Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

39
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN PRAKTIKUM 9 “KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN” DISUSUN OLEH IRWIN SEPTIAN F0511000 3 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 201

Transcript of Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

Page 1: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI

FISIOLOGI TUMBUHAN

PRAKTIKUM 9

“KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN”

DISUSUN OLEH

IRWIN SEPTIAN

F05110003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2012

Page 2: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN

Oleh : Irwin Septian

Pogram Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Tanjungpura Pontianak

ABSTRAKPertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan

perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga yang menentukan hasil tanaman.

pertumbuhan yang dapat di bagi dalam 3 fase pertumbuhan, yaitu : Fase logaritmit,

Fase linear , dan Fase penuaan. Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal

yang dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari

tumbuhan setahun maupun bertahunan, Pada fase logaritmik ukuran (V) bertambah

secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti laju kurva pertumbuhan

(dV/dt) lambat pada awalnya. Tetapi kemudian meningkat terus. Pertumbuhan ini dapat

diukur dengan cara destruktif dan non destruktif. Akibat dari perbedaan perlakuan ini

pertumbuhan suatu tanamn akan mengalami perbedaan. Oleh sebab itu, dilakukan

pengamatan pada tanaman Zea mays untuk mengukur laju tumbuh tanaman jagung ini.

Pengamatan dilakukan secara destruktif dan non destruktif. Tanaman yang diberi

perlakuan secara destruktif memiliki pertumbuhan yang jauh lebih baik dan lebih pesat

dibandingkan pada tanaman secara non destruktif. Pertumbuhan tanaman ini juga

terkadang mengalami kenaikan dan penurunan,sehingga apabila diuraikan dalam

bentuk kurva menghasilkan kurva berbentuk S yang disebut kurva sigmoid.

Kata kunci : Zea mays, destruktif, non destruktif, kurva sigmoid, pertumbuhan

Page 3: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

A. Pendahuluan

Latar Belakang

Proses pertumbuhan merupakan hal lazim bagi setiap tumbuhan. Dalam

proses pertumbuhan terjadi pertambahan volume yang signifikan. Seiring

berjalannya waktu pertumbuhan suatu tanaman terus bertambah. Proses tumbuh

sendiri dapat dilihat pada selang waktu tertentu. Di mana setiap pertumbuhan

tanaman akan menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk

kurva/diagram pertumbuhan.

Besarnya pertumbuhan per satuan waktu disebut laju tumbuh. Laju

tumbuh suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh karena itu,

bila laju tumbuhan digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh pada

koordinat dan waktu pada absisi, maka grafik itu merupakan suatu kurva

berbentuk S atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid pertumbuhan ini berlaku bagi

tumbuhan lengkap, bagian-bagiannya ataupun sel-selnya (Latunra, 2012).

Beberapa cara tersedia dalam pendekatan pada sistem seperti sistem

tanaman dengan produk biomassa yang meningkat secara sigmoid dengan waktu

untuk mendapatkan faktor-faktor dan proses hipotetik. Menerapkan fenomena

yang sudah dikenal cukup baik kepada suatu sistem yang sedang dipelajari

merupakan suatu pendekatan yang umum dilakukan. Pada suatu waktu, distribusi

zat dalam setiap tempat dalam ruangan akan menunjukkan hubungan yang

berbentuk sigmoid (Sitompul dan Guritno, 1995)

Banyak peneliti merajahkan ukuran atau bobot organisme terhadap waktu

dan ini menghasilkan kurva pertumbuhan. Sering, kurva tersebut dapat dijelaskan

dengan fungsi matematika yang sederhana misalnya garis lurus atau kurva

berbentuk S yang sederhana. Walaupun proses metabolik dan proses fisika yang

menghasilkan kurva pertumbuhan terlalu rumit untuk dijelaskan dengan

menggunakan model sederhana., kurva sederhana sering berguna berguna

dalamperujukan berbagai data yang terukur. Lagipula, koefisien yang harus

Page 4: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

dimasukkan agar persamaan cocok dengan kurva dapat digunakan untuk

mengelompokkan efek suatu perlakuan dalam percobaan.

