
8 6 5 5 6 6 5 5 5 5,37
9 6 6 6 6 6 6 5 6 5,87
10 6 7 7 7 6 7 6 6 6,5
Luas Daun
Minggu Ke-
Luas Daun Rata-
Rata
Pot 1
Pot 2
Pot 3 Pot 4 Pot 5 Pot 6
Pot 7
Pot 8
1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,14 2,10
2 2,5 2,8 2,3 2,5 2,5 2,8 2,5 2,5 2,55
3 2,5 2,5 2,8 2,5 2,5 2,8 2,5 2,5 2,57
4 3,2 3,1 3,5 3,1 3,1 3,0 3,0 3,0 3,12
5 3,4 3,4 3,5 3,4 3,4 3,5 3,4 3,4 3,42
6 3,6 3,7 3,6 3,6 3,7 3,6 3,7 3,6 3,63
7 3,7 3,8 3,7 3,7 3,8 3,7 3,8 3,7 3,73
8 3,9 4 3,9 3,9 4 3,9 4 3,9 3,93
9 4 4,2 4 4 4,2 4 4,2 4 4,07
10 4,1 4,3 4,1 4,2 4,3 4,2 4,3 4,1 4,2
Kurva Sigmoid Destruktif
1 2 3 4 5 6 7 8 9 100
10
20
30
40
50
60
70
80
Tinggi Tanaman Ada Pupuk Rata-RataTinggi Tanaman Tidak ada Pupuk Rata-Rata
2. NONDESKTRUKTIF
Tinggi Tanaman Pupuk
Minggu Ke-
Tinggi Tanaman Rata-Rata
Pot 1 Pot 2 Pot 3 Pot 4 Pot 5 Pot 6 Pot 7 Pot 8
1 3,84 3,87 4,62 4,38 3,32 5,63 3,56 4,26 4,19
2 30,07 25,25 29,9 25,37 28,22 30,37 27,35 31,35 28,49
3 40,95 28,56 45,19 30,45 36,45 40,35 33,28 37,34 36,57
4 52,72 40,51 52,86 48,24 41,1 46,39 39,02 45,29 45,77
5 56,89 46,97 68,14 54,37 48,09 52,78 42,38 50,49 52,51
6 60,31 51,46 64,46 59,27 53,43 58,39 47,49 57,49 56,54
7 65,14 58,35 67,73 61,46 54,27 61,24 52,27 61,53 60,25
8 68,79 62,3 72,23 65,46 61,54 66,31 58,34 68,43 65,43
9 73,63 66,81 75,87 71,64 65,94 73,59 63,49 71,48 70,31
10 76,3 71,7 80,26 77,45 72,45 78,37 70,35 74,58 75,18
Tinggi Tanaman Tidak ada Pupuk
Minggu Ke-
Tinggi Tanaman Rata-Rata
Pot 1 Pot 2 Pot 3 Pot 4 Pot 5 Pot 6 Pot 7 Pot 8
1 4,22 4,52 2,49 3,37 3,88 3,27 2,97 3,67 3,55
2 23,68 18,37 16,38 19,33 17,47 20.45 18,38 18,37 18,85
3 28,37 22,49 22,48 28,34 20,35 22,36 21,84 22,65 23,61
4 32,29 25,18 25,54 32,57 26,39 27,44 24,49 25,54 27,43
5 36,2 31,39 30,37 38,26 31,45 31,34 28,47 30,57 32,26
6 39,28 34,48 33,09 44,36 35,38 37,48 31,41 36,35 36,48
7 44,3 40,27 38,56 50,25 42,57 38,37 36,92 43,57 41,85
8 48,74 43,1 44,37 55,33 48,34 44,39 44,38 47,36 47,00
9 55,49 48,48 49,03 60,35 53,45 48,18 50,94 50,53 52,06
10 59,48 53,39 52,28 63,39 59,34 52,71 55,49 54,32 56,30
Kurva Sigmoid Nondestruktif
1 2 3 4 5 6 7 8 9 100
10
20
30
40
50
60
70
80
Rata-RataRata-Rata
E. PEMBAHASAN
Dari hasil percobaan seperti yang di lakukan dimana pertumbuhan dan
perkembanagan begitu terlihat di setiap dua minggunya, hal ini sesuai dengan
literatur Dwijoseputro (1995), yang menyatakan bahwa pertumbuhan Jagung ini
dimulai sejak perkecambahan. Pertumbuhan adalah pertambahan volume yang
tidak dapat kembali lagi ke bentuk semula atau pertambahan
kuantitas protoplasma di dalam sel atau organisme. Pertambahan berat juga
dipengaruhi oleh besar dan berat yang tidak dapat kenbali ke bentuk semula yaitu
pembelahan sel, perpanjangan sel dan diferensiasi sel. Data yang
dapat diperlukan untuk pertumbuhan dapat dilakukan secara ukuran pertambahan
besar/panjang.