Dasar Teori

Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat

dibalikkan dalam ukuran pada sistem biologi. Secara umum pertumbuhan berarti

pertambahan ukuran karena organisme multisel tumbuh dari zigot, pertumbuhan

itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya

protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pertumbuhan biologis terjadi dengan dua

fenomena yang berbeda antara satu sama lain. Pertambahan volume sel dan

pertambahan jumlah sel. Pertambahan volume sel merupakan hasil sintesa dan

akumulasi protein, sedangkan pertambahan jumlah sel terjadi dengan pembelahan

sel (Kaufman, dkk., 1975).

Banyak faktor yang mepengaruhi pertumbuhan di antaranya adalah faktor

genetik untuk internal dan faktor eksternal terdiri dari cahaya, kelembapan, suhu,

air, dan hormon. Untuk proses perkecambahan banyak di pengaruhi oleh faktor

cahaya dan hormon, walaupun faktor yang lain ikut mempengaruhi. Menurut

leteratur perkecambahan di pengaruhi oleh hormon auxin, jika melakukan

perkecambahan di tempat yang gelap maka akan tumbuh lebih cepat namun

bengkok, hal itu disebabkan karena hormon auxin sangat peka terhadap cahaya,

jika pertumbuhannya kurang merata. Sedangkan di tempat yang perkecambahan

akan terjadi relatif lebih lama, hal itu juga di sebabkan pengaruh hormon auxin

yang aktif secara merata ketika terkena cahaya. Sehingga di hasilkan tumbuhan

yang normal atau lurus menjulur ke atas (Soerga, 2009).

Pada setiap tahap dalam kehidupan suatu tumbuhan, sensitivitas terhadap

lingkungan dan koordinasi respons sangat jelas terlihat. Tumbuhan dapat

mengindera gravitasi dan arah cahaya dan menanggapi stimulus-stimulus ini

dengan cara yang kelihatannya sangat wajar bagi kita. Seleksi alam lebih

Page 5: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

menyukai mekanisme respons tumbuhan yang meningkatkan keberhasilan

reproduktif, namun ini mengimplikasikan tidak adanya perencanaan yang

disengaja pada bagian dari tumbuhan tersebut (Campbell, 2002).

Pertumbuhan biologis terjadi dengan dua fenomena yang berbeda antara

satu sama lain. Pertambahan volume sel merupakan hasil sintesa dan akumulasi

protein, organel-organel dan bahan-bahan penyusun sel yang lain. Sedang

pertambahan jumlah sel terjadi dengan pembelahan sel. Pertumbuhan akar

tanaman merupakan hasil dari pertumbuhan jumlah sel dan pertambahan volume

sel secara bersama-sama (Soerga, 2009).

Pada batang yang sedang tumbuh, daerah pembelahan sel  batang lebih

jauh letaknya dari ujung daripada daerah pembelahan akar, terletak beberapa

sentimeter dibawah ujung (tunas). Sedangkan pertambahan panjang tiap lokus

pada akar tidak diketahui pertambahan panjang terbesar dikarenakan kecambah

mati (Salisbury dan Ross, 1995).

Teorinya, semua ciri pertumbuhan bisa diukur, tapi ada dua macam

pengukuran yang lazim digunakan untuk mengukur pertambahan volume atau

massa. Yang paling umum, pertumbuhan berarti pertambahan ukuran. Karena

organisme multisel tumbuh dari zigot, pertambahan itu bukan hanya dalam

volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat

kerumitan. Pada banyak kajian, pertumbuhan perlu diukur. Pertambahan volume

(ukuran) sering ditentukan denagn cara mengukur perbesaran ke satu atau dua

arah, seperti panjang (misalnya, tinggi batang) atau luas (misalnya, diameter

batang), atau luas (misalnya, luas daun). Pengukuran volume, misalnya dengan

cara pemindahan air, bersifat tidak merusak, sehingga tumbuhan yang sama dapat

diukur berulang-ulang pada waktu yang berbeda (Salisbury dan Ross, 1995).

Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur

lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun.

Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk

Page 6: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang

lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di

dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh

kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan (Solin, 2009).

Kurva sigmoid yaitu pertumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik

tertentu akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya

menurun pada fase senesen (Anonim, 2008).

Beberapa cara tersedia dalam pendekatan pada sistem seperti sistem

tanaman dengan produk biomassa yang meningkat secara sigmoid dengan waktu

untuk mendapatkan faktor-faktor dan proses hipotetik. Menerapkan fenomena

yang sudah dikenal cukup baik kepada suatu sistem yang sedang dipelajari

merupakan suatu pendekatan yang umum dilakukan. Pada suatu waktu, distribusi

zat dalam setiap tempat dalam ruangan akan menunjukkan hubungan yang

berbentuk sigmoid (Solin, 2009).

Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Tiga fase

utama biasanya mudah dikenali, yaitu fase logaritmik, fase linier dan fase

penuaan. Pada fase logaritmik ini berarti bahwa laju pertumbuhan lambat pada

awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan ukuran

organisme. Semakin besar organisme, semakin cepat ia tumbuh. Pada fase linier,

pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju

pertumbuhan yang menurun, saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan

mulai menua (Solin, 2009).

Laju pertumbuhan relative (relative growth rate) menunjukkan

peningkatan berat kering dalam suatu interval waktu dalam hubungannya dengan

berat asal. Dalam situasi praktis, rata-rata pertumbuhan laju relative dihitung dari

pengukuran yang di ambil pada waktu t1dan t2 (Susilo, 1991)

Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal. Tiga fase utama

biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linier, dan fase penuaan. Pada fase

Page 7: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

logaritmik, ukuran (v) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t).

Ini berarti bahwa laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian

meningkat terus. Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara

konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat

tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua (Solin, 2009).

Pertumbuhan Jagung (Zea mays) jika digambarkan dalam grafik akan

membentuk kurva sigmoid (bentuk S). Kurva ini menggambarkan baik

pertumbuhan tinggi tanaman maupun jumlah daun. Keduanya dalam bentuk

sigmoid. Hal ini sesuai dengan literatur Tjitrosomo (1991) yang menyatakan

bahwa pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-berangsur

menjadi lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh

menurun. Apabila digambarkan dalam grafik dalam waktu tertentu akan terbentuk

kurva sigmoid (bentuk S) (Solin, 2009).

Pengukuran daun tanaman mulai dari waktu embrio dengan menggunakan

kurva sigmoid juga memiliki hubungan erat dengan perkecambahan biji tersebut

yang otomatis juga dipengaruhi oleh waktu dormansi karena periode dormansi

juga merupakan persyaratan bagi perkecambahan banyak biji. Ada bukti bahwa

pencegah kimia terdapat di dalam biji ketika terbentuk. Pencegah ini lambat laun

dipecah pada suhu rendah sampai tidak lagi memadai untuk menghalangi

perkecambahan ketika kondisi lainnya menjadi baik. Waktu dormansi berakhir

umumnya didasarkan atas suatu ukuran yang bersifat kuantitatif. Untuk tunas dan

biji dormansi dinyatakan berhasil dipecahkan jika 50 % atau lebih dari populasi

biji tersebut telah berkecambah atau 50% dari tunas yang diuji telah menunjukkan

pertumbuhan. Bagi banyak tumbuhan angiospermae di gurun pasir mempunyai

pencegah yang telah terkikis oleh air di dalam tanah. Dalam proses ini lebih

banyak air diperlukan daripada yang harus ada untuk perkecambahan itu sendiri.

(Kimball, 1992).

Pada fase logaritmik ukuran (V) bertambah secara eksponensial sejalan

dengan waktu (t). Ini berarti bahwa laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada

Page 8: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan

organisme, semakin besar organisme, semakin cepat pula ia tumbuh. Pada fase

linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada laju

maksimum selama beberapa waktu lamanya. Tidak begitu jelas mengapa laju

pertumbuhan pada fase ini harus konstan, dna bukan sebanding dengan

peningkatan ukuran organisme. Tapi, pada batang tak bercabang, fase linier

tersebut disebabkan hanya oleh aktivitas yang konstan dari meristem apikalnya.

Fase penuaan dicirikan oleh pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah

mencapai kematangan dan mulai menua (Salisbury dan Ross, 1995).