Hasil dari kurva sigmoid juga menunjukkan bahwa hal tersebut sesuai
dengan literatur Sitompul dan Garitmo (1995), yang menyatakan bahwa suatu
hasil pengamatan pertumbuhan tanaman yang paling sering dijumpai khususnya
pada tanaman setahun adalah biomassa tanaman yang menunjukkan pertambahan
mengikuti bentuk S dengan waktu yang dikenal dengan nama model sigmoid.
Pada pengamatan jumlah daun bahwa untuk setiap minggunya mengalami
pertumbuhan yang signifikan juga. Hal ini dikarenakan tumbuhan mulai
mempersiapkan untuk proses asimilasi atau pembentukkan makanan melalui
proses fotosntesis yang umunya terjadi pada daun.
Sedangkan untuk menghitung luas daunnya, menggunakan rumus.
Rumusnya sebagai berikut :
Luas daun=berat guntingan gambar daunberat kertas
x Luaskertas
Kurva pertumbuhan tersebut sebenarnya menunjukkan bahwa terjadi 3
fase dalam pertumbuhan jagung (Zea mays) yaitu fase logaritmik, fase linier dan
fase penuaan hal ini sesuai dengan pernyataan(Salisbury dan Ross, 1995) yang
menyatakan bahwa ada 3 fase utama pertumbuhan yaitu fase logaritmik, fase
linier dan fase penuaan. Pada fase logaritmik laju pertumbuhan lambat pada
awalnya, tapi kemudian meingkat terus. Padafase linier pertambahan ukuran
berlangsung konstan. Fase peuaan dicirakan oleh laju pertumnuhan yang menurun
saat tumbuhan sudah mencapai kematangan.
Jika diamati, kurva pengamatan dekstruktuf dan nondekstruktif antara
tanaman yang diberi pupuk dengan tanaman yang tidak diberi pupuk tidak terlalu
menyerupai bentuk S (sigmoid). Pada pengukuran juga terdapat hasil yang
berbeda, pada tanaman yang di beri pupuk kurva nya lebih tinggi dibandingkan
kurva yang tanaman tidak diberi pupuk.
Pada pengamatan destruktif, setiap minggunya ada tanaman yang dicabut
pada setiap pot, sehingga pada setiap pot ada pengurangan tanaman, ini dilakukan
agar tanaman tidak bersaing dalam pengambilan nutrisi dan unsur hara di dalam
tanah. Sedangkan pada percobaan yang nondesktruktif tidak ada pencabutan
tanaman setiap minggunya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
pertumbuhan destruktif dan non-destruktif.
Setelah melakukan pengamatan tersebut didapatkan kurva yang tidak
berbentuk huruf S yang berarti bahwa pengamatan tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman jika dibuatkan kurva akan berbentuk
huruf S. Hal ini mungkin disebbakan karena pada pengamatan terakhir daunnya
belum mencapai ukuran tetap (belum mengalami fase penuaan) walaupun laju
pertumbuhan tanaman meningkat sehingga kurvanya tidak menunjukkan kurva
berbentuk S. Tumbuhan dalam pertumbuhannya mengalami tiga fase
pertumbuhan yaitu fase logaritmik, fase linier, dan fase penuaan. Proses
pertumbuhan ini dipengaruhi bebrapa faktor internal seperti gen dan hormon
pertumbuhan dan faktor eksternal seperti cahaya, nutrisi, air, kelembaban, dan
sebagainya.