Masalah

Masalah yang diangkat penulis dalam laporan ini adalah

1. Faktor –faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman?

2. Bagaimanakah cara mengukur pertumbuhan jagung?

3. Bagaimana pertumbuhan jagung yang destruktif dan non-destruktif, mana

yang lebih cepat pertumbuhannya?

4. Bagaimana bentuk data pertumbuhan jagung bila digambar dalam bentuk

grafik garis?

B. Tujuan

Percobaan kali ini bertujuan mengukur laju tumbuh tanaman Jagung (Zea

mays).

Page 9: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

C. Material dan Metoda

Praktikum ini dilakukan hari sabtu, 9 Maret 2012 hinnga sampai tangga 18

Mei 2012 di Laboratorium pendidikan Biologi FKIP untan juga di halaman depan

laboratorium Biologi. Waktu pengukuran yaitu mulai rentang jam 14.30 sampai

15.00 dan dilakukan setiap hari sampai tumbuh bunga.

• Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini kertas milimeter blok, pisau, pot,

penggaris, oven, neraca analitik, termometer, dry and wet. Sedangkan bahan yang

digunakan yaitu biji jagung, pupuk serta media tanah (pasir dan tanah bakar) dan

air.

•Metode

Dipilih bibit jagung yang baik, kemudian direndam. Disiapkan media

tanah yang merupakan pencampuran antara pasir dan tanah bakar dengan

perbandingan 2 : 1. Media tanah dimasukkan ke dalam 16 pot setiap kelompok

dan masing-masing pot diberi label. 8 pot diberi pupuk dan 8 potnya lagi tidak

diberi pupuk. Biji jagung yang telah direndam kemudian ditanam ke dalam media

tanah sebanyak 7 biji, dimana 2 bijinya hanya sebagai cadangan, jadi yang tetap

digunakan hanya 5 biji dari masing-masing pot. Pot tersebut lalu di letakkan pada

lapangan terbuka dan disiram secukupnya setiap hari. Dicek pertumbuhannya

setiap minggu dengan cara destruktif yaitu khusus untuk pengukuran berat basah

dan berat keringnya saja. Tetapi untuk pengukuran suhu tanah, suhu udara, curah

hujan, kelembabban, dry, wet, evaporasi, jumlah daun, tinggi tanaman dilakukan

Page 10: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

seiap hari. Untuk pengukuran yang setiap minggu nya dipisahkan pengukuran

batang dan akar nya, kemudian dimasukkan kedalam oven untuk dikeringkan

dengan suhu 80˚C, kemudian ditimbang kembali sampel setelah 3 hari yang

dikeringkan di oven tersebut. Setelah tumbuhan jagung tersebut berbunga, maka

pengukuran selesai, dan dibuat grafik rerata dari pertumbuhan tanaman dan faktor

iklim dengan waktu yang absisa. Dibuat estimasi pertumbuhan dengan regresi,

dan yang terakhir buat kurva sigmoidnya.

D. Data Pengamatan

1. DESTRUKTIF

Tinggi Tanaman Ada Pupuk

Minggu Ke-

Tinggi

Tanaman Rata-Rata

Pot 1 Pot 2 Pot 3 Pot 4 Pot 5 Pot 6 Pot 7 Pot 8

1 4,84 4,87 6,62 5,38 4,32 6,63 4,56 5,26 5,31

2 33,07 27,25 31,90 29,37 30,22 31,37 28,35 32,35 30,48

3 43,95 29,56 48,19 33,45 37,45 42,35 34,28 39,34 38,57

Page 11: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

4 54,72 42,51 53,86 49,24 42,10 47,39 40,02 46,29 47,01

5 57,89 47,97 60,14 55,37 49,09 53,78 43,38 51,49 52,38

6 61,31 52,46 64,46 59,27 53,43 58,39 47,49 57,49 56,78

7 66,14 59,35 69,73 64,46 57,27 63,24 55,27 63,53 61,99

8 69,79 63,30 73,23 66,46 62,54 67,31 59,34 69,43 66,42

9 74,63 67,81 76,87 72,64 66,94 74,59 64,49 72,48 71,30

10 75,62 68,70 77,26 73,45 67,45 75,37 66,35 72,58 72,09

Tinggi Tanaman Tidak ada Pupuk

Minggu Ke-

Tinggi Tanaman Rata-Rata

Pot 1 Pot 2 Pot 3 Pot 4 Pot 5 Pot 6 Pot 7 Pot 8

1 6,22 6,52 3,49 4,37 4,88 4,27 3,97 4,67 4,79

2 24,68 19,37 17,38 20,33 18,47 21.45 19,38 19,37 20,05

3 29,37 23,49 23,48 29,34 21,35 23,36 22,84 23,65 24,61

4 33,29 27,18 27,54 34,57 27,39 28,44 25,49 26,54 28,80

Page 12: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

5 37,20 32,39 31,37 39,26 32,45 32,34 29,47 31,57 33,25

6 40,28 35,48 34,09 45,36 36,38 38,48 32,41 37,35 37,47

7 45,30 41,27 39,56 51,25 43,57 40,37 37,92 44,57 43,35

8 49,74 44,10 45,37 56,33 49,34 45,39 44,38 48,36 49,12

9 56,49 49,48 50,03 61,35 54,45 49,18 51,94 51,53 53,05

10 56,50 50,39 51,28 62,39 56,34 50,71 52,49 52,32 54,05

Suhu Tanah

Minggu Ke-

Suhu Tanah Rata-Rata

Pot 1 Pot 2 Pot 3 Pot 4 Pot 5 Pot 6 Pot 7 Pot 8

1 38 38,28 38,42 37,57 38,2 37,57 38,42 37,42 37,99

2 37,85 36,85 37,14 36,42 36,85 36,85 36,28 37,28 36,94

3 36,85 36,85 37,14 36,85 36,28 36,85 36,28 37,14 36,78

Page 13: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

4 38 38,42 38,42 38,28 38 37,57 38,42 37,57 38,09

5 37,14 37,14 37,57 37,14 38,42 37,14 37,57 37,14 37,41

6 36,28 36,85 36,28 36,28 37,14 36,28 36,85 36,28 36,53

7 37,85 37,14 36,85 37,85 37,85 37,14 37,85 36,85 37,42

8 36,85 36,85 37,14 36,85 36,85 37,14 37,14 36,85 36,96

9 38 38,42 38,42 38,28 38 38 37,57 38,28 38,12

10 37,14 37,14 37,85 37,57 37,14 37,57 37,14 37,57 37,39

Minggu Ke-

Suhu Udara

Kelembaban Curah Hujan

Dry Wet Eva

1 32 53,57 0 38,14 27,71 1,83

2 34 53,85 0 37,56 25,89 1,62

3 32 54,52 0,28 37,24 27,56 2,02

Page 14: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

4 36 51,67 0,42 38,37 26,63 1,83

5 36 51,82 0 37,56 25,89 1,73

6 32 55,36 0 38,14 27,71 1,76

7 30 57,35 0,42 37,54 25,57 1,83

8 34 53,57 0,42 38,29 26,56 1,73

9 32 53,57 0,28 36,92 25,32 1,62

10 34 53,85 0 38,14 27,71 1,73

Berat Basah Berat Kering

Minggu ke-

Berat Basah Berat Kering Berat Kertas

Bagian atas

Bagian bawah

Bagian atas

Bagian bawah

1 0,73 0,64 0,32 0,19 0,21

2 0,98 0,68 0,35 0,21 0,30

Page 15: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

3 1,12 0,70 0,41 0,23 0,34

4 1,18 0,71 0,44 0,25 0,39

5 1,27 0,73 0,48 0,29 0,42

6 1,33 0,75 0,50 0,30 0,48

7 1,39 0,80 0,53 0,31 0,54

8 1,44 0,82 0,55 0,33 0,60

9 1,60 0,84 0,58 0,35 0,63

10 1,75 0,89 0,61 0,38 0,67

Jumlah Daun

Minggu Ke-

Jumlah Daun Rata-Rata

Pot 1

Pot 2 Pot 3

Pot 4

Pot 5 Pot 6 Pot 7 Pot 8

1 3 3 2 3 3 3 3 3 2,87