Menurut (Rukmana,1997) tanaman jagung memiliki daya adaptasi
yang baik di daerah tropis, seperti di Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh dan
bereproduksi dengan baik di dataran rendah sampai ke dataran tinggi. Sehingga
tanaman jagung dapat beradaptasi dengan baik. Salah satu cara tumbuhan jagumg
beradaptasi yaitu dengan menggulung daunnya ketika pada suhu tinggi atau
kekurangan agar dapat mengurangi peguapan. Oleh karena itu, tanaman jagung
harus disiram setiap hari.
F. KESIMPULAN
Fase tumbuhan linier adalah fase yang menunjukkan bahwa pertumbuhan
tanaman berlangsung secara konstan.
Dari hasil pengamatan, sejak embrio terjadi pertumbuhan tanaman, baik
batang, akar, maupun kacang jogo. Dari hasil pengukuran batang, pada awal masa
pertumbuhan batang relative lambat, kemudian terus meningkat. Begitu pula
dengan pertumbuhan daun, awalnya lambat lalu terus meningkat jumlahnya. Fase
pertumbuha ini disebut sebagai fase logaritmik. Setelah mengalami fase
logaritmik, baik batang maupun daun mengalami pertumbuhan yang relative
konstan pada hari ke-13 sampai hari ke-24. Fase konstan ini disebut juga fase
linier. Fase pertumbuhan selanjutnya adalah fase penuaan, yaitu pertumbuhan
tanaman menurun akibat penuaan dan telah mencapai kematangan. Fase penuaan
ini dapat diamati pada jumlah daun yang berkurang dan mulai mengalami
kelayuan. Akan tetapi, pada saat dilakukan pengukuran panjang batang masih
mengalami pertambahan ukuran.
Pengukuran laju tumbuh dalam berat kering akan mempengaruhi kurva
sigmoid. Karena besar kecilnya berat kering sangat gantung dengan hasil
fotosintesis. Apabila hasil fotosintesis menurun, akan mengakibatkan menurunnya
berat kering, dan juga sebaliknya. Produksi fotosintat yang lebih besar
memungkinkan membentuk seluruh organ tanaman yang lebih besar, seperti daun
dan akar yang kemudian menghasilkan produksi bahan kering yang lebih besar.
Sedangkan pengukuran laju pertumbuhan menggunakan kurva sigmoid memiliki
tiga fase, yaitu fase logaritmik, fase linier, dan fase penuaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2008).Kurva Sigmoid. (Online)(http://www.lapanrs.com). Diakses pada tanggal 12 Mei 2012 pukul 16:14 WIB.
Campbell, N. A, J. B. Reece and L. E. Mitchell, (2002). Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Kaufman, P. B., dkk., (1975). Laboratory Experiment in Plant Physiology.Macmillan Publishing Co., Inc. New York.
Kimball, J.W., (1992). Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Latunra, A.I., (2012). Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan II. Makasar : Universitas Hasanuddin.
Salisbury, F.B. dan Cleon W. Ross, (1995). Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung : ITB Press.
Sitompul, S.M dan B. Guritno, (1995). Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta : UGM Press.
Soerga, N., (2009). Pola Pertumbuhan Tanaman. (Online)(http://soearga.wordpress.com/.
diakses pada tanggal 6 Mei 2012).
Solin, M., (2009). Kurva Sigmoid. (Online) (http://nidawafiqahnabila.blogspot.com diakses pada tanggal 6 Mei 2012).
Susilo, W., (1991). Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta : UI Press.
Tjitrosomo, G., (1999). Botani Umum 2. Bandung : Angkasa Press.
LAMPIRAN
MINGGU DESKTRUKTIF NONDEKSTRUKTIF
1
2
3
4
5
6
7
8
Top Related