Page 16: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

2 3 4 4 4 4 4 4 4 3,87

3 4 4 4 4 4 4 4 4 4

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

5 4 4 5 4 4 5 4 4 4,25

6 5 5 5 4 5 5 4 5 4,75

7 5 5 5 5 5 5 4 5 4,87

8 6 5 5 6 6 5 5 5 5,37

9 6 6 6 6 6 6 5 6 5,87

10 6 7 7 7 6 7 6 6 6,5

Luas Daun

Minggu Ke-

Luas Daun Rata-

Rata

Page 17: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

Pot 1

Pot 2

Pot 3 Pot 4 Pot 5 Pot 6

Pot 7

Pot 8

1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,14 2,10

2 2,5 2,8 2,3 2,5 2,5 2,8 2,5 2,5 2,55

3 2,5 2,5 2,8 2,5 2,5 2,8 2,5 2,5 2,57

4 3,2 3,1 3,5 3,1 3,1 3,0 3,0 3,0 3,12

5 3,4 3,4 3,5 3,4 3,4 3,5 3,4 3,4 3,42

6 3,6 3,7 3,6 3,6 3,7 3,6 3,7 3,6 3,63

7 3,7 3,8 3,7 3,7 3,8 3,7 3,8 3,7 3,73

8 3,9 4 3,9 3,9 4 3,9 4 3,9 3,93

9 4 4,2 4 4 4,2 4 4,2 4 4,07

10 4,1 4,3 4,1 4,2 4,3 4,2 4,3 4,1 4,2

Kurva Sigmoid Destruktif

Page 18: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 100

10

20

30

40

50

60

70

80

Tinggi Tanaman Ada Pupuk Rata-RataTinggi Tanaman Tidak ada Pupuk Rata-Rata

2. NONDESKTRUKTIF

Page 19: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

Tinggi Tanaman Pupuk

Minggu Ke-

    Tinggi Tanaman         Rata-Rata

  Pot 1 Pot 2 Pot 3 Pot 4 Pot 5 Pot 6 Pot 7 Pot 8  

1 3,84 3,87 4,62 4,38 3,32 5,63 3,56 4,26 4,19

2 30,07 25,25 29,9 25,37 28,22 30,37 27,35 31,35 28,49

3 40,95 28,56 45,19 30,45 36,45 40,35 33,28 37,34 36,57

4 52,72 40,51 52,86 48,24 41,1 46,39 39,02 45,29 45,77

5 56,89 46,97 68,14 54,37 48,09 52,78 42,38 50,49 52,51

6 60,31 51,46 64,46 59,27 53,43 58,39 47,49 57,49 56,54

7 65,14 58,35 67,73 61,46 54,27 61,24 52,27 61,53 60,25

8 68,79 62,3 72,23 65,46 61,54 66,31 58,34 68,43 65,43

9 73,63 66,81 75,87 71,64 65,94 73,59 63,49 71,48 70,31

10 76,3 71,7 80,26 77,45 72,45 78,37 70,35 74,58 75,18

Tinggi Tanaman Tidak ada Pupuk

Minggu Ke-

    Tinggi Tanaman         Rata-Rata

  Pot 1 Pot 2 Pot 3 Pot 4 Pot 5 Pot 6 Pot 7 Pot 8  

Page 20: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

1 4,22 4,52 2,49 3,37 3,88 3,27 2,97 3,67 3,55

2 23,68 18,37 16,38 19,33 17,47 20.45 18,38 18,37 18,85

3 28,37 22,49 22,48 28,34 20,35 22,36 21,84 22,65 23,61

4 32,29 25,18 25,54 32,57 26,39 27,44 24,49 25,54 27,43

5 36,2 31,39 30,37 38,26 31,45 31,34 28,47 30,57 32,26

6 39,28 34,48 33,09 44,36 35,38 37,48 31,41 36,35 36,48

7 44,3 40,27 38,56 50,25 42,57 38,37 36,92 43,57 41,85

8 48,74 43,1 44,37 55,33 48,34 44,39 44,38 47,36 47,00

9 55,49 48,48 49,03 60,35 53,45 48,18 50,94 50,53 52,06

10 59,48 53,39 52,28 63,39 59,34 52,71 55,49 54,32 56,30

Kurva Sigmoid Nondestruktif

Page 21: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 100

10

20

30

40

50

60

70

80

Rata-RataRata-Rata

E. PEMBAHASAN

Page 22: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

Dari hasil percobaan seperti yang di lakukan dimana pertumbuhan dan

perkembanagan begitu terlihat di setiap   dua minggunya, hal ini sesuai dengan

literatur  Dwijoseputro (1995), yang menyatakan bahwa pertumbuhan Jagung ini

dimulai sejak perkecambahan.   Pertumbuhan adalah pertambahan volume yang

tidak dapat kembali lagi ke bentuk semula atau pertambahan

kuantitas      protoplasma di dalam sel atau organisme. Pertambahan   berat juga

dipengaruhi oleh besar dan berat yang tidak dapat kenbali ke bentuk semula yaitu

pembelahan sel,     perpanjangan sel dan diferensiasi sel. Data yang

dapat diperlukan untuk pertumbuhan dapat dilakukan secara ukuran pertambahan

besar/panjang.

                                                Hasil dari kurva sigmoid juga menunjukkan bahwa hal tersebut sesuai

dengan literatur Sitompul dan Garitmo (1995), yang menyatakan bahwa suatu

hasil pengamatan pertumbuhan tanaman yang paling sering dijumpai khususnya

pada tanaman setahun adalah biomassa tanaman yang menunjukkan pertambahan

mengikuti bentuk S dengan waktu yang dikenal dengan nama model sigmoid.

Pada pengamatan jumlah daun bahwa untuk setiap minggunya mengalami

pertumbuhan yang signifikan juga. Hal ini dikarenakan tumbuhan mulai

mempersiapkan untuk proses asimilasi atau pembentukkan makanan melalui

proses fotosntesis yang umunya terjadi pada daun.

Sedangkan untuk menghitung luas daunnya, menggunakan rumus.

Rumusnya sebagai berikut :

Luas daun=berat guntingan gambar daunberat kertas

x Luaskertas

Kurva pertumbuhan tersebut sebenarnya menunjukkan bahwa terjadi 3

fase dalam pertumbuhan jagung (Zea mays) yaitu fase logaritmik, fase linier dan

fase penuaan hal ini sesuai dengan pernyataan(Salisbury dan Ross, 1995) yang

Page 23: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

menyatakan bahwa ada 3 fase utama pertumbuhan yaitu fase logaritmik, fase

linier dan fase penuaan. Pada fase logaritmik laju pertumbuhan lambat pada

awalnya, tapi kemudian meingkat terus. Padafase linier pertambahan ukuran

berlangsung konstan. Fase peuaan dicirakan oleh laju pertumnuhan yang menurun

saat tumbuhan sudah mencapai kematangan.

Jika diamati, kurva pengamatan dekstruktuf dan nondekstruktif antara

tanaman yang diberi pupuk dengan tanaman yang tidak diberi pupuk tidak terlalu

menyerupai bentuk S (sigmoid). Pada pengukuran juga terdapat hasil yang

berbeda, pada tanaman yang di beri pupuk kurva nya lebih tinggi dibandingkan

kurva yang tanaman tidak diberi pupuk.

Pada pengamatan destruktif, setiap minggunya ada tanaman yang dicabut

pada setiap pot, sehingga pada setiap pot ada pengurangan tanaman, ini dilakukan

agar tanaman tidak bersaing dalam pengambilan nutrisi dan unsur hara di dalam

tanah. Sedangkan pada percobaan yang nondesktruktif tidak ada pencabutan

tanaman setiap minggunya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan

pertumbuhan destruktif dan non-destruktif.

Setelah melakukan pengamatan tersebut didapatkan kurva yang tidak

berbentuk huruf S yang berarti bahwa pengamatan tidak sesuai dengan teori yang

menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman jika dibuatkan kurva akan berbentuk

huruf S. Hal ini mungkin disebbakan karena pada pengamatan terakhir daunnya

belum mencapai ukuran tetap (belum mengalami fase penuaan) walaupun laju

pertumbuhan tanaman meningkat sehingga kurvanya tidak menunjukkan kurva

berbentuk S. Tumbuhan dalam pertumbuhannya mengalami tiga fase

pertumbuhan yaitu fase logaritmik, fase linier, dan fase penuaan. Proses

pertumbuhan ini dipengaruhi bebrapa faktor internal seperti gen dan hormon

pertumbuhan dan faktor eksternal seperti cahaya, nutrisi, air, kelembaban, dan

sebagainya.

Page 24: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

Menurut (Rukmana,1997) tanaman jagung memiliki daya adaptasi

yang baik di daerah tropis, seperti di Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh dan

bereproduksi dengan baik di dataran rendah sampai ke dataran tinggi. Sehingga

tanaman jagung dapat beradaptasi dengan baik. Salah satu cara tumbuhan jagumg

beradaptasi yaitu dengan menggulung daunnya ketika pada suhu tinggi atau

kekurangan agar dapat mengurangi peguapan. Oleh karena itu, tanaman jagung

harus disiram setiap hari.

F. KESIMPULAN

Fase tumbuhan linier adalah fase yang menunjukkan bahwa pertumbuhan

tanaman berlangsung secara konstan.

Dari hasil pengamatan, sejak embrio terjadi pertumbuhan tanaman, baik

batang, akar, maupun kacang jogo. Dari hasil pengukuran batang, pada awal masa

pertumbuhan batang relative lambat, kemudian terus meningkat. Begitu pula

dengan pertumbuhan daun, awalnya lambat lalu terus meningkat jumlahnya. Fase

pertumbuha ini disebut sebagai fase logaritmik. Setelah mengalami fase

logaritmik, baik batang maupun daun mengalami pertumbuhan yang relative

konstan pada hari ke-13 sampai hari ke-24. Fase konstan ini disebut juga fase

linier. Fase pertumbuhan selanjutnya adalah fase penuaan, yaitu pertumbuhan

tanaman menurun akibat penuaan dan telah mencapai kematangan. Fase penuaan

ini dapat diamati pada jumlah daun yang berkurang dan mulai mengalami

kelayuan. Akan tetapi, pada saat dilakukan pengukuran panjang batang masih

mengalami pertambahan ukuran.

Pengukuran laju tumbuh dalam berat kering akan mempengaruhi kurva

sigmoid. Karena besar kecilnya berat kering sangat gantung dengan hasil

fotosintesis. Apabila hasil fotosintesis menurun, akan mengakibatkan menurunnya

berat kering, dan juga sebaliknya. Produksi fotosintat yang lebih besar

memungkinkan membentuk seluruh organ tanaman yang lebih besar, seperti daun

Page 25: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

dan akar yang kemudian menghasilkan produksi bahan kering yang lebih besar.

Sedangkan pengukuran laju pertumbuhan menggunakan kurva sigmoid memiliki

tiga fase, yaitu fase logaritmik, fase linier, dan fase penuaan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2008).Kurva Sigmoid. (Online)(http://www.lapanrs.com). Diakses pada tanggal 12 Mei 2012 pukul 16:14 WIB.

Campbell, N. A, J. B. Reece and L. E. Mitchell, (2002). Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Kaufman, P. B.,  dkk., (1975). Laboratory    Experiment    in    Plant   Physiology.Macmillan Publishing Co., Inc.  New York.

Kimball, J.W., (1992). Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Latunra, A.I., (2012). Penuntun   Praktikum   Fisiologi  Tumbuhan  II. Makasar : Universitas Hasanuddin.

Salisbury, F.B. dan Cleon W. Ross, (1995). Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung : ITB Press.

Sitompul, S.M dan B. Guritno, (1995). Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta : UGM Press.

Soerga, N., (2009).  Pola  Pertumbuhan  Tanaman. (Online)(http://soearga.wordpress.com/.

diakses pada tanggal 6 Mei 2012).

Solin, M., (2009). Kurva Sigmoid. (Online) (http://nidawafiqahnabila.blogspot.com diakses pada tanggal 6 Mei 2012).

Susilo, W., (1991). Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta : UI Press.

Tjitrosomo, G., (1999). Botani Umum 2. Bandung : Angkasa Press.

Page 26: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

 

 

LAMPIRAN

MINGGU DESKTRUKTIF NONDEKSTRUKTIF

1

2

Page 27: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

3

4

5

6

Page 28: Laporan Anfistum (Kurva Sigmoid)

7

8